Jurnal Kesehatan Masyarakat - E-Journal UNWIR

advertisement
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
AFIASI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA
BALITA DI DESA TELUKAGUNG WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PLUMBON
KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2014
The Relationship Of Knowledge And Attitude Of Mothers With Incidence Of Toddlers Pneumonia In
Telukagung Uptd Health Center Plumbon Sub-District Indramayu District Of Indramayu 2014
H. Sutangi SKp, Mkes1
1
Dekan dan pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra Indramayu
Kata kunci : pengetahuan, sikap, pneumonia
balita
Abstrak
Pneumonia adalah
penyakit yang
menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang
ditandai dengan batuk dan kesulitan bernafas,
yang biasa disebut dengan nafas cepat, dan
menyerang anak usia balita 0 – 5 tahun (Depkes,
2001). Kasus pneumonia balita di Puskesmas
Plumbon tahun 2013 sebanyak 487 balita dari
3496 balita atau sebesar 13.93%. Dari jumlah itu,
kasus terbanyak terjadi di Desa Telukagung,
yaitu 119 balita dari 307 balita atau 38,76%.
Faktor ibu mempunyai peran penting terhadap
kejadian pneumonia balita walaupun secara tidak
langsung.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu
dengan kejadian pneumonia balita di Desa
Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Indramayu tahun 2014.Jenis penelitian yang
digunakan adalah survei analitik dengan
menggunakan
metode
penelitian
case
control.Populasi dalam penelitian ini adalah
balita yang ada di Desa Telukagung, Kecamatan
Indramayu,
Kabupaten
Indramayu.Mereka
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
kasus dan kelompok kontrol.Adapun teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode purposive
sampling.Pengolahan data dengan menggunakan
program SPSS versi 16.0, taraf kepercayaan
sebesar 95% dengan nilai kemaknaan sebesar
5%.Hasil penelitian berdasarkan uji statistik
dengan menggunakan Chi-square, diketahui
terdapat
hubungan
cukup
kuat
antara
pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia
balita.Sedangkan untuk variabel sikap, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan cukup
kuat antara sikap ibu dengan kejadian pneumonia
balita.Dari hasil penelitian ini diharapkan
Puskesmas Plumbon dapat mengoptimalkan
peran tenaga kesehatan sebagai edukator dalam
memberikan informasi tentang pneumonia balita
kepada masyarakat khususnya ibu balita.
Abstract
Pneumonia is a disease that attacks the
tissues of the lungs (alveoli) are characterized by
coughing and difficulty breathing, commonly
referred to rapid breathing, and attacked the
toddler age children 0-5 years (Depkes, 2001).
Infant pneumonia cases in health center plumbon
in 2013 as many as 487 children from toddlers
3496 or by 13.93%. Of that amount, most cases
occurred in the village of Telukagung, 119 of 307
infants or 38.76%. Maternal factors play an
important role on the incidence of pneumonia
toddler although indirectly. The purpose of this
study was to determine the relationship of
knowledge and attitude of mothers with
incidence of toddlers pneumonia in village
telukagung sub-district of indramayu and district
of Indramayu in 2014. This type of research is
analytic survey using case-control study. The
population in this study is toddler in the village
Telukagung, Sub-District Indramayu, Indramayu
district. They were divided into two groups,
namely the case groups and control groups. The
sampling technique in this research is by using
purposive sampling method. Data processing
using SPSS program version 16.0, 95%
confidence level with a value of significance of
5%. The results of research based on the
statistical test by using Chi-square,there is a
strong enough correlation between knowledge of
mothers with toddlers pneumonia. As for the
attitude variable, there is a strong enough
correlation between the attitude of mothers with
infant pneumonia. From the results of this study
are expected health center plumbon can optimize
the role of health professionals as educators in
providing information about pneumonia toddlers
to the public, especially mothers.
Keywords:
toddlers
1
knowledge,
attitude,
pneumonia
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
AFIASI
pada anak, pemberian imunisasi, pemenuhan
status gizi, serta perilaku pencegahan penyakit.
Di Indonesia, angka kesakitan (morbiditas)
digunakan estimasi bahwa insidens pneumonia
pada balita sekitar 10-20%. Sedangkan angka
kematian (mortalitas) pada balita berdasarkan
survei kematian balita tahun 2005 sebagian besar
disebabkan karena pneumonia yaitu 23,6%
(Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita : 2007).
Di Jawa Barat, berdasarkan profil kesehatan
Indonesia tahun 2011, penemuan penderita
pneumonia pada balita adalah 39.11 %. Di
Kabupaten Indramayu, berdasarkan pola
penyakit penderita rawat jalan 0 - < 1 tahun pada
puskesmas tahun 2012, pneumonia mencapai
4,59%. Sedangkan penderita 1 - 4 tahun pada
puskesmas di Kabupaten Indramayu, pneumonia
sebanyak 4,07%. Jadi total kasus pneumonia di
Kabupaten Indramayu tahun 2012 yaitu 8,66%.
(Profil Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2012).
Berdasarkan laporan Puskesmas Plumbon
Indramayu, kasus pneumonia balita tahun 2013
berdasarkan kunjungan sebanyak 487 balita dari
3496 balita, atau sebesar 13.93%. Distribusi
penderita berdasarkan tempat, dari 9 desa di
wilayah kerja Puskesmas Plumbon, Desa
Telukagung menduduki peringkat teratas, yakni
119 balita dari 307 balita atau sebesar 38,76%.
Hal serupa terlihat pada kasus pneumonia balita
bulan Januari hingga Maret 2014, dimana dari 9
desa di wilayah kerja Puskesmas Plumbon, posisi
teratas juga ditempati Desa Telukagung, dengan
jumlah kasus pneumonia balita mencapai 34
kasus atau sebesar 8,63%.
Pendahuluan
Salah satu tujuan Millenium Development
Goals (MDGs) adalah menurunkan angka
kematian anak.Angka kematian anak di
Indonesia yang disebabkan oleh penyakit
pneumonia merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian pada balita. (Prof. Dr Ida
Bagus, 2013).
Pneumonia merupakan penyakit yang
menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang
ditandai dengan batuk dan kesulitan bernafas,
yang biasa disebut dengan nafas cepat atau sesak
nafas pada anak usia balita 0 – 5 tahun (Pedoman
Promosi Penanggulangan Pneumonia Balita,
2001).
Berdasarkan
umur
penderitanya,
Pneumonia
diklasifikasikan
menyerang
kelompok umur < 2 bulan dan kelompok umur 2
bulan – 5 tahun.Pada balita umur < 2 bulan,
pneumonia diklasifikasikan menjadi pneumonia
berat dan bukan pneumonia. Untuk pneumonia
berat, disertai dengan tanda-tanda klinis seperti
berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu
dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak
wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang
tenang, mengigau, demam (380C atau lebih) atau
suhu yang rendah (di bawah 35,50C), pernapasan
cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan
dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah),
serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen
tegang. Untuk bukan pneumonia, batuknya yang
tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
napas dan tidak menunjukkan adanya penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam.
Penyakit pneumonia disebabkan oleh
bakteri (streptococus pneumoniae), virus,
mikoplasma dan protozoa. Agen penyebab
penyakit itu selanjutnya akan menentukan tanda
dan gejala pneumonia. Tak hanya itu, tanda dan
gejala penyakit juga dipengaruhi oleh umur anak,
daya tahan tubuh anak, luasnya area yang
terkena, serta derajat kerusakan atau tingkat
peradangannya.Namun, gejala umum dari
pneumonia adalah demam tinggi, batuk (bisa
berupa batuk kering dan batuk berdahak), nafas
cepat, nafas bersuara, kadang merasakan nyeri
dada, sesak napas atau kesulitan bernapas, serta
pucat dan kadang kebiruan apabila sudah terjadi
kekurangan oksigen.Pneumonia menular dalam
bentuk droplet saat penderita batuk ataupun
bersin.Salah
satu
faktor
resiko
yang
mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita
adalah faktor ibu.Pasalnya, pengetahuan dan
sikap ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Indramayu. Jenis penelitian yang digunakan
adalah survei analitik dengan menggunakan
metode penelitian case control untuk menyelidiki
semua balita yang dinyatakan menderita
pneumonia pada bulan Januari – Maret tahun
2014, dibandingkan dengan semua balita yang
dinyatakan tidak menderita pneumonia pada
bulan Januari – Maret tahun 2014.
Populasi pada penelitian ini terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kasus
dan kelompok kontrol.Untuk kelompok kasus
dalam penelitian ini adalah balita di Desa
Telukagung
yang
didiagnosa
menderita
pneumonia, yaitu sebanyak 34 balita. Sedangkan
kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah
2
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
balita yang tidak didiagnosa pneumonia di Desa
Telukagung, yaitu sebanyak 360 balita.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah non random sampling
dengan menggunakan metode purposive
sampling.Yaitu mengambil sampel didasarkan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya.Berdasarkan
jumlah penderita dengan IR tertinggi di
Puskesmas Plumbon terhitung sejak Januari –
Maret 2014, yakni di Desa Telukagung dengan
jumlah penderita mencapai 34 balita. Sehingga
sampel kasus dalam penelitian ini diambil dari
total populasi kasus (total sampling) yaitu 34
balita. Sedangkan untuk sampel kontrol diambil
34 balita dari jumlah populasi kontrol dengan
teknik non random sampling, yang menggunakan
metode purposive sampling. Jadi total sampel
semuanya adalah 68 sampel.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh
dengan memberikan kuesioner kepada responden
untuk
mengisinya.Sementara
untuk
data
sekunder dalam penelitian ini meliputi data-data
umum penderita pneumonia yang terjadi pada
balita.Data sekunder ini diperoleh dari bagian
program
P2ISPA
Puskesmas
Plumbon
Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.
Setelah data penelitian dikumpulkan melalui
kuesioner, peneliti melakukan pengolahan data
yang meliputi editing, coding, entry data, dan
tabulating.Analisis data dilakukan analisis
univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis
bivariat dengan uji chi square.
AFIASI
Hasil
Hasil penelitian ini ditampilkan dalam
bentuk tabel yang menggambarkan distribusi
pengetahuan, distribusi sikap, distribusi kejadian
pneumonia balita, dan hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian
pneumonia balita di Desa Telukagung, wilayah
kerja UPTD Puskesmas Plumbon, Kecamatan
Indramayu, Kabupaten Indramayu.Data yang
diperoleh dari kuesioner terseut selanjutnya
dianalisa menggunakan computer.
Analisis Univariat
Berikut ini hasil distribusi frekuensi
masing-masing
faktor
risiko
terjadinya
pneumonia pada balita dari seluruh total sampel
yang berjumlah 68 balita. Untuk faktor risiko
Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Pada
Balita, diperoleh hasilbahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik tentang pneumonia
balita pada kelompok kasus hanya 9 orang
(13,2%), sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 20 orang (29,4%). Terdapat 25 orang
(36,8%) pada kelompok kasus yang mempunyai
pengetahuan kurang, sedangkan pada kelompok
kontrol hanya 14 orang (20,6%). (Lihat Tabel 1)
Tabel 1
Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Balita di Desa Telukagung Kecamatan
Indramayu Kabupaten Indramayu Tahun 2014
No
Pengetahu
an Ibu
Kasus
Kontrol
Total
N
%
N
1
Baik
9
13,2
20
2
Kurang
25
36,8
14
34
50
34
Jumlah
%
Untuk faktor risiko
Sikap Ibu Terhadap
Pneumonia Pada Balita,
29,4
29
42,6
bahwa responden yang
memiliki
sikap
20,6
39
57,4
mendukung
terhadap
pernyataan pneumonia
50
68
100
balita pada kelompok
kasus hanya 11 orang
(16,2%), sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 21 orang (30,9%). Terdapat 23 orang
(33,8%) pada kelompok kasus yang memiliki
%
3
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
sikap tidak mendukung terhadap pernyataan
pneumonia balita, sedangkan pada kelompok
kontrol hanya 13 orang (19,1%). (Lihat Tabel 2)
AFIASI
dengan uji statistik Spearman Correlation
dengan mengunakan SPSS versi 16.0,
menunjukkan hubungan cukup kuat antara
pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia
balita, yaitu dengan nilai SC = 0,327 atau 32,7%.
Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan cukup kuat antara
pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia
balita. (Lihat Tabel 3)
Tabel 2
Distribusi Sikap Ibu Terhadap Pneumonia
Balita di Desa Telukagung Kecamatan
Indramayu Kabupaten Indramayu Tahun
2014
Tabel 3
N
o
Kasus
Kontrol
Sikap Ibu
N
%
N
%
To
tal
%
1
Mendukung
11
16,2
21
30,9
32
47,1
2
Tidak
Mendukung
23
33,8
13
19,1
36
52,9
34
50
34
50
68
100
Jumlah
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Kejadian Pneumonia Balita di Desa
Telukagung
Kecamatan
Indramayu
Kabupaten IndramayuTahun 2014
Analisis Bivariat
Sementara
itu,
untuk
hubungan
pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia
balita,
berdasarkan
hasiluji
statistik
menggunakan Chi-square, didapatkan nilai Pvalue =0,015 nilai x2 hitung = 5.90 dengan
derajat kebebasan (df) = 1 (nilai x2 tabel = 3,48).
Karena nilai P-value < 0,05 dan nilai x2 hitung >
x2 tabel, maka H0 ditolak. Itu berarti, ada
hubungan antara sikap ibu dengan kejadian
pneumonia
balita.
Untuk
mengetahui
perbandingan seberapa besar terpapar atau tidak
terpapar pada kasus dan kontrol, maka digunakan
Odds Ratio, berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
nilai OR > 1 (3,37), maka sikap merupakan
faktor resiko dan nilai CI 95% lebih dari 1
(1,246-9,157) sehingga OR bermakna. Dengan
demikian, ibu balita yang mempunyai sikap tidak
mendukung terhadap pernyataan pneumonia
akan beresiko 3,37 kali lebih tinggi terkena
penyakit
pneumonia
pada
balitanya,
dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai
sikap mendukung. Tingkat kekuatan hubungan
dapat dilihat dari nilai spearman correlation
(SC) dari dua variabel yaitu sikap ibu dengan
kejadian penumonia balita, berdasarkan hasil
perhitungan dengan uji statistik spearman
correlation dengan mengunakan SPSS versi 16.0
menunjukkan hubungan cukup kuat antara sikap
ibu dengan kejadian pneumonia balita yaitu
dengan nilai SC = 0,295 atau 29,5%. Karena itu
Analisis
bivariat
dilakukan
untuk
mengetahui hubungan masing-masing faktor
risiko dengan kejadian pneumonia pada
balita.Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi
square. Untuk hubungan antara pengetahuan ibu
dengan kejadian pneumonia balita, berdasarkan
hasil uji statistik menggunakan Chi-square,
didapatkan nilai P-value =0,007 nilai x2 hitung =
7.27 dengan derajat kebebasan (df) = 1 (nilai x 2
tabel = 3,48), karena nilai P-value < 0,05 dan
nilai x2 hitung > x2 tabel, sehingga H0 ditolak. Itu
berarti, ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan kejadian pneumonia balita.Untuk
mengetahui perbandingan seberapa besar
terpapar atau tidak terpapar pada kasus dan
kontrol, maka digunakan Odds Ratio.
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai OR >
1 (3,96). Itu berarti, pengetahuan merupakan
faktor resiko dan nilai CI 95% lebih dari 1
(1,426-11,040) sehingga OR bermakna. Dengan
demikian, ibu balita yang mempunyai
pengetahuan kurang terhadap pneumonia akan
beresiko 3,96 kali lebih tinggi terkena penyakit
pneumonia pada balitanya, dibandingkan dengan
ibu balita yang mempunyai pengetahuan
baik.Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat
dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua
variabel yaitu pengetahuan ibu dengan kejadian
penumonia balita. Berdasarkan hasil perhitungan
4
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
cukup kuat sikap ibu dengan kejadian penumonia
balita. (Lihat Tabel 4
AFIASI
sikap ibu terhadap pneumonia balita, didapatkan
36 orang (52,9%) sikap ibu tidak mendukung
(unfavorable) terhadap pernyataan pneumonia
balita, dan hanya 32 orang (47,1%) sikap ibu
yang mendukung (favorable). Hal ini dapat
dilihat dari analisis jawaban pernyataan
(kuesioner) terhadap pneumonia balita, yang
didapatkan jawaban yang tidak mendukung
dalam upaya pencegahan terhadap pneumonia,
seperti menggunakan anti nyamuk bakar saat
anak tidur, membiarkan anggota
keluarga yang merokok di dalam
rumah,
tidak
menggunakan
masker ketika sedang batuk pilek
dan lain-lain.
Berdasarkan
hasil
penelitian mengenai hubungan
pengetahuan ibu dengan kejadian
pneumonia
balita,
diketahui
bahwa hasil analisis responden
yang
memiliki
pengetahuan
kurang sebanyak 25 responden
(36,8%) dari 39 responden. Sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan baik
hanya 9 responden (13,2%) dari 29 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian pneumonia balita. Ibu yang memiliki
pengetahuan baik, maka angka kejadian
pneumonia
balitanya
rendah,
sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan kurang,
angka kejadian pneumonia balitanya akan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang sama
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Arin Suci Priliani (2013), yang menyatakan
ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengetahuan ibu dengan kejadian pneumonia
pada balita.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita,
diketahui bahwa analisis responden yang
memiliki sikap tidak mendukung (unfavorable)
sebanyak 23 responden (33,8%) dari 36
responden. Sedangkan yang memiliki sikap
mendukung (favorable) hanya 11 responden
(16,2%) dari 32 responden. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan sikap ibu dengan
kejadian pneumonia balita. Ibu yang memiliki
sikap
mendukung
(favorable)
terhadap
pneumonia balita, maka angka kejadian
pneumonia
balitanya
rendah,
sedangkan
responden yang memiliki sikap tidak mendukung
(unfavorable) terhadap pneumonia balita, angka
kejadian pneumonia balitanya akan tinggi.
Tabel 4
Hubungan SikapIbu dengan Kejadian
Pneumonia Balitadi
DesaTelukagungKecamatan Indramayu
Kabupaten IndramayuTahun 2014
Pembahasan
Berdasarkan hasil
penelitian
yang
dilakukan terhadap 68 responden (ibu balita) di
Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu,
Kabupaten Indramayu, didapatkan 39 orang
(57,4%) tingkat pengetahuan ibu kurang, dan 29
orang (42,6%) tingkat pengetahuan ibu baik.
Masih
terdapatnya
ibu
balita
yang
berpengetahuan kurang tentang pneumonia balita
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat
pendidikan, dan peran penyuluhan oleh petugas
kesehatan.Mayoritas ibu balita di Desa
Telukagung, mengenyam pendidikan hanya
sampai SD. Sehingga mengalami kesulitan untuk
memahami terhadap informasi yang diperoleh.
Analisis hasil jawaban pertanyaan (kuesioner)
mengenai pengetahuan ibu tentang penyakit
pneumonia balita, didapatkan aspek pengetahuan
yang masih rendah, seperti mengenai pengertian
penyakit pneumonia, bagian tubuh balita yang
terkena pneumonia, penyebab dari pneumonia,
serta bagaimana cara pencegahan penyakit
pneumonia. Pada kuesioner mengenai cara
penularan
penyakit
pneumonia,
gejala
pneumonia, pencarian pengobatan pneumonia
dan kondisi lingkungan yang menyebabkan
pneumonia, rata-rata telah dipahami oleh ibu
balita di Desa Telukagung, Kecamatan
Indramayu, Kabupaten Indramayu.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di Desa Telukagung, Kecamatan
Indramayu, Kabupaten Indramayu mengenai
5
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
Namun, hasil penelitian ini menunjukkan hal
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Arin Suci Priliani (2013),
yang menyatakan tidak ada hubungan antara
sikap ibu dengan kejadian pneumonia pada
balita.
AFIASI
hasil penelitian yang akan menarik minat untuk
diteliti oleh peneliti selanjutnya.
Daftar Pustaka
1. Azwar, Azrul, Prof. DR. Dr. 2010. Pengantar
Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga.
Ciputat : Binarupa Aksara.
2. Depkes,
2007.
Pedoman
Tatalaksana
Pneumonia Balita. Jakarta : Departemen
Kesehatan
RI
Direktorat
Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
3. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan Buku
Pertama. Bandung : PT Refika Aditama.
4. Handoko,
Riwidikdo.
2009.
Statistik
Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia
Press.
5. Hartono, R dan Dwi Rahmawati. 2012. ISPA
Gangguan
Pernafasan
Pada
Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
6. Ida Bagus Gede Manuaba, Prof. dr. 2013.
Millenium Development Goals (MDGs)
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jakarta : CV.
Trans Info Medika.
7. Irman Somantri, 2009. Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
8. Jurnal Kesehatan. Selasa, 17 Oktober 2013
Halaman 3. Peranan Ibu Balita dalam
Mengatasi
Pneumonia.
Didapat
dari
http://www. Jurkes.com. diakses pada
tanggal 15 Mei 2014 pukul 20.50 WIB.
9. Jurnal Nasional. Senin, 05 Agustus 2013
Halaman 16. Pola Asuh Ibu Terhadap Anak.
Didapat dari http://www. Jurnas.com. diakses
pada tanggal 15 Mei 2014 pukul 21.15 WIB.
10. Katalog dalam Terbitan, 2001. Pedoman
Promosi
Penanggualangan
Pneumonia
Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan.
11. Laporan bulanan program P2 ISPA bulan
Januari, Februari, Maret 2014. Puskesmas
Plumbon Indramayu.
12. Mastikah, 2011 “Hubungan Pengetahuan
Siswa Tentang Bahaya Merokok Dengan
Sikap Siswa Terhadap Para Pelajar yanh
Merokok di SLTPN 2 Lelea Kecamatan
Indramayu Kabupaten Indramayu” :
Universitas Wiralodra Indramayu. Tidak
diterbitkan.
13. Melinda Maeswari, 2013 “Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang
PHBS Rumah Tangga Dengan Penerapan
PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga di Desa
Puntang Wilayah Kerja Puskesmas Losarang
Kabupaten Indramayu”. Indramayu :
Universitas Wiralodra Indramayu. Tidak
diterbitkan.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan mengenai hubungan pengetahuan
dan sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita
di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu,
Kabupaten Indramayu tahun 2014, yang
dilaksanakan pada tanggal 9 – 26 Juni 2014
dengan jumlah 68 responden (ibu balita), dapat
disimpulkan bahwa distribusi pengetahuan ibu
tentang pneumonia balita sebagian besar masuk
dalam kategori pengetahuan kurang. Selain itu,
distribusi sikap ibu tentang pernyataan
pneumonia balita sebagian besar masuk dalam
kategori tidak mendukung (unfavorable)
terhadap pernyataan pneumonia balita.Terdapat
hubungan cukup kuat antara pengetahuan ibu
dengan kejadian pneumonia balita, serta terdapat
hubungan cukup kuat antara sikap ibu dengan
kejadian pneumonia balita.
Saran
Bagi Puskesmas Plumbon, khususnya
pemegang program promosi kesehatan dan
program
Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA), diharapkan
melakukan pembinaan terhadap ibu balita. Selain
itu, melakukan penyuluhan-penyuluhan dengan
sasaran terutama ibu balita.Namun, penyuluhan
harus dilakukan secara rutin ke desa – desa,
khususnya desa yang paling beresiko atau yang
memiliki insiden morbiditas antara 10-20% per
tahun, seperti di Desa Telukagung. Bagi Dinas
Kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan
menjadi data dasar
untukpemberantasan
penyakit menular. Selain itu, diupayakan untuk
membuat
perencanaan
dan
program
pemberantasan penyakit menular, khususnya
ISPA.Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan
meneliti variabel-variabel lain yang merupakan
faktor resiko terhadap kejadian pneumonia balita
seperti dari faktor anak yaitu status gizi, status
imunisasi, pemberian ASI dan BBLR.Tak hanya
itu, bisa juga dari faktor lingkungan seperti
ventilasi, polusi udara dan kepadatan hunian.
Dengan demikian, bisa memberikan keragaman
6
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
14. Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran
Napas Pneumonia Pada Anak Balita, Orang
Dewasa dan Usia Lanjut. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
15. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2007.
Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta : Rineka Cipta.
16. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2007.
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta.
17. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2012.
Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
18. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr. 2012.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
19. Nina Juliana, 2010 “Deskripsi Perbedaan
Antara Sanitasi Rumah Baik dan Buruk
Dengan Kejadian Pneumonia Balita di Desa
Dukuh Tengah Wilayah Kerja Puskesmas
Karangampel
Kecamatan
Indramayu
Kabupaten”
:
Universitas
Wiralodra
Indramayu. Tidak diterbitkan.
20. Puskesmas Plumbon, 2013. Profil Puskesmas
Plumbon. Indramayu.
21. Riskesdas, 2007. Laporan Hasil Kesehatan
Dasar Propinsi Jawa Barat. Depkes : 2008.
22. Rita Rahim, 2013 “Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Ibu Balita Dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit Pneumonia di Wilayah
Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2013” :
Artikel Ilmiah. Diakses 03 Mei 2014, pukul
20.15 WIB.
23. Roifatun
Nisa,
2012
“Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang
Kebersihan Gigi Dengan Kejadian Karies
Gigi di SDN Dukuh Tengah Kecamatan
Karangampel Kabupeten Indramayu” :
Universitas Wiralodra Indramayu. Tidak
diterbitkan.
24. Saryono. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia.
25. Sefrina andin, dkk 2012.
Mengenal,
Mencegah dan Menangani Berbagai
Penyakit Berbahaya Bayi dan Balita. Jakarta
Timur : Dunia Sehat.
26. Sutanto Priyo Hastono, dkk. 2010. Statistik
Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers.
7
AFIASI
[Jurnal Kesehatan Masyarakat]
8
AFIASI
Download