i MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL

advertisement
MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK
MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA
(Studi Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat
Mencapai Derajat Magister
Disusun Oleh:
RELIANI
S540209316
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK
MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA
(Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)
Disusun Oleh:
Reliani
S540209316
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing:
Pada Tanggal: 6 Agustus 2010
Dewan Pembimbing:
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA (K)
NIP. 194903171976091001
………………
…………
Pembimbing II
Dr.Hermanu J.,M.Pd
NIP. 195603031986031001
………………
…………
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. M.M, M.Kes, PAK
NIP. 194803131976101001
ii
MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK
MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA
(Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)
Disusun Oleh:
Reliani
S540209316
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : 06 Agustus 2010
Dewan Penguji:
Jabatan
Ketua
Nama
Tanda Tangan
: Prof. Bhisma Murti, dr. M.Sc, MPH., Ph.D
NIP. 195510211994121001
..................................
Sekretaris
: Dr. Nunuk Suryani, M. Pd
NIP. 196611081990032001
..................................
Anggota
: Prof. Dr. Ambar Mudigdo. dr. Sp.PA (K)
NIP. 194903171976091001
..................................
Anggota
: Dr.Hermanu J.,M.Pd
NIP. 195603031986031001
..................................
Mengetahui,
Direktur PPS UNS
Surakarta,
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D
NIP. 195708201985031004
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK
NIP. 194803131976101001
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama
: Reliani
NIM
: S540209316
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa proposal tesis berjudul “MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya) ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam proposal tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 6 Agustus 2010
Yang Membuat Pernyataan
(Reliani)
iv
KATA PENGANTAR
Kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Belajar dapat membawa perubahan dan perubahan itu pada pokoknya adalah
diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Dalam melakukan proses
pembelajaran dosen dapat memilih beberapa metode mengajar. Model
pembelajaran kontekstual disebut efektif jika dalam pelaksanaannya meliputi
tujuh tahapan kontekstual antara lain konstruktivisme, inquiry, questioning,
modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Menurut
beberapa ahli metode contextual teaching and learning sangat bagus untuk
meningkatkan pemahaman dan membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran.
Penulisan tesis ini berjudul ” MODEL CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA
(Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)” ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas penerapan medel pembelajaran contextual teaching and
learning dan modul asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan pembelajaran
keperawatan jiwa.
Penulisan tesis ini memang masih jauh dari harapan, tetapi penulis
berharap tesis ini berguna sebagai sumber informasi pembaca, masyarakat pada
umumnya dan khususnya bagi peneliti selanjutnya. Penulis sadar bahwa dalam
penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan untuk itu
saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sejawat dan para pembaca
sangat penulis harapkan.
Surakarta, 6 Agustus 2010
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga penyusunan proposal penenlitian tesis yang berjudul “MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya) dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari semua pihak
yang terkait, proposal penelitian ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala
hormat perkenankan penulis menyampaiakan terima kasih pada:
1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr., Sp.Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah member kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan Pascasarjana (S2)
2. Prof. Drs. Suranto, MSC, PhD, selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Univeristas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk menyusun tesis ini.
3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM, M.Kes.,PAK selaku Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret.
4. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada
penulis selama proses penulisan tesis ini.
5. Dr. Hermanu J, M.Pd pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada penulis selama proses
penulisan tesis ini.
6. Dr. Hendro Riyanto, Sp.Kj selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya
yang
telah
memberikan
kesempatan
bagi
penulis
untuk
melaksanakan penelitian.
7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan demi
suksesnya program pendidikan yang penulis tempuh
vi
8. I Wayan Wikarmadana, SE suamiku tercinta yang selalu memberikan
dorongan baik secara materiil dan moral sehingga terselesaikan tesis ini.
9. Segenap
Civitas
Akademika
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Surabayaatas kerjasamanya sehingga penulis mendapat
fasilitas dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian tesis ini
10. Para mahasiswa tercinta semester VI yang telah bersedia menjadi sampel
dalam penelitian ini
11. Semua
pihak
yang
memotivasi
sehingga
penyusunan
proposal
ini
terselesaikan.
Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan,
mahasiswa dan para pembaca yang budiman, namun penulis juga menyadari
bahwa tesis ini masih perlu penyempurnaan, untuk itu perlu kritik dan saran demi
perbaikan tesis ini.
Akhirnya dengan tulus penulis berdoa semoga amal kebaikan semua pihak
mendapatkan pahala dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Surakarta, 6 Agustus 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul …………………………………………………………………..
i
LEMBER PERSETUJUAN ……………………………………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..
iii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
vi
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ………..…………………………………………….……………..
ix
DAFTAR GAMBAR ……...…………………………………….………………
x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….
xi
DAFTAR DIAGRAM …………………………………………………………..
xii
DAFTAR LAMPIRAN .……..………………………………….……………… xiii
ABSTRAK ………………………………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..
1
A. Latar Belakang ……………………..……………………………………..
1
B. Rumusan Masalah ……………………..………………………………….
5
C. Tujuan Penelitian …………………………..……………………………..
6
1. Tujuan Umum …………………………………..……………………..
6
2. Tujuan Khusus ………………………………………..………….........
6
D. Manfaat Penelitian……….…………………………………..…………....
7
1. Manfaat Teoritis……………………………………………………….
7
2. Manfaat Praktis………………………………………………………..
7
8
BAB II KAJIAN TEORITIK,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori……………………………………………………………….
8
1. Contextual teaching and learning……………………………………...
8
2. Konsep Pengembangan Modul………………………………………… 19
3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa………………………………………..
24
B. Penelitian Yang Relevan………………………………………………….
25
C. Kerangka Berpikir………………………………………………………...
27
D. Hipotesis………………………………………………………………….. 29
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………….
30
A. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………….
30
B. Pendekatan Penelitian ………………………………………………........
30
C. Subyek Penelitian………………….……………………………………... 32
D. Sumber Data dan Sampling…………………………………………......... 33
E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data …………………………….............. 33
F. Validitas Data…………………………………………………………….
35
G. Analsis Data……………………………………………………………… 36
H. Indikator Keberhasilan…………………………………………………… 38
I. Prosedur Penelitian……………………………………………………….. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………. 50
A. Lokasi Penelitian……………………………………………………......... 50
B. Pelaksanaan Siklus……………………………………………………….. 52
1. Pelaksanaan Siklus I………………………………………………… 53
viii
2. Pelaksanaan Siklus II………………………………………………..
C. Hasil dan Pembahasan…………………………………………………….
1. Hasil Penelitian………………………………………………………..
a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk
meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa……………........
b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk
meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa………………….
c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk
meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa………………………..
2. Pembahasan…………………………………………………………...
a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk
meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa…........................
b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk
meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa………………….
c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk
meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa………………………..
D. Keterbatasan………………………………………………………………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………………………….
A. Saran………………………………………………………………………
B. Implikasi…………………………………………………………………..
C. Saran………………………………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………...
Lampiran ………………………………………………………………………...
ix
68
79
79
80
83
85
86
86
89
90
92
93
93
94
94
95
98
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian………………………………..……..
Gambar 2 Langkah-langkah PTK……………... ………………….………
Gambar 3 Kerangka Kerja Penerapan CTL………………………………..
Gambar 4 Photo Pelaksanaan Penerapan CTL…………………………….
x
Halaman
27
32
50
166
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran………..…….....
Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning ……………... …………………..
Tabel 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran CTL……………
Tabel 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa………………………………...
Tabel 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL………………..
Tabel 6 Praktek Mahasiswa pada pembelajaran CTL………………………...
xi
80
82
83
84
84
85
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran……..……....
Diagram 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning ……………... ……………..
Diagram 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran
CTL………………………………................................................
Diagram 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa……………………………..
Diagram 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL…………….
Diagram 6 Praktek Mahasiswa pada pembelajaran CTL……………………..
xii
80
82
83
84
84
85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I…………………..
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran Siklus II………………...
Lampiran 3 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sebelum Tindakan…
Lampiran 4 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sesudah Tindakan….
Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Dosen ……………………………
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Mahasiswa ………………………………….
Lampiran 7 Instrumen Kuesioner …………………………………………..
Lampiran 8 Garis-Garis Besar Program Pembelajaran …………………….
Lampiran 9 Hasil Keterlaksanaan RPP ……………………………………..
Lampiran 10 Data Aktivitas Mahasiswa Dalam Pembelajaran CTL.……….
Lampiran 11 Analisis Ketuntasan Belajar ………………………………….
Lampiran 12 Tabel Pelaksanaan Praktek Asuhan Keperawatan Jiwa ……...
Lampiran 13 Tabel Hasil Tes Motivasi Post CTL ………………………….
Lampiran 14 Soal Pre Post Siklus ………………………………………….
Lampiran 15 Lembar Jawaban Ujian ……………………………………….
Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Tes ……………………………………...
Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Obyektif ……………………………………….
Lampiran 18 Tabel Induk Data ……………………………………………..
Lampiran 19 Analisis Butir Soal ……………………………………………
Lampiran 20 Analisis Daya Beda …………………………………………..
Lampiran 21 Olah Data Analisis Daya Beda ……………………………….
Lampiran 22 Verifikasi Butir Soal ………………………………………….
Lampiran 23 Validitas Butir Soal …………………………………………..
Lampiran 24 Gambar Kegiatan CTL ……………………………………….
Lampiran 25 Surat Permohonan Ijin Penelitian …………………………….
Lampiran 26 Modul Asuhan Keperawatan Jiwa ……………………………
xiii
98
102
106
107
108
110
113
116
124
126
129
134
137
141
147
148
149
151
153
158
160
163
164
169
170
171
ABSTRAK
Reliani, S540209316, 2010. Model contextual Teaching And Learning dan Modul
asuhan Keperawatan Jiwa Unutk meningkatkan Pembelajaran Keperawatan
Jiwa, Tesis Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pasca Sarjana,
, Universitas Sebelas Maret 2010.
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui 1) penggunaan model
Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk
meningkatkan pembelajaran, 2) penggunaan model Contextual Teaching And
Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan hasil belajar
dan 3) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan
Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan praktek keperawatan jiwa.
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research) yang terdiri 2 siklus, subyek penelitian atau sampel penelitian
adalah mahasiswa semester enam dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara
tidak terstruktur, observasi, dan kuesioner kemudian data divalidasi dengan
menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan
triangulasi teori. Teknik analisis dengan menggunakan reduksi data, sajian data
dan verifikasi.
Pelaksanaan siklus I dan II meliputi meliputi tujuh komponen pembelajaran model
Contextual Teaching And Learning yaitu komstruktivisme, inquiry, questioning,
modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment.
Pada
pelaksanaan siklus I masih ditemukan adanya kekurangan yang berupa
pelaksanaan RPP oleh peneliti 87,5% sangat baik tetapi masih belum dilakukan
secara sistematis pada tahap modelling, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran
2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa dalam kategori 100% tinggi. Hasil
belajar siklus I didapatkan masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya
sedangkan yang tuntas sebesar 67,8% dan praktek asuhan keperawatan siklus I
pada kategori sangat baik sebanyak 67,8% dan masih ada mahasiswa yang masih
rendah nilai praktek keperawatan jiwa. Pada siklus II pelaksanaan RPP oleh dosen
100% sangat baik. Aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sangat baik 12,5%.
Motivasi mahasiswa 100% tinggi. Hasil belajar pada siklus II 97,5% sangat baik.
Sedangkan pelaksanaan praktek didapatkan hasil 90% sangat baik.
Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran
keperawatan jiwa, prestasi belajar dan praktek keperawatan jiwa sehingga peneliti
menyarankan perlunya penerapan pembelajaran contextual teaching and learning
dalam perkuliahan.
Kata kunci: contextual teaching and learning modul, kompetensi asuhan
keperawatan
xiv
ABSTRACT
Reliani, S540209316, 2010. The Contextual model of Learning and Teaching
Modules And Soul fatherly care Nursing Mental Enhance Learning, Thesis :
The Master of the Family Medicine Department in Health Professions Education
Program Postgraduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.
The research aims to describe the effect of Contextual Teaching And
Learning and teaching module Mental Nursing care in an effort to learning,
learning achievement and competency of the soul of nursing care.
This research design was used in Class-Action Research (Classroom
Action Research), which comprises two cycles, the subject of research or study
samples are four-semester students with a sampling technique using total
sampling. Collecting data using unstructured interviews and observation, and
questionnaires and then validated by using triangulation of data sources,
triangulation techniques and triangulation theory. Analysis techniques using data
reduction, data and verification.
The research haved seven step in Contextual Teaching And Learning that
were konstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning,
refleksi dan auntenthic assessment. Teaching activity categories very good of
87,5%, Student activity for study categories in cycle I of 2,5% is very good and
Motivation competency sycle I 100% better. Based the result of a cycle of
learning and menthal health care nursing in cycle I categories as many as 67,8%
improved competence was 67,8%. In the cycle I still not better so this research use
one cycle again. In the cycle II teaching activity in categories very good of 100%
student activity was 12,5%, And Motivation competency sycle II 100% better.
Student result from this cycle II is 97,5% was very good, and improved
competence in menthal health care nursing 90% was good. The above data show
an increase in academic achievement, student result and improved competence.
Conclusion The study showed an increase in learning achievement and
competency of the soul of nursing care so that the researcher suggests the need for
the application of contextual learning Teaching And Learning in lectures.
Keywords: Contextual Teaching and Learning Modules, Competency of
nursing care
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata kuliah Keperawatan Jiwa dideskripsikan sebagai mata kuliah yang
mempelajari dan mengkaji konsep asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan, halusinasi,
waham, gangguan konsep diri: harga diri rendah, isolasi social: menarik diri.
Dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah ini umumnya dilakukan dengan
ceramah dan diskusi (metode clasikal), penugasan dan role play sehingga terkesan
monoton, kurang menarik dan membuat mahasiswa tidak mandiri dalam belajar.
Padahal Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, standar kompetensi Keperawatan Jiwa
tidak hanya sekedar akumulasi dari sejumlah pengetahuan yang dihafal (aspek
kognitif) tetapi juga pengembangan sikap (aspek afektif) dan ketrampilan tertentu
yang tercermin dalam perilaku kehidupan (aspek psikomotor).
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian evaluasi Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya,
nilai Keperawatan Jiwa pada tahun 2008-2009 kurang dari 65% dari jumlah
mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Kenyataan ini
menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa terhadap
xvi
mata kuliah keperawatan jiwa khususnya pada pokok bahasan asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.
Berdasarkan data dari bagian profesi Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah
Surabaya
bahwa
pencapaian kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada mahasiswa yang praktik
profesi Ners tahun ajaran 2009-2010 hanya mencapai 62% dari jumlah mahasiswa
yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Berdasarkan laporan
pembimbing klinik kepada bagian profesi bahwa sebagian besar mahasiswa
kesulitan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien
dengan halusinasi. Hal ini disebabkan karena pasien dengan halusinasi yang
dirawat di Rumah Sakit rata-rata masuk tahap keempat diman pasien dikuasai oelh
halusinasinya sehingga cenderung mengalami gangguan konsep diri, menarik diri,
asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa diperlukan teknik khusus berkomunikasi dengan penderita.
Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan, dengan teknik pembelajaran
seperti yang diterapkan selama ini pada mata kuliah keperawatan jiwa, untuk
mencapai tujuan pembelajaran berupa mahasiswa mampu mencapai kompetensi
sampai tahap psikomotor akan sulit dilaksanakan. Untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa kognitif, afektif dan psikomotor maka diperlukan
pembelajaran yang mengaitkan teori dengan dunia nyata. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang ditawarkan untuk diteliti adalah melalui pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).
xvii
Secara umum pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu cara belajar
yang membantu dosen mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata mahasiswa dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdikbud 2002).
Sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
mahasiswa melakukan dan mengalami bukan menerima transfer pengetahuan dari
dosen.
Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan
situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba
segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan
symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan
apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).Seperti halnya
Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa perkembangan
intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman
menantang ketika mereka berusaha untuk
memecahkan
masalah
yang
dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman
lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual membutuhkan
media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan mahasiswa
xviii
sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Arief Sidharta, 2006).
Modul merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang berupa media
cetak. Dalam modul asuhan keperawatan jiwa berisi strategi pengorganisasian
materi pembelajaran yang terdiri dari squancing yang mengacu pada pembuatan
urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya
untuk menunjukan kepada mahasiswa keterkaiatan atara fakta, konsep, prosedur
dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Adapun manfaat modul
asuhan keperawatan jiwa yaitu membantu mahasiswa menyiapkan belajar
mandiri, memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara
maksimal, memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan
kesempatan belajar pada mahassiwa dan dapat memonitor kegiatan belajar
mahasiswa. Selama ini pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Program Studi
S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
hanya memanfaatkan media cetak yang bersumber pada buku jika metodenya
ceramah dan pada ranah kognitif dan afektif, sedang ranah psikomotor dengan
role play.
Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Jiwa Menur selain sebagai
pelayanan kesehatan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa maka
Keberadaan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagai media nyata proses
pembelajaran sudah selayaknya dimanfaatkan oleh cititas akademik khususnya
bidang kesehatan sebagai media pembelajaran seperti Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Keuntungan lain
yang di dapat dari pembelajaran di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya karena
xix
jumlah pasien gangguan jiwa yang rawat inap rata-rata selama 3 bulan terakhir
terhitung Bulan November 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 sebanyak 200
orang dengan masalah keperawatan yang komplek meliputi: 68% pasien gangguan
jiwa mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi, 15% mengalami perilaku
kekerasan, 7 % mengalami gangguan konsep diri: HDR, 5 % mengalami
gangguan proses piker: waham dan 5 % gangguan keperawatan lainnya.
Keuntungan lain menggunakan Rumah Sakit Jiwa Menur sebagai media
pembelajaran adalah asuhan keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses
keperawatan jiwa telah dijalankan perawat dengan baik sehingga dapat digunakan
sebagai role model bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Melalui pengembangan
perangkat pembelajaran ini diharapkan kegiatan perkuliahan lebih terarah dan
sistematik sehingga pembelajaran akan lebih optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu peneliti untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual dengan modul di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
sebagai media pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan
halusinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian inia adalah:
xx
1. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning
dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran
Keperawatan Jiwa?
2. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning
dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa?
3. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning
dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek
Keperawatan Jiwa?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui model Contextual Teaching And Learning dan Modul Asuhan
Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa
2. Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual
Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat
meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa.
2. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual
Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat
meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
xxi
3. Menjalaskan penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and
Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan
praktek Keperawatan Jiwa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
informasi tentang kegunaan dan fungsi pembelajaran model Contextual
Teaching And Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk
meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa, hasil penelitian ini akan membantu mengoptimalkan
pemahaman pembelajaran Keperawatan Jiwa
2. Bagi Dosen sejawat, selain memberi pengalaman di dalam melakukan
penelitian tindakan kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
masukan
didalam
mengembangkan
model
pembelajaran
Asuhan
Keperawatan Jiwa.
3. Bagi Pendidikan, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan
sumbangan yang baik dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran di
pendidikan
xxii
BAB II
KAJIAN TEORITIK, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Comtextual Teaching And Learning
a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata (Blanchard, 2001).
CTL terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan
dengan mengacu pada masalah – masalah dunia nyata atau masalah otentik yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga,
warga Negara, mahasiswa, dan tenaga kerja (University of Washington, 2001).
Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan
situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba
segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan
symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan
apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).
Seperti halnya Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa
perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan
xxiii
pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman
lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Dari pengertian di atas maka karakteristrik pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual adalah (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3)
menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan gairah; (5) pembelajaran
terintegerasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing
dengan teman; (9) siswa kritis guru kreatif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong
penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain;
(11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain (Depdiknas 2001).
Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual dosen harus melaksanakan
beberapa hal berikut ini:
1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh mahasiswa
2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup mahsiswa memalui proses
penkajian secara seksama
3) Mempeajari lingkungan sekolah mahsiswa, selanjutnya memilih dan
mengkaitkan konsep yang akan dibahas dalam proses CTL
4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang akan
dipelajari dengan mempertimbangkan pegalaman yang dimiliki mahasiswa
dan lingkungan kehidupan mereka.
xxiv
5) Melaksanakan pembelajaran dengan selalu mendorong mahasiswa untuk
mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang teah
dimiliki mahasiswa
6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman mahasiswa.
b. Teori – Teori yang Mendukung Pembelajaran dengan Pendekatan
Kontekstual
Teori – teori belajar yang mendasari CTL anatara lain sebagai berikut ini:
1. Konstuctivitisme berbasis pengetahuan (Knowledge – based constructivism)
Baik instruksi lansgsung maupun kegiatan konstruktivitas dapat sesuai dan
efektif di dalam pencapaian tujuan belajar siswa
2. Pembelajaran
berbasis
usaha/teori
pertumbuhan
kecerdasan
(effort-
based/incremental Theory of Intellegence), peningkatan usaha seseorang
untuk menghasilkan peningkatan kemampuan. Teori berlawanan dengan
gagasan bahwa kecerdasan seseorang tidak dapat diubah.
3. Sosialisasi (Socialization), anak – anak mempelajari standar, nilai – nilai, dan
pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan menerima
tatangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat. Belajar adalah
suatu proses social, oleh karenanya factor social dan budaya perlu
diperhatikan selama perencanaan pembelajaran.
4. Pembelajaran situasi (Situasional learning), pengetahuan dan belajar
dikondisikan dalam fisik tertentu dan konteks social
xxv
5. Pembelajaran distribusi (Distributed Learning), pengetahuan mungkin di
berbagai bidang sebagai pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain,
dan berbagai benda dan bukan semata – mata sebagai suatu kekayaan
individual.
c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Untuk melaksanakan pembelajaran CTL, dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya perlu langkah-langkah pendekatan konstektual berikut ini:
1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya
2. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topic
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Melakukan penilaian otentik dengan berbagai cara
Tujuh prinsip CTL dan penerapannya yang adaptasi dari buku Pendekatan
Kontekstual (Depdiknas, 2002) adalah sebagai beriku:
1. Konstruktivisme (constructivism)
Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
xxvi
demi sedikit , yang hasilnya diperluas melalui konsteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivitas adalah ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi
kompleks ke suatu lain, dan apabila dikehendai, informasi itu menjadi milik
mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses pebelajaran tersebut
dengan:
a. Menjadikan pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa
b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
Aplikasi komponen konsktruktivisme dalam penerapan penelitian ini
adalah:
xxvii
a. Mahasiswa
membangun
pemahaman
mereka
(menyamakan
persepsi)
mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.
b. Menyusun
langkah
kegiatan
sebelum
menerapkan
langsung
asuhan
keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja
kelompok.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dosen
harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry:
a. Observasi (Observation)
b. Bertanya (Questioning)
c. Mengajukan dugaan (Hipothesis)
d. Pengumpulan data (data gathering)
e. Penyimpulan (Conclusion)
Dalam Penelitian ini kegiatan inquiry yang akan diaplikasikan dalam
pembelajaran CTL adalah:
1. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi sesuai
dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa
2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian
3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian
4. Mahasiswa menentukan core problem
xxviii
5. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan
6. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan
7. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk
mengetahui keberhasilan tindakan
3. Bertanya (Questioning)
Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertany berguna
untuk: Menggali informasi, mengecek pemahaman mahasiswa, membangkitkan
respon
mahasiswa,
mengetahui
sejauh
mana
keingintahuan
mahasiswa,
mengetahui hal – hal yang sudah diketahui mahasiswa, memfokuskan perhatian
mahasiswa pada sesuatu yang dikehendaki dosen, membangkitkan lebih banyak
pertanyaan dari siswa, dan untuk mnyegarkan kembali pengetahuan mahasiswa.
Questioning dapat diterapkan dalam semua aktivitas belajar misalnya saat
diskusi, belajar kelompok, ketika menemui kesulitan, ketiak melakukan
pengamatan antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, anatar mahasiswa dengan
orang lain.
Penerapan komponen Questioning pada penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok
2. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang mahasiswa baru saja
mempelajari mengenai pengkajian pada pasien sizophrenia, ia bertanya pada
xxix
temanya “bagaimana cara melakukannya? Tolong bantuin, aku!” lalu temanya
yang sudah biasa, menunjukan cara melakukan pengkajian pada pasien
sizophrenia. Maka, dua mahasiswa atersebut sudah membentuk masyarakatbelajar (learning community)
Dalam kelas CTL dosen disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompok-kelompok belajar. mahasiswa dibagi menjadi kelompokkelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang
tahu memberitahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat,
yang mempunyai gagasaan segera, memberi usul, dst.
Masyarakat-belajar bias terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
“seorang guru yang mengajari siswanya”bukan contoh masyarakat belajar karena
komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya dating dari guru kea rah
siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang dating dari arah
siswa. Dalam masyarakat belajar dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan
masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan
sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Metode pembelajaran dengan teknik Learning community sangat
membantu pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam pembelajaran terwujud
dalam:
a. Pembentukan kelompok kecil
b. Pembentukan kelompok besar
xxx
c. Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani,
pengurus organisasi, dsb)
d. Bekerja dengan kelas sederajat
e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
f. Bekerja dengan masyarakat
Aplikasi pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam
penelitian ini adalah:
a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok
b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi
yang disampaikan oleh teman atau dosen
5. Pemodelan (Modelling)
Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu. Atau dosen memberi
contoh sebelum mahasiswa memperagakan sendiri. Dalam pendekatan CTL dosen
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan mahasiswa.
Model juga dapat mendatangkan dari luar misalnya seorang ahli.
Perawat di Rumah Sakit Jiwa Mneur telah melaksakan Asuhan
keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses keperawatan jiwa dengan baik
sehingga dapat digunakan sebagai model bagi mahasiswa dalam menerapkan
pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.
Aplikasi pemodelan pada penelitian ini adalah:
a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan
asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen
xxxi
b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen
c. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok
6. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
Pebelajaran mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Reflesi juga dapat diartikan sebagai respon terhadap kejadian,
aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Dosen membantu mahasiswa membuat
hubungan-hubungan antar
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan
begitu mahasiswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang
apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari itu semua adalah, bagaiman pengetahuan
itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan
bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung.
Realisasinya dalam penelitian ini berupa:
a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.
b. Catatan atau jurnal di buku siswa
c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
d. Diskusi
e. Hasil karya
7. Penilaian otentik (Authentic Assessment)
xxxii
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan
gambaran
perkembangan
belajar
mahasiswa.
Gambaran
perkembangan belajar mahasiswa perlu diketahui oleh dosen agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila
data yang dikumpulkan dosen mengidentifikasikan bahwa mahasiswa mengalami
kemacetan dalam belajar maka dosen segera bisa mengambil tindakan yang tepat
agar mahasiswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka
assessment tidak dilakukan di akhir periode (semester).Pembelajaran seperti pada
kegiatan evaluasi belajar tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi
(tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajarn.
Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan mahasiswa pada
saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristic authentic assessment adalah:
a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Astinya
penilaian untuk mendapatkan informasi secara utuh harus dilakukan secara
komprehensi dan dilakukan pada saat-saat yang tepat selama dan setelah siswa
belajar. Dengan kata lain pengukuran harus dilakukan di sepanjang proses
belajar yang dijalani siswa (Ibrahim, 2005).
b. Bisa digunakan formatif atau sumatif. Pengukuran bukan hanya pada tes
sumatif saja akan tetapi pada setiap proses belajar.
c. Yang diukur ketrampilan dan performance, bukan pengetahuan kognitif saja.
xxxiii
d. Berkesinambungan, artinya assessment dilakukan secara berkelanjutan, baik
belajar produk, ketrampilan dan sikap.
e. Terintegrasi. Dalam assessment otentik diperlukan tugas assessment yang
harus diselesaiakan siswa termasuk mencakup di dalam kesehatian siswa.
f. Dapat digunakan sebagai umpan balik. Hal-hal yang bisa digunakan dasar
menilai prestasi siswa, berupa: proyek atau kegiatan dan laporanya, kuis, PR,
karya siswa presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, journal,
hasil tes tulis, atau karya tulis
Intinya, dengan authentic assessment pertanyaan yang akan di jawab
adalah”Apahkah siswa belajar”, bukan “apa yang sudah diketahui?” jadi, siswa
dinilai kemmapuannya dengan berbagai cara tidak hanya dari hasil ulangan teori
Aplikasi authentic assessment dalam penelitian ini adalah:
a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa
b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan jiwa
2. Konsep Pengembangan Modul
a. Pengertian dan Pentingnya Modul
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang
memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran
mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi
pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada
pebelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung
dalam materi pembelajaran.
xxxiv
Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas
yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi
pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir,
yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip.
Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam
mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam
belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapat
meningkatkan hasil belajar. Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa
berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan
pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian
meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran
tersebut disebut modul.
Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar
maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB).
SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula,
seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan
(Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut
menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada
pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu:
1) memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas
pelajaran tersebut;
xxxv
2) menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas
yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Bermodul
Pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan kegiatan
sebagai berikut.
1) Modul
dibagikan
kepada
siswa
paling
lambat
seminggu
sebelum
pembelajaran.
2) Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model
pembelajaran kooperatif konstruktivistik.
3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan
tugastugas latihan yang terstruktur .
4) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan
feeddback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi
ajar berikutnya.
5) Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi
ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan
sebagai hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa
di luar jam pembelajaran.
b. Ciri – Ciri Modul
Ciri-ciri modul adalah sebagai berikut.
1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar
xxxvi
2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi
siswa secara aktif.
3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.
4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran.
5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa
6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.
Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran
yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul
yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka
belum berhasil.
3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.
4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester
5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut
jenjang akademik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran
bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep
ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan
seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hasil penelitian
terdahulu (Richard Duschl, 1993) menyatakan bahwa pembelajaran modul dalam
pembelajaran konsep yang menyangkut kesetimbangan kimia dapat mengubah
xxxvii
miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah. Di lain pihak, Santyasa, dkk (1999)
menyatakan bahwa penerapan modul dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi
konsepsi ilmiah dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Model Pengembangan Modul
Model pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang
dilakukan
secara
berurutan
untuk
melaksanakan
pengembangan
sistem
pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu
yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang
jelas, dan memenuhi criteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada
lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu:
1) membantu siswa menyiapkan belajar mandiri,
2) memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara
maksimal,
3) memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan
belajar kepada siswa,
4) dapat memomitor kegiatan belajar siswa,
5) dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan
belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti
langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah:
1) analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi dan sumber belajar,
2) analisis karakteristik pebelajar,
xxxviii
3) menetapkan sasaran dan isi pembelajaran,
4) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran,
5) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran,
6) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa merupakan bagian dari kelompok ilmu keperawatan
klinik. Fokus mata kuliah ini adalah pada pencapaian kompetensi asuhan
keperawatan jiwa yang meliputi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
perilaku kekerasan, halusinasi, waham, isolasi social menarik diri dan harga diri
rendah.
Keperawatan jiwa merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
mahasiswa keperawatan. Sesuai dengan pengertian kompetensi yaitu “….a
knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which
became part of his or her being to exent he or she can satisfactorily perform
particular cognitive, affective, and psychomotor behaviour”. Kompetensi adalah
suatu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki
oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai
perilaku kognitif, afektif dan psikomotormya.McAshan dalam Mulyasa (2005)
Dengan
demikian
kompetensi
keperawatan
jiwa
harus
didukung
oleh
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan pokok bahasan dalam Garis-Garis
Besar Program Pemebelajaran Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
xxxix
Dalam penelitian ini materi yang menjadi objek penelitian adalah asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Materi ini memberikan
pengalaman pada mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah
melalui ketrampilan proses.
Hal ini dapat digariskan dalam rencana
pembelajaran, bahwa materi ini memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk
memberikan asuha keperawatan jiwa dengan sub pokok pembahasan: pengkajian,
menetapkan diagnosa keperawatan pasien halusinsi, menentukan
tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga, mengevaluasi
kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien halusinasi dan
mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan halusinasi
Materi ini menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami
konsep dan implementasi pada pasien. Ketrampilan proses ini meliputi
ketrampilan mengamati, mengajukan hipotesis, berkomunkasi terapeutik secara
baik dan benar, selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja,
mengajukan pertanyaan, memilah informasi factual yang relevan untuk menguji
gagasan – gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
B. Penelitian yang relevan
Untuk menujukan keterkaitan penggunaan pendekatan kontekstual (CTL)
dan modul sebagai upaya optimalisasi pembelajaran keperawatan jiwa, kiranya
dapat dikemukakan hasil penelitian yaitu:
Hasil
penelitian
Astuti
(2004)
yang
berjudul
Peningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual
xl
Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Hasil
penelitian ini adalah pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat
meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dan adanya perubahan
tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil rata-rata tes siklus I yang mencapai 63,77 dan hasil siklus II
dan silus II sebesar 74,23. Adanya peningkatan dengan presentase rata-rata 80%.
Berdasarkan hasil nontes juga mengalami perubahan tingkah laku, seperti
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa dalam menerima
pembelajaran.
Hasil penelitian Eko priyono (2009). Peningkatan Kualitas pembelajaran
dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang
Surabaya sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi
Hewan 2. Hasil peneltian menunjukan bahwa penggunaan CTL pada praktikum
Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2 mampu meningkatkan hasil
belajar mahasiswa dengan ketuntasan belajar 89% dari jumlah mahasiswa
mencapai nilai hasil belajar tuntas (MKK = 68)
Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Terhadap
Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I
Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/2007). Dari
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan kompetensi
belajar Sejarah antara yang belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Bermedia VCD dan bermedia Gambar. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Bermedia VCD menghasilkan kompetensi belajar Sejarah yang lebih baik
xli
dibandingkan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia Gambar,
Terdapat perbedaan kompetensi belajar Sejarah siswa antara yang mempunyai
minat belajar tinggi dan rendah. Siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik
kompetensi belajar Sejarahnya dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah,
C. Kerangka Berpikir
KONDISI
AWAL
TINDAKAN
Dosen/Peneliti:
- Metode clasikal
- Media: slide,
video, role play
Menggunakan:
1. Pendekatan
kontektual (CTL)
- Construktivisme
- Inquiry
- Questioning
- Modelling
- Community
Learning
- Autenthic
assessmnet
2. Modul Asuhan
Keperawatan Jiwa
KONDISI
AKHIR
-
Motivasi belajar
meningkat
Hasil belajar
meningkat
Kompetensi
asuhan
keperawatan jiwa
meningkat
xlii
Mahasiswa yang
diteliti:
- Hasil belajar
rendah
- Kompetensi
rendah
SIKLUS I
Penerapan pendekatan
pembelajaran
kontektual (CTL) dan
modul asuhan
keperawatan Jiwa
secara berkelompok
SIKLUS II
Penerapan pendekatan
pembelajaran
kontektual (CTL) dan
modul asuhan
keperawatan Jiwa
secara berkelompok
SIKLUS BERIKUTNYA
Gambar 1 Kerangka Pikir Pendekatan Contekstual Teaching and Learning dan
Modul Asuhan keperawatan Jiwa
Berdasarkan gambar diatas dijelaskan bahwa kondisi awal pembelajaran
pada mata kuliah Keperawatan Jiwa di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya selama ini masih
cenderung ke pembelajaran klasical yaitu pembelajaran yang berupa transfer ilmu
dari dosen kepada mahasiswa (teacher centered) dan diskusi dari materi yang
telah disampaikan. Pola seperti ini membuat mahasiswa tidak punya inisiatif
untuk tahu lebih banyak dari materi yang disampaikan dan cenderung mudah lupa.
Selain itu fenomena yang kita jumpai yaitu mahasiswa hanya dating, duduk, diam
dan dengar. Sehingga mahasiswa cenderung bosan dan mudah mengantuk. Media
pembelajaran yang ada cenderung berupa slide, video dan role play untuk
demonstrasi asuhan keperawatan jiwa yang disampaikan.
Sudah saatnya mahasiswa mulai mandiri dalam proses belajar, sehingga
mahasiswa diharapkan akan membangun sendiri pemahaman mereka. Untuk
mewujudkan hal tersebut tidak terkepas dari pemilihan pendekatan pembelajaran
yang tepat. Pendekatan pembelajaran memegang peran penting dalam pencapaian
prestasi belajar yang optimal. Kita sebagai dosen sudah mengetahui bahwa banyak
sekali pendekatan pembelajaran yang dpat diterapkan dalam proses pembelajaran,
diantaranya adalah pendekatan kontekstual (CTL). Pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual mengandung tujuh komponen yaitu konstruktivisme,
inquiry, questioning, modeling, community learning dan autenthic assessment.
Dalam pembelajaran kontekstual dengan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa,
xliii
mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dalam menemukan konsep – konsep yang
dibangun dari fakta yang mereka dapatkan, untuk kemudian dengan konsep itu
mahassiwa dapat menarik kesimpulan dan dapat menghubungkan antara konsep
yang didapat tersebut dengan pengetahuan sebelumnya. Siswa akan mengalami
sendiri proses pembelajaran, mengamati, dan mendapatkan manfaatnya sehingga
apa yang akan didapatkan itu tidak akan mudah terlupakan. Oleh karena itu
dengan pemberian pendekatan tersebut, mahasiswa dapat meningkatkan
kemampuannya sehingga diharapkan pembelajaran akan optimal yang ditandai
dengan peningkatan motivasi belajar, peningkatan kompetensi dan peningkatan
hasil belajar.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, selanjutnya dapat
disusun hipotesis tindakan sebagai petunjuk arah bagi penelitian sebagai berikut:\
1. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan
Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa
2. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan
Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa
3. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan
Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa
xliv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Juli
2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya di Jalan Sutorejo No. 59
Surabaya dan RS Jiwa Menur Surabaya.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran. Sesuai orientasinya, jenis
penelitian ini memiliki kelebihan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar.
Menurut Susilo H (2009) penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian reflekstif yang dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh pendidik atau
calon pendidik di dalam kelas. Dikatakan demikian karena proses PTK dimulai
dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi untuk memecahkan
masalah dan mencobakan hal – hal baru demi peningkatan kualitas pembelajaran.
Desain PTK mengacu pada model Kemmis dalam Susilo H (2009) Penelitian
xlv
Tindakan Kelas diartikan sebagai sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri
yang dilakukan oleh partisipan dalam kependidikan dengan maksud untuk
meningkatkan kemantapan rasionalitas dari: 1) praktik – praktik sosial maupun
pendidikan, 2) pemahaman terhadap praktik – praktik tersebut, dan 3) situasi
pelaksanaan praktik – praktik pembelajaran.
Menurut Susilo (2009) penelitian tindakan kelas ada beberapa tujuan yang
dapat dicapai antara lain:
1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas
2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional pendidik kepada peserta
disik dalam konteks pembelajaran di kelas
3. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses
pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru
4. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual
yang dihadapi sehari – hari.
Bila digabungkan definisi di atas, maka diperoleh suatu batasan penelitian
tindakan kelas sebagai sebuah proses ivestigasi terkendali yang berdaur ulang atau
siklus dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan – perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau
situasi kependidikan.
Proses siklus aktivitas dalam penelitian tindakan kelas menurut Kemmis
dan Mc. Taggart dalam Susilo (2009) adalah sebagai berikut:
xlvi
Planning
Reflection
SIKLUS I
Action
Observed
Replan
SIKLUS II
Reflection
Action
Observed
SIKLUS
BERIKUTNYA
Gambar 2: Langkah – Langkah Penelitian Tindakan Kelas
C. Subyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian adalah mahasiswa semester VI Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
xlvii
tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 14 mahasiswa
putra dan 26 mahasiswa putri.
2. Kedudukan Peneliti dalam Pembelajaran
Peneliti adalah dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa, sehingga dalam
penelitian tidakan kelas, peneliti berperan sebagai pemberi tindakan,
sedangkan sebagai observer, evaluator, dan sebagai reflektor adalah teman
sejawat atau pakar dalam bidang pendidikan. Namun dalam menjaga
obyektifitas penilaian, maka peneliti akan berkolaborasi dengan teman sejawat
dan perawat yang ditunjuk menjadi pembimbing klinik RS Jiwa Menur
Surabaya.
D. Sumber Data Dan Sampling
Dalam penelitian tindakan kelas ini data diperoleh dari beberapa sumber antara lain:
1. Mahasiswa sebagai subyek penelitian
2. Nara sumber berasal dari dosen tim pengajar Keperawatan Jiwa atau teman sejawat
sebagai peer dan seorang expert yaitu Ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai informan kunci
tentang gambaran Program Studi S1 Keperawatan.
E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a. Wawancara
xlviii
Wawancara ini dilakukan terhadap subyek penelitian yang mengetahui
kondisi awal proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas. Bentuk
pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara adalah semi terstruktur dan
pertanyaan terbuka (open ended question). Bentuk pertanyaan terbuka ini dipilih
didasarkan fenomena di lapangan bahwa informasi yang digali bersifat mendalam
sesuai dengan sudut pandang informan sehingga informan memiliki kebebasan
dalam memberikan informasi. Sedangkan semi terstruktur dipilih untuk
mengantisipasi informasi yang diberikan informan melebar dari fokus penelitian.
Semua hasil wawancara direkam dan hasil rekaman ditranskripsikan dalam suatu
deskripsi tekstual. Alat pengumpulan data adalah pedoman wawancara.
b. Observasi (Pengamatan)
Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh
dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk
siklus – siklus, selama proses pembelajaran pendekatan kontekstual (CTL). Alat
pengumpulan datanya berupa pedoman observasi dan ceklist:
-
Aktivitas dosen
-
Partisipasi mahasiswa dalam CTL
-
Penggunaan modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk mencapai kompetensi
asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi
c. Kuisioner
Instrumen ini untuk mengukur kecenderungan sikap peserta didik terhadap
pembelajaran yang diikutinya yaitu pendekatan kontekstual (CTL) dan modul
asuhan keperawatan jiwa yang digunakan untuk memperoleh informasi. Hal ini
xlix
untuk mengetahui respon atau mtivasi belajar mahsiswa terhadap pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual. Alat pengumpulan datanya adalah angket atau
kuesioner tentang tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dengan inquiry dan modul asuhan keperawatan jiwa.
d. Diskusi antar dosen dan observer tentang refleksi siklus PTK.
Tes tulis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar asuhan keperawatan
jiwa pada pasien dengan halusinasi pada akhir tindakan kelas berupa post test.
Alat pengumpulan datanya adalah butir soal test.
F. Validitas Data
Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam penelitian ini digunakan
teknik triangulasi (Triangulation). Ada empat macam teknik triangulasi yaitu:
1. Triangulasi data
Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang
permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan
metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau
dokumen yang ada.
3. Triangulasi peneliti
Triangulasi peneliti dilakukan dengan mencari relevan penelitian sebelumnya
dengan metode yang sama dengan tujuan mengaktifkan mahasiswa dalam
proses belajar.
l
4. Triangulasi teori dalam Modul
Triangulasi teori dalam modul dilakukan dengan menyesuaikan standar
kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.
Untuk menjaga validitas, peneliti melakukan diskusi dengan teman
sejawat (peer) dan tim ahli (expert) yang diupayakan memperhatikan hal – hal
sebagai berikut:
1. Observer akan mengamati secara keseluruhan peristiwa yang terjadi di kelas
2. Tujuan, batas waktu dan rambu – rambu observasi jelas
3. Hasil observasi tercatat di checklist dalam instrument secara obyektif (Susilo
dkk, 2009)
G. Analisis Data
Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis
PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang
dilakukan pendidik dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta
didik. Dengan demikian, analissi data dalam PTK bias dilakukan dengan analisis
diskriptif. Analsis diskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan
proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan pendidik hasil dari
berdasarkan hasil observasi, wawancara dan refleksi. Sedangkan analisis diskriptif
komparatif digunakan untuk membandingkan nilai tes antar siklus maupun
dengan indicator kerja (Wina Sanjaya, 2009).
Aktifitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, sajian data, reduksi
data dan penarikan kesimpulan / verifikasi.
li
b. Pengumpulan data
Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data
yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data
dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dalam pengambilan
keputusan.
c. Sajian data
Sebagai proses analisis data yang berintikan pengkajian dengan cara
mengorganisasi informasi secara sistemik untuk mempermudah penelitian dalam
menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun
penggambaran proses dan fenomena yang diteliti.
d. Reduksi data
Merupakan proses seleksi, memfokuskan, penyederhanaan dan abtraksi
data. Proses ini berlangsung terus – menerus selama pengumpulan data sampai
laporan akhir disusun. Pada waktu pengumpulan data berlangsung peneliti
membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh di lapangan, membuat kode,
memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dan menulis memo.
e. Penarikan kesimpulan / verifikasi
Merupakan kegiatan melakukan penarikan kesimpulan dari keadaan yang
belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang memiliki
landassan yang kuat dari proses analissi terhadap fenomena yang ada dan
mendiskusikan permasalahan dengan pihak – pihak yang terkait sampai diperoleh
kesepakan kesimpulan.
lii
Proses analisis dan interpretasi data dalam PTK diarahkan untuk
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan
pertanyaan peneliti.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan kondisi akhir yang diharapkan peneliti
pada penelitian tindakan kelas yang didasarkan pada pengalaman yang lalu.
Adapun indicator keberhasilan pada penelitian ini meliputi:
1. Indikator keberhasilan pembelajaran keperawatan jiwa
Pembelajaran keperawatan jiwa dikatakan berhasil dengan indicator
pencapaian nilai kategori baik dan sangat baik pada pelaksanaan RPP oleh
dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan motivasi mahasiswa
selama pembelajaran.
Indikator keberhasilan pelaksanaan RPP dan aktivitas mahasiswa:
≥ 80% = sangat baik
70-79 % = baik
60-69 % = cukup
≤ 59 % = kurang
2. Indikator keberhasilan hasil belajar
Bersumber pada hasil yang diperoleh dari pre siklus dan test siklus yang
mencerminkan
diharapkan
pemahaman
mahasiswa pada
konsep
yang dipelajari
adanya peningkatan pemahaman sesuai nilai yang diperoleh
masing – masing mahasiswa. Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai
liii
nila hasil belajar tuntas (MKK = 66), sesuai dengan pedoman kurikulum
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun
2009/2010.
3. Indikator keberhasilan praktek keperawatan jiwa
Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai nila hasil belajar tuntas (MKK
= 66), sesuai dengan pedoman kurikulum Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya tahun 2009/2010.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas yang terdiri dari 2 siklus:
b. Persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti menghadap kepada Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk minta ijin rencana
penelitian yang menggunakan sampel mahasiswa kemudian dilanjutkan
dengan minta ijin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur. Selanjutnya peneliti
mengadakan kolaborasi dan pertemuan dengan teman sejawat (observer)
untuk menyamakan persepsi tentang tujuan, karakteristik, langkah – langka
penelitian tindakan kelas ini.
c. Deskripsi awal
Dalam tahap ini peneliti bersama teman sejawat (observer) melakukan
observasi terhadap proses belajar mengajar Asuhan Keperawatan Jiwa yang
masih berupa clasikal di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
liv
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah
Surabaya
sebelum
dilakukan
penelitian tindakan kelas. Setelah proses belajar mengajar secara clasikal
mahasiswa diberi test secara tertulis mengenai materi yang disampaiakan dan
dilihat hasilnya. Hasil awal pengamatan tersebut maka akan digunakan
peneliti sebagai refleksi dalam rangka perencanaan tindakan perbaikan sesuai
kerangka berpikir dan prosedur penelitian.
Kegiatan Siklus I
a. Planning (Perencanaan)
Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Rencana kegiatan yang akan
dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran, membuat dan menyiapkan
instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara, modul asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, membentuk kelompok,
menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran,
menyiapkan lembar jawaban, menyusun format catatan hasil refleksi untuk
mendokumentasikan temuan hasil refleksi dan menyiapkan format penilaian hasil
belajar
b. Acting (Pelaksanaan)
Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah
pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi dengan
pendekatan kontekstual (CTL). Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar
mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
lv
Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap mengikuti
proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai
tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini
Adalah:
1. Konsktruktivisme
a. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)
mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.
b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan
keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja
kelompok
2. Inquiry
a. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi
sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha
Keperawatan Jiwa
b. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian
c. Mahasiswa menganalisis data pengkajian
d. Mahasiswa menentukan core problem
e. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan
f. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan
g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan
untuk mengetahui keberhasilan tindakan
lvi
3. Questioning
a. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok
b. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan
4. Modelling
a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan
asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dose
b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen
5. Community Learning
a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok
b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi
yang disampaikan oleh teman atau dosen
6. Refleksi
a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.
b. Catatan atau jurnal di buku siswa
c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
d. Diskusi
e. Hasil karya
7. Auntenthi Assessment
a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa
b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan
jiwa
lvii
d. Observing (Observasi)
Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku mahasiswa selama
penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh
teman sejawat yaitu tim dosen keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilaksanakan
pada fase ini adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan
aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan menerapkan instrument
observasi yang telah disusun dalam tahap perencanaan yang meliputi:
1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual (CTL).
2. Observasi terhadap mahasiswa selama proses pembelajaran brlangsung yang
berupa kerjasama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,
keaktifan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, dan
sikap/ tanggapan mahasiswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan
pembelajaran selesai, guru membagikan kuisioner kepada siswa untuk
mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang
baru saja dilakukan.
e. Refleksi
1. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengumpulkan hasil tes
dan non tes siklus I dengan tujuan mengetahui hasil atau dampak
pelaksanaan tindakan, kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan
dan kekurangan serta hal-hal yang sudah baik dalam penerapan
pembelajaran kontekstual komponen inquiry.
lviii
2. Dosen menentukan kesimpulan sementara dari hasil analisis. Masalahmasalah pada siklus I dicari pemecahan dan diperbaiki pada siklus
selanjutnya,
sedangkan
kelebihan-kelebihannya
dipertahankan
dan
ditingkatkan untuk kesempurnaan hasil.
Kesimpulan tersebut dapat direfleksikan dari penguasaan dosen terhadap
penerapan pembelajaran kontekstual komponen inquiry. Jika dalam refleksi
ternyata penerapan pembelajaran ini sudah sesuai langkah – langkahnya berarti
dosen telah melakukan komponen inquiry dengan benar. Namun jika yang
ditargetkan belum tercapai kemungkinan masalah yang muncul adalah partisipasi
mahasiswa dalam proses pembelajaran pada setiap kegiatan.
Adanya masalah yang berkaitan dengan partisipasi mahasiswa dalam
pembelajaran tersebut tentunya sangat mempengaruhi hasil proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya perlu adanya
penyempurnaan tindakan pembelajaran. Penyempurnaan tersebut akan dilakukan
pada kegiatan siklus II.
Kegiatan Siklus II
Siklus II dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus I.
Tahap siklus II sama dengan siklus. Siklus II bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan meningkatkan
pelaksanaan tindakan apabila hasil yang dicapai sudah memenuhi harapan.
Adapun rencana kegiatan siklus II dapat didiskripsikan sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan)
lix
1. Pada tahap ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki
dan disempurnakan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I
diperbaiki.
2.
Dosen juga menyiapkan soal tes dan nontes untuk siklus II
3.
Dosen mengkoordinasikan kembali dengan teman sejawat.
4.
Dosen menyiapkan modul pembelajaran.
5.
Pembentukan kelompok sesuai dengan siklus I
b. Acting (Tindakan)
1. Dosen memulai kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
sesuai dengan langkah – langkah yang telah ada.
2.
Dosen menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pada siklus I.
Kemudian siswa diberi bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada siklus II akan menjadi lebih baik.
3.
Kegiatan dalam siklus II adalah apersepsi, proses pembelajaran, dan
evaluasi. Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap
mengikuti proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada
siswa mengenai tujuan, manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk semakin
lebih baik dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi.
4.
Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini
adalah:
lx
a. Konsktruktivisme
1. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)
mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.
2. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan
keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat
kerja kelompok
b. Inquiry
1. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi
sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuhan
Keperawatan Jiwa
2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian
3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian
4. Mahasiswa menentukan core problem
5. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan
6. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan
7. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan
untuk mengetahui keberhasilan tindakan
c. Questioning
1. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok
2. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil
kegiatan
d. Modelling
lxi
1. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok
melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dose
2. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen
e. Community Learning
1. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok
2. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau
informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen
f. Refleksi
1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.
2. Catatan atau jurnal di buku siswa
3. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
4. Diskusi
5. Hasil karya
g. Auntenthi Assessment
1. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa
2. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan
keperawatan jiwa
3. Jika ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab kelompok maka dosen
memberikan bantuan secara jelas.
4. Dosen meminta kelompok untuk mencatat hasil presentasi yang berupa
masukan dan tanya jawab sekaligus penjelsan dosen.
lxii
5. Hasil pendokumentasian mahasiswa tersebut dinilai oleh dosen sampai
dimana kemampuan mahasiswa mempraktikan asuhan keperawatan
jiwa
c.
Observing (Pengamatan)
Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan observasi
terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran
dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun dalam tahap
perencanaan yang meliputi:
1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual (CTL) komponen imquiry.
2. Observasi terhadap mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
berupa kerjasama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,
keaktifan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, dan
sikap/tanggapan mahasiswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan
pembelajaran selesai, guru membagikan kuisioner kepada siswa untuk
mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang
baru saja dilakukan.
d. Reflecting
1. Dosen sebagai peneliti mengolah dan mengalisis data yang telah diperoleh
dari kegiatan siklus II dan menyimpulkan hasil kegiatan.
lxiii
Studi Pendahuluan:
1. Interview
2. Observasi PBM
Penrencanaan 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Membuat RPP
Menyusun lembar
observasi kegiatan
dosen,
Menyusun lembar
observasi
mahasiswa
Membuat modul
Membentuk
kelompok,
menyiapkan
perangkat tes
menyiapkan
lembar jawaban,
menyusun format
catatan hasil
refleksi
Format penilaian
hsl belajar
Pelaksanaan 1
Observasi 1
Melaksanakan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
1.
2.
3.
Kesimpulan
Observasi
terhadap dosen
sebagai pelaksana
pembelajaran
Penggunaan
Modul
Observasi hasil
analisa kegiatan
mahasiswa
Berhasil
Siklus Berikutnya
Belum berhasil
Gambar 3. Kerangka Kerja Penerapan CTL
lxiv
Refleksi 1
Data dan proses
hasil tindakan 1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan dari tiap – tiap
siklus yang meliputi: hasil wawancara mahasiswa sebelum dilakukan tindakan,
hasil observasi mahasiswa dan dosen saat KBM, motivasi mahasiswa mengikuti
PBM, prestasi belajar dan hasil pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa.
A. Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya didirikan atas dasar SK Gubernur Jawa
Timur pada tahun 1976 di Jalan Menur No. 5 Surabaya. Rumah Sakit Jiwa Menur
memiliki tenaga medis yaitu dokter spesialis jiwa sebanyak 7 orang, 5 dokter
umum dan 15 dokter spesialis lainnya, tenaga perawat lulusan S1 sebanyak 8
orng, lulusan D3 57 orang, tenaga pekarya 50 orang. Rumah Sakit Jiwa Menur
memiliki 8 Poli yaitu Poli Jiwa, Poli Jiwa Anak (Day Care), Poli Umum, Poli
THT, Poli Interna, Poli Jantung, Poli Paru-Paru dan Poli Gigi, Instalasi Gawat
Darurat (IGD), terdapat 6 ruang rawat inap khusus penderita gangguan jiwa yaitu
Ruang Wijaya Kususma, Ruang Anggrek, Ruang Mitra, Ruang Flamboyan,
Ruang Kenari, Ruang Gelatik.
Ruanng Wijaya Kusuma khusus untuk rawat inap penderita gangguang
jiwa akut. Yang butuh perawatan intensif. Semua penderita gangguan jiwa yang
dari Poli Jiwa maupun IGD harus dirawat di Ruang Wijaya Kusuma. Ruang ini
memiliki kapasitas perawatan sejumlah 56 bed dan ada 6 bed untuk pelaksanaan
lxv
terapi ECT. Setelah status mental stabil penderita di pindah ke ruang perawatan
lainnya.
Ruang Anggrek merupakan Ruang VIP yang memiliki kapasitas
perawatan 32 bed, 15 bed untuk perawatan kelas satu dan 17 untuk perawatan
kelas dua. Ruang Mitra merupakan ruang perawatan khusus penderita yang
mengalami kecanduan NAPZA (Narkotika dan Penyalahgunaaan Zat Adiktif) dan
untuk perawatan penderita gangguan jiwa akibat penyalahgunaan NAPZA.
Kapasitas perawatan sebanyak 55 bed. Ruang Flamboyan merupakan ruang rawat
inap penderita gangguan jiwa khusus wanita. Kapasistas perawatan 56 bed. Ruang
Kenari dan Ruang Gelatik merupakan ruang rawat inap khusus penderita
gangguan jiwa laki-laki. Kapasitas masing-masing ruang adalah 56 bed.
Rumah Sakit Jiwa Menur juga memiliki fasilitas yang mendukung
penyembuhan secara social penderita gangguan jiwa yaitu ruang khusus terapi
kerja, terapi musik, terapi olahraga, dilengakapi dengan taman – taman yang ada
Gazebonya untuk pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Sistem Asuhan medis
dan Asuhan Keperawatan Jiwa telah dijalankan sesuai dengan protap Rumah Sakit
Jiwa Menur. Letak Rumah Sakit Jiwa Menur 2km dari Universitas
Muhammadiyah Surabaya sehingga jarak tempuh mahasiswa dalam melakukan
pembelajaran di Rumah Sakit tidak jauh.
Sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa
Menur melalui Diklat Rumah Sakit dan bersama Bagian-bagian lainnya berusaha
meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dan di bidang pendidikan dengan
lxvi
pengadaan audit internal dan ISO Rumah Sakit, memberikan kesempatan bagi
tenaga medis dan non medis untuk tugas belajar dan lain-lainya.
B. Pelaksanaan Siklus
1. Siklus 1
Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-1 dimulai pada tanggal 20 April 2010 selama
4 hari dengan satu kali pertemuan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Materi: Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi (Pengkajian,
menentukan
core
problem,
intervensi,
implementasi,
evaluasi
dan
dokumentasi).
b. Media yang digunakan dalam penelitian tindkakan:
1) Modul Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi
2) Lembar kegiatan mahasiswa
3) Pasien gangguan jiwa dengan halusinasi
c. Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian tindakan:
1) Standar Operasional Prosedur (SOP) Asuhan Keperawatan Jiwa yang ada
di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya supaya asuhan keperawatan jiwa
yang dilakukan selama pembelajaran sesuai dengan SOP rumah sakit.
2) Kertas HVS untuk mencatat hasil diskusi dan temuan mahasiswa selama
pembelajaran
3) LCD dan laptop untuk presentasi hasil pembelajaran
4) Bolpoin sebagai alat untuk mencatat kegiatan mahasiswa
d. Pelaksanaan Siklus kegiatan meliputi:
lxvii
1) Perencanaan
Perencanaan
tindakan
pembelajaran
merupakan
langkah
operasional awal dari Penelitian Tindakan Kelas yang disusun mengacu
kepada hipotesis tindakan, yaitu Model Contextual Teaching And Learning
dengan Modul asuhan Keperawatan Jiwa efektif digunakan untuk
meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hasil belajar dan
meningkatkan
kompetensi
praktek
Keperawatan
Jiwa.
Sebelum
pelaksanaan ada beberapa hal yang terkait perencanaan tindakan yang
dilakukan peneliti antara lain:
1. Peneliti menentukan kelas sebagai subyek penelitian yang dipilih yaitu
semester VI Program Studi S1 Keperawatan
2. Peneliti melakukan pre test dan wawancara tentang pembelajaran
klasikal yang selama ini telah dilaksanakan kepada 4 mahasiswa,
sampel sebanyak 1 mahasiswa setiap kelompok dan diambil secara
acak.Hal ini dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum tindakan
dilakukan Pada saat wawancara pertanyaan yang disampaikan peneliti
menanyakan 4 pertanyaan kepada mahasiswa yang terdiri dari:
bagaimana pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh dosen?,
Bagaimana menurut pendapat anda tentang cara dosen mengajar,
menerangkan dan menjelaskan materi? Apakah anda memahami materi
tersebut setelah dosen menerangkan dan menjelaskan materi tersebut?
“pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya berupa ceramah,
diskusi dan penugasan secara kelompok dan hasil penugasan tersebut
dipresentasikan di kelas. Sehingga sering saya merasa cepat bosen
lxviii
dan mengantuk. Dosen team keperawatan jiwa dalam mengajar ada
yang menjenuhkan karena ekspresi menerangkanya datar-datar tanpa
ada lelucunya sesekali. Karena cepat bosan mendengarkan ceramah
jadi materi yang disampaikan banyak yang tidak dimengerti dan malas
untuk bertanya.saya kira perlu pembelajaran yang baru yang tidak
membikin mahasiswa cepat bosan”(mahasiswa wakil kelompok 1)
“Pembelajaran dengan ceramah ataupun diskusi terkadang saya tidak
ada bayangan dengan apa yang dijelaskan. Sehingga kalau kita
belajar sulit untuk dipahami. Dalam pembelajaran dosen sesekali
menyelingi dengan hal yang lucu supaya mahasiswa tidak jenuh dan
mengantuk” (mahasiswa wakil kelompok 2)
“Saya sering merasa mengantuk kalau dosen mulai memberikan
materi. Palagi kalau diskusi sering sekali ada kesempatan teman yang
duduk dibelakang ngobrol tidak memperhatikan teman yang sedang
presentasi sehingga kalau saya duduk di belakang merasa terganggu
akhirnya saya ikut-ikutan ngobrol/ngrumpi” (mahasiswa wakil
kelompok 3)
“terkadang pembelajaran dengan ceramah menyenangkan kadang
menjenuhkan, tergantung dosen jiwanya siapa yang mengajar dan
materinya. Klo dosen banyak memberikan contoh-contoh pengalaman
dosen tersebut saat membimbing d Rumah Sakit Jiwa menyenagkan
kita ada gambaran tetapi alangkah lebih baik kalau kita sesekali
diajak pembelajaran di Rumah Sakit biar saya mendapat pengalaman
langsung”. (mahasiswa wakil kelompok 4)
lxix
Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa perlu penerapan
model pembelajaran baru yang dapat membuat mahasiswa aktif dalam
pembelajaran.
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Asuhan keperawatan
Jiwa, menyusun lembar observasi kegiatan KBM, kegiatan mahasiswa,
lembar kuesioner motivasi mahasiswa dan respon mahasiswa terhadap
perangkat pembelajaran, perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan
pedoman penskoran, menyusun lembar jawaban, format catatan hasil
refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi
4. Menyiapkan modul Asuhan Keperawatan Jiwa
5. Membagi kelompok menjadi 4 kelompok dengan beranggotakan setiap
kelompok 10 orang dengan jadwal pelaksanaan yang berbeda.
6. Peneliti melakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan
observer
tentang penelitian tindakan kelas penerapan model
contextual teaching and learning di Rumah Sakit Jiwa menur,
sosialisasi RPP serta sosialisasi cara pengisian lembar observasi RPP
dan lembar partisipasi mahasiswa. Peneliti juga menjelaskan materi
yang akan digunakan pada siklus ke-1, secara keseluruhan sesuai
dengan standar kompetensi dasar yang tercantum pada table berikut:
Standar Kompetensi:
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa mampu
memahami dan mengaplikasikan pemahaman asuhan keperawatan
jiwa
pada
pasien
dengan
halusinasi,
melakukan
dan
mengkomunikasikan penelitian dibidang keperawatan jiwa
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
lxx
dengan halusinasi
Indikator:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pengertian halusinasi
2. Menyebutkan penyebab halusinasi
3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
4. Menyebutkan dan mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan halusinasi yang berupa:
- Melakukan Pengkajian
- Melakukan Analsis masalah
- Menentukan Core problem
- Membuat intervensi keperawatan
- Melakukan implementasi keperawatan
- Melakukan evaluasi tindakan
- Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
4) Acting (Pelaksanaan)
Dalam tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini, peneliti bertindak
sebagai dosen pengajar dan diobservasi oleh seorang observer (teman sejawat)
pada setiap pembelajaran dengan langkah – langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a) Dosen mengumpulkan mahasiswa pada ruang pembelajaran mahasiswa
perawat di ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur.
b) Dosen mengecek kehadiran mahasiswa
c) Dosen memberikan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai mahasiswa dimana setelah pembelajaran mahasiswa
diharapkan mampu mengaplikasikan materi yang ada pada modul asuhan
keperawatan jiwa kepada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi secara
langsung dan mandiri.
d) Dosen
melakukan
apersepsi
untuk
mengurangi
ketegangan
dan
memotivasi untuk tidak takut berhadapan langsung dengan pasien
lxxi
gangguan jiwa. Dosen memberikan trik agar terhindar dari perilaku
kekerasan pasien jika sewaktu-waktu selama interaksi dengan pasien,
halusinasi pasien kambuh yaitu berhadapan dengan pasien dengan
pembatas meja 1 meter, jika terdapat tanda-tanda kekambuhan jangan
mendekati pasien sendiri tanpa petugas kesehatan dan segera melapor.
e) Dosen menjelaskan kepada mahasiswa indikator keberhasilan yang harus
dicapai dalam pembelajaran yaitu mahasiswa mampu menjelaskan dan
melakukan asuhan keperawatan jiwa.
f) Dosen mengeksplorasi pengetahuan awal mahasiswa melalui pertanyaan:
“apa saja tanda dan gejala pasien mengalami halusinasi?
g) Dosen menyiapkan pasien gangguan jiwa dengan halusinasi sebanyak 10
pasien yang kooperatif yang dibantu oleh perawat ruangan.
2. Kegiatan inti
1) Konsktruktivisme
Mahasiswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok
difasilitasi dosen membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)
mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Pada fase ini
mahasiswa berdiskusi mengenai materi asuhan keperawatan jiwa pada
pasien halusinasi pada modul. Mahasiswa diberikan kesempatan 15 menit
untuk mempelajari isi modul kemudian dilanjutkan diskusi tentang materi
yang tidak dipahami mahasiswa. Hal ini dilakukan supaya dalam
pembelajaran langsung ke pasien mahasiswa dapat mengaplikasikan.
lxxii
Selanjutnya mahasiswa menyusun langkah kegiatan yang akan
dilakukan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien langsung
dengan panduan modul asuhan keperawatan jiwa sebelum menerapkan
langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi
masalah saat kerja kelompok. Antisipasi masalah yang didiskusikan adalah
apabila saat melakukan asuhan keperawatan jiwa ada pasien yang mau
meninggalkan tempat sebelum waktunya maka mahasiswa menanyakan
pada pasien kenapa mau meninggalkan tempat sebelum waktu kontrak
yang disepakati habis kemudian memotivasi pasien untuk tetap
berpartisipasi pada pembelajaran.
2) Inquiry
a. Mahasiswa bertemu dengan pasien dan membina hubungan saling
percaya dengan melakukan salam terapeutik, memperkenalkan diri,
menanyakan nama pasien, menjelaskan tujuan interaksi dengan pasien
yaitu membantu menyelesaikan masalah pasien, membantu pasien
mengenal
halusinasi,
membantu
pasien
mengotrol
halusinasi,
selanjutnya mahasiswa menjelaskan kontrak waktu interaksi dengan
pasien bahwa interaksi dengan pasien akan dilakukan selama 45 menit
istirahat 30 menit selanjutnya mahasiswa akan interaksi lagi dengan
pasien untuk melanjutkan asuhan keperawatan. .
b. Setelah terbina hubungan saling percaya, salah satu mahasiswa
melakukan pengkajian, sesuai dengan langkah – langkah pengkajian
lxxiii
pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa sedangkan teman lainya
memperhatikan. Adanya perpanjangan waktu pada saat pengkajian ini.
c. Mahasiswa berdiskusi merumuskan masalah keperawatan yang muncul
dari hasil pengkajian dan menentukan masalah utama (core problem)
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan intervensi yang tepat
sesuai core problem
d. Mahasiswa menganalisis data pengkajian dan core problem yang telah
ditentukan.
e. Mahasiswa menentukan intervensi keperawatan jiwa pasien halusinasi
yang
meliputi:
mengenal
halusinasi,
mengontrol
halusinasi,
memanfaatkan obat secara teratur.
f. Mahasiswa mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat.
Intervensi berupa Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dan intervensi
pada keluarga pasien yang ada pada modul asuhan keperawatan jiwa
tidak dapat diimplementasikan mahasiswa karena keluarga tidak hadir.
g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan
untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Evaluasi yang dilaksanakan
berupa evaluasi sumatif yaitu dilakukan langsung setelah mahasiswa
memberikan intervensi dan evaluasi formatif yang dilakukan
mahasiswa setelah semua intervensi diberikan ke pasien
3) Questioning
Dalam proses pembeajaran terjadi diskusi antar teman dalam satu
kelompok. Mulai dari pengkajian ada mahasiswa yang lupa cara menggali
lxxiv
ada tidaknya halusinasi pada pasien. Di sini teman yang tahu memberitahu
yaitu dikaji mengenai jenis halusinasinya, isi, waktu, frekuensi kejadian
halusinasi dan respon pasien terhapa halusinasi. Karena ada mahasiswa
yang sudah mampu menjelaskan ke temanya maka dosen hanya
membenarkan dari apa yang dikatakan mahasiswa
Saat
mahasiswa
ada
yang
salah
dalam
mengidentifikasi
pengalaman yang tidak mengenakan di masa lalu pasien maka ada teman
dalam satu kelompok yang membenarkan. Pada pembelajaran ini
mahasiswa diberikan kesempatan untuk saling membantu apabila ada
temannya yang salah atau lupa melakukan langkang-lang asuhan
keperawatan jiwa
4) Modelling
Sebelum mahasiswa melakukan sendiri asuhan keperawatan
(Pengkajian, merumuskan masalah, intervensi,
implementasi dan
evaluasi), dosen mencontohkan cara melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi.
Pada tahap pengkajian mencontohkan hal – hal yang perlu dikaji
pada pasien halusinasi yang meliputi:
a. Jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif
dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan
wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui
isi halusinasi pasien.
lxxv
b. Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi
c. Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi
terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi
terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.
Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya
munculnya
halusinasi,
halusinasi.
menghindari
Sehingga
situasi
pasien
yang
tidak
menyebabkan
larut
dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
d. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
Dosen memberikan contoh cara menentukan diagnosis keperawatan
yaitu: Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif
lxxvi
dan obyektif yang ditemukan pada pasien misalnya: Gangguan sensori
persepsi: halusinasi ……(jenis halusinasi)
Setelanjutnya
dosen
memcontohkan
langsung
melakukan
intervensi pada pasien halusinasi yaitu: Membantu pasien mengenali
halusinasi.
Untuk
membantu
pasien
mengenali
halusinasi,
perawat/mahasiswa dapat melakukannya dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu
pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat/mahasiswa dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi.
e. Setelah
memiliki
gambaran
tentang
cara
melakukan
asuhan
keperawatan, mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan
keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen
5) Community Learning
a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok saat
melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien. Diskusi
penyampaian pendapat ini terutama pada penentuan core problem dan
implementasi keperawatan. Berdasarkan data hasil pengkajian maka
data yang menonjol adalah menagarah pada perubahan persepsi sensori
lxxvii
halusinasi. Di sini terjadi perdebatan antar mahasiswa mengenai
implementasi untuk halusinasi.
b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau
informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen
6) Refleksi
a. Mahasiswa melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan
jiwa yang dilakukan pada format pendokumentasian untuk persiapan
presentasi seminar.
b. Mahasiswa memberikan kesan dan saran mengenai pembelajaran hari
itu. Dari 4 kelompok diambil 4 mahasiswa secara acak kemudian
disuruh untuk memberikan kesan dan saran tentang pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
“Saya senang dengan pembelajaran langsung ke pasien. Saya bisa
langsung menerapkan ilmu saya dan menemukan pengalaman baru
yang di teori tidak ada. Terutama pengalaman cara berkomunikasi
dengan pasien jiwa. Ternyata berkomunikasi dengan pasien jiwa lebih
sulit dibandingkan dengan orang normal jadi disini saya harus
berkreatif dalam berkomunikasi. Saya harapkan pembelajaran seperti
ini tidak hanya sekali atau saat praktek profesi saja. Benar-benar
menyenangkan” (mahasiswa wakil kelompok 1).
“Awalnya saya takut berkomunikasi dengan pasien jiwa tetapi
ternyata menyenangkan belajar langsung dengan berhadapan dengan
lxxviii
pasien jiwa. Bersama teman-teman satu kelompok kita saling
berdiskusi dan saling mengingatkan bila saat melakukan asuhan
keperawatan ada yang kelupaan. Banyak pengalaman yang saya
peroleh dibangding hanya dengan ceramah dan diskusi di kelas”
(mahasiswa wakil kelompok 2)
“Senang sekali belajar langsung ke pasien. Klo di kelas dengan
ceramah dan diskusi saja sulit untuk dipahami materi yang
disampaikan. Dengan pembelajaran seperti ini mudah paham dan
membuat kita dapat mengaplikasikan ilmu kita ke pasien langsung”
(mahasiswa wakil kelompok 3)
“Terus diadakan pembelajaran seperti ini ya Bu…, sangat
menyenangkan dan kita mendapatkan pengalaman yang banyak
dengan belajar langsung ke pasien, terima kasih bu…”
c. Mahasiswa melakukan diskusi bersama kelompok lain saat presentasi
laporan kegiatan yang telah didokumentasikan. Diskusi ini dilakukan
dengan cara salah satu hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa tiap
kelompok dipresentasikan pada seminar yang dihadiri oleh seluruh
mahassiwa, mahasiswa dari institusi lain yang saat itu praktek,
pembimbing klinik, dosen sejawat dan peneliti. Pada saat seminar
terjadi diskusi dan banyak masukan yang diberikan untuk perbaikan
hasil seminar.
lxxix
7) Auntenthic Assessment
a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa
dalam kegiatan seminar kemudian dapat masukan, tanggapan, dan
perttanyaan dari mahasiswa kelompok laian, dosen, pembimbing klinik
dan mahasiswa isntitusi lain.
b. Hasil karya yang berupa laporan kegiatan asuhan keperawatan yang
telah dipresentasikan dalam seminar tiap kelompok dan direvisi
dikumpulkan kepada dosen.
3. Penutup
Bersama - sama dengan mahasiswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil kesimpulanya berdasarkan pendapat mahasiswa bahwa
mereka masih kesulitan dalam melakukan pengkajian hal ini dikarenakan
mahasiswa merasa kebingungan cara menanyakan item-item yang ada dalam
pengkajian. Mahasiswa berharap dapat kesempatan untuk mencoba lagi.
Pada tahap penutupan ini dosen memberikan umpan balik positif pada
mahasiswa yang mampu melaksanakan tindakan dan memberikan arahan bila
mahasiswa yang belum mampu melaksanakan untuk pembelajaran selanjutnya
dimotivasi untuk lebih mendalami materi pembelajaran asuhan keperawatan jiwa
pada pasien halusinasi pada silabus. Setelah dirasa selesai kegiatan pembelajaran
dosen memberikan salam penutup pada mahasiswa dan mengucapkan terima kasih
kepada pasien yang telah ikut berpartisipasi.
c. Observasi
lxxx
Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama
pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun
dalam tahap perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan observer bahwa
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen pada pembelajaran
CTL pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata keberhasilan 87,4 % berarti
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat
baik. Sedangkan hasil pengamatan observer mengenai aktivitas mahasiswa
dalam pembelajaran 2,5% sangat baik, 12,5% baik dan 65% cukup dan 20 %
kurang. Sedangkan pengamatan observer terhadap motivasi mahasiswa dalam
mengikuti pembelajaran didapatkan hasil 100% tinggi motivasinya.
Observer juga menyampaikan hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada
siklus I sebesar 95 %, dan 2% tidak tuntas. Sedangkan pelaksanaan praktek
didapatkan hasil pengamatan 27,5% sangat baik, 40% baik, 20% cukup, 12,5%
kurang.
a. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan hasil
observasi. Selanjutnya data hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi.
Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan observer dan dosen. Proses ini
dilakukan untuk melihat keberhasilan maupun kelemahan pada proses
pembelajaran pada siklus I.
Refleksi dapat dilakukan setelah melakukan observasi atau setelah
melakukan analisis hasil wawancara. Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang
lxxxi
baik dimantapkan pada siklus II, kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I
akan diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan laporan observer kepada dosen bahwa
dalam pelaksanaan RPP dosen masih kurang sistematis dalam fase modelling.
Dosen dalam memberikan contoh melakukan pengkajian genogram dosen lupa
menanyakan kepada pasien. Dosen tidak menjelaskan pengertian dari pengkajian
status mental salah satu contoh: mutisme, logorrhea sehingga saat dosen
memberikan contoh cara mengkaji masi ada mahasiswa yang bertanya kepada
teman sebelahnya. Selain kurang sistematis, pelaksanaan RPP tidak sesuai waktu
yang telah ditetapkan yaitu 45 menit tetapi 60 menit.
Berdasarkan hasil pengamatan observer yang disampaikan ke dosen bahwa
pada siklus I ditemukan kecurangan 2 mahasiswa saat mengerjakan test siklus I
nomor responden telah dicatat observer pada lembar catatan observer. Masih ada
hasil nilai belajar yang kurang, masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya,
aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran CTL juga masih ada yang kurang, dan
masih ada yang pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa masih kurang.
Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus II,
kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
2. Siklus II
Pada siklus II membahas dan memperbaiki dari kekurangan dan kesalahan
yang dilakukan pada siklus I dan memantapkan hal-hal yang baik di siklus I. Pada
siklus I masih didapatkan kekurangan yang berupa:
lxxxii
a. Pelaksanaan RPP masih ada pelaksanaan yang kurang sistematis. Selain itu
waktu pelaksanaan tidak sesuai yaitu yang awalnya 45 menit menjadi 60 menit
b. Aktivitas mahasiswa, masih didapatkan hasil pengamatan pada siklus I
mahasiswa yang belum berperan aktif secara optimal
c. Hasil belajar masih didapatkan ketuntasan belajar mahasiswa kurang dari
65%. Dan masih terdapat kecurangan mahasiswa saat mengerjakan test siklus
I.
d. Pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa masih ada yang kurang optimal.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II dimulai pada tanggal 27 April 2010 selama 4
hari dengan satu kali pertemuan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Materi: Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi (Pengkajian,
menentukan
core
problem,
intervensi,
implementasi,
evaluasi
dan
dokumentasi).
2. Media yang digunakan dalam penelitian tindkakan:
a. Modul Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi
b. Lembar kegiatan mahasiswa
c. Pasien gangguan jiwa dengan halusinasi
3. Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian tindakan:
a. Standar Operasional Prosedur (SOP) Asuhan Keperawatan Jiwa yang ada
di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya supaya asuhan keperawatan jiwa
yang dilakukan selama pembelajaran sesuai dengan SOP rumah sakit.
b. Kertas HVS untuk mencatat hasil diskusi dan temuan mahasiswa selama
pembelajaran
lxxxiii
c. LCD dan laptop untuk presentasi hasil pembelajaran
d. Bolpoin sebagai alat untuk mencatat kegiatan mahasiswa
4. Pelaksanaan Siklus kegiatan meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan
tindakan
pembelajaran
merupakan
langkah
operasional awal dari Penelitian Tindakan Kelas yang disusun mengacu
kepada hipotesis tindakan, yaitu Model Contextual Teaching And Learning
dengan Modul asuhan Keperawatan Jiwa efektif digunakan untuk
meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hasil belajar dan
meningkatkan
kompetensi
praktek
Keperawatan
Jiwa.
Sebelum
pelaksanaan ada beberapa hal yang terkait perencanaan tindakan yang
dilakukan peneliti antara lain:
1. Peneliti menentukan kelas sebagai subyek penelitian yang dipilih yaitu
semester VI Program Studi S1 Keperawatan
2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Asuhan keperawatan
Jiwa, menyusun lembar observasi kegiatan KBM, kegiatan mahasiswa,
lembar kuesioner motivasi mahasiswa dan respon mahasiswa terhadap
perangkat pembelajaran, perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan
pedoman penskoran, menyusun lembar jawaban, format catatan hasil
refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi
3. Menyiapkan modul Asuhan Keperawatan Jiwa
4. Membagi kelompok menjadi 4 kelompok dengan beranggotakan setiap
kelompok 10 orang dengan jadwal pelaksanaan yang berbeda.
lxxxiv
5. Peneliti melakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan
observer
tentang penelitian tindakan kelas penerapan model
contextual teaching and learning di Rumah Sakit Jiwa menur,
sosialisasi RPP serta sosialisasi cara pengisian lembar observasi RPP
dan lembar partisipasi mahasiswa. Peneliti juga menjelaskan materi
yang akan digunakan pada siklus ke-1, secara keseluruhan sesuai
dengan standar kompetensi dasar yang tercantum pada table berikut:
Standar Kompetensi:
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa mampu
memahami dan mengaplikasikan pemahaman asuhan keperawatan
jiwa
pada
pasien
dengan
halusinasi,
melakukan
dan
mengkomunikasikan penelitian dibidang keperawatan jiwa
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi
Indikator:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu :
b. Menyebutkan pengertian halusinasi
c. Menyebutkan penyebab halusinasi
d. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
e. Menyebutkan dan mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan halusinasi yang berupa:
- Melakukan Pengkajian
- Melakukan Analsis masalah
- Menentukan Core problem
- Membuat intervensi keperawatan
- Melakukan implementasi keperawatan
- Melakukan evaluasi tindakan
- Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
a. Acting (Pelaksanaan)
Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-2 pada tanggal 27 April 2010, dengan
materi Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi. Model
pembelajaran yang dilaksanakan adalah model contextual teaching and learning.
lxxxv
Dalam tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai dosen
pengajar dan diobservasi oleh seorang observer pada setiap pembelajaran dengan
langkah – langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a) Dosen memberikan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai mahasiswa dimana setelah pembelajaran mahasiswa
diharapkan mampu mengaplikasikan materi yang ada pada modul asuhan
keperawatan jiwa kepada pasien gangguang jiwa secara langsung dan
mandiri
b) Dosen mengecek kehadiran mahasiswa
c) Dosen melakukan apersepsi
d) Dosen memotivasi mahasiswa yang pada siklus ke-1 kurang aktif dalam
aktivitas pembelajaran model contextual teaching and learning dengan
cara memberikan pertanyaan mengenai asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan halusinasi. Dosen juga menanyakan kesulitan yang dihadapi
mahasiswa sebelumnya pada siklus I.
e) Dosen menyiapkan pasien gangguan jiwa dengan halusinasi sebanyak 10
pasien yang kooperatif yang dibantu oleh perawat ruangan.
2. Kegiatan inti
a. Construkktivisme
Mahasiswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok
difasilitasi dosen membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi)
mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Pada fase ini
lxxxvi
mahasiswa berdiskusi mengenai materi asuhan keperawatan jiwa pada
pasien halusinasi pada modul dan menanyakan materi yang tidak dipahami
pada modul. Selanjutnya mahasiswa menyusun langkah kegiatan yang
akan dilakukan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien
langsung dengan panduan modul asuhan keperawatan jiwa sebelum
menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara
antisipasi masalah saat kerja kelompok. Antisipasi masalah yang
didiskusikan adalah apabila saat melakukan asuhan keperawatan jiwa ada
pasien yang mau meninggalkan tempat sebelum waktunya maka
mahasiswa menanyakan pada pasien kenapa mau meninggalkan tempat
sebelum waktu kontrak yang disepakati habis kemudian memotivasi
pasien untuk tetap berpartisipasi pada pembelajaran. Sebagai antisipasi
masalah pada siklus I yang berupa Terapi Aktivitas Kelompok dan
intervensi pada keluarga maka mahassiwa telah menyiapkan rencana
kegiatan TAK dan intervensi keluarga dengan panduan dosen.
1) Inquiry
a. Mahasiswa bertemu dengan pasien dan membina hubungan saling
percaya dengan melakukan salam terapeutik, memperkenalkan diri,
menanyakan nama pasien, menjelaskan tujuan interaksi dengan pasien
yaitu membantu menyelesaikan masalah pasien, membantu pasien
mengenal
halusinasi,
membantu
lxxxvii
pasien
mengotrol
halusinasi,
selanjutnya mahasiswa menjelaskan kontrak waktu interaksi dengan
pasien bahwa interaksi dengan pasien akan dilakukan selama 45 menit
istirahat 30 menit selanjutnya mahasiswa akan interaksi lagi dengan
pasien untuk melanjutkan asuhan keperawatan. .
b. Setelah terbina hubungan saling percaya, salah satu mahasiswa
melakukan pengkajian, sesuai dengan langkah – langkah pengkajian
pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa sedangkan teman lainya
memperhatikan. Adanya perpanjangan waktu pada saat pengkajian ini.
c. Mahasiswa berdiskusi merumuskan masalah keperawatan yang muncul
dari hasil pengkajian dan menentukan masalah utama (core problem)
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan intervensi yang tepat
sesuai core problem.
d. Mahasiswa menganalisis data pengkajian dan core problem yang telah
ditentukan.
e. Mahasiswa menentukan intervensi keperawatan jiwa pasien halusinasi
yang
meliputi:
mengenal
halusinasi,
mengontrol
halusinasi,
memanfaatkan obat secara teratur, megikutsertakan pasien pada
kegiatan TAK dan intervensi pada keluarga yang berupa penyuluhan
tentang “Cara merawat pasien halusinasi di rumah”
f. Mahasiswa mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat.
g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan
untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Evaluasi yang dilaksanakan
berupa evaluasi sumatif yaitu dilakukan langsung setelah mahasiswa
lxxxviii
memberikan intervensi dan evaluasi formatif yang dilakukan
mahasiswa setelah semua intervensi diberikan ke pasien. Hasil evaluasi
menunjukan bahwa intervensi telah terlaksana semua.
2) Questioning
Dalam proses pembelajaran terjadi diskusi antar teman dalam satu
kelompok. Pada saat kegiatan penyuluhan keluarga banyak pertanyaan dari
keluarga
mengenai
penyakit
anggota
keluarganya
yang
dirawat.
Mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan tersebut kemudian moderator
pada kegiatan penyuluhamn tersebut sebelum penyuluhan ditutup
memberikan
kesempatan
pada
dosen
selaku
narasumber
untuk
memberikan masukan atas pertanyaan dari keluarga pasien. Pada
pembelajaran ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk saling membantu
apabila ada temannya yang salah atau lupa melakukan langkang-lang
asuhan keperawatan jiwa
3) Modelling
Sebelum mahasiswa melakukan sendiri asuhan keperawatan
(Pengkajian, merumuskan masalah, intervensi,
implementasi dan
evaluasi), dosen mencontohkan cara melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi.
Pada tahap pengkajian mencontohkan hal – hal yang perlu dikaji
pada pasien halusinasi yang meliputi:
a. Jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif
dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
lxxxix
sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan
wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui
isi halusinasi pasien.
b. Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi
c. Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi
terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi
terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.
Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya
munculnya
halusinasi,
halusinasi.
menghindari
Sehingga
situasi
pasien
yang
tidak
menyebabkan
larut
dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
d. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
xc
Dosen memberikan contoh cara menentukan diagnosis keperawatan
yaitu: Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif
dan obyektif yang ditemukan pada pasien misalnya: Gangguan sensori
persepsi: halusinasi ……(jenis halusinasi)
Setelanjutnya
dosen
memcontohkan
langsung
melakukan
intervensi pada pasien halusinasi yaitu: Membantu pasien mengenali
halusinasi.
Untuk
membantu
pasien
mengenali
halusinasi,
perawat/mahasiswa dapat melakukannya dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu
pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat/mahasiswa dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi.
Pada awal kegiatan TAK, tugas leader dilakukan dosen setelah
dirasa mahasiswa ada gambaran mengenai kehgiatan TAK kemudian
diteruskan oleh mahasiswa yang ditunjuk menjadi leader. Pada saat
penyuluhan dosen membuka acara dan memperkenalkan diri agar
mahasiswa tidak tegang dan takut menghadapi keluarga pasien.
e. Setelah
memiliki
gambaran
tentang
cara
melakukan
asuhan
keperawatan, mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan
keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen.
xci
4) Community Learning
a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok saat
melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien. Saat kegiatan
TAK dan penyuluhan kepada keluarga mahasiswa telah menjalankan
tugasnya masing-masing secara tepat. Saling mengingatkan apabila
ada teman yang salah atau lupa.
b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau
informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen
5) Refleksi
a. Setelah kegiatan TAK dan penyuluhan selesai terdapat evaluasi kedua
kegaiatan tersebut. Disini mahasiswa saling mengoreksi kekurangan
tugas yang dilakukan oleh temanya.
b. Mahasiswa melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan
jiwa yang dilakukan pada format pendokumentasian untuk persiapan
presentasi seminar.
c. Mahasiswa melakukan diskusi bersama kelompok lain saat presentasi
laporan kegiatan yang telah didokumentasikan. Diskusi ini dilakukan
dengan cara salah satu hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa tiap
kelompok dipresentasikan pada seminar yang dihadiri oleh seluruh
mahassiwa, mahasiswa dari institusi lain yang saat itu praktek,
pembimbing klinik, dosen sejawat dan peneliti. Pada saat seminar
terjadi diskusi dan banyak masukan yang diberikan untuk perbaikan
hasil seminar.
xcii
6) Auntenthic Assessment
a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa
dalam kegiatan seminar kemudian dapat masukan, tanggapan, dan
perttanyaan dari mahasiswa kelompok laian, dosen, pembimbing klinik
dan mahasiswa isntitusi lain.
b. Hasil karya yang berupa laporan kegiatan asuhan keperawatan yang
telah dipresentasikan dalam seminar tiap kelompok dan direvisi
dikumpulkan kepada dosen.
4. Penutup
Bersama - sama dengan mahasiswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil kesimpulanya berdasarkan pendapat mahasiswa bahwa
mahasiswa lebih baik dalam melakukan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa.
Kekurangan yang mereka lakukan pada siklus I telah mereka perbaiki di siklus II.
Mereka juga lebih persiapan sebelum ke pasien
Pada tahap penutupan ini dosen memberikan umpan balik positif pada
mahasiswa yang mampu melaksanakan tindakan. Setelah dirasa selesai kegiatan
pembelajaran
dosen
memberikan
salam
penutup
pada
mahasiswa
dan
mengucapkan terima kasih kepada pasien yang telah ikut berpartisipasi.
c. Observasi
Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama
xciii
pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun
dalam tahap perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan observer bahwa
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen pada pembelajaran
CTL pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata keberhasilan 100 % berarti
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat
baik. Sedangkan hasil pengamatan observer mengenai aktivitas mahasiswa
dalam pembelajaran 12,5% sangat baik, 52,5% baik dan 37,5% cukup dan 0%
kurang. Sedangkan pengamatan observer terhadap motivasi mahasiswa dalam
mengikuti pembelajaran didapatkan hasil 100% tinggi motivasinya.
Observer juga menyampaikan hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada
siklus I sebesar 97,5 %, dan 2,5% tidak tuntas. Sedangkan pelaksanaan praktek
didapatkan hasil pengamatan 90% sangat baik, 10% baik, 0% cukup, 0%
kurang.
b. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan hasil
observasi. Selanjutnya data hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi.
Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan observer dan dosen. Proses ini
dilakukan untuk melihat keberhasilan maupun kelemahan pada proses
pembelajaran pada siklus I.
Refleksi dapat dilakukan setelah melakukan observasi atau setelah
melakukan analisis hasil wawancara. Dengan melihat pada siklus I hal-hal yang
baik dimantapkan pada siklus II, kemudian juga terdapat kekurangan pada siklus I
akan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Berdasarkan laporan observer kepada
xciv
dosen bahwa dalam pelaksanaan RPP dosen sudah sangat baik. Sudah sistematis
dan tepat waktu.
Berdasarkan hasil pengamatan observer yang disampaikan ke dosen bahwa
pada siklus II sudah tidak lagi ditemukan kecurangan mahasiswa saat
mengerjakan test siklus II. Masih ada hasil nilai belajar yang kurang, masih ada
mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya tetapi jumlahnya telah berkurang
dibangdingkan siklus I, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran CTL tidak ada
yang kurang dan pelaksanaan praktek asuhan keperawatan jiwa 90% sangat baik.
Dengan melihat pada siklus II dibandingkan dengan siklus I telah mengalami
banyak peningkatan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
C. Hasil dan Pembahasasan
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti,
serta hasil wawancara dengan mahasiswa yang meliputi perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi didapatkan hasil sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu
melakukan tindakan pra siklus diantaranya tes pra siklus. Instrumen yang
digunakan adalah soal tulis pilihan ganda. Tes tulis sejulah 20 soal dengan alokasi
waktu 40 menit. Setelah mahasiswa mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi
bersama, jawaban mahasiswa ditukar dengan mahasiswa lainnya. Adapun
penskoran tiap jawaban benar dinilai 1 dan salah nol kemudian hasil dikalikan 5,
setelah selesai hasil tersebut dimasukan ke dalam instruemn penelitian. Hasil yang
xcv
diperoleh dari nilai pra siklus digunakan untuk mengetahui salah satu
perkembangan hasil belajar mahasiswa.
Kepada
Ketua
Program
studi
dan
urusan
akademik,
peneliti
menginformasikan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan CL pada
semester VI untuk mata kuliah Keperawatan Jiwa dan mohon dorongan agar
pembelajaran berjalan lancar. Peneliti juga menyampaikan secara lisan
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran CTL yang akan dilaksanakan.
Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan
dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal dilakukan dengan
apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran dan komponen CTL. Pada akhir
pembelajaran dilakukan refleksi dan penilaian auntenthic yang berupa tes.
Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam dua siklus hasil
penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning Untuk
Meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa
Penggunaan CTL untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa
dapat dinilai terhadap komponen pelaksanaan CTL yang meliputi:
a. Observasi Rencana Proses Pembelajaran
Tabel 1. Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran
NO
ASPEK YANG DIAMATI
PENDAHULUAN
Penilaian Siklus
kel
1
Siklus I
kel
kel
2
3
Siklus II
kel
4
kel 1
kel 2
kel 3
kel 4
1
Menggali kemampuan awal mahasiswa
4
4
4
4
4
4
4
4
2
Menjelaskan Tujuan dan manfaat
4
4
4
4
4
4
4
4
xcvi
pembelajaran
3
4
5
Menyebutkan indikator pencapaian
pembelajaran
Menyiapkan fasilitas dan sarana
pendukung
Menjelaskan rencana kegiatan
pembelajaran CTL
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
KEGIATAN INTI
Membentuk mahasiswa dalam 4
kelompok
Dosen memberikan contoh cara
melakukan askep
Dosen memandu kelompok saat
melakukan
4
komponen inquiry
Dosen memandu kelompok saat
melakukan
3
4
3
4
4
4
4
4
5
komponen questioning
Dosen memandu kelompok saat
melakukan
4
4
4
4
4
4
4
4
6
komponen modelling
Dosen memandu kelompok saat
melakukan
3
3
4
3
4
4
4
4
7
komponen community learning
Dosen memandu kelompok saat
melakukan
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Melakukan evaluasi
Melakukan refleksi pada akhir
petemuan
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Jumlah rata-rata
58
58
58
59
60
60
60
60
96,7
96,7
96,7
98,3
100,0
100,0
100,0
100,0
1
2
komponen autenthic assessmnet
1
PENUTUP
Membimbing mahasiswa membuat
rangkuman
dan laporan
2
3
Jumlah dalam persen
Rata-rata persentase siklus
87,4
1 00
95
90
85
80
SIKLUS I
SIKLUS II
Diagram 1: Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran
xcvii
100,0
Dari table dan diagram menunjukan keberhasilan proses pembelajaran
yang dilakukan dosen pada pembelajaran model contextual teaching and learning
dan modul asuhan keperawatan jiwa pada 4 kelompok mempunyai nilai rata-rata
keberhasilan pada siklus I sebesar 87,4 %. berarti keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori sangat baik dan siklus II ratarata keberhasilan 100 %. berarti keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan
dosen dalam kategori sangat baik.
2) Observasi Aktivitas Mahasiswa
Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran
Model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan
Jiwa
No
Tingkat aktivitas
Siklus I
Siklus II
1
Sangat Baik
1 (2,5 %)
5 (12,5 %)
2
Baik
5 (12,5 %)
21 (52,5 %)
3
Cukup
26 (65 %)
15 (37,5 %)
4
Kurang
8 (20%)
0 (0 %)
Jumlah
40 (100%)
40 (100%)
80,00%
60,00%
Sangat Baik
40,00%
Baik
Cukup
20,00%
0,00%
Kurang
Siklus I
Siklus II
Diagram 2: Hasil Observasi Aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran
Model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan
Jiwa
Berdasarkan hasil tabel dan diagram di atas menunjukan bahwa aktivitas
mahasiswa dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 2,5 % sangat baik, 12,5 %
baik, 65% cukup, kurang 20% dan siklus II menunjukan bahwa aktivitas
xcviii
mahasiswa dalam pembelajaran 12,5 % sangat baik, 52,5 % aktivitas baik, 37,5 %
cukup dan 0 % kurang.
1) Hasil Motivasi Mhahasiswa terhadap Pembelajaran CTL
Tabel 3. Motivasi mahasiswa pada
Program Studi S1 Keperawatan FIK
No
Tingkat Motivasi
1
Tinggi
2
Sedang
3
Rendah
Jumlah
Rata-rata nilai motivasi
pembelajaran CTL pada bulan April di
UMSurabaya
Siklus I
Siklus II
40 (100%)
40 (100)
0
0
0
0
40 (100%)
40 (100%)
95,3%
95,3%
40%
30%
TINGGI
20%
SEDANG
1 0%
0%
RENDAH
SIKLUS I
SIKLUS II
Diagram 3 Motivasi mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di
Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya
Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa sebelum
dilakukan metode pembelajaran CTL
pada siklus I dan siklus II 100%
motivasinya tinggi dengan nilai rata-rata motivasi 95,3%
2. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk
meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa
xcix
Indicator yang menjadi penilaian penggunaaan model contextual teaching
and learning yaitu hasil ketuntasan belajar mahasiswa adalah hasil ketuntasan
belajar mahasiswa. Berikut adalah data hasil ketuntasan belajar mahassiwa
1) Hasil Ketuntasan Belajar mahasiswa
Tabel 4. Ketuntasan belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April
di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya
Ketuntasan
Pre
Siklus
%
Post
Siklus I
%
67,8 %
Post
Siklus
II
39
Tuntas
7
17,5 %
27
Tidak
Tuntas
33
82,5 %
13
%
97,5
32,5 %
1
2,5
1 00,00%
80,00%
tuntas
60,00%
Tidak Tuntas
40,00%
20,00%
0,00%
PRE SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Diagram 4. Ketuntasan belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada
bulan April di Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya
Dari tabel di atas menunjukan bahwa ketuntasan belajar mahasiswa pre
siklus 32,5%, tidak tuntas 67,5% pada siklus I ketuntasan belajar 95%, tidak
tuntas 5% dan siklus II ketuntasan belajar 97,5% dan tidak tuntas 2,5% . Adapun
hasil prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 5. Prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di
Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya
No
Range nilai
Pre CTL
%
Nilai
Siklus I
c
%
Nilai
Siklus II
%
1
2
3
4
5
6
7
≥ 80
4
70-79
3
66-69
0
60-65
13
55-59
5
45-54
11
≤ 44
4
Jumlah
40
Berdasarkan tabel di atas
10%
14
35%
24
60%
7,5%
10
25%
11
27,5%
0%
3
7,5%
4
10%
32,5%
10
25%
0
0%
12,5%
2
5%
0
0%
27,5%
1
2,5%
1
2,5%
10%
0
0%
0
0%
100%
40
100%
40
100%
menunjukkan bahwa sebelum dilakukan metode
pembelajaran CTL sebagian besar mahasiswa (82,5% atau 33 mahasiswa)
memiliki nilai di bawah KKM. Setelah dilakukan metode pembelajaran CTL
terjadi peningkatan prestasi mahasiswa, hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi
sikus I mahasiswa yang memiliki nilai di bawah KKM menurun menjadi (37,5%
atau 13 mahasiswa). Pembelajaran CTL pada siklus II mahasiswa yang memiliki
nilai di bawah KKM 2,5% atau hanya 1 mahasiswa yang mendapat nilai di bawah
KKM, 97,5 % mendapatkan nilai di atas KKM.
3
Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk
meningkatkan praktek Keperawata Jiwa
Tabel 6 Praktek mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di Program
Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya
No
Praktek
siklus I
siklus II
1
Sangat Baik
11 (27,5%)
36 (90%)
2
Baik
16 (40%)
4 (10%)
3
Cukup
8 (20%)
0
4
Kurang
5 (12,5)
0
Jumlah
40 (100%)
40 100%)
ci
1 00%
80%
SANGAT BAIK
60%
BAIK
40%
CUKUP
20%
KURANG
0%
SIKLUS I
SIKLUS II
Diagram 6 Praktek mahasiswa pada pembelajaran CTL pada bulan April di
Program Studi S1 Keperawatan FIK UMSurabaya
Dari table dan diagram diatas menunjukan bahwa pelaksanaan praktek
asuhan keperawatan jiwa pada siklus I sangat baik 27,5%, baik 40%, cukup 20%
dan kurang 12,5% dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sangat baik
90% dan baik sebesar 10%
2. Pembahasan
a. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning Untuk
Meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan CTL dan modul Asuhan
Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran dinilai dari pelaksanaan
rencana proses pembelajaran, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran CTL dan
motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran.
Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat
meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa. Berdasarkan hasil pelaksanaan
cii
rencana proses pembelajaran nilai rata-rata keberhasilan pada siklus I sebesar
87,4% dan siklus II rata-rata keberhasilan 100 %. berarti keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukan dosen dalam kategori
sangat baik. Sedangkan
aktivitas mahasiswa pada siklus I sebesar 2,5 % sangat baik dan siklus II 12,5 %
dan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II 100% tinggi.
Hasil ini sejalan dengan hakikat pembelajaran CTL yang menyatakan
bahwa pemanfaatan pembelajaran CTL menciptakan ruang kelas yang pesertanya
aktif bukan hanya pengamatan yang pasif dan bertanggung jawab terhadap
belajarnya. Pendekatan CTL lebih memberikan keleluasaan kepada mahasiswa
untuk belajar bersama teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling
mengoreksi (Depdiknas, 2002).
Berbeda dengan pembelajaran secara klasikal dimana pembelajaran yang
berpusat pada dosen, hasilnya mahasiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran,
mahasiswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh dosen dan dengan
pembelajaran ini membuat mahasiswa kurang berinisiatif untuk mencari bahan
pembelajaran lain selain dari apa yang disampiakan dosen yang berupa power
point.
Mengingat program pendidikan Ners yang diharapkan memiliki
kompetensi yang professional untuk mampu menganalisis dan kritis dalam
menangani pasien.
Pada kenyataanya perlu adanya pembelajaran yang bersifat kontekstual
dimana proses pembelajaran CTL dapat dijelaskan pada 7 komponen CTL. Dalam
pembelajaran CTL tidak hanya aspek hafalan tetapi model CTL lebih menekankan
pada keterlibatan siswa secara aktif. Baik sikap maupun mentalnya dengan
ciii
bimbingan dosen. Bimbingan tersebut secara bertahap dan berurutan disesuaikan
dengan silabus pembelajaran. Keberhasilan penerapan model CTL dalam
menemukan konsep baru merupakan salah satu kebanggaan bagi siswa sehingga
mendorong siswa untuk memperoleh preastasi belajar yang optimal. Peran guru
dalam menerapkan CTL memberikan kesempatan secara luas kepada mahasiswa
untuk mengembangkan potensi yag dimiliki secara optimal dengan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan. dosen sebagai pengelola pembelajaran perlu
mempertimbangkan kesesuaian model yang akan diterapkan dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan. dosen hendaknya memiliki kemammpuan
dalam memilih model yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajaran
agar memberikan hasil yang optimal. Salah satu model yang dapat membantu
menumbuhkan berpikir kritis, analitis, dan kreatif adalah model CTL (Slave,
2000; Nur, 2000; Trianto, 2002)
Dalam teori konstruktivisme terdapat prinsip yang penting bahwa dosen
atau pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan saja, namun mahasiswa juga
harus membangun sendiri pengetahuan didalam dirinya dan peran dosen adalah
sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dalam proses ini dosen memberikan
kesempatan pada mahasiswa agar menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri
dan mendidik mahasiswa agar menjadi sadar dengan menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar, sehingga dosen dapat memberikan pemahaman yang
lebih tinggi (Nur, 2002).
Dari hasil penelitian berupa tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran CTL yang dilakukan selama tindakan pada setiap siklus dapat
civ
memacu aktivitas dan motivasi mahasiswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri dalam suatu kelompok (masyarakat belajar). Penilaian ini tidak
hanya dilakuka pada akhir pebelajaran tetapi selama proses pembelajaran terhadap
aktivitas dan motivasi mahasiswa. Sehingga tidak salah kalau masyarakat belajar
ini merupakan aktivitas mahasiswa yang menonjol pada proses belajar. Sejalan
dengan teori konstruktivisme bahwa dalam suatu kelompok mahasiswa akan
terlibat dalam dialog yang baik dengan sesame teman maupun dengan Dosen
(Nur, 2000). Hal ini juga sejalan dengan model pembelajaran yang diterapkan
yaotu kooperatif. Pada pembelajaran ini mahasiswa dihadapkan pada proses
berpikir teman sebaya melalui interasi dengan teman, pasien dan perawat. Selama
pembelajaran mahasiswa belajar secara berkelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah, identifikasi dan mengkaitkan teori halusinasi pada modul
asuhan keperawatan jiwa dengan kenyataan langsung pada pasien dengan
lhalusinasi.
b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk
meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa
Penggunaan CTL untuk meningkatkan hasil belajar keperawatan jiwa
dapat dilihat dari hasil belajar mahasiswa dan ketuntasan belajarnya. Berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar mahasiswa pre siklus
sebesar 17,5%, siklus I sebesar 67,8% dan siklus II sebesar 97,5% . Sebagian
cv
besar hasil belajarnya mahasiswa memuaskan dengan CTL dibandingkan dengan
pembelajaran klasikal.
Setiap mahasiswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika
proporsi jawaban benar mahasiswa ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85%
mahasiswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud, 1996).
Dari 40 mahasiswa ada 1 mahasiswa hasil belajar pra siklus, siklus I dan
siklus II tidak tuntas belajarnya. Jika dikaji secara keseluruhan ketidaktuntasan itu
tidak hanya pada mata kuliah keperawatan jiwa tetapi juga mata kuliah yang lain.
Berdasarkan hasil psikotest pada awal mahasiswa masuk menunjukan bahwa
kemmapuan intelektualnya dibawah 90. Menurut Teori Binnet (1984) bahwa
seseorang yang memiliki kemampuan intelektual kurang dari 90 maka dalam
pembelajaran individu tersebut hanya mampu menyelesaiakan permasalahan yang
bersifat konkrit sedangkan untuk menganalisis mendalam dia tidak akan mampu.
Pada akhir pembelajaran selalu dilakukan refleksi yang bermanfaat pada
mahasiswa dalam merenungkan kembali kegiatan yang dilakukan dan hasil yang
diperoleh. Hasil refleksi diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan pada mata
kuliah keinginnan untuk berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan
jiwa.
c. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk
meningkatkan praktek Keperawata Jiwa
cvi
Hasil Penggunaan CTL untuk meningkatkan praktek Keperawatan jiwa
dapat dilihat bahwa siklus I sebesar 27,5% sangat baik dan siklus II sebesar 90%
sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa berhasil mengaplikasikan
asuhan keperawatan jiwa pada pasein dengan halusinasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Paget, Vigotsky dalam Ibrahim dan Nur
(2000), percaya bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu
berhadapan dengan pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu
interaksi social dengan teman lain dalam kelompok-kelompoknya dapat memacu
terbentuknya ide-ide baru dan memperkaya perkembangan intektual siswa.
Selain mahasiswa terlibat secara mendalam selama proses pembelajaran
berlangsung, dosen harus mengkaitkan materi pengajaran yang diajarkan dengan
mengajak mahasiswa belajar sukses dengan kehidupan nyata. Selain itu
mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan
menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam pembelajaran CTL pada komponen pemodelan saat pembelajaran
dosen memberikan contoh cara melakukan pengkajian mulai dari identitas,
keadaan umum pasien, status mental serta pengobatan pasien. Selai itu juga dosen
juga memberi contoh cara menentukan masalah
pengkajian yang didapat
kemudian menentukan core problem dan intervensi keperawatan. Selanjutnya
dosen juga mencontohkan cara mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat
serta mengevaluasi dan medokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan jiwa
yang telah dilakukan.
cvii
Proses pembelajaran dengan model CTL dilakukan secara mandiri atas
bimbingan penuh guru dan teman-temannya dengan berbagai aktivitas secara
mandiri secara individual maupun kelompok, misalnya: bertanya, bertindak,
mencari penyelesaian masalah, membuat dugaan dan mengambil kesimpulan.
Peran guru adalah memberikan bimbingan, memotivasi siswa dan memberikan
dukungan kepada siswa dan ikut membantu siswa dalam pemecahan masalah jika
dalam proses pembelajaran menemukan kesulitan
Dapat disimpulkan bahwa CTL dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam mempraktekan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
halusinasi.
D. Keterbatasan
1. Pembelajaran CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dilaksanakan
langsung kepada pasien gangguan jiwa yang membutuhkan waktu lama dalam
pelaksanaanya asuhan keperawatan jiwa (Pengkajian, penentuan masalah, core
problem, intervensi, implementasi dan evaluasi) sehingga pasien merasa jenuh
dengan kegiatan ini.
2. Pelaksanaan dokumentasi kegiatan praktek Asuhan Keperawatan Jiwa
mengalami kesulitan. Peneliti tidak diijinkan memotret yang menunjukan
cviii
wajah langsung dari pasien.Sehingga pendokumentasian dari arah samping
kegiatan praktek.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
cix
1. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan
pembelajaran Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil Keterlaksanaan
RPP oleh dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan Motivasi
mahasiswa yang meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I hasil
keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 87,5%, aktivitas mahasiswa selama
pembelajaran sebesar
2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa sebesar
100% tinggi. Pada siklus II hasil keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 100
%, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sebesar 12,5% dan motivasi
mahasiswa sebesar 100% tinggi
2. Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa, hal ini terbukti pada hasil ketuntasan belajar
mahasiswa pada siklus I sebesar 67,8% dengan nilai diatas 65 Sebanyak 13
Mahasiswa.Sedangkan pada siklus II hasil ketuntasan belajar mahasiswa
sebesar 97,5% dengan nilai diatas 65 sebanyak 32.
3. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan
praktek Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil nilai praktek
Keperawatan Jiwa pada siklus I 27,5% sangat baik dan siklus II 90% sangat
baik.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan
penerapan CTL untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa pada
mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Jiwa dapat diimplikasikan pada:
1. Mahasiswa
cx
Model CTL dapat meningkatkan pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa
dengan indikator peningkatan keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa
selama pembelajaran dan peningkatan motivasi mahasiswa terhadap
pembelajaran sehingga dapat dilaksanakan pada kompetensi lainnya. Model
CTL dapat meningatkan hasil belajar mahasiswa dan dapat meingkatkan
praktek Keperawatan Jiwa.
2. Dosen
Dosen membimbing siswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam prosedur
pembelajaran, menelaah materi dan permasalaha, kemampuan yang diperlukan
adalah pemahamanan guru memahami kecakapan dan kejelian mahasiswa
dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga kebersamaan
dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang.
C. SARAN
1. Agar proses pembelajaran dengan menerapkan model CTL dapat dilaksanakan
dengan baik dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka perlu diperhatikan:
dosen memberikan penjelasan prosedur pembelajaran dengan model CTL
secara efektif dan sejels-jelasnya sepada mahasiswa, sehingga proses
pembelajaran lebih terarah dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan.
2. Aplikasi model CTL dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
dosen membimbing mahasiswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam
prosedur pembelajaran, menelaah materi dan permasalahan, kemampuan yang
diperlukan adalah pemahamanan dosen memahami kecakapan dan kejelian
cxi
mahasiwa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga
kebersamaan dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang.
3. CTL berdasarkan kajian teoritik dan empiric sesuai untuk perkuliahan
mahasiswa, sehingga disarankan untuk penerapan pola pembelajaran ini pada
pokok bahasan lain
cxii
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
Kelima. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Astuti, dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan
Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II
PS SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learninf. B.E.S.T. USA
Depdiknas, 2002. Pendekatan Kontekstual.Jakarta: Depdiknas
Eko priyono. 2009. Peningkatan Kualitas pembelajaran dengan pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang Surabaya
sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan
2.
Harnawatiaj. Ilmu Keperawatan Jiwa. harnawatiaj.wordpress.com. Tanggal 23
januari 2009. pukul 15.15
Irman Somantri. Perencanaan (1). irmanthea.blogspot.com. Tanggal 24 Januari
2009. Pukul 16.18
Nunuk Suryani, 2007. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia
VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi
Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/200).
Potter and Perry. 2005, Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, Praktik, vol 1
edisi 4, alih bahasa asih yasmin, Jakarta: EGC
Sidharta, Arif. 2006. Media Pembelajaran Depdiknas Dierjen. PMPTK PPPG
IPA.
Susili Herawati. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Solo: Bavumedia
Sutopo, H.B. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi 2 Universitas Sebelas
Maret Press.
TIM. Kesehatan Jiwa di Indonesia. fmpkj-samarinda.blogspot.com. Tanggal 24
Januari 2009. Pukul 16.03
cxiii
University of Washington (college of Education). 2001. Trainning for Indonesian
Education Team in CTL. Seatle: Washington USA.
___________________________. 2009. Buku Pedoman Kurikurum akademik
Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Yenichrist Under Keperawatan.
Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Keluarga. yenibeth.wordpress.com. Tanggal 24 Januari 2009. Jam 16.30
_______________________________,Masalah-masalah
Kesehatan
Jiwa
athearobiansyah.blogspot.com.Tanggal 23 januari 2009. pukul 15.00
_______________________________,Standart Praktek Keperawatan
moveamura.wordpress.com. Tanggal 23 Januari 2009. Pukul 15.18
cxiv
Jiwa.
Download