BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Dadapayam 02 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang Semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan subyek penelitian kelas 4. Jumlah siswa kelas 4 sebanyak 23 orang. SDN Dadapayam 02 terletak di desa Dadapayam Kabupaten Semarang. Lokasi SD termasuk di derah pelosok desa dengan jarak tempuh dari kota Salatiga adalah 20 menit. Kondisi bangunan di sedang diadakan renovasi muai dari ruang kelas I sampai dengan kelas 6. Tahap renovasi SD sudah memasuki tahap akhir, sehingga ruang kelas yang baru sudah mulai ditempati walaupun masih ada beberapa bagian yang masih dalam pengerjaanseperti ada eternit ruang kelas 3. Sedangkan untuk fasilitas pembelajaran masih tergolong minim sekali, dikarenakan kurangnya alat peraga pembelajaran, belum terdapat ruang multimedia dan perpustakaannya pun belum lengkap dan teratur. Tenaga pengajar di SDN Dadapayam 02 ini terdiri dari guru kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan setiap kelas diampu 1 guru, juga terdapat tenaga pengajar yang mengampu mata pelajaran olahraga, agama, dan bahasa inggris, masing-masing diampu oleh 1 guru. 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal adalah kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi di kelas 4 SDN Dadapayam 02 dengan jumlah siswa 23 orang pada mata pelajaran IPA yaitu dengan melihat hasil nilai ujian semester I didapati bahwa hasil belajar IPA siswa sebanyak 13 siswa (56,53%) nilai yang diperoleh belum memenuhi KKM. Hal ini disebabkan guru dalam penyampaian materi masih menggunakan metode konvensional sehingga berpengaruh pada aktivitassiswa yang pasif karena hanya menerima materi yang diberikan oleh guru 35 36 saja. Persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa dapat dilihat lebih jelas pada tabel 12 berikut ini: Tabel 12 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan < 65 13 56,53% Belum tuntas ≥ 65 10 43,47% Tuntas Jumlah 23 100 Rata-rata 60,21 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 45 KKM 65 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memeroleh nilai kurang dari KKM = 65 sebanyak 13 siswa atau 56,53% dari total keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau i43,47% dari total seluruh siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terrendah adalah 45 dengan rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 60,21. Berikut ini disajikan diagram lingkaran persentase ketuntasan hasil belajar sebelum tindakan. 43,47% 56,53% Tuntas Belum Tuntas Gambar 2 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus 37 Berdasarkan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, maka dalam penelitian di SDN Dadapayam 02 ini digunakan moedel pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan rancangan seperti diuraikan di dalam bab sebelumnya guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakasanakan dalam dua siklus, dan disetiap siklus terdapat dua kali pertemuan. 4.2.2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I terbagi dalam dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 4.2.2.1. Pertemuan Pertama A. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Merancang RPP yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya. 2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran 3. Mempersiapkan lembar diskusi kelompok, lembar kuis individu, dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk guru dan siswa. B. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat di dalam tahap perencanaan ke dalam pembelajaran. Deskripsi pelaksanaan pertemuan pertama pada siklus I adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar antara lain memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam, menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa mengapa layanglayang dapat terbang. Semua jawaban siswa ditampung dan kemudian pengajar menginformasikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi 38 pembelajaran hari ini tentang perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya. 2. Kegiatan Inti Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya. Dilajutkan tanya jawab antara guru dengan siswa tentang berbagai faktor penyebab lingkungan fisik. Kegiatan selanjutnya adalah guru membagi siswa ke dalam kelompok besar yang terdiri dari 5 siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari siswa dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan 2 siswa berkemampuan rendah. Pembagian kelompok oleh guru ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang heterogen antar anggota kelompok yang berbeda-beda tingkat kemampuan akademik, dan gender seperti yang tertera dalam komponen model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada kegiatan pembagian kelompok ini tidak selancar yang dibayangkan oleh pengajar sebelumnya. Hal ini dikarenakan ternyata siswa belum terbiasa bekerja kelompok dengan anggota kelompok yang bukan pilihannya sendiri. Sehingga dampaknya terjadi keributan kecil karena siswa disatukan dengan siswa lain yang bukan pilihan mereka sendiri. Setelah siswa dibagi dalam kelompok, kemudian guru membagikan bahan diskusi kelompok tentang keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh terjadinya angin dan hujan. Dalam kegiatan diskusi kelompok ini juga belum terjadi kerjasama dan interaksi yang positif antar anggota kelompok untuk menyelesaikan bahan diskusi. Penyebabnya adalah seperti pada waktu kegiatan pembagian kelompok, siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok yang bukan pilihan mereka sendiri. Sebaliknya yang terjadi adalah siswa yang berbeda kelompok malah asyik mengobrol dan bermain. 39 Tahap berikutnya adalah pewakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada waktu memilih perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok terjadi keributan kecil karena siswa masih malu-malu untuk berdiri di depan kelas membacakan hasil diskusi kelompok. Kemudian dilanjutkan kegiatan membuat kesimpulan bersama-sama antara guru dengan siswa tentang hasil diskusi kelompok yang telah dipesentasikan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Langkah selanjutnya adalah pemberian kuis individu kepada siswa. Kuis individu ini berguna untuk menentukan skor kemajuan tiap siswa dengan ketentuan skor awal yang telah ditentukan dari nilai semester 1. Kemudian dari nilai kemajuan semua anggota kelompok ini dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Dari hasil pembagian tersebut didapat rata- rata nilai tiap kelompok. Kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi akan mendapatkan penghargaan berupa hadiah yang diberikan pada pertemuan selanjutnya. 3. Kegiatan Akhir Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran tentang materi perubahan lingkungan fisik. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan do’a bersama dipempin oleh ketua kelas. C. Observasi Pada kegiatan observasi, yang diamati adalah hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama. Berikut ini adalah pemaparan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi. 1) Analisis Hasil Observasi Guru Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini. 40 Tabel 13 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan ke-1 Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah 1 2,5,7,10,14,17,20,25 8 8 2 6,8,13,16,19,22,24,32 8 16 3 3,4,12,27,28,30,33 7 21 4 1,9,11,15,18,21,23,26,29,31 10 40 Jumlah 85 Dari data hasil observasi lembar observasi guru pada tabel 13 kemudian dihitung skor yang diperoleh menggunakan tabel kriteria skor lembar observasi guru pada tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Kriteria Skor Lembar Observasi Guru No Skor Kualifikasi 1 113 – 132 A 2 97– 112 B 3 81– 96 C 4 <81 D Pada tabel 13 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 85. Apabila dilihat dari tabel 14 maka skor 85 dikualifikasikan mendapatkan nilai C. Aktivitas guru dalam pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain dalam hal memeriksa kesiapan siswa belum terlaksana, guru belum mengarahkan siswa pada pembelajaran yang menumbuhkan sifat positif, guru belum mengoptimalkan kerjasama siswa di dalam kelompok seperti memotivasi dan mengarahkan untuk menyelesaikan tugas kelompok. 2) Analisis Hasil Observasi Siswa Berikut ini adalah hasil analisis dari lembar observasi siswa yang dilakukan oleh observer pada siklus I pertemuan pertama. Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas 41 siswa pada pertemuan pertama siklus I diperoleh data hasil observasi yang dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini. Tabel 15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-1 Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah 1 3,7,11,15,17 5 5 2 2,4,5,6,13 5 10 3 1,8,9,10,14,18,19 7 21 4 12,16,20,21,22,23 6 24 Jumlah 60 Data hasil observasi aktitas siswa pada tabel 15 kemudian dianalisis hasil penskorannya dengan menggunakan tabel kriteria penskoran lembar observasi siswa pada tabel 16. Tabel 16 Kriteria Skor Lembar Observasi Siswa No Skor Kualifikasi 1 83 – 92 A 2 70 – 82 B 3 47 – 69 C 4 24– 46 D 5 23 – 35 E Dari data pada tabel 15 diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh berjumlah 60. Kemudian jumlah skor tersebut jika dilihat dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa pada tabel 16 masuk dalam kualifikasi nilai C. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain yaitu siswa masih ribut sendiri ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran, interaksi positif siswa dalam kegiatan diskusi kelompok masih kurang karena siswa masih ribut sendiri dan bermain dengan siswa lain kelompok. D. Refleksi Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dinilai masih banyak kekurangan jika dilihat dari hasil analisis lembar observasi guru 42 dan lembar observasi siswa. Berdasarkan hasil diskusi pengajar dengan observer , kekurangan tersebut antara lain : a) siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menuntut siswa untuk belajar di dalam kelompok dimana anggota kelompok ditentukan oleh guru karena siswa terbiasa bekerja kelompok dengan anggota kelompok pilihan mereka sendiri, b) siswa masih terlihat asyik bermain dengan teman di luar kelompoknya, c) guru dalam pembelajaran kurang dapat mengarahkan siswa bekerja dalam kelompok karena faktor guru adalah bukan guru kelasnya jadi tingkat rasa hormat siswa kepada guru yang mengajar dinilai masih kurang. berdasarkan hasil refleksi ini akan digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya. Berdasarkan analisis hasil observasi dan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, maka peneliti dan guru kelas berdiskusi untuk menentukan solusi guna memperbaiki pembelajaran selanjutnya. Adapun solusi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lebih membimbing siswa untuk dapat bekerja dalam kelompok seperti melakukan pendekatan bertanya adakah kesulitan dalam mengerjakan tugas kelompok dan mengarahkan kesulitan siswa tersebut. 2. Memberikan penguatan tentang konsep pembelajaran STAD agar siswa lebih bersemangat lagi dalam bekerjasama di dalam kelompok. 4.2.2.2. Pertemuan kedua A. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini peneliti kembali mempersiapkan pembelajaran dengan mengacu kepada hasil refleksi pada pertemuan pertama. Persiapan untuk pembelajaran pertemuan kedua antara lain: 1. Merancang RPP yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya. 2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran 43 3. Mempersiapkan lembar diskusi kelompok, lembar kuis individu, soal evaluasi dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk guru dan siswa. B. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat di dalam tahap perencanaan ke dalam pembelajaran. Deskripsi pelaksanaan pertemuan kedua pada siklus I adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar dalam pertemuan kedua adalah memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam, menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa tentang materi sebelumnya. Selanjutnya pengajar menginformasikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran hari ini tentang perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya. 2. Kegiatan Inti Guru menjelaskan sedikit tentang materi penyebab perubahan lingkungan fisik yaitu cahaya matahari dan gelombang laut. Siswa kembali dibagi dalam kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sama seperti pada pertemuan pertama. Kemudian tiap kelompok dibagikan bahan diskusi tentang materi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh cahaya matahari dan gelombang laut. Pada pertemuan yang kedua ini, siswa sudah mulai terbiasa dengan anggota kelompoknya. Hal ini ditandai dengan sudah ada interaksi dan kerjasama antar anggota di dalam kelompok tidak seperti pada pertemuan yang pertama. Tetapi masih ada dua dan tiga siswa yang membuat gaduh dalam kelas. Guru memotivasi dan membantu siswa dalam diskusi jika ada yang mengalami kesulitan. Kegiatan berikutnya adalah mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dilanjutkan membuat kesimpulan hasil 44 diskusi kelompok yang telah dipresentasikan dan tanya jawab hal-hal yang belum dipahami oleh siswa. Seperti pada pertemuan pertama, tahap selanjutnya adalah pemberian kuis individual untuk menentukan skor kemajuan tiap siswa dan skor perolehan kelompok. 3. Kegiatan Akhir Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang materi perubahan lingkungan fisik yaitu cahaya matahari dan gelombang laut. Pada akhir siklus pertama ini, siswa diberikan soal evaluasi untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru menutup pembelajaran pertemuan kedua dengan do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. C. Observasi Pada kegiatan observasi dalam pertemuan kedua, yang diamati adalah hasil belajar siswa dan pengamatan berdasarkan lembar observasi. Berikut ini adalah pemaparan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi. 1) Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan kedua Siklus I Persentase hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02 pada pertemuan kedua siklus I dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini: Tabel 17 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Nilai < 65 ≥ 65 Jumlah Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah KKM Jumlah Siswa Persentase (%) 7 33,33% 14 66,67% 21 100% 72,85 100 50 65 Keterangan Belum tuntas Tuntas 45 Berdasarkan tabel persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I didapatkan data bahwa dari 21 siswa yang mengerjakan soal tes evaluasi, siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal adalah sebanyak 7 siswa atau 33,33% sedangkan untuk siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah sebanyak 14 siswa atau 66,67% dengan rata-rata kelas yang dicapai yaitu 72,85. Jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilaksanakannya pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi kenaikan jumlah siswa yang memenuhi KKM yaitu yang semula 10 siswa sedangkan pada siklus I jumlah siswa yang memenuhi KKM berjumlah 14 siswa. Rata-rata kelas pun meningkat dari yang semula sebesar 60,21 sedangkan pada pembelajaran siklus I menjadi 72,85 atau meningkat sebanyak 12, 64 poin. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat diagram ketuntasan hasil belajar siklus I pada gambar 3. 43,47% 66,67% Tuntas Belum Tuntas Gambar 3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar siklus I maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA di kelas 4 SDN Dadapayam 02 dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan jumlah siswa yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Meskipun demikian penelitian tidak berhenti 46 pada siklus I, karena pada siklus I belum memenuhi indikator kinerja yang telah dipaparkan pada bab III yaitu sebesar 80% dari jumlah siswa yang hadir mendapatkan nilai yang memenuhi KKM dan untuk lebih menguatkan hasil belajar siswa akan dilanjutkan pembelajaran pada siklus II. 2) Hasil Analisis Lembar Observasi Guru Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini. Tabel 18 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan ke-2 Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah 1 8,13,18,25 4 4 2 9,14,16,17,19,20,22, 7 14 3 3,5,10,12,24,26,28,29,30 9 27 4 1,2,4,6,7,11,15,21,23,27,31,32,33 13 52 Jumlah 97 Berdasarkan tabel 18 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 97. Apabila dilihat dari tabel 14 maka skor 97 dikualifikasikan mendapatkan nilai B. Pada pertemuan kedua siklus I dari hasil penskoran lembar observasi guru dapat disimpulkan mengalami peningkatan sebesar 12 poin dari yang semula 85 poin menjadi 97 poin. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembelajaran pertemuan kedua siklus I sudah lebih baik dari pembelajaran pertemuan pertama siklus I. Akan tetapi pembelajaran pada pertemuan kedua juga masih terdapat kekurangan yang antara lain guru tidak mengaitkan materi dengan realitas kehidupan atau hanya sekedar berpatok pada penyampaian materi saja, penggunaan media juga belum maksimal dikarenakan pada pembelajaran ini hanya menggunakan sumber belajar yaitu dari rangkuman materi dan gambar saja. 47 3) Hasil Analisis Lembar Observasi Siswa Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus I diperoleh data hasil observasi yang dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini. Tabel 19 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-2 Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah 1 2 8,15,22 3 6 3 1,3,4,5,7,10,13,17,20,23 10 30 4 2,6,9,11,12,14,16,18,19,21 10 40 Jumlah 76 Dari data pada tabel 19 diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh berjumlah 76. Kemudian jumlah skor tersebut jika dilihat dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa pada tabel 16 masuk dalam kualifikasi nilai B. Jika dibandingkan dengan skor perolehan lembar observasi siswa pada pertemuan pertama siklus I sebesar 60, dapat disimpulkan bahwa pada skor lembar observasi pertemuan kedua siklus II mengalami peningkatan sebesar 16 poin yaitu menjadi 76. Akan tetapi pada aktivitas siswa pertemuan kedua siklus I juga masih terdapat kekurangan antara lain siswa belum terlihat aktif bertanya pada saat pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran kali ini juga ada peningkatan dalam segi antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, tidak seperti pada pertemuan pertama dimana masih terlihat gaduh asyik bermain sendiri dengan temannya. D. Refleksi Berdasarkan hasil observasi hasil belajar siklus I hasil belajar siswa pada siklus I memang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar pada prasiklus. Hasil Belajar pada prasiklus diketahui bahwa jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 43,47% dari jumlah total siswa yaitu 23 siswa, sedangkan pada siklus I jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 66,67% dari jumlah total 48 siswa yang hadir sebanyak 21 siswa. Akan tetapi pembelajaran pada siklus I ini belum berhasil mencapai kriteria yang ditentukan yaitu sebesar 80% karena ketuntasan belajar baru 66,77%. Berdasarkan hasil diskusi pengajar dengan observer , dalam pembelajaran pada pertemuan kedua dinilai sudah lebih baik apabila dibandingkan dengan pertemuan pertama. Guru mulai dapat menciptakan kondisi belajar yang kondusif, yaitu mengarahkan siswa agar bekerja sama di dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa juga sudah mulai terlihat antusias dalam mengerjakan tugas kelompok. Dari hasil refleksi ini akan digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya. Perbaikan pembelajaran ini dimaksudkan agar hasil belajar siswa memenuhi target KKM = 65 sebesar 80% dari total siswa yang hadir pada waktu pembelajaran. Adapun hasil diskusi antara guru dengan peneliti untuk menentukan solusi yang akan ditempuh guna memperbaiki pembelajaran selanjutnya adalah guru harus lebih giat lagi membimbing siswa untuk bekerja di dalam kelompok agar siswa lebih fokus dalam pembelajaran dan tidak terjadi kegaduhan antar siswa. 4.2.3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasil dari pembelajaran siklus I guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi. Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. 4.2.3.1. Pertemuan Pertama A. Perencanaan Berdasarkan hasil diskusi antara observer dengan peneliti, maka dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan kembali RPP, alat, dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, serta alat-alat 49 pengumpulan data yang telah direvisi guna memeroleh hasil belajar yang lebih baik dari siklus I. B. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat di dalam tahap perencanaan ke dalam pembelajaran siklus II. Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II. 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar antara lain memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam, menanyakan kondisi peserta didik. Guru mengumumkan hasil penilaian kelompok dari hasil mengerjakan kuis individual dan memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapatkan poin paling tinggi. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa tentang pengalaman siswa apakah pernah melihat terjadinya bencana tanah longsor. Dilanjutkan menginformasikan tujuan pembelajaran serta cakupan pengajar materi pembelajaran hari ini tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya (erosi dan abrasi). 2. Kegiatan Inti Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya. Dilajutkan tanya jawab antara guru dengan siswa tentang berbagai faktor penyebab lingkungan fisik. Kegiatan selanjutnya adalah guru membagi kembali siswa ke dalam kelompok dengan anggota kelompok berbeda dengan pembelajaran siklus I. Hal ini dimaksudkan agar memberi kesempatan siswa agar belajar bersama teman yang lain. Siswa di bagi ke dalam kelompok besar yang terdiri dari 5 siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari siswa dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan 2 siswa berkemampuan rendah. 50 Berbeda dengan pembagian kelompok yang terjadi pada siklus I, pada siklus II siswa nampak lebih bisa menerima anggota kelompok yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini menandakan bahwa siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menuntut siswa bekerja sama dalam kelompok yang anggotanya telah ditentukan. Setelah siswa dibagi dalam kelompok, kemudian guru membagikan bahan diskusi kelompok tentang materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya yaitu mengenai banjir dan erosi. Siswa terlihat antusias dalam menyelesaikan bahan diskusi kelompok. Guru juga terlihat lebih aktif lagi dalam membimbing siswa bekerja di dalam kelompok. Tahap berikutnya adalah pewakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada waktu memilih perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok tidak lagi saling melemparkan siapa yang akan maju untuk membacakan hasil diskusi, akan tetapi para siswa saling berebut untuk maju membacakan hasil diskusi kelompok. Tahap berikutnya adalah membuat kesimpulan bersama-sama antara guru dengan siswa tentang hasil diskusi kelompok yang telah dipesentasikan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Langkah selanjutnya adalah pemberian kuis kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Skor awal dari kuis individu pada siklus kedua telah diperbaharui berdasarkan hasil skor individual pada siklus I. 3. Kegiatan Akhir Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran tentang materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya yaitu mengenai banjir dan erosi. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan do’a bersama dipempin oleh ketua kelas. 51 C. Observasi Pada kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran pertama siklus II, yang diamati adalah hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer pelaksanaan pembelajaran siklus II. Berikut ini adalah pemaparan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi guru dan siswa. 1) Analisis Hasil Observasi Guru Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan pertama siklus II dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini. Tabel 20 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan ke-1 Skor 1 Aktivitas 13 Frekuensi 1 Jumlah 1 2 2,7,10,14,21,30 6 12 3 1,3,5,9,15,16,18,20,23,25,28,31,32,33 14 42 4 4,6,8,11,12,17,19,22,24,26,27,29 12 48 Jumlah 103 Berdasarkan tabel 20 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 103. Apabila dilihat dari tabel 14 maka skor perolehan sebesar 103 dikualifikasikan mendapatkan nilai B. Aktivitas guru dalam pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain dalam alokasi waktu dalam menyelesaikan lebih dari waktu yang telah ditentukan yaitu melebihi 10 menit dari waktu yang ditentukan. Hal ini dikarenakan waktu untuk menyelesaikan diskusi yang dijadwalkan selama 20 menit selesai dalam waktu 30 menit. 2) Analisis Hasil Observasi Siswa Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus II diperoleh data hasil observasi yang dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini. 52 Tabel 21 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan ke-1 Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah 1 2 4,16 2 4 3 3,5,6,13,15,17,18,22 8 24 4 1,2,7,8,9,10,11,12,14,19,20,21,23 13 52 Jumlah 80 Data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 21 kemudian dianalisis hasil penskorannya dengan menggunakan tabel kriteria penskoran lembar observasi siswa pada tabel 16. Diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh sebesar 80 poin. Kemudian jumlah skor tersebut jika dilihat dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa masuk dalam kualifikasi nilai B. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain yaitu siswa tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran. D. Refleksi Berdasarkan analisis hasil lembar observasi siswa dan guru yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II ini masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain alokasi waktu dalam menyelesaikan lebih dari waktu yang telah ditentukan yaitu melebihi 10 menit dari waktu yang ditentukan, al ini dikarenakan waktu untuk menyelesaikan diskusi yang dijadwalkan selama 20 menit selesai dalam waktu 30 menit. Kemudian siswa tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran dikarenakan siswa terlihat kelelahan sehabis bermain pada waktu istirahat. Berdasarkan kekurangan-tersebut akan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru ditentukan solusi guna memperbaiki pembelajaran selanjutnya adalah agar lebih memperbaiki alokasi waktu pembelajaran, pengajar harus lebih tegas lagi dalam menentukan alokasi waktu tiap tahap dalam pembelajaran. 53 4.2.3.2. Pertemuan Kedua A. Perencanaan Berdasarkan hasil diskusi antara observer dengan peneliti, maka dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan kembali RPP, alat dan bahan ajar. Menyiapkan lembar kerja siswa, lembar observasi yang akan digunakan untuk menilai kegiatan siswa dan guru yang digunakan dalam penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. B. Pelaksanaan Berikut ini adalah gambaran pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II. 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar dalam pertemun kedua adalah memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam, menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa tentang materi sebelumnya. Selanjutnya pengajar menginformasikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran hari ini pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya (banjir dan tanah longsor). Guru mengumumkan hasil penilaian kelompok dari hasil mengerjakan kuis individual dan memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapatkan poin paling tinggi. 2. Kegiatan Inti Guru menjelaskan sedikit tentang materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya (banjir dan tanah longsor). Siswa kembali dibagi dalam kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sama seperti pada pertemuan pertama. Kemudian tiap kelompok dibagikan bahan diskusi tentang materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dan cara pencegahannya (banjir dan tanah longsor). Guru memotivasi dan membantu siswa dalam diskusi jika ada yang mengalami kesulitan. 54 Kegiatan berikutnya adalah mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dilanjutkan membuat kesimpulan hasil diskusi kelompok yang telah dipresentasikan dan tanya jawab hal-hal yang belum dipahami oleh siswa. Seperti pada pertemuan pertama, tahap selanjutnya adalah pemberian kuis individual untuk menentukan skor kemajuan tiap siswa dan skor perolehan kelompok. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Pada akhir siklus pertama ini diberikan soal evaluasi untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru menutup pembelajaran perteuman kedua dengan do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas C. Observasi Pada kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran kedua siklus II, yang diamati adalah hasil belajar siswa dan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer pelaksanaan pembelajaran siklus II. Berikut ini adalah pemaparan hasil belajar siswa dan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi guru dan siswa. 1) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II Persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02 pada akhir siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini: 55 Tabel 22 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan < 65 Belum tuntas ≥ 65 22 100% Tuntas Jumlah 22 100% Rata-rata 80,23 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 65 KKM 65 Berdasarkan tabel persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II, diperoleh data bahwa dari 22 siswa yang mengerjakan soal tes evaluasi, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal, sedangkan untuk siswa yang mendapatkan nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah sebanyak 22 siswa atau 100% dengan rata-rata kelas yang dicapai yaitu 80,23. Jika dibandingkan dengan pembelajaran siklus I terjadi kenaikan jumlah siswa yang memenuhi KKM yaitu yang semula 14 siswa menjadi berjumlah 22 siswa pada siklus. Rata-rata kelas pun meningkat dari 72,85 pada siklus menjadi 80,23 pada siklus II atau meningkat sebanyak 7,38 poin. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat diagram ketuntasan hasil belajar siklus II pada gambar 4. 0,00% Tuntas 100,00% Belum Tuntas Gambar 4 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II 56 Berdasarkan data hasil belajar siklus II maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA di kelas 4 SDN Dadapayam 02 dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan jumlah siswa yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil karena semua siswa mendapatkan nilai yang memenuhi KKM dan jumlah siswa yang telah memenuhi KKM adalah 100%. Hal ini menandakan bahwa hasil pembelajaran telah melampaui indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu 80% dari jumlah siswa memenuhi KKM sebesar = 65. 2) Analisis Hasil Observasi Guru Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 23 berikut. Tabel 23 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan ke-2 Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah 1 2 14,18,19 3 6 1,2,4,6,7,10,12,13,16,17,21,25, 3 27,28,29,32,33 17 51 4 3,5,8,9,11,15,20,22,23,24,26,30,31 13 52 Jumlah 109 Berdasarkan tabel 23 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 109. Apabila dianalisis menurut tabel 14 yaitu tabel kriteria skor lembar observasi guru maka skor perolehan 109 dikualifikasikan mendapatkan nilai B. Pada pertemuan kedua siklus II dari hasil penskoran lembar obserasi guru dapat disimpulkan mengalami peningkatan sebesar 6 poin dari yang semula 103 poin menjadi 109 poin. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II sudah lebih baik dari pembelajaran pertemuan pertama siklus II. 57 3) Analisis Lembar Observasi Siswa Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II diperoleh data hasil observasi yang dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini. Tabel 24 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan ke-2 Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah 1 2 4,6 2 4 3 1,5,7,14,20 5 15 2,3,8,9,10,11,12,13,15,16,17,18, 4 16 64 19,21,22,23 Jumlah 83 Dari data pada tabel 24 diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh berjumlah 83 poin. Kemudian jumlah skor tersebut jika dilihat dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa pada tabel 16 masuk dalam kualifikasi nilai A. Jika dibandingkan dengan skor perolehan lembar observasi siswa pada pertemuan pertama siklus II sebesar 80, dapat disimpulkan bahwa pada skor lembar observasi pertemuan kedua siklus II mengalami peningkatan sebesar 3 poin yaitu menjadi 3. D. Refleksi Berdasarkan hasil observasi hasil belajar siklus II hasil belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I. Pada Siklus diketahui bahwa jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 66,67% dari jumlah total siswa yang hadir yaitu 21 siswa, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 100% dari jumlah total siswa yang hadir sebanyak 22 siswa. Berdasarkan dari hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM telah melampaui target indikator kinerja sebanyak 80%. Sedangkan jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sejumlah 58 100%. Dari jumlah pencapaian siswa yang telah memenuhi KKM sebesar 100% siswa, penelitian ini dihentikan hanya sampai pada siklus II karena atas dasar pertimbangan 100% siswa telah memenuhi KKM. 4.3. Analisis Data Berdasarkan paparan hasil penelitian pada pembelajaran siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berikut ini dapat dilihat tabel rekapitulasi hasil belajar siswa mulai dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II dalam tabel 25. Tabel 25 Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas 4 SDN Dadapayam 02 pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Kondisi Awal Siklus I Siklus II Kategori Persen Persen Persen No Ketuntasan Jumlah tase Jumlah tase Jumlah tase (%) (%) (%) 1 Tuntas 10 43,47% 14 66,67% 22 100% 2 Belum Tuntas Jumlah Siswa Rata-rata Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah 13 56,53% 7 33,33% - 23 21 22 60,21 72,85 80,23 80 100 100 40 50 65 - Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil belajar pada tabel 25 terlihat adanya peningkatan jumlah ketuntasan siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada waktu kondisi awal tercatat dari 23 siswa terdapat 13 siswa (56,53%) yang belum tuntas. Kemudian pada hasil belajar siklus I tercatat dari 21 siswa terdapat 7 siswa (33,33%) yang belum tuntas, berlanjut pada hasil belajar siklus II tercatat dari 22 siswa tidak ada yang 59 belum tuntas atau 100% tuntas. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA kelas 4 di SDN Dadapayam 02 dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok bahasan perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat perbandingan hasil ketuntasan siswa pada gambar 5. 100% 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 66,67% 56,53% Belum Tuntas 43,47% 50,00% Tuntas 33,33% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0% 0,00% Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Gambar 5 Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II 4.4. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang pada kelas 4 dalam mata pelajaran IPA dengan jumlah siswa 23. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang telah dilakukan di kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang ditemukan berbagai permasalahan pada pembelajaran. Permasalahan tersebut yaitu peserta didik dinilai masih pasif dalam pembelajaran karena guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Siswa hanya menerima informasi dari guru, membahas LKS mengerjakan tugas dan penilaian. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan hasil belajar siswa yang rendah. Permasalahan ini 60 dapat dilihat dari nilai tes semester ganjil pada mata pelajaran IPA yang menunjukkan masih banyak peserta didik yang memeroleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu = 65. Dari 23 siswa terdapat 10 (43,47%) siswa yang nilainya telah memenuhi KKM. sebanyak 13 siswa (56,53%) nilai yang diperoleh belum memenuhi KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 60,21. Berlandaskan dari hasil observasi tersebut maka perlu adanya pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, berdiskusi, berpikir kritis, dan juga menanamkan tentang perbedaan dalam kelompok dan bagaimana cara untuk mengatasi berbagai permasalahan untuk mencapai satu tujuan yang sama. Kemudian dilaksanakanlah penelitian di dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa di dalam kelompok. Siswa saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain meningkatkan kecakapan individu dan kelompok, menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya karena pembelajaran ini menekankan pada kerjasama tanpa memilih-milih teman, model pembelajaran ini juga tidak bersifat kompetitif. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dari akhir pembelajaran setiap siklus siswa diberikan soal evaluasi yang berfungsi untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran siklus I tercatat bahwa dari 21 siswa yang hadir sebanyak 7 siswa (33,33%) belum mencapai KKM, dan sejumlah 14 siswa (66,67%) telah mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 72,85. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal terlihat bahwa hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM yaitu jika dipersentasikan adalah sebesar 10,14%. Peningkatan ini dirasa masih belum optimal dan belum sesuai dengan indikator kinerja yang 61 telah ditetapkan yaitu besaran siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sebesar 80%. Adapun faktor penyebab belum optimalnya hasil belajar siswa adalah siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menuntut siswa untuk belajar bersama di dalam kelompok dimana anggota kelompok ditentukan oleh guru. Dalam pembelajaran kelompok yang biasa siswa lakukan adalah dengan jalan menentukan anggota kelompoknya sendiri sesuai dengan keinginan siswa. Hal ini menyebabkan kerjasama kelompok belum berjalan secara maksimal. Guru dalam pembelajaran juga dinilai masih belum maksimal. Guru belum bisa mengoptimalkan kerjas siswa di dalam kelompok seperti memotivasi dan mengarahkan untuk menyelesaikan tugas kelompok. Hal ini menyebabkan siswa tidak berkonsentrasi menyelesaikan tugas kelompok tetapi saling berbicara dan bermain dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran kemudian dilanjutkan pada siklus II. Dalam pembelajaran siklus II ini tercatat hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Dari 22 siswa yang hadir tercatat nilai siswa yang telah memenuhi KKM adalah sebanyak sebanyak 22 siswa (100%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 80,23. Pada siklus II ini sudah tidak ada siswa yang nilainya belum memenuhi KKM. Dari paparan hasil penelitian dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA. hal ini antara lain terjadi karena siswa mulai terbiasa dengan belajar kelompok bersama siswa di dalam kelas dimana anggota kelompok ditentukan oleh guru. Terlihat antusiasme siswa meningkat dalam bekerja kelompok didukung juga oleh peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang telah berhasil mengarahkan siswa untuk memotivasi dan mengarahkan siswa di dalam bekerja kelompok guna memperoleh hasil maksimal dalam belajar. Hal ini sejalan dengan paparan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Robert Slavin yaitu menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. 62 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2012) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran kooperatif STAD dan Penggunaan Alat Peraga Konkret Tentang Energi Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Sulastri mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 10 siswa (33,33%) dari total 30 siswa. Pada siklus I meningkat menjadi 21 siswa (70%) yang nilainya memenuhi KKM. Pada siklus II siswa yang nilainya memenuhi KKM menjadi 26 siswa (86,67%). Berdasarkan perolehan nilai hasil belajar siswa mata pelajaran IPA kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran IPA karena model ini mendorong siswa untuk mengaktifkan dan meningkatkan interaksi siswa di dalam pembelajaran terutama pembelajaran di dalam kelompok. `