MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) TESIS Untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat Mencapai Derajat Magister Disusun Oleh: RELIANI S540209316 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) Disusun Oleh: Reliani S540209316 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing: Pada Tanggal: 6 Agustus 2010 Dewan Pembimbing: Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA (K) NIP. 194903171976091001 ……………… ………… Pembimbing II Dr.Hermanu J.,M.Pd NIP. 195603031986031001 ……………… ………… Mengetahui, Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. M.M, M.Kes, PAK NIP. 194803131976101001 ii MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) Disusun Oleh: Reliani S540209316 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : 06 Agustus 2010 Dewan Penguji: Jabatan Ketua Nama Tanda Tangan : Prof. Bhisma Murti, dr. M.Sc, MPH., Ph.D NIP. 195510211994121001 .................................. Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M. Pd NIP. 196611081990032001 .................................. Anggota : Prof. Dr. Ambar Mudigdo. dr. Sp.PA (K) NIP. 194903171976091001 .................................. Anggota : Dr.Hermanu J.,M.Pd NIP. 195603031986031001 .................................. Mengetahui, Direktur PPS UNS Surakarta, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 195708201985031004 Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK NIP. 194803131976101001 iii LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama : Reliani NIM : S540209316 Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa proposal tesis berjudul “MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam proposal tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 6 Agustus 2010 Yang Membuat Pernyataan (Reliani) iv KATA PENGANTAR Kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Belajar dapat membawa perubahan dan perubahan itu pada pokoknya adalah diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Dalam melakukan proses pembelajaran dosen dapat memilih beberapa metode mengajar. Model pembelajaran kontekstual disebut efektif jika dalam pelaksanaannya meliputi tujuh tahapan kontekstual antara lain konstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Menurut beberapa ahli metode contextual teaching and learning sangat bagus untuk meningkatkan pemahaman dan membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Penulisan tesis ini berjudul ” MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)” ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan medel pembelajaran contextual teaching and learning dan modul asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan pembelajaran keperawatan jiwa. Penulisan tesis ini memang masih jauh dari harapan, tetapi penulis berharap tesis ini berguna sebagai sumber informasi pembaca, masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi peneliti selanjutnya. Penulis sadar bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan untuk itu saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sejawat dan para pembaca sangat penulis harapkan. Surakarta, 6 Agustus 2010 Penulis v UCAPAN TERIMA KASIH Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penyusunan proposal penenlitian tesis yang berjudul “MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari semua pihak yang terkait, proposal penelitian ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala hormat perkenankan penulis menyampaiakan terima kasih pada: 1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr., Sp.Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah member kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) 2. Prof. Drs. Suranto, MSC, PhD, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Univeristas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun tesis ini. 3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM, M.Kes.,PAK selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret. 4. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada penulis selama proses penulisan tesis ini. 5. Dr. Hermanu J, M.Pd pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada penulis selama proses penulisan tesis ini. 6. Dr. Hendro Riyanto, Sp.Kj selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan demi suksesnya program pendidikan yang penulis tempuh vi 8. I Wayan Wikarmadana, SE suamiku tercinta yang selalu memberikan dorongan baik secara materiil dan moral sehingga terselesaikan tesis ini. 9. Segenap Civitas Akademika Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabayaatas kerjasamanya sehingga penulis mendapat fasilitas dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian tesis ini 10. Para mahasiswa tercinta semester VI yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini 11. Semua pihak yang memotivasi sehingga penyusunan proposal ini terselesaikan. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan, mahasiswa dan para pembaca yang budiman, namun penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu penyempurnaan, untuk itu perlu kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Akhirnya dengan tulus penulis berdoa semoga amal kebaikan semua pihak mendapatkan pahala dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Surakarta, 6 Agustus 2010 Penulis vii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ………………………………………………………………….. i LEMBER PERSETUJUAN …………………………………………………… ii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….. iii LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. iv KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vi UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………… viii DAFTAR ISI ………..…………………………………………….…………….. ix DAFTAR GAMBAR ……...…………………………………….……………… x DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xi DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………….. xii DAFTAR LAMPIRAN .……..………………………………….……………… xiii ABSTRAK ………………………………………………………………………. xiv BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang ……………………..…………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ……………………..…………………………………. 5 C. Tujuan Penelitian …………………………..…………………………….. 6 1. Tujuan Umum …………………………………..…………………….. 6 2. Tujuan Khusus ………………………………………..…………......... 6 D. Manfaat Penelitian……….…………………………………..………….... 7 1. Manfaat Teoritis………………………………………………………. 7 2. Manfaat Praktis……………………………………………………….. 7 8 BAB II KAJIAN TEORITIK,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori………………………………………………………………. 8 1. Contextual teaching and learning……………………………………... 8 2. Konsep Pengembangan Modul………………………………………… 19 3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa……………………………………….. 24 B. Penelitian Yang Relevan…………………………………………………. 25 C. Kerangka Berpikir………………………………………………………... 27 D. Hipotesis………………………………………………………………….. 29 BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………. 30 A. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………. 30 B. Pendekatan Penelitian ………………………………………………........ 30 C. Subyek Penelitian………………….……………………………………... 32 D. Sumber Data dan Sampling…………………………………………......... 33 E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data …………………………….............. 33 F. Validitas Data……………………………………………………………. 35 G. Analsis Data……………………………………………………………… 36 H. Indikator Keberhasilan…………………………………………………… 38 I. Prosedur Penelitian……………………………………………………….. 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………. 50 A. Lokasi Penelitian……………………………………………………......... 50 B. Pelaksanaan Siklus……………………………………………………….. 52 1. Pelaksanaan Siklus I………………………………………………… 53 viii 2. Pelaksanaan Siklus II……………………………………………….. C. Hasil dan Pembahasan……………………………………………………. 1. Hasil Penelitian……………………………………………………….. a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa……………........ b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa…………………. c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa……………………….. 2. Pembahasan…………………………………………………………... a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa…........................ b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa…………………. c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa……………………….. D. Keterbatasan……………………………………………………………… BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………………………. A. Saran……………………………………………………………………… B. Implikasi………………………………………………………………….. C. Saran……………………………………………………………………… Daftar Pustaka…………………………………………………………………... Lampiran ………………………………………………………………………... ix 68 79 79 80 83 85 86 86 89 90 92 93 93 94 94 95 98 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian………………………………..…….. Gambar 2 Langkah-langkah PTK……………... ………………….……… Gambar 3 Kerangka Kerja Penerapan CTL……………………………….. Gambar 4 Photo Pelaksanaan Penerapan CTL……………………………. x Halaman 27 32 50 166 DAFTAR TABEL Tabel 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran………..……..... Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ……………... ………………….. Tabel 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran CTL…………… Tabel 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa………………………………... Tabel 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL……………….. Tabel 6 Praktek Mahasiswa pada pembelajaran CTL………………………... xi 80 82 83 84 84 85 DAFTAR DIAGRAM Diagram 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran……..…….... Diagram 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ……………... …………….. Diagram 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran CTL………………………………................................................ Diagram 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa…………………………….. Diagram 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL……………. Diagram 6 Praktek Mahasiswa pada pembelajaran CTL…………………….. xii 80 82 83 84 84 85 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I………………….. Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran Siklus II………………... Lampiran 3 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sebelum Tindakan… Lampiran 4 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sesudah Tindakan…. Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Dosen …………………………… Lampiran 6 Lembar Aktivitas Mahasiswa …………………………………. Lampiran 7 Instrumen Kuesioner ………………………………………….. Lampiran 8 Garis-Garis Besar Program Pembelajaran ……………………. Lampiran 9 Hasil Keterlaksanaan RPP …………………………………….. Lampiran 10 Data Aktivitas Mahasiswa Dalam Pembelajaran CTL.………. Lampiran 11 Analisis Ketuntasan Belajar …………………………………. Lampiran 12 Tabel Pelaksanaan Praktek Asuhan Keperawatan Jiwa ……... Lampiran 13 Tabel Hasil Tes Motivasi Post CTL …………………………. Lampiran 14 Soal Pre Post Siklus …………………………………………. Lampiran 15 Lembar Jawaban Ujian ………………………………………. Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Tes ……………………………………... Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Obyektif ………………………………………. Lampiran 18 Tabel Induk Data …………………………………………….. Lampiran 19 Analisis Butir Soal …………………………………………… Lampiran 20 Analisis Daya Beda ………………………………………….. Lampiran 21 Olah Data Analisis Daya Beda ………………………………. Lampiran 22 Verifikasi Butir Soal …………………………………………. Lampiran 23 Validitas Butir Soal ………………………………………….. Lampiran 24 Gambar Kegiatan CTL ………………………………………. Lampiran 25 Surat Permohonan Ijin Penelitian ……………………………. Lampiran 26 Modul Asuhan Keperawatan Jiwa …………………………… xiii 98 102 106 107 108 110 113 116 124 126 129 134 137 141 147 148 149 151 153 158 160 163 164 169 170 171 ABSTRAK Reliani, S540209316, 2010. Model contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa Unutk meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa, Tesis Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pasca Sarjana, , Universitas Sebelas Maret 2010. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui 1) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran, 2) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan hasil belajar dan 3) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan praktek keperawatan jiwa. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri 2 siklus, subyek penelitian atau sampel penelitian adalah mahasiswa semester enam dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara tidak terstruktur, observasi, dan kuesioner kemudian data divalidasi dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan triangulasi teori. Teknik analisis dengan menggunakan reduksi data, sajian data dan verifikasi. Pelaksanaan siklus I dan II meliputi meliputi tujuh komponen pembelajaran model Contextual Teaching And Learning yaitu komstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Pada pelaksanaan siklus I masih ditemukan adanya kekurangan yang berupa pelaksanaan RPP oleh peneliti 87,5% sangat baik tetapi masih belum dilakukan secara sistematis pada tahap modelling, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran 2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa dalam kategori 100% tinggi. Hasil belajar siklus I didapatkan masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya sedangkan yang tuntas sebesar 67,8% dan praktek asuhan keperawatan siklus I pada kategori sangat baik sebanyak 67,8% dan masih ada mahasiswa yang masih rendah nilai praktek keperawatan jiwa. Pada siklus II pelaksanaan RPP oleh dosen 100% sangat baik. Aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sangat baik 12,5%. Motivasi mahasiswa 100% tinggi. Hasil belajar pada siklus II 97,5% sangat baik. Sedangkan pelaksanaan praktek didapatkan hasil 90% sangat baik. Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran keperawatan jiwa, prestasi belajar dan praktek keperawatan jiwa sehingga peneliti menyarankan perlunya penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dalam perkuliahan. Kata kunci: contextual teaching and learning modul, kompetensi asuhan keperawatan xiv ABSTRACT Reliani, S540209316, 2010. The Contextual model of Learning and Teaching Modules And Soul fatherly care Nursing Mental Enhance Learning, Thesis : The Master of the Family Medicine Department in Health Professions Education Program Postgraduate Program Sebelas Maret University of Surakarta. The research aims to describe the effect of Contextual Teaching And Learning and teaching module Mental Nursing care in an effort to learning, learning achievement and competency of the soul of nursing care. This research design was used in Class-Action Research (Classroom Action Research), which comprises two cycles, the subject of research or study samples are four-semester students with a sampling technique using total sampling. Collecting data using unstructured interviews and observation, and questionnaires and then validated by using triangulation of data sources, triangulation techniques and triangulation theory. Analysis techniques using data reduction, data and verification. The research haved seven step in Contextual Teaching And Learning that were konstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Teaching activity categories very good of 87,5%, Student activity for study categories in cycle I of 2,5% is very good and Motivation competency sycle I 100% better. Based the result of a cycle of learning and menthal health care nursing in cycle I categories as many as 67,8% improved competence was 67,8%. In the cycle I still not better so this research use one cycle again. In the cycle II teaching activity in categories very good of 100% student activity was 12,5%, And Motivation competency sycle II 100% better. Student result from this cycle II is 97,5% was very good, and improved competence in menthal health care nursing 90% was good. The above data show an increase in academic achievement, student result and improved competence. Conclusion The study showed an increase in learning achievement and competency of the soul of nursing care so that the researcher suggests the need for the application of contextual learning Teaching And Learning in lectures. Keywords: Contextual Teaching and Learning Modules, Competency of nursing care xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata kuliah Keperawatan Jiwa dideskripsikan sebagai mata kuliah yang mempelajari dan mengkaji konsep asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan, halusinasi, waham, gangguan konsep diri: harga diri rendah, isolasi social: menarik diri. Dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah ini umumnya dilakukan dengan ceramah dan diskusi (metode clasikal), penugasan dan role play sehingga terkesan monoton, kurang menarik dan membuat mahasiswa tidak mandiri dalam belajar. Padahal Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, standar kompetensi Keperawatan Jiwa tidak hanya sekedar akumulasi dari sejumlah pengetahuan yang dihafal (aspek kognitif) tetapi juga pengembangan sikap (aspek afektif) dan ketrampilan tertentu yang tercermin dalam perilaku kehidupan (aspek psikomotor). Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian evaluasi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, nilai Keperawatan Jiwa pada tahun 2008-2009 kurang dari 65% dari jumlah mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Kenyataan ini menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa terhadap xvi mata kuliah keperawatan jiwa khususnya pada pokok bahasan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Berdasarkan data dari bagian profesi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya bahwa pencapaian kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada mahasiswa yang praktik profesi Ners tahun ajaran 2009-2010 hanya mencapai 62% dari jumlah mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Berdasarkan laporan pembimbing klinik kepada bagian profesi bahwa sebagian besar mahasiswa kesulitan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan halusinasi. Hal ini disebabkan karena pasien dengan halusinasi yang dirawat di Rumah Sakit rata-rata masuk tahap keempat diman pasien dikuasai oelh halusinasinya sehingga cenderung mengalami gangguan konsep diri, menarik diri, asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa diperlukan teknik khusus berkomunikasi dengan penderita. Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan, dengan teknik pembelajaran seperti yang diterapkan selama ini pada mata kuliah keperawatan jiwa, untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa mahasiswa mampu mencapai kompetensi sampai tahap psikomotor akan sulit dilaksanakan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang berupa kognitif, afektif dan psikomotor maka diperlukan pembelajaran yang mengaitkan teori dengan dunia nyata. Salah satu pendekatan pembelajaran yang ditawarkan untuk diteliti adalah melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). xvii Secara umum pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu cara belajar yang membantu dosen mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdikbud 2002). Sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa melakukan dan mengalami bukan menerima transfer pengetahuan dari dosen. Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).Seperti halnya Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual membutuhkan media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan mahasiswa xviii sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Arief Sidharta, 2006). Modul merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang berupa media cetak. Dalam modul asuhan keperawatan jiwa berisi strategi pengorganisasian materi pembelajaran yang terdiri dari squancing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukan kepada mahasiswa keterkaiatan atara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Adapun manfaat modul asuhan keperawatan jiwa yaitu membantu mahasiswa menyiapkan belajar mandiri, memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar pada mahassiwa dan dapat memonitor kegiatan belajar mahasiswa. Selama ini pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya hanya memanfaatkan media cetak yang bersumber pada buku jika metodenya ceramah dan pada ranah kognitif dan afektif, sedang ranah psikomotor dengan role play. Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Jiwa Menur selain sebagai pelayanan kesehatan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa maka Keberadaan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagai media nyata proses pembelajaran sudah selayaknya dimanfaatkan oleh cititas akademik khususnya bidang kesehatan sebagai media pembelajaran seperti Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Keuntungan lain yang di dapat dari pembelajaran di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya karena xix jumlah pasien gangguan jiwa yang rawat inap rata-rata selama 3 bulan terakhir terhitung Bulan November 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 sebanyak 200 orang dengan masalah keperawatan yang komplek meliputi: 68% pasien gangguan jiwa mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi, 15% mengalami perilaku kekerasan, 7 % mengalami gangguan konsep diri: HDR, 5 % mengalami gangguan proses piker: waham dan 5 % gangguan keperawatan lainnya. Keuntungan lain menggunakan Rumah Sakit Jiwa Menur sebagai media pembelajaran adalah asuhan keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses keperawatan jiwa telah dijalankan perawat dengan baik sehingga dapat digunakan sebagai role model bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Melalui pengembangan perangkat pembelajaran ini diharapkan kegiatan perkuliahan lebih terarah dan sistematik sehingga pembelajaran akan lebih optimal. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu peneliti untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan modul di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagai media pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian inia adalah: xx 1. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa? 2. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa? 3. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui model Contextual Teaching And Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa 2. Tujuan Khusus 1. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa. 2. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. xxi 3. Menjalaskan penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang kegunaan dan fungsi pembelajaran model Contextual Teaching And Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa. 2. Manfaat Praktis 1. Bagi Mahasiswa, hasil penelitian ini akan membantu mengoptimalkan pemahaman pembelajaran Keperawatan Jiwa 2. Bagi Dosen sejawat, selain memberi pengalaman di dalam melakukan penelitian tindakan kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan didalam mengembangkan model pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa. 3. Bagi Pendidikan, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan sumbangan yang baik dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran di pendidikan xxii BAB II KAJIAN TEORITIK, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Comtextual Teaching And Learning a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata (Blanchard, 2001). CTL terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah – masalah dunia nyata atau masalah otentik yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, mahasiswa, dan tenaga kerja (University of Washington, 2001). Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000). Seperti halnya Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan xxiii pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Dari pengertian di atas maka karakteristrik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan gairah; (5) pembelajaran terintegerasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis guru kreatif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain (Depdiknas 2001). Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual dosen harus melaksanakan beberapa hal berikut ini: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh mahasiswa 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup mahsiswa memalui proses penkajian secara seksama 3) Mempeajari lingkungan sekolah mahsiswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkan konsep yang akan dibahas dalam proses CTL 4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang akan dipelajari dengan mempertimbangkan pegalaman yang dimiliki mahasiswa dan lingkungan kehidupan mereka. xxiv 5) Melaksanakan pembelajaran dengan selalu mendorong mahasiswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang teah dimiliki mahasiswa 6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman mahasiswa. b. Teori – Teori yang Mendukung Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Teori – teori belajar yang mendasari CTL anatara lain sebagai berikut ini: 1. Konstuctivitisme berbasis pengetahuan (Knowledge – based constructivism) Baik instruksi lansgsung maupun kegiatan konstruktivitas dapat sesuai dan efektif di dalam pencapaian tujuan belajar siswa 2. Pembelajaran berbasis usaha/teori pertumbuhan kecerdasan (effort- based/incremental Theory of Intellegence), peningkatan usaha seseorang untuk menghasilkan peningkatan kemampuan. Teori berlawanan dengan gagasan bahwa kecerdasan seseorang tidak dapat diubah. 3. Sosialisasi (Socialization), anak – anak mempelajari standar, nilai – nilai, dan pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan menerima tatangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat. Belajar adalah suatu proses social, oleh karenanya factor social dan budaya perlu diperhatikan selama perencanaan pembelajaran. 4. Pembelajaran situasi (Situasional learning), pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik tertentu dan konteks social xxv 5. Pembelajaran distribusi (Distributed Learning), pengetahuan mungkin di berbagai bidang sebagai pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain, dan berbagai benda dan bukan semata – mata sebagai suatu kekayaan individual. c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk melaksanakan pembelajaran CTL, dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya perlu langkah-langkah pendekatan konstektual berikut ini: 1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya 2. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topic 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4. Menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran 6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan 7. Melakukan penilaian otentik dengan berbagai cara Tujuh prinsip CTL dan penerapannya yang adaptasi dari buku Pendekatan Kontekstual (Depdiknas, 2002) adalah sebagai beriku: 1. Konstruktivisme (constructivism) Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit xxvi demi sedikit , yang hasilnya diperluas melalui konsteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivitas adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke suatu lain, dan apabila dikehendai, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses pebelajaran tersebut dengan: a. Menjadikan pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar Aplikasi komponen konsktruktivisme dalam penerapan penelitian ini adalah: xxvii a. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi) mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok. 2. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dosen harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry: a. Observasi (Observation) b. Bertanya (Questioning) c. Mengajukan dugaan (Hipothesis) d. Pengumpulan data (data gathering) e. Penyimpulan (Conclusion) Dalam Penelitian ini kegiatan inquiry yang akan diaplikasikan dalam pembelajaran CTL adalah: 1. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa 2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian 3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian 4. Mahasiswa menentukan core problem xxviii 5. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan 6. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan 7. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan 3. Bertanya (Questioning) Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertany berguna untuk: Menggali informasi, mengecek pemahaman mahasiswa, membangkitkan respon mahasiswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan mahasiswa, mengetahui hal – hal yang sudah diketahui mahasiswa, memfokuskan perhatian mahasiswa pada sesuatu yang dikehendaki dosen, membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa, dan untuk mnyegarkan kembali pengetahuan mahasiswa. Questioning dapat diterapkan dalam semua aktivitas belajar misalnya saat diskusi, belajar kelompok, ketika menemui kesulitan, ketiak melakukan pengamatan antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, anatar mahasiswa dengan orang lain. Penerapan komponen Questioning pada penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok 2. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang mahasiswa baru saja mempelajari mengenai pengkajian pada pasien sizophrenia, ia bertanya pada xxix temanya “bagaimana cara melakukannya? Tolong bantuin, aku!” lalu temanya yang sudah biasa, menunjukan cara melakukan pengkajian pada pasien sizophrenia. Maka, dua mahasiswa atersebut sudah membentuk masyarakatbelajar (learning community) Dalam kelas CTL dosen disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. mahasiswa dibagi menjadi kelompokkelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasaan segera, memberi usul, dst. Masyarakat-belajar bias terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. “seorang guru yang mengajari siswanya”bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya dating dari guru kea rah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang dating dari arah siswa. Dalam masyarakat belajar dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Metode pembelajaran dengan teknik Learning community sangat membantu pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam pembelajaran terwujud dalam: a. Pembentukan kelompok kecil b. Pembentukan kelompok besar xxx c. Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, dsb) d. Bekerja dengan kelas sederajat e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya f. Bekerja dengan masyarakat Aplikasi pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen 5. Pemodelan (Modelling) Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu. Atau dosen memberi contoh sebelum mahasiswa memperagakan sendiri. Dalam pendekatan CTL dosen bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan mahasiswa. Model juga dapat mendatangkan dari luar misalnya seorang ahli. Perawat di Rumah Sakit Jiwa Mneur telah melaksakan Asuhan keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses keperawatan jiwa dengan baik sehingga dapat digunakan sebagai model bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Aplikasi pemodelan pada penelitian ini adalah: a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen xxxi b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen c. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok 6. Refleksi Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Pebelajaran mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Reflesi juga dapat diartikan sebagai respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Dosen membantu mahasiswa membuat hubungan-hubungan antar pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu mahasiswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari itu semua adalah, bagaiman pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung. Realisasinya dalam penelitian ini berupa: a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu. b. Catatan atau jurnal di buku siswa c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d. Diskusi e. Hasil karya 7. Penilaian otentik (Authentic Assessment) xxxii Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar mahasiswa. Gambaran perkembangan belajar mahasiswa perlu diketahui oleh dosen agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan dosen mengidentifikasikan bahwa mahasiswa mengalami kemacetan dalam belajar maka dosen segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar mahasiswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode (semester).Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi belajar tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajarn. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan mahasiswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristic authentic assessment adalah: a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Astinya penilaian untuk mendapatkan informasi secara utuh harus dilakukan secara komprehensi dan dilakukan pada saat-saat yang tepat selama dan setelah siswa belajar. Dengan kata lain pengukuran harus dilakukan di sepanjang proses belajar yang dijalani siswa (Ibrahim, 2005). b. Bisa digunakan formatif atau sumatif. Pengukuran bukan hanya pada tes sumatif saja akan tetapi pada setiap proses belajar. c. Yang diukur ketrampilan dan performance, bukan pengetahuan kognitif saja. xxxiii d. Berkesinambungan, artinya assessment dilakukan secara berkelanjutan, baik belajar produk, ketrampilan dan sikap. e. Terintegrasi. Dalam assessment otentik diperlukan tugas assessment yang harus diselesaiakan siswa termasuk mencakup di dalam kesehatian siswa. f. Dapat digunakan sebagai umpan balik. Hal-hal yang bisa digunakan dasar menilai prestasi siswa, berupa: proyek atau kegiatan dan laporanya, kuis, PR, karya siswa presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, journal, hasil tes tulis, atau karya tulis Intinya, dengan authentic assessment pertanyaan yang akan di jawab adalah”Apahkah siswa belajar”, bukan “apa yang sudah diketahui?” jadi, siswa dinilai kemmapuannya dengan berbagai cara tidak hanya dari hasil ulangan teori Aplikasi authentic assessment dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan jiwa 2. Konsep Pengembangan Modul a. Pengertian dan Pentingnya Modul Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pebelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. xxxiv Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapat meningkatkan hasil belajar. Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul. Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu: 1) memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas pelajaran tersebut; xxxv 2) menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur. b. Pelaksanaan Pembelajaran Bermodul Pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan kegiatan sebagai berikut. 1) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum pembelajaran. 2) Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model pembelajaran kooperatif konstruktivistik. 3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugastugas latihan yang terstruktur . 4) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feeddback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya. 5) Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan sebagai hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran. b. Ciri – Ciri Modul Ciri-ciri modul adalah sebagai berikut. 1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar xxxvi 2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif. 3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan. 4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran. 5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa 6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas. Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan. 2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil. 3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester 5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hasil penelitian terdahulu (Richard Duschl, 1993) menyatakan bahwa pembelajaran modul dalam pembelajaran konsep yang menyangkut kesetimbangan kimia dapat mengubah xxxvii miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah. Di lain pihak, Santyasa, dkk (1999) menyatakan bahwa penerapan modul dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsepsi ilmiah dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Model Pengembangan Modul Model pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi criteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu: 1) membantu siswa menyiapkan belajar mandiri, 2) memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, 3) memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa, 4) dapat memomitor kegiatan belajar siswa, 5) dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan belajar siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah: 1) analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi dan sumber belajar, 2) analisis karakteristik pebelajar, xxxviii 3) menetapkan sasaran dan isi pembelajaran, 4) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, 5) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, 6) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran. 3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Keperawatan jiwa merupakan bagian dari kelompok ilmu keperawatan klinik. Fokus mata kuliah ini adalah pada pencapaian kompetensi asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan perilaku kekerasan, halusinasi, waham, isolasi social menarik diri dan harga diri rendah. Keperawatan jiwa merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa keperawatan. Sesuai dengan pengertian kompetensi yaitu “….a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which became part of his or her being to exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviour”. Kompetensi adalah suatu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotormya.McAshan dalam Mulyasa (2005) Dengan demikian kompetensi keperawatan jiwa harus didukung oleh pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan pokok bahasan dalam Garis-Garis Besar Program Pemebelajaran Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya xxxix Dalam penelitian ini materi yang menjadi objek penelitian adalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Materi ini memberikan pengalaman pada mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah melalui ketrampilan proses. Hal ini dapat digariskan dalam rencana pembelajaran, bahwa materi ini memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk memberikan asuha keperawatan jiwa dengan sub pokok pembahasan: pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan pasien halusinsi, menentukan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga, mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien halusinasi dan mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan halusinasi Materi ini menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan implementasi pada pasien. Ketrampilan proses ini meliputi ketrampilan mengamati, mengajukan hipotesis, berkomunkasi terapeutik secara baik dan benar, selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, memilah informasi factual yang relevan untuk menguji gagasan – gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. B. Penelitian yang relevan Untuk menujukan keterkaitan penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) dan modul sebagai upaya optimalisasi pembelajaran keperawatan jiwa, kiranya dapat dikemukakan hasil penelitian yaitu: Hasil penelitian Astuti (2004) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual xl Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Hasil penelitian ini adalah pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dan adanya perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil rata-rata tes siklus I yang mencapai 63,77 dan hasil siklus II dan silus II sebesar 74,23. Adanya peningkatan dengan presentase rata-rata 80%. Berdasarkan hasil nontes juga mengalami perubahan tingkah laku, seperti kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa dalam menerima pembelajaran. Hasil penelitian Eko priyono (2009). Peningkatan Kualitas pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang Surabaya sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2. Hasil peneltian menunjukan bahwa penggunaan CTL pada praktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2 mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa dengan ketuntasan belajar 89% dari jumlah mahasiswa mencapai nilai hasil belajar tuntas (MKK = 68) Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/2007). Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan kompetensi belajar Sejarah antara yang belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia VCD dan bermedia Gambar. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia VCD menghasilkan kompetensi belajar Sejarah yang lebih baik xli dibandingkan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia Gambar, Terdapat perbedaan kompetensi belajar Sejarah siswa antara yang mempunyai minat belajar tinggi dan rendah. Siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik kompetensi belajar Sejarahnya dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah, C. Kerangka Berpikir KONDISI AWAL TINDAKAN Dosen/Peneliti: - Metode clasikal - Media: slide, video, role play Menggunakan: 1. Pendekatan kontektual (CTL) - Construktivisme - Inquiry - Questioning - Modelling - Community Learning - Autenthic assessmnet 2. Modul Asuhan Keperawatan Jiwa KONDISI AKHIR - Motivasi belajar meningkat Hasil belajar meningkat Kompetensi asuhan keperawatan jiwa meningkat xlii Mahasiswa yang diteliti: - Hasil belajar rendah - Kompetensi rendah SIKLUS I Penerapan pendekatan pembelajaran kontektual (CTL) dan modul asuhan keperawatan Jiwa secara berkelompok SIKLUS II Penerapan pendekatan pembelajaran kontektual (CTL) dan modul asuhan keperawatan Jiwa secara berkelompok SIKLUS BERIKUTNYA Gambar 1 Kerangka Pikir Pendekatan Contekstual Teaching and Learning dan Modul Asuhan keperawatan Jiwa Berdasarkan gambar diatas dijelaskan bahwa kondisi awal pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Jiwa di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya selama ini masih cenderung ke pembelajaran klasical yaitu pembelajaran yang berupa transfer ilmu dari dosen kepada mahasiswa (teacher centered) dan diskusi dari materi yang telah disampaikan. Pola seperti ini membuat mahasiswa tidak punya inisiatif untuk tahu lebih banyak dari materi yang disampaikan dan cenderung mudah lupa. Selain itu fenomena yang kita jumpai yaitu mahasiswa hanya dating, duduk, diam dan dengar. Sehingga mahasiswa cenderung bosan dan mudah mengantuk. Media pembelajaran yang ada cenderung berupa slide, video dan role play untuk demonstrasi asuhan keperawatan jiwa yang disampaikan. Sudah saatnya mahasiswa mulai mandiri dalam proses belajar, sehingga mahasiswa diharapkan akan membangun sendiri pemahaman mereka. Untuk mewujudkan hal tersebut tidak terkepas dari pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran memegang peran penting dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Kita sebagai dosen sudah mengetahui bahwa banyak sekali pendekatan pembelajaran yang dpat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah pendekatan kontekstual (CTL). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mengandung tujuh komponen yaitu konstruktivisme, inquiry, questioning, modeling, community learning dan autenthic assessment. Dalam pembelajaran kontekstual dengan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa, xliii mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dalam menemukan konsep – konsep yang dibangun dari fakta yang mereka dapatkan, untuk kemudian dengan konsep itu mahassiwa dapat menarik kesimpulan dan dapat menghubungkan antara konsep yang didapat tersebut dengan pengetahuan sebelumnya. Siswa akan mengalami sendiri proses pembelajaran, mengamati, dan mendapatkan manfaatnya sehingga apa yang akan didapatkan itu tidak akan mudah terlupakan. Oleh karena itu dengan pemberian pendekatan tersebut, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuannya sehingga diharapkan pembelajaran akan optimal yang ditandai dengan peningkatan motivasi belajar, peningkatan kompetensi dan peningkatan hasil belajar. D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, selanjutnya dapat disusun hipotesis tindakan sebagai petunjuk arah bagi penelitian sebagai berikut:\ 1. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa 2. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa 3. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa xliv BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Juli 2010. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya di Jalan Sutorejo No. 59 Surabaya dan RS Jiwa Menur Surabaya. B. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran. Sesuai orientasinya, jenis penelitian ini memiliki kelebihan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Menurut Susilo H (2009) penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian reflekstif yang dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh pendidik atau calon pendidik di dalam kelas. Dikatakan demikian karena proses PTK dimulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi untuk memecahkan masalah dan mencobakan hal – hal baru demi peningkatan kualitas pembelajaran. Desain PTK mengacu pada model Kemmis dalam Susilo H (2009) Penelitian xlv Tindakan Kelas diartikan sebagai sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari: 1) praktik – praktik sosial maupun pendidikan, 2) pemahaman terhadap praktik – praktik tersebut, dan 3) situasi pelaksanaan praktik – praktik pembelajaran. Menurut Susilo (2009) penelitian tindakan kelas ada beberapa tujuan yang dapat dicapai antara lain: 1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas 2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional pendidik kepada peserta disik dalam konteks pembelajaran di kelas 3. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru 4. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang dihadapi sehari – hari. Bila digabungkan definisi di atas, maka diperoleh suatu batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses ivestigasi terkendali yang berdaur ulang atau siklus dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan – perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau situasi kependidikan. Proses siklus aktivitas dalam penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Susilo (2009) adalah sebagai berikut: xlvi Planning Reflection SIKLUS I Action Observed Replan SIKLUS II Reflection Action Observed SIKLUS BERIKUTNYA Gambar 2: Langkah – Langkah Penelitian Tindakan Kelas C. Subyek Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian adalah mahasiswa semester VI Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya xlvii tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 14 mahasiswa putra dan 26 mahasiswa putri. 2. Kedudukan Peneliti dalam Pembelajaran Peneliti adalah dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa, sehingga dalam penelitian tidakan kelas, peneliti berperan sebagai pemberi tindakan, sedangkan sebagai observer, evaluator, dan sebagai reflektor adalah teman sejawat atau pakar dalam bidang pendidikan. Namun dalam menjaga obyektifitas penilaian, maka peneliti akan berkolaborasi dengan teman sejawat dan perawat yang ditunjuk menjadi pembimbing klinik RS Jiwa Menur Surabaya. D. Sumber Data Dan Sampling Dalam penelitian tindakan kelas ini data diperoleh dari beberapa sumber antara lain: 1. Mahasiswa sebagai subyek penelitian 2. Nara sumber berasal dari dosen tim pengajar Keperawatan Jiwa atau teman sejawat sebagai peer dan seorang expert yaitu Ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai informan kunci tentang gambaran Program Studi S1 Keperawatan. E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data Teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara xlviii Wawancara ini dilakukan terhadap subyek penelitian yang mengetahui kondisi awal proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas. Bentuk pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara adalah semi terstruktur dan pertanyaan terbuka (open ended question). Bentuk pertanyaan terbuka ini dipilih didasarkan fenomena di lapangan bahwa informasi yang digali bersifat mendalam sesuai dengan sudut pandang informan sehingga informan memiliki kebebasan dalam memberikan informasi. Sedangkan semi terstruktur dipilih untuk mengantisipasi informasi yang diberikan informan melebar dari fokus penelitian. Semua hasil wawancara direkam dan hasil rekaman ditranskripsikan dalam suatu deskripsi tekstual. Alat pengumpulan data adalah pedoman wawancara. b. Observasi (Pengamatan) Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk siklus – siklus, selama proses pembelajaran pendekatan kontekstual (CTL). Alat pengumpulan datanya berupa pedoman observasi dan ceklist: - Aktivitas dosen - Partisipasi mahasiswa dalam CTL - Penggunaan modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk mencapai kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi c. Kuisioner Instrumen ini untuk mengukur kecenderungan sikap peserta didik terhadap pembelajaran yang diikutinya yaitu pendekatan kontekstual (CTL) dan modul asuhan keperawatan jiwa yang digunakan untuk memperoleh informasi. Hal ini xlix untuk mengetahui respon atau mtivasi belajar mahsiswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Alat pengumpulan datanya adalah angket atau kuesioner tentang tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan inquiry dan modul asuhan keperawatan jiwa. d. Diskusi antar dosen dan observer tentang refleksi siklus PTK. Tes tulis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi pada akhir tindakan kelas berupa post test. Alat pengumpulan datanya adalah butir soal test. F. Validitas Data Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi (Triangulation). Ada empat macam teknik triangulasi yaitu: 1. Triangulasi data Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda. 2. Triangulasi metode Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau dokumen yang ada. 3. Triangulasi peneliti Triangulasi peneliti dilakukan dengan mencari relevan penelitian sebelumnya dengan metode yang sama dengan tujuan mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar. l 4. Triangulasi teori dalam Modul Triangulasi teori dalam modul dilakukan dengan menyesuaikan standar kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Untuk menjaga validitas, peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat (peer) dan tim ahli (expert) yang diupayakan memperhatikan hal – hal sebagai berikut: 1. Observer akan mengamati secara keseluruhan peristiwa yang terjadi di kelas 2. Tujuan, batas waktu dan rambu – rambu observasi jelas 3. Hasil observasi tercatat di checklist dalam instrument secara obyektif (Susilo dkk, 2009) G. Analisis Data Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan pendidik dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, analissi data dalam PTK bias dilakukan dengan analisis diskriptif. Analsis diskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan pendidik hasil dari berdasarkan hasil observasi, wawancara dan refleksi. Sedangkan analisis diskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indicator kerja (Wina Sanjaya, 2009). Aktifitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan / verifikasi. li b. Pengumpulan data Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dalam pengambilan keputusan. c. Sajian data Sebagai proses analisis data yang berintikan pengkajian dengan cara mengorganisasi informasi secara sistemik untuk mempermudah penelitian dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun penggambaran proses dan fenomena yang diteliti. d. Reduksi data Merupakan proses seleksi, memfokuskan, penyederhanaan dan abtraksi data. Proses ini berlangsung terus – menerus selama pengumpulan data sampai laporan akhir disusun. Pada waktu pengumpulan data berlangsung peneliti membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh di lapangan, membuat kode, memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dan menulis memo. e. Penarikan kesimpulan / verifikasi Merupakan kegiatan melakukan penarikan kesimpulan dari keadaan yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang memiliki landassan yang kuat dari proses analissi terhadap fenomena yang ada dan mendiskusikan permasalahan dengan pihak – pihak yang terkait sampai diperoleh kesepakan kesimpulan. lii Proses analisis dan interpretasi data dalam PTK diarahkan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan peneliti. H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan merupakan kondisi akhir yang diharapkan peneliti pada penelitian tindakan kelas yang didasarkan pada pengalaman yang lalu. Adapun indicator keberhasilan pada penelitian ini meliputi: 1. Indikator keberhasilan pembelajaran keperawatan jiwa Pembelajaran keperawatan jiwa dikatakan berhasil dengan indicator pencapaian nilai kategori baik dan sangat baik pada pelaksanaan RPP oleh dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan motivasi mahasiswa selama pembelajaran. Indikator keberhasilan pelaksanaan RPP dan aktivitas mahasiswa: ≥ 80% = sangat baik 70-79 % = baik 60-69 % = cukup ≤ 59 % = kurang 2. Indikator keberhasilan hasil belajar Bersumber pada hasil yang diperoleh dari pre siklus dan test siklus yang mencerminkan diharapkan pemahaman mahasiswa pada konsep yang dipelajari adanya peningkatan pemahaman sesuai nilai yang diperoleh masing – masing mahasiswa. Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai liii nila hasil belajar tuntas (MKK = 66), sesuai dengan pedoman kurikulum Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2009/2010. 3. Indikator keberhasilan praktek keperawatan jiwa Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai nila hasil belajar tuntas (MKK = 66), sesuai dengan pedoman kurikulum Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2009/2010. I. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus: b. Persiapan Pada tahap persiapan ini peneliti menghadap kepada Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk minta ijin rencana penelitian yang menggunakan sampel mahasiswa kemudian dilanjutkan dengan minta ijin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur. Selanjutnya peneliti mengadakan kolaborasi dan pertemuan dengan teman sejawat (observer) untuk menyamakan persepsi tentang tujuan, karakteristik, langkah – langka penelitian tindakan kelas ini. c. Deskripsi awal Dalam tahap ini peneliti bersama teman sejawat (observer) melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar Asuhan Keperawatan Jiwa yang masih berupa clasikal di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu liv Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Setelah proses belajar mengajar secara clasikal mahasiswa diberi test secara tertulis mengenai materi yang disampaiakan dan dilihat hasilnya. Hasil awal pengamatan tersebut maka akan digunakan peneliti sebagai refleksi dalam rangka perencanaan tindakan perbaikan sesuai kerangka berpikir dan prosedur penelitian. Kegiatan Siklus I a. Planning (Perencanaan) Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara, modul asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, membentuk kelompok, menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran, menyiapkan lembar jawaban, menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi dan menyiapkan format penilaian hasil belajar b. Acting (Pelaksanaan) Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi dengan pendekatan kontekstual (CTL). Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi. lv Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini Adalah: 1. Konsktruktivisme a. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi) mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok 2. Inquiry a. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa b. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian c. Mahasiswa menganalisis data pengkajian d. Mahasiswa menentukan core problem e. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan f. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan lvi 3. Questioning a. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok b. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan 4. Modelling a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dose b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen 5. Community Learning a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen 6. Refleksi a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu. b. Catatan atau jurnal di buku siswa c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d. Diskusi e. Hasil karya 7. Auntenthi Assessment a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan jiwa lvii d. Observing (Observasi) Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku mahasiswa selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh teman sejawat yaitu tim dosen keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun dalam tahap perencanaan yang meliputi: 1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL). 2. Observasi terhadap mahasiswa selama proses pembelajaran brlangsung yang berupa kerjasama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, dan sikap/ tanggapan mahasiswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan kuisioner kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja dilakukan. e. Refleksi 1. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengumpulkan hasil tes dan non tes siklus I dengan tujuan mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan serta hal-hal yang sudah baik dalam penerapan pembelajaran kontekstual komponen inquiry. lviii 2. Dosen menentukan kesimpulan sementara dari hasil analisis. Masalahmasalah pada siklus I dicari pemecahan dan diperbaiki pada siklus selanjutnya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan untuk kesempurnaan hasil. Kesimpulan tersebut dapat direfleksikan dari penguasaan dosen terhadap penerapan pembelajaran kontekstual komponen inquiry. Jika dalam refleksi ternyata penerapan pembelajaran ini sudah sesuai langkah – langkahnya berarti dosen telah melakukan komponen inquiry dengan benar. Namun jika yang ditargetkan belum tercapai kemungkinan masalah yang muncul adalah partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran pada setiap kegiatan. Adanya masalah yang berkaitan dengan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran tersebut tentunya sangat mempengaruhi hasil proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya perlu adanya penyempurnaan tindakan pembelajaran. Penyempurnaan tersebut akan dilakukan pada kegiatan siklus II. Kegiatan Siklus II Siklus II dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus I. Tahap siklus II sama dengan siklus. Siklus II bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan meningkatkan pelaksanaan tindakan apabila hasil yang dicapai sudah memenuhi harapan. Adapun rencana kegiatan siklus II dapat didiskripsikan sebagai berikut: a. Planning (Perencanaan) lix 1. Pada tahap ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I diperbaiki. 2. Dosen juga menyiapkan soal tes dan nontes untuk siklus II 3. Dosen mengkoordinasikan kembali dengan teman sejawat. 4. Dosen menyiapkan modul pembelajaran. 5. Pembentukan kelompok sesuai dengan siklus I b. Acting (Tindakan) 1. Dosen memulai kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sesuai dengan langkah – langkah yang telah ada. 2. Dosen menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pada siklus I. Kemudian siswa diberi bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada siklus II akan menjadi lebih baik. 3. Kegiatan dalam siklus II adalah apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi. Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan, manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk semakin lebih baik dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. 4. Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini adalah: lx a. Konsktruktivisme 1. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi) mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. 2. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok b. Inquiry 1. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuhan Keperawatan Jiwa 2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian 3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian 4. Mahasiswa menentukan core problem 5. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan 6. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan 7. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan c. Questioning 1. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok 2. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan d. Modelling lxi 1. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dose 2. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen e. Community Learning 1. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok 2. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen f. Refleksi 1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu. 2. Catatan atau jurnal di buku siswa 3. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu 4. Diskusi 5. Hasil karya g. Auntenthi Assessment 1. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa 2. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan jiwa 3. Jika ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab kelompok maka dosen memberikan bantuan secara jelas. 4. Dosen meminta kelompok untuk mencatat hasil presentasi yang berupa masukan dan tanya jawab sekaligus penjelsan dosen. lxii 5. Hasil pendokumentasian mahasiswa tersebut dinilai oleh dosen sampai dimana kemampuan mahasiswa mempraktikan asuhan keperawatan jiwa c. Observing (Pengamatan) Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun dalam tahap perencanaan yang meliputi: 1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) komponen imquiry. 2. Observasi terhadap mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung yang berupa kerjasama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, dan sikap/tanggapan mahasiswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan kuisioner kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja dilakukan. d. Reflecting 1. Dosen sebagai peneliti mengolah dan mengalisis data yang telah diperoleh dari kegiatan siklus II dan menyimpulkan hasil kegiatan. lxiii Studi Pendahuluan: 1. Interview 2. Observasi PBM Penrencanaan 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Membuat RPP Menyusun lembar observasi kegiatan dosen, Menyusun lembar observasi mahasiswa Membuat modul Membentuk kelompok, menyiapkan perangkat tes menyiapkan lembar jawaban, menyusun format catatan hasil refleksi Format penilaian hsl belajar Pelaksanaan 1 Observasi 1 Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran 1. 2. 3. Kesimpulan Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran Penggunaan Modul Observasi hasil analisa kegiatan mahasiswa Berhasil Siklus Berikutnya Belum berhasil Gambar 3. Kerangka Kerja Penerapan CTL lxiv Refleksi 1 Data dan proses hasil tindakan 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan dari tiap – tiap siklus yang meliputi: hasil wawancara mahasiswa sebelum dilakukan tindakan, hasil observasi mahasiswa dan dosen saat KBM, motivasi mahasiswa mengikuti PBM, prestasi belajar dan hasil pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa. A. Lokasi Penelitian Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya didirikan atas dasar SK Gubernur Jawa Timur pada tahun 1976 di Jalan Menur No. 5 Surabaya. Rumah Sakit Jiwa Menur memiliki tenaga medis yaitu dokter spesialis jiwa sebanyak 7 orang, 5 dokter umum dan 15 dokter spesialis lainnya, tenaga perawat lulusan S1 sebanyak 8 orng, lulusan D3 57 orang, tenaga pekarya 50 orang. Rumah Sakit Jiwa Menur memiliki 8 Poli yaitu Poli Jiwa, Poli Jiwa Anak (Day Care), Poli Umum, Poli THT, Poli Interna, Poli Jantung, Poli Paru-Paru dan Poli Gigi, Instalasi Gawat Darurat (IGD), terdapat 6 ruang rawat inap khusus penderita gangguan jiwa yaitu Ruang Wijaya Kususma, Ruang Anggrek, Ruang Mitra, Ruang Flamboyan, Ruang Kenari, Ruang Gelatik. Ruanng Wijaya Kusuma khusus untuk rawat inap penderita gangguang jiwa akut. Yang butuh perawatan intensif. Semua penderita gangguan jiwa yang dari Poli Jiwa maupun IGD harus dirawat di Ruang Wijaya Kusuma. Ruang ini memiliki kapasitas perawatan sejumlah 56 bed dan ada 6 bed untuk pelaksanaan lxv terapi ECT. Setelah status mental stabil penderita di pindah ke ruang perawatan lainnya. Ruang Anggrek merupakan Ruang VIP yang memiliki kapasitas perawatan 32 bed, 15 bed untuk perawatan kelas satu dan 17 untuk perawatan kelas dua. Ruang Mitra merupakan ruang perawatan khusus penderita yang mengalami kecanduan NAPZA (Narkotika dan Penyalahgunaaan Zat Adiktif) dan untuk perawatan penderita gangguan jiwa akibat penyalahgunaan NAPZA. Kapasitas perawatan sebanyak 55 bed. Ruang Flamboyan merupakan ruang rawat inap penderita gangguan jiwa khusus wanita. Kapasistas perawatan 56 bed. Ruang Kenari dan Ruang Gelatik merupakan ruang rawat inap khusus penderita gangguan jiwa laki-laki. Kapasitas masing-masing ruang adalah 56 bed. Rumah Sakit Jiwa Menur juga memiliki fasilitas yang mendukung penyembuhan secara social penderita gangguan jiwa yaitu ruang khusus terapi kerja, terapi musik, terapi olahraga, dilengakapi dengan taman – taman yang ada Gazebonya untuk pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Sistem Asuhan medis dan Asuhan Keperawatan Jiwa telah dijalankan sesuai dengan protap Rumah Sakit Jiwa Menur. Letak Rumah Sakit Jiwa Menur 2km dari Universitas Muhammadiyah Surabaya sehingga jarak tempuh mahasiswa dalam melakukan pembelajaran di Rumah Sakit tidak jauh. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa Menur melalui Diklat Rumah Sakit dan bersama Bagian-bagian lainnya berusaha meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dan di bidang pendidikan dengan lxvi pengadaan audit internal dan ISO Rumah Sakit, memberikan kesempatan bagi tenaga medis dan non medis untuk tugas belajar dan lain-lainya. B. Pelaksanaan Siklus 1. Siklus 1 Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-1 dimulai pada tanggal 20 April 2010 selama 4 hari dengan satu kali pertemuan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Materi: Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi (Pengkajian, menentukan core problem, intervensi, implementasi, evaluasi dan dokumentasi). b. Media yang digunakan dalam penelitian tindkakan: 1) Modul Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi 2) Lembar kegiatan mahasiswa 3) Pasien gangguan jiwa dengan halusinasi c. Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian tindakan: 1) Standar Operasional Prosedur (SOP) Asuhan Keperawatan Jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya supaya asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan selama pembelajaran sesuai dengan SOP rumah sakit. 2) Kertas HVS untuk mencatat hasil diskusi dan temuan mahasiswa selama pembelajaran 3) LCD dan laptop untuk presentasi hasil pembelajaran 4) Bolpoin sebagai alat untuk mencatat kegiatan mahasiswa d. Pelaksanaan Siklus kegiatan meliputi: lxvii 1) Perencanaan Perencanaan tindakan pembelajaran merupakan langkah operasional awal dari Penelitian Tindakan Kelas yang disusun mengacu kepada hipotesis tindakan, yaitu Model Contextual Teaching And Learning dengan Modul asuhan Keperawatan Jiwa efektif digunakan untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hasil belajar dan meningkatkan kompetensi praktek Keperawatan Jiwa. Sebelum pelaksanaan ada beberapa hal yang terkait perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti antara lain: 1. Peneliti menentukan kelas sebagai subyek penelitian yang dipilih yaitu semester VI Program Studi S1 Keperawatan 2. Peneliti melakukan pre test dan wawancara tentang pembelajaran klasikal yang selama ini telah dilaksanakan kepada 4 mahasiswa, sampel sebanyak 1 mahasiswa setiap kelompok dan diambil secara acak.Hal ini dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum tindakan dilakukan Pada saat wawancara pertanyaan yang disampaikan peneliti menanyakan 4 pertanyaan kepada mahasiswa yang terdiri dari: bagaimana pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh dosen?, Bagaimana menurut pendapat anda tentang cara dosen mengajar, menerangkan dan menjelaskan materi? Apakah anda memahami materi tersebut setelah dosen menerangkan dan menjelaskan materi tersebut? “pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya berupa ceramah, diskusi dan penugasan secara kelompok dan hasil penugasan tersebut dipresentasikan di kelas. Sehingga sering saya merasa cepat bosen lxviii dan mengantuk. Dosen team keperawatan jiwa dalam mengajar ada yang menjenuhkan karena ekspresi menerangkanya datar-datar tanpa ada lelucunya sesekali. Karena cepat bosan mendengarkan ceramah jadi materi yang disampaikan banyak yang tidak dimengerti dan malas untuk bertanya.saya kira perlu pembelajaran yang baru yang tidak membikin mahasiswa cepat bosan”(mahasiswa wakil kelompok 1) “Pembelajaran dengan ceramah ataupun diskusi terkadang saya tidak ada bayangan dengan apa yang dijelaskan. Sehingga kalau kita belajar sulit untuk dipahami. Dalam pembelajaran dosen sesekali menyelingi dengan hal yang lucu supaya mahasiswa tidak jenuh dan mengantuk” (mahasiswa wakil kelompok 2) “Saya sering merasa mengantuk kalau dosen mulai memberikan materi. Palagi kalau diskusi sering sekali ada kesempatan teman yang duduk dibelakang ngobrol tidak memperhatikan teman yang sedang presentasi sehingga kalau saya duduk di belakang merasa terganggu akhirnya saya ikut-ikutan ngobrol/ngrumpi” (mahasiswa wakil kelompok 3) “terkadang pembelajaran dengan ceramah menyenangkan kadang menjenuhkan, tergantung dosen jiwanya siapa yang mengajar dan materinya. Klo dosen banyak memberikan contoh-contoh pengalaman dosen tersebut saat membimbing d Rumah Sakit Jiwa menyenagkan kita ada gambaran tetapi alangkah lebih baik kalau kita sesekali diajak pembelajaran di Rumah Sakit biar saya mendapat pengalaman langsung”. (mahasiswa wakil kelompok 4) lxix Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa perlu penerapan model pembelajaran baru yang dapat membuat mahasiswa aktif dalam pembelajaran. 3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Asuhan keperawatan Jiwa, menyusun lembar observasi kegiatan KBM, kegiatan mahasiswa, lembar kuesioner motivasi mahasiswa dan respon mahasiswa terhadap perangkat pembelajaran, perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran, menyusun lembar jawaban, format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi 4. Menyiapkan modul Asuhan Keperawatan Jiwa 5. Membagi kelompok menjadi 4 kelompok dengan beranggotakan setiap kelompok 10 orang dengan jadwal pelaksanaan yang berbeda. 6. Peneliti melakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan observer tentang penelitian tindakan kelas penerapan model contextual teaching and learning di Rumah Sakit Jiwa menur, sosialisasi RPP serta sosialisasi cara pengisian lembar observasi RPP dan lembar partisipasi mahasiswa. Peneliti juga menjelaskan materi yang akan digunakan pada siklus ke-1, secara keseluruhan sesuai dengan standar kompetensi dasar yang tercantum pada table berikut: Standar Kompetensi: Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan pemahaman asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, melakukan dan mengkomunikasikan penelitian dibidang keperawatan jiwa Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien lxx dengan halusinasi Indikator: Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menyebutkan pengertian halusinasi 2. Menyebutkan penyebab halusinasi 3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi 4. Menyebutkan dan mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi yang berupa: - Melakukan Pengkajian - Melakukan Analsis masalah - Menentukan Core problem - Membuat intervensi keperawatan - Melakukan implementasi keperawatan - Melakukan evaluasi tindakan - Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan 4) Acting (Pelaksanaan) Dalam tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai dosen pengajar dan diobservasi oleh seorang observer (teman sejawat) pada setiap pembelajaran dengan langkah – langkah pelaksanaan sebagai berikut: 1. Pendahuluan a) Dosen mengumpulkan mahasiswa pada ruang pembelajaran mahasiswa perawat di ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur. b) Dosen mengecek kehadiran mahasiswa c) Dosen memberikan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai mahasiswa dimana setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan materi yang ada pada modul asuhan keperawatan jiwa kepada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi secara langsung dan mandiri. d) Dosen melakukan apersepsi untuk mengurangi ketegangan dan memotivasi untuk tidak takut berhadapan langsung dengan pasien lxxi gangguan jiwa. Dosen memberikan trik agar terhindar dari perilaku kekerasan pasien jika sewaktu-waktu selama interaksi dengan pasien, halusinasi pasien kambuh yaitu berhadapan dengan pasien dengan pembatas meja 1 meter, jika terdapat tanda-tanda kekambuhan jangan mendekati pasien sendiri tanpa petugas kesehatan dan segera melapor. e) Dosen menjelaskan kepada mahasiswa indikator keberhasilan yang harus dicapai dalam pembelajaran yaitu mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan asuhan keperawatan jiwa. f) Dosen mengeksplorasi pengetahuan awal mahasiswa melalui pertanyaan: “apa saja tanda dan gejala pasien mengalami halusinasi? g) Dosen menyiapkan pasien gangguan jiwa dengan halusinasi sebanyak 10 pasien yang kooperatif yang dibantu oleh perawat ruangan. 2. Kegiatan inti 1) Konsktruktivisme Mahasiswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok difasilitasi dosen membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi) mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Pada fase ini mahasiswa berdiskusi mengenai materi asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi pada modul. Mahasiswa diberikan kesempatan 15 menit untuk mempelajari isi modul kemudian dilanjutkan diskusi tentang materi yang tidak dipahami mahasiswa. Hal ini dilakukan supaya dalam pembelajaran langsung ke pasien mahasiswa dapat mengaplikasikan. lxxii Selanjutnya mahasiswa menyusun langkah kegiatan yang akan dilakukan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien langsung dengan panduan modul asuhan keperawatan jiwa sebelum menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok. Antisipasi masalah yang didiskusikan adalah apabila saat melakukan asuhan keperawatan jiwa ada pasien yang mau meninggalkan tempat sebelum waktunya maka mahasiswa menanyakan pada pasien kenapa mau meninggalkan tempat sebelum waktu kontrak yang disepakati habis kemudian memotivasi pasien untuk tetap berpartisipasi pada pembelajaran. 2) Inquiry a. Mahasiswa bertemu dengan pasien dan membina hubungan saling percaya dengan melakukan salam terapeutik, memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien, menjelaskan tujuan interaksi dengan pasien yaitu membantu menyelesaikan masalah pasien, membantu pasien mengenal halusinasi, membantu pasien mengotrol halusinasi, selanjutnya mahasiswa menjelaskan kontrak waktu interaksi dengan pasien bahwa interaksi dengan pasien akan dilakukan selama 45 menit istirahat 30 menit selanjutnya mahasiswa akan interaksi lagi dengan pasien untuk melanjutkan asuhan keperawatan. . b. Setelah terbina hubungan saling percaya, salah satu mahasiswa melakukan pengkajian, sesuai dengan langkah – langkah pengkajian lxxiii pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa sedangkan teman lainya memperhatikan. Adanya perpanjangan waktu pada saat pengkajian ini. c. Mahasiswa berdiskusi merumuskan masalah keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian dan menentukan masalah utama (core problem) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan intervensi yang tepat sesuai core problem d. Mahasiswa menganalisis data pengkajian dan core problem yang telah ditentukan. e. Mahasiswa menentukan intervensi keperawatan jiwa pasien halusinasi yang meliputi: mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi, memanfaatkan obat secara teratur. f. Mahasiswa mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat. Intervensi berupa Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dan intervensi pada keluarga pasien yang ada pada modul asuhan keperawatan jiwa tidak dapat diimplementasikan mahasiswa karena keluarga tidak hadir. g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Evaluasi yang dilaksanakan berupa evaluasi sumatif yaitu dilakukan langsung setelah mahasiswa memberikan intervensi dan evaluasi formatif yang dilakukan mahasiswa setelah semua intervensi diberikan ke pasien 3) Questioning Dalam proses pembeajaran terjadi diskusi antar teman dalam satu kelompok. Mulai dari pengkajian ada mahasiswa yang lupa cara menggali lxxiv ada tidaknya halusinasi pada pasien. Di sini teman yang tahu memberitahu yaitu dikaji mengenai jenis halusinasinya, isi, waktu, frekuensi kejadian halusinasi dan respon pasien terhapa halusinasi. Karena ada mahasiswa yang sudah mampu menjelaskan ke temanya maka dosen hanya membenarkan dari apa yang dikatakan mahasiswa Saat mahasiswa ada yang salah dalam mengidentifikasi pengalaman yang tidak mengenakan di masa lalu pasien maka ada teman dalam satu kelompok yang membenarkan. Pada pembelajaran ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk saling membantu apabila ada temannya yang salah atau lupa melakukan langkang-lang asuhan keperawatan jiwa 4) Modelling Sebelum mahasiswa melakukan sendiri asuhan keperawatan (Pengkajian, merumuskan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi), dosen mencontohkan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Pada tahap pengkajian mencontohkan hal – hal yang perlu dikaji pada pasien halusinasi yang meliputi: a. Jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien. lxxv b. Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi c. Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya munculnya halusinasi, halusinasi. menghindari Sehingga situasi pasien yang tidak menyebabkan larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi. d. Respons halusinasi Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul. Dosen memberikan contoh cara menentukan diagnosis keperawatan yaitu: Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif lxxvi dan obyektif yang ditemukan pada pasien misalnya: Gangguan sensori persepsi: halusinasi ……(jenis halusinasi) Setelanjutnya dosen memcontohkan langsung melakukan intervensi pada pasien halusinasi yaitu: Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat/mahasiswa dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat/mahasiswa dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. e. Setelah memiliki gambaran tentang cara melakukan asuhan keperawatan, mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen 5) Community Learning a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok saat melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien. Diskusi penyampaian pendapat ini terutama pada penentuan core problem dan implementasi keperawatan. Berdasarkan data hasil pengkajian maka data yang menonjol adalah menagarah pada perubahan persepsi sensori lxxvii halusinasi. Di sini terjadi perdebatan antar mahasiswa mengenai implementasi untuk halusinasi. b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen 6) Refleksi a. Mahasiswa melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan pada format pendokumentasian untuk persiapan presentasi seminar. b. Mahasiswa memberikan kesan dan saran mengenai pembelajaran hari itu. Dari 4 kelompok diambil 4 mahasiswa secara acak kemudian disuruh untuk memberikan kesan dan saran tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. “Saya senang dengan pembelajaran langsung ke pasien. Saya bisa langsung menerapkan ilmu saya dan menemukan pengalaman baru yang di teori tidak ada. Terutama pengalaman cara berkomunikasi dengan pasien jiwa. Ternyata berkomunikasi dengan pasien jiwa lebih sulit dibandingkan dengan orang normal jadi disini saya harus berkreatif dalam berkomunikasi. Saya harapkan pembelajaran seperti ini tidak hanya sekali atau saat praktek profesi saja. Benar-benar menyenangkan” (mahasiswa wakil kelompok 1). “Awalnya saya takut berkomunikasi dengan pasien jiwa tetapi ternyata menyenangkan belajar langsung dengan berhadapan dengan lxxviii pasien jiwa. Bersama teman-teman satu kelompok kita saling berdiskusi dan saling mengingatkan bila saat melakukan asuhan keperawatan ada yang kelupaan. Banyak pengalaman yang saya peroleh dibangding hanya dengan ceramah dan diskusi di kelas” (mahasiswa wakil kelompok 2) “Senang sekali belajar langsung ke pasien. Klo di kelas dengan ceramah dan diskusi saja sulit untuk dipahami materi yang disampaikan. Dengan pembelajaran seperti ini mudah paham dan membuat kita dapat mengaplikasikan ilmu kita ke pasien langsung” (mahasiswa wakil kelompok 3) “Terus diadakan pembelajaran seperti ini ya Bu…, sangat menyenangkan dan kita mendapatkan pengalaman yang banyak dengan belajar langsung ke pasien, terima kasih bu…” c. Mahasiswa melakukan diskusi bersama kelompok lain saat presentasi laporan kegiatan yang telah didokumentasikan. Diskusi ini dilakukan dengan cara salah satu hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa tiap kelompok dipresentasikan pada seminar yang dihadiri oleh seluruh mahassiwa, mahasiswa dari institusi lain yang saat itu praktek, pembimbing klinik, dosen sejawat dan peneliti. Pada saat seminar terjadi diskusi dan banyak masukan yang diberikan untuk perbaikan hasil seminar. lxxix 7) Auntenthic Assessment a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa dalam kegiatan seminar kemudian dapat masukan, tanggapan, dan perttanyaan dari mahasiswa kelompok laian, dosen, pembimbing klinik dan mahasiswa isntitusi lain. b. Hasil karya yang berupa laporan kegiatan asuhan keperawatan yang telah dipresentasikan dalam seminar tiap kelompok dan direvisi dikumpulkan kepada dosen. 3. Penutup Bersama - sama dengan mahasiswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil kesimpulanya berdasarkan pendapat mahasiswa bahwa mereka masih kesulitan dalam melakukan pengkajian hal ini dikarenakan mahasiswa merasa kebingungan cara menanyakan item-item yang ada dalam pengkajian. Mahasiswa berharap dapat kesempatan untuk mencoba lagi. Pada tahap penutupan ini dosen memberikan umpan balik positif pada mahasiswa yang mampu melaksanakan tindakan dan memberikan arahan bila mahasiswa yang belum mampu melaksanakan untuk pembelajaran selanjutnya dimotivasi untuk lebih mendalami materi pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi pada silabus. Setelah dirasa selesai kegiatan pembelajaran dosen memberikan salam penutup pada mahasiswa dan mengucapkan terima kasih kepada pasien yang telah ikut berpartisipasi. c. Observasi lxxx Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan observer bahwa keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen pada pembelajaran CTL pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata keberhasilan 87,4 % berarti keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik. Sedangkan hasil pengamatan observer mengenai aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran 2,5% sangat baik, 12,5% baik dan 65% cukup dan 20 % kurang. Sedangkan pengamatan observer terhadap motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran didapatkan hasil 100% tinggi motivasinya. Observer juga menyampaikan hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada siklus I sebesar 95 %, dan 2% tidak tuntas. Sedangkan pelaksanaan praktek didapatkan hasil pengamatan 27,5% sangat baik, 40% baik, 20% cukup, 12,5% kurang. a. Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan hasil observasi. Selanjutnya data hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan observer dan dosen. Proses ini dilakukan untuk melihat keberhasilan maupun kelemahan pada proses pembelajaran pada siklus I. Refleksi dapat dilakukan setelah melakukan observasi atau setelah melakukan analisis hasil wawancara. Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang lxxxi baik dimantapkan pada siklus II, kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan laporan observer kepada dosen bahwa dalam pelaksanaan RPP dosen masih kurang sistematis dalam fase modelling. Dosen dalam memberikan contoh melakukan pengkajian genogram dosen lupa menanyakan kepada pasien. Dosen tidak menjelaskan pengertian dari pengkajian status mental salah satu contoh: mutisme, logorrhea sehingga saat dosen memberikan contoh cara mengkaji masi ada mahasiswa yang bertanya kepada teman sebelahnya. Selain kurang sistematis, pelaksanaan RPP tidak sesuai waktu yang telah ditetapkan yaitu 45 menit tetapi 60 menit. Berdasarkan hasil pengamatan observer yang disampaikan ke dosen bahwa pada siklus I ditemukan kecurangan 2 mahasiswa saat mengerjakan test siklus I nomor responden telah dicatat observer pada lembar catatan observer. Masih ada hasil nilai belajar yang kurang, masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran CTL juga masih ada yang kurang, dan masih ada yang pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa masih kurang. Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus II, kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. 2. Siklus II Pada siklus II membahas dan memperbaiki dari kekurangan dan kesalahan yang dilakukan pada siklus I dan memantapkan hal-hal yang baik di siklus I. Pada siklus I masih didapatkan kekurangan yang berupa: lxxxii a. Pelaksanaan RPP masih ada pelaksanaan yang kurang sistematis. Selain itu waktu pelaksanaan tidak sesuai yaitu yang awalnya 45 menit menjadi 60 menit b. Aktivitas mahasiswa, masih didapatkan hasil pengamatan pada siklus I mahasiswa yang belum berperan aktif secara optimal c. Hasil belajar masih didapatkan ketuntasan belajar mahasiswa kurang dari 65%. Dan masih terdapat kecurangan mahasiswa saat mengerjakan test siklus I. d. Pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa masih ada yang kurang optimal. Pelaksanaan Tindakan Siklus II dimulai pada tanggal 27 April 2010 selama 4 hari dengan satu kali pertemuan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Materi: Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi (Pengkajian, menentukan core problem, intervensi, implementasi, evaluasi dan dokumentasi). 2. Media yang digunakan dalam penelitian tindkakan: a. Modul Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi b. Lembar kegiatan mahasiswa c. Pasien gangguan jiwa dengan halusinasi 3. Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian tindakan: a. Standar Operasional Prosedur (SOP) Asuhan Keperawatan Jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya supaya asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan selama pembelajaran sesuai dengan SOP rumah sakit. b. Kertas HVS untuk mencatat hasil diskusi dan temuan mahasiswa selama pembelajaran lxxxiii c. LCD dan laptop untuk presentasi hasil pembelajaran d. Bolpoin sebagai alat untuk mencatat kegiatan mahasiswa 4. Pelaksanaan Siklus kegiatan meliputi: a. Perencanaan Perencanaan tindakan pembelajaran merupakan langkah operasional awal dari Penelitian Tindakan Kelas yang disusun mengacu kepada hipotesis tindakan, yaitu Model Contextual Teaching And Learning dengan Modul asuhan Keperawatan Jiwa efektif digunakan untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hasil belajar dan meningkatkan kompetensi praktek Keperawatan Jiwa. Sebelum pelaksanaan ada beberapa hal yang terkait perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti antara lain: 1. Peneliti menentukan kelas sebagai subyek penelitian yang dipilih yaitu semester VI Program Studi S1 Keperawatan 2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Asuhan keperawatan Jiwa, menyusun lembar observasi kegiatan KBM, kegiatan mahasiswa, lembar kuesioner motivasi mahasiswa dan respon mahasiswa terhadap perangkat pembelajaran, perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran, menyusun lembar jawaban, format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi 3. Menyiapkan modul Asuhan Keperawatan Jiwa 4. Membagi kelompok menjadi 4 kelompok dengan beranggotakan setiap kelompok 10 orang dengan jadwal pelaksanaan yang berbeda. lxxxiv 5. Peneliti melakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan observer tentang penelitian tindakan kelas penerapan model contextual teaching and learning di Rumah Sakit Jiwa menur, sosialisasi RPP serta sosialisasi cara pengisian lembar observasi RPP dan lembar partisipasi mahasiswa. Peneliti juga menjelaskan materi yang akan digunakan pada siklus ke-1, secara keseluruhan sesuai dengan standar kompetensi dasar yang tercantum pada table berikut: Standar Kompetensi: Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan pemahaman asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, melakukan dan mengkomunikasikan penelitian dibidang keperawatan jiwa Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi Indikator: Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu : b. Menyebutkan pengertian halusinasi c. Menyebutkan penyebab halusinasi d. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi e. Menyebutkan dan mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi yang berupa: - Melakukan Pengkajian - Melakukan Analsis masalah - Menentukan Core problem - Membuat intervensi keperawatan - Melakukan implementasi keperawatan - Melakukan evaluasi tindakan - Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan a. Acting (Pelaksanaan) Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-2 pada tanggal 27 April 2010, dengan materi Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi. Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah model contextual teaching and learning. lxxxv Dalam tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai dosen pengajar dan diobservasi oleh seorang observer pada setiap pembelajaran dengan langkah – langkah pelaksanaan sebagai berikut: 1. Pendahuluan a) Dosen memberikan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai mahasiswa dimana setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan materi yang ada pada modul asuhan keperawatan jiwa kepada pasien gangguang jiwa secara langsung dan mandiri b) Dosen mengecek kehadiran mahasiswa c) Dosen melakukan apersepsi d) Dosen memotivasi mahasiswa yang pada siklus ke-1 kurang aktif dalam aktivitas pembelajaran model contextual teaching and learning dengan cara memberikan pertanyaan mengenai asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Dosen juga menanyakan kesulitan yang dihadapi mahasiswa sebelumnya pada siklus I. e) Dosen menyiapkan pasien gangguan jiwa dengan halusinasi sebanyak 10 pasien yang kooperatif yang dibantu oleh perawat ruangan. 2. Kegiatan inti a. Construkktivisme Mahasiswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok difasilitasi dosen membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi) mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Pada fase ini lxxxvi mahasiswa berdiskusi mengenai materi asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi pada modul dan menanyakan materi yang tidak dipahami pada modul. Selanjutnya mahasiswa menyusun langkah kegiatan yang akan dilakukan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien langsung dengan panduan modul asuhan keperawatan jiwa sebelum menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok. Antisipasi masalah yang didiskusikan adalah apabila saat melakukan asuhan keperawatan jiwa ada pasien yang mau meninggalkan tempat sebelum waktunya maka mahasiswa menanyakan pada pasien kenapa mau meninggalkan tempat sebelum waktu kontrak yang disepakati habis kemudian memotivasi pasien untuk tetap berpartisipasi pada pembelajaran. Sebagai antisipasi masalah pada siklus I yang berupa Terapi Aktivitas Kelompok dan intervensi pada keluarga maka mahassiwa telah menyiapkan rencana kegiatan TAK dan intervensi keluarga dengan panduan dosen. 1) Inquiry a. Mahasiswa bertemu dengan pasien dan membina hubungan saling percaya dengan melakukan salam terapeutik, memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien, menjelaskan tujuan interaksi dengan pasien yaitu membantu menyelesaikan masalah pasien, membantu pasien mengenal halusinasi, membantu lxxxvii pasien mengotrol halusinasi, selanjutnya mahasiswa menjelaskan kontrak waktu interaksi dengan pasien bahwa interaksi dengan pasien akan dilakukan selama 45 menit istirahat 30 menit selanjutnya mahasiswa akan interaksi lagi dengan pasien untuk melanjutkan asuhan keperawatan. . b. Setelah terbina hubungan saling percaya, salah satu mahasiswa melakukan pengkajian, sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa sedangkan teman lainya memperhatikan. Adanya perpanjangan waktu pada saat pengkajian ini. c. Mahasiswa berdiskusi merumuskan masalah keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian dan menentukan masalah utama (core problem) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan intervensi yang tepat sesuai core problem. d. Mahasiswa menganalisis data pengkajian dan core problem yang telah ditentukan. e. Mahasiswa menentukan intervensi keperawatan jiwa pasien halusinasi yang meliputi: mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi, memanfaatkan obat secara teratur, megikutsertakan pasien pada kegiatan TAK dan intervensi pada keluarga yang berupa penyuluhan tentang “Cara merawat pasien halusinasi di rumah” f. Mahasiswa mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat. g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Evaluasi yang dilaksanakan berupa evaluasi sumatif yaitu dilakukan langsung setelah mahasiswa lxxxviii memberikan intervensi dan evaluasi formatif yang dilakukan mahasiswa setelah semua intervensi diberikan ke pasien. Hasil evaluasi menunjukan bahwa intervensi telah terlaksana semua. 2) Questioning Dalam proses pembelajaran terjadi diskusi antar teman dalam satu kelompok. Pada saat kegiatan penyuluhan keluarga banyak pertanyaan dari keluarga mengenai penyakit anggota keluarganya yang dirawat. Mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan tersebut kemudian moderator pada kegiatan penyuluhamn tersebut sebelum penyuluhan ditutup memberikan kesempatan pada dosen selaku narasumber untuk memberikan masukan atas pertanyaan dari keluarga pasien. Pada pembelajaran ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk saling membantu apabila ada temannya yang salah atau lupa melakukan langkang-lang asuhan keperawatan jiwa 3) Modelling Sebelum mahasiswa melakukan sendiri asuhan keperawatan (Pengkajian, merumuskan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi), dosen mencontohkan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Pada tahap pengkajian mencontohkan hal – hal yang perlu dikaji pada pasien halusinasi yang meliputi: a. Jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, lxxxix sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien. b. Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi c. Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya munculnya halusinasi, halusinasi. menghindari Sehingga situasi pasien yang tidak menyebabkan larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi. d. Respons halusinasi Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul. xc Dosen memberikan contoh cara menentukan diagnosis keperawatan yaitu: Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada pasien misalnya: Gangguan sensori persepsi: halusinasi ……(jenis halusinasi) Setelanjutnya dosen memcontohkan langsung melakukan intervensi pada pasien halusinasi yaitu: Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat/mahasiswa dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat/mahasiswa dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Pada awal kegiatan TAK, tugas leader dilakukan dosen setelah dirasa mahasiswa ada gambaran mengenai kehgiatan TAK kemudian diteruskan oleh mahasiswa yang ditunjuk menjadi leader. Pada saat penyuluhan dosen membuka acara dan memperkenalkan diri agar mahasiswa tidak tegang dan takut menghadapi keluarga pasien. e. Setelah memiliki gambaran tentang cara melakukan asuhan keperawatan, mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen. xci 4) Community Learning a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok saat melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien. Saat kegiatan TAK dan penyuluhan kepada keluarga mahasiswa telah menjalankan tugasnya masing-masing secara tepat. Saling mengingatkan apabila ada teman yang salah atau lupa. b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen 5) Refleksi a. Setelah kegiatan TAK dan penyuluhan selesai terdapat evaluasi kedua kegaiatan tersebut. Disini mahasiswa saling mengoreksi kekurangan tugas yang dilakukan oleh temanya. b. Mahasiswa melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan pada format pendokumentasian untuk persiapan presentasi seminar. c. Mahasiswa melakukan diskusi bersama kelompok lain saat presentasi laporan kegiatan yang telah didokumentasikan. Diskusi ini dilakukan dengan cara salah satu hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa tiap kelompok dipresentasikan pada seminar yang dihadiri oleh seluruh mahassiwa, mahasiswa dari institusi lain yang saat itu praktek, pembimbing klinik, dosen sejawat dan peneliti. Pada saat seminar terjadi diskusi dan banyak masukan yang diberikan untuk perbaikan hasil seminar. xcii 6) Auntenthic Assessment a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa dalam kegiatan seminar kemudian dapat masukan, tanggapan, dan perttanyaan dari mahasiswa kelompok laian, dosen, pembimbing klinik dan mahasiswa isntitusi lain. b. Hasil karya yang berupa laporan kegiatan asuhan keperawatan yang telah dipresentasikan dalam seminar tiap kelompok dan direvisi dikumpulkan kepada dosen. 4. Penutup Bersama - sama dengan mahasiswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil kesimpulanya berdasarkan pendapat mahasiswa bahwa mahasiswa lebih baik dalam melakukan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa. Kekurangan yang mereka lakukan pada siklus I telah mereka perbaiki di siklus II. Mereka juga lebih persiapan sebelum ke pasien Pada tahap penutupan ini dosen memberikan umpan balik positif pada mahasiswa yang mampu melaksanakan tindakan. Setelah dirasa selesai kegiatan pembelajaran dosen memberikan salam penutup pada mahasiswa dan mengucapkan terima kasih kepada pasien yang telah ikut berpartisipasi. c. Observasi Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama xciii pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan observer bahwa keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen pada pembelajaran CTL pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata keberhasilan 100 % berarti keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik. Sedangkan hasil pengamatan observer mengenai aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran 12,5% sangat baik, 52,5% baik dan 37,5% cukup dan 0% kurang. Sedangkan pengamatan observer terhadap motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran didapatkan hasil 100% tinggi motivasinya. Observer juga menyampaikan hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada siklus I sebesar 97,5 %, dan 2,5% tidak tuntas. Sedangkan pelaksanaan praktek didapatkan hasil pengamatan 90% sangat baik, 10% baik, 0% cukup, 0% kurang. b. Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan hasil observasi. Selanjutnya data hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan observer dan dosen. Proses ini dilakukan untuk melihat keberhasilan maupun kelemahan pada proses pembelajaran pada siklus I. Refleksi dapat dilakukan setelah melakukan observasi atau setelah melakukan analisis hasil wawancara. Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus II, kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Berdasarkan laporan observer kepada xciv dosen bahwa dalam pelaksanaan RPP dosen sudah sangat baik. Sudah sistematis dan tepat waktu. Berdasarkan hasil pengamatan observer yang disampaikan ke dosen bahwa pada siklus II sudah tidak lagi ditemukan kecurangan mahasiswa saat mengerjakan test siklus II. Masih ada hasil nilai belajar yang kurang, masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya tetapi jumlahnya telah berkurang dibangdingkan siklus I, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran CTL tidak ada yang kurang dan pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa 90% sangat baik. Dengan melihat pada siklus II dibandingkan dengan siklus I telah mengalami banyak peningkatan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. C. Hasil dan Pembahasasan 1. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, serta hasil wawancara dengan mahasiswa yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi didapatkan hasil sebagai berikut: Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan pra siklus diantaranya tes pra siklus. Instrumen yang digunakan adalah soal tulis pilihan ganda. Tes tulis sejulah 20 soal dengan alokasi waktu 40 menit. Setelah mahasiswa mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi bersama, jawaban mahasiswa ditukar dengan mahasiswa lainnya. Adapun penskoran tiap jawaban benar dinilai 1 dan salah nol kemudian hasil dikalikan 5, setelah selesai hasil tersebut dimasukan ke dalam instruemn penelitian. Hasil yang xcv diperoleh dari nilai pra siklus digunakan untuk mengetahui salah satu perkembangan hasil belajar mahasiswa. Kepada Ketua Program studi dan urusan akademik, peneliti menginformasikan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan CL pada semester VI untuk mata kuliah Keperawatan Jiwa dan mohon dorongan agar pembelajaran berjalan lancar. Peneliti juga menyampaikan secara lisan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran CTL yang akan dilaksanakan. Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal dilakukan dengan apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran dan komponen CTL. Pada akhir pembelajaran dilakukan refleksi dan penilaian auntenthic yang berupa tes. Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam dua siklus hasil penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa Penggunaan CTL untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa dapat dinilai terhadap komponen pelaksanaan CTL yang meliputi: a. Observasi Rencana Proses Pembelajaran Tabel 1. Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran NO ASPEK YANG DIAMATI PENDAHULUAN Penilaian Siklus kel 1 Siklus I kel kel 2 3 Siklus II kel 4 kel 1 kel 2 kel 3 kel 4 1 Menggali kemampuan awal mahasiswa 4 4 4 4 4 4 4 4 2 Menjelaskan Tujuan dan manfaat 4 4 4 4 4 4 4 4 xcvi pembelajaran 3 4 5 Menyebutkan indikator pencapaian pembelajaran Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung Menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran CTL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 KEGIATAN INTI Membentuk mahasiswa dalam 4 kelompok Dosen memberikan contoh cara melakukan askep Dosen memandu kelompok saat melakukan 4 komponen inquiry Dosen memandu kelompok saat melakukan 3 4 3 4 4 4 4 4 5 komponen questioning Dosen memandu kelompok saat melakukan 4 4 4 4 4 4 4 4 6 komponen modelling Dosen memandu kelompok saat melakukan 3 3 4 3 4 4 4 4 7 komponen community learning Dosen memandu kelompok saat melakukan 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Melakukan evaluasi Melakukan refleksi pada akhir petemuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Jumlah rata-rata 58 58 58 59 60 60 60 60 96,7 96,7 96,7 98,3 100,0 100,0 100,0 100,0 1 2 komponen autenthic assessmnet 1 PENUTUP Membimbing mahasiswa membuat rangkuman dan laporan 2 3 Jumlah dalam persen Rata-rata persentase siklus 87,4 1 00 95 90 85 80 SIKLUS I SIKLUS II Diagram 1: Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran xcvii 100,0 Dari table dan diagram menunjukan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen pada pembelajaran model contextual teaching and learning dan modul asuhan keperawatan jiwa pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata keberhasilan pada siklus I sebesar 87,4 %. berarti keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik dan siklus II ratarata keberhasilan 100 %. berarti keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik. 2) Observasi Aktivitas Mahasiswa Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran Model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa No Tingkat aktivitas Siklus I Siklus II 1 Sangat Baik 1 (2,5 %) 5 (12,5 %) 2 Baik 5 (12,5 %) 21 (52,5 %) 3 Cukup 26 (65 %) 15 (37,5 %) 4 Kurang 8 (20%) 0 (0 %) Jumlah 40 (100%) 40 (100%) 80,00% 60,00% Sangat Baik 40,00% Baik Cukup 20,00% 0,00% Kurang Siklus I Siklus II Diagram 2: Hasil Observasi Aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran Model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa Berdasarkan hasil tabel dan diagram di atas menunjukan bahwa aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 2,5 % sangat baik, 12,5 % baik, 65% cukup, kurang 20% dan siklus II menunjukan bahwa aktivitas xcviii mahasiswa dalam pembelajaran 12,5 % sangat baik, 52,5 % aktivitas baik, 37,5 % cukup dan 0 % kurang. 1) Hasil Motivasi Mhahasiswa terhadap Pembelajaran CTL Tabel 3. Motivasi mahasiswa pada Program Studi S1 Keperawatan FIK No Tingkat Motivasi 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah Jumlah Rata-rata nilai motivasi pembelajaran CTL pada bulan April di UMSurabaya Siklus I Siklus II 40 (100%) 40 (100) 0 0 0 0 40 (100%) 40 (100%) 95,3% 95,3% 40% 30% TINGGI 20% SEDANG 1 0% 0% RENDAH SIKLUS I SIKLUS II Diagram 3 Motivasi mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan metode pembelajaran CTL pada siklus I dan siklus II 100% motivasinya tinggi dengan nilai rata-rata motivasi 95,3% 2. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa xcix Indicator yang menjadi penilaian penggunaaan model contextual teaching and learning yaitu hasil ketuntasan belajar mahasiswa adalah hasil ketuntasan belajar mahasiswa. Berikut adalah data hasil ketuntasan belajar mahassiwa 1) Hasil Ketuntasan Belajar mahasiswa Tabel 4. Ketuntasan belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya Ketuntasan Pre Siklus % Post Siklus I % 67,8 % Post Siklus II 39 Tuntas 7 17,5 % 27 Tidak Tuntas 33 82,5 % 13 % 97,5 32,5 % 1 2,5 1 00,00% 80,00% tuntas 60,00% Tidak Tuntas 40,00% 20,00% 0,00% PRE SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II Diagram 4. Ketuntasan belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya Dari tabel di atas menunjukan bahwa ketuntasan belajar mahasiswa pre siklus 32,5%, tidak tuntas 67,5% pada siklus I ketuntasan belajar 95%, tidak tuntas 5% dan siklus II ketuntasan belajar 97,5% dan tidak tuntas 2,5% . Adapun hasil prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 5. Prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya No Range nilai Pre CTL % Nilai Siklus I c % Nilai Siklus II % 1 2 3 4 5 6 7 ≥ 80 4 70-79 3 66-69 0 60-65 13 55-59 5 45-54 11 ≤ 44 4 Jumlah 40 Berdasarkan tabel di atas 10% 14 35% 24 60% 7,5% 10 25% 11 27,5% 0% 3 7,5% 4 10% 32,5% 10 25% 0 0% 12,5% 2 5% 0 0% 27,5% 1 2,5% 1 2,5% 10% 0 0% 0 0% 100% 40 100% 40 100% menunjukkan bahwa sebelum dilakukan metode pembelajaran CTL sebagian besar mahasiswa (82,5% atau 33 mahasiswa) memiliki nilai di bawah KKM. Setelah dilakukan metode pembelajaran CTL terjadi peningkatan prestasi mahasiswa, hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi sikus I mahasiswa yang memiliki nilai di bawah KKM menurun menjadi (37,5% atau 13 mahasiswa). Pembelajaran CTL pada siklus II mahasiswa yang memiliki nilai di bawah KKM 2,5% atau hanya 1 mahasiswa yang mendapat nilai di bawah KKM, 97,5 % mendapatkan nilai di atas KKM. 3 Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan praktek Keperawata Jiwa Tabel 6 Praktek mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya No Praktek siklus I siklus II 1 Sangat Baik 11 (27,5%) 36 (90%) 2 Baik 16 (40%) 4 (10%) 3 Cukup 8 (20%) 0 4 Kurang 5 (12,5) 0 Jumlah 40 (100%) 40 100%) ci 1 00% 80% SANGAT BAIK 60% BAIK 40% CUKUP 20% KURANG 0% SIKLUS I SIKLUS II Diagram 6 Praktek mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya Dari table dan diagram diatas menunjukan bahwa pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa pada siklus I sangat baik 27,5%, baik 40%, cukup 20% dan kurang 12,5% dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sangat baik 90% dan baik sebesar 10% 2. Pembahasan a. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran dinilai dari pelaksanaan rencana proses pembelajaran, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran CTL dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa. Berdasarkan hasil pelaksanaan cii rencana proses pembelajaran nilai rata-rata keberhasilan pada siklus I sebesar 87,4% dan siklus II rata-rata keberhasilan 100 %. berarti keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik. Sedangkan aktivitas mahasiswa pada siklus I sebesar 2,5 % sangat baik dan siklus II 12,5 % dan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II 100% tinggi. Hasil ini sejalan dengan hakikat pembelajaran CTL yang menyatakan bahwa pemanfaatan pembelajaran CTL menciptakan ruang kelas yang pesertanya aktif bukan hanya pengamatan yang pasif dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pendekatan CTL lebih memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar bersama teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling mengoreksi (Depdiknas, 2002). Berbeda dengan pembelajaran secara klasikal dimana pembelajaran yang berpusat pada dosen, hasilnya mahasiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, mahasiswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh dosen dan dengan pembelajaran ini membuat mahasiswa kurang berinisiatif untuk mencari bahan pembelajaran lain selain dari apa yang disampiakan dosen yang berupa power point. Mengingat program pendidikan Ners yang diharapkan memiliki kompetensi yang professional untuk mampu menganalisis dan kritis dalam menangani pasien. Pada kenyataanya perlu adanya pembelajaran yang bersifat kontekstual dimana proses pembelajaran CTL dapat dijelaskan pada 7 komponen CTL. Dalam pembelajaran CTL tidak hanya aspek hafalan tetapi model CTL lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif. Baik sikap maupun mentalnya dengan ciii bimbingan dosen. Bimbingan tersebut secara bertahap dan berurutan disesuaikan dengan silabus pembelajaran. Keberhasilan penerapan model CTL dalam menemukan konsep baru merupakan salah satu kebanggaan bagi siswa sehingga mendorong siswa untuk memperoleh preastasi belajar yang optimal. Peran guru dalam menerapkan CTL memberikan kesempatan secara luas kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensi yag dimiliki secara optimal dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan. dosen sebagai pengelola pembelajaran perlu mempertimbangkan kesesuaian model yang akan diterapkan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. dosen hendaknya memiliki kemammpuan dalam memilih model yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajaran agar memberikan hasil yang optimal. Salah satu model yang dapat membantu menumbuhkan berpikir kritis, analitis, dan kreatif adalah model CTL (Slave, 2000; Nur, 2000; Trianto, 2002) Dalam teori konstruktivisme terdapat prinsip yang penting bahwa dosen atau pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan saja, namun mahasiswa juga harus membangun sendiri pengetahuan didalam dirinya dan peran dosen adalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dalam proses ini dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa agar menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan mendidik mahasiswa agar menjadi sadar dengan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, sehingga dosen dapat memberikan pemahaman yang lebih tinggi (Nur, 2002). Dari hasil penelitian berupa tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL yang dilakukan selama tindakan pada setiap siklus dapat civ memacu aktivitas dan motivasi mahasiswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dalam suatu kelompok (masyarakat belajar). Penilaian ini tidak hanya dilakuka pada akhir pebelajaran tetapi selama proses pembelajaran terhadap aktivitas dan motivasi mahasiswa. Sehingga tidak salah kalau masyarakat belajar ini merupakan aktivitas mahasiswa yang menonjol pada proses belajar. Sejalan dengan teori konstruktivisme bahwa dalam suatu kelompok mahasiswa akan terlibat dalam dialog yang baik dengan sesame teman maupun dengan Dosen (Nur, 2000). Hal ini juga sejalan dengan model pembelajaran yang diterapkan yaotu kooperatif. Pada pembelajaran ini mahasiswa dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya melalui interasi dengan teman, pasien dan perawat. Selama pembelajaran mahasiswa belajar secara berkelompok untuk saling membantu memecahkan masalah, identifikasi dan mengkaitkan teori halusinasi pada modul asuhan keperawatan jiwa dengan kenyataan langsung pada pasien dengan lhalusinasi. b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa Penggunaan CTL untuk meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa dapat dilihat dari hasil belajar mahasiswa dan ketuntasan belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar mahasiswa pre siklus sebesar 17,5%, siklus I sebesar 67,8% dan siklus II sebesar 97,5% . Sebagian cv besar hasil belajarnya mahasiswa memuaskan dengan CTL dibandingkan dengan pembelajaran klasikal. Setiap mahasiswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar mahasiswa ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% mahasiswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud, 1996). Dari 40 mahasiswa ada 1 mahasiswa hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II tidak tuntas belajarnya. Jika dikaji secara keseluruhan ketidaktuntasan itu tidak hanya pada mata kuliah keperawatan jiwa tetapi juga mata kuliah yang lain. Berdasarkan hasil psikotest pada awal mahasiswa masuk menunjukan bahwa kemmapuan intelektualnya dibawah 90. Menurut Teori Binnet (1984) bahwa seseorang yang memiliki kemampuan intelektual kurang dari 90 maka dalam pembelajaran individu tersebut hanya mampu menyelesaiakan permasalahan yang bersifat konkrit sedangkan untuk menganalisis mendalam dia tidak akan mampu. Pada akhir pembelajaran selalu dilakukan refleksi yang bermanfaat pada mahasiswa dalam merenungkan kembali kegiatan yang dilakukan dan hasil yang diperoleh. Hasil refleksi diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan pada mata kuliah keinginnan untuk berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa. c. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan praktek Keperawata Jiwa cvi Hasil Penggunaan CTL untuk meningkatkan praktek Keperawatan jiwa dapat dilihat bahwa siklus I sebesar 27,5% sangat baik dan siklus II sebesar 90% sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa berhasil mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa pada pasein dengan halusinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Paget, Vigotsky dalam Ibrahim dan Nur (2000), percaya bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman lain dalam kelompok-kelompoknya dapat memacu terbentuknya ide-ide baru dan memperkaya perkembangan intektual siswa. Selain mahasiswa terlibat secara mendalam selama proses pembelajaran berlangsung, dosen harus mengkaitkan materi pengajaran yang diajarkan dengan mengajak mahasiswa belajar sukses dengan kehidupan nyata. Selain itu mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam pembelajaran CTL pada komponen pemodelan saat pembelajaran dosen memberikan contoh cara melakukan pengkajian mulai dari identitas, keadaan umum pasien, status mental serta pengobatan pasien. Selai itu juga dosen juga memberi contoh cara menentukan masalah pengkajian yang didapat kemudian menentukan core problem dan intervensi keperawatan. Selanjutnya dosen juga mencontohkan cara mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat serta mengevaluasi dan medokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan jiwa yang telah dilakukan. cvii Proses pembelajaran dengan model CTL dilakukan secara mandiri atas bimbingan penuh guru dan teman-temannya dengan berbagai aktivitas secara mandiri secara individual maupun kelompok, misalnya: bertanya, bertindak, mencari penyelesaian masalah, membuat dugaan dan mengambil kesimpulan. Peran guru adalah memberikan bimbingan, memotivasi siswa dan memberikan dukungan kepada siswa dan ikut membantu siswa dalam pemecahan masalah jika dalam proses pembelajaran menemukan kesulitan Dapat disimpulkan bahwa CTL dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. D. Keterbatasan 1. Pembelajaran CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dilaksanakan langsung kepada pasien gangguan jiwa yang membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaanya asuhan keperawatan jiwa (Pengkajian, penentuan masalah, core problem, intervensi, implementasi dan evaluasi) sehingga pasien merasa jenuh dengan kegiatan ini. 2. Pelaksanaan dokumentasi kegiatan praktek Asuhan Keperawatan Jiwa mengalami kesulitan. Peneliti tidak diijinkan memotret yang menunjukan cviii wajah langsung dari pasien.Sehingga pendokumentasian dari arah samping kegiatan praktek. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut: cix 1. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil Keterlaksanaan RPP oleh dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan Motivasi mahasiswa yang meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I hasil keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 87,5%, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sebesar 2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa sebesar 100% tinggi. Pada siklus II hasil keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 100 %, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sebesar 12,5% dan motivasi mahasiswa sebesar 100% tinggi 2. Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa, hal ini terbukti pada hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada siklus I sebesar 67,8% dengan nilai diatas 65 Sebanyak 13 Mahasiswa.Sedangkan pada siklus II hasil ketuntasan belajar mahasiswa sebesar 97,5% dengan nilai diatas 65 sebanyak 32. 3. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil nilai praktek Keperawatan Jiwa pada siklus I 27,5% sangat baik dan siklus II 90% sangat baik. B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan CTL untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa pada mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Jiwa dapat diimplikasikan pada: 1. Mahasiswa cx Model CTL dapat meningkatkan pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa dengan indikator peningkatan keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan peningkatan motivasi mahasiswa terhadap pembelajaran sehingga dapat dilaksanakan pada kompetensi lainnya. Model CTL dapat meningatkan hasil belajar mahasiswa dan dapat meingkatkan praktek Keperawatan Jiwa. 2. Dosen Dosen membimbing siswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam prosedur pembelajaran, menelaah materi dan permasalaha, kemampuan yang diperlukan adalah pemahamanan guru memahami kecakapan dan kejelian mahasiswa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga kebersamaan dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang. C. SARAN 1. Agar proses pembelajaran dengan menerapkan model CTL dapat dilaksanakan dengan baik dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka perlu diperhatikan: dosen memberikan penjelasan prosedur pembelajaran dengan model CTL secara efektif dan sejels-jelasnya sepada mahasiswa, sehingga proses pembelajaran lebih terarah dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan. 2. Aplikasi model CTL dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: dosen membimbing mahasiswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam prosedur pembelajaran, menelaah materi dan permasalahan, kemampuan yang diperlukan adalah pemahamanan dosen memahami kecakapan dan kejelian cxi mahasiwa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga kebersamaan dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang. 3. CTL berdasarkan kajian teoritik dan empiric sesuai untuk perkuliahan mahasiswa, sehingga disarankan untuk penerapan pola pembelajaran ini pada pokok bahasan lain cxii DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Astuti, dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learninf. B.E.S.T. USA Depdiknas, 2002. Pendekatan Kontekstual.Jakarta: Depdiknas Eko priyono. 2009. Peningkatan Kualitas pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang Surabaya sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2. Harnawatiaj. Ilmu Keperawatan Jiwa. harnawatiaj.wordpress.com. Tanggal 23 januari 2009. pukul 15.15 Irman Somantri. Perencanaan (1). irmanthea.blogspot.com. Tanggal 24 Januari 2009. Pukul 16.18 Nunuk Suryani, 2007. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/200). Potter and Perry. 2005, Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, Praktik, vol 1 edisi 4, alih bahasa asih yasmin, Jakarta: EGC Sidharta, Arif. 2006. Media Pembelajaran Depdiknas Dierjen. PMPTK PPPG IPA. Susili Herawati. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Solo: Bavumedia Sutopo, H.B. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi 2 Universitas Sebelas Maret Press. TIM. Kesehatan Jiwa di Indonesia. fmpkj-samarinda.blogspot.com. Tanggal 24 Januari 2009. Pukul 16.03 cxiii University of Washington (college of Education). 2001. Trainning for Indonesian Education Team in CTL. Seatle: Washington USA. ___________________________. 2009. Buku Pedoman Kurikurum akademik Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Yenichrist Under Keperawatan. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan Keluarga. yenibeth.wordpress.com. Tanggal 24 Januari 2009. Jam 16.30 _______________________________,Masalah-masalah Kesehatan Jiwa athearobiansyah.blogspot.com.Tanggal 23 januari 2009. pukul 15.00 _______________________________,Standart Praktek Keperawatan moveamura.wordpress.com. Tanggal 23 Januari 2009. Pukul 15.18 cxiv Jiwa.