BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA BAB I

advertisement
BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Gejalanya sangat bervariasi. DM dapat timbul secara perlahanlahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum
yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun.
Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian
orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.
Penyakit DM terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas, asimtomatik dan
diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaringan atau pemeriksaan untuk
penyakit lain. Dari sudut penderita diabetes mellitus sendiri, hal yang sering
menyebabkan penderita datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosis sebagai
diabetes mellitus dengan keluhan yaitu terjadi kelainan pada kulit seperti gatal-gatal,
bisulan. Selain itu juga terjadi kelainan ginekologis seperti keputihan dan lain-lain.
Gejala-gejala pada DM merupakan akibat dari adanya ketidakseimbangan dalam
metabolisme hidrat arang, protein, lemak dengan produksi ataupun fungsi horman
insulin. DM adalah suatu sindrom klinik yang terdiri dari peningkatan kadar gula
darah, ekskresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon insulin.
Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan bersifat menahun.
Berdasarkan suatu hasil studi epidemiologi terbaru, tanpa memandang gender, ras,
usia, Indonesia telah memasuki epidemi diabetes melitus tipe 2. Di Indonesia
diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penyandang diabetes yang belum
terdiagnosis. Jika sudah terdiagnosis pun, dua pertiganya saja yang menjalani
pengobatan (non farmakologik maupun farmakologik) dan hanya sepertiganya saja
yang terkendali dengan baik.
Page | 1
Diabetes merupakan penyakit seumur hidup, jadi bukan hanya tim medis saja
yang memiliki peran penting dalam pengelolaan penyakit ini, namun penderita dan
orang disekelilingnya memiliki peran yang jauh lebih penting. Oleh karena hal
diatas, penulis mengambil kasus kedokteran keluarga pada salah satu warga di desa
Mangguh yang menderita diabetes mellitus. Penulis berusaha memberikan KIE
tentang penyakitnya tersebut agar kesehatannya dapat dijaga dengan baik sehingga
dapat meminimalisasi komplikasi yang akan terjadi nantinya.
1.1 LATAR BELAKANG KASUS
Nama
: I Wayan Sadiya
Umur
: 52 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Peladang
Status Perkawinan
: Kawin
Riwayat Keluarga
: Ibunya
Data Keluarga:
No
Nama
JK
Umur
Pendidik
an
Hubungan
dgn KK
Pekerjaan
1
I Wayan Sadiya
L
52
Tidak
bersekolah
KK
Peladang
2
Ni Wayan Mentag
P
48
Tidak
bersekolah
Istri KK
Tidak bekerja
3
Ni Wayan Yulianti
P
24
Tamat SD
Anak KK
Petani
4
I Nyoman Tegug
L
26
Tamat SD
Menantu KK
Petani
1.2 RIWAYAT PENYAKIT
Bapak I Wayan Sadiya sejak kurang lebih 3 tahun terakhir ini terdiagnosa
menderita Diabetes Mellitus. Dimana beliau sebelumnya sering mengeluhkan
sering haus, banyak makan dan kencing terutama malam hari. Sebenarnya
keluhan ini sudah mulai dirasakan dari 6 tahun yang lalu. Dikatakan saat Bapak
I Wayan Sadiya sering kencing terutama saat malam hari dimana tiap
malamnya bisa kencing lebih dari 5 kali dengan volume sekitar ± 1 gelas aqua
Page | 2
tiap kali kencing. Keluhan ini diperberat bila banyak minum. Hal ini sudah
dialami sekitar 6 tahun oleh Bapak I Wayan Sadiya. Kencing tidak disertai
nyeri atau keluhan panas saat kencing.
Selain itu Bapak I Wayan Sadiya mengatakan sering sekali merasa haus,
sejak kurang lebih beberapa bulan setelah keluhan sering kencing muncul.
Rasa haus ini dirasakan sering walaupun Bapak I Wayan Sadiya tidak
beraktivitas berat maupun olahraga. Rasa haus ini membuat penderita sering
minum, dalam sehari dikatakan bisa 2-3 botol aqua besar dihabiskan oleh
beliau.
Bapak I Wayan Sadiya juga mengatakan selain sering haus dan sering
kencing, ia juga sering merasa lapar. Malam hari setelah bekerja Bapak I
Wayan Sadiya sering merasa lapar, sehingga ia bisa makan 1 piring nasi penuh
beserta lauk goreng-gorengan. Terkadang bila merasa sangat lapar, Bapak I
Wayan Sadiya bisa menambah nasi 1 piring lagi.
Selain itu Bapak I Wayan Sadiya mengeluhkan berat badannya turun.
Awalnya Bapak I Wayan Sadiya tidak menyadari hal ini, tetapi ketika orangorang sekitar mengatakan badan nya bertambah kurus, Bapak I Wayan Sadiya
menimbang berat badannya. Dalam 6 tahun berat badan bapak I Wayan Sadiya
turun 10 kilogram.
Keluhan ini sebenarnya dirasakan Bapak I Wayan Sadiya sejak 6 tahun
yang lalu, namun karena pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus
sangat kurang, Bapak I Wayan Sadiya tidak terlalu menghiraukan semua
keluhan tersebut. Terlebih lagi, karena kesibukannya dalam mencari nafkah,
Bapak I Wayan Sadiya kurang memperhatikan kesehatan dan kurang bisa
menjaga pola makannya. 3 tahun yang lalu, Bapak I Wayan Sadiya mengalami
kecelakaan lalu lintas sehingga harus dirawat inap di Rsud Kabupaten Bangli.
Saat itu pihak paramedis mengecek darah Bapak I Wayan Sadiya, dan dari
sanalah Bapak I Wayan Sadiya mengetahui kadar gula darahn sewaktunya
tinggi yaitu 400 mg/dL. Dokter yang merawat Bapak I Wayan Sadiya saat itu
memberikan obat Glibenclamide dengan dosis 1x1 dan menyarankan Bapak I
Wayan Sadiya untuk rutin meminum obatnya dan rutin cek kadar gula
darahnya secara berkala di Puskesmas terdekat. Bapak I Wayan Sadiya rutin
Page | 3
meminum obat Glibenclamide dengan dosis 1x1 sampai saat ini dan semenjak
minum obat keluhan beliau sudah mulai berkurang dan beliau rutin mengecek
kadar gula darah sewaktunya setiap minggu. Terakhir kali dicek kadar gula
darah sewaktunya 150 mg/dl. Ternyata setelah ditelusuri dari riwayat keluarga,
ibu dari Bapak I Wayan Sadiya juga sebelumnya menderita diabetes melitus.
Sekarang diakatakan keluhan-keluhan yang dirasakan sebelumnya sudah
mulai berkurang. Penderita sudah bisa tidur dengan baik malam harinya.
Penderita dapat melakukan kegiatan sehari-harinya dengan baik.
Semenjak terdiagnosis diabetes mellitus di Bangli, Bapak I Wayan
Sadiya memutuskan untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter / bidan yang
berada di Puskesmas Kintamani I.
Dikatakan dalam keluarga ibu pasien juga menderita diabetes mellitus
sebelumnya sekitar 10 tahun yang lalu. Ibu penderita minum obat secara teratur
namun jarang untuk melakukan kontrol kesehatan secara menyeluruh.
Terkait dengan sakitnya ini, penderita berobat hanya ke puskesmas saja.
Semenjak diketahui kadar gula darahnya tinggi dan dikatakan menderita
diabetes mellitus, Bapak I Wayan Sadiya rutin minum obat Glibenclamid
dengan dosis 1x1. Apabila obatnya habis, Bapak I Wayan Sadiya mencarinya
di Puskesmas. Bapak I Wayan Sadiya juga rutin untuk mengecek kadar gula
darahnya di puskesmas tiap minggu. Terakhir kali kadar gula darahnya yaitu
150 mg/dl.
Bapak I Wayan Sadiya merupakan seorang pengrajin meubel yang cukup
sibuk. Sejak dikatakan mengalami diabetes mellitus, penderita sudah mulai
mengatur makanannya dengan 3J (jenis, jumlah dan jadwal) sesuai saran yang
diberikan oleh bu bidan. Tingkat pendidikan yang kurang mengenai masalah
kesehatan sehingga pengetahuan penderita dan keluarganya masih kurang
mengenai faktor risiko dari penyakitnya tersebut serta yang terpenting
mengenai cara pengelolahan pada penderita diabetes mellitus.
Page | 4
Riwayat penyakit sebelumnya
Bapa I Wayan Sadiya mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan
seperti ini. Pasien tidak ada riwayat hipertensi maupun penyakit jantung.
Riwayat penyakit keluarga dan sosial
Dikatakan dalam keluarga ibu pasien juga menderita diabetes mellitus sebelumnya
sekitar 10 tahun yang lalu. Ibu penderita minum obat secara teratur namun jarang
untuk melakukan kontrol kesehatan secara menyeluruh. Penderita merupakan
seorang perokok sejak 35 tahun yang lalu.Penderita juga merupakan peminum kopi
sebanyak 3 kali sehari
Riwayat Pengobatan
Dikatakan dalam keluarga ibu pasien juga menderita diabetes mellitus sebelumnya.
sekitar 10 tahun yang lalu. Ibu penderita minum obat secara teratur namun jarang
untuk melakukan kontrol kesehatan secara menyeluruh
Pemeriksaan fisik:
Status Present
Kesadaran
: CM
Tekanan Darah : 120/ 80mmHg
Nadi
: 78 kali / mnt
Respirasi
: 21 kali / mnt
Suhu axila
: 36,5 Celcius
BB
: 55 kg
TB
: 165 cm
BMI
:
20.20
Status General
Mata
: an +/+ ict -/-
THT
: kesan tenang
Page | 5
Thorax:
Cor
:
I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba 1 cm di kiri MCL ICS V
Pe : Batas kanan PSL kanan
Batas kiri 1 cm di kiri MCL ICS V
Batas atas ICS II
A : S1 S2 tunggal reguler, murmur –
Po :
I
: simetris statis dan dinamis
Pa : N/N
Pe : sonor/sonor
A
: Ves+/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
I
:
: Distensi (-)
Aus : BU (+) N
Pa : H/L tidak teraba,
Nyeri tekan (-),
Per : tympani
Extremitas :
Akral hangat +/+
Edema +/-
Page | 6
BAB II
ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS
2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan
Bapak I Wayan Sadiya tinggal di sebuah rumah sederhana di Desa Banua Kecamatan
Kintamani Kabupaten Bangli. Di rumah tersebut dihuni oleh 4 orang yaitu Bapak I
Wayan Sadiya, istri, anak dan menantu. Penataan bangunan dan halaman rumah
keluarga Bapak I Wayan Sadiya sudah cukup baik. Jumlah ruangan dalam rumah terdiri
dari 4 buah kamar yang terdiri atas 2 buah kamar tidur, 1 ruang tamu dan 1 kamar untuk
tempat penyimpanan barang-barang. Keadaan kamar tidur di rumah keluarga ini tidak
terlalu baik karena tidak tersedia ventilasi yang cukup memadai sehingga ruangan tidur
terasa lembab akibat kurangnya sinar matahari yang masuk, selain itu juga cuaca dingin
dan lembab di Desa Banua.
Terdapat pula bangunan ruang makan sederhana yang dindingnya tersusun dari
batako yang tidak di plester. Disebelahnya, terdapat dapur sederhana yang beratapkan
seng. Kamar mandinya berukuran sedang. Kamar mandi terlihat cukup bersih dengan
telah terdapat jamban jongkok. Halaman rumah keluarga Bapak I Wayan Sadiya
tampak tidak begitu luas, terdapat sanggah yang sederhana, dengan beberapa tanaman
disekitarnya.
2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Bapak I Wayan Sadiya bekerja sebagai buruh mencari bambu di ladang orang lain.
Bapak I Wayan Sadiya bekerja dari pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore dibantu dibantu
oleh anak kandungnya. Bapak I Wayan Sadiya diupah sebagai tenaga kerja untuk
mencari kayu bambu, potong dan naik ke truk. Terkadang Bapak I Wayan Sadiya
sampai kewalahan mencari dan memomtong bambu, sampai lewat malam. Istri KK
merupakan seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari beraktivitas di rumah, seperti
memasak, menyapu, mencuci baju, dan sebagainya. Anak Bapak I Wayan Sadiya yang
terakhir, bekerja bersama dengan ayahnya. Bapak I Wayan Sadiya merupakan tulang
punggung perekonomian keluarga ini.
Page | 7
2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan
Aspek sosial budaya pada keluarga ini sangat baik. Apabila terdapat masalah dalam
keluarga, Bapak I Wayan Sadiya mengatakan biasanya masalah tersebut dibicarakan
bersama dengan mengambil asas musyawarah mufakat. Semua keputusan masih
diputuskan oleh kepala keluarga, sedangkan apabila ada kegiatan budaya seperti
kegiatan upacara agama dan ngayah di lingkungan desa, kepala keluarga biasanya ikut
melaksanakan kegiatan budaya tersebut.
2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan
Aspek sosial psikologis pada keluarga ini sangat baik. Hal tersebut dapat terlihat dari
hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan setiap
dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh mereka. Mereka juga saling
bahu membahu dalam mengatur semua urusan rumah tangga. Tidak terdapat
perselisihan yang berarti antara penderita dengan keluarganya. Selain itu, hubungan
dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Terlihat dari pada setiap kunjungan,
tetangga sekitarnya biasanya berkunjung sore hari ke rumahnya untuk mengobrol
bersama ataupun mejejahitan bersama.
Page | 8
BAB III
RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI
3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga
a. Status Gizi
Status gizi Bapak I Wayan Sadiya memiliki gizi yang cukup yaitu dengan tinggi
badan 165 cm dan berat badan 55 Kg, didapatkan BMI sebesar 20,20.
Sedangkan anggota keluarga yang lain status gizinya masih dalam batas yang
normal.
b. Kelahiran
Bapak I Wayan Sadiya dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun beranak di
Bangli
c. Kematian
Di keluarga Bapak I Wayan Sadiya tidak ada yang pernah mengalami penyakit
serius yang dapat merenggut nyawa. Keluarganya sendiri, ibu penderita juga
memiliki penyakit yang sama yaitu Diabetes Mellitus namun sudah meninggal
sejak lama. Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami
penyakit umum seperti batuk, pilek, pusing, demam, dan gatal-gatal.
d. Kesakitan
Semenjak didiagnosis menderita Diabetes Mellitus kurang lebih 3 tahun yang
lalu, Bapak I Wayan Sadiya
telah teratur minum obat dan mengatur pola
makannya dengan baik. Keluhan-luhan yang dialami sebelumnya sudah
berkurang.
e. Latar Belakang Penyakit
Bapak I Wayan Sadiya sejak kurang lebih 3 tahun terakhir ini terdiagnosa
menderita Diabetes Mellitus. Dimana beliau sebelumnya sering mengeluhkan
sering banyak minum, banyak makan dan kencing terutama malam hari.
Dikatakan keluhan yang sangat mengganggu yaitu setiap malam sering kencing
hingga banyak kali sehingga mengganggu tidurnya. Keluhan ini sebenarnya
dirasakan Bapak I Wayan Sadiya
sejak 6 tahun yang lalu, namun karena
pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus sangat kurang, Bapak I
Wayan Sadiya tidak terlalu menghiraukan semua keluhan tersebut. 3 tahun yang
Page | 9
lalu, Bapak I Wayan Sadiya mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga harus
dirawat inap di RSUD Kabupaten Bangl. Saat itu pihak paramedis mengecek
darah Bapak I Wayan Sadiya, dan dari sanalah Bapak I Wayan Sadiya
mengetahui kadar gula darahn sewaktunya tinggi yaitu 400 mg/dL. Dokter yang
merawat Bapak I Wayan Sadiya
saat itu memberikan obat Glibenclamide
dengan dosis 1x1 dan menyarankan Bapak I Wayan Sadiya
untuk rutin
meminum obatnya dan rutin cek kadar gula darahnya secara berkala di
Puskesmas terdekat. Bapak I Wayan Sadiya rutin meminum obat Glibenclamide
dengan dosis 1x1 sampai saat ini dan semenjak minum obat keluhan beliau
sudah mulai berkurang dan beliau rutin mengecek kadar gula darah sewaktunya
setiap minggu. Terakhir kali dicek kadar gula darah sewaktunya 150 mg/dl.
Ternyata setelah ditelusuri dari riwayat keluarga,
ibu dari Bapak I Wayan
Sadiya juga sebelumnya menderita diabetes melitus.
3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit
Di keluarga I Wayan Sadiya persepsi keluarga tentang konsep sehat-sakit sudah
benar. Ini terlihat dari kesadaran seluruh anggota keluarga mengenai penyakit yang
dialami oleh penderita. Bapak I Wayan Sadiya dan keluarga sudah mengetahui
bahwa diabetes mellitus tidak bisa sembuh dan dibawa seumur hidup, tetapi dapat
hidup seperti orang kebanyakan bila memiliki gaya hidup sehat dan kadar gula
darahnmya terkontrol. Seluruh anggota keluarga biasanya selalu mengingatkan
penderita selalu minum obat teratur dan makan teratur serta kontrol kesehatan
berupa cek gula darah tiap bulan.
3.3 Solusi Masalah Kesehatan
Bertolak pada tujuan dari PPD ini Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang
dapat kami ambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan
prinsip-prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut, yaitu: personal, komprehensif,
berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta
memberdayakan keluarga dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang
dijelaskan sebelumnya, kami mengusulkan penyelesaian masalah yang yakni:
Page | 10
A. Paripurna (Komprehensif)
1. Pencegahan primer :
-
Memberikan penjelasan mengenai faktor resiko penyakit DM yaitu genetik, pola
makan yang tidak sehat, usia lanjut, aktivitas yang kurang baik, obesitas.
-
Menjelaskan kepada keluarga penderita mengenai gejala-gejala DM.
-
Menganjurkan kepada anak penderita untuk mengatur pola makan yaitu kurangi
makanan yang berlemak dan makanan yang banyak mengandung gula serta
perbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan.
-
Menganjurkan kepada keluarga penderita untuk berolah raga secara teratur yaitu
minimal 3 kali seminggu.
2. Pencegahan sekunder:
-
Pengobatan harus rutin dilanjutkan, jangan sampai dihentikan.
-
Melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur (tiap bulan).
3. Pencegahan tersier:
-
Menganjurkan kepada penderita untuk mengatur pola makan yaitu kurangi
makanan yang berlemak dan makanan yang banyak mengandung gula serta
perbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan.
-
Menjelaskan kepada penderita mengenai efek samping obat (hipoglikemi),
gejala-gejala hipoglikemi (keringat dingin, berdebar-debar, telapak tangan dan
kaki teraba dingin, kepala terasa pusing, dan mual muntah), serta apa yang harus
dilakukan saat penderita merasakan gejala-gejala hipoglikemi; yaitu dengan
makan permen, minum air gula, dan makan, kemudian memeriksakan diri ke
dokter.
B. Berkesinambungan
-
Pasien dipantau terus kadar gula darah puasa dan sewaktu, serta 2 jam pos
prandial. Dalam hal ini pasien diminta secara rutin memeriksakan diri ke Rumah
Sakit Umum Daerah Bangli atau Puskesmas Kintamani I untuk dapat
mengetahui secara rutin kadar gula darah serta memantau kondisi kesehatan.
Page | 11
C. Koordinatif dan kolaboratif
-
Berkoordinasi dengan keluarga penderita untuk memberikan motivasi kepada
penderita dan berperan aktif demi kesehatan pasien misalnya dengan mengantar
penderita mengambil obat ke Puskesmas, mengambilkan obat jika penderita
berhalangan dan mengawasi pola kerja serta pola makannya untuk mencegah
perburukan dari kondisinya.
-
Melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan khususnya di puskesmas
Kintamani dalam rangka memberikan perhatian khusus pada penderita, agar
selalu rutin kontrol.
-
Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain seperti dokter ahli penyakit dalam
dan dokter ahli nutrisi, sehingga penanganan penyakit penderita lebih optimal.
-
Meningkatkan kerjasama dengan kantor Perbekel Desa Banua dalam
memfasilitasi pengobatan penderita melalui asuransi JKBM ataupun JKN
D. Mengutamakan Pencegahan
Dalam upaya pencegahan telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk menjaga dan mengatur pola
makan yang sehat dengan mengurangi makanan yang berlemak, banyak
mengandung gula, dan perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
b. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk mengadakan olah-raga
bersama secara teratur minimal 3x seminggu, dan menjadikan olah raga
bersama sebagai bagian dari kebiasaan hidup.
c. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk tidak minum minuman yang
mengandung alkohol.
E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya
Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang
penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang
lain. Jelaskan mengenai pentingnya hidup sehat; antara lain dengan mengatur
pola makan yang seimbang, olah raga secara teratur, tidak merokok, serta
minum-minuman beralkohol. Pada penyakit Diabetes Melitus salah satu faktor
risikonya adalah genetik; jadi kami memberikan KIE kepada keluarga penderita
untuk selalu mengatur pola makan dengan mengurangi makanan yang berlemak
Page | 12
dan makanan yang banyak mengandung gula, serta memperbanyak makan
sayur dan buah-buahan. Selain itu juga dengan menganjurkan kepada keluarga
penderita untuk berolahraga secara teratur minimal 3 kali seminggu dengan
durasi 30-60 menit. Konseling juga tidak lupa diberikan kepada keluarga untuk
selalu memberikan dukungan terhadap pasien agar patuh terhadap pengobatan.
F. Personal
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh
bukan sekadar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian penderita ditangani
secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis,
sosial ekonomi, budaya, serta agamanya.
-
Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai
penyakit diabetes mellitus dan komplikasinya, penerapan pola hidup
sehat, dan penjelasan tentang obat-obatan yang diminum, baik cara kerja,
sampai efek sampingnya. Sebaiknya dilakukan monitoring secara
berkelanjutan menngenai pengobatan penderita baik itu dari petugas
kesehatan ataupun dari keluarga penderita sendiri.
-
Secara psikologis, dengan memberi dukungan kepada penderita, yaitu
dengan cara meningkatkan kasih sayang, keharmonisan dalam keluarga
dijaga dengan baik dan perhatian kepada penderita serta selalu
mengawasi minum obat.
-
Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita,
dimana untuk pengobatan dibetes mellitus sudah ditanggung asuransi
JKBM sehingga penderita dan keluarga dapat segera mengurus segala
keperluan untuk mencari pengobatan dengan memanfaatkan JKBM.
-
Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi dan budaya setempat serta selama
pengobatan disarankan agar keluarga tetap menjalankan ibadah
sebagaimana mestinya.
Page | 13
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.1.1 Keluarga binaan dalam laporan kasus kedokteran keluarga ini memiliki
lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu baik, keadaan ekonomi
rendah, serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih rendah.
4.1.2 Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini masih kurang,
terutama mengenai faktor risiko penyakit yang berkaitan erat dengan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
4.1.3 Selama kegiatan PPD ini, khususnya di keluarga binaan I Wayan Sadiya telah
dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut
promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
serta motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang
penyakit yang sedang atau pernah diderita.
1.2 Saran
4.2.1 Menyarankan pasien agar selalu rutin minum obat dan mengatur pola makan
tiap harinya serta rajin kontrol ke puskesmas terdekat.
4.2.2
Keluarga sebaiknya mendukung pengobatan pasien secara psikis, fisik, dan
material sehingga meringankan beban pikiran dan tenaga pasien.
4.2.3
Pasien harus rutin berolahraga serta ikut menjaga dirinya agar dapat
mengurangi paparan faktor resiko penyakitnya.
Page | 14
Page | 15
Download