BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IFRS (International Financial Reporting Standards) telah menjadi pedoman penyajian laporan keuangan internasional yang digunakan di beberapa negara. IFRS dianggap dapat memberikan pedoman yang baik dalam penyusunan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan informasi laporan keuangan yang diterima oleh users lebih transparan dan pengambilan keputusan yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Salah satu kendala yang dialami oleh investor asing dalam berinvestasi adalah adanya ketidaksamaan pedoman penyajian laporan keuangan antara tempat investor berdomisili dan tempat investor tersebut akan berinvestasi. Hal ini dapat menyebabkan investor asing berpikir kembali untuk berinvestasi (contoh; membangun perusahaan) dikarenakan perlunya waktu untuk menyesuaikan informasi laporan keuangan yang diterima untuk keputusan berinvestasi. PriceWaterhouseCoopers (2014) menyatakan bahwa lebih dari 100 negara telah mengadopsi standar akuntansi internasional IFRS. Data ini menunjukkan kemudahan bagi para investor untuk menanamkan investasinya pada negara-negara yang telah mengadopsi IFRS. Hal ini disebabkan informasi laporan keuangan yang diterima oleh investor adalah sama dan investor tidak perlu lagi menggunakan jasa consulting dalam penyesuaian laporan keuangan. 1 2 Di dalam sejarahnya Standar Akuntasi Indonesia bersumber dari Amerika Serikat atau yang biasa dikenal dengan U.S. GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principles). Perera dan Baydoun (2007) mengemukakan bahwa: "The first set of accounting standards, Indonesian Accounting Principles (Prinsip Akuntansi Indonesia) formulated by the IAI in 1973 was directly adopted from Accounting Research Study 7 entitled ‘‘Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprises’’ published by the AICPA in 1965 ..... The accounting principles issued in 1984 were also based on the US accounting pronouncements." Berdasarkan pernyataan di atas mengungkapkan bahwa untuk standar akuntansi yang pertama kali dikeluarkan oleh IAI adalah secara langsung diadopsi dari riset akuntansi yang dikeluarkan oleh AICPA pada tahun 1965 dengan judul "Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprises" dan prinsipprinsip akuntansi yang dikeluarkan pada tahun 1984 juga berdasarkan kepada pernyataan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Sejak saat itu kebijakan akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI selalu menganut kepada standar yang telah dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Pada tahun 1994 Komite SAK (Standar Akuntansi Keuangan) mengambil kebijakan untuk menggunakan IAS (International Accounting Standards) sebagai salah satu dasar dalam menetapkan standar akuntansi keuangan nasional. Penggunaan IAS menambah pedoman yang diacu oleh DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) dalam membuat standar akuntansi nasional selain U.S. GAAP. 3 Pada tahun 1998 negara Indonesia mengalami krisis keuangan yang berdampak keluarnya investasi asing dari pasar modal negara tersebut. Krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1990 menciptakan krisis kepercayaan pada kualitas pelaporan keuangan pada regional tersebut (Margaret et al, 2007). Berdasarkan pernyataan Margaret dampak keluarnya investasi asing dari pasar modal Indonesia disebabkan oleh rendahnya kualitas penyajian laporan keuangan perusahaan yang dilaksanakan di Indonesia. Kualitas pedoman penyajian laporan keuangan yang telah diadopsi dari U.S GAAP dan IAS mulai dipertanyakan, ditambah dengan terjadinya beberapa skandal akuntansi yang menimpa Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya seperti kasus yang terjadi pada Arthur Andhersen, Enron, WorldCom, dan lain-lain. Perkembangan di dalam permasalahan penyajian pelaporan keuangan ini telah meningkatkan jumlah panggilan untuk adanya sebuah standar internasional yang transparan, berkualitas tinggi dan dapat diperbandingkan yang dapat mempermudah tugas dalam mengekstrak informasi yang berguna pada pelaporan perusahaan (Margaret et al, 2007). Pada tahun 2008 pedoman standar akuntansi di Indonesia yang bernama Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) mulai mengkonvergensi IFRS sebagai acuan dalam penyusunan pedoman penyajian laporan keuangan. Konvergensi IFRS ini dilakukan oleh karena adanya butir syarat Indonesia sebagai anggota G20 yang harus melakukan konvergensi standar akuntansi internasional (IFRS) ke dalam standar 4 akuntansi lokal negara Indonesia. Tahapan konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap adopsi, tahap persiapan, dan tahap implementasi. Pedoman penyajian pelaporan keuangan diantara U.S. GAAP dan IFRS adalah sangat mirip, namun memiliki beberapa perbedaan, seperti yang dikemukakan KPMG (2012) diantaranya adalah: 1. Pada bagian pengungkapan, IFRS harus memberikan pernyataan secara eksplisit kepada ketaatan kepada IFRS, sedangkan pada U.S. GAAP hal tersebut tidak diperlukan, 2. Kerangka kerja konseptual adalah poin referensi bagi pembuat laporan keuangan jika tidak terdapat pedoman yang spesifik di dalam IFRS, sedangkan pada U.S. GAAP kerangka kerja konseptual tidak harus menjadi pedoman atau referensi yang digunakan oleh pembuat laporan keuangan, 3. Perbedaan pengakuan nilai akun pada laporan keuangan (contoh: aset tidak berwujud, properti investasi, metode investasi ekuitas, pendapatan, dan lain sebagainya). Konvergensi IFRS ke dalam standar akuntansi nasional memberikan dampak positif di beberapa negara yang telah mengadopsinya. Penelitian yang dilakukan oleh 5 Manfaat ini juga ditunjukkan oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh Jermakowicz (2004) di negara Belgia. Akman (2011) menyatakan dampak positif lainnya yaitu penggunaan IFRS dapat meningkatkan pengungkapan laporan keuangan. Hoogervorst (2013) juga menambahkan bahwa IFRS memberikan tambahan kredibilitas pada pasar modal dan menurunkan cost of capital. 1.2 Rumusan Permasalahan Studi Kasus Berdasarkan latar belakang masalah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada laporan keuangan salah satu perusahaan yang telah melaksanakan penyajian laporan keuangan yang telah konvergensian dengan IFRS yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan yang belum konvergensian IFRS serta laporan keuangan perusahaan yang telah mengadopsi IFRS dengan usulan penelitian berjudul: "Analisis Laporan Keuangan Perusahaan: Sebelum dan Setelah Konvergensi IFRS pada Standar Akuntansi Keuangan (Studi Kasus pada PT Telkom Indonesia Tbk (Persero))." 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan pada penelitian ini adalah: 1. Apakah perubahan yang terjadi di dalam penyajian laporan keuangan PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) setelah konvergensian IFRS? 6 2. Apakah perbedaan penyajian laporan keuangan PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) berdasarkan PSAK konvergensian IFRS dan laporan keuangan PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) yang telah mengadopsi IFRS? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi IFRS dengan laporan keuangan PT Telkom Indonesia konvergensian IFRS. 1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan atas dasar adanya perubahan adopsi standar dalam penyajian laporan keuangan perusahaan yang telah ditetapkan oleh IAI, dari standar akuntansi internasional yang sebagian telah mengadopsi IAS dan U.S. GAAP menjadi IFRS. 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak, antara lain adalah: 1. Bagi pengguna laporan keuangan perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pelaksanaan dan dampak penyajian laporan keuangan sebelum dan setelah konvergensian IFRS dalam suatu perusahaan. 7 2. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai studi bagi perusahaan-perusahaan yang belum menerapkan IFRS sebagai pedoman dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan. 3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konvergensi IFRS. 1.7 Proses Penelitian Peneliti mempersiapkan pertanyaan penelitian yang didasari atas latar belakang dan perumusan masalah yang akan memberikan kontribusi kepada tujuan penelitian, bagian ini dapat dilihat pada Bab I Pendahuluan. Peneliti membuat pondasi teoretikal penelitian studi kasus diambil dari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, pondasi teoretikal ini dapat dilihat pada Bab II Tinjauan Pustaka. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana bersifat deskriptif dan komparatif. Pengumpulan data akan dilakukan melalui wawancara dan dokumendokumen yang berhubungan pada penelitian ini. Objek penelitian adalah PT Telkom Indonesia Tbk (Persero). Penjelasan mengenai metode penelitian dan objek penelitian dapat dilihat pada Bab III dan Bab IV penelitian ini. Hasil temuan dan analisis dideskripsikan pada Bab V penelitian ini. Ringkasan dan pembahasan pada Bab VI dan simpulan dan rekomendasi akan diberikan pada Bab VII.