SANKSI BAGI PERUSAHAAN YANG TIDAK MENDAFTARKAN

advertisement
SANKSI BAGI PERUSAHAAN YANG TIDAK MENDAFTARKAN PEKERJA
ATAU BURUHNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL
Ayu Puspasari
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Menurut Pasal 99 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003, setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh
jaminan sosial dari pengusaha sebagai pemberi kerja. Mengenai jaminan sosial tenaga kerja telah
diatur dalam UU No. 3 Tahun 1992. Pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya
sebagai peserta jaminan sosial dapat dikenakan sanksi yang ditentukan dalam perundang-undangan.
Rumusan masalahnya adalah : 1) Bagaimana jenis sanksi yang dapat diberikan kepada pengusaha
yang tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai peserta jaminan sosial?; 2) Bagiamana tata
cara pengenaan sanksi kepada pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai
peseta jaminan sosial?. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa sanksi bagi pengusaha yang
tidak mendaftarkan pekerja atau buruhnya sebagai peserta jaminan sosial diatur dalam UU No. 3
Tahun 1992 dan UU No. 24 Tahun 2011, yang terdiri dari sanksi pidana dan sanksi administrasi.
Sanksi pidana berupa pidana kurungan atau pidana denda, sedangkan sanksi administrasi meliputi:
teguran tertulis, denda, atau tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Sanksi pidana dikenakan
oleh pengadilan yang dilakukan setelah proses pemeriksaan perkara pidana di pengadilan selesai dan
terdakwa (perusahaan) dinyatakan terbukti bersalah. Tata cara atau mekanisme pengenaan sanksi
pidana didasarkan pada ketentuan di dalam KUHAP. Kemudian sanksi administrasi dikenakan oleh
BPJS dan pemerintah atas permintaan BPJS. Sanksi administrasi dikenakan secara bertahap yang
dimulai dari teguran tertulis, denda, dan tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Sehubungan
dengan pengaturan pengenaaan sanksi administari yang terakhir agar dilakukan kajian ulang karena
hanya diberlakukan untuk perusahaan yang tidak melunasi setoran denda, sehingga perusahaan yang
tidak membayar denda sama sekali tidak dikenakan sanksi berupa tidak mendapat pelayanan publik
tertentu.
Kata kunci: Sanksi, Perusahaan, Tidak Mendaftarkan Pekerja atau Buruh, Jaminan Sosial
Abstract
According to Article 99 paragraph (1) of Law No. 13 of 2003, every worker/laborer has the right to
obtain social security by the employer as an employer. Regarding social security governed by Law
No. 3 1992. Employers who do not register workers or laborers as participants in social security can
be subject to sanctions prescribed in the legislation. The formulation of the problem is: 1) What
kind of sanctions that could be given to employers who do not register workers or laborers as
participants in social security?; 2) The circumstances of procedures for imposing sanctions on
employers who do not register workers or laborers as social security pesetas ?. From the discussion,
it can be concluded that the sanctions for employers who do not register workers or laborers as
participants in social security stipulated in Law No. 3 of 1992 and Law No. 24 of 2011, which
consists of criminal sanctions and administrative sanctions. Criminal sanctions such as imprisonment
or a fine, while administrative sanctions include: written warning, a fine, or do not obtain specific
public services. Criminal sanctions imposed by a court that is done after the process of examination
of criminal cases in court is finished and the defendant (the company) was found guilty. The
procedure for the imposition of criminal sanctions or mechanisms are based on provisions in the
Criminal Code. Then the administrative sanction imposed by the government upon request BPJS and
BPJS. Administrative sanction imposed gradually starting from a written warning, a fine, and did not
receive certain public services. In connection with the setting of the last pengenaaan administari
sanctions in order to be replicated because it only applied to companies that did not pay off the
deposit fines, so that companies that do not pay a fine in no way be liable to not receive certain
public services.
Key words: Sanctions, Company, Not Registering Labor or Labor, Social Security
According
Pendahuluan
pada
Dalam
hidupnya,
suatu
perusahaan
sebagai
manusia
pemberi kerja (pengusaha). Masalah
menghadapi ketidakpastian, baik itu
ketenagakerjaan di Indonesia diatur
ketidakpastian yang sifatnya spekulasi
dalam
maupun ketidakpastian murni yang
Indonesia
selalu
tentang Ketenagakerjaan (UU No. 13
menimbulkan
Ketidakpastian
murni
kerugian.
inilah
yang
Undang-Undang
Tahun
Nomor
13
2003).
Republik
Tahun
2003
Jaminan
sosial
seringkali disebut dengan risiko. Risiko
merupakan hak bagi pekerja atau
terdapat dalam berbagai bidang, dan
buruh dan keluarganya sebagaimana
bisa digolongkan dalam dua kelompok
dicantumkan dalam Pasal 99 UU No.
utama, yaitu risiko fundamental dan
13 Tahun 2003 yang berbunyi “Setiap
risiko khusus. Risiko fundamental ini
pekerja/buruh
sifatnya kolektif dan dirasakan oleh
berhak untuk memperoleh jaminan
seluruh
sosial tenaga kerja”.
masyarakat,
seperti
risiko
politis, ekonomis, sosial, hankam, dan
internasional.1
keluarganya
Kemudian dalam Pasal 100 ayat
(1) UU No. 13 Tahun 2003 disebutkan
Sedangkan
sifatnya
dan
lebih
risiko
khusus,
bahwa
untuk
meningkatkan
individual
karena
kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan
dirasakan oleh perorangan, seperti
keluarganya,
risiko harta benda, terhadap harta
menyediakan fasilitas kesejahteraan.
pribadi, dan terhada kegagalan usaha.
Jadi, jaminan sosial merupakan salah
Untuk menghadapi risiko ini tentunya
satu hak bagi pekerja/buruh dan
diperlukan suatu instrumen atau alat
keluarganya
yang
perusahaan untuk menyediakan.
setidak-tidaknya
akan
dapat
mencegah atau mengurangi timbulnya
pengusaha
dan
wajib
kewajiban
Penyelenggaraan
program
risiko itu. Instrumen atau alat ini
jaminan sosial merupakan salah satu
disebut dengan jaminan sosial.2
tanggung jawab dan kewajiban negara
juga
Risiko atau ketidakpastian ini
untuk memberikan perlindungan sosial
sering
ekonomi kepada masyarakat sesuai
terjadi
dalam
dunia
ketenagakerjaan yakni pada pekerja
dengan
sebagai orang yang bekerja/buruh
Indonesia
1
Husni dalam Zainal Asikin (Ed), DasarDasar
Hukum
Perburuhan,
Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2004.hlm. 98.
2
Ibid
kondisi
seperti
keuangan
berbagai
negara,
negara
berkembang lainnya, mengembangkan
program jaminan sosial berdasarkan
funded social security, yaitu jaminan
sosial yang didanai oleh peserta dan
masih
terbatas
pekerja/buruh
Jaminan
pada
di
sosial
masyarakat
sektor
formal.
Inggrisnya
social
disebut
security.
dengan
Istilah
istilah
ini
untuk
konsep
pertama kalinya dipakai secara resmi
redistribusi
oleh Amerika Serikat dalam suatu
menjadi
undang-undang yang bernama The
program publik yang diselenggarakan
Social Security Act Of 1935. Kemudian
berdasarkan undang-undang.4
dipakai
universal
merupakan
3
Jaminan sosial dalam bahasa
bagi
pendapatan,
sehingga
Program
merupakan
jaminan
program
resmi
oleh
New
sosial
Zealand Tahun 1983 sebelum secara
perlindungan
resmi dipakai oleh ILO (International
yang bersifat dasar bagi tenaga kerja
(pekerja/buruh).
secara
untuk
Menurut ILO, jaminan sosial
dan
adalah jaminan yang diberikan kepada
kepastian risiko-risiko sosial ekonomi.
masyarakat melalui suatu lembaga
Program
sarana
tertentu
penerimaan
anggota
masyarakat
kerja
menghadapi
risiko
(pekerja/buruh) dan keluarganya dari
dialaminya,
terjadinya
pemeliharaan kesehatan atau bantuan
menjamin
Tujuannya
Labour Organization).7
adanya
ini
merupakan
penjamin
arus
penghasilan
pembiayaan
keamanan
bagi
tenaga
risiko-risiko
yang
dengan
terjangkau
pengusaha dan tenaga kerja.
Jaminan
pendapatan
sosial
atau
oleh
5
untuk
layak.
merupakan
penerimaan
dari
yang
dapat
membantu
dalam
yang
mungkin
misalnya
mendapat
jaminan
pekerjaan
yang
8
Dalam
hubungannya
pekerja/buruh,
jaminan
dengan
sosial
ini
pekerja pada saat pekerja tidak dapat
disebut dengan Jaminan Sosial Tenaga
bekerja karena suatu sebab di luar
Kerja
kesalahan
dengan
pekerja
(karena
sakit,
(Jamsostek).
program
Sehubungan
Jamsostek
di
kecelakaan kerja, hamil, tunjangan
Indonesia telah diatur dalam Undang-
hari tua, dan meninggal dunia).6
Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (UU No. 3 Tahun 1992).
3
Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta,
Sinar Grafika, 2009, hlm. 178.
4
Ibid, hlm. 180.
5
Agusmidah, Dinamika & Kajian Teori
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bogor,
Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 127.
6
Sri Subiandini Gultom, Aspek Hukum
Hubungan Industrial, Jakarta, Hecca Mitra
Utama, 2005, hlm. 44.
Dalam undang-undang ini telah
disebutkan program-program dalam
jamsostek
7
8
yang
meliputi:
jaminan
Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 98.
Sutedi, Op.Cit, hlm. 181.
kecelakaan kerja, jaminan kematian,
patuh mengikutsertakan pekerjanya
jaminan
dalam program jaminan sosial. Di
hari
tua,
dan
jaminan
pemeliharaan kesehatan. (vide: Pasal
Boyolali,
upaya
6 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1992).
dituangkan
hukum
ini
sudah
dalam
bentuk
Program jamsostek memberikan
Memorandum of Understanding (MoU)
perlindungan dasar untuk memenuhi
antara BPJS Cabang Klaten yang juga
kebubutuhan
membawahi wilayah Boyolali dengan
minimal
bagi
tenaga
kerja dan keluarganya. Progam ini
dilakukan
dengan
kepastian
berlangsungnya
penerimaan
sebagai
memberikan
penghasilan
pengganti
Kejaksaan Negeri (Kejari) Boyolali.10
Dalam
tulisan
ini,
penulis
arus
tertarik untuk membahas lebih lanjut
keluarga
mengenai sanksi yang dapat dikenakan
sebagian
atau
kepada
perusahaan
yang
tidak
seluruh penghasilan yang hilang akibat
melaksanakan
risiko sosial.9
mendaftarkan pekerja atau buruhnya
Dengan
dinyatakan
demikian
bahwa
dapat
sebagai
kewajiban
sebagai peserta jaminan sosial.
upaya
Berdasarkan
pada
latar
perlindungan dasar untuk memenuhi
belakang masalah yang diuraikan di
kebutuhan
atas, maka rumusan masalah dalam
buruh
minimal
dan
pekerja
keluarganya,
dibentuklah
program
atau
maka
jamsostek.
tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana jenis sanksi yang
Dalam hal ini, salah satu kewajiban
dapat
pengusaha
perusahaan
yang
tidak
mendaftarkan
pekerja
atau
pekerja
adalah
atau
mendaftarkan
buruhnya
sebagai
dikenakan
peserta program jaminan sosial. Bagi
buruhnya
pengusaha
jaminan sosial?.
yang
yang
tidak
sebagai
kepada
peserta
menjalankan kewajibannya dikenakan
2. Bagiamana tata cara pengenaan
sanksi yang berlaku sesuai dengan
sanksi kepada perusahaan yang
ketentuan perundang-undangan yang
tidak
berlaku.
atau buruhnya sebagai peseta
Saat
Jaminan
ini,
Badan
Penyedia
Sosial
mendaftarkan
pekerja
jaminan sosial?.
(BPJS)
Ketenagakerjaan menyiapkan sanksi
hukum bagi perusahaan yang tidak
9
Agusmidah, Op.Cit, hlm.128
10
tp://www.solopos.com/2016/04/20/
tenaga-kerja-boyolali-bpjs-siapkan-sanksihukum-bagi-pengusaha-tidak-patuh-712258,
diakses tanggal 24 April 2016
Pembahasan
A. Jenis
hukum dapat menimbulkan lahirnya
Sanksi
yang
Dapat
sanksi.
Dikenakan Kepada Perusahaan
yang
Tidak
Peristiwa hukum yang dimaksud
Mendaftarkan
dalam pembahasan ini, yaitu tindakan
Pekerja atau Buruhnya Sebagai
pengusaha dalam suatu perusahaan
Peserta Jaminan Sosial
yang tidak mendaftarkan pekerja atau
Dalam kamus bahasa Indonesia,
buruhnya sebagai peserta jaminan
sanksi diartikan sebagai pengenaan,
sosial.
pengesahan:
untuk
mengakibatkan lahirnya sanksi, yaitu
memaksa orang lain menepati janji.11
hukuman bagi perusahaan yang tidak
Istilah sanksi dalam bahasa Belanda
mendaftarkan pekerja atau buruhnya
disebut dengan istilah “sanctie”, yaitu
sebagai
sangsi: hukuman.12 Jadi, sanksi dalam
Pertanyaanya
pembahasan
jenis sanksi yang dapat dikenakan
sebagai
tanggungan
ini
hukuman
dapat
bagi
diartikan
perusahaan
Peristiwa
kepada
peserta
hukum
jaminan
adalah
perusahaan
itu
sosial.
“Bagaimana
yang
tidak
yang tidak mendaftarkan pekerja atau
mendaftarkan pekerja atau buruhnya
buruhnya sebagai peserta jaminan
sebagai peserta jaminan sosial?”.
sosial kepada BPJS Ketengakerjaan.
Sesuai dengan pengertian ini,
maka
sanksi
dapat diklasifikasikan
Seperti
halaman
yang
disinggung
sebelumnya
di
bahwa
perusahaan yang tidak mendaftarkan
sebagai akibat hukum. Menurut Erwin
pekerja
atau
buruhnya
dan Firman13, akibat hukum yang
peserta
jaminan
sosial
dapat
dimaksudkan untuk menunjuk kepada
dikenakan
sanksi
sesuai
dengan
akibat yang diberikan oleh hukum atas
ketentuan
perundang-undang
suatu peristiwa hukum. Salah salah
berlaku. Hal ini disebabkan karena
satu akibat yang dapat dimunculkan
pendaftaran
oleh peristiwa hukum adalah akibat
sebagai
tindakan yang bertentangan dengan
merupakan
pekerja
peserta
sebagai
yang
atau
buruh
jaminan
sosial
kewajiban
bagi
perusahaan.
11
Rizky Maulana dan Putri Amelia,
Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya,
Lima Bintang, Tanpa Tahun, hlm.366.
12
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta,
Rineka Cipta, 2012, hlm. 419.
13
Muhamad Erwin dan Firman Freaddy
Busroh, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung,
Refika Aditama, 2012, hlm. 58.
Ketentuan perundang-undangan
yang mewajibkan perusahaan untuk
mendaftarkan pekerja atau buruhnya
sebagai peserta jaminan sosial adalah
UU No. 3 Tahun 1993. Kemudian hal
ini diatur juga dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
dalam ayat (1) untuk kedua
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
kalinya
Nasional (UU No. 40 Tahun 2004) dan
putusah
Undang-Undang
memperoleh kekuatan hukum
Republik
Indonesia
atau
lebih
akhir
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
tetap,
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU No.
tersebut
24 Tahun 2011).
selama-lamanya
Pasal 4 ayat (1) UU No. 3 Tahun
bulan.
1992 dengan jelas menentukan bahwa
(3) Tindak
setelah
maka
telah
pelanggaran
dipidaha
kurungan
8
pidana
(delapan)
sebagaimana
program jaminan sosial tenaga kerja
dimaksud dalam ayat (1) adalah
wajib
pelanggaran.
dilakukan
oleh
setiap
perusahaan bagi tenaga kerja yang
melakukan
hubungan
pekerjaan
kerja
di
sesuai
dalam
No. 3 Tahun 1992 ditentukan bahwa
dengan
dengan tidak mengurangi ketentuan
ketentuanUndang-undang ini.
Perusahaan
yang
Kemudian dalam Pasal 30 UU
pidana sebagaimana dimaksud dalam
melanggar
Pasal
29
ayat
(1)
dan
ayat
(2)
ketentuan tersebut dapat dikenakan
terhadap pengusaha, tenaga kerja,
sanksi yang diatur dalam Pasal 29 UU
dan Badan Penyelenggara yang tidak
No. 3 Tahun 1992 yang berbunyi:
memenuhi ketentuan undang-undang
(1) Barangsiapa
tidak
kewajiban
memenuhi
ini
dan
peraturan
pelaksananya
sebagaimana
dikenakan sanksi administrasi, ganti
dimaksud dalam Pasal 4 ayat
rugi, atau denda yang akan diatur
(1); Pasal 10 ayat (1), ayat (2),
lebih
dan ayat (3); Pasal 18 ayat (1),
pemerintah.
ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan
lanjut
dengan
peraturan
Adapun peraturan pemerintah
ayat (5); Pasal 19 ayat (2);
yang
Pasal 22 ayat (1); dan Pasal 26,
administrasi diatur dalam Peraturan
diancam
dengan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
kurungan
selama-lamanya
(enam)
bulan
setinggi-tingginya
atau
hukuman
6
denda
Rp
mengatur
tentang
86 Tahun 2013 tentang
Pengenaan
Kepada
Sanksi
Pemberi
sanksi
Tata Cara
Administratif
Kerja
50.000.000,- (lima puluh juta
Penyelenggara
rupiah).
Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja,
(2) Dalam hal pengulangan tindak
pidana sebagaimana dimaksud
Negara
dan
Selain
Setiap
dan Penerima Bantuan Iuran Dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (PP
Pasal 4 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004
No. 86 Tahun 2013).
yang berbunyi “Pemberi kerja secara
Sesuai dengan Pasal 29 jo Pasal
bertahap wajib mendaftarkan dirinya
30 UU No. 3 Tahun 1992 di atas, maka
dan
jenis sanksi yang dapat dikenakan
kepada Badan Penyelenggara Jaminan
kepada
Sosial, sesuai dengan program jaminan
perusahaan
yang
tidak
mendaftarakan pekerja atau buruh
(tenaga
kerja)
sebagai
pekerjanya
sebagai
peserta
sosial yang diikuti.”
peserta
Kewajiban perusahaan itu juga
program jaminan sosial adalah sanksi
ditegaskan dalam Pasal 15 UU No. 24
pidana (kurungan dan denda), serta
Tahun 2011 yang berbunyi:
sanksi administrasi.
Khusus
(1) Pemberi Kerja secara bertahap
untuk
sanksi
wajib mendaftarkan dirinya dan
administrasi yang dapat dikenakan
Pekerjanya
kepada
kepada
perusahaan
yang
tidak
sebagai
BPJS
Peserta
sesuai
dengan
mendaftarkan pekerja atau buruhnya
program Jaminan Sosial yang
sebagai peserta jaminan sosial juga
diikuti.
diatur dalam UU No. 24 Tahun 2011.
(2) Pemberi
Kerja,
dalam
Dalam konteks undang-undang ini,
melakukan
perusahaan
diklasifikasikan
sebagaimana
kerja
ayat (1), wajib memberikan
sebagai
dapat
pemberi
selain
penyelenggara negara.
Tahun
2011
dengan
disebutkan bahwa
adalah
jelas
pemberi kerja
orang
dimaksud
pada
data dirinya dan Pekerjanya
Dalam Pasal 1 angka 9 UU No.
24
pendaftaran
perseorangan,
berikut
anggota
keluarganya
secara
lengkap
dan
benar
kepada BPJS.
(3) Penahapan
sebagaimana
pengusaha, badan hukum, atau badan
dimaksud pada ayat (1) diatur
lainnya yang mempekerjakan tenaga
dengan Peraturan Presiden.
kerja atau penyelenggara negara yang
Dengan
mempekerjakan
pegawai
negeri
disimpulkan
demikian
bahwa
dapat
pendaftaran
dengan membayar gaji, upah, atau
pekerja atau buruh sebagai peserta
imbalan dalam bentuk lainnya.
jaminan sosial merupakan kewajiban
Mengenai
perusahaan
pekerja
kewajiban
untuk
atau
mendaftarkan
buruhnya
sebagai
peserta jaminan sosial diatur dalam
bagi perusahaan. Dalam melakukan
pendaftaran,
memberikan
pekerjanya
perusahaan
data
wajib
dirinya
berikut
dan
anggota
keluarganya secara lengkap dan benar
(4) Pengenaan sanksi sebagaimana
kepada BPJS.
dimaksud pada ayat (2) huruf c
Pendaftaran pekerja atau buruh
dilakukan
oleh
Pemerintah
yang baru paling lama 30 (tiga puluh)
atau pemerintah daerah atas
hari
permintaan BPJS.
yang
dihitung
seja
dimualinya pekerjaaan.
tanggal
Perusahaan
(5) Ketentuan
lebih
lanjut
yang tidak mendaftarkan pekerja atau
mengenai tata cara pengenaan
buruhnya sebagai peserta jaminan
sanksi
sosial kepada BPJS dapat dikenakan
dengan Peraturan Pemerintah.
sanksi administrasi
Sanksi
perusahaan
administratif
diatur
Dari uraian di atas maka dapat
administrasi
tersebut
bagi
dicantumkan
dinyatakan bahwa perusahaan wajib
untu
mendaftarkan
pekerja
atau
dalam Pasal 17 UU No. 24 Tahun 2011
buruh sebagai peserta jaminan sosial.
yang berbunyi:
Program jaminan sosial yang dapat
(1) Pemberi
Kerja
penyelenggara
selain
negara
diikuti
oleh
perusahaan
adalah
yang
jaminan kecelakaan kerja, jaminan
tidak melaksanakan ketentuan
hari tua, jaminan kematian, jaminan
sebagaimana dimaksud dalam
pemeliharaan kesehatan, dan jaminan
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
pensiun.
dan setiap orang yang tidak
melaksanakan
Perusahaan
ketentuan
melakukan
sebagaimana dimaksud dalam
dikenakan
Pasal
kurungan
16
dikenai
sanksi
administratif.
(2) Sanksi
yang
kewajiban
sanksi
atau
tidak
itu
berupa
denda
dan
dapat
pidana
sanksi
administrasi berupa teguran tertulis,
administratif
denda,
dan/atau
tidak
mendapat
sebagaimana dimaksud pada
pelayanan publik tertentu. Jadi, jenis
ayat (1) dapat berupa:
sanksi yang dapat kenakan kepada
a. Teguran tertulis;
perusahaan yang tidak melaksanakan
b. Denda; dan/atau
kewajibannya
c. Tidak mendapat pelayanan
pekerja
publik tertentu.
(3) Pengenaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf
untuk
atau
mendaftarkan
buruhnya
sebagai
peserta jaminan sosial adalah sanksi
pidana dan sanksi administrasi.
Perbedaan
antara
sanksi
a dan huruf b dilakukan oleh
administrasi dan sanski pidana dapat
BPJS.
dilihat dari tujuan pengenaan sanksi
itu
sendiri.
ditujukan
Sanksi
administrasi
kepada
perbuatan
pelanggarannya,
sedangkan
sanksi
atau
tata
cara
pengenaanya?”.
Mengenai pembahasan ini, akan dibagi
menjadi
2
(dua)
bagian,
yakni
sanksi
pidana
dan
pidana ditujukan kepada si pelanggar
pengenaan
dengan memberikan hukuman berupa
pengenaan
nestapa.
sebagaimana terurai di bawah ini:
Sanksi
dimaksudkan
pelanggaran
sanksi
administrasi
agar
itu
adalah
perbuatan
dihentikan.
reparatoir
1. Pengenaan
Sifat
antara
samping
sanksi
itu,
pidana
artinya
Sanksi
Mendaftarkan
Buruhnya
perbedaan
dan
administrasi
Pidana
Kepada Perusahaan yang Tidak
memulihkan pada keadaaan semula.14
Di
sanksi
Pekerja
sebagai
atau
Peserta
Jaminan Sosial
sanksi
Pengenaan sanksi pidana dapat
administrasi ialah tindakan penegakan
disebut juga sebagai penjatuhan
hukumnya.
pidana atau pemberian pidana atau
Sanksi
administrasi
diterapkan oleh pejabat tata usaha
pemidanaan
kepada
negara tanpa harus melalui prosedur
yang tidak mendaftarkan pekerja
pengadilan, sedangkan sanksi pidana
atau
hanya dapat dijatuhkan oleh hakim
jaminan sosial.16 Menurut Prasetyo
pidana melalui proses peradilan.15
dan
buruhnya
B. Pengenaan
Sanksi
Kepada
Perusahaan
yang
Tidak
Mendaftarkan
Pekerja
Buruhnya
sebagai
atau
Ketika
pengenaan
pemberian
sanksi,
soal
maka
(2012:
dapat
sanksi
perusahaan
mendaftarkan
dalam
tahap
kapan
sanksi
dikenakan, dan bagaimana mekanisme
M. Philipus Hadjon, dkk., Pengantar
Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta,
Gajah Mada University Press, 2005, hlm. 247.
15
Ibid
atau
pemidanaan
pemberian
sanksi
dalam hukum pidana. Dengan kata
lain,
16
14
tidak
buruhnya sebagai peserta jaminan
“Siapakah
sanksi,
yang
pekerja
merupakan
mengenakan
hukum
Jadi, pengenaan sanksi pidana
sosial
berwenang
diartikan
dalam
pembahasannya meliputi pertanyaan
yang
82),
pidana.
kepada
berbicara
peserta
sebagai tahap penetapan sanksi dan
Peserta
Jaminan Sosial
sebagai
Barkatullah
pemidanaan
perusahaan
pengenaan
sanksi
dalam
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim
Barkatullah, Politik Hukum Pidana (Kajian
Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi),
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012, hlm. 82.
pembahasan ini merupakan tahap
yang berwenang mengenakan sanksi
pemberian
pidana
adalah
pidana
Pengadilan
sanksi
dalam
hukum
pidana.
Menurut
perkara
Negeri
di
pemberian
lingkungan Peradilan Umum. Hakim
pemberian
mengenakan sanksi pidana apabila
pidana in abstracto dan pemberian
proses persidangan berakhir dan
pidana
terdakwa
pidana
Sudarto,
hakim
terdiri
in
pidana
dari
concreto.
in
Pemberian
abstracto
bersalah
melakukan
tindak
menetapkan stelsel sanksi hukum
didakwakan
oleh Jaksa/Penuntut
pidana
Umum kepadanya.
yang
pembentuk
adalah
terbukti
menyangkut
pidana
undang-undang.
Secara
Sedangkan pemberian pidana in
pengenaan
concreto
menyangkut
hakim atau pemidanaan in concreto
badan
yang
mendukung
berbagai
kesemuanya
dan
melaksanakan
setelsel sanksi hukum pidana.
Jika
pendapat
17
diatur
Sudarto
(KUHAP).
mendaftarkan
tidak
pekerja
atau
Hal
berbunyi:
sosial
(1) Jika
diklasifikasikan
Undang-Undang
ke
dalam pemidanaan in concreto.
Hukum
Acara
Pidana
tersebut
diatur
dengan
tegas dalam Pasal 193 KUHAP yang
buruhnya sebagai peserta jaminan
dapat
oleh
atau biasa disebut Kitab Undang-
ini, maka pengenaan sanksi pidana
yang
dalam
pidana
1981 tentang Hukum Acara Pidana
Undang
perusahaan
sanksi
masalah
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
dihubungkan dengan pembahasan
kepada
yuridis,
yang
pengadilan
bahwa
berpendapat
terdakwa
bersalah
Dalam UU No. 3 Tahun 1992
melakukan tindak pidana yang
tidak disebutkan mengenai siapa
didakwakan kepadanya, maka
yang berwenang mengenakan sanksi
pengadilan
pidana kepada perusahaan yang
pidana.
tidak mendaftarkan pekerja atau
(2) a.
menjatuhkan
Pengadilan
dalam
buruhnya sebagai peserta jaminan
menjatuhkan
sosial. Tetapi, jika melihat prakek
terdakwa tidak ditahan, dapat
penanganan perkara pidana selama
memerintahkan
ini maka dapat diketahui bahwa
terdakwa
apabila
17
Ibid
putusan,
tersebut
dipenuhi
jika
supaya
ditahan,
ketentuan
Pasal 21 dan terdapat alasan
Buruhnya
cukup untuk itu.
Jaminan Sosial
b. Dalam hal terdakwa ditahan,
pengadilan
dalam
menjatuhkan
putusannya,
sebagai
Pada
sebelumnya
bahwa
sanksi
Peserta
pembahasan
telah
dipaparkan
administrasi
yang
dapat menetapkan terdakwa
dikenakan kepada perusahaan yang
tetap ada dalam tahanan
tidak mendaftarkan pekerja atau
atau
membebaskannya,
buruhnya sebagai peserta jaminan
apaabila
terdapat
sosial terdiri dari: teguran tertulis,
alasan
cukup untuk itu.
Sesuai
tidak
mendapat
pelayanan publik tertentu. Dalam
KUHAP di atas maka jelas bahwa
pembahasan ini, akan diuraikan
yang berwenang mengenakan sanksi
satu persatu dalam hubungannya
pidana kepada perusahaan yang
dengan lembaga yang berwenang
tidak mendaftarkan pekerja atau
mengenakan
buruhnya sebagai peserta jaminan
dan kapan pengenaannya.
adalah
Pasal
dan
193
sosial
dengan
denda,
pengadilan
yang
administrasi
1) Teguran tertulis
dilaksanakan oleh hakim perkara
pidana.
sanksi
Pengenaan sanksi teguran
tertulis dilakukan oleh BPJS yang
Sanksi pidana dikenakan oleh
pengadilan
proses
kali masing-masing untuk jangka
persidangan berakhir dan terdakwa
waktu paling lama 10 (sepuluh)
(perusahaan)
hari kerja. (vide: Pasal 13 ayat
melakukan
apabila
diberikan paling banyak 2 (dua)
terbukti
tindak
bersalah
pidana
yang
(3) UU No. 24 Tahun 2011 jo
didakwakan,
yaitu
tidak
Pasal 6 PP No. 86 Tahun 2013).
mendaftarkan
pekerja
atau
2) Denda
buruhnya sebagai peserta jaminan
Pengenaan sanski denda
sosial. Tata cara atau mekanisme
dilakukan
pengenaan
oleh
diberikan untuk jangka waktu
dengan
paling lama 30 (tiga puluh) hari
hakim
sanksi
pidana
dilakukan
oleh
BPJS
yang
mendasarkan pada ketentuan yang
sejak
berakhirnya
ada di dalam KUHAP.
sanksi
teguran
2. Pengenaan Sanksi Administrasi
berakhir. (vide: Pasal 13 ayat (3)
Kepada Perusahaan yang Tidak
UU No. 24 Tahun 2011 jo Pasal 7
Mendaftarkan
PP No. 86 Tahun 2013).
Pekerja
atau
pengenaan
tertulis kedua
3) Tidak mendapat pelayanan
publik tertentu
Pengenaan
Sehubungan
dengan
tata
cara atau mekanisme pengenaan
sanksi
tidak
sanksi administrasi kepada pemberi
mendapat
pelayanan
publik
kerja selain penyelenggara negara,
tertentu
dilakukan
oleh
termasuk perusahaan yang tidak
dilakukan
oleh
pemerintah,
mendaftarkan
pekerja
atau
pemerintah daerah provinsi, atau
buruhnya sebagai peserta jaminan
pemerintah
sosial diatur dalam Pasal 10 PP No.
daerah
kabupaten/kota atas permintaan
BPJS.
BPJS dalam meminta
pengenaan
sanksi
mendapat
tertentu
pelayanan
86 Tahun 2013.
Lebih jelasnya tata cara atau
tidak
mekanisme
pengenaan
sanksi
publik
administrasi
tersebut
adalah
mengenakan
sanksi
berkoordinasi dengan
pemerintah, pemerintah daerah
sebagai berikut:
1) BPJS
provinsi atau pemerintah daerah
teguran
kabupaten/kota. (vide: Pasal 13
perusahaan
ayat (4) UU No. 24 Tahun 2011 jo
mendaftarkan pekerja atau
Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) PP
buruhnya
sebagai
No. 86 Tahun 2013).
jaminan
sosial
Menurut Pasal 9 ayat (1)
tertulis
kepada
yang
tidak
peserta
pertama
untuk jangka waktu paling
PP No. 86 Tahun 2013, sanksi
lama
tidak mendapat pelayanan publik
Apabila
tertentu yang dikenakan kepada
berakhirnya jangka waktu 10
Pemberi
Selain
(sepuluh) hari sanksi teguran
Penyelenggara Negara, termasuk
tertulis pertama, perusahaan
perusahaan meliputi:
tidak
Kerja
10
(sepuluh)
sampai
hari.
dengan
melaksanakan
a) Perizinan terkait usaha;
kewajibannya,
b) Izin yang diperlukan dalam
mengenakan sanksi teguran
mengikuti tender proyek;
c) Izin
memperkerjakan
tenaga kerja asing;
d) Izin perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh; atau
e) Izin Mendirikan Bangunan
(IMB).
maka
BPJS
tertulis kedua untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) hari.
2) Sanksi
denda
dikenakan
apabila setelah pengenaan
sanksi teguran tertulis kedua
berakhir
perusahaan
tidak
melaksanakan kewajibannya.
Denda
dikenakan
sebesar
permintaah BPJS. Jenis-jenis sanksi
0,1% (nol koma satu persen)
dalam sanksi administrasi dilakukan
setiap bulan dari iuran yang
secara bertahap atau berurutan, yang
seharusnya
dimulai dari teguran terttulis, denda,
dibayar
dihitung
sejak
tertulis
yang
teguran
kedua
berakhir.
Kemudian
denda
itu
disetorkan
kepada
BPJS
bersamaan
dengan
pembayaran
iuran
bulan
berikutnya.
disetor
perusahaan
terakhir
mendapat
pelayanan publik tertentu.
Sehubungan dengan hal ini, ada
yang
perlu
diperhatikan
mengenai
pengenaan
yakni
sanksi
administrasi berupa tidak mendapat
dikenai
ketentuan dalam PP No. 86 Tahun
lunas,
2013, sanksi tersebut dikenakan jika
sanksi
perusahaan
tidak
menyetor
lunas
tidak mendapat pelayanan
dendanya. Dengan adanya ketentuan
publik tertentu.
ini, bagaimana dengan perusahaan
Dengan
demikian
dapat
yang tidak menyetor denda sama
disimpulkan bahwa pengenaan sanksi
sekali
pidana kepada perusahaan yang tidak
denda?.
mendaftarkan pekerja atau buruhnya
sebagai
tidak
pelayanan publik tertentu. Melihat
3) Apabila sanksi berupa denda
tidak
dan
peserta
dikenakan
sanksi
Jika dipahami redaksi kalimat
sosial
dalam ketentuan PP No. 86 Tahun
didasarkan pada ketentuan-ketentuan
2013, maka pengenaan sanksi denda
yang ada di dalam KUHAP. Dalam hal
tiak berlaku bagi perusahaan yang
ini,
untuk
tidak menyetor sama sekali dendanya.
adalah
Pengusaha dapat menggunakan celah
pengadilan yang dilakukan setelah
dari ketentuan itu untuk menghindar
proses pemeriksaan perkara pidana di
dari sanksi tidak mendapat pelayanan
persidangan berakhir dan terdakwa
publik tertentu. Oleh karena itu,
(perusahaan) terbukti bersalah.
pengaturan
yang
mengenakan
jaminan
setelah
berwenang
sanksi
pidana
tersebut
perlu
untuk
Kemudian sanksi administrasi
dikaji ulang sehingga perusahaan yang
dikenakan kepada perusahaan yang
tidak menyetor denda sama sekali
tidak
juga
mendaftarkan
pekerja
atau
dapat
dikenakan
sanksi
buruhnya sebagai peserta jaminan
administrasi
sosial
pelayanan publik tertentu, misalnya
dilakukan
oleh
BPJS
dan
pemerintah (pusat dan daerah) atas
berupa tidak mendapat
perizinan
terkait
usaha
atau
izin
usaha.
2. Pengenaan
sanksi
pidana
dilakukan berdasarkan hukum
acara pidana yang berlaku di
Penutup
Indonesia, yaitu KUHAP. Dalam
Berdasarkan
pada
uraian
hal
ini,
yang
pembahasan di atas, maka dalam
mengenakan
tulisan ini dapat diberikan kesimpulan
adalah
sebagai berikut:
dilakukan
1. Jenis
sanksi
yang
dapat
berwenang
sanksi
pidana
pengadilan
yang
ketika
proses
pemeriksaan perkara pidana di
dikenakan kepada perusahaan
persidangan
yang
mendaftarkan
terdakwa (perusahaan) terbukti
pekerja atau buruhnya sebagai
melakukan tindak pidana yang
peserta jaminan sosial adalah
didakwakan.
sanksi
tidak
pidana
berarkhir
dan
Kemudian
dan
sanksi
pengenaan sanksi administrasi
Sanksi
pidana
dilakukan berdasarkan UU No.
terdiri dari pidana kurungan
24 Tahun 2011 jo PP No. 86
palinga 6 (enam) bulan dan
Tahun 2013. Menurut undang-
untuk pengulangan 8 (delapan)
undang itu, yang berwenang
bulan atau pidana denda paling
mengenakan sanksi administrasi
banyak Rp 50.000.000,- (lima
adalah BPJS dan pemerintah
puluh juta rupiah). Sedangkan
(pusat dan/ atau daerah) atas
sanksi administrasi terdiri dari
permintaan
teguran
administrasi dikenakan secara
administrasi.
tertulis,
denda,
BPJS.
Sanksi
dan/atau tidak mendapatkan
bertahap
yang
pelayanan publik tertentu yang
teguran
tertulis,
dilanjutkan
meliputi:
dengan
denda,
dan
usaha,
izin
perizinan
yang
terkait
diperlukan
dimulai
dari
yang
terkakhir sanksi berupa tidak
dalam mengikuti tender proyek,
mendapat
pelayanan
publik
izin
tertentu.
Sebagai
saran
memperkerjakan
tenaga
kerja asing, izin perusahaan
ketentuan
mengenai
penyedia jasa pekerja/buruh,
pengenaaan sanksi administrasi
atau Izin Mendirikan Bangunan
yang terakhir perlu untuk dikaji
(IMB).
ulang sebagai upaya perubahan,
sehingga tidak hanya berlaku
bagi
perusahaan
yang
tidak
melunasi setoran denda yang
telah
namun
dikenakan
juga
oleh
BPJS,
berlaku
bagi
perusahaan yang sama sekali
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta,
Rineka Cipta, 2012.
Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta,
Sinar Grafika, 2009.
tidak menyetor denda.
B. Perundang-Undangan
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Asikin Zainal (Ed), Dasar-Dasar Hukum
Perburuhan,
Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2004.
Agusmidah, Dinamika & Kajian Teori
Hukum
Ketenagakerjaan
Indonesia,
Bogor,
Ghalia
Indonesia, 2010.
Erwin, Muhamad dan Firman Freaddy
Busroh, Pengantar Ilmu Hukum,
Bandung, Refika Aditama, 2012.
Gultom, Sri Subiandini, Aspek Hukum
Hubungan Industrial, Jakarta,
Hecca Mitra Utama, 2005.
Hadjon, M. Philipus, dkk., Pengantar
Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta,
Gajah
Mada
University Press, 2005.
Maulana, Rizky dan Putri Amelia,
Kamus Pintar Bahasa Indonesia,
Surabaya, Lima Bintang, Tanpa
Tahun.
Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim
Barkatullah, Politik Hukum
Pidana
(Kajian
Kebijakan
Kriminalisasi
dan
Dekriminalisasi),
Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2012.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 86 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif Kepada
Pemberi
Kerja
Selain
Penyelenggara
Negara
dan
Setiap Orang, Selain Pemberi
Kerja, Pekerja, dan Penerima
Bantuan
Iuran
Dalam
Penyelenggaraan
Jaminan
Sosial.
C. Internet
http://www.solopos.com/2016/04/20
/tenaga-kerja-boyolali-bpjssiapkan-sanksi-hukum-bagipengusaha-tidak-patuh-712258,
Diakses tanggal 24 April 2016,
Pukul 19.30 Wib
Download