peran sektor katalis terhadap pertumbuhan sektor

advertisement
KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN KEPALA KELUARGA
(Kasus di Desa Dayah Tanoh Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Provinsi
Aceh)
Elly Susanti
Staff Pengajar pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Paradigma yang muncul dari komunikasi pembangunan partisipatif menekankan partisipasi dan
keterlibatan dari perencanaan sampai proses pengambilan keputusan. PEKKA mempromosikan
konsep melalui bottom-up inisiatif termasuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki proses komunikasi pembangunan partisipatif oleh PEKKA
dan pemberdayaan ekonomi perempuan rumah tangga. Penelitian ini menggunakan studi kasus Desa
Dayah Tanoh, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. pengumpulan data adalah
melalui penelitian lapangan dan wawancara mendalam pada bulan April-Mei 2012. Penelitian ini
menemukan bahwa pendekatan PEKKA memberikan kesempatan yang sama dan akses ke penerima
dengan menggunakan monolog, dialog dan kombinasi keduanya saluran. Beberapa faktor seperti
usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, jumlah tanggungan keluarga, dukungan keluarga,
dukungan kelembagaan dan peran asisten lapangan berkontribusi khasiat komunikasi partisipatif.
Selanjutnya, efektivitas strategi adalah faktor sukses dari proyek ini yaitu pemberdayaan ekonomi
perempuan.
Kata kunci: komunikasi partisipatif, pemberdayaan, Pekka
ABSTRACT
The emerging paradigm of participatory development communication emphasizes participation and
involvement from planning to decision-making process. PEKKA promotes the concept trough bottomup initiative including planning, implementation and project evaluation. This study aims to investigate
process of participatory development communication by PEKKA and economic empowerment of
women household. The research employs a case study of Desa Dayah Tanoh, Kecamatan Mutiara
Timur, Kabupaten Pidie, Aceh Province. Data gathering was through fieldwork and in-depth
interviews in April-May 2012. The research finds that PEKKA’s approach provides an equal
opportunity and access to the beneficiaries by using monologue, dialogue and combination of both
channels. Several factors such as age, education, occupation, marital status, number of family
dependent, family support, institutional support and role of field assistant contribute to efficacy of
participatory communication. Furthermore, the effectiveness of the strategy is a factor of successful of
the project that is women economic empowerment.
Keywords: participatory communication, empowerment, women headed household
semua pihak diundang untuk berpartisipasi
1. PENDAHULUAN
Rumah tangga yang dikepalai perempuan
dalam proses komunikasi sampai dengan
umumnya miskin dan merupakan kelompok
pengambilan
keputusan.
termiskin dalam strata sosial ekonomi di
pendukung pembangunan dilaksanakan dalam
Indonesia. Pada tahun 2010 Badan Pusat
model
Statistik (BPS) memperkirakan 14 persen atau
komunikasi dilakukan secara lebih demokratis.
sekitar 9 juta rumah tangga di Indonesia di
Kegiatan komunikasi bukan kegiatan memberi
kepalai oleh perempuan. Hal ini sangat terkait
dan menerima melainkan “berbagi” dan
dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala
“berdialog.”
komunikasi
Komunikasi
horizontal,
interaksi
keluarga yang rendah, yang dicirikan dengan
Salah satu program pembangunan atau
beberapa faktor berikut: usia mereka antara 20
pemberdayaan yang melibatkan perempuan
sampai 60 tahun, lebih dari 38.8 persen buta
khususnya perempuan kepala rumah tangga
huruf dan tidak pernah duduk di bangku
adalah Program Pemberdayaan Perempuan
sekolah dasar sekalipun. Mereka menghidupi
Kepala Keluarga (PEKKA). PEKKA bertujuan
antara 1 sampai 6 orang tanggungan, bekerja
untuk memahami persoalan perempuan kepala
sebagai buruh tani dan sektor informal dengan
keluarga
yang
komprehensif,
sehingga
pendapatan rata-rata kurang dari Rp 10.000 per
program
ini
menerapkan
strategi
hari. Sebagian mereka mengalami trauma
pengorganisasian masyarakat atau community
karena tindak kekerasan dalam rumah tangga
organizing
maupun negara (Laporan Tahunan PEKKA,
ketidakadilan gender dan kelas yang ada dalam
2010).
masyarakat.
Sehubungan dengan masalah kemiskinan
ini,
pemerintah
Indonesia
telah
(CO)
dengan
Untuk
menyoal
mendukung
strategi
tersebut maka ada lima prinsip dasar program
banyak
yang diterapkan dalam pelaksanaan PEKKA
melaksanakan program untuk mengurangi
yaitu partisipatif, fleksibel, pendampingan dan
jumlah penduduk miskin terutama perempuan
fasilitasi, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.
dengan berbagai strategi dan pendekatan.
Melihat dari strategi yang diterapkan, maka
Pendekatan
komunikasi
dijalankan
PEKKA ini merupakan salah satu contoh
pemerintah
dalam
program-program
konsep pembangunan yang bersifat bottom-up
yang
pembangunan selama ini dirasakan bersifat top
planning.
down, komunikasi yang dilakukan bersifat
merupakan sebuah konsep pembangunan yang
searah/ linier dimana tidak ada mekanisme
mengedepankan masyarakat sebagai pemeran
untuk memberikan umpan balik (feedback)
utama dalam proses pembangunan pada setiap
dari masyarakat. Masyarakat seringkali hanya
tahap,
dijadikan sebagai obyek bukan subyek dalam
perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi
pembangunan.
pembangunan (Laporan PEKKA, 2010).
Dalam era kemunculan paradigma baru
komunikasi pembangunan yang partisipatif ini,
Konsep
tercakup
Oleh
karena
bottom-up
di
planning
dalamnya
alasan
tersebut,
proses
maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
(1) Bagaimana bentuk komunikasi partisipatif
kontrol terhadap sumberdaya dan kebijakan
dalam Program Pemberdayaan Perempuan
yang ada di wilayahnya, mempunyai status dan
Kepala Keluarga di Desa Dayah Tanoh
posisi setara dengan anggota masyarakat lain,
Kecamatan Mutiara, dan (2) sejauhmana faktor
serta dilibatkan dalam proses pengambilan
karakteristik individu, peran pendamping dan
keputusan di wilayahnya. Seknas PEKKA
sosial
mempunyai
budaya
mempengaruhi
komunikasi
visi
untuk
pemberdayaan
partisipatif perempuan kepala keluarga dalam
perempuan kepala keluarga dalam rangka ikut
Program Pemberdayaan Perempuan Kepala
berkontribusi membangun tatanan masyarakat
Keluarga di Desa Dayah Tanoh Kecamatan
yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat.
Mutiara.
Strategi Seknas PEKKA di operasionalkan ke
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
mengkaji
bentuk
komunikasi
partisipatif
dalam
program-program
PEKKA
yang
dikembangkan berdasarkan kebutuhan, kondisi
perempuan kepala keluarga dalam Program
dan
Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga di
programnya meliputi: pemberdayaan ekonomi,
Desa Dayah Tanoh Kecamatan Mutiara Timur,
pendidikan sepanjang hayat, pemberdayaan
dan (2) mengkaji dan menganalisis pengaruh
hukum, pemebrdayaan politik, hak kesehatan
karakteristik individu, peran pendamping dan
sepanjang masa dan media komunitas.
sosial
budaya
yang
tersedia.
Jenis
komunikasi
Komunikasi partisipatif merupakan proses
partisipatif perempuan kepala keluarga dalam
komunikasi yang memberikan kebebasan, hak
Program Pemberdayaan Perempuan Kepala
dan akses yang sama dalam memberikan
Keluarga di Desa Dayah Tanoh Kecamatan
pandangan, perasaan, keinginan, pengalaman
Mutiara.
dan menyampaikan informasi ke masyarakat
Program
mempengaruhi
sumberdaya
Pemberdayaan
Perempuan
untuk
menyelesaikan
sebuah
masalah
Kepala Keluarga (PEKKA) mulai digagas pada
(Bordenave dalam White, 2004). Dialog adalah
akhir tahun 2000 dari rencana awal Komnas
komunikasi transaksional dimana pengirim
Perempuan yang ingin mendokumentasikan
(sender) dan penerima (receiver) pesan saling
kehidupan janda di wilayah konflik dan
berinteraksi
keinginan
Program
tertentu hingga sampai pada makna-makna
dalam
yang saling berbagi. Esensi dari dialog adalah
merespons permintaan janda korban konflik di
mengenal dan menghormati pembicara lain
Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya
atau suara lain, sebagai subjek yang otonom,
agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan
tidak lagi hanya sebagai objek komunikasi.
trauma mereka.
Dalam dialog setiap orang memiliki hak yang
Bank
Pengembangan
Dunia
melalui
Kecamatan
(PPK)
dalam
suatu
periode
waktu
Program ini difokuskan pada perempuan
sama untuk bicara atau untuk didengar dan
yang menjadi kepala keluarga rumah tangga
mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan
miskin dan merupakan salah satu upaya untuk
oleh orang lain atau disatukan dengan suara
memfasilitasi mereka agar memiliki akses dan
orang lain. Dalam konsep public sphere, dialog
merupakan suatu aktivitas komunikasi yang
Menurut Mefalopulos (2003) faktor internal
terbuka dan dapat diakses oleh para peserta.
yang mempengaruhi komunikasi partisipatif
Dalam konsep ini yang dicari bukan saja
merupakan karakteristik masyarakat sebagai
berorientasi pada keberhasilannya masing-
sistem sosial dan heteroglossia sosial yang
masing, namun yang lebih penting adalah
kompleks dengan perbedaan-perbedaan dalam
bagaimana
usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah
terhadap
situasi
realitas
pencapaian
pemahaman
menjadi
kepentingan
bersama
dasar
mereka,
bagi
tanggungan, jenis pekerjaan, motivasi dan
tanpa
faktor lainnya. Sedangkan faktor eksternal
mengabaikan kesesuaian antara rencana dan
yang
aksi (Habermas, 1990).
komunikasi partisipatif melalui dialog adalah
Menurut Tufte dan Mefalopulos (2009)
berpengaruh
dalam
penerapan
intensitas peran pendamping (White, 2004).
terdapat tiga cara untuk melakukan komunikasi
Analisis proses partisipasi atau peranserta
dalam sebuah program yaitu: (1) komunikasi
masyarakat sangat penting untuk dilakukan
secara monologik, di mana komunikasi yang
karena dengan demikian usaha komunikasi
hanya berlangsung satu arah dari komunikator
program pembangunan dalam masyarakat akan
yang tidak memberikan kesempatan orang lain
memperoleh suatu hasil yang maksimal.
(komunikan)
atau
Analisis proses partisipasi masyarakat dalam
menyampaikan reaksi; (2) komunikasi secara
pembangunan telah dilakukan oleh Levis
dialogik,
(1996) yaitu meliputi empat tahap, yaitu: (1)
di
untuk
mana
berbicara
komunikasi
yang
berlangsung dua arah dari komunikator ke
penumbuhan
ide,
(2)
perencanaan,
komunikan, komunikan diberi kesempatan
pelaksanaan, dan (4) penilaian/ evaluasi.
(3)
bahkan diharapkan memberikan tanggapan
Dari uraian tinjauan pustaka tersebut
atau feedback dan (3) komunikasi secara
maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini
gabungan dari monologik dan dialogik atau
dapat dilihat pada gambar berikut.
multi tract.
Rahim
(2004)
menyatakan
bahwa
penerapan komunikasi partisipatif melalui
model dialogis menuntut adanya pengetahuan
tentang heteroglassia sosial dalam sistem
pembangunan. Pengetahuan tentang informasi
detail dan signifikan tentang kelompok sosial
dan masyarakat serta hubungan struktural yang
mencakup aspek; ekonomi, sosial dan aktivitas
budaya serta event-event yang merupakan pola
kehidupan mereka yang normal; agen dan
lembaga,
melalui
mana
mereka
dapat
mewakilkan sudut pandang dan nilai-nilai.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2. METODOLOGI PENELITIAN
berdasarkan sebab menjadi perempuan kepala
Penelitian ini menggunakan paradigma
keluarga dan jenis pekerjaan (Ibu Hmm, NC,
konstruktivis dengan pendekatan kualitatif.
Am, NT, BR, Rh dan Sb), untuk lebih jelasnya
Penelitian kualitatif adalah meneliti subyek
dapat dilihat pada Tabel 1.
penelitian atau informan dalam lingkungan
Penelitian ini menggunakan data primer
hidup kesehariannya. Peneliti sedapat mungkin
dan data sekunder. Sumber data primer adalah
berinteraksi langsung dan mengenal secara
data yang diperoleh dari subyek kasus dan
dekat dunia kehidupan informan, mengamati
informan. Data primer diperoleh dengan
dan mengikuti alur kehidupan informan secara
menggunakan tiga metode pengumpulan data
apa adanya. Istilah kualitatif menunjuk pada
yaitu: pengamatan berperan serta, wawancara
proses dan makna yang tidak diuji atau diukur
mendalam, dan diskusi kelompok. Sumber data
secara ketat dari segi kuantitas, jumlah,
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui
intensitas atau frekuensi, penekanan diberikan
dokumen-dokumen antara lain: dokumen-
pada sifat konstruksi sosial dari realitas dan
dokumen yang terdapat di balai Desa Dayah
mencari
Tanoh, Kantor Kecamatan Mutiara Timur, dan
jawaban
bagaimana
pengalaman
sosial dibentuk dan diberi makna (Denzin dan
Center PEKKA Kabupaten Pidie.
Lincoln dalam Salim, 2001).
Analisis data meliputi: (1) reduksi data,
Lokasi penelitian di Desa Dayah Tanoh
yaitu memilah dari data yang didapat dari
Kecamatan Mutiara Timur Kebupaten Pidie
lokasi penelitian yang dicatat dalam catatan
Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi ini dilakukan
lapang dan direkam untuk menggolongkannya
dengan sengaja (purposive), dengan alasan
ke dalam data bentuk komunikasi partisipatif
bahwa desa ini merupakan salah satu desa
dan
yang mendapatkan program pemberdayaan
komunikasi partisipatif tersebut; (2) penyajian
perempuan kepala keluarga. Waktu penelitian
data berupa data mengenai bentuk komunikasi
dilaksanakan sejak April 2012 sampai dengan
partisipatif
Mei 2012.
mempengaruhi komunikasi partisipatif dalam
faktor-faktor
dan
yang
mempengaruhi
faktor-faktor
yang
Jumlah informan yang ditemui di daerah
bentuk tulisan dan tabel; dan (3) membuat
penelitian adalah mantan pendamping lapang
kesimpulan dan interpretasi berdasakan data
(Bapak MD), pendamping lapang (Ibu FJ),
yang ditemukan di
ketua kelompok (AA), kepala desa (Bapak
Huberman, 1992).
MYH), satu orang anggota tuha peut (Bapak
Ib), tokoh agama (Ibu Um) dan istri kepala
desa (Ibu Rm). Informan tersebut didapat
dengan teknik Snow Ball Sampling. Mereka
adalah yang terlibat dan mengetahui program
pemberdayaan tersebut. Subyek kasus dalam
penelitian ini terdiri dari tujuh subyek kasus
lapangan (Miles dan
Tabel 1. Profil Subyek Kasus
No.
Nama
inisial
Sebab jadi PEKKA
Umur
(Tahun)
Pekerjaan
Pendidikan
1
2
3
4
5
6
7
Hmm
NC
Am
NT
BR
Rh
Sb
Cerai hidup
Suami meninggal
Lajang
Lajang
Suami sakit
Suami pergi
Suami meninggal
54
51
36
45
50
55
62
Buruhtani
Dagang
Buruhtani
PNS
Dagang
Buruhtani
Tidak
bekerja
Tidak sekolah
SMP
SMA
S1
SD
SMP
Tidak sekolah
Jumlah
tanggungan
(org)
7
5
1
1
4
5
0
Sumber : Hasil Penelitian, 2012
Tabel 2. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga
Kegiatan
Isi pesan
Pertemuan
sosialisasi program
Informasi mengenai
maksud, tujuan,
sasaran, pendekatan
dan penerima
manfaat
Kunjungan ke
rumah, tempat
berkumpul
Informasi mengenai
maksud, tujuan,
sasaran, dan
penerima manfaat
PEKKA
Sumber: Hasil Penelitian, 2012
Bentuk komunikasi
Akses
Cara berkomunikasi
Semua anggota
Cenderung monolog
diundang dan
hadir
PL mengunjungi
perempuan
kepala keluarga
Partisipan yang
berperan
PL, Perwakilan
PEKKA Provinsi,
Ibu NT dan Am
yang
berpendidikan
lebih tinggi
PL dan semua
anggota
Komunikasi
interpersonal
(tatap
muka) dengan cara
berdialog
mendatangi rumah mereka satu persatu yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
ditemani oleh anggota keluarga lainnya ketika
Bentuk Komunikasi Partisipatif
mengobrol
Proses dan bentuk komunikasi partisipatif
(karena
jika
hanya
berdua
ditakutkan akan menimbulkan fitnah karena
perempuan kepala keluarga dapat dilihat dari
laki-laki
empat kegiatan tahapan program yaitu tahap
dianggap tidak pantas), menyambangi ketika
penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan
mereka sedang duduk berkumpul dengan
dan penilaian/evaluasi program.
warga lainnya atau ketika bertemu di warung.
Tahap Penumbuhan Ide
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Kegiatan
memberikan
ini
juga
penjelasan
bertujuan
tentang
mengunjungi
perempuan/
janda
untuk
Pada pertemuan sosialisasi yang berani
maksud,
bertanya hanya perempuan kepala keluarga
tujuan, sasaran, pendekatan dan penerima
yang
manfaat program. Kegiatan ini dilakukan
sedangkan yang lainnya hanya diam dan
dengan mengadakan pertemuan antara PL,
mendengarkan. Mereka mengaku tidak berani
perwakilan PEKKA provinsi, kepala desa,
bertanya
tokoh masyarakat dengan perempuan kepala
sehingga tidak memiliki kecakapan dalam
keluarga. Selain itu, PL juga melakukan
berbicara dan malu karena dihadiri oleh
pendekatan
banyak orang terutama laki-laki sehingga ada
secara
interpersonal
dengan
memiliki
karena
pendidikan
lebih
pendidikannya
tinggi,
rendah
perasaan tidak pantas untuk berbicara karena
dipercayai kepada anggota-anggota yang lebih
menganggap dirinya lebih rendah dari laki-laki
muda, berpendidikan tinggi dan aktif dalam
serta ditambah lagi selama ini mereka tidak
kegiatan di desa (Ibu AA, NT dan Am). Dalam
pernah bericara di depan umum.
tahap ini, angggota kelompok sudah mulai
Berbeda halnya dengan komunikasi tatap
berani
berbicara
dan
menyampaikan
muka (kunjungan ke rumah atua tempat
pendapatnya dalam pertemuan karena mereka
berkumpul). Dengan pendekatan ini, PL
termotivasi dengan tujuan program ini yang
berhasil
tentang
ingin mengubah kondisi mereka selama ini dan
kehidupan perempuan kepala keluarga serta
adanya kegiatan simpan pinjam dan BLM yang
permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
memperoleh
informasi
karena mereka lebih berani mengeluarkan
Sedangkan anggota yang telah lanjut usia
pendapat dan bertanya kepada PL mengenai
(berumur lebih 62 tahun) mereka cenderung
program.
lebih diam dan mendengarkan saja, mereka
Tahap Perencanaan
enggan berbicara karena mereka mengikuti
Aspek
perencanaan
melibatkan
program ini hanya untuk mengisi waktu luang,
perempuan kepala keluarga adalah kegiatan
berkumpul dengan anggota lain dan menambah
pembentukan
lokakarya,
pengetahuan serta informasi. Sehingga mereka
pinjam
hanya mengikuti saja apa yang diputuskan oleh
langsung
anggota lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
perencanaan
kelompok
yang
kelompok,
kegiatan
dan
dana
simpan
bantuan
masyarakat (BLM). Pengurus kelompok lebih
pada Tabel 3.
Tabel 3. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga
Kegiatan
Isi pesan
1. Pertemuan
pembentukan
kelompok
Informasi mengenai
maksud dan tujuan
pembentukan kelompok,
pemilihan pengurus dan
nama kelompok
2. Lokakarya
peningkatan
kapasitas anggota
Membangun visi, misi,
mengidentifikasi
masalah, posisi, status
dan kondisi mereka,
potensi yang di miliki,
membangun harapan
bersama
Informasi mengenai
besar simpanan pokok,
wajib, sukarela, dan
tatacara simpan pinjam
Informasi mengenai cara
mengakses, menyusun
proposal dan cara
pengembalian dana BLM
3. Pertemuan
perencaan kegiatan
simpan pinjam
4. Pertemuan
perencanaan usulan
dana BLM
Sumber: Hasil Penelitian, 2012
Bentuk komunikasi
Akses
Cara
berkomunikasi
Semua perempuan
Dialog
kepala keluarga
diundang dan hadir
Partisipan yang
berperan
PL dan Ibu NT, Am,
AA yang berpendidikan
tinggi, muda serta aktif
Semua anggota
diundang dan hadir
Monolog dan
dialog
Hampir semua anggota
kecuali anggota yang
sudah berumur lanjut
Semua anggota
diundang dan hadir
Dialog
PL dan semua anggota
kecuali anggota yang
sudah berumur lanjut
Semua anggota
diundang dan hadir
Monolog dan
dialog
PL, bendahara dan
semua anggota kecuali
anggota yang sudah
berumur lanjut
mengaku sering telat datang ke pertemuan
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan
program
bertujuan
agar
karena jarak desa dengan pasar jauh sehingga
perencanaan yang telah dirumuskan yaitu
sering terlambat pulang. Begitu juga dengan
pertemuan rutin anggota, kegiatan simpan
Ibu BR yang memiliki suami sakit-sakitan
pinjam dan usaha produktif masing-masing
terkadang tidak mendapat izin dari suami
anggota dapat dijalankan. Pada tahap ini,
untuk mengikuti pertemuan. Hal yang sama
semua anggota mengaku diundang dalam
juga dirasakan oleh Ibu Hmm yang memiliki
pertemuan tersebut melalui undangan lisan
tanggungan banyak dan masih kecil, sehingga
menggunakan pengeras suara azan. Tetapi,
sering tidak memiliki waktu untuk hadir.
tidak semua anggota dapat selalu mengikuti
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
pertemuan tersebut karena beberapa kendala.
4.
Misalnya, anggota yang memiliki pekerjaan
jualan kue di pasar kecamatan (Ibu NC)
Tabel 4. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga
Kegiatan
Bentuk komunikasi
Akses
Cara berkomunikasi
Isi pesan
Partisipan yang
berperan
1. Pertemuan rutin anggota, membahas tentang:
Materi pengembangan Informasi mengenai
diri anggota
hukum, politik,
ekonomi, dan kesehatan
perempuan
Semua anggota
diundang dan tidak
semua dapat hadir
Monolog dan dialog
PL, pakar, semua
anggota yang hadir
kecuali yang berusia
lanjut. Yang sering
tidak hadir adalah
Ibu NC, BR, Hmm
Laporan kegiatan
simpan pinjam
kelompok
Informasi mengenai
kegiatan simpan pinjam
kelompok
Semua anggota dapat
meminjam dan
mengembalikan dana
Dialog
2.
Informasi mengenai
perkembangan usaha
Semua anggota
dapat memperoleh
dana BLM untuk
modal usaha
produktif
Dialog
PL, bendahara dan
semua anggota
kecuali anggota yang
sudah berumur lanjut
PL dan semua
anggota kecuali
anggota yang sudah
berumur lanjut
Usaha produktif
dan
pendampingan
usaha
Sumber: Hasil Penelitian, 2012
Tabel 5. Matriks komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga
Kegiatan
Isi pesan
Pertemuan evaluasi
Kegiatan simpan pinjam
dan usaha produktif
Informasi mengenai
perkembangan
kegiatan simpan
pinjam, usaha
produktif dan
hambatan-hambatan
Bentuk komunikasi
Akses
Cara berkomunikasi
Semua anggota
Dialog
dapat menilai dan
mengetahui laporan
keuangan dan
perkemabangan
usaha
Partisipan yang
berperan
PL dan semua
anggota kecuali
anggota yang sudah
berumur lanjut
Sumber: Hasil Penelitian, 2012
dilaksanakan yaitu kegiatan simpan pinjam dan
usaha produktif. Untuk lebih jelasnya dapat
Tahap Penilaian/ Evaluasi
Penilaian terhadap program, di mana
perempuan kepala keluarga diberi kebebasan
untuk
menilai
kegiatan
yang
telah
dilihat pada Tabel 5.
Dalam
kegiatan
tersebut,
bendahara
menyampaikan laporan keuangan dan jika ada
masalah akan diselesaikan secara bersama
mempengaruhi komunikasi partisipatif dalam
melalui
Sedangkan
program. Perempuan yang memiliki suami
penilaian terhadap usaha produktif dilakukan
sakit-sakitan (Ibu BR) mengaku sering tidak
dengan cara semua anggota diberi kesempatan
dapat menghadiri pertemuan karena tidak
untuk melaporkan perkembangan usahanya
mendapat izin. Jenis pekerjaan perempuan
secara lisan, jika ada anggota yang mendapat
kepala
masalah maka PL bersama anggota lain akan
komunikasi
mencari solusi. Sedangkan laporan keuangan
memiliki pekerjaan berdagang kue ke pasar
dan perkembangan usaha anggota disusun oleh
kecamatan (Ibu NC) mengaku sering terlambat
bendahara dan sekretaris berdasarkan hasil
menghadiri pertemuan karena jaraknya yang
kesepakatan bersama anggota.
jauh meskipun mereka sudah berusaha untuk
Faktor
musyawarah
anggota.
Karakteristik
Pendamping
Individu,
dan
Sosial
Peran
Budaya
keluarga
juga
mempengaruhi
partisipatif,
prempuan
yang
pulang lebih cepat.
Anggota yang berkerja sebagai petani
lebih mudah membagi waktu karena sawahnya
Mempengaruhi Komunikasi Partisipatif
Perempuan kepala keluarga yang telah
berlokasi di desa sendiri. Motivasi perempuan
berusia lanjut jarang menyampaikan saran,
kepala keluarga yang lanjut usia mengikuti
pendapat
dalam
program hanya untuk mengisi waktu luang,
pertemuan. Perempuan kepala keluarga yang
berkumpul bersama dan memperoleh informasi
lebih muda juga diberikan kepercayaan oleh
serta pengetahuan. Sedangkan anggota lainnya
anggota
mengikuti program karena ingin meningkatkan
ataupun
lain
pertanyaan
untuk
menjadi
pengurus
kelompok. Perempuan kepala keluarga yang
kesejahteraan
berpendidikan
rendah
pengetahuan, informasi yang dapat merubah
menyampaikan
pendapatnya
pengenalan
program
tidak
pada
karena
berani
awal
keluarga
dan
memperoleh
kondisinya dalam masyarakat.
mereka
Peran pendamping sebagai fasilitatif dan
menganggap dirinya tidak memiliki kecapan
pendidik sangat mendukung perempuan kepala
dalam berbicara. Sehingga pada pertemuan
keluarga
sosialisasi hanya Ibu NT dan Am yang berani
partisipatif. Pada awal program PL berjenis
bertanya, mereka juga dipercayakan untuk
kelamin
menjadi pengurus yaitu sebagai bendahara dan
penghalang dalam melakukan komunikasi
sekretaris. Perempuan kepala keluarga yang
dengan para perempuan kepala keluarga
memiliki jumlah tanggungan lebih dari lima
karena PL merupakan warga Desa Dayah
orang (Ibu Hmm) mengaku sulit membagi
Tanoh
waktu antara bekerja, mengurus anak dan
mengetahui karakteristik perempuan kepala
mengahdiri pertemuan sehingga ia sering tidak
keluarga serta budaya yang berlaku dalam
hadir.
masyarakat
Status perkawinan atau sebab menjadi
perempuan
kepala
keluarga
juga
dalam
laki-laki
sehingga
melakukan
namun
sudah
setempat.
komunikasi
tidak
menjadi
saling
Setelah
kenal,
terjadi
pergantian, PL sekarang bukan lagi warga
setempat
namun
komunikasi
tetap
bisa
dilakukan karena PL sekarang berjenis kelamin
yang
perempuan sehingga mereka lebih leluasa
mengikuti program hanya untuk mengisi
dalam berkomunikasi. PL selalu memfasilitasi
waktu
perempuan
memperoleh informasi dan pengetahuan.
kepala
keluarga
baik
dalam
berusia
lanjut
luang,
karena
berkumpul
mereka
bersama,
pertemuan maupun pelatihan.
Norma dan bahasa juga mempengaruhi
komunikasi perempuan kepala keluarga. Hal
tersebut terlihat pada saat pertemuan sosialisasi
program,
mereka
mengaku
tidak
berani
bersuara dikarenakan adanya laki-laki yang
turut hadir (kepala desa, tokoh masyarakat dan
perwakilan PEKKA provinsi) sehingga mereka
merasa
tidak
pantas
bersuara
karena
menganggap dirinya lebih rendah dari laki-laki
(budaya patriarki). Bahasa yang digunakan
oleh PL adalah bahasa Aceh mengingat
sebagian besar mereka tidak bisa berbahasa
Indonesia.
Dengan
menggunakan
bahasa
daerah, mereka merasa lebih leluasa dalam
berbicara dan menyampaikan pendapat.
4. SIMPULAN
1. Pada awal program bentuk komunikasi
partisipatif
patriarki
dipengaruhi
dan
oleh
pendidikan
budaya
sehingga
komunikasi cenderung bersifat monolog.
Namun, pada tahap perencanaan dan tahap
selanjutnya
sudah lebih terbuka
cenderung
bersifat
dipengaruhi
oleh
dialog
peran
dan
karena
pendamping,
motivasi, dan penggunaan bahasa dalam
pelaksanaan program.
2. Peran pendamping dan soaial budaya tidak
mempengaruhi
bentuk
komunikasi
partisipatif perempuan kepala keluarga
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Profil
Usaha Kecil dan Menengah Tidak
Berbadan Hukum Indonesia. Jakarta.
Habermas, J. 1990. Discourse Ethics: Notes
on A Program of Philosophical
Justification. The Communicative Ethics
Controversy. Cambridge: The MIT
Press.
Levis, R. 1996. Komunikasi Penyuluhan
Pedesaan.
Remaja
Rosdakarya.
Bandung.
Mefalopulos, P. 2003. Theory and Practice of
Participatory Communication: The Case
of of the FAO Project. “Communication
for Development in Southern Africa”
[Dissertation]. The University of texas at
Austin.
Miles M.B. Huberman A.M. 1992. Analisis
Data Kualitatif. Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.
Rahim, SA. 2004. Participatory Development
Communication as a Dialogical Process
dalam White, SA. 2004. Participatory
Communication Working for Change
and Development. New Delhi: Sage
Publication India Pvt Ltd.
Salim, A. 2001. Teori dan Paradigma
Penelitian Sosial. Tiara Wacana.
Yogyakarta.
Tufte, T., & Mefalopulos, P. (2009)
Participatory
Communication:
A
Practical Guide. World Bank Working
Paper No. 170. World Bank.
Washington, DC.
White, RA. 2004. Is “Empowerment” the
Answer?: current theory and research on
development
communication.
International Communication Gazette
2004;66; 7.
www.pekka.or.id/ [Tanggal 20 September
2011].
Download