pt. bukit batu hutani alam

advertisement
RINGKASAN PUBLIK
PERSYARATAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
INDONESIAN FORESTRY CERTIFICATION COOPERATION (IFCC)
PT. BUKIT BATU HUTANI ALAM
PROPINSI RIAU
OLEH
Lembaga Sertifikasi PT. BUREAU VERITAS INDONESIA
IDENTITAS LEMBAGA SERTIFIKASI
1.
Nama of Organisasi
: PT. Bureau Veritas Indonesia (BVI)
2.
Nomor of Akreditasi
: Accredia 243B
3.
Alamat
: Wisma Bakrie 1, 1st floor Jl. HR. Rasuna Said Kav. B-1, Jakarta
12920, Indonesia
4.
No. Telepon/Fax/Surel
: Tel. +62-21 29403222
Fax. +62-21 5210806
5.
Pengelolaa perusahaan
: Presiden Direktur: Bpk Lontung Simamora
Manajer Produk: Bpk Happy Tarumadevyanto
Manajer Teknis: Ibu Elisabeth Pardede
6.
Standar
: IFCC ST 1001:2014 – Pengelolaan Hutan Lestari
7.
Tim Audit
: Bpk Pandu Budi Wahono (Lead/Auditor Sosial)
Bpk Cecep Saepulloh (Auditor Produksi)
Bpk Hangga Prihatmaja (Auditor Ekologi)
8.
Tim Keputusan Sertifikasi
: Bpk Andreas Budi Rahutomo (Auditor)
Bpk Lars Gunnar Blomkovist (Auditor)
IDENTITAS PERUSAHAAN
1.
Nama of Organisasi/Auditee
: PT. Bukit Batu Hutani Alam
2.
Address of Company
: Jl. Pakning – Dumai RT 03/03 Ds. Sukajadi, Kota Riau 28761
Propinsi Riau.
3.
Pendirian Perusahaan
:


4.
: 
SK IUPHHK-HT

Akta Pendirian Perusahaan yang dibuat di hadapan
Darmansyah SH, No. 34 tahun 2002 Notaris di
Pekanbaru dan perubahannaya yang dibuat oleh
Notaris HELENI RITLIANY SH, No. 08 tahun 2011.
Persetujuan dari Menteri Kehakiman No. C10122.HT.01.01.TH.2003 tanggal 7 Mei 2003, jo
Keputusan
Menteri
Kehakiman
No.
C21154.HT.01.04.TH.2003, tanggal 5 September 2003.
Keputusan Menteri Kehutanan SK IUPHHK No.
365/KPTS-II/2003 tanggal 30 Oktober 2003 untuk area
seluas 33.605 ha.
Persetujuan tatas batas konsesi dan ijin baru dari
Departemen Kehutanan dan Perkebunan Nomor
84/Menhut-II/2009 tanggal 5 Maret 2001 untuk area
seluas 32.208 ha.
5.
Lokasi Konsesi
: Bengkalis District, Riau Province
6.
Luas Konsesi
: 32.308 ha
Latitude : N: 001 derajat 19 menit to 001 derajat 38 menit
Longitude : E: 101 derajat 42 menit to 101 derajat 53 menit
7.
Sistem Silvikultur
: Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB)
8.
Spesies
: Acacia crassicarpa
9.
Rencana Tata Ruang
:
1. Kawasan Produksi
22.397 ha
2. Kawasan Tanaman Unggulan
3.258 ha
3. Kawasan Tanaman Kehidupan
1.471 ha
4. Kawasan Lindung
3.439 ha
5. Infrastruktur
1.643 ha
10. Pimpinan Perusahaan
: Direktur: Bpk Tju Kui Hua
11. Penanggung Jawab Sertifikasi
IFCC
: Bpk Tju Kui Hua
RINGKASAN UNIT PENGELOLA HUTAN
Ruang Lingkup Sertifikasi: Pengelolaan Hutan Lestari PT. Bukit Batu Hutani Alam dengan total areal
seluas 32.308 ha Hutan Tanaman yang terletak di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Tipe hutan: Perusahaan mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) di kawasan hutan tropis. Seluruh
kawasan produksi HTI ditanami dengan spesies Acacia crassicarpa.
Unit pengelola hutan: Perusahaan mengelola konsesi hutan seluas 32.208 ha yang terdiri dari kawasan
produksi seluas 22.397 ha (69,5%), tanaman unggulan seluas 3.258 ha (10,1%), tanaman kehidupan
seluas 1.471 ha (4,6%), kawasan lindung seluas 3.439 ha (10,7%), dan infrastruktur seluas 1.643 ha
(5,1%). Konsesi yang dikelola didasarkan pada Keputusan Menteri Kehutanan SK IUPHHK No. 365/KPTSII/2003 tanggal 30 Oktober 2003 untuk area seluas 33.605 ha. Kemudian keputusan tersebut dikoreksi
dengan persetujuan tatas batas konsesi dan ijin baru dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 84/Menhut-II/2009 tanggal 5 Maret 2001 untuk area seluas 32.208 ha.
Produk cakupan sertifikasi: Kayu bulat dari spesies Acacia crassicarpa sebagai bahan baku produksi
pulp.
Konsultasi pemangku kepentingan: Konsultasi kepada para pemangku kepentingan dilakukan sebelum
audit dilaksanakan. Dari hasil konsultasi tersebut diperoleh beberapa isu yang diverifikasi ketika audit
dilaksanakan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tata batas antara konsesi perusahaan dengan lahan milik masyarakat.
Perjanjian tanaman kehidupan.
CD/CSR
Hubungan masyarakat
Hak pekerja
Tata kelola kayu
Limbah berbahaya dan beracun (B3).
Sosial and ekonomi: Terdapat 4 desa yang menjadi binaan PT. BBHA, yaitu Desa Sepahat, Desa
Tenggayun, Desa Parit I Api-Api, dan Desa Tanjung Leban. Dari hasil studi sosial ekonomi di dalam
AMDAL dan studi dampak sosial (SIA) yang dilakukan oleh FKKM Riau pada bulan September 2014,
diketahui bahwa masyarakat di sekitar PT. BBHA memiliki mata pencaharian utama sebagai pekebun
karet, sawit, dan kelapa. Sedangkan kegiatan menangkap ikan merupakan alternatif mata pencaharian.
Tidak ditemukan adanya Masyarakat Adat (Indigenous People) yang bermukim dekat dengan areal
konsesi PT. BBHA.
PT. BBHA sudah melaksanakan program CD/CSR (Pembinaan Masyarakat Desa Hutan/PMDH) di desadesa binaan, di mana pada tahun 2014 program yang telah dilaksanakan meliputi bantuan dan subsidi
pendidikan, budidaya pertanian/perikanan, infrastruktur umum, kegiatan sosial berupa pelayanan
kesehatan dan kepemudaan, serta kegiatan keagamaan. Berdasarkan realisasi kegiatan tahun 2014,
biaya untuk pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat PT. BBHA sebesar Rp. 419.435.400,-.
Sedangkan untuk tahun 2015 program CD/CSR direncanakan dengan alokasi biaya sebesar Rp.
260.600.000,- untuk bidang pendidikan, bidang kesehatan, usaha ekonomi produktif, dan sosial budaya.
PT. BBHA juga memiliki kerjasama dengan masyarakat untuk pemanfaatan areal tanaman kehidupan
melalui KUB (Koperasi Usaha Baru) yang anggotanya berjumlah sekitar 2.000 orang, yang merupakan
masyarakat dari 4 Desa binaan tersebut. Selain itu PT. BBHA juga memberikan kesempatan bekerja
kepada masyarakat sekitar. Hal ini terlihat dari data pekerja yang menunjukkan sebanyak 47 orang
merupakan karyawan PT. BBHA yang berasal dari masyarakat lokal (39% dari total pekerja). Peluang lain
bagi kesempatan berusaha masyarakat adalah menjadi mitra kerja pada kegiatan pembangunan
tanaman, penebangan, persemaian dan transportasi speed boat.
RINGKASAN AKTIFITAS AUDIT
Kegiatan
Pengumuman publik
Waktu
Catatan Ringkasan
16 April 2015
Pengumuman publik pertama dan konsultasi
pemangku kepentingan dimulai.
7 Mei 2015
Konsultasi pemangku kepentingan kedua untuk
memperoleh masukkan lain dari pemangku
kepentingan setempat.
21 Mei 2015
Konsultasi pemangku kepentingan kedua untuk
memperluas target pemangku kepentingan dan
memperoleh tambahan masukkan.
Audit tahap 1
6-7 Mei 2015
Audit lapangan
Audit tahap 2
25-29 Mei 2015
Audit lapangan
Keputusan sertifikasi
12 Agustus 2015
Keputusan pemberian sertifikat
RINGKASAN HASIL AUDIT
Hasil:
Perusahaan telah memperoleh ijin yang sah sebagai perseroan terbatas berdasarkan bukti Akta
Pendirian Perusahaan, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Ijin
Tempat Usaha (SITU), dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Sehubungan dengan kewajiban keuangan,
perusahaan terbukti telah menyelesaikan semua kewajiban pajak (PPh 21, PPh 15, PPh 25, dan PBB),
retribusi daerah, iuran HTI (SPP-IUPHHK), dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH).
Perusahaan telah memperoleh izin yang sah untuk mengelola area konsesi seluas 32.208 ha sebagai HTI,
dengan izin konsesi terakhir pada tanggal 5 Maret 2009 (SK. No. 84/Menhut-II/2009). Setelah pemberian
ijin konsesi,perusahaan mengembangkan rencana kerja umum yang berlaku selama 10 tahun untuk
periode 2011-2020.
Sesuai dengan peraturan tentang kehutanan, perusahaan telah menyusun dan menetapkan Rencana
Kerja Tahunan (RKT 2013, 2014, dan 2015) yang disetujui oleh manajemen perusahaan secara mandiri
karena perusahaan telah memenuhi persyaratan-persyaratan sertifikasi pengelolaan hutan lestari
(PHPL). Rencana kerja tahunan menetapkan kawasan mana yang akan ditebang dan ditanam kembali
pada tiap tahun kalender.
Ditemukan bahwa rencana tata ruang sudah mengikuti peraturan/perundangan dan dipastikan
perusahaan telah mengelola konsesi hutan dengan pembagian 22.397 ha kawasan produksi (69,5%),
3.258 ha tanaman unggulan (10,1%), 1.471 ha tanaman kehidupan (4,6%), 3.439 ha kawasan konservasi
(10,7%), dan 1.643 ha untuk infrastruktur (5,1%).
Dalam proses audit ditemukan bahwa perusahaan telah memastikan bahwa nilai-nilai keanekaragaman
tertinggi (NKT) telah diidentifikasi, termasuk nilai-nilai lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hal ini
dibuktikan berdasarkan laporan HCV bulan September 2014. Selain itu diketahui bahwa tidak ada hutan
yang terdegradasi di dalam wilayah konsesi. Namun ditemukan lahan terbuka yang merupakan kawasan
produksi yang sudah ditebang dan menunggu untuk ditanami kembali.
Kemudian perusahaan telah melaksanakan sejumlah prosedur dan petunjuk kerja untuk memastikan
perbaikan secara terus-menerus dalam semua kegiatan. Perusahaan juga telah menerapkan sejumlah
petak ukur permanen (PUP/PSP), bekerja lebih banyak untuk menganalisa data PSP, dan berusaha
memasukkannya ke dalam rencana. Batas-batas keanekaragaman hayati sudah diberi tanda batas dan
dipantau secara berkala untuk memastikan pengelolaan sumber daya secara tepat.
Selain itu, sehubungan dengan kebakaran hutan diketahui bahwa perusahaan memiliki sistem yang
terstruktur dalam menangani kejadian kebakaran hutan. Sistem tersebut meliputi: patroli terpadu
perlindungan hutan, pengawasan menara api, peringatan dini kebakaran hutan, pemeriksaan alat-alat
dan infrastruktur pendukung penanganan kebakaran hutan, tindakan pemadaman segera, bahkan
sampai kepada proses pelaporan kepada pihak yang berwenang. Juga diketahui bahwa perusahaan
secara aktif mengikutsertakan masyarakat yang tergabung ke dalam Masyarakat Peduli Api (MPA) dalam
sistem penanganan kebakaran hutan tersebut.
Perusahaan mengelola 4 desa, yaitu Desa Api-api, Desa Sepahat, Desa Tenggayun, dan Desa Tanjung
Leban yang ada di sekitar lokasi perusahaan. Sosialisasi rencana tahunan, batas-batas konsesi, serta
pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan dan program CSR sudah dilaksanakan di 4 desa tersebut
pada bulan September 2013. Dari hasil konsultasi publik sebelum pelaksanaan audit dan hasil verifikasi
ketika audit tidak ditemukan adanya konflik lahan di wilayah perusahaan kecuali satu kasus di Desa
Tenggayun yang masih dalam proses penyelesaian. Diketahui bahwa perusahaan telah mengembangkan
sistem dan prosedur dan sistem yang berhubungan dengan pemangku kepentingan.
Perusahaan juga diketahui telah memenuhi dengan baik hak-hak karyawan berdasarkan konvensi ILO,
termasuk penyediaan APD, fasilitas-fasilitas yang memadai, ketentuan gaji minimum, tidak ada pekerja
anak, dan hak untuk bergabung dengan organisasi serikat pekerja. Namun perusahaan juga perlu
melakukan peningkatan untuk para pekerja kontraktor.
Untuk mendukung system dan prosedur yang telah dikembangkan, perusahaan diketahui telah
melakukan berbagai pelatihan. Hal ini terlihat dari seluruh daftar program pelatihan yang sudah
diselenggarakan dan diadakan selama tahun 2014. Perusahaan juga menyajikan daftar dari semua
program pelatihan yang akan diselenggarakan dan diadakan selama tahun 2015, tetapi tidak termasuk
pelatihan untuk kontraktor.
Temuan: Terdapat sebanyak 12 ketidaksesuaia dan seluruh ketidaksesuain tersebut sudah ditutup
dengan tindakan perbaikan dan pencegahan.
No
IFCC Indicator
NC Description
1
11.7
Ditemukan kontraktor yang menggunakan pekerja di bawah
umur.
Closed
2
1.14, 4.1
Terjadi pergeseran pengaturan dan perencanaan kegiatan dan
penanaman dari yang direncanakan di dalam RKU. Hal ini terjadi
karena prestasi penanaman tahun 2013-2015 yang di bawah
target yang ditetapkan dalam Rencana Karya Tahunan (RKT)
sehingga terjadi tebangan luncuran (carry over).
Closed
3
1.14 b
Hasil penilaian dampak lingkungan dan sosial (SIA) dan hasil
penilaian (nilai konservasi tinggi) (NKT) belum dimasukkan ke
dalam penatapan perencanaan tata ruang unit manajemen.
Closed
2.2
Tidak ada bukti yang memastikan bahwa dokumen
Management plan (termasuk RKU) telah mempertimbangkan
evaluasi atau penilaian dampak lingkungan dan dampak sosial
dan secara periodik direvisi berdasarkan hasil monitoring dan
pengetahuan keilmuan terakhir.
Closed
4
Status
Dokumen RKU sebagai Management Plan belum memasukan
data dan informasi sebagai berikut :
5
2.3, 5.2
-
Pernyataan visi dan misi perusahaan (poin a).
Socio-cultural dynamics, termasuk pelaksanaan prinsip FPIC,
konvensi ILO dan UNDRIP (poin c).
Level penebangan lestari (AAC) masih mengacu kepada data
PT Arara Abadi.
Rencana kegiatan pengelolaan dan monitoring (poin h).
Closed
Perusahaan
belum
menggunakan
hasil
monitoring
pertumbuhan tanaman/riap sebagai rujukan untuk penetapan
riap pertumbuhan atau Jatah tebangan (AAC) di dalam
dokumen.
6
2.4, 3.3
-
Ringkasan publik belum tersedia untuk publik.
Closed
-
Konten ringkasan publik masih belum lengkap sebagaimana
diatur standar.
Belum ada ringkasan hasil monitoring dan evaluasi dan
tersedia untuk publik.
Kegiatan monitoring dan evaluasi belum mencakup:
7
3.2
-
fungsi hutan terkait dengan hak adat dan sosial-ekonomi
masyarakat.
kesehatan dan vitalitas hutan, hama dan penyakit,
kebakaran hutan dan kegiatan ilegal.
Closed
8
4.5, 7.2,
Persyaratan
Khusus Hutan
Tanaman 3.1d
Belum ada program dan rencana aksi rehabilitasi untuk lahan
terdegradasi.
Closed
9
6.6
Penanganan bahan PTA-12 dan sisa oli belum sesuai dengan
prosedur dan rekomendasi UKL/UPL.
Closed
10
10.2
BBHA belum melaksanakan pengukuran (evaluasi dan analisa)
dan
melaksanakan
tindakan-tindakan
yang
dapat
meminimalkan dampak negatif berdasarkan hasil studi SIA.
Closed
11
11.3
Sistem penggajian tidak konsisten.
Closed
12
12.6
Fasilitas camp yang disediakan untuk pekerja oleh tidak
memenuhi standar.
Closed
Download