World Health Organization - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Remaja
1. Remaja
Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah periode usia
antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB),
menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun.
Sementara itu, menurut The Health Resources and Service Administrations
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah
(15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia
10-24 tahun. Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa
remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia.
Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanakkanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab
(Kusmiran,2012 : 4).
Menurut Imron (2012) Masa remaja sebagai masa ketika perubahan fisik,
mental, dan sosial ekonomi terjadi. Secara fisik,terjadi perubahan karakteristik
jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual dan reproduksi. Proses
Universitas Sumatera Utara
perubahan mental dan identitas usia dewasa berkembang pada masa remaja.
Secara ekonomis, masa ini adalah masa transisi dari ketergantungan sosialekonomi secara total kearah ketergantungan yang relative lebih rendah. Masa
ini juga merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan, ketika
keputusan-keputusan penting diambil dan persiapan dilakukan sehubungan
dengan karier dan peranan dalam kehidupan (Raymundo,dkk., 1999:37).
James-Traore (2001:12) menggunakan kategori usia untuk membedakan
remaja menurut perkembangan fisik mereka, seperti masa remaja awal (10-14
tahun), masa remaja pertengahan (15-19tahun), dan dewasa muda (20-24
tahun). Sedangkan, Depkes RI (2001 : 50) mendefenisikan remaja hanya
meliputi penduduk berusia 10-19 tahun dan belum kawin.
2. Tahapan Masa Remaja
Menurut Widyastuti (2009), ciri perkembangan masa remaja dibagi
menjadi tiga tahap yaitu:
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2. Tampak dan merasa ingin bebas
3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2. Adanya keinginan untuk kencan atau ketertarikan kepada lawan jenis.
3. Timbul perasaan cinta yang mendalam
Universitas Sumatera Utara
4. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
5. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), dengan cirri khas antara lain :
1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2. Lebih selektif dalam mengencani teman sebaya
3. Mempunyai citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4. Dapat mewujudkan perasaan cinta
5. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
3. Karakteristik Remaja
Menurut, Jaringan Epidemiologi Nasional (2011) berdasarkan ciri-ciri
perkembanganya, maka secara umum remaja memiliki karakter dan
kebutuhan :
1. Rasa ingin tahu yang besar, rasa ingin tahu ini bisa jadi
membahayakan, karena :
Sering kali melibatkan beberapa hal yang vital dan mendasar seperti :
apakah Tuhan itu ada, bagaimana rasanya melakukan HUS
(Hubungan Seks).
Seringkali dikaitkan dengan karakteristik remaja lain yaitu kebutuhan
akan kemandirian yang mendorong ke arah tindakan untuk
membuktikan rasa ingin tahunya.
2. Rasa ingin tahu yang dan kebutuhan akan kemandirian tersebut
mendorong remaja kearah kematangan. Akan tetapi, jika rasa ingin
tahu ini tidak dijaga. Dalam batasan tertentu yang tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
dikuasainya akan membawanya kepada pengetahuan yang sebenarnya
secara emosional belum siap diterima remaja.
Menurut Schneider, kebutuhan khas yang dimiliki remaja sesuai
dengan perkembanganya adalah sebagai berikut : kebutuhan akan
identitas diri, kebutuhan individualitas, kebutuhan akan kemandirian.
B. Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Defenisi kesehatan reproduki menurut ICPD Kairo (1994) yaitu suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata mata
bebas dari dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan system reproduksi, serta fungsi serta prosesnya. Dengan adanya
defenisi tersebut maka setiap orang berhak dalam mengatur jumlah
keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang caracara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai.
Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainya
(Hanim, 2011 : 4)
Menurut IPPF (International Plan Parenthood Federation) yang
dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang
mencakup kesehatan fisik, mental dan sosial dalam arti kata bahwa
kesehatan reproduksi tidak semata mata membahas tentang struktur
biologis laki-laki dan perempuan tetapi juga meliputi pengetahuan system
dan fungsi reproduksi, penyakit menular seksual, AIDS dan membongkar
mitos-mitos seksual (Tim Perkumpulan Keluarga Berencana,2009:46)
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang menyeluruh dan tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal berhubungan dengan system reproduksi dan
fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi oleh karena itu menyatakan
bahwa seseorang mampu memiliki kehodupan seks yang memuaskan dan
aman bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berproduksi dan bebas
untuk memutuskan, kapan dan seberapa sering melakukanya
(Anonim, 2010 : 5).
2. Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita
Mengetahui kondisi normal organ sangat penting, dari situ kita bisa
mendeteksi secara dini kalau hal-hal yang tidak wajar dan mencurigakan.
Yang dibutuhkan adalah secara rutin membasuh bagian diatas vulva
dengan hati-hati menggunakan air hangat dan sabun lembut. Terlalu sering
membasuh vagina dengan cairan kimia dan penggunaan deodorant dan
parfum akan merusak keseimbangan yang ada sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi (Jaringan Epidemiologi Nasional,2009).
Pada saat menstruasi biasanya perempuan menggunakan pembalut
wanita. Penting diperhatikan bahwa pembalut itu harus berbahan lembut,
menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang mengandung
alergi, dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut perlu
diganti 4 hari sampai 5 kali sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri
yang berkembang biak pada pembalut wanita, juga agar pembalut tersebut
tidak masuk ke dalam vagina. Pakaian dalam sebaiknya memilih dan
Universitas Sumatera Utara
mengenakan pakaian dalam terbuat dari katun, karena bahan ini menyerap
keringat sehingga tidak membuat daerah kelamin kepanasan dan lembab.
Hindari pemakaian celana dalam yang ketat. Vaginitis adalah peradangan
pada vagina yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri
yang ada disitu. Tanda dan gejala paling umum adalah munculnya cairan
berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang
sedap (Jaringan Epidemiologi Nasional,2009).
3. Hak-Hak Remaja Terkait Dengan Kesehatan Reproduki
Menurut Aisyaroi (2010), Remaja juga memiliki hak-hak mendasar
terkait, kesehatan reproduksi. Hak-hak itu juga harus terpenuhi sebagai
kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu adalah :
a. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali
remaja, untuk terbebas dari resiko kematian karena kehamilan,
khususnya bagi remaja perempuan.
b. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal
ini adalah, perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan
kesinambungan.
c. Hak atas kerahasian pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi
bagi remaja dan setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas
pilihan-pilihan mereka.
d. Hak atas informasi pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi
dan pendidikan kesehatan reproduksi yang memadai tersebut.
Universitas Sumatera Utara
e. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat,
terbebas dari penafsiran
ajaran yang sempit kepercayaan, tradisi,
mitos-mitos, dan filosofi yang dapat membatasi kebebasan berpikir
tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan seksual.
f. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk
mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah
kesehatan reproduksi menjadi prioritas kebijakan Negara.
g. Hak terbebas penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi
anak-anak dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari
eksploitasi, pelecahan, perkosaan, penyiksaan, dan kekerasan seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi
yang terbaru,
aman, dan dapat diterima.
i. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini
berarti setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.
j. Hak untuk kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur
kehidupan seksual dan reproduksinya, sehingga tidak seorangpun
dapat memaksanya untuk hamil, aborsi, ber-KB dan sterilisasi.
Universitas Sumatera Utara
C. Komunikasi, Informasi dan Edukasi dalam Kesehatan Reproduksi
Remaja.
a.
Komunikasi
Menurut Notoatmodjo (2003), Komunikasi kesehatan adalah usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat,
dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan
utama
komunikasi
kesehatan
adalah
perubahan
perilaku
kesehatan
masyarakat.
Komunikasi adalah proses dimana seseorang mengirimkan pesan kepada
orang lain. Pengiriman pesan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
“kata” atau “bahasa”. Agar proses komunikasi dapat berlangsung, diperlukan
adanya beberapa unsur komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah :
komunikator, pesan,penerima, dan umpan balik. Pada dasarnya setiap orang
setiap saat memikirkan, merasakan sesuatu dan ingin berkomunikasi dengan
orang lain (Fathonah,2008 : 26)
b. Informasi
Menurut Oktarina (2009) Orang yang memiliki sumber informasi yang
lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu
sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media
massa. Pengetahuan remaja khususnya tentang kesehatan bias di dapat dari
beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan
sekolah, penyuluhan (Jurnal Zulaikha, 2010).
Universitas Sumatera Utara
c. Edukasi
Pendidikan menurut Zulaikha (2010) adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemapuan di dalam dan diluar sekolah serta
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi.
Pemberian informasi kesehatan reproduksi kepada remaja maupun
orangtua dapat dilakukan melalui berbagai media yang tersedia baik mass
media berupa media cetak, elektronik maupun “e-file” , berbagai kelompok
yang ada di masyarakat maupun di sekolah. Pemberian informasi tersebut
ditujukan kepada remaja maupun orangtua. Materi meliputi tiga aspek utama :
a) kesehatan reproduksi yaitu seputar seksualitas manusia termasuk
reproduksi manusia. b) HIV dan AIDS. c) narkoba. Ketiga unsur utama
kesehatan reproduksi remaja tersebut dikemas dan dikaitkan dengan life skill
yaitu bagaimana para remaja dapat menghindari hal-hal buruk bagi kondisi
kesehatan reproduksi mereka. Dalam proses penyiapan KIE tersebut maka
selain diperlukan penyiapan sumber daya manusia dan metode penyampaian
juga perlu dikembangkan materi yang berkualitas yang mampu merubah tidak
saja aspek pengetahuan namun juga sikap dan perilaku target sasaran
(Fathonah,2008).
D. Konsep perilaku
Perilaku adalah bentuk responden atau reaksi terhadap stimuls atau
ransangan dari luar organism (orang). Namun dalam memberikan respon
Universitas Sumatera Utara
sangat tergantung pada karakteristik atau factor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi
beberapa orang, namun respon tiap tiap orang berbeda (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedang dorongan merupakanusaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada
dalam diri manusia. perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan,
perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diseleraskan
peran manusia sebagai makhluk individu, sosial, dan kebutuhan (Purwanto,
1999).
Perilaku dibagi dalam 3 ranah, meskipun ranah tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembatasan ranah ini dilakukan
untuk pembatasan pendidikan yaitu: ranah kognitif, ranah efektif dan ranah
psikomotor.
Dalam perkembangan selanjutnya pada akhir pendidikan ada 3 ranah
disini diukur dari:
a. Knowledge (pengetahuan).
Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dari suatu obyek
tertentu setelah melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, rasa dan raba, merupakan suatu kebutuhan bagi keluarga
apabila diikuti dengan pendidikan. Perubahan perilaku seseorang dapat
terjadi melalui proses belajar (Notoadmodjo, 2003).
Menurut Sarwono (2004), tingkat pengetahuan itu lebih bersifat
pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif. Tingkat
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Notoatmodjo (2006), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu know (tahu),
comprehension (memahami), application (aplikasi), analysis (analisis),
synthesis (sintesis) dan evaluation (evaluasi).
b. Attitude (Sikap)
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan
untuk bertindak, berekspresi sesuai dengan sikap objek. Sikap mempunyai
segi motifasi dari segi-segi perasaan, sikap ada bersipat positif ada yang
negatif dalam sikap positif tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu sedangkan sikap negatif cenderung
menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu dalam
keidupan bermasyarakat (Purwanto, 1999).
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup untuk
seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak ada
langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup, sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulasi dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo,
2003).
Selain bersifat positif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang
berbeda-beda (sangat bendi,benci, dsb). Sikap tidak sama denagn perilaku
dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering
Universitas Sumatera Utara
sekali terjadi
bahwa seseorang memperlihatnkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang ada berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya. (Notoatmodjo, 2003).
Sikap ini terdiri dari 4 tingkatan yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus.
2. Merespon (Responding)
Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap,
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valang)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap ada dilakukan secara langsung dengan mengatakan
pendapat
atau
pertanyaan
responden
terhadap
suatu
objek
(Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
c. Practise (tindakan)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk
terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah
fasilitas disamping fasilitas juga diperlukan factor pendukung (support)
dari pihak lain.
Tingkat-tingkat praktek tindakan :
1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat
pertama.
2. Respon Terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek
tingkat 2.
3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia
sudah mencapai tingkat ketiga.
4. Adaptasi, adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya sudah dimodifikasikanya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
E. Aspek dalam KIE Kesehatan Reproduksi
Menurut Hanim, Santosa dan Affandi (2011), tujuh aspek yang perlu
di perhatikan dalam melaksanakan setiap kegiatan KIE kesehatan reproduksi,
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Keterpaduan
Kegiatan KIE kesehatan reproduksi dilaksanakan secara terpadu.
Keterpaduan dapat berupa keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi,
petugas penyelenggara dana, maupun sasaran.
b. Mutu
Materi KIE kesehatan reproduksi haruslah bermutu, artinya selalu
didasarkan
pada
informasi
ilmiah
terbaru,
kebenaranya
dapat
dipertanggungjawabkan, jujur serta seimbang, sesuai dengan media dan
jalur yang dipergunakan untuk menyampaikanya, jelas dan terarah pada
kelompok sasaran secara tajam tepat guna dan tepat sasaran.
c. Media dan Jalur
Kegiatan KIE Kesehatan reproduksi dapat di laksanakan melalui berbagai
media, dan jalur sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pemilihan
media dan jalur ini dilakukan dengan memperhatikan kekuatan dan
kelemahan masing-masing media dan jalur sesuai dengan kondisi
kelompok sasaran dan pesan yang ingin disampaikan.
d. Efektif
Pesan-pesan KIE kesehatan reproduksi harus informasi yang jelas tentang
pengetahuan dan perilaku apa yang diharapkan akan mampu dilakukan
oleh kelompok sasaran.
e. Dilaksanakan bertahap, berulang dan memperhatikan kepuasan sasaran.
Universitas Sumatera Utara
Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara bertahap,
berulang ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap dan kemampuan
kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan.
f. Menyenangkan.
Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukan bahwa kegiatan
KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang
kreatif dan inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang
dan terhibur. penyampaian yang kreatif dan inovatif ini dilakukan melalui
pendekatan
“pendidikan yang menghibur” (edu-tainment), yang
merupakan kombinasi dari edukasi (pendidikan) dan entertainment
(hiburan).
g. Berkesinambungan
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesa-pesan saja,
namun harus diikuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan.
F. Strategi KIE Kesehatan Reproduksi.
Menurut Hanim (2011) upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
kesehatan reproduksi memiliki dua tujuan yaitu : (a) penentuan pengetahuan,
(b) perubahan perilaku kelompok sasaran/klien tentang semua aspek
kesehatan reproduksi. Dengan tercapainya dua tujuan ini, diharapkan dapat
membantu tercapainya tujuan akhir kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi,
yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ada tiga strategi yang
biasa digunakan sebagai dasar melaksanakan kegiatan KIE kesehatan
reproduksi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Advokasi
Mencari
dukungan
dari
para
pengambil
keputusan
untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga tujuan KIE
kesehatan reproduksi dapat tercapai. kelompok sasaran untuk strategi
advokasi ini biasa dikenal dengan istilah “kelompok sasaran tersier”. Bentuk
operasional dari strategi advokasi ini biasanya berupa pendekatan kepada
pimpinan/institusi tertinggi setempat.
Tujuan advokasi :
a. Meningkatkan kesadaran mengenai besar dan seriusnya permasalahan.
b. Mengurangi dan menghilangkan praktek-praktek diskriminatif dan
hambatan-hambatan
kebijakan
yang
menghalangi
upaya-upaya
pencegahan dan pengobatan (kesehatan reproduksi remaja)
c. Kampanye untuk aksi yang efektif dan berkelanjutan.
Bentuk – Bentuk Advokasi
Networking sebenarnya merupakan membuat dan menjaga kontak dengan
individu dan organisasi lain yang berbagi dan mendukung tujuan advokasi
dan dapat membantu mencapainya.
1. Melalui Media
Media mengacu pada chanel komunikasi, termasuk cetak ataupun
elektronik, misalnya internet, koran, jurnal, majalah, radio dan
televisi.
Universitas Sumatera Utara
2. Melalui Materi Tercetak
Menentukan cara penyampaian pesan pada public sangat tergantung
pada beberapa faktor, salah satu yang paling penting adalah sumber
daya yang dimiliki, baik dana maupun keahlian.
3. Melalui Internet
Tegnologi internet merupakan alat yang dapat digunakan yang secara
strategis usaha menarik target sasaran secara mutakhir dan organisir.
Tetapi penggunaanya lebih efektif bila merupakan komplemen dan
suplemen bukan sebagai pengganti cara yang lebih tradisional.
2. Bina Suasana
Membuat lingkungan sekitar bersifat positif terhadap tujuan KIE
kesehatan reproduksi yang ingin dicapai yaitu peningkatan pengetahuan yang
diikuti perubahan perilaku. Strategi ini biasanya digunakan untuk kelompok
sasaran para pimpinan masyarakat atau orang-orang yang mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran utama.
kelompok sasaran untuk strategi bina suasana ini bias dikenal dengan istilah
“kelompok sasaran sekunder”. Bentuk operasional dari strategi ini biasanya
berupa pelatihan, sosialisasi program, pertemuan-pertemuan dan dapat
memanfaatkan metode komunikasi modern dan formal maupun metode
sederhana dan informal.
a. Tujuan Bina suasana
1. Untuk mencairkan suasana pelatihan, agar setiap peserta dapat saling
mengenal dan bebas berpartisipasi dan mengemukakan pendapatnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Menghilangkan rasa ketegangan dan sebagai penyegar otak serta fisik disaat
individu mulai jemu atau mengalami penurunan kemampuan menyerap
kemampuan yang telah diberikan.
3. Gerakan Masyarakat
Membuat pengetahuan kelompok sasaran utama meningkat yang
diikuti dengan perubahan perilaku mereka sehingga dapat mengatasi
masalah yang dihadapi. Kegiatan ini biasanya bisa didapatkan oleh
mahasiswa melalui Usaha Kesehatan di Sekolah atau (UKS), atau melalui
program kesehatan melalui Puskesmas. Kelompok sasaran untuk strategi
gerakan masyarakat ini umumnya merupakan kelompok sasaran utama dan
dikenal dengan istilah “kelompok sasaran primer” yaitu mereka yang
berpengetahuan dan perilakunya hendak diubah. Bentuk operasional dari
strategi ini biasanya berupa tatap muka langsung atau penyuluhan
kelompok, dan sering memanfaatkan metode komunikasi yang lebih
sederhana dan informal. yang akan Semua kegiatan KIE kesehatan
reproduksi di Indonesia selalu mengacu pada 5 pelayanan yang tekait dalam
kesehatan reproduksi, yaitu pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan baru
lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanggulangan PMS termasuk HIV/AIDS.
Universitas Sumatera Utara
Download