6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Operasi Menurut

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Manajemen Operasi
Menurut Robbins dan Coulter (2005:8), manajemen adalah proses
pengkoordinasian
kegiatan-kegiatan
pekerjaan
sehingga
pekerjaan
tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Definisi lain
juga diberikan oleh Griffin (2004:27), manajemen adalah serangkaian aktivitas
(termasuk
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan,
pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya
organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Selanjutnya Alam S. (2007:127), mengatakan bahwa manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan
anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari batasan pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
merupakan ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Menurut Heizer dan Render (2009:4), manajemen operasi adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah
input menjadi output. Sedangkan menurut Herjanto (2008:2), manajemen operasi
merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa, atau
kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumberdaya produksi menjadi
keluaran yang diinginkan.
Dan Chase, Aquilano, dan Jacobs (2006:6) menyatakan: “Operation
management is defined as the design, operation, and improvement of the system that
create and deliver the firm’s primary products and services”.
Dari ketiga pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
operasi adalah serangkaian kegiatan untuk mengubah input menjadi output melalui
proses transformasi.
Semua manajer yang baik melaksanakan fungsi-fungsi dasar proses
manajemen. Proses manajemen (management process) terdiri dari perencanaan,
6
7
pengorganisasian, pengaturan pekerja, pengarahan, dan pengendalian. Manajer
operasi menerapkan proses manajemen ini pada pengambilan keputusan dalam
fungsi manajemen operasi.
Menurut Melnyk (2002:6), manajemen operasional terintegrasi pada 3
komponen utama yang mendukung dalam proses organisasi, diantaranya :
•
Customer (Pelanggan)
Customer merupakan seseorang yang selalu mengkonsumsi kebutuhan pada
sistem manajemen operasional. Customer merupakan orang yang memiliki peran
khusus dimana selalu memberikan saran serta pendapat di awal dan di akhir
sistem manajemen operasional paling tidak, perusahaan dengan jelas dapat
diidentifikasikan pada segmen pasar dan pada segmen customer itu sendiri.
Keefektifitas serta keefisienan fungsi manajemen operasional tidak dapat
terstruktur.
•
Process (Proses)
Sebuah proses dalam perusahaan merupakan hubungan dari semua aktifitas yang
diperlukan
untuk
mengubah
input
menjadi
output
(hasil).
Proses
menggambarkan keseluruhan input, aktifitas perubahan, dan output pada
keseluruhan sistem. Hal itu menandakan hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah
kegiatan serta menspesifikasikan bahan apa yang dibutuhkan dan seberapa besar
jumlahnya. Proses juga menggambarkan kegiatan yang diperlukan untuk
mengubah input mejadi output. Pada akhirnya seluruh kegiatan pemeriksaan
dilakukan untuk memastikan bahwa semua memenuhi standar kualitas,
kuantitas, lead time, atau pembagian waktu. Proses manajemen operasional
dapat melibatkan produksi pada sebuah produk atau jasa.
•
Capacity (Kapasitas)
Saat proses menjelaskan bagaimana sistem manajemen operasional bekerja,
kapasitas mendeterminasikan seberapa besar sistem produksi. Untuk kebanyakan
orang, kapasitas mengartikan seberapa besar dari hasil yang diproduksi
perusahaan, bahkan membatasi hasil per unit dalam satuan waktu.
Menurut Heizer dan Render (2009:56-57), diferensiasi, biaya rendah dan
respons yang cepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam
sepuluh wilayah manajemen operasional. Keputusan ini dikenal sebagai keputusan
8
operasi (operations decisions). Berikut sepuluh keputusan manajemen operasional
yang mendukung misi dan menerapkan strategi:
1. Perancangan barang dan jasa. Perancangan barang dan jasa menetapkan
sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya,
kualitas dan sumber daya manusia bergantung pada keputusan perancangan.
2. Kualitas. Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan
dan prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar
kualitas tersebut.
3. Perancangan proses dan kapasitas. Keputusan proses yang diambil membuat
manajemen mengambil komitmen dalam hal teknologi, kualitas, penggunaan
sumber daya manusia dan pemeliharaan yang spesifik. Komitmen
pengeluaran dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar suatu
perusahaan.
4. Pemilihan lokasi. Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa
menentukan kesuksesan perusahaan.
5. Perancangan tata letak. Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan,
tingkat
karyawan,
keputusan
teknologi
dan
kebutuhan
persediaan
mempengaruhi tata letak.
6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan. Manusia merupakan bagian
yang integral dan mahal dari keseluruhan rancang sistem. Karenanya, kualitas
lingkungan kerja diberikan, bakat dan keahlian yang dibutuhan, dan upah
yang harus ditentukan dengan jelas.
7. Manajemen rantai pasokan. Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat
dan apa yang harus dibeli.
8. Persediaan. Keputusan persediaan dapat dioptimalkan hanya jika kepuasan
pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumber daya manusia
dipertimbangkan.
9. Penjadwalan. Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus
dikembangkan.
10. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas
yang diinginkan.
Menurut Heizer dan Render (2009:51), perusahaan mencapai misi mereka
melalui tiga cara yakni:
9
1. Bersaing dalam diferensiasi.
Diferensiasi berhubungan dengan penyajian sesuatu keunikan. Diferensiasi
harus diartikan melampaui ciri fisik dan atribut jasa yang mencakup segala
sesuatu mengenai produk atau jasa yang mempengaruhi nilai.
2. Bersaing dalam biaya.
Kepemimpinan biaya rendah berarti mencapai nilai maksimum sebagaimana
yang diinginkan pelanggan. Hal ini membutuhkan pengujian sepuluh
keputusan manajemen operasi dengan usaha yang keras untuk menurunkan
biaya dan tetap memenuhi nilai harapan pelanggan. Strategi biaya rendah
tidak berarti nilai atau kualitas barang menjadi rendah.
3. Bersaing dalam respons.
Keseluruhan nilai yang terkait dengan pengembangan dan pengantaran
barang yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat diandalkan dan kinerja
yang fleksibel. Respons yang fleksibel dapat dianggap sebagai kemampuan
memenuhi perubahan yang terjadi di pasar dimana terjadi pembaruan
rancangan dan fluktuasi volume.
Tiga strategi yang ada masing-masing memberikan peluang bagi para
manajer operasi untuk meraih keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing berarti
menciptakan sistem yang mempunyai keunggulan unik atas pesaing lain. Idenya
adalah menciptakan nilai pelanggan (customer value) dengan cara efisien dan efektif.
Secara umum, kegiatan operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan
dengan penciptaan, atau pembuatan barang, jasa atau kombinasinya melalui proses
transformasi dari masukan sumber daya produk menjadi keluaran yang diinginkan.
Umpan balik dari konsumen dan informasi mengenai performa produk dan jasa
tersebut digunakan untuk melakukan penyesuaian yang berkelanjutan terhadap input,
proses transformasi dan output, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.
10
Gambar 2.1. Proses Transformasi Input Menjadi Output
Sumber : Reid (2009:3)
Organisasi dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu organisasi
manufaktur dan jasa, masing-masing memiliki tantangan unik pada fungsi
operasinya. Terdapat dua perbedaan utama antara kategori ini. Pertama, organisasi
manufaktur memproduksi barang berwujud yang dapat disimpan sebelum
dibutuhkan. Sedangkan, organisasi jasa tidak dapat memproduksi sebelum
dibutuhkan, karena sifat jasa adalah tidak dapat disimpan. Kedua, dalam organisasi
manufaktur kebanyakan konsumen tidak memiliki kontak langsung dengan kegiatan
operasi, kontak konsumen terjadi lewat distributor dan pedagang eceran, sedangkan
pada organisasi jasa konsumen harus ada ketika jasa tersebut diproduksi.
Namun banyak produk terbentuk dari kombinasi antara barang dan jasa.
Organisasi manufaktur juga menyediakan jasa sebagai bagian dari penawaran
mereka terhadap konsumen, atau juga mengkonsumsi jasa ketika proses distribusi
barang, begitu pula pada organisasi jasa.
Perbedaan antara barang dan jasa ditunjukkan pada gambar 2.2., yang mana
berfokus pada dimensi wujud produk dan tingkat atas kontak dengan konsumen.
11
Gambar 2.2. Karakteristik Organisasi Manufaktur dan Jasa
Sumber : Reid (2009:6)
2.2.
Produksi
Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)
dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Menurut Joesron dan
Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih lanjut Putong (2002)
mengatakan produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu
barang. Kegunaan suatau barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau
lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan
dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya
yang minimum.
Menurut Nicholson (2003:50) menyatakan produksi merupakan hasil akhir
dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau
input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi mengandung
hubungan antar tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil
yang akan diperoleh. Sehingga produksi merupakan hasil akhir dari proses atau
aktivitas dengan memanfaatkan beberapa masukan alat input. Dengan pengertian ini
dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input
atau masukan untuk menghasilkan output.
Dari kedua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa produksi adalah kegiatan
mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dengan menciptakan nilai guna pada
12
produk tersebut. Dalam penelitian ini, produksi akan difokuskan pada biaya
produksi.
Adapun tujuan produksi adalah produktivitas, sedangkan tujuan manajemen
produksi adalah pencapaian produktivitas secara efisien dan efektif (Sukanto
Reksohadiprodjo, 2003:3). Untuk melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik,
maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi.
Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem-sub sistem yang saling
berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi
(Arman dan Yudha, 2008:1-2). Jadi tujuan produksi itu sendiri adalah barang dengan
spesifikasi tertentu memenuhi permintaan pelanggan.
Menurut Sofjan Assauri (2004:22) secara umum fungsi produksi terkait
dengan pertanggungjawaban dalam kegiatan mentransformasikan masukan (input)
menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa yang akan memberikan hasil
pendapatan bagi perusahaan. Untuk melakukan fungsi tersebut diperlukan
serangkaian kegiatan yang merupakan keterkaitan dan menyatu serta menyeluruh
sebagai suatu sistem. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi dan
operasi ini dilaksanakan oleh beberapa bagian yang terdapat dalam suatu perusahaan,
baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi menurut
Mahanam P. Tampubolon, (2004:3) adalah:
1. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk
pengolahan masukan (input).
2. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian
yang perlu untuk penetapan dan metode yang akan dijalankan, sehingga
proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Perencanaan, merupakan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan
produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau
periode tertentu.
4. Pengendalian dan pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga
maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (input)
pada kenyataannya dapat dilaksanakan.
2.2.1. Proses Produksi
13
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan
atau menambah kegunaan barang atau jasa.
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana
produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002:35)
proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu
barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Proses produksi pada hakekatnya merupakan proses perubahan (transformasi)
dari bahan/komponen (input) menjadi produk yang lain yang mempunyai nilai.
Proses produksi saat ini berkembang pesat karena kemajuan teknologi dan didorong
oleh usaha untuk meningkatkan kualitas produktivitas dan fleksibilitas produk.
Proses produksi dapat dibedakan baik atas dasar karakterisktik aliran
prosesnya maupun tipe pesanan langganan. Dapat diklasifikasikan ke dalam 5
kategori:
a. Aliran Garis (Line Flow Process)
Aliran garis yaitu penyusunan stasiun kerja berdasarkan urutan operasi
pembuatan produk menurut langkah – langkah standar dalam proses
produksi. Pola Aliran Garis tidak begitu fleksibel dalam memenuhi
perubahan desain dan volume produk. Tapi persediaan diminimalkan,
skeduling tidak ada masalah dan pengendalian kualitas mudah karena hanya
mengikuti arus produk. Pola aliran garis merupakan suatu proses dari bahan
mentah sampai menjadi produk akhir dan urutan operasi – operasi yang
digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa selalu tetap. Line Flow
Process dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
•
Produksi Massa (Mass Production)
•
Produksi Terus – menerus (Continuous Production)
b. Aliran Intermitern (Job Shop atau Jumbled Flow Process)
14
Aliran Intermitern adalah suatu proses produksi di mana produk dibuat
menurut aliran terputus – putus atau tidak kontinu. Peralatan dan tenaga kerja
dilekelompokkan dalam pusat kerja menurut jenis pekerjaan. Operasinya
sangat fleksibel terhadap perubahan dalam perubahan volume atau produk,
karena operasi – operasinya menggunakan peralatan serba – guna dan tenaga
kerja berketrampilan tinggi. Namun fleksibilitas ini sering menimbulkan
masalah dalam pengendalian persediaan, penjadwalan dan pengendalian
kualitas serta tidak efisien.
c. Proyek (Project)
Proyek merupakan suatu proses produksi di mana tidak ada aliran produk tapi
setiap proyek mempunyai urutan tertentu dalam proses operasinya. Biasanya
material, peralatan & tenaga kerja dibawa ke lokasi proyek. Serta memiliki
kegiatan awal & akhir dengan batas waktu penyelesaian. Bentuk ini tidak
cocok untuk proses manufacturing karena proyek hanya dikerjakan sekali
saja. Bentuk operasi – operasi proyek digunakan bila ada kebutuhan akan
kreativitas dan kekhususan dalam pembuatan suatu produk.
d. Sistem Manufaktur Fleksibel (Flexible Manufacturing System)
Sistem manufaktur fleksibel merupakan autamated cell untuk menghasilkan
sekelompok
komponen,
dimana
semua
komponen
butuh
proses
manufacturing serupa tapi urutan dari operasi tidak selalu sama. Sistem ini
membutuhkan investasi awal yang besar serta bertujuan untuk memberi
respon secara tepat terhadap keinginan pelanggan terutama terkait dengan
perubahan dalam desain, jumlah dan pelayanan produk.
e. Sistem Manufaktur Tangkas (Agile Manufacture System)
Sistem manufaktur tangkas merupakan suatu sistem yang mengkombinasikan
visi kompetitif dengan kreatifitas dan aplikasi teknologi. Dimana ada 4
dimensi antara lain:
•
Memperkaya nilai kepada pelanggan,
•
Bekerjasama dalam meningkatkan daya saing perusahaan,
•
Mengoperasikan perubahan dan ketidakpastian, dan
•
Menelaah pengaruh dari informasi.
2.2.2. Biaya Produksi
15
Menurut Hansen dan Mowen (2002:24), biaya produksi adalah biaya yang
bekaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Sedangkan menurut
Sutrsisno (2001:3), biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
bahan baku menjadi produk selesai. Biaya ini dikeluarkan oleh departemen produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
Klasifikasi biaya produksi adalah proses pengelompokan secara sistematis
atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas untuk dapat memberi informasi yang lebih penting. Adapun klasifikasi atau
penggolongan biaya produksi adalah sebagai berikut :
1. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran
Penggolongan biaya yang paling sederhana adalah penggolongan atas dasar
obyek pengeluaran, yaitu berupa penjelasan mengenai obyek suatu
pengeluaran. Dalam perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi tiga
golongan biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Biaya dapat digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi dimana biaya tersebut
terjadi. Pada perusahaan manufaktur terdapat beberapa fungsi, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum, sehingga biayabiaya yang terjadi bila dikaitkan dengan fungsi pokok perusahaan manufaktur
tersebut dapat digolongkan menjadi :
•
Biaya Produksi
Biaya produksi yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk pengolahan bahan
baku menjadi produk jadi. Biaya produksi ini terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
•
Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum yaitu biaya-biaya yang terjadi berkaitan
dengan penyusunan kebijaksanaan dan pengarahan perusahaan secara
keseluruhan atau biaya-biaya yang terjadi untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk.
•
Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
pemasaran produk. Biaya ini berhubungan dengan usaha untuk
16
memperoleh
pesanan.
Untuk
memperoleh
pesanan,
perusahaan
mengeluarkan biaya, seperti biaya iklan, biaya promosi dan biaya gaji
karyawan yang melaksanakankegiatan pemasaran. Sedangkan untuk
memenuhi pesanan, perusahaan mengeluarkan biaya angkutan dari
gudang perusahaan ke gudang pembeli.
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Biaya dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai maka biaya-biaya
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi dan penyebab satu-satunya
adalah sesuatu yang dibiayai.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai.
Perbedaan biaya langsung maupun tidak langsung dikaitkan dengan
produk sangat diperlukan bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu
macam produk dan manajemen menghendaki penentuan harga pokok per
jenis produk tersebut. Dalam hubungannya dengan produk, biaya
produksi dibagi menjadi tiga unsur, yaitu bahan langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ( biaya produksi tidak
langsung ).
4. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan
Di dalam pengendalian biaya dan pengambilan keputusan, biaya ini
digolongkan sebagai :
a. Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap tidak terpengaruh
adanya perubahan volume kegiatan dalam batas-batas tertentu.
b. Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya semivariabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
sesuai dengan perubahan volume kegiatan.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran
pendapatan. Pengeluaran modal merupakan biaya yang mempunyai manfaat
lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu
tahun kalender). Sedangkan pengeluaran pendapatan merupakan biaya yang
17
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran
tersebut.
Tujuan dalam penentuan biaya produksi, yaitu :
1. Untuk menetapkan jumlah biaya produksi secara tepat.
Bukti-bukti
transaksi
untuk
mendukung
adanya
pengeluaran
biaya
dikumpulkan dan digunakan sebagai dasar pencatatan atas terjadinya biaya.
Jumlah yang berhubungan dengan biaya produksi dikumpulkan dan dicatat
tersendiri sebagai dasar penentuan biaya produksi. Pengumpulan bukti,
pencatatan dan penentuan atas terjadinya biaya produksi yang tepat akan
menghasilkan penetapan biaya produksi yang tepat pula.
2. Membantu manajemen mengadakan pengendalian biaya yang tepat.
Adanya pengumpulan bukti transaksi, pencatatan dan penentuan biaya
produksi yang tepat dapat membantu manajemen mengadakan pengawasan
atas
pengeluaran
biaya
tersebut.
Pengawasan
tersebut
dengan
membandingkan antara biaya yang sesungguhnya dan biaya yang ditentukan
di muka atau standar yang kemudian dapat diambil kebijaksanaan tindakan
apabila timbul penyimpangan dari standarnya.
3. Membantu manajemen dalam pengambilan keputusan jangka pendek.
Perhitungan biaya produksi pada perusahaan yang semakin kompleks,
menjadi alat yang tidak dapat ditinggalkan oleh manajemen. Harga pokok
dinilai sebagai suatu ukuran efisiensi dari kegiatan produksi perusahaan.
Tujuan penetapan biaya produksi yang lain bagi perusahaan yaitu untuk
membantu pengambilan keputusan baik dalam hal pembelian bahan baku,
pembelian mesin dan alat perlengkapan baru perusahaan, serta menentukan
harga jual dan untuk menentukan dasar-dasar keuntungan yang dicapai
perusahaan.
2.3.
Permintaan
Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas,
sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi tidak semua kebutuhan
akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat
mengkonsumsi barang/jasa yang ia butuhkan. Sementara itu, yang dimaksud dengan
18
kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan
mengkonsumsikan barang dan jasa.
Menurut Suhartati dan Fathurrozi (2002) juga memaparkan pengertian
permintaan dari kacamata ilmu ekonomi yaitu berbagai jumlah barang dan jasa yang
diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Definisi ini
menunjukkan jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga,
artinya dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan
adalah jumlah barang yang diminta konsumen pada suatu waktu, yang didukung oleh
daya beli. Daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang
yang diinginkan, biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya
beli tersebut juga relatif terbatas seperti halnya sumber-sumber ekonomi lainnya.
Pada perusahaan-perusahaan yang berproduksi dengan sistem make to order,
beberapa aktivitas seperti perakitan akhir dan pembuatan komponen memang dapat
ditunda sampai ada permintaan definitif, namun tetap sebagian aktivitas seperti
penyediaan bahan baku dan kapasitas dilakukan atas dasar perkiraan atau peramalan.
Dengan demikian, dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang dapat menghindar dari
kegiatan memperkirakan atau meramalkan permintaan untuk keperluan perencanaan
aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan sebelum permintaan definitif datang dari
pelanggan.
Pada banyak kasus, pola permintaan tidak mudah dipenuhi secara efektif oleh
perusahaan. Sebagai contoh, permintaan yang sifatnya musiman menyebabkan
sebagian dari permintaan tersebut terpaksa tidak dapat terpenuhi atau dapat dipenuhi
dengan biaya-biaya yang lebih tinggi. Oleh karena itu perusahaan harus sesering
mungkin secara proaktif mengelola permintaan sehingga menjadi lebih mudah
dipenuhi.
Permintaan pasar terhadap suatu produk ditentukan oleh banyak faktor.
Menurut Rahardja dan Manurung (2004) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi permintaan suatu barang, yaitu:
1. Harga Barang Itu Sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen
terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu
barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan
menurun. Hal ini membawa kita ke hukum permintaan, yang menyatakan
19
“Bila harga suatu barang naik, cateris paribus, maka jumlah barang yang
diminta akan berkurang, dan sebaliknya”.
2. Harga Barang Lain Yang Terkait
Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi
kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua
macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen
(pelengkap).
3. Tingkat Pendapatan Per Kapita
Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi
tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap
suatu barang meningkat.
4. Selera atau Kebiasaan Konsumen
Selera atau kebiasaan konsumen juga dapat mempengaruhi permintaan suatu
barang. Selera konsumen dapat disebabkan oleh perubahan umur, perubahan
pendapatan, perubahan lingkungan, dan sebagainya.
5. Jumlah Penduduk
Permintaan suatu barang berhubungan positif dengan jumlah penduduk.
Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bertambah,
sehingga permintaan terhadap barang akan meningkat.
6. Perkiraan Harga di Masa Mendatang
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik di masa
mendatang, maka sebaiknya kita membeli barang itu sekarang, sehingga
mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat
belanja di masa mendatang.
7. Distribusi Pendapatan
Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah,
sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.
8. Usaha-Usaha Produsen Meningkatkan Penjualan
Dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli
barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Seperti
halnya iklan, memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru
atau menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Untuk barangbarang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan orang tentang
adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli. Promosi penjualan
20
lainnya, seperti pemberian hadiah kepada pembeli dan potongan harga
apabila membeli suatu barang.
2.4.
Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2009:162), peramalan (forecasting) adalah seni
atau ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan
dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa
mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Hal ini bisa juga merupakan
prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Hal ini pun dapat dilakukan dengan
menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan
yang baik dari seorang manajer.
Selanjutnya Schroeder (2007:214), mengatakan bahwa “Forecasting is the
art and science of predicting future events. Until the last decade, forecasting was
largely an art, but it has now become a science as well.” Yang artinya, peramalan
merupakan suatu seni dan ilmu untuk memprediksi masa yang akan datang. Sampai
masa sepuluh tahun terakhir, sebagian besar dari peramalan adalah sebuah seni,
namun saat ini peramalan juga menjadi sebuah ilmu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peramalan berkaitan dengan
upaya untuk memperkirakan apa yang terjadi dimasa depan, berbasis pada metode
ilmiah (ilmu dan teknologi) serta dilakukan secara sistematis. Serta peramalan itu
adalah kegiatan yang bersifat teratur, berupa memprediksi masa depan dengan
menggunakan tidak hanya metode ilmiah namun juga mempertimbangkan hal-hal
yang bersifat kualitatif (perasaan, pengalaman dan lain-lain).
Berikut adalah penjelasan mengenai peramalan yang diklasifikasikan
berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya menurut Render (2009),
yaitu:
1. Peramalan jangka pendek,
Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya
kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan
pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan
tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah,
Peramalan jangka menengah atau intermediate umumnya mencakup hitungan
bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan
21
penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta
menganalisis bermacam-macam rencana operasi.
3. Peramalan jangka panjang.
Peramalan ini umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih.
Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru,
pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan
pengembangan (litbang).
Terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara
mengatasi semua model keputusan. Pendekatan yang satu adalah analisis kuantitatif
dan pendekatan lain adalah analisis kualitiatif.
1. Peramalan kuantitatif (quantitative forecast) menggunakan model matematis
yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk
meramalkan permintaan.
2. Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast) menggabungkan
faktor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil
keputusan untuk meramal.
Menurut Heizer dan Render (2009:164), organisasi pada umumnya
menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan organisasi di masa
depan:
1. Peramalan ekonomi (economic forecast), menjelaskan siklus bisnis dengan
memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk
membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya.
2. Peramalan teknologi (technological forecast), memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik,
yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast), merupakan proyeksi permintaan
suatu produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga
peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem
penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan
sumber daya manusia.
22
Menurut Heizer dan Render (2009:168), peramalan memiliki dua model yang
terdiri dari masing-masing metode yaitu:
1. Model deret waktu
Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan
merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang
terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut
untuk melakukan peramalan.
2. Model asosiatif
Model
asosiatif
(hubungan
sebab
akibat),
seperti
regresi
linier,
menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi
kuantitas yang sedang diramalkan.
2.5.
Perencanaan Kapasitas
Menurut Chase dan Jacobs (2005:430), kapasitas adalah kemampuan untuk
menampung, menerima, menyimpan, atau mengakomodasi. Dalam pandangan bisnis
secara umum, kapasitas sering dilihat sebagai jumlah output yang dapat dicapai
sebuah sistem selama periode waktu tertentu. Dalam industri manufaktur, kapasitas
diartikan sebagai jumlah yang dapat diproduksi oleh mesin dalam suatu ukuran
waktu.
Berikut adalah jenis perencanaan menurut horizon waktu, seperti yang
terlihat pada gambar 2.3. berikut ini.
Gambar 2.3. Dimensi Waktu Strategi Perencanaan Kapasitas
Sumber: Brown (2001:184)
23
Keputusan
yang
diambil
oleh
seorang
manajemen
operasi
dalam
merencanakan kapasitas akan memberikan beberapa pengaruh yang berbeda terhadap
kinerja. Menurut Pycraft (2000:379), pengaruh-pengaruh tersebut antara lain adalah
biaya, pendapatan, modal kerja, kualitas, dan kecepatan dalam merespon kebutuhan
pasar. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan
perencanaan kapasitas harus mempertimbangkan pengaruhnya pada keempat aspek
tersebut.
Menurut Greasley (2008:67), terdapat 3 strategi utama dalam perencanaan
kapasitas yaitu:
•
Level capacity
•
Chase capacity
•
Demand management
Kedua strategi utama yaitu level capacity dan chase capacity adalah
menekankan pada penyesuaian kapasitas terhadap permintaan, jadi variabel yang
diubah-ubah adalah kapasitas, sedangkan pada strategi demand management,
variabel yang diubah adalah permintaan, jadi perusahaan melakukan penyesuaian
permintaan terhadap kapasitas yang dimiliki salah satu caranya dengan menerapkan
marketing mix.
2.6.
Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat dibutuhkan oleh para manajer operasional untuk
menentukan jalan terbaik dalam meningkatkan kapasitas dan memenuhi permintaan
yang diperoleh dari peramalan dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga
kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain
yang dapat dikendalikan dengan tujuan untuk meminimalkan total biaya produksi
(Heizer dan Render, 2009:148). Jadi konsep dari perencanaan agregat menurut
Brown (2000:171) adalah untuk memilih strategi yang dapat menyerap fluktuasi
permintaan secara ekonomis.
Menurut Heizer dan Render (2009:149) input dari perencanaan agregat terdiri
dari 4 hal utama, yaitu sumber daya, peramalan permintaan, kebijakan perusahaan,
dan biaya. Berikut akan dijelaskan masing-masing dari 4 hal tersebut.
•
Sumber daya, terdiri dari sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki
perusahaan.
24
•
Peramalan permintaan yang diperoleh dari data historis permintaan masa lalu,
yang digunakan untuk memprediksi jumlah permintaan di masa depan.
•
Kebijakan perusahaan, di dalamnya misalnya adalah subkontrak dengan
perusahaan lain. Kebijakan mengenai tingkat persediaan, pemesanan kembali,
dan melakukan lembur.
•
Biaya, yang termasuk dalam biaya adalah penyimpanan persediaan, biaya
pemesanan, biaya yang muncul bila melakukan subkontrak, dan biaya lembur
serta biaya bila terdapat perubahan persediaan.
Sedangkan output atau hasil yang diinginkan dari perencanaan agregat adalah:
•
Meminimalkan besarnya biaya total yang harus dikeluarkan atas perencanaan
yang dibuat.
•
Proyeksi atas tingkat persediaan, yang termasuk didalamnya adalah
persediaan, output, pekerja, subkontrak, dan pemesanan kembali.
•
Memaksimalkan tingkat pelayanan konsumen.
•
Meminimalisir perubahan pada tingkat angkatan kerja dan tingkat produksi.
•
Memaksimalkan penggunaan atas unit-unit produksi dan perlengkapan
produksi.
Menurut Heizer dan Render (2009:148), perencanaan agregat (aggregate
planning) merupakan suatu pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu
produksi pada jangka menengah (biasanya 3 hingga 18 bulan ke depan). Sedangkan
menurut Herjanto (2008:193), perencanaan agregat merupakan jantung dari
perencanaan menengah yang bertujuan untuk mengembangkan suatu rencana
produksi secara menyeluruh yang fisibel dan optimal.
Sedangkan Schroeder (2007:233) mendefinisikan: “Concerned with matching
supply and demand of output over medium time range, up to approximately 12
months into future.” Yang artinya memfokuskan untuk melakukan penyesuaian
antara tingkat produksi yang ditawarkan dengan tingkat permintaan untuk 12 bulan
mendatang.
Selanjutnya Panneerselvam (2012:322) mengatakan aggregate planning is a
process that follows capacity planning, and it uses medium range forecast. The plans
do not necessarily have to be so detailed as to provide spesific instructions for daily
or weekly operations such as loading, sequencing, expediting, and dispatching.
25
Pengertian tersebut berarti perencanaan agregat merupakan suatu proses yang
mengikuti perencanaan kapasitas, dan menggunakan perkiraan jangka menengah.
Perencanaan ini tidak harus selalu terperinci dalam memberikan instruksi yang
spesifik untuk kegiatan operasi harian atau mingguan seperti memuat, mengurutkan,
ekspedisi, dan pengiriman.
Dari batasan pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan agregat merupakan suatu perencanaan jangka menengah (3 hingga 18
bulan ke depan) yang bertujuan untuk menentukan kegiatan operasi harian atau
mingguan.
Mengapa perencanaan agregat perlu dilakukan? Terdapat 4 poin alasan
pentingnya dilakukan perencanaan agregat, yaitu:
•
Untuk memaksimalkan penggunaan fasilitas dan meminimalkan resiko
kelebihan penggunaan atas fasilitas dan fasilitas yang menganggur.
•
Memastikan ketersediaan kapasitas yang cukup untuk memuaskan
permintaan yang diharapkan.
•
Merencanakan perubahan pada kapasitas produksi yang sistematik untuk
mencapai puncak dan lembah pada kurva permintaan pelanggan.
•
Memperoleh keluaran yang paling optimum dari sumber daya yang
tersedia.
Menurut
Nasution
(2003:255)
fungsi
perencanaan
agregat
adalah
menyesuaikan kemampuan produksi dalam menghadapi permintaan pasar yang tidak
pasti dengan mengoptimumkan penggunaan tenaga kerja dan peralatan produksi
yang tersedia sehingga total biaya produksi dapat ditekan seminim mungkin. Dan
pendapat tersebut juga didukung oleh Chase (2005:516) yang menyatakan bahwa
fungsi dari perencanaan agregat adalah menentukan kombinasi yang optimal dari
tingkat produksi, jumlah tenaga kerja, dan tingkat persediaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi dari perencanaan agregat adalah
untuk menentukan perencanaan operasional jangka menengah guna mengoptimalkan
kombinasi penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi
permintaan pasar yang tidak menentu dengan tetap mempertimbangkan efisiensi
biaya.
2.6.1. Pilihan Perencanaan (Planning Options)
26
Permasalahan
perencanaan
agregat
dapat
diselesaikan
dengan
mempertimbangkan berbagai keputusan pilihan yang tersedia. Pilihan perencanaan
menurut Heizer dan Render (2009:150) dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu dengan
memodifikasi permintaan dan pilihan kedua adalah memodifikasi kapasitas, berikut
penjelasannya.
a. Pilihan Kapasitas (Capacity Option)
Pilihan kapasitas merupakan pilihan yang tidak berusaha mengubah
permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan dengan
mengubah kapasitas yang tersedia. Pilihan kapasitas terdiri dari 5 pilihan,
yaitu:
•
Mengubah tingkat persediaan.
Dengan cara meningkatkan persediaan selama periode permintaan
rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang.
Konsekuensinya muncul biaya yang berkaitan dengan penyimpanan.
•
Meragamkan jumlah tenaga kerja dengan merekrut (hire) atau
memberhentikan (layoff).
Dimana jumlah karyawan disesuaikan dengan tingkat produksi yang
diinginkan. Konsekuensinya adalah moral pekerja dan produktivitas
yang terpengaruh, serta munculnya biaya pelatihan dan perekrutan.
•
Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong.
Dalam pilihan ini jumlah tenaga kerja dijaga tetap konstan, namun
waktu kerja yang diragamkan dengan mengurangi jam kerja ketika
permintaan rendah, dan melakukan lembur ketika permintaan tinggi.
Konsekuensinya muncul upah lembur yang lebih tinggi daripada upah
reguler.
•
Subkontrak.
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan
melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Pengertian
subkontrak dalam bidang manufaktur adalah melakukan realokasi
kebutuhan produksi antar perusahaan agar memperlancar proses
produksi. konsekuensinya adalah harga yang mahal ataupun kualitas
dari pemasok subkontrak yang tidak sesuai.
•
Penggunaan karyawan paruh waktu.
27
Umumnya di sektor jasa dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang tidak terampil.
b. Pilihan Permintaan (Demand Option)
Pilihan permintaan merupakan pilihan yang berusaha untuk mengurangi
perubahan pola permintaan selam periode perencanaan. Pilihan permintaan
terdiri dari 3 pilihan, yaitu:
•
Mempengaruhi permintaan.
Kegiatan promosi, iklan, dan diskon digunakan ketika permintaan
sedang rendah. Bagaimanapun iklan khusus, promosi, penjualan, dan
penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan
dengan kapasitas produksi.
•
Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima
perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk
dipenuhi pada saat itu. pilihan ini digunakan ketika pelanggan
berkenan menunggu tanpa kehilangan kehendak atas pesanannya.
Namun konsekuensinya adalah bisa berakibat kehilangan penjualan.
•
Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim
yang berbeda).
Perusahaan mengembangkan produk yang merupakan perpaduan dari
barang counterseasonal. Contohnya perusahaan yang membuat
pemanas dan pendingin ruangan, perusahaan yang menerapkan
pendekatan ini mungkin akan menghadapi produk atau jasa di luar
area keahlian atau di luar target pasar mereka.
2.6.2. Strategi Perencanaan Agregat
Menurut Heizer dan Render (2009:157) perencanaan agregat dapat dilakukan
dengan melakukan pilihan atas 2 strategi, yaitu strategi Chase dan strategi
Penjadwalan Bertingkat (Level Scheduling Strategy). Berikut penjelasan dari masingmasing strategi.
1. Chase Strategy
Chase Strategy merupakan strategi perencanaan yang menetapkan produksi
sama dengan prediksi permintaan (produksinya disesuaikan dengan
permintaan). Strategi ini mencoba untuk mencapai tingkat output untuk setiap
28
periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Sebagai
contoh, manajer operasi dapat mengubah-ubah tingkat tenaga kerja dengan
merekrut atau memberhentikan karyawan, atau dapat mengubah-ubah jumlah
produksi dengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau
subkontrak. Banyak organisasi jasa menyukai strategi perburuan ini karena
pilihan persediaan sangatlah sulit atau mustahil untuk diadopsi. Industri yang
telah beralih ke strategi perburuan meliputi sektor pendidikan, perhotelan,
dan konstruksi. Kelebihan dan kekurangan dari Chase Strategy adalah
sebagai berikut:
Kelebihan Chase Strategy:
•
Investasi pada persediaan rendah
•
Tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi (high labor utilization)
Kekurangan Chase Strategy:
•
Terdapat biaya untuk memperbaiki tingkat keluaran dan/atau tingkat
angkatan kerja
2. Level Scheduling Strategy
Strategi penjadwalan tingkat (level scheduling strategy) adalah rencana
agregat di mana tingkat produksi tetap sama dari periode ke periode
(produksinya konstan). Penjadwalan tingkat mempertahankan tingkat output,
tingkat produksi, atau tingkat tenaga kerja yang konstan pada horizon
perencanaan. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat
produksi mereka pada tingkat yang seragam dan memungkinkan untuk
membiarkan persediaan produk mereka naik atau turun untuk menopang
perbedaan antara jumlah permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan
alternatif bagi karyawan. Filosofi mereka adalah tenaga kerja yang stabil
menciptakan produk dengan kualitas lebih baik, lebih sedikit perputaran
karyawan dan ketidakhadiran, serta karyawan yang lebih berkomitmen
terhadap tujuan perusahaan. Penghematan lain mencakup karyawan yang
lebih berpengalaman, penjadwalan dan pengawasan yang lebih mudah, serta
lebih sedikit pembukaan dan penutupan usaha yang dramatis. Penjadwalan
bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan cukup stabil.
Kelebihan dan kekurangan strategi level adalah sebagai berikut:
29
Kelebihan Level Scheduling Strategy:
•
Tingkat keluaran dan angkatan kerja yang stabil
Kekurangan Level Scheduling Strategy:
•
Biaya persediaan yang tinggi
•
Meningkatkan overtime dan idle time
•
Utilisasi sumber daya bervariasi dari waktu ke waktu
30
2.7.
Kerangka Pemikiran
Berikut adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
PT. ERIJO BERSAUDARA
TEKNIK
Data historis
permintaan
Kapasitas
produksi
Kapasitas
jam kerja
Peramalan perkiraan permintaan
MAD, MSE, dan MAPE untuk
mengetahui metode peramalan
terbaik
Pembuatan model perencanaan
agregat
Metode
Grafik
Kapasitas
gudang
Perencanaan
produksi agregat
Reguler
Lembur
Metode
Forecasting
Perbandingan jam kerja untuk
mendapatkan biaya terendah
Subkontrak
Simpulan dan Saran
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
Sumber : Penelitian
Download