pemetaan sesar nusa laut berdasarkan hiposenter gempa bumi

advertisement
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya
Sabtu, 21 November 2015
Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor
PEMETAAN SESAR NUSA LAUT BERDASARKAN HIPOSENTER
GEMPA BUMI NUSA LAUT AGUSTUS – SEPTEMBER 2015 DAN DATA
GRAVITASI
YUSUF HAIDAR ALI*, ALI AZIMI, ANITA WULANDARI
Prodi Geofisika,
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Jl. Perhubungan I no. 5, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan, 15221
Abstrak. Pulau Nusa Laut merupakan salah satu pulau dari gugusan kepulauan Lease dan
terletak di kawasan Kabupaten Maluku Tengah yang kerap kali diguncang gempa bumi. Pada
kurun waktu pertengahan Agustus sampai awal September 2015, terdapat 13 gempa bumi
yang terjadi dengan intensitas II-IV MMI (Modified Mercalli Intensity). Studi ini dilakukan
untuk menganalisis penyebab seringnya terjadi gempa bumi pada wilayah sekitar pulau Nusa
Laut tersebut. Daerah penelitian terletak pada koordinat 4.1-3.35 LS dan 128.5-129.25 BT.
Setelah data anomali gravitasi satelit dari website http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi
diolah dengan menggunakan metode Second Vertical Derivative (SVD) filter Elkins dan
filter Rosenbach serta metode Moving Average, selanjutnya dilakukan pembandingan dengan
data hiposenter gempa dari repositori gempa bumi Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika . Hasilnya, kami mendapatkan sesar yang memanjang dari pulau Seram hingga
bagian Barat pulau Nusa Laut, yang terdiri dari enam buah segmen sesar.
Kata kunci : Data gempa, data gravitasi, moving average, SVD, sesar Nusa Laut
Abstract. Nusa Laut island is one of island on Lease Archipelago and located in Central
Maluku Regency that often shocked by earthquake. On the middle of August until early
September 2015, 13 earthquakes have been occured with intensity of II-IV MMI (Modified
Mercalli Intensity). This research was done to analyze the reason why earthquake often occur
around Nusa Laut island. The research area located in coordinate of 4.1 – 3.35 South and
128.5 – 129.25 East. After the tabulation of satellite gravitaty anomaly data from website
http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi using Second Vertical Derivative (SVD) method
filter Elkins and filter Rosenbach also Moving Average method, then we made a comparison
with earthquake hypocenter data from BMKG earthquake repository. The result is we found
fault throughout Seram island until western of Nusa Laut island that consist of six fault
segment parts.
Keywords : Earthquake data, gravity data, moving average, SVD, Nusa Laut fault
1. Pendahuluan
Maluku Selatan secara geologi merupakan Busur Banda, yaitu sistem kepulauan
yang membentuk busur mengelilingi tapal kuda basin Laut Banda yang membuka
ke arah Barat. Proses pembentukan tersebut diakibatkan Lempeng Australia
menumbuk Lempeng Eurasia dengan arah membelok dari Selatan-Utara ke arah
Tenggara-Barat Laut. Sebagai akibat dari geodinamika tersebut terbentuk sesar
atau patahan aktif yang berada di sekitar daerah tapal kuda laut Banda. Penelitian
mengenai keberadaan sesar – sesar daratan di daerah Maluku masih belum banyak
dilakukan.
*
email : [email protected]
FB-11
FB-12
Yusuf Haidar Ali, dkk
Pada kurun waktu pertengahan Agustus sampai awal September 2015,telah terjadi
13 gempabumi dengan intensitas II-IV MMI dirasakan disekitar Pulau Nusa Laut.
Menurut historis gempabumi BMKG, gempabumi tersebut merupakan gempa
dengan kedalaman dangkal yang mengindikasikan sumber gempa berasa dari
sesar lokal. Dengan episenter jauh dari sesar yang telah ditemukan sebelumnya,
maka dalam maka diperlukan banyak penelitian mengenai pemetaan sesar ini
untuk mendapatkan hasil yang presisi.
Dalam studi awal pemetaan sesar aktif di sekitar Pulau Nusa Laut digunakan satu
metode yaitu metode gravitasi. Metode gravitasi merupakan salah satu metode
pemetaan sesar yang efektif untuk memetakan sesar yang sebagian besar berada
dalam lautan. Penelitian ini penting untuk mitigasi gempa bumi yaitu dalam
pemetaan daerah rawan gempa bumi ksususnya di sekitar Pulau Nusa Laut.
Metode gravitasi satelit diterapkan dalam daerah penelitian 4.1-3.35 LS dan
128.5-129.25 BT. Pemfilteran data gravitasi menggunakan metode yang umum
digunakan yaitu dengan metode moving average dan second vertical derivatif.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan institusi pemerintah yang
berwenang dalam mitigasi gempa bumi di sekitar Nusa Laut kedepannya.
2. Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data anomali gravitasi dari satelit,
data tersebut didapatkan dari situs TOPEX (http://topex.ucsd.edu/cgibin/get_data.cgi). Data anomali gravitasi yang diambil adalah data FAA (Free Air
Anomaly) dan data topografi yang terletak pada koordinat 4.1-3.35 LS dan 128.5129.25 BT, yaitu di sekitar daerah pulau Nusa Laut. Koordinat ini ditentukan agar
area studi gravitasi dapat meliputi daerah epicenter dari data historis gempabumi
BMKG.
Input data yang telah didapatkan kemudian diproses menggunakan metode
Moving Average dan metode SVD (Second Vertical Derivative). SVD dapat
digunakan untuk membantu interpretasi jenis struktur terhadap data anomali
Bouguer yang diakibatkan oleh adanya struktur sesar turun atau sesar naik. Output
yang didapat dari metode berupa efek dangkal atau anomali residual. Software
pengolahan menggunakan surfer dengan filter Elkins dan Rosenbach.
Tabel 1. Matrik Elkins
0.0000
-0.0833
0.0000
-0.0833
0.0000
-0.0833
-0.0667
-0.0334
-0.0667
-0.0833
0.0000
-0.0334
+1.0668
-0.0334
0.0000
-0.0833
-0.0667
-0.0334
-0.0667
-0.0833
0.0000
-0.0833
0.0000
-0.0833
0.0000
Tabel 2. Matrik Rosenbach
0.0000
+0.0416
0.0000
+0.0416
0.0000
+0.0416
-0.3332
-0.7500
-0.3332
+0.0416
0.0000
-0.7500
+4.0000
-0.7500
0.0000
+0.0416
-0.3332
-0.7500
-0.3332
+0.0416
0.0000
+0.0416
0.0000
+0.0416
0.0000
Pemetaan Sesar Nusa Laut Berdasarkan Hiposenter Gempa Bumi Nusa Laut….
FB-13
Metode second vertical derivatif mengikuti teori Laplace, yaitu :
(1)
(2)
Sehingga second vertical derivatif merupakan negatif second horizontal derivatif.
Untuk penampang sayatan satu dimensi maka berlaku persamaan 3
(3)
Metode moving average digunakan agar pemetaan sesar lebih akurat. Metode ini
menggunakan transformasi fourier untuk mengidentifikasi frekuensi pada sayatan
yang telah dibentuk dari kontur SBA (Simple Bouger Anomaly). Transformasi ini
menggunakan software dadisp. Kemudian, di plot nilai ln A dan k [diberi
keterangan ini apa]menggunakan Ms. Excel untuk mendapatan frekuensi cut off
dari regional dan residual. Frekuensi cut off berguna digunakan untuk menentukan
lebar window dari filter kontur SBA. Berikut merupakan Flowchart dari akuisisi
hingga pemetaan sesar dalam penelitian ini.
Gambar 1. Flowchart akuisisi data hingga interpretasi
Kemudian, hasil yang didapatkan dibandingkan dengan data hiposenter gempa
dari repository gempa bumi BMKG. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa
interpretasi gradien gravitasi yang digunakan untuk mengenali struktur sesar dapat
dibuktikan.
FB-14
Yusuf Haidar Ali, dkk
3. Hasil dan Pembahasan
Historis gempa bumi dari BMKG lebih lengkap jika hiposenter gempa berada
dalam area stasiun seismik yang renggang dan dengan kekuatan gempa yang
relatif kecil M < 5. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa kami mengambil historis
gempa bumi dari BMKG. Berikut merupakan tabel dari gempa bumi yang terjadi
pada koordinat 4.1-3.35 LS dan 128.5-129.25 BT pada bulan Agustus-September
2015 dengan kedalaman kurang dari 30 km.
Tabel 3. Historis gempa bumi Nusa Laut Agustus-September 2015 dengan kedalaman dangkal
beserta data gempa bumi dirasakan. Sumber : repogempa.bmkg.go.id dan inatews.bmkg.go.id
No
Date
lat
long
Mag
Depth
EQ felt
17/08/2015
Time
(UTC)
7:17:15
1
-3.68
128.91
4.8
10
Ambon (3 MMI)
2
17/08/2015
10:23:06
-3.6
128.77
3.7
10
Nusa Laut (4 MMI)
3
17/08/2015
12:11:36
-3.59
128.76
3.5
10
4
17/08/2015
11:56:08
-3.56
128.75
3.5
10
5
17/08/2015
12:19:35
-3.63
128.78
3.5
10
6
17/08/2015
20:48:03
-3.61
128.77
4.1
10
7
18/08/2015
13:26:01
-3.63
128.79
2.0
18
8
18/08/2015
13:16:09
-3.25
128.75
1.8
13
9
18/08/2015
12:33:55
-3.66
128.8
3.1
10
10
18/08/2015
12:07:43
-3.64
128.79
3.4
11
11
18/08/2015
11:56:15
-3.66
128.79
3.1
10
12
18/08/2015
11:52:08
-3.62
128.76
2.7
10
13
18/08/2015
11:49:06
-3.65
128.79
2.9
10
14
18/08/2015
11:44:57
-3.63
128.78
3.8
11
15
18/08/2015
13:51:13
-3.73
128.92
2.2
19
16
18/08/2015
13:46:42
-3.6
128.79
2.3
10
17
18/08/2015
23:16:26
-3.68
128.83
2.4
10
18
18/08/2015
23:11:01
-3.63
128.78
2.2
10
19
19/08/2015
4:07:59
-3.43
128.8
2.8
10
20
20/08/2015
5:31:48
-3.61
128.78
2.2
10
Nusa Laut (2 MMI)
21
21/08/2015
8:25:26
-3.64
128.78
3.3
10
Nusa Laut (3 MMI)
22
21/08/2015
12:09:43
-3.7
128.81
3.1
10
Nusa Laut (3 MMI)
23
21/08/2015
13:12:36
-3.65
128.78
3.3
10
Nusa Laut (3 MMI)
24
21/08/2015
18:59:21
-3.4
128.77
3.2
10
25
08/09/2015
12:17:26
-3.61
128.79
3.3
10
26
14/09/2015
09:37:28
-4.06
128.69
3.5
10
Nusa Laut (3 MMI)
Nusa Laut (2 MMI)
Nusa Laut (3 MMI)
Nusa Laut (2 MMI)
Pemetaan Sesar Nusa Laut Berdasarkan Hiposenter Gempa Bumi Nusa Laut….
FB-15
Gambar 2.Ploting data seismisitas. Daerah yang di dalam kotak ungu merupakan daerah studi
kasus dalam penelitian ini
Dalam pengolahan data historis untuk disatukan dengan jalur sesar pada kontur
gravitasi, dilakukan filtering data historis gempa bumi khusus wilayah Seram.
Filtering data dimaksudkan untuk memfokuskan daerah penelitian yaitu di sekitar
Pulau Nusa Laut
Pengolahan data gravitasi satelit dari TOPEX selanjutnya dilakukan. Terdapat
2116 titik FAA dan topografi di dalam area penelitian. Data gravitasi dari TOPEX
lebih efektif dalam waktu dan finansial jika dibandingkan pengambilan data di
lapangan langsung. Digunakan metode parasnis untuk menentukan densitas
daerah penelitian karena metode ini lebih praktis digunakan dibandingkan metode
nettletton dan metode pengambilan sampel bagtuan. Berikut merupakan grafik
parasnis yang diolah dengan Ms. Excel :
Gambar 3. Grafik metode prasnis. Sumbu X merupakan nilai dari topografi dikali 0.04192.
Sedangkan sumbu Y merupakan FAA. Dari gradien kemiringan regresi linearnya diperoleh nilai
densitas yaitu 0.679 gram/cm3
Data densitas dipergunakan untuk menghitung nilai dari BC (Bouger Correction).
Nilai SBA = nilai FAA – BC. Setelah ploting SBA menggunakan filter matrik
Elkins dan Rosenbach, didapatkan kontur berikut :
FB-16
Yusuf Haidar Ali, dkk
(A)
(C)
(B)
(D)
(F)
(E)
Gambar 4. Gambar hasil pengolahan residual gravitasi metode moving average dan SVD.
Gambar (A) merupakan kontur SBA dengan garis hitam adalah garis pantainya. Gambar (B)
adalah kontur SBA dengan sayatan garis hitam AB untuk pengolahan data gravitasi metode
moving average. Gambar (C) analisa spektrum sayatan AB, segiempat biru menggambarkan nilai
regional, segiempat merah nilai residual, dan segitiga hijau adalah noise. Gambar (D) kontur
residual moving average, garis hitam jalur sesar Nusa Laut. Gambar (E) kontur residual SVD
filter Elkins, garis biru adalah garis pantai, dan garis hitam jalur sesar Nusa Laut. Gambar (F)
kontur residual SVD filter Rosenbach, garis biru adalah garis pantai, dan garis hitam jalur sesar
Nusa Laut.
Pemetaan Sesar Nusa Laut Berdasarkan Hiposenter Gempa Bumi Nusa Laut….
FB-17
Hasil dari pengolahan spektrum sayatan AB didapatkan lebar kolom dan garis 7.
Kami mengidentifikasi adanya jalur sesar dari anomali kontur residual bouger
anomaly seperti yang dilakukan Julius (2014) untuk mengidentifikasi struktur
segmen Sunda. Dari ketiga kontur residual didapatkan bahwa metode moving
average mempunyai keunggulan dari kedua kontur residual metode SVD untuk
daerah disekitar Pulau Nusa Laut. Dari kontur residual metode moving average
dan SVD didapatkan 6 segmen sesar dengan 3 segmen mempunyai arah UtaraSelatan, dan 3 segmen mempunyai arah Tenggara-Barat Laut. Di dalam area
penelitian ini kami juga menemukan adanya sesar yang berada di pojok kanan atas
daerah penelitian seperti di gambarkan pada gambar 4 (D), (E), dan (F).
Selanjutnya untuk menentukan sistem persesaran yang ada di sesar Nusa Laut ini.
Kami menggunakan turunan kedua vertikal dari sayatan pada kontur SBA.
Menurut Kadir (2000) dan Minardi dkk (2013) menyebutkan bahwa anomali yang
disebabkan oleh struktur cekungan mempunyai nilai harga mutlak minimal second
horizontal derivative lebih besar daripada harga maksimalnya. Sedangkan
anomali yang disebabkan struktur intrusi berlaku sebaliknya, harga mutlak
minimalnya lebih kecil daripada harga maksimalnya. Sehingga untuk second
vertical derivatif berlaku sebaliknya yaitu, struktur cekungan atau patahan normal
mempunyai nilai harga mutlak minimal second horizontal derivative lebih kecil
daripada harga maksimalnya.Dan untuk anomali yang disebabkan struktur intrusi
atau patahan naik berlaku sebaliknya, harga mutlak minimalnya lebih kecil
daripada harga maksimalnya.
Gambar 5.Gambar interpretasi jenis sesar Nusa Laut. Gambar kiri merupakan kontur SBA, garis
biru merupakan garis pantai, titik merah merupakan episenter dari gempabumi, dan garis hitam
merupakan sayatan untuk SVD. Gambar kanan merupakan hasil dari second verical derivatif
sayatan gambar kiri
Dari grafik amplitudo tertinggi gambar 5 kanan, dapat disimpulkan bahwa sesar
Nusa Laut mempunyai struktur sesar turun. Sesar ini jika ditarik kelurusannya,
maka akan membentang dari 3.35786 LS 128.685575 BT sampai 3.686934 LS
128.817325 BT. Namun begitu terdapat epicenter gempabumi yang tidak beradaa
di jalur sesar Nusa laut ini
FB-18
Yusuf Haidar Ali, dkk
4. Kesimpulan
Sebagian besar gempabumi disekitar pulau Nusa laut pada bulan Agustus dan
September 2015 diakibatkan adanya sesar Nusa Laut. Sesar ini dapat dipetakan
dengan baik dari residual kontur simple bouger anomaly dengan menerapkan
metode moving average dan SVD. Teridentifikasi sesar ini terbagi menjadi enam
segmen kecil. Sesar ini merupakan sesar turun. Dibutuhkan penelitian yang lebih
lanjut lagi dengan metode yang lain agar mendapatkan peta sesar yang lebih baik
lagi.
Ucapan terima kasih
Alhamdulillah. Terimakasih kepada bapak Mahmud Yusuf
mengajarkan kami metode gravitasi untuk interpretasi struktur.
yang telah
DaftarPustaka
1. Kadir, W. G. A., 2000, Eksplorasi Gaya Berat dan Magetik, Departemen
Teknik Geofisika, FIKTM, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
2. S. Minardi, B. Santoso, M. Yusuf, T. Suroyo, D. Santoso, D. Dahrin. 2013.
Metode Gayaberat Untuk Interpretasi Struktur (Studi Kasus : Jakarta).
3. A. M. Julius dan N. S. Marbun. 2014 Interpretasi Posisi dan Struktur Segmen
Sunda dengan Pengolahan Data Anomali Gaya Berat. Buletin Balai Besar
MKG 2 Vol. 4 No. 11
4. http://inatews.bmkg.go.id/new/query_eqfelt.php (diakses 5 November 2015)
5. www.repogempa.bmkg.go.id (diakses 5 November 2015)
6. http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi (diakses 19 Agustus 2015)
Download