Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum SDN Dadapayam 02
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Dadapayam 02 Kabupaten
Semarang Semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan subyek penelitian kelas
4. Jumlah siswa kelas 4 sebanyak 23 orang. SDN Dadapayam 02 terletak di desa
Dadapayam Kabupaten Semarang. Lokasi SD termasuk di derah pelosok desa
dengan jarak tempuh dari kota Salatiga adalah 20 menit.
Kondisi bangunan di sedang diadakan renovasi muai dari ruang kelas I
sampai dengan kelas 6. Tahap renovasi SD sudah memasuki tahap akhir, sehingga
ruang kelas yang baru sudah mulai ditempati walaupun masih ada beberapa
bagian yang masih dalam pengerjaanseperti ada eternit ruang kelas 3. Sedangkan
untuk fasilitas pembelajaran masih tergolong minim sekali, dikarenakan
kurangnya alat peraga pembelajaran, belum terdapat ruang multimedia dan
perpustakaannya pun belum lengkap dan teratur.
Tenaga pengajar di SDN Dadapayam 02 ini terdiri dari guru kelas dari
kelas 1 sampai kelas 6 dengan setiap kelas diampu 1 guru, juga terdapat tenaga
pengajar yang mengampu mata pelajaran olahraga, agama, dan bahasa inggris,
masing-masing diampu oleh 1 guru.
4.2.
Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal adalah kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas 4 SDN Dadapayam 02 dengan jumlah siswa
23 orang pada mata pelajaran IPA yaitu dengan melihat hasil nilai ujian semester I
didapati bahwa hasil belajar IPA siswa sebanyak 13 siswa (56,53%) nilai yang
diperoleh belum memenuhi KKM. Hal ini disebabkan guru dalam penyampaian
materi masih menggunakan metode konvensional sehingga berpengaruh pada
aktivitassiswa yang pasif karena hanya menerima materi yang diberikan oleh guru
35
36
saja. Persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa dapat dilihat lebih jelas pada
tabel 12 berikut ini:
Tabel 12
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%) Keterangan
< 65
13
56,53%
Belum tuntas
≥ 65
10
43,47%
Tuntas
Jumlah
23
100
Rata-rata
60,21
Nilai tertinggi
80
Nilai terendah
45
KKM
65
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02
Kabupaten Semarang sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang
memeroleh nilai kurang dari KKM = 65 sebanyak 13 siswa atau 56,53% dari total
keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau
i43,47% dari total seluruh siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai
terrendah adalah 45 dengan rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 60,21. Berikut
ini disajikan diagram lingkaran persentase ketuntasan hasil belajar sebelum
tindakan.
43,47%
56,53%
Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 2
Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus
37
Berdasarkan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, maka dalam
penelitian di SDN Dadapayam 02 ini digunakan moedel pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan rancangan seperti diuraikan di dalam bab sebelumnya guna
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten
Semarang. Penelitian ini dilakasanakan dalam dua siklus, dan disetiap siklus
terdapat dua kali pertemuan.
4.2.2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I terbagi dalam dua kali pertemuan dengan rincian
sebagai berikut:
4.2.2.1. Pertemuan Pertama
A. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Merancang RPP yang menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe
STAD
dengan
materi
perubahan
lingkungan
fisik
dan
pengaruhnya.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran
3. Mempersiapkan lembar diskusi kelompok, lembar kuis individu, dan
lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk guru dan siswa.
B. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar
merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat di dalam tahap
perencanaan ke dalam pembelajaran. Deskripsi pelaksanaan pertemuan
pertama pada siklus I adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar antara lain
memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam,
menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan dengan melakukan
kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa mengapa layanglayang dapat terbang. Semua jawaban siswa ditampung dan kemudian
pengajar menginformasikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi
38
pembelajaran hari ini tentang perubahan lingkungan fisik dan
pengaruhnya.
2.
Kegiatan Inti
Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi perubahan
lingkungan fisik dan pengaruhnya. Dilajutkan tanya jawab antara guru
dengan siswa tentang berbagai faktor penyebab lingkungan fisik.
Kegiatan selanjutnya adalah guru membagi siswa ke dalam kelompok
besar yang terdiri dari 5 siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari
siswa dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 1 siswa
berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan 2 siswa
berkemampuan
rendah.
Pembagian
kelompok
oleh
guru
ini
dimaksudkan agar terjadi interaksi yang heterogen antar anggota
kelompok yang berbeda-beda tingkat kemampuan akademik, dan
gender seperti yang tertera dalam komponen model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Pada kegiatan pembagian kelompok ini tidak selancar yang
dibayangkan oleh pengajar sebelumnya. Hal ini dikarenakan ternyata
siswa belum terbiasa bekerja kelompok dengan anggota kelompok
yang bukan pilihannya sendiri. Sehingga dampaknya terjadi keributan
kecil karena siswa disatukan dengan siswa lain yang bukan pilihan
mereka sendiri.
Setelah siswa dibagi dalam kelompok, kemudian guru
membagikan bahan diskusi kelompok tentang keuntungan dan
kerugian yang ditimbulkan oleh terjadinya angin dan hujan. Dalam
kegiatan diskusi kelompok ini juga belum terjadi kerjasama dan
interaksi yang positif antar anggota kelompok untuk menyelesaikan
bahan diskusi. Penyebabnya adalah seperti pada waktu kegiatan
pembagian kelompok, siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok
yang bukan pilihan mereka sendiri. Sebaliknya yang terjadi adalah
siswa yang berbeda kelompok malah asyik mengobrol dan bermain.
39
Tahap berikutnya adalah pewakilan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada waktu
memilih perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi
kelompok terjadi keributan kecil karena siswa masih malu-malu untuk
berdiri
di depan kelas membacakan hasil diskusi kelompok.
Kemudian dilanjutkan kegiatan membuat kesimpulan bersama-sama
antara guru dengan siswa tentang hasil diskusi kelompok yang telah
dipesentasikan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Langkah selanjutnya
adalah pemberian kuis individu kepada siswa. Kuis individu ini
berguna untuk menentukan skor kemajuan tiap siswa dengan
ketentuan skor awal yang telah ditentukan dari nilai semester 1.
Kemudian dari nilai kemajuan semua anggota kelompok ini
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Dari hasil
pembagian tersebut didapat rata- rata nilai tiap kelompok. Kelompok
yang mendapatkan skor paling tinggi akan mendapatkan penghargaan
berupa hadiah yang diberikan pada pertemuan selanjutnya.
3.
Kegiatan Akhir
Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang materi perubahan lingkungan fisik. Kemudian
guru menutup pembelajaran dengan do’a bersama dipempin oleh
ketua kelas.
C. Observasi
Pada kegiatan observasi, yang diamati adalah hasil pengamatan
berdasarkan lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak
sebagai observer pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama. Berikut
ini adalah pemaparan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi.
1) Analisis Hasil Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan pertama
dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.
40
Tabel 13
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan ke-1
Skor
Aktivitas
Frekuensi
Jumlah
1
2,5,7,10,14,17,20,25
8
8
2
6,8,13,16,19,22,24,32
8
16
3
3,4,12,27,28,30,33
7
21
4
1,9,11,15,18,21,23,26,29,31
10
40
Jumlah
85
Dari data hasil observasi lembar observasi guru pada tabel 13
kemudian dihitung skor yang diperoleh menggunakan tabel kriteria
skor lembar observasi guru pada tabel 14 berikut ini.
Tabel 14
Kriteria Skor Lembar Observasi Guru
No
Skor
Kualifikasi
1
113 – 132
A
2
97– 112
B
3
81– 96
C
4
<81
D
Pada tabel 13 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 85. Apabila dilihat dari tabel 14 maka skor 85 dikualifikasikan
mendapatkan nilai C. Aktivitas guru dalam pembelajaran masih
terdapat kekurangan antara lain dalam hal memeriksa kesiapan siswa
belum terlaksana, guru belum mengarahkan siswa pada pembelajaran
yang menumbuhkan sifat positif,
guru belum mengoptimalkan
kerjasama siswa di dalam kelompok seperti memotivasi dan
mengarahkan untuk menyelesaikan tugas kelompok.
2) Analisis Hasil Observasi Siswa
Berikut ini adalah hasil analisis dari lembar observasi siswa
yang dilakukan oleh observer pada siklus I pertemuan pertama.
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas
41
siswa pada pertemuan pertama siklus I diperoleh data hasil observasi
yang dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.
Tabel 15
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-1
Skor
Aktivitas
Frekuensi Jumlah
1
3,7,11,15,17
5
5
2
2,4,5,6,13
5
10
3
1,8,9,10,14,18,19
7
21
4
12,16,20,21,22,23
6
24
Jumlah
60
Data hasil observasi aktitas siswa pada tabel 15 kemudian
dianalisis hasil penskorannya dengan menggunakan tabel kriteria
penskoran lembar observasi siswa pada tabel 16.
Tabel 16
Kriteria Skor Lembar Observasi Siswa
No
Skor
Kualifikasi
1
83 – 92
A
2
70 – 82
B
3
47 – 69
C
4
24– 46
D
5
23 – 35
E
Dari data pada tabel 15 diketahui bahwa jumlah skor yang
diperoleh berjumlah 60. Kemudian jumlah skor tersebut jika dilihat
dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa pada tabel 16 masuk
dalam kualifikasi nilai C. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih
terdapat kekurangan antara lain yaitu siswa masih ribut sendiri ketika
guru menjelaskan tujuan pembelajaran, interaksi positif siswa dalam
kegiatan diskusi kelompok masih kurang karena siswa masih ribut
sendiri dan bermain dengan siswa lain kelompok.
D. Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dinilai masih
banyak kekurangan jika dilihat dari hasil analisis lembar observasi guru
42
dan lembar observasi siswa. Berdasarkan hasil diskusi pengajar dengan
observer , kekurangan tersebut antara lain : a) siswa belum terbiasa dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menuntut siswa untuk
belajar di dalam kelompok dimana anggota kelompok ditentukan oleh guru
karena siswa terbiasa bekerja kelompok dengan anggota kelompok pilihan
mereka sendiri, b) siswa masih terlihat asyik bermain dengan teman di luar
kelompoknya, c) guru dalam pembelajaran kurang dapat mengarahkan
siswa bekerja dalam kelompok karena faktor guru adalah bukan guru
kelasnya jadi tingkat rasa hormat siswa kepada guru yang mengajar dinilai
masih kurang. berdasarkan hasil refleksi ini akan digunakan sebagai acuan
dalam memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan
analisis
hasil
observasi
dan
siswa
terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan, maka peneliti dan guru kelas
berdiskusi untuk menentukan solusi guna memperbaiki pembelajaran
selanjutnya. Adapun solusi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lebih membimbing siswa untuk dapat bekerja dalam kelompok
seperti melakukan pendekatan bertanya adakah kesulitan dalam
mengerjakan tugas kelompok dan mengarahkan kesulitan siswa
tersebut.
2. Memberikan penguatan tentang konsep pembelajaran STAD agar
siswa lebih bersemangat lagi dalam bekerjasama di dalam kelompok.
4.2.2.2. Pertemuan kedua
A. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti kembali mempersiapkan
pembelajaran dengan mengacu kepada hasil refleksi pada pertemuan
pertama. Persiapan untuk pembelajaran pertemuan kedua antara lain:
1. Merancang RPP yang menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe
STAD
dengan
materi
perubahan
lingkungan
fisik
dan
pengaruhnya.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran
43
3. Mempersiapkan lembar diskusi kelompok, lembar kuis individu, soal
evaluasi dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk guru
dan siswa.
B. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar
merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat di dalam tahap
perencanaan ke dalam pembelajaran. Deskripsi pelaksanaan pertemuan
kedua pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar dalam pertemuan
kedua adalah
memulai pembelajaran dengan memimpin doa,
mengucapkan salam, menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan
dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa
tentang materi sebelumnya. Selanjutnya pengajar menginformasikan
tujuan pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran hari ini
tentang perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya.
2. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan sedikit tentang materi penyebab perubahan
lingkungan fisik yaitu cahaya matahari dan gelombang laut. Siswa
kembali dibagi dalam kelompok dengan anggota masing-masing
kelompok sama seperti pada pertemuan pertama. Kemudian tiap
kelompok dibagikan bahan diskusi tentang materi keuntungan dan
kerugian yang ditimbulkan oleh cahaya matahari dan gelombang
laut. Pada pertemuan yang kedua ini, siswa sudah mulai terbiasa
dengan anggota kelompoknya. Hal ini ditandai dengan sudah ada
interaksi dan kerjasama antar anggota di dalam kelompok tidak
seperti pada pertemuan yang pertama. Tetapi masih ada dua dan tiga
siswa yang membuat gaduh dalam kelas. Guru memotivasi dan
membantu siswa dalam diskusi jika ada yang mengalami kesulitan.
Kegiatan berikutnya adalah mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas dilanjutkan membuat kesimpulan hasil
44
diskusi kelompok yang telah dipresentasikan dan tanya jawab hal-hal
yang belum dipahami oleh siswa. Seperti pada pertemuan pertama,
tahap
selanjutnya
adalah
pemberian
kuis
individual
untuk
menentukan skor kemajuan tiap siswa dan skor perolehan kelompok.
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang materi perubahan lingkungan fisik yaitu
cahaya matahari dan gelombang laut. Pada akhir siklus pertama ini,
siswa diberikan soal evaluasi untuk menentukan peningkatan hasil
belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Guru menutup pembelajaran pertemuan kedua dengan do’a
bersama yang dipimpin oleh ketua kelas.
C. Observasi
Pada kegiatan observasi dalam pertemuan kedua, yang diamati
adalah hasil belajar siswa dan pengamatan berdasarkan lembar observasi.
Berikut ini adalah pemaparan hasil pengamatan berdasarkan lembar
observasi.
1) Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan kedua Siklus I
Persentase hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02
pada pertemuan kedua siklus I dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini:
Tabel 17
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Nilai
< 65
≥ 65
Jumlah
Rata-rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
KKM
Jumlah Siswa Persentase (%)
7
33,33%
14
66,67%
21
100%
72,85
100
50
65
Keterangan
Belum tuntas
Tuntas
45
Berdasarkan tabel persentase ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus I didapatkan data bahwa dari 21 siswa yang mengerjakan
soal tes evaluasi, siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal adalah sebanyak 7 siswa atau 33,33% sedangkan
untuk siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah
sebanyak 14 siswa atau 66,67% dengan rata-rata kelas yang dicapai
yaitu 72,85. Jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum
dilaksanakannya
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi kenaikan jumlah siswa
yang memenuhi KKM yaitu yang semula 10 siswa sedangkan pada
siklus I jumlah siswa yang memenuhi KKM berjumlah 14 siswa.
Rata-rata kelas pun meningkat dari yang semula sebesar 60,21
sedangkan pada pembelajaran siklus I menjadi 72,85 atau meningkat
sebanyak 12, 64 poin. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat diagram
ketuntasan hasil belajar siklus I pada gambar 3.
43,47%
66,67%
Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 3
Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar siklus I
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA di kelas 4 SDN
Dadapayam 02 dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
meningkatkan jumlah siswa yang nilainya memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal. Meskipun demikian penelitian tidak berhenti
46
pada siklus I, karena pada siklus I belum memenuhi indikator kinerja
yang telah dipaparkan pada bab III yaitu sebesar 80% dari jumlah
siswa yang hadir mendapatkan nilai yang memenuhi KKM dan untuk
lebih menguatkan hasil belajar siswa akan dilanjutkan pembelajaran
pada siklus II.
2) Hasil Analisis Lembar Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan kedua
dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.
Tabel 18
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan ke-2
Skor
Aktivitas
Frekuensi Jumlah
1
8,13,18,25
4
4
2
9,14,16,17,19,20,22,
7
14
3
3,5,10,12,24,26,28,29,30
9
27
4
1,2,4,6,7,11,15,21,23,27,31,32,33
13
52
Jumlah
97
Berdasarkan tabel 18 didapat data bahwa jumlah skor yang
diperoleh adalah 97. Apabila dilihat dari tabel 14 maka skor 97
dikualifikasikan mendapatkan nilai B. Pada pertemuan kedua siklus I
dari hasil penskoran lembar observasi guru dapat disimpulkan
mengalami peningkatan sebesar 12 poin dari yang semula 85 poin
menjadi 97 poin. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembelajaran
pertemuan kedua siklus I sudah lebih baik dari pembelajaran
pertemuan pertama siklus I. Akan tetapi pembelajaran pada pertemuan
kedua juga masih terdapat kekurangan yang antara lain guru tidak
mengaitkan materi dengan realitas kehidupan atau hanya sekedar
berpatok pada penyampaian materi saja, penggunaan media juga
belum
maksimal
dikarenakan
pada
pembelajaran
ini
hanya
menggunakan sumber belajar yaitu dari rangkuman materi dan gambar
saja.
47
3) Hasil Analisis Lembar Observasi Siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap
aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus I diperoleh data hasil
observasi yang dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini.
Tabel 19
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-2
Skor
Aktivitas
Frekuensi Jumlah
1
2
8,15,22
3
6
3
1,3,4,5,7,10,13,17,20,23
10
30
4
2,6,9,11,12,14,16,18,19,21
10
40
Jumlah
76
Dari data pada tabel 19 diketahui bahwa jumlah skor yang
diperoleh berjumlah 76. Kemudian jumlah skor tersebut jika dilihat
dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa pada tabel 16 masuk
dalam kualifikasi nilai B. Jika dibandingkan dengan skor perolehan
lembar observasi siswa pada pertemuan pertama siklus I sebesar 60,
dapat disimpulkan bahwa pada skor lembar observasi pertemuan
kedua siklus II mengalami peningkatan sebesar 16 poin yaitu menjadi
76. Akan tetapi pada aktivitas siswa pertemuan kedua siklus I juga
masih terdapat kekurangan antara lain siswa belum terlihat aktif
bertanya pada saat pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran kali
ini juga ada peningkatan dalam segi antusiasme siswa dalam
mengikuti pembelajaran, tidak seperti pada pertemuan pertama
dimana masih terlihat gaduh asyik bermain sendiri dengan temannya.
D. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi hasil belajar siklus I hasil belajar siswa
pada siklus I memang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
hasil belajar pada prasiklus. Hasil Belajar pada prasiklus diketahui bahwa
jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 43,47% dari
jumlah total siswa yaitu 23 siswa, sedangkan pada siklus I jumlah siswa
yang nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 66,67% dari jumlah total
48
siswa yang hadir sebanyak 21 siswa. Akan tetapi pembelajaran pada siklus
I ini belum berhasil mencapai kriteria yang ditentukan yaitu sebesar 80%
karena ketuntasan belajar baru 66,77%.
Berdasarkan hasil diskusi pengajar dengan observer , dalam
pembelajaran pada pertemuan kedua dinilai sudah lebih baik apabila
dibandingkan dengan pertemuan pertama. Guru mulai dapat menciptakan
kondisi belajar yang kondusif, yaitu mengarahkan siswa agar bekerja sama
di dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa juga
sudah mulai terlihat antusias dalam mengerjakan tugas kelompok.
Dari hasil refleksi ini akan digunakan sebagai acuan dalam
memperbaiki
pembelajaran
pada
siklus
selanjutnya.
Perbaikan
pembelajaran ini dimaksudkan agar hasil belajar siswa memenuhi target
KKM = 65 sebesar 80% dari total siswa yang hadir pada waktu
pembelajaran.
Adapun hasil diskusi antara guru dengan peneliti
untuk
menentukan solusi yang akan ditempuh guna memperbaiki pembelajaran
selanjutnya adalah guru harus lebih giat lagi membimbing siswa untuk
bekerja di dalam kelompok agar siswa lebih fokus dalam pembelajaran dan
tidak terjadi kegaduhan antar siswa.
4.2.3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan
pembelajaran
siklus
II
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan hasil dari pembelajaran siklus I guna memeroleh hasil yang
lebih baik lagi. Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II.
4.2.3.1. Pertemuan Pertama
A. Perencanaan
Berdasarkan hasil diskusi antara observer dengan peneliti, maka
dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan kembali RPP, alat,
dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, serta alat-alat
49
pengumpulan data yang telah direvisi guna memeroleh hasil belajar yang
lebih baik dari siklus I.
B. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar
merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat di dalam tahap
perencanaan ke dalam pembelajaran siklus II. Berikut ini adalah deskripsi
pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II.
1.
Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar antara lain
memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam,
menanyakan kondisi peserta didik. Guru mengumumkan hasil
penilaian kelompok dari hasil mengerjakan kuis individual dan
memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapatkan poin paling
tinggi. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu
bertanya kepada siswa tentang pengalaman siswa apakah pernah
melihat terjadinya bencana tanah longsor. Dilanjutkan
menginformasikan
tujuan
pembelajaran
serta
cakupan
pengajar
materi
pembelajaran hari ini tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan dan cara pencegahannya (erosi dan abrasi).
2.
Kegiatan Inti
Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya.
Dilajutkan tanya jawab antara guru dengan siswa tentang berbagai
faktor penyebab lingkungan fisik. Kegiatan selanjutnya adalah guru
membagi kembali siswa ke dalam kelompok dengan anggota
kelompok berbeda dengan pembelajaran siklus I. Hal ini dimaksudkan
agar memberi kesempatan siswa agar belajar bersama teman yang
lain. Siswa di bagi ke dalam kelompok besar yang terdiri dari 5 siswa
dalam satu kelompok yang terdiri dari siswa dengan kemampuan
heterogen yang terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa
berkemampuan sedang dan 2 siswa berkemampuan rendah.
50
Berbeda dengan pembagian kelompok yang terjadi pada siklus I,
pada siklus II siswa nampak lebih bisa menerima anggota kelompok
yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini menandakan bahwa siswa
sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang menuntut siswa bekerja sama dalam kelompok yang
anggotanya telah ditentukan.
Setelah siswa dibagi dalam kelompok, kemudian guru
membagikan bahan diskusi kelompok tentang materi pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya
yaitu mengenai banjir dan erosi. Siswa terlihat antusias dalam
menyelesaikan bahan diskusi kelompok. Guru juga terlihat lebih aktif
lagi dalam membimbing siswa bekerja di dalam kelompok.
Tahap berikutnya adalah pewakilan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada waktu
memilih perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi
kelompok tidak lagi saling melemparkan siapa yang akan maju untuk
membacakan hasil diskusi, akan tetapi para siswa saling berebut untuk
maju membacakan hasil diskusi kelompok. Tahap berikutnya adalah
membuat kesimpulan bersama-sama antara guru dengan siswa tentang
hasil diskusi kelompok yang telah dipesentasikan. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami. Langkah selanjutnya adalah pemberian kuis kepada siswa
yang dikerjakan secara individu. Skor awal dari kuis individu pada
siklus kedua telah diperbaharui berdasarkan hasil skor individual pada
siklus I.
3.
Kegiatan Akhir
Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang materi pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan dan cara pencegahannya yaitu mengenai banjir dan
erosi. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan do’a bersama
dipempin oleh ketua kelas.
51
C. Observasi
Pada kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran pertama siklus II,
yang diamati adalah hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi yang
dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer pelaksanaan
pembelajaran siklus II. Berikut ini adalah pemaparan hasil pengamatan
berdasarkan lembar observasi guru dan siswa.
1) Analisis Hasil Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan pertama
siklus II dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini.
Tabel 20
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan ke-1
Skor
1
Aktivitas
13
Frekuensi
1
Jumlah
1
2
2,7,10,14,21,30
6
12
3
1,3,5,9,15,16,18,20,23,25,28,31,32,33
14
42
4
4,6,8,11,12,17,19,22,24,26,27,29
12
48
Jumlah
103
Berdasarkan tabel 20 didapat data bahwa jumlah skor yang
diperoleh adalah 103. Apabila dilihat dari tabel 14 maka skor
perolehan sebesar 103 dikualifikasikan mendapatkan nilai B. Aktivitas
guru dalam pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain dalam
alokasi waktu dalam menyelesaikan lebih dari waktu yang telah
ditentukan yaitu melebihi 10 menit dari waktu yang ditentukan. Hal
ini dikarenakan waktu untuk menyelesaikan diskusi yang dijadwalkan
selama 20 menit selesai dalam waktu 30 menit.
2) Analisis Hasil Observasi Siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap
aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus II diperoleh data hasil
observasi yang dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini.
52
Tabel 21
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan ke-1
Skor
Aktivitas
Frekuensi Jumlah
1
2
4,16
2
4
3
3,5,6,13,15,17,18,22
8
24
4
1,2,7,8,9,10,11,12,14,19,20,21,23
13
52
Jumlah
80
Data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 21 kemudian
dianalisis hasil penskorannya dengan menggunakan tabel kriteria
penskoran lembar observasi siswa pada tabel 16. Diketahui bahwa
jumlah skor yang diperoleh sebesar 80 poin. Kemudian jumlah skor
tersebut jika dilihat dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa
masuk dalam kualifikasi nilai B. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
masih
terdapat
kekurangan
antara
lain
yaitu
siswa
tidak
memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran.
D. Refleksi
Berdasarkan analisis hasil lembar observasi siswa dan guru yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada
pertemuan pertama siklus II ini masih terdapat kekurangan. Kekurangan
tersebut antara lain alokasi waktu dalam menyelesaikan lebih dari waktu
yang telah ditentukan yaitu melebihi 10 menit dari waktu yang ditentukan,
al ini dikarenakan waktu untuk menyelesaikan diskusi yang dijadwalkan
selama 20 menit selesai dalam waktu 30 menit. Kemudian siswa tidak
memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran dikarenakan
siswa terlihat kelelahan sehabis bermain pada waktu istirahat. Berdasarkan
kekurangan-tersebut akan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran
pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan
guru ditentukan solusi guna memperbaiki pembelajaran selanjutnya adalah
agar lebih memperbaiki alokasi waktu pembelajaran, pengajar harus lebih
tegas lagi dalam menentukan alokasi waktu tiap tahap dalam
pembelajaran.
53
4.2.3.2. Pertemuan Kedua
A. Perencanaan
Berdasarkan hasil diskusi antara observer dengan peneliti, maka
dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan kembali RPP, alat
dan bahan ajar. Menyiapkan lembar kerja siswa, lembar observasi yang
akan digunakan untuk menilai kegiatan siswa dan guru yang digunakan
dalam penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
B. Pelaksanaan
Berikut ini adalah gambaran pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan kedua siklus II.
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar dalam pertemun
kedua adalah
memulai pembelajaran dengan memimpin doa,
mengucapkan salam, menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan
dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa
tentang materi sebelumnya. Selanjutnya pengajar menginformasikan
tujuan pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran hari ini
pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara
pencegahannya (banjir dan tanah longsor). Guru mengumumkan hasil
penilaian kelompok dari hasil mengerjakan kuis individual dan
memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapatkan poin paling
tinggi.
2. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan sedikit tentang materi pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya (banjir dan
tanah longsor). Siswa kembali dibagi dalam kelompok dengan
anggota masing-masing kelompok sama seperti pada pertemuan
pertama. Kemudian tiap kelompok dibagikan bahan diskusi tentang
materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara
pencegahannya (banjir dan tanah longsor). Guru memotivasi dan
membantu siswa dalam diskusi jika ada yang mengalami kesulitan.
54
Kegiatan berikutnya adalah mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas
dilanjutkan membuat kesimpulan hasil
diskusi kelompok yang telah dipresentasikan dan tanya jawab hal-hal
yang belum dipahami oleh siswa. Seperti pada pertemuan pertama,
tahap selanjutnya adalah pemberian kuis individual untuk menentukan
skor kemajuan tiap siswa dan skor perolehan kelompok.
Guru
bersama-sama
dengan
siswa
menyimpulkan
hasil
pembelajaran. Pada akhir siklus pertama ini diberikan soal evaluasi
untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD.
Guru
menutup
pembelajaran perteuman kedua dengan do’a bersama yang dipimpin
oleh ketua kelas
C. Observasi
Pada kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran kedua siklus II,
yang diamati adalah hasil belajar siswa dan hasil pengamatan berdasarkan
lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai
observer pelaksanaan pembelajaran siklus II. Berikut ini adalah pemaparan
hasil belajar siswa dan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi
guru dan siswa.
1) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN
Dadapayam 02 pada akhir siklus II dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 22 berikut
ini:
55
Tabel 22
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Nilai
Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan
< 65
Belum tuntas
≥ 65
22
100%
Tuntas
Jumlah
22
100%
Rata-rata
80,23
Nilai tertinggi
100
Nilai terendah
65
KKM
65
Berdasarkan tabel persentase ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus II, diperoleh data bahwa dari 22 siswa yang mengerjakan
soal tes evaluasi, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang dari
Kriteria
Ketuntasan
Minimal,
sedangkan
untuk
siswa
yang
mendapatkan nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah
sebanyak 22 siswa atau 100% dengan rata-rata kelas yang dicapai
yaitu 80,23. Jika dibandingkan dengan pembelajaran siklus I terjadi
kenaikan jumlah siswa yang memenuhi KKM yaitu yang semula 14
siswa menjadi berjumlah 22 siswa pada siklus. Rata-rata kelas pun
meningkat dari 72,85 pada siklus menjadi 80,23 pada siklus II atau
meningkat sebanyak 7,38 poin. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat
diagram ketuntasan hasil belajar siklus II pada gambar 4.
0,00%
Tuntas
100,00%
Belum Tuntas
Gambar 4
Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
56
Berdasarkan data hasil belajar siklus II maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada pembelajaran IPA di kelas 4 SDN Dadapayam 02 dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan jumlah siswa
yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Pembelajaran
pada siklus II dikatakan berhasil karena semua siswa mendapatkan
nilai yang memenuhi KKM dan jumlah siswa yang telah memenuhi
KKM adalah 100%. Hal ini menandakan bahwa hasil pembelajaran
telah melampaui indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu 80%
dari jumlah siswa memenuhi KKM sebesar = 65.
2) Analisis Hasil Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan kedua
dapat dilihat pada tabel 23 berikut.
Tabel 23
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan ke-2
Skor
Aktivitas
Frekuensi Jumlah
1
2
14,18,19
3
6
1,2,4,6,7,10,12,13,16,17,21,25,
3
27,28,29,32,33
17
51
4
3,5,8,9,11,15,20,22,23,24,26,30,31
13
52
Jumlah
109
Berdasarkan tabel 23 didapat data bahwa jumlah skor yang
diperoleh adalah 109. Apabila dianalisis menurut tabel 14 yaitu tabel
kriteria skor lembar observasi guru maka skor perolehan 109
dikualifikasikan mendapatkan nilai B. Pada pertemuan kedua siklus II
dari hasil penskoran lembar obserasi guru dapat disimpulkan
mengalami peningkatan sebesar 6 poin dari yang semula 103 poin
menjadi 109 poin. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada
pertemuan kedua siklus II sudah lebih baik dari pembelajaran
pertemuan pertama siklus II.
57
3) Analisis Lembar Observasi Siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap
aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II diperoleh data hasil
observasi yang dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini.
Tabel 24
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan ke-2
Skor
Aktivitas
Frekuensi
Jumlah
1
2
4,6
2
4
3
1,5,7,14,20
5
15
2,3,8,9,10,11,12,13,15,16,17,18,
4
16
64
19,21,22,23
Jumlah
83
Dari data pada tabel 24 diketahui bahwa jumlah skor yang
diperoleh berjumlah 83 poin. Kemudian jumlah skor tersebut jika
dilihat dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa pada tabel 16
masuk dalam kualifikasi nilai A. Jika dibandingkan dengan skor
perolehan lembar observasi siswa pada pertemuan pertama siklus II
sebesar 80, dapat disimpulkan bahwa pada skor lembar observasi
pertemuan kedua siklus II mengalami peningkatan sebesar 3 poin
yaitu menjadi 3.
D. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi hasil belajar siklus II hasil belajar
siswa pada siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil
belajar pada siklus I. Pada Siklus diketahui bahwa jumlah siswa yang
nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 66,67% dari jumlah total siswa
yang hadir yaitu 21 siswa, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang
nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 100% dari jumlah total siswa
yang hadir sebanyak 22 siswa. Berdasarkan dari hasil belajar siswa pada
siklus II ini dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang nilainya
memenuhi KKM telah melampaui target indikator kinerja sebanyak 80%.
Sedangkan jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sejumlah
58
100%. Dari jumlah pencapaian siswa yang telah memenuhi KKM sebesar
100% siswa, penelitian ini dihentikan hanya sampai pada siklus II karena
atas dasar pertimbangan 100% siswa telah memenuhi KKM.
4.3.
Analisis Data
Berdasarkan paparan hasil penelitian pada pembelajaran siklus I dan siklus
II dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA melalui
penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berikut ini dapat dilihat tabel rekapitulasi hasil belajar siswa mulai dari kondisi
awal, siklus I, dan siklus II dalam tabel 25.
Tabel 25
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Kelas 4 SDN Dadapayam 02 pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Kategori
Persen
Persen
Persen
No
Ketuntasan Jumlah
tase
Jumlah
tase
Jumlah
tase
(%)
(%)
(%)
1 Tuntas
10
43,47%
14
66,67%
22
100%
2
Belum
Tuntas
Jumlah
Siswa
Rata-rata
Kelas
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
13
56,53%
7
33,33%
-
23
21
22
60,21
72,85
80,23
80
100
100
40
50
65
-
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil belajar pada tabel 25 terlihat adanya
peningkatan jumlah ketuntasan siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada waktu kondisi awal tercatat dari
23 siswa terdapat 13 siswa (56,53%) yang belum tuntas. Kemudian pada hasil
belajar siklus I tercatat dari 21 siswa terdapat 7 siswa (33,33%) yang belum
tuntas, berlanjut pada hasil belajar siklus II tercatat dari 22 siswa tidak ada yang
59
belum tuntas atau 100% tuntas. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA kelas 4 di SDN
Dadapayam 02 dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok bahasan
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Untuk lebih jelas
lagi dapat dilihat perbandingan hasil ketuntasan siswa pada gambar 5.
100%
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
66,67%
56,53%
Belum Tuntas
43,47%
50,00%
Tuntas
33,33%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0%
0,00%
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 5
Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Siswa pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
4.4.
Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang
pada kelas 4 dalam mata pelajaran IPA dengan jumlah siswa 23. Berdasarkan
hasil observasi pembelajaran yang telah dilakukan di kelas 4 SDN Dadapayam 02
Kabupaten Semarang ditemukan berbagai permasalahan pada pembelajaran.
Permasalahan tersebut yaitu peserta didik dinilai masih pasif dalam pembelajaran
karena guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Siswa
hanya menerima informasi dari guru, membahas LKS mengerjakan tugas dan
penilaian. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan dan hasil belajar siswa yang rendah. Permasalahan ini
60
dapat dilihat dari nilai tes semester ganjil pada mata pelajaran IPA yang
menunjukkan masih banyak peserta didik yang memeroleh nilai di bawah KKM
yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu = 65. Dari 23 siswa terdapat 10 (43,47%)
siswa yang nilainya telah memenuhi KKM. sebanyak 13 siswa (56,53%) nilai
yang diperoleh belum memenuhi KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 60,21.
Berlandaskan
dari
hasil
observasi
tersebut
maka
perlu
adanya
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, berdiskusi,
berpikir kritis, dan juga menanamkan tentang perbedaan dalam kelompok dan
bagaimana cara untuk mengatasi berbagai permasalahan untuk mencapai satu
tujuan yang sama. Kemudian dilaksanakanlah penelitian di dalam pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
guna
meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
siswa di dalam kelompok. Siswa saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru dalam
hal ini berperan sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses
belajar. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara
lain meningkatkan kecakapan individu dan kelompok, menghilangkan prasangka
buruk terhadap teman sebaya karena pembelajaran ini menekankan pada
kerjasama tanpa memilih-milih teman, model pembelajaran ini juga tidak bersifat
kompetitif.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dari akhir pembelajaran
setiap siklus siswa diberikan soal evaluasi yang berfungsi untuk mengukur
peningkatan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran siklus I tercatat bahwa dari
21 siswa yang hadir sebanyak 7 siswa (33,33%) belum mencapai KKM, dan
sejumlah 14 siswa (66,67%) telah mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas
sebesar 72,85. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal terlihat bahwa hasil
belajar pada siklus I mengalami peningkatan jumlah siswa yang nilainya
memenuhi KKM yaitu jika dipersentasikan adalah sebesar 10,14%. Peningkatan
ini dirasa masih belum optimal dan belum sesuai dengan indikator kinerja yang
61
telah ditetapkan yaitu besaran siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah
sebesar 80%.
Adapun faktor penyebab belum optimalnya hasil belajar siswa adalah
siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
menuntut siswa untuk belajar bersama di dalam kelompok dimana anggota
kelompok ditentukan oleh guru. Dalam pembelajaran kelompok yang biasa siswa
lakukan adalah dengan jalan menentukan anggota kelompoknya sendiri sesuai
dengan keinginan siswa. Hal ini menyebabkan kerjasama kelompok belum
berjalan secara maksimal.
Guru dalam pembelajaran juga dinilai masih belum maksimal. Guru belum
bisa mengoptimalkan kerjas siswa di dalam kelompok seperti memotivasi dan
mengarahkan untuk menyelesaikan tugas kelompok. Hal ini menyebabkan siswa
tidak berkonsentrasi menyelesaikan tugas kelompok tetapi saling berbicara dan
bermain dengan siswa yang lainnya.
Pembelajaran kemudian dilanjutkan pada siklus II. Dalam pembelajaran
siklus II ini tercatat hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Dari 22
siswa yang hadir tercatat nilai siswa yang telah memenuhi KKM adalah sebanyak
sebanyak 22 siswa (100%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 80,23. Pada siklus
II ini sudah tidak ada siswa yang nilainya belum memenuhi KKM.
Dari paparan hasil penelitian dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar IPA. hal ini antara lain terjadi karena siswa mulai
terbiasa dengan belajar kelompok bersama siswa di dalam kelas dimana anggota
kelompok ditentukan oleh guru. Terlihat antusiasme siswa meningkat dalam
bekerja kelompok didukung juga oleh peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
yang telah berhasil mengarahkan siswa untuk memotivasi dan mengarahkan siswa
di dalam bekerja kelompok guna memperoleh hasil maksimal dalam belajar. Hal
ini sejalan dengan paparan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang dikemukakan oleh Robert Slavin yaitu menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
62
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sulastri (2012) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui
Pembelajaran kooperatif STAD dan Penggunaan Alat Peraga Konkret Tentang
Energi Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Sulastri mengungkapkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM
sebanyak 10 siswa (33,33%) dari total 30 siswa. Pada siklus I meningkat menjadi
21 siswa (70%) yang nilainya memenuhi KKM. Pada siklus II siswa yang nilainya
memenuhi KKM menjadi 26 siswa (86,67%).
Berdasarkan perolehan nilai hasil belajar siswa mata pelajaran IPA kelas 4
SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
tepat diterapkan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran IPA karena model
ini mendorong siswa untuk mengaktifkan dan meningkatkan interaksi siswa di
dalam pembelajaran terutama pembelajaran di dalam kelompok.
`
Download