1 EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

advertisement
EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA
PEMBUATAN TAHU FAJAR DI JUMANTONO
Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
WIWIN WAHYUNINGSIH
F. 1304326
S-1 NON REGULER FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Surakarta,
Mei 2009
Tim Penguji Skripsi
1. Drs. Nurmadi Harsa Sumarta, M.Si, Ak
(..........................)
NIP. 132 257 923
2. Drs. Jaka Winarna, M.Si, Ak
(..........................)
NIP. 131 997 457
3. Drs. Sri Hanggana, M.Si, Ak
NIP. 132 086 157
(..........................)
3
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA
PEMBUATAN TAHU FAJAR DI JUMANTONO
Telah disetujui dan diterima dengan baik
oleh dosen pembimbing skripsi
Surakarta,
Februari 2009
Dosen Pembimbing,
Drs. Sri Hanggana, M.Si, Ak
NIP. 132 086 157
4
MOTTO
• ”Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu masalah), maka
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(QS Alam Nasyrah: 6-7)
• ”Kebaikan dalam kata-kata menciptakan percaya diri, kebaikan
dalam berpikir menciptakan kebajikan, kebajikan dalam
memberi menciptakan cinta.”
(Lao Tzu)
• “Waktu seseorang sebenarnya adalah usianya.”
(Imam Ibnul Qayim)
5
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
• Ayah bundaku tercinta yang telah memberiku segalanya
• Kakak-kakakku yang kusayangi dan kubanggakan
• Seseorang yang aku mohonkan ridho-Nya
• Almamaterku tercinta
6
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
”EVALUASI
PENENTUAN
HARGA
POKOK
PRODUKSI
PADA
PEMBUATAN TAHU FAJAR DI JUMANTONO.”
Evaluasi penentuan harga pokok produksi mempunyai peranan penting
bagi perusahaan untuk membantu dalam menentukan harga jual suatu produk,
perusahaan terlebih dahulu harus menghitung harga pokok produksinya. Hal ini
mengingat bahwa harga jual ditentukan dengan menjumlah harga pokok produksi
per unit dengan tingkat laba yang diinginkan perusahaan sehingga tanpa adanya
penentuan harga pokok produksi per unit perusahaan akan mengalami kesulitan di
dalam menentukan harga jual produk yang dihasilkan.
Ketepatan penentuan harga pokok produksi menjadi hal yang penting bagi
perusahaan, karena ketepatan penentuan harga pokok produksi mempengaruhi
ketepatan harga jual yang diinformasikan. Harga pokok produksi yang tepat dapat
diartikan bahwa harga pokok produksi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Oleh karena itu, harga pokok produksi harus dihitung dan ditetapkan secara tepat
sehingga harga jualnya menjadi tepat pula. Harga pokok produksi dapat
ditentukan dengan metode full costing atau variable costing.
Dalam penyusunan skripsi ini, bantuan dari berbagai pihak sangat
dirasakan dan menjadi dorongan bagi penulis untuk segera menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. Jaka Winarna, M.Si, Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Sri Hanggana, M.Si, Ak, selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mengarahkan dan mengoreksi hingga penyusunan skripsi ini
selesai.
7
4.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama penulis mengikuti perkuliahan.
5.
Bapak, Ibu dan Kakakku yang telah memberikan doa, dorongan, semangat,
dan dukungan kepada penulis.
6.
Sahabat-sahabatku (Dina my best friend, Budi, Mbak Ning) yang telah
memberi semangat kepada penulis. Semua teman-teman kelas C’04 baik
yang telah meninggalkanku lebih dulu maupun yang masih setia
menemaniku sampai sekarang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna,
untuk itu segala kritik dan saran guna perbaikan sangat penulis hargai dan penulis
ucapkan terima kasih. Akhirnya harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,
Februari 2009
Penulis
8
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
MOTTO ...........................................................................................................
iii
PERSEMBAHAN............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL............................................................................................
ix
ABSTRAKSI ...................................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
1
B. Perumusan Masalah......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................
4
D. Manfaat Penelitian........................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
A. Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya........................................
6
B. Pengertian Harga Pokok Produksi ...............................................
15
C. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi .............................
16
D. Perbandingan job order costing dan process costing...................
18
E. Unsur-Unsur Biaya Produksi .......................................................
21
F. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi...................................
27
G. Perbedaan Metode Full Costing dan Variable Costing................
28
9
H. Manfaat Informasi Yang Dihasilkan Oleh Metode Full Costing dan
Variable Costing .........................................................................
31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................
A. Jenis Penelitian.............................................................................
36
B. Obyek penelitian ..........................................................................
36
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................
36
D. Metode Pengumpulan Data ..........................................................
36
E. Metode Analisis Data ...................................................................
37
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................................
A. Gambaran Umum Perusahaan......................................................
39
B. Kegiatan Usaha ............................................................................
40
C. Pemasaran ....................................................................................
41
D. Pembahasan..................................................................................
41
1. Penghitungan Biaya Bahan Baku..........................................
41
2. Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung.......................
.44
3. Penghitungan Biaya Overhead Pabrik ..................................
46
4. Penghitungan Harga Pokok Produksi ...................................
56
BAB V PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................
65
B. Saran.............................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Biaya Bahan Baku .......................................................................
43
Tabel IV.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Penggiling ..................................
45
Tabel IV.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Penggoreng ................................
46
Tabel IV.4 Biaya Bahan Pembantu: Minyak Goreng ...................................
48
Tabel IV.5 Tambahan Gaji TKL....................................................................
50
Tabel IV.6 Biaya Merang...............................................................................
52
Tabel IV.7 Biaya Bahan Bakar Solar.............................................................
53
TabelI V.8 Biaya Overhead Pabrik................................................................
54
Tabel IV.9 Biaya Overhead Pabrik Tetap......................................................
55
Tabel IV.10 Biaya Overhead Pabrik Variabel Tahu Merah ............................
55
Tabel IV.11 Biaya Overhead Pabrik Variabel Tahu Puih.................................
56
Tabel IV.12 Harga Pokok Produksi ................................................................
56
Tabel IV.13 Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Untuk Tahu
Putih ............................................................................................
58
Tabel IV.14 Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Untuk Tahu
Merah ..........................................................................................
60
Tabel IV.15 Harga Pokok Produksi Dengan Metode Variable Costing Untuk Tahu
Putih ............................................................................................
61
Tabel IV.16 Harga Pokok Produksi Dengan Metode Variable Costing Untuk Tahu
Merah ...........................................................................................
ABSTRAKSI
63
11
EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA
PEMBUATAN TAHU FAJAR DI JUMANTONO
Wiwin Wahyuningsih
F1304326
Harga pokok produksi merupakan keseluruhan biaya produksi yang
terserap ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan perusahaan. Secara umum
biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya produksi lainnya (biaya overhead pabrik). Untuk
pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi yang
dihasilkan perusahaan. Ada dua macam metode pengumpulan biaya produksi
yaitu metode harga pokok proses (process costing) dan metode harga pokok
pesanan ( job order costing). Sedangkan penentuan harga pokok produksi ada dua
yaitu metode full costing atau absorption costing dan varible costing atau disebut
direct costing atau marginal costing. Ketepatan penentuan harga pokok produksi
menjadi hal yang penting bagi perusahaan, karena ketepatan penentuan harga
pokok produksi mempengaruhi ketepatan harga jual yang diinformasikan.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang memfokuskan pada
evaluasi harga pokok produk pada tahu perpotongnya. Penelitian ini dilakukan
dengan dua pendekatan metode penentuan harga pokok produksi yaitu (1) metode
full costing yaitu metode yang memperlakukan semua biaya produksi sebagai
harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel
atau tetap, (2) metode variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-ubah
sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Perumusan masalah
adalah (1) biaya overhead pabrik apa saja yang belum dihitung?, (2) berapa harga
pokok produksi dengan pendekatan full costing dan variable costing pada
pembuatan tahu Fajar di Jumantono?
Hasil evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa (1) biaya overhead
pabrik yang belum dihitung adalah biaya overhead pabrik tetap yaitu biaya
penyusutan mesin dan biaya penyusutan gedung, dan (2) harga pokok produksi
dengan metode full costing adalah untuk tahu putih Rp 8.032,00 per blabak/
papan, sedang untuk tahu merah Rp 11.115,40 per blabak/ papan. Harga pokok
produksi dengan metode variable costing adalah untuk tahu putih Rp 7.600,56 per
blabak/ papan, sedang untuk tahu merah Rp 10.683,95 per blabak/ papan.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa belum semua biaya overhead
pabrik yang dihitung oleh perusahaan dan penghitungan harga pokok produksi
antara tahu putih dan tahu merah tidak dipisahkan.
Kata kunci: harga pokok produksi, full costing, variable costing.
ABSTRACT
12
EVALUATION OF DETERMINING PRODUCTION COST PRICE IN
MAKING
“TAHU FAJAR “ IN JUMANTONO
Wiwin Wahyuningsih
F 1304326
Cost price of production is a total cost of production which insisted in
every unit of production that are produced by company. In general cost of
production is divided into three elements, they are material cost, labor cost, and
production cost. Collecting cost of production is determined by characteristic of
production process which is produced by company. There are two kinds of cost
production collecting, namely process costing method and job order costing
method. While there are two kinds of methods in determining of production cost,
they are full costing method or absorption costing method and variable costing
method or called direct costing method. The accuracy of determining production
cost becomes important thing for the company will influence selling price which
is informed.
This research uses case study of method which focus on cost price of
production evaluation of every piece of “Tahu”. It was performed by two kinds
of approach methods in determining cost price of production, namely; (1) Full
Costing of Method. A Method which initiate all of production costs as cost price
without consider whether the cost is variable cost or fixed cost, (2) Variable
costing method. Only cost of production which is not fix, according to the output.
It becomes a cost price. The problem formulating are, firstly What other overhead
cost of the fabric which haven’t been accounted? and secondly, How much is the
cost price of production which use full costing and variable costing method of
approaches in making “Tahu Fajar” process in Jumantono?
The evaluation results which is performed shows that (1) overhead cost of
the fabric which has been calculated are fix overhead cost of the fabric and
building depreciation cost, and (2) Cost price of production with full costing
method is for white “Tahu” Rp 8.032,00 for a medium plank, for red “Tahu” Rp
11.115,40 every plank. Cost price of production with variable costing method is
Rp 7.600,56 for a medium plank, while for red “Tahu” is Rp 10.683,95 every a
plank.
The conclusion of the research is that not all of overhead cost of the fabric
which is calculated by company and the calculation of cost price of red and white
“Tahu” is not separated.
Note: “Tahu” is traditional food in Indonesia which is made of peas.
Keyword: cost of good manufactured, full costing, variable costing.
BAB I
13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia bisnis, persaingan antar perusahaan merupakan hal yang
wajar. Setiap perusahaan berusaha menawarkan produk mereka dengan
keunggulan masing-masing. Selain bersaing dalam hal kualitas, mereka juga
bersaing dalam masalah harga, karena hanya produk dengan kualitas terbaik
dan harga paling murah, yang paling diminati dan dicari oleh konsumen.
Sebelum perusahaan menentukan harga jual suatu produk, perusahaan
terlebih dahulu harus menghitung harga pokok produksinya. Hal ini
mengingat bahwa harga jual ditentukan dengan menjumlah harga pokok
produksi per unit dengan tingkat laba yang diinginkan perusahaan sehingga
tanpa adanya penentuan harga pokok produksi per unit perusahaan akan
mengalami kesulitan di dalam menentukan harga jual produk yang dihasilkan.
Dalam beberapa hal, keberhasilan bisnis tergantung pada informasi penentuan
harga pokok produksi antara lain (Wahyuningsih, 2004):
1. Biaya satuan produk merupakan elemen penting dalam penentuan harga
jual yang wajar bagi sebuah produk. Meskipun biaya satuan produk
bukanlah satu-satunya informasi yang dipakai untuk menentukan suatu
harga. Apabila biaya-biaya produk tidak tertutupi oleh harganya, maka
perusahaan tidak akan memperoleh laba.
2. Informasi penentuan biaya pokok produk sering menjadi dasar dalam
memperkirakan biaya-biaya yang akan datang yang biasanya dituangkan
14
dalam sebuah anggaran, dimana anggaran tersebut digunakan sebagai alat
perencanaan dalam pemakaian sumber-sumber daya yang efektif.
3. Pengendalian kegiatan dan biaya juga difasilitasi oleh informasi biaya
produk. Apabila biaya operasi terlalu tinggi dan harus dipangkas, maka
biaya produk dapat dipecah ke dalam beberapa bagian, guna menentukan
biaya-biaya yang dapat ditekan.
Harga pokok produksi merupakan keseluruhan biaya produksi yang
terserap ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan perusahaan. Secara
umum biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi lainnya (Biaya Overhead
Pabrik). Untuk pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik
proses
produksi
yang
dihasilkan
perusahaan.
Karakteristik
kegiatan
perusahaan menggunakan metode pengumpulan biaya produksi. Ada dua
macam metode pengumpulan biaya produksi yaitu: metode harga pokok
proses dan metode harga pokok pesanan.
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Penentuan harga pokok
produksi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode full costing
dan variable costing. Full costing memperlakukan semua biaya produksi
sebagai harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya
tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode ini terdiri
dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik tetap
dan variabel. Variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-ubah
15
sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Umumnya
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
variabel.
Ketepatan penentuan harga pokok produksi dipengaruhi oleh ketepatan di
dalam pengakumulasian dan penghitungan biaya produksi yang meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya baprik lainnya (biaya
overhead pabrik). Biaya bahan baku diakumulasikan dan diperhitungkan
dengan menghitung jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi dengan harga bahan baku yang bersangkutan. Biaya tenaga
kerja diakumulasikan dan diperhitungkan dengan menghitung jumlah tenaga
kerja pada bagian produksi dengan jumlah waktu yang digunakan untuk
mengerjakan produk serta tarif upah yang digunakan. Biaya overhead pabrik
ditentukan dengan menggunakan sebuah tarif yang ditentukan di muka dan
didasarkan pada dasar penentuan tarif tertentu.
Industri ini merupakan usaha kecil yang bergerak dalam bidang pembuatan
tahu. Industri ini harus mampu menentukan harga jual secara tepat. Agar
ukuran tahu dan harga jual yang ditentukan tepat, maka industri ini harus
melakukan pengakumulasian dan penghitungan elemen biaya produksi baik
bahan baku, tenaga kerja, dan pembebanan biaya overhead pabrik dalam tiap
produksi yang secara tepat pula. Hal ini perlu dilakukan agar tidak mengalami
kerugian baik dari sisi persaingan maupun kemungkinan kerugian karena
harga jual yang ditetapkan tidak mampu menutupi biaya produksinya.
Mengingat pentingnya peranan harga pokok produksi dalam kegiatan bisnis,
maka penentuan harga pokok produksi harus dilakukan secara cermat, karena
16
jika tidak, hal ini akan berpengaruh pada ukuran tahu, harga jual tahu dan
jumlah laba yang akan diperoleh. Penentuan harga pokok produksi di
perusahaan ini masih tradisional. Perusahaan ini hanya menghitung biayabiaya yang membutuhkan pengeluaran uang kas seperti biaya listrik, biaya
bahan bakar, dan merang. Untuk biaya-biaya lainnya tidak dihitung sehingga
berpengaruh pada harga pokok produksi. Dalam penentuan harga pokok
produksi yang dilakukan industri tersebut, tidak semua biaya overhead pabrik
dibebankan pada harga pokok produksi yang dikerjakan dan penentuan/
penghitungan harga pokok produksi tidak dipisahkan antara tahu putih dan
tahu merah sehingga akan berpengaruh pada biaya produksi, ukuran tahu dan
harga jual yang ditentukan perusahaan. Atas dasar hal itu, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “EVALUASI PENENTUAN HARGA
POKOK
PRODUKSI
PADA
PEMBUATAN
TAHU
FAJAR
DI
JUMANTONO”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan
menitikberatkan pada masalah utama yaitu:
1. Biaya Overhead Pabrik apa saja yang belum dihitung?
2. Berapa harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dan variable
costing pada pembuatan tahu Fajar di Jumantono?
17
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui besarnya biaya-biaya produksi yaitu: biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2. Untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi dengan full costing
dan variable costing pada pembuatan tahu Fajar di Jumantono.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik untuk perusahaan,
maupun penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak perusahaan, hasil analisis bermanfaat bagi perusahaan yang
diteliti sebagai bahan acuan untuk menghitung harga pokok produksi
dengan pendekatan full costing dan variable costing dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan harga jual.
2. Bagi pembaca, penelitian ini merupakan tambahan wawasan pengetahuan
dan acuan di dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya.
3. Bagi penulis, penulis dapat mengetahui cara untuk menghitung harga
pokok produksi yang tepat dan sarana untuk mengaplikasikan teori yang
telah didapat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2000: 8). Dalam arti sempit biaya dapat
diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva
(Mulyadi, 2000: 10).
Biaya adalah pengorbanan ekonomi yang dibuat untuk memperoleh barang
atau jasa. Biaya adalah aliran keluar pemakaian lain aktiva atau timbulnya
utang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan
kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan
informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan
yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
Fungsi utama akuntansi biaya adalah mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai biaya, baik biaya yang telah maupun yang akan terjadi. Informasi
yang dihasilkan berguna bagi manajemen sebagai alat kontrol atas kegiatan
yang telah dilakukan dan bermanfaat untuk membuat rencana di masa
mendatang (Soemarso, 2004: 8).
Akuntansi biaya membantu manajemen dalam masalah klasifikasi biaya,
yaitu proses pengelompokan biaya ke dalam kelompok tertentu menurut
18
19
persamaan yang ada untuk memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan manajemen.
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran terhadapnya (Mulyadi, 2000: 6). Obyek kegiatan
akuntansi biaya adalah biaya. Umumnya akuntansi biaya yang diterapkan
dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang
diterapkan pada perusahaan jasa. Salah satu tujuan akuntansi biaya adalah
untuk menentukan harga pokok produk. Dalam menghitung biaya produksi,
akuntansi biaya harus mengikuti proses pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi. Setiap tahap pengolahan bahan baku memerlukan pengorbanan
sumber ekonomi, sehingga akuntansi biaya digunakan untuk mencatat setiap
sumber ekonomi yang dikorbankan dalam setiap tahap pengolahan tersebut
untuk menghasilkan informasi biaya produksi yang dikonsumsi untuk
menghasilkan produk. Menurut Mulyadi (2000), akuntansi biaya mempunyai
tiga tujuan pokok adalah sebagai berikut ini:
1. Penentuan harga pokok produk
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi
biaya mencatat, menggolongkan, meringkas biaya-biaya pembuatan
produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan
adalah biaya yang terjadi di masa lalu atau historis.
2. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk.
20
Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi bertugas
untuk membantu apakah pengeluaran biaya sesungguhnya telah sesuai
dengan yang seharusnya tersebut.
3. Pengambilan keputusan khusus
Akuntansi untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya
masa yang akan datang (future cost). Untuk memenuhi kebutuhan
manajemen
dalam
mengembangkan
pengambilan
konsep
informasi
keputusan,
biaya
akuntansi
untuk
biaya
pengambilan
keputusan seperti: biaya kesempatan (oportunity cost), biaya hipotesis
(hypothetical cost), biaya tambahan (incremental cost), biaya
terhindarkan (avoidable cost), dan pendapatan yang hilang (forgone
revenue).
Sedangkan menurut Suwardjono (2003) mendefinisikan akuntansi biaya
yaitu bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi
keuangan
memfokuskan
pada
kegiatan
mengakumulasikan
informasi
keuangan historis sebagai dasar membuat laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan pihak eksternal maupun internal (Vanderbeck, 2005). Akuntansi
manajemen memfokuskan baik data keuangan maupun non keuangan, historis
maupun estimasi yang dibutuhkan manajemen untuk menjalankan operasional
perusahaan dan melakukan perencanaan jangka panjang (Suwardjono, 2003).
Tujuan klasifikasi biaya tersebut adalah sebagai berikut ini:
1. Perencanaan laba melalui penganggaran.
2. Pengawasan biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban.
3. Membantu dalam menetapkan harga jual dan kebijakan harga.
21
4. Penilaian laba tahunan atau berkala termasuk penilaian persediaan.
Beberapa prosedur biaya yang harus dirancang untuk menentukan harga
pokok per unit dan juga total produk. Ada beberapa keputusan penting dalam
pemasaran yang dapat dipengaruhi oleh informasi biaya per unit. Adapun
keputusan-keputusan penting tersebut adalah sebagai berikut ini (Van
Derbeck, 2005: 4):
1. Penentuan harga jual produk
Penghitungan biaya produksi pabrik per unit membantu dalam menetapkan
harga jual. Hal ini harusnya lebih tinggi untuk menutupi biaya produksi
barang, pembayaran biaya pemasaran dan administrasi, dan dalam
pemberian laba.
2. Mengatasi persaingan
Jika suatu produk dijual dengan harga yang lebih rendah oleh pesaing
maka rincian informasi biaya per unit dapat digunakan secara efektif untuk
menentukan masalah yang dapat diatasi dengan penurunan harga jual atau
eliminasi barang.
3. Penawaran
Dalam hal ini penting untuk penetapan harga dengan cara kontrak atau
tender. Suatu analisis biaya produksi per unit yang berhubungan dengan
proses produksi satu produk tertentu penting dalam menentukan harga
penawaran.
22
4. Penganalisaan keuntungan
Manajemen dapat menentukan jumlah laba dari masing-masing produk
dan
kemungkinan
untuk
mengeliminasi
produk
yang
kurang
menguntungkan dengan informasi biaya per unit.
Menurut Mulyadi (2000: 14) dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan
dengan berbagai cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar
tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam
akuntansi biaya dikenal konsep: ” different cost for different purposes”. Biaya
dapat digolongkan menurut:
1. Obyek pengeluaran.
Dengan cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran biaya merupakan
dasar penggolongan biaya.
2. Fungsi pokok perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh
karena itu dalam perusahaan manufaktur mengelompokkan biaya menjadi
dua yaitu:
a. Biaya produksi, dibagi menjadi tiga kategori yaitu biaya bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
b. Biaya non produksi, yaitu:
1) Biaya penjualan dan marketing, termasuk semua biaya yang
diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh
produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya
23
marketing meliputi pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam
rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan,
biaya gudang produk jadi.
2) Biaya administrasi meliputi biaya eksekutif, organisasional, dan
klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi.
Contohnya adalah kompensasi eksekutif, akuntansi umum,
sekretariat, public relation, dan biaya sejenis yang terkait dengan
administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu:
a. Biaya langsung adalah biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri ke
objek biaya yang bersangkutan. Biaya langsung adalah biaya yang
terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada obyek atau
pusat biaya tertentu. Contohnya adalah biaya bahan langsung, biaya
tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan
mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Biaya tidak langsung adalah
biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan
pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya
dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya. Contohnya adalah
biaya overhead pabrik, gaji manajer.
24
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu:
a. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara
proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas. Aktivitas tersebut
dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit yang
diproduksi, unit yang dijual, kilometer, jumlah bed yang digunakan,
jam kerja, dan sebagainya. Contohnya adalah biaya bahan langsung,
biaya listrik, telepon dan air, biaya bahan bakar. Biaya variabel
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar
volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel,
semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah total
biaya variabel.
2) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.
b. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa
terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Tidak seperti biaya variabel, biaya
tetap
tidak
dipengaruhi
oleh
perubahan
aktivitas.
Sebagai
konsekuensinya, pada saat level aktivitas naik atau turun, total biaya
25
tetap konstan kecuali jika dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari
luar seperti perubahan harga. Contohnya adalah biaya tenaga kerja,
biaya penyusutan mesin. Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan
tertentu.
2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding
terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi
volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah
volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
c. Biaya semivariabel (mixed cost)
Biaya semivariabel adalah biaya yang terdiri dari elemen biaya
variabel maupun biaya tetap. Contohnya adalah biaya pengadaan jasa
X-ray untuk pasien. Biaya semivariabel memiliki karakteristik sebagai
barikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan
volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding.
Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total,
semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi
perubahannya tidak sebanding.
2) Pada biaya semivariabel, biaya satuan akan berubah terbalik
dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya
tidak sebanding sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu.
26
Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan,
semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
5. Jangka waktu manfaatnya.
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.
a.
Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah pengeluaran yang
akan dapat memberikan manfaat (benefit) pada beberapa periode
akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat
pada periode akuntansi yang akan datang. Pengeluaran modal adalah
biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam
tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi,
diamortisasi atau dideplesi (Mulyadi, 2000: 14).
b.
Pengeluaran penghasilan (revenue expenditures) adalah pengeluaran
yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi
dimana pengeluaran terjadi. Pengeluaran pendapatan adalah biaya
yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan
ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan
yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut (Mulyadi, 2000: 14).
27
B. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi (cost of good manufactured) adalah semua biaya
yang untuk membuat satu unit barang jadi yang meliputi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik (Hanggana, 2008).
Manfaat mengetahui harga pokok produksi adalah:
1.
Untuk menghitung nilai persediaan barang jadi.
2.
Untuk menghitung harga pokok penjualan.
3.
Untuk dasar menentukan harga jual.
4.
Untuk menentukan penawaran harga jual suatu kontrak penjualan.
5.
Untuk memenangkan persaingan di pasar.
Menurut Mulyadi (2000: 10) harga pokok merupakan pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, selain itu harga pokok juga
digunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam
pengolahan bahan baku menjadi produk. Namun karena pembuatan produk
tersebut bertujuan mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi
aktiva lain (persediaan produk jadi), maka pengorbanan bahan baku tersebut,
yang berupa biaya bahan baku, akan membentuk harga pokok produksi.
Setiap perusahaan yang dilakukan penghitungan harga pokok produk
mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Adapun tujuan dari penghitungan
harga pokok produk adalah:
1.
Untuk memberikan bantuan guna mendekati harga yang dapat dicapai.
2.
Untuk menilai harga-harga yang dapat dicapai atau ditawarkan dari
pendirian ekonomi perusahaan itu sendiri.
3.
Untuk menilai penghematan dari proses produksi.
28
4.
Untuk menilai barang yang masih dikerjakan.
5.
Untuk penetapan yang terus-menerus dan anlisis dari hasil perusahaan.
C. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
1. Metode harga pokok pesanan (job order costing)
a. Pengertian
Sistem job order costing digunakan untuk perusahaan yang
memproduksi bermacam produk selama periode tertentu. Sebagai
contoh, perusahaan pakaian levi strauss membuat pakaian jin untuk
pria dan wanita. Dalam sistem job order costing, biaya ditelusuri dan
dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut
dibagi
dengan
jumlah
unit
yang
dihasilkan
untuk
menghasilkan harga rata-rata per unit.
b. Karakteristik job order costing menurut Mulyadi (2000) adalah:
1) Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk
sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu
dihitung harga pokoknya secara individual.
2) Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan pokok:
biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung.
3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tak langsung
disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,
29
sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga
pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
5) Harga pokok per unit produk dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk
yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
2. Metode harga pokok proses (process costing)
a. Pengertian
Sistem
process
costing
digunakan
dalam
perusahaan
yang
memproduksi satu jenis produk dalam jumlah besar dalam jangka
panjang. Contohnya adalah produksi kertas. Prinsip dasar dari process
costing adalah mengakumulasikan biaya dari operasi atau departemen
tertentu selama satu periode penuh (bulanan, kuartalan, dan tahunan)
dan kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi
selama periode tersebut.
b. Karakteristik process costing menurut Subiyanto (1998) adalah:
1) Produk diolah secara massal dalam jumlah yang cukup besar dan
sesuai dengan kapasitas produksi mesin-mesin yang ada.
2) Sifat produk yang diolah menunjukkan keseragaman antara produk
yang
satu
dengan
yang
lainnya.
Tingkat
kesamaannya
membutuhkan presisi yang tinggi sehingga sulit dibedakan antara
produk yang satu dengan lainnya.
3) Produk diolah secara terus-menerus (continuous), sehingga antara
periode yang satu dengan periode yang lain tidak dibatasi oleh
30
jarak waktu tertentu (time lag). Tiadanya jarak waktu tersebut
disebabkan penghentian suatu proses produksi yang ditujukan
hanya untuk menghitung harga pokok produk menjadi tidak
ekonomis, justru menimbulkan kerugian yang cukup berarti bagi
perusahaan.
4) Laporan harga pokok produksi disusun atau dihitung secara
periodik. Antara periode yang satu dengan yang lainnya harus
ditetapkan batasan waktu tertentu (cut off).
5) Tujuan produksi tidak dimaksudkan untuk memenuhi permintaan
khusus dari pelanggan tertentu. Produksinya dilaksanakan untuk
mengisi gudang dengan mengingat permintaan pasar yang sudah
diperkirakan terlebih dahulu untuk jangka waktu tertentu.
Mengingat proses produksi tidak boleh dihentikan pada setiap saat
(setup
costnya
sangat
mahal)
maka
manajemen
harus
menganggarkan jumlah yang harus diproduksi dalam jumlah waktu
tertentu.
D. Perbandingan Job Order Costing dan Process Costing
1. Persamaan job order costing dan process costing
Persamaan antara job order costing dan process costing adalah tujuan
utama dari kedua sistem tersebut adalah pembebanan biaya bahan baku,
tenaga kerja dan overhead pabrik ke produk dan memberikan mekanisme
penghitungan biaya per unit. Kedua sistem menggunakan rekening yang
31
sama termasuk overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi (Garisson, 2000: 161).
2. Perbedaan job order costing dan process costing
a. Pengumpulan biaya
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya
produksi per departemen produksi per periode akuntansi (biasanya
akhir bulan).
b. Perhitungan harga pokok produk per satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok per satuan
produksi yang dihasilkan dengan cara membagi total biaya yang
dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini
dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga
pokok proses menghitung harga pokok per satuan dengan cara
membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode
bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi
(biasanya akhir bulan).
c. Klasifikasi biaya produksi
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung.
Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasarkan biaya
yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tak langsung
32
dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Di dalam metode harga pokok proses, pembebanan biaya produksi
langsung dan biaya produksi tak langsung sering tidak diperlukan,
terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk.
Karena harga pokok per satuan produk dihitung setiap akhir bulan,
maka umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas
dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
d. Elemen yang digolongkan dalam biaya overhead pabrik
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri
dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya
produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Di dalam metode harga
pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya bahan penolong serta biaya-biaya tenaga
kerja (baik yang langsung maupun tidak langsung). Dalam metode ini
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang
sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.
Perbedaan job order costing dan process costing menurut Garrison (2000:
161) adalah sebagai berikut:
Job Order Costing
Process Costing
1. Beberapa pekerjan yang berbeda 1. Hanya ada satu jenis produk
dikerjakan dalam satu periode.
yang
Masing-masing
kontinyu dan dalam jangka
pekerjaan
diproduksi
secara
33
memiliki
spesifikasi
masing-
masing.
panjang. Seluruh unit bersifat
identik.
2. Biaya dikumpulkan untuk setiap 2. Biaya
pekerjaan.
diakumulasikan
per
departemen.
3. Kartu biaya adalah dokumen 3. Laporan produksi departemen
sumber yang digunakan untuk
menjadi dokumen sumber yang
mengendalikan
menunjukkan
pengumpulan
biaya suatu pekerjaan.
dan
disposisi
pengumpulan
biaya
per
departemen.
4. Biaya per unit dihitung untuk 4. Biaya per unit dihitung per
setiap
pekerjaan
berdasarkan
kartu biaya.
departemen
laporan
berdasarkan
produksi
per
departemen.
E. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi
produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya
produksi dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur yaitu: biaya bahan baku
(direct material), biaya tenaga kerja langsung (direct labor) dan biaya
overhead pabrik (factory overhead).
1. Biaya bahan baku
Bahan mentah menurut Hanggana (2008: 47) adalah sesuatu benda
berwujud yang memiliki nilai yang digunakan untuk membuat barang jadi.
Sedangkan menurut Garrison (2000: 47) mendefinisikan bahan langsung
34
adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi dan
dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. Bahan baku
merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi
(Mulyadi, 2005).
2. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung menurut Vanderbeck (2005) adalah upah
yang
dibayarkan
kepada
pekerja
yang
secara
langsung
dapat
diidentifikasikan ke suatu job / barang jadi. Tenaga kerja langsung adalah
tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi
barang jadi, biaya ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan
kepada produk tertentu. Dalam metode harga pokok proses umumnya
tidak dipisahkan atau dibedakan antara tenaga kerja langsung dengan
tenaga kerja tidak langsung. Apabila produk diolah menjadi satu tahapan
pengolahan maka semua biaya tenaga kerja pabrik digolongkan sebagai
biaya tenaga kerja. Apabila produk diolah melalui beberapa tahapan atau
departemen, semua biaya tenaga kerja pada departemen produksi
digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan tenaga kerja
departemen pembantu dimasukkan sebagai biaya overhead pabrik.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan ke dalam:
a. Biaya bahan penolong, biaya bahan penolong adalah biaya yang tidak
menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian
35
produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan harga pokok
produk tersebut.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung
terdiri atas upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja tidak langsung.
c. Reparasi dan pemeliharaan, berupa biaya suku cadang, biaya bahan
habis pakai, dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan bangunan pabrik, mesin-mesin,
equipment, dan aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk keperluan
pabrik.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
Biaya ini terdiri dari biaya-biaya depresiasi emplasement pabrik,
bangunan pabrik, mesin, equipment, alat kerja, dan aktiva tetap lain
yang digunakan di pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, antara lain biaya
asuransi gedung dan emplasement, asuransi mesin, equipment,
asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan amortisasi
kerugian trial-run.
f. Biaya
overhead
lain-lain
yang
secara
langsung
memerlukan
pengeluaran uang tunai, antara lain adalah biaya listrik dan air, biaya
telepon dan sebagainya.
Apabila perusahaan memiliki departemen pembantu di dalam pabrik
semua biaya departemen pembantu merupakan elemen biaya overhead
pabrik. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek dan
36
tidak dapat diidentifikasi pada produk jadi, maka pengumpulan biaya
overhead pabrik baru dapat dilaksanakan pada akhir periode.
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap:
a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Dalam
menyusun
anggaran
biaya
overhead
pabrik
harus
memperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai
dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas
yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead
pabrik:
1) Kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen
untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh hanya berhenti
selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas
teoritis dikurangi kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat
dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
2) Kapasitas
normal
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.
3) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas
sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun
yang akan datang.
b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
Setelah
menyusun anggaran
biaya
overhead pabrik, langkah
selanjutnya adalah memilih dasar untuk membebankan biaya overhead
pabrik kepada produk. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai
37
untuk pengumpulan biaya overhead pabrik kepada produk (Mulyadi,
2000: 17), antara lain:
1) Satuan produk
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan langsung
membebankan biaya overhead pabrik kepada produk.
2) Biaya bahan baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai
bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya
overhead pabrik kepada produk adalah biaya bahan baku yang
dipakai.
3) Biaya tenaga kerja langsung
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung,
maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead
pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung.
4) Jam tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu untuk membuat
produk, maka dasar yang digunakan untuk membebankan adalah
jam tenaga kerja langsung.
5) Jam mesin
Apabila
biaya
penggunaan
overhead
mesin,
pabrik
maka
bervariasi
dasar
membebankannya adalah jam mesin.
yang
dengan
waktu
dipakai
untuk
38
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik setelah tingkat kapasitas yang
akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya
overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih
dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya
overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut:
tarif BOP=
BOP yang dianggarkan
taksiran dasar pembebanan
´ 100%
Dalam pemilihan dan penentuan dasar pembebanan biaya overhead pabrik
harus dilakukan dengan tepat. Karena ketepatan penentuan dasar tarif
biaya overhead pabrik menentukan ketepatan harga pokok produksi.
Dalam memilih dasar pembebanan yang akan dipakai, tujuan utamanya
adalah untuk membebankan biaya overhead pabrik dengan dalil dan teliti,
untuk itu harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1) Penyebab fluktuasi pembebanan biaya overhead pabrik
Apabila perubahan biaya overhead pabrik misalnya banyak
dipengaruhi jam mesin dapat digunakan dasar jam mesin, tetapi
bila perubahan banyak dipengaruhi bahan baku dapat digunakan
dasar biaya bahan baku.
2) Kebebasan dari dasar yang dipakai
Apabila digunakan dasar pembebanan atas dasar persentase
tertentu dari biaya, atau nilai jual, kenaikan harga biaya atau harga
jual yang dipakai dasar berakibat biaya overhead pabrik yang
dibebankan menjadi bertambah, meskipun harga biaya overhead
pabrik yang dibebankan tidak bertambah, hal ini menunjukkan
39
kebebasan dasar yang dipakai terhadap harga yang tidak
berhubungan.
3) Memadai untuk mengendalikan
Dasar yang dipakai hendaknya memadai untuk dipakai sebagai
dasar pengendalian biaya overhead pabrik, oleh karena itu dasar
yang dipakai harus menggambarkan tingkat variabilitas.
4) Mudah dan praktis untuk dipakai
Apabila terhadap dua atau lebih dasar pembebanan yang memenuhi
faktor-faktor tersebut diatas, dasar yang dipilih adalah yang mudah
dan praktis dipakai.
F. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga pokok
produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan penentuan
harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption costing atau
disebut juga full costing dan variable costing atau juga sering disebut direct
costing atau marginal costing (Garrison, 2000: 302). Dua pendekatan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Absorption Costing (Full Costing)
Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga
pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel
atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode absorption costing terdiri
dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap dan
40
variabel. Karena absorption costing meliputi seluruh biaya produksi
sebagai harga pokok, metode ini juga disebut metode full costing.
2. Variable Costing
Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang
berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga
pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik variabel. Variable costing juga sering disebut direct
costing atau marginal costing.
G. Perbedaan Metode Full Costing dan Variable Costing
1. Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produk
a. Metode Full Costing
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang
diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas
normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Metode
ini menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead
pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel,
masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persedian)
sebelum persediaan tersebut dijual.
Absorption costing (full costing)
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
41
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Total biaya produksi variabel
xxx
Biaya overhead tetap
+
xxx
+
Harga produk per unit
xxx
b. Metode Variable Costing
Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap
diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai elemen harga
pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan
sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya
overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak melekat
pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung
dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Variable costing
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Harga produk per unit
+
xxx
2. Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Laba Rugi
Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable costing
adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan laba
rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing
menitikberatkan pada penyajian elemen-elemen biaya menurut hubungan
42
biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Sedangkan
metode variable costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai
dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan.
3. Perbandingan dampak metode absorption costing (full costing) dan
variable costing terhadap laba ( Hansen, 2000: 164 )
Hubungan
produksi
penjualan
antara Dampak
dan persediaan
terhadap Hubungan antara laba
dengan metode full
costing dan variable
costing
Produksi = penjualan Tidak ada perubahan Laba bersih full costing
persediaan
= laba bersih variable
costing
Produksi > penjualan Persediaan meningkat Laba bersih full costing
> laba bersih variable
costing
Produksi < penjualan Persediaan menurun
Laba bersih full costing
< laba bersih variable
costing
a. Pada saat produksi dan penjualan sama, laba bersih yang dihasilkan
sama tanpa dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Dengan
menggunakan full costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap
dibebankan ke unit produk sebagai bagian dari harga pokok penjualan.
Oleh karenanya dengan metode manapun, jika produksi sama dengan
penjualan (tidak ada perubahan dalam persediaan), seluruh biaya
overhead pabrik tetap yang terjadi pada tahun tersebut akan
dimasukkan dalam laporan laba rugi sebagai beban, sehingga laba
bersih dengan kedua metode tersebut hasilnya sama.
b. Pada saat produksi melebihi penjualan, laba bersih yang dilaporkan
dengan menggunakan full costing biasanya lebih tinggi daripada laba
43
bersih yang dilaporkan dengan menggunakan variable costing. Hal ini
terjadi karena dengan menggunakan full costing, sebagian biaya
overhead pabrik tetap pada periode tersebut ditangguhkan dalam
persediaan. Dengan menggunakan variable costing, seluruh biaya
overhead pabrik tetap akan dibebankan langsung sebagai pengurang
pendapatan pada periode tersebut.
c. Pada saat produksi lebih rendah daripada penjualan, laba bersih yang
dilaporkan dengan metode full costing lebih rendah daripada laba
bersih yang dilaporkan dengan menggunakan metode variable costing.
Hal ini terjadi karena ada persediaan yang diterima dari tahun
sebelumnya dan biaya overhead pabrik tetap yang sebelumnya
ditangguhkan dalam persediaan berdasarkan metode full costing
dikeluarkan dan ditandingkan dengan pendapatan.
d. Setelah beberapa periode, laba bersih yang dilaporkan dengan
menggunakan metode full costing dan variable costing akan cenderung
sama. Alasannya adalah bahwa dalam jangka panjang, penjualan tidak
mungkin melebihi produksi ataupun produksi melebihi penjualan.
Dalam jangka pendek, laba rugi akan cenderung berbeda.
H. Manfaat Informasi yang Dihasilkan oleh Metode Full Costing dan
Variable Costing
1. Dalam perencanaan laba jangka pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya
44
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka
pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh
manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode
variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang menyajikan
informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat
memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.
2. Dalam pengendalian biaya
Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh
full costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan
dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya
produksi sehingga manajemen kehilangan perhatian terhadap period costs
(biaya overhead pabrik tetap) tertentu yang dapat dikendalikan. Di dalam
variable costing, period costs yang terdiri biaya yang berperilaku tetap
dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan rugi-laba sebagai
pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap ini dapat dikelompokkan
ke dalam dua golongan: discretionary fixed costs dan committed fixed
costs. Discretionary fixed costs merupakan biaya yang berperilaku tetap
karena
kebijakan
manajemen
sehingga
dapat
dikendalikan
oleh
manajemen. Contohnya biaya iklan. Committed fixed costs merupakan
biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok.
Biaya ini merupakan semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat
dikurangi
guna
mempertahankan
kemampuan
perusahaan
dalam
45
memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan. Dalam jangka pendek
committed fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.
Contohnya biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti.
Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam
laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh
informasi discretionary fixed costs terpisah dari committed fixed costs,
sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dapat dilakukan
oleh manajemen.
3. Dalam pengambilan keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek
yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs
tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga
jual jangka pendek. Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok
antara full costing dan variable costing adalah terletak pada konsep
penutupan biaya (concept of cost recovery). Menurut metode full costing,
harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap
didalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut
telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih
baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama
sekali.
46
Kelemahan-kelemahan metode variable costing adalah sebagai berikut
(Mulyadi, 2000: 407):
1. Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit
dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau
benar-benar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai suatu biaya variabel
jika asumsi berikut ini dipenuhi:
a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah. Misalkan konsumsi solar
untuk diesel listrik tergantung pada kegiatan pabrik, maka biaya solar
adalah biaya variabel dengan asumsi harga belinya tidak berubah,
karena apabila berubah harganya, maka biaya bahan bakar tersebut
tidak lagi berubah sebanding dengan perubahan kegiatan produksi.
b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah.
c. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi.
Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi dua kelompok:
a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji
manajer produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer akuntansi.
b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya biaya
depresiasi dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka panjang.
2. Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak
dan
masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full costing.
3. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan
perubahan-perubahan dalam penjualan. Untuk perusahaan yang kegiatan
usahanya bersifat musiman, variable costing akan menyajikan kerugian
47
yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam
periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal.
4. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan
dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih
rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk
tujuan-tujuan analisis keuangan.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa studi kasus yaitu melakukan suatu
pendekatan yang mengambil suatu obyek penelitian untuk dicermati secara
intensif dan mendalam sehingga diperoleh gambaran lengkap mengenai
obyek penelitian dan permasalahan yang berkaitan dengan obyek tersebut.
B.
Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah pembuatan tahu Fajar dengan alamat Desa
Petak Kelurahan Blorong Kecamatan Jumantono Karanganyar.
C.
Jenis dan Sumber Data
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber,
dalam hal ini adalah pemilik industri.
D.
Metode Pengumpulan Data
1.
Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dan
informasi dari karyawan yang bersangkutan..
2.
Metode observasi adalah penelitian langsung, mengawasi sendiri
obyek yang akan diteliti sehingga peneliti dapat melihat sendiri secara
langsung keadaan lingkungan kerja yang diteliti.
48
49
E.
Metode Analisis Data
Metode
permasalahan
analisis
data
menggunakan
yang
analisis
digunakan
deskriptif,
untuk
menganalisis
yaitu
mengevaluasi
penentuan harga pokok produksi dengan pendekatan absorption costing (full
costing) dan variable costing (Mulyadi, 2000: 18-21).
1. Absorption Costing (Full Costing)
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel
maupun tetap. Dengan demikian perhitungan harga pokok produksi
menurut metode full costing adalah:
Absorption costing (full costing)
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Total biaya produksi variabel
xxx
Biaya overhead tetap
+
xxx
+
Harga produk per unit
xxx
2. Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel
ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
50
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan
demikian perhitungan harga pokok produk dengan metode variable
costing adalah:
Variable costing
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Harga produk per unit
xxx
+
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pembuatan tahu Fajar merupakan industri rumahan atau usaha kecil
menengah (UKM) yang bergerak dalam usaha pembuatan tahu. Usaha ini
merupakan usaha keluarga yang didirikan pada tanggal 19 Mei 2002 oleh
Bapak Wijarwanto, SH. Usaha ini terletak di Desa Petak Kelurahan Blorong,
Kecamatan Jumantono, Karanganyar. Walaupun usaha ini tergolong usaha
kecil tetapi keuntungan yang didapat cukup bagus dan prospek ke depan juga
sangat baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
1. Faktor Historis
Secara historis lokasi pembuatan tahu Fajar berada di pinggiran kota
Jumantono sehingga tidak mengganggu kenyamanan kehidupan kota
dan tidak menimbulkan limbah pada lingkungan sekitar.
2. Faktor Ekonomis
Bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan untuk memproduksi
tahu cukup mudah dalam memperolehnya terutama masalah air.
Tujuan didirikan usaha ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal bagi usaha ini.
2. Untuk menampung tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.
3. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan Tahu yang merupakan
kebutuhan pokok yang mengandung protein yang tinggi.
51
52
4. Menciptakan lapangan kerja baru.
B. KEGIATAN USAHA
1. Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh usaha pembuatan tahu Fajar adalah tahu
putih, tahu merah dan tahu kempong.
2. Bahan baku dan bahan penolong
Dalam proses produksi usaha ini menggunakan bahan baku kacang kedelai
putih. Sedangkan bahan penolongnya adalah minyak goreng.
3. Proses produksi
Proses produksi pembuatan tahu tersebut adalah
a. Perendaman kedelai
Kedelai yang sudah ditimbang kemudian direndam selama 30 menit
agar mudah dalam penggilingannya.
b. Penggilingan
Kedelai yang sudah direndam kemudian digiling yang dicampur
dengan air dengan mesin penggiling sesuai dengan ukurannya.
c. Pemasakan
Kedelai yang sudah digiling kemudian dimasak sampai matang.
d. Penyaringan
Kedelai yang sudah dimasak lalu disaring untuk diambil patinya.
Patinya ini nanti yang akan dibuat tahu. Sedangkan ampasnya bisa
dibuat tempe gembus.
53
e. Pencetakan
Pati kedelai kemudian dicetak dalam blabak atau papan yang
berukuran 50 cm x 50 cm yang menggunakan kain tipis kemudian
dipres agar menjadi padat dan airnya keluar.
C. PEMASARAN
Pemasaran merupakan salah satu fungsi dari kegiatan-kegiatan pokok
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
dalam
melakukan
usahanya
mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan
keuntungan.
Dalam memasarkan hasil produksinya usaha pembuatan tahu Fajar
memiliki daerah-daerah yang ditunjuk dan dipandang memiliki pangsa pasar
yang baik untuk menjual produk Tahunya. Daerah pemasaran hasil
produksinya adalah sebagai berikut ini:
1. Pasar Tiris
2. Pasar Kakum
3. Pasar Dadapan
4. Pasar Ngrombo
D. PEMBAHASAN
1. Penghitungan Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah kedelai putih. Penggunaan jenis bahan
baku harus mengutamakan kualitas untuk produknya, jadi bahan baku
54
yang dipilih harus kacang kedelai putih yang memiliki pati yang bagus
biasanya kedelai lokal yang memiliki pati banyak.
Penghitungan biaya bahan baku pada pembuatan tahu Fajar di
Jumantono ditentukan dengan cara mengalikan jumlah bahan baku yang
dipakai dengan harga pokok bahan. Adapun penghitungan biaya bahan
baku yang terjadi pada bulan Desember 2008 dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
55
Tabel IV.1
Biaya Bahan Baku selama Bulan Desember 2008
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
Kuantitas
(kg)
114
50
100
100
100
100
50
102
100
100
100
50
100
100
100
100
50
100
108
126
100
62
100
100
100
103
63
100
100
100
100
2.878
Harga/
kg (Rp)
6.200
6.200
6.000
6.000
6.000
6.000
5.800
5.800
5.800
5.800
5.800
5.800
5.800
5.600
5.600
5.600
5.600
5.600
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
5.500
Jumlah
(Rp)
706.800
310.000
600.000
600.000
600.000
600.000
290.000
591.600
580.000
580.000
580.000
290.000
580.000
560.000
560.000
560.000
280.000
560.000
594.000
693.000
550.000
341.000
550.000
550.000
550.000
566.500
346.500
550.000
550.000
550.000
550.000
16.369.400
Hasilnya (blabak/
papan)
Tahu
Tahu
merah
putih
50
45
22
23
45
45
45
45
45
45
45
45
25
20
52
40
45
45
45
45
45
45
25
20
45
45
45
45
45
45
45
45
25
20
45
45
50
47
63
50
45
45
30
26
45
45
45
45
45
45
47
45
33
24
45
45
45
45
45
45
45
45
1.322
1.260
56
2. Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pada pembuatan tahu Fajar di Jumantono tenaga kerja langsung yang
terlibat dalam proses produksi adalah tenaga kerja harian. Tenaga kerja
harian berjumlah 5 orang. Penghitungan tenaga kerja langsung ditentukan
dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja dengan jumlah hari mereka
bekerja serta tarif upah yang telah ditetapkan. Penghitungan biaya tenaga
kerja langsung selama bulan Desember 2008 dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
57
Tabel IV.2
Biaya Tenaga Kerja Penggiling selama Bulan Desember 2008
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
Gaji pokok
Karyawan Gaji
Jumlah
(Rp)
(Rp)
3 20.000
60.000
1 20.000
20.000
2 20.000
40.000
3 20.000
60.000
3 20.000
60.000
3 20.000
60.000
1 20.000
20.000
3 20.000
60.000
3 20.000
60.000
3 20.000
60.000
3 20.000
60.000
1 20.000
20.000
3 20.000
60.000
2 20.000
40.000
2 20.000
40.000
2 20.000
40.000
1 20.000
20.000
3 20.000
60.000
2 20.000
40.000
2 20.000
40.000
3 20.000
60.000
1 20.000
20.000
2 20.000
40.000
2 20.000
40.000
3 20.000
60.000
3 20.000
60.000
1 20.000
20.000
2 20.000
40.000
1 20.000
20.000
2 20.000
40.000
3 20.000
60.000
1.380.000
58
Tabel IV.3
Biaya Tenaga Kerja Penggoreng selama Bulan Desember 2008
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
Karyawan
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
Gaji pokok
Gaji (Rp)
Jumlah (Rp)
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
40.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
40.000
20.000
40.000
1.020.000
3. Penghitungan Biaya Overhead Pabrik
Pada pembuatan tahu Fajar di Jumantono membebankan biaya overhead
ke dalam dua bagian yaitu biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead
pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap terdiri dari biaya penyusutan
59
gedung, penyusutan mesin, biaya listrik, dan tambahan gaji TKL (uang
makan + rokok). Sedang biaya overhead pabrik variabel terdiri dari biaya
bahan penolong (minyak goreng), dan biaya produksi langsung keluar kas
(biaya bahan bakar, merang).
Biaya Overhead pabrik dikelompokkan menjadi 5 yaitu (Hanggana, 2008:
57-60):
a. Biaya bahan pembantu
Biaya bahan pembantu adalah bahan yang menempel menjadi satu
dengan barang jadi dan mempunyai nilai relatif rendah dibanding nilai
bahan yang lain dalam pembuatan suatu barang jadi. Biaya bahan
pembantu dalam pembuatan tahu adalah minyak goreng. Penghitungan
minyak goreng dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
60
Tabel IV. 4
Biaya Bahan Pembantu selama Bulan Desember 2008
Tanggal
Minyak goreng
Kuantitas
(kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
19
8,5
17
17
17
17
8,5
17
17
17
17
8,5
17
17
17
17
8,5
17
18
21
17
10
17
17
17
17
10,5
17
17
17
17
Harga/
(Rp)
kg Jumlah
(Rp)
7.000
113.000
7.000
59.500
7.000
119.000
7.000
119.000
6.800
115.600
6.800
115.600
6.800
57.800
6.800
115.600
6.800
115.600
6.800
115.600
6.800
115.600
6.500
55.250
6.500
93.500
6.500
93.500
6.500
93.500
6.500
93.500
6.500
55.250
6.500
93.500
6.250
112.500
6.250
131.250
6.250
106.250
6.250
62.500
6.250
106.250
6.250
106.250
6.250
106.250
6.250
106.250
6.100
64.050
6.100
103.700
6.100
103.700
6.100
103.700
6.100
103.700
3.056.250
61
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah semua upah yang dibayarkan
kepada karyawan bagian produksi yang mempunyai pekerjaan (fungsi)
tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
c. Tambahan gaji tenaga kerja langsung
Tambahan gaji tenaga kerja langsung selain gaji pokok yang dihitung
dengan tarif per jam kerja dan tarif per unit hasil produksi,
diperlakukan sebagai
biaya overhead pabrik. Tambahan
gaji
pembuatan tahu adalah uang makan dan rokok. Penghitungan
tambahan gaji TKL dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
62
Table IV. 5
Tambahan Gaji TKL selama Bulan Desember 2008
Tanggal Karyawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
5
2
4
5
5
5
2
5
5
5
5
2
5
3
3
4
2
5
4
3
5
2
4
4
5
5
2
3
2
4
5
Makan @ Rokok
Rp 6000,00 (Rp)
30.000
12.000
24.000
30.000
30.000
30.000
12.000
30.000
30.000
30.000
30.000
12.000
30.000
18.000
18.000
24.000
12.000
30.000
24.000
18.000
30.000
12.000
24.000
24.000
30.000
30.000
12.000
18.000
12.000
24.000
30.000
720.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
4.000
124.000
Jumlah
(Rp)
34.000
16.000
28.000
34.000
34.000
34.000
16.000
34.000
34.000
34.000
34.000
16.000
34.000
22.000
22.000
28.000
16.000
34.000
28.000
22.000
34.000
16.000
28.000
28.000
34.000
34.000
16.000
22.000
16.000
28.000
34.000
844.000
d. Biaya produksi karena berlalunya waktu
Biaya produksi karena berlalunya waktu dalam pembuatan tahu adalah
biaya penyusutan mesin dan penyusutan gedung. Metode penyusutan
63
yang dipergunakan adalah metode garis lurus. Penyusutan mesin
termasuk penyusutan kelompok I bukan bangunan dengan masa
manfaat 4 tahun atau dengan tarif 25%. Sedang gedung termasuk
penyusutan kelompok bangunan, permanent dengan masa manfaat 20
tahun atau dengan tarif 5%. Penghitungan biaya penyusutan adalah
sebagai berikut (Mardiasmo, 2003: 128):
Penyusutan mesin per bulan adalah sebagai berikut:
1/12 X 25% X Rp 2000.000,00 = Rp 41.700,00
Penyusutan gedung per bulan adalah sebagai berikut:
1/12 X 5% X Rp 26.000.000,00 = Rp 108.333,00
dibulatkan Rp 108.300,00.
e. Biaya produksi yang langsung membutuhkan pengeluaran kas
Biaya produksi yang langsung membutuhkan pengeluaran uang kas/
tunai dalam pembuatan tahu adalah merang, bahan bakar solar dan
biaya listrik.
64
Tabel IV. 6
Biaya Merang selama Bulan Desember 2008
Merang
Tanggal
Kuantitas
(sak)
Harga/
sak (Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
23
10
20
20
20
20
10
20
20
20
20
10
20
20
20
20
10
20
21
25
20
12
20
20
20
21
12
20
20
20
20
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
Jumlah (Rp)
46.000
20.000
40.000
40.000
40.000
40.000
20.000
40.000
40.000
40.000
40.000
20.000
40.000
40.000
40.000
40.000
20.000
40.000
42.000
50.000
40.000
24.000
40.000
40.000
40.000
42.000
24.000
40.000
40.000
40.000
40.000
1.148.000
65
Tabel IV. 7
Biaya Bahan Bakar selama Bulan Desember 2008
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
Bahan Bakar Solar
Kuantitas (liter) Harga/ liter
(Rp)
6
5.500
2,5
5.500
5
5.500
5
5.500
5
5.500
5
5.500
2,5
5.500
5
5.500
5
5.500
5
5.500
5
5.500
2,5
5.500
5
5.500
5
5.500
5
4.800
5
4.800
2,5
4.800
5
4.800
5,5
4.800
6
4.800
5
4.800
3
4.800
5
4.800
5
4.800
5
4.800
5
4.800
3
4.800
5
4.800
5
4.800
5
4.800
5
4.800
Jumlah
(Rp)
33.000
13.750
27.500
27.500
27.500
27.500
13.750
27.500
27.500
27.500
27.500
13.750
27.500
27.500
24.000
24.000
12.000
24.000
26.400
22.800
24.000
14.400
24.000
24.000
24.000
24.000
14.400
24.000
24.000
24.000
24.000
727.250
66
Minyak goreng
Uang makan + rokok
Depresiasi mesin
Depresiasi gedung
Biaya listrik
Merang
Biaya bahan bakar solar
BOP Variabel
√
BOP tetap
√
√
√
√
√
√
Penghitungan biaya overhead pabrik selama bulan Desember 2008
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel IV. 8
Laporan BOP Bulan Desember 2008
No
Jenis BOP
1
Bahan pembantu: minyak goreng
2
BTKTL
3
Tambahan gaji TKL: uang makan
Nilai (Rp)
3.056.250
0
dan
844.000
rokok
4
5
Biaya produksi karena berlalunya waktu:
-
penyusutan mesin
41.700
-
penyusutan gedung
108.300
Biaya produksi langsung keluar kas:
-
merang
1.148.000
-
biaya bahan bakar
727.250
-
biaya listrik
120.000
Total BOP
6.045.500
67
Tabel IV.9
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Proses Pembuatan Tahu Bulan Desember Tahun 2008
Jenis biaya
Total biaya (Rp)
Biaya produksi karena berlalunya waktu:
- penyusutan mesin
41.700
- penyusutan gedung
108.300
Biaya produksi langsung keluar kas:
- biaya listrik
120.000
Tambahan gaji TKL: uang makan + rokok
Total biaya overhead tetap
844.000
1.114.000
Sumber: data primer yang diolah
Tabel IV.9 di atas menunjukkan bahwa total biaya overhead pabrik tetap
pada pembuatan tahu Fajar di Jumantono selama bulan Desember 2008
adalah Rp 1.114.000,00.
Tabel IV.10
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Proses Pembuatan Tahu Merah Bulan Desember Tahun 2008
Jenis biaya
Biaya bahan pembantu:
- Minyak goreng
Total biaya (Rp)
3.056.250
Biaya produksi langsung keluar kas:
- Biaya bahan bakar solar
- Merang
Total biaya overhead pabrik variabel
727.250
1.148.000
4.931.500
Sumber: data primer yang diolah
Tabel IV.10 di atas menunjukkan bahwa total biaya overhead pabrik variabel
tahu merah selama bulan Desember tahun 2008 adalah Rp 4.931.500,00.
68
Tabel IV.11
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Proses Pembuatan Tahu Putih Bulan Desember Tahun 2008
Jenis biaya
Total biaya (Rp)
Biaya produksi langsung keluar kas:
- biaya bahan bakar solar
727.250
- merang
1.148.000
Total biaya overhead pabrik variabel
1.875.250
Sumber: data primer yang diolah
Tabel IV. 11 di atas menunjukkan bahwa total biaya overhead pabrik
variabel tahu putih selama bulan Desember tahun 2008 adalah Rp
1.875.250,00.
4. Penghitungan Harga Pokok Produksi
§
Penghitungan harga pokok produksi menurut perusahaan
Tabel IV.12
Harga Pokok Produksi
Untuk Bulan yang Berakhir 31 Desember 2008
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Rp 16.369.400,00
3.244.000,00
Biaya overhead pabrik variabel
- minyak goreng
3.056.250,00
- merang
1.148.000,00
- biaya bahan bakar solar
727.250,00
- biaya listrik
120.000,00
Jumlah biaya produksi
Rp 24.664.900,00
Hasil produksi ( blabak )
2.582 blabak
Harga pokok produksi per blabak
Rp 9.552,63
69
Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya produksi tahu merah
pembuatan tahu Fajar di Jumantono selama bulan Desember 2008
adalah Rp 24.664.900,00 dengan jumlah tahu yang dihasilkan adalah
2.582 blabak/ papan. Biaya produksi tahu per blabak/ papan adalah Rp
9.552,63 merupakan pembagian dari total biaya produksi dengan
jumlah tahu yang dihasilkan.
Penghitungan biaya produksi per unitnya adalah:
- Harga jual Rp 40,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 289 potong (17x17). Biaya produksi per
potong adalah Rp 9.552,63 : 289 potong adalah Rp 33,05.
- Harga jual Rp 75,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 144 potong (12x12). Biaya produksi per
potong adalah Rp 9.552,63 : 144 potong adalah Rp 66,34.
- Harga jual Rp 100,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 121 potong (11x11). Biaya produksi per
potong adalah Rp 9.552,63 : 121 potong adalah Rp 78,95.
- Harga jual Rp 150,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 81 potong (9x9). Biaya produksi per
potong adalah Rp 9.552,63 : 81 potong adalah Rp 117,93.
- Harga jual Rp 200,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 64 potong (8x8). Biaya produksi per
potong adalah Rp 9.552,63 : 64 potong adalah Rp 149,26.
70
- Harga jual Rp 250,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 49 potong (7x7). Biaya produksi per
potong adalah Rp 9.552,63 : 49 potong adalah Rp 194,95.
§
Penghitungan harga pokok produksi menurut penulis
a. Metode Full Costing
Setelah unsur-unsur biaya produksi dihitung baik biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang tetap
maupun variabel, maka harga pokok produksi pembuatan tahu pada
pabrik Fajar di Jumantono dapat ditentukan dalam data tabel berikut
ini.
Tabel IV.13
Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing untuk Tahu Putih
Untuk Bulan yang Berakhir 31 Desember 2008
Biaya bahan baku
Rp
16.369.400,00
Biaya tenaga kerja penggiling
1.380.000,00
Biaya overhead pabrik variabel
1.875.250,00
Biaya overhead pabrik tetap
1.114.000,00
Jumlah biaya produksi
Rp
Hasil produksi ( blabak )
Harga pokok produksi per blabak
20.738.650,00
2.582 blabak
Rp
8.032,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya produksi tahu putih
pembuatan tahu Fajar di Jumantono selama bulan Desember 2008 adalah
Rp 20.738.650,00 dengan jumlah tahu yang dihasilkan adalah 2.582
blabak/papan. Biaya produksi tahu per blabak/papan adalah Rp 8.032,00
71
merupakan pembagian dari total biaya produksi dengan jumlah tahu yang
dihasilkan.
Penghitungan biaya produksi per unit adalah:
- Harga jual Rp 40,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 289 potong (17x17). Biaya produksi per
potong adalah Rp 8.032,00 : 289 potong adalah Rp 27,79.
- Harga jual Rp 75,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 144 potong (12x12). Biaya produksi per
potong adalah Rp 8.032,00 : 144 potong adalah Rp 55,78.
- Harga jual Rp 100,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 121 potong (11x11). Biaya produksi per
potong adalah Rp 8.032,00 : 121 potong adalah Rp 66,38.
- Harga jual Rp 150,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 81 potong (9x9). Biaya produksi per potong
adalah Rp 8.032,00 : 81 potong adalah Rp 99,16.
- Harga jual Rp 200,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 64 potong (8x8). Biaya produksi per potong
adalah Rp 8.032,00 : 64 potong adalah Rp 125,50.
- Harga jual Rp 250,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 49 potong (7x7). Biaya produksi per potong
adalah Rp 8.032,00 : 49 potong adalah Rp 163,92.
72
Tabel IV.14
Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing untuk Tahu Merah
Untuk Bulan yang Berakhir 31 Desember 2008
Harga pokok produksi tahu putih (Rp 8.032,00
X 1322 blabak)
Rp 10.618.304,00
Biaya Tenaga Kerja Penggoreng
Rp
1.020.000,00
- Bahan pembantu: minyak goreng
Rp
3.056.250,00
Jumlah biaya produksi
Rp 14.694.554,00
BOP variabel:
Hasil produksi ( blabak )
Harga pokok produksi per blabak
1.322 blabak
Rp
11.115,40
Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya produksi tahu merah
pembuatan tahu Fajar di Jumantono selama bulan Desember 2008 adalah
Rp 14.694.554,00 dengan jumlah tahu yang dihasilkan adalah 1.322
blabak/papan. Biaya produksi tahu per blabak/papan adalah Rp 11.115,40
merupakan pembagian dari total biaya produksi dengan jumlah tahu yang
dihasilkan.
Penghitungan biaya produksi per unitnya adalah:
- Harga jual Rp 40,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 289 potong (17x17). Biaya produksi per
potong adalah Rp 11.115,40 : 289 potong adalah Rp 38,46.
- Harga jual Rp 75,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 144 potong (12x12). Biaya produksi per
potong adalah Rp 11.115,40 : 144 potong adalah Rp 77,19.
73
- Harga jual Rp 100,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 121 potong (11x11). Biaya produksi per
potong adalah Rp 11.115,40 : 121 potong adalah Rp 91,86.
- Harga jual Rp 150,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 81 potong (9x9). Biaya produksi per potong
adalah Rp 11.115,40 : 81 potong adalah Rp 137,23.
- Harga jual Rp 200,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 64 potong (8x8). Biaya produksi per potong
adalah Rp 11.115,40 : 64 potong adalah Rp 173,68.
- Harga jual Rp 250,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 49 potong (7x7). Biaya produksi per potong
adalah Rp 11.115,40 : 49 potong adalah Rp 226,84.
b. Metode Variable Costing
Tabel IV.15
Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing untuk Tahu Putih
Untuk Bulan yang Berakhir 31 Desember 2008
Biaya bahan baku
Rp 16.369.400,00
Biaya tenaga kerja Penggoreng
Rp 1.380.000,00
Biaya overhead pabrik variabel
Rp 1.875.250,00
Jumlah biaya produksi
Rp 19.624.650,00
Hasil produksi ( blabak )
Harga pokok produksi per blabak
2.582 blabak
Rp
7.600,56
Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya produksi tahu putih
pembuatan tahu Fajar di Jumantono selama bulan Desember 2008
74
adalah Rp 19.624.650,00 dengan jumlah tahu yang dihasilkan adalah
2.582 blabak/papan. Biaya produksi tahu per blabak/papan adalah Rp
7.600,56 merupakan pembagian dari total biaya produksi dengan
jumlah tahu yang dihasilkan.
Penghitungan biaya produksi per unit adalah:
- Harga jual Rp 40,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 289 potong (17x17). Biaya produksi per
potong adalah Rp 7.600,56 : 289 potong adalah Rp 26,30.
- Harga jual Rp 75,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 144 potong (12x12). Biaya produksi per
potong adalah Rp 7.600,56 : 144 potong adalah Rp 52,78.
- Harga jual Rp 100,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 121 potong (11x11). Biaya produksi per
potong adalah Rp 7.600,56 : 121 potong adalah Rp 62,81.
- Rp 150,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 81 potong (9x9). Biaya produksi per
potong adalah Rp 7.600,56 : 81 potong adalah Rp 93,83.
- Rp 200,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 64 potong (8x8). Biaya produksi per
potong adalah Rp 7.600,56 : 64 potong adalah Rp 118,75.
- Rp 250,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 49 potong (7x7). Biaya produksi per
potong adalah Rp 7.600,56 : 49 potong adalah Rp 155,11.
75
Tabel IV.16
Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing
untuk Tahu Merah
Untuk Bulan yang Berakhir 31 Desember 2008
Harga pokok produksi tahu putih ( Rp 7.600,56
X 1322 blabak)
Rp 10.047.940,32
Biaya Tenaga Kerja Penggoreng
Rp 1.020.000,00
BOP variabel:
- Bahan pembantu: minyak goreng
Rp 3.056.250,00
Harga pokok produksi
Rp 14.124.190,32
Hasil produksi (blabak)
Harga pokok produksi per blabak
1.322 blabak
Rp
10.683,95
Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya produksi tahu merah
pembuatan tahu Fajar di Jumantono selama bulan Desember 2008
adalah Rp14.124.190,32 dengan jumlah tahu yang dihasilkan adalah
1.322 blabak/papan. Biaya produksi tahu per blabak/papan adalah Rp
10.683,95 merupakan pembagian dari total biaya produksi dengan
jumlah tahu yang dihasilkan.
Penghitungan biaya produksi per unitnya adalah:
- Harga jual Rp 40,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 289 potong (17x17). Biaya produksi per
potong adalah Rp 10.683,95 : 289 potong adalah Rp 36,97.
- Harga jual Rp 75,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 144 potong (12x12). Biaya produksi per
potong adalah Rp 10.683,95 : 144 potong adalah Rp 74,19.
76
- Harga jual 100,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 121 potong (11x11). Biaya produksi per
potong adalah Rp 10.683,95 : 121 potong adalah Rp 88,30.
- Harga jual Rp 150,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 81 potong (9x9). Biaya produksi per
potong adalah Rp 10.683,95 : 81 potong adalah Rp 131,90.
- Harga jual Rp 200,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 64 potong (8x8). Biaya produksi per
potong adalah Rp 10.683,95 : 64 potong adalah Rp 166,94.
- Harga jual Rp 250,00
Untuk 1 blabak/ papan ada 49 potong (7x7). Biaya produksi per
potong adalah Rp 10.683,95 : 49 potong adalah Rp 218,04.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan terhadap penentuan biaya produksi pada
pembuatan tahu Fajar dengan menggunakan metode full costing/ absorption
costing dan variable costing. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Biaya overhead pabrik yang belum dihitung adalah biaya overhead
pabrik tetap yaitu biaya penyusutan gedung dan biaya penyusutan
mesin.
2. Penghitungan biaya overhead pabrik antara tahu putih dan tahu merah
tidak dipisahkan.
3. Harga pokok produk tahu per potong adalah
- Harga Pokok Produk menurut Perusahaan
Harga jual
Harga pokok produk
per potong
Harga jual Rp 40,00
Rp 33,05
Harga jual Rp 75,00
Rp 66,34
Harga jual Rp 100,00
Rp 78,95
Harga jual Rp 150,00
Rp 117,93
Harga jual Rp 200,00
Rp 149,26
Harga jual Rp 250,00
Rp 194,95
77
78
- Harga Pokok Produk menurut Penulis
a. Full Costing
Harga jual
Harga pokok produk per potong
Tahu putih
Tahu merah
Harga jual Rp 40,00
Rp 27,79
Rp 38,16
Harga jual Rp 75,00
Rp 55,78
Rp 77,19
Harga jual Rp 100,00
Rp 66,38
Rp 91,86
Harga jual Rp 150,00
Rp 99,16
Rp 137,23
Harga jual Rp 200,00
Rp 125,50
Rp 173,68
Harga jual Rp 250,00
Rp 163,92
Rp 226,84
b. Variable Costing
Harga jual
Harga pokok produk per potong
Tahu putih
Tahu merah
Harga jual Rp 40,00
Rp 26,30
Rp 36,97
Harga jual Rp 75,00
Rp 52,78
Rp 74,19
Harga jual Rp 100,00
Rp 62,81
Rp 88,30
Harga jual Rp 150,00
Rp 93,83
Rp 131,90
Harga jual Rp 200,00
Rp 118,75
Rp 166,94
Harga jual Rp 250,00
Rp 155,11
Rp 218,04
79
B. SARAN
Sesuai dengan kesimpulan tersebut, penulis ingin memberikan saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan atau sebagai bahan pertimbangan
dalam masalah yang berhubungan dengan materi yang penulis bahas. Adapun
saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pemilik usaha selaku penentu harga jual sebaiknya memilih metode
yang tepat sehingga penetapan biaya dapat dilakukan secara tepat agar
penentuan harga pokok produksi dapat dihitung seminimal mungkin
sehingga harga yang dibebankan kepada konsumen tidak terlalu tinggi.
2. Dengan penentuan harga jual yang tepat dan kompetitif yang dapat
dijangkau oleh masyarakat atau konsumen maka akan meningkatkan
jumlah penjualan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Garrison, Ray H and Eric W. Noreen. 2000. Akuntansi Manajerial. Terjemahan A.
Totok Budisantoso, SE., Akt. Jakarta: Salemba Empat.
Hanggana, Sri, 2008. Modul Akuntansi Biaya. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Surakarta.
Hansen, Don R and Maryanne M. Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen jilid 2.
Alih Bahasa Ancekka A. Hermawan, Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta: ANDI.
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya, Edisi 10. Yogyakarta: Aditya Media.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5, Cetakan ke-7. Unit Penerbit dan
Percetakan YKPN, Yogyakarta.
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5 Revisi. Jakarta: Salemba
Empat.
Subiyanto, Ibnu. 1998. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok Produk dengan
Metode Proses. Yogyakarta: STIE YKPN.
Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar Bagian I, Edisi ke-3, Cetakan ke-2.
Yogyakarta: BPFE.
Van Derbeck, Edward J. 2005. Principles of Cost Accounting, Edisi 13. SouthWestern Publishing. Cincinnati, Ohio, USA.
Wahyuningsih, Nanik Dwi. 2004. Evaluasi Terhadap Pengenaan Harga Jual Air
Di PDAM Klaten. Skripsi S1. Program Sarjana. Universitas Sebelas
Maret. Tidak Dipublikasikan.
Download