ARTIKEL PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI SETELAH IMUNISASI DI PUSKESMAS LEREP KABUPATEN SEMARANG Oleh : DESIANA WREDAYANTI 010112a020 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI SETELAH IMUNISASI DI PUSKESMAS LEREP KABUPATEN SEMARANG *Desiana Wredayanti* **Ns.Eko Susilo.,S.Kep., M.Kep; Ns.Suwanti,S.Kep.,Ns.,MNS *Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo **Dosen S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo ABSTRAK Bayi atau anak berusia dibawah satu tahun memiliki hak khusus untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengeruh kompres dingin terhadap respon nyeri pada bayi sesaat setelah imunisasi di puskesmas lerep Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen semu (quasy eksperiment design). Pengambilan sampling yang digunakan adalah Tehnik sampling dengan jumlah sampel sebanyak 12 responden pada kelompok intervensi dan 12 responden pada kelompok kontrol. Pengumpulam data menggunakan data primer yaitu tentang variabel tingkat nyeri yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala nyeri FLACC pain scale (face, leg, activity, cry, consolability) dan data sekunder yaitu jumlah bayi yang melakukan imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. Hasil penelitian pada responden sesaat setelah diberikan imunisasi sebelum intervensi dengan pemberian kompres dingin sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 7 responden (58,8 %) dan setelah diberikan imunisasi setelah intervensi dengan pemberian kompres dingin sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori ringan yaitu sebanyak 6 responden (50,0 %) .Hasil uji statistik menggunakan shapiro wilk yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres dingin pada responden dengan nilai p value 0,000.Ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan respon nyeri pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan keperawatan terutama dalam melakukan tindakan keperawatan seperti melakukan imunisasi. ABSTRACT Infants or children aged less than one year have a special right to access health services. The purpose of this study is to find the influence of cold compress toward the pain response in infants shortly after immunization at Lerep Health Center Semarang Regency. This was a quantitative study with the quasi-experimental design. The population in this study was all infants who receive immunization at Lerep Health Center Semarang Regency. The data sampling used quota sampling technique with samples as many as 12 respondents in the intervention group and 12 respondents in the control group. The results of this study indicate that the respondents before the intervention by administering cold compress are mostly suffered from pain in the medium category as many as seven respondents (58.8%). And, the respondents after intervention by administering cold compress are mostly suffered from pain in mild category as many as six Universitas Ngudi Waluyo [2017 1 respondents (50.0%). There is a significant difference in levels of pain between before and after treatment by administering cold compress with the p-value of 0.000. There is no significant difference in levels of pain on the control group without treatment with the pvalue of 0.241. There is an influence of cold compress in decreasing pain response in infants shortly after given immunization at Lerep Health Center Semarang Regency with the p-value of 0.001. The results of this study are expected to be useful for nursing services, especially in caring for the child in performing nursing actions such as immunization. PENDAHULUAN Bayi atau anak berusia dibawah satu tahun memiliki hak khusus untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Untuk memberikan pelayanan kesehatan bayi maka Indonesia yang pernah melakukan kerjasama dengan UNICEF (The United Nations Children’s Fund), WHO (World Health Organization), dan pihak-pihak yang terkait untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak dalam bentuk peningkatan pencapaian imunisasi dasar pada satu tahun kehidupan pertama anak. Berdasarkan pada Unicef (2013) Cakupan imunisasi camp-ak menunjukkan perbaikan dari 41,6% (2007), menjadi 59,2% (2013), akan tetapi masih dijumpai 32,1% dengan status imunisasi campak , serta 8,7% yang tidak pernah diimunisasi, dengan alasan takut panas, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisaasi serta sibuk/repot. Pemberian imunisasi pada bayi terbagi dua jenis yaitu : Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif yaitu antigen yang disuntikan kedalam tubuh sehingga zat antibodi yang akan bertahan bertahuntahun. Sedangkan Imunisasi pasif yaitu suatu tindakan pemberian antibodi dengan tujuan memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi. Akibat suntikan inilah yang dapat menimbulkan nyeri dan berkembang menjadi trauma baik untuk keluarga, masyarakat secara luas dan terutama pada anak karena dapat menyebabkan nyeri akut (Prasetyawati, 2012). Universitas Ngudi Waluyo [2017 Bayi takut pada nyeri yang berulang dan sesuatu yang menyakiti tubuh. (Price, 2008). Prosedur invasif baik yang menimbulkan nyeri atau tidak, merupakan ancaman bagi anak yang konsep integritas tubuhnya belum berkembang baik (Wong, 2009). Persepsi nyeri pada anak kompleks dan sering sulit untuk dinilai. Meskipun bayi dan anak telah mengalami nyeri pada awal kehidupan, namun ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi anak tentang nyeri seperti usia anak, tingkat perkembangan, keterampilan kognitif, pengalaman sebelumnya dan keyakinan yang terkait. Nyeri biasanya awitannnya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, nyeri dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. Pemberian kompres dingin dipercaya dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang memblok transmisi stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga menurunkan transmisi impuls nyeri melalui serabut kecil A-delta dan serabut saraf C. Tindakan kompres dingin selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri, juga memberikan efek fisiologis seperti menurunkan respon inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah dan mengurangi edema (Tamsuri, 2007). Teknik ini berkaitan dengan teori gate control dimana stimulasi kulit berupa kompres dingin dapat mengaktivasi transmisi serabut saraf sensorik A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Hal ini menutup “gerbang” sehingga menurunkan transmisi nyeri 2 melalui serabut C dengan diameter yang kecil (Potter & Perry, 2010). Bidan Desa juga menyatakan bahwa selama ini belum ada standar operasional prosedur resmi untuk pelaksanaan autramatic care guna mengurangi kecemasan, tangisan serta persepsi nyeri pada bayi yang diimunisasi. Bidan desa sering melakukan teknik distraksi (guide imagery) pada bayi dengan dengan mengatakan bahwa ada hewan atau sesuatu yang menarik disisi yang lain (membuat bayi menoleh membelakangi bagian yang diimunisasi), bidan desa juga menyembunyikan jarum suntik yang akan digunakan untuk imunisasi . Hal tersebut sering dilakukan sebelum bidan desa melakukan imunisasi kepada bayi. Bebarapa bayi yang mengalami kecemasan atau menangis histeris biasanya akak tetap diberikan imunisasi dan di beri ASI atau susu formula setelah dilakukan imunisasi. Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada bayi yang di imunisasi dengan judul : Pengaruh Kompres dingin terhadap penurunan respon Nyeri pada Bayi Saat Imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain: Quasi eksprimen untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperiman. Sampel: sampel pada penelitian ini adalah 24 responden dipuskesmas lerep. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat nyeri pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan kompres dingin pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Universitas Ngudi Waluyo [2017 Tabel 1 Distribusi frekuensi respon nyeri pada kelompok intervensi sebelum dilakukan kompres dingin pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Tingkat nyeri Ringan Sedang Berat Total Frekuensi 1 7 4 12 Persentase (%) 8,3 58,8 33,3 100,0 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa pada responden sesaat setelah diberikan imunisasi sebelum intervensi dengan pemberian kompres dingi sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 7 responden (58,8 %) dan sebagian kecil mengalami nyeri dalam kategori ringan yaitu sebanyak 1 orang responden (8,3 %). Tabel 2 Perbedaan respon nyeri pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan kompres dingin pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Tingkat nyeri Tidak nyeri Ringan Sedang Total Frekuensi Persentase (%) 1 8,3 6 50,0 5 47,1 12 100,0 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada responden sesaat setelah diberikan imunisasi setelah intervensi dengan pemberian kompres dingin sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori ringan yaitu sebanyak 6 responden (50,0 %) dan sebagian kecil mengalami nyeri dalam kategori tidak nyeri yaitu sebanyak 1 orang responden (8,3 %). 3 2. Respon nyeri pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Tabel 3 Distribusi frekuensi respon nyeri pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Tingkat nyeri Berat Sedang Total Frekuensi 4 8 12 Persentase (%) 33,3 66,7 100,0 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada responden sesaat kelompok kontrol setelah diberikan imunisasi sebelum penelitian sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 8 responden (66,7 %) dan sebagian kecil mengalami nyeri berat yaitu sebanyak 4 orang responden (33,3 %). Tabel 4 Distribusi frekuensi respon nyeri pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pada bayi setelah beberapa menit diberikan imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Tingkat nyeri Ringan Sedang Berat Total Frekuensi 2 6 4 12 Persentase (%) 33,3 50,0 16,7 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada responden setelah beberapa saat diberikan imunisasi pada kelompok kontrol tanpa perlakuan sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 6 responden (50,0 %) dan sebagian kecil mengalami nyeri dalam kategori berat Universitas Ngudi Waluyo [2017 yaitu sebanyak 2 orang responden (16,7 %). Tabel 5. Perbedaan respon nyeri pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan kompres dingin pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Perlakuan n Pretest 12 Posttest 12 Mean Sd 5,92 1,165 3,50 2,153 T p value 6,384 0,000 Hasil analisa terhadap 12 responden kelompok intervensi sebelum diberikan kompres dingin menunjukkan nilai mean tingkat nyeri sebesar 5,92 kemudian sesudah diberikan kompres dingin pada responden kelompok intervensi didapatkan nilai mean sebesar 3,50, nilai tersebut menunjukkan adanya perbedaan respon nyeri pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan kompres dingin pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. Hasil analisis data didapatkan nilai t = 6,384 dan uji menggunakan t-test dependent didapatkan bahwa p value = 0,000 (p value < 0,05), berarti ada perbedaan penurunan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres dingin pada responden. 3. Perbedaan respon nyeri pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pada bayi sebelum dan setelah beberapa menit diberikan imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Tabel 4.6 Perbedaan respon nyeri pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pada bayi sebelum dan setelah beberapa menit diberikan imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang 4 Perlakuan Pretest Posttest n 12 12 Mean 5,75 5,33 p value 1,357 1,239 0,241 1,557 Sd t Hasil analisa terhadap 12 responden pada pre kontrol tanpa perlakuan menunjukkan nilai mean tingkat nyeri sebesar 5,75 kemudian didapatkan nilai mean sebesar 3,50 pada post kontrol tanpa perlakuan, nilai tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan respon nyeri pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pada bayi sebelum dan setelah beberapa menit diberikan imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. Hasil analisis data didapatkan nilai t = 1,239 dan uji menggunakan t-test dependent didapatkan bahwa p value = 0,241 (p value < 0,05), berarti tidak ada perbedaan penurunan yang signifikan antara tingkat nyeri pre post kontrol tanpa perlakuan pada responden. 4. Pengaruh kompres dingin terhadap penurunan respon nyeri pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Tabel 7 Pengaruh kompres dingin terhadap penurunan respon nyeri pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Variabel Kelompok Nyeri Intervensi Kontrol n 12 12 Mean 2,50 0,92 Sd 1,168 0,793 Mean Differences 1,583 t 3,886 p value 0,001 Berdasarkan analisis di atas, nilai mean tingkat nyeri sesudah diberikan intervensi pada 12 responden kelompok intervensi yang diberikan kompres dingin sebesar 2,52 dan nilai mean tingkat nyeri pada kelompok kontrol didapatkan tingkat nyeri sebesar 0,92, nilai tersebut menunjukkan tingkat nyeri responden kelompok intervensi sesudah diberikan kompres dingin Universitas Ngudi Waluyo [2017 mengalami penurunan lebih signifikan dibandingkan dengan 12 responden kelompok control tanpa perlakuan dengan nilai mean differences sebesar 1,583. Hasil analisis data didapatkan nilai t = 3,886 dan uji menggunakan independet t-test didapatkan bahwa p value = 0,001 (p value < 0,05), berarti “terdapat pengaruh kompres dingin terhadap penurunan respon nyeri pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. Bahwa pada responden sesaat setelah diberikan imunisasi setelah intervensi dengan pemberian kompres dingin sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori ringan yaitu sebanyak 6 responden (50,0 %) dan sebagian kecil mengalami nyeri dalam kategori tidak nyeri yaitu sebanyak 1 orang responden (8,3 %). Tingkat nyeri dalam kategori ringan pada sebagian besar responden tersebut juga dapat dilihat dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian dan mengukur skala nyeri responden yaitu sebagian besar responden terlihat lebih tenang/santai „dapat berbaring dengan tenang dengan bergerak dengan bebas dan mudah dan hanya sesekali menggeliat serta menggeser maju mundur untuk bergerak. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan kompres dingin sebagian besar responden mengalami tingkat nyeri dalam kategori ringan setelah beberapa saat diberikan imunisasi. Tindakan imunisasi selain menimbulkan rasa nyeri juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi anak dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Kondisi pada anak tersebut sebaiknya diminimalkan oleh tenaga kesehatan agar asuhan pelayanan keperawatan anak berdampak pada kepuasan anak dan keluarga terhadap pelayanan 5 yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Selain memberikan kepuasan juga memberikan masa rawat yang lebih pendek bagi anak sehingga meminimalkan beban keluarga. 5. Tindakan invasif berupa penusukan jarum saat imunisasi menyebabkan adanya kerusakan jaringan pada tubuh, sebagai responnya tubuh mengeluarkan zat neurotransmitter (prostaglandin, bradikinin, histamin, serotonin), yang kemudian stimulus tersebut dibawa oleh serabut aferent (serabut C dan A Delta) menuju medulla spinalis kemudian diteruskan menuju korteks serebri untuk di interpretasiksan lalu hasilnya dibawa oleh serabut aferent dan tubuh lalu mulai berespon terhadap nyeri. Bila suatu otot mengalami cidera, respon alamiah otot adalah berkontraksi, sehingga dapat membebat dan melindungi daerah yang cidera. Kontraksi otot yang berkepanjangan akan terasa nyeri dan menyebabkan pembengkakan (edema muncul secara tepat dari lokasi dan ektravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan). Respon nyeri pada kelompok kontrol tanpa perlakuan pada bayi setelah imunisasi ( pree test ) (post test ) di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bahwa pada responden kelompok kontrol sesaat setelah diberikan imunisasi sebelum penelitian sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 8 responden (66,7 %). Nyeri dalam kategori sedang pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian sesaat setelah diberikan imunisasi dimana sebagian responden tidak didapatkan perubahan tingkat nyeri kategori 4 yaitu 4 responden, sedangkan 2 responden mengalami nyeri dengan skala 5 dan 5 responden mengalami nyeri dengan skala 3. Universitas Ngudi Waluyo [2017 Karena tidak dilakukan komprs dingin hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri dalam kategori sedang sesaat setelah pemberian imunisasi pada kelompok kontrol tanpa perlakuan. KESIMPULAN 1. Pada responden sesaat setelah diberikan imunisasi sebelum intervensi dengan pemberian kompres dingi sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 7 responden (58,8 %) dan setelah diberikan imunisasi setelah intervensi dengan pemberian kompres dingin sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori ringan yaitu sebanyak 6 responden (50,0 %) 2. Pada responden sesaat kelompok kontrol setelah diberikan imunisasi sebelum penelitian sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 8 responden (66,7 %) dan pada responden setelah beberapa saat diberikan imunisasi pada kelompok kontrol tanpa perlakuan sebagian besar mengalami nyeri dalam kategori sedang yaitu sebanyak 6 responden (50,0 %) 3. Ada perbedaan penurunan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres dingin pada responden dengan nilai p value 0,000 4. Tidak ada perbedaan penurunan yang signifikan antara tingkat nyeri pre post kontrol tanpa perlakuan pada responden dengan nilai p value 0,241 5. Ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan respon nyeri pada bayi saat imunisasi di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang d engan nilai p value 0,001 6 DAFTAR PUSTAKA Perry, A.G & Potter, P. A., (2009). Buku Ajar Fundamentalis Keperawatan Konsep Proses dan Praktik. Jakarta: EGC Potter & perry. (2010). Fundamental keperawatan buku 3.Edisi 7, Jakarta : Salemba Medika Potter perry (2009). Fundamental for Nursing ,Buku 1 , Edisi : salemba medika :Jakarta Prasetyawati, A.E. (2012). Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika. Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu Price and Wilson .2009.Konsep Klinis proses – proses penyakit Edisi 6.vol. 2 Jakarta: EGC Price and Wilson. 2008. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC. Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R.S & Kertasamita, C.B (2010) Pedoman imunisasi Indonesia. Ed. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI Smeltzer, Suzanne C. Dan Bare, Brenda G, 2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), alih bahasa oleh Agung Waluyo....(dkk), EGC, Jakarta. Sugiyono 2010..Statiska untuk penelitian .Bandung : Alfa beta Universitas Ngudi Waluyo [2017 Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa beta Sulistiyani, Ambar T dan Rosidah. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu Sulistiyani, E. (2009). Pengaruh pemberian kompres es terhadap respon nyeri anak usia pra sekolah di ruang bedah anak RSUPN Cipto Mangunkusumo (Tesis, tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok Supartini, Y. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Tamsuri, A. (2007). Konsep & penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC Taylor, C R, Lilis, G., LeMone, P., & Lynn, P(2008). Fundamental of nursing: The art andscience of nursing care (6th ed). Philadelphia: Nazareth Hospitel Wong, Donna L. (2009). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. (Edisi Terjemahan) Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC Wong& Hockenberry (2007). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa, Monica Ester; (6th.ed). volume 2. Jakarta:EGC. Zengerle-Levy, K. (2005). Nursing the child who is alone in the hospital. Pediatric Nursing, 32 (3), 226– 231. 7