Keanekaragaman dan Kemelimpahan Plankton di Perairan Teluk Youtefa, Jayapura (Plankton Diversity and Abundance in Youtefa Bay, Jayapura) Oleh Gerardinalia Ngamelubun NIM: 412008006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2013 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii iii iv Abstract Along with its function as a preserve area and one of the tourism sites in Jayapura, Youtefa Bay also provideslocal community’s needs. However, Jayapura’s development as the capital city of Papua Province brings negative impacts to the ecosystem that triggers changes in the area, especially in Youtefa Bay. These changes will affects all organisms in it including plankton. The main purpose of this research is to know plankton diversity and abundance in Youtefa Bay. Measured parameters include water temperature (:C), light penetration (m), acidity, dissolved oxygen (mg/l) and salinity (‰). Plankton diversity measured by Shannon-Wiener index (H’), alpha diversity, beta diversity, and gamma diversity, while the abundance measured by total individual of species found in the sampling locations. A total of 74 species from 51 genus, dominated by diatom (Bacillariophyta) from phytoplankton were identified. Coral reef area has the highest H’, while the estuary has the lowest H’. Key words: plankton, Youtefa Bay, diversity, abundance, species. 1 Pendahuluan Teluk Youtefa merupakan Taman Wisata dengan luas 1.675 ha yang letaknya melingkari sisi timur kota Jayapura, Papua. Secara geografis, taman wisata ini terletak diantara 02°34’32’’ - 02°38’25’’ LS dan 140°41’11’’ - 140°44’25’’ BT. Secara administratif kawasan ini terletak pada Distrik Jayapura Selatan dan Abepura, Kotamadya Jayapura, Provinsi Papua. Batas administratif Teluk Youtefa yaitu Kelurahan Entrop, Kelurahan Hamadi, Kampung Tobati dan Kampung Enggros di sebelah utara, sedangkan Kelurahan Asano dan Kampung Nafri di sebelah selatan. Tanjung Kasuari dan Teluk Yos Sudarso di sebelah barat, dan Kelurahan Vim dan Skyline di sebelah timur. Kondisi batimetri Teluk Youtefa umumnya memiliki kedalaman rata-rata sekitar 6 meter. Mulut teluk memiliki kedalaman sekitar 2 – 3 meter, di sekitar dermaga Youtefa kedalaman berkisar 3 meter, di Abe Pantai dan Nafri kedalaman berisar 4 – 6 meter, di Enggros dan Tobati kedalaman berkisar 1 – 2 meter, dan di sekitar Entrop kedalaman berkisar 0,5 – 1 meter (BKSDA Papua 2005). Teluk Yos Sudarso Tobati Enggros Tanjung Kasuari G. Meer G. Abe Pantai Gambar 1. Teluk Youtefa, Jayapura – Papua (BKSDA Papua 2005) 2 Gambar 2. Kondisi batimetri Teluk Youtefa, Jayapura - Papua (BKSDA Papua 2005) Masyarakat lokal yang berdomisili di wilayah yang berada di sekitar teluk Youtefa memanfaatkan teluk sebagai sumber mata pencaharian.Selain itu, teluk Youtefa juga merupakan area wisata laut, terutama di lokasi terumbu karang.Terumbu karang di kawasan ini hanya terdapat di ujung teluk, pada dua lokasi kapal yang karam. Teluk Youtefa juga merupakan muara dari 4 sungai di kota Jayapura, yaitu Sungai Acai, Sungai Siborgoni, Sungai Entrop, dan Sungai Hanyaan (Bahar et al. 2009). Sebagai ibu kota provinsi Papua, Jayapura mengalami pengembangan sarana prasarana dari tahun ke tahun untuk mendukung aktivitas masyarakat. Namun pembangunan yang terjadi justru merusak alam di kota Jayapura(BKSDA Papua 2005).Sebagai pengaruh dari pembangunan yang terjadi, ekosistem di sekitar kawasan Teluk Youtefa mengalami perubahan. Perubahan tersebut akan berpengaruh pada organisme yang mendiami kawasan tersebut, termasuk plankton. Sebagai organisme perairan yang berada di bagian awal rantai makanan, tanpa disadari plankton memegang peranan penting bagi masyarakat lokal.Fitoplankton merupakan komponen dasar rantai makanan akuatik karena perannya sebagai produsen, sementara zooplankton merupakan penghubung utama antara produsen primer dan karnivora.Zooplankton juga mampu menghasilkan atau menurunkan CO2 dan gas rumah kaca lainnya dengan memadatkan partikel-partikel gas menjadi lebih besar yang mampu tenggelam di dasar laut.Hal tersebut dapat memperpanjang waktu sebelum gas-gas tersebut 3 kembali ke atmosfer. Ikan sebagai sumber kehidupan masyarakat merupakan salah satu organisme pemakan plankton yang akan bertumbuh dan berkembang dengan baik bila terdapat plankton dalam jumlah yang cukup sebagai faktor pendukung. Plankton merupakan tumbuhan dan hewan yang hidup secara bebas di atas air karena keterbatasan pergerakannya atau secara pasif melawan arus karena memiliki flagel. Untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik, plankton membutuhkan lingkungan yang sesuai.Parameter lingkungan hidup plankton mencangkup parameter fisik dan kimia, diantaranya adalah suhu (:C), kecerahan (meter), pH, salinitas (‰), dan oksigen terlarut (mg/l) (Kolo et al. 2010). Suhu mempengaruhi kelarutan berbagai gas di air dan semua aktivitas biologis dalam ekosistem akutik. Kecerahan berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton agar tidak tenggelam. Kecerahan sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, kekeruhan air, dan kepadatan plankton di suatu perairan. Intensitas cahaya berkaitan dengan proses fotosintesis pada fitoplankton. Intensitas cahaya dan suhu juga berperan dalam sistem distribusi plankton.Salinitas dan suhu mengontrol stabilitas badan air dan menyebabkan adanya spesifikasi jenis plankton (Ghosal et al. 2000). Banyak penelitian yang telah dilakukan di dalam kawasan Teluk Youtefa, baik oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua yang membawahi kawasan Teluk Youtefa, maupun pihak lainnya. Namun, umumnya penelitianpenelitian tersebut lebih mengarah pada hutan bakau dan spesies-spesies burung, ikan, dan beberapa organisme lainnya yang terdapat di kawasan Teluk Youtefa dan manfaatnya bagi masyarakat lokal.Belum ada penelitian yang membahas tentang plankton di kawasan tersebut.Hal tersebut menjadi alasan pendukung penelitian ini, dengan harapan semoga ke depannya penelitian ini dapat membantu penelitian-penelitian yang akan membahas plankton di perairan Jayapura.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan plankton di kawasan Teluk Youtefa. 4 Metode Penelitian Penentuan Titik Pengambilan Sampel Penelitian dilakukan di kawasan Teluk Yotefa, Jayapura, dengan 3 lokasi pengambilan sampel.Lokasi pertama adalah Abe Pantai dengan posisi 02:37’466” – 02:37’472”LS dan 140:41’918” – 140:41’932” BT. Abe Pantai merupakan salah satu area pemukiman masyarakat di sekitar kawasan teluk. Lokasi kedua adalah dermaga Pantai Abe dengan posisi 02:36’800” – 02:36’810” LS dan 140:41’218” – 140:41’228” BT. Pantai Abe adalah muara Sungai Acai yang melewati kompleks perumahan masyarakat, hotel, perbengkelan, dan pasar tradisional. Pantai Abe juga dijadikan sebagai tempat pemancingan dan menambatkan longboat.Lokasi ketiga adalah lokasi terumbu karang dengan posisi 02:35’57” – 02:37’58” LS dan 140:41’29” – 140:41’32” BT. Pengambilan sampel dilakukan selama 2 hari pada pukul 08.00 - 10.00 WIT. Alat dan Bahan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi stasiun pengambilan sampel dan pengukuran parameter.Jaring plankton untuk mengambil sampel. Jaring plankton yang digunakan berbentuk kerucut dengan panjang 1 m, diameter mulut jaring 0,30 m, dan mesh jaring 80µm. Termometer digital untuk pengukuran suhu, botol sampel, pH meter untuk pengukuran tingkat keasaman, DO meter untuk pengukuran oksigen terlarut, refraktometer untuk pengukuran salinitas, pipet tetes, keping secchii, untuk pengukuran kecerahan air, mikroskop cahaya, object glass, cover glass, dan buku identifikasi untuk identifikasi plankton. Bahan penelitian berupa plankton yang diperoleh dari pengambilan sampel air laut, formalin 4% untuk mengawetkan sampel, dan methylene blue untuk melihat morfologi plankton dalam identifikasi. Pengambilan Sampel Plankton Pada masing-masing lokasi, pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dengan menggunakan jaring plankton (plankton net).Jaring plankton ditarik dari kedalaman 1,5m meter sambil digerakan secara horizontal pada rentang 20 meter pada masing-masing lokasi.Air laut dimasukkan ke dalam botol sampel lalu diawetkan dengan formalin 4% dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. 5 Pengukuran Parameter Parameter yang diukur adalah parameter fisik dan kimia.Parameter fisik mencakup suhu (:C) dan kecerahan (m), sedangkan parameter kimia mencakup pH, salinitas (‰), dan oksigen terlarut (mg/l).Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan secara insitu saat pengambilan sampel. Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan dengan mencelupkan termometer digital ke dalam air laut dengan posisi vertikal selama beberapa menit.Kecerahan diukur dengan menggunakan keping secchii yang dimasukkan ke dalam badan air hingga warna pada kepingsecchiitidak terlihat.Batas tali yang terkait pada keping secchii hingga permukaan air kemudian diukur.pHdan oksigen terlarut diukur dengan mencelupkan pH meter dan DO meterdalam air laut dengan posisi vertikal selama beberapa menit. Salinitas diukur menggunakan refraktometer dengan cara air laut diambil menggunakan pipet tetes kemudian diteteskan pada refraktometer. Nilai yang tertera pada alat tersebut merupakan nilai salinitas. Identifikasi Plankton Sampel yang telah diawetkan dalam botol sampel dihomogenkan dengan cara digoyang-goyangkan. Homogenisasi bertujuan agar semua spesies plankton di dalam botol plankton terdistribusi secara merata. Sampel diambil dengan pipet tetes lalu diteteskan ke atas object glass sebanyak 2 tetes kemudian methylene blue diteteskan sebanyak 1 tetes. Methylene blue digunakan untuk memperjelas bentuk morfologi plankton.Setelah itu, sebagian permukaan object glass yang ditetesi methylene blue disisir agar mempermudah pengamatan dan penghitungan spesies plankton. Setelah disisir, object glass ditutupi dengan cover glass, lalu diletakkan di bawah mikroskop, dan diamati dengan perbesaran 400 kali. Pada saat proses identifikasi, seluruh isi di bawah cover glass harus diamati dengan saksama. Untuk mengetahui jenis spesies plankton yang terlihat di mikroskop, morfologi spesies tersebut dibandingkan dengan spesies di buku identifikasi. Buku identifikasi yang digunakan adalah The Marine and Fresh-water Plankton oleh Devis (1955), dan Marine Phytoplankton Atlas of Kuwait’s Waters oleh Al-Kandari et al. (2009). Setelah ditemukan spesies tertentu, maka jumlah plankter dari suatu spesies plankton dihitung. 6 Penghitungan Plankton Keanekaragaman dan kemelimpahanspesies dapat dihitung dengan menggunakan rumus indeks keragaman (H’) Shannon-Wiener (Fonge et al., 2012) dan menghitung diversitas alfa, diversitas beta, diversitas gamma (García 2007) serta total individu pada masing-masing lokasi pengambilan sampel. 1. Indeks Keragaman (H’) Indeks keragaman merupakan suatu deskripsi matematik yang dapat mempermudah menganalisis informasi mengenai jenis dan jumlah organisme.Penghitungan indeks keragaman dilakukan dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener. Kriteria indeks keragaman 0 < H’ <1 : Keanekaragaman rendah 1 < H’ <3 : Keanekaragaman sedang H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi H’ = indeks keragaman Shannon-Wiener pi = proporsi spesies ke-i (pi = ni/N) ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu 2. Diversitas alfa, beta, dan gamma Diversitas alfa dihitung dengan melihat jumlah spesies yang terdapat dalam suatu area.Diversitas beta dihitung melihat perbandingan jumlah spesies yang terdapat dalam dua area yang berbeda. Diversitas gamma dihitung dengan melihat total spesies yang terdapat dalam beberapa area yang berada dalam kawasan yang sama. 3. Kemelimpahan Plankton Kemelimpahan plankton dihitung dengan melihat total individu pada masing masing lokasi pengambilan sampel. Penghitungan kemelimpahan plankton dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. 7 Hasil Pengukuran parameter fisik-kimia pada ketiga lokasi pengambilan sampel menunjukkan tidak terdapat perbedaan suhu permukaan laut yang jauh antara ketiga lokasi. Meskipun diukur dalam kondisi cuaca yang berbeda, namun suhu permukaan air pada ketiga lokasi tersebut masih termasuk dalam suhu rata-rata permukaan air laut di Indonesia (Nontji 2005). Perbedaan yang sangat terlihat terdapat pada kecerahan di masing-masing lokasi.Pantai Abe memiliki nilai kecerahan terendah, sedangkan terumbu memiliki nilai kecerahan tertinggi. Selain kecerahan yang rendah, Abe Pantai juga memiliki kadar oksigen terlarut dan salinitas yang paling rendah (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Fisik pada Tiga Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi T (⁰C) Abe Pantai 27.3 ± 0.58 Pantai Abe Terumbu Karang Kecerahan Salinitas DO (mg/l) pH 1.5 ± 0 4.7 ± 0.15 8.5 ± 0.08 35.1 ± 0.42 27.4 ± 0.40 0.9 ± 0.15 2.29 ± 0.01 8.2 ± 0.15 17.8 ± 0.76 30 ± 0 6.33 ± 0.58 5.4 ± 0.1 7.6 ± 0.35 37 ± 0 (m) (‰) 8 9 Gambar 3. Standar Deviasi Parameter Fisik-Kimia pada Lokasi Pengambilan Sampel Dari hasil pengamatan dan penghitungan yang dilakukan, sebanyak 74 spesies plankton ditemukan pada ketiga lokasi pengambilan sampel. Indeks keragaman untuk Abe Pantai, Pantai Abe, dan Terumbu Karang adalah 2,30; 2,28; dan 2,66 sehingga mengindikasikan bahwa Teluk Youtefa memiliki tingkat keanekaragaman spesies plankton yang sedang. Dari ke 74 spesies plankton, terdapat 63 spesies fitoplankton dan 11 spesies zooplankton (Tabel 2). Tabel 2. Keanekaragaman Plankton pada Ketiga Lokasi Pengambilan Sampel Spesies Abe Pantai (AP) Pantai Abe (PA) Terumbu Karang (TK) Fitoplankton Bacillariophyta (Diatom) Amphora sp. Bacteriastrum delicatulum B. hyalinum B. varians Cerataulina sp. Chaetoceros coarctatus C. compressus C. decipiens C. diversus C. laciniosus 1 3 1 2 1 2 3 2 2 4 2 1 4 5 1 5 2 2 4 1 7 10 Spesies C. laevis C. peruvianus Climacodium fravenfeldianum Coscinodiscus sp. C. sentralis Diatom sp. Grammatophora oceanica Guinardia flaccida Haslea balearica Helicotheca thamensis Hemiaulus indious H. membranaceus H. sinens Mastogloia erythraea Mellosira aulina Meuniera membranaceae Nitzschia sp. N. longissima N. seriata N. sigmoidea Odontella aurita O. sinensis Pleurosigma elongatum P. strigosum Proboscia alata Rhizosolenia bergonii R. shrubsolei Thallassiosira sp. Pyrrophyta (Dinofalgellata) Ceratium sp. C. furca C. massiliense Diplopsalopsis lenticula D. orbicularis Abe Pantai (AP) Pantai Abe (PA) Terumbu Karang (TK) 7 2 1 1 3 3 5 2 3 1 5 9 3 162 3 3 2 14 1 1 1 2 2 4 188 1 2 4 1 5 16 8 2 1 4 4 3 2 1 13 2 4 1 1 2 2 4 1 3 3 11 2 210 1 1 2 3 1 3 3 11 Spesies Dinophysis caudata Prorocentrum sp. Protoperidinium sp. P. murrayi Pyrophacus horologicum P. steinii Abe Pantai (AP) 1 Pantai Abe (PA) 1 1 3 Chlorophyta Closterium kuetzninggii Cylindrocistis brebissonii Desmidium bayleyi Dimorphococcus spirostrolatum Dunaliella salina Gronbladin inflata Penium spirostrolatum Triploocorna gracile 3 42 6 19 2 170 14 7 4 13 Cyanophyta (Alga Hijau-Biru) Anabaena circularia Anabaenopsis raciborakli Trichodesmium erythreum Euglenophyta Euglena sp. Terumbu Karang (TK) 7 2 3 4 5 1 4 6 14 3 2 56 13 12 140 4 8 27 12 54 14 16 35 6 8 36 3 3 2 1 3 9 2 53 13 4 2 4 4 Zooplankton Brachyura Calanus finmarchicus Copepod nauplius Cyclops sternuus Diaptomus gracilia Euphausia brevis Mysis stadium E. brevis Nauplius stadium E. brevis Rotifer sp. 5 8 1 1 1 13 8 1 1 5 1 12 Spesies Thallassiozanthrium carvicorne Triathra brachiata Kemelimpahan H' Diversitas Alfa Diversitas Beta Diversitas Gamma Abe Pantai (AP) 2 604 2,30 44 AP vs PA = 28 Pantai Abe (PA) 15 1 455 2,28 46 PA vs TK = 27 Terumbu Karang (TK) 8 4 712 2,66 65 AP vs TK = 35 74 Tidak semua jenis plankton yang ditemukan pada suatu lokasi sama dengan jenis plankton yang ditemukan di lokasi lainnya. Beberapa spesies hanya ditemukan pada 1 lokasi dan tidak pada 2 lokasi yang lain. Selain itu juga terdapat spesies - spesies yang sama pada 2 lokasi, namun tidak terdapat pada lokasi lainnya (Gambar 4). 13 Jumlah Spesies Plankton yang terdapat di Satu Lokasi di Teluk Youtefa 2 sp. 2 sp. Abe Pantai Pantai Abe 12 sp. Terumbu Karang Gambar 4. Perbandingan Jumlah Spesies Plankton yang terdapat di Teluk Youtefa 14 Pembahasan Paramater Fisik Kimia Pada wilayah Abe Pantai dan Pantai Abe, suhu permukaan laut lebih rendah dibandingkan dengan area terumbu karang, karena dipengaruhi oleh waktu pengukuran parameter.Pengukuran parameter di Abe Pantai dan Pantai Abe dilakukan pada saat kondisi mendung. Menurut Barus (2004), pola suhu ekosistem air dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah intensitas cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari juga dipengaruhi oleh keadaan awan sehingga intensitas cahaya akan tinggi bila matahari tidak tertutup awan dan sebaliknya, bila matahari tertutup awan, maka intensitas cahaya lebih rendah. Berbeda dengan kondisi mendung pada saat pengukuran parameter di kedua lokasi awal, pengukuran parameter di area terumbu karang dilakukan pada saat kondisi cerah sehingga intensitas cahaya matahari yang lebih besar sehingga suhu permukaan air juga lebih tinggi.Suhu air sepanjang tahun pada perairan tropis sekitar 20 – 30:C (Nybakken 1988).Selain suhu permukaan air, intensitas cahaya matahari juga mempengaruhi kecerahan air.Kecerahan air tertinggi terdapat di area terumbu karang sedangkan kecerahan air terendah terdapat di Pantai Abe.Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh padatan tersuspensi yang terdapat di lokasi perairan tersebut.Cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau zat terlarut tinggi. Berkurangnya cahaya matahari disebabkan karena banyaknya faktor antara lain adanya bahan yang tidak larut seperti debu, tanah liat, maupun mikroorganisme air yang mengakibatkan air menjadi keruh dan susah ditembus oleh cahaya (Sastrawijaya 1991). Pantai Abe merupakan muara sungai sehingga aliran lumpur yang terbawa sungai dari area yang lebih tinggi mengendap di lokasi tersebut. Banyaknya lumpur tersebut menyebabkan permukaan air menjadi keruh.Kecerahan area terumbu karang yang lebih tinggi disebabkan oleh letak lokasi terumbu karang.Area ini terletak jauh dari muara sungai dan pemukiman masyarakat sehingga warna air lebih jernih.Nilai pH pada ketiga lokasi penelitian masih termasuk dalam kisaran pH ideal untuk pertumbuhan plankton. Menurut Barus (2004), pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik termasuk plankton pada umumnya berkisar antara 7 – 8,5. pH air laut umumnya sekitar 7,6 – 8,6 (Tuhumury 2011). Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolism dan respirasi (Barus 2004). Nilai kandungan oksigen terlarut terendah terdapat di lokasi Pantai Abe. Menurut Michael (1984), oksigen hilang dari air secara alami oleh pernafasan 15 biota, penguraian bahan organik aliran masuk air bawah tanah yang miskin oksigen, dan kenaikan suhu. Oksigen terlarut bergantung beberapa faktor, termasuk suhu, tingkat penetrasi cahaya, dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air misalnya sampah (Sastrawijaya 1991).Selain itu, Pantai Abe juga digunakan untuk menambatkan media transportasi laut longboat. Bahan bakar longboat yang tumpah ke air akan mengikat oksigen di dalam air sehingga kandungan oksigen perairan tersebut semakin kecil. Abe Pantai juga memiliki kandungan oksigen terlarut yang rendah, bila dibandingkan dengan area terumbu karang.Hal ini disebabkan oleh adanya pemukiman masyarakat di sekitar perairan tersebut. Limbah yang dihasilkan dari pemukiman tersebut mengikat oksigen sehingga mengurangi kandungan oksigen terlarut di dalam air (Barus 2004). Salinitas dan suhu berperan dalam mengontrol stabilitas badan air dan spesifikasi plankton. Beberapa spesies plankton mampu beradaptasi dengan kadar salinitas dan suhu tertentu (Ghosal et al. 2000). Nilai salinitas tertinggi terdapat di area terumbu karang, sedangkan yang paling rendah terdapat di Pantai Abe. Area terumbu karang terletak di lokasi yang jauh dari muara dan pemukiman masyarakat sehingga kadar salinitasnya tetap stabil. Pantai Abe sebagai muara sungai mengalami pencampuran air laut dan air tawar yang terbawa sungai.Nilai salinitas muara sungai sangat tergantung pada kondisi pasang-surut.Saat pasang, nilai salinitas muara lelbih tinggi karena banyaknya air laut yang masuk dalam kawasan muara. Sebaliknya, saat surut nilai salinitas muara akan rendah karena banyaknya air tawar yang mengalir dan tertampung di kawasan tersebut. Pengukuran sampel dilakukan pada saat surut sehingga nilai salinitas yang didapatkan lebih rendah(Nybakken 1988). 16 Keanekaragaman dan Kemelimpahan Plankton Plankton di perairan teluk Youtefa sebagian besar terdiri dari fitoplankton, khususnya diatom (Bacillariophyta).Ini sesuai dengan pernyataan AlKandari et al. (2009) bahwa pada spesies-spesies diatom mendominasi hasil sebagian besar penelitian mengenai fitoplankton.Spesies-spesies fitoplankton lainnya yang juga ditemukan adalah dari filum Pyrrophyta (12 spesies) Chlorophyta (8 spesies), Cyanophyta (3 spesies), dan Euglenophyta (1 spesies).Selain fitoplankton, di perairan Teluk Youtefa juga ditemukan 11 spesies zooplankton. Dari 11 spesies tersebut terdapat 2 spesies yang termasuk dalam golongan larva, yaitu nauplius dan mysis.Keduanya merupakan tahap telur dan larva dari Euphausia brevis, salah satu anggota Kopepoda (Nybakken 1988). Besarnya jumlah fitoplankton dibandingkan dengan zooplankton disebabkan oleh wilayah pengambilan sampel yang hanya pada permukaan air dan dilakukan sekitar pukul 8 – 10 pagi sehingga memiliki intensitas cahaya yang lebih besar.Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang membutuhkan matahari untuk kelangsungan hidupnya, terutama untuk melakukan fotosintesis sehingga area permukaan laut menjadi habitat yang cocok.Selain itu, jumlah spesies zooplankton yang lebih sedikit diakibatkan oleh distribusi vertikal.Distribusi vertikal zooplankton terjadi pada malam hari, saat zooplankton naik ke permukaan laut untuk memangsa fitoplankton, kemudian kembali ke perairan yang lebih dalam saat pagi hingga siang hari (Pranoto et. al. 2005). Dua kelompok terbesar pada fitoplankton adalah diatom dan dinofagellata.Diatom merupakan kelompok fitoplankton yang memiliki jumlah spesies dan plankter terbesar.Sebagian besar spesies diatom adalah organisme uniseluler (Coscinodiscuus), namunyang lainnya membentuk rantai misalnya genus Bacteriastrum, Chaetoceros curvisetum, Cerataulina bergonii, Guinardia flaccida, dan Nitzschia seriata.Ciri utama diatom adalah kemampuan sel untuk membentuk skeleton luar (frustula).Yang terdiri dari dua katup yang saling bertindih, dengan area terang yang terletak diantaranya (girdle).Pada genus Rhizosolenia, kedua katup mudah dilihat dan gridle yang memiliki pita interkalari (Raymont 1980).Di laut mereka hidup di dasar laut, permukaan karang dan ganggang laut, juga melayang di atas permukaan air.Diatom merupakan organisme fotosintetik sehingga memiliki peran penting pada produksi primer di laut (Nybakken 1988).Selain diatom, dinoflagellata merupakan kelompok fitoplankton dengan jumlah spesies yang besar.Dinoflagellata juga memiliki sebagian besar spesies yang bersimbiosis dengan terumbu karang.Sebagian besar dinofalegllata merupakan organisme uniseluler, kecuali beberapa spesies dari 17 genus Ceratium.Berbeda dengan diatom, dinoflagellata memiliki memiliki dua flagela.Meskipun memiliki flagela, dinoflagellata hanya bergerak secara pasif karena tidak mampu melawan arus air.Fitoplankton juga terdiri dari Cyanophyta, Chlorophyta, dan Euglenophyta yang termasuk dalam kelompok dengan jumlah spesies dan plankter yang lebih sedikit (Raymont 1980). Indeks keragaman dan kemelimpahan tertinggi spesies plankton terdapat pada area terumbu karang (H’ = 2,67; diversitas alfa= 65; Kemelimpahan = 712 plankter).Sebagian besar jenis fitoplankton dan semua jenis zooplankton terdapat pada area ini.Kondisi lingkungan yang baik menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan plankton terjadi dengan baik pula.Wilayah terumbu karang memiliki tingkat kecerahan yang tinggi, suhu yang optimal, dan salinitas sekitar 27 – 40‰.Kondisi lingkungan yang optimal di wilayah ini mendukung kondisi pertumbuhan plankton (Nybakken 1988) Pada area Abe Pantai, jumlah spesies yang ditemukan lebih sedikit dibandingkan Pantai Abe (H’ = 2,30; diversitas alfa = 44; kelimpahan = 604 plankter). Nilai kemelimpahan plankton, sebaliknya menunjukkan jumlah plankton di Abe Pantai lebih banyak dibandingkan dengan di Pantai Abe.Pada lokasi Pantai Abe, meskipun memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dibandingkan dengan Abe Pantai, namun indeks keragaman dan kemelimpahan spesiesnya sangat rendah.Keanekaragaman spesies yang lebih tinggi disebabkan oleh adanya plankton yang terbawa arus sungai ke laut. Jumlah yang lebih rendah disebabkan oleh plankton-plankton air tawar yang terbawa arus terus mengikuti aliran air ke laut dan mati.Selain itu juga disebabkan oleh pasang surut air laut . Air surut akan membawa kembali plankton yang dibawa oleh air pasang ke muara (Green, 1968).Meskipun demikian, spesies plankton di Pantai Abe didominasi oleh spesies plankton laut.Organisme estuaria yang sebenarnya adalah organisme laut. Organisme laut lebih mampu mentolerir penurunan salinitas yang besar daripada spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas (Nybakken 1988). Pada masing-masing lokasi penelitian terdapat beberapa spesies plankton yang tidak terdapat di lokasi lainnya.Chaetoceros peruvianus, Dunaliella salina, Grammatophora oceanica, Guinardia flaccida, dan Rhizosolenia shrubsolei hanya ditemukan di Abe Pantai.Dari kelima spesies tersebut, hanya Dunaliella salina yang termasuk kelompok Chlorophyta sedangkan keempat spesies lainnya termasuk dalam kelompok Bacillariophyta (diatom).Chaetoceros decipiens dan Diplopsalopsis orbicularis hanya ditemukan di Pantai Abe.Chaetoceros decipiens termasuk dalam kelompok diatom, sedangkan Diplopsalopsis orbicularis termasuk dalam dinoflagellata.Namun belum dapat dipastikan bila kedua spesies ini 18 termasuk dalam organisme planktonik yang hanya dapat hidup di wilayah muara sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.Bacteriastrum varians, Calanus finmarchicus, Cerataulina sp., Ceratium massiliense dam Ceratium sp., Chaetoceros leavis, Climacodium fravenfeldianum, Copepod nauplius, Haslea balearica, Hemiaulus indicus, Pleurosigma strigosum, Prorocentrum sp., Protoperidinium murrayi dan Pyrophacus sternii hanya terdapat di area terumbu karang. Selain itu, terdapat beberapa spesies plankton juga ditemukan pada dua lokasi penelitian tetapi tidak ditemukan pada satu lokasi penelitian yang lain. Meuniera membranaceaedan Odontella aurita hanya ditemukan di Abe Pantai dan Pantai Abe.Amphora sp., Bacteriastrum hyalinum, Chaetoceros coarctatus, Coscinodiscus sp., Diatom sp., Hemiaulus membranaceus, Pleurosigma elongatum, Thalassiosira sp., Diplopsalopsis lenticula, Prorocentrum balticum, Brachyura, Euphausia brevis, dan Thalassiozanthrium carvicornehanya ditemukan di Pantai Abe dan Terumbu Karang. Mastogloia erythraea, Nitzschia longissima, N. sigmoidea, Odontella sinensis, Proboscia alata, Dinophysis caudata, Protoperidinium sp., danDesmidium bayleyi hanya ditemukan di Abe Pantai dan Terumbu Karang.Odontella aurita merupakan spesies plankton neritik yang hidup di perairan pantai hingga ke perairan muara dengan salinitas yang rendah. Pleurosigma elongatum, Thalassiosira sp., Prorocentrum balticum termasuk dalam spesies plankton yang mampu untuk hidup di laut dan payau seperti muara sungai.Diplopsalopsis lenticula merupakan plankton estuari hingga laut.Nitzshia longissima merupakan spesies plankton neritik, Nitzschia sigmoidea termasuk dalam jenis plankton yang tersebar luas di perairan.Masing-masing spesies tersebut memiliki jumlah yang berbeda pada masing-masing lokasi penelitian, namun umumnya memiliki jumlah yang lebih besar pada area terumbu karang (Raymont 1980). 19 Kesimpulan Teluk Youtefa memiliki keanekaragaman sedang, dengan plankton sebanyak 74 spesies yang tersusun atas 63 spesies fitoplankton dan 11 spesies zooplankton.Fitoplankton terdiri dari Bacillariophyta (39 spesies), Dinophyta (12 spesies), Chlorophyta (8 spesies), Cyanophyta (3 spesies), dan Euglenophyta (1 spesies).Zooplankton (11 spesies) sebagian besar termasuk dalam kelompok Copepoda.Kemelimpahan plankton tertinggi terdapat di lokasi Terumbu karang dengan jumlah plankton sebanyak 712 plannkter. 20 Ucapan Terima Kasih Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan karena skripsi yang telah terselesaikan dengan baik.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. Sucahyo, M.Sc. dan Dr. Daniel Lantang, M.Si.yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini. 21 Daftar Pustaka Al-Kandari Manal, Al-Yamami FY, Al-Rifaie K. 2009. Marine Phytoplankton Atlas of Kuwait’s Waters. Kuwait: Lucky Printing Press. Bahar, Ahmad, Yunus P. Paulangan, Syafyuddin Yusuf, Ahmad Faizal. 2009. Profil Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Jayapura.J Mita Bahari6:121. Barus TA. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: USU Press. BKSDA Papua. 2005. Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. (http://bksdapapua.net/index.php/TAMAN-WISATA-ALAM-TELUK-YOUTE FA.html). Diakses pada 31 Agustus 2012. Devis C. 1955. The Marine and Fresh-water Plankton.Associate Professor of Biology Wewstern Reserve University. Fonge B. A., Tening A. S., Egbe A. A., Yinda G. S. Fongod A.N., Achu R.M. 2012. Phytoplankton Diversity and Abundance in Ndop Wetland Plain Cameroon.Afr J Envin Sci Technol 6:247-257. García, A., Solano–Rodríguez, H. & Flores–Villela, O., 2007.Patterns of Alpha, Beta and Gamma Diversity of The Herpetofauna in Mexico's Pacific Lowlands and Adjacent Interior Valleys. Animal Biodivand Conserv30:169-177. Ghosal S., M. Rigers, A. Wray. 2000. The Turbulent Life of Phytoplankton. Standfort: Standfort University Press. Green, J. 1968. The Biology of Estuarine Animals.London: Sidwick and Jackson. Kolo, R.J., Ojutiko R.O., Musulmi D.T. 2010. Plankton Communities of Tagwai Dam Minna, Nigeria. Continent J Fish and Aqua Sci. 4:1-7. Michael P. 1984. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. Nybakken JW. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia Pranoto, Bayu Adi, Ambariyanto, M. Zainuri. 2005. Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jogjakarta. Ilmu Kelautan10:90-97. Raymont, John EG. 1980. Plankton and Productivity in the Oceans. 2nded. Inggris: Pergamon Press Ltd. Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Tuhumury RAN. 2011. Studi Parameter Oseanografi Fisika dan Kimia untuk Kesesuaian Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Youtefa Kota Jayapura. SAINS 11: 69-77. 22 Lampiran 1. Alat-alat yang digunakan p=1m d = 0,3 m Mesh 0,08µm Vol. = 10ml Jaring plankton (dok. pribadi 2012) Keping secchii (dok. pribadi 2012) Termometer digital, refraktometer, pH meter, DO meter, GPS (dok. pribadi 2012) 23 Lampiran 2. Lokasi Penelitian a. Abe Pantai (dok. pribadi 2012) b. Pantai Abe (dok. pribadi 2012) 24 (dok. pribadi 2012) (dok. pribadi 2012) (dok. pribadi 2012) 25 c. Terumbu Karang dok. pribadi 2012) (dok. pribadi 2012) 26