BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan zat psikoaktif berbahaya yang mengandung 4000 zat kimia dan 20 macam diantaranya adalah racun yang mematikan (Hartini, 2014). Rokok bila dikonsumsi dapat menjadi sumber berbagai masalah kesehatan seoerti kanker, jantung, gangguan pernafasan, serta menjadi salah satu penyumbang kematian terbesar. Tingkat kematian akibar rokok di Indonesia mencapai 57.000 orang per tahun (Aulia, 2010). Merokok tidak hanya menimbulkan sejumlah bahaya medis yang mematikan, namun rokok juga memiliki bahaya psikologis, misalnya depresi dam skizofrenia. Kecanduan merokok juga merupakan bentuk perilaku adiktif yang menjadi masalah kesehatan jiwa sehinga dikelompokkan pada agangguan kecanduan (Albery & Mufano, 2011). Walaupun banyak orang yang sudah mengetahui bahaya perilaku merokok, namun masih banyak pula yang tidak meninggalkan kegiatan tersebut. Sehingga pemakaian tembakau khususnya merokok, masih terus menjadi perhatian di dunia kesehatan. Menurut dr. Margareth Chan Direktur Jendral WHO, penggunaan tembakau adalah salah satu penyebab kematian yang dapat di cegah. Di Negara-Negara ASEAN hampir sekitar 20% atau sekitar 121 juta orang penduduknya merupakan perokok, atau bisa dikatakan ASEAN merupakan penyumbang 10% dari total 1,51 miliar perokok dewasa di Dunia. Selama 50 tahun terakhir, kematian karena penggunaan tembakau meningkat tajam. Dari perkiraan 0,3 juta kematian dari tahun 1950, menjadi 6 juta pada tahun 2011. Wilayah ASEAN menyumbang hampir 10% dari kematian tersebut. Bisa dikatakan bahwa satu dari lima kematian yang terjadi di ASEAN disebabkan oleh perilaku merokok (SEATCA, 2013). Menurut data dari ASEAN Tobacco Control Report (ATCRC) tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat pertama pengguna rokok dengan persentase 50,68% dari total perokok se ASEAN, yang terdiri dari 36% perokok dewasa (>15 tahun) dengan 67,4% laki-laki dan 4,5% wanita dan perokok remaja (13-15 tahun) 41% remaja laki-laki dan 3,5% remaja wanita. Persentase tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2012, dimana persentase perokok dewasa di Indonesia saat itu adalah 34,7 % dengan perokok laki-laki sebesar 65,9% dan perekok wanita sebesar 4,2% (SEATCA,2015). Melihat data di atas, dapat dilihat bahwa perilaku merokok tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, namun juga dilakukan oleh wanita. Dari data tersebut bahkan terlihat jika perokok wanita mengalami peningkatan sebanyak 0,2% selama 3 tahun belakangan. Perilaku merokok pada wanita awalnya berawal dari negara-negara Industri yang kemudian diadopsi oleh wanita di negara-negara berkembang, sehingga banyak perusahaan-perusahaan tembakau yang bermigrasi dari negara industry ke negara berkembang. Karena itu di negara-negara bekerkembang mulai muncul risiko epidemi penyakit yang disebabkan karena penggunaan tembakau dalam hal ini adalah rokok. Data dari negara-negara industry menyatakan bahwa kematian wanita yang merokok lebih tinggi 90% dari pada mereka yang tidak merokok karena tingginya jumlah rokok yang dihisap dan durasi lamanya merokok. Risiko kematian dini dari wanita seluruh dunia dapat dicegah jika penggunaan tembakau oleh para wanita ini dapat dikontrol (WHO, 2010). Perilaku merokok aktif maupun pasif merupakan ancaman serius bagi kesehatan wanita dan anak-anak mereka. Merokok saat ini menyebabkan sekitar 0,5 juta kematian dini di kalangan wanita di negara-negara maju dan 0,3 juta di negaranegara berkembang setiap tahun. Diperkirakan 2013-2030 lebih dari 20 juta wanita meninggal akibat konsekuensi dari penggunaan tembakau (WHO, 2010). Wanita yang merokok memiliki dampak negative dengan resiko terhadap kesehatan lebih tinggi dari pada laki-laki. Diantaranya adalah, wanita yang merokok memiliki resiko kematian karena kanker paru yang lebih tinggi. Selain itu wanita perokok juga memiliki resiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskuler, PPOK, dan gangguan terkait tembakau lainnya. Selain risiko kesehatan yang sama dengan laki-laki perokok, wanita yang merokok juga akan menghadapi masalah khusus yang disebabkan oleh paparan tembakau karena perilaku merokok. Termasuk diantaranya adalah resiko yang lebih tinggi terkena kanker cervix, resiko siklus haid tidak teratur, resiko lebih tinggi untuk menderita dismenorea saat haid, serta risiko penyakit jantung koroner saat menggunakan kontrasepsi oral dan peningkatan risiko infertilitas. Resiko lebih besar bagi wanita hamil yang merokok selama masa kehamilan adalah adanya beberapa permasalahan ibu dan janin pada semua tahap perkembangan prenatal, saat lahir, pada masa bayi dan kanak-kanak, remaja, dan sepanjang hidup dewasa (WHO, 2010). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa merokok selama kehamilan dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi pada komplikasi kehamilan dan perinatal, seperti kehamilan ektopik, aborsi spontan, kelahiran prematur, solusio plasenta, hambatan pertumbuhan janin, dan mungkin juga sindrom kematian bayi mendadak. Selain itu ada juga bukti pada efek samping dari merokok selama kehamilan pada anak dari wanita perokok tersebut adalahdapat meningkatkan risiko asma anak, bronkitis dan penyakit mengi, obesitas, tekanan darah tinggi pada anakanak, diabetes, dan gangguan neurobehavioral di masa kecil dan remaja, termasuk masalah perilaku, hiperaktif, ketidakmampuan belajar, gangguan perhatian defisit, dan meningkatkan probabilitas merokok di kemudian hari. Baru-baru ini, telah dilaporkan bahwa bahkan merokok berat sebelum hamil, meskipun berhenti sebelum hamil, memiliki dampak negatif pada anak-anak di masa depan kemampuan kognitif (WHO,2010) . Selain itu pada wanita perokok akan mengalami menopause dini, dengan peningkatan insiden hot flashes dan memiliki risiko penyakit jantung dan osteoporosis. Pada wanita menopause, merokok memperburuk gambaran klinis dari penyakit kronis (misalnya hipertensi arteri) dan mendorong pengembangan atau perkembangan aterosklerosis, sebagian karena kontribusi yang lebih besar kemungkinan defisit pascamenopause dari dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S) untuk patologi ini pada wanita perokok daripada bukan perokok (WHO, 2010). Melihat beberapa fakta tersebut, perilaku merokok pada wanita sangatlah beresiko tinggi, dan resiko tertinggi akan diderita pada wanita perokok yang memiliki usia subur, yakni usia 15-49 tahun. Wanita usia subur bila merokok akan membahayakan bagi dirinya dan dari anak yang akan atau telah dikandung oleh mereka. Karena hal tersebut, berbagai penelitian tentang prevalensi wanita perokok dan faktor resikonya banyak dilakukan di berbagai negara. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku merokok. Menurut Green, faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah perilaku ada tiga, yaitu yang pertama faktor predisposising yang merupakan faktor dari dalam individu seperti agama,nilai,kepercayaan dan sosiodemografis, yang kedua faktor reinforcing yang merupakan faktor adanya perintah atau sanksi, dan yang ketiga faktor enabling yakni adanya lingkungan yang memungkinkan (Maulana, 2007). Pada perilaku merokok wanita usia subur, terdapat beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor sosiodemografis, memiliki pengaruh yang cukup besar pada seseorang untuk melakukan perilaku merokok. Di Iran, penilitian tentang prevalensi wanita perokok dengan faktor resiko berdasarkan sosio demografik menyatakan wanita yang tidak menikah memiliki peluang lebih tinggi menjadi perokok dibandingkan wanita yang menikah (OR :14,0;95% CI; 4,1-47,3) dan wanita dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki peluang lebih tinggi pula untuk merokok dibandingkan dengan wanita dengan pendidikan lebih rendah (OR:,.6;95% CI:1.3-5.0) (Baherai, 2014). Penelitian lain yang dilakukan di Pakistan justru menyatakan bahwasanya wanita menikah dengan usia rata-rata 37 tahun memiliki peluang lebih tinggi untuk merokok daripada yang tidak menikah. Mazurek, dalam penelitiannya terhadap wanita yang bekerja dengan usia subur di Amerika menyatakan bahwa wanita pekerja tersebut memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi perokok dengan (OR 17,3%;95% CI:16,7-17,8) (Mazurek, 2016). Priska Flandorfer (2010) dalam penelitiannya di berbagai negara maju di Eropa mengemukakan bahwa adanya asosiasi kuat antara seorang wanita yang bekerja dengan perilaku merokok. hal ini disebabkan adanya tekanan dalam pekerjaan mereka, selain itu dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa wanita bekerja yang merokok mendapatkan paparan dari pola hidup laki-laki yang biasa merokok (Flandorfer, 2010). Adanya beberapa resiko tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang masalah ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana pengaruh faktor sosiodemografis yang meliputi usia, marital status, status pekerjaan, pendidikan, lokasi tempat tinggal dan status ekonomi serta kepuasan hidup terhadap perilaku merokok pada wanita dengan usia subur aktif (14-49 tahun) di Indonesia. Peneliti melakukan analisis dengan menggunakan data IFLS 2014 yang menggambarkan 85% dari kondisi di Indonesia. B. Rumusan Masalah Bagaimana determinan perilaku merokok pada wanita usia subur : analisis faktor sosiodemografis C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umuum Untuk mengetahui determinan perilaku merokok pada wanitausia subur: analisis pada faktor sosiodemografis? 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan usia dengan perilaku merokok pada wanita usia subur. b. Mengetahui hubungan pendidikan dengan perilaku merokok pada wanita usia subur c. Mengetahui hubungan status marital dengan perilaku merokok pada wanita usia subur. d. Mengetahui hubungan status pekerjaan dengan perilaku merokok pada wanita usia subur e. Mengetahui hubungan domisili dengan perilaku merokok pada wanita usia subur f. Mengetahui hubungan status ekonomi dengan perilaku merokok pada wanita usia subur g. Mengetahui hubungan kepuasan dengan perilaku merokok pada wanita usia subur D. Manfaat Penelitian 1. Melalui hasil penelitian ini, pemerintah diharapkan dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang tepat mengatasi permasalahan perilaku merokok pada wanita usia subur di Indonesia 2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan melengkapi penelitian sebelumnya dengan menggambarkan kondisi permasalahan perilaku merokok pada wanita usia subur di Indonesia E. Keaslian Penelitian -demografis terhadap Prevalensi Perilaku Merokok Wanita pada Usia subur pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang hampir sama dengan topik tersebut adalah : 1. Dina, J (2013), dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita dalam Mengkonsumsi Rokok di Kabupaten Jember. Penelitian ini menyatakan adanya hubungan antara wanita bekerja, memiliki pendapatan dan berpendidikan tinggi dengan perilaku merokok 2. Baherai, A (2014), dengan judul A Population-based Survey on Prevalence of Cigarette Smoking and Its Socio-demographic Risk Factors Among Women of Reproductive Age in Teheran-Iran. Penelitian ini menyatakan bahwasanya wanita yang tidak menikah dan berpendidikan memiliki peluang lebih tinggi untuk merokok dibandingkan wanita yang menikah dan berpendidikan rendah 3. Mazurek, J.M (2016), dengan judul Cigarette Smoking Among Working Women of Reproductive Age-United States, 2009-2013. Penelitian ini menyatakan bahwa wanita yang bekerja memiliki peluang lebih tinggi untuk merokok.