2017 MODUL ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS XI SEMESTER I SMK DARUSSHOLIHIN PUGER 9/23/2017 1 DAFTAR ISI BAB 1 HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR SOSIAL, KONFLIK SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL A. STRUKTUR SOSIAL DALAM MASYARAKAT .................................................... 1 1. Pengertian Struktur Sosial..................................................................................... 1 2. Ciri-Ciri Struktur Sosial ........................................................................................ 2 3. Fungsi Struktur Sosial ........................................................................................... 3 4. Bentuk-Bentuk Struktur Sosial ............................................................................. 3 5. Unsur-Unsur Struktur Sosial ................................................................................ 7 B. KONFLIK SOSIAL DALAM MASYARAKAT ........................................................ 9 1. Pengertian Konflik ................................................................................................. 9 2. Bentuk-Bentuk Konflik ........................................................................................ 10 3. Faktor Penyebab Konflik ..................................................................................... 11 4. Dampak Terjadinya Konflik ............................................................................... 12 5. Pengendalian Konflik ........................................................................................... 13 C. MOBILITAS SOSIAL ............................................................................................... 14 1. Pengertian Mobilitas Sosial ................................................................................. 14 2. Jenis-Jenis Mobilitas Sosial ................................................................................. 14 3. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial........................................................................ 15 4. Faktor Pendorong, Penghambat dan yang Memengaruhi Mobilitas Sosial ..................................................................................................................... 16 5. Proses Terjadinya Mobilitas Sosial ..................................................................... 18 6. Dampak Mobilitas Sosial. .................................................................................... 20 2 BAB 1 HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR SOSIAL, KONFLIK SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL A. STRUKTUR SOSIAL DALAM MASYARAKAT 1. PENGERTIAN STRUKTUR SOSIAL Struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompokkelompok sosial dalam masyarakat. Berikut merupakan beberapa definisi struktur sosial yang dikemukakan oleh para ahli. a. Abdul Syani struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok. b. Soerjono Soekanto Struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antarposisi sosial dan antarperan. c. George Simmel Struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya. d. Coleman Struktur sosial merupakan sebuah pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia. e. William Kornblum Struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku individu. Berdasarkan definisi para ahli, struktur sosial dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat. Setiap komponen dari struktur sosial tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi secara bersama-sama saling mengisi dan melengkapi. Semua kegiatan itu pada akhirnya 1 disatupadukan oleh organisasi besar yang disebut masyarakat. Pada dasarnya, struktur sosial merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur tersebut antara lain kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang. Secara umum, wujud konkret struktur sosial masyarakat tampak jelas dalam sistem diferensiasi dan stratifikasi sosial yang berlaku dalam sebuah masyarakat. 2. CIRI-CIRI STRUKTUR SOSIAL Struktur sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Muncul pada kelompok masyarakat. Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran. Status dan peran masing-masing individu hanya bisa terlihat ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat. b. Berkaitan erat dengan kebudayaan. Kelompok masyarakat lama-kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut. 1) Kondisi geografis Terdiri pulau-pulau yang terpisah. Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain. 2) Mata pencaharian Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam, antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri. 3) Pembangunan Pembangunan dapat mempengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia. Misalnya pembangunan yang tidak merata antara daerah dapat menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin. 2 c. Dapat berubah dan berkembang. Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. 3. FUNGSI STRUKTUR SOSIAL Pada struktur sosial terdapat perilaku-perilaku sosial yang cenderung tetap dan teratur sehingga dapat dilihat sebagai pembatas terhadap perilaku-perilaku individu atau kelompok. Di dalam struktur sosial, individu atau kelompok akan cenderung menyesuaikan perilakunya dengan keteraturan kelompok atau masyarakat. Secara umum, fungsi struktur sosial meliputi: a. Fungsi Identitas Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya. b. Fungsi Kontrol Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Apabila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. c. Fungsi Pembelajaran Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisiplinan. 4. BENTUK-BENTUK STRUKTUR SOSIAL Menurut Nasikun, struktur sosial masyarakat Indonesia dapat dilihat secara: a. Horizontal, yaitu struktur masyarakat yang ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan suku bangsa, agama, dan budaya. 3 b. Vertikal, yaitu struktur sosial masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan lapisan-lapisan sosial, seperti upper class, middle class, lower class. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bentuk struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial (vertikal) dan diferensiasi sosial (horizontal). Masing-masing punya ciri tersendiri. a. Stratifikasi Sosial Stratifikasi berasal dari kata strata atau tingkatan. Stratifikasi sosial adalah struktur dalam masyarakat yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan. Ukuran yang digunakan dalam tingkatan-tingkatan tersebut dapat berupa kekayaan, pendidikan, keturunan, atau kekuasaan. Max Weber menyebutkan bahwa kekuasaan, hak istimewa, dan prestiselah yang menjadi dasar terciptanya stratifikasi sosial. 1) Macam-macam stratifikasi sosial. a) Berdasarkan sifatnya, stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: (1) Stratifikasi sosial tertutup Stratifikasi sosial tertutup adalah stratifikasi sosial yang tidak memungkinkan terjadinya perpindahan posisi (mobilitas sosial). (2) Stratifikasi sosial terbuka Stratifikasi sosial terbuka adalah stratifikasi yang mengizinkan adanya mobilitas, baik naik ataupun turun. Biasanya stratifikasi ini tumbuh pada masyarakat modern. (3) Stratifikasi sosial campuran Stratifikasi sosial campuran dapat terjadi apabila stratifikasi sosial terbuka bertemu dengan stratifikasi sosial tertutup. Anggotanya kemudian menjadi anggota dua stratifikasi sekaligus. Mereka harus menyesuaikan diri terhadap dua stratifikasi yang ia anut. b) Menurut dasar ukurannya, stratifikasi sosial dibagi menjadi: (1) Dasar ekonomi Berdasarkan status ekonomi yang dimilikinya, masyarakat dibagi menjadi: (a) Golongan atas adalah orang-orang kaya dan pengusaha atau orang yang memiliki penghasilan besar. 4 (b) Golongan menengah terdiri dari pegawai kantor, pemilik lahan, dan pedagang. (c) Golongan bawah terdiri dari buruh tani dan budak. (2) Dasar pendidikan Orang yang berpendidikan rendah menempati posisi terendah, berturutturut hingga orang yang memiliki pendidikan tinggi. (3) Dasar kekuasaan Stratifikasi jenis ini berhubungan erat dengan wewenang atau kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Makin besar wewenang atau kekuasaan seseorang, makin tinggi strata sosialnya. 2) Faktor-faktor pembentuk stratifikasi sosial a) ukuran kekayaan Mereka yang memiliki kekayaan melimpah akan berada di posisi lapisan atas, kekayaan dapat dilihat dari mewahnya rumah, mobil, fashion, dan tempat makan. b) ukuran kekuasaan Mereka yang memiliki kekuasaan akan menempati posisi lapisan atas. c) Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan tidak dapat lepas dari ukuran kekuasaan dan kekayaan. Orang yang paling disegani dan dihormati di masyarakat akan menempati posisi lapisan tertinggi. d) Ukuran ilmu pengetahuan seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan atau tingkat pendidikan yang tinggi akan dihargai masyarakat. 3) Fungsi stratifikasi sosial a) Sebagai alat pendistribusian hak dan kewajiban pada setiap lapisan atau strata b) Menempatkan individu-individu pada strata tertentu c) Sebagai pemersatu dengan pola mengoordinasikan bagian-bagian yang ada dalam struktur sosial guna mencapai tujuan yang telah disepakati d) Dapat memecahkan persoalan-persoalan dalam masyarakat e) Mendorong masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. 5 4) Dampak adanya stratifikasi sosial adalah. a) Dampak positif Orang yang berada pada lapisan terbawah akan termotivasi dan terpacu semangatnya untuk bisa meningkatkan kualitas dirinya, kemudian mengadakan mobilitas sosial ke tingkatan yang lebih tinggi. b) Dampak negatif Dampak negatif dari stratifikasi sosial dapat menimbulkan kesenjangan sosial. b. Diferensiasi Sosial Menurut Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial adalah penggolongan masyarakat atas perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejajar. 1) Ciri dasar diferensiasi sosial a) ciri fisik Diferensisi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. misalnya: warna kulit, bentuk mata, rembut, hidung, muka, dan sebagainya. b) ciri sosial Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku yang berbeda dalam masyarakat.contoh: perilaku dan cara berpikir seorang pedagang akan berbeda dengan pegawai pabrik. c) Ciri budaya Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti kepercayaan, agama, kesenian, bahasa, pakaian adat, dan sebagainya. 2) Bentuk diferensiasi antara lain: a) Diferensiasi ras Ras adalah suatu kelompok manusia dengan ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Secara umum, manusia dapat dibagi menjadi tiga kelompok ras, yaitu ras Mongoloid, Negroid, dan Kaukasoid. Orang Indonesia termasuk dalam ras Mongoloid. 6 b) Diferensiasi suku bangsa Suku bangsa adalah kategori yang lebih kecil dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka ragam suku bangsa yang tersebar dari Pulau Sumatra hingga Papua. c) Diferensiasi klan Klan merupakan kesatuan keturunan, kepercayaan, dan tradisi. Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk klan utama, yaitu: (1) Klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilineaf). Contoh: Masyarakat yang terdapat di Minangkabau. (2) Klan atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal). Contoh: Masyarakat yang terdapat di Batak. d) Diferensiasi agama Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu, dan kepercayaan lainnya. e) Diferensiasi profesi Masyarakat biasanya dikelompokkan atas dasar jenis pekerjaannya. f) Diferensiasi jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin Masyarakat dibagi atas laki-laki dan perempuan yang memiliki derajat yang sama. 5. UNSUR-UNSUR STRUKTUR SOSIAL a. Status sosial Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan masyarakat di sekitarnya. Pada umumnya di lingkungan masyarakat dikembangkan tiga macam status yaitu : 1) Ascribed status Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat, tanpa memperhatikan perbedaanperbedaan rohaniyah dan kemampuan. Kedudukan ini secara otomatis diperoleh karena keturunannya. Status ini pula ddiperoleh dengan sendirinya tanpa melakukan perjuangan dan bersifat alamiah dalam kehidupan masyarakat. 2) Achieved status 7 Yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang dengan melalui perjuangan dan pengorbanan. Status ini diperoleh bukan sejak lahir, tetapi terbuka secara umum bagi siapa saja yang dapat mencapainya. 3) Assigned status Yaitu kedudukan yang diberikan oleh suatu kelompok kepada seseorang karena jasa-jasanya dalam hal-hal tertentu, baik berjasa kepada organisasi, masyarakat atau kepada negara. b. Peran sosial Jika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya maka, ia telah menjalankan peran. Kesimpulannya adalah “peran melekat pada kedudukannya”. Seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perilaku teman-teman kelompoknya. Hubungan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat merupakan hubungan antara peran-peran individu dalam masyarakat. Peran yang melekat pada seseorang lebih menekankan pada fungsi menyesuaikan diri, sedangkan status lebih bersifat statis/tetap. Misalnya status sebagai lurah berperan memimpin warga kelurahan, status sebagai dokter berperan mengobati pasien. c. Organisasi sosial Merupakan suatu susunan dari berbagai hubungan manusia yang terjadi di masyarakat sebagai suatu kesatuan yang teratur. Ada beberapa syarat yang diperlukan dalam mengatur hubungan antaranggota dalam sebuah organisasi sosial yang meliputi: Setiap anggota hidup dalam suasana harmonis meskipun memiliki kehidupan yang berbeda, adanya kekuasaan atau otoritas yang bersifat memaksa dalam pelaksanaan hubungan antaranggota, dan memiliki ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat diterima oleh anggota-anggota. 1) Tipe-tipe organisasi sosial a) Organisasi formal Organisasi formal ditandai dengan adanya wewenang dan tanggung jawab yang tegas sebagai pedoman pelaksanaan organisasi tersebut. Ciri-ciri organisasi formal: (1) pola komunitas yang relatif mapan, (2) disiplin kerja yang diatur secara resmi, (3) pengorganisasian yang jelas, 8 (4) kekhususan keahlian, (5) tujuan yang terencana dengan jelas. b) Organisasi informal Organisasi informal adalah organisasi yang mencapai tujuannya dengan melakukan hubungan antaranggotanya atas dasar hubungan pribadi tanpa menurut ketentuan formal. Dasar krdisiplinan anggota organisasi diukur dari kesadaran pribadi terhadap upaya pencapaian tujuan organisasi. Ciri-ciri organisasi informal, sebagai berikut: (1) hubungannya bersifat informal, (2) anggotanya berjumlah relatif kecil, (3) pembentukan organisasinya didasarkan pada kepentingan bersama, (4) adanya kegemaran yang relatif sama di luar organisasi, (5) disiplin kerjanya didasarkan atas kesadaran pribadi. 2) Ciri-ciri organisasi sosial a) rumusan batas-batas operasionalnya jelas, artinya terdapat tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan kepentingan, b) organisasi pada umumnya mempunyai identitas yang jelas, c) organisasi menetapkan anggotanya secara formal. B. KONFLIK SOSIAL DALAM MASYARAKAT 1. PENGERTIAN KONFLIK Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang berarti bersama dan filgere yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang melibatkan dua pihak atau lebih. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa pertentangan atau konflik adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Jadi, konflik sosial adalah proses sosial, yang terjadi dalam masyarakat bagaimanapun keadaanya, baik pada masyarakat modern maupun pada masyarakat tradisional. Proses sosial yang terjadi karena interaksi sosial dalam masyarakat akan menimbulkan berbagai masalah salah satunya adalah konflik sosial. 9 2. BENTUK-BENTUK KONFLIK a. Berdasarkan pihak yang terlibat di dalamnya 1) Konflik pribadi Konflik yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik pribadi erat kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi. 2) Konflik antar individu konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang atau lebih sifatnya kadangkadang substantif, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan atau bersifat emosional, menyangkut perbedaan selera dan perasaan like/dislike. 3) Konflik antarkelompok konflik ini banyak dijumpai dalam kenyataan masyarakat karena sebagai makhluk sosial mereka hidup dalam kelompok-kelompok. Kelompok satu dan lainnya memiliki sudut pandang atau pendapat yang berbeda, hal tersebut dapat menjadi sumber konflik antarkelompok. 4) Konflik antaretnis Keragaman etnis dipandang sebagai salah satu pemicu konflik dalam suatu negara. Perbedaan adat istiadat, budaya dan pandangan etnis tertentu bertentangan dengan pendapat etnis lainnya. Contohnya konflik yang terjadi di Kalimantan tahun 2001. 5) Konflik antarnegara. Konflik antarnegara dapat terjadi jika muncul dominasi suatu negara terhadap negara lainnya. Contohnya terjadi konflik antara Indonesia dengan Belanda pada awal kemerdekaan yang disebabkan Belanda menganggap bahwa indonesia masih merupakan wilayah jajahannya. b. Berdasarkan konsentrasi aktifitas manusia dalam masyarakat 1) Konflik politik. Konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan dalam sebuah partai politik. Contohnya kasus G30S/PKI yang menewaskan banyak korban jiwa. 2) konflik ekonomi. Adanya kesenjangan antara si kaya dan si miskin, naiknya harga kebutuhan pokok, meluasnya kemiskinan akibat lapangan kerja yang kurang memadai merupakan hal-hal penyebab terjadinya konflik bernuansa ekonomi di masyarakat. 10 3) Konflik budaya. perbedaan budaya dalam memandang suatu hal dapat menyebabkan terjadinya konflik. 4) Konflik agama adalah konflik yang dilatarbelakangi perbedaan tata cara beribadah, pandangan, dan lainnya bahkan perbedaan juga terjadi dalam satu agama. Konflik berdasarkan konsentrasi aktivitas manusia dalam masyarakat ini merupakan. suatu jenis konflik yang berpangkal pada ketidaksepakatan terhadap pengaturan-pengaturan yang dilakukan berkenaan dengan berbagai kepentingan yang dihadapi atau dibutuhkan. 3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK SOSIAL a. Perbedaan individu Perbedaan individu meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. b. Perbedaan latar belakang kebudayaan Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu, yang dapat memicu konflik. c. Perbedaan kepentingan antara individu, atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan, kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. 1) Para tokoh menganggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. 2) Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. 11 3) Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan, sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antarkelompok atau antara kelompok dengan individu. d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial, sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi secara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. 4. DAMPAK TERJADINYA KONFLIK SOSIAL Suatu konflik tidak selalu mendatangkan hal-hal yang buruk, tetapi kadang-kadang mendatangkan sesuatu yang positif. a. Dampak positif konflik sosial 1) Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah, misalnya perbedaan pendapat akan sesuatu permasalahan dalam suatu diskusi atau seminar biasanya bersifat positif, sebab akan makin memperjelas kesimpulan yang diperoleh dari diskusi tersebut. 2) Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok. Untuk mengurangi ketergantungan antar individu dan kelompok. 3) Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antar individu dan kelompok 12 4) Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru. 5) Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatankekuatan dalam masyarakat. 6) Bertambahnya solidaritas intern dalam suatu kelompok. 7) Menambah wawasan pihak yang bertikai. Contoh dalam peristiwa perang dunia II, berbagai negara sadar akan akan bahaya yang ditimbulkan dari bom atom sehingga sekarang mendapat perhatian serius dan aturan yang ketat mengenai uji coba nuklir. b. Dampak negatif konflik sosial 1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok. Sehingga anggota lain rela berkorban demi menghadapi tantangan dari luar. 2) Keretakan hubungan antar individu atau, kelompok, misalnya keretakan hubungan dalam negara Israel akibat konflik dengan bangsa Palestina dan negara-negara Arab lainnya. 3) Perubahan kepribadian para individu, misalnya terjadi perang antar kelompok yang akan menimbulkan kebencian, saling curiga, beringas, dan Iain-Iain. 4) Kerusakan harta benda dan bahkan, hilangnya nyawa manusia. 5) Akomodasi, dominasi, bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian. 5. BENTUK PENGENDALIAN KONFLIK SOSIAL Bentuk-bentuk pengendalian konflik sosial antara lain sebagai berikut. a. Konsiliasi (Conciliation) Konsiliasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang utama. b. Mediasi (Mediation) Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilaksanakan apabila kedua belah pihak yang terlibat konflik bersama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasehat-nasehat untuk menyelesaikan pertentangan mereka. 13 c. Perwasitan (Arbitration) Dilakukan apabila kedua belah pihak bersepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di antara mereka. Di dalam bentuk mediasi, kedua belah pihak yang bertentangan menyetujui untuk menerima pihak ketiga sebagai wasit. Sebaliknya, suatu perwasitan menempatkan kedua belah pihak yang bertentangan pada kedudukan untuk harus menerima keputusan-keputusan yang diambil wasit. b. Paksaan (coersion) Merupakan upaya menyelesaikan konflik dengan cara paksaan fisik atau psikologis. Paksaan psikologis biasanya digunakan terlebih dahulu sebelum paksaan fisik. Paksaan fisik dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. c. Detente Berarti mengurangi ketegangan hubungan antara dua pihak yang bertikai. Cara ini merupakan persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam mencapai perdamaian. Namun sering kali detente dipakai untuk memperkuat diri . ketika merasa kekuatannya pulih, satu pihak segera menyerang pihak yang lain untuk memperoleh kemenangan. C. MOBILITAS SOSIAL 1. PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL Mobilitas sosial dapar diartikan sebagai perpindahan dari suatu struktur sosial ke arah struktur sosial yang lainnya. Perpindahan itu mengakibatkan naik turunnya kondisi status sosial seseorang atau kelompok. 2. JENIS-JENIS MOBILITAS SOSIAL a. Mobilitas sosial vertikal Yaitu mobilitas sosial yang berakibat naik atau turunnya status sosial. Contoh mobilitas sosial vertikal yang menunjukkan perubahan naik, yaitu seorang penjual es menjadi kepala desa, semula menjadi satpam dan kemudian menjadi anggota DPRD. Contoh mobilitas sosial vertikal menurun yaitu semula menjadi kepala dinas, pindah menjadi staf dipropinsi terpencil. 14 b. Mobilitas sosial horizontal Yaitu mobilitas atau perpindahan yang tidak mengubah status. Mobilitas sosial dapat terjadi pada individu, kelompok maupun masyarakat. Mobilitas sosial individu yaitu perpindahan atau perubahan status sosial seseorang yang dialami secara individu. Mobilitas sosial kelompok yaitu perubahan status sosial yang dialami oleh suatu kelompok. Mobilitas sosial masyarakat yaitu perubahan status sosial masyarakat secara bersamaan. 3. SALURAN-SALURAN MOBILITAS SOSIAL Menurut Pitirin A. Sorokin, untuk melakukan mobilitas sosial vertikal ke atas dapat dilakukan melalui saluran-saluran mobilitas sosial. Saluran-saluran mobilitas tersebut, sebagai berikut. a. angkatan bersenjata Jasa seorang prajurit militer akan dihargai oleh masyarakat sehingga akan mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat. Penghargaan yang diberikan masyarakat tersebut tanpa memerhatikan status atau kedudukan prajurit tersebut. Melalui karier dalam kemiliteran, seorang prajurit dapat memperoleh kekuasaan dan wewenang yang besar b. lembaga keagamaan Sebagai makhluk, setiap manusia sama kedudukannya di hadapan Tuhan. Namun, sebagai warga masyarakat, manusia dibedakan status sosialnya berdasarkan kelebihankelebihan tertentu. salah satunya adalah kelebihan dalam kesalehan dan penguasaan ilmu agama. hal ini menyebabkan perbedaan antara orang yang menguasai ilmu agama secara mendalam dengan orang yang hanya paham sedikit agama. masyarakat akan lebih menghargai mereka yang paham banyak masalah agama. c. lembaga pendidikan Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang unggul, seseorang akan mengalami mobilitas sosial vertikal naik. Bentuk konkretnya adalah mudahnya diperoleh pekerjaan yang baik atau kedudukan yang tinggi. d. organisasi politik Suatu organisasi politik seperti partai politik dapat memberikan peluang besar bagi anggota-anggotanya untuk naik dalam tangga kedudukan yang lebih tinggi, terutama pada saat berlangsungnya pemilihan umum. Agar seseorang terpilih dalam pemilu, ia harus 15 membuktikan kemampuannya terlebih dahulu. Dalam hal ini, organisasi politik menjadi salah satu saluran pembuktian kemampuan. e. organisasi ekonomi Organisasi ekonomi merupakan saluran paling besar dan semua saluran mobilitas yang ada. Hal ini karena banyaknya organisasi ekonomi dalam masyarakat, baik swasta maupun milik pemerintah. Seseorang yang berpenghasilannya tinggi akan menduduki lapisan sosial atas. Bahkan, faktor ekonomi sering mengjadi simbol status bagi kedudukan seseorang dalam masyarakat. f. organisasi keahlian Antara lain himpunan sarjana ilmu pengetahuan sosial, misalnya persatuan guru, persatuan dokter, persatuan artis, dan lain-lain. organisasi-organisasi ini dapat menjadi wadah bagi individu-individu yang tergabung di dalamnya untuk menduduki lapisan atas dalam masyarakat. 4. FAKTOR PENDORONG, PENGHAMBAT, DAN YANG MEMPEN MOBILITAS SOSIAL a. Faktor pendorong mobilitas sosial Terjadinya mobilitas sosial didorong oleh situasi dan kondisi lingkungan setempat. Secara umum situasi yang dapat mendorong terjadinya mobilitas sosial, antara lain: 1) struktur sosial. Struktur sosial yang ada mendorong seseorang untuk melakukan mobilitas sosial. Dalam hal ini berarti perpindahan status sosialdapat terjadi apabila status sosial tinggi yang dituju memang benar ada, masih menyediakan ruang untuk diisi, dan mudah memperolehnya. Misalnya, sekelompok buruh tidak dapat menjadi karyawan pabrik yang dituju tidak membuka lowongan pekerjaan. 2) individu. Dalam masyarakat, status sosial yang tinggi telah tersedia. Akan tetapi, tidak semua orang mampu meningkatkan status sosialnya. Orang dari status sosial rendah tidak dapat secara otomatis menempati status sosial tinggi tersebut. Misalnya, seseorang mengadu nasib ke jakarta untuk berjuang memperoleh pekerjaan. Di Jakarta tersedia berbagai macam kesempatan kerja. Akankah orang tersebut dapat menempati peluang kerja yang tersedia? Belum tentu! Hal tersebut sangat bergantung pada kecakapan, keterampilan, dan kemampuan orang tersebut. 16 Semakin tinggi kemampuan individu, semakin besar kesempatannya untuk meningkatkan status sosialnya. b. Faktor penghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor yang menghambat mobilitas sosial, sebagai berikut: 1) lingkungan asal Lingkungan yang terbuka akan mempermudah terjadinya mobilitas sosial. 2) Tradisi Dalam masyarakat memiliki tradisi masing-masing yang berbeda-beda dengan masyarakat lainnya. Tradisi tersebut biasanya menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Tradisi yang masih kolot akan mempersulit terjadinya mobilitas sosial. 3) Ekonomi Keadaan perekonomian yang serba kekurangan akan memperlambat mobilitas sosial seseorang karena keterbatasan perekonomian. 4) Kebudayaan Kebudayaan yang dapat memperlambat mobilitas sosial adalah kebudayaan yang bersifat tradisional. Daam kebudayaan tradisional tersebut terdapat norma-norma yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakatnya. Hal ini membatasi gerak seseorang untuk melakukan mobilitas sosial. Berbeda dengan masyarakat modern yang memberikan peluang terjadinya mobilitas sosial karena kemajuan teknologi. c. faktor yang memengaruhi mobilitas sosial faktor-faktor yang dapat memengaruhi mobilitas sosial, yaitu: 1) Keadaan ekonomi Mobilitas sosial geografis sering terjadi apabila sumber daya alam di daerah padat penduduk sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan unutk hidup. Sehingga penduduk cenderung mencari lahan subur di daerah lain melalui migrasi/perpindahan antarwilayah 2) motif-motif keagamaan Adanya kelompok-kelompok yang menekan terhadap umat beragama lainnya mengakibatkan kelompok-kelompok yang merasa tertekan tersebut memilih untuk mengadakan mobilitas sosial. 3) status sosial 17 Status sosial tidak terlepas dari pembawaan yang dimiliki orang tuanya,. Oleh karena itu, apabila seorang anak tidak merasa puas dengan kedudukan orang tuanya, ia dapat berusaha untuk meraih kedudukan yang lebih tinggi daripada orang tuanya. 4) masalah kependudukan Semakin sempitnya lahan pemukiman mendorong orang untuk mencari tempattempat atau wilayah yang masih memungkinkan untuk bermukim. 5) Keinginan melihat daerah lain Muncul gagasan untuk melihat daerah lain menimbulkan ide terjadinya mobilitas secara geografis. Selain itu juga memungkinkan terjadinya perpindahan masyarakat dari suatu lapisan sosial ke lapisan sosial yang lain dengan cara alih potensi dengan membandingkan besarnya pendapatan atau gaji yang lebih besar. 6) Situasi politik Apabila situasi politik suatu wilayah negara tidak menjamin terhadap keamanan penduduk, mobilitas sosial akan terjadi, mereka akan berpindah mencari daerah yang aman. 5. PROSES TERJADINYA MOBILITAS SOSIAL Proses terjadinya mobilitas sosial disebabkan adanya perubahan sosial. Berikut ini faktor yang mempengaruhi perubahan sosial. a. tingkat reproduksi. Hal yang mendorong tumbuhnya mobilitas karena adanya suatu lapisan yang tidak dapat memproduksi sesuai kebutuhannya. Contohnya, tenaga ahli dalam suatu daerah terbatas sehingga tidak dapat menangani ssemua pekerjaan. Akibatnya, orang-orang yang tidak ahli akan berpindah pekerjaan ke lapisan pekerjaan ahli tersebut. b. perbedaan tingkat migrasi. Seiring dengan perkembangan sosial serta ekonomi masyarakat , kondisi politik, keamanan, dan mobilitas penduduk di indonesia semakin rumit/kompleks. Ragamnya meliputi mobilitas internasional, desa-desa termasuk mobilitas musiman, antarwilayah(antar provinsi) termasuk transmigrasi dan akhirakhir ini pengungsi, seiring dengan bergejolaknya situai politik dan terganggunya kondisi keamanan pada berbagai tempat di tanah air. Mobilitas adalah suatu hal yang wajar sebagai reaksi dari perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan, tidak 18 mungkin dicegah. Adapun yang perlu dicermati adalah dampaknya baik yang positif maupun negatif, baik bagi daerah yang ditinggalkan maupun yang didatangi, dan untuk para migran sendiri, keluarganya serta keseimbangan dalam pola dan laju gerak masyarakat. 1) mobilitas internasional Mobilitas penduduk dari indonesia ke luar negeri sebenarnya sudah berlangsung berabad-abad lamanya, namun mulai mencuat sejak pertengahan dasawarsa 1970an. karena besarannya yang semakin meningkat, baik yang resmi maupun yang tidak resmi/ilegal, termasuk migran wanita. Negara-negara tujuan utama biasanya Malaysia, dan Timur Tengah. Pada era global sekarang ini pergerakan modal barang maupun informasi antarnegara lebih bebas, namun pergerakan manusia masih terhambat aturan-aturan migrasi yang sangat ketat di negara-negara penerima. 2) mobilitas internal Data hasil sensuds serta survei penduduk antarsensus (SUPAS) memperlihatkan bahwa mobilitas penduduk antarprovinsi menunjukkan kecenderungan ke pulau Jawa. Hal tersebut pada akhirnya akan menimbulkan masalah serius seperti lingkungan kumuh, lapangan kerja yang langka, serta menurunnya tingkat pelayanan prasarana perkotaan. Pola ini mencerminkan disparitas wilayah, yang merupakan perwujudan kebijaksanaan pembangunan dengan orientasi sarat pada pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang kebanyakan berlokasi di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Dengan kondisi seperti itu aliran penduduk ke kota-kota beasr tidak akan dapat dihambat, sekalipun dengan tindakan menjadikan kota tertutup untuk para pendatang. c. perubahan teknologi. Kemajuan transportasi di bidang perhubungan telah mengalami kemajuan pesat. Hal ini menunjukkan adanya perubahan teknologi. Dahulu transportasi masih sederhana berupa becak, delman dan kereta uap, sekarang manusia sudah mengenal kendaraan bermotor dan ketera listrik. Di eberapa daerah juga terjadi alih pekerjaan yang dulunya penggarap sawah setelah dibangunnya pabrik menjadi karyawan atau buruh di pabrik. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi tidak secara drastis meningkatkan status sosial seseorang dalam masyarakat. 19 b. Perubahan kemampuan. Pendidikan dan keterampilan akan memengaruhi perubahan kemampuan seseorang. Secara otomatis akan berpengaruh pada mobilits sosial. Contoh seseorang yang awalnya hanya bisa menjahit dengan tangan, setelah kursus menjahit mesin dia sudah bisa menjahit dengan mesin dan dapat menjahit dengan lebih cepat dan rapi. c. Perubahan sikap. Perubahan sikap dapat mendukung dan menghambat terjadinya mobilitas sosial. Contoh sikap yang mendukung dan menghambat terjadinya mobilitas sosial adalah keinginan untuk maju dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sementara itu sikap menghambat mobilitas sosial adalah bersikap masa bodoh, tidak peduli dengan lingkungannya dan pasrah tanpa mau berusaha. 6. DAMPAK MOBILITAS SOSIAL secara garis besar ada dua bentuk umum dampak dari mobilitas , yaitu konflik dan penyesuaian. a. terjadinya konflik sosial Dalam mobilitas sosial konflik cenderung disebabkan adanya benturan berbagai nilai dan kepentingan-kepentingan tertentu. benturan ini karena masyarakat belum siap menerima sebuah perubahan. Sebagian masyarakat ingin mengubah aturan-aturan dan nilai untuk mendapatkan pengakuan akan status baru yang dimilikinya. Namun sebagian lagi ingin menolak dan berusaha mempertahankan nilai dan aturan yang sudah ada. Perbedaan ini cenderung memicu sebuah konflik di masyarakat. Masing-masing pihak cenderung menggagalkan kepentingan pihak lain. secara umum konflik yang muncul, antara lain: 1) Konflik antarsosial. Perbedaan ciri-ciri fisik dan kebudayaan memicu terjadinya konflik antarsosial. Dalam konflik ini masing-masing saling menjatuhkan. 2) Konflik kelompok sosial. Konflik ini tergantung pada struktur sosial yang menyangkut tujuan dan nilai-nilai kepentingan. Pertentangan akan bersifat negatif jika tidak ada toleransi antara kedua belah pihak. Konflik dalam kelompok sosial membantu menghidupkan norma sosial. Konflik ini juga dapat menjadi sarana mencapai keseimbangan dan kekuatan dalam masyarakat. 3) konflik antargenerasi. Contoh konflik ini antara lain, hubungan antara orang tua dan anak yang tidak sama jenjang pendidikannnya. Misalnya anak memiliki pendidikan 20 yang lebih tinggi cenderung akan merasa benar jika berdiskusi dengan orang tuanya. Akibatnya timbul pertentangan antara ayah dan anak. b. Penyesuaian pasca konflik. Setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan konflik dalam masyarakat. Konflik yang terjadi akibat mobilitas sosial mendorong warga masyarakat untuk mengadakan penyesuaian terhadap perubahan yang ada. Jika penyesuaian dapat dilakukan, maka akan terhindar dari konflik berkepanjangan, keteraturan akan tercipta, dan masyarakat mendapatkan ketenangan dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan demikian konflik mampu membentuk stabilitas sosial baru. Konlik yang ditimbulkan karena mobilitas sosial mendorong masyarakat untuk menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Penyesuaian terhadap perubahan akibat mobilitas sosial anatra lain: 1) perlakuan baru masyarakat terhadap kelas sosial dan kelompok sosial atau generasi tertentu. 2) penerimaan individu atas kelompok warga akan kedudukannya yang baru. 3) pergantian dominasi dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat. 21