PENGANTAR REDAKSI Pendidikan memiliki posisi penting dan peran strategis di dalam upaya mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, tetapi juga berakhlak mulia, berkarakter, produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya sendiri dan orang lain. Lembagalembaga pendidikan juga diharapkan dapat menghasilkan calon-calon pemimpin yang dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, semua warga negara memiliki hak yang sama di dalam memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan termasuk warga negara yang masih berusia dini. Memberikan pendidikan yang tepat kepada anak sedini mungkin berdampak positif terhadap perkembangan kepribadian anak di kemudian hari. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat berusaha mengembangkan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Walaupun PAUD bukan menjadi pendidikan wajib, Pemerintah memberikan kesempatan kepada semua anak usia dini (AUD) mengenyam PAUD di berbagai bentuk lembaga seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu, Kelompok Bermain (Play Group), Tempat Penitipan Anak (TPA), dan di jenjang pendidikan formal ada Taman Kanak-kanak (TK). Kebijakan pemerintah mendorong perkembangan lembaga PAUD sampai ke desa-desa. Di daerah perkotaan terlihat lembaga PAUD tumbuh di daerah lingkungan perumahan untuk mempermudah anak memperoleh layanan PAUD. Walaupun penyelenggaran lembaga PAUD memberikan dampak positif, ternyata masih ada berbagai masalah yang perlu diatasi. Penelitian yang dilakukan oleh Subijanto tentang “Keberadaan Lembaga PAUD di Lingkungan Perumahan sebagai Upaya Penyebaran Akses dan Peningkatan Kualitas Pendidikan” menunjukkan bahwa keberadaan lembaga PAUD di lingkungan perumahan belum merata padahal sangat diperlukan. Masih minimnya akses layanan PAUD membuat tidak semua anak dapat mengenyam PAUD sehingga menjadi tanggung jawab bersama untuk meningkatkan jumlah dan kualitas akses layanan PAUD. PAUD berupaya membentuk dan memupuk kemandirian AUD sebagai individu yang mempunyai konsep diri, penghargaan terhadap diri sendiri, dan mengatur diri sendiri. Menumbuhkan sikap kemandirian sedini mungkin pada anak akan membuatnya penuh percaya diri dan mudah di dalam menentukan pilihan. Memang bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga PAUD menumbuhkan kemandirian pada diri anak karena orang tua dan lingkungan turut memiliki andil dalam membentuk kemandirian anak. Kemandirian sejak dini perlu dipupuk tidak terkecuali bagi komunitas lingkungan pemulung. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahma, Ade Dwi Utami, dan Hapidin tentang “Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun di Komunitas Lingkungan Pemulung”. Kemandirian menjadi tanggung jawab tidak hanya oleh orang tua tetapi juga masyarakat di lingkungan. Anak yang mandiri tidak terbentuk dengan sendirinya. Orang tua perlu membekali anak sejak dini untuk bisa melakukan kegiatannya sendiri tanpa harus mengandalkan orang tua. Kemandirian memang diperlukan dalam kehidupan seseorang, tetapi manusia juga harus memiliki keterampilan berinteraksi satu sama Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016 lain. Oleh karena itu, sejak dini anak juga dibiasakan berprilaku baik dengan orang lain. Perilaku sosial AUD ditumbuhkan dalam bentuk kerja sama, tolong-menolong, berbagi simpati, empati dan saling membutuhkan satu sama lain. Anak sebagai anggota masyarakat nantinya diharapkan menjadi manusia yang berakhlak sehingga tujuan kegiatan pendidikan di lembaga PAUD dan lingkungan keluarga adalah menanamkan perilaku sosial sesuai dengan norma di masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Mansyur Romadon Putra tentang “Perilaku Sosial Anak Pekerja Batu Kali di Kampung Tapak Lebar” menunjukkan bahwa lingkungan sangat berperan di dalam menentukan perilaku sosial anak. Pendidikan dapat sebagai sarana di dalam memanusiakan manusia. Perilaku sosial anak Kampung Tapak dalam berinteraksi tidak mencerminkan etika dan kesopanan yang sesuai dengan budaya sopan santun sehingga perlu ada campur tangan dari pemerintah setempat di dalam menyelenggarakan PAUD atau memberikan pelatihan-pelatihan bagi orang tua anak untuk dapat mengendalikan perilaku sosial anak. Keterlibatan keluarga dalam mengembangkan kemampuan akademis dan perilaku sosial anak sangat dibutuhkan. Peran orangtua khususnya ibu pada anak usia di bawah 5 tahun sangat besar pengaruhnya. Orang tua harus tetap mengasuh dan mendidik anaknya agar dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Komunikasi antarpribadi antara orangtua dan anak menjadi penting untuk membentuk karakter anak sesuai dengan pola orangtuanya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Meni Handayani tentang Peran Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga untuk Menumbuhkan Karakter AUD. Kedekatan antara orang tua dan anak dapat memupuk nilai-nilai yang perlu dianut oleh anak seperti nilai moral, kejujuran, agama kepada anak. Komunikasi menjadi saluran di dalam membentuk karakter. Perintah ataupun larangan tidak membelajarkan nilai-nilai afektik ke anak melainkan contoh perilaku orang tua lah yang dianggap dapat menjadi teladan bagi anak di dalam bersikap. Nilai afektif merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi anak sebagai bekal dewasa nanti untuk membentuk diri menjadi makhluk yang berakhlak. Sekaligus sebagai pewarisan nilainilai budaya dari leluhur. Mengakui kesalahan, kebersamaan di dalam keluarga, menghormati orang tua dapat dilakukan dengan pembiasaan di keluarga serta di masyarakat. Setelah anak menempuh PAUD, baru kemudian memasuki jenjang sekolah dasar (SD). Di tingkat SD, anak diajarkan tentang kemampuan membaca, menulis, dan berhitung termasuk juga berbahasa Inggris. Ketika SD, Bahasa Inggris termasuk ke dalam muatan lokal sekolah. Di SD, anak diajarkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris melalui metode pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Recite, Record and Review). Penelitian yang dilakukan oleh Herlina tentang “Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Bahasa Inggris melalui Metode SQ4R Siswa Kelas Tiga Sekolah Dasar” ditemukan bahwa membaca pemahaman dengan metode SQ4R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III SDS Labschool Setia Budi Jakarta Selatan. Tidak jauh berbeda di jenjang SD, TK pun juga diajarkan kemampuan berbahasa meskipun masih terbatas pada bercerita. Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016 Bercerita merupakan salah satu bagian dari kemampuan berbicara untuk membelajarkan anak mengungkapkan ide dan pikiran agar dipahami oleh orang lain. Untuk membuat anak mampu bercerita dengan baik, guru perlu diberikan pelatihan bercerita. Pelatihan bercerita diharapkan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan guru di dalam bercerita. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahmah tentang “Hubungan Pelatihan Bercerita terhadap Kemampuan Guru dalam Bercerita di Taman Kanak-Kanak” menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelatihan bercerita terhadap kemampuan guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru. Ibu dianggap merupakan pihak yang paling bertanggung jawab di dalam perkembangan anak. Tugas ayah hanya sebagai pencari nafkah semata padahal ayah juga memiliki andil yang cukup besar bagi perkembangan AUD. Sebuah penelitian mengenai “Identifikasi Afeksi Paternal pada Ayah dari Anak Usia Dini di Kota Kupang” oleh Fitriany Karunia Muh. Wangge dan Friandry Windisany Thoomaszen membuktikan bahwa para ayah di kota Kupang telah menyadari tentang pentingnya keterlibatan mereka dalam pengasuhan secara emosional. Rasa aman, terlindungi, tanggung jawab adalah hal-hal yang dapat dirasakan oleh seorang anak dari ayah. Waktu, interaksi, dan perhatian adalah yang dibutuhkan anak terutama oleh ayah. Sifat maskulinitas pada diri ayah menjadi pembeda tersendiri dari pola asuh yang ditanamkan ibu. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Lesi Oktiwanti tentang Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberdayaan Anggota Gabungan Kelompok Tani Pada Sekolah Lapang menjelaskan bahwa sumber daya, pengetahuan, keterampilan, serta peluang memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keberdayaan anggota gabungan kelompok Tani. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan di semua jenjang usia, kelas, maupun kelompok. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam memberikan kesempatan kepada AUD untuk memperoleh pendidikan agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia Indonesia yang unggul tidak hanya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Akan tetapi mereka juga diharapkan menjadi generasi penerus bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian yang tangguh dan andal. Besarnya harapan orangtua dan sebagian masyarakat atas PAUD membuat penyelenggaraan pendidikan di lembaga-lembaga PAUD kurang memperhatikan kebutuhan bermain anak. Mereka diarahkan pada proses kegiatan belajar seperti di lembaga pendidikan formal, pada hal PAUD (TPA, KB,dan TK) tergolong pada pendidikan pra sekolah. Sejumlah lembaga PAUD menerjemahkan kurikulum secara keliru sehingga prinsip bermain sambil belajar diubah menjadi belajar sambil bermain. Anak sudah dituntut mampu membaca, menulis, dan berhitung yang semestinya masih pada taraf pengenalan huruf dan angka melalui berbagai jenis permainan yang menyenangkan anak. Proses pembelajaran yang diterapkan di lembaga PAUD yang mengarah pada tujuan kompetensi kognitif serta memperlakukan mereka sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil, dapat membuat anak Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016 merasa bosan, tidak senang, dan tertekan. Akan tetapi proses pendidikan di PAUD menekankan pada pembelajaran bukan permainan yang mendidik, karena masih banyak tenaga pendidik di lembaga PAUD tidak berlatar belakang pendidikan anak usia dini. Mereka juga kurang mampu memahami dan menerjemahkan kurikulum sebagaimana semestinya. Sementara itu, cukup banyak orang tua belum sepenuhnya memahami tujuan PAUD sehingga mereka mengharapkan lembaga PAUD dapat menjadikan anak mereka menjadi pintar/cerdas. Untuk memenuhi harapan orangtua ini, lembaga PAUD cenderung mengembangkan metode pembelajaran dan bukan metode permainan yang menyenangkan anak. Kesadaran orangtua bahwa pendidikan anak diawali dari tengah-tengah keluarga serta tanggung jawab orangtua atas pembentukan dan pengembangan karakter anak sangat menentukan masa depannya di kemudian hari. Berbagai hasil penelitian yang dimuat dalam edisi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai fenomena yang terjadi dalam penyelenggaraan PAUD di Indonesia. Di samping itu, masalah, metode, dan hasil penelitian itu hendaknya dapat dijadikan rujukan untuk melakukan penelitan lebih lanjut. Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016