POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan BANK INDONESIA i buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan UMKM Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794 Fax. (021) 351.8951 Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut. Jakarta, Desember 2008 ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN DISTRO No. Uraian Besaran Parameter 1 Jenis usaha 2 Dana yang diperlukan Investasi Modal kerja Total 3 Sumber dana a Porsi pendanaan Investasi harta tetap Pinjaman bank Modal Sendiri Total Modal kerja Pinjaman bank Modal Sendiri Total b Pendanaan Investasi harta tetap Pinjaman bank Modal Sendiri Total Modal kerja Pinjaman bank Modal Sendiri Total c Jangka waktu pinjaman (tahun) d Tingkat bunga pinjaman Kredit investasi Kredit modal kerja 4 Penjualan a Produk - T-shirt - Kemeja - Jaket - Blazer b Harga jual - T-shirt - Kemeja - Jaket - Blazer c Nilai penjualan - T-shirt - Kemeja - Jaket - Blazer Total 5 a b c d e Kelayakan usaha NPV IRR Payback period BC Ratio Penilaian Break even sales 6 Breakeven Sales - Rerata penjualan (Rp) - Rerata penjualan per hari (Rp) - % terhadap penjualan 7 a b c d e f g h i Analisis sensitivitas Kenaikkan investasi barang modal Margin di atas biaya produksi Diskon Pembelian Tunai Diskon konsinyasi Harga Kain (Rp/Kg) Biaya Gaji Biaya Administrasi Biaya pemasaran per bulan (Rp) Tingkat Bunga Pinjaman Distro Maklon Makloon 178.000.000 93.240.000 271.240.000 Maklon Makloon Produksi Sendiri 189.835.000 112.558.915 302.393.915 70,0% 30,0% 100,0% Produksi Sendiri 70,0% 30,0% 100,0% 70,0% 30,0% 100,0% 70,0% 30,0% 100,0% Makloon Maklon 124.600.000 53.400.000 178.000.000 Produksi Sendiri 132.884.500 56.950.500 189.835.000 65.268.000 27.972.000 93.240.000 3 65.268.000 27.972.000 93.240.000 3 16,0% 16,0% 16,0% 16,0% Maklon Makloon Produksi Sendiri (Unit) 13.550 (Unit) 3.120 1.872 1.872 1.872 (Rp/Unit) 70.000 90.000 150.000 150.000 (Rp) 218.400.000 168.480.000 280.800.000 280.800.000 948.480.000 Maklon Makloon (Rp/Unit) 70.000 (Rp) 948.480.000 948.480.000 121.135.602 31,7% 3,52 1,45 Layak Produksi Sendiri 523.356.275 71,7% 1,66 2,69 Layak Maklon Makloon 776.030.214 2.155.639 81,8% Produksi Sendiri 592.206.400 1.645.018 62,4% Maklon Makloon Produksi Sendiri 365,5% -3,8% 42,7% 78,4% 116.866 41,0% 165,7% 20.495.281 78,7% 89,5% 90,9% 9,9% 18,2% 12,2% 73,3% 8.586.525 34,1% BANK INDONESIA iii DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ……………………………………………………….…... RINGKASAN …………………………………………………………………... DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. DAFTAR TABEL ………………………………………………........................ DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR PHOTO ……………………................... i iii iv vii viii BAB I PENDAHULUAN …………………………………….................... 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha …………………………………….................. 2.2 Pola Pembiayaan …….……………………….................... 5 9 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar …………………………………….................. 3.1.1 Permintaan ………………………………................. 3.1.2 Penawaran ……………………………….................. 3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar …................ 3.2 Aspek Pemasaran …………………………….................... 3.2.1 Produk ………………………………………............. 3.2.2 Harga Jual ..…………………................................... 3.2.3 Sistem Distribusi ……………………….................... 3.2.4 Promosi ………………………................................. 3.2.5 Kendala Pemasaran ………………………............... 13 13 14 15 17 17 17 18 19 20 ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha ………………………………….................... 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ……………….................. 4.3 Bahan Baku …………………………………….................. 21 21 26 BAB III BAB IV iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Hal 4.4 4.5. 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 BAB V BAB VI Proses Produksi ………………………………….................. Lay-out Ruangan Produksi ……………………………......... Kebutuhan Bahan Pembantu ............................................ Bahan Pembungkus .................…...................................... Biaya Perawatan .................…........................................... Kapasitas Produksi .................…........................................ Pengawasan Kualitas .................….................................... Limbah .................…......................................................... Kendala Produksi .................….......................................... 26 27 28 29 29 30 31 32 32 ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI 5.1 Jumlah Karyawan ………………........................................ 5.2 Penggajian ……………….................................................. 5.3 Pelatihan …………………………….........……................... 5.4 Biaya-biaya Perizinan ……................................................. 35 36 39 40 ASPEK KEUANGAN 6.1 Pemilihan Pola Usaha ………………………….................... 6.2 Asumsi-asumsi Perhitungan ………………......................... 6.3 Biaya Investasi Barang Modal dan Modal Kerja .................. 6.3.1 Biaya Investasi Harta Tetap ....................................... 6.3.2 Biaya Produksi, Biaya Operasional dan Modal Kerja Awal ........................................................................ 6.3.3 Pendanaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja..... 6.4 Produksi dan Penjualan ……………………........................ 6.5 Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Sales …….................... 6.6 Proyeksi Arus Kas Operasional ........................................... 6.7 Perhitungan Kelayakan Usaha ………………...................... 6.8 Analisis Sensitivitas ............................................................ BANK INDONESIA 41 42 45 45 47 48 50 51 52 53 53 v Hal BAB VII ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN 7.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ………………........................ 7.2 Aspek Dampak Lingkungan …………………................... 59 60 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ………………............................................... 8.2 Saran ………………........................................................ 61 63 DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………......................... 66 MENU DAN CARA MENGOPERASIKAN PROGRAM SIMULASI BISNIS (USAHA DISTRO) ………………………………………………...................... 95 BAB VIII vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DAFTAR TABEL Tabel Hal 3.1. Jumlah Penduduk Indonesia Usia 15-34 Tahun……………..........……… 4.1. Kebutuhan Barang Modal (Kapasitas Produksi 6 lusin T-shirt perhari).... 4.2. Kebutuhan Bahan Baku Untuk Membuat 2 lusin T-shirt.......................... 4.3. Bahan-Bahan Pembantu Proses Sablon................................................... 5.1. Jumlah Karyawan Distro Bandung.......................................................... 5.2 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Makloon)................ 5.3 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Produksi Sendiri)...... 5.4. Perkiraan Jumlah Karyawan Bagian Produksi.......................................... 5.5. Biaya-biaya Perizinan............................................................................. 6.1. Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan................................................ 6.2. Biaya Pendirian dan Biaya Harta Tetap Usaha Distro............................... 6.3. Modal Kerja Awal.................................................................................. 6.4. Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Makloon)..... 6.5. Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Produksi Sendiri).................................................................................................. 6.6. Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Makloon)........................ 6.7. Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Produksi Sendiri)........... 6.8. Produksi dan Penjualan Distro Per Tahun................................................ 6.9. Perbandingan Kelayakan Distro Sistem Makloon dan Produksi Sendiri....... 6.10.Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem Makloon).............................................................................................. 6.11.Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem Produksi Sendiri).................................................................................... BANK INDONESIA 17 22 26 29 36 38 38 39 40 44 46 48 49 49 49 50 51 54 56 57 vii DAFTAR FOTO Foto III.1 IV.1 IV.2 IV.3 IV.4 IV.5 IV.6 Hal Contoh Display Sebuah Distro…………………….................................. Ruang Potong…………………………………………….......................... Pola...................................................................................................... Mesin Jahit............................................................................................ Mesin Obras.......................................................................................... Bahan yang sudah disablon dan siap dijahit........................................... Sebagian Gudang.................................................................................. 19 23 23 24 24 25 25 DAFTAR GAMBAR Gambar IV.1. Layout Ruangan Produksi...................................................................... IV.2. Skema Pengawasan Kualitas Produk...................................................... V.1. Bagan Organisasi Distro Bandung.......................................................... viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Hal 30 32 37 BAB I PENDAHULUAN Distro atau distribution store merupakan toko distribusi yang menjual berbagai produk. Jadi, peranannya adalah sebagai distributor. Sedangkan clothing adalah produsen yang memproduksi sendiri semua produk mereka dengan label sendiri pula. Sebuah clothing bisa memiliki toko sendiri atau hanya sekedar menitipkan produk mereka ke distro. Produk suatu clothing bermacam-macam terutama berhubungan dengan kehidupan anak muda pada umumnya seperti kaos, kemeja, jaket, sandal, tas, sepatu, bahkan produk elektronik seperti kaset, compact disk (CD), jam tangan digital dan lain-lain. Dalam perkembangannya, terminologi distro mencakup pengertian sebagai distributor dan clothing karena distro merupakan tempat menjual produkproduk clothing. Distro berbeda dari butik dan factory oultlet (FO) di mana butik hanya menjual barang-barang yang ada di butik itu sendiri dan tidak ada di tempat lain dengan harga yang mahal. FO dan toko-toko pengecer lainnya tidak membuat produk, tetapi hanya sebagai tempat menjual atau penyalur produk yang dibuat oleh pabrik lain. Sedangkan distro selain membuat dan menjual produk sendiri dalam jumlah terbatas juga memasarkan produknya melalui penyalur lain dan menerima produk distro lain (konsinyasi). Perkembangan distro sangat erat kaitannya dengan kreatifitas anak muda dalam mendesain produk untuk komunitas anak muda itu sendiri. Distro tidak bisa lepas dari kreatifitas dan komunitas, sehingga mereka rajin membuat desain produk baru dan melakukan kegiatan promosi yang berhubungan dengan komunitasnya, seperti mensponsori pertunjukan, pentas musik, perlombaan, bazar dan lain-lain. Pada mulanya distro tumbuh dan berkembang di kalangan pelaku musik indie. Distro ini dimaksudkan sebagai tempat menjual semua produk dari band indie, mulai dari kaset, CD dan merchandise dari band tersebut seperti pin, stiker dan kaos. Distro sudah ada sejak tahun 1993, tetapi baru berkembang penuh pada tahun 1998. Pada BANK INDONESIA 1 PENDAHULUAN mulanya, distro lahir karena keinginan anak muda untuk membangun identitas dan kebebasan dalam mengekspresikan dirinya, tetapi dalam kondisi yang serba terbatas. Perkembangan tersebut didorong pula oleh krisis keuangan yang melanda Indonesia sehingga anak muda tidak mampu lagi membeli barang impor sebagai penanda identitas. Kemudian mereka menciptakan sendiri perlengkapan komunitasnya dengan modal yang relatif terbatas. Pada mulanya produk-produk tersebut diciptakan bukan untuk tujuan bisnis, tetapi untuk identitas diri (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro mengutamakan nilai keunikan yang ada pada produk-produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas (non masal). Di Indonesia distro bermula dari Bandung, kemudian berkembang lebih jauh menjadi distributor bagi produk clothing lokal dan menjadi sebuah industri kreatif yang bukan lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Menurut Kepala Bagian Perekonomian Kota Bandung Ema Sumarna, ada tiga dari 14 item industri kreatif yang menjadi unggulan Kota Bandung, yakni clothing, kuliner dan craft. Industri tersebut mampu menyerap 650.000 tenaga kerja (Sindo, 23 April 2008). Sementara 400 distro yang ada di kota Bandung menyerap sekitar 300.000 tenaga kerja (Fikri C. Satari, Ketua KICK, Sinar Harapan, 9 Agustus 2008). Distro menjual produk-produk dalam jumlah terbatas dengan desain dan motive yang berbeda dari produk-produk yang sudah ada, sehingga memenuhi keinginan pemakai untuk tampil beda dibandingkan dengan orang lain. Dalam segmen pasar anak muda semangat untuk tampil beda cukup menonjol. Selera anak muda yang beragam dan ingin tampil lain dari yang lain menyuburkan bermunculan berbagai desain pakaian dan asesoriesnya. Hal ini juga didorong oleh kreatifitas dari anak muda itu sendiri untuk menciptakan kebutuhan yang sesuai dengan selera mereka. Distro juga menyediakan kebutuhan produk-produk yang unik untuk komunitasnya, bahkan tidak dapat diperoleh di toko-toko lain seperti asesories untuk komunitas penggemar motor tua, sepeda BMX, skateboard, penggemar musik rock, hip-hop, break dance, penggemar musik punk, musik indie, penggemar film dan lain-lain. 2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Ide produk dapat lahir dari ketertarikan akan satu model, gaya hidup (life style), dan hobby yang sama sehingga membentuk suatu komunitas. Kemudian mereka mulai memproduksi barang atau musik rilisan mereka sendiri yang dilengkapi dengan segala macam pernak-pernik dari mulai kaset, merchandise band, T-shirt, topi dan sebagainya. Kebutuhan yang spesifik semacam inilah yang mendorong komunitasnya datang ke distro mencari barang yang tidak terdapat di toko, shopping mall atau departement store. Produk-produk yang dijual distro sangat beragam, baik yang diciptakan sendiri maupun produk impor. Perkembangan distro juga didukung oleh ketersediaan bahan baku yang banyak dan mudah didapat, tekonologi produksi dan media komunikasi yang semakin canggih, teknologi rekaman yang memungkinkan band-band baru merekam musik mereka dengan menggunakan komputer, sehingga tidak lagi harus bersandar pada produser tertentu. Saat ini, industri musik di Bandung sudah bisa diproduksi di studio-studio kecil, rumah, maupun di kamar kos. Selain itu, perkembangan di bidang teknologi informasi juga memudahkan setiap komunitas yang ada untuk berhubungan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Melalui jaringan internet, telepon dan mesin fax orang dapat membangun komunitas dan jaringan untuk mendukung pemasaran suatu produk. Pertumbuhan media seperti stasiun TV, radio, majalah, katalog dan brosur yang didukung teknologi percetakan yang canggih ikut pula mendorong perkembangan distro dan komunitas anak muda di Bandung. Kehadiran MTV juga memiliki peran yang tidak sedikit karena melalui stasiun inilah beberapa band underground Bandung mendapat kesempatan untuk didengar oleh publik secara lebih luas. Selain itu, para presenter MTV siaran nasional pun ikut memasarkan produk-produk distro dengan memakai produk-produk dari clothing lokal yang berasal dari kota Bandung, sehingga produk mereka menjadi semakin populer. BANK INDONESIA 3 PENDAHULUAN Distro merupakan muara dari kreatifitas anak muda dalam memproduksi berbagai produk: pakaian, musik dan asesories lainnya. Setiap distro menampilkan tema desain produk yang berbeda dan mempromosikan merek sendiri. Ada yang mengambil tema pelestarian lingkungan, flora & fauna, tokoh, artis, berita (news), musik dan lainlain. Namun demikian tema tersebut juga tidak tetap sepanjang waktu, Distro dapat mengganti tema desainnya setiap enam bulan, disesuaikan dengan perkembangan selera anak muda. Dalam penampilannya kita melihat kelompok anak muda bergaya hippie dan punk. Gaya hippie mencirikan diri mereka dengan baju motif berbunga, baju dengan jurai di bagian tepi dan rambut panjang. Sedangkan punk menegaskan identitas melalui pakaian yang disertai dengan asesories berupa rantai, jins koyak, serta rambut berdiri yang dicat warna pucat (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro mengusung ciri khas tersendiri dan membangun komunitas yang setia mengunjungi distro tersebut. Sejalan dengan kreatifitas anak muda dan ingin tampil beda, mereka terus bergerak menciptakan kreasi-kreasi baru bagi komunitasnya dan mampu memproduksi kebutuhan mereka secara mandiri, sehingga tidak tergantung pada produk impor yang diproduksi oleh industri mapan. 4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Usaha distro dapat dikelompokkan kedalam skala usaha kecil dan menengah. Badan usahanya ada yang berupa perorangan, komanditer (CV) dan perseroan terbatas (PT). Pemilik distro pada umumnya adalah anak muda dan bahkan memulai usahanya semenjak masih mahasiswa. Distro memproduksi pakaian berupa baju kaos, jaket, kemeja, topi, tas, dan sepatu. Selain menjual produk buatan sendiri, distro juga menjual barang-barang elektronik seperti jam tangan digital, kaset, CD, dan asesories yang medukung penampilan atau hobby seperti penggemar skateboard, sepeda BMX, pencinta alam, penggemar terhadap suatu aliran musik tertentu, seperti rock, indie, punk, dan lain-lain. Dalam studi ini produk distro dibatasi pada pakaian, yaitu T-shirt, kemeja, blazer, dan jaket. Skala usaha yang digunakan adalah usaha kecil dengan omset sekitar Rp.950.000.000 per tahun. Distro menjual produk dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Personalized service, yaitu memberikan pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan komunitasnya, khususnya anak muda. 2. Freedom expression, produk dibuat dengan desain yang terus berganti sepanjang waktu dan terbebas dari status dan embel-embel lainnya. 3. Limited edition, produk dibuat dalam jumlah terbatas, unik, dan tidak melayani repeat order. Dari penelitian yang dilakukan, repeat order dapat dilakukan satu sampai dua kali saja selama bahan baku masih tersedia (biasanya untuk pasokan ke kota lain), tetapi tetap dalam jumlah yang terbatas karena ingin mempertahankan image bahwa produk tersebut bukan produk masal. 4. Distribution network, produk disalurkan ke berbagai kota di Indonesia melalui jaringan kerjasama dengan penyalur lain, bahkan sebagian ada yang diekspor ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Australia. BANK INDONESIA 5 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN Persaingan dipandang oleh pemilik distro sebagai persaingan ide, desain dan kreativitas. Persaingan merupakan tantangan untuk terus menciptakan kreasi baru dan membangun komunitas. Produk yang dibuat sangat terbatas, bahkan suatu desain pakaian yang disukai oleh konsumen tidak akan diproduksi ulang, sehingga peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan garmen lainnya untuk memproduksi secara masal dengan harga yang relatif lebih murah. Tetapi dari kaca mata distro dan kumunitasnya, produk tersebut sudah ketinggalan zaman (out of date). Target pasar yang dituju adalah anak muda baik pria maupun wanita yang sedang mengalami masa pencarian jati diri dan berkeinginan untuk menjadi pribadi yang unik namun tetap mengikuti perkembangan dunia fashion. Secara umum, target market produkproduk distro adalah konsumen berusia antara 14-35 tahun. Setiap distro membuat produk dalam jumlah terbatas dengan desain yang unik. Hal ini menjadi andalan distro untuk menarik pelanggan atau komunitasnya. Konsumen menyukai produk-produk distro dan rela membayar pakaian atau produk yang relatif langka tersebut sebesar dua kali lipat dari harga produksi masal. Penciptaan komunitas juga merupakan ciri khas sebuah distro. Jika sudah terbentuk satu komunitas, diharapkan mereka tidak akan pindah ke komunitas lain sebagaimana halnya komunitas penggemar motor Harley Davidson tidak akan pindah ke penggemar motor Honda, Yamaha atau Kawasaki. Komunitas yang menjadi target market utama sebuah distro juga bermacammacam. Dalam bidang pakaian misalnya, ada yang lebih fokus pada pakaian pria, ada yang fokus pada pakaian wanita atau remaja atau lebih fokus pada produknya seperti T-shirt, jaket, blazer, dan lain-lain. Jadi, setiap distro mempunyai target market yang berbeda. Produk yang dijual sebuah distro bisa sama dengan distro lain, seperti T-shirt, tetapi tema yang diusung dalam desainnya tidak sama: misalnya berkaitan dengan aliran musik tertentu, tokoh, artis, wanita, politik, dan lain-lain. Setiap distro menerapkan pengawasan yang ketat terhadap desain produknya untuk menjaga supaya jangan sampai desain tersebut meniru desain orang lain yang sudah ada. Pada umumnya distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. Mereka membuat produknya melalui kerjasama dengan penjahit dan tukang sablon, sehingga kebutuhan 6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO dananya hanya untuk modal kerja, yaitu untuk membeli bahan baku, upah, dan sewa tempat. Dalam kerjasama tersebut, bahan baku yang digunakan dapat berupa milik sendiri yang dibeli dari produsen (perusahaan tekstil) atau disediakan oleh penjahit itu sendiri. Desain suatu produk dapat dipicu oleh motive bahan yang tersedia, tetapi tetap memperhatikan tema pokok dari rancangan distro tersebut, misalnya tentang lingkungan hidup, fauna, perdamaian, musik, politik, dan masalah-masalah sosial lainnya. Volume produk yang dibuat dibatasi sesuai dengan ketersediaan bahan baku. Pada umumnya, setiap desain hanya dibuat sekitar dua hingga lima lusin saja (24–60 potong). Dalam kegiatan pemasaran, beberapa distro berkumpul pada suatu lokasi sehingga akumulasi pengunjung di lokasi tersebut menjadi besar. Di kota Bandung, distro banyak dijumpai di Jl. Trunojoyo, Jl Setiabudi, Jl. Sultan Agung, dan Jl. Riau. Walaupun setiap distro menjual produk yang unik, tetapi tidak memilih lokasi yang terpencil dari pusat keramaian atau lokasi komunitas distro lainnya karena akan sepi pengunjung. Sementara, konsumen lebih suka berbelanja di satu lokasi yang menawarkan banyak pilihan, hemat waktu dan tenaga. Distro sudah berkembang menjadi industri besar meskipun pelakunya pada umumnya berskala kecil dengan omset penjualan berkisar antara Rp20.000.000 sampai dengan Rp400.000.000 per bulan. Jumlah distro di kota Bandung sekitar 400 buah dengan total omset penjualan mencapai Rp25 milyar per bulan. Usaha distro tergabung dalam organisasi yang diberi nama Kreative Independent Clothing Komunity (KICK). Penulisan nama organisasi ini juga tidak mengikuti tata bahasa yang benar sebagai cerminan dari kebebasan dan pemberontakan anak muda untuk keluar dari tatanan baku yang ada. Organisasi ini digunakan untuk melindungi anggotanya dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan usahanya. Kata independent menunjukkan bahwa mereka tidak berafiliasi dengan industri ritel dan bisnis garmen besar karena usaha ini berangkat dari keterbatasan, yaitu modal. Perusahaan ritel besar mensyaratkan volume pasokan yang kontinyu dan besar, BANK INDONESIA 7 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN sementara itu penjualan melalui distro tidak memerlukan pasokan besar. Bahkan untuk setiap desain produk dibuat dalam volume yang sangat terbatas, hanya sekitar dua hingga lima lusin saja atau bahkan lebih sedikit lagi tergantung pada bahan baku yang tersedia, sehingga produk yang dihasilkan terkesan eksklusif. Dari sekitar 400 distro yang ada di kota Bandung, 160 di antaranya sudah menjadi anggota KICK. Ditinjau dari segi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman,usaha distro dapat diuraikan sebagai berikut: Kekuatan a. Memiliki produk yang unik yang diproduksi dengan jumlah terbatas (sebanyak dua sampai dengan lima lusin untuk setiap desainnya). b. Target pasar yang dituju adalah kaum muda yang sedang dalam masa pencarian jati diri dan berkeinginan untuk menjadi pribadi yang unik namun tetap mengikuti perkembangan dunia fashion. Secara umum target pasar berumur antara 15-34 tahun. Jumlah penduduk Indonesia dalam kelompok umur tersebut sekitar 77 juta jiwa. Kelemahan a. Free entry and exit. Para pesaing baru dapat masuk pasar setiap waktu sehingga memiliki potensi pesaing yang tidak sedikit. b. Harga produk distro relatif tinggi, sehingga membuat target konsumen terbatas hanya pada kaum muda kalangan menengah ke atas. Kesempatan a. Sikap konsumerisasi kaum muda sebagai pembeli yang akan membuat penjualan stabil. b. Sedang berkembangnya bisnis clothing dan distro sehingga peluang industri untuk terus tumbuh adalah sangat besar yang didukung oleh potensi pasar yang disasar. c. Mahalnya pakaian impor sebagai penanda identitas bagi anak muda, sehingga membuka kesempatan untuk membuat sendiri produk-produk unik sebagai identitas suatu komunitas. 8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Ancaman a. Terus bermunculannya pesaing-pesaing baru yang juga membuka usaha sejenis. Baik dengan tema yang mirip maupun berbeda, tetapi target konsumennya sama. b. Kemungkinan butik menurunkan harga jual produknya sehingga menggeser kedudukan distro. c. Masuknya pengusaha besar kedalam industri distro. Pengusaha besar dapat membuat bermacam distro yang berbeda untuk berbagai komunitas di satu lokasi tertentu, sehingga mengancam keberadaan distro-distro yang dimiliki oleh pengusaha kecil. d. Perlindungan terhadap hak cipta masih lemah, sehingga produk-produk distro yang bagus ditiru oleh perusahaan garmen lain. 2.2. Pola Pembiayaan Sebagian besar distro didanai sendiri oleh pemiliknya. Sumber dana dapat berasal dari pinjaman orang tua atau tabungan yang bersangkutan. Seorang pemula dapat memulai usahanya dengan menyewa tempat (toko) dan menyalurkan atau menjual produk-produk distro lain. Sebuah distro kecil yang tergabung dalam Distro house di Jl. Setiabudi Bandung dengan ukuran tempat usaha 3x4m dapat memberikan omset penjualan rata-rata Rp20.000.000 per bulan. Sewa tempat dibayar melalui potongan penjualan, yaitu 25% dari omset sebulan. Pada tahap awal, distro tersebut menjual produk distro. Sejalan dengan perkembangan usahanya juga mengembangkan produk sendiri dengan merek Bride. Jadi, dalam komunitas distro baik yang tergabung dalam KICK maupun yang di luar organisasi tersebut terjalin kerjasama yang baik. Mereka bersaing dalam ide dan desain dari suatu produk (clothing) untuk menciptakan komunitas sendiri. Menurut Kepala Bagian Kredit UKM Bank Mandiri Bandung, pemilik distro pada umumnya adalah anak orang kaya yang kreatif dan mandiri, sehingga dalam memulai usahanya tidak membutuhkan pinjaman bank. Bank Mandiri Cabang Bandung aktif BANK INDONESIA 9 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN memantau perkembangan distro dan baru memberikan kredit kepada empat distro yang dipilih secara selektif karena selain bukan merupakan kredit program juga resiko distro dinilai oleh bank masih cukup besar karena produksi dijual langsung kepada konsumen lepas (komunitas), yaitu anak muda yang belum mapan secara ekonomi, sehingga diragukan loyalitasnya. Selain itu, distro masih mendapatkan ”perlindungan” dari pejabat yang notabene orang tua pemilik distro supaya tidak dimasuki oleh pengusaha besar. Selain itu, pemantauan Bank Mandiri tampak bahwa outlet-outlet yang terletak di sepanjang Jalan Cihampelas dan lokasi lain di Bandung dimiliki hanya oleh satu kelompok usaha, yaitu Group Korek Api. Hal yang sama dapat pula dilakukan oleh pengusaha besar tersebut terhadap distro, dalam arti membuat beberapa distro dengan nama yang berbeda pada suatu lokasi. Jika tidak ada perlindungan terhadap distro yang ada sekarang ini, maka keberadaan distro dengan modal kecil akan terancam mati oleh pemodal besar. Pinjaman Bank Mandiri adalah untuk kebutuhan modal kerja yang diberikan kepada empat distro yang sudah berjalan dengan baik (mapan). Pihak bank Mandiri secara aktif terus memantau perkembangan distro di kota Bandung dengan cara ikut ”berdiskusi” dengan anak-anak muda pemilik distro, khususnya yang tergabung dalam KICK. Untuk fasilitas kredit tersebut diberlakukan standar prosedur pelayanan kredit biasa dan disertai dengan jaminan, yaitu tanah dan rumah pemiliknya. Perkembangan usaha distro di mata bank Mandiri cukup baik, namun demikian tetap harus hati-hati dan selektif dalam menyalurkan pinjaman. Pembiayaan yang dibutuhkan distro adalah untuk modal kerja, terutama untuk pembelian bahan baku dan talangan piutang usaha. Distro menerapkan pola pembayaran tunai atas penjualan kepada konsumen individu, sedangkan untuk pembelian dalam partai besar oleh pedagang di luar kota Bandung seperti Jakarta, 10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Semarang, Jogyakarta, Malang, Medan, Padang, dan Makassar pada umumnya diberikan diskon tetapi dibayar tunai. Kepada sebagian kecil pembeli besar juga diberikan tenggang waktu pembayaran sampai 30 hari. Total omset penjualan distro kota Bandung (baik yang dijual di Bandung maupun ke luar kota) sekitar Rp25 milyar per bulan. Sementara itu, volume ekspor masih relatif kecil, yaitu sekitar 5% dari total penjualan (Fiki C. Satari, Ketua KICK). BANK INDONESIA 11 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. ASPEK PASAR 3.1.1. Permintaan Permintaan terhadap produk-produk distro (clothing) sejalan dengan perkembangan selera target market-nya, yaitu remaja dan orang dewasa berusia antara 14-35 tahun. Keinginan anak muda untuk tampil beda akan mendorong tingginya permintaan terhadap produksi distro karena tidak diproduksi secara masal, tetapi dengan harga yang terjangkau. Selama konsumen mampu membeli produk distro mereka akan lebih memilih untuk membeli produk dengan desain yang tidak pasaran tersebut. Secara statistik belum ada catatan perkembangan permintaan produk distro. Menjamurnya pertumbuhan distro di kota-kota besar , khususnya di Bandung dan Jakarta adalah cerminan dari permintaan terhadap produk distro yang semakin besar. Hal ini didorong oleh: 1. Banyaknya desain baru yang menampilkan ide-ide kreatif yang inovatif, sehingga distro menciptakan mode (trend setter) dan mempengaruhi perilaku konsumen. 2. Adanya keinginan untuk keluar dari formalitas berpakaian dari anak muda dan kebebasan untuk mengekspresikan diri, sehingga melahirkan permintaan pakaian yang beraneka rupa yang sesuai dengan selera anak muda. 3. Semakin mahalnya pakaian impor sebagai penanda identitas, sehingga menimbulkan kesadaran dari anak muda untuk membuat sendiri ciri identitas mereka yang unik. 4. Adanya saluran (channel) Fashion TV, MTV dan juga majalah mode yang menampilkan berbagai model pakaian dan musik yang ingin ditiru oleh anak muda. BANK INDONESIA 13 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 5. Khusus untuk Indonesia yang beriklim tropis dan cuaca yang panas mendorong permintaan terhadap T-shirt khususnya yang berbahan katun dan rayon semakin tinggi. Sementara itu, T-shirt dapat pula dipakai untuk berbagai situasi: santai, kuliah dan kegiatan sehari-hari, bahkan untuk bekerja, khususnya hari Jumat. 3.1.2. Penawaran Jumlah distro di kota Bandung yang tergabung dalam KICK sebanyak 160 buah, sementara yang belum bergabung dengan organisasi tersebut sekitar 200 buah dengan omset penjualan sekitar Rp25 milyar per bulan. Dari wawancara yang dilakukan terhadap tiga distro di kota Bandung diketahui bahwa penjualan mereka rata-rata Rp100 juta per bulan. Secara statistik juga belum ada catatan tentang volume penjualan produk-produk distro secara rinci. Dari kaca mata pemerintah kelihatannya juga belum ada perlakuan khusus yang diberikan kepada distro, semuanya disamakan sebagai toko pakaian dan pihak pengusaha distro juga belum merasakan adanya bantuan pemerintah daerah, baik pembinaan maupun pendanaan. Faktor-faktor pendorong penawaran produk distro adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan teknologi penenunan (weaving), pewarnaan (dying) dalam industri tekstil serta teknik penjahitan dan sablon yang semakin canggih, sehingga semakin banyak variasi produk yang dapat dibuat. 2. Promosi dan jaringan distribusi yang semakin luas didukung oleh jaringan internet sehingga membuka kesempatan bagi anak muda di seluruh Indonesia bahkan dunia, terutama di kota-kota besar untuk mengakses website berbagai distro dan memilih produk yang diinginkannya. 3. Sistem distribusi yang semakin baik dan luas, pelayanan kepada konsumen akan semakin cepat dan baik, sehingga mendorong pertumbuhan permintaan produkproduk distro. 4. Banyaknya sekolah desain yang melahirkan lulusan kreatif untuk menciptakan kreasi dan inovasi baru khususnya dalam bidang pakaian (fashion). 14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 5. Adanya semangat kewirausahaan baik yang timbul akibat kondisi lingkungan yang semakin sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan maupun karena pendidikan telah mendorong anak muda untuk mendirikan usaha sendiri. 6. Bahan-bahan baku yang dibutuhkan mudah diperoleh mengingat banyaknya penyedia bahan-bahan utama pakaian dan asesories lainnya seperti kain katun, kerah rip, label, kancing, dan lain-lain. Di Indonesia, Jawa Barat khususnya, banyak terdapat perusahaan tekstil penyedia bahan baku pakaian. Pada tahun 2006 di Indonesia terdapat 2.000 buah perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan kapasitas produksi 6,1 juta ton di mana 57% di antaranya berlokasi di Jawa Barat (Ermina Miranti, Economic Review, No.29. Sept., 2007). 3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan dipandang oleh pemilik distro sebagai tantangan untuk terus menciptakan produk dengan desain baru dan memperbesar komunitasnya melalui penciptaan jaringan pemasaran ke berbagai kota di Indonesia. Masing-masing distro mempunyai tema rancangan yang berbeda dengan yang lainnya dan ditujukan untuk komunitas tertentu. Oleh karena itu persaingan terletak pada jaringan pemasaran dan kreatifitas dalam menciptakan desain produk yang menarik bagi komunitasnya. Terbatasnya volume produk untuk setiap desain, mendorong distro untuk membuat dan mempersiapkan puluhan desain baru setiap bulan. Ancaman terhadap distro datang dari perusahaan garmen lain yang meniru desain produk distro dan memproduksinya dalam jumlah yang besar. Tetapi, komitmen distro untuk hanya membuat suatu produk dengan desain tertentu dalam jumlah terbatas dan tidak melayani permintaan ulang (repeat order), sehingga produk tiruan dianggap sebagai produk yang sudah ketinggalan zaman. Beberapa distro hanya akan melayani repeat order satu kali saja. Hal ini menunjukkan konsistensi distro dalam membangun eksklusifitas komunitasnya dan menekankan persaingan pada kreatifitas penciptaan desain baru, sehingga distro mampu bertahan dalam persaingan dan sekaligus mendorong menjamurnya pertumbuhan distro di Indonesia. BANK INDONESIA 15 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Sampai saat ini, perlindungan atas hak cipta masih lemah, bahkan pengurusan hak paten juga masih sulit dan mahal. Selain itu, hambatan untuk masuk kedalam industri distro (entry barrier) sangat rendah karena tidak harus mempunyai pabrik sendiri atau tidak memerlukan modal yang besar. Pertumbuhan industri distro sejalan dengan munculnya anak-anak muda kreatif dan inovatif dalam dunia fashion dan musik, baik yang dilahirkan melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Hal ini juga diperkuat oleh kecenderungan anak muda untuk membentuk komunitas yang mempunyai ciri, karakter, dan kesukaan (hobby) tersendiri yang didasarkan pada kesamaan selera dalam aliran musik tertentu, kecintaan terhadap lingkungan hidup, tokoh, artis, aliran gaya seperti hippie, punk, dan sebagainya. Persaingan antara satu distro dan distro lainnya didasarkan pada persaingan kreatifitas desain produk dan menciptakan sebanyak mungkin anggota komunitasnya. Sejalan dengan dorongan pemerintah untuk menciptakan pengusaha-pengusaha baru (wirausahawan), persaingan dalam industri fashion, termasuk distro juga akan semakin meningkat. Dalam produk pakaian misalnya, pada umumnya orang mempunyai beberapa koleksi pakaian yang berbeda, baik karena fungsinya: formal dan kasual, misalnya pakaian untuk bekerja, sekolah, pesta, santai, dan lain-lain. Pilihan terhadap pakaian juga dipengaruhi oleh motif, warna, dan perancangnya. Jumlah penduduk Indonesia yang menjadi target market distro, yaitu yang berumur antara 15-34 tahun adalah 77,1 juta jiwa Lihat Tabel 3.1. Jumlah penduduk tersebut menggambarkan besarnya potensi pasar pakaian yang dapat dilayani oleh berbagai produsen pakaian, musik, dan asesories lainnya. Jika setiap orang dalam kelompok umur 15-34 tahun mempunyai lima lembar T-shirt, tiga celana jeans, satu jaket, dan satu topi, maka total kebutuhan terhadap pakaian tersebut sangat besar. Jika harga T-shirt, celana jeans, jaket dan topi masing-masing Rp.50.000, Rp100.000, Rp.150.000 dan Rp20.000, maka total nilai perdagangan jenis pakaian tersebut sekitar Rp.55,5 triliun. 16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Indonesia Usia 15-34 Tahun Kelompok Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 Jumlah 3.2. Pria 10.370.890 9.754.543 9.271.546 8.709.370 38.106.349 Wanita 9.918.783 10.150.607 9.821.617 9.054.955 38.945.962 Total 20.289.673 19.905.150 19.093.163 17.764.325 77.052.311 Sumber: BPS, 2005 ASPEK PEMASARAN 3.2.1. Produk Produk-produk distro pada umumnya berupa pakaian: T-shirt, kemeja, jaket, blazer, tas, topi, dan sepatu, kaset, CD, dan asesories lainnya baik untuk pria maupun wanita. Produk dibuat dengan desain yang unik dalam jumlah terbatas (2-5 lusin untuk setiap desain). Untuk setiap desain pakaian (T-shirt, kemeja, blazer, dan jaket) terdiri dari tiga ukuran: S, M, dan L. Sepatu dibuat dalam beberapa ukuran (nomor) yang disesuaikan dengan ukuran kaki rata-rata dan usia target market (usia 14-35 tahun). 3.2.2. Harga Jual Harga jual produk berkisar antara Rp.70.000 sampai dengan Rp.200.000 per potong. Harga T-shirt sekitar Rp.70.000–Rp.80.000, Jaket dan blazer sekitar Rp.120.000–Rp.200.000 per potong, topi Rp.25.000–Rp.60.000 per unit dan sendal sekitar Rp.45.000 sepasang. Harga jual ditetapkan berdasarkan harga pokok penjualan ditambah dengan komponen biaya lain, seperti biaya operasi, fee designer dan keuntungan (margin). Selain itu, juga ditentukan oleh kualitas dari desain produk. Semakin bagus desainnya, semakin tinggi harga jual yang dikenakan pada produk tersebut. Harga jual produk distro rata-rata dua kali biaya produksinya dan harga jual tersebut lebih mahal dari produk sejenis yang diproduksi secara massal. BANK INDONESIA 17 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Untuk penjualan dalam partai besar, distro memberikan diskon berkisar antara 10%-35%. Diskon diberikan sampai 35% atas pembelian tunai, minimal untuk nilai pembelian Rp20 juta. Terdapat distro yang memberikan diskon 25% untuk distributor yang menjual 1.000 potong selama tiga bulan. Distro Ian’s Report memberikan diskon 10%-30% untuk pembelian lusinan secara tunai. Sistem pembayaran produk distro untuk penjualan ritel adalah tunai. Untuk penjualan besar kepada beberapa distributor di kota-kota lain seperti di Jakarta, Surabaya, Jogyakarta, Medan, Padang, dan Makasar diberikan tenggat waktu pembayaran (terms of payment) sampai 30 hari. Untuk produk-produk sendiri yang dititipkan pada distro lain (konsinyasi) juga diterima pembayarannya rata-rata dalam waktu 30 hari. 3.2.3. Sistem Distribusi Distro memilih lokasi yang ramai dikunjungi konsumen. Di lokasi tersebut berkumpul banyak distro atau di sana ada merek-merek terkenal, seperti di Jl. Trunojoyo, Jl. Sultan Agung, Jl. Setiabudi, dan Jl. Riau, Bandung. Di Jakarta banyak ditemui di Kemang dan Tebet. Walaupun persaingan di tempat tersebut terasa ketat, tetapi banyak pengunjungnya. Setiap distro menyediakan produk dengan desain tertentu dalam jumlah terbatas. Setiap distro dapat pula menitipkan produknya pada distro lain (konsinyasi). Produk-produk yang dipajang di suatu distro diganti secara periodik (biasanya sekali seminggu), sehingga distro selalu menampilkan produk-produk baru. Beberapa distro juga bekerjasama dengan toko-toko pengecer di berbagai kota lain di Indonesia. Tetapi, ada juga distro seperti Ian’s Report membatasi penjualan ke luar Bandung untuk menjaga eksklusifitas dan image produknya hanya ada di Bandung. Pemesanan ulang (repeat order) sangat terbatas, hanya melayani 1-2 kali saja, khususnya untuk melayani jaringan distribusi yang sudah ada. Dalam penjualan kepada distributor dibuatkan kontrak yang juga memuat aturan (klausul) supaya tidak terjadi pembajakan dan peniruan produk oleh rekan bisnis tersebut. 18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Foto III.1 Contoh Display Sebuah Distro Distro, Jl. Trunojoyo Bandung (Foto Zalmi Zubir, 25/10/2008) 3.2.4. Promosi Media promosi yang digunakan bermacam-macam, di antaranya brosur, leaflet, flier, poster, free magazine, pameran, bazar, pertunjukkan (penampilan artis atau musik), katalog Suave dan internet. Kegiatan promosi ditujukan untuk memperkenalkan merek (brand) produknya. Semua distro menjual produk-produk yang sejenis, oleh karena itu merek sangat penting untuk di promosikan kepada konsumen atau komunitasnya dan pada akhirnya merek tersebut dapat mengindikasikan produknya dalam arti kualitas, tema desain, dan harga. Free magazine adalah sejenis tabloid yang beredar gratis di kafe-kafe dan distro-distro. Tabloid ini terdistribusi dengan baik, gratis dan isinya pun menarik untuk dibaca. Tabloid ini sangat mendukung promosi produk distro karena pasar yang dituju oleh free magazine sama dengan target pasar distro. BANK INDONESIA 19 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Kegiatan lain yang juga efektif digunakan untuk mempromosikan produkproduk distro adalah melalui bazar dan sponsor acara musik anak muda. Selain untuk memperkenalkan merek (brand awareness) sekaligus untuk menjual produk-produk distro. KICK secara reguler (tiap tahun) mengadakan bazar (KICK Fest) yang diikuti oleh distro-distro yang ada di Indonesia. 3.2.5. Kendala Pemasaran Kendala yang dihadapi distro dalam memasarkan produknya antara lain adalah: 1. Pembajakan ide dan desain. Dari wawancara yang dilakukan dengan pengusaha distro, diketahui bahwa banyak perusahaan garmen lain yang meniru (menjiplak) desain produk-produk distro, terutama produk yang laku atau merek terkenal. Walapun distro selalu membuat desain produk yang baru dan tidak lagi memproduksi yang lama, tetapi pembajakan atau tiruan desain tersebut tetap mengancam pasar distro karena produk tiruan tersebut dijual dengan harga murah (setengah dari harga produk yang asli) dan di mata komunitasnya produk tersebut tidak lagi eksklusif. Sampai saat ini belum ada perlindungan hukum atas pembajakan, tiruan ide dan desain produk distro tersebut. 2. Persyaratan dan izin untuk memasang billboard dan pengurusan hak paten dari pemerintah masih mahal. 3. Pada umumnya tempat usaha distro berstatus sewa, sementara biaya sewa naik rata-rata 25% setiap tahun, sedangkan dengan pesaing yang semakin banyak harga jual sulit di naikkan. Pada waktu studi ini dilakukan, biaya sewa toko ratarata di Jl. Trunojoyo Bandung adalah Rp500.000/m2 per tahun. 4. Umumnya distro tidak mempunyai alat produksi. Sistem produksinya berupa makloon atau diupahkan pada penjahit lain. Pada waktu tertentu, seperti lebaran dan natal penjahit juga tidak mampu melayani semua distro yang ada dan mereka meminta cash booking yang besar. Kondisi ini membatasi volume penjualan distro. 20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Distro berkumpul di pusat-pusat keramaian karena banyak pengunjungnya. Pada mulanya ada satu distro dengan merek terkenal di suatu lokasi. Karena banyak pengunjung ke sana, maka distro yang lain akan memilih lokasi berdekatan dengan distro yang sudah terkenal tersebut. Melihat perkembangan pusat-pusat perbelanjaan di kota Bandung, seorang pemodal kuat dapat menciptakan satu lokasi bisnis jika ditempat tersebut dibangun beberapa distro miliknya. Hal ini dilakukan oleh Group Korek Api dalam mengembangkan kawasan bisnis Cihampelas di mana hampir semua toko-toko pakaian di sepanjang Jl. Cihampelas tersebut milik Group Korek Api. Di Bandung distro berkembang di beberapa lokasi, seperti Jl. Trunojoyo, Jl. Sultan Agung, Jl. Riau, dan Jl. Setiabudi. Di Jakarta distro berkembang di wilayah Kemang dan Tebet. Pada mulanya di kedua lokasi tersebut berkembang restoran dan cafe yang banyak dikunjungi anak muda, keramaian pengunjung tersebut menarik pengusaha untuk membangun distro di lokasi tersebut. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Sebagian besar distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. Proses produksi diserahkan kepada penjahit lain (outsourcing). Namun demikian, pengawasan kualitas tetap dilakukan oleh pemilik distro. Salah satu ciri distro yang menonjol adalah pengawasan terhadap kualitas yang ketat untuk menjaga image dari produk yang dihasilkannya. Peralatan yang dibutuhkan jika suatu distro ingin membuat sendiri produknya dengan kapasitas 6 lusin (72 potong) T-shirt per hari adalah seperti pada Tabel 4.1. Mesin-mesin yang digunakan dapat berupa mesin baru atau mesin bekas. Harga mesin-mesin bekas sekitar separuh dari mesin baru. Total kebutuhan investasi barang modal antara Rp.8,3 juta sampai dengan Rp.15,8 juta. BANK INDONESIA 21 ASPEK TEKNIS PRODUKSI Dari wawancara dengan W. Satrio Aji, pemilik distro dan Yogi Jayakusuma, manejer Distro diketahui bahwa mereka akan konsentrasi pada penciptaan produk baru dan pemasarannya, sementara produksi dilakukan dengan cara makloon. Distro yang dimiliki W. Satrio Aji semula hanya memiliki 7 buah mesin jahit, tetapi sebagian sudah dijual dan hanya ingin mempunyai satu mesin saja untuk membuat contoh produk. Sedangkan distro yang di manejeri Yogi Jayakusuma juga sudah menjual mesin-mesin produksinya. Tabel 4.1 Kebutuhan Barang Modal (Kapasitas Produksi 6 lusin T-shirt per hari) No. Jenis Peralatan 1 2 3 4 5 5 6 7 8 9 10 11 12 Mesin jahit Mesin kam Mesin obras Mesin pemotong Meja Potong Semprotan Hair dryer Lampu neon Triplek Pemasang label Setrika Meja Setrika Furnitur (meja, kursi) Total Sumber: 22 Jumlah (Unit) 1 1 1 1 1 1 1 1 72 2 2 1 1 Satuan Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Set Harga/Unit Harga/Unit Nilai Nilai Bekas Baru (Mesin Bekas) (Mesin Baru) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 2.500.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 2.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000 1.500.000 3.000.000 1.500.000 3.000.000 1.500.000 3.000.000 1.500.000 3.000.000 500.000 1.000.000 500.000 1.000.000 10.000 10.000 10.000 50.000 50.000 50.000 40.000 40.000 40.000 5.000 360.000 360.000 50.000 100.000 100.000 75.000 150.000 150.000 125.000 125.000 125.000 3.000.000 3.000.000 8.835.000 19.835.000 1.Triza Mudita dalam tugas Simulasi Bisnis, 2005 2. Hasil penelitian POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Foto IV.1 Ruang Potong Foto IV.2 Pola BANK INDONESIA 23 ASPEK TEKNIS PRODUKSI Foto IV.3 Mesin Jahit Foto IV.4 Mesin Obras 24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Foto IV.5 Bahan yang sudah disablon dan siap dijahit Foto IV.6 Sebagian Gudang BANK INDONESIA 25 ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.3. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk kemeja dan T-shirt adalah kain katun (Combed 30S dan 20S), rayon, dan polyester. Sedangkan untuk jaket juga menggunakan bahan parasut. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat dua lusin (24 potong) T-shirt adalah seperti pada Tabel 4.2. Price tag dan pengaitnya dimasukkan kedalam kelompok bahan baku (bukan bagian dari packaging) karena price tag memang merupakan bagian dari produk yang akan dijual. Produk tidak mungkin diproduksi tanpa price tag sebab kode untuk setiap desain atau batch dipasang pada price tag tersebut. 4.4. Proses Produksi Proses produksi pembuatan baju kaos (T-shirt) melewati empat tahap, yaitu: 1. Pemotongan: Bahan baku kain dipotong mengikuti pola baju dan menurut ukuran, yaitu ukuran kecil (small/S), sedang (medium/M), dan besar (large/L). Pada umumnya distro membuat ketiga ukuran tersebut dan sangat jarang yang membuat ukuran ekstra kecil (extra small/XS) dan ekstra besar (extra large/XL). Tabel 4.2 Kebutuhan Bahan Baku Untuk Membuat 2 lusin T-shirt BAHAN Harga/Unit**) KEBUTUHAN*) SATUAN Kain 4,8 Kg 50.000 Kerah rip 0,4 Kg 30.000 Bahan Kebutuhan*) Benang Satuan (Rp) 0,04 Gulung 150.000 Label merk 24 Lembar 500 Label size 0,12 Gulung 15.000 Cat karet 0,08 Liter 40.000 Price tag Pengait price tag 24 0,01 Lembar Kotak 400 25.000 Sumber: *)Triza Mudita dalam tugas Simulasi Bisnis, 2005 **) Hasil penelitian 26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 2. Penyablonan: Proses selanjutnya adalah proses memberi gambar yang sudah didesain ke baju dengan menggunakan peralatan sablon. Untuk menyelesaikan satu batch (24 unit) T-shirt memakan waktu sekitar 3 jam. Penyablonan dilakukan sebelum penjahitan sebab resiko rusak lebih besar pada tahap penyablonan ini. 3. Penjahitan: Bahan yang sudah disablon kemudian dijahit menjadi baju yang sudah diberi label di kerahnya. Tahap penjahitan ini sendiri terdiri dari 3 tahap sebab bahan harus melalui 3 mesin yang berbeda yaitu: mesin kam, mesin obras, dan mesin jahit. 4. Pengepakan: Kaos yang sudah selesai kemudian diberi price tag berupa stiker berlogo atau bermerek produk. Tujuannya adalah sebagai alat promosi gratis melalui konsumen yang ingin menempelkan stiker tersebut di kaca mobil mereka atau berbagai tempat lainnya. Dibalik stiker tersebut terdapat kode desain kaos tersebut dan tempat untuk menempelkan harga. Kemudian baju tersebut disetrika supaya lebih rapi dan sablonannya tidak retak atau pecah-pecah, Selanjutnya, satu per satu baju tersebut dimasukkan ke dalam plastik agar ketika ditumpuk, sablon dari setiap baju tidak menempel satu sama lain. Setelah itu, setiap batch (24 unit) diikat dengan tali rafia dan dikelompokkan agar mudah dibawa dan didistribusikan. Total waktu yang dibutuhkan untuk memproses (work in process) tiap batch adalah sekitar 3 jam. Jadi, untuk memproduksi 72 unit T-shirt (3 batch) dibutuhkan waktu 9 jam. 4.5. Layout Ruangan Produksi Tata letak ruangan disusun supaya tidak terjadi saling tabrak dalam proses produksi. Pada umumnya lokasi produksi dan penjualan terpisah. Lokasi produksi berada di tempat lain, misalnya di rumah pemilik distro sedangkan lokasi toko berada di pusat keramaian di mana berbagai distro berkumpul di sana. Kebutuhan ruangan adalah untuk kegiatan produksi (workshop) dan kantor. Pembagian ruangan adalah sebagai berikut: BANK INDONESIA 27 ASPEK TEKNIS PRODUKSI 1. Ruang potong dan sablon: Pemotongan dan penyablonan dapat dilaksanakan dalam satu ruangan. Dalan ruangan tersedia dua meja besar untuk masing-masing kegiatan. 2. Ruang jahit dan packaging: Penjahitan dan packaging dapat ditempatkan dalam satu ruangan pula. Di dalam ruangan ini ditempatkan meja setrika dan 3 mesin jahit. 3. Kantor: Ruang kerja ini dipisah-pisah dengan menggunakan sekat (partisi) untuk setiap meja kerja atau sesuai kebutuhan. Ruangan lain yang berhubungan dengan kegiatan kantor adalah ruang rapat dan ruang direktur. 4. Ruang Jemur: Halaman belakang: berfungsi untuk tempat penjemuran. Layout ruangan produksi adalah seperti pada Gambar IV.1. Dari wawancara yang dilakukan dengan pemilik distro di Bandung, mereka pada umumnya hanya mempunyai mesin untuk membuat contoh produk dan tidak mempunyai alat sablon sendiri. Pada umumnya distro tidak mempunyai workshop sendiri. Proses produksi diserahkan pada penjahit lain yang sudah mempunyai mesin-mesin yang canggih. Dengan demikian, pengelola distro hanya berkonsentrasi pada penciptaan desain produk baru dan pemasarannya. Selain itu, juga menghemat biaya sewa tempat produksi dan biaya-biaya overhead produksi. Menurut Satrio Aji, pemilik distro, pada mulanya efisiensi produksi mempunyai mesin produksi sendiri bisa mencapai 30%40% dibanding makloon. Tetapi sekarang hanya sekitar 10%-15% saja. Penghematan tersebut tidak sebanding dengan tenaga dan biaya yang harus ditanggung, terutama biaya sewa tempat usaha. 4.6. Kebutuhan Bahan Pembantu Proses sablon memerlukan bahan-bahan pembantu yang diganti setiap 5 sampai 6 bulan sekali, seperti jarum, film, kain screen, dan lain-lain. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah seperti pada Tabel 4.3. 28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel 4.3 Bahan-Bahan Pembantu Proses Sablon Nama Bahan Nama Bahan Jarum (isi 10 pcs) Film Screen Rakel Ulano Lakban Busa Lem kayu 4.7. Harga (Rp/Unit) 20.000 1.000.000 65.000 150.000 25.000 5.000 30.000 15.000 Bahan Pembungkus Bahan lain yang dibutuhkan adalah pembungkus (packaging) berupa kantong kertas, kantong plastik, dan tali rafia. Produk diikat dan dikelompokkan agar mudah dibawa oleh konsumen atau didistribusikan ke distro lain. Bahan pembungkus berupa kantong kertas juga digunakan sebagai alat promosi dengan membubuhkan merek produk. Distro membuat kantong packaging produknya menggunakan kertas supaya tidak menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan. 4.8. Biaya Perawatan Setiap mesin di-service sekali dua bulan. Kemudian penggantian aki dinamo dilakukan sebulan sampai dua bulan sekali. Sedangkan pemberian gemuk (grease) dilakukan seminggu sekali. Biaya perawatan per bulan (belum termasuk) suku cadangnya sekitar Rp.500.000 sampai Rp.1.000.000. BANK INDONESIA 29 ASPEK TEKNIS PRODUKSI Gambar IV.1 Layout Ruangan Produksi WC Ruang Potong dan Sablon Halaman Belakang Gudang Teras Belakang Ruang Jahit dan Packaging Ruang Rapat R. Administrasi 20 m Ruang Direktur Dapur Garasi WC Teras depan Parkir 20 m Halaman depan 15 m 4.9. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi yang digunakan sebagai contoh dalam tulisan ini adalah adalah 3 batch atau 6 lusin kaos per hari. Tetapi produk yang dibuat sebagai contoh adalah T-shirt sebanyak 5 lusin per minggu, kemeja, jaket, dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu. Walaupun kemampuan produksi 6 lusin per hari, tetapi produksi disesuaikan dengan kemampuan pemasarannya. Produk sebanyak 14 lusin tersebut diperkirakan akan habis dalam waktu seminggu. 30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Dengan aliran yang continuous, setiap proses dapat dilakukan secara bersamaan untuk batch kaos yang berbeda selama kapasitas produksi yang ada mampu mengerjakannya. Tetapi dengan sistem makloon proses produksi lebih mudah dilakukan, bahkan dalam volume kecil. Oleh karena itu, pada umumnya distro memilih untuk tidak mempunyai alat produksi sendiri. Tetapi dalam studi lending model distro ini akan dilakukan perhitungan kelayakan usaha berdasarkan dua pendekatan, yaitu: a. Produksi dilakukan dengan peralatan alat milik sendiri. b. Produksi dilakukan melalui penjahit lain (makloon). 4.10. Pengawasan Kualitas Distro menerapkan pengawasan kualitas yang cukup ketat terhadap produknya (lihat Gambar IV.2). Pengecekan kualitas dimulai dari pemeriksaan bahan baku oleh bagian Quality Control yang berada di bawah Bagian Produksi. Pemeriksaan terhadap barang jadi dilakukan dua kali, yaitu ketika produk selesai dibuat (oleh bagian Quality Control), kemudian sebelum didistribusikan (oleh Bagian Gudang dan Distribusi). Jika produk rusak, maka akan dikembalikan kepada penjahit untuk diperbaiki. Produk yang rusak di gudang akan dijual dengan harga diskon. Produk-produk dengan kualitas bagus dijual dengan harga premium. Jika produksi dilakukan dengan sistem makloon, kerusakan barang dapat terjadi dalam kasus sebagai berikut: 1. Bahan baku disediakan oleh distro: Kerusakan produk yang tidak dapat diperbaiki akan diganti oleh penjahit. Masalahnya, belum tentu bahan yang sama tersedia di pasar. Penyelesaiannya, upah penjahit dipotong dengan nilai barang yang rusak. Tetapi konsekuensinya jumlah produk yang dibuat berkurang. 2. Bahan baku disediakan oleh penjahit: Distro dapat mengembalikan produk yang rusak kepada penjahit untuk diganti. Jika tidak ada penggantinya, maka distro hanya menerima sebanyak produk yang bagus saja. BANK INDONESIA 31 ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.11. Limbah Produksi pakaian juga menghasilkan limbah berupa sisa-sia potongan kain (kain paco). Untuk produksi sekitar 20 potong per hari dihasilkan sekitar 10 karung kain paco per bulan. Limbah ini dijual kepada pihak lain sebagai bahan baku untuk membuat boneka. Kain paco di jual dengan harga Rp10.000,00 per karung atau Rp800 per kg. Dalam perhitungan ini, nilai limbah tersebut diabaikan. Gambar IV.2 No Bahan Baku Kulitas Bagus? Ya Desain Produksi sendiri Sablon Kulitas Bagus? Ya Jual (harga premium) Masuk Gudang No Mark loan No Stop Cek Ulang Kualitas Ya Kulitas Bagus? No Jual dengan diskon Skema Pengawasan Kualitas Produk 4.12. Kendala Produksi Kendala yang dihadapi oleh distro dalam proses produksi antara lain adalah: 1. Distro cenderung untuk tidak mempunyai alat produksi sendiri karena lebih efisien untuk makloon dibanding mempunyai fasilitas produksi sendiri. Pengelola atau pemilik distro lebih berkonsentrasi pada penciptaan produk baru dan pemasarannya. Sementara itu, penjahit dengan mesin-mesin canggih dan bahkan untuk produk-produk khusus sudah banyak tersedia. Tidak mungkin bagi distro untuk menyediakan semua peralatan tersebut karena nilai investasinya cukup mahal. Sebuah distro di Bandung semula mempunyai alat produksi sendiri, tetapi kemudian di jual karena tidak sanggup mengikuti perkembangan teknologi 32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO produksi dan ternyata produksi lebih efisien melalui makloon. Distro lainnya juga sudah menjual mesin-mesinnya dan menyisakan satu mesin jahit dan satu mesin obras untuk membuat contoh produk. Tetapi penjahit lebih cenderung melayani pembuatan produk dalam jumlah besar, sementara distro membuat produk dalam jumlah terbatas, sehingga penjahit lebih mendahulukan pembuatan produkproduk dalam skala besar. 2. Kualitas bahan baku tidak stabil, sehingga untuk produk-produk yang repeat order tidak bisa dilayani dengan baik. Tetapi, hal ini tidak menjadi kendala yang signifikan karena distro membuat produk yang unik dan tidak sama dengan produksi sebelumnya. 3. Diskon diberikan oleh pemasok (perusahaan tekstil) bila pembelian bahan baku dilakukan dalam volume besar dan kontinyu, sementara kebutuhan distro hanya sedikit dan berpindah-pindah dari satu pemasok ke pemasok lain, tergantung pada motive dan warna bahan yang dibutuhkan, sehingga tidak memperoleh diskon yang maksimal. 4. Pembayaran atas pembelian baku dilakukan tunai, sehingga membutuhkan modal kerja yang relatif besar. BANK INDONESIA 33 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BAB V ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI 5.1. Jumlah Karyawan Jumlah tenaga kerja dibagi atas karyawan tetap dan tidak tetap. Jumlah karyawan distro sangat tergantung pada besar-kecilnya usaha tersebut dan scope kegiatannya (produksi, pemasaran, dan administrasi). Distro yang membuat produknya dengan sistem makloon mempunyai mempunyai karyawan yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang mempunyai unit produksi sendiri karena karyawan hanya untuk desain dan pemasaran. Karyawan pemasaran, khsususnya pelayan toko berstatus titak tetap. Jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan karyawan tetap hanya sekitar 5 sampai 10 orang saja. Sebagai contoh, jumlah karyawan distro yang mempunyai unit produksi sendiri ada sebanyak 25 orang, yang terdiri dari 15 orang karyawan tetap dan 10 orang karyawan tidak tetap dengan rincian seperti pada Tabel 5.1. Jumlah karyawan sesuai dengan organisasi perusahaan dikelompokkan seperti pada Bagan Organisasi pada Gambar V.1. Karyawan bagian produksi di bawah kendali manager produksi dengan tugas meliputi: pemotongan, penyablonan, dan penjahit. Sedangkan karyawan operasional dibagi atas kegiatan toko, promosi dan desain, serta gudang dan distribusi. Manejer toko membawahi kegiatan toko dan pelayannya. Jumlah pelayan dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Pada hari Senin dan Selasa hanya digunakan 5 orang pelayan. Pada akhir pekan (Jumat-Sabtu-Minggu) jumlah pelayan ditambah menjadi 7 orang. Manejer promosi dan desain membuat rancangan pakaian, melakukan promosi, membuat dan mengikuti event promosi, seperti bazar dan pameran yang diadakan oleh KICK. Manejer promosi dan desain juga bertanggung jawab terhadap pengendalian kualitas. Produk yang diterima dari bagian produksi akan diperiksa satu per satu oleh bagian promosi dan desain. Jika ditemukan kesalahan, akan dikembalikan ke bagian produksi untuk diperbaiki. BANK INDONESIA 35 ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI Manejer gudang dan distribusi bertanggung jawab terhadap penyaluran produk baik yang dijual di toko sendiri, konsinyasi, dan pengiriman ke daerah lain. Selain itu, bagian gudang dan distribusi juga bertanggung jawab untuk memeriksa kembali kualitas produk sebelum dipajang di toko, dikirimkan atau dititipkan diberbagai distro lain. Karyawan di bagian produksi, toko, dan distribusi ada yang bekerja dua shift per hari, khususnya pada akhir pekan dan acara bazar. Sedangkan jam kerja bagian desain tidak diatur dengan tegas, karena ide desain dapat muncul setiap waktu. Bagian desain dituntut untuk menciptakan desain produk yang bagus, biasanya sekitar 10 sampai 15 desain setiap bulan. Sebagai contoh, sebuah distro membuat sekitar 50 desain produk baru setiap bulan. Tabel 5.1 Jumlah Karyawan Distro Bandung Jabatan Direktur Wakil Direktur Staf Administrasi Bagian Desain & Promosi Manejer Desain & Promosi Staf Desain Bagian Produksi Manejer Produksi Staf Produksi Bagian Toko Manejer Toko Pelayan Bagian Gudang & Distribusi Manejer Distribusi Staf Distribusi Jumlah Karyawan Karyawan Tetap Tidak Tetap (Orang) (Orang) 1 1 2 Jumlah Jumlah (Orang) (Orang) 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 4 1 0 7 1 7 1 2 15 3 10 1 5 25 Sumber: Distro, Hasil Survei 5.2. Penggajian Dari penelitian yang dilakukan terhadap tiga distro di Bandung diketahui bahwa sistem penggajian terdiri dari gaji pokok dan uang makan. Untuk karyawan tetap, upah minimum adalah sebesar UMR, yaitu Rp.700.000 sampai dengan Rp.800.000 36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO per bulan. Sedangkan gaji manejer rata-rata Rp.2.000.000 per bulan. Karyawan tidak tetap digaji Rp.100.000 per hari. Perusahaan memberikan uang makan kepada karyawan baik berupa uang maupun natura dengan nilai sekitar Rp.7.000 sampai dengan Rp.8.000 per hari. Untuk menghemat biaya, distro dapat menyediakan catering senilai Rp.5.000 untuk sekali makan. Jam kerja karyawan pada hari Senin dan Selasa adalah satu shift, sedangkan hari Rabu sampai dengan Minggu dua shift. Upah lembur 1,5 kali upah jam kerja biasa. Hari kerja setiap karyawan diatur 5 hari per minggu dan 2 hari libur, kecuali designer tidak ditentukan hari kerjanya. Gambar V.1 Bagan Organisasi Distro Bandung Direktur Wakil Direktur Staf Administrasi Manejer Toko Manejer Produksi Manejer Promosi & Desain Manejer Gudang & Distribusi Pelayan Staf Penjahit Staf Desain Staf Distribusi Sumber: Distro, Bandung. Untuk perhitungan kelayakan usaha distro dengan sistem makloon akan digunakan struktur karyawan dan penggajian seperti pada Tabel 5.2. Jumlah karyawan dan penggajian tersebut berpedoman pada struktur organisasi dan penggajian pada BANK INDONESIA 37 ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI distro dengan sedikit penyesuaian, seperti meniadakan wakil direktur. Jika distro mempunyai unit produksi sendiri, maka dibutuhkan 9 orang karyawan dan satu orang manejer untuk menangangi kegiatan tersebut (lihat Tabel 5.3 dan Tabel 5.4). Tabel 5.2 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Makloon) Jabatan Karyawan Gaji Uang Makan Total Total Total Tetap Kar. Tetap Per orang Gaji Uang Makan Gaji & U. Makan (Orang) (Rp/Bulan) (Rp/Hari) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) 1 2.500.000 0 30.000.000 0 30.000.000 2 800.000 7.000 19.200.000 1.820.000 21.020.000 Direktur Staf Administrasi Bagian Desain & Promosi Manejer Desain & Promosi 1 Staf Desain 1 Bagian Produksi Manejer Produksi Staf Produksi Bagian Toko Manejer Toko 1 Pelayan 3 Bagian Gudang & Distribusi Manejer Distribusi 1 Staf Distribusi 2 Jumlah 12 Catatan: Hari kerja karyawan 5 hari dalam seminggu. 2.000.000 800.000 0 7.000 24.000.000 9.600.000 0 1.820.000 24.000.000 11.420.000 1.500.000 800.000 0 7.000 18.000.000 28.800.000 0 1.820.000 18.000.000 30.620.000 1.500.000 700.000 10.600.000 0 7.000 18.000.000 16.800.000 164.400.000 0 1.820.000 7.280.000 18.000.000 18.620.000 171.680.000 Tabel 5.3 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Produksi Sendiri) Jabatan Direktur Staf Administrasi Bagian Desain & Promosi Manejer Desain & Promosi Staf Desain Bagian Produksi Manejer Produksi Staf Produksi Bagian Toko Manejer Toko Pelayan Bagian Gudang & Distribusi Manejer Distribusi Staf Distribusi Jumlah 38 Karyawan Gaji Uang Makan Total Total Total Tetap Kar. Tetap Per orang Gaji Uang Makan Gaji & U. Makan (Orang) (Rp/Bulan) (Rp/Hari) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) 1 2.500.000 30.000.000 0 30.000.000 2 800.000 7.000 19.200.000 1.820.000 21.020.000 1 1 2.000.000 800.000 7.000 24.000.000 9.600.000 0 1.820.000 24.000.000 11.420.000 1 9 2.000.000 800.000 7.000 24.000.000 86.400.000 0 1.820.000 24.000.000 88.220.000 1 3 1.500.000 800.000 7.000 18.000.000 28.800.000 0 1.820.000 18.000.000 30.620.000 1 2 22 1.500.000 700.000 13.400.000 18.000.000 16.800.000 274.800.000 0 1.820.000 9.100.000 18.000.000 18.620.000 283.900.000 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL 7.000 DISTRO Tabel 5.4 Perkiraan Jumlah Karyawan Bagian Produksi Tugas/Jabatan Tugas/Jabatan Manejer Produksi Tukang Potong Tukang Obras Tukang Jahit Tukang Kam Tukang Sablon Tukang Strika Petugas Gudang dan Pengepakan Total 5.3. Jumlah (Orang) 1 1 1 1 1 3 1 1 10 Pelatihan Karyawan distro pada umumnya berpendidikan S1, D3 dan SMA dengan usia antara 15-45 tahun. Pelatihan untuk karyawan disesuaikan dengan bidang pekerjaannya, baik yang dilaksanakan oleh perusahaan sendiri (internal) maupun oleh pihak lain di luar perusahaan. Dalam bidang pemasaran, pelatihan lebih banyak ditekankan pada cara menjual dan pengenalan produk. Untuk tenaga administrasi diberikan pelatihan pengoperasian komputer, kursus kasir, dan mengikuti seminar manajemen untuk manejer. Untuk bagian produksi diberikan pelatihan tentang cara mencuci, pembuatan pola dan teknik produksi lain yang dibutuhkan. Tenaga produksi pada umumnya menekuni pekerjaannya sebagai penjahit karena hobby. Dalam recruitment karyawan pada distro juga dilakukan psikotes. Hasilnya cukup efektif dalam mendapatkan karyawan yang tepat, sehingga turnover karyawan menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan cara recruitment tanpa psikotes. Biaya-biaya untuk pelatihan karyawan diasumsikan sudah tercakup dalam biaya operasional perusahaan. BANK INDONESIA 39 ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI 5.4. Biaya-biaya Perizinan Untuk mendirikan sebuah distro dibutuhkan perzinan dan dokumen-dokumen yang disyaratkan oleh pemerintah, seperti Akte Pendirian Usaha, Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat izin dari BKPMD, Surat izin Domisili, dan lain-lain. Biaya-biaya untuk mendapatkan dokumen perizinan tersebut adalah seperti pada Tabel 5.5. Total biaya dokumen pendirian dan perizinan diperkirakan sebesar Rp13,1 juta. Tabel 5.5 Biaya-biaya Perizinan Jenis Biaya Jenis Biaya Akte Notaris SIUP NPWP Izin BKPM Izin Domisili dari RT/Camat Lain-lain Total 40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Biaya (Rp) 9.000.000 1.500.000 0 2.000.000 500.000 100.000 13.100.000 BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1. Pemilihan Pola Usaha Model usaha distro dapat dibagi atas dua bagian, yaitu distro dengan unit produksi tersendiri dan sistem makloon. Pada umumnya distro tidak memiliki peralatan produksi sendiri karena: a. Beragamnya produk yang dibuat sehingga tidak ekonomis kalau memiliki semua mesin-mesin untuk berbagai jenis produk tersebut karena biaya investasinya mahal. b. Tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi produksi yang semakin canggih. c. Biaya SDM yang semakin mahal. Distro yang menjadi responden studi ini, semula mempunyai mesin-mesin dan alat produksi sendiri sekarang hanya mempunyai satu mesin jahit dan satu mesin obras untuk membuat contoh produk saja. Disro lainnya juga sudah menjual semua mesin jahitnya. Dalam studi lending model ini dilakukan perhitungan kelayakan untuk kedua pendekatan tersebut, yaitu distro mempunyai alat produksi sendiri dan tanpa alat produksi sendiri (makloon). Distro dikelompokan sebagai industri kreatif. Persaingan ditekankan pada desain, tema yang diusung dalam desain dan kualitas produk yang ditujukan untuk kelompok atau komunitas tertentu, misalnya pencinta skateboard, sepeda BMX, musik indie, musik rock, penggemar mobil VW Combi, pecinta lingkungan hidup dan sebagainya. Desain produk, khususnya pakaian berubah-ubah setiap waktu. Dalam sebulan dibuat beberapa bahkan puluhan desain produk baru, sementara produk dengan desain lama tidak diproduksi lagi. Produk dibuat dalam jumlah terbatas sehingga terkesan eksklusif dan dijual dengan harga yang lebih mahal dari produk yang dibuat secara massal. BANK INDONESIA 41 ASPEK KEUANGAN Sebagai sebuah industri kreatif, nilai yang melekat pada produk-produk distro sangat ditentukan oleh desain dan kualitasnya. Oleh karena itu, pengusaha distro lebih fokus pada penciptaan desain produk baru, kualitas, dan pemasarannya. Sementara proses produksinya, yaitu sablon dan penjahitan diupahkan pada pihak lain (outsourcing). Dalam perkembangan suatu distro, pada tahap awal dimulai dengan menjual produk-produk distro lain dengan sistem konsinyasi sambil mengembangkan produk-produk rancangan sendiri. 6.2. Asumsi-Asumsi Perhitungan Analisis kelayakan usaha ini sangat tergantung pada asumsi-asumsi yang digunakan yang meliputi aspek produksi, pemasaran, SDM, dan keuangan yang mempengaruhi biaya dan pendapatan usaha. Asumsi-asumsi dan parameter yang digunakan didasarkan pada hasil survei lapangan, hasil studi, data sekunder, dan wawancara dengan pengusaha distro seperti pada Tabel 6.1. Distro beroperasi sepanjang waktu. Hari libur dan persiapan perayaan lebaran, natal, dan hari-hari besar lainnya merupakan kesempatan bagi distro untuk menjual produknya sebanyakbanyaknya. Jadi, dalam perhitungan ini diasumsikan hari kerjanya adalah 360 hari. T-shirt adalah produk yang paling banyak dijual oleh distro, tetapi porsi penjualan T-shirt setiap distro berbeda-beda. Porsi penjualan T-shirt distro Ian’s Report sekitar 70%, sedangkan pada distro lainnya sekitar 40%. Data-data (parameter) pada Tabel 6.1 adalah untuk produksi 5 lusin T-shirt per minggu, sedangkan kemeja, jaket dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu. Pertimbangan ini diambil karena tiga distro yang disurvei menjual produknya rata-rata 10 potong T-shirt per hari. Pada akhir minggu (Sabtu dan Minggu) penjualan bisa mencapai 30 potong, tetapi untuk perhitungan yang konservatif, kita asumsikan penjualan rata-rata 10 potong per hari dan produksi dilakukan secara makloon. Sedangkan produk lain, rata-rata separuh dari penjualan T-shirt. 42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Jika distro diasumsikan mempunyai peralatan produksi sendiri, maka produk yang dibuat diasumsikan hanya T-shirt. Perhitungan volume penjualannya didasarkan pada nilai penjualan pada pola usaha makloon di atas kemudian dibagi dengan harga jual per unit, sehingga diperoleh volume penjualan dalam seminggu. Kegiatan usaha diproyeksikan untuk 5 tahun kedepan yang disesuaikan dengan perkiraan umur ekonomis barang modalnya. Dari wawancara yang dilakukan dengan pemilik distro diketahui bahwa biaya produksi sendiri lebih rendah sekitar 10%-15% dari biaya makloon. Harga jual ditetapkan berdasarkan harga pokok penjualan ditambah dengan biaya operasional dan margin. Sacara rata-rata harga jual 100% atau dua kali lipat di atas biaya produksinya. BANK INDONESIA 43 ASPEK KEUANGAN Tabel 6.1 Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan No. 1 2 3 a b c d 4 a b 5 6 a b c d 7 a b c d e f g 8 9 10 a b 11 a b c 44 Asumsi Periode Proyek Hari kerja per tahun Kapasitas produksi/minggu T-shirt Kemeja Jaket Blazer Tenaga Kerja Tetap Tidak Tetap Biaya Produksi (Makloon) (Maklon) T-shirt Kemeja Jaket Blazer Harga Jual T-shirt Kemeja Jaket Blazer Penjualan Penjualan Tunai Kredit Kredit Penjualan Pembelian Bahan Baku Tunai Kredit Kredit Pembelian Pembayaran kepada penjahit dan sablon Diskon atas pembelian tunai (vol. besar) Diskon untuk penjualan konsinyasi Pendanaan Kebutuhan Barang Modal Modal Sendiri Pinjaman Bank Jangka waktu pinjaman (tenor) Modal Kerja Modal Sendiri Pinjaman Bank Jangka waktu pinjaman (tenor) Tingkat Bunga Pinjaman Kredit Investasi Modal Kerja Biaya provisi KI dan KMK POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Satuan Tahun Hari Nilai/Jumlah 5 360 Lusin Lusin Lusin Lusin 5 3 3 3 Orang Orang 20 10 Rp/Potong Rp/Potong Rp/Potong Rp/Potong 35.000 45.000 100.000 75.000 Rp/Potong Rp/Potong Rp/Potong Rp/Potong 70.000 90.000 200.000 150.000 % % Hari % Hari Hari Hari % % 90 10 30 100 0 0 15-30 20%-30% 20% % % Tahun 30,0% 70,0% 3 % % Tahun 30,0% 70,0% 1 (roll over) % % % 16,0% 16,0% 1,0% DISTRO 6.3. Biaya Investasi Barang Modal dan Modal Kerja Biaya yang dibutuhkan untuk memulai usaha distro terdiri dari biaya investasi barang modal, perizinan, biaya-biaya administrasi selama periode pembangunan, modal kerja untuk sewa tempat dan pembelian bahan baku. 6.3.1. Biaya Investasi Harta Tetap Biaya untuk membangun usaha distro meliputi biaya perizinan dan pengadaan harta tetap. Biaya perizinan dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan adalah Akte Pendirian Usaha, Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat izin dari BKPMD, Surat izin Domisili, dan lain-lain. Biaya-biaya untuk mendapatkan dokumen perizinan tersebut adalah seperti pada Tabel 6.2. Total biaya dokumen pendirian dan perizinan diperkirakan sebesar Rp.13.100.000 juta. Pembangunan sebuah distro memakan waktu sekitar dua bulan. Lamanya waktu persiapan ini juga tergantung pada besar kecilnya toko dan interior desain yang diinginkan. Desain dan asesories distro sangat erat dengan tema yang diusungnya dan komunitas yang akan dilayaninya, tetapi pada umumnya toko-toko distro menerapkan konsep minimalis. Selain biaya dokumen perizinan, selama periode pembangunan juga dikeluarkan biaya untuk upah/gaji dan biaya administrasi lainnya yang besarnya diperkirakan sekitar Rp.3.000.000. Biaya perizinan dan biaya praoperasi lainnya dianggap sebagai sunk cost sehingga tidak diperhitungkan sebagai biaya investasi dan tidak mempengaruhi kelayakan usaha. Untuk memulai usaha distro tidak diperlukan peralatan yang banyak dan mahal. Peralatan yang perlu dimiliki hanyalah sebuah mesin jahit untuk membuat contoh produk (sample). Jika kita membuat model usaha yang ideal, maka pengadaan barang modal membutuhkan dana yang cukup besar, yaitu untuk membeli berbagai jenis mesin dan kendaraan operasional. BANK INDONESIA 45 ASPEK KEUANGAN Dalam contoh model makloon ini diasumsikan mesin jahit dan obras masingmasing satu unit senilai Rp.8.000.000 (harga mesin baru), kendaraan berupa sepeda motor sebanyak 2 unit senilai Rp.25.000.000. Biaya sewa toko sekitar Rp.75.000.000 per tahun. Biaya sewa ini berpedoman pada bangunan di sepanjang Jalan Trunojoyo Bandung dengan ukuran 15mx10m atau Rp.500.000 pe m2 per tahun. Biaya renovasi sangat bervariasi tergantung pada lokasi, besarnya ruangan, interior design, dan bahan yang digunakan. Sebagai contoh, biaya renovasi sebuah distro seluas 5mx11m adalah Rp.150.000.000. Sedangkan biaya renovasi distro lainnya seluas 6mx10m adalah Rp.100.000.000. Kedua distro tersebut terletak bertetangga di Jl. Trunojoyo Bandung. Peralatan toko seperti cash register, gantungan baju, dan lain-lain senilai Rp.10.000.000. Peralatan kantor dan administrasi seperti komputer, printer, brankas kecil, file cabinet, telepon, mesin faks, tabung pemadam kebakaran, peralatan pantry dan lain-lain diperkirakan Rp 25.000.000. Furnitur berupa meja dan kursi kerja untuk manejer dan karyawan sebanyak 4 set senilai Rp 10.000.000. Total biaya perizinan, biaya praoperasi, biaya sewa, dan harta tetap adalah Rp 194.100.000. Rencana penarikan dana untuk kebutuhan investasi harta tetap dapat dilihat pada Lampiran L1 (Tabel L1.1 dan L1.2). Jika distro mempunyai peralatan produksi sendiri, maka total biaya investasi menjadi Rp 205.935.000. Perbedaan tersebut hanya pada investasi mesin dan peralatannya. Tabel 6.2 Biaya Pendirian dan Biaya Harta Tetap Usaha Distro No. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 46 Uraian Uraian Biaya Perzinan dan Praoperasi Tanah Bangunan (Renovasi Toko) Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Total POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Makloon Maklon 16.100.000 0 100.000.000 8.000.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 194.100.000 Produksi Sendiri 16.100.000 0 100.000.000 19.835.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 205.935.000 DISTRO 6.3.2. Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Modal Kerja Awal Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja produksi, biaya listrik, telepon, perawatan mesin dan peralatan. Biaya produksi akan mempengaruhi harga pokok penjualan, sedangkan biaya operasional meliputi biayabiaya administrasi untuk mendukung aktifitas usaha dan pemasaran, seperti biaya gaji tenaga administrasi, pelayan toko (pramuniaga), biaya komunikasi, transportasi, dan perawatan toko akan mempengaruhi laba rugi perusahaan. Biaya produksi dan operasional dapat dikelompokkan sebagai biaya tetap dan variabel. Pengelompokkan biaya ini akan digunakan untuk menghitung titik penjualan pulang pokok (breakeven sales). Modal kerja pada awal periode adalah untuk membeli bahan baku dan biayabiaya untuk membuat produk yang sudah dimulai pada periode awal. Produk baru dikeluarkan setiap minggu. Kebutuhan dana (modal kerja) yang dicadangkan biasanya dua kali dari kebutuhan produksi atau untuk kebutuhan operasi selama dua minggu. Kebutuhan modal kerja awal kedua pola usaha distro tersebut adalah seperti pada Tabel 6.3. Kebutuhan dana untuk pembelian bahan baku dan proses produksinya selama dua minggu dengan sistem makloon adalah Rp 18.240.000. Sedangkan untuk sewa toko sebesar Rp75.000.000 per tahun yang dibayarkan di muka. Jadi, total modal kerja yang dibutuhkan pada awal periode adalah Rp 93.240.000. Jika distro mempunyai peralatan produksi sendiri, maka dibutuhkan ruangan produksi (rumah) yang dikontrak di pinggiran kota. Sebagai contoh, biaya sewa rumah di pinggir kota Bandung sekitar Rp25.000.000 setahun, sehingga total modal kerja yang dibutuhkan pada periode awal adalah Rp112.558.915. Jumlah modal kerja untuk kedua pola usaha tersebut berbeda karena selain ada perbedaan dalam biaya sewa tempat juga nilai barang jadi produksi sendiri lebih rendah dari pada sistem makloon. Proyeksi kebutuhan modal kerja selengkapnya adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel L1.3, Tabel L1.4 dan L1.5. Bagi pengusaha distro yang menggunakan rumah sendiri untuk berproduksi dan toko, biaya sewa tetap diperhitungkan sebagai kebutuhan modal kerja, tetapi dalam prakteknya, pinjaman hanya untuk pembelian bahan baku saja. BANK INDONESIA 47 ASPEK KEUANGAN Tabel 6.3 Modal Kerja Awal No. 1 2 3 4 Uraian Bahan baku Bahan Dalam Proses Barang Jadi Biaya Sewa Toko Total MMaklon akloon Rp (Rp) 0 0 18.240.000 75.000.000 93.240.000 Produksi Sendiri (Rp) 6.254.040 598.044 12.558.915 100.000.000 112.558.915 6.3.3. Pendanaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja Kebutuhan dana untuk harta tetap dan modal kerja awal didanai dengan pinjaman bank dan modal sendiri dengan porsi masing-masing 70% dan 30%, sehingga total kebutuhan dan sumber pendanaan usaha distro dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5. Rencana penarikan dana investasi harta tetap lihat pada Lampiran L1 (Tabel L1.1 dan Tabel L1.2). Jangka waktu pinjaman kredit investasi adalah 3 tahun. Tingkat bunga pinjaman investasi harta tetap dan modal kerja diasumsikan sama besar, yaitu 16% per tahun dan biaya provisi kredit 1% dari pinjaman. Biaya provisi kredit investasi dibayarkan hanya sekali, yaitu pada saat kredit pertama kali dicairkan, sedangkan biaya provisi pinjaman modal kerja dibayarkan setiap tahun yang diperhitungkan terhadap besarnya pinjaman modal kerja yang ditarik (pinjaman outstanding). Biaya bunga selama periode pembangunan dapat dilihat pada Lampiran 1 Tabel L1.1 dan Tabel L1.2. Perhitungan cicilan dan biaya bunga kredit investasi selama periode pinjaman untuk sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Tabel 6.6 dan Tabel 6.7. Cicilan dan biaya bunga dihitung flat. Rincian rencana pembayaran cicilan dan biaya bunga pinjaman bulanan dapat dilihat pada Lampiran L1 (Tabel L1.4 dan Tabel L1.5). Sedangkan pinjaman modal kerja adalah untuk jangka waktu satu tahun, tetapi dapat diperpanjang (rollover) setiap tahun. Total modal sendiri yang dibutuhkan pada awal periode dengan sistem makloon adalah Rp81.372.000, sedangkan dengan sistem produksi sendiri adalah Rp 94.922.500. Dalam kebutuhan dana tersebut belum termasuk biaya perizinan, 48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO biaya bunga, biaya provisi pinjaman, upah/gaji, dan biaya administrasi pada periode pembangunan. Setelah memperhitungkan biaya-biaya tersebut, maka kebutuhan dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal periode adalah Rp101.732.013 untuk sistem makloon dan Rp113.510.315 untuk sistem produksi sendiri (lihat Proyeksi Neraca pada Lampiran L1 Tabel L1.14 dan Tabel L1.15). Tabel 6.4 Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Makloon) Komponen Biaya Komponen Biaya Pinjaman Bank Modal Sendiri Total Investasi Barang Modal Besarnya Porsi Porsi (Rp) 70% 124.600.000 30% 53.400.000 100% 178.000.000 Modal Kerja Besarnya Porsi Porsi (Rp) 70% 65.268.000 30% 27.972.000 100% 93.240.000 Total Total (Rp) (Rp) 189.868.000 81.372.000 271.240.000 Tabel 6.5 Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Produksi Sendiri) Komponen Biaya Komponen Biaya Pinjaman Bank Modal Sendiri Total Investasi Barang Modal Besarnya Porsi Porsi (Rp) 70% 132.884.500 30% 56.950.500 100% 189.835.000 Modal Kerja Besarnya Porsi Porsi (Rp) 70% 65.268.000 30% 27.972.000 100% 93.240.000 Total Total (Rp) (Rp) 198.152.500 84.922.500 283.075.000 Tabel 6.6 Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Makloon) Uraian Uraian Pokok pinjaman Biaya Bunga Cicilan Biaya Bunga dan Cicilan 0 124.600.000 1 89.056.869 19.936.000 35.543.131 55.479.131 2 47.826.837 14.249.099 41.230.032 55.479.131 3 0 7.652.294 47.826.837 55.479.131 BANK INDONESIA 49 ASPEK KEUANGAN Tabel 6.7 Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Produksi Sendiri) Uraian Uraian Pokok pinjaman Biaya Bunga Cicilan Biaya Bunga dan Cicilan 6.4. 0 132.884.500 1 94.978.150 21.261.520 37.906.350 59.167.870 2 51.006.784 15.196.504 43.971.366 59.167.870 3 0 8.161.085 51.006.784 59.167.870 Produksi dan Penjualan Asumsi perhitungan ini didasarkan pada produksi T-shirt, kemeja, jaket, dan blazer. Tshirt dibuat sebanyak 5 lusin per minggu, sedangkan kemeja, jaket, dan blazer sebanyak 3 lusin per minggu. Dari survei yang dilakukan diketahui bahwa untuk setiap desain produk distro hanya dibuat sebanyak dua sampai lima lusin saja. Volume produksi distro ditentukan oleh kemampuan dalam menciptakan desain produk baru dan modal kerja yang dimiliki. Karena pada umumnya distro tidak mempunyai alat produksi sendiri, maka volume produksinya juga ditentukan oleh kapasitas produksi penjahit yang juga melayani distro-distro lainnya. Jenis produk yang dibuat dan dijual oleh distro sangat beragam, terutama pakaian dan pernak-pernik asesoriesnya baik yang dibuat sendiri maupun titipan orang lain (konsinyasi) dan barang-barang impor. Pembatasan asumsi tentang jenis produk dan volume penjualannya hanya merupakan contoh model usaha yang didasarkan pada tiga distro yang disurvei. Perhitungan dapat dibuat untuk berbagai jenis dan volume produksi dan penjualan, sehingga nilai penjualannya memenuhi kriteria kelompok usaha yang digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dimana nilai penjualan kelompok usaha mikro paling banyak Rp300.000.000, kelompok usaha kecil Rp300.000.000 sampai Rp2.500.000.000, dan kelompok usaha menengah Rp2.500.000.000 sampai Rp50.000.000.000 per tahun. 50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Volume dan nilai penjualan pada contoh model usaha ini adalah seperti pada Tabel 6.8. Total penjualan adalah Rp948.480.000 yang dihasilkan dari penjualan 5 lusin T-shirt per minggu, kemeja, jaket dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu. Harga jual ditetapkan berdasarkan biaya produksi ditambah dengan biaya operasional, biaya desain dan margin. Secara total harga jual dua kali biaya produksinya. Sesuai dengan kriteria UU No.20 di atas, usaha ini termasuk kelompok usaha kecil. Tabel 6.8 Produksi dan Penjualan Distro Per Tahun No. 1 2 3 4 Produk T-shirt Kemeja Jaket Blazer Total Penjualan (Unit) 3.120 1.872 1.872 1.872 Biaya Produksi (Rp/Unit) 35.000 45.000 75.000 75.000 230.000 Margin (Rp/Unit) 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Harga Jual (Rp/Unit) 70.000 90.000 150.000 150.000 Penjualan (Rp) 218.400.000 168.480.000 280.800.000 280.800.000 948.480.000 Untuk membandingkan kinerja keuangan sistem makloon dan sistem produksi sendiri, diasumsikan bahwa distro hanya memproduksi T-shirt, tetapi dengan nilai penjualan yang tetap sama seperti semula, yaitu Rp948.480.000. Untuk mendapatkan nilai penjualan tersebut harus dijual sebanyak 22,7 lusin atau 13.550 unit T-shirt dalam setahun. 6.5. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Sales Proyeksi laba rugi adalah dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri dapat dilihat pafa Lampiran L1 Tabel L1.6 dan Tabel L1.7. Dari kedua proyeksi laba rugi tersebut tampak bahwa usaha ini memberikan laba bersih yang positif. Volume penjualan dipengaruhi pula oleh diskon dan biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dari studi yang dilakukan diketahui bahwa distro memberikan diskon atas penjualan tunai antara 10%-35% dan biaya pemasaran antara Rp 2.000.000 sampai dengan Rp10.000.000 per bulan. BANK INDONESIA 51 ASPEK KEUANGAN Biaya operasional yang dirasakan sangat memberatkan bagi pengusaha distro adalah biaya sewa toko dan cenderung meningkat setiap tahun. Dalam perhitungan ini biaya sewa diasumsikan tetap sebesar Rp 75.000.000 per tahun. Selain itu, biaya pemasaran juga relatif besar, yaitu 8,5% terhadap nilai penjualan. Jika distro menerapkan sistem produksi makloon, maka selama proyeksi lima tahun ke depan rasio laba bersih terhadap penjualan (profit margin) diperkirakan hanya sekitar 5,7%7,5% per tahun. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri dapat diperoleh sekitar 19,6% -21,5%. Proyeksi harga pokok penjualan dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri dapat dilihat pada Lampiran L1 Tabel L1.8 dan Tabel L1.9. Biaya produksi T-shirt per unit dengan sistem produksi sendiri diperhitungkan sekitar 32,9% lebih rendah dari biaya produksi sistem makloon atau Rp23.834 per unit. Sedangkan biaya produksi dengan sistem makloon sebesar Rp35.525 per unit (sudah termasuk biaya transportasi dan bongkar muat). Perhitungan titik penjualan pulang pokok (breakeven sales) sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel L1.10 dan Tabel L1.11. Tampak bahwa titik pulang pokok pada sistem makloon dicapai pada penjualan rata-rata Rp776.030.214 per tahun atau sekitar 81,8% dari penjualan per tahun. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri penjualan pulang pokok rata-rata pada Rp592.206.400 atau 62,4% dari penjualan per tahun. Jika distro hanya menjual T-shirt, maka titik pulang pokok dengan sistem makloon dicapai pada penjualan sebanyak 30 potong per hari atau senilai Rp2.100.000 per hari. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri dicapai pada pada penjualan sebanyak 24 potong per hari atau Rp1.680.000 per hari. 6.6. Proyeksi Arus Kas Operasional Proyeksi arus kas (cash flow) operasional dengan metode langsung (direct method) adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel L1.12 dan Tabel L1.13. Tampak bahwa usaha ini dapat memberikan arus kas yang positif dan tidak ada tambahan pinjaman 52 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO baru selama periode proyeksi. Dalam menguji kelayakan usaha, selain memperhatikan net present value (NPV) yang positif, juga perlu diperhatikan supaya tidak terjadi cash shortage atau cash bleeding pada arus kas operasionalnya. Dari kas yang dihasilkan pada tahun pertama usaha ini sudah tidak memerlukan pinjaman modal kerja karena dapat ditutupi dari kas hasil operasi sendiri (dana interen). 6.7. Perhitungan Kelayakan Usaha Kelayakan usaha diukur dengan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), jangka waktu pengembalian investasi (Payback Period) dan rasio manfaat dan biaya usaha (Benefit-Cost Ratio). Penjelasan mengenai pengertian ukuran-ukuran kelayakan investasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran L2. Perbandingan kelayakan usaha dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Tabel 6.9. Sistem produksi sendiri memberikan kelayakan usaha yang lebih baik daripada sistem makloon. Perhitungan kelayakan usaha selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran L1 Tabel L1.16 dan Tabel L1.17. Dari ukuran-ukuran kelayakan investasi tersebut dapat dikatakan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan dan distro yang mempunyai alat produksi sendiri dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada sistem makloon. Namun demikian, hasil perhitungan tersebut sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Untuk menganalisis kelayakan usaha lebih lanjut, perlu dilakukan pengujian sensitivitas NPV terhadap perubahan besaran asumsi-asumsi yang digunakan. 6.8. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas ditujukan untuk melihat besarnya pengaruh perubahan setiap asumsi terhadap NPV. Pengujian dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan besaran suatu asumsi sehingga NPV menjadi nol. Pada posisi NPV sama dengan nol, maka IRR akan sama dengan biaya modalnya, payback period akan sama dengan panjangnya periode proyeksi (bila proyeksi keuangannya dibuat 5 tahun, maka payback period akan sama dengan 5 tahun), dan Benefit-Cost rasio akan sama dengan satu. BANK INDONESIA 53 ASPEK KEUANGAN Tabel 6.9 Perbandingan Kelayakan Distro Sistem Makloon dan Produksi Sendiri Uraian Uraian NPV (Rp) IRR Payback Period (Tahun) Benefit-Cost Ratio Sistem Sistim Makloon Maklon Produksi Produksi Sendiri Sendiri 121.135.602 31,7% 3,5 1,4 523.356.275 71,7% 1,7 2,7 Pengujian dilakukan terhadap asumsi satu per satu. Ketika dilakukan pengujian sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka asumsi yang lain tetap seperti semula (ceteris paribus). Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu asumsi menyebabkan NPV menjadi negatif, maka dikatakan bahwa usaha ini sensitif terhadap asumsi tersebut. Cara menguji sensitivitas kelayakan usaha ini dapat dilihat pada Buku Manual Program Simulasi Bisnis Distro. Analisis sensitivitas penting dilakukan karena memberikan indikasi kepada calon investor dan kreditur untuk memerhatikan variabel asumsi yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan suatu usaha dan mengambil langkah-langkah strategik untuk mengatasi kelemahan usaha yang mungkin dihadapi di masa yang akan datang. Misalnya, suatu usaha sensitif terhadap harga bahan bakunya, maka untuk mengatasi fluktuasi harga bahan baku yang mengancam keberlangsungan usaha tersebut dilakukan kontrak pengadaan bahan baku dalam jangka panjang pada tingkat harga tertentu yang menjamin NPV positif dan cash flow operasionalnya tidak mengalami shortage. Pada sistem makloon pengujian sensitivitas tidak dilakukan pada biaya produksi dan harga jual produk karena produk yang dijual distro bermacam-macam. Pengujian dilakukan terhadap asumsi-asumsi seperti pada Tabel 6.10. Dari pengujian sensitivitas tersebut tampak bahwa usaha ini sensitif terhadap margin yang digunakan untuk menentukan harga harga jual, diskon yang diberikan atas penjualan tunai dan konsinyasi, serta biaya gaji. Jika margin diturunkan dari 100% menjadi 90,9%, maka NPV menjadi nol. 54 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Untuk dapat menetapkan harga jual yang lebih rendah, maka distro harus mengelola biaya-biaya produksi dan operasinya se-efisien mungkin. Selain itu, untuk dapat menjual produk distro dua kali lipat dari biaya produksinya dan bersaing dengan produk sejenis, khususnya pakaian, maka kualitas desain dan ekslusivitas dari produk distro menjadi faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kelanjutan usaha ini. Disamping itu, perlindungan terhadap hak cipta atas desain produk-produk distro sangat penting supaya dapat menjual produknya pada harga yang lebih tinggi dibanding produk sejenis yang dibuat secara masal. Faktor kedua yang sensitif terhadap NPV adalah diskon, baik yang diberikan atas penjualan tunai, maupun untuk penjualan konsinyasi. Diskon atas penjualan tunai maksimum yang dapat diberikan hanya sebesar 9,9%, sedangkan diskon atau komisi konsinyasi maksimum sebesar 18,2%. Pemberian diskon yang lebih besar dapat dilakukan, tetapi harus dibarengi dengan efisiensi dalam biaya produksi dan operasi. Semakin efisien sebuah distro, semakin besar diskon yang dapat diberikan. Dalam persaingan yang semakin ketat, diskon menjadi salah satu senjata yang digunakan untuk mendongkrak penjualan. Untuk dapat memberikan diskon yang besar atau survive dalam persaingan, maka efisiensi biaya menjadi faktor strategik yang harus menjadi perhatian pengusaha distro. Dari survei yang dilakukan diketahui bahwa distro memberikan diskon atas penjualan tunai antara 10%-35%. Diskon yang besar biasanya diberikan kepada pembeli produk-produk yang kurang laku atau stok lama dalam program obral (sale). Faktor ketiga yang sensitif terhadap kelayakan distro dengan sistem makloon adalah biaya gaji. Jika biaya gaji naik lebih besar dari 12,2%, maka usaha ini menjadi tidak layak. Persentase perubahan biaya pemasaran sebesar 71,7% menunjukkan bahwa biaya tersebut tidak begitu sensitif terhadap NPV, tetapi secara absolut biaya pemasaran dapat lebih besar dari Rp8.586.525. Oleh karena itu, tetap harus menjadi perhatian dan dikontrol dengan baik oleh manajemen perusahaan. Asumsi-asumsi lain seperti kenaikan biaya barang modal, biaya administrasi, dan tingkat bunga pinjaman tidak sensitif terhadap NPV. BANK INDONESIA 55 ASPEK KEUANGAN Pengujian sensitivitas NPV terhadap asumsi-asumsi yang sama pada sistem produksi sendiri (Tabel 6.11) tampak bahwa harga jual dapat diturunkan sebesar 3,8%. Diskon atas pembelian tunai maksimum 42,7% dan komisi konsinyasi dapat diberikan sampai 78,4%. Biaya gaji dapat naik maksimum 41%. Besaran perubahan asumsi-asumsi tersebut jauh di atas kondisi bisnis yang berlaku. Dengan demikian, kondisi usaha distro yang mempunyai peralatan produksi sendiri lebih baik daripada sistem makloon. Tetapi adanya kecenderungan pemilik distro untuk memilih sistem makloon dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1. Sewa tempat usaha yang semakin mahal. 2. Biaya tenaga kerja yang juga semakin tinggi serta masalah-masalah dalam pengelolaan karyawan. 3. Harga bahan baku cenderung meningkat. 4. Perubahan teknologi proses produksi yang semakin cepat, sementara pemilik distro tidak fleksibel dalam mengganti peralatan produksi tersebut. Tabel 6.10 Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem Makloon) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 56 Uraian Kenaikan investasi barang modal Margin Diskon Pembelian Tunai Diskon konsinyasi Harga Kain (Rp/Kg) Biaya Gaji Biaya Administrasi Biaya pemasaran per bulan (Rp) Tingkat Bunga Pinjaman POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Asumsi Dasar 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% Uji Sensitivitas 89,5% 90,9% 9,9% 18,2% Perubahan 89,5% -9,1% 9,9% 18,2% 0,0% 0,0% 5.000.000 16,0% 12,2% 73,3% 8.586.525 34,1% 12,2% 73,3% 71,7% 113,1% DISTRO Tabel 6.11 Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem Produksi Sendiri) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Uraian Kenaikan investasi barang modal Margin Diskon Pembelian Tunai Diskon konsinyasi Harga Kain (Rp/Kg) Biaya Gaji Biaya Administrasi Biaya pemasaran per bulan (Rp) Tingkat Bunga Pinjaman Asumsi Dasar 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 50.000 0,0% 0,0% 5.000.000 16,0% Uji Sensitivitas 365,5% -3,8% 42,7% 78,4% 116.866 41,0% 165,7% 20.495.281 78,7% Perubahan 365,5% -103,8% 42,7% 78,4% 133,7% 41,0% 165,7% 309,9% 391,9% BANK INDONESIA 57 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 58 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BAB VII ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN 7.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Usaha distro termasuk dalam kelompok industri kreatif yang melibatkan anak muda, khususnya mahasiswa dalam membuat dan menjual berbagai produk dengan desain yang diciptakan sendiri yang ditujukan untuk komunitasnya. Dilihat dari ukuran usaha, distro dapat berukuran mikro, kecil, dan menengah dengan omset penjualan antara Rp240.000.000 sampai dengan Rp5.000.000.000 per tahun. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir industri kreatif berkembang pesat di kota Bandung. Nilai perputaran uang dalam industri ini mencapai Rp79.000.000.000 per bulan. Menurut Ema Sumarna, Kepala Bagian Perekonomian Kota Bandung, ada tiga dari 14 item industri kreatif yang menjadi unggulan Kota Bandung, yakni clothing, kuliner, dan craft. Industri tersebut mampu menyerap 650.000 tenaga kerja. Sampai saat ini, di kota Bandung setidaknya ada 250 merek distro. Setiap distro menjual rata-rata 1.625 buah produk atau merek per bulan. Dengan rata- rata harga Rp50.000 per buah, total arus uang yang beredar di kota Bandung mencapai Rp20,3 miliar per bulan atau Rp243,7 miliar per tahun (Evi Panjaitan, Koran Seputar Indonesia, 23 April 2008). Distro di kota Bandung khususnya mempekerjakan mahasiswa dan tenaga kerja muda. Distro dengan ukuran mikro menyerap 4 orang karyawan, sedangkan yang berukuran menengah dapat menyerap sampai 50 orang karyawan. Dalam kondisi ekonomi yang sulit saat ini, di mana lapangan kerja juga sempit, distro merupakan salah satu alternatif usaha yang dapat memperkecil angka pengangguran di Indonesia. Selain itu, keberadaan distro juga akan menghidupkan industri tekstil, musik, asesories pakaian, dan perdagangan lainnya. Distro sangat memperhatikan kualitas produknya. Hal ini dapat menjadi motor dan contoh bagi usaha kecil lainnya untuk membuat produk atau jasa yang berkualitas baik, sehingga dapat bersaing degan produk-produk impor yang sejenis dan dijual dengan harga yang lebih tinggi. BANK INDONESIA 59 ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN Perkembangan distro dan industri kreatif lainnya memberikan umpan balik kepada dunia pendidikan, khususnya sekolah desain dan keterampilan teknis lainnya untuk terus menciptakan lulusan yang mandiri dan mampu menciptakan lapangan kerja baru. 7.2. Aspek Dampak Lingkungan Distro tidak memcemari lingkungannya. Keberadaan distro terkait dengan industri lainnya, seperti tekstil, musik, konfeksi, dan asesories fashion lainnya. Limbah yang ditimbulkan distro yang memproduksi pakaian adalah potongan-potongan kain (kain paco) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku untuk membuat produk-produk kerajinan, lukisan, dan boneka. 60 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda dalam membuat dan menjual produk dengan desain yang berbeda dari yang lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada tema yang diusung dalam desain produk tersebut, seperti pencinta lingkungan, fauna, flora, musik, film, artis, tokoh, dan masalah-masalah sosial disekitarnya. Kreatifitas untuk menciptakan produk-produk dengan desain baru dalam jumlah terbatas dan menciptakan komunitas tersendiri menjadi prasyarat penting untuk bersaing dengan distro dan perusahaan fashion lainnya dan dapat menjual produk lebih mahal daripada produk sejenis yang diproduksi secara masal. Dapat dikatakan bahwa kelanjutan usaha ini sangat ditentukan oleh kreatifitas pengelolanya untuk membuat produk-produk baru dan unik bagi komunitasnya. Penciptaan jaringan dan memperbesar komunitas yang mempunyai hobby atau selera yang sama merupakan strategi pemasaran yang harus terus dikembangkan oleh pengusaha distro. 2. Walaupun desain produk distro ditujukan untuk komunitas tertentu, tetapi dalam dunia fashion, khususnya pakaian sehari-hari (casual) dengan harga yang relatif murah rasanya sulit untuk mengelompokkan konsumen secara tegas dan mempertahankan loyalitas konsumen pada tema desain yang diusung oleh sebuah distro. Jika ada, komunitasnya relatif kecil. Konsumen membeli produk-produk distro karena kualitasnya yang baik. 3. Pada umumnya distro tidak memiliki alat produksi sendiri. Pengelola distro lebih fokus pada penciptaan desain produk baru dan pemasarannya. Khusus untuk produksi pakaian dilakukan secara makloon. Walaupun kalkulasi biaya produksi per unit barang yang dibuat (dalam contoh ini T-shirt) lebih rendah sekitar 32,9% BANK INDONESIA 61 KESIMPULAN DAN SARAN daripada sistem makloon. Distro di kota Bandung dapat memperoleh bahan baku yang murah karena banyak perusahaan pemasok disekitarnya serta banyak tersedia usaha-usaha proses produksi dengan teknologi canggih, sehingga distro tidak perlu memiliki mesin-mesin sendiri. Pada umumnya, distro lebih fokus pada desain produk dan pemasarannya, sehingga menghemat waktu dan tenaga dan tidak direpotkan dengan peraturan ketenagakerjaan yang memberatkan pengusaha. 4. Distro berkumpul di lokasi sekitar pusat-pusat keramaian khususnya tempat ”mangkal” anak muda, sehingga mudah mendapatkan konsumen dan bagi konsumen juga memudahkan dari segi waktu, tenaga, dan tersedia pilihan produk distro yang beragam. Pilihan lokasi juga mengikuti distro yang sudah terkenal dan banyak dikunjungi konsumen, sehingga dengan menempatkan diri berdekatan dengan distro tersebut diharapkan juga akan dikunjungi oleh konsumen. Dalam persaingan yang semakin ketat, baik dengan usaha distro lain yang tumbuh menjamur maupun dengan usaha garmen dan fashion lainnya, efisiensi dalam biaya produksi dan operasi harus menjadi perhatian pengelola distro, sehingga mampu menjual dengan harga yang kompetitif dan memberikan diskon yang relatif besar kepada pembeli, khususnya dalam jumlah besar secara tunai. 5. Karena distro tidak membutuhkan alat produksi sendiri, maka kebutuhan dananya hanya untuk modal kerja. Sementara itu, distro memilih lokasi di pusatpusat keramaian, di mana sewa tempat di lokasi tersebut cenderung mahal. Oleh karena itu, persoalan yang dihadapi oleh pengusaha distro adalah modal kerja yang harus disediakan untuk sewa tempat. Sementara itu, biaya sewa tempat usaha cenderung meningkat setiap tahun. 6. Ukuran (size) distro bermacam-macam. Ada yang mempunyai omset Rp 20.000.000,00 per bulan dan ada pula yang Rp 300.000.000,00 lebih per bulan. Perbedaan tersebut sangat tergantung pada besarnya modal usaha yang dimilikinya dan didukung oleh merek produk yang sudah terkenal. Dalam perhitungan ini 62 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO digunakan distro dengan omset penjualan rata-rata R79.000.000 per bulan, yaitu rata-rata omset tiga distro yang disurvei dalam studi ini. Baik distro dengan sistem makloon maupun yang mempunyai peralatan produksi sendiri layak untuk dijalankan. 7. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa distro dengan peralatan produksi sendiri lebih baik dari pada sistem makloon. Usaha distro dengan sistem makloon sensitif terhadap margin yang ditetapkan untuk menentukan harga jual di atas biaya produksinya, diskon, dan biaya gaji. Penurunan margin dari 100% menjadi 90,9% terhadap biaya produksinya menyebabkan NPV menjadi nol. Jika margin turun lebih besar lagi, maka usaha ini menjadi tidak layak dijalankan. Usaha ini juga sensitif terhadap besarnya diskon yang diberikan kepada konsumen maupun toko konsinyasi. Jika diskon atas penjualan tunai diberikan melebihi 9,9% dari harga jual atau biaya komisi toko konsinyasi lebih besar dari 18,2%, maka usaha ini menjadi tidak layak dilaksanakan. Selain itu, usaha ini juga sensitif terhadap biaya gaji. Kenaikkan biaya gaji maksimum adalah 12,5% dari gaji yang berlaku saat ini. Semakin ketat persaingan yang dihadapi baik sesama distro maupun dengan usaha lain yang sejenis akan menekan harga jual dan menaikkan diskon. Akibatnya, usaha baru akan kesulitan untuk masuk kedalam industri ini. 8.2. Saran 1. Perlindungan terhadap hak cipta supaya desain produk-produk distro tidak ditiru oleh perusahaan lain menjadi faktor yang sangat penting untuk diperjuangkan kepada pemerintah melalui organisasi yang mengayomi usaha distro, yaitu KICK. Dengan demikian, eksklusivitas produk distro dapat terjamin dan dijual pada harga yang lebih tinggi daripada produk sejenis yang dibuat secara masal. 2. Pemerintah daerah harus melindungi usaha ini supaya tidak didominasi oleh pengusaha besar dan mempermudah proses pengurusan hak paten dengan biaya yang murah. Bila terjadi pelanggaran hak cipta, pemerintah harus menindak tegas pelanggarnya. BANK INDONESIA 63 KESIMPULAN DAN SARAN 3. Distro cenderung berkelompok ditempat keramaian, oleh karena itu dalam rangka pengembangan usaha industri kreatif, khususnya distro, Pemerintah Daerah perlu membuka pusat-pusat usaha baru. 4. Pada umumnya pengusaha distro adalah anak muda, bahkan sebagian masih berstatus mahasiswa. Pendanaan yang dibutuhkan oleh usaha distro adalah untuk modal kerja yang besarnya sangat tergantung pada skala usaha yang dijalankan (usaha mikro, kecil, atau menengah). Bagi pihak perbankan yang akan menyalurkan kredit kedalam usaha distro ini sebaiknya juga memberikan pelatihan manajemen kepada pengusaha muda tersebut karena pengusaha distro pada mulanya lebih banyak mengandalkan kemampuan dalam merancang produk baru, tetapi lemah dalam bidang pengelolaan usaha. Dari survei yang dilakukan diketahui beberapa pengusaha distro menjadi korban penipuan dari rekan usahanya. 64 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL LAMPIRAN BANK INDONESIA 65 LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Hal LAMPIRAN 1 1 Penarikan Dana dan Biaya Bunga ......................................................... 67 2 Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja ................…………………………….. 68 3 Proyeksi Laba Rugi ….…………………………………………………...... 70 4 Proyeksi Harga Pokok Penjualan ...………………………........................ 71 5 Break Even Sales ................................................................................... 73 6 Proyeksi Arus Kas Operasional .....……………………………................. 75 7 Proyeksi Neraca ......................………………………………………….... 77 8 Perhitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon).... 79 9 Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman ……………………….... 81 LAMPIRAN 2 : RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN 1 Menghitung Net Present Value (NPV) …....................…………............. 83 2 Menghitung Internal Rate Of Return (IRR) ................…………….......... 89 3 Menghitung Payback Period …............................................................ 91 4 Menghitung Benefit-Cost Ratio ……..................................................... 92 5 Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok ............................................ 93 66 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO LAMPIRAN 1. 1. Penarikan Dana dan Biaya Bunga Tabel L1.1 Penarikan dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Makloon) HARTA TETAP HARTA TETAP Tanah Renovasi Toko Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Total FINANCING Modal Sendiri Pinjaman Total BIAYA BUNGA Biaya Bunga Pembayaran Bunga Bunga Terutang Biaya Provisi BULAN % 0,0% 56,2% 4,5% 14,0% 5,6% 14,0% 5,6% 100,0% 30,0% 70,0% 100,0% 16,0% 100,0% 0,0% 1,0% 1 0 50.000.000 0 25.000.000 0 0 0 75.000.000 1 22.500.000 52.500.000 75.000.000 1 1.400.000 1.400.000 0 1.246.000 2 Total 0 50.000.000 8.000.000 0 10.000.000 25.000.000 10.000.000 103.000.000 2 30.900.000 72.100.000 103.000.000 2 961.333 961.333 0 0 0 100.000.000 8.000.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 178.000.000 Total 53.400.000 124.600.000 178.000.000 Total 2.361.333 2.361.333 0 1.246.000 BANK INDONESIA 67 LAMPIRAN 1 Tabel L1.2 Penarikan Dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Produksi Sendiri) HARTA TETAP BULAN HARTA TETAP Tanah Renovasi Toko Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Total FINANCING Modal Sendiri Pinjaman Total BIAYA BUNGA Biaya Bunga Pembayaran Bunga Bunga Terutang Biaya Provisi % 0,0% 56,2% 4,5% 14,0% 5,6% 14,0% 5,6% 100,0% 30,0% 70,0% 100,0% 16,0% 100,0% 0,0% 1,0% 1 0 50.000.000 0 25.000.000 0 0 0 75.000.000 1 22.500.000 52.500.000 75.000.000 1 1.400.000 1.400.000 0 1.246.000 2 0 50.000.000 8.000.000 0 10.000.000 25.000.000 10.000.000 103.000.000 2 30.900.000 72.100.000 103.000.000 2 961.333 961.333 0 0 Total 0 100.000.000 8.000.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 178.000.000 Total 53.400.000 124.600.000 178.000.000 Total 2.361.333 2.361.333 0 1.246.000 2. Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja Tabel L1.3 Modal Kerja Awal (Untuk Bahan Baku) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Barang Barang Dagangan Dagangan T-shirt Kemeja Jaket Blazer Volume Modal Kerja Produk yang Penjualan Awal dibuat (Unit) (Minggu) (Unit) 3.120 2 120 1.872 2 72 1.872 2 72 1.872 2 72 Total 68 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Biaya (Rp/Unit) 35.000 45.000 75.000 75.000 Kebutuhan Modal Kerja (Rp) 4.200.000 3.240.000 5.400.000 5.400.000 18.240.000 DISTRO Tabel L1.4 Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Makloon) Uraian Uraian Piutang usaha Persediaan bahan baku Persediaan bahan dalam proses Persediaan Barang Jadi Sewa dibayar dimuka Persediaan Barang Jadi Utang usaha Kebutuhan Modal Kerja Incremental Working Capital Financing Modal Sendiri Pinjaman Total Biaya Bunga Biaya Provisi 0 0 0 18.240.000 75.000.000 18.240.000 0 93.240.000 93.240.000 1 23.712.000 0 0 18.470.000 75.000.000 18.470.000 19.769.583 97.412.417 4.172.417 TAHUN 2 23.712.000 0 0 18.470.000 75.000.000 18.470.000 19.760.000 97.422.000 9.583 3 23.712.000 0 0 18.470.000 75.000.000 18.470.000 19.760.000 97.422.000 0 4 23.712.000 0 0 18.470.000 75.000.000 18.470.000 19.760.000 97.422.000 0 5 23.712.000 0 0 18.470.000 75.000.000 18.470.000 19.760.000 97.422.000 0 27.972.000 65.268.000 93.240.000 0 652.680 1.251.725 2.920.692 4.172.417 10.910.191 681.887 2.875 6.708 9.583 10.911.264 681.954 0 0 0 10.911.264 681.954 0 0 0 10.911.264 681.954 0 0 0 10.911.264 681.954 0 Tabel L1.5 Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Produksi Sendiri) Uraian Uraian Piutang usaha Persediaan bahan baku Persediaan bahan dalam proses Persediaan Barang Jadi Sewa dibayar dimuka Total Utang usaha Kebutuhan Modal Kerja Incremental Working Capital Financing Modal Sendiri Pinjaman Total Biaya Bunga Biaya Provisi 0 0 6.254.040 598.044 12.558.915 100.000.000 119.410.998 0 119.410.998 119.410.998 1 23.712.000 6.254.040 598.044 12.558.915 100.000.000 143.122.998 0 143.122.998 23.712.000 35.823.299 83.587.699 119.410.998 0 835.877 7.113.600 16.598.400 23.712.000 16.029.776 1.001.861 TAHUN 2 3 23.712.000 23.712.000 6.254.040 6.254.040 598.038 598.038 12.558.795 12.558.795 100.000.000 100.000.000 143.122.873 143.122.873 0 0 143.122.873 143.122.873 (125) (0) (38) (88) (125) 16.029.762 1.001.860 (0) (0) (0) 16.029.762 1.001.860 4 23.712.000 6.254.040 598.038 12.558.795 100.000.000 143.122.873 0 143.122.873 0 5 23.712.000 6.254.040 598.038 12.558.795 100.000.000 143.122.873 0 143.122.873 0 0 0 0 16.029.762 1.001.860 0 0 0 16.029.762 1.001.860 BANK INDONESIA 69 LAMPIRAN 1 3. Proyeksi Laba-Rugi Tabel L1.6 Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Makloon) Uraian Penjualan Diskon Penjualan Bersih Harga pokok penjualan Laba kotor Biaya Operasional Biaya upah/gaji Biaya penyusutan Biaya asuransi Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya pemasaran Biaya sewa Total biaya operasional Laba operasi Biaya bunga Pendapatan (biaya) lain-lain Laba sebelum pajak Pajak perusahaan Laba bersih 70 0 0 0 0 0 0 1 948.480.000 0 948.480.000 481.357.050 467.122.950 2 948.480.000 0 948.480.000 481.353.600 467.126.400 3 948.480.000 0 948.480.000 481.353.600 467.126.400 4 948.480.000 0 948.480.000 481.353.600 467.126.400 5 948.480.000 0 948.480.000 481.353.600 467.126.400 0 0 0 16.100.000 0 0 0 16.100.000 (16.100.000) 2.361.333 (1.898.680) (20.360.013) 0 (20.360.013) 171.680.000 35.600.000 1.304.940 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 382.584.940 84.538.010 19.936.000 (681.887) 63.920.123 9.588.018 54.332.105 171.680.000 35.600.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 382.584.480 84.541.920 14.249.099 (681.954) 69.610.867 10.441.630 59.169.237 171.680.000 35.600.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 382.584.480 84.541.920 7.652.294 (681.954) 76.207.672 11.431.151 64.776.521 171.680.000 35.600.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 382.584.480 84.541.920 0 (681.954) 83.859.966 12.578.995 71.280.971 171.680.000 35.600.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 382.584.480 84.541.920 0 (681.954) 83.859.966 12.578.995 71.280.971 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel L1.7 Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Produksi Sendiri) Uraian Penjualan Diskon Penjualan Bersih Harga pokok penjualan Laba kotor Biaya Operasional Biaya upah/gaji Biaya penyusutan Biaya asuransi Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya pemasaran Biaya sewa Total biaya operasional Laba operasi Biaya bunga Pendapatan (biaya) lain-lain Laba sebelum pajak Pajak perusahaan Laba bersih 0 0 0 0 0 0 1 948.480.000 0 948.480.000 322.943.516 625.536.484 2 948.480.000 0 948.480.000 322.940.566 625.539.434 3 948.480.000 0 948.480.000 322.940.442 625.539.558 4 948.480.000 0 948.480.000 322.940.441 625.539.559 5 948.480.000 0 948.480.000 322.940.441 625.539.559 0 0 0 16.100.000 0 0 0 16.100.000 (16.100.000) 2.471.793 (2.164.722) (20.736.515) 0 (20.736.515) 171.680.000 37.967.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 384.348.306 241.188.177 21.261.520 (1.001.861) 218.924.796 32.838.719 186.086.077 171.680.000 37.967.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 384.348.306 241.191.127 15.196.504 (1.001.860) 224.992.763 33.748.914 191.243.849 171.680.000 37.967.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 384.348.306 241.191.252 8.161.085 (1.001.860) 232.028.306 34.804.246 197.224.060 171.680.000 37.967.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 384.348.306 241.191.252 0 (1.001.860) 240.189.392 36.028.409 204.160.983 171.680.000 37.967.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 384.348.306 241.191.252 0 (1.001.860) 240.189.392 36.028.409 204.160.983 4. Proyeksi Harga Pokok Penjualan Tabel L1.8 Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Makloon) Uraian Persedian awal barang dagangan Pembelian Persediaan akhir barang dagangan Penjualan Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Penyimpanan Harga Pokok Penjualan 1 18.240.000 474.470.000 18.470.000 474.240.000 4.744.700 2.372.350 0 481.357.050 2 18.470.000 474.240.000 18.470.000 474.240.000 4.742.400 2.371.200 0 481.353.600 3 18.470.000 474.240.000 18.470.000 474.240.000 4.742.400 2.371.200 0 481.353.600 4 18.470.000 474.240.000 18.470.000 474.240.000 4.742.400 2.371.200 0 481.353.600 5 18.470.000 474.240.000 18.470.000 474.240.000 4.742.400 2.371.200 0 481.353.600 BANK INDONESIA 71 LAMPIRAN 1 Tabel L1.9 Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Produksi Sendiri) Uraian Persediaan awal bahan baku Pembelian Persediaan akhir bahan baku Bahan baku Upah langsung Biaya Overhead Produksi Biaya Administrasi Produksi Biaya Upah Tak Langsung Biaya Maintanance Biaya Sewa Biaya alat-alat jahit dan sablon Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Penyimpanan Biaya Asuransi Biaya Penyusutan Total Factory Overhead Biaya Pabrikasi Persediaan awal WIP Persediaan akhir WIP Total biaya produksi Persediaan awal barang jadi Persediaan akhir barang jadi Harga Pokok Penjualan Biaya produksi/unit 72 1 6.254.040 160.818.171 6.254.040 160.818.171 88.220.000 0 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 4.744.700 2.372.350 0 31.670 3.167.000 73.905.720 322.943.891 598.044 598.044 322.943.891 12.558.929 12.558.929 322.943.891 23.834 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL 2 6.254.040 160.818.171 6.254.040 160.818.171 88.220.000 0 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 4.742.400 2.371.200 0 31.670 3.167.000 73.902.270 322.940.441 598.044 598.038 322.940.448 12.558.929 12.558.795 322.940.582 23.834 3 6.254.040 160.818.171 6.254.040 160.818.171 88.220.000 0 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 4.742.400 2.371.200 0 31.670 3.167.000 73.902.270 322.940.441 598.038 598.038 322.940.441 12.558.795 12.558.795 322.940.442 23.834 4 6.254.040 160.818.171 6.254.040 160.818.171 88.220.000 0 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 4.742.400 2.371.200 0 31.670 3.167.000 73.902.270 322.940.441 598.038 598.038 322.940.441 12.558.795 12.558.795 322.940.441 23.834 5 6.254.040 160.818.171 6.254.040 160.818.171 88.220.000 0 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 4.742.400 2.371.200 0 31.670 3.167.000 73.902.270 322.940.441 598.038 598.038 322.940.441 12.558.795 12.558.795 322.940.441 23.834 DISTRO 5. Break Even Sales Tabel L1.10 Break Even Sales (Sistem Makloon) Uraian Biaya sewa Biaya upah/gaji Biaya penyusutan Biaya Bunga Biaya asuransi Nilai Perolehan Barang Dagangan Biaya pemasaran Biaya administrasi dan umum Pajak Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Admin Lain-lain Biaya Penyimpanan TOTAL Biaya Variabel Biaya Tetap Penjualan BE Sales BE Sales/Penjualan Jika yang dijual hanya T-Shirt Harga T-Shirt Volume Penjualan (Unit) Volume Penjualan (Lusin) Volume Penjualan/Bulan (Lusin) Volume Penjualan/Hari (Lusin) Volume Penjualan/Hari (Potong) Penjualan/Hari (Rp) Penjualan/Minggu(Rp) Jenis Biaya T T T T T V V V V V V V V 1 75.000.000 171.680.000 35.600.000 19.936.000 1.304.940 474.240.000 84.000.000 15.000.000 9.588.018 4.744.700 2.372.350 0 0 893.466.009 589.945.069 303.520.940 948.480.000 802.944.193 84,7% 2 75.000.000 171.680.000 35.600.000 14.249.099 1.304.480 474.240.000 84.000.000 15.000.000 10.441.630 4.742.400 2.371.200 0 0 888.628.809 590.795.230 297.833.579 948.480.000 789.771.376 83,3% 3 75.000.000 171.680.000 35.600.000 7.652.294 1.304.480 474.240.000 84.000.000 15.000.000 11.431.151 4.742.400 2.371.200 0 0 883.021.525 591.784.751 291.236.774 948.480.000 774.420.899 81,6% 4 75.000.000 171.680.000 35.600.000 0 1.304.480 474.240.000 84.000.000 15.000.000 12.578.995 4.742.400 2.371.200 0 0 876.517.075 592.932.595 283.584.480 948.480.000 756.507.301 79,8% 5 75.000.000 171.680.000 35.600.000 0 1.304.480 474.240.000 84.000.000 15.000.000 12.578.995 4.742.400 2.371.200 0 0 876.517.075 592.932.595 283.584.480 948.480.000 756.507.301 79,8% 70.000 11.471 956 80 2,7 31,9 2.230.401 15.612.804 70.000 11.282 940 78 2,6 31,3 2.193.809 15.356.666 70.000 11.063 922 77 2,6 30,7 2.151.169 15.058.184 70.000 10.807 901 75 2,5 30,0 2.101.409 14.709.864 70.000 10.807 901 75 2,5 30,0 2.101.409 14.709.864 T = biaya tetap dan V = biaya variabel BANK INDONESIA 73 LAMPIRAN 1 Tabel L1.11 Break Even Sales (Sistem Produksi Sendiri) Uraian Bahan baku Upah langsung Biaya Administrasi Produksi Biaya Upah Tak Langsung Biaya Maintanance Biaya Sewa Biaya alat-alat jahit dan sablon Biaya Asuransi Biaya Penyusutan Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Penyimpanan Biaya upah/gaji Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya pemasaran Biaya sewa Biaya bunga Pajak perusahaan Total Biaya Biaya Variabel Biaya Tetap Penjualan BE Sales BE Sales/Penjualan Jika yang dijual hanya T-Shirt Harga T-Shirt Volume Penjualan (Unit) Volume Penjualan (Lusin) Volume Penjualan/Bulan (Lusin) Volume Penjualan/Hari (Lusin) Volume Penjualan/Hari (Potong) Penjualan/Hari (Rp) Penjualan/Minggu(Rp) Jenis Biaya V V T T T T V T T V V V T T T V T T V 1 160.818.171 88.220.000 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 1.336.610 38.767.000 4.744.700 2.372.350 0 171.680.000 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 19.936.000 9.588.018 735.052.850 352.333.240 382.719.610 948.480.000 608.913.643 64,2% 2 160.818.171 88.220.000 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 1.336.150 38.767.000 4.742.400 2.371.200 0 171.680.000 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 14.249.099 10.441.630 730.215.651 353.183.402 377.032.249 948.480.000 600.721.638 63,3% 3 160.818.171 88.220.000 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 1.336.150 38.767.000 4.742.400 2.371.200 0 171.680.000 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 7.652.294 11.431.151 724.608.366 354.172.922 370.435.444 948.480.000 591.193.716 62,3% 4 160.818.171 88.220.000 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 1.336.150 38.767.000 4.742.400 2.371.200 0 171.680.000 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 0 12.578.995 718.103.916 355.320.766 362.783.150 948.480.000 580.101.502 61,2% 5 160.818.171 88.220.000 12.000.000 18.000.000 6.000.000 25.000.000 2.590.000 1.336.150 38.767.000 4.742.400 2.371.200 0 171.680.000 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 0 12.578.995 718.103.916 355.320.766 362.783.150 948.480.000 580.101.502 61,2% 70.000 8.699 725 60 2,0 24,2 1.691.427 11.839.988 70.000 8.582 715 60 2,0 23,8 1.668.671 11.680.699 70.000 8.446 704 59 2,0 23,5 1.642.205 11.495.433 70.000 8.287 691 58 1,9 23,0 1.611.393 11.279.751 70.000 8.287 691 58 1,9 23,0 1.611.393 11.279.751 T = biaya tetap dan V = biaya variabel 74 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 6. Proyeksi Arus Kas Operasional Tabel L1.12 Arus Kas Operasional (Sistem Makloon) Uraian PENERIMAAN Penerimaan dari penjualan Diskon Penerimaan piutang usaha Pendapatan lain-lain Total penerimaan PEMBAYARAN Pembayaran pembelian Pembayaran utang usaha Biaya upah/gaji Biaya asuransi Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya pemasaran Biaya sewa Pajak perusahaan Pembayaran cicilan utang bank Pembayaran bunga Biaya provisi bank Deviden Pembelian harta tetap baru Total pembayaran Selisih penerimaan dan pembayaran Kas awal Kas sebelum financing FINANCING Investasi Harta Tetap Modal Sendiri Pinjaman Bank Modal Kerja Modal Sendiri Pinjaman Bank Pinjaman Baru Total financing Kas akhir 0 1 0 0 0 0 0 2 3 4 5 924.768.000 0 0 0 924.768.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 454.700.417 0 171.680.000 1.304.940 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 0 35.543.131 19.936.000 681.887 0 0 864.963.425 59.804.575 0 59.804.575 454.480.000 19.769.583 171.680.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 9.588.018 41.230.032 14.249.099 681.954 54.332.105 0 948.428.871 51.129 63.976.992 64.028.121 454.480.000 19.760.000 171.680.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 10.441.630 47.826.837 7.652.294 681.954 59.169.237 0 954.110.032 (5.630.032) 64.037.704 58.407.672 454.480.000 19.760.000 171.680.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 11.431.151 0 0 681.954 64.776.521 0 905.227.706 43.252.294 58.407.672 101.659.966 454.480.000 19.760.000 171.680.000 1.304.480 15.000.000 0 84.000.000 75.000.000 12.578.995 0 0 681.954 71.280.971 0 912.880.000 35.600.000 101.659.966 137.259.966 73.107.333 124.600.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28.624.680 65.268.000 0 291.600.013 0 1.251.725 2.920.692 0 4.172.417 63.976.992 2.875 6.708 0 9.583 64.037.704 0 0 0 0 58.407.672 0 0 0 0 101.659.966 0 0 0 0 137.259.966 18.240.000 0 0 0 16.100.000 0 0 75.000.000 0 0 2.361.333 1.898.680 0 178.000.000 291.600.013 (291.600.013) 0 (291.600.013) BANK INDONESIA 75 LAMPIRAN 1 Tabel L1.13 Arus Kas Operasional (Sistem Produksi Sendiri) Uraian PENERIMAAN Penerimaan dari penjualan Diskon Penerimaan piutang usaha Pendapatan lain-lain Total penerimaan PEMBAYARAN Pembayaran pembelian Pembayaran utang usaha Biaya upah/gaji Biaya asuransi Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya pemasaran Biaya sewa Pajak perusahaan Pembayaran cicilan utang bank Pembayaran bunga Biaya provisi bank Deviden Pembelian harta tetap baru Total pembayaran Selisih penerimaan dan pembayaran Kas awal Kas sebelum financing FINANCING Investasi Harta Tetap Modal Sendiri Pinjaman Bank Modal Kerja Modal Sendiri Pinjaman Bank Pinjaman Baru Total financing Kas akhir 76 0 1 0 0 0 0 0 2 3 4 5 924.768.000 0 0 0 924.768.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 924.768.000 0 23.712.000 0 948.480.000 160.818.171 0 171.680.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 100.000.000 0 37.906.350 21.261.520 1.001.861 0 0 729.494.554 195.273.446 0 195.273.446 160.818.171 0 171.680.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 100.000.000 32.838.719 43.971.366 15.196.504 1.001.860 186.086.077 0 948.416.274 63.726 218.985.446 219.049.172 160.818.171 0 171.680.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 100.000.000 33.748.914 51.006.784 8.161.085 1.001.860 191.243.849 0 954.484.241 (6.004.241) 219.049.047 213.044.807 160.818.171 0 171.680.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 100.000.000 34.804.246 0 0 1.001.860 197.224.060 0 902.351.914 46.128.086 213.044.806 259.172.892 160.818.171 0 171.680.000 701.306 15.000.000 0 84.000.000 100.000.000 36.028.409 0 0 1.001.860 204.160.983 0 910.513.000 37.967.000 259.172.892 297.139.892 76.851.138 132.884.500 0 0 0 0 0 0 0 0 36.659.176 83.587.699 0 329.982.513 0 7.113.600 16.598.400 0 23.712.000 218.985.446 0 0 0 0 259.172.892 0 0 0 0 297.139.892 19.410.998 0 0 0 16.100.000 0 0 100.000.000 0 0 2.471.793 2.164.722 0 189.835.000 329.982.513 (329.982.513) 0 (329.982.513) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (38) (88) 0 (125) 219.049.047 0 0 (0) (0) 0 (0) 213.044.806 DISTRO 7. Proyeksi Neraca Tabel L1.14 Proyeksi Neraca (Sistem Makloon) Uraian HARTA HARTA LANCAR Kas dan bank Piutang usaha Persediaan Barang Dagangan Sewa dibayar di muka Total harta lancar HARTA TETAP Nilai perolehan Akumulasi penyusutan Harta tetap (net) TOTAL HARTA UTANG Utang usaha Utang bunga Utang pajak Utang Deviden Utang bank jangka pendek Utang bank jangka panjang Pinjaman Baru Total Utang MODAL SENDIRI Modal disetor Laba ditahan Laba tahun berjalan Total ekuitas TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 0 0 0 18.240.000 75.000.000 93.240.000 1 2 3 4 5 63.976.992 23.712.000 18.470.000 75.000.000 181.158.992 64.037.704 23.712.000 18.470.000 75.000.000 181.219.704 58.407.672 23.712.000 18.470.000 75.000.000 175.589.672 101.659.966 23.712.000 18.470.000 75.000.000 218.841.966 137.259.966 23.712.000 18.470.000 75.000.000 254.441.966 178.000.000 0 178.000.000 271.240.000 178.000.000 (35.600.000) 142.400.000 323.558.992 178.000.000 (71.200.000) 106.800.000 288.019.704 178.000.000 (106.800.000) 71.200.000 246.789.672 178.000.000 (142.400.000) 35.600.000 254.441.966 178.000.000 (178.000.000) 0 254.441.966 0 0 0 0 65.268.000 124.600.000 0 189.868.000 19.769.583 0 9.588.018 54.332.105 68.188.692 89.056.869 0 240.935.267 19.760.000 0 10.441.630 59.169.237 68.195.400 47.826.837 0 205.393.104 19.760.000 0 11.431.151 64.776.521 68.195.400 0 0 164.163.072 19.760.000 0 12.578.995 71.280.971 68.195.400 0 0 171.815.366 19.760.000 0 12.578.995 71.280.971 68.195.400 0 0 171.815.366 101.732.013 0 (20.360.013) 81.372.000 271.240.000 102.983.738 (20.360.013) 0 82.623.725 323.558.992 102.986.613 (20.360.013) 0 82.626.600 288.019.704 102.986.613 (20.360.013) 0 82.626.600 246.789.672 102.986.613 (20.360.013) 0 82.626.600 254.441.966 102.986.613 (20.360.013) 0 82.626.600 254.441.966 BANK INDONESIA 77 LAMPIRAN 1 Tabel L1.15 Proyeksi Neraca (Sistem Produksi Sendiri) Uraian HARTA HARTA LANCAR Kas dan bank Piutang usaha Persediaan Barang Dagangan Sewa dibayar di muka Total harta lancar HARTA TETAP Nilai perolehan Akumulasi penyusutan Harta tetap (net) TOTAL HARTA UTANG Utang usaha Utang bunga Utang pajak Utang Deviden Utang bank jangka pendek Utang bank jangka panjang Pinjaman Baru Total Utang MODAL SENDIRI Modal disetor Laba ditahan Laba tahun berjalan Total ekuitas TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 78 0 1 2 3 4 5 0 0 19.410.998 100.000.000 119.410.998 218.985.446 23.712.000 19.410.998 100.000.000 362.108.444 219.049.047 23.712.000 19.410.873 100.000.000 362.171.920 213.044.806 23.712.000 19.410.873 100.000.000 356.167.679 259.172.892 23.712.000 19.410.873 100.000.000 402.295.765 297.139.892 23.712.000 19.410.873 100.000.000 440.262.765 189.835.000 0 189.835.000 309.245.998 189.835.000 (37.967.000) 151.868.000 513.976.444 189.835.000 (75.934.000) 113.901.000 476.072.920 189.835.000 (113.901.000) 75.934.000 432.101.679 189.835.000 (151.868.000) 37.967.000 440.262.765 189.835.000 (189.835.000) 0 440.262.765 0 0 0 0 83.587.699 132.884.500 0 216.472.199 0 0 32.838.719 186.086.077 100.186.099 94.978.150 0 414.089.045 0 0 33.748.914 191.243.849 100.186.011 51.006.784 0 376.185.558 0 0 34.804.246 197.224.060 100.186.011 0 0 332.214.317 0 0 36.028.409 204.160.983 100.186.011 0 0 340.375.403 0 0 36.028.409 204.160.983 100.186.011 0 0 340.375.403 113.510.315 0 (20.736.515) 92.773.799 309.245.998 120.623.915 (20.736.515) 0 99.887.399 513.976.444 120.623.877 (20.736.515) 0 99.887.362 476.072.920 120.623.877 (20.736.515) 0 99.887.362 432.101.679 120.623.877 (20.736.515) 0 99.887.362 440.262.765 120.623.877 (20.736.515) 0 99.887.362 440.262.765 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 8. Perhitungan NPV, IRR, Payback Period, dan BC Ratio Tabel L1.16 Pehitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon) Uraian CASH INFLOW EBIT (1-T) Biaya Penyusutan Nilai Sisa Harta Tetap Modal Kerja Akhir Priode Total Cash Inflow CASH OUTFLOW Harga Tetap Incremental Working Capital Total Cash Outflow Net Cash Flow PVIF PV NPV IRR Payback Period Benefit-Cost Ratio 0 1 2 3 4 5 0 0 0 0 0 71.857.308 35.600.000 0 0 107.457.308 71.860.632 35.600.000 0 0 107.460.632 71.860.632 35.600.000 0 0 107.460.632 71.860.632 35.600.000 0 0 107.460.632 71.860.632 35.600.000 0 82.626.600 190.087.232 178.000.000 93.240.000 271.240.000 (271.240.000) 15,5% 1,0000 (271.240.000) 121.135.602 LAYAK 31,7% 3,5 tahun 1,4 0 4.172.417 4.172.417 103.284.892 0,8657 89.408.667 0 9.583 9.583 107.451.049 0,7494 80.518.615 0 0 0 107.460.632 0,6487 69.707.234 0 0 0 107.460.632 0,5615 60.342.135 0 0 0 190.087.232 0,4861 92.398.952 BANK INDONESIA 79 LAMPIRAN 1 Tabel L1.17 Pehitungan NPV, IRR, Payback Period, dan BC Ratio (Sistem Produksi Sendiri) Uraian CASH INFLOW EBIT (1-T) Biaya Penyusutan Nilai Sisa Harta Tetap Modal Kerja Akhir Priode Total Cash Inflow CASH OUTFLOW Harga Tetap Incremental Working Capital Total Cash Outflow Net Cash Flow PVIF PV NPV IRR Payback Period Benefit-Cost Ratio 80 0 1 2 3 4 5 0 0 0 0 0 205.009.951 37.967.000 0 0 242.976.951 205.012.458 37.967.000 0 0 242.979.458 205.012.564 37.967.000 0 0 242.979.564 205.012.564 37.967.000 0 0 242.979.564 205.012.564 37.967.000 0 99.887.362 342.866.926 189.835.000 119.410.998 309.245.998 (309.245.998) 15,5% 1,0000 (309.245.998) 523.356.275 LAYAK 71,7% 1,7 tahun 2,7 0 23.712.000 23.712.000 219.264.951 0,8657 189.806.917 0 (125) (125) 242.979.583 0,7494 182.077.140 0 (0) (0) 242.979.564 0,6487 157.615.240 0 0 0 242.979.564 0,5615 136.439.786 0 0 0 342.866.926 0,4861 166.663.191 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 9. Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman Tabel L1.18 Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Makloon) Kredit Investasi KREDIT INVESTASI Pokok pinjaman (USD) Biaya bunga Cicilan Cicilan dan bunga 0 124.600.000 TAHUN 1 2 89.056.869 47.826.837 19.936.000 14.249.099 35.543.131 41.230.032 55.479.131 55.479.131 3 0 7.652.294 47.826.837 55.479.131 SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN TAHUN 1 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL Bulan 1 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 2 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 3 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 4 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 5 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 6 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 7 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 8 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 9 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 10 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 11 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Bulan 12 2.961.928 1.661.333 4.623.261 Total 35.543.131 19.936.000 55.479.131 TAHUN 2 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL Bulan 1 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 2 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 3 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 4 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 5 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 6 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 7 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 8 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 9 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 10 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 11 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Bulan 12 3.435.836 1.187.425 4.623.261 Total 41.230.032 14.249.099 55.479.131 TAHUN 3 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL Bulan 1 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 2 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 3 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 4 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 5 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 6 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 7 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 8 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 9 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 10 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 11 3.985.570 637.691 4.623.261 Bulan 12 3.985.570 637.691 4.623.261 Total 47.826.837 7.652.294 55.479.131 BANK INDONESIA 81 LAMPIRAN 1 Tabel L1.19 Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Produksi Sendiri) Kredit Investasi KREDIT INVESTASI Pokok pinjaman (USD) Biaya bunga Cicilan Cicilan dan bunga 0 132.884.500 0 0 0 TAHUN 1 2 94.978.150 51.006.784 21.261.520 15.196.504 37.906.350 43.971.366 59.167.870 59.167.870 SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN TAHUN 1 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL Bulan 1 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 2 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 3 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 4 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 5 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 6 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 7 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 8 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 9 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 10 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 11 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Bulan 12 3.158.862 1.771.793 4.930.656 Total 37.906.350 21.261.520 59.167.870 TAHUN 2 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL Bulan 1 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 2 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 3 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 4 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 5 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 6 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 7 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 8 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 9 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 10 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 11 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Bulan 12 3.664.280 1.266.375 4.930.656 Total 43.971.366 15.196.504 59.167.870 TAHUN 3 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL Bulan 1 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 2 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 3 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 4 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 5 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 6 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 7 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 8 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 9 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 10 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 11 4.250.565 680.090 4.930.656 Bulan 12 4.250.565 680.090 4.930.656 Total 51.006.784 8.161.085 59.167.870 82 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL 3 0 8.161.085 51.006.784 59.167.870 DISTRO LAMPIRAN 2 RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN 1. Menghitung Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai sekarang dari arus yang dihasilkan usaha di masa yang akan datang dikurangi nilai investasi pada awal periode. NPV dirumuskan sebagai berikut: n CFn NPV = ∑ ------------------ - I0 t=1 (1+WACC)n Keterangan: CFn = arus kas pada periode ke n WACC = rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital) I0 = investasi pada awal periode. Arus kas (CFn) terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Selisih kedua arus kas tersebut disebut sebagai arus kas bersih. Dengan mendiskontokan arus kas bersih tersebut dengan biaya modal (WACC), maka diperoleh nilai sekarang (present value) dari arus kas tersebut. Arus kas bisa positif bisa pula negatif. Pengeluaran investasi awal tentu merupakan arus kas negatif. Total seluruh arus kas tersebut akan menghasilkan nilai bersih arus kas (net present value). Jika NPV positif berarti, usaha tersebut memberikan nilai tambah terhadap pemiliknya dan juga perekonomian secara umum. Dengan demikian, usaha tersebut layak untuk dijalankan. Jika NPV negatif berarti usaha tersebut tidak layak dijalankan. Jika NPV sama dengan nol berarti imbal hasil (return) investasi tersebut sama persis dengan biaya modalnya. Investasi di sektor ril mempunyai resiko yang lebih besar daripada deposito misalnya. Untuk mengkompensasi resiko yang besar tersebut, investor meminta imbal hasil (return) yang besar pula. Jika imbal hasil usaha yang dianalisis ini tidak lebih baik daripada investasi lain yang resikonya lebih kecil, maka investor tidak akan menjalankan usaha ini. Cara menghitung NPV adalah seperti pada Tabel L2.1. BANK INDONESIA 83 LAMPIRAN 2 Tabel L2.1 Contoh Perhitungan NPV Tahun 0 Uraian Uraian ARUS KAS MASUK Laba Operasi x (1 - Tarif Pajak) Biaya Penyusutan Nilai Sisa Harta Tetap Nilai Sisa Modal Kerja Bersih Total Arus Kas Masuk ARUS KAS KELUAR Harta Tetap Perubahan Modal Kerja Bersih Total Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Discount Rate = WACC PV NPV 15,5% 6.000 370 6.370 -6.370 1,0000 -6.370 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 2.500 200 2.500 200 2.500 200 2.500 200 2.700 2.700 2.700 2.700 2.500 200 500 750 3.950 300 300 2.400 0,8657 2.078 0 0 2.700 0,7494 2.023 0 0 2.700 0,6487 1.751 0 0 2.700 0,5615 1.516 0 0 3.950 0,4861 1.920 2.918 Cara mendapatkan angka-angka pada Tabel L2.1 di atas adalah sebagai berikut: 1. Laba operasi diperoleh dari proyeksi laba rugi. Nilai tambah yang diberikan oleh suatu usaha adalah sebesar laba operasinya (earning before interest and tax = EBIT). Sedangkan biaya bunga, pajak, dan laba bersih merupakan bagian dari laba operasi yang diberikan kepada kreditur, negara (pemerintah), dan pemilik. Dari kaca mata usaha, pajak diperhitungkan terhadap nilai tambah yang diciptakan tersebut. Jika laba operasi negatif, pajak tetap diperhitungkan, sehingga usaha tersebut seperti mendapatkan benefit dari pajak. Dengan kata lain, negara memberikan ”subsidi” atas fasilitas negara yang digunakan. 2. Biaya penyusutan dan nilai sisa harta tetap didapatkan dari nilai perolehan harta tetap dibagi dengan nilai ekonomisnya (metode penyusutan garis lurus). Nilai sisa harta tetap adalah selisih antara nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya pada akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima). 3. Nilai sisa modal kerja diperoleh dari selisih harta lancar dan utang lancar pada akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima). Untuk mendapatkan nilai sisa modal kerja pada tahun kelima dibutuhkan proyeksi neraca karena pada bagian harta lancarnya akan terdapat proyeksi kas. Kas tersebut merupakan akumulasi kas yang berasal dari proyeksi arus kas usaha. Jika kas yang dihasilkan 84 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO besar, maka nilai sisa modal kerja akan besar pula. Tetapi setelah dikurangi dengan bagian keuntungan untuk pemilik (deviden), maka nilai sisa modal kerja akan sama dengan nilai aset bersih (total modal sendiri) pada akhir tahun kelima tersebut. Jika arus kas operasional usaha tidak mengalami shortage atau tidak ada tambahan pinjaman baru selama periode proyeksi, maka nilai sisa modal kerja akan sama dengan total ekuitas pada tahun awal. Dengan demikian, bila anda tidak membuat proyeksi neraca dan arus kas operasional, tetap dapat menghitung nilai sisa modal kerja tersebut pada akhir tahun proyeksi, yaitu sebesar total ekuitas pada tahun awal. 4. Harta tetap pada awal periode adalah total investasi harta tetap yang dibutuhkan. 5. Perubahan modal kerja bersih diperoleh dengan cara sebagai berikut: a. Hitung kebutuhan modal kerja yaitu untuk mendanai harta lancar yang terdiri dari kas untuk transaksi, piutang usaha, persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan biaya sewa. Dana tersebut sebagian sudah dibutuhkan sejak awal periode, misalnya untuk biaya sewa, membeli bahan baku dan biaya pengolahannya. b. Hitung utang lancar yang dapat digunakan untuk menalangi sebagian kebutuhan dana untuk harta lancar di atas, khususnya utang yang diberikan oleh pemasok bahan baku. c. Hitung selisih harta lancar dan utang lancar, sehingga diperoleh modal kerja bersih. Jadi, kebutuhan dana yang masih harus dicarikan adalah sebesar modal kerja bersih tersebut. Sumber dananya bisa berasal dari modal sendiri atau pinjaman. Pada Tabel L2.2 tampak bahwa modal kerja bersih pada awal periode sebesar Rp370 dan pada tahun pertama dan seterusnya adalah Rp670. d. Hitung perubahan modal kerja bersih dari waktu ke waktu. Modal kerja bersih pada awal periode adalah Rp370. Sedangkan pada tahun kedua dibutuhkan sebesar Rp670. Jadi, tambahan modal kerja yang dibutuhkan pada tahun pertama adalah Rp300. Dengan cara yang sama diperoleh tambahan modal BANK INDONESIA 85 LAMPIRAN 2 kerja untuk tahun-tahun berikutnya sebesar Rp0. Angka-angka perubahan modal kerja inilah yang dimasukkan kedalam Tabel L1.1 e. Perubahan modal kerja bersih dapat didanai dengan modal sendiri dan pinjaman. Jika 30% didanai dengan modal sendiri dan sisanya dengan pinjaman, maka besarnya dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal periode adalah Rp111 dan pinjaman Rp259. Pada tahun pertama tambahan dana untuk modal kerja dari pemilik adalah Rp90 dan pinjaman Rp210. f. Bunga pinjaman dihitung atas pinjaman yang sudah ditarik. Karena pinjaman modal kerja bisa diperpanjang setiap tahun (roll over), maka baki kredit modal kerja usaha ini adalah Rp259 + Rp210 = Rp469. Biaya bunga dihitung atas pinjaman yang sudah ditarik tersebut (outstanding loan). g. Untuk menghitung biaya modal (WACC) digunakan formula berikut: E D WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t) E+D E+D Keterangan: E = modal sendiri D = pinjaman Ke = biaya modal sendiri Kd = biaya modal pinjaman t = tarif pajak 86 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel L2.2 Perhitungan Modal Kerja Uraian Uraian Kas Piutang Usaha Persediaan Bahan Baku Persediaan Barang Dalam Proses Persesiaan Barang Jadi Biaya Sewa Total Utang Usaha Modal Kerja Bersih Perubahan Modal Kerja Bersih Pendanaan Modal Sendiri Pinjaman Bank Total 30% 70% 100% Tahun 0 20 0 200 300 0 150 670 300 370 370 Tahun 1 20 250 200 300 50 150 970 300 670 300 Tahun 2 20 250 200 300 50 150 970 300 670 0 Tahun 3 20 250 200 300 50 150 970 300 670 0 Tahun 4 20 250 200 300 50 150 970 300 670 0 Tahun 5 20 250 200 300 50 150 970 300 670 0 111 259 370 90 210 300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Langkah-langkah untuk menghitung biaya modal usaha tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hitung porsi pendanaan harta tetap yang berasal dari modal sendiri dan pinjaman. Misalnya 30% dari modal sendiri dan sisanya pinjaman bank. Buat perhitungan seperti pada Tabel L2.3. 2. Tentukan biaya modal pinjaman, misalnya 16% per tahun (biasanya disamakan dengan tingkat bunga pinjaman). Kemudian tentukan biaya modal sendiri, yaitu dengan menambahkan tingkat bunga pinjaman dengan persentase tertentu (spread) untuk menutupi resiko usaha, misalnya 4% di atas tingkat bunga pinjaman, sehingga biaya modal sendiri adalah 20%. 3. Hitung biaya modal pinjaman setelah pajak, sementara biaya modal sendiri tidak dikenakan pajak. Mengapa biaya modal sendiri tidak dikenakan pajak? Proses penurunan rumusnya adalah sebagai berikut: BANK INDONESIA 87 LAMPIRAN 2 a. Perhatikan bagian bawah dari laporan laba rugi (mulai dari laba operasi sampai dengan laba bersih) yang terdiri dari: Laba Operasi (EBIT) - Biaya Bunga (I) = Laba sebelum pajak (EBT) - Pajak (T) = Laba Bersih (NI) Keterangan: NI = laba bersih (net income = NI) EBT = laba setelah pajak (earning before tax = EBT) T = Pajak, t = tarif pajak EBIT = laba sebelum biaya bunga bunga dan pajak (eaning before interest and taxes = EBIT) b. Dalam bentuk persamaan bagian laba rugi di atas dapat dibuat sebagai berikut: NI = EBT – T NI = EBT–EBT x t NI = EBT (1–t) Sementara EBT = EBIT – I Substitusikan (EBIT–I) ke dalam persamaan di atas, sehingga diperoleh: NI = (EBIT – I)(1–t) NI = EBIT(1–t) – I(1–t) EBIT (1–t)=I(1–t)+NI Jadi, EBIT dibagikan kepada kreditur dalam bentuk biaya bunga (I) yang besarnya sama dengan pinjaman (debt = D) dikalikan dengan tingkat bunganya (kd). Sedangkan laba bersih (net income = NI) diberikan kepada pemilik yang besarnya minimal sama dengan modal yang ditanam (equity = E) dikalikan dengan biaya modalnya (Ke), sehingga diperoleh:EBIT (1-t) = D kd (1–t) + E ke 88 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO c. Bagi persamaan di atas dengan total pendanaan (E+D), maka diperoleh: EBIT (1-t) -----------(E+D) E D = -------- Ke + -------- Kd (1-t) (E+D) (E+D WACC = E D ------- Ke + ------- Kd (1-t) E+D E+D EBIT(1-t)/(E+D) adalah biaya modal dari usaha (WACC). Jadi, usaha tersebut harus menghasilkan imbal hasil (return) minimum sebesar WACC, Jika tidak NPV akan negatif. d. Kalikan porsi pendanaan dengan biaya modal setelah pajak. Jumlah dari hasil perkalian tersebut adalah rata-rata terimbang biaya modal usaha (WACC). Dalam contoh ini adalah 15,5%. Tabel L2.3 Menghitung Biaya Modal Usaha Porsi Sumber Sumber Pendanaan Pendanaan Pendanaan (1) Modal Sendiri 30% Pinjaman 70% Total 100% Biaya Biaya Modal Modal Setelah Pajak Perkalian (2) (3) (4) = (1)x(3) 20% 20,0% 6,0% 16% 13,6% 9,5% WACC = 15,5% 2. Menghitung Internal Rate of Return Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi yang menyamakan arus kas masuk dan arus kas keluar. Jadi, pada posisi tersebut NPV sama dengan nol. Untuk menghitung IRR dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan formula komputer (program Excel). Penggunaan formula komputer dapat dilakukan bila perhitungan dibuat dalam spreadsheet Excel. Cara menghitung IRR adalah sebagai berikut: BANK INDONESIA 89 LAMPIRAN 2 A. Formula Komputer (Excel) Formula Excel untuk berbagai perhitungan dapat dilihat dengan meng-klik fx yang ada pada Toolbars komputer anda. Formula IRR adalah =IRR(arus kas bersih,% sembarangan). Untuk lebih jelasnya lihat contoh perhitungan pada Tabel L2.4. Pada sel C42 kita rumuskan: =IRR(C41:H41;10%). Tanda pemisah dalam rumus-rumus Excel ada yang menggunakan koma (,) atau titik-koma (;), tergantung pada setting yang dilakukan. Bila komputer menolak ketika digunakan separator koma, coba ganti dengan titik-koma dan sebaliknya. Tabel L2.4 Contoh Data Untuk Menghitung IRR dengan Formula Excel A 41 42 43 B Arus Kas Bersih IRR C 0 -6.370 32,4% D 1 2.400 E 2 2.700 F 3 2.700 G 4 2.700 H 5 3.950 B. Cara Manual Perhitungan IRR dengan cara manual menggunakan formula interpolasi sebagai berikut: NPV1 IRR = r1 + (r2-r1) x --------------------NPV1 – NPV2 Keterangan: r1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV1 bernilai positif r2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV2 bernilai negatif Untuk menghitung IRR secara manual kita harus mempunyai dua NPV, satu bernilai positif dan satu lagi negatif. Kita sudah mendapatkan NPV yang bernilai positif seperti pada Tabel L2.1. Untuk mendapatkan NPV yang negatif, gunakan discount rate yang besar. Jika kita sudah mendapatkan IRR dengan formula Excel, maka untuk mendapatkan NPV negatif, gunakan discount rate yang lebih besar dari IRR komputer tersebut. Contoh perhitungan dapat dilihat seperti pada Tabel L2.5. 90 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Dalam menggunakan rumus IRR di atas perlu diperhatikan bahwa NPV2 bernilai negatif, bila dikurangkan terhadap NPV1 akan menghasilkan penjumlahan. Misalnya, seperti pada Tabel L2.4 tampak bahwa NPV1 = 2.918 dan NPV2 = -320, maka (NPV1 – NPV2) = 3.238. Jika perbedaan antara r1 dan r2 kecil, maka hasil perhitungan IRR manual akan sama dengan hasil perhitungan formula Excel. Semakin besar perbedaan r1 dan r2, maka perbedaan hasil perhitungan IRR manual dan formula Excel akan semakin besar pula. Oleh karena itu, disarankan untuk menghitung IRR dengan formula Excel lebih dahulu, kemudian bandingkan dengan cara manual. Tabel L2.5 Contoh Perhitungan IRR Cara Manual Uraian No. Uraian 1 NPV POSITIF Arus Kas Bersih Discount Rate (1) PV NPV (1) 2 NPV NEGATIF Arus Kas Bersih Discount Rate (2) PV NPV (2) r1 r2 NPV1 NPV2 IRR Tahun 0 15,5% Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 -6.370 1,0000 -6.370 2.400 0,8657 2.078 2.700 0,7494 2.023 2.700 0,6487 1.751 2.700 0,5615 1.516 3.950 0,4861 1.920 -6.370 1,0000 -6.370 2.400 0,7407 1.778 2.700 0,5487 1.481 2.700 0,4064 1.097 2.700 0,3011 813 3.950 0,2230 881 2.918 35,0% -320 0,16 0,35 2.918 -320 33,1% 3. Menghitung Payback Period Contoh perhitungan jangka waktu pengembalian investasi (payback period) adalah seperti pada Tabel L2.6. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: a. Ambil arus kas bersih dari Tabel L2.1. b. Buat akumulasi arus kas bersih tersebut, sehingga akan tampak perubahan akumulasi kas tersebut dari negatif ke positif. Sampai dengan akhir tahun kedua akumulasi kas masih negatif dan pada akhir tahun ketiga sudah positif. BANK INDONESIA 91 LAMPIRAN 2 c. Untuk akumulasi kas yang negatif kita tuliskan angka 1 di bawahnya (tidak termasuk tahun 0). d. Jumlahkan angka-angka pada baris tahun tersebut. Diperlukan lebih dari 2 tahun untuk membuat supaya akumulasi arus kas tersebut positif. e. Untuk menghitung waktu di atas tahun kedua sampai akumulasi arus kas tersebut sama dengan nol, kita asumsikan bahwa arus kas yang dihasilkan sama besar setiap bulan. Jika arus kas pada tahun ketiga sebesar Rp2.700, maka rata-rata arus kas sebulan adalah Rp225. Jadi, untuk menutupi arus kas negatif sebesar Rp1.270 pada akhir tahun kedua dibutuhkan waktu selama 5,6 bulan (1.270/225) atau 0,47 tahun. Jadi, total waktu untuk mengembalikan investasi tersebut adalah 2,47 tahun. Tabel L2.6 Contoh Menghitung Payback Period Uraian Arus Kas Bersih Akumulasi Arus Kas Bersih Tahun Bulan Total 2 0,47 0 -6.370 -6.370 1 2.400 -3.970 1 0,00 2 2.700 -1.270 1 0,00 3 2.700 1.430 0 0,47 4 2.700 4.130 0 0,00 5 3.950 8.080 0 0,00 4. Menghitung Benefit-Cost Ratio Untuk menghitung B-C ratio lakukan langkah-langkah berikut: a. Ambil present value (PV) pada Tabel L2.1 dan tempatkan seperti pada Tabel L2.7 b. Tempatkan PV arus kas yang positif pada baris kedua Tabel L2.7 dan PV arus kas yang negarif pada baris berikutnya. c. Hitung jumlah PV yang positif dan yang negatif pada baris yang bersangkutan. d. Bagi jumlah PV positif dan jumlah PV negatif (abaikan tanda negatifnya), hasilnya adalah B-C Ratio yang dicari, yaitu 1,37. 92 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel L2.7 Contoh Menghitung Benefit-Cost Ratio Uraian PV PV Positif PV Negatif B-C Ratio Total 9.288 -6.370 1,46 0 -6.370 0 -6370 1 2.078 2078 0 2 2.023 2023 0 3 1.751 1751 0 4 1.516 1516 0 5 1.920 1920 0 5. Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok Titik penjualan pulang pokok (breakeven sales) adalah nilai atau volume penjualan yang memberikan laba sama dengan nol. Jadi, pada posisi pulang pokok, nilai penjualan sama dengan biaya-biayanya. Perlu disadari bahwa titik penjualan pulang pokok bukanlah ukuran untuk menilai kelayakan usaha. Indikator ini hanya sebagai pedoman bagi pengusaha untuk melihat batas penjualan minimum yang harus dicapai supaya memperoleh keuntungan. Secara matematis kondisi pulang pokok dinyatakan sebagai berikut: Laba = Penjualan – Biaya-biaya Pada titik pulang pokok laba = 0, maka Penjualan – Biaya-biaya = 0 Biaya-biaya dapat dikelompokkan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh atau tidak berubah bila terjadi perubahan dalam volume atau nilai penjualan, misalnya biaya penyusutan, biaya sewa, biaya bunga, dan gaji karyawan tetap. Sedangkan biaya variabel adalah biayabiaya yang berubah-ubah mengikuti perubahan penjualan, misalnya biaya bahan baku, biaya upah tenaga tidak tetap, dan biaya pemasaran. BANK INDONESIA 93 LAMPIRAN 2 Bila kita uraikan komponen penjualan dan biaya-biaya tersebut, maka diperoleh bahwa penjualan (sales = S) adalah hasil perkalian antara volume penjualan (quantity =Q) dengan harga jual per unit (price = p) atau Qp. Sedangkan biaya terdiri dari biaya tetap (fixed cost = F) dan biaya variabel (variable cost = V). Karena biaya variabel berfluktuasi mengikuti penjualan, kita dapat menyatakan total biaya variabel tersebut sebagai volume penjualan dikalikan dengan biaya variabel per unit (v), sehingga biaya variabel sama dengan (Qv). Jadi, pada titik pulang pokok: Penjualan – Biaya-biaya = 0 Qp = F + V Qp = F + Qv Qp - Qv = F Q(p-v) = F Q = F/(p-v) Faktor (p-v) disebut juga sebagai contribution margin. Jika ruas kanan pada persamaan Q = F/(p-v) dibagi dengan p, maka diperoleh: Q = (F/p)/(1-v/p). Kalikan kedua ruas persamaan tersebut dengan p, maka diperoleh: Qp = F/(1-v/p). Jika biaya variabel per unit dan harga per unit pada pembagi persamaan di atas dikalikan dengan volume penjualan (Q), maka diperoleh rumus penjualan pada titik pokok (breakeven sales =BES) sebagai berikut: F BES = -----------------Qv 1 – ---------Qp F BES = -----------------V 1 – ---------S 94 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL MENU DAN CARA MENGOPERASIKAN PROGRAM SIMULASI BISNIS (USAHA DISTRO) Pengantar Buku ini merupakan bagian dari laporan studi pola pembiayaan (lending model) usaha Distro yang menjelaskan cara menggunakan program simulasi bisnis untuk membuat proyeksi keuangan dan perhitungan kelayakan usaha tersebut. Program simulasi bisnis ini menggunakan Excel yang mengintegrasikan semua asumsi dengan proyeksi laporan keuangan dan perhitungan lainnya. Program simulasi ini membantu dalam membuat proyeksi laba rugi, arus kas, neraca, modal kerja, perhitungan NPV, IRR, payback period, benefit-cost ratio, break even sales, dan rasio keuangan. Karena program ini terintegrasi, maka pengujian terhadap sensitifitas suatu asumsi terhadap kelayakan usaha dapat dilakukan dengan mudah. Menu program adalah seperti pada Gambar P.1. Daftar menu yang ada pada gambar tersebut merupakan tombol yang dapat di-klik dan akan menampilkan lembaran tempat memasukkan asumsi-asumsi yang bersangkutan. Misalnya, bila diklik tombol Barang Modal, maka di layar komputer akan tampil seperti pada Tabel P-1. Asumsi hanya dapat dimasukkan kedalam sel yang berwarna kuning dan tulisannya berwarna merah. Jika dipasang proteksinya, maka kursor hanya akan bergerak dalam sel-sel yang berwarna kuning itu saja, sehingga tidak khawatir angka-angka dalam sel-sel lain terhapus. Sel-sel tersebut berisi formula dan berhubungan (link) dengan sel-sel lainnya. Jika terhapus akan merusak program keseluruhan. Untuk kembali ke Menu Utama (Gambar 1) klik tombol ”Go to Menu”. 1. Harta Tetap Tempat memasukkan nilai harta tetap digunakan sheet seperti pada Tabel P-1. Kebutuhan dana adalah untuk membeli harta tetap, seperti tanah, bangunan, mesinmesin dan peralatannya, kendaraan, peralatan toko, peralatan kantor dan furnitur. Jika BANK INDONESIA 95 PROGRAM SIMULASI BISNIS dibutuhkan rincian setiap kelompok harta tetap tersebut, misalnya kendaraan terdiri dari berbagai jenis mobil dan sepeda motor dapat dibuat pada lembar kerja (sheet) lain. Kedalam program ini masukkan jumlahnya saja. Anda dapat menghubungkan (link) total tabel rincian harta tetap tersebut dengan kelompok harta tetap yang bersangkutan. Pada program simulasi ini disediakan fasilitas untuk memasukkan kenaikan biaya investasi barang modal, bila diasumsikan harga barang-barang modal mengalami kenaikan selama periode pembangunannya. Kenaikan biaya dapat terjadi karena perubahan harga atau akibat perubahan kualitas bahan-bahan yang digunakan dari yang murah menjadi yang mahal. Tabel 1 juga tempat memasukkan tarif pajak perusahaan (corporate tax) dan tahun awal dimulainya pembangunan usaha ini. Gambar P.1 Menu Program Studi Kelayakan Distro Zalmi Zubir, SE.MBA 96 BARANG MODAL TERMS OF PAYMENT LABA-RUGI PENARIKAN DANA TRANSP & GUDANG MODAL KERJA FINANCING BIAYA PEMASARAN COST OF CAPITAL IDC ASURANSI NPV, IRR, PAYBACK BIAYA PRAOPERASI BIAYA SEWA CASH FLOW BIAYA PENYUSUTAN BIAYA OPERASI TAMBAHAN DANA MODAL KERJA AWAL DEVIDEN CICILAN DAN BUNGA PENJUALAN BEP NERACA IKHTISAR PENJUALAN SENSITIVITAS RASIO KEUANGAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 2. Skedul Pembangunan dan Penarikan Dana Investasi Program simulasi ini hanya dapat menampung skedul pembangunan usaha selama 12 bulan. Pada Tabel P-2 tampak bahwa periode pembangunan hanya dua bulan. Penarikan dana disesuaikan dengan rencana penggunaannya. Misalnya, pembayaran biaya renovasi ruangan toko atau bangunan dilakukan secara bertahap dalam dua bulan, masing-masing 50% pada bulan pertama dan 50% pada bulan kedua. Pembelian kendaraan dilakukan pada bulan pertama dan pembayarannya diasumsikan tunai. Peralatan toko, peralatan kantor, dan furnitur diadakan pada bulan kedua. Pembayarannya dilakukan pada bulan yang bersangkutan. Pada bulan pertama dibutuhkan dana sebesar Rp75.000.000 dan pada bulan kedua sebesar Rp99.000.000. Pengunaan dana untuk barang modal lainnya disesuaikan dengan skedul pengadaan barang tersebut. Jika skedul pembangunan usaha kurang dari 12 bulan, misalnya 8 bulan, maka kolom tabel yang diisi adalah delapan kolom yang terakhir. Jadi, kolom pertama sampai dengan keempat dikosongkan. Tabel P-1 Biaya Investasi Barang Modal Go to Menu No. 1 2 3 4 5 6 7 Harta Tetap Tanah Renovasi Toko Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Total Antisipasi kenaikan investasi Tahun Pembangunan Asumsi pajak NPV = Nilai Perolehan 0 100.000.000 4.000.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 174.000.000 473.060.398 Nilai Setelah Kenaikan 0 100.000.000 4.000.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 174.000.000 0,00% 0 15% BANK INDONESIA 97 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-2 Skedul Pembangunan dan Alokasi Penarikan Dana Investasi Barang Modal Go to Menu NPV = Uraian Tanah Renovasi Toko Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Keterangan Tidak ada OK OK OK OK OK OK HARTA TETAP Tanah Renovasi Toko Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Total % 0,0% 57,5% 2,3% 14,4% 5,7% 14,4% 5,7% 100,0% Total 0,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Total 0 100.000.000 4.000.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 174.000.000 BULAN 1 473.060.398 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 50,00% 50,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 50.000.000 0 0 0 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 75.000.000 12 0 50.000.000 4.000.000 0 10.000.000 25.000.000 10.000.000 99.000.000 3. Pendanaan Tabel P-3 adalah tempat memasukkan porsi pendanaan investasi barang modal, modal kerja, tingkat bunga, dan jangka waktu pelunasan pinjaman (tenor). Jika 30% dari kebutuhan dana untuk barang modal di belanjai dengan modal sendiri, maka sisanya secara otomatis dibelanjai dengan pinjaman bank. Demikian pula dengan kebutuhan modal kerja. Masukkan tingkat bunga, biaya provisi kredit dan jangka waktu pelunasan pinjaman tersebut. Program simulasi ini juga memberikan fasilitas untuk memasukkan tingkat bunga dan jangka waktu kredit pinjaman baru bila arus kas operasional usaha ini mengalami shortage. Tetapi, sangat disarankan dalam membuat analisis kelayakan usaha, proyeksi keuangan usaha ini tidak mengalami cash shortage. 98 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-3 Pendanaan Usaha (Financing) Go to Menu NPV = INVESTASI BARANG MODAL Modal Sendiri (% ) Pinjaman (% ) Total BIAYA BUNGA (IDC) Biaya Bunga Biaya Provisi Cicilan Utang Pokok (tahun) Cicilan Utang IDC (tahun) 30,0% 52.200.000 70,0% 100,0% 121.800.000 174.000.000 16,0% 1,0% 3 1 2.324.000 1.218.000 473.060.398 MODAL KERJA Modal Sendiri 30,0% Pinjaman Total 70% 100% Biaya Bunga Biaya Provisi 16,0% 1,0% Pinjaman Baru Cicilan Biaya bunga 3 16,0% 4. Penarikan Dana dan IDC Tabel P-4 menyajikan dana yang harus ditarik setiap bulan selama periode pembangunan dan biaya bunga yang timbul selama periode tersebut (interest during construction = IDC). Jika sebagian kebutuhan dana dibiayai dengan pinjaman, misalnya 70%, maka pada bulan pertama penarikan pinjaman adalah Rp 52.500.000 dan pada bulan kedua Rp 69.300.000. Penarikan dana pinjaman tersebut akan mempengaruhi besarnya IDC. Jika tingkat bunga pinjaman sebesar 16% per tahun dan biaya provisi kredit sebesar 1,0% dari pinjaman, maka IDC dan biaya provisi masing-masing adalah Rp 2.324.000 dan Rp 1.218.000. Program ini juga memungkinkan untuk menunda pembayaran bunga sampai proyek beroperasi secara komersial, yaitu dengan memasukkan angka nol pada asumsi pembayaran bunga. 5. Biaya Praoperasi Biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode konstruksi meliputi biaya perizinan, upah, dan biaya administrasi. Cara memasukkan asumsi kedalam Tabel P-5 sama dengan Tabel P-2. BANK INDONESIA 99 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-4 Penarikan dana, IDC dan Biaya Provisi Kredit Go to Menu NPV = 473.060.398 BULAN HARTA TETAP Tanah Renovasi Toko Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Total FINANCING Modal Sendiri Pinjaman Total BIAYA BUNGA (IDC) Biaya Bunga Pembayaran Bunga Bunga Terutang Biaya Provisi % Total 0,0% 0 57,5% 100.000.000 2,3% 4.000.000 14,4% 25.000.000 5,7% 10.000.000 14,4% 25.000.000 5,7% 10.000.000 100,0% 174.000.000 0 0 1 1 Total 52.200.000 121.800.000 174.000.000 16,0% 100,0% 0,0% 1,0% 2.324.000 2.324.000 0 1.218.000 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 2 6 0 0 0 0 0 0 0 0 3 7 0 0 0 0 0 0 0 0 4 8 0 0 0 0 0 0 0 0 5 9 0 0 0 0 0 0 0 0 6 10 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 8 9 11 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50.000.000 0 25.000.000 0 0 0 75.000.000 0 50.000.000 4.000.000 0 10.000.000 25.000.000 10.000.000 99.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 11 22.500.000 52.500.000 75.000.000 12 29.700.000 69.300.000 99.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.400.000 1.400.000 0 0 924.000 924.000 0 0 11 500.000 13.100.000 12 500.000 1.000.000 0 14.600.000 1.000.000 1.500.000 Tabel P-5 Biaya Praoperasi Go to Menu NPV = 473.060.398 BULAN BIAYA Upah Biaya Izin-izin Biaya Konsultan Biaya Administrasi Lain-lain Total Total 1.000.000 13.100.000 0 2.000.000 16.100.000 1 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 10 0 6. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan adalah alokasi dari nilai perolehan harta tetap selama umur ekonomisnya. Metode penyusutan ada bermacam-macam seperti metode garis lurus (straight line), sum of the year digit method, declining balance method, dan double declining balace method. Metode penyusutan yang paling sederhana dan yang 100 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO digunakan dalam program ini adalah garis lurus, yaitu dengan membagi nilai perolehan harta tetap dengan umur ekonomisnya. Tabel P-6 adalah tempat memasukkan umur ekonomis harta tetap. Perlu diingat bahwa tanah lokasi usaha tidak disusutkan karena tanah tidak mengalami penurunan kondisi fisik dan nilai. Tabel P-6 Biaya Penyusutan Go to Menu NPV = HARTA TETAP Tanah Renovasi Toko Mesin-mesin dan Peralatan Kendaraan Peralatan Toko Peralatan kantor Furniture Total Nilai Perolehan 0 100.000.000 4.000.000 25.000.000 10.000.000 25.000.000 10.000.000 174.000.000 Umur Ekonomis 0 5 5 5 5 5 5 473.060.398 Biaya Depresiasi/Thn 0 20.000.000 800.000 5.000.000 2.000.000 5.000.000 2.000.000 34.800.000 7. Modal Kerja Awal Tabel P-7 adalah tempat menghitung besarnya modal kerja yang dibutuhkan pada awal periode. Besarnya modal kerja tersebut dipengaruhi oleh volume kegiatan usaha dan lamanya proses produksi sejak dari bahan baku sampai barang jadi. Jika untuk membuat produk dibutuhkan waktu selama satu minggu, maka kebutuhan modal kerja selama periode tersebut biasanya dua kali biaya produksi seminggu atau lebih. Jika hasil penjualan diterima seminggu kemudian, maka modal kerja yang dibutuhkan paling kurang tiga kali dari nilai bahan baku periode yang bersangkutan. 8. Penjualan Program simulasi ini dapat menampung sebanyak 25 macam produk (lihat Tabel P-8). Volume penjualan dapat pula diasumsikan naik dengan persentase tertentu, misalnya 10% per tahun dan biaya produksi juga meningkat dengan persentase BANK INDONESIA 101 PROGRAM SIMULASI BISNIS tertentu pula, misalnya 10% per tahun. Asumsi kenaikkan volume penjualan tergantung pada perkiraan pengusaha terhadap perkembangan permintaan dan penawaran produknya di masa yang akan datang. Kenaikkan biaya produksi juga tergantung pada perkembangan biaya bahan baku, upah jahit dan sablon. Dalam program simulasi ini kenaikan biaya produksi sebesar 10% akan meningkatkan harga jual dengan persentase yang sama karena harga jual ditetapkan berdasarkan biaya produksi ditambah dengan margin dengan persentase tertentu. Jika tidak ada kenaikan, masukkan angka nol. Dalam biaya produksi belum termasuk biaya operasional, seperti upah/gaji karyawan, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan biaya bunga. Ikhtisar penjualan, biaya produksi, dan margin dapat dilihat pada Tabel P-9. Tabel P-7 Modal Kerja Awal (Untuk Bahan Baku) Go to Menu NPV = No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total 102 Barang Dagangan T-shirt Kemeja Jaket Blazer Tas Sepatu Sendal Volume Modal Kerja Produk yang Penjualan Awal dibuat (Unit) (Minggu) (Unit) 3.240 2 125 1.944 2 75 1.944 2 75 1.944 2 75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL Biaya (Rp/Unit) 35.000 45.000 75.000 75.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 473.060.398 Kebutuhan Modal Kerja (Rp) 4.361.538 3.364.615 5.607.692 5.607.692 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18.941.538 DISTRO Tabel P-8 Volume Penjualan, Margin, dan Kenaikan Biaya Produksi Go to Menu NPV = No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Barang Dagangan T-shirt Kemeja Jaket Blazer Tas Sepatu Sandal Penjualan (Unit) 3.240 1.944 1.944 1.944 473.060.398 Persediaan Biaya Kenaikan Kenaikan Akhir Produksi Margin Vol.Penjualan Biaya Prod Harga Jual (Hari) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (%/Thn) (%/Thn) (Rp/Unit) 14 35.000 100,0% 0,0% 0,0% 70.000 14 45.000 100,0% 0,0% 0,0% 90.000 14 75.000 100,0% 0,0% 0,0% 150.000 14 75.000 100,0% 0,0% 0,0% 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 BANK INDONESIA 103 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-9 Ikhtisar Penjualan, Biaya Produksi dan Margin Go to Menu NPV = 1 Uraian Penjualan Biaya Produksi Gross Margin 984.960.000 492.480.000 492.480.000 2 984.960.000 492.480.000 492.480.000 473.060.398 3 984.960.000 492.480.000 492.480.000 4 984.960.000 492.480.000 492.480.000 5 984.960.000 492.480.000 492.480.000 9. Pembelian dan Penjualan Kredit Kedalam program ini dapat pula dimasukkan porsi penjualan di lokasi distro dan kota lain, diskon dan jangka waktu kredit penjualan dan pembelian (term of payment). Pada Tabel P-10 dapat dilihat volume produk yang dijual di kota Bandung sekitar 50% dan yang dijual ke kota lain sekitar 50%. Separoh dari produk yang dijual di Bandung dititipkan pada distro lain (konsinyasi). Untuk produk-produk yang dititipkan pada distro lain (konsinyasi) diberikan tenggang waktu pembayaran sampai 30 hari. Program simulasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memasukkan penjualan ke kota lain yang dilakukan secara kredit serta tenggang waktu pembayarannya. 104 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-10 Term of Payment Penjualan dan Pembayaran Go to Menu NPV = Penjualan di Bandung TOP (hari) Penjualan ke kota lain TOP (hari) Diskon TOP Penjahit 473.060.398 Porsi Dijual Sendiri Konsinyasi 50,0% 50,0% 50,0% 0 30 Porsi Tunai Kredit 50,0% 90,0% 10,0% 30 0,0% 15 hari 10. Biaya Transportasi, Bongkar-Muat dan Penyimpanan Biaya pengangkutan adalah untuk membawa bahan baku dari pabrik pemasok ke tukang jahit. Jika bahan baku disediakan oleh penjahit, maka tidak ada biaya transpor bahan baku. Biaya transpor barang jadi adalah untuk mengangkut hasil produksi dari penjahit dan pendistribusiannya ke distro-distro lain (konsinyasi). Biaya pengangkutan atau pengiriman produk pesanan ke derah lain ditanggung oleh pembeli. Tabel P-11 adalah tempat memasukkan biaya pengangkutan, bongkar muat dan penyimpanan bahan baku dan barang jadi. Dalam program ini diasumsikan biaya-biaya tersebut dibebankan pada bahan baku, sehingga mempengaruhi harga pokok penjualannya. Biaya-biaya tersebut ditetapkan berdasarkan persentase tertentu terhadap nilai pembelian bahan baku atau biaya produksi. BANK INDONESIA 105 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-11 Biaya Pengangkutan, Bongkar-Muat, dan Biaya Penyimpanan Go to Menu NPV = Uraian Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Penyimpanan Asumsi 2,00% 1,00% 0,00% 1 473.060.398 Keterangan terhadap nilai pembelian terhadap nilai pembelian terhadap nilai pembelian 2 3 4 5 Persedian awal barang dagangan Pembelian Persediaan akhir barang dagangan Penjualan 18.941.538 492.768.462 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Penyimpanan Harga Pokok Penjualan 9.855.369 4.927.685 0 507.263.054 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 11. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran meliputi biaya iklan dan promosi, biaya pembungkus, dan jamuan (entertainment). Biasanya, dalam kegiatan distro tidak dipisahkan antara biaya promosi dan entertainment. Biaya promosi meliputi pemasangan iklan di majalah, pembuatan brosur, flier, sponsorship suatu pementasan musik, bazar, dan lain-lain. Kedalam program ini dapat pula dimasukkan persentase rata-rata kenaikan biayabiaya tersebut setiap tahun (lihat Tabel P-12). 12. Biaya Asuransi Tabel P-13 adalah tempat untuk memasukkan premi asuransi, yaitu asuransi kerugian untuk perlindungan harta tetap perusahaan, kecuali tanah. Misalnya perlindungan terhadap kebakaran, banjir, dan bencana lainnya. Selain itu, barang dagangan juga diasuransikan. Pada Tabel P-13 hanya tampak biaya asuransi untuk harta tetap. Dalam biaya asuransi yang tercantum pada Tabel P-18 sudah termasuk biaya asuransi untuk barang dagangan. 106 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 13. Biaya Sewa Pada umumnya distro tidak mempunyai gedung atau bangunan pabrik dan toko sendiri. Fasilitas tersebut disewa dari pihak lain. Dalam program simulasi ini disediakan fasilitas untuk menyewa tempat usaha, kendaraan, dan peralatan lainnya serta persentase kenaikan biaya sewa rata-rata per tahun (lihat Tabel P-14). Tabel P-12 Biaya Pemasaran Go to Menu NPV = Uraian Biaya Iklan dan Promosi Biaya Packaging Biaya Entertainment Asumsi 5.000.000 2.000.000 0 1 Biaya Iklan dan Promosi Biaya Packaging Biaya Entertainment Total Keterangan Rp per bulan 473.060.398 Kenaikan Biaya 0,0% 0,0% Rp per bulan Rp per bulan 60.000.000 24.000.000 0 84.000.000 % per tahun % per tahun % per tahun 2 60.000.000 24.000.000 0 84.000.000 3 4 5 60.000.000 24.000.000 0 84.000.000 60.000.000 24.000.000 0 84.000.000 60.000.000 24.000.000 0 84.000.000 Tabel P-13 Biaya Asuransi Go to Menu NPV = Asset yang diasuransikan (Rp) Premi Asuransi (%) Premi Asuransi (Rp) 473.060.398 174.000.000 0,20% 348.000 BANK INDONESIA 107 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-14 Biaya Sewa Go to Menu NPV = Sewa Tempat Usaha Sewa Kendaraan Sewa Peralatan Kenaikan Sewa 1 75.000.000 2 75.000.000 0 0 473.060.398 3 75.000.000 0 0 4 75.000.000 0 0 5 75.000.000 0 0 0,0% per tahun 14. Biaya Operasi Tabel P-15 adalah tempat memasukkan biaya-biaya operasional. Biaya operasi meliputi biaya upah/gaji tenaga kerja, biaya administrasi, transportasi, dan lain-lain. Biaya gaji sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan gaji masing-masing karyawan yang ada (payroll). Biaya administrasi dan biaya transportasi adalah perkiraan rata-rata biaya tersebut per bulan. Program simulasi ini menyediakan fasilitas untuk memasukkan asumsi kenaikan gaji dan biaya administasi sebesar persentase tertentu per tahun. 15. Kebutuhan Modal Kerja Tabel P-16 menampilkan proyeksi modal kerja sebagai hasil dari berbagai input asumsi sebelumnya. Kebutuhan modal kerja adalah untuk pembelanjaan dana yang tertanam dalam piutang, persediaan, dan biaya sewa toko setelah dikurangi dengan kredit yang diperoleh dari pemasok dan penjahit. Kebutuhan modal kerja untuk bahan baku dan sewa toko ditarik pada tahun 0 (periode pembangunan) karena renovasi toko dapat dilakukan kalau sewanya sudah dibayar. 108 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-15 Proyeksi Biaya Operasi Go to Menu NPV = Biaya upah/gaji Biaya administrasi dan umum Biaya Transportasi Total Kenaikkan Biaya Biaya upah/gaji Biaya administrasi dan umum Biaya Transportasi SUMMARY BIAYA OPERASIONAL Biaya upah/gaji Biaya penyusutan Biaya asuransi Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya sewa Total 1 48.000.000 25.000.000 0 73.000.000 2 48.000.000 25.000.000 0 73.000.000 3 48.000.000 25.000.000 0 73.000.000 473.060.398 4 48.000.000 25.000.000 0 73.000.000 5 48.000.000 25.000.000 0 73.000.000 0% 0% 0% 1 48.000.000 34.800.000 1.333.537 25.000.000 0 75.000.000 184.133.537 2 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 75.000.000 184.132.960 3 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 75.000.000 184.132.960 4 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 75.000.000 184.132.960 5 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 75.000.000 184.132.960 BANK INDONESIA 109 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-16 Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja Go to Menu Uraian Piutang usaha Persediaan Barang Dagangan Sewa dibayar dimuka Total 0 0 18.941.538 75.000.000 93.941.538 1 24.624.000 19.230.000 75.000.000 118.854.000 2 24.624.000 19.230.000 75.000.000 118.854.000 3 24.624.000 19.230.000 75.000.000 118.854.000 4 24.624.000 19.230.000 75.000.000 118.854.000 5 24.624.000 19.230.000 75.000.000 118.854.000 Utang usaha Kebutuhan Modal Kerja Incremental Working Capital 0 93.941.538 93.941.538 20.532.019 98.321.981 4.380.442 20.520.000 98.334.000 12.019 20.520.000 98.334.000 0 20.520.000 98.334.000 0 20.520.000 98.334.000 0 Fiancing Modal Sendiri Pinjaman Total 28.182.462 65.759.077 93.941.538 1.314.133 3.066.310 4.380.442 3.606 8.413 12.019 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Biaya Bunga Biaya Provisi 1.753.575 657.591 11.012.062 688.254 11.013.408 688.338 11.013.408 688.338 11.013.408 688.338 11.013.408 688.338 16. Harga Pokok Penjualan Tabel P-17 adalah proyeksi harga pokok penjualan (HPP). Harga pokok penjualan dibuat seperti HPP usaha dagang karena dalam hal ini distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. 110 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-17 Proyeksi Harga Pokok Penjualan Go to Menu Persedian awal barang dagangan Pembelian Persediaan akhir barang dagangan Penjualan Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Penyimpanan Harga Pokok Penjualan 1 18.941.538 492.768.462 19.230.000 492.480.000 9.855.369 4.927.685 0 507.263.054 2 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 3 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 4 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 5 19.230.000 492.480.000 19.230.000 492.480.000 9.849.600 4.924.800 0 507.254.400 17. Proyeksi Laba-Rugi Tabel P-18 adalah proyeksi laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang diperoleh sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika usaha ini merugi, sementara harga pokok penjualan dan biaya operasi sudah mencerminkan kondisi yang sesungguhnya, maka dapat dikatakan bahwa volume penjualannya masih di bawah titik pulang pokok atau harga jual terlalu murah. Jika terjadi kerugian sementara penjualan sudah maksimal, maka koreksian dapat dilakukan terhadap diskon, biaya pemasaran, dan biaya-biaya lainnya. Namun demikian, dalam menurunkan asumsi biaya pemasaran dan diskon perlu dipertimbangkan bahwa volume penjualan juga dipengaruhi oleh biaya-biaya tersebut. Jika tidak diberikan diskon dan biaya pemasarannya juga terlalu kecil, maka volume penjualan akan turun. Kerugian juga dapat disebabkan oleh biaya bunga yang lebih besar daripada laba operasi. BANK INDONESIA 111 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-18 Proyeksi Laba-Rugi Go to Menu Uraian Penjualan Diskon Penjualan Bersih Harga pokok penjualan Laba kotor Biaya Operasional Biaya upah/gaji Biaya penyusutan Biaya asuransi Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya pemasaran Biaya sewa Total biaya operasional Laba operasi Biaya bunga Pendapatan (biaya) lain-lain Laba sebelum pajak Pajak perusahaan Laba bersih 0 0 0 0 0 0 1 984.960.000 0 984.960.000 507.263.054 477.696.946 2 984.960.000 0 984.960.000 507.254.400 477.705.600 3 984.960.000 0 984.960.000 507.254.400 477.705.600 4 984.960.000 0 984.960.000 507.254.400 477.705.600 5 984.960.000 0 984.960.000 507.254.400 477.705.600 0 0 0 16.100.000 0 0 0 16.100.000 (16.100.000) 4.077.575 (1.875.591) (22.053.166) 0 (22.053.166) 48.000.000 34.800.000 1.333.537 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 268.133.537 209.563.409 19.488.000 (688.254) 189.387.155 28.408.073 160.979.082 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 268.132.960 209.572.640 13.928.895 (688.338) 194.955.407 29.243.311 165.712.096 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 268.132.960 209.572.640 7.480.332 (688.338) 201.403.970 30.210.595 171.193.374 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 268.132.960 209.572.640 0 (688.338) 208.884.302 31.332.645 177.551.657 48.000.000 34.800.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 268.132.960 209.572.640 0 (688.338) 208.884.302 31.332.645 177.551.657 18. Titik Penjualan Pulang Pokok Tabel P-19 menyajikan perhitungan titik penjualan pulang pokok (break even sales). Untuk perhitungan tersebut harus dimasukkan klasifikasi biayanya: biaya tetap (T) atau biaya variabel (V). Jika produk yang dijual hanya T-shirt atau produk nomor 1 pada Tabel P-8, maka akan didapatkan volume penjualan produk tersebut pada titik pulang pokok dalam sehari, seminggu, dan setahun. Untuk mendapatkan keuntungan, penjualan harus di atas titik penjualan pulang pokok tersebut. 112 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-19 Proyeksi Titik Penjualan Pulang Pokok (Break Even Sales) Go to Menu Biaya sewa Biaya upah/gaji Biaya penyusutan Biaya Bunga Biaya asuransi Nilai Perolehan Barang Dagangan Biaya pemasaran Biaya administrasi dan umum Pajak Biaya Transportasi Biaya Bongkar-muat Biaya Admin Lain-lain Biaya Penyimpanan TOTAL Jenis Biaya 1 T 75.000.000 T 48.000.000 T 34.800.000 T 19.488.000 T 1.333.537 V 492.480.000 V 84.000.000 V 25.000.000 V 28.408.073 V 9.855.369 V 4.927.685 V 0 V 0 823.292.664 Biaya Variabel Biaya Tetap Penjualan BE Sales BE Sales/Penjualan Jika yang dijual hanya T-Shirt Harga T-Shirt Volume Penjualan (Unit) Volume Penjualan (Lusin) Volume Penjualan/Bulan (Lusin) Volume Penjualan/Hari (Lusin) Volume Penjualan/Hari (Potong) Penjualan/Hari (Rp) Penjualan/Minggu(Rp) 2 75.000.000 48.000.000 34.800.000 13.928.895 1.332.960 492.480.000 84.000.000 25.000.000 29.243.311 9.849.600 4.924.800 0 0 818.559.566 3 75.000.000 48.000.000 34.800.000 7.480.332 1.332.960 492.480.000 84.000.000 25.000.000 30.210.595 9.849.600 4.924.800 0 0 813.078.288 4 75.000.000 48.000.000 34.800.000 0 1.332.960 492.480.000 84.000.000 25.000.000 31.332.645 9.849.600 4.924.800 0 0 806.720.005 5 75.000.000 48.000.000 34.800.000 0 1.332.960 492.480.000 84.000.000 25.000.000 31.332.645 9.849.600 4.924.800 0 0 806.720.005 644.671.127 178.621.537 984.960.000 517.016.814 52,5% 645.497.711 173.061.855 984.960.000 502.144.155 51,0% 646.464.996 166.613.292 984.960.000 484.814.920 49,2% 647.587.045 159.132.960 984.960.000 464.588.516 47,2% 647.587.045 159.132.960 984.960.000 464.588.516 47,2% 70.000 7.386 615,5 51,3 1,7 21 1.436.158 10.053.105 70.000 7.173 597,8 49,8 1,7 20 1.394.845 9.763.914 70.000 6.926 577,2 48,1 1,6 19 1.346.708 9.426.957 70.000 6.637 553,1 46,1 1,5 18 1.290.524 9.033.666 70.000 6.637 553,1 46,1 1,5 18 1.290.524 9.033.666 19. Proyeksi Arus Kas Tabel P-20 adalah proyeksi arus kas (cash flow) operasional dengan metode langsung (direct method). Dalam menguji kelayakan usaha, selain memperhatikan net present value yang positif, juga harus diperhatikan supaya tidak terjadi cash shortage atau bleeding pada arus kas operasionalnya. Bila terjadi cash shortage, maka kekurangan kas tersebut akan ditempatkan sebagai pinjaman baru. Oleh karena itu, jangka waktu pelunasan dan tingkat bunga pinjaman baru pada Tabel P-3 harus diisi. Tetapi dalam perhitungan kelayakan usaha, jangan sampai terjadi cash shortage tersebut. BANK INDONESIA 113 PROGRAM SIMULASI BISNIS Jika cash shortage tidak bisa dihindarkan, pertanyaannya adalah: ”Siapa yang akan menalangi kekurangan kas tersebut?” Pada Tabel P-21 dapat dimasukkan dana sendiri untuk menutupi kekurangan kas tersebut. Jika semua kekurangan kas ditutupi dengan modal sendiri, maka pinjaman baru akan sama dengan nol. Tabel P-20 Proyeksi Arus Kas Operasional Go to Menu Uraian PENERIMAAN Penerimaan dari penjualan Diskon Penerimaan piutang usaha Pendapatan lain-lain Total penerimaan PEMBAYARAN Pembayaran pembelian Pembayaran utang usaha Biaya upah/gaji Biaya asuransi Biaya administrasi dan umum Biaya Admin Lain-lain Biaya pemasaran Biaya sewa Pajak perusahaan Pembayaran cicilan utang bank Pembayaran bunga Biaya provisi bank Deviden Pembelian harta tetap baru Total pembayaran Selisih penerimaan dan pembayaran Kas awal Kas sebelum financing FINANCING Investasi Harta Tetap Modal Sendiri Pinjaman Bank Modal Kerja Modal Sendiri Pinjaman Bank Pinjaman Baru Total financing Kas akhir 114 0 1 0 0 0 0 0 2 3 4 5 960.336.000 0 0 0 960.336.000 960.336.000 0 24.624.000 0 984.960.000 960.336.000 0 24.624.000 0 984.960.000 960.336.000 0 24.624.000 0 984.960.000 960.336.000 0 24.624.000 0 984.960.000 18.941.538 0 0 0 16.100.000 0 0 75.000.000 0 0 4.077.575 1.875.591 0 174.000.000 289.994.705 (289.994.705) 0 (289.994.705) 472.236.442 0 48.000.000 1.333.537 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 0 34.744.409 19.488.000 688.254 0 0 775.273.696 185.062.304 0 185.062.304 471.960.000 20.532.019 48.000.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 28.408.073 40.303.514 13.928.895 688.338 160.979.082 0 984.907.282 52.718 189.442.746 189.495.465 471.960.000 20.520.000 48.000.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 29.243.311 46.752.077 7.480.332 688.338 165.712.096 0 990.463.514 (5.503.514) 189.507.484 184.003.970 471.960.000 20.520.000 48.000.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 30.210.595 0 0 688.338 171.193.374 0 942.679.668 42.280.332 184.003.970 226.284.302 471.960.000 20.520.000 48.000.000 1.332.960 25.000.000 0 84.000.000 75.000.000 31.332.645 0 0 688.338 177.551.657 0 950.160.000 34.800.000 226.284.302 261.084.302 71.842.000 121.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30.593.628 65.759.077 0 289.994.705 0 1.314.133 3.066.310 0 4.380.442 189.442.746 3.606 8.413 0 12.019 189.507.484 0 0 0 0 184.003.970 0 0 0 0 226.284.302 0 0 0 0 261.084.302 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO 20. Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman Tabel P-22 menyajikan program pembayaran cicilan dan biaya bunga pinjaman utang bank jangka panjang (untuk pembelian harta tetap). Cicilan dan biaya bunga dihitung dengan metode anuitas (pembayaran tetap). Jangka waktu pelunasan utang dapat diubah-ubah, maksimum lima tahun. Pembayaran cicilan dan biaya bunga per bulan diperoleh dengan membagi pembayaran cicilan dan biaya bunga setahun dengan 12. Jika suatu usaha dapat melunasi utangnya dalam jangka waktu yang diperjanjikan, maka usaha tersebut bankable di mata kreditur. Tabel P-21 Tambahan Modal Sendiri Untuk Menutupi Cash Shortage Go to Menu NPV = Investasi Harta Tetap Modal Sendiri Pinjaman Bank Modal Kerja Modal Sendiri Pinjaman Bank Pinjaman Baru Total financing Kas akhir 21. 473.060.398 0 1 2 3 4 5 71.842.000 121.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30.593.628 65.759.077 0 289.994.705 0 1.314.133 3.066.310 0 4.380.442 189.442.746 3.606 8.413 0 12.019 189.507.484 0 0 0 0 184.003.970 0 0 0 0 226.284.302 0 0 0 0 261.084.302 Proyeksi Neraca Pada Tabel P-23 dapat dilihat proyeksi neraca untuk lima tahun ke depan. Dalam program simulasi ini, proyeksi neraca penting dibuat selain sebagai salah satu laporan keuangan perusahaan juga sebagai alat kontrol terhadap kebenaran program dan untuk mendapatkan nilai sisa modal kerja yang akan digunakan dalam perhitungan kelayakan usaha. Jika proyeksi neraca tidak balance, berarti ada kesalahan dalam program. Angka-angka dalam kolom Kontrol Neraca harus sama dengan nol. BANK INDONESIA 115 PROGRAM SIMULASI BISNIS 22. Rasio Keuangan Rasio-rasio keuangan merupakan indikator terhadap kesehatan kinerja usaha. Rasio keuangan dikelompokkan atas liquidity ratio, activity ratio, leverage ratio dan profitability ratio (Lihat Tabel P-24). Jika anda belum puas dengan proyeksi kinerja usaha tersebut, perbaiki asumsi-asumsi yang mempengaruhi rasio keuangan tersebut. Misalnya, profit margin terlalu rendah dibandingkan dengan usaha sejenis yang sudah ada, anda dapat menaikkan harga jual (jika memungkinkan) atau menurunkan biayabiaya, termasuk tingkat bunga pinjaman. 116 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-22 Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman Go to Menu KREDIT INVESTASI Pokok pinjaman (USD) Biaya bunga Cicilan Cicilan dan bunga 0 121.800.000 1 87.055.591 19.488.000 34.744.409 54.232.409 2 46.752.077 13.928.895 40.303.514 54.232.409 3 4 0 7.480.332 46.752.077 54.232.409 5 0 0 0 0 0 0 0 0 SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN TAHUN 1 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Total TAHUN 2 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Total TAHUN 3 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Total CICILAN 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 2.895.367 34.744.409 CICILAN 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 3.358.626 40.303.514 CICILAN 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 3.896.006 46.752.077 BIAYA BUNGA 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 1.624.000 19.488.000 BIAYA BUNGA 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 1.160.741 13.928.895 BIAYA BUNGA 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 623.361 7.480.332 TOTAL 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 54.232.409 TOTAL 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 54.232.409 TOTAL 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 4.519.367 54.232.409 BANK INDONESIA 117 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-23 Proyeksi Neraca Go to Menu Kontrol Neraca 0 Uraian HARTA HARTA LANCAR Kas dan bank Piutang usaha Persediaan Barang Dagangan Sewa dibayar di muka Total harta lancar HARTA TETAP Nilai perolehan Akumulasi penyusutan Harta tetap (net) TOTAL HARTA UTANG Utang usaha Utang bunga Utang pajak Utang Deviden Utang bank jangka pendek Utang bank jangka panjang Pinjaman Baru Total Utang MODAL SENDIRI Modal disetor Laba ditahan Laba tahun berjalan Total ekuitas TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 118 0 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 0 18.941.538 75.000.000 93.941.538 189.442.746 24.624.000 19.230.000 75.000.000 308.296.746 189.507.484 24.624.000 19.230.000 75.000.000 308.361.484 184.003.970 24.624.000 19.230.000 75.000.000 302.857.970 226.284.302 24.624.000 19.230.000 75.000.000 345.138.302 261.084.302 24.624.000 19.230.000 75.000.000 379.938.302 174.000.000 0 174.000.000 267.941.538 174.000.000 (34.800.000) 139.200.000 447.496.746 174.000.000 (69.600.000) 104.400.000 412.761.484 174.000.000 (104.400.000) 69.600.000 372.457.970 174.000.000 (139.200.000) 34.800.000 379.938.302 174.000.000 (174.000.000) 0 379.938.302 0 20.532.019 20.520.000 20.520.000 20.520.000 20.520.000 0 0 0 28.408.073 0 29.243.311 0 30.210.595 0 31.332.645 0 31.332.645 0 65.759.077 121.800.000 0 187.559.077 160.979.082 68.825.387 87.055.591 0 365.800.152 165.712.096 68.833.800 46.752.077 0 331.061.284 171.193.374 68.833.800 0 0 290.757.770 177.551.657 68.833.800 0 0 298.238.102 177.551.657 68.833.800 0 0 298.238.102 102.435.628 0 (22.053.166) 80.382.462 267.941.538 103.749.760 (22.053.166) 0 81.696.594 447.496.746 103.753.366 (22.053.166) 0 81.700.200 412.761.484 103.753.366 (22.053.166) 0 81.700.200 372.457.970 103.753.366 (22.053.166) 0 81.700.200 379.938.302 103.753.366 (22.053.166) 0 81.700.200 379.938.302 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-24 Rasio Keuangan Go to Menu 1 LIQUIDITY RATIO Current ratio Quick ratio ACTIVITY RATIO Inventory turnover Average collection period Average payment period Working capital turnover Fixed asset turnover Total asset turnover LEVERAGE RATIO Interest coverage ratio Debt to equity ratio Bebt ratio PROFITABILITY RATIO Return on assets Return on equity Profit margin 2 3 4 5 1,11 1,04 1,08 1,02 1,04 0,98 1,16 1,09 1,27 1,21 51,22 9,0 15,0 3,19 7,08 2,20 51,22 9,0 15,0 3,19 9,43 2,39 51,22 9,0 15,0 3,25 14,15 2,64 51,22 9,0 15,0 2,85 28,30 2,59 51,22 9,0 15,0 2,59 0,00 2,59 10,75 447,8% 81,7% 15,05 405,2% 80,2% 28,02 355,9% 78,1% 0,00 365,0% 78,5% 0,00 365,0% 78,5% 36,0% 197,0% 16,3% 40,1% 202,8% 16,8% 46,0% 209,5% 17,4% 46,7% 217,3% 18,0% 46,7% 217,3% 18,0% 23. Biaya Modal Tabel P-25 adalah untuk menghitung biaya modal (cost of capital) usaha ini. Biaya modal ditentukan oleh porsi pendanaannya: modal sendiri dan pinjaman, biaya modal sendiri (cost of equity) dan biaya modal pinjaman (cost of debt). Biaya modal sendiri selalu lebih tinggi daripada tingkat bunga pinjaman. Besarnya selisih biaya modal sendiri dengan modal pinjaman tergantung pada keinginan investor atau pemilik usaha. Biaya modal sendiri ditetapkan berdasarkan konsep opportunity cost, yaitu hasil investasi tertinggi yang dikorbankan investor karena memilih usaha ini. Jika investor mempunyai beberapa pilihan investasi yang memberikan hasil (return) masing-masing 15%, 20%, dan 25%, maka hasil yang dikorbankan oleh investor karena memilih usaha ini adalah 25%. Jadi, biaya modalnya adalah 25%. Pendekatan lain yang lebih praktis digunakan adalah dengan membebankan persentase tertentu (spread) di atas biaya modal pinjaman untuk menutup (cover) resiko investasi usaha ini. Biaya modal usaha adalah rata-rata tertimbang dari biaya modal pinjaman dan biaya modal sendiri (weighted average cost of capital = WACC). BANK INDONESIA 119 PROGRAM SIMULASI BISNIS Tabel P-25 Biaya Modal Go to Menu Financing Modal Sendiri Pinjaman Total Spread Ke di atas Kd Porsi 30% 70% 100% NPV = 473.060.398 Cost of Cost of Capital Capital Setelah Pajak 20,0% 20,0% 16,0% 13,6% WACC = Perkalian 6,0% 9,5% 15,5% 4% Ke = biaya modal sendiri. Kd = biaya modal pinjaman 24. Perhitungan Kelayakan Usaha Tabel P-26 adalah hasil perhitungan kelayakan usaha. Ukuran kelayakan investasi yang digunakan adalah nilai bersih dari arus kas usaha (net present value = NPV), tingkat pengembalian usaha (internal rate of retun = IRR), jangka waktu pengembalian investasi (payback period), dan rasio antara arus kas positif dan negatif yang dihasilkan usaha (benefit-cost ratio). Usaha yang layak (feasible) untuk dijalankan adalah yang menghasilkan NPV positif. Jika NPV positif, maka IRR akan lebih besar dari biaya modal usaha, benefit-cost ratio akan lebih besar daripada satu dan payback period relatif pendek. Hasil perhitungan kelayakan usaha tersebut sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Perlu diperhatikan bahwa pada posisi NPV positif mungkin saja arus kas operasionalnya negatif. Kalau kondisi tersebut terjadi, untuk menghilangkan cash shortage tersebut, asumsi-asumsi yang digunakan harus ditinjau kembali atau pemilik usaha harus menambahkan modalnya seperti dijelaskan pada Bagian Arus Kas Operasional di atas. 120 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO Tabel P-26 Perhitungan NPV, IRR, Payback Period, dan B-C Ratio Go to Menu Satus Proyek Uraian CASH INFLOW EBIT (1-T) Biaya Penyusutan Nilai Sisa Harta Tetap Modal Kerja Akhir Priode Total Cash Inflow 0 2 3 4 5 0 0 0 0 0 178.128.898 34.800.000 0 0 212.928.898 178.136.744 34.800.000 0 0 212.936.744 178.136.744 34.800.000 0 0 212.936.744 178.136.744 34.800.000 0 0 212.936.744 178.136.744 34.800.000 0 81.700.200 294.636.944 174.000.000 93.941.538 267.941.538 0 4.380.442 4.380.442 0 12.019 12.019 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (267.941.538) 1,0000 (267.941.538) 473.060.398 LAYAK 75,4% 1,55 tahun 2,77 208.548.455 0,8657 180.530.173 212.924.725 0,7494 159.555.483 212.936.744 0,6487 138.127.155 212.936.744 0,5615 119.569.906 294.636.944 0,4861 143.219.219 CASH OUTFLOW Harga Tetap Incremental Working Capital Total Cash Outflow Net Cash Flow PVIF PV NPV IRR Payback Period Benefit-Cost Ratio 1 LAYAK 15,5% 25. Pengujian Sensitivitas Tabel P-27 adalah tempat melakukan uji sensitivitas NPV terhadap beberapa asumsi. Pengujian sensitivitas ditujukan untuk melihat besarnya pengaruh perubahan setiap asumsi terhadap NPV. Pengujian dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan besaran suatu asumsi sehingga NPV menjadi nol. Pengujian dilakukan terhadap asumsi satu per satu. Ketika dilakukan pengujian sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka asumsi yang lain tetap seperti semula. Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu asumsi menyebabkan NPV menjadi negatif, maka dapat dikatakan bahwa usaha ini sensitif terhadap asumsi tersebut. Pada NPV sama dengan nol, IRR akan sama besar dengan cost of capital-nya, dan B-C ratio akan sama dengan 1. BANK INDONESIA 121 PROGRAM SIMULASI BISNIS Pengujian sensitivitas penting dilakukan karena memberikan indikasi kepada calon investor dan kreditur untuk memperhatikan variabel asumsi yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan suatu usaha dan mengambil langkah-langkah strategik untuk mengatasi kelemahan usaha yang mungkin dihadapi di masa yang akan datang. Misalnya, suatu usaha sensitif terhadap harga bahan bakunya, maka untuk mengatasi fluktuasi harga bahan baku yang mengancam kelangsungan hidup usaha tersebut dilakukan kontrak pengadaan bahan baku dalam jangka panjang pada tingkat harga tertentu yang menjamin NPV positif dan arus kas operasionalnya tidak mengalami shortage atau bleeding. Tabel P-27 Uji Sensitivitas Go to Menu Asumsi Dasar Kenaikan investasi barang modal 0,0% Margin 100,0% Diskon 0,0% Biaya Gaji 0,0% Biaya Administrasi 0,0% Biaya pemasaran per bulan (Rp) 5.000.000 Tingkat Bunga Pinjaman 16,0% Uji Sensitivitas Perubahan Asumsi NPV 306,5% 306,5% 0,0% 473.060.398 65,7% -34,3% 100,0% 37,1% 37,1% 0,0% IRR 59,3% 59,3% 0,0% Payback Period 83,9% 83,9% 0,0% Benefit-Cost Ratio 19.006.145 280,1% 5.000.000 82,9% 418,1% 16,0% Tambahan Dana 0 75,4% 1,55 2,77 Tahun 1 2 3 4 5 Laba Bersih Tahun 1 160.979.082 165.712.096 171.193.374 177.551.657 177.551.657 Pengujian sensitivitas dilakukan dengan program Goal-Seek yang ada dalam Excel. Komputer akan mengubah besarana suatu asumsi sampai NPV sama dengan nol. Cara melakukan uji senstifitas adalah sebagai berikut: A. Persiapan Sebelum melakukan uji sensitivitas tentukan asumsi-asumsi penting yang diperkirakan akan sangat mempengaruhi NPV. Tentukan besarnya asumsi dasar atau 122 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DISTRO standar yang digunakan dalam perhitungan kelayakan tersebut. Masukkan angkaangka asumsi yang sama kedalam sel pada kolom Asumsi dan kosongkan kolom Uji Sensitivitas. Link sel-sel pada kolom Asumsi dengan sel-sel pada sheet di mana asumsi tersebut berada. Misalnya Margin berada pada sheet Penjualan di sel G7. Diskon pada sheet TOP pada sel D10. B. Proses Pengujian 1. Tempatkan kursor pada sel NPV (sel pada angka 602.751.883) atau pada sembarang tempat pada sheet ini. 2. Klik Tools pada menu Toolbar komputer anda, maka akan tampil daftar menu yang salah satu isinya adalah Goal-Seek. 3. Klik Goal-Seek tersebut, sehingga tampil menu yang berisi kotak-kotak yang akan diisi, yaitu: Set cell, To value, dan By changing cell. Jika kursor pada butir 1 di atas ditempatkan pada nilai NPV, maka pada kotak Set cell akan berisi nomor sel NPV tersebut, misalnya G6. 4. Masukkan nilai 0 pada kotak To value dan sel tempat asumsi yang akan diubah pada kotak By changing cell, misalnya kita akan mengubah asumsi margin pada sel F7. 5. Klik OK, maka komputer akan memprosesnya. Kemudian akan tampil kotak Goal Seek Status, klik OK. 6. Jika dalam hasil proses tersebut ditemukan bahwa NPV sama dengan nol, tetapi muncul tambahan dana atau arus kas operasionalnya mengalami shortage, maka supaya tidak terjadi cash shortage, lakukan proses pengujian yang sama (dari butir 1 sampai dengan butir 5) dengan menggunakan ”sel tambahan dana” (misalnya sel H6) sebagai Set cell dengan nilai (To value) sama dengan nol dan By changing value adalah sel asumsi yang bersangkutan. Hasil akhirnya adalah nilai NPV akan positif dan tambahan dana sama dengan nol. BANK INDONESIA 123 PROGRAM SIMULASI BISNIS 7. Masukkan angka asumsi yang dihitung komputer tersebut kedalam sel pada kolom Uji sensitifitas (sel D7), maka kita akan melihat perubahan asumsi tersebut pada kolom Perubahan. Jika asumsi dasarnya sama dengan nol, maka pada kolom perubahan akan tampil angka yang sama dengan angka yang dimasukkan kedalam sel pada kolom Uji Sensitivitas. Jika asumsi dasarnya suatu besaran angka, maka akan tampil persentase perubahan asumsi tersebut. 8. Kembalikan nilai asumsi pada kolom Asumsi sama dengan nilai dasarnya (sama seperti pada kolom Asumsi Dasar). 9. Setelah semua asumsi diuji, kita akan melihat persentase perubahan setiap asumsi seperti pada Tabel P-27. Angka-angka perubahan yang kecil menunjukkan bahwa NPV sensitif terhadap perubahan asumsi tersebut. 124 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL