PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 SADAR BERPROFESI GURU SAINS, SADAR LITERASI: TANTANGAN GURU DI ABAD 21 Mohamad Amin Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univerisitas Negeri Malang e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRAK Makin modern kebudayaan manusia, makin meningkat kebutuhannya. Demikian juga kebutuhan terhadap pendidikan. Tantangan abad ke-21 ditandai dengan era globalisasi yang telah membuat dunia seakan tanpa batas (a borderless world) memicu perbandingan internasional antar sekolah, kurikulum, metode penilaian, dan prestasi siswa. Pendidikan merupakan merupakan faktor kunci untuk menentukan apakah sebuah negara masuk ke dalam kategori “developed”, “developing”, atau “underdeveloped”. Oleh karena itu, salah satu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dilakukan melalui program pendidikan dengan memperbaiki kualitas guru melalui profesionalisme. Guru sains yang profesional adalah guru yang mengembangkan tiga kesadaran yaitu: sadar untuk apa belajar, sadar pentingnya konten keilmuan sains dan sadar untuk memilih strategi yang tepat di dalam pembelajarannya. Kesadaran ini sangat didukung oleh kemampuan berliterasi. Capaian dari produk berliterasi harapannya adalah menjadi manusia yang mampu mengikuti perkembangan jaman. Wawasan luas ditunjang oleh kemampuan unggulan-unggulan baru baik secara comparative maupun competitive dengan tetap rendah hati adalah ciri ilmuwan yang guru dan guru yang ilmuwan di masa kini dan masa depan. Kata kunci: literasi sains, profesi, kesadaran ABSTRACT The more modern the human culture, the more its needs, including the need for education. The challenges of the 21st century are marked by the era of globalization that has made the world as a borderless world triggering international comparisons between schools, curricula, assessment methods, and student achievement. Education is a key factor in determining whether a country falls into the "developed", "developing", or "underdeveloped" category. Therefore, one of the efforts to improve the quality of human resources is done through education programs by improving the quality of teachers through professionalism. A professional science teacher is a teacher who develops three awareness: what the goal learning is, aware of the importance of science content knowledge and choose the right strategy to learn. This awareness is strongly supported by literacy ability. One of the achievements of literacy products is to become a teacher that follows the development of the era. Broad insights and special abilities in both comparative and competitive also humble are the scientist's characters who are teachers and teachers who are scientists in the present and future. Keywords: awareness, professionalism, science literacy Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-9 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 sosial, PENGANTAR ekonomi, politik dan budaya (Hargreaves, 1997, 2000) yang dipengaruhi oleh Dalam sejarah perkembangan kehidupan empat kekuatan besar yang saling terkait yaitu manusia, makin modern kebudayaan manusia, kemajuan makin meningkat kebutuhannya. demografi, Galbreath ilmu dan teknologi, globalisasi dan perubahan lingkungan (1999) memberikan gambaran bahwa pada saat (Mulford, 2008). Pesatnya kemajuan teknologi masyarakat kita masih di era agrarian/bertani komunikasi dan terjangkaunya transportasi telah tradisional (< 1880), maka sumber daya alam memicu globalisasi dan menciptakan ekonomi menjadi tumpuan untuk keperluan hidupnya. dan komunitas global, bahkan budaya global. Keperluan makin Dampak dari perubahan lingkungan berupa meningkat, maka didirikanlah pabrik untuk pemanasan global telah memicu pada kebutuhan skala kebutuhan peningkatan kesadaran dan tanggung jawab hidupnya, dimulai pada abad industri (1880- masyarakat terhadap lingkungan. Kekuatan- 1955). kekuatan ini ternyata berdampak pada dunia dan industri kebutuhan untu hidup memenuhi Era informasi (mulai 1995-2000) ditandai dengan perkembangan teknologi semua pendidikan bidang dan teknologi informasi-internet telah meningkatkan komputer. Dunia seolah makin sempit, karena fleksibelitas dan ketersediaan informasi global informasi semakin mengglobal. Informasi di dalam pemerolehan ilmu pengetahuan bagi belahan dunia lain dapat diakses dalam waktu setiap individu di belahan dunia yang juga yang bersamaan di setiap rumah. Saat ini kita seiring perubahan demografi, siswa-siswa di sudah memasuki era “knowledge” dengan sekolah seluruh perangkat pendukung kehidupan yang agama/keyakinan, dan juga bahasanya. Kondisi sudah untuk ini meningkatkan altematif pilihan pendidikan kebutuhan hidup yang primer, sekunder bahkan bagi orang tua dan masyarakat dan bersamaan tertier. Yang diperlukan era ini adalah modal dengan hal ini adalah peningkatan tuntutan intelektual mutu pendidikan oleh masyarakat. terutama lengkap, teknologi mulai (capital informasi pemenuhan intelectual). Modal (Mulford, lebih 2008). beragam secara Kemajuan budaya, intelektual menjadi hal yang sangat utama dan Globalisasi yang telah membuat dunia penting sebab dengan modal yang cukup, kita seakan tanpa batas (a borderless world) memicu akan mampu untuk banyak berperan di era ini. perbandingan internasional antar sekolah, Di abad 21 sebagai bagian dari era kurikulum, metode penilaian, dan prestasi informasi dan era knowledge telah dan sedang siswa. Contohnya adalah program perbandingan berlangsung internasional pada prestasi akademik siswa transformasi besar pada aspek Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-10 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 seperti TIMMS (Trends in International guru. Guru adalah tokoh sentral dalam bidang Mathematic and Science Study) dan juga pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Guru Programms for International Student Assesment adalah fasilitator dan mediator bagi siswa untuk (PISA). Hal ini berdampak pada sekolah dapat belajar secara efektif dan efisien. Karena didesak untuk unggul dan kompetitif, dan itu guru harus berperan mendorong siswa untuk berhadapan dengan isu-isu identitas, perbedaan, belajar. Untuk dapat melakukan peran tersebut aturan-aturan/hukum, keadilan, modal sosial, guru dituntut menjadi tenaga profesional yang dan kualitas hidup, dan sebagainya. Walau mempunyai sekedar contoh, mengacu pada hasil TIMMS kemampuan pribadi, dan kemampuan sosial tahun 2007, hanya 5% siswa Indonesia yang sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Undang- dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori undang. kemampuan pedagogis, tinggi dan advance [memerlukan reasoning]. Dalam perspektif lain, 78% siswa Indonesia CIRI GURU SAIN PROFESIONAL hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori rendah [hanya memerlukan knowing, Mata pelajaran IPA menekankan adanya atau hafalan]. Merujuk pada hasil PISA tahun kegiatan inkuiri, di mana siswa sebagai subjek 2009, Hampir semua siswa Indonesia hanya belajar berinteraksi dengan objek atau benda- menguasai pelajaran sampai level 3 saja, benda di alam. Siswa melakukan proses ilmiah, sementara negara lain banyak yang sampai level seperti 4, 5, bahkan 6. Dengan keyakinan bahwa semua mengklasifikasikan, manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil percobaan, ini hanya satu, yaitu: yang kita ajarkan berbeda menyimpulkan. Kegiatan belajar terjadi minimal dengan tuntutan zaman. pada tiga konteks yaitu IPA dalam konteks mengamati, mendeskripsikan, mengukur, menganalisis melakukan data, dan Pendidikan merupakan komponen “well- kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, dan being”, dan merupakan faktor kunci untuk masyarakat, sehingga ada keterkaitan antara menentukan apakah sebuah negara masuk ke sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat dalam kategori “developed”, “developing”, atau (salingtemas). Hasil belajar IPA meliputi tiga “underdeveloped”. Oleh karena itu, salah satu domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. upaya peningkatan kualitas sumberdaya Sesuai dengan taksonomi belajar dari manusia dapat dilakukan melalui program Bloom yang disempurnakan oleh Kratwhole dan pendidikan. Salah satu cara Anderson, aspek kognitif meliputi tingkatan memperbaiki kondisi pendidikan adalah memperbaiki kualitas berpikir (levels Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ of thinking) dan tipe KS-11 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 pengetahuan (types of knowledge). Tingkatan selalu “benar” dengan keseimbangannya. Makin berpikir modern meliputi mengingat, memahami, perkembangan manusia, makin menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan meningkat kebutuhannya. Paradigma menjadi mencipta. Tipe pengetahuan meliputi faktual, antroposentrik konseptual, semua diukur berdasarkan kebutuhan manusia, prosedural, dan metakognitif. tidak bahkan tanpa sehingga Domain afektif meliputi sikap dan etika ilmiah, yang karakter dan konatif. Sikap ilmiah antara lain keseimbangan alam. Kita coba ingat-ingat, pada jujur, obyektif, skeptis dan ingin tahu. Etika saat kita di usia sekolah dasar begitu banyak ilmiah antara lain menghindari plagiarism dan mainan yang diambil dari alam, belum ada menghormati karya orang lain. Sikap konatif plastik dan alat-alat modern sehingga kebutuhan adalah kemauan untuk melaksanakan atau hidup bertindak. membebani tidak jarang egosentrik memperhatikan menghasilkan lingkungan. dampak yang Manusialah yang Peran guru di dalam pembelajaran IPA sejatinya menjadikan ketidakseimbangan alam adalah sebagai pemandu inkuiri (the leader of tersebut. Jadi belajar untuk sadar mencintai inquiry). Guru memiliki peran memfasilitasi, lingkungan. memotivasi, mengarahkan, dan membimbing siswa di dalam kegiatan inkuiri. Peran siswa 2. Sadar akan perlunya konten keilmuan dalam pembelajaran IPA adalah sebagai pelaku inkuiri (the inquirer). Agar dapat Abad ini dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Pengembangan mempersiapkan guru kemampuan siswa dalam berbagai bidang profesional yang berhasil membelajarkan secara merupakan relevan dengan tuntutan zaman diperlukan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan minimal tiga kesadaran yaitu: 1) sadar untuk apa diri dengan perubahan dan memasuki dunia belajar, teknologi, termasuk teknologi informasi. Untuk 2) sadar akan perlunya konten salah satu kunci sosial, keberhasilan keilmuan, 3) sadar akan bagaimana belajar atau kepentingan pribadi, mengajar dengan cara/teknik yang benar (how lingkungan, siswa teach/learn the true techique) (Amin, 2016). kompetensi yang memadai agar menjadi peserta perlu ekonomi dibekali dan dengan aktif dalam masyarakat. Di dalam abad 21 peran 1. Sadar untuk apa belajar ilmu pengetahuan (scientific knowledge) Dalam sejarah perkembangan kehidupan menjadi semakin dominan dalam bermasyarakat manusia, makin lama menjalani sejarah ternyata global. Kunci keberhasilan dalam perikehidupan manusia makin jauh dari alam, padahal alam itu masyarakat global berbasis pengetahuan yang Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-12 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 semakin kompetitif tersebut adalah: kecepatan mengembangkan (speed) dan bahasa/word smart (pandai mengolah kata- perubahan keperluan masyarakat yang semakin kata), ruang/spatial smart (pandai mempersepsi cepat, apa yang dilihat), dalam menanggapi fleksibilitas dinamika (customization) dalam sepuluh kecerdasan: musik/music smart (peka memenuhi selera masyarakat yang semakin dalam ber-musik), logik-matematik/logic smart bervariasi, dan kepercayaan (trust) sebagai (pandai anggota masyarakat (global) yang berwatak kinestik/body smart (trampil dalam olah tubuh unggul. Dengan demikian kesadaran pentingnya dan gerak), intrapersonal/self smart (peka konten dalam keilmuan keberhasilan menjadi belajar dan penopang sekaligus dalam dalam logika mengenali interpersonal (peka dan emosi terhadap matematika), diri sendiri), pikiran dan membelajarkannya, sebab dengan menguasai perasaan orang lain), nature smart (pandai dan konten banyak peka dalam mengamati alam), existence smart informasi berdasarkan hasil observasi secara (pandai dan peka akan makna keberadaan kontekstual dengan memanfaatkan pengetahuan manusia dalam hidup ini) dan spiritual smart yang relevan (Amin, 2010; Amin, 2015). (Amin, 2015). keilmuan akan diperoleh Dengan tidak mengikuti perkembangan 3. Sadar bagaimana belajar/mengajar dengan ilmu, sudah dipastikan bahwa akan tidak masuk cara yang tepat dalam sistem dan pusaran pertumbuhan Sudah kita maklumi bersama bahwa masyarakat ilmu pengetahuan dengan disertai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan harus pengembangan kecerdasannya. Di sinilah letak disertai dengan perkembangan ilmu mendidik. pentingnya hasil-hasil penelitian kekinian dalam Kenyataan ini peningkatan memberikan kemampuan penguasaan pengetahuan pengembangan terutama bagi menuntut ilmu pendidik. dan pendidikan. titik Perlu tumpu ada bagi penyadaran bahwa ilmu mendidik itu penting anak/peserta didik adalah suatu proses tentang agar penyadaran tentang untuk apa belajar dan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dialami, sadar akan pentingnya konten keilmuan secara detik demi detik, dari hari ke hari sepanjang simultan dapat dicapai. Penyadaran akan ketiga tahun. Aspek yang perlu diperhatikan dan hal tersebut juga merupakan tantangan bagi ditekankan pebelajar dan pembelajar. dalam Pendidikan wawasan pembelajaran adalah kecerdasan: logika (olah pikir), kinestika (olah badan), etika (olah rasa estetika (olah rasa (kesantunan)) dan (keindahan)) untuk Untuk dapat membangun tiga kesadaran sebagaimana dipaparkan di atas, maka dasarnya adalah bangunan kecerdasan spiritual, sebab Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-13 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 sesuai dengan dream Indonesia 2025 yaitu agar memiliki pemahaman yang menyeluruh “terbentuknya insan Indonesia yang cerdas dan dan hal ini diperoleh dengan pengembangan kompetitif”. literasi. Kecerdasan yang dibangun meliputi cerdas spiritual (olah hati (qolb)), cerdas emosional dan sosial (olah rasa), cerdas intelektual (olah pikir) dan cerdas kinestetis (olah raga). Kompetitif ditandai dengan memiliki kepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi global dan pembelajar sepanjang hayat (Amin, 2016). hati menjadi penting sebab seluruh gerak aktivitas manusia dikoordinasi oleh hati. Bila hatinya baik, maka tiga kecerdasan yang lain akan mengiringinya. Dengan landasan ini, kita seyogyanya segera mengubah sistem pendidikan kita yang masih berorientasi pada ta’lim menjadi ta’dib (penanaman adab) yang mengandung konsep keteladanan. Konsep penerapan ta’dib harus dilakukan menyeluruh yaitu melalui sumberdaya manusia (terutaman guru) disertai karyawan, orang tua dan seluruh komponen sekolah) dan pembenahan kurikulum yang mengedepanan karakter dan budi pekerti. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan pengembangan yang dibangun intelektual. 1. Pengertian Pertumbuhan masyarakat modern dengan komunikasi digital dan menglobal memerlukan keterampilan literasi karena dalam masyarakat global seperti ini dunia dipenuhi oleh produkproduk kerja ilmiah (scientific inquiry). Dengan demikian, literasi saintifik (scientific literacy) menjadi suatu keharusan bagi setiap generasi karena menjadi alat untuk berinovasi dalam Kecerdasan spiritual mengedepankan olah (mengajarkan) SCIENTIFIC LITERACY untuk Pengembangan intelektual disertai dengan wawasan yang luas pengembangan capital intelectual-nya (Galbreath, 1999). Scientific literacy ibarat pedang prajurit di medan perang. Tanpa alat ini prajurit akan tidak bisa mengikuti perang. Holbrook & Rannikmae (2009) memberikan penjelasan tentang dua pandangan terhadap dua hal yang terkait literacy yaitu adalah kelompok science literacy dan literacy. Kelompok kelompok pertama scientific berpandangan bahwa komponen utama literasi sains adalah pemahaman konten/materi sains yaitu segala hal yang terkait dengan konsep-konsep dasar sains. Pemahaman kelompok pertama inilah yang banyak dipahami oleh guru-guru sains saat ini baik di Indonesia maupun di luar negeri bahwa sains adalah sain. Sangat sedikit yang mencoba menghubungkan fenomena alam yang secara konsep dipelajari dalam sains dengan kebutuhan Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-14 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 hidup secara umum, sehingga yang tahu sains to draw evidence-based conclusions in order to adalah fokus understand and help make decisions about the hanya orang-orang yang mempelajari secara khusus dengan natural world and the changes made to it konten/materi sains. Pandangan kedua through human activity. Dengan uraian ini, berpendapat bahwa literasi sains diperuntukan PISA (1998 dalam PISA, 2013) mendefinisikan bagi semua orang, bukan hanya kepada orang literasi sains sebagai kemampuan menggunakan yang memilih karir dalam bidang sains atau pengetahuan sains mengidentifikasi pertanyaan, spesialis dalam bidang sains. Dengan demikian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti- untuk bukti, dalam rangka memahami serta membuat berliterasi sains mutlak diperlukan keterampilan bernalar dalam konteks sosial keputusan berkenaan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. perubahan yang dilakukan Ahli yang tergabung dalam PISA (1988) memandang kelompok literasi kedua sains menurut sebagaimana Holbrook & dengan alam dan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains dan kemanfaatanya dipaparkan PISA (2013) bahwa scientific Rannikmae (2009) bahwa literasi sains bersifat literacy is the ability to engage with science- multidimensional, semua related issues, and with the ideas of science, as bidang kehidupan, bukan hanya pemahaman a reflective citizen. Pernyataan ini relevan terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dengan ide Wendt (2013) yang menyatakan pada semua dimensi yang menyertai kehidupan bahwa literasi sains merupakan kemampuan manusia. PISA (1998 dalam PISA, 2013) kompleks seseorang sehingga seseorang mampu menilai bahwa literasi sains tidak hanya menyelesaikan meliputi pemahaman peserta didik terhadap terutama dalam menghadapi persaingan global karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, saat ini. Cara meningkatkan literasi sains namun juga melibatkan kesadaran tentang seseorang menurut Bybee (2009; Wendt, 2013; betapa membentuk Westby & Torres, 2000) adalah diperoleh lingkungan material, intelektual dan budaya, melalui proses pembelajaran yang dapat melatih serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu skillnya terkait sains, sebagai manusia yang reflektif. kognitifnya. Salah satu cara meningkatkan Secara membuat kemampuan literasi sains seseorang banyak pernyataan tentang literasi sains adalah seperti dilakukan melalui proses praktik/percobaan berikut ini, scientific literacy is the capacity to seperti dalam kajian Biologi dan bidang ilmu sains diterapkan dan gamblang pada teknologi PISA (1998) masalah tidak yang terkecuali dihadapinya kemampuan use science knowledge to identify questions and Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-15 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 pengetahuan lainnya yang bersifat aplikatif dimensi (Bauer, 1996; Bisanz et al. 1998; Jagger, 2012). kemampuan dan merupakan hasil interaksi 2. antara Karakteristik Scientific Literacy National Teacher Association (1971) menjelaskan bahwa ciri-ciri atau karakteristik seorang yang berliterasi sains (menggunakan kemampuan berliterasi sains) adalah orang yang menggunakan konsep sains, keterampilan proses, dan nilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain atau dengan lingkungannya, dan memahami interelasi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi. Sejumlah kemampuan yang terkait dengan literasi sains adalah: a) kemampuan memahami ilmu pengetahuan alam, norma dan metode sains dan pengetahuan ilmiah; b) kemampuan memahami kunci konsep ilmiah; c) kemampuan memahami bagaimana sains dan teknologi bekerja bersama-sama; d) kemampuan menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi dalam masyarakat; e) kemampuan membuat hubungan yaitu what kemampuan menunjukkan do people memahami suatu know? materi dasar berupa sains dan kemampuan epistemologis sains, what do people value?, berupa kemampuan beretika dan what can people do? (berupa kemampuan belajar, kemampuan melakukan prosedur sosial, kemampuan dan kemampuan berkomunikasi. Seperti tergambarkan di bawah ini (Gambar 2.1). Sementara PISA 2015 yang dicanangkan oleh OECD terdiri dari kemampuan dalam menjelaskan fenomena ilmiah, kemampuan mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah dan kemampuan menafsirkan bukti dan data ilmiah. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. GURU SADAR LITERASI, GURU MASA KINI DAN MENDATANG Dari uraian tentang literasi di atas kompetensi-kompetensi menjelaskan bahwa membaca dalam pengertian dalam konteks sains, kemampuan membaca, ini adalah membaca yang berasal dari dua menulis dan memahami sistem pengetahuan macam sumber ilmu yaitu ayat-ayat Kauliyah manusia; dan f) mengaplikasikan beberapa dan ayat-ayat Kauniyah. Mengapa itu menjadi pengetahuan kemampuan penting? Sebab interaksi dalam masyarakat mempertimbangkan dalam kehidupan sehari- global memerlukan keterampilan literasi dalam hari (Thomas and Durant dalam Shwartz, 2005). dunia yang dipenuhi dengan produk-produk 3. kerja ilmiah (scientific inquiry), literasi saintifik ilmiah dan Dimensi Scientific Literacy Rannikmae, (scientific literacy) menjadi suatu keharusan 2009) memandang literasi sains menjadi tiga bagi setiap generasi. Hal ini menjadi jelas Graber (Holbrook dan Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-16 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 karena literasi sains tersusun menjadi tiga belajar, dimensi melakukan yaitu menunjukkan suatu dasar kemampuan prosedur sosial, kemampuan dan kemampuan kemampuan dan merupakan hasil interaksi berkomunikasi. Guru (juga ilmuwan) yang antara mendasarkan pengembangan keilmuan dari dua what kemampuan do people memahami know? materi berupa sains dan sumber ilmu sebagaimana disebutkan di atas kemampuan epistemologis sains, what do akan lebih terarah dalam pengembangan people value?, berupa kemampuan beretika dan keilmuannya. Ini adalah ciri guru yang sadar what can people do? (berupa kemampuan berliterasi. Gambar 2.1. Literasi saintifik model Gräber (Sumber: Holbrook dan Rannikmae, 2009:278) Tabel 2.1. Kompetensi Literasi Sains Menurut OECD No 1 2 3 Kompetensi Menjelaskan fenomena ilmiah Deskriptor Mengakui, menawarkan dan mengevaluasi penjelasan dengan berjarak dari fenomena alam dan teknologi Mengevalua-si dan merancang penyelidikan ilmiah Menafsirkan bukti dan data ilmiah Menjelaskan dan menilai pertanyaan ilmiah dan mengusulkan cara-cara menangani pertanyaan ilmiah Menganalisa dan mengevaluasi informasi ilmiah, klaim dan argumen dalam berbagai representasi dan menarik kesimpulan yang tepat. Sumber: PISA, (2015) Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-17 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Capaian dari produk berliterasi berasaskan ilmu informasi mampu mengikuti perkembangan jaman namun pengalaman kebenaran lain yang didapatnya. tetap memiliki kemampuan untuk rendah hati Daya penalaran untuk menghasilkan ide-ide dengan mendekatkan diri kepada Allah swt. Ini baru, inovasi – baik untuk jasa maupun produk relevan dengan pesan Al ‘Alaq ayat 19 yaitu dan kemapuan merealisasikannya, akan menjadi manusia yang sudah mampu beriqra melalui basis literasi, akan mendapatkan wawasan luas namun kemakmuran kehidupan makin rendah hati dan dekat dengan Allah swt. Kemampuan menghasilkan, Sebab, wawasan mendesiminasikan, dan memanfaatkan ilmu menjadikan diri untuk haus akan wawasan pengetahuan untuk melakukan inovasi berdasar keilmuan. Dengan demikian, mereka akan terus ide-ide baru merupakan basis dari terciptanya meningkatkan kemampuan dan kapasitas diri. unggulan-unggulan Hal inilah yang menjadi cikal bakal untuk tetap comparative maupun competitive (Amin, 2015). rendah hati karena merasa ilmunya hanya Kunci sedikit. masyarakat global berbasis pengetahuan yang makin luasnya Di dalam abad 21 peran ilmu pengetahuan (scientific knowledge) dominan dalam menjadi bermasyarakat semakin global. dari relevan dan informasi- harapannya adalah menjadi manusia yang dengan yang pengetahuan, pertumbuhan keberhasilan baru dalam pengalaman- ekonomi dan masyarakatnya. menghimpun, baik secara perikehidupan semakin kompetitif tersebut adalah: kecepatan (speed) dalam menanggapi dinamika dan perubahan keperluan masyarakat yang semakin Masyarakat yang perikehidupannya bertumpu cepat, pada sebagai memenuhi selera masyarakat yang semakin “masyarakat berbasis pengetahuan” (knowledge bervariasi, dan kepercayaan (trust) sebagai based society) yang perekonomiannya semakin anggota masyarakat (global) yang berwatak menuju ke ekonomi berbasis pengetahuan unggul (Amin, 2016). ilmu pengetahuan dikenal (knowledge based economy), yaitu melalui fleksibilitas (customization) dalam Wawasan luas ditunjang oleh kemampuan kegiatan industri jasa maupun produksi yang unggulan-unggulan berbasis pengetahuan based comparative maupun competitive dengan tetap industry). Dalam berbasis rendah hati adalah ciri ilmuwan yang guru dan pengetahuan ini, unggulan yang diandalkan guru yang ilmuwan di masa kini dan masa anggotanya adalah kemampuan akal, yaitu daya depan. (knowledge masyarakat baru baik secara penalaran yang merupakan perpaduan antara apa yang diketahui tentang kebenaran yang Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-18 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 DAFTAR RUJUKAN Amin, M. (2010). Implementasi hasil-hasil penelitian bidang biologi dalam pemebelajaran. Proseding Seminar Biologi, 1(7). Retrieved from http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pr osbio/article/view/1202 Amin, M. (2015). Biologi sebagai sumber belajar untuk generasi masa kini dan mendatang yang berintegritas dan berperadapan tinggi. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Kemristekdikti. Universitas Negeri Malang. Amin, M. 2016. Pesatnya perkembangan biologi dan tantangan pembelajarannya pada abad 21. Makalah Utama Seminar Nasional Saintek dan Pembelajarannya di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bauer, K. L. (1996). An analysis of attitudes regarding scientific literacy among students and faculty in the Department of Biological Sciences, Idaho State University (Order No. 9701769). Available from Proquest Dissertations & Theses Full Text: The Humanities and Social Sciences Collection. (304331451). Bisanz, J., Zimmerman, C., & Bisanz, G. L. (1998). Everyday scientific literacy: do students use information about the social context and methods of research to evaluate news briefs about science, Alberta Journal of Educational Research, 44 (2): 188. Bybee, R. W. (2009). Program for International Student Assessment (PISA) 2006 and Scientific Literacy: A Perspective for Science Education Leaders. Science Educator, 18(2), 1-13. Galbreath, J. (1999). Preparing the 21st century workers: the link between computerbased technology and future skills sets. Educational Technology NovemberDecember 1999, p. 14-22. Jagger, S. L., & Yore, L. D. (2012). Mind the gap: looking for evidence-based practice of science literacy for all in science teaching journals. Journal of Science Teacher Education, 23(6), 559-577. Retrieved from https://link.springer. com/article/10.1007/s10972-012-9271-6. Hargreaves, A. & Fullan, M. (2000). Mentoring in the new millennium. ProQuest Education Journals, 39(1), 50-56. Hargreaves, A. (1997). The four ages of professionalism and professional learning. UNICORN, 23(2), 86-114. Holbrook, J. & Raanikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journal of Enviromental of Science Education, 29(11), 1347-1362. Mulford, B. (2008). The leadership challenge: improving learning in schools. Australian Education Review. Victoria: ACER Press. Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). (2015). OECD Database. OECD online: Http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/. PISA 2015 (2013). Draft Science Framework. OECD. Schwartz, G. (2005). 1. Overview: What Is Media Literacy, Who Cares, and Why?. Yearbook of the National Society for the Study of Education, 104(1), 5-17. Retrieved from https://eric. ed.gov/?id =EJ885514. Wendt, J. L. (2013). The Effect of Online Collaborative Learning on Middle School Student Science Literacy and Sense of Community (Order No. 3559209), Available from Proquest Dissertations & Theses Full Text: The Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-19 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Humanities and Social Sciences Collection. (1353391474). Westby, C. & Torres-Velaquez, D. 2000. Developing Scientific Literacy, Remedial and Special Education. 21 (2): 101. Retrieved from: http://journals.sagepub. com/doi/10.1177/074193250002100205 Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KS-20