ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN

advertisement
ARTIKEL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN
MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA
SANGGAR “NOGO KAYUNGYUN”
KELUHARAHAN PADANGSARI
KECAMATAN BANYUMANIK
KOTA SEMARANG
Oleh :
Ketua
Drs. R. Indriyanto, M. Hum.
NIDN 0023096503
Anggota
Joko Wiyoso, S.Kar., M.Hum.
NIDN.0004106208
Widodo BS, S.Sn, M.Sn
NIDN 0091127008
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
NOVEMBER 2014
1
RINGKASAN
Keberadaan sanggar seni Naga Kayungyun dengan kegiatan karawitan anak perlu dihargai dan
didukung di tengah-tengah kelesuan perkembangan kehidupan musik karawitan pada umumnya.
Kelompok karawitann anak Naga Kayungyun mampu eksis dengan membawakan karawitan dengan
cirinya sendiri Hal ini berarti dapat memberikan andil keberlangsungan budaya Jawa khususnya musik
karawitan.
Sanggar seni Nagakayungyun dengan kegiatan karawitan anaknya keberadaannya sangat penting
dan sangat strategis di mata masyarakat sekitar kecamatan Banyumanik. Komunitas ini menampung
peserta dari masyarakat di wilayah Kecamatan Banyumanik yang ingin belajar karawitan. Sanggar ini
menjadi rujukan masyarakat di wilayah kecamatan Banyumanik untuk belajar atau berpartisipasi dalam
kegiatan karawitan. Jadi keberadaan sanggar ini sangat penting karena sanggar ini juga berperan aktif
memartisipasikan masyarakat dalam kegiatan karawitan Kristiani. Hal
ini sangat baik untuk
perkembangan atau keberlangsungan budaya Jawa khususnya seni Karawitan.
Satu hal yang perlu ditekankan, kegiatan karawitan pada kelompok karawitan anak pada
sanggar Naga Kayungyun, bahwa berdasarkan survey awal, kemampuan para peserta dalam
teknik memainkan karawitan masih rendah. Mereka masih harus belajar caranya menabuh
gamelan jawa dengan baik dan benar. Mereka juga masih belum tahu konsep-konsep garap
musik karawitan. Misalnya mereka belum tahu konsep irama, konsep tempo dan kualitas pukulan
balungan, dan konsep tentang bentuk gending. Satu hal yang perlu ditekankan, ternyata ada satu
instrument karawitan tertentu yaitu instrument music kendang tidak ada yang memainkan karena
secara teknik tidak mampu. Maka kelompok harus minta bantuan orang lain untuk
melengkapinya. Artinya kemampuan teknik karawitan di kelompok karawitan anak tersebut
tidak merata sehingga kurang mandiri, masih tergantung pada orang lain.
Berkaitan dengan hal tersebut maka tujuan pengabdian ini adalah upaya: (1) meningkatkan
keterampilan membawakan musik karawitan bagi anak-anak di sanggar seni “ Nogo Kayungyun” (2)
memberi pemahaman tentang konsep-konsep garap musik karawitan bagi anak-anak di sanggar seni
“Naga Kayungyun”, (3) mendapatkan finansial bagi para pemainnya
Materi kegiatan pengabdian pada masyarakat ini mencakup tentang: (1) Konsep garap
music karawitan , (2) teknik memainkan musik karawitan. Untuk memecahkan masalah yang
ada, pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan kegiatan workshop dan pelatihan yang
didukung dengan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, drill, dan tugas.
Hasil yang dicapai dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah : (1)
meningkatnya pengetahuan tentang konsep garap music karawitan; (2) meningkatnya pengetahuan tetang
teknik memainkan music karawitan, (4) Meningkatnya kemandirian dalam membawakan music karawitan
Berkaitan dengan hasil tersebut maka disarankan bagi para peserta yang telah mengikuti kegiatan
pelatihan music karawitan agar senantiasa berlatih dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilannya
agar mampu membawakan music karawitan yang semakin baik. Sedangkan bagi lembaga-lembaga yang
terkait dengan pembinaan music karawitan agar menindaklanjuti dengan program-program pelatihan
karawitan dengan materi tari lain untuk lebih meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan
tentang music karawitan
2
I.
PENDAHULUAN
Keberadaan sanggar
“Nogo Kayungyun” sangat penting di mata masyarakat Kelurahan
Padangsari dan sekitarnya karena sanggar ini juga berperan aktif memartisipasikan masyarakat
dalam kegiatan karawitan dan tari. Hal
ini sangat baik untuk perkembangan atau
keberlangsungan budaya Jawa khususnya seni Karawitan dan tari.
Satu hal yang perlu ditekankan, kegiatan pelatihan karawitan anak –anak di sanggar
Nogokayungyun baru berlangsung satu bulan. Berdasarkan survey awal, kemampuan anak dalam
teknik memainkan karawitan masih masih rendah. Mereka masih harus belajar caranya menabuh
gamelan jawa dengan baik dan benar. Mereka juga masih belum tahu konsep-konsep garap
musik karawitan. Misalnya mereka belum tahu konsep irama, konsep tempo dan kualitas pukulan
balungan, dan konsep tentang bentuk gending. Group karawitan yang sudah baik dapat pentas
memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu untuk mengiringi upacara manten, untuk pentas
perayaan hari-hari besar, untuk mengiringi tarian.Pada group karawitan anak-anak Naga
Kayungyun ini belum mampu untuk pentas mandiri memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Perlu ada usaha peningkatan keterampilan bermain
music karawitan agar dapat pentas
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada akhirnya ketika sudah mampu pentas memnuhi
kebutuhan masyarakat para pengrawit akan mendapatkan pendapatan finansial
Berkaitan dengan hal tersebut maka tujuan pengabdian ini adalah upaya: (1) meningkatkan
keterampilan membawakan musik karawitan bagi anak-anak di sanggar seni “ Nogo Kayungyun” (2)
memberi pemahaman tentang konsep-konsep garap musik karawitan bagi anak-anak di sanggar seni
“Naga Kayungyun”, (3) mendapatkan finansial bagi para pemainnya
Identifikasi permasalahan pada kegiatan karawitan untuk anak-anak pada sanggar “Nogo
Kayungyun” yaitu sebagai berikut.
1)
Kurangnya kemampuan teknik membawakan musik karawitan
2)
Kurangnya pemahaman tentang konsep-konsep garap musik karawitan.
3)
Belum mampu mendapatkan finansial bagi pemainnya
Musik karawitan adalah seperangkat alat musik yang berwujud gamelan Jawa. Seperangkat
musik karawitan terdiri dari beberapa instrumen musik: kendang, demung, saron, slentem,
kenong, kempul, gong, bonang, gambang, gender, rebab, dan siter. Masing-masing instrumen
3
musik mempunyai karakter teknik permainan sendiri-sendiri dan bersatu dalam penyajian musik
karawitan yang menimbulkan rasa ya Supanggah (2002: 12-13) mengatan bahwa karawitan
menunjuk pada berbagai aspek musikal dan atau sistem musikal musik gamelan. Penjelasan ini
untuk membedakan pemahaman antara istilah karawitan dan gamelan. Dalam budaya karawitan
di Indonesia, gamelan digunakan untuk menyebut seperangkat alat musik yang digunakan dalam
seni karawitan. Seperangkat ricikan (instrumen) gamelan sebagaian besar terdiri atas alat musik
perkusi yang dibuat dari bahan utama logam (perunggu, kuningan, besi atau logam lainnya) dan
dilengkapi dengan beberapa alat dari bahan kayu, kulit maupun campuran dari ketiga bahan
tersebut. Beberapa alat musik yang dimaksud antara lain: Rebab, kendang, gender, bonang,
kenong, kempul, gong, demung, saron, slentem, dan Gambang.
Musik karawitan terdiri dari dua laras yaitu laras slendro dan laras pelog dengan tangga nada
pentatonik Jawa. Laras slendro mempunyai tangga nada 1 2 3 5 6 (ji, ro, lu, mo, nem). Laras
pelog mempunyai tangga nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi). Dalam musik
karawitan juga dikenal istilah pathet, yaitu sejenis nada dasar dalam penyajian musik karawitan.
Dalam gamelan laras slendro dijumpai : Pathet Nem, Pathet Sanga, dan Pathet Manyunra.
Dalam gamelan laras Pelog dijumpai: Pathet Nem, Pathet Lima, dan Pathet Barang.
Lagu dalam dunia karawitan dapat berarti melodi dan dapat pula berarti gending. Miller (2001: 33)
mengatakan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada yang bervariasi dalam tinggi rendah dan panjang
pendeknya. Seperti kata-kata dalam sebuah kalimat, nada-nada dalam sebuah melodi membentuk ide
musikal yang lengkap. Lagu sebagaimana tercantum dalam judul penelitian adalah dalam arti gending
yakni komposisi musikal karawitan atau gamelan. (Sumarsam, 2003: 345). Melodi merupakan salah satu
unsur pembentuk komposisi musikal. Unsur-unsur komposisi musikal karawitan lainnya adalah irama,
bentuk gending, baungan gending, dan lain-lain.
Semula istilah gending digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk komposisi musikal karawitan
tertentu di dalam lingkungan istana (keraton) Surakarta dan Yogyakarta. Tetapi dalam perkembangannya
istilah gending juga digunakan oleh masyarakat luas di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
Jawa Timur untuk menyebut komposisi karawitan yang berasal dari tradisi karawitan istana maupun
rakyat „pedesaan‟ tanpa deferensiasi. (Rustopo, 2000: 34).
Martapangrawit (1975: 3) menyebutkan, bahwa gending adalah susunan nada dalam
karawitan (Jawa) yang telah memiliki bentuk. Terdapat beberapa macam bentuk gending, yakni:
4
kethuk 4 arang, kethuk 8 kerep, kethuk 2 arang, kethuk 4 kerep, kethuk 2 kerep, ladrangan,
ketawang, lancaran, sampak, srepegan, ayak-ayak, kemuda, dan jineman.
Sumarsam (2003:345) menjelaskan bahwa istilah gending digunakan pula untuk menyebut
komposisi karawitan atau gamelan dengan struktur formal relatif panjang, terdiri atas dua bagian
pokok, merong dan inggah. Struktur seperti itu menunjuk pada gending “kethuk 2 kerep ke
bentuk-bentuk yang lebih besar. Di luar bentuk-bentuk gending tersebut langsung disebut bentuk
gending dan nama komposisinya, misalnya: Ladrang Mugi Rahayu, Ketawang Sinom Parijatha,
Lancaran Manyar Sasra, Srepeg Lasem, Sampak Manyura, Kemuda Lima, Ayak-ayakan Slendro
Sanga, Palaran Durma, Jineman Uler Kambang, dan lain-lain. Kata yang dicetak miring seperti:
Ladrang, Ketawang, Lancaran, Srepeg, Sampak, Ayak-ayak, dan Jineman merupakan bentukbentuk gending yang berformat lebih kecil daripada gending ketuk 2 kerep. (Rustopo, 2000: 35).
Supanggah (1983 dan 2000) menyebutkan bahwa gending ialah balungan (dasar, kerangka,
sketsa) gending yang telah dimainkan bersama.Komposisi karawitan yang ditulis atau dinotasi
dalam buku-buku atau catatan-catatan lain yang sering disebut notasi gending sebenarnya bukan
notasi gending, melainkan notasi balungan gending.Balungan gending baru dapat disebut
gending apabila telah dimainkan secara bersama-sama oleh para penyaji dengan segenap
kreativitasnya.
5
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini sesuai jadwal dilakukan satu kali
pertemuan yakni pada setiap hari Jumat jam 20.00- 22.00 pada bulan Juni sampai Oktober
2010. Kegiatan pengabdian pada masyarakat diawali dengan pembelajaran tentang teori aspekaspek musik karawitan
dan penyajian
model-model musik karawitan.
Dalam pertemuan
tersebut dijelaskan aspek musik tari yang menyangkut ritme, irama, tempo, dan melodi. Dalam
pertemuan ini juga disajikan contoh-contoh musik karawitan yang jadi materi pembelajaran
yaitu gending Lancaran Manyar Sewul Ketawang Kinanti Sandung dan Ladrang Pangkur.
Materi ini disampaikan sebanyak empat kali pertemuan dalam bulan Juni
Pada pertemuan berikutnya diajarkan teknik memainkan instrumen musik gamelan untuk musik
karawitan.
Kegiatan ini meliputi teknik memukul instrumen
balungan
yang meliputi instrumen
Demung, Saron dan Peking. Kemudian pembelajaran dilanjutkan pada teknik memainkan instrumen
gamelan yang lain seperti kendag, bonang kenong kempul, dan Gong. Pengenalan teknik memainkan
instrumen musik gamelan berlangasung selama empat kali pertemuan dalam bulan Agustus .
Pada proses pelatihan berikutnya adalah pelatihan bentuk musik iringan tari. Iringan tari yang
menjadi materi pelatihan adalah Lancaran Gambuh dan Ketawang Kinanti Sandung. Pada tahan pelatihan
ini berlangsung sebannyak lima kali pertemuan pada bulan september dan Oktober. Dalam kurun waktu
dua bulan tersebut materi iringan tari yang dapat dipelajari adalah gending ladrang Pangkur
Dalam waktu-waktu sela selam a pelatihan musik iringan tari kadang juga disertai dengan pentas
di lapangan. Pentas itu dalam rangka resepsi pernikahan. Materi tari yang disajikan adalah gendinggending bentuk Lancaran, Ketawang dan Ladrangyang dimainkan oleh para pemusik peserta pelatihan.
Adapun wujud materi pelatihan iringan musik tarinya sebagai berikut.
6
B. PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan ketrampilanmemainkan karawitan dan pemahaman konsep-konsep music karawitan
bagi para peserta pada kelompok karawitan anak pada sanggar Naga Kayungyun di kelurahan
Padangsari Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Berkaitan dengan kegiatan tersebut hasil yang
dapat dijelaskan berkaitan kegiatan tersebut sebagai berikut.
Pertama, pada saat kegiatan penyampaian materi secara teori tentang pengetahuan konsep-konsep
musik karawitan, hal ini menambah pengetahuan dan wawasan para para peserta pengabdian.
Hampir sebagian besar peserta baru mengetahui adanya kaidah-kaidah dalam memainkan musik
karawitan. Pada mulanya mereka memainkan musik karawitan seperti apa adanya tanpa berikir
tentang teknik yang baik . Jadi dapat dikatakan ada peningkatan wawasan para peserta.
Kedua, pelatihan memainkan instrumen musik karawitan, para peserta menjadi tahu tentang
bagaimana teknik menabuh music karawitan yang benar. Mereka tadinya tidak tahu teknik
menabuh musik karawitan, setelah mengikuti program pelatihan menjadi tahu. Meraka menjadi
tahu bagaimana tempo dan irama untuk musik karawitan, keras-lemah menabuh untuk music
karawitan. Dengan demikian ada peningkatan kemampuaan tenik memainkan instrumen musik
karawitan. Setelah berakhirnya kegiatan pengabdian ini diharapkan mempunyai kemampuan
untuk menabuh secara mandiri. Sehingga para penabuh karawitan tidak lagi mengalami kesulitan
untuk membawakan musik karawitan.
Ketiga, kegiatan pengabdian masyarakat ini sangat memberi pengalaman bagi masyarakat pada
kelompok karawitan anak Naga Kayungyun di Kelurahan Padangsari Kecamatan Banyumanik
Kota Semarang dalam membawakan music karawitan . Mereka menjadi semakin percaya diri dan
semakin mandiri tanpa harus meminta bantuan kepada pihak lain dalam mengiringi sebuh tarian.
Mereka bisa tampil bermusik karawitan pada acara-acara tertentu, seperti acara pernikahan ,
peringatan hari-hari besar, dan peresmin sebuah kegiatan
7
III.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berkaitan dengan hasil yang telah dipaparkan pada terdahulu maka dapat disimpulkan
bahawa kegiatan meningkatkan ketrampilan memainkan musik karawitan bagi kelompok
karawitan anak pada sanggar seni Naga Kayungyun
di Kelurahan Padangsari
kecamatan
Banyumanik kota Semarang dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan bermain musik
karawitan
1.
Peserta kegiatan pengabdian pada masyarakt meningkat keterampilan teknik memainkan
instrumen music karawitan sesuai dengan kaidah-kaidah musik karawitan
2.
Adanya peningkatan yang berkaitan dengan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep
musik karawitan.
3.
Adanya kemandirian masyarakat dalam membawakan musik karawitan, yang sebelumnya
masih tergantung bantuan pihak lain menjadi bisa mandiri.
A. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
disarankan:
1. Bagi para kelompok karawitan anak pada sanggar seni Naga Kayungyun di kelurahan Padangsari
Kecamatan Banyumanik
agar senantiasa mengikuti kegiatan yang sifatnya meningkatkan
kemampuan memainkan musik karawitan.
2. Bagi masyarakat anggota sanggar juga senantiasa berlatih musik karawitan agar semakin terampil
dalam memainkan.
3. Untuk lembaga pemerintah diharapkan memiliki program-program peningkatan dan pengembangan
keterampilan musik karawitan sehiingga mampu merangsang masyarakat untuk belajar musik
khususnya musik karawitan.
8
Daftar Pustaka
Piaget, J Play, Dream and Imitation in Childhood, New York: Norton, 1962
Gilbert, Pia. Et al. 1970. Musik For The Modern Dance. U.S.A.: WM. C. Brown Company Publisher
Hadi, Sumandiyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Jogiakarta: Elkphi..
Hayes, Elizabeth R. 1971. Dance Composition And Production. London: Oxford.
Martopangrawit. 1972. Pengetahuan Karawitan: Sebuah Tjatatan-Tjatatan.
Surakarta: Proyek Pengembangan Kesenian Djawa Tengah.
Senen, I Wayan. 1982. Pengetahuan Musik Tari: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:Proyek Pengembangan
IKI Sub Proyek ASTI
Soepadi. 1984. Pengetahuan Musik Tari. YogyakartaL ASTI.
Soedarsono. 1976. Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta: ASTI.
Sutton, Anderson. 1991. Tradition of Gamelan Music in Java: Musical Pluralism and Regional Identity.
New York: Cambridge University Press.
9
Download