[Jurnal Kesehatan Masyarakat] AFIASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA TELUKAGUNG WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PLUMBON KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2014 The Relationship Of Knowledge And Attitude Of Mothers With Incidence Of Toddlers Pneumonia In Telukagung Uptd Health Center Plumbon Sub-District Indramayu District Of Indramayu 2014 H. Sutangi SKp, Mkes1 1 Dekan dan pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra Indramayu Kata kunci : pengetahuan, sikap, pneumonia balita Abstrak Pneumonia adalah penyakit yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk dan kesulitan bernafas, yang biasa disebut dengan nafas cepat, dan menyerang anak usia balita 0 – 5 tahun (Depkes, 2001). Kasus pneumonia balita di Puskesmas Plumbon tahun 2013 sebanyak 487 balita dari 3496 balita atau sebesar 13.93%. Dari jumlah itu, kasus terbanyak terjadi di Desa Telukagung, yaitu 119 balita dari 307 balita atau 38,76%. Faktor ibu mempunyai peran penting terhadap kejadian pneumonia balita walaupun secara tidak langsung.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tahun 2014.Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan metode penelitian case control.Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang ada di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.Mereka terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol.Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling.Pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, taraf kepercayaan sebesar 95% dengan nilai kemaknaan sebesar 5%.Hasil penelitian berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diketahui terdapat hubungan cukup kuat antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita.Sedangkan untuk variabel sikap, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan cukup kuat antara sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita.Dari hasil penelitian ini diharapkan Puskesmas Plumbon dapat mengoptimalkan peran tenaga kesehatan sebagai edukator dalam memberikan informasi tentang pneumonia balita kepada masyarakat khususnya ibu balita. Abstract Pneumonia is a disease that attacks the tissues of the lungs (alveoli) are characterized by coughing and difficulty breathing, commonly referred to rapid breathing, and attacked the toddler age children 0-5 years (Depkes, 2001). Infant pneumonia cases in health center plumbon in 2013 as many as 487 children from toddlers 3496 or by 13.93%. Of that amount, most cases occurred in the village of Telukagung, 119 of 307 infants or 38.76%. Maternal factors play an important role on the incidence of pneumonia toddler although indirectly. The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge and attitude of mothers with incidence of toddlers pneumonia in village telukagung sub-district of indramayu and district of Indramayu in 2014. This type of research is analytic survey using case-control study. The population in this study is toddler in the village Telukagung, Sub-District Indramayu, Indramayu district. They were divided into two groups, namely the case groups and control groups. The sampling technique in this research is by using purposive sampling method. Data processing using SPSS program version 16.0, 95% confidence level with a value of significance of 5%. The results of research based on the statistical test by using Chi-square,there is a strong enough correlation between knowledge of mothers with toddlers pneumonia. As for the attitude variable, there is a strong enough correlation between the attitude of mothers with infant pneumonia. From the results of this study are expected health center plumbon can optimize the role of health professionals as educators in providing information about pneumonia toddlers to the public, especially mothers. Keywords: toddlers 1 knowledge, attitude, pneumonia [Jurnal Kesehatan Masyarakat] AFIASI pada anak, pemberian imunisasi, pemenuhan status gizi, serta perilaku pencegahan penyakit. Di Indonesia, angka kesakitan (morbiditas) digunakan estimasi bahwa insidens pneumonia pada balita sekitar 10-20%. Sedangkan angka kematian (mortalitas) pada balita berdasarkan survei kematian balita tahun 2005 sebagian besar disebabkan karena pneumonia yaitu 23,6% (Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita : 2007). Di Jawa Barat, berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, penemuan penderita pneumonia pada balita adalah 39.11 %. Di Kabupaten Indramayu, berdasarkan pola penyakit penderita rawat jalan 0 - < 1 tahun pada puskesmas tahun 2012, pneumonia mencapai 4,59%. Sedangkan penderita 1 - 4 tahun pada puskesmas di Kabupaten Indramayu, pneumonia sebanyak 4,07%. Jadi total kasus pneumonia di Kabupaten Indramayu tahun 2012 yaitu 8,66%. (Profil Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2012). Berdasarkan laporan Puskesmas Plumbon Indramayu, kasus pneumonia balita tahun 2013 berdasarkan kunjungan sebanyak 487 balita dari 3496 balita, atau sebesar 13.93%. Distribusi penderita berdasarkan tempat, dari 9 desa di wilayah kerja Puskesmas Plumbon, Desa Telukagung menduduki peringkat teratas, yakni 119 balita dari 307 balita atau sebesar 38,76%. Hal serupa terlihat pada kasus pneumonia balita bulan Januari hingga Maret 2014, dimana dari 9 desa di wilayah kerja Puskesmas Plumbon, posisi teratas juga ditempati Desa Telukagung, dengan jumlah kasus pneumonia balita mencapai 34 kasus atau sebesar 8,63%. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak.Angka kematian anak di Indonesia yang disebabkan oleh penyakit pneumonia merupakan salah satu penyebab terbesar kematian pada balita. (Prof. Dr Ida Bagus, 2013). Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk dan kesulitan bernafas, yang biasa disebut dengan nafas cepat atau sesak nafas pada anak usia balita 0 – 5 tahun (Pedoman Promosi Penanggulangan Pneumonia Balita, 2001). Berdasarkan umur penderitanya, Pneumonia diklasifikasikan menyerang kelompok umur < 2 bulan dan kelompok umur 2 bulan – 5 tahun.Pada balita umur < 2 bulan, pneumonia diklasifikasikan menjadi pneumonia berat dan bukan pneumonia. Untuk pneumonia berat, disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengigau, demam (380C atau lebih) atau suhu yang rendah (di bawah 35,50C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang. Untuk bukan pneumonia, batuknya yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit pneumonia disebabkan oleh bakteri (streptococus pneumoniae), virus, mikoplasma dan protozoa. Agen penyebab penyakit itu selanjutnya akan menentukan tanda dan gejala pneumonia. Tak hanya itu, tanda dan gejala penyakit juga dipengaruhi oleh umur anak, daya tahan tubuh anak, luasnya area yang terkena, serta derajat kerusakan atau tingkat peradangannya.Namun, gejala umum dari pneumonia adalah demam tinggi, batuk (bisa berupa batuk kering dan batuk berdahak), nafas cepat, nafas bersuara, kadang merasakan nyeri dada, sesak napas atau kesulitan bernapas, serta pucat dan kadang kebiruan apabila sudah terjadi kekurangan oksigen.Pneumonia menular dalam bentuk droplet saat penderita batuk ataupun bersin.Salah satu faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita adalah faktor ibu.Pasalnya, pengetahuan dan sikap ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI Metode Penelitian ini dilaksanakan di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan metode penelitian case control untuk menyelidiki semua balita yang dinyatakan menderita pneumonia pada bulan Januari – Maret tahun 2014, dibandingkan dengan semua balita yang dinyatakan tidak menderita pneumonia pada bulan Januari – Maret tahun 2014. Populasi pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol.Untuk kelompok kasus dalam penelitian ini adalah balita di Desa Telukagung yang didiagnosa menderita pneumonia, yaitu sebanyak 34 balita. Sedangkan kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah 2 [Jurnal Kesehatan Masyarakat] balita yang tidak didiagnosa pneumonia di Desa Telukagung, yaitu sebanyak 360 balita. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non random sampling dengan menggunakan metode purposive sampling.Yaitu mengambil sampel didasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.Berdasarkan jumlah penderita dengan IR tertinggi di Puskesmas Plumbon terhitung sejak Januari – Maret 2014, yakni di Desa Telukagung dengan jumlah penderita mencapai 34 balita. Sehingga sampel kasus dalam penelitian ini diambil dari total populasi kasus (total sampling) yaitu 34 balita. Sedangkan untuk sampel kontrol diambil 34 balita dari jumlah populasi kontrol dengan teknik non random sampling, yang menggunakan metode purposive sampling. Jadi total sampel semuanya adalah 68 sampel. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk mengisinya.Sementara untuk data sekunder dalam penelitian ini meliputi data-data umum penderita pneumonia yang terjadi pada balita.Data sekunder ini diperoleh dari bagian program P2ISPA Puskesmas Plumbon Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Setelah data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner, peneliti melakukan pengolahan data yang meliputi editing, coding, entry data, dan tabulating.Analisis data dilakukan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji chi square. AFIASI Hasil Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel yang menggambarkan distribusi pengetahuan, distribusi sikap, distribusi kejadian pneumonia balita, dan hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita di Desa Telukagung, wilayah kerja UPTD Puskesmas Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.Data yang diperoleh dari kuesioner terseut selanjutnya dianalisa menggunakan computer. Analisis Univariat Berikut ini hasil distribusi frekuensi masing-masing faktor risiko terjadinya pneumonia pada balita dari seluruh total sampel yang berjumlah 68 balita. Untuk faktor risiko Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Pada Balita, diperoleh hasilbahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pneumonia balita pada kelompok kasus hanya 9 orang (13,2%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 20 orang (29,4%). Terdapat 25 orang (36,8%) pada kelompok kasus yang mempunyai pengetahuan kurang, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 14 orang (20,6%). (Lihat Tabel 1) Tabel 1 Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Balita di Desa Telukagung Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Tahun 2014 No Pengetahu an Ibu Kasus Kontrol Total N % N 1 Baik 9 13,2 20 2 Kurang 25 36,8 14 34 50 34 Jumlah % Untuk faktor risiko Sikap Ibu Terhadap Pneumonia Pada Balita, 29,4 29 42,6 bahwa responden yang memiliki sikap 20,6 39 57,4 mendukung terhadap pernyataan pneumonia 50 68 100 balita pada kelompok kasus hanya 11 orang (16,2%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 21 orang (30,9%). Terdapat 23 orang (33,8%) pada kelompok kasus yang memiliki % 3 [Jurnal Kesehatan Masyarakat] sikap tidak mendukung terhadap pernyataan pneumonia balita, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 13 orang (19,1%). (Lihat Tabel 2) AFIASI dengan uji statistik Spearman Correlation dengan mengunakan SPSS versi 16.0, menunjukkan hubungan cukup kuat antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita, yaitu dengan nilai SC = 0,327 atau 32,7%. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan cukup kuat antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita. (Lihat Tabel 3) Tabel 2 Distribusi Sikap Ibu Terhadap Pneumonia Balita di Desa Telukagung Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Tahun 2014 Tabel 3 N o Kasus Kontrol Sikap Ibu N % N % To tal % 1 Mendukung 11 16,2 21 30,9 32 47,1 2 Tidak Mendukung 23 33,8 13 19,1 36 52,9 34 50 34 50 68 100 Jumlah Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Pneumonia Balita di Desa Telukagung Kecamatan Indramayu Kabupaten IndramayuTahun 2014 Analisis Bivariat Sementara itu, untuk hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita, berdasarkan hasiluji statistik menggunakan Chi-square, didapatkan nilai Pvalue =0,015 nilai x2 hitung = 5.90 dengan derajat kebebasan (df) = 1 (nilai x2 tabel = 3,48). Karena nilai P-value < 0,05 dan nilai x2 hitung > x2 tabel, maka H0 ditolak. Itu berarti, ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita. Untuk mengetahui perbandingan seberapa besar terpapar atau tidak terpapar pada kasus dan kontrol, maka digunakan Odds Ratio, berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa nilai OR > 1 (3,37), maka sikap merupakan faktor resiko dan nilai CI 95% lebih dari 1 (1,246-9,157) sehingga OR bermakna. Dengan demikian, ibu balita yang mempunyai sikap tidak mendukung terhadap pernyataan pneumonia akan beresiko 3,37 kali lebih tinggi terkena penyakit pneumonia pada balitanya, dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai sikap mendukung. Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai spearman correlation (SC) dari dua variabel yaitu sikap ibu dengan kejadian penumonia balita, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistik spearman correlation dengan mengunakan SPSS versi 16.0 menunjukkan hubungan cukup kuat antara sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita yaitu dengan nilai SC = 0,295 atau 29,5%. Karena itu Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing faktor risiko dengan kejadian pneumonia pada balita.Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square. Untuk hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita, berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi-square, didapatkan nilai P-value =0,007 nilai x2 hitung = 7.27 dengan derajat kebebasan (df) = 1 (nilai x 2 tabel = 3,48), karena nilai P-value < 0,05 dan nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0 ditolak. Itu berarti, ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita.Untuk mengetahui perbandingan seberapa besar terpapar atau tidak terpapar pada kasus dan kontrol, maka digunakan Odds Ratio. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai OR > 1 (3,96). Itu berarti, pengetahuan merupakan faktor resiko dan nilai CI 95% lebih dari 1 (1,426-11,040) sehingga OR bermakna. Dengan demikian, ibu balita yang mempunyai pengetahuan kurang terhadap pneumonia akan beresiko 3,96 kali lebih tinggi terkena penyakit pneumonia pada balitanya, dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai pengetahuan baik.Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua variabel yaitu pengetahuan ibu dengan kejadian penumonia balita. Berdasarkan hasil perhitungan 4 [Jurnal Kesehatan Masyarakat] dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan cukup kuat sikap ibu dengan kejadian penumonia balita. (Lihat Tabel 4 AFIASI sikap ibu terhadap pneumonia balita, didapatkan 36 orang (52,9%) sikap ibu tidak mendukung (unfavorable) terhadap pernyataan pneumonia balita, dan hanya 32 orang (47,1%) sikap ibu yang mendukung (favorable). Hal ini dapat dilihat dari analisis jawaban pernyataan (kuesioner) terhadap pneumonia balita, yang didapatkan jawaban yang tidak mendukung dalam upaya pencegahan terhadap pneumonia, seperti menggunakan anti nyamuk bakar saat anak tidur, membiarkan anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, tidak menggunakan masker ketika sedang batuk pilek dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita, diketahui bahwa hasil analisis responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 25 responden (36,8%) dari 39 responden. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik hanya 9 responden (13,2%) dari 29 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita. Ibu yang memiliki pengetahuan baik, maka angka kejadian pneumonia balitanya rendah, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang, angka kejadian pneumonia balitanya akan tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arin Suci Priliani (2013), yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita. Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita, diketahui bahwa analisis responden yang memiliki sikap tidak mendukung (unfavorable) sebanyak 23 responden (33,8%) dari 36 responden. Sedangkan yang memiliki sikap mendukung (favorable) hanya 11 responden (16,2%) dari 32 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita. Ibu yang memiliki sikap mendukung (favorable) terhadap pneumonia balita, maka angka kejadian pneumonia balitanya rendah, sedangkan responden yang memiliki sikap tidak mendukung (unfavorable) terhadap pneumonia balita, angka kejadian pneumonia balitanya akan tinggi. Tabel 4 Hubungan SikapIbu dengan Kejadian Pneumonia Balitadi DesaTelukagungKecamatan Indramayu Kabupaten IndramayuTahun 2014 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 68 responden (ibu balita) di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, didapatkan 39 orang (57,4%) tingkat pengetahuan ibu kurang, dan 29 orang (42,6%) tingkat pengetahuan ibu baik. Masih terdapatnya ibu balita yang berpengetahuan kurang tentang pneumonia balita dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan, dan peran penyuluhan oleh petugas kesehatan.Mayoritas ibu balita di Desa Telukagung, mengenyam pendidikan hanya sampai SD. Sehingga mengalami kesulitan untuk memahami terhadap informasi yang diperoleh. Analisis hasil jawaban pertanyaan (kuesioner) mengenai pengetahuan ibu tentang penyakit pneumonia balita, didapatkan aspek pengetahuan yang masih rendah, seperti mengenai pengertian penyakit pneumonia, bagian tubuh balita yang terkena pneumonia, penyebab dari pneumonia, serta bagaimana cara pencegahan penyakit pneumonia. Pada kuesioner mengenai cara penularan penyakit pneumonia, gejala pneumonia, pencarian pengobatan pneumonia dan kondisi lingkungan yang menyebabkan pneumonia, rata-rata telah dipahami oleh ibu balita di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu mengenai 5 [Jurnal Kesehatan Masyarakat] Namun, hasil penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arin Suci Priliani (2013), yang menyatakan tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian pneumonia pada balita. AFIASI hasil penelitian yang akan menarik minat untuk diteliti oleh peneliti selanjutnya. Daftar Pustaka 1. Azwar, Azrul, Prof. DR. Dr. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Ciputat : Binarupa Aksara. 2. Depkes, 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 3. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan Buku Pertama. Bandung : PT Refika Aditama. 4. Handoko, Riwidikdo. 2009. Statistik Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press. 5. Hartono, R dan Dwi Rahmawati. 2012. ISPA Gangguan Pernafasan Pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika. 6. Ida Bagus Gede Manuaba, Prof. dr. 2013. Millenium Development Goals (MDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jakarta : CV. Trans Info Medika. 7. Irman Somantri, 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. 8. Jurnal Kesehatan. Selasa, 17 Oktober 2013 Halaman 3. Peranan Ibu Balita dalam Mengatasi Pneumonia. Didapat dari http://www. Jurkes.com. diakses pada tanggal 15 Mei 2014 pukul 20.50 WIB. 9. Jurnal Nasional. Senin, 05 Agustus 2013 Halaman 16. Pola Asuh Ibu Terhadap Anak. Didapat dari http://www. Jurnas.com. diakses pada tanggal 15 Mei 2014 pukul 21.15 WIB. 10. Katalog dalam Terbitan, 2001. Pedoman Promosi Penanggualangan Pneumonia Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan. 11. Laporan bulanan program P2 ISPA bulan Januari, Februari, Maret 2014. Puskesmas Plumbon Indramayu. 12. Mastikah, 2011 “Hubungan Pengetahuan Siswa Tentang Bahaya Merokok Dengan Sikap Siswa Terhadap Para Pelajar yanh Merokok di SLTPN 2 Lelea Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu” : Universitas Wiralodra Indramayu. Tidak diterbitkan. 13. Melinda Maeswari, 2013 “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang PHBS Rumah Tangga Dengan Penerapan PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga di Desa Puntang Wilayah Kerja Puskesmas Losarang Kabupaten Indramayu”. Indramayu : Universitas Wiralodra Indramayu. Tidak diterbitkan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tahun 2014, yang dilaksanakan pada tanggal 9 – 26 Juni 2014 dengan jumlah 68 responden (ibu balita), dapat disimpulkan bahwa distribusi pengetahuan ibu tentang pneumonia balita sebagian besar masuk dalam kategori pengetahuan kurang. Selain itu, distribusi sikap ibu tentang pernyataan pneumonia balita sebagian besar masuk dalam kategori tidak mendukung (unfavorable) terhadap pernyataan pneumonia balita.Terdapat hubungan cukup kuat antara pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia balita, serta terdapat hubungan cukup kuat antara sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita. Saran Bagi Puskesmas Plumbon, khususnya pemegang program promosi kesehatan dan program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA), diharapkan melakukan pembinaan terhadap ibu balita. Selain itu, melakukan penyuluhan-penyuluhan dengan sasaran terutama ibu balita.Namun, penyuluhan harus dilakukan secara rutin ke desa – desa, khususnya desa yang paling beresiko atau yang memiliki insiden morbiditas antara 10-20% per tahun, seperti di Desa Telukagung. Bagi Dinas Kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untukpemberantasan penyakit menular. Selain itu, diupayakan untuk membuat perencanaan dan program pemberantasan penyakit menular, khususnya ISPA.Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan meneliti variabel-variabel lain yang merupakan faktor resiko terhadap kejadian pneumonia balita seperti dari faktor anak yaitu status gizi, status imunisasi, pemberian ASI dan BBLR.Tak hanya itu, bisa juga dari faktor lingkungan seperti ventilasi, polusi udara dan kepadatan hunian. Dengan demikian, bisa memberikan keragaman 6 [Jurnal Kesehatan Masyarakat] 14. Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita, Orang Dewasa dan Usia Lanjut. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 15. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. 16. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 17. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 18. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 19. Nina Juliana, 2010 “Deskripsi Perbedaan Antara Sanitasi Rumah Baik dan Buruk Dengan Kejadian Pneumonia Balita di Desa Dukuh Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Karangampel Kecamatan Indramayu Kabupaten” : Universitas Wiralodra Indramayu. Tidak diterbitkan. 20. Puskesmas Plumbon, 2013. Profil Puskesmas Plumbon. Indramayu. 21. Riskesdas, 2007. Laporan Hasil Kesehatan Dasar Propinsi Jawa Barat. Depkes : 2008. 22. Rita Rahim, 2013 “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2013” : Artikel Ilmiah. Diakses 03 Mei 2014, pukul 20.15 WIB. 23. Roifatun Nisa, 2012 “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Kebersihan Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi di SDN Dukuh Tengah Kecamatan Karangampel Kabupeten Indramayu” : Universitas Wiralodra Indramayu. Tidak diterbitkan. 24. Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia. 25. Sefrina andin, dkk 2012. Mengenal, Mencegah dan Menangani Berbagai Penyakit Berbahaya Bayi dan Balita. Jakarta Timur : Dunia Sehat. 26. Sutanto Priyo Hastono, dkk. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers. 7 AFIASI [Jurnal Kesehatan Masyarakat] 8 AFIASI