PLN Diminta Bekerja Efisien BPP listrik Indonesia lebih mahal dibanding BPP Negara lain. JAKARTA- Anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Dito Ganinduto, mendesak PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) agar mempercepat upaya efisiensi operasi pengadaan tenaga listrik. Sebab, dia menilai selama ini upaya PLN menekan angka susut jaringan (losses) sangat lambat. Padahal , losses adalah biang keladi inefisiensi. “Target pada 2017 menekan losses ke angaka 8 persen itu terlalu lambat. Kita tertinggal dibanding Negara lain,” ujar Dito kepada Tempo, kemarin. Menurut Dito target efisiensi losses tahun depan seharusnya 7 persen. Sebab, pada tahun ini target losses telah ditekan menjadi 8,39 persen dar realisasi tahun lalu sebesar 8,87 persen. Upaya ini dianggap tidak sulit karena, dalam hal losses teknis, PLN sudah diberi alokasi pembenahan susut jaringan melalui margin tarif listrik. Adapun dalam hal losses nonteknis, PLN diminta membenahi manajemen. “Perseroan juga bisa membentuk unit khusus percepatan efisiensi ketenagalistrikan,”ucapnya. Dito mencontohkan , Pertamina sudah berhasil menekan losses bahan bakar minyak hingga US$ 255,2 juta pada 2015 melalui pembentukan Panitia Tata Kelola Arus Minyak. Tahun ini, Pertamina menargetkan losses tinggal US$ 2000 juta. Ditto juga meminta PLN menggunakan energi primer yang murah seperti gas dan batu bara. Sebab, penggunaan BBM membuat biaya pokok produksi (BPP) menjadi mahal. Menurut Dito efisiensi penting karena tiap tahun BPP listrik terus membengkak. Tahun ini, BPP listrik sebesar Rp 1.229 per kilowatt jam (kWh), sementara tahun depan BPP diprediksi naik menjadi Rp 1.278 per kWh. Kenaikan ini dinilai tidak relevan karena, meskipun harga minyak dunia merangkak naik, penggunaan BBm dalam pembangkit listrik tidak lagi signifikan. Angka ini, Dito melanjutkan, masih lebih tiggi dibanding biaya negara lain. “Banyak industri kalah berkompetensi jika dihadapkan pada mahalnya biaya produksi. Komponen listrik kita menyumbang 25-30 persen total biaya produksi,”katanya. Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menolak penilaian bahwa kinerja perusahaanya tidak efisien. Dia menyebutkan, tahun lalu PLN berhasil melakukan efisensi hingga Rp 42 triliun. Dari upaya itu, angka subsidi bisa ditekan sebesar Rp 37,28 triliun. PLN juga terus membenahi jaringan distribusi oleh operator teknis hingga kedaerah terpencil. Upaya itu diklaim memangkas biaya cukup signifikan. “Itu kan efisiensi juga, dn cukup besar,”ujarnya kepada Tempo. PLN saat ini tengah berekspansi ke penggunaan pembangkit yang produktifitasnya tinggi dan efisien, seperti pembangkit listrik tenaga gas uap, pembangkit listrik tenaga mesin gas, dan pembangkit listrik tenaga uap berteknologi supercritical. Hingga 2025, sumbangan energi batu bara diprediksi mencapai 34 ribu megawatt dan energi gas sebesar 13 ribu megawatt. Selama enam bulan, Tim Pengawal dan Pengamana Pemerintahan dan Pembangunan Kejakasaan Agung melakukan sosialisasi kepada semua unit regional PLN di Jawa dan Bali, yakni Regional Jawa Bagian Barat, Regional Jawa Bagian Tengah, serta Regional Jawa Bagian Timur dan Bali. Adi mengatakan Kejaksaan Agung mulai mengawal proyek PLN secara riil pada Juli mendatang. Pengawalan dan bimbingan hokum diberikan dalam semua tahapan proyek, dari perencanaan, pelaksanaan, sampai penyerahan. “Mulai bulan depan , kami secara riil mengawal pengadaan barang atau lelang,”katanya. Koran Tempo | Kamis, 16 Juni 2016