KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (Kasus di Desa Dayah Tanoh Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Provinsi Aceh) Elly Susanti Staff Pengajar pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda e-mail : [email protected] ABSTRAK Paradigma yang muncul dari komunikasi pembangunan partisipatif menekankan partisipasi dan keterlibatan dari perencanaan sampai proses pengambilan keputusan. PEKKA mempromosikan konsep melalui bottom-up inisiatif termasuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki proses komunikasi pembangunan partisipatif oleh PEKKA dan pemberdayaan ekonomi perempuan rumah tangga. Penelitian ini menggunakan studi kasus Desa Dayah Tanoh, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. pengumpulan data adalah melalui penelitian lapangan dan wawancara mendalam pada bulan April-Mei 2012. Penelitian ini menemukan bahwa pendekatan PEKKA memberikan kesempatan yang sama dan akses ke penerima dengan menggunakan monolog, dialog dan kombinasi keduanya saluran. Beberapa faktor seperti usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, dukungan keluarga, dukungan kelembagaan dan peran asisten lapangan berkontribusi khasiat komunikasi partisipatif. Selanjutnya, efektivitas strategi adalah faktor sukses dari proyek ini yaitu pemberdayaan ekonomi perempuan. Kata kunci: komunikasi partisipatif, pemberdayaan, Pekka ABSTRACT The emerging paradigm of participatory development communication emphasizes participation and involvement from planning to decision-making process. PEKKA promotes the concept trough bottomup initiative including planning, implementation and project evaluation. This study aims to investigate process of participatory development communication by PEKKA and economic empowerment of women household. The research employs a case study of Desa Dayah Tanoh, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Aceh Province. Data gathering was through fieldwork and in-depth interviews in April-May 2012. The research finds that PEKKA’s approach provides an equal opportunity and access to the beneficiaries by using monologue, dialogue and combination of both channels. Several factors such as age, education, occupation, marital status, number of family dependent, family support, institutional support and role of field assistant contribute to efficacy of participatory communication. Furthermore, the effectiveness of the strategy is a factor of successful of the project that is women economic empowerment. Keywords: participatory communication, empowerment, women headed household semua pihak diundang untuk berpartisipasi 1. PENDAHULUAN Rumah tangga yang dikepalai perempuan dalam proses komunikasi sampai dengan umumnya miskin dan merupakan kelompok pengambilan keputusan. termiskin dalam strata sosial ekonomi di pendukung pembangunan dilaksanakan dalam Indonesia. Pada tahun 2010 Badan Pusat model Statistik (BPS) memperkirakan 14 persen atau komunikasi dilakukan secara lebih demokratis. sekitar 9 juta rumah tangga di Indonesia di Kegiatan komunikasi bukan kegiatan memberi kepalai oleh perempuan. Hal ini sangat terkait dan menerima melainkan “berbagi” dan dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala “berdialog.” komunikasi Komunikasi horizontal, interaksi keluarga yang rendah, yang dicirikan dengan Salah satu program pembangunan atau beberapa faktor berikut: usia mereka antara 20 pemberdayaan yang melibatkan perempuan sampai 60 tahun, lebih dari 38.8 persen buta khususnya perempuan kepala rumah tangga huruf dan tidak pernah duduk di bangku adalah Program Pemberdayaan Perempuan sekolah dasar sekalipun. Mereka menghidupi Kepala Keluarga (PEKKA). PEKKA bertujuan antara 1 sampai 6 orang tanggungan, bekerja untuk memahami persoalan perempuan kepala sebagai buruh tani dan sektor informal dengan keluarga yang komprehensif, sehingga pendapatan rata-rata kurang dari Rp 10.000 per program ini menerapkan strategi hari. Sebagian mereka mengalami trauma pengorganisasian masyarakat atau community karena tindak kekerasan dalam rumah tangga organizing maupun negara (Laporan Tahunan PEKKA, ketidakadilan gender dan kelas yang ada dalam 2010). masyarakat. Sehubungan dengan masalah kemiskinan ini, pemerintah Indonesia telah (CO) dengan Untuk menyoal mendukung strategi tersebut maka ada lima prinsip dasar program banyak yang diterapkan dalam pelaksanaan PEKKA melaksanakan program untuk mengurangi yaitu partisipatif, fleksibel, pendampingan dan jumlah penduduk miskin terutama perempuan fasilitasi, berkelanjutan, dan terdesentralisasi. dengan berbagai strategi dan pendekatan. Melihat dari strategi yang diterapkan, maka Pendekatan komunikasi dijalankan PEKKA ini merupakan salah satu contoh pemerintah dalam program-program konsep pembangunan yang bersifat bottom-up yang pembangunan selama ini dirasakan bersifat top planning. down, komunikasi yang dilakukan bersifat merupakan sebuah konsep pembangunan yang searah/ linier dimana tidak ada mekanisme mengedepankan masyarakat sebagai pemeran untuk memberikan umpan balik (feedback) utama dalam proses pembangunan pada setiap dari masyarakat. Masyarakat seringkali hanya tahap, dijadikan sebagai obyek bukan subyek dalam perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi pembangunan. pembangunan (Laporan PEKKA, 2010). Dalam era kemunculan paradigma baru komunikasi pembangunan yang partisipatif ini, Konsep tercakup Oleh karena bottom-up di planning dalamnya alasan tersebut, proses maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk komunikasi partisipatif kontrol terhadap sumberdaya dan kebijakan dalam Program Pemberdayaan Perempuan yang ada di wilayahnya, mempunyai status dan Kepala Keluarga di Desa Dayah Tanoh posisi setara dengan anggota masyarakat lain, Kecamatan Mutiara, dan (2) sejauhmana faktor serta dilibatkan dalam proses pengambilan karakteristik individu, peran pendamping dan keputusan di wilayahnya. Seknas PEKKA sosial mempunyai budaya mempengaruhi komunikasi visi untuk pemberdayaan partisipatif perempuan kepala keluarga dalam perempuan kepala keluarga dalam rangka ikut Program Pemberdayaan Perempuan Kepala berkontribusi membangun tatanan masyarakat Keluarga di Desa Dayah Tanoh Kecamatan yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat. Mutiara. Strategi Seknas PEKKA di operasionalkan ke Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengkaji bentuk komunikasi partisipatif dalam program-program PEKKA yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan, kondisi perempuan kepala keluarga dalam Program dan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga di programnya meliputi: pemberdayaan ekonomi, Desa Dayah Tanoh Kecamatan Mutiara Timur, pendidikan sepanjang hayat, pemberdayaan dan (2) mengkaji dan menganalisis pengaruh hukum, pemebrdayaan politik, hak kesehatan karakteristik individu, peran pendamping dan sepanjang masa dan media komunitas. sosial budaya yang tersedia. Jenis komunikasi Komunikasi partisipatif merupakan proses partisipatif perempuan kepala keluarga dalam komunikasi yang memberikan kebebasan, hak Program Pemberdayaan Perempuan Kepala dan akses yang sama dalam memberikan Keluarga di Desa Dayah Tanoh Kecamatan pandangan, perasaan, keinginan, pengalaman Mutiara. dan menyampaikan informasi ke masyarakat Program mempengaruhi sumberdaya Pemberdayaan Perempuan untuk menyelesaikan sebuah masalah Kepala Keluarga (PEKKA) mulai digagas pada (Bordenave dalam White, 2004). Dialog adalah akhir tahun 2000 dari rencana awal Komnas komunikasi transaksional dimana pengirim Perempuan yang ingin mendokumentasikan (sender) dan penerima (receiver) pesan saling kehidupan janda di wilayah konflik dan berinteraksi keinginan Program tertentu hingga sampai pada makna-makna dalam yang saling berbagi. Esensi dari dialog adalah merespons permintaan janda korban konflik di mengenal dan menghormati pembicara lain Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya atau suara lain, sebagai subjek yang otonom, agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan tidak lagi hanya sebagai objek komunikasi. trauma mereka. Dalam dialog setiap orang memiliki hak yang Bank Pengembangan Dunia melalui Kecamatan (PPK) dalam suatu periode waktu Program ini difokuskan pada perempuan sama untuk bicara atau untuk didengar dan yang menjadi kepala keluarga rumah tangga mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan miskin dan merupakan salah satu upaya untuk oleh orang lain atau disatukan dengan suara memfasilitasi mereka agar memiliki akses dan orang lain. Dalam konsep public sphere, dialog merupakan suatu aktivitas komunikasi yang Menurut Mefalopulos (2003) faktor internal terbuka dan dapat diakses oleh para peserta. yang mempengaruhi komunikasi partisipatif Dalam konsep ini yang dicari bukan saja merupakan karakteristik masyarakat sebagai berorientasi pada keberhasilannya masing- sistem sosial dan heteroglossia sosial yang masing, namun yang lebih penting adalah kompleks dengan perbedaan-perbedaan dalam bagaimana usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah terhadap situasi realitas pencapaian pemahaman menjadi kepentingan bersama dasar mereka, bagi tanggungan, jenis pekerjaan, motivasi dan tanpa faktor lainnya. Sedangkan faktor eksternal mengabaikan kesesuaian antara rencana dan yang aksi (Habermas, 1990). komunikasi partisipatif melalui dialog adalah Menurut Tufte dan Mefalopulos (2009) berpengaruh dalam penerapan intensitas peran pendamping (White, 2004). terdapat tiga cara untuk melakukan komunikasi Analisis proses partisipasi atau peranserta dalam sebuah program yaitu: (1) komunikasi masyarakat sangat penting untuk dilakukan secara monologik, di mana komunikasi yang karena dengan demikian usaha komunikasi hanya berlangsung satu arah dari komunikator program pembangunan dalam masyarakat akan yang tidak memberikan kesempatan orang lain memperoleh suatu hasil yang maksimal. (komunikan) atau Analisis proses partisipasi masyarakat dalam menyampaikan reaksi; (2) komunikasi secara pembangunan telah dilakukan oleh Levis dialogik, (1996) yaitu meliputi empat tahap, yaitu: (1) di untuk mana berbicara komunikasi yang berlangsung dua arah dari komunikator ke penumbuhan ide, (2) perencanaan, komunikan, komunikan diberi kesempatan pelaksanaan, dan (4) penilaian/ evaluasi. (3) bahkan diharapkan memberikan tanggapan Dari uraian tinjauan pustaka tersebut atau feedback dan (3) komunikasi secara maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini gabungan dari monologik dan dialogik atau dapat dilihat pada gambar berikut. multi tract. Rahim (2004) menyatakan bahwa penerapan komunikasi partisipatif melalui model dialogis menuntut adanya pengetahuan tentang heteroglassia sosial dalam sistem pembangunan. Pengetahuan tentang informasi detail dan signifikan tentang kelompok sosial dan masyarakat serta hubungan struktural yang mencakup aspek; ekonomi, sosial dan aktivitas budaya serta event-event yang merupakan pola kehidupan mereka yang normal; agen dan lembaga, melalui mana mereka dapat mewakilkan sudut pandang dan nilai-nilai. Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2. METODOLOGI PENELITIAN berdasarkan sebab menjadi perempuan kepala Penelitian ini menggunakan paradigma keluarga dan jenis pekerjaan (Ibu Hmm, NC, konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Am, NT, BR, Rh dan Sb), untuk lebih jelasnya Penelitian kualitatif adalah meneliti subyek dapat dilihat pada Tabel 1. penelitian atau informan dalam lingkungan Penelitian ini menggunakan data primer hidup kesehariannya. Peneliti sedapat mungkin dan data sekunder. Sumber data primer adalah berinteraksi langsung dan mengenal secara data yang diperoleh dari subyek kasus dan dekat dunia kehidupan informan, mengamati informan. Data primer diperoleh dengan dan mengikuti alur kehidupan informan secara menggunakan tiga metode pengumpulan data apa adanya. Istilah kualitatif menunjuk pada yaitu: pengamatan berperan serta, wawancara proses dan makna yang tidak diuji atau diukur mendalam, dan diskusi kelompok. Sumber data secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, sekunder yaitu data yang diperoleh melalui intensitas atau frekuensi, penekanan diberikan dokumen-dokumen antara lain: dokumen- pada sifat konstruksi sosial dari realitas dan dokumen yang terdapat di balai Desa Dayah mencari Tanoh, Kantor Kecamatan Mutiara Timur, dan jawaban bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan diberi makna (Denzin dan Center PEKKA Kabupaten Pidie. Lincoln dalam Salim, 2001). Analisis data meliputi: (1) reduksi data, Lokasi penelitian di Desa Dayah Tanoh yaitu memilah dari data yang didapat dari Kecamatan Mutiara Timur Kebupaten Pidie lokasi penelitian yang dicatat dalam catatan Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi ini dilakukan lapang dan direkam untuk menggolongkannya dengan sengaja (purposive), dengan alasan ke dalam data bentuk komunikasi partisipatif bahwa desa ini merupakan salah satu desa dan yang mendapatkan program pemberdayaan komunikasi partisipatif tersebut; (2) penyajian perempuan kepala keluarga. Waktu penelitian data berupa data mengenai bentuk komunikasi dilaksanakan sejak April 2012 sampai dengan partisipatif Mei 2012. mempengaruhi komunikasi partisipatif dalam faktor-faktor dan yang mempengaruhi faktor-faktor yang Jumlah informan yang ditemui di daerah bentuk tulisan dan tabel; dan (3) membuat penelitian adalah mantan pendamping lapang kesimpulan dan interpretasi berdasakan data (Bapak MD), pendamping lapang (Ibu FJ), yang ditemukan di ketua kelompok (AA), kepala desa (Bapak Huberman, 1992). MYH), satu orang anggota tuha peut (Bapak Ib), tokoh agama (Ibu Um) dan istri kepala desa (Ibu Rm). Informan tersebut didapat dengan teknik Snow Ball Sampling. Mereka adalah yang terlibat dan mengetahui program pemberdayaan tersebut. Subyek kasus dalam penelitian ini terdiri dari tujuh subyek kasus lapangan (Miles dan Tabel 1. Profil Subyek Kasus No. Nama inisial Sebab jadi PEKKA Umur (Tahun) Pekerjaan Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 Hmm NC Am NT BR Rh Sb Cerai hidup Suami meninggal Lajang Lajang Suami sakit Suami pergi Suami meninggal 54 51 36 45 50 55 62 Buruhtani Dagang Buruhtani PNS Dagang Buruhtani Tidak bekerja Tidak sekolah SMP SMA S1 SD SMP Tidak sekolah Jumlah tanggungan (org) 7 5 1 1 4 5 0 Sumber : Hasil Penelitian, 2012 Tabel 2. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga Kegiatan Isi pesan Pertemuan sosialisasi program Informasi mengenai maksud, tujuan, sasaran, pendekatan dan penerima manfaat Kunjungan ke rumah, tempat berkumpul Informasi mengenai maksud, tujuan, sasaran, dan penerima manfaat PEKKA Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Bentuk komunikasi Akses Cara berkomunikasi Semua anggota Cenderung monolog diundang dan hadir PL mengunjungi perempuan kepala keluarga Partisipan yang berperan PL, Perwakilan PEKKA Provinsi, Ibu NT dan Am yang berpendidikan lebih tinggi PL dan semua anggota Komunikasi interpersonal (tatap muka) dengan cara berdialog mendatangi rumah mereka satu persatu yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ditemani oleh anggota keluarga lainnya ketika Bentuk Komunikasi Partisipatif mengobrol Proses dan bentuk komunikasi partisipatif (karena jika hanya berdua ditakutkan akan menimbulkan fitnah karena perempuan kepala keluarga dapat dilihat dari laki-laki empat kegiatan tahapan program yaitu tahap dianggap tidak pantas), menyambangi ketika penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan mereka sedang duduk berkumpul dengan dan penilaian/evaluasi program. warga lainnya atau ketika bertemu di warung. Tahap Penumbuhan Ide Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Kegiatan memberikan ini juga penjelasan bertujuan tentang mengunjungi perempuan/ janda untuk Pada pertemuan sosialisasi yang berani maksud, bertanya hanya perempuan kepala keluarga tujuan, sasaran, pendekatan dan penerima yang manfaat program. Kegiatan ini dilakukan sedangkan yang lainnya hanya diam dan dengan mengadakan pertemuan antara PL, mendengarkan. Mereka mengaku tidak berani perwakilan PEKKA provinsi, kepala desa, bertanya tokoh masyarakat dengan perempuan kepala sehingga tidak memiliki kecakapan dalam keluarga. Selain itu, PL juga melakukan berbicara dan malu karena dihadiri oleh pendekatan banyak orang terutama laki-laki sehingga ada secara interpersonal dengan memiliki karena pendidikan lebih pendidikannya tinggi, rendah perasaan tidak pantas untuk berbicara karena dipercayai kepada anggota-anggota yang lebih menganggap dirinya lebih rendah dari laki-laki muda, berpendidikan tinggi dan aktif dalam serta ditambah lagi selama ini mereka tidak kegiatan di desa (Ibu AA, NT dan Am). Dalam pernah bericara di depan umum. tahap ini, angggota kelompok sudah mulai Berbeda halnya dengan komunikasi tatap berani berbicara dan menyampaikan muka (kunjungan ke rumah atua tempat pendapatnya dalam pertemuan karena mereka berkumpul). Dengan pendekatan ini, PL termotivasi dengan tujuan program ini yang berhasil tentang ingin mengubah kondisi mereka selama ini dan kehidupan perempuan kepala keluarga serta adanya kegiatan simpan pinjam dan BLM yang permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. memperoleh informasi karena mereka lebih berani mengeluarkan Sedangkan anggota yang telah lanjut usia pendapat dan bertanya kepada PL mengenai (berumur lebih 62 tahun) mereka cenderung program. lebih diam dan mendengarkan saja, mereka Tahap Perencanaan enggan berbicara karena mereka mengikuti Aspek perencanaan melibatkan program ini hanya untuk mengisi waktu luang, perempuan kepala keluarga adalah kegiatan berkumpul dengan anggota lain dan menambah pembentukan lokakarya, pengetahuan serta informasi. Sehingga mereka pinjam hanya mengikuti saja apa yang diputuskan oleh langsung anggota lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perencanaan kelompok yang kelompok, kegiatan dan dana simpan bantuan masyarakat (BLM). Pengurus kelompok lebih pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga Kegiatan Isi pesan 1. Pertemuan pembentukan kelompok Informasi mengenai maksud dan tujuan pembentukan kelompok, pemilihan pengurus dan nama kelompok 2. Lokakarya peningkatan kapasitas anggota Membangun visi, misi, mengidentifikasi masalah, posisi, status dan kondisi mereka, potensi yang di miliki, membangun harapan bersama Informasi mengenai besar simpanan pokok, wajib, sukarela, dan tatacara simpan pinjam Informasi mengenai cara mengakses, menyusun proposal dan cara pengembalian dana BLM 3. Pertemuan perencaan kegiatan simpan pinjam 4. Pertemuan perencanaan usulan dana BLM Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Bentuk komunikasi Akses Cara berkomunikasi Semua perempuan Dialog kepala keluarga diundang dan hadir Partisipan yang berperan PL dan Ibu NT, Am, AA yang berpendidikan tinggi, muda serta aktif Semua anggota diundang dan hadir Monolog dan dialog Hampir semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut Semua anggota diundang dan hadir Dialog PL dan semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut Semua anggota diundang dan hadir Monolog dan dialog PL, bendahara dan semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut mengaku sering telat datang ke pertemuan Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan program bertujuan agar karena jarak desa dengan pasar jauh sehingga perencanaan yang telah dirumuskan yaitu sering terlambat pulang. Begitu juga dengan pertemuan rutin anggota, kegiatan simpan Ibu BR yang memiliki suami sakit-sakitan pinjam dan usaha produktif masing-masing terkadang tidak mendapat izin dari suami anggota dapat dijalankan. Pada tahap ini, untuk mengikuti pertemuan. Hal yang sama semua anggota mengaku diundang dalam juga dirasakan oleh Ibu Hmm yang memiliki pertemuan tersebut melalui undangan lisan tanggungan banyak dan masih kecil, sehingga menggunakan pengeras suara azan. Tetapi, sering tidak memiliki waktu untuk hadir. tidak semua anggota dapat selalu mengikuti Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel pertemuan tersebut karena beberapa kendala. 4. Misalnya, anggota yang memiliki pekerjaan jualan kue di pasar kecamatan (Ibu NC) Tabel 4. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga Kegiatan Bentuk komunikasi Akses Cara berkomunikasi Isi pesan Partisipan yang berperan 1. Pertemuan rutin anggota, membahas tentang: Materi pengembangan Informasi mengenai diri anggota hukum, politik, ekonomi, dan kesehatan perempuan Semua anggota diundang dan tidak semua dapat hadir Monolog dan dialog PL, pakar, semua anggota yang hadir kecuali yang berusia lanjut. Yang sering tidak hadir adalah Ibu NC, BR, Hmm Laporan kegiatan simpan pinjam kelompok Informasi mengenai kegiatan simpan pinjam kelompok Semua anggota dapat meminjam dan mengembalikan dana Dialog 2. Informasi mengenai perkembangan usaha Semua anggota dapat memperoleh dana BLM untuk modal usaha produktif Dialog PL, bendahara dan semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut PL dan semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut Usaha produktif dan pendampingan usaha Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Tabel 5. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga Kegiatan Isi pesan Pertemuan evaluasi Kegiatan simpan pinjam dan usaha produktif Informasi mengenai perkembangan kegiatan simpan pinjam, usaha produktif dan hambatan-hambatan Bentuk komunikasi Akses Cara berkomunikasi Semua anggota Dialog dapat menilai dan mengetahui laporan keuangan dan perkemabangan usaha Partisipan yang berperan PL dan semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut Sumber: Hasil Penelitian, 2012 dilaksanakan yaitu kegiatan simpan pinjam dan usaha produktif. Untuk lebih jelasnya dapat Tahap Penilaian/ Evaluasi Penilaian terhadap program, di mana perempuan kepala keluarga diberi kebebasan untuk menilai kegiatan yang telah dilihat pada Tabel 5. Dalam kegiatan tersebut, bendahara menyampaikan laporan keuangan dan jika ada masalah akan diselesaikan secara bersama mempengaruhi komunikasi partisipatif dalam melalui Sedangkan program. Perempuan yang memiliki suami penilaian terhadap usaha produktif dilakukan sakit-sakitan (Ibu BR) mengaku sering tidak dengan cara semua anggota diberi kesempatan dapat menghadiri pertemuan karena tidak untuk melaporkan perkembangan usahanya mendapat izin. Jenis pekerjaan perempuan secara lisan, jika ada anggota yang mendapat kepala masalah maka PL bersama anggota lain akan komunikasi mencari solusi. Sedangkan laporan keuangan memiliki pekerjaan berdagang kue ke pasar dan perkembangan usaha anggota disusun oleh kecamatan (Ibu NC) mengaku sering terlambat bendahara dan sekretaris berdasarkan hasil menghadiri pertemuan karena jaraknya yang kesepakatan bersama anggota. jauh meskipun mereka sudah berusaha untuk Faktor musyawarah anggota. Karakteristik Pendamping Individu, dan Sosial Peran Budaya keluarga juga mempengaruhi partisipatif, prempuan yang pulang lebih cepat. Anggota yang berkerja sebagai petani lebih mudah membagi waktu karena sawahnya Mempengaruhi Komunikasi Partisipatif Perempuan kepala keluarga yang telah berlokasi di desa sendiri. Motivasi perempuan berusia lanjut jarang menyampaikan saran, kepala keluarga yang lanjut usia mengikuti pendapat dalam program hanya untuk mengisi waktu luang, pertemuan. Perempuan kepala keluarga yang berkumpul bersama dan memperoleh informasi lebih muda juga diberikan kepercayaan oleh serta pengetahuan. Sedangkan anggota lainnya anggota mengikuti program karena ingin meningkatkan ataupun lain pertanyaan untuk menjadi pengurus kelompok. Perempuan kepala keluarga yang kesejahteraan berpendidikan rendah pengetahuan, informasi yang dapat merubah menyampaikan pendapatnya pengenalan program tidak pada karena berani awal keluarga dan memperoleh kondisinya dalam masyarakat. mereka Peran pendamping sebagai fasilitatif dan menganggap dirinya tidak memiliki kecapan pendidik sangat mendukung perempuan kepala dalam berbicara. Sehingga pada pertemuan keluarga sosialisasi hanya Ibu NT dan Am yang berani partisipatif. Pada awal program PL berjenis bertanya, mereka juga dipercayakan untuk kelamin menjadi pengurus yaitu sebagai bendahara dan penghalang dalam melakukan komunikasi sekretaris. Perempuan kepala keluarga yang dengan para perempuan kepala keluarga memiliki jumlah tanggungan lebih dari lima karena PL merupakan warga Desa Dayah orang (Ibu Hmm) mengaku sulit membagi Tanoh waktu antara bekerja, mengurus anak dan mengetahui karakteristik perempuan kepala mengahdiri pertemuan sehingga ia sering tidak keluarga serta budaya yang berlaku dalam hadir. masyarakat Status perkawinan atau sebab menjadi perempuan kepala keluarga juga dalam laki-laki sehingga melakukan namun sudah setempat. komunikasi tidak menjadi saling Setelah kenal, terjadi pergantian, PL sekarang bukan lagi warga setempat namun komunikasi tetap bisa dilakukan karena PL sekarang berjenis kelamin yang perempuan sehingga mereka lebih leluasa mengikuti program hanya untuk mengisi dalam berkomunikasi. PL selalu memfasilitasi waktu perempuan memperoleh informasi dan pengetahuan. kepala keluarga baik dalam berusia lanjut luang, karena berkumpul mereka bersama, pertemuan maupun pelatihan. Norma dan bahasa juga mempengaruhi komunikasi perempuan kepala keluarga. Hal tersebut terlihat pada saat pertemuan sosialisasi program, mereka mengaku tidak berani bersuara dikarenakan adanya laki-laki yang turut hadir (kepala desa, tokoh masyarakat dan perwakilan PEKKA provinsi) sehingga mereka merasa tidak pantas bersuara karena menganggap dirinya lebih rendah dari laki-laki (budaya patriarki). Bahasa yang digunakan oleh PL adalah bahasa Aceh mengingat sebagian besar mereka tidak bisa berbahasa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa daerah, mereka merasa lebih leluasa dalam berbicara dan menyampaikan pendapat. 4. SIMPULAN 1. Pada awal program bentuk komunikasi partisipatif patriarki dipengaruhi dan oleh pendidikan budaya sehingga komunikasi cenderung bersifat monolog. Namun, pada tahap perencanaan dan tahap selanjutnya sudah lebih terbuka cenderung bersifat dipengaruhi oleh dialog peran dan karena pendamping, motivasi, dan penggunaan bahasa dalam pelaksanaan program. 2. Peran pendamping dan soaial budaya tidak mempengaruhi bentuk komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum Indonesia. Jakarta. Habermas, J. 1990. Discourse Ethics: Notes on A Program of Philosophical Justification. The Communicative Ethics Controversy. Cambridge: The MIT Press. Levis, R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mefalopulos, P. 2003. Theory and Practice of Participatory Communication: The Case of of the FAO Project. “Communication for Development in Southern Africa” [Dissertation]. The University of texas at Austin. Miles M.B. Huberman A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press. Rahim, SA. 2004. Participatory Development Communication as a Dialogical Process dalam White, SA. 2004. Participatory Communication Working for Change and Development. New Delhi: Sage Publication India Pvt Ltd. Salim, A. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana. Yogyakarta. Tufte, T., & Mefalopulos, P. (2009) Participatory Communication: A Practical Guide. World Bank Working Paper No. 170. World Bank. Washington, DC. White, RA. 2004. Is “Empowerment” the Answer?: current theory and research on development communication. International Communication Gazette 2004;66; 7. www.pekka.or.id/ [Tanggal 20 September 2011].