SANKSI BAGI PERUSAHAAN YANG TIDAK MENDAFTARKAN PEKERJA ATAU BURUHNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL Ayu Puspasari Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Email: [email protected] ABSTRAK Menurut Pasal 99 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003, setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh jaminan sosial dari pengusaha sebagai pemberi kerja. Mengenai jaminan sosial tenaga kerja telah diatur dalam UU No. 3 Tahun 1992. Pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai peserta jaminan sosial dapat dikenakan sanksi yang ditentukan dalam perundang-undangan. Rumusan masalahnya adalah : 1) Bagaimana jenis sanksi yang dapat diberikan kepada pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai peserta jaminan sosial?; 2) Bagiamana tata cara pengenaan sanksi kepada pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai peseta jaminan sosial?. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa sanksi bagi pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai peserta jaminan sosial diatur dalam UU No. 3 Tahun 1992 dan UU No. 24 Tahun 2011, yang terdiri dari sanksi pidana dan sanksi administrasi. Sanksi pidana berupa pidana kurungan atau pidana denda, sedangkan sanksi administrasi meliputi: teguran tertulis, denda, atau tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Sanksi pidana dikenakan oleh pengadilan yang dilakukan setelah proses pemeriksaan perkara pidana di pengadilan selesai dan terdakwa (perusahaan) dinyatakan terbukti bersalah. Tata cara atau mekanisme pengenaan sanksi pidana didasarkan pada ketentuan di dalam KUHAP. Kemudian sanksi administrasi dikenakan oleh BPJS dan pemerintah atas permintaan BPJS. Sanksi administrasi dikenakan secara bertahap yang dimulai dari teguran tertulis, denda, dan tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Sehubungan dengan pengaturan pengenaaan sanksi administari yang terakhir agar dilakukan kajian ulang karena hanya diberlakukan untuk perusahaan yang tidak melunasi setoran denda, sehingga perusahaan yang tidak membayar denda sama sekali tidak dikenakan sanksi berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Kata kunci: Sanksi, Perusahaan, Tidak Mendaftarkan Pekerja atau Buruh, Jaminan Sosial Abstract According to Article 99 paragraph (1) of Law No. 13 of 2003, every worker/laborer has the right to obtain social security by the employer as an employer. Regarding social security governed by Law No. 3 1992. Employers who do not register workers or laborers as participants in social security can be subject to sanctions prescribed in the legislation. The formulation of the problem is: 1) What kind of sanctions that could be given to employers who do not register workers or laborers as participants in social security?; 2) The circumstances of procedures for imposing sanctions on employers who do not register workers or laborers as social security pesetas ?. From the discussion, it can be concluded that the sanctions for employers who do not register workers or laborers as participants in social security stipulated in Law No. 3 of 1992 and Law No. 24 of 2011, which consists of criminal sanctions and administrative sanctions. Criminal sanctions such as imprisonment or a fine, while administrative sanctions include: written warning, a fine, or do not obtain specific public services. Criminal sanctions imposed by a court that is done after the process of examination of criminal cases in court is finished and the defendant (the company) was found guilty. The procedure for the imposition of criminal sanctions or mechanisms are based on provisions in the Criminal Code. Then the administrative sanction imposed by the government upon request BPJS and BPJS. Administrative sanction imposed gradually starting from a written warning, a fine, and did not receive certain public services. In connection with the setting of the last pengenaaan administari sanctions in order to be replicated because it only applied to companies that did not pay off the deposit fines, so that companies that do not pay a fine in no way be liable to not receive certain public services. Key words: Sanctions, Company, Not Registering Labor or Labor, Social Security According Pendahuluan pada Dalam hidupnya, suatu perusahaan sebagai manusia pemberi kerja (pengusaha). Masalah menghadapi ketidakpastian, baik itu ketenagakerjaan di Indonesia diatur ketidakpastian yang sifatnya spekulasi dalam maupun ketidakpastian murni yang Indonesia selalu tentang Ketenagakerjaan (UU No. 13 menimbulkan Ketidakpastian murni kerugian. inilah yang Undang-Undang Tahun Nomor 13 2003). Republik Tahun 2003 Jaminan sosial seringkali disebut dengan risiko. Risiko merupakan hak bagi pekerja atau terdapat dalam berbagai bidang, dan buruh dan keluarganya sebagaimana bisa digolongkan dalam dua kelompok dicantumkan dalam Pasal 99 UU No. utama, yaitu risiko fundamental dan 13 Tahun 2003 yang berbunyi “Setiap risiko khusus. Risiko fundamental ini pekerja/buruh sifatnya kolektif dan dirasakan oleh berhak untuk memperoleh jaminan seluruh sosial tenaga kerja”. masyarakat, seperti risiko politis, ekonomis, sosial, hankam, dan internasional.1 keluarganya Kemudian dalam Pasal 100 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 disebutkan Sedangkan sifatnya dan lebih risiko khusus, bahwa untuk meningkatkan individual karena kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan dirasakan oleh perorangan, seperti keluarganya, risiko harta benda, terhadap harta menyediakan fasilitas kesejahteraan. pribadi, dan terhada kegagalan usaha. Jadi, jaminan sosial merupakan salah Untuk menghadapi risiko ini tentunya satu hak bagi pekerja/buruh dan diperlukan suatu instrumen atau alat keluarganya yang perusahaan untuk menyediakan. setidak-tidaknya akan dapat mencegah atau mengurangi timbulnya pengusaha dan wajib kewajiban Penyelenggaraan program risiko itu. Instrumen atau alat ini jaminan sosial merupakan salah satu disebut dengan jaminan sosial.2 tanggung jawab dan kewajiban negara juga Risiko atau ketidakpastian ini untuk memberikan perlindungan sosial sering ekonomi kepada masyarakat sesuai terjadi dalam dunia ketenagakerjaan yakni pada pekerja dengan sebagai orang yang bekerja/buruh Indonesia 1 Husni dalam Zainal Asikin (Ed), DasarDasar Hukum Perburuhan, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004.hlm. 98. 2 Ibid kondisi seperti keuangan berbagai negara, negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pekerja/buruh Jaminan pada di sosial masyarakat sektor formal. Inggrisnya social disebut security. dengan Istilah istilah ini untuk konsep pertama kalinya dipakai secara resmi redistribusi oleh Amerika Serikat dalam suatu menjadi undang-undang yang bernama The program publik yang diselenggarakan Social Security Act Of 1935. Kemudian berdasarkan undang-undang.4 dipakai universal merupakan 3 Jaminan sosial dalam bahasa bagi pendapatan, sehingga Program merupakan jaminan program resmi oleh New sosial Zealand Tahun 1983 sebelum secara perlindungan resmi dipakai oleh ILO (International yang bersifat dasar bagi tenaga kerja (pekerja/buruh). secara untuk Menurut ILO, jaminan sosial dan adalah jaminan yang diberikan kepada kepastian risiko-risiko sosial ekonomi. masyarakat melalui suatu lembaga Program sarana tertentu penerimaan anggota masyarakat kerja menghadapi risiko (pekerja/buruh) dan keluarganya dari dialaminya, terjadinya pemeliharaan kesehatan atau bantuan menjamin Tujuannya Labour Organization).7 adanya ini merupakan penjamin arus penghasilan pembiayaan keamanan bagi tenaga risiko-risiko yang dengan terjangkau pengusaha dan tenaga kerja. Jaminan pendapatan sosial atau oleh 5 untuk layak. merupakan penerimaan dari yang dapat membantu dalam yang mungkin misalnya mendapat jaminan pekerjaan yang 8 Dalam hubungannya pekerja/buruh, jaminan dengan sosial ini pekerja pada saat pekerja tidak dapat disebut dengan Jaminan Sosial Tenaga bekerja karena suatu sebab di luar Kerja kesalahan dengan pekerja (karena sakit, (Jamsostek). program Sehubungan Jamsostek di kecelakaan kerja, hamil, tunjangan Indonesia telah diatur dalam Undang- hari tua, dan meninggal dunia).6 Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (UU No. 3 Tahun 1992). 3 Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hlm. 178. 4 Ibid, hlm. 180. 5 Agusmidah, Dinamika & Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 127. 6 Sri Subiandini Gultom, Aspek Hukum Hubungan Industrial, Jakarta, Hecca Mitra Utama, 2005, hlm. 44. Dalam undang-undang ini telah disebutkan program-program dalam jamsostek 7 8 yang meliputi: jaminan Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 98. Sutedi, Op.Cit, hlm. 181. kecelakaan kerja, jaminan kematian, patuh mengikutsertakan pekerjanya jaminan dalam program jaminan sosial. Di hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. (vide: Pasal Boyolali, upaya 6 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1992). dituangkan hukum ini sudah dalam bentuk Program jamsostek memberikan Memorandum of Understanding (MoU) perlindungan dasar untuk memenuhi antara BPJS Cabang Klaten yang juga kebubutuhan membawahi wilayah Boyolali dengan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya. Progam ini dilakukan dengan kepastian berlangsungnya penerimaan sebagai memberikan penghasilan pengganti Kejaksaan Negeri (Kejari) Boyolali.10 Dalam tulisan ini, penulis arus tertarik untuk membahas lebih lanjut keluarga mengenai sanksi yang dapat dikenakan sebagian atau kepada perusahaan yang tidak seluruh penghasilan yang hilang akibat melaksanakan risiko sosial.9 mendaftarkan pekerja atau buruhnya Dengan dinyatakan demikian bahwa dapat sebagai kewajiban sebagai peserta jaminan sosial. upaya Berdasarkan pada latar perlindungan dasar untuk memenuhi belakang masalah yang diuraikan di kebutuhan atas, maka rumusan masalah dalam buruh minimal dan pekerja keluarganya, dibentuklah program atau maka jamsostek. tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana jenis sanksi yang Dalam hal ini, salah satu kewajiban dapat pengusaha perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerja atau pekerja adalah atau mendaftarkan buruhnya sebagai dikenakan peserta program jaminan sosial. Bagi buruhnya pengusaha jaminan sosial?. yang yang tidak sebagai kepada peserta menjalankan kewajibannya dikenakan 2. Bagiamana tata cara pengenaan sanksi yang berlaku sesuai dengan sanksi kepada perusahaan yang ketentuan perundang-undangan yang tidak berlaku. atau buruhnya sebagai peseta Saat Jaminan ini, Badan Penyedia Sosial mendaftarkan pekerja jaminan sosial?. (BPJS) Ketenagakerjaan menyiapkan sanksi hukum bagi perusahaan yang tidak 9 Agusmidah, Op.Cit, hlm.128 10 tp://www.solopos.com/2016/04/20/ tenaga-kerja-boyolali-bpjs-siapkan-sanksihukum-bagi-pengusaha-tidak-patuh-712258, diakses tanggal 24 April 2016 Pembahasan A. Jenis hukum dapat menimbulkan lahirnya Sanksi yang Dapat sanksi. Dikenakan Kepada Perusahaan yang Tidak Peristiwa hukum yang dimaksud Mendaftarkan dalam pembahasan ini, yaitu tindakan Pekerja atau Buruhnya Sebagai pengusaha dalam suatu perusahaan Peserta Jaminan Sosial yang tidak mendaftarkan pekerja atau Dalam kamus bahasa Indonesia, buruhnya sebagai peserta jaminan sanksi diartikan sebagai pengenaan, sosial. pengesahan: untuk mengakibatkan lahirnya sanksi, yaitu memaksa orang lain menepati janji.11 hukuman bagi perusahaan yang tidak Istilah sanksi dalam bahasa Belanda mendaftarkan pekerja atau buruhnya disebut dengan istilah “sanctie”, yaitu sebagai sangsi: hukuman.12 Jadi, sanksi dalam Pertanyaanya pembahasan jenis sanksi yang dapat dikenakan sebagai tanggungan ini hukuman dapat bagi diartikan perusahaan Peristiwa kepada peserta hukum jaminan adalah perusahaan itu sosial. “Bagaimana yang tidak yang tidak mendaftarkan pekerja atau mendaftarkan pekerja atau buruhnya buruhnya sebagai peserta jaminan sebagai peserta jaminan sosial?”. sosial kepada BPJS Ketengakerjaan. Sesuai dengan pengertian ini, maka sanksi dapat diklasifikasikan Seperti halaman yang disinggung sebelumnya di bahwa perusahaan yang tidak mendaftarkan sebagai akibat hukum. Menurut Erwin pekerja atau buruhnya dan Firman13, akibat hukum yang peserta jaminan sosial dapat dimaksudkan untuk menunjuk kepada dikenakan sanksi sesuai dengan akibat yang diberikan oleh hukum atas ketentuan perundang-undang suatu peristiwa hukum. Salah salah berlaku. Hal ini disebabkan karena satu akibat yang dapat dimunculkan pendaftaran oleh peristiwa hukum adalah akibat sebagai tindakan yang bertentangan dengan merupakan pekerja peserta sebagai yang atau buruh jaminan sosial kewajiban bagi perusahaan. 11 Rizky Maulana dan Putri Amelia, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya, Lima Bintang, Tanpa Tahun, hlm.366. 12 Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2012, hlm. 419. 13 Muhamad Erwin dan Firman Freaddy Busroh, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung, Refika Aditama, 2012, hlm. 58. Ketentuan perundang-undangan yang mewajibkan perusahaan untuk mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai peserta jaminan sosial adalah UU No. 3 Tahun 1993. Kemudian hal ini diatur juga dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun dalam ayat (1) untuk kedua 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial kalinya Nasional (UU No. 40 Tahun 2004) dan putusah Undang-Undang memperoleh kekuatan hukum Republik Indonesia atau lebih akhir Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan tetap, Penyelenggara Jaminan Sosial (UU No. tersebut 24 Tahun 2011). selama-lamanya Pasal 4 ayat (1) UU No. 3 Tahun bulan. 1992 dengan jelas menentukan bahwa (3) Tindak setelah maka telah pelanggaran dipidaha kurungan 8 pidana (delapan) sebagaimana program jaminan sosial tenaga kerja dimaksud dalam ayat (1) adalah wajib pelanggaran. dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan hubungan pekerjaan kerja di sesuai dalam No. 3 Tahun 1992 ditentukan bahwa dengan dengan tidak mengurangi ketentuan ketentuanUndang-undang ini. Perusahaan yang Kemudian dalam Pasal 30 UU pidana sebagaimana dimaksud dalam melanggar Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) ketentuan tersebut dapat dikenakan terhadap pengusaha, tenaga kerja, sanksi yang diatur dalam Pasal 29 UU dan Badan Penyelenggara yang tidak No. 3 Tahun 1992 yang berbunyi: memenuhi ketentuan undang-undang (1) Barangsiapa tidak kewajiban memenuhi ini dan peraturan pelaksananya sebagaimana dikenakan sanksi administrasi, ganti dimaksud dalam Pasal 4 ayat rugi, atau denda yang akan diatur (1); Pasal 10 ayat (1), ayat (2), lebih dan ayat (3); Pasal 18 ayat (1), pemerintah. ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan lanjut dengan peraturan Adapun peraturan pemerintah ayat (5); Pasal 19 ayat (2); yang Pasal 22 ayat (1); dan Pasal 26, administrasi diatur dalam Peraturan diancam dengan Pemerintah Republik Indonesia Nomor kurungan selama-lamanya (enam) bulan setinggi-tingginya atau hukuman 6 denda Rp mengatur tentang 86 Tahun 2013 tentang Pengenaan Kepada Sanksi Pemberi sanksi Tata Cara Administratif Kerja 50.000.000,- (lima puluh juta Penyelenggara rupiah). Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, (2) Dalam hal pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud Negara dan Selain Setiap dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial (PP Pasal 4 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004 No. 86 Tahun 2013). yang berbunyi “Pemberi kerja secara Sesuai dengan Pasal 29 jo Pasal bertahap wajib mendaftarkan dirinya 30 UU No. 3 Tahun 1992 di atas, maka dan jenis sanksi yang dapat dikenakan kepada Badan Penyelenggara Jaminan kepada Sosial, sesuai dengan program jaminan perusahaan yang tidak mendaftarakan pekerja atau buruh (tenaga kerja) sebagai pekerjanya sebagai peserta sosial yang diikuti.” peserta Kewajiban perusahaan itu juga program jaminan sosial adalah sanksi ditegaskan dalam Pasal 15 UU No. 24 pidana (kurungan dan denda), serta Tahun 2011 yang berbunyi: sanksi administrasi. Khusus (1) Pemberi Kerja secara bertahap untuk sanksi wajib mendaftarkan dirinya dan administrasi yang dapat dikenakan Pekerjanya kepada kepada perusahaan yang tidak sebagai BPJS Peserta sesuai dengan mendaftarkan pekerja atau buruhnya program Jaminan Sosial yang sebagai peserta jaminan sosial juga diikuti. diatur dalam UU No. 24 Tahun 2011. (2) Pemberi Kerja, dalam Dalam konteks undang-undang ini, melakukan perusahaan diklasifikasikan sebagaimana kerja ayat (1), wajib memberikan sebagai dapat pemberi selain penyelenggara negara. Tahun 2011 dengan disebutkan bahwa adalah jelas pemberi kerja orang dimaksud pada data dirinya dan Pekerjanya Dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 24 pendaftaran perseorangan, berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS. (3) Penahapan sebagaimana pengusaha, badan hukum, atau badan dimaksud pada ayat (1) diatur lainnya yang mempekerjakan tenaga dengan Peraturan Presiden. kerja atau penyelenggara negara yang Dengan mempekerjakan pegawai negeri disimpulkan demikian bahwa dapat pendaftaran dengan membayar gaji, upah, atau pekerja atau buruh sebagai peserta imbalan dalam bentuk lainnya. jaminan sosial merupakan kewajiban Mengenai perusahaan pekerja kewajiban untuk atau mendaftarkan buruhnya sebagai peserta jaminan sosial diatur dalam bagi perusahaan. Dalam melakukan pendaftaran, memberikan pekerjanya perusahaan data wajib dirinya berikut dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar (4) Pengenaan sanksi sebagaimana kepada BPJS. dimaksud pada ayat (2) huruf c Pendaftaran pekerja atau buruh dilakukan oleh Pemerintah yang baru paling lama 30 (tiga puluh) atau pemerintah daerah atas hari permintaan BPJS. yang dihitung seja dimualinya pekerjaaan. tanggal Perusahaan (5) Ketentuan lebih lanjut yang tidak mendaftarkan pekerja atau mengenai tata cara pengenaan buruhnya sebagai peserta jaminan sanksi sosial kepada BPJS dapat dikenakan dengan Peraturan Pemerintah. sanksi administrasi Sanksi perusahaan administratif diatur Dari uraian di atas maka dapat administrasi tersebut bagi dicantumkan dinyatakan bahwa perusahaan wajib untu mendaftarkan pekerja atau dalam Pasal 17 UU No. 24 Tahun 2011 buruh sebagai peserta jaminan sosial. yang berbunyi: Program jaminan sosial yang dapat (1) Pemberi Kerja penyelenggara selain negara diikuti oleh perusahaan adalah yang jaminan kecelakaan kerja, jaminan tidak melaksanakan ketentuan hari tua, jaminan kematian, jaminan sebagaimana dimaksud dalam pemeliharaan kesehatan, dan jaminan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), pensiun. dan setiap orang yang tidak melaksanakan Perusahaan ketentuan melakukan sebagaimana dimaksud dalam dikenakan Pasal kurungan 16 dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi yang kewajiban sanksi atau tidak itu berupa denda dan dapat pidana sanksi administrasi berupa teguran tertulis, administratif denda, dan/atau tidak mendapat sebagaimana dimaksud pada pelayanan publik tertentu. Jadi, jenis ayat (1) dapat berupa: sanksi yang dapat kenakan kepada a. Teguran tertulis; perusahaan yang tidak melaksanakan b. Denda; dan/atau kewajibannya c. Tidak mendapat pelayanan pekerja publik tertentu. (3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf untuk atau mendaftarkan buruhnya sebagai peserta jaminan sosial adalah sanksi pidana dan sanksi administrasi. Perbedaan antara sanksi a dan huruf b dilakukan oleh administrasi dan sanski pidana dapat BPJS. dilihat dari tujuan pengenaan sanksi itu sendiri. ditujukan Sanksi administrasi kepada perbuatan pelanggarannya, sedangkan sanksi atau tata cara pengenaanya?”. Mengenai pembahasan ini, akan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni sanksi pidana dan pidana ditujukan kepada si pelanggar pengenaan dengan memberikan hukuman berupa pengenaan nestapa. sebagaimana terurai di bawah ini: Sanksi dimaksudkan pelanggaran sanksi administrasi agar itu adalah perbuatan dihentikan. reparatoir 1. Pengenaan Sifat antara samping sanksi itu, pidana artinya Sanksi Mendaftarkan Buruhnya perbedaan dan administrasi Pidana Kepada Perusahaan yang Tidak memulihkan pada keadaaan semula.14 Di sanksi Pekerja sebagai atau Peserta Jaminan Sosial sanksi Pengenaan sanksi pidana dapat administrasi ialah tindakan penegakan disebut juga sebagai penjatuhan hukumnya. pidana atau pemberian pidana atau Sanksi administrasi diterapkan oleh pejabat tata usaha pemidanaan kepada negara tanpa harus melalui prosedur yang tidak mendaftarkan pekerja pengadilan, sedangkan sanksi pidana atau hanya dapat dijatuhkan oleh hakim jaminan sosial.16 Menurut Prasetyo pidana melalui proses peradilan.15 dan buruhnya B. Pengenaan Sanksi Kepada Perusahaan yang Tidak Mendaftarkan Pekerja Buruhnya sebagai atau Ketika pengenaan pemberian sanksi, soal maka (2012: dapat sanksi perusahaan mendaftarkan dalam tahap kapan sanksi dikenakan, dan bagaimana mekanisme M. Philipus Hadjon, dkk., Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2005, hlm. 247. 15 Ibid atau pemidanaan pemberian sanksi dalam hukum pidana. Dengan kata lain, 16 14 tidak buruhnya sebagai peserta jaminan “Siapakah sanksi, yang pekerja merupakan mengenakan hukum Jadi, pengenaan sanksi pidana sosial berwenang diartikan dalam pembahasannya meliputi pertanyaan yang 82), pidana. kepada berbicara peserta sebagai tahap penetapan sanksi dan Peserta Jaminan Sosial sebagai Barkatullah pemidanaan perusahaan pengenaan sanksi dalam Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana (Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012, hlm. 82. pembahasan ini merupakan tahap yang berwenang mengenakan sanksi pemberian pidana adalah pidana Pengadilan sanksi dalam hukum pidana. Menurut perkara Negeri di pemberian lingkungan Peradilan Umum. Hakim pemberian mengenakan sanksi pidana apabila pidana in abstracto dan pemberian proses persidangan berakhir dan pidana terdakwa pidana Sudarto, hakim terdiri in pidana dari concreto. in Pemberian abstracto bersalah melakukan tindak menetapkan stelsel sanksi hukum didakwakan oleh Jaksa/Penuntut pidana Umum kepadanya. yang pembentuk adalah terbukti menyangkut pidana undang-undang. Secara Sedangkan pemberian pidana in pengenaan concreto menyangkut hakim atau pemidanaan in concreto badan yang mendukung berbagai kesemuanya dan melaksanakan setelsel sanksi hukum pidana. Jika pendapat 17 diatur Sudarto (KUHAP). mendaftarkan tidak pekerja atau Hal berbunyi: sosial (1) Jika diklasifikasikan Undang-Undang ke dalam pemidanaan in concreto. Hukum Acara Pidana tersebut diatur dengan tegas dalam Pasal 193 KUHAP yang buruhnya sebagai peserta jaminan dapat oleh atau biasa disebut Kitab Undang- ini, maka pengenaan sanksi pidana yang dalam pidana 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang perusahaan sanksi masalah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun dihubungkan dengan pembahasan kepada yuridis, yang pengadilan bahwa berpendapat terdakwa bersalah Dalam UU No. 3 Tahun 1992 melakukan tindak pidana yang tidak disebutkan mengenai siapa didakwakan kepadanya, maka yang berwenang mengenakan sanksi pengadilan pidana kepada perusahaan yang pidana. tidak mendaftarkan pekerja atau (2) a. menjatuhkan Pengadilan dalam buruhnya sebagai peserta jaminan menjatuhkan sosial. Tetapi, jika melihat prakek terdakwa tidak ditahan, dapat penanganan perkara pidana selama memerintahkan ini maka dapat diketahui bahwa terdakwa apabila 17 Ibid putusan, tersebut dipenuhi jika supaya ditahan, ketentuan Pasal 21 dan terdapat alasan Buruhnya cukup untuk itu. Jaminan Sosial b. Dalam hal terdakwa ditahan, pengadilan dalam menjatuhkan putusannya, sebagai Pada sebelumnya bahwa sanksi Peserta pembahasan telah dipaparkan administrasi yang dapat menetapkan terdakwa dikenakan kepada perusahaan yang tetap ada dalam tahanan tidak mendaftarkan pekerja atau atau membebaskannya, buruhnya sebagai peserta jaminan apaabila terdapat sosial terdiri dari: teguran tertulis, alasan cukup untuk itu. Sesuai tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Dalam KUHAP di atas maka jelas bahwa pembahasan ini, akan diuraikan yang berwenang mengenakan sanksi satu persatu dalam hubungannya pidana kepada perusahaan yang dengan lembaga yang berwenang tidak mendaftarkan pekerja atau mengenakan buruhnya sebagai peserta jaminan dan kapan pengenaannya. adalah Pasal dan 193 sosial dengan denda, pengadilan yang administrasi 1) Teguran tertulis dilaksanakan oleh hakim perkara pidana. sanksi Pengenaan sanksi teguran tertulis dilakukan oleh BPJS yang Sanksi pidana dikenakan oleh pengadilan proses kali masing-masing untuk jangka persidangan berakhir dan terdakwa waktu paling lama 10 (sepuluh) (perusahaan) hari kerja. (vide: Pasal 13 ayat melakukan apabila diberikan paling banyak 2 (dua) terbukti tindak bersalah pidana yang (3) UU No. 24 Tahun 2011 jo didakwakan, yaitu tidak Pasal 6 PP No. 86 Tahun 2013). mendaftarkan pekerja atau 2) Denda buruhnya sebagai peserta jaminan Pengenaan sanski denda sosial. Tata cara atau mekanisme dilakukan pengenaan oleh diberikan untuk jangka waktu dengan paling lama 30 (tiga puluh) hari hakim sanksi pidana dilakukan oleh BPJS yang mendasarkan pada ketentuan yang sejak berakhirnya ada di dalam KUHAP. sanksi teguran 2. Pengenaan Sanksi Administrasi berakhir. (vide: Pasal 13 ayat (3) Kepada Perusahaan yang Tidak UU No. 24 Tahun 2011 jo Pasal 7 Mendaftarkan PP No. 86 Tahun 2013). Pekerja atau pengenaan tertulis kedua 3) Tidak mendapat pelayanan publik tertentu Pengenaan Sehubungan dengan tata cara atau mekanisme pengenaan sanksi tidak sanksi administrasi kepada pemberi mendapat pelayanan publik kerja selain penyelenggara negara, tertentu dilakukan oleh termasuk perusahaan yang tidak dilakukan oleh pemerintah, mendaftarkan pekerja atau pemerintah daerah provinsi, atau buruhnya sebagai peserta jaminan pemerintah sosial diatur dalam Pasal 10 PP No. daerah kabupaten/kota atas permintaan BPJS. BPJS dalam meminta pengenaan sanksi mendapat tertentu pelayanan 86 Tahun 2013. Lebih jelasnya tata cara atau tidak mekanisme pengenaan sanksi publik administrasi tersebut adalah mengenakan sanksi berkoordinasi dengan pemerintah, pemerintah daerah sebagai berikut: 1) BPJS provinsi atau pemerintah daerah teguran kabupaten/kota. (vide: Pasal 13 perusahaan ayat (4) UU No. 24 Tahun 2011 jo mendaftarkan pekerja atau Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) PP buruhnya sebagai No. 86 Tahun 2013). jaminan sosial Menurut Pasal 9 ayat (1) tertulis kepada yang tidak peserta pertama untuk jangka waktu paling PP No. 86 Tahun 2013, sanksi lama tidak mendapat pelayanan publik Apabila tertentu yang dikenakan kepada berakhirnya jangka waktu 10 Pemberi Selain (sepuluh) hari sanksi teguran Penyelenggara Negara, termasuk tertulis pertama, perusahaan perusahaan meliputi: tidak Kerja 10 (sepuluh) sampai hari. dengan melaksanakan a) Perizinan terkait usaha; kewajibannya, b) Izin yang diperlukan dalam mengenakan sanksi teguran mengikuti tender proyek; c) Izin memperkerjakan tenaga kerja asing; d) Izin perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; atau e) Izin Mendirikan Bangunan (IMB). maka BPJS tertulis kedua untuk jangka waktu 10 (sepuluh) hari. 2) Sanksi denda dikenakan apabila setelah pengenaan sanksi teguran tertulis kedua berakhir perusahaan tidak melaksanakan kewajibannya. Denda dikenakan sebesar permintaah BPJS. Jenis-jenis sanksi 0,1% (nol koma satu persen) dalam sanksi administrasi dilakukan setiap bulan dari iuran yang secara bertahap atau berurutan, yang seharusnya dimulai dari teguran terttulis, denda, dibayar dihitung sejak tertulis yang teguran kedua berakhir. Kemudian denda itu disetorkan kepada BPJS bersamaan dengan pembayaran iuran bulan berikutnya. disetor perusahaan terakhir mendapat pelayanan publik tertentu. Sehubungan dengan hal ini, ada yang perlu diperhatikan mengenai pengenaan yakni sanksi administrasi berupa tidak mendapat dikenai ketentuan dalam PP No. 86 Tahun lunas, 2013, sanksi tersebut dikenakan jika sanksi perusahaan tidak menyetor lunas tidak mendapat pelayanan dendanya. Dengan adanya ketentuan publik tertentu. ini, bagaimana dengan perusahaan Dengan demikian dapat yang tidak menyetor denda sama disimpulkan bahwa pengenaan sanksi sekali pidana kepada perusahaan yang tidak denda?. mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai tidak pelayanan publik tertentu. Melihat 3) Apabila sanksi berupa denda tidak dan peserta dikenakan sanksi Jika dipahami redaksi kalimat sosial dalam ketentuan PP No. 86 Tahun didasarkan pada ketentuan-ketentuan 2013, maka pengenaan sanksi denda yang ada di dalam KUHAP. Dalam hal tiak berlaku bagi perusahaan yang ini, untuk tidak menyetor sama sekali dendanya. adalah Pengusaha dapat menggunakan celah pengadilan yang dilakukan setelah dari ketentuan itu untuk menghindar proses pemeriksaan perkara pidana di dari sanksi tidak mendapat pelayanan persidangan berakhir dan terdakwa publik tertentu. Oleh karena itu, (perusahaan) terbukti bersalah. pengaturan yang mengenakan jaminan setelah berwenang sanksi pidana tersebut perlu untuk Kemudian sanksi administrasi dikaji ulang sehingga perusahaan yang dikenakan kepada perusahaan yang tidak menyetor denda sama sekali tidak juga mendaftarkan pekerja atau dapat dikenakan sanksi buruhnya sebagai peserta jaminan administrasi sosial pelayanan publik tertentu, misalnya dilakukan oleh BPJS dan pemerintah (pusat dan daerah) atas berupa tidak mendapat perizinan terkait usaha atau izin usaha. 2. Pengenaan sanksi pidana dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku di Penutup Indonesia, yaitu KUHAP. Dalam Berdasarkan pada uraian hal ini, yang pembahasan di atas, maka dalam mengenakan tulisan ini dapat diberikan kesimpulan adalah sebagai berikut: dilakukan 1. Jenis sanksi yang dapat berwenang sanksi pidana pengadilan yang ketika proses pemeriksaan perkara pidana di dikenakan kepada perusahaan persidangan yang mendaftarkan terdakwa (perusahaan) terbukti pekerja atau buruhnya sebagai melakukan tindak pidana yang peserta jaminan sosial adalah didakwakan. sanksi tidak pidana berarkhir dan Kemudian dan sanksi pengenaan sanksi administrasi Sanksi pidana dilakukan berdasarkan UU No. terdiri dari pidana kurungan 24 Tahun 2011 jo PP No. 86 palinga 6 (enam) bulan dan Tahun 2013. Menurut undang- untuk pengulangan 8 (delapan) undang itu, yang berwenang bulan atau pidana denda paling mengenakan sanksi administrasi banyak Rp 50.000.000,- (lima adalah BPJS dan pemerintah puluh juta rupiah). Sedangkan (pusat dan/ atau daerah) atas sanksi administrasi terdiri dari permintaan teguran administrasi dikenakan secara administrasi. tertulis, denda, BPJS. Sanksi dan/atau tidak mendapatkan bertahap yang pelayanan publik tertentu yang teguran tertulis, dilanjutkan meliputi: dengan denda, dan usaha, izin perizinan yang terkait diperlukan dimulai dari yang terkakhir sanksi berupa tidak dalam mengikuti tender proyek, mendapat pelayanan publik izin tertentu. Sebagai saran memperkerjakan tenaga kerja asing, izin perusahaan ketentuan mengenai penyedia jasa pekerja/buruh, pengenaaan sanksi administrasi atau Izin Mendirikan Bangunan yang terakhir perlu untuk dikaji (IMB). ulang sebagai upaya perubahan, sehingga tidak hanya berlaku bagi perusahaan yang tidak melunasi setoran denda yang telah namun dikenakan juga oleh BPJS, berlaku bagi perusahaan yang sama sekali Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2012. Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta, Sinar Grafika, 2009. tidak menyetor denda. B. Perundang-Undangan DAFTAR PUSTAKA A. Buku Asikin Zainal (Ed), Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004. Agusmidah, Dinamika & Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010. Erwin, Muhamad dan Firman Freaddy Busroh, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung, Refika Aditama, 2012. Gultom, Sri Subiandini, Aspek Hukum Hubungan Industrial, Jakarta, Hecca Mitra Utama, 2005. Hadjon, M. Philipus, dkk., Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2005. Maulana, Rizky dan Putri Amelia, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya, Lima Bintang, Tanpa Tahun. Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana (Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial. C. Internet http://www.solopos.com/2016/04/20 /tenaga-kerja-boyolali-bpjssiapkan-sanksi-hukum-bagipengusaha-tidak-patuh-712258, Diakses tanggal 24 April 2016, Pukul 19.30 Wib