BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya merupakan pelengkap makanan yang berbentuk bubuk atau serbuk gurih. Biasanya koya diberikan pada makanan yang berkuah seperti soto. Koya yang di jajakan pada masyarakat umumnya terbuat dari campuran tumpukan kerupuk udang dengan bawang putih yang di haluskan menjadi serbuk koya. Pembuatan koya dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti berbahan dasar ikan selama ini belum banyak di buat (Handayani dkk, 2011). Pada prinsipnya pembuatan koya ikan hampir sama dengan abon ikan, perbedaannya hanya terletak pada proses akhirnya. Pada koya, setelah jadi suwiran masih dihaluskan lagi dengan cara diblender sampai menjadi bubuk. Dalam pembuatan koya ini merupakan suatu metode pemanfaatan pengolahan daging ikan dengan kombinasi antara perebusan atau pengukusan dan penggorengan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lembut, rasa dan aroma yang khas. Ikan merupakan sumber protein hewani yang potensial, dengan kandungan protein sebesar 17-24%. Di Indonesia ikan merupakan sumber protein yang banyak dikonsumsi saat ini. Dengan kandungan protein yang tinggi dan harganya yang relatif murah, ikan merupakan bahan pangan yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi. Namun demikian potensi yang sangat tinggi ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu ikan yang memiliki protein tinggi adalah ikan gabus (Subagio dkk, 2004). Protein ikan gabus memiliki kualitas yang sangat baik karena mengandung albumin yang tinggi disamping itu, ikan gabus memiliki daging ikan berwarna putih yang sangat baik digunakan dalam pembutan koya karena mengandung protein myofibril yang berperan sebagai struktur dan fungsi utama berinteraksi dengn komponen lain dan dengan unsur nonprotein secara kimia dan secara fisik untuk menghasilkan karakteristik produk yang diinginkan. Akan tetapi, potensi ini belum dimaksimalkan pemanfaatannya, sehingga penelitian yang menunjang pengembangan pemanfaatan ikan gabus ini sangat perlu untuk dilakukan (Millah, 2009). Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan perairan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan gabus juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai makanan tradisional (Muslim, 2007). Jenis ikan air tawar ini mempunyai potensi tinggi terutama jika ditinjau dari sudut pandang pangan dan gizi. Ikan ini diperoleh dari penangkapan di perairan umum. Ikan gabus diketahui mengandung senyawa-senyawa penting yang berguna bagi tubuh, yaitu protein yang cukup tinggi, lemak, air, dan beberapa mineral. Jika dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya kadar protein ikan gabus sebesar 25,5%, dimana kadar protein ini lebih tinggi dibanding dengan protein ikan bandeng (20,0%), ikan mas (16,0%), ikan kakap (20,0%), maupun ikan sarden (21,1%). Selain ikan gabus sumber protein yang bisa dimanfaatkan bisa juga dari kedelai (Mulyadi dkk, 2011). Biji-bijian seperti kedelai merupakan sumber protein yang berkualitas tinggi dan cukup murah. Menurut Njeru dkk (2013) menyatakan, dibandingkan dengan makanan lain yang kaya protein seperti daging hewan, telur, dan susu, kedelai merupakan sumber protein termurah sampai sekarang. Saat ini kedelai sedang dibudidayakan di seluruh dunia dalam berbagai kondisi iklim. Kedelai salah satu bahan pangan dari kelompok biji-bijian penghasil sumber protein (asam amino) serta lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan, walaupun tidak selengkap seperti yang terdapat pada hewani. Kedelai mengandung protein kurang lebih 35%, bahkan pada varietas unggul dapat mencapai 40-43% (Rani dkk, 2013). Dari berbagai macam jenis kacang-kacangan, kedelai memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena mengandung protein yang tinggi (35-38%). Selain itu, kandungan lemak pada kedelai juga cukup tinggi (± 20%). Dari jumlah ini sekitar 85% merupakan asam lemak esensial (linoleat dan linolenat). Disamping memiliki protein tinggi, kedelai mengandung serat atau dietary fiber, vitamin dan mineral. Selain kandungan protein yang tinggi, secara kualitatif protein kedelai tersusun dari asam-asam amino esensial yang lengkap dan baik mutunya kecuali asam amino bersulfur yang merupakan faktor pembatas pada kedelai (Widaningrum dkk, 2005). Dalam penelitian ini dibuat koya ikan berbahan dasar kedelai dan ikan gabus. Koya tersebut akan diteliti formulasi terbaik berdasarkan karakteristik sensorisnya. Pada penelitian ini akan dikaji lebih lanjut tentang karakteristik kimia koya ikan gabus dan tepung kedelai berdasarkan formulasi terbaik yang telah didapatkan. Serta meneliti umur simpan pada koya berdasarkan formulasi terpilih. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Bagaimana karakteristik kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, lemak, karbohidrat) dari ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai yang digunakan? 2. Bagaimana formulasi koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai yang terbaik berdasarkan sifat sensoris? 3. Bagaimana karakteristik kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, lemak, karbohidrat) dari koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai berdasarkan formulasi terbaik dari analisis sensoris? 4. Bagaimana pola kurva isoterm sorpsi lembab koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai formula terpilih berdasarkan pengujian sifat sensoris? 5. Bagaimana umur simpan koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai formula terpilih? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: 1. Mempelajari karakteristik kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, lemak, karbohidrat) dari ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai. 2. Menentukan formulasi koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai yang terbaik berdasarkan sifat sensoris. 3. Mempelajari karakteristik kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, lemak, karbohidrat) dari koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai berdasarkan formulasi terbaik dari analisis sensoris. 4. Menentukan pola kurva isoterm sorpsi lembab koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai formula terpilih berdasarkan pengujian sifat sensoris. 5. Menentukan umur simpan koya ikan berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) dan tepung kedelai formula terpilih. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi tentang formulasi yang tepat dan disukai konsumen dalam pembuatan koya ikan gabus dan tepung kedelai. 2. Memberikan diversifikasi produk koya dengan bahan dasar ikan gabus dan tepung kedelai sebagai alternatif pangan sumber protein.