distro - Bank Indonesia

advertisement
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional
memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki
kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,
misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya
keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku
UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk
komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi
tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi
perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan
informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan
usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan
untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas
(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola
pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan
konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan
lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah
dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)
yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses
melalui internet di alamat www.bi.go.id.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan
BANK INDONESIA
i
buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan
bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku
ini dapat menghubungi:
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Biro Pengembangan UMKM
Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat
Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794
Fax. (021) 351.8951
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.
Jakarta, Desember 2008
ii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN DISTRO
No.
Uraian
Besaran Parameter
1 Jenis usaha
2 Dana yang diperlukan
Investasi
Modal kerja
Total
3 Sumber dana
a Porsi pendanaan
Investasi harta tetap
Pinjaman bank
Modal Sendiri
Total
Modal kerja
Pinjaman bank
Modal Sendiri
Total
b Pendanaan
Investasi harta tetap
Pinjaman bank
Modal Sendiri
Total
Modal kerja
Pinjaman bank
Modal Sendiri
Total
c Jangka waktu pinjaman (tahun)
d Tingkat bunga pinjaman
Kredit investasi
Kredit modal kerja
4 Penjualan
a Produk
- T-shirt
- Kemeja
- Jaket
- Blazer
b Harga jual
- T-shirt
- Kemeja
- Jaket
- Blazer
c Nilai penjualan
- T-shirt
- Kemeja
- Jaket
- Blazer
Total
5
a
b
c
d
e
Kelayakan usaha
NPV
IRR
Payback period
BC Ratio
Penilaian
Break even sales
6 Breakeven
Sales
- Rerata penjualan (Rp)
- Rerata penjualan per hari (Rp)
- % terhadap penjualan
7
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Analisis sensitivitas
Kenaikkan investasi barang modal
Margin di atas biaya produksi
Diskon Pembelian Tunai
Diskon konsinyasi
Harga Kain (Rp/Kg)
Biaya Gaji
Biaya Administrasi
Biaya pemasaran per bulan (Rp)
Tingkat Bunga Pinjaman
Distro
Maklon
Makloon
178.000.000
93.240.000
271.240.000
Maklon
Makloon
Produksi Sendiri
189.835.000
112.558.915
302.393.915
70,0%
30,0%
100,0%
Produksi Sendiri
70,0%
30,0%
100,0%
70,0%
30,0%
100,0%
70,0%
30,0%
100,0%
Makloon
Maklon
124.600.000
53.400.000
178.000.000
Produksi Sendiri
132.884.500
56.950.500
189.835.000
65.268.000
27.972.000
93.240.000
3
65.268.000
27.972.000
93.240.000
3
16,0%
16,0%
16,0%
16,0%
Maklon
Makloon
Produksi Sendiri
(Unit)
13.550
(Unit)
3.120
1.872
1.872
1.872
(Rp/Unit)
70.000
90.000
150.000
150.000
(Rp)
218.400.000
168.480.000
280.800.000
280.800.000
948.480.000
Maklon
Makloon
(Rp/Unit)
70.000
(Rp)
948.480.000
948.480.000
121.135.602
31,7%
3,52
1,45
Layak
Produksi Sendiri
523.356.275
71,7%
1,66
2,69
Layak
Maklon
Makloon
776.030.214
2.155.639
81,8%
Produksi Sendiri
592.206.400
1.645.018
62,4%
Maklon
Makloon
Produksi Sendiri
365,5%
-3,8%
42,7%
78,4%
116.866
41,0%
165,7%
20.495.281
78,7%
89,5%
90,9%
9,9%
18,2%
12,2%
73,3%
8.586.525
34,1%
BANK INDONESIA
iii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….…...
RINGKASAN …………………………………………………………………...
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL ………………………………………………........................
DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR PHOTO ……………………...................
i
iii
iv
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………....................
1
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1
Profil Usaha ……………………………………..................
2.2
Pola Pembiayaan …….………………………....................
5
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1
Aspek Pasar ……………………………………..................
3.1.1 Permintaan ……………………………….................
3.1.2 Penawaran ………………………………..................
3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar …................
3.2
Aspek Pemasaran ……………………………....................
3.2.1 Produk ……………………………………….............
3.2.2 Harga Jual ..…………………...................................
3.2.3 Sistem Distribusi ………………………....................
3.2.4 Promosi ……………………….................................
3.2.5 Kendala Pemasaran ………………………...............
13
13
14
15
17
17
17
18
19
20
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.1
Lokasi Usaha …………………………………....................
4.2
Fasilitas Produksi dan Peralatan ………………..................
4.3
Bahan Baku ……………………………………..................
21
21
26
BAB III
BAB IV
iv
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Hal
4.4
4.5.
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
BAB V
BAB VI
Proses Produksi …………………………………..................
Lay-out Ruangan Produksi …………………………….........
Kebutuhan Bahan Pembantu ............................................
Bahan Pembungkus .................…......................................
Biaya Perawatan .................…...........................................
Kapasitas Produksi .................…........................................
Pengawasan Kualitas .................…....................................
Limbah .................….........................................................
Kendala Produksi .................…..........................................
26
27
28
29
29
30
31
32
32
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
5.1
Jumlah Karyawan ………………........................................
5.2
Penggajian ………………..................................................
5.3
Pelatihan …………………………….........……...................
5.4
Biaya-biaya Perizinan …….................................................
35
36
39
40
ASPEK KEUANGAN
6.1
Pemilihan Pola Usaha …………………………....................
6.2
Asumsi-asumsi Perhitungan ……………….........................
6.3
Biaya Investasi Barang Modal dan Modal Kerja ..................
6.3.1 Biaya Investasi Harta Tetap .......................................
6.3.2 Biaya Produksi, Biaya Operasional dan Modal Kerja
Awal ........................................................................
6.3.3 Pendanaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja.....
6.4
Produksi dan Penjualan ……………………........................
6.5
Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Sales ……....................
6.6
Proyeksi Arus Kas Operasional ...........................................
6.7
Perhitungan Kelayakan Usaha ………………......................
6.8
Analisis Sensitivitas ............................................................
BANK INDONESIA
41
42
45
45
47
48
50
51
52
53
53
v
Hal
BAB VII
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN
7.1
Aspek Ekonomi dan Sosial ………………........................
7.2
Aspek Dampak Lingkungan …………………...................
59
60
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan ………………...............................................
8.2
Saran ………………........................................................
61
63
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….........................
66
MENU DAN CARA MENGOPERASIKAN PROGRAM SIMULASI BISNIS
(USAHA DISTRO) ………………………………………………......................
95
BAB VIII
vi
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
3.1. Jumlah Penduduk Indonesia Usia 15-34 Tahun……………..........………
4.1. Kebutuhan Barang Modal (Kapasitas Produksi 6 lusin T-shirt perhari)....
4.2. Kebutuhan Bahan Baku Untuk Membuat 2 lusin T-shirt..........................
4.3. Bahan-Bahan Pembantu Proses Sablon...................................................
5.1. Jumlah Karyawan Distro Bandung..........................................................
5.2 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Makloon)................
5.3 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Produksi Sendiri)......
5.4. Perkiraan Jumlah Karyawan Bagian Produksi..........................................
5.5. Biaya-biaya Perizinan.............................................................................
6.1. Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan................................................
6.2. Biaya Pendirian dan Biaya Harta Tetap Usaha Distro...............................
6.3. Modal Kerja Awal..................................................................................
6.4. Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Makloon).....
6.5. Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Produksi
Sendiri)..................................................................................................
6.6. Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Makloon)........................
6.7. Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Produksi Sendiri)...........
6.8. Produksi dan Penjualan Distro Per Tahun................................................
6.9. Perbandingan Kelayakan Distro Sistem Makloon dan Produksi Sendiri.......
6.10.Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem
Makloon)..............................................................................................
6.11.Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem
Produksi Sendiri)....................................................................................
BANK INDONESIA
17
22
26
29
36
38
38
39
40
44
46
48
49
49
49
50
51
54
56
57
vii
DAFTAR FOTO
Foto
III.1
IV.1 IV.2
IV.3
IV.4
IV.5
IV.6
Hal
Contoh Display Sebuah Distro……………………..................................
Ruang Potong……………………………………………..........................
Pola......................................................................................................
Mesin Jahit............................................................................................
Mesin Obras..........................................................................................
Bahan yang sudah disablon dan siap dijahit...........................................
Sebagian Gudang..................................................................................
19
23
23
24
24
25
25
DAFTAR GAMBAR
Gambar
IV.1. Layout Ruangan Produksi......................................................................
IV.2. Skema Pengawasan Kualitas Produk......................................................
V.1. Bagan Organisasi Distro Bandung..........................................................
viii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Hal
30
32
37
BAB I
PENDAHULUAN
Distro atau distribution store merupakan toko distribusi yang menjual berbagai
produk. Jadi, peranannya adalah sebagai distributor. Sedangkan clothing adalah
produsen yang memproduksi sendiri semua produk mereka dengan label sendiri pula.
Sebuah clothing bisa memiliki toko sendiri atau hanya sekedar menitipkan produk
mereka ke distro. Produk suatu clothing bermacam-macam terutama berhubungan
dengan kehidupan anak muda pada umumnya seperti kaos, kemeja, jaket, sandal, tas,
sepatu, bahkan produk elektronik seperti kaset, compact disk (CD), jam tangan digital
dan lain-lain. Dalam perkembangannya, terminologi distro mencakup pengertian
sebagai distributor dan clothing karena distro merupakan tempat menjual produkproduk clothing.
Distro berbeda dari butik dan factory oultlet (FO) di mana butik hanya menjual
barang-barang yang ada di butik itu sendiri dan tidak ada di tempat lain dengan
harga yang mahal. FO dan toko-toko pengecer lainnya tidak membuat produk, tetapi
hanya sebagai tempat menjual atau penyalur produk yang dibuat oleh pabrik lain.
Sedangkan distro selain membuat dan menjual produk sendiri dalam jumlah terbatas
juga memasarkan produknya melalui penyalur lain dan menerima produk distro lain
(konsinyasi). Perkembangan distro sangat erat kaitannya dengan kreatifitas anak muda
dalam mendesain produk untuk komunitas anak muda itu sendiri. Distro tidak bisa
lepas dari kreatifitas dan komunitas, sehingga mereka rajin membuat desain produk
baru dan melakukan kegiatan promosi yang berhubungan dengan komunitasnya,
seperti mensponsori pertunjukan, pentas musik, perlombaan, bazar dan lain-lain.
Pada mulanya distro tumbuh dan berkembang di kalangan pelaku musik indie.
Distro ini dimaksudkan sebagai tempat menjual semua produk dari band indie, mulai
dari kaset, CD dan merchandise dari band tersebut seperti pin, stiker dan kaos. Distro
sudah ada sejak tahun 1993, tetapi baru berkembang penuh pada tahun 1998. Pada
BANK INDONESIA
1
PENDAHULUAN
mulanya, distro lahir karena keinginan anak muda untuk membangun identitas dan
kebebasan dalam mengekspresikan dirinya, tetapi dalam kondisi yang serba terbatas.
Perkembangan tersebut didorong pula oleh krisis keuangan yang melanda Indonesia
sehingga anak muda tidak mampu lagi membeli barang impor sebagai penanda
identitas. Kemudian mereka menciptakan sendiri perlengkapan komunitasnya dengan
modal yang relatif terbatas. Pada mulanya produk-produk tersebut diciptakan bukan
untuk tujuan bisnis, tetapi untuk identitas diri (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro
mengutamakan nilai keunikan yang ada pada produk-produk yang dijualnya, sehingga
produk yang dijual diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas (non masal).
Di Indonesia distro bermula dari Bandung, kemudian berkembang lebih jauh
menjadi distributor bagi produk clothing lokal dan menjadi sebuah industri kreatif
yang bukan lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Menurut Kepala Bagian Perekonomian
Kota Bandung Ema Sumarna, ada tiga dari 14 item industri kreatif yang menjadi
unggulan Kota Bandung, yakni clothing, kuliner dan craft. Industri tersebut mampu
menyerap 650.000 tenaga kerja (Sindo, 23 April 2008). Sementara 400 distro yang
ada di kota Bandung menyerap sekitar 300.000 tenaga kerja (Fikri C. Satari, Ketua
KICK, Sinar Harapan, 9 Agustus 2008).
Distro menjual produk-produk dalam jumlah terbatas dengan desain dan motive
yang berbeda dari produk-produk yang sudah ada, sehingga memenuhi keinginan
pemakai untuk tampil beda dibandingkan dengan orang lain. Dalam segmen pasar
anak muda semangat untuk tampil beda cukup menonjol. Selera anak muda yang
beragam dan ingin tampil lain dari yang lain menyuburkan bermunculan berbagai
desain pakaian dan asesoriesnya. Hal ini juga didorong oleh kreatifitas dari anak muda
itu sendiri untuk menciptakan kebutuhan yang sesuai dengan selera mereka. Distro
juga menyediakan kebutuhan produk-produk yang unik untuk komunitasnya, bahkan
tidak dapat diperoleh di toko-toko lain seperti asesories untuk komunitas penggemar
motor tua, sepeda BMX, skateboard, penggemar musik rock, hip-hop, break dance,
penggemar musik punk, musik indie, penggemar film dan lain-lain.
2
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Ide produk dapat lahir dari ketertarikan akan satu model, gaya hidup (life style),
dan hobby yang sama sehingga membentuk suatu komunitas. Kemudian mereka
mulai memproduksi barang atau musik rilisan mereka sendiri yang dilengkapi dengan
segala macam pernak-pernik dari mulai kaset, merchandise band, T-shirt, topi dan
sebagainya. Kebutuhan yang spesifik semacam inilah yang mendorong komunitasnya
datang ke distro mencari barang yang tidak terdapat di toko, shopping mall atau
departement store.
Produk-produk yang dijual distro sangat beragam, baik yang diciptakan sendiri
maupun produk impor. Perkembangan distro juga didukung oleh ketersediaan bahan
baku yang banyak dan mudah didapat, tekonologi produksi dan media komunikasi
yang semakin canggih, teknologi rekaman yang memungkinkan band-band baru
merekam musik mereka dengan menggunakan komputer, sehingga tidak lagi
harus bersandar pada produser tertentu. Saat ini, industri musik di Bandung sudah
bisa diproduksi di studio-studio kecil, rumah, maupun di kamar kos. Selain itu,
perkembangan di bidang teknologi informasi juga memudahkan setiap komunitas
yang ada untuk berhubungan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Melalui
jaringan internet, telepon dan mesin fax orang dapat membangun komunitas dan
jaringan untuk mendukung pemasaran suatu produk.
Pertumbuhan media seperti stasiun TV, radio, majalah, katalog dan brosur yang
didukung teknologi percetakan yang canggih ikut pula mendorong perkembangan
distro dan komunitas anak muda di Bandung. Kehadiran MTV juga memiliki peran
yang tidak sedikit karena melalui stasiun inilah beberapa band underground Bandung
mendapat kesempatan untuk didengar oleh publik secara lebih luas. Selain itu, para
presenter MTV siaran nasional pun ikut memasarkan produk-produk distro dengan
memakai produk-produk dari clothing lokal yang berasal dari kota Bandung, sehingga
produk mereka menjadi semakin populer.
BANK INDONESIA
3
PENDAHULUAN
Distro merupakan muara dari kreatifitas anak muda dalam memproduksi berbagai
produk: pakaian, musik dan asesories lainnya. Setiap distro menampilkan tema desain
produk yang berbeda dan mempromosikan merek sendiri. Ada yang mengambil tema
pelestarian lingkungan, flora & fauna, tokoh, artis, berita (news), musik dan lainlain. Namun demikian tema tersebut juga tidak tetap sepanjang waktu, Distro dapat
mengganti tema desainnya setiap enam bulan, disesuaikan dengan perkembangan
selera anak muda.
Dalam penampilannya kita melihat kelompok anak muda bergaya hippie dan
punk. Gaya hippie mencirikan diri mereka dengan baju motif berbunga, baju dengan
jurai di bagian tepi dan rambut panjang. Sedangkan punk menegaskan identitas
melalui pakaian yang disertai dengan asesories berupa rantai, jins koyak, serta rambut
berdiri yang dicat warna pucat (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro mengusung ciri
khas tersendiri dan membangun komunitas yang setia mengunjungi distro tersebut.
Sejalan dengan kreatifitas anak muda dan ingin tampil beda, mereka terus bergerak
menciptakan kreasi-kreasi baru bagi komunitasnya dan mampu memproduksi
kebutuhan mereka secara mandiri, sehingga tidak tergantung pada produk impor
yang diproduksi oleh industri mapan.
4
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1.
Profil Usaha
Usaha distro dapat dikelompokkan kedalam skala usaha kecil dan menengah.
Badan usahanya ada yang berupa perorangan, komanditer (CV) dan perseroan
terbatas (PT). Pemilik distro pada umumnya adalah anak muda dan bahkan memulai
usahanya semenjak masih mahasiswa. Distro memproduksi pakaian berupa baju kaos,
jaket, kemeja, topi, tas, dan sepatu. Selain menjual produk buatan sendiri, distro juga
menjual barang-barang elektronik seperti jam tangan digital, kaset, CD, dan asesories
yang medukung penampilan atau hobby seperti penggemar skateboard, sepeda BMX,
pencinta alam, penggemar terhadap suatu aliran musik tertentu, seperti rock, indie,
punk, dan lain-lain. Dalam studi ini produk distro dibatasi pada pakaian, yaitu T-shirt,
kemeja, blazer, dan jaket. Skala usaha yang digunakan adalah usaha kecil dengan
omset sekitar Rp.950.000.000 per tahun.
Distro menjual produk dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Personalized service, yaitu memberikan pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan komunitasnya, khususnya anak muda.
2. Freedom expression, produk dibuat dengan desain yang terus berganti sepanjang
waktu dan terbebas dari status dan embel-embel lainnya.
3. Limited edition, produk dibuat dalam jumlah terbatas, unik, dan tidak melayani
repeat order. Dari penelitian yang dilakukan, repeat order dapat dilakukan satu
sampai dua kali saja selama bahan baku masih tersedia (biasanya untuk pasokan ke
kota lain), tetapi tetap dalam jumlah yang terbatas karena ingin mempertahankan
image bahwa produk tersebut bukan produk masal.
4. Distribution network, produk disalurkan ke berbagai kota di Indonesia melalui
jaringan kerjasama dengan penyalur lain, bahkan sebagian ada yang diekspor ke
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Australia.
BANK INDONESIA
5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Persaingan dipandang oleh pemilik distro sebagai persaingan ide, desain dan
kreativitas. Persaingan merupakan tantangan untuk terus menciptakan kreasi baru
dan membangun komunitas. Produk yang dibuat sangat terbatas, bahkan suatu
desain pakaian yang disukai oleh konsumen tidak akan diproduksi ulang, sehingga
peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan garmen lainnya untuk memproduksi
secara masal dengan harga yang relatif lebih murah. Tetapi dari kaca mata distro dan
kumunitasnya, produk tersebut sudah ketinggalan zaman (out of date). Target pasar
yang dituju adalah anak muda baik pria maupun wanita yang sedang mengalami
masa pencarian jati diri dan berkeinginan untuk menjadi pribadi yang unik namun
tetap mengikuti perkembangan dunia fashion. Secara umum, target market produkproduk distro adalah konsumen berusia antara 14-35 tahun.
Setiap distro membuat produk dalam jumlah terbatas dengan desain yang
unik. Hal ini menjadi andalan distro untuk menarik pelanggan atau komunitasnya.
Konsumen menyukai produk-produk distro dan rela membayar pakaian atau
produk yang relatif langka tersebut sebesar dua kali lipat dari harga produksi masal.
Penciptaan komunitas juga merupakan ciri khas sebuah distro. Jika sudah terbentuk
satu komunitas, diharapkan mereka tidak akan pindah ke komunitas lain sebagaimana
halnya komunitas penggemar motor Harley Davidson tidak akan pindah ke penggemar
motor Honda, Yamaha atau Kawasaki.
Komunitas yang menjadi target market utama sebuah distro juga bermacammacam. Dalam bidang pakaian misalnya, ada yang lebih fokus pada pakaian pria,
ada yang fokus pada pakaian wanita atau remaja atau lebih fokus pada produknya
seperti T-shirt, jaket, blazer, dan lain-lain. Jadi, setiap distro mempunyai target market
yang berbeda. Produk yang dijual sebuah distro bisa sama dengan distro lain, seperti
T-shirt, tetapi tema yang diusung dalam desainnya tidak sama: misalnya berkaitan
dengan aliran musik tertentu, tokoh, artis, wanita, politik, dan lain-lain. Setiap distro
menerapkan pengawasan yang ketat terhadap desain produknya untuk menjaga
supaya jangan sampai desain tersebut meniru desain orang lain yang sudah ada.
Pada umumnya distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. Mereka membuat
produknya melalui kerjasama dengan penjahit dan tukang sablon, sehingga kebutuhan
6
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
dananya hanya untuk modal kerja, yaitu untuk membeli bahan baku, upah, dan sewa
tempat. Dalam kerjasama tersebut, bahan baku yang digunakan dapat berupa milik
sendiri yang dibeli dari produsen (perusahaan tekstil) atau disediakan oleh penjahit
itu sendiri.
Desain suatu produk dapat dipicu oleh motive bahan yang tersedia, tetapi
tetap memperhatikan tema pokok dari rancangan distro tersebut, misalnya tentang
lingkungan hidup, fauna, perdamaian, musik, politik, dan masalah-masalah sosial
lainnya. Volume produk yang dibuat dibatasi sesuai dengan ketersediaan bahan baku.
Pada umumnya, setiap desain hanya dibuat sekitar dua hingga lima lusin saja (24–60
potong).
Dalam kegiatan pemasaran, beberapa distro berkumpul pada suatu lokasi
sehingga akumulasi pengunjung di lokasi tersebut menjadi besar. Di kota Bandung,
distro banyak dijumpai di Jl. Trunojoyo, Jl Setiabudi, Jl. Sultan Agung, dan Jl. Riau.
Walaupun setiap distro menjual produk yang unik, tetapi tidak memilih lokasi yang
terpencil dari pusat keramaian atau lokasi komunitas distro lainnya karena akan
sepi pengunjung. Sementara, konsumen lebih suka berbelanja di satu lokasi yang
menawarkan banyak pilihan, hemat waktu dan tenaga.
Distro sudah berkembang menjadi industri besar meskipun pelakunya pada
umumnya berskala kecil dengan omset penjualan berkisar antara Rp20.000.000
sampai dengan Rp400.000.000 per bulan. Jumlah distro di kota Bandung sekitar 400
buah dengan total omset penjualan mencapai Rp25 milyar per bulan.
Usaha distro tergabung dalam organisasi yang diberi nama Kreative Independent
Clothing Komunity (KICK). Penulisan nama organisasi ini juga tidak mengikuti tata
bahasa yang benar sebagai cerminan dari kebebasan dan pemberontakan anak muda
untuk keluar dari tatanan baku yang ada. Organisasi ini digunakan untuk melindungi
anggotanya dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan usahanya.
Kata independent menunjukkan bahwa mereka tidak berafiliasi dengan industri ritel
dan bisnis garmen besar karena usaha ini berangkat dari keterbatasan, yaitu modal.
Perusahaan ritel besar mensyaratkan volume pasokan yang kontinyu dan besar,
BANK INDONESIA
7
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
sementara itu penjualan melalui distro tidak memerlukan pasokan besar. Bahkan
untuk setiap desain produk dibuat dalam volume yang sangat terbatas, hanya sekitar
dua hingga lima lusin saja atau bahkan lebih sedikit lagi tergantung pada bahan baku
yang tersedia, sehingga produk yang dihasilkan terkesan eksklusif. Dari sekitar 400
distro yang ada di kota Bandung, 160 di antaranya sudah menjadi anggota KICK.
Ditinjau dari segi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman,usaha
distro dapat diuraikan sebagai berikut:
Kekuatan
a. Memiliki produk yang unik yang diproduksi dengan jumlah terbatas (sebanyak
dua sampai dengan lima lusin untuk setiap desainnya).
b. Target pasar yang dituju adalah kaum muda yang sedang dalam masa pencarian
jati diri dan berkeinginan untuk menjadi pribadi yang unik namun tetap mengikuti
perkembangan dunia fashion. Secara umum target pasar berumur antara 15-34
tahun. Jumlah penduduk Indonesia dalam kelompok umur tersebut sekitar 77
juta jiwa.
Kelemahan
a. Free entry and exit. Para pesaing baru dapat masuk pasar setiap waktu sehingga
memiliki potensi pesaing yang tidak sedikit.
b. Harga produk distro relatif tinggi, sehingga membuat target konsumen terbatas
hanya pada kaum muda kalangan menengah ke atas.
Kesempatan
a. Sikap konsumerisasi kaum muda sebagai pembeli yang akan membuat penjualan
stabil.
b. Sedang berkembangnya bisnis clothing dan distro sehingga peluang industri
untuk terus tumbuh adalah sangat besar yang didukung oleh potensi pasar yang
disasar.
c. Mahalnya pakaian impor sebagai penanda identitas bagi anak muda, sehingga
membuka kesempatan untuk membuat sendiri produk-produk unik sebagai
identitas suatu komunitas.
8
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Ancaman
a. Terus bermunculannya pesaing-pesaing baru yang juga membuka usaha sejenis.
Baik dengan tema yang mirip maupun berbeda, tetapi target konsumennya
sama.
b. Kemungkinan butik menurunkan harga jual produknya sehingga menggeser
kedudukan distro.
c. Masuknya pengusaha besar kedalam industri distro. Pengusaha besar dapat
membuat bermacam distro yang berbeda untuk berbagai komunitas di satu
lokasi tertentu, sehingga mengancam keberadaan distro-distro yang dimiliki oleh
pengusaha kecil.
d. Perlindungan terhadap hak cipta masih lemah, sehingga produk-produk distro
yang bagus ditiru oleh perusahaan garmen lain.
2.2.
Pola Pembiayaan
Sebagian besar distro didanai sendiri oleh pemiliknya. Sumber dana dapat
berasal dari pinjaman orang tua atau tabungan yang bersangkutan. Seorang pemula
dapat memulai usahanya dengan menyewa tempat (toko) dan menyalurkan atau
menjual produk-produk distro lain. Sebuah distro kecil yang tergabung dalam
Distro house di Jl. Setiabudi Bandung dengan ukuran tempat usaha 3x4m dapat
memberikan omset penjualan rata-rata Rp20.000.000 per bulan. Sewa tempat
dibayar melalui potongan penjualan, yaitu 25% dari omset sebulan. Pada tahap awal,
distro tersebut menjual produk distro. Sejalan dengan perkembangan usahanya juga
mengembangkan produk sendiri dengan merek Bride. Jadi, dalam komunitas distro
baik yang tergabung dalam KICK maupun yang di luar organisasi tersebut terjalin
kerjasama yang baik. Mereka bersaing dalam ide dan desain dari suatu produk
(clothing) untuk menciptakan komunitas sendiri.
Menurut Kepala Bagian Kredit UKM Bank Mandiri Bandung, pemilik distro pada
umumnya adalah anak orang kaya yang kreatif dan mandiri, sehingga dalam memulai
usahanya tidak membutuhkan pinjaman bank. Bank Mandiri Cabang Bandung aktif
BANK INDONESIA
9
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
memantau perkembangan distro dan baru memberikan kredit kepada empat distro
yang dipilih secara selektif karena selain bukan merupakan kredit program juga
resiko distro dinilai oleh bank masih cukup besar karena produksi dijual langsung
kepada konsumen lepas (komunitas), yaitu anak muda yang belum mapan secara
ekonomi, sehingga diragukan loyalitasnya. Selain itu, distro masih mendapatkan
”perlindungan” dari pejabat yang notabene orang tua pemilik distro supaya tidak
dimasuki oleh pengusaha besar.
Selain itu, pemantauan Bank Mandiri tampak bahwa outlet-outlet yang
terletak di sepanjang Jalan Cihampelas dan lokasi lain di Bandung dimiliki hanya oleh
satu kelompok usaha, yaitu Group Korek Api. Hal yang sama dapat pula dilakukan
oleh pengusaha besar tersebut terhadap distro, dalam arti membuat beberapa distro
dengan nama yang berbeda pada suatu lokasi. Jika tidak ada perlindungan terhadap
distro yang ada sekarang ini, maka keberadaan distro dengan modal kecil akan
terancam mati oleh pemodal besar. Pinjaman Bank Mandiri adalah untuk kebutuhan
modal kerja yang diberikan kepada empat distro yang sudah berjalan dengan baik
(mapan).
Pihak bank Mandiri secara aktif terus memantau perkembangan distro di
kota Bandung dengan cara ikut ”berdiskusi” dengan anak-anak muda pemilik distro,
khususnya yang tergabung dalam KICK. Untuk fasilitas kredit tersebut diberlakukan
standar prosedur pelayanan kredit biasa dan disertai dengan jaminan, yaitu tanah
dan rumah pemiliknya. Perkembangan usaha distro di mata bank Mandiri cukup baik,
namun demikian tetap harus hati-hati dan selektif dalam menyalurkan pinjaman.
Pembiayaan yang dibutuhkan distro adalah untuk modal kerja, terutama
untuk pembelian bahan baku dan talangan piutang usaha. Distro menerapkan pola
pembayaran tunai atas penjualan kepada konsumen individu, sedangkan untuk
pembelian dalam partai besar oleh pedagang di luar kota Bandung seperti Jakarta,
10
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Semarang, Jogyakarta, Malang, Medan, Padang, dan Makassar pada umumnya
diberikan diskon tetapi dibayar tunai. Kepada sebagian kecil pembeli besar juga
diberikan tenggang waktu pembayaran sampai 30 hari. Total omset penjualan distro
kota Bandung (baik yang dijual di Bandung maupun ke luar kota) sekitar Rp25 milyar
per bulan. Sementara itu, volume ekspor masih relatif kecil, yaitu sekitar 5% dari total
penjualan (Fiki C. Satari, Ketua KICK).
BANK INDONESIA
11
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1. ASPEK PASAR
3.1.1. Permintaan
Permintaan terhadap produk-produk distro (clothing) sejalan dengan
perkembangan selera target market-nya, yaitu remaja dan orang dewasa berusia
antara 14-35 tahun. Keinginan anak muda untuk tampil beda akan mendorong
tingginya permintaan terhadap produksi distro karena tidak diproduksi secara masal,
tetapi dengan harga yang terjangkau. Selama konsumen mampu membeli produk
distro mereka akan lebih memilih untuk membeli produk dengan desain yang tidak
pasaran tersebut. Secara statistik belum ada catatan perkembangan permintaan
produk distro. Menjamurnya pertumbuhan distro di kota-kota besar , khususnya di
Bandung dan Jakarta adalah cerminan dari permintaan terhadap produk distro yang
semakin besar. Hal ini didorong oleh:
1. Banyaknya desain baru yang menampilkan ide-ide kreatif yang inovatif, sehingga
distro menciptakan mode (trend setter) dan mempengaruhi perilaku konsumen.
2. Adanya keinginan untuk keluar dari formalitas berpakaian dari anak muda dan
kebebasan untuk mengekspresikan diri, sehingga melahirkan permintaan pakaian
yang beraneka rupa yang sesuai dengan selera anak muda.
3. Semakin mahalnya pakaian impor sebagai penanda identitas, sehingga
menimbulkan kesadaran dari anak muda untuk membuat sendiri ciri identitas
mereka yang unik.
4. Adanya saluran (channel) Fashion TV, MTV dan juga majalah mode yang
menampilkan berbagai model pakaian dan musik yang ingin ditiru oleh anak
muda.
BANK INDONESIA
13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
5. Khusus untuk Indonesia yang beriklim tropis dan cuaca yang panas mendorong
permintaan terhadap T-shirt khususnya yang berbahan katun dan rayon semakin
tinggi. Sementara itu, T-shirt dapat pula dipakai untuk berbagai situasi: santai,
kuliah dan kegiatan sehari-hari, bahkan untuk bekerja, khususnya hari Jumat.
3.1.2. Penawaran
Jumlah distro di kota Bandung yang tergabung dalam KICK sebanyak 160
buah, sementara yang belum bergabung dengan organisasi tersebut sekitar 200
buah dengan omset penjualan sekitar Rp25 milyar per bulan. Dari wawancara yang
dilakukan terhadap tiga distro di kota Bandung diketahui bahwa penjualan mereka
rata-rata Rp100 juta per bulan. Secara statistik juga belum ada catatan tentang volume
penjualan produk-produk distro secara rinci.
Dari kaca mata pemerintah kelihatannya juga belum ada perlakuan khusus
yang diberikan kepada distro, semuanya disamakan sebagai toko pakaian dan pihak
pengusaha distro juga belum merasakan adanya bantuan pemerintah daerah, baik
pembinaan maupun pendanaan. Faktor-faktor pendorong penawaran produk distro
adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan teknologi penenunan (weaving), pewarnaan (dying) dalam industri
tekstil serta teknik penjahitan dan sablon yang semakin canggih, sehingga semakin
banyak variasi produk yang dapat dibuat.
2. Promosi dan jaringan distribusi yang semakin luas didukung oleh jaringan internet
sehingga membuka kesempatan bagi anak muda di seluruh Indonesia bahkan
dunia, terutama di kota-kota besar untuk mengakses website berbagai distro dan
memilih produk yang diinginkannya.
3. Sistem distribusi yang semakin baik dan luas, pelayanan kepada konsumen akan
semakin cepat dan baik, sehingga mendorong pertumbuhan permintaan produkproduk distro.
4. Banyaknya sekolah desain yang melahirkan lulusan kreatif untuk menciptakan
kreasi dan inovasi baru khususnya dalam bidang pakaian (fashion).
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
5. Adanya semangat kewirausahaan baik yang timbul akibat kondisi lingkungan yang
semakin sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan maupun karena pendidikan
telah mendorong anak muda untuk mendirikan usaha sendiri.
6. Bahan-bahan baku yang dibutuhkan mudah diperoleh mengingat banyaknya
penyedia bahan-bahan utama pakaian dan asesories lainnya seperti kain katun,
kerah rip, label, kancing, dan lain-lain. Di Indonesia, Jawa Barat khususnya, banyak
terdapat perusahaan tekstil penyedia bahan baku pakaian. Pada tahun 2006 di
Indonesia terdapat 2.000 buah perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan
kapasitas produksi 6,1 juta ton di mana 57% di antaranya berlokasi di Jawa Barat
(Ermina Miranti, Economic Review, No.29. Sept., 2007).
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan dipandang oleh pemilik distro sebagai tantangan untuk terus
menciptakan produk dengan desain baru dan memperbesar komunitasnya melalui
penciptaan jaringan pemasaran ke berbagai kota di Indonesia. Masing-masing distro
mempunyai tema rancangan yang berbeda dengan yang lainnya dan ditujukan untuk
komunitas tertentu. Oleh karena itu persaingan terletak pada jaringan pemasaran
dan kreatifitas dalam menciptakan desain produk yang menarik bagi komunitasnya.
Terbatasnya volume produk untuk setiap desain, mendorong distro untuk
membuat dan mempersiapkan puluhan desain baru setiap bulan. Ancaman terhadap
distro datang dari perusahaan garmen lain yang meniru desain produk distro dan
memproduksinya dalam jumlah yang besar. Tetapi, komitmen distro untuk hanya
membuat suatu produk dengan desain tertentu dalam jumlah terbatas dan tidak
melayani permintaan ulang (repeat order), sehingga produk tiruan dianggap sebagai
produk yang sudah ketinggalan zaman. Beberapa distro hanya akan melayani repeat
order satu kali saja. Hal ini menunjukkan konsistensi distro dalam membangun
eksklusifitas komunitasnya dan menekankan persaingan pada kreatifitas penciptaan
desain baru, sehingga distro mampu bertahan dalam persaingan dan sekaligus
mendorong menjamurnya pertumbuhan distro di Indonesia.
BANK INDONESIA
15
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Sampai saat ini, perlindungan atas hak cipta masih lemah, bahkan
pengurusan hak paten juga masih sulit dan mahal. Selain itu, hambatan untuk masuk
kedalam industri distro (entry barrier) sangat rendah karena tidak harus mempunyai
pabrik sendiri atau tidak memerlukan modal yang besar. Pertumbuhan industri distro
sejalan dengan munculnya anak-anak muda kreatif dan inovatif dalam dunia fashion
dan musik, baik yang dilahirkan melalui jalur pendidikan formal maupun informal.
Hal ini juga diperkuat oleh kecenderungan anak muda untuk membentuk komunitas
yang mempunyai ciri, karakter, dan kesukaan (hobby) tersendiri yang didasarkan pada
kesamaan selera dalam aliran musik tertentu, kecintaan terhadap lingkungan hidup,
tokoh, artis, aliran gaya seperti hippie, punk, dan sebagainya.
Persaingan antara satu distro dan distro lainnya didasarkan pada persaingan
kreatifitas desain produk dan menciptakan sebanyak mungkin anggota komunitasnya.
Sejalan dengan dorongan pemerintah untuk menciptakan pengusaha-pengusaha
baru (wirausahawan), persaingan dalam industri fashion, termasuk distro juga akan
semakin meningkat.
Dalam produk pakaian misalnya, pada umumnya orang mempunyai
beberapa koleksi pakaian yang berbeda, baik karena fungsinya: formal dan kasual,
misalnya pakaian untuk bekerja, sekolah, pesta, santai, dan lain-lain. Pilihan terhadap
pakaian juga dipengaruhi oleh motif, warna, dan perancangnya. Jumlah penduduk
Indonesia yang menjadi target market distro, yaitu yang berumur antara 15-34 tahun
adalah 77,1 juta jiwa Lihat Tabel 3.1. Jumlah penduduk tersebut menggambarkan
besarnya potensi pasar pakaian yang dapat dilayani oleh berbagai produsen pakaian,
musik, dan asesories lainnya. Jika setiap orang dalam kelompok umur 15-34 tahun
mempunyai lima lembar T-shirt, tiga celana jeans, satu jaket, dan satu topi, maka total
kebutuhan terhadap pakaian tersebut sangat besar. Jika harga T-shirt, celana jeans,
jaket dan topi masing-masing Rp.50.000, Rp100.000, Rp.150.000 dan Rp20.000,
maka total nilai perdagangan jenis pakaian tersebut sekitar Rp.55,5 triliun.
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Indonesia Usia 15-34 Tahun
Kelompok Umur
15-19
20-24
25-29
30-34
Jumlah
3.2.
Pria
10.370.890
9.754.543
9.271.546
8.709.370
38.106.349
Wanita
9.918.783
10.150.607
9.821.617
9.054.955
38.945.962
Total
20.289.673
19.905.150
19.093.163
17.764.325
77.052.311
Sumber: BPS, 2005
ASPEK PEMASARAN
3.2.1. Produk
Produk-produk distro pada umumnya berupa pakaian: T-shirt, kemeja, jaket,
blazer, tas, topi, dan sepatu, kaset, CD, dan asesories lainnya baik untuk pria maupun
wanita. Produk dibuat dengan desain yang unik dalam jumlah terbatas (2-5 lusin
untuk setiap desain). Untuk setiap desain pakaian (T-shirt, kemeja, blazer, dan jaket)
terdiri dari tiga ukuran: S, M, dan L. Sepatu dibuat dalam beberapa ukuran (nomor)
yang disesuaikan dengan ukuran kaki rata-rata dan usia target market (usia 14-35
tahun).
3.2.2. Harga Jual
Harga jual produk berkisar antara Rp.70.000 sampai dengan Rp.200.000
per potong. Harga T-shirt sekitar Rp.70.000–Rp.80.000, Jaket dan blazer sekitar
Rp.120.000–Rp.200.000 per potong, topi Rp.25.000–Rp.60.000 per unit dan
sendal sekitar Rp.45.000 sepasang. Harga jual ditetapkan berdasarkan harga pokok
penjualan ditambah dengan komponen biaya lain, seperti biaya operasi, fee designer
dan keuntungan (margin). Selain itu, juga ditentukan oleh kualitas dari desain produk.
Semakin bagus desainnya, semakin tinggi harga jual yang dikenakan pada produk
tersebut. Harga jual produk distro rata-rata dua kali biaya produksinya dan harga jual
tersebut lebih mahal dari produk sejenis yang diproduksi secara massal.
BANK INDONESIA
17
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Untuk penjualan dalam partai besar, distro memberikan diskon berkisar antara
10%-35%. Diskon diberikan sampai 35% atas pembelian tunai, minimal untuk nilai
pembelian Rp20 juta. Terdapat distro yang memberikan diskon 25% untuk distributor
yang menjual 1.000 potong selama tiga bulan. Distro Ian’s Report memberikan diskon
10%-30% untuk pembelian lusinan secara tunai.
Sistem pembayaran produk distro untuk penjualan ritel adalah tunai. Untuk
penjualan besar kepada beberapa distributor di kota-kota lain seperti di Jakarta,
Surabaya, Jogyakarta, Medan, Padang, dan Makasar diberikan tenggat waktu
pembayaran (terms of payment) sampai 30 hari. Untuk produk-produk sendiri yang
dititipkan pada distro lain (konsinyasi) juga diterima pembayarannya rata-rata dalam
waktu 30 hari.
3.2.3. Sistem Distribusi
Distro memilih lokasi yang ramai dikunjungi konsumen. Di lokasi tersebut
berkumpul banyak distro atau di sana ada merek-merek terkenal, seperti di Jl.
Trunojoyo, Jl. Sultan Agung, Jl. Setiabudi, dan Jl. Riau, Bandung. Di Jakarta banyak
ditemui di Kemang dan Tebet. Walaupun persaingan di tempat tersebut terasa ketat,
tetapi banyak pengunjungnya. Setiap distro menyediakan produk dengan desain
tertentu dalam jumlah terbatas. Setiap distro dapat pula menitipkan produknya pada
distro lain (konsinyasi).
Produk-produk yang dipajang di suatu distro diganti secara periodik (biasanya
sekali seminggu), sehingga distro selalu menampilkan produk-produk baru. Beberapa
distro juga bekerjasama dengan toko-toko pengecer di berbagai kota lain di Indonesia.
Tetapi, ada juga distro seperti Ian’s Report membatasi penjualan ke luar Bandung
untuk menjaga eksklusifitas dan image produknya hanya ada di Bandung. Pemesanan
ulang (repeat order) sangat terbatas, hanya melayani 1-2 kali saja, khususnya untuk
melayani jaringan distribusi yang sudah ada. Dalam penjualan kepada distributor
dibuatkan kontrak yang juga memuat aturan (klausul) supaya tidak terjadi pembajakan
dan peniruan produk oleh rekan bisnis tersebut.
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Foto III.1 Contoh Display Sebuah Distro
Distro, Jl. Trunojoyo Bandung (Foto Zalmi Zubir, 25/10/2008)
3.2.4. Promosi
Media promosi yang digunakan bermacam-macam, di antaranya brosur,
leaflet, flier, poster, free magazine, pameran, bazar, pertunjukkan (penampilan
artis atau musik), katalog Suave dan internet. Kegiatan promosi ditujukan untuk
memperkenalkan merek (brand) produknya. Semua distro menjual produk-produk yang
sejenis, oleh karena itu merek sangat penting untuk di promosikan kepada konsumen
atau komunitasnya dan pada akhirnya merek tersebut dapat mengindikasikan
produknya dalam arti kualitas, tema desain, dan harga.
Free magazine adalah sejenis tabloid yang beredar gratis di kafe-kafe dan
distro-distro. Tabloid ini terdistribusi dengan baik, gratis dan isinya pun menarik untuk
dibaca. Tabloid ini sangat mendukung promosi produk distro karena pasar yang dituju
oleh free magazine sama dengan target pasar distro.
BANK INDONESIA
19
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Kegiatan lain yang juga efektif digunakan untuk mempromosikan produkproduk distro adalah melalui bazar dan sponsor acara musik anak muda. Selain untuk
memperkenalkan merek (brand awareness) sekaligus untuk menjual produk-produk
distro. KICK secara reguler (tiap tahun) mengadakan bazar (KICK Fest) yang diikuti
oleh distro-distro yang ada di Indonesia.
3.2.5. Kendala Pemasaran
Kendala yang dihadapi distro dalam memasarkan produknya antara lain
adalah:
1. Pembajakan ide dan desain. Dari wawancara yang dilakukan dengan pengusaha
distro, diketahui bahwa banyak perusahaan garmen lain yang meniru (menjiplak)
desain produk-produk distro, terutama produk yang laku atau merek terkenal.
Walapun distro selalu membuat desain produk yang baru dan tidak lagi
memproduksi yang lama, tetapi pembajakan atau tiruan desain tersebut tetap
mengancam pasar distro karena produk tiruan tersebut dijual dengan harga
murah (setengah dari harga produk yang asli) dan di mata komunitasnya produk
tersebut tidak lagi eksklusif. Sampai saat ini belum ada perlindungan hukum atas
pembajakan, tiruan ide dan desain produk distro tersebut.
2. Persyaratan dan izin untuk memasang billboard dan pengurusan hak paten dari
pemerintah masih mahal.
3. Pada umumnya tempat usaha distro berstatus sewa, sementara biaya sewa naik
rata-rata 25% setiap tahun, sedangkan dengan pesaing yang semakin banyak
harga jual sulit di naikkan. Pada waktu studi ini dilakukan, biaya sewa toko ratarata di Jl. Trunojoyo Bandung adalah Rp500.000/m2 per tahun.
4. Umumnya distro tidak mempunyai alat produksi. Sistem produksinya berupa
makloon atau diupahkan pada penjahit lain. Pada waktu tertentu, seperti lebaran
dan natal penjahit juga tidak mampu melayani semua distro yang ada dan mereka
meminta cash booking yang besar. Kondisi ini membatasi volume penjualan
distro.
20
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.1.
Lokasi Usaha
Distro berkumpul di pusat-pusat keramaian karena banyak pengunjungnya.
Pada mulanya ada satu distro dengan merek terkenal di suatu lokasi. Karena banyak
pengunjung ke sana, maka distro yang lain akan memilih lokasi berdekatan dengan
distro yang sudah terkenal tersebut. Melihat perkembangan pusat-pusat perbelanjaan
di kota Bandung, seorang pemodal kuat dapat menciptakan satu lokasi bisnis jika
ditempat tersebut dibangun beberapa distro miliknya. Hal ini dilakukan oleh Group
Korek Api dalam mengembangkan kawasan bisnis Cihampelas di mana hampir
semua toko-toko pakaian di sepanjang Jl. Cihampelas tersebut milik Group Korek
Api. Di Bandung distro berkembang di beberapa lokasi, seperti Jl. Trunojoyo, Jl. Sultan
Agung, Jl. Riau, dan Jl. Setiabudi. Di Jakarta distro berkembang di wilayah Kemang
dan Tebet. Pada mulanya di kedua lokasi tersebut berkembang restoran dan cafe yang
banyak dikunjungi anak muda, keramaian pengunjung tersebut menarik pengusaha
untuk membangun distro di lokasi tersebut.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Sebagian besar distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. Proses produksi
diserahkan kepada penjahit lain (outsourcing). Namun demikian, pengawasan kualitas
tetap dilakukan oleh pemilik distro. Salah satu ciri distro yang menonjol adalah
pengawasan terhadap kualitas yang ketat untuk menjaga image dari produk yang
dihasilkannya. Peralatan yang dibutuhkan jika suatu distro ingin membuat sendiri
produknya dengan kapasitas 6 lusin (72 potong) T-shirt per hari adalah seperti pada
Tabel 4.1. Mesin-mesin yang digunakan dapat berupa mesin baru atau mesin bekas.
Harga mesin-mesin bekas sekitar separuh dari mesin baru. Total kebutuhan investasi
barang modal antara Rp.8,3 juta sampai dengan Rp.15,8 juta.
BANK INDONESIA
21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Dari wawancara dengan W. Satrio Aji, pemilik distro dan Yogi Jayakusuma,
manejer Distro diketahui bahwa mereka akan konsentrasi pada penciptaan produk
baru dan pemasarannya, sementara produksi dilakukan dengan cara makloon. Distro
yang dimiliki W. Satrio Aji semula hanya memiliki 7 buah mesin jahit, tetapi sebagian
sudah dijual dan hanya ingin mempunyai satu mesin saja untuk membuat contoh
produk. Sedangkan distro yang di manejeri Yogi Jayakusuma juga sudah menjual
mesin-mesin produksinya.
Tabel 4.1 Kebutuhan Barang Modal
(Kapasitas Produksi 6 lusin T-shirt per hari)
No.
Jenis Peralatan
1
2
3
4
5
5
6
7
8
9
10
11
12
Mesin jahit
Mesin kam
Mesin obras
Mesin pemotong
Meja Potong
Semprotan
Hair dryer
Lampu neon
Triplek
Pemasang label
Setrika
Meja Setrika
Furnitur (meja, kursi)
Total
Sumber:
22
Jumlah
(Unit)
1
1
1
1
1
1
1
1
72
2
2
1
1
Satuan
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Set
Harga/Unit Harga/Unit
Nilai
Nilai
Bekas
Baru
(Mesin Bekas) (Mesin Baru)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.000.000
4.000.000
2.000.000
4.000.000
1.500.000
3.000.000
1.500.000
3.000.000
1.500.000
3.000.000
1.500.000
3.000.000
500.000
1.000.000
500.000
1.000.000
10.000
10.000
10.000
50.000
50.000
50.000
40.000
40.000
40.000
5.000
360.000
360.000
50.000
100.000
100.000
75.000
150.000
150.000
125.000
125.000
125.000
3.000.000
3.000.000
8.835.000
19.835.000
1.Triza Mudita dalam tugas Simulasi Bisnis, 2005
2. Hasil penelitian
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Foto IV.1 Ruang Potong
Foto IV.2 Pola
BANK INDONESIA
23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Foto IV.3 Mesin Jahit
Foto IV.4 Mesin Obras
24
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Foto IV.5 Bahan yang sudah disablon dan siap dijahit
Foto IV.6 Sebagian Gudang
BANK INDONESIA
25
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.3.
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk kemeja dan T-shirt adalah kain katun
(Combed 30S dan 20S), rayon, dan polyester. Sedangkan untuk jaket juga
menggunakan bahan parasut. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat dua
lusin (24 potong) T-shirt adalah seperti pada Tabel 4.2.
Price tag dan pengaitnya dimasukkan kedalam kelompok bahan baku (bukan
bagian dari packaging) karena price tag memang merupakan bagian dari produk
yang akan dijual. Produk tidak mungkin diproduksi tanpa price tag sebab kode untuk
setiap desain atau batch dipasang pada price tag tersebut.
4.4.
Proses Produksi
Proses produksi pembuatan baju kaos (T-shirt) melewati empat tahap, yaitu:
1. Pemotongan: Bahan baku kain dipotong mengikuti pola baju dan menurut
ukuran, yaitu ukuran kecil (small/S), sedang (medium/M), dan besar (large/L).
Pada umumnya distro membuat ketiga ukuran tersebut dan sangat jarang yang
membuat ukuran ekstra kecil (extra small/XS) dan ekstra besar (extra large/XL).
Tabel 4.2 Kebutuhan Bahan Baku
Untuk Membuat 2 lusin T-shirt
BAHAN
Harga/Unit**)
KEBUTUHAN*)
SATUAN
Kain
4,8
Kg
50.000
Kerah rip
0,4
Kg
30.000
Bahan
Kebutuhan*)
Benang
Satuan
(Rp)
0,04
Gulung
150.000
Label merk
24
Lembar
500
Label size
0,12
Gulung
15.000
Cat karet
0,08
Liter
40.000
Price tag
Pengait price tag
24
0,01
Lembar
Kotak
400
25.000
Sumber: *)Triza Mudita dalam tugas Simulasi Bisnis, 2005
**) Hasil penelitian
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
2. Penyablonan: Proses selanjutnya adalah proses memberi gambar yang sudah
didesain ke baju dengan menggunakan peralatan sablon. Untuk menyelesaikan
satu batch (24 unit) T-shirt memakan waktu sekitar 3 jam. Penyablonan dilakukan
sebelum penjahitan sebab resiko rusak lebih besar pada tahap penyablonan ini.
3. Penjahitan: Bahan yang sudah disablon kemudian dijahit menjadi baju yang
sudah diberi label di kerahnya. Tahap penjahitan ini sendiri terdiri dari 3 tahap
sebab bahan harus melalui 3 mesin yang berbeda yaitu: mesin kam, mesin obras,
dan mesin jahit.
4. Pengepakan: Kaos yang sudah selesai kemudian diberi price tag berupa stiker
berlogo atau bermerek produk. Tujuannya adalah sebagai alat promosi gratis
melalui konsumen yang ingin menempelkan stiker tersebut di kaca mobil mereka
atau berbagai tempat lainnya. Dibalik stiker tersebut terdapat kode desain kaos
tersebut dan tempat untuk menempelkan harga. Kemudian baju tersebut disetrika
supaya lebih rapi dan sablonannya tidak retak atau pecah-pecah, Selanjutnya,
satu per satu baju tersebut dimasukkan ke dalam plastik agar ketika ditumpuk,
sablon dari setiap baju tidak menempel satu sama lain. Setelah itu, setiap batch
(24 unit) diikat dengan tali rafia dan dikelompokkan agar mudah dibawa dan
didistribusikan. Total waktu yang dibutuhkan untuk memproses (work in process)
tiap batch adalah sekitar 3 jam. Jadi, untuk memproduksi 72 unit T-shirt (3 batch)
dibutuhkan waktu 9 jam.
4.5.
Layout Ruangan Produksi
Tata letak ruangan disusun supaya tidak terjadi saling tabrak dalam proses
produksi. Pada umumnya lokasi produksi dan penjualan terpisah. Lokasi produksi
berada di tempat lain, misalnya di rumah pemilik distro sedangkan lokasi toko berada
di pusat keramaian di mana berbagai distro berkumpul di sana. Kebutuhan ruangan
adalah untuk kegiatan produksi (workshop) dan kantor. Pembagian ruangan adalah
sebagai berikut:
BANK INDONESIA
27
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
1. Ruang potong dan sablon: Pemotongan dan penyablonan dapat dilaksanakan
dalam satu ruangan. Dalan ruangan tersedia dua meja besar untuk masing-masing
kegiatan.
2. Ruang jahit dan packaging: Penjahitan dan packaging dapat ditempatkan
dalam satu ruangan pula. Di dalam ruangan ini ditempatkan meja setrika dan 3
mesin jahit.
3. Kantor: Ruang kerja ini dipisah-pisah dengan menggunakan sekat (partisi) untuk
setiap meja kerja atau sesuai kebutuhan. Ruangan lain yang berhubungan dengan
kegiatan kantor adalah ruang rapat dan ruang direktur.
4. Ruang Jemur: Halaman belakang: berfungsi untuk tempat penjemuran.
Layout ruangan produksi adalah seperti pada Gambar IV.1. Dari wawancara
yang dilakukan dengan pemilik distro di Bandung, mereka pada umumnya hanya
mempunyai mesin untuk membuat contoh produk dan tidak mempunyai alat sablon
sendiri. Pada umumnya distro tidak mempunyai workshop sendiri. Proses produksi
diserahkan pada penjahit lain yang sudah mempunyai mesin-mesin yang canggih.
Dengan demikian, pengelola distro hanya berkonsentrasi pada penciptaan desain
produk baru dan pemasarannya. Selain itu, juga menghemat biaya sewa tempat
produksi dan biaya-biaya overhead produksi. Menurut Satrio Aji, pemilik distro, pada
mulanya efisiensi produksi mempunyai mesin produksi sendiri bisa mencapai 30%40% dibanding makloon. Tetapi sekarang hanya sekitar 10%-15% saja. Penghematan
tersebut tidak sebanding dengan tenaga dan biaya yang harus ditanggung, terutama
biaya sewa tempat usaha.
4.6.
Kebutuhan Bahan Pembantu
Proses sablon memerlukan bahan-bahan pembantu yang diganti setiap 5
sampai 6 bulan sekali, seperti jarum, film, kain screen, dan lain-lain. Bahan-bahan
yang dibutuhkan adalah seperti pada Tabel 4.3.
28
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel 4.3 Bahan-Bahan Pembantu Proses Sablon
Nama Bahan
Nama Bahan
Jarum (isi 10 pcs)
Film
Screen
Rakel
Ulano
Lakban
Busa
Lem kayu
4.7.
Harga
(Rp/Unit)
20.000
1.000.000
65.000
150.000
25.000
5.000
30.000
15.000
Bahan Pembungkus
Bahan lain yang dibutuhkan adalah pembungkus (packaging) berupa kantong
kertas, kantong plastik, dan tali rafia. Produk diikat dan dikelompokkan agar mudah
dibawa oleh konsumen atau didistribusikan ke distro lain. Bahan pembungkus berupa
kantong kertas juga digunakan sebagai alat promosi dengan membubuhkan merek
produk. Distro membuat kantong packaging produknya menggunakan kertas supaya
tidak menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan.
4.8.
Biaya Perawatan
Setiap mesin di-service sekali dua bulan. Kemudian penggantian aki dinamo
dilakukan sebulan sampai dua bulan sekali. Sedangkan pemberian gemuk (grease)
dilakukan seminggu sekali. Biaya perawatan per bulan (belum termasuk) suku
cadangnya sekitar Rp.500.000 sampai Rp.1.000.000.
BANK INDONESIA
29
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Gambar IV.1 Layout Ruangan Produksi
WC
Ruang Potong dan
Sablon
Halaman
Belakang
Gudang
Teras
Belakang
Ruang Jahit dan
Packaging
Ruang
Rapat
R. Administrasi
20 m
Ruang
Direktur
Dapur
Garasi
WC
Teras depan
Parkir
20 m Halaman depan
15 m
4.9.
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi yang digunakan sebagai contoh dalam tulisan ini adalah
adalah 3 batch atau 6 lusin kaos per hari. Tetapi produk yang dibuat sebagai contoh
adalah T-shirt sebanyak 5 lusin per minggu, kemeja, jaket, dan blazer masing-masing
3 lusin per minggu. Walaupun kemampuan produksi 6 lusin per hari, tetapi produksi
disesuaikan dengan kemampuan pemasarannya. Produk sebanyak 14 lusin tersebut
diperkirakan akan habis dalam waktu seminggu.
30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Dengan aliran yang continuous, setiap proses dapat dilakukan secara
bersamaan untuk batch kaos yang berbeda selama kapasitas produksi yang ada
mampu mengerjakannya. Tetapi dengan sistem makloon proses produksi lebih mudah
dilakukan, bahkan dalam volume kecil. Oleh karena itu, pada umumnya distro memilih
untuk tidak mempunyai alat produksi sendiri. Tetapi dalam studi lending model distro
ini akan dilakukan perhitungan kelayakan usaha berdasarkan dua pendekatan, yaitu:
a. Produksi dilakukan dengan peralatan alat milik sendiri.
b. Produksi dilakukan melalui penjahit lain (makloon).
4.10. Pengawasan Kualitas
Distro menerapkan pengawasan kualitas yang cukup ketat terhadap produknya
(lihat Gambar IV.2). Pengecekan kualitas dimulai dari pemeriksaan bahan baku oleh
bagian Quality Control yang berada di bawah Bagian Produksi. Pemeriksaan terhadap
barang jadi dilakukan dua kali, yaitu ketika produk selesai dibuat (oleh bagian Quality
Control), kemudian sebelum didistribusikan (oleh Bagian Gudang dan Distribusi). Jika
produk rusak, maka akan dikembalikan kepada penjahit untuk diperbaiki. Produk
yang rusak di gudang akan dijual dengan harga diskon. Produk-produk dengan
kualitas bagus dijual dengan harga premium. Jika produksi dilakukan dengan sistem
makloon, kerusakan barang dapat terjadi dalam kasus sebagai berikut:
1. Bahan baku disediakan oleh distro: Kerusakan produk yang tidak dapat
diperbaiki akan diganti oleh penjahit. Masalahnya, belum tentu bahan yang sama
tersedia di pasar. Penyelesaiannya, upah penjahit dipotong dengan nilai barang
yang rusak. Tetapi konsekuensinya jumlah produk yang dibuat berkurang.
2. Bahan baku disediakan oleh penjahit: Distro dapat mengembalikan produk
yang rusak kepada penjahit untuk diganti. Jika tidak ada penggantinya, maka
distro hanya menerima sebanyak produk yang bagus saja.
BANK INDONESIA
31
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.11. Limbah
Produksi pakaian juga menghasilkan limbah berupa sisa-sia potongan kain
(kain paco). Untuk produksi sekitar 20 potong per hari dihasilkan sekitar 10 karung
kain paco per bulan. Limbah ini dijual kepada pihak lain sebagai bahan baku untuk
membuat boneka. Kain paco di jual dengan harga Rp10.000,00 per karung atau
Rp800 per kg. Dalam perhitungan ini, nilai limbah tersebut diabaikan.
Gambar IV.2
No
Bahan Baku
Kulitas
Bagus?
Ya
Desain
Produksi sendiri
Sablon
Kulitas
Bagus?
Ya
Jual
(harga premium)
Masuk Gudang
No
Mark loan
No
Stop
Cek Ulang
Kualitas
Ya
Kulitas
Bagus?
No
Jual dengan
diskon
Skema Pengawasan Kualitas Produk
4.12. Kendala Produksi
Kendala yang dihadapi oleh distro dalam proses produksi antara lain adalah:
1. Distro cenderung untuk tidak mempunyai alat produksi sendiri karena lebih
efisien untuk makloon dibanding mempunyai fasilitas produksi sendiri. Pengelola
atau pemilik distro lebih berkonsentrasi pada penciptaan produk baru dan
pemasarannya. Sementara itu, penjahit dengan mesin-mesin canggih dan bahkan
untuk produk-produk khusus sudah banyak tersedia. Tidak mungkin bagi distro
untuk menyediakan semua peralatan tersebut karena nilai investasinya cukup
mahal. Sebuah distro di Bandung semula mempunyai alat produksi sendiri, tetapi
kemudian di jual karena tidak sanggup mengikuti perkembangan teknologi
32
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
produksi dan ternyata produksi lebih efisien melalui makloon. Distro lainnya juga
sudah menjual mesin-mesinnya dan menyisakan satu mesin jahit dan satu mesin
obras untuk membuat contoh produk. Tetapi penjahit lebih cenderung melayani
pembuatan produk dalam jumlah besar, sementara distro membuat produk dalam
jumlah terbatas, sehingga penjahit lebih mendahulukan pembuatan produkproduk dalam skala besar.
2. Kualitas bahan baku tidak stabil, sehingga untuk produk-produk yang repeat
order tidak bisa dilayani dengan baik. Tetapi, hal ini tidak menjadi kendala yang
signifikan karena distro membuat produk yang unik dan tidak sama dengan
produksi sebelumnya.
3. Diskon diberikan oleh pemasok (perusahaan tekstil) bila pembelian bahan baku
dilakukan dalam volume besar dan kontinyu, sementara kebutuhan distro hanya
sedikit dan berpindah-pindah dari satu pemasok ke pemasok lain, tergantung
pada motive dan warna bahan yang dibutuhkan, sehingga tidak memperoleh
diskon yang maksimal.
4. Pembayaran atas pembelian baku dilakukan tunai, sehingga membutuhkan modal
kerja yang relatif besar.
BANK INDONESIA
33
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB V
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
5.1.
Jumlah Karyawan
Jumlah tenaga kerja dibagi atas karyawan tetap dan tidak tetap. Jumlah
karyawan distro sangat tergantung pada besar-kecilnya usaha tersebut dan scope
kegiatannya (produksi, pemasaran, dan administrasi). Distro yang membuat
produknya dengan sistem makloon mempunyai mempunyai karyawan yang lebih
sedikit dibandingkan dengan yang mempunyai unit produksi sendiri karena karyawan
hanya untuk desain dan pemasaran. Karyawan pemasaran, khsususnya pelayan toko
berstatus titak tetap. Jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan
karyawan tetap hanya sekitar 5 sampai 10 orang saja. Sebagai contoh, jumlah
karyawan distro yang mempunyai unit produksi sendiri ada sebanyak 25 orang, yang
terdiri dari 15 orang karyawan tetap dan 10 orang karyawan tidak tetap dengan
rincian seperti pada Tabel 5.1. Jumlah karyawan sesuai dengan organisasi perusahaan
dikelompokkan seperti pada Bagan Organisasi pada Gambar V.1.
Karyawan bagian produksi di bawah kendali manager produksi dengan tugas
meliputi: pemotongan, penyablonan, dan penjahit. Sedangkan karyawan operasional
dibagi atas kegiatan toko, promosi dan desain, serta gudang dan distribusi. Manejer
toko membawahi kegiatan toko dan pelayannya. Jumlah pelayan dapat ditambah
atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Pada hari Senin dan Selasa hanya digunakan
5 orang pelayan. Pada akhir pekan (Jumat-Sabtu-Minggu) jumlah pelayan ditambah
menjadi 7 orang.
Manejer promosi dan desain membuat rancangan pakaian, melakukan
promosi, membuat dan mengikuti event promosi, seperti bazar dan pameran yang
diadakan oleh KICK. Manejer promosi dan desain juga bertanggung jawab terhadap
pengendalian kualitas. Produk yang diterima dari bagian produksi akan diperiksa satu
per satu oleh bagian promosi dan desain. Jika ditemukan kesalahan, akan dikembalikan
ke bagian produksi untuk diperbaiki.
BANK INDONESIA
35
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
Manejer gudang dan distribusi bertanggung jawab terhadap penyaluran
produk baik yang dijual di toko sendiri, konsinyasi, dan pengiriman ke daerah lain.
Selain itu, bagian gudang dan distribusi juga bertanggung jawab untuk memeriksa
kembali kualitas produk sebelum dipajang di toko, dikirimkan atau dititipkan
diberbagai distro lain. Karyawan di bagian produksi, toko, dan distribusi ada yang
bekerja dua shift per hari, khususnya pada akhir pekan dan acara bazar. Sedangkan
jam kerja bagian desain tidak diatur dengan tegas, karena ide desain dapat muncul
setiap waktu. Bagian desain dituntut untuk menciptakan desain produk yang bagus,
biasanya sekitar 10 sampai 15 desain setiap bulan. Sebagai contoh, sebuah distro
membuat sekitar 50 desain produk baru setiap bulan.
Tabel 5.1 Jumlah Karyawan Distro Bandung
Jabatan
Direktur
Wakil Direktur
Staf Administrasi
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi
Staf Desain
Bagian Produksi
Manejer Produksi
Staf Produksi
Bagian Toko
Manejer Toko
Pelayan
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi
Staf Distribusi
Jumlah
Karyawan Karyawan
Tetap
Tidak Tetap
(Orang)
(Orang)
1
1
2
Jumlah
Jumlah
(Orang)
(Orang)
1
1
2
1
1
1
1
1
4
1
4
1
0
7
1
7
1
2
15
3
10
1
5
25
Sumber: Distro, Hasil Survei
5.2.
Penggajian
Dari penelitian yang dilakukan terhadap tiga distro di Bandung diketahui bahwa
sistem penggajian terdiri dari gaji pokok dan uang makan. Untuk karyawan tetap,
upah minimum adalah sebesar UMR, yaitu Rp.700.000 sampai dengan Rp.800.000
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
per bulan. Sedangkan gaji manejer rata-rata Rp.2.000.000 per bulan. Karyawan
tidak tetap digaji Rp.100.000 per hari. Perusahaan memberikan uang makan kepada
karyawan baik berupa uang maupun natura dengan nilai sekitar Rp.7.000 sampai
dengan Rp.8.000 per hari. Untuk menghemat biaya, distro dapat menyediakan
catering senilai Rp.5.000 untuk sekali makan. Jam kerja karyawan pada hari Senin
dan Selasa adalah satu shift, sedangkan hari Rabu sampai dengan Minggu dua shift.
Upah lembur 1,5 kali upah jam kerja biasa. Hari kerja setiap karyawan diatur 5 hari
per minggu dan 2 hari libur, kecuali designer tidak ditentukan hari kerjanya.
Gambar V.1 Bagan Organisasi Distro Bandung
Direktur
Wakil Direktur
Staf Administrasi
Manejer
Toko
Manejer
Produksi
Manejer Promosi
& Desain
Manejer Gudang
& Distribusi
Pelayan
Staf Penjahit
Staf Desain
Staf Distribusi
Sumber: Distro, Bandung.
Untuk perhitungan kelayakan usaha distro dengan sistem makloon akan
digunakan struktur karyawan dan penggajian seperti pada Tabel 5.2. Jumlah karyawan
dan penggajian tersebut berpedoman pada struktur organisasi dan penggajian pada
BANK INDONESIA
37
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
distro dengan sedikit penyesuaian, seperti meniadakan wakil direktur. Jika distro
mempunyai unit produksi sendiri, maka dibutuhkan 9 orang karyawan dan satu orang
manejer untuk menangangi kegiatan tersebut (lihat Tabel 5.3 dan Tabel 5.4).
Tabel 5.2 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Makloon)
Jabatan
Karyawan
Gaji
Uang Makan
Total
Total
Total
Tetap
Kar. Tetap Per orang
Gaji
Uang Makan Gaji & U. Makan
(Orang)
(Rp/Bulan)
(Rp/Hari)
(Rp/Tahun)
(Rp/Tahun)
(Rp/Tahun)
1
2.500.000
0
30.000.000
0
30.000.000
2
800.000
7.000
19.200.000
1.820.000
21.020.000
Direktur
Staf Administrasi
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi
1
Staf Desain
1
Bagian Produksi
Manejer Produksi
Staf Produksi
Bagian Toko
Manejer Toko
1
Pelayan
3
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi
1
Staf Distribusi
2
Jumlah
12
Catatan:
Hari kerja karyawan 5 hari dalam seminggu.
2.000.000
800.000
0
7.000
24.000.000
9.600.000
0
1.820.000
24.000.000
11.420.000
1.500.000
800.000
0
7.000
18.000.000
28.800.000
0
1.820.000
18.000.000
30.620.000
1.500.000
700.000
10.600.000
0
7.000
18.000.000
16.800.000
164.400.000
0
1.820.000
7.280.000
18.000.000
18.620.000
171.680.000
Tabel 5.3 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Produksi Sendiri)
Jabatan
Direktur
Staf Administrasi
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi
Staf Desain
Bagian Produksi
Manejer Produksi
Staf Produksi
Bagian Toko
Manejer Toko
Pelayan
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi
Staf Distribusi
Jumlah
38
Karyawan
Gaji
Uang Makan
Total
Total
Total
Tetap
Kar. Tetap Per orang
Gaji
Uang Makan Gaji & U. Makan
(Orang)
(Rp/Bulan)
(Rp/Hari)
(Rp/Tahun)
(Rp/Tahun)
(Rp/Tahun)
1
2.500.000
30.000.000
0
30.000.000
2
800.000
7.000
19.200.000
1.820.000
21.020.000
1
1
2.000.000
800.000
7.000
24.000.000
9.600.000
0
1.820.000
24.000.000
11.420.000
1
9
2.000.000
800.000
7.000
24.000.000
86.400.000
0
1.820.000
24.000.000
88.220.000
1
3
1.500.000
800.000
7.000
18.000.000
28.800.000
0
1.820.000
18.000.000
30.620.000
1
2
22
1.500.000
700.000
13.400.000
18.000.000
16.800.000
274.800.000
0
1.820.000
9.100.000
18.000.000
18.620.000
283.900.000
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
7.000
DISTRO
Tabel 5.4
Perkiraan Jumlah Karyawan Bagian Produksi
Tugas/Jabatan
Tugas/Jabatan
Manejer Produksi
Tukang Potong
Tukang Obras
Tukang Jahit
Tukang Kam
Tukang Sablon
Tukang Strika
Petugas Gudang dan Pengepakan
Total
5.3.
Jumlah
(Orang)
1
1
1
1
1
3
1
1
10
Pelatihan
Karyawan distro pada umumnya berpendidikan S1, D3 dan SMA dengan
usia antara 15-45 tahun. Pelatihan untuk karyawan disesuaikan dengan bidang
pekerjaannya, baik yang dilaksanakan oleh perusahaan sendiri (internal) maupun
oleh pihak lain di luar perusahaan. Dalam bidang pemasaran, pelatihan lebih banyak
ditekankan pada cara menjual dan pengenalan produk. Untuk tenaga administrasi
diberikan pelatihan pengoperasian komputer, kursus kasir, dan mengikuti seminar
manajemen untuk manejer. Untuk bagian produksi diberikan pelatihan tentang cara
mencuci, pembuatan pola dan teknik produksi lain yang dibutuhkan.
Tenaga produksi pada umumnya menekuni pekerjaannya sebagai penjahit
karena hobby. Dalam recruitment karyawan pada distro juga dilakukan psikotes.
Hasilnya cukup efektif dalam mendapatkan karyawan yang tepat, sehingga turnover
karyawan menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan cara recruitment tanpa
psikotes. Biaya-biaya untuk pelatihan karyawan diasumsikan sudah tercakup dalam
biaya operasional perusahaan.
BANK INDONESIA
39
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
5.4.
Biaya-biaya Perizinan
Untuk mendirikan sebuah distro dibutuhkan perzinan dan dokumen-dokumen
yang disyaratkan oleh pemerintah, seperti Akte Pendirian Usaha, Surat Izin Usaha
dan Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat izin dari BKPMD,
Surat izin Domisili, dan lain-lain. Biaya-biaya untuk mendapatkan dokumen perizinan
tersebut adalah seperti pada Tabel 5.5. Total biaya dokumen pendirian dan perizinan
diperkirakan sebesar Rp13,1 juta.
Tabel 5.5
Biaya-biaya Perizinan
Jenis Biaya
Jenis Biaya
Akte Notaris
SIUP
NPWP
Izin BKPM
Izin Domisili dari RT/Camat
Lain-lain
Total
40
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Biaya
(Rp)
9.000.000
1.500.000
0
2.000.000
500.000
100.000
13.100.000
BAB VI
ASPEK KEUANGAN
6.1.
Pemilihan Pola Usaha
Model usaha distro dapat dibagi atas dua bagian, yaitu distro dengan unit
produksi tersendiri dan sistem makloon. Pada umumnya distro tidak memiliki peralatan
produksi sendiri karena:
a. Beragamnya produk yang dibuat sehingga tidak ekonomis kalau memiliki semua
mesin-mesin untuk berbagai jenis produk tersebut karena biaya investasinya
mahal.
b. Tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi produksi yang semakin canggih.
c. Biaya SDM yang semakin mahal.
Distro yang menjadi responden studi ini, semula mempunyai mesin-mesin dan
alat produksi sendiri sekarang hanya mempunyai satu mesin jahit dan satu mesin
obras untuk membuat contoh produk saja. Disro lainnya juga sudah menjual semua
mesin jahitnya. Dalam studi lending model ini dilakukan perhitungan kelayakan untuk
kedua pendekatan tersebut, yaitu distro mempunyai alat produksi sendiri dan tanpa
alat produksi sendiri (makloon).
Distro dikelompokan sebagai industri kreatif. Persaingan ditekankan pada
desain, tema yang diusung dalam desain dan kualitas produk yang ditujukan untuk
kelompok atau komunitas tertentu, misalnya pencinta skateboard, sepeda BMX,
musik indie, musik rock, penggemar mobil VW Combi, pecinta lingkungan hidup dan
sebagainya. Desain produk, khususnya pakaian berubah-ubah setiap waktu. Dalam
sebulan dibuat beberapa bahkan puluhan desain produk baru, sementara produk
dengan desain lama tidak diproduksi lagi. Produk dibuat dalam jumlah terbatas
sehingga terkesan eksklusif dan dijual dengan harga yang lebih mahal dari produk
yang dibuat secara massal.
BANK INDONESIA
41
ASPEK KEUANGAN
Sebagai sebuah industri kreatif, nilai yang melekat pada produk-produk
distro sangat ditentukan oleh desain dan kualitasnya. Oleh karena itu, pengusaha
distro lebih fokus pada penciptaan desain produk baru, kualitas, dan pemasarannya.
Sementara proses produksinya, yaitu sablon dan penjahitan diupahkan pada pihak lain
(outsourcing). Dalam perkembangan suatu distro, pada tahap awal dimulai dengan
menjual produk-produk distro lain dengan sistem konsinyasi sambil mengembangkan
produk-produk rancangan sendiri.
6.2.
Asumsi-Asumsi Perhitungan
Analisis kelayakan usaha ini sangat tergantung pada asumsi-asumsi yang
digunakan yang meliputi aspek produksi, pemasaran, SDM, dan keuangan yang
mempengaruhi biaya dan pendapatan usaha. Asumsi-asumsi dan parameter yang
digunakan didasarkan pada hasil survei lapangan, hasil studi, data sekunder, dan
wawancara dengan pengusaha distro seperti pada Tabel 6.1. Distro beroperasi
sepanjang waktu. Hari libur dan persiapan perayaan lebaran, natal, dan hari-hari
besar lainnya merupakan kesempatan bagi distro untuk menjual produknya sebanyakbanyaknya. Jadi, dalam perhitungan ini diasumsikan hari kerjanya adalah 360 hari.
T-shirt adalah produk yang paling banyak dijual oleh distro, tetapi porsi
penjualan T-shirt setiap distro berbeda-beda. Porsi penjualan T-shirt distro Ian’s Report
sekitar 70%, sedangkan pada distro lainnya sekitar 40%. Data-data (parameter) pada
Tabel 6.1 adalah untuk produksi 5 lusin T-shirt per minggu, sedangkan kemeja, jaket
dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu. Pertimbangan ini diambil karena tiga
distro yang disurvei menjual produknya rata-rata 10 potong T-shirt per hari. Pada
akhir minggu (Sabtu dan Minggu) penjualan bisa mencapai 30 potong, tetapi untuk
perhitungan yang konservatif, kita asumsikan penjualan rata-rata 10 potong per hari
dan produksi dilakukan secara makloon. Sedangkan produk lain, rata-rata separuh
dari penjualan T-shirt.
42
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Jika distro diasumsikan mempunyai peralatan produksi sendiri, maka produk
yang dibuat diasumsikan hanya T-shirt. Perhitungan volume penjualannya didasarkan
pada nilai penjualan pada pola usaha makloon di atas kemudian dibagi dengan harga
jual per unit, sehingga diperoleh volume penjualan dalam seminggu.
Kegiatan usaha diproyeksikan untuk 5 tahun kedepan yang disesuaikan
dengan perkiraan umur ekonomis barang modalnya. Dari wawancara yang dilakukan
dengan pemilik distro diketahui bahwa biaya produksi sendiri lebih rendah sekitar
10%-15% dari biaya makloon. Harga jual ditetapkan berdasarkan harga pokok
penjualan ditambah dengan biaya operasional dan margin. Sacara rata-rata harga
jual 100% atau dua kali lipat di atas biaya produksinya.
BANK INDONESIA
43
ASPEK KEUANGAN
Tabel 6.1 Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan
No.
1
2
3
a
b
c
d
4
a
b
5
6
a
b
c
d
7
a
b
c
d
e
f
g
8
9
10
a
b
11
a
b
c
44
Asumsi
Periode Proyek
Hari kerja per tahun
Kapasitas produksi/minggu
T-shirt
Kemeja
Jaket
Blazer
Tenaga Kerja
Tetap
Tidak Tetap
Biaya Produksi (Makloon)
(Maklon)
T-shirt
Kemeja
Jaket
Blazer
Harga Jual
T-shirt
Kemeja
Jaket
Blazer
Penjualan
Penjualan Tunai
Kredit
Kredit Penjualan
Pembelian Bahan Baku Tunai
Kredit
Kredit Pembelian
Pembayaran kepada penjahit dan sablon
Diskon atas pembelian tunai (vol. besar)
Diskon untuk penjualan konsinyasi
Pendanaan
Kebutuhan Barang Modal
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Jangka waktu pinjaman (tenor)
Modal Kerja
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Jangka waktu pinjaman (tenor)
Tingkat Bunga Pinjaman
Kredit Investasi
Modal Kerja
Biaya provisi KI dan KMK
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Satuan
Tahun
Hari
Nilai/Jumlah
5
360
Lusin
Lusin
Lusin
Lusin
5
3
3
3
Orang
Orang
20
10
Rp/Potong
Rp/Potong
Rp/Potong
Rp/Potong
35.000
45.000
100.000
75.000
Rp/Potong
Rp/Potong
Rp/Potong
Rp/Potong
70.000
90.000
200.000
150.000
%
%
Hari
%
Hari
Hari
Hari
%
%
90
10
30
100
0
0
15-30
20%-30%
20%
%
%
Tahun
30,0%
70,0%
3
%
%
Tahun
30,0%
70,0%
1 (roll over)
%
%
%
16,0%
16,0%
1,0%
DISTRO
6.3.
Biaya Investasi Barang Modal dan Modal Kerja
Biaya yang dibutuhkan untuk memulai usaha distro terdiri dari biaya investasi
barang modal, perizinan, biaya-biaya administrasi selama periode pembangunan,
modal kerja untuk sewa tempat dan pembelian bahan baku.
6.3.1. Biaya Investasi Harta Tetap
Biaya untuk membangun usaha distro meliputi biaya perizinan dan pengadaan
harta tetap. Biaya perizinan dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan adalah Akte
Pendirian Usaha, Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Surat izin dari BKPMD, Surat izin Domisili, dan lain-lain. Biaya-biaya untuk
mendapatkan dokumen perizinan tersebut adalah seperti pada Tabel 6.2. Total biaya
dokumen pendirian dan perizinan diperkirakan sebesar Rp.13.100.000 juta.
Pembangunan sebuah distro memakan waktu sekitar dua bulan. Lamanya
waktu persiapan ini juga tergantung pada besar kecilnya toko dan interior desain yang
diinginkan. Desain dan asesories distro sangat erat dengan tema yang diusungnya dan
komunitas yang akan dilayaninya, tetapi pada umumnya toko-toko distro menerapkan
konsep minimalis.
Selain biaya dokumen perizinan, selama periode pembangunan juga
dikeluarkan biaya untuk upah/gaji dan biaya administrasi lainnya yang besarnya
diperkirakan sekitar Rp.3.000.000. Biaya perizinan dan biaya praoperasi lainnya
dianggap sebagai sunk cost sehingga tidak diperhitungkan sebagai biaya investasi
dan tidak mempengaruhi kelayakan usaha.
Untuk memulai usaha distro tidak diperlukan peralatan yang banyak dan
mahal. Peralatan yang perlu dimiliki hanyalah sebuah mesin jahit untuk membuat
contoh produk (sample). Jika kita membuat model usaha yang ideal, maka pengadaan
barang modal membutuhkan dana yang cukup besar, yaitu untuk membeli berbagai
jenis mesin dan kendaraan operasional.
BANK INDONESIA
45
ASPEK KEUANGAN
Dalam contoh model makloon ini diasumsikan mesin jahit dan obras masingmasing satu unit senilai Rp.8.000.000 (harga mesin baru), kendaraan berupa sepeda
motor sebanyak 2 unit senilai Rp.25.000.000. Biaya sewa toko sekitar Rp.75.000.000
per tahun. Biaya sewa ini berpedoman pada bangunan di sepanjang Jalan Trunojoyo
Bandung dengan ukuran 15mx10m atau Rp.500.000 pe m2 per tahun. Biaya renovasi
sangat bervariasi tergantung pada lokasi, besarnya ruangan, interior design, dan
bahan yang digunakan. Sebagai contoh, biaya renovasi sebuah distro seluas 5mx11m
adalah Rp.150.000.000. Sedangkan biaya renovasi distro lainnya seluas 6mx10m
adalah Rp.100.000.000. Kedua distro tersebut terletak bertetangga di Jl. Trunojoyo
Bandung.
Peralatan toko seperti cash register, gantungan baju, dan lain-lain senilai
Rp.10.000.000. Peralatan kantor dan administrasi seperti komputer, printer, brankas
kecil, file cabinet, telepon, mesin faks, tabung pemadam kebakaran, peralatan pantry
dan lain-lain diperkirakan Rp 25.000.000. Furnitur berupa meja dan kursi kerja untuk
manejer dan karyawan sebanyak 4 set senilai Rp 10.000.000. Total biaya perizinan,
biaya praoperasi, biaya sewa, dan harta tetap adalah Rp 194.100.000. Rencana
penarikan dana untuk kebutuhan investasi harta tetap dapat dilihat pada Lampiran
L1 (Tabel L1.1 dan L1.2).
Jika distro mempunyai peralatan produksi sendiri, maka total biaya investasi
menjadi Rp 205.935.000. Perbedaan tersebut hanya pada investasi mesin dan
peralatannya.
Tabel 6.2 Biaya Pendirian dan Biaya Harta Tetap Usaha Distro
No.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
46
Uraian
Uraian
Biaya Perzinan dan Praoperasi
Tanah
Bangunan (Renovasi Toko)
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Total
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Makloon
Maklon
16.100.000
0
100.000.000
8.000.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
194.100.000
Produksi
Sendiri
16.100.000
0
100.000.000
19.835.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
205.935.000
DISTRO
6.3.2. Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Modal Kerja Awal
Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja produksi,
biaya listrik, telepon, perawatan mesin dan peralatan. Biaya produksi akan
mempengaruhi harga pokok penjualan, sedangkan biaya operasional meliputi biayabiaya administrasi untuk mendukung aktifitas usaha dan pemasaran, seperti biaya
gaji tenaga administrasi, pelayan toko (pramuniaga), biaya komunikasi, transportasi,
dan perawatan toko akan mempengaruhi laba rugi perusahaan. Biaya produksi dan
operasional dapat dikelompokkan sebagai biaya tetap dan variabel. Pengelompokkan
biaya ini akan digunakan untuk menghitung titik penjualan pulang pokok (breakeven
sales).
Modal kerja pada awal periode adalah untuk membeli bahan baku dan biayabiaya untuk membuat produk yang sudah dimulai pada periode awal. Produk baru
dikeluarkan setiap minggu. Kebutuhan dana (modal kerja) yang dicadangkan biasanya
dua kali dari kebutuhan produksi atau untuk kebutuhan operasi selama dua minggu.
Kebutuhan modal kerja awal kedua pola usaha distro tersebut adalah seperti pada
Tabel 6.3. Kebutuhan dana untuk pembelian bahan baku dan proses produksinya
selama dua minggu dengan sistem makloon adalah Rp 18.240.000. Sedangkan
untuk sewa toko sebesar Rp75.000.000 per tahun yang dibayarkan di muka. Jadi,
total modal kerja yang dibutuhkan pada awal periode adalah Rp 93.240.000.
Jika distro mempunyai peralatan produksi sendiri, maka dibutuhkan ruangan
produksi (rumah) yang dikontrak di pinggiran kota. Sebagai contoh, biaya sewa rumah
di pinggir kota Bandung sekitar Rp25.000.000 setahun, sehingga total modal kerja
yang dibutuhkan pada periode awal adalah Rp112.558.915. Jumlah modal kerja untuk
kedua pola usaha tersebut berbeda karena selain ada perbedaan dalam biaya sewa
tempat juga nilai barang jadi produksi sendiri lebih rendah dari pada sistem makloon.
Proyeksi kebutuhan modal kerja selengkapnya adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel
L1.3, Tabel L1.4 dan L1.5. Bagi pengusaha distro yang menggunakan rumah sendiri
untuk berproduksi dan toko, biaya sewa tetap diperhitungkan sebagai kebutuhan
modal kerja, tetapi dalam prakteknya, pinjaman hanya untuk pembelian bahan baku
saja.
BANK INDONESIA
47
ASPEK KEUANGAN
Tabel 6.3 Modal Kerja Awal
No.
1
2
3
4
Uraian
Bahan baku
Bahan Dalam Proses
Barang Jadi
Biaya Sewa Toko
Total
MMaklon
akloon
Rp
(Rp)
0
0
18.240.000
75.000.000
93.240.000
Produksi
Sendiri
(Rp)
6.254.040
598.044
12.558.915
100.000.000
112.558.915
6.3.3. Pendanaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja
Kebutuhan dana untuk harta tetap dan modal kerja awal didanai dengan
pinjaman bank dan modal sendiri dengan porsi masing-masing 70% dan 30%,
sehingga total kebutuhan dan sumber pendanaan usaha distro dengan sistem
makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5.
Rencana penarikan dana investasi harta tetap lihat pada Lampiran L1 (Tabel L1.1 dan
Tabel L1.2). Jangka waktu pinjaman kredit investasi adalah 3 tahun. Tingkat bunga
pinjaman investasi harta tetap dan modal kerja diasumsikan sama besar, yaitu 16%
per tahun dan biaya provisi kredit 1% dari pinjaman. Biaya provisi kredit investasi
dibayarkan hanya sekali, yaitu pada saat kredit pertama kali dicairkan, sedangkan
biaya provisi pinjaman modal kerja dibayarkan setiap tahun yang diperhitungkan
terhadap besarnya pinjaman modal kerja yang ditarik (pinjaman outstanding).
Biaya bunga selama periode pembangunan dapat dilihat pada Lampiran 1
Tabel L1.1 dan Tabel L1.2. Perhitungan cicilan dan biaya bunga kredit investasi selama
periode pinjaman untuk sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti
pada Tabel 6.6 dan Tabel 6.7. Cicilan dan biaya bunga dihitung flat. Rincian rencana
pembayaran cicilan dan biaya bunga pinjaman bulanan dapat dilihat pada Lampiran
L1 (Tabel L1.4 dan Tabel L1.5). Sedangkan pinjaman modal kerja adalah untuk jangka
waktu satu tahun, tetapi dapat diperpanjang (rollover) setiap tahun.
Total modal sendiri yang dibutuhkan pada awal periode dengan sistem
makloon adalah Rp81.372.000, sedangkan dengan sistem produksi sendiri adalah
Rp 94.922.500. Dalam kebutuhan dana tersebut belum termasuk biaya perizinan,
48
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
biaya bunga, biaya provisi pinjaman, upah/gaji, dan biaya administrasi pada periode
pembangunan. Setelah memperhitungkan biaya-biaya tersebut, maka kebutuhan
dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal periode adalah Rp101.732.013
untuk sistem makloon dan Rp113.510.315 untuk sistem produksi sendiri (lihat Proyeksi
Neraca pada Lampiran L1 Tabel L1.14 dan Tabel L1.15).
Tabel 6.4
Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja
(Sistem Makloon)
Komponen Biaya
Komponen Biaya
Pinjaman Bank
Modal Sendiri
Total
Investasi Barang Modal
Besarnya
Porsi
Porsi
(Rp)
70%
124.600.000
30%
53.400.000
100%
178.000.000
Modal Kerja
Besarnya
Porsi
Porsi
(Rp)
70% 65.268.000
30% 27.972.000
100% 93.240.000
Total
Total
(Rp)
(Rp)
189.868.000
81.372.000
271.240.000
Tabel 6.5
Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja
(Sistem Produksi Sendiri)
Komponen Biaya
Komponen Biaya
Pinjaman Bank
Modal Sendiri
Total
Investasi Barang Modal
Besarnya
Porsi
Porsi
(Rp)
70%
132.884.500
30%
56.950.500
100%
189.835.000
Modal Kerja
Besarnya
Porsi
Porsi
(Rp)
70% 65.268.000
30% 27.972.000
100% 93.240.000
Total
Total
(Rp)
(Rp)
198.152.500
84.922.500
283.075.000
Tabel 6.6
Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi
(Sistem Makloon)
Uraian Uraian
Pokok pinjaman
Biaya Bunga
Cicilan
Biaya Bunga dan Cicilan
0
124.600.000
1
89.056.869
19.936.000
35.543.131
55.479.131
2
47.826.837
14.249.099
41.230.032
55.479.131
3
0
7.652.294
47.826.837
55.479.131
BANK INDONESIA
49
ASPEK KEUANGAN
Tabel 6.7
Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi
(Sistem Produksi Sendiri)
Uraian Uraian
Pokok pinjaman
Biaya Bunga
Cicilan
Biaya Bunga dan Cicilan
6.4.
0
132.884.500
1
94.978.150
21.261.520
37.906.350
59.167.870
2
51.006.784
15.196.504
43.971.366
59.167.870
3
0
8.161.085
51.006.784
59.167.870
Produksi dan Penjualan
Asumsi perhitungan ini didasarkan pada produksi T-shirt, kemeja, jaket, dan
blazer. Tshirt dibuat sebanyak 5 lusin per minggu, sedangkan kemeja, jaket, dan blazer
sebanyak 3 lusin per minggu. Dari survei yang dilakukan diketahui bahwa untuk
setiap desain produk distro hanya dibuat sebanyak dua sampai lima lusin saja. Volume
produksi distro ditentukan oleh kemampuan dalam menciptakan desain produk baru
dan modal kerja yang dimiliki. Karena pada umumnya distro tidak mempunyai alat
produksi sendiri, maka volume produksinya juga ditentukan oleh kapasitas produksi
penjahit yang juga melayani distro-distro lainnya.
Jenis produk yang dibuat dan dijual oleh distro sangat beragam, terutama
pakaian dan pernak-pernik asesoriesnya baik yang dibuat sendiri maupun titipan orang
lain (konsinyasi) dan barang-barang impor. Pembatasan asumsi tentang jenis produk
dan volume penjualannya hanya merupakan contoh model usaha yang didasarkan
pada tiga distro yang disurvei.
Perhitungan dapat dibuat untuk berbagai jenis dan volume produksi dan
penjualan, sehingga nilai penjualannya memenuhi kriteria kelompok usaha yang
digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dimana nilai penjualan kelompok usaha mikro
paling banyak Rp300.000.000, kelompok usaha kecil Rp300.000.000 sampai
Rp2.500.000.000, dan kelompok usaha menengah Rp2.500.000.000 sampai
Rp50.000.000.000 per tahun.
50
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Volume dan nilai penjualan pada contoh model usaha ini adalah seperti pada
Tabel 6.8. Total penjualan adalah Rp948.480.000 yang dihasilkan dari penjualan 5
lusin T-shirt per minggu, kemeja, jaket dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu.
Harga jual ditetapkan berdasarkan biaya produksi ditambah dengan biaya operasional,
biaya desain dan margin. Secara total harga jual dua kali biaya produksinya. Sesuai
dengan kriteria UU No.20 di atas, usaha ini termasuk kelompok usaha kecil.
Tabel 6.8
Produksi dan Penjualan Distro Per Tahun
No.
1
2
3
4
Produk
T-shirt
Kemeja
Jaket
Blazer
Total
Penjualan
(Unit)
3.120
1.872
1.872
1.872
Biaya
Produksi
(Rp/Unit)
35.000
45.000
75.000
75.000
230.000
Margin
(Rp/Unit)
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Harga Jual
(Rp/Unit)
70.000
90.000
150.000
150.000
Penjualan
(Rp)
218.400.000
168.480.000
280.800.000
280.800.000
948.480.000
Untuk membandingkan kinerja keuangan sistem makloon dan sistem produksi
sendiri, diasumsikan bahwa distro hanya memproduksi T-shirt, tetapi dengan nilai
penjualan yang tetap sama seperti semula, yaitu Rp948.480.000. Untuk mendapatkan
nilai penjualan tersebut harus dijual sebanyak 22,7 lusin atau 13.550 unit T-shirt
dalam setahun.
6.5.
Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Sales
Proyeksi laba rugi adalah dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri
dapat dilihat pafa Lampiran L1 Tabel L1.6 dan Tabel L1.7. Dari kedua proyeksi laba
rugi tersebut tampak bahwa usaha ini memberikan laba bersih yang positif. Volume
penjualan dipengaruhi pula oleh diskon dan biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Dari studi yang dilakukan diketahui bahwa distro memberikan diskon atas penjualan
tunai antara 10%-35% dan biaya pemasaran antara Rp 2.000.000 sampai dengan
Rp10.000.000 per bulan.
BANK INDONESIA
51
ASPEK KEUANGAN
Biaya operasional yang dirasakan sangat memberatkan bagi pengusaha distro
adalah biaya sewa toko dan cenderung meningkat setiap tahun. Dalam perhitungan
ini biaya sewa diasumsikan tetap sebesar Rp 75.000.000 per tahun. Selain itu,
biaya pemasaran juga relatif besar, yaitu 8,5% terhadap nilai penjualan. Jika distro
menerapkan sistem produksi makloon, maka selama proyeksi lima tahun ke depan
rasio laba bersih terhadap penjualan (profit margin) diperkirakan hanya sekitar 5,7%7,5% per tahun. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri dapat diperoleh sekitar
19,6% -21,5%.
Proyeksi harga pokok penjualan dengan sistem makloon dan sistem produksi
sendiri dapat dilihat pada Lampiran L1 Tabel L1.8 dan Tabel L1.9. Biaya produksi
T-shirt per unit dengan sistem produksi sendiri diperhitungkan sekitar 32,9% lebih
rendah dari biaya produksi sistem makloon atau Rp23.834 per unit. Sedangkan biaya
produksi dengan sistem makloon sebesar Rp35.525 per unit (sudah termasuk biaya
transportasi dan bongkar muat).
Perhitungan titik penjualan pulang pokok (breakeven sales) sistem makloon
dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel L1.10 dan Tabel
L1.11. Tampak bahwa titik pulang pokok pada sistem makloon dicapai pada penjualan
rata-rata Rp776.030.214 per tahun atau sekitar 81,8% dari penjualan per tahun.
Sedangkan dengan sistem produksi sendiri penjualan pulang pokok rata-rata pada
Rp592.206.400 atau 62,4% dari penjualan per tahun.
Jika distro hanya menjual T-shirt, maka titik pulang pokok dengan sistem
makloon dicapai pada penjualan sebanyak 30 potong per hari atau senilai Rp2.100.000
per hari. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri dicapai pada pada penjualan
sebanyak 24 potong per hari atau Rp1.680.000 per hari.
6.6. Proyeksi Arus Kas Operasional
Proyeksi arus kas (cash flow) operasional dengan metode langsung (direct
method) adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel L1.12 dan Tabel L1.13. Tampak bahwa
usaha ini dapat memberikan arus kas yang positif dan tidak ada tambahan pinjaman
52
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
baru selama periode proyeksi. Dalam menguji kelayakan usaha, selain memperhatikan
net present value (NPV) yang positif, juga perlu diperhatikan supaya tidak terjadi cash
shortage atau cash bleeding pada arus kas operasionalnya. Dari kas yang dihasilkan
pada tahun pertama usaha ini sudah tidak memerlukan pinjaman modal kerja karena
dapat ditutupi dari kas hasil operasi sendiri (dana interen).
6.7.
Perhitungan Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha diukur dengan net present value (NPV), internal rate of
return (IRR), jangka waktu pengembalian investasi (Payback Period) dan rasio manfaat
dan biaya usaha (Benefit-Cost Ratio). Penjelasan mengenai pengertian ukuran-ukuran
kelayakan investasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran L2. Perbandingan kelayakan
usaha dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Tabel
6.9. Sistem produksi sendiri memberikan kelayakan usaha yang lebih baik daripada
sistem makloon.
Perhitungan kelayakan usaha selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran L1
Tabel L1.16 dan Tabel L1.17. Dari ukuran-ukuran kelayakan investasi tersebut dapat
dikatakan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan dan distro yang mempunyai alat
produksi sendiri dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada sistem makloon.
Namun demikian, hasil perhitungan tersebut sangat tergantung pada asumsi yang
digunakan. Untuk menganalisis kelayakan usaha lebih lanjut, perlu dilakukan pengujian
sensitivitas NPV terhadap perubahan besaran asumsi-asumsi yang digunakan.
6.8.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas ditujukan untuk melihat besarnya pengaruh perubahan
setiap asumsi terhadap NPV. Pengujian dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan
besaran suatu asumsi sehingga NPV menjadi nol. Pada posisi NPV sama dengan nol,
maka IRR akan sama dengan biaya modalnya, payback period akan sama dengan
panjangnya periode proyeksi (bila proyeksi keuangannya dibuat 5 tahun, maka payback
period akan sama dengan 5 tahun), dan Benefit-Cost rasio akan sama dengan satu.
BANK INDONESIA
53
ASPEK KEUANGAN
Tabel 6.9 Perbandingan Kelayakan Distro
Sistem Makloon dan Produksi Sendiri
Uraian
Uraian
NPV (Rp)
IRR
Payback Period (Tahun)
Benefit-Cost Ratio
Sistem
Sistim
Makloon
Maklon
Produksi
Produksi
Sendiri
Sendiri
121.135.602
31,7%
3,5
1,4
523.356.275
71,7%
1,7
2,7
Pengujian dilakukan terhadap asumsi satu per satu. Ketika dilakukan pengujian
sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka asumsi yang lain tetap seperti semula
(ceteris paribus). Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu asumsi menyebabkan
NPV menjadi negatif, maka dikatakan bahwa usaha ini sensitif terhadap asumsi
tersebut. Cara menguji sensitivitas kelayakan usaha ini dapat dilihat pada Buku
Manual Program Simulasi Bisnis Distro.
Analisis sensitivitas penting dilakukan karena memberikan indikasi kepada
calon investor dan kreditur untuk memerhatikan variabel asumsi yang sangat
berpengaruh terhadap kelayakan suatu usaha dan mengambil langkah-langkah
strategik untuk mengatasi kelemahan usaha yang mungkin dihadapi di masa yang
akan datang. Misalnya, suatu usaha sensitif terhadap harga bahan bakunya, maka
untuk mengatasi fluktuasi harga bahan baku yang mengancam keberlangsungan
usaha tersebut dilakukan kontrak pengadaan bahan baku dalam jangka panjang
pada tingkat harga tertentu yang menjamin NPV positif dan cash flow operasionalnya
tidak mengalami shortage.
Pada sistem makloon pengujian sensitivitas tidak dilakukan pada biaya
produksi dan harga jual produk karena produk yang dijual distro bermacam-macam.
Pengujian dilakukan terhadap asumsi-asumsi seperti pada Tabel 6.10. Dari pengujian
sensitivitas tersebut tampak bahwa usaha ini sensitif terhadap margin yang digunakan
untuk menentukan harga harga jual, diskon yang diberikan atas penjualan tunai dan
konsinyasi, serta biaya gaji. Jika margin diturunkan dari 100% menjadi 90,9%, maka
NPV menjadi nol.
54
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Untuk dapat menetapkan harga jual yang lebih rendah, maka distro harus
mengelola biaya-biaya produksi dan operasinya se-efisien mungkin. Selain itu, untuk
dapat menjual produk distro dua kali lipat dari biaya produksinya dan bersaing dengan
produk sejenis, khususnya pakaian, maka kualitas desain dan ekslusivitas dari produk
distro menjadi faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kelanjutan usaha
ini. Disamping itu, perlindungan terhadap hak cipta atas desain produk-produk
distro sangat penting supaya dapat menjual produknya pada harga yang lebih tinggi
dibanding produk sejenis yang dibuat secara masal.
Faktor kedua yang sensitif terhadap NPV adalah diskon, baik yang diberikan
atas penjualan tunai, maupun untuk penjualan konsinyasi. Diskon atas penjualan
tunai maksimum yang dapat diberikan hanya sebesar 9,9%, sedangkan diskon atau
komisi konsinyasi maksimum sebesar 18,2%. Pemberian diskon yang lebih besar
dapat dilakukan, tetapi harus dibarengi dengan efisiensi dalam biaya produksi dan
operasi. Semakin efisien sebuah distro, semakin besar diskon yang dapat diberikan.
Dalam persaingan yang semakin ketat, diskon menjadi salah satu senjata yang
digunakan untuk mendongkrak penjualan. Untuk dapat memberikan diskon yang
besar atau survive dalam persaingan, maka efisiensi biaya menjadi faktor strategik
yang harus menjadi perhatian pengusaha distro. Dari survei yang dilakukan diketahui
bahwa distro memberikan diskon atas penjualan tunai antara 10%-35%. Diskon yang
besar biasanya diberikan kepada pembeli produk-produk yang kurang laku atau stok
lama dalam program obral (sale).
Faktor ketiga yang sensitif terhadap kelayakan distro dengan sistem makloon
adalah biaya gaji. Jika biaya gaji naik lebih besar dari 12,2%, maka usaha ini menjadi
tidak layak. Persentase perubahan biaya pemasaran sebesar 71,7% menunjukkan
bahwa biaya tersebut tidak begitu sensitif terhadap NPV, tetapi secara absolut biaya
pemasaran dapat lebih besar dari Rp8.586.525. Oleh karena itu, tetap harus menjadi
perhatian dan dikontrol dengan baik oleh manajemen perusahaan. Asumsi-asumsi
lain seperti kenaikan biaya barang modal, biaya administrasi, dan tingkat bunga
pinjaman tidak sensitif terhadap NPV.
BANK INDONESIA
55
ASPEK KEUANGAN
Pengujian sensitivitas NPV terhadap asumsi-asumsi yang sama pada sistem
produksi sendiri (Tabel 6.11) tampak bahwa harga jual dapat diturunkan sebesar
3,8%. Diskon atas pembelian tunai maksimum 42,7% dan komisi konsinyasi dapat
diberikan sampai 78,4%. Biaya gaji dapat naik maksimum 41%. Besaran perubahan
asumsi-asumsi tersebut jauh di atas kondisi bisnis yang berlaku. Dengan demikian,
kondisi usaha distro yang mempunyai peralatan produksi sendiri lebih baik daripada
sistem makloon. Tetapi adanya kecenderungan pemilik distro untuk memilih sistem
makloon dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Sewa tempat usaha yang semakin mahal.
2. Biaya tenaga kerja yang juga semakin tinggi serta masalah-masalah dalam
pengelolaan karyawan.
3. Harga bahan baku cenderung meningkat.
4. Perubahan teknologi proses produksi yang semakin cepat, sementara pemilik
distro tidak fleksibel dalam mengganti peralatan produksi tersebut.
Tabel 6.10
Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting
(Sistem Makloon)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
56
Uraian
Kenaikan investasi barang modal
Margin
Diskon Pembelian Tunai
Diskon konsinyasi
Harga Kain (Rp/Kg)
Biaya Gaji
Biaya Administrasi
Biaya pemasaran per bulan (Rp)
Tingkat Bunga Pinjaman
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Asumsi
Dasar
0,0%
100,0%
0,0%
0,0%
Uji
Sensitivitas
89,5%
90,9%
9,9%
18,2%
Perubahan
89,5%
-9,1%
9,9%
18,2%
0,0%
0,0%
5.000.000
16,0%
12,2%
73,3%
8.586.525
34,1%
12,2%
73,3%
71,7%
113,1%
DISTRO
Tabel 6.11
Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting
(Sistem Produksi Sendiri)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Uraian
Kenaikan investasi barang modal
Margin
Diskon Pembelian Tunai
Diskon konsinyasi
Harga Kain (Rp/Kg)
Biaya Gaji
Biaya Administrasi
Biaya pemasaran per bulan (Rp)
Tingkat Bunga Pinjaman
Asumsi
Dasar
0,0%
100,0%
0,0%
0,0%
50.000
0,0%
0,0%
5.000.000
16,0%
Uji
Sensitivitas
365,5%
-3,8%
42,7%
78,4%
116.866
41,0%
165,7%
20.495.281
78,7%
Perubahan
365,5%
-103,8%
42,7%
78,4%
133,7%
41,0%
165,7%
309,9%
391,9%
BANK INDONESIA
57
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
58
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB VII
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN
7.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Usaha distro termasuk dalam kelompok industri kreatif yang melibatkan anak
muda, khususnya mahasiswa dalam membuat dan menjual berbagai produk dengan
desain yang diciptakan sendiri yang ditujukan untuk komunitasnya. Dilihat dari ukuran
usaha, distro dapat berukuran mikro, kecil, dan menengah dengan omset penjualan
antara Rp240.000.000 sampai dengan Rp5.000.000.000 per tahun. Dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir industri kreatif berkembang pesat di kota Bandung. Nilai
perputaran uang dalam industri ini mencapai Rp79.000.000.000 per bulan. Menurut
Ema Sumarna, Kepala Bagian Perekonomian Kota Bandung, ada tiga dari 14 item
industri kreatif yang menjadi unggulan Kota Bandung, yakni clothing, kuliner, dan
craft. Industri tersebut mampu menyerap 650.000 tenaga kerja. Sampai saat ini, di
kota Bandung setidaknya ada 250 merek distro. Setiap distro menjual rata-rata 1.625
buah produk atau merek per bulan. Dengan rata- rata harga Rp50.000 per buah,
total arus uang yang beredar di kota Bandung mencapai Rp20,3 miliar per bulan atau
Rp243,7 miliar per tahun (Evi Panjaitan, Koran Seputar Indonesia, 23 April 2008).
Distro di kota Bandung khususnya mempekerjakan mahasiswa dan tenaga
kerja muda. Distro dengan ukuran mikro menyerap 4 orang karyawan, sedangkan
yang berukuran menengah dapat menyerap sampai 50 orang karyawan. Dalam
kondisi ekonomi yang sulit saat ini, di mana lapangan kerja juga sempit, distro
merupakan salah satu alternatif usaha yang dapat memperkecil angka pengangguran
di Indonesia. Selain itu, keberadaan distro juga akan menghidupkan industri tekstil,
musik, asesories pakaian, dan perdagangan lainnya.
Distro sangat memperhatikan kualitas produknya. Hal ini dapat menjadi
motor dan contoh bagi usaha kecil lainnya untuk membuat produk atau jasa yang
berkualitas baik, sehingga dapat bersaing degan produk-produk impor yang sejenis
dan dijual dengan harga yang lebih tinggi.
BANK INDONESIA
59
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Perkembangan distro dan industri kreatif lainnya memberikan umpan balik
kepada dunia pendidikan, khususnya sekolah desain dan keterampilan teknis lainnya
untuk terus menciptakan lulusan yang mandiri dan mampu menciptakan lapangan
kerja baru.
7.2.
Aspek Dampak Lingkungan
Distro tidak memcemari lingkungannya. Keberadaan distro terkait dengan
industri lainnya, seperti tekstil, musik, konfeksi, dan asesories fashion lainnya. Limbah
yang ditimbulkan distro yang memproduksi pakaian adalah potongan-potongan
kain (kain paco) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku untuk membuat
produk-produk kerajinan, lukisan, dan boneka.
60
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
1. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda dalam membuat
dan menjual produk dengan desain yang berbeda dari yang lainnya. Perbedaan
tersebut terletak pada tema yang diusung dalam desain produk tersebut, seperti
pencinta lingkungan, fauna, flora, musik, film, artis, tokoh, dan masalah-masalah
sosial disekitarnya. Kreatifitas untuk menciptakan produk-produk dengan desain
baru dalam jumlah terbatas dan menciptakan komunitas tersendiri menjadi
prasyarat penting untuk bersaing dengan distro dan perusahaan fashion lainnya
dan dapat menjual produk lebih mahal daripada produk sejenis yang diproduksi
secara masal. Dapat dikatakan bahwa kelanjutan usaha ini sangat ditentukan
oleh kreatifitas pengelolanya untuk membuat produk-produk baru dan unik bagi
komunitasnya. Penciptaan jaringan dan memperbesar komunitas yang mempunyai
hobby atau selera yang sama merupakan strategi pemasaran yang harus terus
dikembangkan oleh pengusaha distro.
2. Walaupun desain produk distro ditujukan untuk komunitas tertentu, tetapi
dalam dunia fashion, khususnya pakaian sehari-hari (casual) dengan harga yang
relatif murah rasanya sulit untuk mengelompokkan konsumen secara tegas dan
mempertahankan loyalitas konsumen pada tema desain yang diusung oleh sebuah
distro. Jika ada, komunitasnya relatif kecil. Konsumen membeli produk-produk
distro karena kualitasnya yang baik.
3. Pada umumnya distro tidak memiliki alat produksi sendiri. Pengelola distro lebih
fokus pada penciptaan desain produk baru dan pemasarannya. Khusus untuk
produksi pakaian dilakukan secara makloon. Walaupun kalkulasi biaya produksi
per unit barang yang dibuat (dalam contoh ini T-shirt) lebih rendah sekitar 32,9%
BANK INDONESIA
61
KESIMPULAN DAN SARAN
daripada sistem makloon. Distro di kota Bandung dapat memperoleh bahan
baku yang murah karena banyak perusahaan pemasok disekitarnya serta banyak
tersedia usaha-usaha proses produksi dengan teknologi canggih, sehingga distro
tidak perlu memiliki mesin-mesin sendiri. Pada umumnya, distro lebih fokus pada
desain produk dan pemasarannya, sehingga menghemat waktu dan tenaga
dan tidak direpotkan dengan peraturan ketenagakerjaan yang memberatkan
pengusaha.
4. Distro berkumpul di lokasi sekitar pusat-pusat keramaian khususnya tempat
”mangkal” anak muda, sehingga mudah mendapatkan konsumen dan bagi
konsumen juga memudahkan dari segi waktu, tenaga, dan tersedia pilihan produk
distro yang beragam. Pilihan lokasi juga mengikuti distro yang sudah terkenal dan
banyak dikunjungi konsumen, sehingga dengan menempatkan diri berdekatan
dengan distro tersebut diharapkan juga akan dikunjungi oleh konsumen. Dalam
persaingan yang semakin ketat, baik dengan usaha distro lain yang tumbuh
menjamur maupun dengan usaha garmen dan fashion lainnya, efisiensi dalam
biaya produksi dan operasi harus menjadi perhatian pengelola distro, sehingga
mampu menjual dengan harga yang kompetitif dan memberikan diskon yang
relatif besar kepada pembeli, khususnya dalam jumlah besar secara tunai.
5. Karena distro tidak membutuhkan alat produksi sendiri, maka kebutuhan
dananya hanya untuk modal kerja. Sementara itu, distro memilih lokasi di pusatpusat keramaian, di mana sewa tempat di lokasi tersebut cenderung mahal. Oleh
karena itu, persoalan yang dihadapi oleh pengusaha distro adalah modal kerja
yang harus disediakan untuk sewa tempat. Sementara itu, biaya sewa tempat
usaha cenderung meningkat setiap tahun.
6. Ukuran (size) distro bermacam-macam. Ada yang mempunyai omset Rp
20.000.000,00 per bulan dan ada pula yang Rp 300.000.000,00 lebih per bulan.
Perbedaan tersebut sangat tergantung pada besarnya modal usaha yang dimilikinya
dan didukung oleh merek produk yang sudah terkenal. Dalam perhitungan ini
62
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
digunakan distro dengan omset penjualan rata-rata R79.000.000 per bulan,
yaitu rata-rata omset tiga distro yang disurvei dalam studi ini. Baik distro dengan
sistem makloon maupun yang mempunyai peralatan produksi sendiri layak untuk
dijalankan.
7. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa distro dengan peralatan produksi sendiri
lebih baik dari pada sistem makloon. Usaha distro dengan sistem makloon sensitif
terhadap margin yang ditetapkan untuk menentukan harga jual di atas biaya
produksinya, diskon, dan biaya gaji. Penurunan margin dari 100% menjadi
90,9% terhadap biaya produksinya menyebabkan NPV menjadi nol. Jika margin
turun lebih besar lagi, maka usaha ini menjadi tidak layak dijalankan. Usaha ini
juga sensitif terhadap besarnya diskon yang diberikan kepada konsumen maupun
toko konsinyasi. Jika diskon atas penjualan tunai diberikan melebihi 9,9% dari
harga jual atau biaya komisi toko konsinyasi lebih besar dari 18,2%, maka usaha
ini menjadi tidak layak dilaksanakan. Selain itu, usaha ini juga sensitif terhadap
biaya gaji. Kenaikkan biaya gaji maksimum adalah 12,5% dari gaji yang berlaku
saat ini. Semakin ketat persaingan yang dihadapi baik sesama distro maupun
dengan usaha lain yang sejenis akan menekan harga jual dan menaikkan diskon.
Akibatnya, usaha baru akan kesulitan untuk masuk kedalam industri ini.
8.2. Saran
1. Perlindungan terhadap hak cipta supaya desain produk-produk distro tidak ditiru
oleh perusahaan lain menjadi faktor yang sangat penting untuk diperjuangkan
kepada pemerintah melalui organisasi yang mengayomi usaha distro, yaitu KICK.
Dengan demikian, eksklusivitas produk distro dapat terjamin dan dijual pada
harga yang lebih tinggi daripada produk sejenis yang dibuat secara masal.
2. Pemerintah daerah harus melindungi usaha ini supaya tidak didominasi oleh
pengusaha besar dan mempermudah proses pengurusan hak paten dengan biaya
yang murah. Bila terjadi pelanggaran hak cipta, pemerintah harus menindak tegas
pelanggarnya.
BANK INDONESIA
63
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Distro cenderung berkelompok ditempat keramaian, oleh karena itu dalam rangka
pengembangan usaha industri kreatif, khususnya distro, Pemerintah Daerah perlu
membuka pusat-pusat usaha baru.
4. Pada umumnya pengusaha distro adalah anak muda, bahkan sebagian masih
berstatus mahasiswa. Pendanaan yang dibutuhkan oleh usaha distro adalah untuk
modal kerja yang besarnya sangat tergantung pada skala usaha yang dijalankan
(usaha mikro, kecil, atau menengah). Bagi pihak perbankan yang akan menyalurkan
kredit kedalam usaha distro ini sebaiknya juga memberikan pelatihan manajemen
kepada pengusaha muda tersebut karena pengusaha distro pada mulanya lebih
banyak mengandalkan kemampuan dalam merancang produk baru, tetapi lemah
dalam bidang pengelolaan usaha. Dari survei yang dilakukan diketahui beberapa
pengusaha distro menjadi korban penipuan dari rekan usahanya.
64
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
LAMPIRAN
BANK INDONESIA
65
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN 1
1
Penarikan Dana dan Biaya Bunga .........................................................
67
2
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja ................……………………………..
68
3
Proyeksi Laba Rugi ….…………………………………………………......
70
4
Proyeksi Harga Pokok Penjualan ...………………………........................
71
5
Break Even Sales ...................................................................................
73
6
Proyeksi Arus Kas Operasional .....…………………………….................
75
7
Proyeksi Neraca ......................…………………………………………....
77
8
Perhitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon)....
79
9
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman ………………………....
81
LAMPIRAN 2 : RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN
1
Menghitung Net Present Value (NPV) …....................………….............
83
2
Menghitung Internal Rate Of Return (IRR) ................……………..........
89
3
Menghitung Payback Period …............................................................
91
4
Menghitung Benefit-Cost Ratio …….....................................................
92
5
Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok ............................................
93
66
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
LAMPIRAN 1.
1. Penarikan Dana dan Biaya Bunga
Tabel L1.1
Penarikan dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Makloon)
HARTA TETAP
HARTA TETAP
Tanah
Renovasi Toko
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Total
FINANCING
Modal Sendiri
Pinjaman
Total
BIAYA BUNGA
Biaya Bunga
Pembayaran Bunga
Bunga Terutang
Biaya Provisi
BULAN
%
0,0%
56,2%
4,5%
14,0%
5,6%
14,0%
5,6%
100,0%
30,0%
70,0%
100,0%
16,0%
100,0%
0,0%
1,0%
1
0
50.000.000
0
25.000.000
0
0
0
75.000.000
1
22.500.000
52.500.000
75.000.000
1
1.400.000
1.400.000
0
1.246.000
2
Total
0
50.000.000
8.000.000
0
10.000.000
25.000.000
10.000.000
103.000.000
2
30.900.000
72.100.000
103.000.000
2
961.333
961.333
0
0
0
100.000.000
8.000.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
178.000.000
Total
53.400.000
124.600.000
178.000.000
Total
2.361.333
2.361.333
0
1.246.000
BANK INDONESIA
67
LAMPIRAN 1
Tabel L1.2
Penarikan Dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Produksi Sendiri)
HARTA TETAP
BULAN
HARTA TETAP
Tanah
Renovasi Toko
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Total
FINANCING
Modal Sendiri
Pinjaman
Total
BIAYA BUNGA
Biaya Bunga
Pembayaran Bunga
Bunga Terutang
Biaya Provisi
%
0,0%
56,2%
4,5%
14,0%
5,6%
14,0%
5,6%
100,0%
30,0%
70,0%
100,0%
16,0%
100,0%
0,0%
1,0%
1
0
50.000.000
0
25.000.000
0
0
0
75.000.000
1
22.500.000
52.500.000
75.000.000
1
1.400.000
1.400.000
0
1.246.000
2
0
50.000.000
8.000.000
0
10.000.000
25.000.000
10.000.000
103.000.000
2
30.900.000
72.100.000
103.000.000
2
961.333
961.333
0
0
Total
0
100.000.000
8.000.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
178.000.000
Total
53.400.000
124.600.000
178.000.000
Total
2.361.333
2.361.333
0
1.246.000
2. Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja
Tabel L1.3
Modal Kerja Awal (Untuk Bahan Baku)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Barang
Barang
Dagangan
Dagangan
T-shirt
Kemeja
Jaket
Blazer
Volume
Modal Kerja Produk yang
Penjualan
Awal
dibuat
(Unit)
(Minggu)
(Unit)
3.120
2
120
1.872
2
72
1.872
2
72
1.872
2
72
Total
68
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Biaya
(Rp/Unit)
35.000
45.000
75.000
75.000
Kebutuhan
Modal Kerja
(Rp)
4.200.000
3.240.000
5.400.000
5.400.000
18.240.000
DISTRO
Tabel L1.4
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Makloon)
Uraian
Uraian
Piutang usaha
Persediaan bahan baku
Persediaan bahan dalam proses
Persediaan Barang Jadi
Sewa dibayar dimuka
Persediaan Barang Jadi
Utang usaha
Kebutuhan Modal Kerja
Incremental Working Capital
Financing
Modal Sendiri
Pinjaman
Total
Biaya Bunga
Biaya Provisi
0
0
0
18.240.000
75.000.000
18.240.000
0
93.240.000
93.240.000
1
23.712.000
0
0
18.470.000
75.000.000
18.470.000
19.769.583
97.412.417
4.172.417
TAHUN
2
23.712.000
0
0
18.470.000
75.000.000
18.470.000
19.760.000
97.422.000
9.583
3
23.712.000
0
0
18.470.000
75.000.000
18.470.000
19.760.000
97.422.000
0
4
23.712.000
0
0
18.470.000
75.000.000
18.470.000
19.760.000
97.422.000
0
5
23.712.000
0
0
18.470.000
75.000.000
18.470.000
19.760.000
97.422.000
0
27.972.000
65.268.000
93.240.000
0
652.680
1.251.725
2.920.692
4.172.417
10.910.191
681.887
2.875
6.708
9.583
10.911.264
681.954
0
0
0
10.911.264
681.954
0
0
0
10.911.264
681.954
0
0
0
10.911.264
681.954
0
Tabel L1.5
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian
Uraian
Piutang usaha
Persediaan bahan baku
Persediaan bahan dalam proses
Persediaan Barang Jadi
Sewa dibayar dimuka
Total
Utang usaha
Kebutuhan Modal Kerja
Incremental Working Capital
Financing
Modal Sendiri
Pinjaman
Total
Biaya Bunga
Biaya Provisi
0
0
6.254.040
598.044
12.558.915
100.000.000
119.410.998
0
119.410.998
119.410.998
1
23.712.000
6.254.040
598.044
12.558.915
100.000.000
143.122.998
0
143.122.998
23.712.000
35.823.299
83.587.699
119.410.998
0
835.877
7.113.600
16.598.400
23.712.000
16.029.776
1.001.861
TAHUN
2
3
23.712.000
23.712.000
6.254.040
6.254.040
598.038
598.038
12.558.795
12.558.795
100.000.000
100.000.000
143.122.873
143.122.873
0
0
143.122.873
143.122.873
(125)
(0)
(38)
(88)
(125)
16.029.762
1.001.860
(0)
(0)
(0)
16.029.762
1.001.860
4
23.712.000
6.254.040
598.038
12.558.795
100.000.000
143.122.873
0
143.122.873
0
5
23.712.000
6.254.040
598.038
12.558.795
100.000.000
143.122.873
0
143.122.873
0
0
0
0
16.029.762
1.001.860
0
0
0
16.029.762
1.001.860
BANK INDONESIA
69
LAMPIRAN 1
3. Proyeksi Laba-Rugi
Tabel L1.6
Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Makloon)
Uraian
Penjualan
Diskon
Penjualan Bersih
Harga pokok penjualan
Laba kotor
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji
Biaya penyusutan
Biaya asuransi
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya pemasaran
Biaya sewa
Total biaya operasional
Laba operasi
Biaya bunga
Pendapatan (biaya) lain-lain
Laba sebelum pajak
Pajak perusahaan
Laba bersih
70
0
0
0
0
0
0
1
948.480.000
0
948.480.000
481.357.050
467.122.950
2
948.480.000
0
948.480.000
481.353.600
467.126.400
3
948.480.000
0
948.480.000
481.353.600
467.126.400
4
948.480.000
0
948.480.000
481.353.600
467.126.400
5
948.480.000
0
948.480.000
481.353.600
467.126.400
0
0
0
16.100.000
0
0
0
16.100.000
(16.100.000)
2.361.333
(1.898.680)
(20.360.013)
0
(20.360.013)
171.680.000
35.600.000
1.304.940
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
382.584.940
84.538.010
19.936.000
(681.887)
63.920.123
9.588.018
54.332.105
171.680.000
35.600.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
382.584.480
84.541.920
14.249.099
(681.954)
69.610.867
10.441.630
59.169.237
171.680.000
35.600.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
382.584.480
84.541.920
7.652.294
(681.954)
76.207.672
11.431.151
64.776.521
171.680.000
35.600.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
382.584.480
84.541.920
0
(681.954)
83.859.966
12.578.995
71.280.971
171.680.000
35.600.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
382.584.480
84.541.920
0
(681.954)
83.859.966
12.578.995
71.280.971
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel L1.7
Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian
Penjualan
Diskon
Penjualan Bersih
Harga pokok penjualan
Laba kotor
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji
Biaya penyusutan
Biaya asuransi
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya pemasaran
Biaya sewa
Total biaya operasional
Laba operasi
Biaya bunga
Pendapatan (biaya) lain-lain
Laba sebelum pajak
Pajak perusahaan
Laba bersih
0
0
0
0
0
0
1
948.480.000
0
948.480.000
322.943.516
625.536.484
2
948.480.000
0
948.480.000
322.940.566
625.539.434
3
948.480.000
0
948.480.000
322.940.442
625.539.558
4
948.480.000
0
948.480.000
322.940.441
625.539.559
5
948.480.000
0
948.480.000
322.940.441
625.539.559
0
0
0
16.100.000
0
0
0
16.100.000
(16.100.000)
2.471.793
(2.164.722)
(20.736.515)
0
(20.736.515)
171.680.000
37.967.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
384.348.306
241.188.177
21.261.520
(1.001.861)
218.924.796
32.838.719
186.086.077
171.680.000
37.967.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
384.348.306
241.191.127
15.196.504
(1.001.860)
224.992.763
33.748.914
191.243.849
171.680.000
37.967.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
384.348.306
241.191.252
8.161.085
(1.001.860)
232.028.306
34.804.246
197.224.060
171.680.000
37.967.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
384.348.306
241.191.252
0
(1.001.860)
240.189.392
36.028.409
204.160.983
171.680.000
37.967.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
384.348.306
241.191.252
0
(1.001.860)
240.189.392
36.028.409
204.160.983
4. Proyeksi Harga Pokok Penjualan
Tabel L1.8
Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Makloon)
Uraian
Persedian awal barang dagangan
Pembelian
Persediaan akhir barang dagangan
Penjualan
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Penyimpanan
Harga Pokok Penjualan
1
18.240.000
474.470.000
18.470.000
474.240.000
4.744.700
2.372.350
0
481.357.050
2
18.470.000
474.240.000
18.470.000
474.240.000
4.742.400
2.371.200
0
481.353.600
3
18.470.000
474.240.000
18.470.000
474.240.000
4.742.400
2.371.200
0
481.353.600
4
18.470.000
474.240.000
18.470.000
474.240.000
4.742.400
2.371.200
0
481.353.600
5
18.470.000
474.240.000
18.470.000
474.240.000
4.742.400
2.371.200
0
481.353.600
BANK INDONESIA
71
LAMPIRAN 1
Tabel L1.9
Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian
Persediaan awal bahan baku
Pembelian
Persediaan akhir bahan baku
Bahan baku
Upah langsung
Biaya Overhead Produksi
Biaya Administrasi Produksi
Biaya Upah Tak Langsung
Biaya Maintanance
Biaya Sewa
Biaya alat-alat jahit dan sablon
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Penyimpanan
Biaya Asuransi
Biaya Penyusutan
Total Factory Overhead
Biaya Pabrikasi
Persediaan awal WIP
Persediaan akhir WIP
Total biaya produksi
Persediaan awal barang jadi
Persediaan akhir barang jadi
Harga Pokok Penjualan
Biaya produksi/unit
72
1
6.254.040
160.818.171
6.254.040
160.818.171
88.220.000
0
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
4.744.700
2.372.350
0
31.670
3.167.000
73.905.720
322.943.891
598.044
598.044
322.943.891
12.558.929
12.558.929
322.943.891
23.834
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
2
6.254.040
160.818.171
6.254.040
160.818.171
88.220.000
0
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
4.742.400
2.371.200
0
31.670
3.167.000
73.902.270
322.940.441
598.044
598.038
322.940.448
12.558.929
12.558.795
322.940.582
23.834
3
6.254.040
160.818.171
6.254.040
160.818.171
88.220.000
0
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
4.742.400
2.371.200
0
31.670
3.167.000
73.902.270
322.940.441
598.038
598.038
322.940.441
12.558.795
12.558.795
322.940.442
23.834
4
6.254.040
160.818.171
6.254.040
160.818.171
88.220.000
0
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
4.742.400
2.371.200
0
31.670
3.167.000
73.902.270
322.940.441
598.038
598.038
322.940.441
12.558.795
12.558.795
322.940.441
23.834
5
6.254.040
160.818.171
6.254.040
160.818.171
88.220.000
0
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
4.742.400
2.371.200
0
31.670
3.167.000
73.902.270
322.940.441
598.038
598.038
322.940.441
12.558.795
12.558.795
322.940.441
23.834
DISTRO
5. Break Even Sales
Tabel L1.10
Break Even Sales (Sistem Makloon)
Uraian
Biaya sewa
Biaya upah/gaji
Biaya penyusutan
Biaya Bunga
Biaya asuransi
Nilai Perolehan Barang Dagangan
Biaya pemasaran
Biaya administrasi dan umum
Pajak
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Admin Lain-lain
Biaya Penyimpanan
TOTAL
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Penjualan
BE Sales
BE Sales/Penjualan
Jika yang dijual hanya T-Shirt
Harga T-Shirt
Volume Penjualan (Unit)
Volume Penjualan (Lusin)
Volume Penjualan/Bulan (Lusin)
Volume Penjualan/Hari (Lusin)
Volume Penjualan/Hari (Potong)
Penjualan/Hari (Rp)
Penjualan/Minggu(Rp)
Jenis Biaya
T
T
T
T
T
V
V
V
V
V
V
V
V
1
75.000.000
171.680.000
35.600.000
19.936.000
1.304.940
474.240.000
84.000.000
15.000.000
9.588.018
4.744.700
2.372.350
0
0
893.466.009
589.945.069
303.520.940
948.480.000
802.944.193
84,7%
2
75.000.000
171.680.000
35.600.000
14.249.099
1.304.480
474.240.000
84.000.000
15.000.000
10.441.630
4.742.400
2.371.200
0
0
888.628.809
590.795.230
297.833.579
948.480.000
789.771.376
83,3%
3
75.000.000
171.680.000
35.600.000
7.652.294
1.304.480
474.240.000
84.000.000
15.000.000
11.431.151
4.742.400
2.371.200
0
0
883.021.525
591.784.751
291.236.774
948.480.000
774.420.899
81,6%
4
75.000.000
171.680.000
35.600.000
0
1.304.480
474.240.000
84.000.000
15.000.000
12.578.995
4.742.400
2.371.200
0
0
876.517.075
592.932.595
283.584.480
948.480.000
756.507.301
79,8%
5
75.000.000
171.680.000
35.600.000
0
1.304.480
474.240.000
84.000.000
15.000.000
12.578.995
4.742.400
2.371.200
0
0
876.517.075
592.932.595
283.584.480
948.480.000
756.507.301
79,8%
70.000
11.471
956
80
2,7
31,9
2.230.401
15.612.804
70.000
11.282
940
78
2,6
31,3
2.193.809
15.356.666
70.000
11.063
922
77
2,6
30,7
2.151.169
15.058.184
70.000
10.807
901
75
2,5
30,0
2.101.409
14.709.864
70.000
10.807
901
75
2,5
30,0
2.101.409
14.709.864
T = biaya tetap dan V = biaya variabel
BANK INDONESIA
73
LAMPIRAN 1
Tabel L1.11
Break Even Sales (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian
Bahan baku
Upah langsung
Biaya Administrasi Produksi
Biaya Upah Tak Langsung
Biaya Maintanance
Biaya Sewa
Biaya alat-alat jahit dan sablon
Biaya Asuransi
Biaya Penyusutan
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Penyimpanan
Biaya upah/gaji
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya pemasaran
Biaya sewa
Biaya bunga
Pajak perusahaan
Total Biaya
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Penjualan
BE Sales
BE Sales/Penjualan
Jika yang dijual hanya T-Shirt
Harga T-Shirt
Volume Penjualan (Unit)
Volume Penjualan (Lusin)
Volume Penjualan/Bulan (Lusin)
Volume Penjualan/Hari (Lusin)
Volume Penjualan/Hari (Potong)
Penjualan/Hari (Rp)
Penjualan/Minggu(Rp)
Jenis Biaya
V
V
T
T
T
T
V
T
T
V
V
V
T
T
T
V
T
T
V
1
160.818.171
88.220.000
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
1.336.610
38.767.000
4.744.700
2.372.350
0
171.680.000
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
19.936.000
9.588.018
735.052.850
352.333.240
382.719.610
948.480.000
608.913.643
64,2%
2
160.818.171
88.220.000
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
1.336.150
38.767.000
4.742.400
2.371.200
0
171.680.000
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
14.249.099
10.441.630
730.215.651
353.183.402
377.032.249
948.480.000
600.721.638
63,3%
3
160.818.171
88.220.000
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
1.336.150
38.767.000
4.742.400
2.371.200
0
171.680.000
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
7.652.294
11.431.151
724.608.366
354.172.922
370.435.444
948.480.000
591.193.716
62,3%
4
160.818.171
88.220.000
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
1.336.150
38.767.000
4.742.400
2.371.200
0
171.680.000
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
0
12.578.995
718.103.916
355.320.766
362.783.150
948.480.000
580.101.502
61,2%
5
160.818.171
88.220.000
12.000.000
18.000.000
6.000.000
25.000.000
2.590.000
1.336.150
38.767.000
4.742.400
2.371.200
0
171.680.000
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
0
12.578.995
718.103.916
355.320.766
362.783.150
948.480.000
580.101.502
61,2%
70.000
8.699
725
60
2,0
24,2
1.691.427
11.839.988
70.000
8.582
715
60
2,0
23,8
1.668.671
11.680.699
70.000
8.446
704
59
2,0
23,5
1.642.205
11.495.433
70.000
8.287
691
58
1,9
23,0
1.611.393
11.279.751
70.000
8.287
691
58
1,9
23,0
1.611.393
11.279.751
T = biaya tetap dan V = biaya variabel
74
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
6. Proyeksi Arus Kas Operasional
Tabel L1.12
Arus Kas Operasional (Sistem Makloon)
Uraian
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan
Diskon
Penerimaan piutang usaha
Pendapatan lain-lain
Total penerimaan
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian
Pembayaran utang usaha
Biaya upah/gaji
Biaya asuransi
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya pemasaran
Biaya sewa
Pajak perusahaan
Pembayaran cicilan utang bank
Pembayaran bunga
Biaya provisi bank
Deviden
Pembelian harta tetap baru
Total pembayaran
Selisih penerimaan dan pembayaran
Kas awal
Kas sebelum financing
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Modal Kerja
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Pinjaman Baru
Total financing
Kas akhir
0
1
0
0
0
0
0
2
3
4
5
924.768.000
0
0
0
924.768.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
454.700.417
0
171.680.000
1.304.940
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
0
35.543.131
19.936.000
681.887
0
0
864.963.425
59.804.575
0
59.804.575
454.480.000
19.769.583
171.680.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
9.588.018
41.230.032
14.249.099
681.954
54.332.105
0
948.428.871
51.129
63.976.992
64.028.121
454.480.000
19.760.000
171.680.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
10.441.630
47.826.837
7.652.294
681.954
59.169.237
0
954.110.032
(5.630.032)
64.037.704
58.407.672
454.480.000
19.760.000
171.680.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
11.431.151
0
0
681.954
64.776.521
0
905.227.706
43.252.294
58.407.672
101.659.966
454.480.000
19.760.000
171.680.000
1.304.480
15.000.000
0
84.000.000
75.000.000
12.578.995
0
0
681.954
71.280.971
0
912.880.000
35.600.000
101.659.966
137.259.966
73.107.333
124.600.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28.624.680
65.268.000
0
291.600.013
0
1.251.725
2.920.692
0
4.172.417
63.976.992
2.875
6.708
0
9.583
64.037.704
0
0
0
0
58.407.672
0
0
0
0
101.659.966
0
0
0
0
137.259.966
18.240.000
0
0
0
16.100.000
0
0
75.000.000
0
0
2.361.333
1.898.680
0
178.000.000
291.600.013
(291.600.013)
0
(291.600.013)
BANK INDONESIA
75
LAMPIRAN 1
Tabel L1.13
Arus Kas Operasional (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan
Diskon
Penerimaan piutang usaha
Pendapatan lain-lain
Total penerimaan
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian
Pembayaran utang usaha
Biaya upah/gaji
Biaya asuransi
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya pemasaran
Biaya sewa
Pajak perusahaan
Pembayaran cicilan utang bank
Pembayaran bunga
Biaya provisi bank
Deviden
Pembelian harta tetap baru
Total pembayaran
Selisih penerimaan dan pembayaran
Kas awal
Kas sebelum financing
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Modal Kerja
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Pinjaman Baru
Total financing
Kas akhir
76
0
1
0
0
0
0
0
2
3
4
5
924.768.000
0
0
0
924.768.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
924.768.000
0
23.712.000
0
948.480.000
160.818.171
0
171.680.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
100.000.000
0
37.906.350
21.261.520
1.001.861
0
0
729.494.554
195.273.446
0
195.273.446
160.818.171
0
171.680.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
100.000.000
32.838.719
43.971.366
15.196.504
1.001.860
186.086.077
0
948.416.274
63.726
218.985.446
219.049.172
160.818.171
0
171.680.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
100.000.000
33.748.914
51.006.784
8.161.085
1.001.860
191.243.849
0
954.484.241
(6.004.241)
219.049.047
213.044.807
160.818.171
0
171.680.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
100.000.000
34.804.246
0
0
1.001.860
197.224.060
0
902.351.914
46.128.086
213.044.806
259.172.892
160.818.171
0
171.680.000
701.306
15.000.000
0
84.000.000
100.000.000
36.028.409
0
0
1.001.860
204.160.983
0
910.513.000
37.967.000
259.172.892
297.139.892
76.851.138
132.884.500
0
0
0
0
0
0
0
0
36.659.176
83.587.699
0
329.982.513
0
7.113.600
16.598.400
0
23.712.000
218.985.446
0
0
0
0
259.172.892
0
0
0
0
297.139.892
19.410.998
0
0
0
16.100.000
0
0
100.000.000
0
0
2.471.793
2.164.722
0
189.835.000
329.982.513
(329.982.513)
0
(329.982.513)
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
(38)
(88)
0
(125)
219.049.047
0
0
(0)
(0)
0
(0)
213.044.806
DISTRO
7. Proyeksi Neraca
Tabel L1.14
Proyeksi Neraca (Sistem Makloon)
Uraian
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank
Piutang usaha
Persediaan Barang Dagangan
Sewa dibayar di muka
Total harta lancar
HARTA TETAP
Nilai perolehan
Akumulasi penyusutan
Harta tetap (net)
TOTAL HARTA
UTANG
Utang usaha
Utang bunga
Utang pajak
Utang Deviden
Utang bank jangka pendek
Utang bank jangka panjang
Pinjaman Baru
Total Utang
MODAL SENDIRI
Modal disetor
Laba ditahan
Laba tahun berjalan
Total ekuitas
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI
0
0
0
18.240.000
75.000.000
93.240.000
1
2
3
4
5
63.976.992
23.712.000
18.470.000
75.000.000
181.158.992
64.037.704
23.712.000
18.470.000
75.000.000
181.219.704
58.407.672
23.712.000
18.470.000
75.000.000
175.589.672
101.659.966
23.712.000
18.470.000
75.000.000
218.841.966
137.259.966
23.712.000
18.470.000
75.000.000
254.441.966
178.000.000
0
178.000.000
271.240.000
178.000.000
(35.600.000)
142.400.000
323.558.992
178.000.000
(71.200.000)
106.800.000
288.019.704
178.000.000
(106.800.000)
71.200.000
246.789.672
178.000.000
(142.400.000)
35.600.000
254.441.966
178.000.000
(178.000.000)
0
254.441.966
0
0
0
0
65.268.000
124.600.000
0
189.868.000
19.769.583
0
9.588.018
54.332.105
68.188.692
89.056.869
0
240.935.267
19.760.000
0
10.441.630
59.169.237
68.195.400
47.826.837
0
205.393.104
19.760.000
0
11.431.151
64.776.521
68.195.400
0
0
164.163.072
19.760.000
0
12.578.995
71.280.971
68.195.400
0
0
171.815.366
19.760.000
0
12.578.995
71.280.971
68.195.400
0
0
171.815.366
101.732.013
0
(20.360.013)
81.372.000
271.240.000
102.983.738
(20.360.013)
0
82.623.725
323.558.992
102.986.613
(20.360.013)
0
82.626.600
288.019.704
102.986.613
(20.360.013)
0
82.626.600
246.789.672
102.986.613
(20.360.013)
0
82.626.600
254.441.966
102.986.613
(20.360.013)
0
82.626.600
254.441.966
BANK INDONESIA
77
LAMPIRAN 1
Tabel L1.15
Proyeksi Neraca (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank
Piutang usaha
Persediaan Barang Dagangan
Sewa dibayar di muka
Total harta lancar
HARTA TETAP
Nilai perolehan
Akumulasi penyusutan
Harta tetap (net)
TOTAL HARTA
UTANG
Utang usaha
Utang bunga
Utang pajak
Utang Deviden
Utang bank jangka pendek
Utang bank jangka panjang
Pinjaman Baru
Total Utang
MODAL SENDIRI
Modal disetor
Laba ditahan
Laba tahun berjalan
Total ekuitas
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI
78
0
1
2
3
4
5
0
0
19.410.998
100.000.000
119.410.998
218.985.446
23.712.000
19.410.998
100.000.000
362.108.444
219.049.047
23.712.000
19.410.873
100.000.000
362.171.920
213.044.806
23.712.000
19.410.873
100.000.000
356.167.679
259.172.892
23.712.000
19.410.873
100.000.000
402.295.765
297.139.892
23.712.000
19.410.873
100.000.000
440.262.765
189.835.000
0
189.835.000
309.245.998
189.835.000
(37.967.000)
151.868.000
513.976.444
189.835.000
(75.934.000)
113.901.000
476.072.920
189.835.000
(113.901.000)
75.934.000
432.101.679
189.835.000
(151.868.000)
37.967.000
440.262.765
189.835.000
(189.835.000)
0
440.262.765
0
0
0
0
83.587.699
132.884.500
0
216.472.199
0
0
32.838.719
186.086.077
100.186.099
94.978.150
0
414.089.045
0
0
33.748.914
191.243.849
100.186.011
51.006.784
0
376.185.558
0
0
34.804.246
197.224.060
100.186.011
0
0
332.214.317
0
0
36.028.409
204.160.983
100.186.011
0
0
340.375.403
0
0
36.028.409
204.160.983
100.186.011
0
0
340.375.403
113.510.315
0
(20.736.515)
92.773.799
309.245.998
120.623.915
(20.736.515)
0
99.887.399
513.976.444
120.623.877
(20.736.515)
0
99.887.362
476.072.920
120.623.877
(20.736.515)
0
99.887.362
432.101.679
120.623.877
(20.736.515)
0
99.887.362
440.262.765
120.623.877
(20.736.515)
0
99.887.362
440.262.765
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
8. Perhitungan NPV, IRR, Payback Period, dan BC Ratio
Tabel L1.16
Pehitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon)
Uraian
CASH INFLOW
EBIT (1-T)
Biaya Penyusutan
Nilai Sisa Harta Tetap
Modal Kerja Akhir Priode
Total Cash Inflow
CASH OUTFLOW
Harga Tetap
Incremental Working Capital
Total Cash Outflow
Net Cash Flow
PVIF
PV
NPV
IRR
Payback Period
Benefit-Cost Ratio
0
1
2
3
4
5
0
0
0
0
0
71.857.308
35.600.000
0
0
107.457.308
71.860.632
35.600.000
0
0
107.460.632
71.860.632
35.600.000
0
0
107.460.632
71.860.632
35.600.000
0
0
107.460.632
71.860.632
35.600.000
0
82.626.600
190.087.232
178.000.000
93.240.000
271.240.000
(271.240.000)
15,5%
1,0000
(271.240.000)
121.135.602 LAYAK
31,7%
3,5 tahun
1,4
0
4.172.417
4.172.417
103.284.892
0,8657
89.408.667
0
9.583
9.583
107.451.049
0,7494
80.518.615
0
0
0
107.460.632
0,6487
69.707.234
0
0
0
107.460.632
0,5615
60.342.135
0
0
0
190.087.232
0,4861
92.398.952
BANK INDONESIA
79
LAMPIRAN 1
Tabel L1.17
Pehitungan NPV, IRR, Payback Period, dan BC Ratio (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian
CASH INFLOW
EBIT (1-T)
Biaya Penyusutan
Nilai Sisa Harta Tetap
Modal Kerja Akhir Priode
Total Cash Inflow
CASH OUTFLOW
Harga Tetap
Incremental Working Capital
Total Cash Outflow
Net Cash Flow
PVIF
PV
NPV
IRR
Payback Period
Benefit-Cost Ratio
80
0
1
2
3
4
5
0
0
0
0
0
205.009.951
37.967.000
0
0
242.976.951
205.012.458
37.967.000
0
0
242.979.458
205.012.564
37.967.000
0
0
242.979.564
205.012.564
37.967.000
0
0
242.979.564
205.012.564
37.967.000
0
99.887.362
342.866.926
189.835.000
119.410.998
309.245.998
(309.245.998)
15,5%
1,0000
(309.245.998)
523.356.275 LAYAK
71,7%
1,7 tahun
2,7
0
23.712.000
23.712.000
219.264.951
0,8657
189.806.917
0
(125)
(125)
242.979.583
0,7494
182.077.140
0
(0)
(0)
242.979.564
0,6487
157.615.240
0
0
0
242.979.564
0,5615
136.439.786
0
0
0
342.866.926
0,4861
166.663.191
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
9. Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman
Tabel L1.18
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Makloon)
Kredit Investasi
KREDIT INVESTASI
Pokok pinjaman (USD)
Biaya bunga
Cicilan
Cicilan dan bunga
0
124.600.000
TAHUN
1
2
89.056.869
47.826.837
19.936.000
14.249.099
35.543.131
41.230.032
55.479.131
55.479.131
3
0
7.652.294
47.826.837
55.479.131
SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN
TAHUN 1
CICILAN
BIAYA BUNGA
TOTAL
Bulan 1
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 2
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 3
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 4
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 5
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 6
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 7
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 8
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 9
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 10
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 11
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Bulan 12
2.961.928
1.661.333
4.623.261
Total
35.543.131
19.936.000
55.479.131
TAHUN 2
CICILAN
BIAYA BUNGA
TOTAL
Bulan 1
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 2
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 3
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 4
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 5
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 6
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 7
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 8
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 9
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 10
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 11
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Bulan 12
3.435.836
1.187.425
4.623.261
Total
41.230.032
14.249.099
55.479.131
TAHUN 3
CICILAN
BIAYA BUNGA
TOTAL
Bulan 1
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 2
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 3
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 4
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 5
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 6
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 7
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 8
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 9
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 10
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 11
3.985.570
637.691
4.623.261
Bulan 12
3.985.570
637.691
4.623.261
Total
47.826.837
7.652.294
55.479.131
BANK INDONESIA
81
LAMPIRAN 1
Tabel L1.19
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Produksi Sendiri)
Kredit
Investasi
KREDIT
INVESTASI
Pokok pinjaman (USD)
Biaya bunga
Cicilan
Cicilan dan bunga
0
132.884.500
0
0
0
TAHUN
1
2
94.978.150
51.006.784
21.261.520
15.196.504
37.906.350
43.971.366
59.167.870
59.167.870
SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN
TAHUN 1
CICILAN
BIAYA BUNGA
TOTAL
Bulan 1
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 2
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 3
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 4
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 5
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 6
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 7
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 8
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 9
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 10
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 11
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Bulan 12
3.158.862
1.771.793
4.930.656
Total
37.906.350
21.261.520
59.167.870
TAHUN 2
CICILAN
BIAYA BUNGA
TOTAL
Bulan 1
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 2
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 3
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 4
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 5
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 6
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 7
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 8
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 9
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 10
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 11
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Bulan 12
3.664.280
1.266.375
4.930.656
Total
43.971.366
15.196.504
59.167.870
TAHUN 3
CICILAN
BIAYA BUNGA
TOTAL
Bulan 1
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 2
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 3
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 4
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 5
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 6
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 7
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 8
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 9
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 10
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 11
4.250.565
680.090
4.930.656
Bulan 12
4.250.565
680.090
4.930.656
Total
51.006.784
8.161.085
59.167.870
82
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
3
0
8.161.085
51.006.784
59.167.870
DISTRO
LAMPIRAN 2
RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN
1. Menghitung Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai sekarang dari arus yang dihasilkan usaha di masa yang akan
datang dikurangi nilai investasi pada awal periode. NPV dirumuskan sebagai berikut:
n
CFn
NPV = ∑ ------------------ - I0
t=1 (1+WACC)n
Keterangan:
CFn = arus kas pada periode ke n
WACC = rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital)
I0 = investasi pada awal periode.
Arus kas (CFn) terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Selisih kedua
arus kas tersebut disebut sebagai arus kas bersih. Dengan mendiskontokan arus kas
bersih tersebut dengan biaya modal (WACC), maka diperoleh nilai sekarang (present
value) dari arus kas tersebut. Arus kas bisa positif bisa pula negatif. Pengeluaran
investasi awal tentu merupakan arus kas negatif. Total seluruh arus kas tersebut akan
menghasilkan nilai bersih arus kas (net present value).
Jika NPV positif berarti, usaha tersebut memberikan nilai tambah terhadap
pemiliknya dan juga perekonomian secara umum. Dengan demikian, usaha tersebut
layak untuk dijalankan. Jika NPV negatif berarti usaha tersebut tidak layak dijalankan.
Jika NPV sama dengan nol berarti imbal hasil (return) investasi tersebut sama persis
dengan biaya modalnya. Investasi di sektor ril mempunyai resiko yang lebih besar
daripada deposito misalnya. Untuk mengkompensasi resiko yang besar tersebut,
investor meminta imbal hasil (return) yang besar pula. Jika imbal hasil usaha yang
dianalisis ini tidak lebih baik daripada investasi lain yang resikonya lebih kecil, maka
investor tidak akan menjalankan usaha ini. Cara menghitung NPV adalah seperti pada
Tabel L2.1.
BANK INDONESIA
83
LAMPIRAN 2
Tabel L2.1
Contoh Perhitungan NPV
Tahun
0
Uraian
Uraian
ARUS KAS MASUK
Laba Operasi x (1 - Tarif Pajak)
Biaya Penyusutan
Nilai Sisa Harta Tetap
Nilai Sisa Modal Kerja Bersih
Total Arus Kas Masuk
ARUS KAS KELUAR
Harta Tetap
Perubahan Modal Kerja Bersih
Total Arus Kas Keluar
Arus Kas Bersih
Discount Rate = WACC
PV
NPV
15,5%
6.000
370
6.370
-6.370
1,0000
-6.370
Tahun
1
Tahun
2
Tahun
3
Tahun
4
Tahun
5
2.500
200
2.500
200
2.500
200
2.500
200
2.700
2.700
2.700
2.700
2.500
200
500
750
3.950
300
300
2.400
0,8657
2.078
0
0
2.700
0,7494
2.023
0
0
2.700
0,6487
1.751
0
0
2.700
0,5615
1.516
0
0
3.950
0,4861
1.920
2.918
Cara mendapatkan angka-angka pada Tabel L2.1 di atas adalah sebagai berikut:
1. Laba operasi diperoleh dari proyeksi laba rugi. Nilai tambah yang diberikan oleh
suatu usaha adalah sebesar laba operasinya (earning before interest and tax =
EBIT). Sedangkan biaya bunga, pajak, dan laba bersih merupakan bagian dari laba
operasi yang diberikan kepada kreditur, negara (pemerintah), dan pemilik. Dari
kaca mata usaha, pajak diperhitungkan terhadap nilai tambah yang diciptakan
tersebut. Jika laba operasi negatif, pajak tetap diperhitungkan, sehingga usaha
tersebut seperti mendapatkan benefit dari pajak. Dengan kata lain, negara
memberikan ”subsidi” atas fasilitas negara yang digunakan.
2. Biaya penyusutan dan nilai sisa harta tetap didapatkan dari nilai perolehan harta
tetap dibagi dengan nilai ekonomisnya (metode penyusutan garis lurus). Nilai sisa
harta tetap adalah selisih antara nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya
pada akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima).
3. Nilai sisa modal kerja diperoleh dari selisih harta lancar dan utang lancar pada
akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima). Untuk mendapatkan
nilai sisa modal kerja pada tahun kelima dibutuhkan proyeksi neraca karena pada
bagian harta lancarnya akan terdapat proyeksi kas. Kas tersebut merupakan
akumulasi kas yang berasal dari proyeksi arus kas usaha. Jika kas yang dihasilkan
84
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
besar, maka nilai sisa modal kerja akan besar pula. Tetapi setelah dikurangi
dengan bagian keuntungan untuk pemilik (deviden), maka nilai sisa modal kerja
akan sama dengan nilai aset bersih (total modal sendiri) pada akhir tahun kelima
tersebut. Jika arus kas operasional usaha tidak mengalami shortage atau tidak
ada tambahan pinjaman baru selama periode proyeksi, maka nilai sisa modal kerja
akan sama dengan total ekuitas pada tahun awal. Dengan demikian, bila anda
tidak membuat proyeksi neraca dan arus kas operasional, tetap dapat menghitung
nilai sisa modal kerja tersebut pada akhir tahun proyeksi, yaitu sebesar total ekuitas
pada tahun awal.
4. Harta tetap pada awal periode adalah total investasi harta tetap yang
dibutuhkan.
5. Perubahan modal kerja bersih diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Hitung kebutuhan modal kerja yaitu untuk mendanai harta lancar yang terdiri
dari kas untuk transaksi, piutang usaha, persediaan bahan baku, barang
dalam proses, barang jadi, dan biaya sewa. Dana tersebut sebagian sudah
dibutuhkan sejak awal periode, misalnya untuk biaya sewa, membeli bahan
baku dan biaya pengolahannya.
b. Hitung utang lancar yang dapat digunakan untuk menalangi sebagian
kebutuhan dana untuk harta lancar di atas, khususnya utang yang diberikan
oleh pemasok bahan baku.
c. Hitung selisih harta lancar dan utang lancar, sehingga diperoleh modal kerja
bersih. Jadi, kebutuhan dana yang masih harus dicarikan adalah sebesar
modal kerja bersih tersebut. Sumber dananya bisa berasal dari modal sendiri
atau pinjaman. Pada Tabel L2.2 tampak bahwa modal kerja bersih pada
awal periode sebesar Rp370 dan pada tahun pertama dan seterusnya adalah
Rp670.
d. Hitung perubahan modal kerja bersih dari waktu ke waktu. Modal kerja bersih
pada awal periode adalah Rp370. Sedangkan pada tahun kedua dibutuhkan
sebesar Rp670. Jadi, tambahan modal kerja yang dibutuhkan pada tahun
pertama adalah Rp300. Dengan cara yang sama diperoleh tambahan modal
BANK INDONESIA
85
LAMPIRAN 2
kerja untuk tahun-tahun berikutnya sebesar Rp0. Angka-angka perubahan
modal kerja inilah yang dimasukkan kedalam Tabel L1.1
e. Perubahan modal kerja bersih dapat didanai dengan modal sendiri dan
pinjaman. Jika 30% didanai dengan modal sendiri dan sisanya dengan
pinjaman, maka besarnya dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal
periode adalah Rp111 dan pinjaman Rp259. Pada tahun pertama tambahan
dana untuk modal kerja dari pemilik adalah Rp90 dan pinjaman Rp210.
f. Bunga pinjaman dihitung atas pinjaman yang sudah ditarik. Karena pinjaman
modal kerja bisa diperpanjang setiap tahun (roll over), maka baki kredit modal
kerja usaha ini adalah Rp259 + Rp210 = Rp469. Biaya bunga dihitung atas
pinjaman yang sudah ditarik tersebut (outstanding loan).
g. Untuk menghitung biaya modal (WACC) digunakan formula berikut:
E
D
WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D
E+D
Keterangan:
E = modal sendiri
D = pinjaman
Ke = biaya modal sendiri
Kd = biaya modal pinjaman
t = tarif pajak
86
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel L2.2
Perhitungan Modal Kerja
Uraian
Uraian
Kas
Piutang Usaha
Persediaan Bahan Baku
Persediaan Barang Dalam Proses
Persesiaan Barang Jadi
Biaya Sewa
Total
Utang Usaha
Modal Kerja Bersih
Perubahan Modal Kerja Bersih
Pendanaan
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Total
30%
70%
100%
Tahun
0
20
0
200
300
0
150
670
300
370
370
Tahun
1
20
250
200
300
50
150
970
300
670
300
Tahun
2
20
250
200
300
50
150
970
300
670
0
Tahun
3
20
250
200
300
50
150
970
300
670
0
Tahun
4
20
250
200
300
50
150
970
300
670
0
Tahun
5
20
250
200
300
50
150
970
300
670
0
111
259
370
90
210
300
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Langkah-langkah untuk menghitung biaya modal usaha tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Hitung porsi pendanaan harta tetap yang berasal dari modal sendiri dan pinjaman.
Misalnya 30% dari modal sendiri dan sisanya pinjaman bank. Buat perhitungan
seperti pada Tabel L2.3.
2. Tentukan biaya modal pinjaman, misalnya 16% per tahun (biasanya disamakan
dengan tingkat bunga pinjaman). Kemudian tentukan biaya modal sendiri, yaitu
dengan menambahkan tingkat bunga pinjaman dengan persentase tertentu
(spread) untuk menutupi resiko usaha, misalnya 4% di atas tingkat bunga
pinjaman, sehingga biaya modal sendiri adalah 20%.
3. Hitung biaya modal pinjaman setelah pajak, sementara biaya modal sendiri tidak
dikenakan pajak. Mengapa biaya modal sendiri tidak dikenakan pajak? Proses
penurunan rumusnya adalah sebagai berikut:
BANK INDONESIA
87
LAMPIRAN 2
a. Perhatikan bagian bawah dari laporan laba rugi (mulai dari laba operasi sampai
dengan laba bersih) yang terdiri dari:
Laba Operasi (EBIT)
- Biaya Bunga (I)
= Laba sebelum pajak (EBT)
- Pajak (T)
= Laba Bersih (NI)
Keterangan:
NI
= laba bersih (net income = NI)
EBT = laba setelah pajak (earning before tax = EBT)
T
= Pajak, t = tarif pajak
EBIT = laba sebelum biaya bunga bunga dan pajak (eaning before interest
and taxes = EBIT)
b. Dalam bentuk persamaan bagian laba rugi di atas dapat dibuat sebagai
berikut:
NI = EBT – T
NI = EBT–EBT x t
NI = EBT (1–t)
Sementara EBT = EBIT – I
Substitusikan (EBIT–I) ke dalam persamaan di atas, sehingga diperoleh:
NI = (EBIT – I)(1–t)
NI = EBIT(1–t) – I(1–t)
EBIT (1–t)=I(1–t)+NI
Jadi, EBIT dibagikan kepada kreditur dalam bentuk biaya bunga (I) yang
besarnya sama dengan pinjaman (debt = D) dikalikan dengan tingkat bunganya
(kd). Sedangkan laba bersih (net income = NI) diberikan kepada pemilik yang
besarnya minimal sama dengan modal yang ditanam (equity = E) dikalikan
dengan biaya modalnya (Ke), sehingga diperoleh:EBIT (1-t) = D kd (1–t) + E ke
88
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
c. Bagi persamaan di atas dengan total pendanaan (E+D), maka diperoleh:
EBIT (1-t)
-----------(E+D)
E
D
= -------- Ke + -------- Kd (1-t)
(E+D)
(E+D
WACC =
E
D
------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D
E+D
EBIT(1-t)/(E+D) adalah biaya modal dari usaha (WACC). Jadi, usaha tersebut
harus menghasilkan imbal hasil (return) minimum sebesar WACC, Jika tidak
NPV akan negatif.
d. Kalikan porsi pendanaan dengan biaya modal setelah pajak. Jumlah dari hasil
perkalian tersebut adalah rata-rata terimbang biaya modal usaha (WACC).
Dalam contoh ini adalah 15,5%.
Tabel L2.3
Menghitung Biaya Modal Usaha
Porsi
Sumber
Sumber
Pendanaan
Pendanaan
Pendanaan
(1)
Modal Sendiri
30%
Pinjaman
70%
Total
100%
Biaya
Biaya Modal
Modal Setelah Pajak Perkalian
(2)
(3)
(4) = (1)x(3)
20%
20,0%
6,0%
16%
13,6%
9,5%
WACC =
15,5%
2. Menghitung Internal Rate of Return
Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi yang
menyamakan arus kas masuk dan arus kas keluar. Jadi, pada posisi tersebut NPV
sama dengan nol. Untuk menghitung IRR dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
manual dan formula komputer (program Excel). Penggunaan formula komputer
dapat dilakukan bila perhitungan dibuat dalam spreadsheet Excel. Cara menghitung
IRR adalah sebagai berikut:
BANK INDONESIA
89
LAMPIRAN 2
A. Formula Komputer (Excel)
Formula Excel untuk berbagai perhitungan dapat dilihat dengan meng-klik fx
yang ada pada Toolbars komputer anda. Formula IRR adalah =IRR(arus kas bersih,%
sembarangan). Untuk lebih jelasnya lihat contoh perhitungan pada Tabel L2.4. Pada
sel C42 kita rumuskan: =IRR(C41:H41;10%). Tanda pemisah dalam rumus-rumus
Excel ada yang menggunakan koma (,) atau titik-koma (;), tergantung pada setting
yang dilakukan. Bila komputer menolak ketika digunakan separator koma, coba ganti
dengan titik-koma dan sebaliknya.
Tabel L2.4
Contoh Data Untuk Menghitung IRR dengan Formula Excel
A
41
42
43
B
Arus Kas Bersih
IRR
C
0
-6.370
32,4%
D
1
2.400
E
2
2.700
F
3
2.700
G
4
2.700
H
5
3.950
B. Cara Manual
Perhitungan IRR dengan cara manual menggunakan formula interpolasi
sebagai berikut:
NPV1
IRR = r1 + (r2-r1) x --------------------NPV1 – NPV2
Keterangan:
r1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV1 bernilai positif
r2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV2 bernilai negatif
Untuk menghitung IRR secara manual kita harus mempunyai dua NPV, satu
bernilai positif dan satu lagi negatif. Kita sudah mendapatkan NPV yang bernilai positif
seperti pada Tabel L2.1. Untuk mendapatkan NPV yang negatif, gunakan discount
rate yang besar. Jika kita sudah mendapatkan IRR dengan formula Excel, maka untuk
mendapatkan NPV negatif, gunakan discount rate yang lebih besar dari IRR komputer
tersebut. Contoh perhitungan dapat dilihat seperti pada Tabel L2.5.
90
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Dalam menggunakan rumus IRR di atas perlu diperhatikan bahwa NPV2 bernilai
negatif, bila dikurangkan terhadap NPV1 akan menghasilkan penjumlahan. Misalnya,
seperti pada Tabel L2.4 tampak bahwa NPV1 = 2.918 dan NPV2 = -320, maka (NPV1 –
NPV2) = 3.238. Jika perbedaan antara r1 dan r2 kecil, maka hasil perhitungan IRR manual
akan sama dengan hasil perhitungan formula Excel. Semakin besar perbedaan r1 dan
r2, maka perbedaan hasil perhitungan IRR manual dan formula Excel akan semakin
besar pula. Oleh karena itu, disarankan untuk menghitung IRR dengan formula Excel
lebih dahulu, kemudian bandingkan dengan cara manual.
Tabel L2.5
Contoh Perhitungan IRR Cara Manual
Uraian
No.
Uraian
1 NPV POSITIF
Arus Kas Bersih
Discount Rate (1)
PV
NPV (1)
2 NPV NEGATIF
Arus Kas Bersih
Discount Rate (2)
PV
NPV (2)
r1
r2
NPV1
NPV2
IRR
Tahun
0
15,5%
Tahun
1
Tahun
2
Tahun
3
Tahun
4
Tahun
5
-6.370
1,0000
-6.370
2.400
0,8657
2.078
2.700
0,7494
2.023
2.700
0,6487
1.751
2.700
0,5615
1.516
3.950
0,4861
1.920
-6.370
1,0000
-6.370
2.400
0,7407
1.778
2.700
0,5487
1.481
2.700
0,4064
1.097
2.700
0,3011
813
3.950
0,2230
881
2.918
35,0%
-320
0,16
0,35
2.918
-320
33,1%
3. Menghitung Payback Period
Contoh perhitungan jangka waktu pengembalian investasi (payback period)
adalah seperti pada Tabel L2.6. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai
berikut:
a. Ambil arus kas bersih dari Tabel L2.1.
b. Buat akumulasi arus kas bersih tersebut, sehingga akan tampak perubahan
akumulasi kas tersebut dari negatif ke positif. Sampai dengan akhir tahun kedua
akumulasi kas masih negatif dan pada akhir tahun ketiga sudah positif.
BANK INDONESIA
91
LAMPIRAN 2
c. Untuk akumulasi kas yang negatif kita tuliskan angka 1 di bawahnya (tidak
termasuk tahun 0).
d. Jumlahkan angka-angka pada baris tahun tersebut. Diperlukan lebih dari 2 tahun
untuk membuat supaya akumulasi arus kas tersebut positif.
e. Untuk menghitung waktu di atas tahun kedua sampai akumulasi arus kas tersebut
sama dengan nol, kita asumsikan bahwa arus kas yang dihasilkan sama besar
setiap bulan. Jika arus kas pada tahun ketiga sebesar Rp2.700, maka rata-rata
arus kas sebulan adalah Rp225. Jadi, untuk menutupi arus kas negatif sebesar
Rp1.270 pada akhir tahun kedua dibutuhkan waktu selama 5,6 bulan (1.270/225)
atau 0,47 tahun. Jadi, total waktu untuk mengembalikan investasi tersebut adalah
2,47 tahun.
Tabel L2.6
Contoh Menghitung Payback Period
Uraian
Arus Kas Bersih
Akumulasi Arus Kas Bersih
Tahun
Bulan
Total
2
0,47
0
-6.370
-6.370
1
2.400
-3.970
1
0,00
2
2.700
-1.270
1
0,00
3
2.700
1.430
0
0,47
4
2.700
4.130
0
0,00
5
3.950
8.080
0
0,00
4. Menghitung Benefit-Cost Ratio
Untuk menghitung B-C ratio lakukan langkah-langkah berikut:
a. Ambil present value (PV) pada Tabel L2.1 dan tempatkan seperti pada Tabel L2.7
b. Tempatkan PV arus kas yang positif pada baris kedua Tabel L2.7 dan PV arus kas
yang negarif pada baris berikutnya.
c. Hitung jumlah PV yang positif dan yang negatif pada baris yang bersangkutan.
d. Bagi jumlah PV positif dan jumlah PV negatif (abaikan tanda negatifnya), hasilnya
adalah B-C Ratio yang dicari, yaitu 1,37.
92
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel L2.7
Contoh Menghitung Benefit-Cost Ratio
Uraian
PV
PV Positif
PV Negatif
B-C Ratio
Total
9.288
-6.370
1,46
0
-6.370
0
-6370
1
2.078
2078
0
2
2.023
2023
0
3
1.751
1751
0
4
1.516
1516
0
5
1.920
1920
0
5. Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok
Titik penjualan pulang pokok (breakeven sales) adalah nilai atau volume
penjualan yang memberikan laba sama dengan nol. Jadi, pada posisi pulang pokok,
nilai penjualan sama dengan biaya-biayanya. Perlu disadari bahwa titik penjualan
pulang pokok bukanlah ukuran untuk menilai kelayakan usaha. Indikator ini hanya
sebagai pedoman bagi pengusaha untuk melihat batas penjualan minimum yang
harus dicapai supaya memperoleh keuntungan. Secara matematis kondisi pulang
pokok dinyatakan sebagai berikut:
Laba = Penjualan – Biaya-biaya
Pada titik pulang pokok laba = 0, maka
Penjualan – Biaya-biaya = 0
Biaya-biaya dapat dikelompokkan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh atau tidak berubah bila terjadi
perubahan dalam volume atau nilai penjualan, misalnya biaya penyusutan, biaya
sewa, biaya bunga, dan gaji karyawan tetap. Sedangkan biaya variabel adalah biayabiaya yang berubah-ubah mengikuti perubahan penjualan, misalnya biaya bahan
baku, biaya upah tenaga tidak tetap, dan biaya pemasaran.
BANK INDONESIA
93
LAMPIRAN 2
Bila kita uraikan komponen penjualan dan biaya-biaya tersebut, maka diperoleh
bahwa penjualan (sales = S) adalah hasil perkalian antara volume penjualan (quantity
=Q) dengan harga jual per unit (price = p) atau Qp. Sedangkan biaya terdiri dari biaya
tetap (fixed cost = F) dan biaya variabel (variable cost = V). Karena biaya variabel
berfluktuasi mengikuti penjualan, kita dapat menyatakan total biaya variabel tersebut
sebagai volume penjualan dikalikan dengan biaya variabel per unit (v), sehingga biaya
variabel sama dengan (Qv). Jadi, pada titik pulang pokok:
Penjualan – Biaya-biaya = 0
Qp = F + V
Qp = F + Qv
Qp - Qv = F
Q(p-v) = F
Q = F/(p-v)
Faktor (p-v) disebut juga sebagai contribution margin. Jika ruas kanan pada persamaan
Q = F/(p-v) dibagi dengan p, maka diperoleh: Q = (F/p)/(1-v/p). Kalikan kedua ruas
persamaan tersebut dengan p, maka diperoleh: Qp = F/(1-v/p). Jika biaya variabel per
unit dan harga per unit pada pembagi persamaan di atas dikalikan dengan volume
penjualan (Q), maka diperoleh rumus penjualan pada titik pokok (breakeven sales
=BES) sebagai berikut:
F
BES = -----------------Qv
1 – ---------Qp
F
BES = -----------------V
1 – ---------S
94
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
MENU DAN CARA MENGOPERASIKAN PROGRAM SIMULASI BISNIS
(USAHA DISTRO)
Pengantar
Buku ini merupakan bagian dari laporan studi pola pembiayaan (lending model)
usaha Distro yang menjelaskan cara menggunakan program simulasi bisnis untuk
membuat proyeksi keuangan dan perhitungan kelayakan usaha tersebut. Program
simulasi bisnis ini menggunakan Excel yang mengintegrasikan semua asumsi dengan
proyeksi laporan keuangan dan perhitungan lainnya. Program simulasi ini membantu
dalam membuat proyeksi laba rugi, arus kas, neraca, modal kerja, perhitungan NPV,
IRR, payback period, benefit-cost ratio, break even sales, dan rasio keuangan. Karena
program ini terintegrasi, maka pengujian terhadap sensitifitas suatu asumsi terhadap
kelayakan usaha dapat dilakukan dengan mudah.
Menu program adalah seperti pada Gambar P.1. Daftar menu yang ada pada
gambar tersebut merupakan tombol yang dapat di-klik dan akan menampilkan
lembaran tempat memasukkan asumsi-asumsi yang bersangkutan. Misalnya, bila diklik tombol Barang Modal, maka di layar komputer akan tampil seperti pada Tabel P-1.
Asumsi hanya dapat dimasukkan kedalam sel yang berwarna kuning dan tulisannya
berwarna merah. Jika dipasang proteksinya, maka kursor hanya akan bergerak dalam
sel-sel yang berwarna kuning itu saja, sehingga tidak khawatir angka-angka dalam
sel-sel lain terhapus. Sel-sel tersebut berisi formula dan berhubungan (link) dengan
sel-sel lainnya. Jika terhapus akan merusak program keseluruhan. Untuk kembali ke
Menu Utama (Gambar 1) klik tombol ”Go to Menu”.
1. Harta Tetap
Tempat memasukkan nilai harta tetap digunakan sheet seperti pada Tabel P-1.
Kebutuhan dana adalah untuk membeli harta tetap, seperti tanah, bangunan, mesinmesin dan peralatannya, kendaraan, peralatan toko, peralatan kantor dan furnitur. Jika
BANK INDONESIA
95
PROGRAM SIMULASI BISNIS
dibutuhkan rincian setiap kelompok harta tetap tersebut, misalnya kendaraan terdiri
dari berbagai jenis mobil dan sepeda motor dapat dibuat pada lembar kerja (sheet)
lain. Kedalam program ini masukkan jumlahnya saja. Anda dapat menghubungkan
(link) total tabel rincian harta tetap tersebut dengan kelompok harta tetap yang
bersangkutan. Pada program simulasi ini disediakan fasilitas untuk memasukkan
kenaikan biaya investasi barang modal, bila diasumsikan harga barang-barang modal
mengalami kenaikan selama periode pembangunannya. Kenaikan biaya dapat terjadi
karena perubahan harga atau akibat perubahan kualitas bahan-bahan yang digunakan
dari yang murah menjadi yang mahal. Tabel 1 juga tempat memasukkan tarif pajak
perusahaan (corporate tax) dan tahun awal dimulainya pembangunan usaha ini.
Gambar P.1
Menu Program Studi Kelayakan Distro
Zalmi Zubir, SE.MBA
96
BARANG MODAL
TERMS OF PAYMENT
LABA-RUGI
PENARIKAN DANA
TRANSP & GUDANG
MODAL KERJA
FINANCING
BIAYA PEMASARAN
COST OF CAPITAL
IDC
ASURANSI
NPV, IRR, PAYBACK
BIAYA PRAOPERASI
BIAYA SEWA
CASH FLOW
BIAYA PENYUSUTAN
BIAYA OPERASI
TAMBAHAN DANA
MODAL KERJA AWAL
DEVIDEN
CICILAN DAN BUNGA
PENJUALAN
BEP
NERACA
IKHTISAR PENJUALAN
SENSITIVITAS
RASIO KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
2. Skedul Pembangunan dan Penarikan Dana Investasi
Program simulasi ini hanya dapat menampung skedul pembangunan usaha
selama 12 bulan. Pada Tabel P-2 tampak bahwa periode pembangunan hanya dua
bulan. Penarikan dana disesuaikan dengan rencana penggunaannya. Misalnya,
pembayaran biaya renovasi ruangan toko atau bangunan dilakukan secara bertahap
dalam dua bulan, masing-masing 50% pada bulan pertama dan 50% pada bulan
kedua. Pembelian kendaraan dilakukan pada bulan pertama dan pembayarannya
diasumsikan tunai. Peralatan toko, peralatan kantor, dan furnitur diadakan pada
bulan kedua. Pembayarannya dilakukan pada bulan yang bersangkutan. Pada bulan
pertama dibutuhkan dana sebesar Rp75.000.000 dan pada bulan kedua sebesar
Rp99.000.000. Pengunaan dana untuk barang modal lainnya disesuaikan dengan
skedul pengadaan barang tersebut. Jika skedul pembangunan usaha kurang dari 12
bulan, misalnya 8 bulan, maka kolom tabel yang diisi adalah delapan kolom yang
terakhir. Jadi, kolom pertama sampai dengan keempat dikosongkan.
Tabel P-1
Biaya Investasi Barang Modal
Go to Menu
No.
1
2
3
4
5
6
7
Harta Tetap
Tanah
Renovasi Toko
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Total
Antisipasi kenaikan investasi
Tahun Pembangunan
Asumsi pajak
NPV =
Nilai
Perolehan
0
100.000.000
4.000.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
174.000.000
473.060.398
Nilai
Setelah Kenaikan
0
100.000.000
4.000.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
174.000.000
0,00%
0
15%
BANK INDONESIA
97
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-2
Skedul Pembangunan dan Alokasi Penarikan Dana Investasi Barang Modal
Go to Menu
NPV =
Uraian
Tanah
Renovasi Toko
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Keterangan
Tidak ada
OK
OK
OK
OK
OK
OK
HARTA TETAP
Tanah
Renovasi Toko
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Total
%
0,0%
57,5%
2,3%
14,4%
5,7%
14,4%
5,7%
100,0%
Total
0,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
Total
0
100.000.000
4.000.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
174.000.000
BULAN
1
473.060.398
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50,00%
50,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
11
0
0
0 50.000.000
0
0
0 25.000.000
0
0
0
0
0
0
0 75.000.000
12
0
50.000.000
4.000.000
0
10.000.000
25.000.000
10.000.000
99.000.000
3. Pendanaan
Tabel P-3 adalah tempat memasukkan porsi pendanaan investasi barang
modal, modal kerja, tingkat bunga, dan jangka waktu pelunasan pinjaman (tenor).
Jika 30% dari kebutuhan dana untuk barang modal di belanjai dengan modal sendiri,
maka sisanya secara otomatis dibelanjai dengan pinjaman bank. Demikian pula
dengan kebutuhan modal kerja. Masukkan tingkat bunga, biaya provisi kredit dan
jangka waktu pelunasan pinjaman tersebut. Program simulasi ini juga memberikan
fasilitas untuk memasukkan tingkat bunga dan jangka waktu kredit pinjaman baru bila
arus kas operasional usaha ini mengalami shortage. Tetapi, sangat disarankan dalam
membuat analisis kelayakan usaha, proyeksi keuangan usaha ini tidak mengalami
cash shortage.
98
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-3
Pendanaan Usaha (Financing)
Go to Menu
NPV =
INVESTASI BARANG MODAL
Modal Sendiri (% )
Pinjaman (% )
Total
BIAYA BUNGA (IDC)
Biaya Bunga
Biaya Provisi
Cicilan Utang Pokok (tahun)
Cicilan Utang IDC (tahun)
30,0%
52.200.000
70,0%
100,0%
121.800.000
174.000.000
16,0%
1,0%
3
1
2.324.000
1.218.000
473.060.398
MODAL KERJA
Modal Sendiri
30,0%
Pinjaman
Total
70%
100%
Biaya Bunga
Biaya Provisi
16,0%
1,0%
Pinjaman Baru
Cicilan
Biaya bunga
3
16,0%
4. Penarikan Dana dan IDC
Tabel P-4 menyajikan dana yang harus ditarik setiap bulan selama periode
pembangunan dan biaya bunga yang timbul selama periode tersebut (interest during
construction = IDC). Jika sebagian kebutuhan dana dibiayai dengan pinjaman, misalnya
70%, maka pada bulan pertama penarikan pinjaman adalah Rp 52.500.000 dan pada
bulan kedua Rp 69.300.000. Penarikan dana pinjaman tersebut akan mempengaruhi
besarnya IDC. Jika tingkat bunga pinjaman sebesar 16% per tahun dan biaya provisi
kredit sebesar 1,0% dari pinjaman, maka IDC dan biaya provisi masing-masing adalah
Rp 2.324.000 dan Rp 1.218.000. Program ini juga memungkinkan untuk menunda
pembayaran bunga sampai proyek beroperasi secara komersial, yaitu dengan
memasukkan angka nol pada asumsi pembayaran bunga.
5. Biaya Praoperasi
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode konstruksi meliputi biaya
perizinan, upah, dan biaya administrasi. Cara memasukkan asumsi kedalam Tabel P-5
sama dengan Tabel P-2.
BANK INDONESIA
99
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-4
Penarikan dana, IDC dan Biaya Provisi Kredit
Go to Menu
NPV =
473.060.398
BULAN
HARTA TETAP
Tanah
Renovasi Toko
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Total
FINANCING
Modal Sendiri
Pinjaman
Total
BIAYA BUNGA (IDC)
Biaya Bunga
Pembayaran Bunga
Bunga Terutang
Biaya Provisi
%
Total
0,0%
0
57,5% 100.000.000
2,3%
4.000.000
14,4% 25.000.000
5,7% 10.000.000
14,4% 25.000.000
5,7% 10.000.000
100,0% 174.000.000
0
0
1
1
Total
52.200.000
121.800.000
174.000.000
16,0%
100,0%
0,0%
1,0%
2.324.000
2.324.000
0
1.218.000
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5
0
0
0
0
0
0
0
0
2
6
0
0
0
0
0
0
0
0
3
7
0
0
0
0
0
0
0
0
4
8
0
0
0
0
0
0
0
0
5
9
0
0
0
0
0
0
0
0
6
10
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50.000.000
0
25.000.000
0
0
0
75.000.000
0
50.000.000
4.000.000
0
10.000.000
25.000.000
10.000.000
99.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
11
22.500.000
52.500.000
75.000.000
12
29.700.000
69.300.000
99.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.400.000
1.400.000
0
0
924.000
924.000
0
0
11
500.000
13.100.000
12
500.000
1.000.000
0 14.600.000
1.000.000
1.500.000
Tabel P-5
Biaya Praoperasi
Go to Menu
NPV =
473.060.398
BULAN
BIAYA
Upah
Biaya Izin-izin
Biaya Konsultan
Biaya Administrasi Lain-lain
Total
Total
1.000.000
13.100.000
0
2.000.000
16.100.000
1
2
0
3
0
4
0
5
0
6
0
7
0
8
0
9
0
10
0
6. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah alokasi dari nilai perolehan harta tetap selama umur
ekonomisnya. Metode penyusutan ada bermacam-macam seperti metode garis lurus
(straight line), sum of the year digit method, declining balance method, dan double
declining balace method. Metode penyusutan yang paling sederhana dan yang
100
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
digunakan dalam program ini adalah garis lurus, yaitu dengan membagi nilai perolehan
harta tetap dengan umur ekonomisnya. Tabel P-6 adalah tempat memasukkan umur
ekonomis harta tetap. Perlu diingat bahwa tanah lokasi usaha tidak disusutkan karena
tanah tidak mengalami penurunan kondisi fisik dan nilai.
Tabel P-6
Biaya Penyusutan
Go to Menu
NPV =
HARTA TETAP
Tanah
Renovasi Toko
Mesin-mesin dan Peralatan
Kendaraan
Peralatan Toko
Peralatan kantor
Furniture
Total
Nilai
Perolehan
0
100.000.000
4.000.000
25.000.000
10.000.000
25.000.000
10.000.000
174.000.000
Umur
Ekonomis
0
5
5
5
5
5
5
473.060.398
Biaya
Depresiasi/Thn
0
20.000.000
800.000
5.000.000
2.000.000
5.000.000
2.000.000
34.800.000
7. Modal Kerja Awal
Tabel P-7 adalah tempat menghitung besarnya modal kerja yang dibutuhkan
pada awal periode. Besarnya modal kerja tersebut dipengaruhi oleh volume kegiatan
usaha dan lamanya proses produksi sejak dari bahan baku sampai barang jadi. Jika
untuk membuat produk dibutuhkan waktu selama satu minggu, maka kebutuhan
modal kerja selama periode tersebut biasanya dua kali biaya produksi seminggu atau
lebih. Jika hasil penjualan diterima seminggu kemudian, maka modal kerja yang
dibutuhkan paling kurang tiga kali dari nilai bahan baku periode yang bersangkutan.
8. Penjualan
Program simulasi ini dapat menampung sebanyak 25 macam produk (lihat
Tabel P-8). Volume penjualan dapat pula diasumsikan naik dengan persentase tertentu,
misalnya 10% per tahun dan biaya produksi juga meningkat dengan persentase
BANK INDONESIA
101
PROGRAM SIMULASI BISNIS
tertentu pula, misalnya 10% per tahun. Asumsi kenaikkan volume penjualan
tergantung pada perkiraan pengusaha terhadap perkembangan permintaan dan
penawaran produknya di masa yang akan datang. Kenaikkan biaya produksi juga
tergantung pada perkembangan biaya bahan baku, upah jahit dan sablon. Dalam
program simulasi ini kenaikan biaya produksi sebesar 10% akan meningkatkan
harga jual dengan persentase yang sama karena harga jual ditetapkan berdasarkan
biaya produksi ditambah dengan margin dengan persentase tertentu. Jika tidak
ada kenaikan, masukkan angka nol. Dalam biaya produksi belum termasuk biaya
operasional, seperti upah/gaji karyawan, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan
biaya bunga. Ikhtisar penjualan, biaya produksi, dan margin dapat dilihat pada Tabel
P-9.
Tabel P-7 Modal Kerja Awal (Untuk Bahan Baku)
Go to Menu
NPV =
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Total
102
Barang
Dagangan
T-shirt
Kemeja
Jaket
Blazer
Tas
Sepatu
Sendal
Volume
Modal Kerja Produk yang
Penjualan
Awal
dibuat
(Unit)
(Minggu)
(Unit)
3.240
2
125
1.944
2
75
1.944
2
75
1.944
2
75
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Biaya
(Rp/Unit)
35.000
45.000
75.000
75.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
473.060.398
Kebutuhan
Modal Kerja
(Rp)
4.361.538
3.364.615
5.607.692
5.607.692
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18.941.538
DISTRO
Tabel P-8
Volume Penjualan, Margin, dan Kenaikan Biaya Produksi
Go to Menu
NPV =
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Barang
Dagangan
T-shirt
Kemeja
Jaket
Blazer
Tas
Sepatu
Sandal
Penjualan
(Unit)
3.240
1.944
1.944
1.944
473.060.398
Persediaan Biaya
Kenaikan
Kenaikan
Akhir
Produksi Margin Vol.Penjualan Biaya Prod Harga Jual
(Hari)
(Rp/Unit) (Rp/Unit)
(%/Thn)
(%/Thn)
(Rp/Unit)
14
35.000 100,0%
0,0%
0,0%
70.000
14
45.000 100,0%
0,0%
0,0%
90.000
14
75.000 100,0%
0,0%
0,0%
150.000
14
75.000 100,0%
0,0%
0,0%
150.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
BANK INDONESIA
103
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-9
Ikhtisar Penjualan, Biaya Produksi dan Margin
Go to Menu
NPV =
1
Uraian
Penjualan
Biaya Produksi
Gross Margin
984.960.000
492.480.000
492.480.000
2
984.960.000
492.480.000
492.480.000
473.060.398
3
984.960.000
492.480.000
492.480.000
4
984.960.000
492.480.000
492.480.000
5
984.960.000
492.480.000
492.480.000
9. Pembelian dan Penjualan Kredit
Kedalam program ini dapat pula dimasukkan porsi penjualan di lokasi distro
dan kota lain, diskon dan jangka waktu kredit penjualan dan pembelian (term of
payment). Pada Tabel P-10 dapat dilihat volume produk yang dijual di kota Bandung
sekitar 50% dan yang dijual ke kota lain sekitar 50%. Separoh dari produk yang dijual di
Bandung dititipkan pada distro lain (konsinyasi). Untuk produk-produk yang dititipkan
pada distro lain (konsinyasi) diberikan tenggang waktu pembayaran sampai 30 hari.
Program simulasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memasukkan penjualan ke
kota lain yang dilakukan secara kredit serta tenggang waktu pembayarannya.
104
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-10
Term of Payment Penjualan dan Pembayaran
Go to Menu
NPV =
Penjualan di Bandung
TOP (hari)
Penjualan ke kota lain
TOP (hari)
Diskon
TOP Penjahit
473.060.398
Porsi
Dijual Sendiri Konsinyasi
50,0%
50,0%
50,0%
0
30
Porsi
Tunai
Kredit
50,0%
90,0%
10,0%
30
0,0%
15 hari
10. Biaya Transportasi, Bongkar-Muat dan Penyimpanan
Biaya pengangkutan adalah untuk membawa bahan baku dari pabrik
pemasok ke tukang jahit. Jika bahan baku disediakan oleh penjahit, maka tidak ada
biaya transpor bahan baku. Biaya transpor barang jadi adalah untuk mengangkut
hasil produksi dari penjahit dan pendistribusiannya ke distro-distro lain (konsinyasi).
Biaya pengangkutan atau pengiriman produk pesanan ke derah lain ditanggung oleh
pembeli.
Tabel P-11 adalah tempat memasukkan biaya pengangkutan, bongkar muat
dan penyimpanan bahan baku dan barang jadi. Dalam program ini diasumsikan
biaya-biaya tersebut dibebankan pada bahan baku, sehingga mempengaruhi harga
pokok penjualannya. Biaya-biaya tersebut ditetapkan berdasarkan persentase tertentu
terhadap nilai pembelian bahan baku atau biaya produksi.
BANK INDONESIA
105
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-11
Biaya Pengangkutan, Bongkar-Muat, dan Biaya Penyimpanan
Go to Menu
NPV =
Uraian
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Penyimpanan
Asumsi
2,00%
1,00%
0,00%
1
473.060.398
Keterangan
terhadap nilai pembelian
terhadap nilai pembelian
terhadap nilai pembelian
2
3
4
5
Persedian awal barang dagangan
Pembelian
Persediaan akhir barang dagangan
Penjualan
18.941.538
492.768.462
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Penyimpanan
Harga Pokok Penjualan
9.855.369
4.927.685
0
507.263.054
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
11. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran meliputi biaya iklan dan promosi, biaya pembungkus, dan
jamuan (entertainment). Biasanya, dalam kegiatan distro tidak dipisahkan antara biaya
promosi dan entertainment. Biaya promosi meliputi pemasangan iklan di majalah,
pembuatan brosur, flier, sponsorship suatu pementasan musik, bazar, dan lain-lain.
Kedalam program ini dapat pula dimasukkan persentase rata-rata kenaikan biayabiaya tersebut setiap tahun (lihat Tabel P-12).
12. Biaya Asuransi
Tabel P-13 adalah tempat untuk memasukkan premi asuransi, yaitu asuransi
kerugian untuk perlindungan harta tetap perusahaan, kecuali tanah. Misalnya
perlindungan terhadap kebakaran, banjir, dan bencana lainnya. Selain itu, barang
dagangan juga diasuransikan. Pada Tabel P-13 hanya tampak biaya asuransi untuk
harta tetap. Dalam biaya asuransi yang tercantum pada Tabel P-18 sudah termasuk
biaya asuransi untuk barang dagangan.
106
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
13. Biaya Sewa
Pada umumnya distro tidak mempunyai gedung atau bangunan pabrik dan
toko sendiri. Fasilitas tersebut disewa dari pihak lain. Dalam program simulasi ini
disediakan fasilitas untuk menyewa tempat usaha, kendaraan, dan peralatan lainnya
serta persentase kenaikan biaya sewa rata-rata per tahun (lihat Tabel P-14).
Tabel P-12
Biaya Pemasaran
Go to Menu
NPV =
Uraian
Biaya Iklan dan Promosi
Biaya Packaging
Biaya Entertainment
Asumsi
5.000.000
2.000.000
0
1
Biaya Iklan dan Promosi
Biaya Packaging
Biaya Entertainment
Total
Keterangan
Rp per bulan
473.060.398
Kenaikan Biaya
0,0%
0,0%
Rp per bulan
Rp per bulan
60.000.000
24.000.000
0
84.000.000
% per tahun
% per tahun
% per tahun
2
60.000.000
24.000.000
0
84.000.000
3
4
5
60.000.000
24.000.000
0
84.000.000
60.000.000
24.000.000
0
84.000.000
60.000.000
24.000.000
0
84.000.000
Tabel P-13
Biaya Asuransi
Go to Menu
NPV =
Asset yang diasuransikan (Rp)
Premi Asuransi (%)
Premi Asuransi (Rp)
473.060.398
174.000.000
0,20%
348.000
BANK INDONESIA
107
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-14
Biaya Sewa
Go to Menu
NPV =
Sewa Tempat Usaha
Sewa Kendaraan
Sewa Peralatan
Kenaikan Sewa
1
75.000.000
2
75.000.000
0
0
473.060.398
3
75.000.000
0
0
4
75.000.000
0
0
5
75.000.000
0
0
0,0% per tahun
14. Biaya Operasi
Tabel P-15 adalah tempat memasukkan biaya-biaya operasional. Biaya operasi
meliputi biaya upah/gaji tenaga kerja, biaya administrasi, transportasi, dan lain-lain.
Biaya gaji sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan gaji masing-masing karyawan yang
ada (payroll). Biaya administrasi dan biaya transportasi adalah perkiraan rata-rata biaya
tersebut per bulan. Program simulasi ini menyediakan fasilitas untuk memasukkan
asumsi kenaikan gaji dan biaya administasi sebesar persentase tertentu per tahun.
15. Kebutuhan Modal Kerja
Tabel P-16 menampilkan proyeksi modal kerja sebagai hasil dari berbagai input
asumsi sebelumnya. Kebutuhan modal kerja adalah untuk pembelanjaan dana yang
tertanam dalam piutang, persediaan, dan biaya sewa toko setelah dikurangi dengan
kredit yang diperoleh dari pemasok dan penjahit. Kebutuhan modal kerja untuk bahan
baku dan sewa toko ditarik pada tahun 0 (periode pembangunan) karena renovasi
toko dapat dilakukan kalau sewanya sudah dibayar.
108
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-15
Proyeksi Biaya Operasi
Go to Menu
NPV =
Biaya upah/gaji
Biaya administrasi dan umum
Biaya Transportasi
Total
Kenaikkan Biaya
Biaya upah/gaji
Biaya administrasi dan umum
Biaya Transportasi
SUMMARY BIAYA OPERASIONAL
Biaya upah/gaji
Biaya penyusutan
Biaya asuransi
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya sewa
Total
1
48.000.000
25.000.000
0
73.000.000
2
48.000.000
25.000.000
0
73.000.000
3
48.000.000
25.000.000
0
73.000.000
473.060.398
4
48.000.000
25.000.000
0
73.000.000
5
48.000.000
25.000.000
0
73.000.000
0%
0%
0%
1
48.000.000
34.800.000
1.333.537
25.000.000
0
75.000.000
184.133.537
2
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
75.000.000
184.132.960
3
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
75.000.000
184.132.960
4
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
75.000.000
184.132.960
5
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
75.000.000
184.132.960
BANK INDONESIA
109
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-16
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja
Go to Menu
Uraian
Piutang usaha
Persediaan Barang Dagangan
Sewa dibayar dimuka
Total
0
0
18.941.538
75.000.000
93.941.538
1
24.624.000
19.230.000
75.000.000
118.854.000
2
24.624.000
19.230.000
75.000.000
118.854.000
3
24.624.000
19.230.000
75.000.000
118.854.000
4
24.624.000
19.230.000
75.000.000
118.854.000
5
24.624.000
19.230.000
75.000.000
118.854.000
Utang usaha
Kebutuhan Modal Kerja
Incremental Working Capital
0
93.941.538
93.941.538
20.532.019
98.321.981
4.380.442
20.520.000
98.334.000
12.019
20.520.000
98.334.000
0
20.520.000
98.334.000
0
20.520.000
98.334.000
0
Fiancing
Modal Sendiri
Pinjaman
Total
28.182.462
65.759.077
93.941.538
1.314.133
3.066.310
4.380.442
3.606
8.413
12.019
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Biaya Bunga
Biaya Provisi
1.753.575
657.591
11.012.062
688.254
11.013.408
688.338
11.013.408
688.338
11.013.408
688.338
11.013.408
688.338
16. Harga Pokok Penjualan
Tabel P-17 adalah proyeksi harga pokok penjualan (HPP). Harga pokok
penjualan dibuat seperti HPP usaha dagang karena dalam hal ini distro tidak
mempunyai alat produksi sendiri.
110
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-17
Proyeksi Harga Pokok Penjualan
Go to Menu
Persedian awal barang dagangan
Pembelian
Persediaan akhir barang dagangan
Penjualan
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Penyimpanan
Harga Pokok Penjualan
1
18.941.538
492.768.462
19.230.000
492.480.000
9.855.369
4.927.685
0
507.263.054
2
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
3
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
4
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
5
19.230.000
492.480.000
19.230.000
492.480.000
9.849.600
4.924.800
0
507.254.400
17. Proyeksi Laba-Rugi
Tabel P-18 adalah proyeksi laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang
diperoleh sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika usaha ini merugi,
sementara harga pokok penjualan dan biaya operasi sudah mencerminkan kondisi
yang sesungguhnya, maka dapat dikatakan bahwa volume penjualannya masih di
bawah titik pulang pokok atau harga jual terlalu murah. Jika terjadi kerugian sementara
penjualan sudah maksimal, maka koreksian dapat dilakukan terhadap diskon, biaya
pemasaran, dan biaya-biaya lainnya. Namun demikian, dalam menurunkan asumsi
biaya pemasaran dan diskon perlu dipertimbangkan bahwa volume penjualan
juga dipengaruhi oleh biaya-biaya tersebut. Jika tidak diberikan diskon dan biaya
pemasarannya juga terlalu kecil, maka volume penjualan akan turun. Kerugian juga
dapat disebabkan oleh biaya bunga yang lebih besar daripada laba operasi.
BANK INDONESIA
111
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-18
Proyeksi Laba-Rugi
Go to Menu
Uraian
Penjualan
Diskon
Penjualan Bersih
Harga pokok penjualan
Laba kotor
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji
Biaya penyusutan
Biaya asuransi
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya pemasaran
Biaya sewa
Total biaya operasional
Laba operasi
Biaya bunga
Pendapatan (biaya) lain-lain
Laba sebelum pajak
Pajak perusahaan
Laba bersih
0
0
0
0
0
0
1
984.960.000
0
984.960.000
507.263.054
477.696.946
2
984.960.000
0
984.960.000
507.254.400
477.705.600
3
984.960.000
0
984.960.000
507.254.400
477.705.600
4
984.960.000
0
984.960.000
507.254.400
477.705.600
5
984.960.000
0
984.960.000
507.254.400
477.705.600
0
0
0
16.100.000
0
0
0
16.100.000
(16.100.000)
4.077.575
(1.875.591)
(22.053.166)
0
(22.053.166)
48.000.000
34.800.000
1.333.537
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
268.133.537
209.563.409
19.488.000
(688.254)
189.387.155
28.408.073
160.979.082
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
268.132.960
209.572.640
13.928.895
(688.338)
194.955.407
29.243.311
165.712.096
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
268.132.960
209.572.640
7.480.332
(688.338)
201.403.970
30.210.595
171.193.374
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
268.132.960
209.572.640
0
(688.338)
208.884.302
31.332.645
177.551.657
48.000.000
34.800.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
268.132.960
209.572.640
0
(688.338)
208.884.302
31.332.645
177.551.657
18. Titik Penjualan Pulang Pokok
Tabel P-19 menyajikan perhitungan titik penjualan pulang pokok (break even
sales). Untuk perhitungan tersebut harus dimasukkan klasifikasi biayanya: biaya
tetap (T) atau biaya variabel (V). Jika produk yang dijual hanya T-shirt atau produk
nomor 1 pada Tabel P-8, maka akan didapatkan volume penjualan produk tersebut
pada titik pulang pokok dalam sehari, seminggu, dan setahun. Untuk mendapatkan
keuntungan, penjualan harus di atas titik penjualan pulang pokok tersebut.
112
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-19
Proyeksi Titik Penjualan Pulang Pokok (Break Even Sales)
Go to Menu
Biaya sewa
Biaya upah/gaji
Biaya penyusutan
Biaya Bunga
Biaya asuransi
Nilai Perolehan Barang Dagangan
Biaya pemasaran
Biaya administrasi dan umum
Pajak
Biaya Transportasi
Biaya Bongkar-muat
Biaya Admin Lain-lain
Biaya Penyimpanan
TOTAL
Jenis Biaya
1
T
75.000.000
T
48.000.000
T
34.800.000
T
19.488.000
T
1.333.537
V
492.480.000
V
84.000.000
V
25.000.000
V
28.408.073
V
9.855.369
V
4.927.685
V
0
V
0
823.292.664
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Penjualan
BE Sales
BE Sales/Penjualan
Jika yang dijual hanya T-Shirt
Harga T-Shirt
Volume Penjualan (Unit)
Volume Penjualan (Lusin)
Volume Penjualan/Bulan (Lusin)
Volume Penjualan/Hari (Lusin)
Volume Penjualan/Hari (Potong)
Penjualan/Hari (Rp)
Penjualan/Minggu(Rp)
2
75.000.000
48.000.000
34.800.000
13.928.895
1.332.960
492.480.000
84.000.000
25.000.000
29.243.311
9.849.600
4.924.800
0
0
818.559.566
3
75.000.000
48.000.000
34.800.000
7.480.332
1.332.960
492.480.000
84.000.000
25.000.000
30.210.595
9.849.600
4.924.800
0
0
813.078.288
4
75.000.000
48.000.000
34.800.000
0
1.332.960
492.480.000
84.000.000
25.000.000
31.332.645
9.849.600
4.924.800
0
0
806.720.005
5
75.000.000
48.000.000
34.800.000
0
1.332.960
492.480.000
84.000.000
25.000.000
31.332.645
9.849.600
4.924.800
0
0
806.720.005
644.671.127
178.621.537
984.960.000
517.016.814
52,5%
645.497.711
173.061.855
984.960.000
502.144.155
51,0%
646.464.996
166.613.292
984.960.000
484.814.920
49,2%
647.587.045
159.132.960
984.960.000
464.588.516
47,2%
647.587.045
159.132.960
984.960.000
464.588.516
47,2%
70.000
7.386
615,5
51,3
1,7
21
1.436.158
10.053.105
70.000
7.173
597,8
49,8
1,7
20
1.394.845
9.763.914
70.000
6.926
577,2
48,1
1,6
19
1.346.708
9.426.957
70.000
6.637
553,1
46,1
1,5
18
1.290.524
9.033.666
70.000
6.637
553,1
46,1
1,5
18
1.290.524
9.033.666
19. Proyeksi Arus Kas
Tabel P-20 adalah proyeksi arus kas (cash flow) operasional dengan metode
langsung (direct method). Dalam menguji kelayakan usaha, selain memperhatikan
net present value yang positif, juga harus diperhatikan supaya tidak terjadi cash
shortage atau bleeding pada arus kas operasionalnya. Bila terjadi cash shortage, maka
kekurangan kas tersebut akan ditempatkan sebagai pinjaman baru. Oleh karena itu,
jangka waktu pelunasan dan tingkat bunga pinjaman baru pada Tabel P-3 harus
diisi. Tetapi dalam perhitungan kelayakan usaha, jangan sampai terjadi cash shortage
tersebut.
BANK INDONESIA
113
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Jika cash shortage tidak bisa dihindarkan, pertanyaannya adalah: ”Siapa yang
akan menalangi kekurangan kas tersebut?” Pada Tabel P-21 dapat dimasukkan dana
sendiri untuk menutupi kekurangan kas tersebut. Jika semua kekurangan kas ditutupi
dengan modal sendiri, maka pinjaman baru akan sama dengan nol.
Tabel P-20
Proyeksi Arus Kas Operasional
Go to Menu
Uraian
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan
Diskon
Penerimaan piutang usaha
Pendapatan lain-lain
Total penerimaan
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian
Pembayaran utang usaha
Biaya upah/gaji
Biaya asuransi
Biaya administrasi dan umum
Biaya Admin Lain-lain
Biaya pemasaran
Biaya sewa
Pajak perusahaan
Pembayaran cicilan utang bank
Pembayaran bunga
Biaya provisi bank
Deviden
Pembelian harta tetap baru
Total pembayaran
Selisih penerimaan dan pembayaran
Kas awal
Kas sebelum financing
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Modal Kerja
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Pinjaman Baru
Total financing
Kas akhir
114
0
1
0
0
0
0
0
2
3
4
5
960.336.000
0
0
0
960.336.000
960.336.000
0
24.624.000
0
984.960.000
960.336.000
0
24.624.000
0
984.960.000
960.336.000
0
24.624.000
0
984.960.000
960.336.000
0
24.624.000
0
984.960.000
18.941.538
0
0
0
16.100.000
0
0
75.000.000
0
0
4.077.575
1.875.591
0
174.000.000
289.994.705
(289.994.705)
0
(289.994.705)
472.236.442
0
48.000.000
1.333.537
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
0
34.744.409
19.488.000
688.254
0
0
775.273.696
185.062.304
0
185.062.304
471.960.000
20.532.019
48.000.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
28.408.073
40.303.514
13.928.895
688.338
160.979.082
0
984.907.282
52.718
189.442.746
189.495.465
471.960.000
20.520.000
48.000.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
29.243.311
46.752.077
7.480.332
688.338
165.712.096
0
990.463.514
(5.503.514)
189.507.484
184.003.970
471.960.000
20.520.000
48.000.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
30.210.595
0
0
688.338
171.193.374
0
942.679.668
42.280.332
184.003.970
226.284.302
471.960.000
20.520.000
48.000.000
1.332.960
25.000.000
0
84.000.000
75.000.000
31.332.645
0
0
688.338
177.551.657
0
950.160.000
34.800.000
226.284.302
261.084.302
71.842.000
121.800.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30.593.628
65.759.077
0
289.994.705
0
1.314.133
3.066.310
0
4.380.442
189.442.746
3.606
8.413
0
12.019
189.507.484
0
0
0
0
184.003.970
0
0
0
0
226.284.302
0
0
0
0
261.084.302
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
20. Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman
Tabel P-22 menyajikan program pembayaran cicilan dan biaya bunga pinjaman
utang bank jangka panjang (untuk pembelian harta tetap). Cicilan dan biaya bunga
dihitung dengan metode anuitas (pembayaran tetap). Jangka waktu pelunasan utang
dapat diubah-ubah, maksimum lima tahun. Pembayaran cicilan dan biaya bunga
per bulan diperoleh dengan membagi pembayaran cicilan dan biaya bunga setahun
dengan 12. Jika suatu usaha dapat melunasi utangnya dalam jangka waktu yang
diperjanjikan, maka usaha tersebut bankable di mata kreditur.
Tabel P-21
Tambahan Modal Sendiri Untuk Menutupi Cash Shortage
Go to Menu
NPV =
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Modal Kerja
Modal Sendiri
Pinjaman Bank
Pinjaman Baru
Total financing
Kas akhir
21.
473.060.398
0
1
2
3
4
5
71.842.000
121.800.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30.593.628
65.759.077
0
289.994.705
0
1.314.133
3.066.310
0
4.380.442
189.442.746
3.606
8.413
0
12.019
189.507.484
0
0
0
0
184.003.970
0
0
0
0
226.284.302
0
0
0
0
261.084.302
Proyeksi Neraca
Pada Tabel P-23 dapat dilihat proyeksi neraca untuk lima tahun ke depan.
Dalam program simulasi ini, proyeksi neraca penting dibuat selain sebagai salah satu
laporan keuangan perusahaan juga sebagai alat kontrol terhadap kebenaran program
dan untuk mendapatkan nilai sisa modal kerja yang akan digunakan dalam perhitungan
kelayakan usaha. Jika proyeksi neraca tidak balance, berarti ada kesalahan dalam
program. Angka-angka dalam kolom Kontrol Neraca harus sama dengan nol.
BANK INDONESIA
115
PROGRAM SIMULASI BISNIS
22. Rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan merupakan indikator terhadap kesehatan kinerja usaha.
Rasio keuangan dikelompokkan atas liquidity ratio, activity ratio, leverage ratio dan
profitability ratio (Lihat Tabel P-24). Jika anda belum puas dengan proyeksi kinerja
usaha tersebut, perbaiki asumsi-asumsi yang mempengaruhi rasio keuangan tersebut.
Misalnya, profit margin terlalu rendah dibandingkan dengan usaha sejenis yang sudah
ada, anda dapat menaikkan harga jual (jika memungkinkan) atau menurunkan biayabiaya, termasuk tingkat bunga pinjaman.
116
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-22
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman
Go to Menu
KREDIT INVESTASI
Pokok pinjaman (USD)
Biaya bunga
Cicilan
Cicilan dan bunga
0
121.800.000
1
87.055.591
19.488.000
34.744.409
54.232.409
2
46.752.077
13.928.895
40.303.514
54.232.409
3
4
0
7.480.332
46.752.077
54.232.409
5
0
0
0
0
0
0
0
0
SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN
TAHUN 1
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Bulan 6
Bulan 7
Bulan 8
Bulan 9
Bulan 10
Bulan 11
Bulan 12
Total
TAHUN 2
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Bulan 6
Bulan 7
Bulan 8
Bulan 9
Bulan 10
Bulan 11
Bulan 12
Total
TAHUN 3
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Bulan 6
Bulan 7
Bulan 8
Bulan 9
Bulan 10
Bulan 11
Bulan 12
Total
CICILAN
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
2.895.367
34.744.409
CICILAN
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
3.358.626
40.303.514
CICILAN
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
3.896.006
46.752.077
BIAYA BUNGA
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
1.624.000
19.488.000
BIAYA BUNGA
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
1.160.741
13.928.895
BIAYA BUNGA
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
623.361
7.480.332
TOTAL
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
54.232.409
TOTAL
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
54.232.409
TOTAL
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
4.519.367
54.232.409
BANK INDONESIA
117
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-23
Proyeksi Neraca
Go to Menu
Kontrol Neraca
0
Uraian
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank
Piutang usaha
Persediaan Barang Dagangan
Sewa dibayar di muka
Total harta lancar
HARTA TETAP
Nilai perolehan
Akumulasi penyusutan
Harta tetap (net)
TOTAL HARTA
UTANG
Utang usaha
Utang bunga
Utang pajak
Utang Deviden
Utang bank jangka pendek
Utang bank jangka panjang
Pinjaman Baru
Total Utang
MODAL SENDIRI
Modal disetor
Laba ditahan
Laba tahun berjalan
Total ekuitas
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI
118
0
0
1
0
2
0
3
0
4
0
5
0
0
18.941.538
75.000.000
93.941.538
189.442.746
24.624.000
19.230.000
75.000.000
308.296.746
189.507.484
24.624.000
19.230.000
75.000.000
308.361.484
184.003.970
24.624.000
19.230.000
75.000.000
302.857.970
226.284.302
24.624.000
19.230.000
75.000.000
345.138.302
261.084.302
24.624.000
19.230.000
75.000.000
379.938.302
174.000.000
0
174.000.000
267.941.538
174.000.000
(34.800.000)
139.200.000
447.496.746
174.000.000
(69.600.000)
104.400.000
412.761.484
174.000.000
(104.400.000)
69.600.000
372.457.970
174.000.000
(139.200.000)
34.800.000
379.938.302
174.000.000
(174.000.000)
0
379.938.302
0
20.532.019
20.520.000
20.520.000
20.520.000
20.520.000
0
0
0
28.408.073
0
29.243.311
0
30.210.595
0
31.332.645
0
31.332.645
0
65.759.077
121.800.000
0
187.559.077
160.979.082
68.825.387
87.055.591
0
365.800.152
165.712.096
68.833.800
46.752.077
0
331.061.284
171.193.374
68.833.800
0
0
290.757.770
177.551.657
68.833.800
0
0
298.238.102
177.551.657
68.833.800
0
0
298.238.102
102.435.628
0
(22.053.166)
80.382.462
267.941.538
103.749.760
(22.053.166)
0
81.696.594
447.496.746
103.753.366
(22.053.166)
0
81.700.200
412.761.484
103.753.366
(22.053.166)
0
81.700.200
372.457.970
103.753.366
(22.053.166)
0
81.700.200
379.938.302
103.753.366
(22.053.166)
0
81.700.200
379.938.302
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-24
Rasio Keuangan
Go to Menu
1
LIQUIDITY RATIO
Current ratio
Quick ratio
ACTIVITY RATIO
Inventory turnover
Average collection period
Average payment period
Working capital turnover
Fixed asset turnover
Total asset turnover
LEVERAGE RATIO
Interest coverage ratio
Debt to equity ratio
Bebt ratio
PROFITABILITY RATIO
Return on assets
Return on equity
Profit margin
2
3
4
5
1,11
1,04
1,08
1,02
1,04
0,98
1,16
1,09
1,27
1,21
51,22
9,0
15,0
3,19
7,08
2,20
51,22
9,0
15,0
3,19
9,43
2,39
51,22
9,0
15,0
3,25
14,15
2,64
51,22
9,0
15,0
2,85
28,30
2,59
51,22
9,0
15,0
2,59
0,00
2,59
10,75
447,8%
81,7%
15,05
405,2%
80,2%
28,02
355,9%
78,1%
0,00
365,0%
78,5%
0,00
365,0%
78,5%
36,0%
197,0%
16,3%
40,1%
202,8%
16,8%
46,0%
209,5%
17,4%
46,7%
217,3%
18,0%
46,7%
217,3%
18,0%
23. Biaya Modal
Tabel P-25 adalah untuk menghitung biaya modal (cost of capital) usaha ini.
Biaya modal ditentukan oleh porsi pendanaannya: modal sendiri dan pinjaman, biaya
modal sendiri (cost of equity) dan biaya modal pinjaman (cost of debt). Biaya modal
sendiri selalu lebih tinggi daripada tingkat bunga pinjaman. Besarnya selisih biaya
modal sendiri dengan modal pinjaman tergantung pada keinginan investor atau
pemilik usaha. Biaya modal sendiri ditetapkan berdasarkan konsep opportunity cost,
yaitu hasil investasi tertinggi yang dikorbankan investor karena memilih usaha ini.
Jika investor mempunyai beberapa pilihan investasi yang memberikan hasil (return)
masing-masing 15%, 20%, dan 25%, maka hasil yang dikorbankan oleh investor
karena memilih usaha ini adalah 25%. Jadi, biaya modalnya adalah 25%. Pendekatan
lain yang lebih praktis digunakan adalah dengan membebankan persentase tertentu
(spread) di atas biaya modal pinjaman untuk menutup (cover) resiko investasi usaha
ini. Biaya modal usaha adalah rata-rata tertimbang dari biaya modal pinjaman dan
biaya modal sendiri (weighted average cost of capital = WACC).
BANK INDONESIA
119
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-25
Biaya Modal
Go to Menu
Financing
Modal Sendiri
Pinjaman
Total
Spread Ke di atas Kd
Porsi
30%
70%
100%
NPV =
473.060.398
Cost of
Cost of Capital
Capital
Setelah Pajak
20,0%
20,0%
16,0%
13,6%
WACC =
Perkalian
6,0%
9,5%
15,5%
4%
Ke = biaya modal sendiri. Kd = biaya modal pinjaman
24. Perhitungan Kelayakan Usaha
Tabel P-26 adalah hasil perhitungan kelayakan usaha. Ukuran kelayakan
investasi yang digunakan adalah nilai bersih dari arus kas usaha (net present value
= NPV), tingkat pengembalian usaha (internal rate of retun = IRR), jangka waktu
pengembalian investasi (payback period), dan rasio antara arus kas positif dan negatif
yang dihasilkan usaha (benefit-cost ratio). Usaha yang layak (feasible) untuk dijalankan
adalah yang menghasilkan NPV positif. Jika NPV positif, maka IRR akan lebih besar
dari biaya modal usaha, benefit-cost ratio akan lebih besar daripada satu dan payback
period relatif pendek. Hasil perhitungan kelayakan usaha tersebut sangat tergantung
pada asumsi yang digunakan. Perlu diperhatikan bahwa pada posisi NPV positif
mungkin saja arus kas operasionalnya negatif. Kalau kondisi tersebut terjadi, untuk
menghilangkan cash shortage tersebut, asumsi-asumsi yang digunakan harus ditinjau
kembali atau pemilik usaha harus menambahkan modalnya seperti dijelaskan pada
Bagian Arus Kas Operasional di atas.
120
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
Tabel P-26
Perhitungan NPV, IRR, Payback Period, dan B-C Ratio
Go to Menu
Satus Proyek
Uraian
CASH INFLOW
EBIT (1-T)
Biaya Penyusutan
Nilai Sisa Harta Tetap
Modal Kerja Akhir Priode
Total Cash Inflow
0
2
3
4
5
0
0
0
0
0
178.128.898
34.800.000
0
0
212.928.898
178.136.744
34.800.000
0
0
212.936.744
178.136.744
34.800.000
0
0
212.936.744
178.136.744
34.800.000
0
0
212.936.744
178.136.744
34.800.000
0
81.700.200
294.636.944
174.000.000
93.941.538
267.941.538
0
4.380.442
4.380.442
0
12.019
12.019
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(267.941.538)
1,0000
(267.941.538)
473.060.398 LAYAK
75,4%
1,55 tahun
2,77
208.548.455
0,8657
180.530.173
212.924.725
0,7494
159.555.483
212.936.744
0,6487
138.127.155
212.936.744
0,5615
119.569.906
294.636.944
0,4861
143.219.219
CASH OUTFLOW
Harga Tetap
Incremental Working Capital
Total Cash Outflow
Net Cash Flow
PVIF
PV
NPV
IRR
Payback Period
Benefit-Cost Ratio
1
LAYAK
15,5%
25. Pengujian Sensitivitas
Tabel P-27 adalah tempat melakukan uji sensitivitas NPV terhadap beberapa
asumsi. Pengujian sensitivitas ditujukan untuk melihat besarnya pengaruh perubahan
setiap asumsi terhadap NPV. Pengujian dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan
besaran suatu asumsi sehingga NPV menjadi nol. Pengujian dilakukan terhadap asumsi
satu per satu. Ketika dilakukan pengujian sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka
asumsi yang lain tetap seperti semula. Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu
asumsi menyebabkan NPV menjadi negatif, maka dapat dikatakan bahwa usaha ini
sensitif terhadap asumsi tersebut. Pada NPV sama dengan nol, IRR akan sama besar
dengan cost of capital-nya, dan B-C ratio akan sama dengan 1.
BANK INDONESIA
121
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Pengujian sensitivitas penting dilakukan karena memberikan indikasi kepada
calon investor dan kreditur untuk memperhatikan variabel asumsi yang sangat
berpengaruh terhadap kelayakan suatu usaha dan mengambil langkah-langkah
strategik untuk mengatasi kelemahan usaha yang mungkin dihadapi di masa yang
akan datang. Misalnya, suatu usaha sensitif terhadap harga bahan bakunya, maka
untuk mengatasi fluktuasi harga bahan baku yang mengancam kelangsungan hidup
usaha tersebut dilakukan kontrak pengadaan bahan baku dalam jangka panjang pada
tingkat harga tertentu yang menjamin NPV positif dan arus kas operasionalnya tidak
mengalami shortage atau bleeding.
Tabel P-27
Uji Sensitivitas
Go to Menu
Asumsi
Dasar
Kenaikan investasi barang modal 0,0%
Margin
100,0%
Diskon
0,0%
Biaya Gaji
0,0%
Biaya Administrasi
0,0%
Biaya pemasaran per bulan (Rp) 5.000.000
Tingkat Bunga Pinjaman
16,0%
Uji
Sensitivitas Perubahan Asumsi
NPV
306,5%
306,5%
0,0%
473.060.398
65,7%
-34,3%
100,0%
37,1%
37,1%
0,0% IRR
59,3%
59,3%
0,0% Payback Period
83,9%
83,9%
0,0% Benefit-Cost Ratio
19.006.145
280,1% 5.000.000
82,9%
418,1%
16,0%
Tambahan
Dana
0
75,4%
1,55
2,77
Tahun
1
2
3
4
5
Laba Bersih
Tahun 1
160.979.082
165.712.096
171.193.374
177.551.657
177.551.657
Pengujian sensitivitas dilakukan dengan program Goal-Seek yang ada dalam
Excel. Komputer akan mengubah besarana suatu asumsi sampai NPV sama dengan
nol. Cara melakukan uji senstifitas adalah sebagai berikut:
A.
Persiapan
Sebelum melakukan uji sensitivitas tentukan asumsi-asumsi penting yang
diperkirakan akan sangat mempengaruhi NPV. Tentukan besarnya asumsi dasar atau
122
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DISTRO
standar yang digunakan dalam perhitungan kelayakan tersebut. Masukkan angkaangka asumsi yang sama kedalam sel pada kolom Asumsi dan kosongkan kolom Uji
Sensitivitas.
Link sel-sel pada kolom Asumsi dengan sel-sel pada sheet di mana asumsi
tersebut berada. Misalnya Margin berada pada sheet Penjualan di sel G7. Diskon pada
sheet TOP pada sel D10.
B. Proses Pengujian
1. Tempatkan kursor pada sel NPV (sel pada angka 602.751.883) atau pada
sembarang tempat pada sheet ini.
2. Klik Tools pada menu Toolbar komputer anda, maka akan tampil daftar menu
yang salah satu isinya adalah Goal-Seek.
3. Klik Goal-Seek tersebut, sehingga tampil menu yang berisi kotak-kotak yang akan
diisi, yaitu: Set cell, To value, dan By changing cell. Jika kursor pada butir 1 di atas
ditempatkan pada nilai NPV, maka pada kotak Set cell akan berisi nomor sel NPV
tersebut, misalnya G6.
4. Masukkan nilai 0 pada kotak To value dan sel tempat asumsi yang akan diubah
pada kotak By changing cell, misalnya kita akan mengubah asumsi margin pada
sel F7.
5. Klik OK, maka komputer akan memprosesnya. Kemudian akan tampil kotak Goal
Seek Status, klik OK.
6. Jika dalam hasil proses tersebut ditemukan bahwa NPV sama dengan nol, tetapi
muncul tambahan dana atau arus kas operasionalnya mengalami shortage, maka
supaya tidak terjadi cash shortage, lakukan proses pengujian yang sama (dari butir
1 sampai dengan butir 5) dengan menggunakan ”sel tambahan dana” (misalnya
sel H6) sebagai Set cell dengan nilai (To value) sama dengan nol dan By changing
value adalah sel asumsi yang bersangkutan. Hasil akhirnya adalah nilai NPV akan
positif dan tambahan dana sama dengan nol.
BANK INDONESIA
123
PROGRAM SIMULASI BISNIS
7. Masukkan angka asumsi yang dihitung komputer tersebut kedalam sel pada
kolom Uji sensitifitas (sel D7), maka kita akan melihat perubahan asumsi tersebut
pada kolom Perubahan. Jika asumsi dasarnya sama dengan nol, maka pada
kolom perubahan akan tampil angka yang sama dengan angka yang dimasukkan
kedalam sel pada kolom Uji Sensitivitas. Jika asumsi dasarnya suatu besaran angka,
maka akan tampil persentase perubahan asumsi tersebut.
8. Kembalikan nilai asumsi pada kolom Asumsi sama dengan nilai dasarnya (sama
seperti pada kolom Asumsi Dasar).
9. Setelah semua asumsi diuji, kita akan melihat persentase perubahan setiap asumsi
seperti pada Tabel P-27. Angka-angka perubahan yang kecil menunjukkan bahwa
NPV sensitif terhadap perubahan asumsi tersebut.
124
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Download