abstract penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat

advertisement
ABSTRACT
PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN BIAYA PADA PT. LIMA UTAMA SURABAYA
OLEH:
ABDUL HARIS KURNIAWAN
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian
rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan aset, biaya, dan pendapatan dilakukan sesuai
dengan bidang pertanggungjawaban di dalam sebuah perusahaan. Dengan adanya akuntansi
pertanggungjawaban, pimpinan dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab ke
tingkat pimpinan di bawahnya dengan lebih efisien tanpa memantau secara langsung seluruh
kegiatan perusahaan. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang memadai mampu
mendorong perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui apakah penerapan
akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya telah memadai dalam
menunjang efisiensi pengendalian biaya.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban di PT. Lima Utama Surabaya belum memadai. Hal ini terlihat dengan :
PT. Lima Utama Surabaya belum melakukan pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak
terkendali dengan cukup memadai. Klasifikasi kode rekening juga belum diterapkan dengan
cukup memadai. Biaya-biaya yang terjadi dicatat untuk setiap tingkat manajemen, namun
belum digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam
struktur organisasi. PT. Lima Utama Surabaya telah melakukan perhitungan analisis laporan
keuangan, namun perusahaan tidak melakukan penelusuran mendalam sehingga sulit untuk
mengambil tindakan koreksi. Perusahaan tidak membuat rekomendasi sehubungan dengan
adanya penyimpangan materiil.
Kata Kunci : Akuntansi Pertanggungjawaban dan Pengendalian Biaya
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu Negara
yang terdiri atas bermacam pulau menyebabkan
diperlukannya
pengembangan
sarana
transportasi
untuk
menunjang
aktivitas
perekonomian. Sarana transportasi yang ada
dimanfaatkan untuk mendistribusikan barang
dan melayani jasa pengangkutan orang, dari
satu tempat ke tempat yang lain untuk tujuan
tertentu.
PT. Lima Utama, adalah sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang jasa
ekspedisi. Masuknya perusahaan-perusahaan
ekspedisi asing yang beroperasi di Indonesia
semakin menambah semarak persaingan dalam
industri ini. Kondisi ini pada gilirannya semakin
menuntut adanya efisiensi dari perusahaanperusahaan ekspedisi agar mampu bertahan
dalam persaingan global ini. Efisiensi
merupakan suatu permasalahan yang harus
diperhatikan semua badan usaha agar mampu
bertahan dalam persaingan global. Dengan
efisiensi ini segala bentuk aktivitas yang
menimbulkan ekonomi biaya tinggi dapat
ditekan seminimal mungkin yang pada
gilirannya akan dapat menghasilkan produk
berupa barang atau jasa dengan harga jual yang
kompetitif.
Demi kelangsungan hidup perusahaan,
maka sebaiknya perlu dilakukan pengendalian
terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan
mengurangi biaya-biaya yang tidak efektif
dalam kegiatannya. Dari observasi yang
dilakukan dapat diketahui bahwa pengendalian
biaya yang ada diperusahaan tidak berjalan
dengan baik, hal ini terbukti dengan tidak
adanya pemisahan antara biaya terkendali
dengan biaya tidak terkendali. Oleh karena itu,
perusahaan perlu menerapkan akuntansi
pertanggungjawaban
guna
menunjang
pengendalian biaya. Semakin baik penerapan
akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan
maka akan semakin baik pula pengendalian
biaya.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah
suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian
rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan
aset, biaya, dan pendapatan dilakukan sesuai
dengan bidang pertanggungjawaban di dalam
sebuah perusahaan. Tujuannya agar ditunjuk
orang atau kelompok orang yang bertanggung
jawab atas penyimpangan aset, biaya, dan
pendapatan yang dianggarkan (Mulyadi, 2007).
Akuntansi pertanggungjawaban juga perlu
dievaluasi agar berlangsung dengan baik
sehingga manajemen dapat dengan mudah
menghubungkan biaya yang timbul dengan
manajer pusat pertanggung jawaban yang
bertanggung jawab. Penerapan akuntansi
pertanggungjawaban yang memadai mampu
mendorong perusahaan guna mencapai tujuan
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dan melihat
pentingnya pengendalian suatu biaya, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai, “Penerapan Akuntansi Pertanggung
jawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya
(Studi Kasus pada PT. Lima Utama Surabaya)”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan yang telah dikemukakan, maka
dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama
Surabaya telah memadai?
2. Bagaimana efisiensi pengendalian biaya
yang dilaksanakan pada PT. Lima Utama
Surabaya?
3. Apakah akuntansi pertanggungjawaban
berperan dalam menunjang efisiensi
pengendalian biaya pada PT. Lima Utama
Surabaya?
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Di bawah ini akan diuraikan beberapa
penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan
penulis dalam penelitian ini. Penelitian yang
sebelumnya diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mulianik
(2007),
Akuntansi
Pertanggungjawaban untuk Mengukur
Kinerja Departemen Produksi pada PT.
Karya Bakti di Rembang, Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Permasalahannya yaitu “Bagaimana agar
akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat
pengendalian
biaya
produksi dapat
dilaksanakan sebaik-baiknya.” Dari hasil
penelitian diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
Bahwa
pelaksanaan
dan
pengendalian
akuntansi
pertanggung
2.
jawaban dari masing-masing unit masih
kurang efektif dan efisien. Direktur utama
belum melaksanakan fungsi pengendalian
secara rutin. Di samping itu, perencanaan
kegiatan belum terorganisir.
Susi
Trisnawati
(2006),
Penerapan
Akuntansi Pertanggungjawaban dengan
Efektivitas Pengendalian Biaya pada 5
Hotel di Tasikmalaya, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta. Dengan hasil bahwa
terdapat hubungan yang positif antara
penerapan akuntansi pertanggungjawaban
dengan efektivitas pengendalian biaya.
Persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-sama membahas
penerapan akuntansi pertanggungjawaban
dalam suatu organisasi.
Perbedaannya terletak pada pembahasan
mengenai analisa akuntansi pertanggung
jawaban dan objek yang diteliti. Berbeda
dengan penelitian terdahulu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan akuntansi pertanggungjawaban
dapat digunakan sebagai alat dalam
menunjang pengendalian biaya pada suatu
perusahaan. Salah satu data penelitian yang
digunakan diperoleh dari hasil lapangan
yang diajukan dengan wawancara atas
pihak-pihak yang bersangkutan.
Landasan Teori
Pengertian akuntansi pertanggungjawaban
menurut Garisson (2008:380) adalah:
“ A system of accountability in which managers
are held responsible for those items of revenue
and cost – and only those items – over which
the manager can exert significant control. The
managers are held responsible for differences
between budgeted and actual result.”
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu
sistem akuntansi dimana manajer dibebani
pendapatan dan biaya yang menjadi tanggung
jawab dan yang berada dalam kendalinya.
Manajer bertanggung jawab atas perbedaan
antara anggaran dan realisasi”
Menurut Mulyadi (2007 : 218) Akuntansi
pertanggungjawaban adalah suatu sistem
akuntansi yang disusun sedemikian rupa
sehingga pengumpulan dan pelaporan
biaya dan pendapatan dilakukan sesuai
dengan pusat pertanggungjawaban dalam
organisasi, dengan tujuan agar dapat
ditunjuk orang atau kelompok orang yang
bertanggung jawab atas penyimpangan
biaya dan pendapatan yang dianggarkan.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Akuntansi pertanggungjawaban timbul dari
pendelegasian wewenang pada setiap
departemen dalam suatu organisasi.
2. Laporan pertanggungjawaban merupakan
dasar untuk menilai kinerja dari pusat-pusat
pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas
perusahaan.
3. Akuntansi pertanggungjawaban itu sendiri
merupakan suatu sistem akuntansi yang
disusun sedemikian rupa berdasarkan
pengumpulan data, pelaporan biaya, serta
penghasilan yang diperoleh.
Sehubungan
dengan
adanya
pendelegasian wewenang dan membentukan
departementalisasi, maka dengan sendirinya
akan tercipta hubungan antara atasan dengan
bawahan, di mana bawahan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaannya, sehingga tercipta
keseimbangan seperti yang dikehendaki yaitu
kebebasan bertindak yang diberikan kepada
eksekutif secara individual.
Dari definisi tersebut di atas memberi
gambaran bahwa untuk dapat menilai kinerja
manajer digunakan sistem yang menganut
akuntansi biaya dan pendapatan organisasi atau
dengan kata lain perusahaan harus diteliti dan
diklasifikasikan secara seksama sesuai dengan
berbagai
tingkatan
manajemen
yang
mengendalikan biaya. Selanjutnya, setiap
tingkatan manajemen dibebani dengan biaya
yang berada di bawah pengendaliannya, dan
manajer harus bertanggung jawab atas
penyimpangan antara tujuan yang dianggarkan
dengan hal yang sesungguhnya.
Dengan akuntansi pertanggungjawaban,
pendelegasian wewenang dan tugas diharapkan
dapat merata serta menimbulkan keseimbangan
pelaksanaan tugas oleh masing-masing manajer
pusat pertanggungjawaban. Dengan kata lain,
akuntansi
pertanggungjawaban
adalah
akumulasi pendapatan dan biaya sesuai dengan
bidang tanggung jawabnya, sehingga semua
penyimpangan dari rencana dapat didefinisikan
kepada orang atau sekelompok orang yang
seharusnya bertanggung jawab.
Pengertian dan Peranan Anggaran
Beberapa definisi mengenai anggaran:
Menurut Garrison (2008:378), pengertian
anggaran adalah sebagai berikut: “A budget is a
detailed plan for the acqusition and use of
financial and other resources over a specified
time period. It represents a plan for the future
expresses in formal quantitative terms.”
“Anggaran
merupakan
rencana
terperinci yang menunjukkan bagaimana
sumber-sumber diperlukan dan dipergunakan
dalam interval
waktu tertentu. Anggaran
merupakan representasi suatu rencana untuk
masa yang akan datang dan dinyatakan secara
kuantitatif untuk masa tertentu.”
Sedangkan
menurut
Supriyono
(2008:15), berpendapat bahwa: “Penganggaran
merupakan perencanaan keuangan perusahaan
sekaligus dipakai dasar sistem pengendalian
(pengawasan) keuangan oleh perusahaan untuk
periode yang akan datang.”
Pengertian
dan
Penggolongan
Biaya
Terkendali dan Biaya yang Tidak Terkendali
Mengingat
dalam
akuntansi
pertanggungjawaban dan pengendalian biaya
mengharuskan pembebanan biaya atas biayabiaya
yang
dapat
dikendalikan,
pengklasifikasian biaya-biaya yang dapat
dikendalikan, maka pengklasifikasian biaya
terkendali dan biaya tidak terkendali harus ada
pada sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Pemisahan suatu biaya ke dalam biaya
terkendali dan tidak terkendali selalu
berhubungan dengan:
1. Tingkatan Manajemen
Suatu biaya yang tidak terkendali oleh
seorang
manajer
bagian
mungkin
merupakan biaya terkendalikan bagi
manajer departemen yang membawahinya.
Sebaliknya suatu biaya yang terkendalikan
oleh manajer departemen belum tentu
merupakan biaya terkendalikan bagi
manajer bagian yang berada di bawahnya.
2. Jangka Waktu
Biaya terkendalikan (controllable cost)
yang
didefinisikan
oleh Supriyono
(2008:35) adalah sebagai berikut: “Biaya
terkendalikan adalah biaya yang secara
langsung dapat dipengaruhi oleh seorang
pimpinan tertentu dalam jangka waktu
tertentu.”
Menurut Horngren Et.al. (2008:309), yaitu
: “A controllable cost is cost that can be
influenced or affected by particular
manager in the short run.”
“Biaya terkendalikan adalah biaya yang
dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan
tertentu dalam jangka pendek.”
Menurut Horngren Et.al. (2008:305): “A
uncontrollable cost is any cost that cannot be
affected by the management of a responsibility
centre within a given time span.”
“Biaya yang tak terkendali adalah biaya
yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang
pimpinan atau pejabat tertentu berdasar
wewenang yang ia miliki atau dapat
dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka
waktu tertentu.”
Biaya tak terkendali dapat diilustrasikan
pada contoh berikut ini:
Laporan manajer produksi terdiri dari laporan
tentang penggunaan bahan baku langsung dan
bahan pembantu, tetapi tidak termasuk
depresiasi, sewa, dan pajak kekayaan. Jadi,
biaya-biaya yang tidak berada dalam wewenang
bagian tersebut tidak menjadi tanggung
jawabnya.
Pemisahan antara biaya terkendali dan
tidak terkendali bertujuan untuk menyediakan
informasi. Biaya yang benar-benar tidak
terkendali tidak mempengaruhi keputusan dan
tindakan manajer, karena yang akan dilakukan
manajer tidak akan mempengaruhi biaya-biaya
tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut harus
diabaikan dalam menilai dan mengevaluasi
manajer. Selain itu juga bertujuan untuk
memperjelas
siapa
yang
sebenarnya
bertanggung jawab terhadap biaya-biaya
tersebut.
Dalam suatu organisasi biasanya hanya
ada seorang pimpinan yang
menjadi
penanggung jawab utama dalam pengendalian
suatu biaya tertentu yaitu pimpinan yang
mengawasi secara dekat kegiatan sehari-hari.
Semua biaya yang dapat dikendalikan tingkat
manajemen bawah, dipandang juga dapat
dikendalikan olek tingkat manajemen yang
membawahinya.
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban bisa berupa
unit divisi yang besar atau bisa juga berupa unit
divisi yang kecil. Besar kecilnya suatu ukuran
unit
kerja
bukan
merupakan kriteria
dibentuknya pusat pertangungjawaban. Kriteria
terpenting dari pusat pertanggungjawaban
menurut Decoster Et.al. (2006:415) adalah:
1. Merupakan suatu sub divisi yang relevan
untuk pelaksanaan operasi yang dapat
diidentifikasikan.
2. Terdapat pengukuran yang relevan dari
pelaksanaan operasi.
Menurut
Mulyadi
(2007:417),
pengertian pusat pertanggungjawaban adalah:
“Suatu unit organisasi di dalam perusahaan
yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab.” Dalam konteks ini,
seorang manajer (manajer tertentu) telah diberi
wewenang untuk merencanakan kegiatan dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana
selama periode tertentu sesuai dengan
kemampuan manajer itu untuk mempengaruhi
jalannya pelaksanaan rencana tersebut.
Menurut Anthony dan Govindarajan
(2005:175): Pusat pertanggung jawaban
(Responsibility center) adalah suatu unit
organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer
yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang
dilakukan. Kegiatannya adalah mengolah
masukan (bahan, tenaga kerja atau jasa)
menjadi keluaran (barang atau jasa) yang
diserahkan kepada pusat pertanggungjawaban
yang lain dalam suatu organisasi atau dijual
kepada pihak luar yang merupakan penghasilan
bagi pusat pertanggungjawaban tersebut.
Jadi jelaslah, bahwa pusat pertanggung
jawaban sangat penting artinya bagi akuntansi
pertanggungjawaban. Anggaran hanya dapat
disusun setelah pusat pertanggungjawaban dan
orang yang bertanggung jawab ditentukan.
Berdasarkan atas input yang dipakai
atau output yang dihasilkan, menurut Mulyadi
(2005:418), pusat pertanggungjawaban dapat
dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Pusat Biaya (Cost Centre)
Pusat
biaya
adalah
pusat
pertanggungjawaban
yang
prestasi
manajernya
diukur
berdasarkan
masukannya. Di sini manajernya harus
bertanggung jawab atas biaya yang
digunakan. Prestasi manajer pusat biaya
biasanya
diukur
berdasarkan
kemampuannya menekan biaya yang
digunakan pusat pertanggungjawabannya.
Pengukuran prestasi biaya atas dasar input
mempunyai kelemahan, yaitu bahwa
manajer
tersebut
mungkin
tidak
menghiraukan hasil yang diperoleh.
2. Pusat Pendapatan (Revenue Centre)
Pusat
pendapatan
adalah
pusat
pertanggungjawaban
yang
prestasi
manajernya
diukur
berdasarkan
keluarannya. Manajer suatu segmen
bertanggung jawab atas penghasilan yang
diperoleh.
Prestasi
manajer
pusat
penghasilan
itu
biasanya
diukur
berdasarkan jumlah penjualan yang dicapai.
Tidak hanya penjualan pada pihak lain di
luar perusahaan saja yang diukur, tetapi
penjualan pada pihak intern mungkin saja
diukur bila manajer segmen itu mempunyai
kebebasan menetapkan harga transfer atas
output nya yang dijual ke segmen lain.
Pengukuran prestasi hanya atas dasar
penghasilan mempunyai kelemahan, yaitu
bahwa manajer tersebut mungkin tidak
menghiraukan biaya yang dipakai.
3. Pusat Laba ( Profit Centre)
Pusat laba adalah pusat pertanggung
jawaban yang prestasi manajernya diukur
berdasarkan selisih antara keluaran dan
masukan. Untuk menghindari kelemahan
pusat biaya dan pusat penghasilan, manajer
pusat laba bertanggung jawab atas dua
komponen, yaitu biaya dan penghasilan.
Oleh sebab itu, di pusat laba laporan laba
digunakan untuk mengukur prestasi
manajernya. Laba itu mungkin diwujudkan
dalam bentuk laba sebelum pajak, marjin
kontribusi, atau laba bersih sesudah pajak.
4. Pusat Investasi (Investment Centre)
Pusat
investasi
adalah
pusat
pertanggungjawaban
yang
prestasi
manajernya
diukur
berdasarkan
perbandingan antara laba yang diperoleh
dengan investasi di dalam pusat
pertanggungjawaban tersebut. Seringkali
pengukuran
prestasi
yang
hanya
berdasarkan laba kurang baik, karena tidak
mempertimbangkan
investasi
yang
digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut. Pusat investasi ditetapkan untuk
mengatasi kelemahan itu, karena manajer di
pusat investasi bertanggung jawab atas
investasi yang digunakan dan laba yang
dihasilkan.
Yang dimaksud dengan investasi disini
terdiri dari aktiva tetap saja, atau selisih
aktiva termasuk modal kerja (yang bersifat
jangka pendek). Ukuran prestasi yang
sering dipakai di pusat investasi adalah ROI
dan RI.
Pengukuran prestasi di pusat investasi
dianggap paling bisa menyeluruh dan bisa
mengurangi
konflik
yang
timbul
dibandingkan jika hanya mengukur prestasi
berdasarkan biaya atau penghasilan saja.
Research Question
Dalam penelitian ini, Research Question
yang akan di gunakan dalam pengumpulan datadata antara lain:
1. Main Research Question
Bagaimana efisiensi pengendalian biaya
yang dilaksanakan pada PT. Lima Utama
Surabaya?
2. Mini Research Question
a. Apakah
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban pada PT. Lima
Utama Surabaya telah memadai?
b. Apakah akuntansi pertanggungjawaban
berperan dalam menunjang efisiensi
pengendalian biaya pada PT. Lima
Utama Surabaya?
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data
yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk
kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam
kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara
antara peneliti dan informan. Penelitian
kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme
yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi
jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh
individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan
untuk memahami fenomena-fenomena sosial
dari sudut perspektif partisipan.
Desain penelitian yang digunakan adalah
desain penelitian yang terstruktur yaitu dengan
membandingkan data yang ada dengan fakta
yang ada sehingga hasil penelitian memberikan
informasi yang benar dan tepat.
Batasan dan Asumsi Penelitian
Untuk menjaga kerangka masalah yang
dibahas pada penelitian ini lebih terfokus, maka
ruanglingkup pemecahan masalah dibatasi pada
hal-hal sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah PT. Lima Utama
Surabaya
2. Mencari tahu tentang penerapan akuntansi
pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama
Surabaya telah memadai atau belum.
3. PT. Lima Utama Surabaya sudah
menerapkan
akuntansi
pertanggung
jawaban.
Unit Analisis
Untuk mencapai tujuan penelitian sesuai
dengan yang diharapkan dalam penyusunan
Tugas Akhir ini dan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan, maka data yang telah terkumpul
akan dianalis dengan analisis Deskriptif
kuantitatif dikualitatifkan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Memeriksa dan meneliti data-data yang
telah terkumpul untuk menjamin apakah
data tersebut dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
2. Mengkategorikan
data-data
yang
disesuaikan dengan kriteria serta hal-hal
yang diperlukan dalam suatu pendataan.
3. Cara mengukur dan menghitungnya
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
dikualitatifkan.
Teknik
pengumpulan data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
wawancara / Interview, observasi dan
dokumentasi.
Teknik Analisis data
1. Analisis
dilakukan
dengan
cara
membandingkan antara teori-teori yang
telah ada dengan data-data yang didapat
dari studi kasus.
2.
3.
4.
5.
Dalam analisis ini penulis melakukan
pemahaman akan kondisi-kondisi yang ada
dalam perusahaan.
Kemudian melakukan analisis perbedaanperbedaan yang terjadi.
Menentukan apakah perbedaan-perbedaan
itu menyangkut hal-hal yang mendasar.
Dari analisis ini dapat disimpulkan tentang
efisiensi penerapan sistem akuntansi
pertanggungjawaban, serta memberikan
saran-saran
yang
tepat
mengenai
penerapannya di masa yang akan datang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Obyek Penelitian
PT. Lima Utama berdiri pada tahun
1990, di pimpin oleh bapak Liem Budiman
Halim sebagai diriktur utama, beralamat di Jl.
Kalimas Baru No. 62 B Surabaya.
Kemudian pada tahun 1996 PT. Lima Utama
pindah alamat dari Jl. Kalimas Baru No. 62 B
Surabaya, ke Jl. Tanjung Priok No. 29 Blok
A 3 Surabaya, telpon : 031 – 3292118.
Adapaun bidang usaha PT. Lima Utama
adalah Expedisi dan jasa angkutan laut, yaitu
mengirim barang kebutuhan pokok (beras,
gula,
tepung dll),
bahan bangunan,
perkebunan (pupuk dll), barang konstruksi
dll, ke daerah Kalimantan(Kalteng, Kalbar,
Kaltim dan Kalsel).
Hasil Analisis
Syarat Akuntansi Pertanggungjawaban
Struktur Organisasi dan Pendelegasian
Wewenang Struktur organisasi PT. Lima
Utama
Surabaya
secara
jelas
telah
menggambarkan
jenjang
wewenang,
tanggung jawab, tugas dan kewajiban setiap
tingkatan
manajemen
dengan
baik.
Perusahaan juga telah merumuskan dengan
jelas fungsi-fungsi pokok, tugas dan
tanggung jawab unit kerja.
Efektivitas
organisasi
untuk
mewujudkan tujuan perusahaan sangat
ditentukan oleh pengorganisasian sumber
daya manusia di dalam memanfaatkan
sumber daya lain melalui struktur organisasi.
PT. Lima Utama Surabaya telah menyusun
struktur organisasi dengan cukup baik. Hal
ini dapat dilihat dari adanya penggambaran
secara jelas pembagian wewenang dan
tanggung jawab untuk tiap tingkatan
manajemen dan hubungan kerja antar bagianbagian dalam perusahaan. Dengan adanya
struktur
organisasi
memungkinkan
keberhasilan program perencanaan dan
pengendalian yang ditetapkan perusahaan.
Bentuk struktur organisasi yang
digunakan PT. Lima Utama Surabaya adalah
bentuk
piramid.
Struktur
organisasi
berbentuk piramid ini mengerucut ke atas
sehingga membentuk piramida. Masingmasing kotak yang berada di atas mempunyai
anggota kotak di bawahnya. Kotak di atas
mempunyai wewenang untuk memberi
perintah dan meminta laporan dari kotak
yang berada di bawahnya. Dengan demikian,
wewenang mengalir dari tingkat manajer
atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab
mengalir sebaliknya.
Anggaran
Anggaran dapat berfungsi sebagai alat
perencanaan
dan
juga
sebagai
alat
pengendalian. Suatu pengendalian biaya yang
efektif ditunjang dengan adanya anggaran
yang disusun sesuai dengan tingkat
manajemen dalam organisasi. Dengan adanya
susunan organisasi yang memiliki pembagian
wewenang dan tanggung jawab yang jelas,
perusahaan dapat menetapkan pihak yang
bertanggung jawab jika terjadi penyimpangan
dalam anggaran. Proses penyusunan anggaran
pada PT. Lima Utama Surabaya telah
mengikutsertakan
partisipasi
manajermanajer bagian. Hal ini dimaksudkan sebagai
dasar
perencanaan
dan
pengendalian
keuangan perusahaan. Penyusunan anggaran
ini biasanya dilakukan setiap akhir bulan
setiap tahunnya. Penyusunan anggaran pada
PT. Lima Utama Surabaya menggunakan
proksi tahun sebelumnya.
Penyusunan
anggaran
dilakukan
dengan pendekatan Top Down dan Bottom
Up. Pimpinan perusahaan terlebih dahulu
menetapkan kebijakan yang memuat target
operasional perusahaan periode yang akan
datang sebagai dasar manajer untuk
menyusun anggaran. Berdasarkan target
operasional tersebut para manajer yang
dibantu oleh para bawahannya mengajukan
usulan anggaran yang diperlukan dalam
melaksanakan aktivitas operasional. Dengan
adanya partisipasi dari manajemen level
bawah dalam proses penetapan anggaran,
maka anggaran yang dibuat akan lebih baik
karena disesuaikan dengan kondisi yang ada
di lapangan sehingga diharapkan mampu
meningkatkan pengendalian.
Anggaran yang dibuat oleh PT. Lima
Utama Surabaya bersifat realistis dan tidak
kaku. Anggaran yang telah ada dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perusahaan yang mungkin berubah.
Klasifikasi dan Kode Rekening
Salah satu syarat penerapan akuntansi
pertanggungjawaban
adalah
adanya
klasifikasi dan kode rekening perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
dapat dikatakan bahwa PT. Lima Utama
Surabaya belum melakukan pengkodean
rekening untuk setiap perkiraan dengan
cukup memadai. Biaya-biaya yang terjadi
dicatat untuk setiap tingkat manajemen, akan
tetapi belum digolongkan dan diberi kode
sesuai dengan tingkatan manajemen yang
terdapat dalam struktur organisasi.
Klasifikasi dan kode rekening PT.
Lima Utama Surabaya belum dikaitkan
dengan pusat pertanggungjawaban yang ada
di dalam perusahaan. Dengan demikian, kode
rekening
yang
tidak
ada
belum
mencerminkan
kewenangan
pusat
pertanggungjawaban dan tidak mampu
memberikan informasi mengenai tempat
terjadinya
biaya
dan
manajer
yang
bertanggung jawab atas terjadinya biaya
tersebut. Tidak adanya pengklasifikasikan
kode rekening di PT. Lima Utama Surabaya
juga belum memudahkan untuk penyusunan
laporan keuangan.
Usulan Pengklasifikasian Kode Rekening
KODE
KELOMPOK REKENING
1
Aktiva
2
Passiva
3
Modal
4
Penghasilan
5
Biaya
Biaya Terkendali dan Biaya Tidak
Terkendali
Manajer memiliki wewenang sehingga
dapat mengendalikan sesuatu yang berada di
bawah kewenangannya. Oleh sebab itu, ada
atau tidaknya wewenang manajer dapat
mempengaruhi secara signifikan terhadap
suatu biaya. Biaya dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan: (1) biaya terkendali
dan (2) biaya tidak terkendali oleh manajer
tersebut. Biaya terkendali adalah biaya yang
dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
manajer pusat pertanggungjawaban tertentu
dalam jangka waktu tertentu. Suatu biaya
tidak akan dapat dipengaruhi secara penuh
oleh seorang manajer. Biaya terkendali hanya
dapat dipengaruhi secara signifikan dengan
wewenang yang dimiliki oleh manajer
tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendali
merupakan
biaya
yang
tidak
dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh seorang
manajer pusat pertanggungjawaban tertentu
dalam jangka waktu tertentu. Pemisahan
antara biaya-biaya yang terkendali dengan
yang tidak terkendali sangat penting untuk
menetapkan pusat pertanggungjawaban yang
bertanggung jawab atas realisasi dan
penyimpangan dari suatu anggaran.
Jika perusahaan melakukan pemisahan
biaya terkendali dan tidak terkendali maka
perusahaan
akan
dapat
melakukan
pengurangan biaya, dan selanjutnya akan bisa
meningkatkan laba yang diperoleh oleh
perusahaan.
Laporan Pertanggungjawaban
Salah satu unsur penting dalam
akuntansi
pertanggungjawaban
adalah
laporan pertanggungjawaban kepada manajer
yang
bertanggung
jawab.
Laporan
pertanggungjawaban berisi informasi yang
berguna
bagi
pengambilan
keputusan
manajer. Laporan pertanggungjawaban biaya
disajikan untuk memungkinkan setiap
manajer melakukan pengelolaan biaya.
Laporan ini berisi mengenai biaya-biaya yang
dianggarkan, biaya yang sebenarnya dan
selisihnya. Dengan
demikian,
manajer
memiliki dasar untuk memantau pelaksanaan
anggaran. PT. Lima Utama Surabaya telah
membuat
laporan
pertanggungjawaban
berupa laporan realisasi anggaran tahunan.
Pertanggungjawaban
tiap
unit
usaha,
dilakukan oleh masing-masing kepala bagian
yang nantinya akan melaporkan anggaran dan
realisasi yang terjadi pada unit usaha tersebut
ke pimpinan utama. Periode laporan tahunan
ini menunjukkan bahwa pemantauan kinerja
dilakukan secara berkesinambungan terhadap
unit kerja organisasi dalam mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan
observasi
dan
perhitungan yang telah dilakukan, dapat
dikatakan bahwa laporan pertanggung
jawaban di PT. Lima Utama Surabaya telah
cukup memadai. Pada kenyataannya kecil
kemungkinan biaya yang sesungguhnya
terjadi sama dengan biaya yang dianggarkan
karena adanya situasi dan kondisi yang
berubah-ubah
dan
terdapat
beberapa
kemungkinan yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya, seperti kenaikan tarif perizinan
dan sewa kendaran.
Hasil laporan akuntansi pertanggung
jawaban setelah dilakukan pemisahan antara
biaya terkendali dan biaya tidak terkendali
dapat dilihat pada tabel di bawah:
Penerapan
Akuntansi
Pertanggung
jawaban Melalui Anggaran Sebagai Alat
Pengendalian Biaya
Akuntansi
pertanggung
jawaban
merupakan salah satu tipe informasi
akuntansi
manajemen.
Akuntansi
pertanggung jawaban memfokuskan terhadap
pembagian wewenang kepada manajer yang
bertanggung jawab. Akuntansi pertanggung
jawaban berperan sebagai alat pengendalian
biaya dengan menghubungkan biaya dengan
bagian di mana biaya tersebut dikeluarkan
atau
diperoleh
oleh
manajer
yang
bertanggungjawab pada bagian tersebut.
Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian
dalam suatu perusahaan memerlukan sistem
akuntansi pertanggungjawaban. Setiap pusat
pertanggungjawaban
selalu
menetapkan
target-target operasional dan anggaran.
Dengan membandingkan realisasi dan dengan
anggaran,
seorang
manajer
pusat
pertanggungjawaban
dapat
mengetahui
apakah pengendalian biaya telah berjalan
dengan baik dan telah menggunakan biaya
secara
efisien.
Melalui
akuntansi
pertanggungjawaban, biaya dikelompokkan
dan dilaporkan untuk tiap tingkatan
manajemen yang hanya dibebani dengan
biaya-biaya
yang
berada
di
bawah
pengendaliannya atau yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Dengan demikian,
manajer dapat melakukan pengendalian dan
pengawasan atas pengeluaran biaya. Selain
itu, biaya juga harus dilaporkan dan
dibandingkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Hal ini dapat
membantu manajemen dalam melakukan
pengendalian biaya dengan menganalisis
penyimpangan yang terjadi.
Laporan pertanggungjawaban dapat
digunakan sebagai tolok ukur penilaian
kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
dalam melaksanakan
pengendalian biaya
karena secara berkala manajemen puncak
menerima laporan pertangungjawaban dari
setiap
tingkatan
manajemen.
Dengan
demikian, akuntansi pertanggungjawaban
mendorong manajer untuk mencapai tujuan
pengendalian.
Dengan membandingkan antara teoriteori yang telah ada dengan data-data yang
didapat dari studi kasus maka dapat
dikatakan bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama
Surabaya belum memadai. Suatu penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban
dapat
dikatakan memadai jika telah memenuhi
syarat
dan
karakteristik
akuntansi
pertanggungjawaban. Dalam pembahasan ini
dapat dilihat bahwa perusahaan belum
melakukan pemisahan biaya terkendali dan
biaya tidak terkendali.
Dengan tidak adanya pemisahan biaya
terkendali dan tidak terkendali, maka
perusahaan
tidak
dapat
melakukan
pengendalian biaya dengan baik. Anggaran
yang telah ditetapkan perusahaan tidak dapat
digunakan untuk mengukur kinerja manajer.
Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga
tidak mencerminkan besarnya biaya yang
menjadi tanggung jawab manajer. Manajer
hanya dimintai pertanggungjawaban atas
biaya-biaya yang dapat dikendalikannya saja.
Sedangkan pengendalian biaya dapat
dikatakan baik jika telah memenuhi
kelayakan
pengendalian
biaya
secara
memadai dan efisien. Dalam hal ini PT. Lima
Utama Surabaya belum dapat melakukan
pengendalian biaya dengan baik karena tidak
adanya pemisahan biaya terkendali dan biaya
tidak terkendali sehingga sulit dilakukan
analisis
yang
mendalam
mengenai
penyimpangan biaya yang terjadi.
Dalam
penelitian
ini
anggaran
digunakan sebagai informasi akuntansi
pertanggungjawaban. Dengan menganalisis
anggaran tersebut, dapat diketahui efisiensi
dari pengendalian biaya yang telah dilakukan
perusahaan. Realisasi biaya yang terjadi
dibandingkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dari analisis laporan
realisasi anggaran tahunan perusahaan, dapat
dilihat bahwa pengendalian biaya pada PT.
Lima Utama Surabaya belum efisien.
Interpretasi
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif
merupakan metode yang menggunakan data
yang diperoleh dan dikumpulkan untuk
kemudian dianalisis berdasarkan metodemetode yang telah ditetapkan dengan tujuan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
menunjang pengendalian biaya dengan
adanya penerapan akuntansi pertanggung
jawaban.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh penulis, akuntansi
pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama
Surabaya belum memadai untuk digunakan
sebagai alat bantu manajemen dalam
mengendalikan biaya, penulis menyatakan
demikian berdasarkan penjelasan di bawah
ini:
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan pada PT. Lima Utama Surabaya
mengenai
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban
melalui
anggaran
sebagai alat pengendalian biaya, maka
penulis
menarik
kesimpulan
bahwa
penerapan akuntansi pertanggungjawaban di
PT. Lima Utama Surabaya belum memadai.
1. Penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban pada perusahaan
belum memadai. Hal ini didukung oleh
belum terpenuhinya indikator penerapan
akuntansi pertanggungjawaban sebagai
berikut:
a. Syarat-syarat
akuntansi
pertanggungjawaban yang terdiri
dari:
1) Struktur
organisasi
dan
pendelegasian wewenang
PT. Lima Utama Surabaya telah
menyusun struktur organisasi
dengan cukup baik. Hal ini dapat
dilihat
dari
adanya
penggambaran
secara
jelas
pembagian
wewenang
dan
tanggung jawab untuk tiap
tingkatan
manajemen
dan
hubungan kerja antar bagianbagian
dalam
perusahaan.
Dengan
adanya
struktur
organisasi
memungkinkan
keberhasilan
program
perencanaan dan pengendalian
yang ditetapkan perusahaan.
2) Anggaran yang disusun oleh
setiap bagian
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan,
setiap
pusat
pertanggungjawaban
telah
menyusun anggarannya masingmasing. Penyusunan anggaran
pada PT. Lima Utama Surabaya
bertujuan untuk mengetahui
jumlah dana yang dibutuhkan
masing-masing
bagian
perusahaan dalam membiayai
seluruh kegiatan operasional
yang akan dilaksanakan dan
sebagai
alat
bantu
bagi
manajemen dalam mencegah
terjadinya
penyimpanganpenyimpangan
terhadap
penggunaan dana perusahaan.
3) Pemisahan biaya terkendali dan
biaya tidak terkendali
PT. Lima Utama Surabaya belum
melakukan pemisahan biaya
terkendali dan biaya tidak
terkendali
dengan
cukup
memadai, tidak ada pemisahan
antara biaya terkendali dan biaya
b.
tidak terkendali yang dilakukan
pada anggaran yang dibuat oleh
PT. Lima Utama Surabaya.
4) Pengklasifikasian kode rekening
Klasifikasi kode rekening juga
telah diterapkan oleh PT. Lima
Utama Surabaya dengan cukup
memadai. Biaya-biaya
yang
terjadi dicatat untuk setiap
tingkat
manajemen,
namun
belum digolongkan dan diberi
kode sesuai dengan tingkatan
manajemen yang terdapat dalam
struktur organisasi.
5) Laporan
pertanggungjawaban
kepada
manajer
yang
bertanggung jawab
PT. Lima Utama Surabaya telah
membuat laporan pertanggung
jawaban berupa laporan realisasi
anggaran.
Pada
laporan
pertanggung
jawaban
dapat
dilihat
berapa
besarnya
perbandingan antara anggaran
dengan
realisasinya,
serta
selisihnya. Pertanggungjawaban
tiap unit usaha, dilakukan oleh
masing-masing kepala cabang
yang nantinya akan melaporkan
anggaran dan realisasi yang
terjadi pada unit usaha tersebut
ke kantor pusat.
Karakteristik akuntansi pertanggung
jawaban di PT. Lima Utama
Surabaya yang terdiri atas:
1) Identifikasi
pusat
pertanggungjawaban
Struktur organisasi PT. Lima
Utama Surabaya telah membagi
bagian kerja atas pusat-pusat
pertanggungjawaban.
2) Standar tolok ukur kinerja
manajer
Di PT. Lima Utama Surabaya
telah
ditetapkan
beberapa
standar untuk menilai kinerja
para manajernya. Untuk menilai
kinerja
manajer
pusat
pertanggungjawaban, dilakukan
perbandingan antara realisasi
biaya dengan anggaran biaya
yang terdapat pada
pertanggungjawaban.
2.
3.
laporan
3) Pengukuran kinerja manajer
pusat pertanggungjawaban
Di PT. Lima Utama Surabaya
terdapat laporan pertanggung
jawaban berupa laporan realisasi
anggaran yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja manajer.
Dengan adanya jenis laporan
seperti itu, maka kinerja manajer
dapat diukur oleh perusahaan.
4) Pemberian
penghargaan/hukuman
kepada
manajer
Manajer secara individual diberi
penghargaan atas prestasi yang
dicapainya atau lamanya bekerja,
dan
manajer
juga
diberi
hukuman atas penyimpangan
yang dilakukannya. Pemberian
penghargaan dan hukuman ini
disesuaikan dengan Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) yang telah
ditetapkan oleh PT. Lima Utama
Surabaya.
Pelaksanaan pengendalian biaya pada
PT. Lima Utama Surabaya belum
memadai, hal ini dapat dilihat dari:
- PT. Lima Utama Surabaya telah
melaksanakan
pencatatan
dan
otorisasi untuk pengeluaran biaya
yang memadai.
- PT. Lima Utama Surabaya telah
melakukan
perhitungan
analisis
laporan keuangan, namun perusahaan
tidak
melakukan
penelusuran
mendalam sehingga sulit untuk
mengambil tindakan koreksi.
- Perusahaan
tidak
membuat
rekomendasi sehubungan dengan
adanya penyimpangan materiil.
Akuntansi pertanggungjawaban berperan
sebagai alat pengendalian biaya, hal ini
dapat dilihat dari:
a. Akuntansi
pertanggungjawaban
berperan sebagai alat pengendalian
biaya dengan menghubungkan biaya
dengan bagian di mana biaya
tersebut dikeluarkan atau diperoleh
b.
c.
oleh manajer yang bertanggungjawab
pada bagian tersebut.
Setiap pusat pertanggungjawaban
selalu
menetapkan
target-target
operasional dan anggaran. Dengan
membandingkan realisasi dan dengan
anggaran, seorang manajer pusat
pertanggungjawaban
dapat
mengetahui apakah pengendalian
biaya telah berjalan secara efektif
dan telah menggunakan biaya secara
efisien.
Laporan pertanggungjawaban dapat
digunakan sebagai tolok ukur
penilaian kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban
dalam
melaksanakan pengendalian biaya
karena secara berkala manajemen
puncak
menerima
laporan
pertangungjawaban
dari
setiap
tingkatan
manajemen.
Dengan
demikian,
akuntansi
pertanggungjawaban
mendorong
manajer untuk mencapai tujuan
pengendalian.
Saran
Akuntansi pertanggungjawaban pada
PT. Lima Utama Surabaya pada dasarnya
belum diterapkan dan dilaksanakan dengan
baik. Begitu juga dalam pelaksanaan
pengendalian biaya, perusahaan belum
melakukan pengendalian dengan cukup baik.
Masih ditemukan beberapa kelemahan
dalam perusahaan. Oleh karena itu, penulis
mencoba memberikan saran berdasarkan teori
yang telah dipelajari selama perkuliahan
mengenai
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban yang berperan sebagai
alat pengendalian biaya. Saran ini diharapkan
dapat menjadi masukan bagi perusahaan,
yaitu:
1. Dalam
anggaran
maupun
laporan
pertanggungjawaban
sebaiknya
dilakukan pemisahan biaya-biaya yang
dapat dikendalikan maupun yang tidak
dapat dikendalikan oleh manajer karena
hanya biaya yang dapat dikendalikan saja
yang
dapat
dimintai
pertanggungjawabannya.
2. Manajer sebaiknya melakukan analisis
dan koreksi terhadap penyimpangan yang
3.
tidak
menguntungkan
kemudian
mengajukan rekomendasi menanggapi
penyimpangan materiil yang terjadi.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan
mampu menilai tingkat kesehatan
perusahaan dengan memasukkan aspek
keuangan, aspek operasional, dan aspek
dinamis
sesuai
dengan
ketentuan
perusahaan. Aspek-aspek tersebut berisi
indikator-indikator yang merupakan
unsur kegiatan yang dianggap paling
dominan dalam rangka menunjang
keberhasilan operasi sesuai dengan visi
dan misi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony dan Govindarajan 2005, Sistem
Pengendalian Manajemen, Buku I,
Salemba Empat, Jakarta.
Anthony, Dearden dan Bedford 2005, Sistem
Pengendalian Manajemen, Edisi
Kelima, Erlangga, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi
2007,
Manajemen
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Decoster, Dont T., Schafer Eldon dan Ziabell
Mary 2006, Management Accounting a
Decision Emphasis, Edisi Keempat,
Terjemahan
Gunawan
Hutauruk,
Johnwilly & Sons, Singapore.
Garrison, Ray H. 2008, Managerial
Accounting: Concepts For Planning,
Control and Decision, Richard D
Irwin Inc, New Jersey.
Hammer, Lawrence H. 2006, Akuntansi Biaya,
Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Horngren, Charles T, George Foster and
Srikant M Datar 2008, Cost
Accounting:
A
Managerial
Emphasis, Prentice Hall Inc, New
Jersey.
Matz, Adolph, Milton F.Usry, Lawrence H.
Hammer 2007, Akuntansi Biaya
Perencanaan
dan
Pengendalian,
Terjemahan Alfonsus Sirait dan
Herman Wibowo, Edisi Kesembilan,
Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.
Mulianik 2007, Akuntansi Pertanggungjawaban
untuk Mengukur Kinerja Departemen
Produksi pada PT. Karya Bakti di
Rembang, Skripsi, Universitas Sumatra
Utara, Medan.
Mulyadi 2005, Sistem Akuntansi, Edisi
Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi 2007, Akuntansi Biaya, Edisi
Kelima,
UPP
STIM
YKPN,
Yogyakarta.
Supriyono, R.A. 2008, Akuntansi Biaya:
Perencanaan dan Pengendalian serta
Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua,
STIE YKPN, Yogyakarta.
Trisnawati, Susi 2006, Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban dengan Efektivitas
Pengendalian Biaya pada 5 Hotel di
Tasikmalaya, Skripsi, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Download