SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER

advertisement
Jurnal
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA
PT. PATRA TRADING JEMBER
Oleh:
RETNA ANGGITANINGSIH, SE., MM.
NIP :19740420 199803 2 001
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
TAHUN 2014
0
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA
PT. PATRA TRADING JEMBER
Oleh:
Retna Anggitaningsih, SE., MM.
Untuk dapat merealisasikan tujuan perusahaan, selain sangat diperlukan
keharmonisan pengelolaan sumber daya, perusahaan juga dituntut untuk dapat
menciptakan semangat kerja karyawan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi semangat kerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya, yaitu
lingkungan kerja. Lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi ketegangan
emosi, proses berpikir atau proses bekerja seorang atau karyawan.
Dalam bekerja karyawan memerlukan lingkungan kerja, tempat kerja
yang dapat memberikan ketenangan atau bisa mendukung proses kerjanya. Untuk
itu adanya penanganan khusus tentang lingkungan kerja oleh pihak manajemen.
Penanganan lingkungan yang dapat dilakukan antnra lain, dengan memberikan
fasilitas kepada karyawan, misalnya kebersihan tempat kerja, penerangan tempat
kerja, kesejahteraan karyawan dan sebagainya.
Seperti halnya perusahaan-perusahaan yang lain, PT Patra Trading
Jember melakukan upaya seoptimal mungkin untuk dapat meningkatkan semangat
karyawan. Salah satu upaya tersebut diantaranya dengan memberikan lingkungan
kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik, semangat kerja karyawan akan
meningkat. Sehingga karyawan mampu menjaga produktifitas kinerja dengan
baik, pada dasarnya produktifitas kinerja karyawan yang baik akan memberikan
kepuasan bagi perusahaan maupun karyawan.
Berdasarkan Uraian diatas maka pokok permasalahan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1). Apakah ada Pengaruh Antara faktor Kondisi Tempat
Kerja, Hub Kerja sama, Program Pelayanan Karyawan secara simultan dan parsial
terhadap semangat kerja karyawan pada PT Patra Trading Jember?. 2). Manakah
diantara Faktor Kondisi Tempat Kerja, Hubungan Kerjasama, dan Program
Pelayanan Karyawan yang dominan mempengaruhi semangat kerja karyawan
pada PT. Patra Trading Jember?.
Untuk menjawab persoalan diatas, maka dilakukan penelitian di PT
Patra Trading Jember dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan
tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh
antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. Teknik
pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, angket dan studi pustaka.
Sedangkan analisis datanya dengan menggunakan analisis regresi berganda, uji
simultan serta partial serta uji dominasi.
Hasil penelitian dapat disimpulan sebagai berikut :
1. Pada bab sebelumnya diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel
(36,407>2.67) sehingga dapa tdisimpulkan bahwa seluruh variable bebas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable terikat.
1
2.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji t (t-test)
menunjukkan bahwa:
a. Kondisi tempat kerja (X1) yaitu t hitung > t tabel (2,293 > 2,036), ini berarti
bahwa variable kondisi tempat kerja berpengaruh signifikan terhadap
semangat kerja Karyawan. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak. dan Ha
diterima.
b. Hubungan kerjasama antar karyawan (X2) yaitu t hitung> ttabel
(4,914>2,036), ini berarti bahwa variable hubungan kerja sama antar
karyawan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan.
Hal ini berarti bahwa Ho ditolak. dan Ha diterima.
c. Program pelayanan karyawan (X3) yaitu t hitung>t tabel (2,402>2,036), ini
berarti bahwa variable program pelayanan karyawan berpengaruh
signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa Ho
ditolak. dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil uji t dapat dilihat bahwa variabel Hubungan
kerjasama antar karyawan (X2) mempunyai nilai yang paling besar dibanding t
hitung variabel lainnya, hal ini menunjukkan bahwa variabel hubungan kerja sama
antar karyawan (X2) berpengaruh dominan terhadap semangat kerja karyawan.
Kata konci: Analisis, Faktor semangat Kerja Karyawan, dan PT. Patra
Trading
A. PENDAHULUAN
Manusia dalam organisasi atau perusahaan sebagai pekerja adalah
mempunyai martabat, perasaan, keinginan, dan juga harapan. Meskipun
penggunaan teknologi meningkat maju dengan pesat dalam pertumbuhan dan
perkembangan suatu perusahaan namun sumber daya manusia tetap
mempunyai peranan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, sehingga
pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya manusia merupakan bidang
keputusan sangat penting, hal ini berkaitan dengan semangat kerja karyawan.
Tenaga
kerja
atau
karyawan
mempunyai
peranan
dalam
melaksanakan tugas-tugas ataupun kewajibannya sesuai dengan yang
diharapkan oleh perusahaan dimana mereka bekerja untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam menghasilkan laba demi kelangsungan hidup perusahaan,
disamping itu tujuan sosial perusahaan itu sendiri sehingga manajemen
tenaga kerja dengan cara yang produktif dan kemanusiaan merupakan tugas
kunci dalam bidang kegiatan perusahaan dewasa ini.
2
Peran pemimpin atau manager dalam pengembangan fungsi
manajemen
pun
sangat
penting
melaksanakan,
mengkoordinasi,
menggerakkan dan mengatur bawahannya dengan sebaik mungkin agar
mereka dapat memenuhi harapan perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan
tersebut Keinginan organisasi atau perusahaan agar anggotanya bekerja
dengan kemauan dan semangat kerja adalah suatu masalah yang perlu
mendapatkan perhatian khusus terutama karena adanya faktor-faktor
pengelolaan sumber daya manusia yang menyangkut kekuasaan organisasi
yang dituntut lebih efektif. Semangat kerja karyawan merupakan perwujudan
dari sikap seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan kemauan dan
kesenangan sehingga segala pekerjaan dapat dilaksanakan dan diselesaikan
lebih cepat dan lebih baik.
Untuk dapat merealisasikan tujuan perusahaan, selain sangat
diperlukan keharmonisan pengelolaan sumber daya, perusahaan juga dituntut
untuk dapat menciptakan semangat kerja karyawan. Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan dalam melaksanakan
tugasnya, yaitu lingkungan kerja. Lingkungan kerja sangat mempengaruhi
kondisi ketegangan emosi, proses berpikir atau proses bekerja seorang atau
karyawan.
Dalam bekerja karyawan memerlukan lingkungan kerja, tempat kerja
yang dapat memberikan ketenangan atau bisa mendukung proses kerjanya.
Untuk itu adanya penanganan khusus tentang lingkungan kerja oleh pihak
manajemen. Penanganan lingkungan yang dapat dilakukan antnra lain,
dengan memberikan fasilitas kepada karyawan, misalnya kebersihan tempat
kerja, penerangan tempat kerja, kesejahteraan karyawan dan sebagainya.
Dengan penanganan lingkungan kerja yang baik dimaksudkan agar
perusahaan dapat memberikan pengaruh yang baik, semangat kerja karyawan.
Semangat kerja akan mempengaruhi produktifitas kerja karyawan. Dengan
produktifitas kerja karyawan yang tinggi akan memudahkan perusahaan
dalam
upayanya
meningkatkan
produktifitas
perusahaan.
Nitisemito
(2000:106) mengemukakan bahwa lingkungan kerja meliputi segala sesuatu
3
yang berada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas yang dibebankan.
Seperti halnya perusahaan-perusahaan yang lain, PT Patra Trading
Jember melakukan upaya seoptimal mungkin untuk dapat meningkatkan
semangat karyawan. Salah satu upaya tersebut diantaranya dengan
memberikan lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik,
semangat kerja karyawan akan meningkat. Sehingga karyawan mampu
menjaga produktifitas kinerja dengan baik, pada dasarnya produktifitas
kinerja karyawan yang baik akan memberikan kepuasan bagi perusahaan
maupun karyawan.
Berdasarkan Uraian diatas maka pokok permasalahan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada Pengaruh Antara faktor Kondisi Tempat Kerja, Hub Kerja
sama, Program Pelayanan Karyawan secara simultan dan parsial terhadap
semangat kerja karyawan pada PT Patra Trading Jember ?
2. Manakah diantara Faktor Kondisi Tempat Kerja, Hubungan Kerja sama,
dan Program Pelayanan Karyawan yang dominan mempengaruhi semangat
kerja karyawan pada PT Patra Trading Jember ?
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Lingkungan Kerja dan Konsep Lingkungan Kerja
Sebagaimana kita ketahui bahwa semangat
kerja dalam
melaksanakan tugas dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja di dalam suatu perusahaan sangat
penting
untuk
mempunyai
diperhatikan
pengaruh
oleh
langsung
manajemen
terhadap
para
perusahaan,
karena
karyawan
dalam
melaksanakan tugasnya. Nitisemito (1996 : 109) mengemukakan bahwa
lingkungan dirinya dalam segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja
dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan. Ahyari (1999 : 124) mengemukakan pendapatnya mengenai
perbedaan lingkungan kerja dengan kondisi tempat kerja yaitu lingkungan
4
kerja dalam hal ini merupakan lingkungan dimana para karyawan itu
bekerja. Dengan demikian kondisi tempat kerja ini termasuk salah satu
unsur lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana
karyawan tersebut bekerja, meliputi kondisi tempat kerja, hubungan
kerjasama antar karyawan, dan program pelayanan karyawan.
Hubungan antara lingkungan kerja yang baik dengan tingginya
tingkat produktivitas kerja pada karyawan di dalam suatu perusahaan tidak
perlu diragukan lagi. Lingkungan kerja yang cukup memuaskan karyawan
perusahaan akan mendorong para karyawan tersebut dengan sebaikbaiknya, sehingga pelaksanaan aktivitas kerja di dalam perusahaan dapat
berjalan dengan baik. Dengan demikian tingkat efesiensi di dalam
perusahaan secara keseluruhan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka sudah selayaknya apabila
manajemen perusahaan mempertimbangkan lingkungan kerja bagi para
karyawan perusahaan tersebut dengan sebaik-baiknya. Dengan lingkungan
kerja yang baik maka semangat kerja dapat meningkat, sehingga
produktivitas karyawan dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi.
2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Lingkungan Kerja
Untuk dapat mengadakan penyusunan lingkungan kerja didalam
suatu perusahaan dengan baik, manajemen perusahaan yang bersangkutan
harus benar-benar mengetahui tentang lingkungan kerja yang dipersiapkan
perusahaannya tersebut. Hal ini dilaksanakan dengan baik apabila
manajemen perusahaan yang bersangkutan juga mengetahui unsur-unsur
yang menentukan lingkungan kerja untuk para karyawan yang bekerja
didalam perusahaan tersebut.
Adapun faktor-faktor yang menentukan lingkungan kerja antara
lain:
a) Kondisi Tempat Kerja
Ahyari (1999:147) mengatakan bahwa kondisi tempat kerja
adalah kondisi yang dipersiapkan oleh pihak manajemen perusahaan
yang bersangkutan pada tempat kerja yang disediakan oleh perusahaan
5
tersebut.
Manajemen
perusahaan
sudah
selayaknyalah
apabila
mempertimbangkan-kondisi tempat kerja karyawan yang tepat sehingga
para karyawan perusahaan tersebut dapat bekerja dengan baik. Menurut
Nitisemito (1996: 100) ada beberapa macam kondisi tempat kerja yang
dapat dipersiapkan manajemen perusahaan yang bersangkutan adalah :
1) Pewarnaan
Masalah penggunaan warna didalam lingkungan kerja dalam
perusahaan pada umumnya belum mendapatkan perhatian yang
semestinya oleh manajemen pemsahaan. Masalah penggunaan warna
didalam perusahaan akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil
terhadap aktivitas kerja para karyawan. Pemilihan warna mempunyai
pengaruh yang besar terhadap manusia. Misalnya karyawan yang
bekerja ditempat yang bercat kusam atau wama tidak cerah tentu
akan cepat merasa bosan.
Seperti yang dikemukakan oleh Ahyari (1999:182) pada
dasarnya pemilihan warna yang dilaksanakan manajemen pemsahaan
mempunyai tujuan untuk lebih memperjelas pengamatan para
karyawan perusahaan tersebut pada objek pekerjaannya. Pemilihan
warna juga dipengaruhi oleh sistem penerangan yang dipergunakan
dalam perusahaan yang bersangkutan. Hal ini akan berpengaruh pada
proses pembauran sinar yang dilaksanakan di dalam ruangan
perusahaan tersebut.
Nitisemito (1996:185). mengemukakan bahwa masalah
pewarnaan ini bukan hanya pewarnaan dinding saja tetapi sangat
luas sehingga dapat juga termasuk pewarnaan alat-alat kerja, bahkan
pewarnaan seragam karyawan pun perlu mendapat perhatian. Hal ini
disebabkan apabila komposisi warna salah dapat mengganggu
pemandangan,
sehingga
dapat
menimbulkan
rasa
kurang
menyenangkan bagi mereka yang memandangnya Oleh karena itu
perusahaan
harus
dapat
memilih
warna-warna
yang
dapat
mendorong semangat kerja karyawan. Seperti dikemukakan oleh
6
pendapat Nitisemito (1996:186) yang memberikan penjelasan bahwa
pada dasarnya warna putih lebih banyak digunakan
diperusahaan karena netral dan relatif murah biayanya,
disamping itu warna putih dapat memberikan kesan ruangan yang
sempit menjadi tampak lebih luas dan bersih serta membantu
pekerjaan yang memerlukan ketelitian.
Dari kedua pendapat tersebut dapat kita ambil kesimpulan
bahwa penggunaan warna yang tepat dapat membantu memperjelas
pengamatan para karyawan terhadap objek kerjanya dan juga
komposisi warna yang tepat akan menimbulkan kesenangan, yang
akhirnya dapat menumbuhkan semangat kerja karyawan.
2) Kebersihan
Menurut Nitisemito (1996:191) perusahaan hendaknya selalu
menjaga kebersihan lingkungan, sebab hal ini mempengaruhi
kesehatan lingkungan juga mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang.
Dengan lingkungan kerja yang bersih akan dapat menimbulkan rasa
senang seseorang dalam bekerja. Faktor kebersihan
merupakan faktor yang penting, terutama bagi karyawan.
Bagi seseorang yang normal maka lingkungan kerja yang bersih
akan menimbulkan rasa senang. Dengan rasa senang tersebut akan
mempengaruhi seseorang untuk bekerja lebih semangat. Kebersihan
lingkungan kerja bukan saja terletak pada ruang kerjanya saja, tetapi
juga ruangan yang lain yang merupakan tanggung jawab dari semua
karyawan. Dalam menjaga kebersihan ini bukan merupakan
tanggung jawab petugas kebersihan saja, namun setiap karyawan
harus ikut bertanggung jawab menjaga kebersihan tempat mereka
bekerja.
3) Pertukaran Udara
Pertukaran udara atau pengaturan suhu yang cukup dalam
ruangan kerja sangat diperlukan. Suhu udara di dalam ruang kerja
dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan. Pertukaran udara
7
yang cukup menyebabkan kesegaran fisik bagi karyawan, namun
bila pertukaran udaranya kurang menyebabkan rasa pengap, dapat
menimbulkan kelelahan bagi karyawan. Hal ini mengakibatkan
semangat kerja menurun. Oleh karena itu manajemen perusahaan
sedapat mungkin mempersiapkan ruang kerja. dengan tingkat
temperatur yang paling sesuai dan memadai. Menurut Ahyari (1999:
172-175) ada beberapa cara yang dilakukan perusahaan untuk
pengaturan suhu udara dalan ruang kerja yaitu :
a) Ventilasi yang cukup pada gedung pabrik
b) Pemasangan kipas angin
c) Pemasangan air conditioning (AC)
d) Pemasangan humidifier.
4) Penerangan
Penerangan yang cukup akan mempengaruhi kecermatan
karyawan untuk melihat dan mengamati pekerjaan serta peralatan
yang digunakan, sehingga tingkat kesalahan yang dilakukan oleh
karyawan dapat dikurangi. Sebaliknya bila penerangan yang kurang,
maka kualitas kerja karyawan menurun. Ahyari (1999:149)
mengatakan bahwa tingkat penerangan yang cukup didalam ruang
akan sangat membantu karyawan didalam usaha peningkatan
produktivitas kerja, peningkatan keamanan kerja serta keberhasilan
proses produksi dalam perusahaan.
Lebih lanjut Ahyari (1999:150-155) menyatakan bahwa ada
beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan sistem
penerangan yang tepat bagi perusahaan yaitu :
a) Terdapat kenaikan tingkat produksi
b) Terdapat perbaikan kualitas pekerjaan karyawan
c) Tingkat kecelakaan yang terjadi dapat berkurang
d) Terdapat kemudahan pengamatan dan pengawasan
e) Terdapat peningkatan gairah kerja para karyawan
f) Tingkat perputaran karyawan berkurang
8
g) Kerusakan barang dalam proses berkurang
h) Biaya produksi dapat ditekan.
Sistem penerangan yang tepat bagi ruang kerja bukan
memberi penerangan yang terang benderang saja, namun harus
terdapat sinar yang cukup terang tapi tidak menyilaukan serta
terdapat distribusi cahaya yang merata sehingga tidak terdapat
kontras didalam ruang kerja karyawan.
5) Kebisingan
Dengan adanya kebisingan didalam ruang kerja, maka akan
mengganggu konsentrasi dalam pengerjaan pekerjaan. Dan selain
mengganggu konsentrasi dalam pengerjaan pekerjaan, juga akan
mengganggu pendengaran karyawan. Seperti yang dikemukakan
oleh Sedarmayanti (1995:27) bahwa salah satu polusi yang cukup
menyibukkan para pakar untuk mengatasi adalah kebisingan, yaitu
bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga karena dapat mengganggu
ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan menimbulkan
kesalahan komunikasi. Oleh karena itu suara bising perlu
dikendalikan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan
efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. Menurut Robbins
(1999: 177) bila suatu perusahaan yang mempunyai tingkat
kebisingan yang tinggi atau tidak dapat diramalkan, maka hendaknya
mempertimbangkan untuk memasang bahan kedap suara (seperti
langit-langit, karpet dan tirai yang menyerap bunyi) dan peralatan
yang mencerminkan perkembangan teknologi baru dan teknologi
"white shound" yang kedap suara.
Tujuan utama dari pengaturan dan pengendalian dari ruangan
bising didalam ruang kerja karyawan adalah untuk menjaga
kepekaan pendengaran para karyawan yang bersangkutan. Dengan
adanya pengendalian suara serta pengaturan suara yang memadai,
diharapkan kepekaan pendengaran karyawan masih tetap dalam
kondisi yang normal atau apabila mengalami penurunan, maka
9
penurunan tersebut merupakan penurunan kepekaan pendengaran
yang tidak berarti.
Menurut Ahyari (1999:177) ada beberapa metode yang dapat
dipergunakan untuk pengendalian dan pengaturan suara bising
seperti :
a) Pengendalian sumber suara
b) Isolasi dari suara
c) Penggunaan peredam suara
d) Penggunaan sistem akustik
e) Pemakaian alat perlindungan telinga.
b) Hubungan Kerjasama Antar Karyawan
Kerjasama menunjukkan suatu kegiatan yang dilaksanakan
secara bersarna-sama satu sarna lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Kerjasama yang baik dapat memperlancar aktivitas pekerjaan. Ahyari
(1999: 192) mengatakan bahwa hubungan kerjasama yang baik akan
dapat menimbulkan rasa aman terhadap karyawan perusahaan yang
bersangkutan didalam pelaksanaan tugas-tugas yang harns diselesaikan
oleh karyawan dan perlu adanya kerjasama. Dengan adanya hubungan
karyawan yang baik maka para karyawan akan dapat menghindarkan
konflik-konflik yang timbul didalam perusahaan.
Jadi dalam bekerjasama semua karyawan dituntut untuk dapat
berinteraksi secara intensif dengan yang lain, sehingga dari interaksi
tersebut akan terbentuk kebersamaan dan rasa saling memiliki antara
karyawan yang satu dengan yang lain. Keberadaan mereka merupakan
satu tim yang utuh. Dengan demikian akan menghasilkan suatu hasil
kerja yang baik dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang
baik pula bagi perusahaan.
c) Program Pelayanan Karyawan
Pelayanan karyawan. merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam pembentukan lingkungan kerja. Penyediaan
fasilitas karyawan, oleh perusahaan bermacam-macam pilihannya.
10
Pelayanan karyawan yang baik oleh perusahaan ini diupayakan mampu
untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Menurut Ranupandoyo
dan Husnan (2000:276) program pelayanan karyawan dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu :
1) Program yang menyangkut kesejahteraan karyawan
Program ini dirancang dan dilaksanakan oleh perusahaan
untuk memberikan kesejahteraan bagi karyawan agar mereka, tenang
bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan. Melalui program ini
diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja bagi karyawan.
Adapun bentuk dari program kesejahteraan karyawan ini antara lain:
a) Pensiun
Perusahaan memberikan pensiun ini dalam bentuk sejumlah uang
tertentu secara berkala kepada karyawan yang telah berhenti
bekerja dalam waktu yang lama, atau setelah mencapai suatu
batas usia tertentu.
b) Asuransi
Perusahaan memberikan program asuransi baik yang berbentuk
asuransi jiwa, asuransi kesehatan maupun asuransi kecelakaan.
Disini, perusahaan melakukan kerjasama dengan perusahaan
asuransi untuk menanggung asuransi karyawannya. Perusahaan
yang mengadministrasikan pembayaran provisinya, yang menjadi
tanggung jawab dari perusahaan atau karyawan atau kombinasi
antara perusahaan dan karyawan. Jadi provisi dapat dibayar oleh
perusahaan
atau
karyawan
dengan
potongan
gaji
atau
kombinasinya,
c) Pemberian kredit
Pemberian kredit kepada karyawan di organisir oleh manajemen
perusahaan atau oleh karyawan itu sendiri dengan mendirikan
koperasi simpan pinjam yang bertujuan untuk membantu para
karyawan dalam hal keuangan.
11
2) Program yang menyangkut rekreasi dan hiburan
Program fasilitas hiburan dan rekreasi yang diberikan oleh
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a) Kegiatan olahraga
Kegiatan olahraga dimaksudkan untuk memelihara serta untuk
mengejar prestasi, karena suatu perusahaan yang mempunyai klub
olahraga yang menonjol prestasinya akan merupakan publikasi
bagi perusahaan
b) Kegiatan sosial
Perusahaan memberikan pelayanan kepada karyawan dengan
melakukan
darmawisata
bersama-sama
atau
membentuk
kelompok-kelompok khusus seperti musik dan lain sebagainya.
3) Program yang menyangkut fasilitas tambahan pada karyawan.
Program-program ini berbentuk antara lain :
a) Fasilitas pelayanan makanan
Masalah pelayanan makanan merupakan masalah yang cukup
penting, apabila lokasi perusahaan jauh atau tidak ada fasilitas
makanan akan menimbulkan kesulitan bagi karyawan.
b) Fasilitas pembelian
Dalam hal ini perusahaan menyediakan semacam toko perusahaan
dimana karyawan dapat membeli barang ditoko tersebut dengan
harga lebih terjangkau.
c) Fasilitas kesehatan
Penyediaan fasilitas ini adalah untuk program pemeliharaan
kesehatan serta adanya peraturan pemerintah tentang keamanan
dan kesehatan karyawan. Fasilitas ini dapat berupa penyediaan
poliklinik yang disertai dokter dan perawatnya atau sekedar
memberikan
tunjangan
kesehatan
.yang
digunakan
oleh
perusahaan untuk berobat pada dokter yang ditunjuk perusahaan
dengan mendapat ganti rugi dari perusahaan. Seperti yang
dikemukakan Ahyari (1999:141) bahwa “karyawan dapat bekerja
12
dengan baik apabila kesehatan dari para karyawan tersebut tidak
mengalami gangguan yang cukup berarti”.
d) Fasilitas pendidikan.
Perusahaan memberikan fasilitas ini dalam bentuk bantuan
beasiswa karyawan melalui tugas belajar dan penyediaan
perpustakaan. Pemberian fasilitas pendidikan diberikan kepada
karyawan yang berptestasi dengan biaya pendidikan dari
perusahaan. Pemberian fasilitas ini dapat menguntungkan kedua
belah pihak, bagi karyawan dapat memberikan keuntungan untuk
memperoleh tambahan pengetahuan serta keterampilan untuk
pengembangan dirinya sedangkan untuk perusahaan dapat
memperoleh karyawan yang berkualitas, terampil, dan terlatih
dalam pekerjaannya
e) Fasilitas lain-lain
Perusahaan juga memberikan fasilitas lain kepada karyawan yaitu
fasilitas tempat ibadah, memberikan pakaian seragam untuk
identitas perusahaan, fasilitas kendaraan untuk pelaksanaan
pekerjaan, bingkisan lebaran, pemberian beasiswa bagi anak-anak
karyawan, dan sebagainya.
Dengan adanya program pelayanan karyawan yang baik maka
diharapkan akan dapat menambah kesenangan pada para karyawan
sehingga semangat kerjanya juga akan meningkat. Sebaliknya jika
pelayanan karyawan kurang baik akan menimbulkan kerugian. Menurut
Ahyari (1999: 131) untuk kepentingan penyusunan pelayanan karyawan
yang tepat ini manajemen perusahaan yang bersangkutan sangat
memerlukan data pembanding dari perusahaan-perusahaan yang sejenis,
sehingga perencanaan karyawan yang disusunnya tersebut tidak akan
menyimpang terlalu jauh dari perusahaan sejenis lainnya yang ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa program pelayanan karyawan
ini banyak membawa manfaat baik bagi karyawan maupun perusahaan.
13
Manfaat dari pelayanan karyawan menurut Ranupandoyo dan Husnan
(2000:269) antara lain :
1) Penarikan tenaga kerja yang lebih efektif
2) Memperbaiki semangat dan kesetiaan karyawan
3) Menurunkan tingkat absensi dan perputaran karyawan
4) Memperbaiki hubungan rnasyarakat
5) Mengurangi pengaruh organisasi buruh baik yang ada maupun yang
potensial
6) Mengurangi campur tangan pemerintah dalam organisasi.
3. Pengertian Semangat Kerja
Suatu perusahaan yang ingin meningkatkan semangat kerja
karyawannya haruslah selalu berusaha memupuk dan mencari cara agar
semangat kerja dapat tumbuh. Jadi apabila perusahaan mampu
meningkatkan semangat kerja, maka mereka itu akan memperoleh banyak
keuntungan. Dengan meningkatnya semangat kerja maka pekerjaan akan
mudah diselesaikan, kerusakan akan dapat diperkecil. Sejalan dengan hal
ini Nitisemito (2000:159) menyatakan bahwa untuk dapat meningkatkan
produktivitas yang tinggi perusahaan perlu menumbuhkan semangat kerja
dan kegairahan kerja dari para karyawannya.
Setiap kebutuhan manusia pada dasarnya dapat terpenuhi dangan
cara bekerja. Tujuan dapat tercapai apabila manusia lebih giat dan lebih
bersemangat. Membahas tentang semangat kerja, terlebih dahulu
mengetahui pengertian semangat kerja. "Sebenarnya kata semangat atau
moril (morale) adalah suatu istilah yang banyak dipergunakan tanpa
adanya perumusan yang seksama. Seperti yang dikemukakan oleh
Moekijat
(1997:135)
semangat
menggambarkan
suatu
perasaan,
berhubungan dengan tabiat (jiwa), semangat kelompok, atau kegiatan.
Nitisemito (2000:160) membedakan pengertian semangat kerja dengan
kegairahan kerja, sebagai berikut : semangat kerja adalah melakukan
pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan dapat
diharapkan lebih cepat dan lebih baik, sedangkan kegairahan kerja adalah
14
kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja terhadap pekerjaan
yang dilakukan.
Dari pengertian tersebut pada dasarnya semangat kerja adalah
keadaan yang mencerminkan kondisi rohaniah atau perilaku individu
untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, serta lebih antusias
dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Apabila mampu
meningkatkan semangat kerja, perusahaan akan memperoleh banyak
keuntungan. Dengan meningkatnya semangat kerja karyawan diharapkan
pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi,
absensi akan dapat diperkecil, kemungkinan labour turn over dapat
diperkecil. Untuk memperjelas variabel dari semangat kerja terdapat
beberapa indikator untuk mengukumya sebagaimana disebutkan As'ad
(1998 :127) :
a. Kedisiplinan Kerja
Disiplin merupakan bentuk pengendalian dari pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan secara teratur dan menunjukkan kesanggupan
tim kerja dalam suatu perusahaan. Maksud dari adanya disiplin kerja
tersebut adalah agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai
dengan efektif dan efesien. Kedisiplinan kerja merupakan sikap
menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan yang
berlaku, baik yang tertulis atau tidak, serta sikap menerima sanksi
apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Menurut
Hasibuan
(2004:24)
beberapa
sebab
yang
mempengaruhi kedisiplinan suatu organisasi adalah tujuan dan
kemampuan, teladan pemimpin, balas jasa, keadilan, dan hubungan
kemanusiaan. Selanjutnya menurut Nitisemito (2000:207) ada hal-hal
yang menunjang peningkatan disiplin kerja antara lain kesejahteraan
karyawan, ancaman, ketegasan pemimpin, keteladanan pemimpin.
Dengan demikian, dengan adanya kedisiplinan kerja dari para karyawan
diharapkan akan dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
15
b. Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan (2004:223) kepuasan kerja adalah keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana
karyawan
memandang
pekerjaannya.
Jadi
kepuasan
kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dengan
segala sesuatu yang dihadapi di dalam lingkungan kerjanya.
Adapun indikator yang dipakai dalam kedisiplinan, moral
kerja, labour turn over yang rendah. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja menurut Hasibuan (2004:225) adalah
sebagai berikut :
1) Balas jasa yang adil dan layak.
2) Penempatan yang tepat sesuai keahlian
3) Berat ringannya pekerjaan
4) Suasana dan lingkungan kerja
5) Peralatan yang menunjang pekerjaan
6) Sikap pemimpin dan kepemimpinan
7) Sikap pekerjaan monoton atau tidak.
c. Tanggung Jawab
Semangat kerja dapat dilihat dan tanggung jawab karyawan
terhadap pekerjaannya khususnya dan perusahaan pada umumnya.
Tanggung jawab dapat dilihat dari sikap karyawan terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya dan sikapnya jika perusahaan menghadapi
kesukaran. Bertanggung jawab tidaknya karyawan dapat dilihat dari
sikap dan tindakannya terhadap pekerjaan yang dibebankan, jika
karyawan tersebut melaksanakan secara sukarela pekerjaan yang
diberikan kepadanya berarti karyawan tersebut memiliki tanggung
jawab yang tinggi dan sebaliknya.
Keterkaitan antara tanggung jawab karyawan dengan semangat
kerja menurut pendapat Deissler (1997:55) adalah tinggi rendahnya
tanggung jawab karyawan dalam dalam pekerjaannya berkaitan dengan
16
kepuasan kerja tersebut dalam suatu perusahaan. Tanggung jawab
tersebut mencerminkan semangat kerja karyawan.
d. Kegairahan Kerja
Kegairahan kerja karyawan sangat penting, karena hal ini akan
menentukan seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Karyawan dengan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
baik sesuai dengan standart dan jumlah yang telah ditentukan
perusahaan, akan turut mempengaruhi produktivitas perusahaan. Seperti
yang diungkapkan Nitisemito (2000: 161) bahwa setiap organisasi
seyogyanya selalu berusaha agar para anggota mempunyai tingkat
kegairahan yang tinggi, organisasi yang bersangkutan akan memperoleh
keuntungan darinya, seperti pekerjaan akan terselesaikan dengan cepat
dan tepat. Hal ini berarti produktivitas kerja dapat ditingkatkan
sehingga pencapaian tujuan bersama dapat terealisir dengan baik.
Kegairahan kerja memperlihatkan bahwa seseorang dalam
melakukan pekerjaannya dengan senang hati, tidak mengeluh, kerja
dengan puas, saling membantu dan sebagaimana kegairahan kerja dapat
meningkatkan semangat kerja yang tinggi, karena seseorang karyawan
akan menerima keadaan yang ada dalam perusahaan dengan sepenuh
hati.
Oleh
karena
itu
pertimbangan-pertimbangan
mengenai
semangat kerja tergantung pada beberapa kenyataan. Kemudian
kenyataan tersebut harus ditafsirkan melalui penilaian semangat kerja.
Hal ini dapat mengakibatkan adanya kesimpulan yang tidak tepat.
Dengan demikian seorang karyawan yang datang terlambat dalam
bekerja dapat menunjukkan bahwa semangat kerja karyawan tersebut
rendah. Akan tetapi kita tidak boleh menyimpulkan setiap perilaku
karyawan yang negatif sebagai bentuk rendahnya semangat kerja. Kita
juga perlu mengetahui penyebab menurunnya atau rendahnya semangat
kerja karyawan.
17
Segala bentuk aktivitas kerja karyawan memang dipengaruhi
semangat kerja karyawan. Oleh karena itu penting sekali bagi
manajemen untuk selalu memantau segala aktivitas kerja karyawannya.
Dengan pemantauan atau pengawasan itu pihak manajemen dapat
melihat bagaimana kondisi semangat kerja karyawannya, mengalami
penurunan atau masih dalam kondisi baik.
1) Indikasi Rendahnya Semangat Kerja
lndikasi turunnya semangat kerja perlu diketahui oleh setiap
perusahaan, karena dengan mengetahui indikasi tersebut akan dapat
diketahui penyebab umumnya semangat kerja, dengan demikian
perusahaan akan mengambil tindakan-tindakan pencegahan atau
pemecahan masalah seawal mungkin. Meskipun demikian sebelumnya
kita harus meneliti kebenaran tersebut, sebelum mengambil keputusan.
Misalnya absensi yang sangat tinggi adalah merupakan indikasi
rendahnya semangat kerja.
Meskipun indikasi bukan merupakan hal yang mutlak yang
dapat menyebabkan rendahnya semangat kerja, tetapi indikasi tersebut
dipandang sebagai kecenderungan umumnya perlu diketahui. lndikasiindikasi tersebut menurut Nitisemito (2000:161) antara lain:
a) Rendahnya produktivitas kerja
b) Tingkat absensi yang tinggi
c) Labour turn over yang tinggi
d) Tingkat kesalahan kerja yang tinggi
e) Kegelisahan dan kekuatiran sering terjadi
f) Pemogokan
g) Tuntutan yang sering terjadi.
2) Penyebab Rendahnya Semangat Kerja
Apabila perusahaan menjumpai adanya indikasi-indikasi
rendahnya semangat kerja, maka perusahaan harus mengadakan
penelitian, apakah semangat kerja menurun. Kita harus yakin bahwa
18
indikasi tersebut memang kuat sebagai petunjuk adanya semangat kerja
yang menurun.
Selanjutnya menurunnya semangat kerja dapat dibuktikan
dengan meneliti sebab-sebabnya. Misalnya, lingkungan kerja yang
kurang nyaman, insentifnya kurang terarah, tidak adanya tunjangan
kesejahteraan, dan kekhawatiran terhadap masa depan perusahaan.
Untuk itu perusahaan harus dapat menemukan penyebab dari
menurunnya semangat kerja. Pada prinsipnya menurunnya semangat
kerja disebabkan karena adanya ketidakpuasan dari para karyawan,
misalnya kondisi tempat kerja kurang nyaman, hubungan kerjasama
antar karyawan kurang harmonis hingga menghambat aktivitas dan
pelayanan bagi karyawan kurang memuaskan. Ketidakpuasan yang
dirasakan tersebut akan menimbulkan ketidaknyamanan mereka dalam
menjalankan tugasnya atau pekerjaannya. Ada yang menyatakan bahwa
sumber ketidakpuasan itu adalah sumber-sumber yang bersifat material,
tetapi sebenarnya sumber ketidakpuasan juga berasal dari hal yang
bersifat inmaterial seperti penghargaan sebagai manusia, kebutuhan
untuk berpartisipasi, perhatian terhadap karyawan,. komunikasi yang
harmonis dan sebagainya.
Jadi untuk mencari sebab-sebab menurunnya semangat kerja
kita
harus
mencari
sumber-sumber
yang
dapat
menimbulkan
ketidakpuasan, baik yang bersifat material maupun yang bersifat
inmaterial. Dengan mengetahui sebab-sebab tersebut kemungkinan
besar perusahaan dapat memulihkan kembali semangat kerja dari para
karyawannya.
3) Cara-Cara Meningkatkan Semangat Kerja
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan
semangat kerja para karyawannya. Untuk itu ada beberapa cara
meningkatkan semangat kerja, baik yang bersifat material maupun
inmaterial. Cara atau kombinasi yang paling tepat tergantung pada
19
perusahaan serta tujuan yang ingin dicapainya. Adapun cara-cara
tersebut menurut Nitisemito (2000:170) adalah :
a) Gaji yang cukup
b) Pemberian insentif yang terarah
c) Fasilitas tunjangan yang menyenangkan
d) Memperhatikan kebutuhan rohani
e) Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai
f) Harga diri mendapat perhatian
g) Menempatkan karyawan pada posisinya
h) Memberi kesempatan untuk karyawan lebih maju
i) Perasaan aman menghadapi masa depan
j) Mengusahakan karyawan mempunyai loyalitas
k) Sesekali karyawan diajak berunding.
4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Menurut Lateiner yang dikutip oleh Soekemi (dalam Tohardi,
2002:431) ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja
karyawan antara lain, yaitu :
a) Kebanggaan pekerja akan pekerjaannya dan kepuasannya dalam
menjalankan pekerjaan yang baik
b) Sikap terhadap pimpinan
c) Hasrat untuk maju
d) Perasaan telah diperlakukan secara baik
e) Kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerjanya
f) Kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya.
Lebih lanjut diungkapkan oleh Soekemi (dalam Tohardi,
2002:431) bahwa ada lima tindakan tegas oleh pihak pimpinan untuk
memperoleh semangat kerja yang tinggi dari karyawannya, yaitu :
a) Memberi tahu kepada setiap pekerjaan bagaimana keadaannya
b) Membicarakan dengan para pekerja terlebih dahulu tentang
perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi diri mereka
c) Menggunakan kemampuan setiap orang dengan sebaik-baiknya
20
d) Menurut cara penempatan tenaga dan melaksanakan aturan secara
adil
e) Menjaga jangan sampai pimpinan tertarik untuk menggunakan
kekuasaan secara sewenang-wenang.
5) Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Semangat Kerja
Semangat kerja karyawan tidak akan timbul dengan sendirinya,
disamping adanya kemauan dan usaha dari dalam diri karyawan, salah
satu faktor yang cukup penting untuk meningkatkan semangat kerja
adalah faktor lingkungan kerja yang ada didalam perusahaan seperti
yang dikemukakan oleh Ahyari (1999:126) bahwa lingkungan kerja
yang memuaskan bagi karyawan perusahaan yang bersangkutan akan
dapat meningkatkan semangat kerja didalam perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian pula sebaliknya, lingkungan kerja yang
tidak memuaskan akan dapat mengurangi semangat kerja dan
menurunkan tingkat produktivitas kerja para karyawan yang bekerja di
perusahaan. Pendapat Ahyari tersebut dapat dilihat jelas bahwa
lingkungan kerja yang sesuai dengan kebutuhan karyawan akan sangat
menentukan bagi semangat kerja karyawan.
Manulang (2001:150) mengatakan bahwa kondisi-kondisi
pekerjaan, yang menyenangkan terlebih lagi selama jam kerja akan
memperbaiki moral dan kesungguhan pegawai serta efesiensi kerja
karyawan. Jadi lingkungan kerja mempunyai pengaruh terhadap
semangat kerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik akan
mengakibatkan produktivitas menjadi naik, karena karyawan dapat
mencurahkan perhatiannya secara penuh terhadap pekerjannya.
4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat ada gambar
2.1 berikut :
21
Kondisi Tempat Kerja
(X1)
SEMANGAT KERJA
KARYAWAN
(Y)
Hubungan Kerjasama
(X2)
Program Pelayanan
Karyawan (X3)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
5. Hipotesis
a. Diduga faktor kondisi tempat kerja, hubungan kerja sama, program
pelayanan karyawan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
semangat kerja karyawan pada PT Patra Trading Jember.
b. Diduga faktor hubungan kerja sama dominan mempengaruhi semangat
kerja karyawan pada PT Patra Trading Jember.
6. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Patra Trading adalah perusahaan terbatas yang bergerak di
bidang perdagangan umum dan jasa dengan kepemilikan saham sebesar
98,58% oleh PT. Patra Niaga (Anak Perusahaan PT. Pertamina (Persero)
dan sisanya atau sebesar 1,42% oleh Dana Pensiun Elnusa (Dapenusa).
Dalam perkembangannya. PT. Patra Trading, untuk selanjutnya disebut
Perusahaan, memiliki 2 (dua) Strategic Business Unit (SBU), yaitu: bidang
Trading dan bidang Jasa.
SBU Trading fokus pada penjualan produk-produk Non Bahan
Bakar Minyak (Non BBM) yang diproduksi oleh Pertamina. Adapun SBU
bidang Jasa yang dikembangkan Perusahaan saat mi antara lain Jasa
Operator Pengisian LPG, Jasa Pemeliharaan Tabung LPG, dan Jasa
Handling untuk barang import serta distribusinya. Pengembangan ketiga
Jasa ini diharapkan mewujudkan perusahaan menjadi perusahaan
terkemuka di bidang Jasa industri hilir migas, khususnya produk LPG.
Ketiga Jasa ini memiliki fungsi strategis bagi PT. Pertamina (Persero),
22
khususnya dalam melaksanakan program konversi minyak tanah ke LPG
yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah saat ini.
Perusahaan melakukan penjualan produk Non BBM yang
diproduksi oleh PT. Pertamina (Persero) dan produk Katalis yang
dibutuhkan oleh PT. Pertamina (Persero). Produk yang dipasarkan secara
umum dikelompokkan menjadi 7 (tiga) kelompok produk, yaitu :
a. Produk Polytam (Biji Lastik) : Polytam Film dan Polytam Yarn.
b. Produk Petrokimia : Minarex A, Minarex B, Minarex H, Paraffinic 65,
dan Paraffinic 90.
c. Produk Solvent: SBPX, LAWS, Pertasol CA, dan Pertasol CB
d. Produk Aspal : Aspal straight run, Aspal drum, dan Aspal Modified
(Aspal Super Pertamina).
e. Produk Non BBM Lainnya : Slackwax dan Greencokes.
f. Produk Katalis: Nippon Ketjen, Sulfolant.
g. Produk LPG: Elpiji Pertamina (Tabung Biru) dan LPG New Brand.
Perusahaan saat ini juga sedang giat mengembangkan bisnis di
bidang jasa industri hilir migas, khususnya LPG. Bidang Jasa ini
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok Jasa, yaitu :
a. Jasa Operator Pengisian LPG: Depot Pengisian EJpiji (LPG Filling
Plant) 12 Kg dan 3 Kg serta Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) 3
Kg.
b. Jasa Pemeliharaan Tabung : Retester Plant Tabung 3 Kg.
c. Jasa Handling : Handling barang import Pertamina (Dispensing Pump,
Tabung
LPG
3
Kg,
Kompor
dan
Aksesorisnya),
Distribusi
produk/barang Pertamina di lingkup domestik (Pelumas, Dispensing
Pump)
Dengan SBU Trading dan Jasa yang didukung kegiatan usaha
seperti yang disebutkan di atas, Perusahaan menjalin kerjasama dengan
produsen dan pelanggan utama, yaitu PT. Pertamina (Persero). PT.
Pertamina (Persero) saat ini menjadi rekanan yang paling strategis karena
berperan sebagai supplier utama untuk kegiatan Trading Perusahaan dan
23
pelanggan utama yang menggunakan kegiatan Jasa Perusahaan. Adapun
pelanggan penting lainnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pelanggan Polytam : PT. Tara Utama Indonusa, PT. Cosmo Makmur
Indonesia, CV Bumi Putera, PT. Trichem Prima Astari, PT. Sinar Cipta
Compoundindo Elektric, PT. Unitrada Komutama.
b. Pelanggan Petrokimia : PT. Daya Naga Mulia, PT. Citra Bumi, PT.
Androsari, PT. Sinar Cipta Compoundindo Elektrik, PT. Syntex
Indonesia, PT. Putra Malino Prima.
c. Pelanggan Solvent : PT. Seruni Ganda Mekar, PT. Jumbo Power
International, PT. Daya Naga Mulia, PT. Sinar Cipta Compoundindo
Elektrik, PT. Eagle Esaindo, PT. Nissanindo
d. Pelanggan Aspal : CV Pamudji, PT. Anayaka Persada, PT. Muintan
Gemajaya.
e. Pelanggan Non BBM Lainnya : CV Pamudji, PT. Standar Mega, PT.
Indac International
f. Pelanggan Katalis : UP IV Cilacap, UP II Dumal, dan UP V
Balikpapan.
g. Pelanggan LPG : Rumah Tangga dan Sub Agen (CV Elhakim).
h. Pelanggan Jasa Pengisian LPG : Unit Gas Domestik, Dit. Pemasaran
dan Niaga, PT. Pertamina (Persero).
i. Pelanggan Jasa Perbaikan Tabung LPG : Unit Gas Domestik, Dit.
Pemasaran dan Niaga, PT. Pertamina (Persero).
j. Pelanggan Jasa Handling : Unit Pelumas dan Unit Gas Domestik, Dit.
Pemasaran dan Niaga, PT. Pertamina (Persero).
Perusahaan hingga saat ini terus berupaya mengembangkan bisnis
dan memperbaiki kinerja dengan orientasi utama pada pencapaian
kepuasan pelanggan sebagai salah satu alat dalam memenangkan
persaingan bisnis trading dan jasa yang sangat kompetitif sekarang ini.
Untuk itu Perusahaan selalu berusaha dan fokus untuk menjaga Sistim
Manajemen Mutu ISO 9001:2000 demi tercapainya tujuan tersebut.
24
a. Infrastruktur
Untuk dapat mencapai tingkat produksi dan kualltas yang sesuai
dengan persyaratan pelanggan maka penyediaan infrastruktur yang
memadai merupakan hal penting yang harus dikendalikan. Beberapa
jenis infrastruktur yang mempengaruhi mutu meliputi : Bangunan,
peralatan operasional dan sarana penunjang.
Sampai
dengan
saat
ini
Perusahaan
memiliki
dan
mengoperasikan berbagai jenis bangunan, yaitu Kantor Pusat, LPG
Filling Plant 12 Kg, LPG Filling Plant 3 Kg, Stasiun Pengisian Bulk
Elpiji (SPBE) Kg, dan Retester Plant Tabung 3 Kg, Gudang dan Outlet
Penjualan LPG, serta Blending Plant Aspal Modified.
a) Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Graha Elnusa Lt. 15, JI. TB.
Simatupang Kay. IB, Jakarta Selatan.
b) LPG Filling Plant 12 Kg milik Perusahaan, beralamat di :
1) Depot Pengisian Elpiji Tanjung Priok - JI. Jampea No. 1, Jakarta
Utara
2) Depot Pengisian Elpiji Cilacap - JI. Yos Sudarso No. 7, Cilacap,
Jawa Tengah
c) LPG Filling Plant 3 Kg milik Perusahaan, beralamat di :
1) Depot Pengisian Elpiji Tanjung Priok - JI. Jampea No. 1, Jakarta
Utara
2) Depot Pengisian Elpiji Balongan - JI. Raya Balongan Km. 8,
lndramayu, Jawa Barat
3) Depot Pengisian Elpiji Tanjung Perak - JI. Nilam Barat,
Surabaya, Jawa Timur
d) SPBE 3 Kg milik Perusahaan, beralamat di :
1) Depot BBM Padalarang - JI. Raya Padalarang Km. 16.5 Padalarang, Jawa Barat
2) Depot BBM Tasikmalaya - JI. Garuda No. 1, Cibereum,
Tasikamalaya, Jawa Barat
e) SPBE 3 Kg milik PT. Pertamina (Persero), beralamat di :
25
1) Depot BBM Plumpang - JI. Yos Sudarso - Plumpang, Jakarta
Utara
2) Depot BBM Cikampek - JI. A. Yani Km. 4.5, Cikampek - Jawa
Barat
3) Depot BBM Ujung Berung - JI. Soekarno Hatta No. 728,
Bandung, Jawa Barat
4) Depot BBM Jember - JI. Wahid Hasyim No 79, Jember, Jawa
Timur.
5) Depot BBM Malang - JI. Halmahera No. 13, Malang, Jawa
Timur.
6) Beberapa SPBE 3 Kg milik PT. Pertamina (Persero) yang
direncanakan dan sedang dalam proses konstruksi, diataranya :
Depot BBM Solo, Kediri, Madiun, Cimangkok, Cianjur,
Purwakarta, Cepu, Rewulu, dan Tanjung Wangi.
f) Retester Plant Tabung 3 Kg milc Perusahaan yang saat mi sedang
dalam proses perencanaan dan sebagian telah dalam proses
pembangunan, diantaranya berlokasi di Depot Elpiji Tanjung Priok,
Depot Elpiji Tanjung Perak, Depot BBM Plumpang, Depot BBM
Ujung Berung, dan eks. Depot BBM Solo.
g) Blending Plant Aspal Modified (Aspal Super Pertamina)
beralamat di Pabrik Aspal Gresik, JI. Harun Tohir, Gresik, Jawa
Timur
h) Gudang dan Outlet Penjualan Elpiji Pertamina, beralamat di Jl. Daan
Mogot, Jakarta Barat
Dukungan Kantor Pusat, Kantor Operasional (Filling Plant,
SPBE, dan Retester Plant), serta Gudang dan Outlet Penjualan LPG
yang luas dan menyebar diharapkan tetap berkomitmen untuk
memaksimalkan pelayanan pelanggan dan sekaligus menunjang
pengembangan bisnis Perusahaan ke depan.
26
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di PT Patra Trading Jember menggunakan
garis atau line, sehingga terdapat pelimpahan kekuasaan dari pimpinan
ke bawah dan pertanggungjawaban bawahan ke atas dilakukan secara
vertikal sesuai dengan wewenang.
Adapun struktur organisasi PT Patra Trading Jember disajikan
ada Gambar 4.1 sebagai berikut :
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI
PT PATRA TRADING JEMBER
KA. PLANT / PWS
ADMINISTRASI
KEPALA REGU
TEKNIK DAN LK3
GATE KEEPER
SECURITY
OPERATOR
(SHIF I)
OPERATOR
(SHIF II)
Sumber : PT Patra Trading Jember
27
Uraian struktur organisasi tersebut diatas adalah sebagai berikut
:
1. Ka. Plant / PWS
a. Mengadakan
pelaksanaan
koordinasi
dengan
pekerjaan
pengisian
Pihak
tanki
Pertamina
elpiji
atas
3Kg.,
menyediakan buffer stock, Stock Bulk Elpiji di Tanki Timbun
Pertamina
b. Melakukan pengawasan pelaksanaan safety talk harian guna
melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur
c. Melakukan pengawasan atas pemeriksaan alat kerja sebelum
operasi termasuk didalamnya peralatan carrousel dan atau
SPBE pakaian kerja, safety equipment.
d. Membuat jadual kerja, maintenance
e. Membuat jadual Kalibrasi untuk timbangan dan jadual
pengecekan atas semua peralatan.
f. Bersama dengan Pihak Pertamina melakukan stock opname
tanki elpiji
g. Melakukan pengawasan dan evaluasi atas operasional dan
sumber daya manusia
h. Mengawasi pembuatan dan sirkulasi berita acara produksi
harian
i. Membuat laporan produksi bulanan
2. Administrasi Umum
a. Membuat berita acara produksi harlan untuk diserahkan,
diperiksa oleh PTM
b. Membuat berita acara prestasi kerja bulanan diserahkan ke
pertamina untuk diperiksa dan di tanda tangani Oleh Ka. Wit
Ill Gas Dom
c. Membuat SP3 dan ditanda tangani Ka. Wil III Gas Dom
kemudian diserahkan ke kantor pusat.
d. Membuat RAB dan pertanggung jawabannya
28
e. Membuat surat2 ijin kerja yang dibutuhkan guna menunjang
operasional
f. Memeriksa absensi pekerja
g. Membuat Laporan Kerja Lembur Pekerja
h. Mencatat dan melakukan dokumentasi atas semua asset
Perusahaan
i. Mencatat, memeriksa serta mengajukan permintaan untuk
APD pekerja setiap tahunnya.
3. Kepala Regu
a. Mengatur tugas harian operator di lapangan
b. Melakukan pengawasan atas jumlah regu kerjanya
c. Memberikan pengarahan safety talk setiap pagi atau sebelum
dimulai pekerjaan,
d. Memeriksa kondisi mesin sebelum dihidupkan, persediaan
material
e. Memenksa peralatan keselamatan kerja pekerja
f. Mengatur antrian truk-truk agen maupun Konsultan
g. Mencocokan, menghitung jumlah tabung yang ada di truk dan
yang akan dimuat dengan DO yang dibawa Agen atau
Konsultan kemudian mencatatnya kedalam buku Laporan
Produksi Harlan
h. Bertanggung jawab atas pengadaan dan pemakaian Security
Seal Cap dan Rubber Seal
i. Mencatat BPP Bulk LPG kedalam buku laporan penerimaan
Bulk Harlan
j. Menghitung tabung yang rusak, illegal, bocor dIl
k. Mendata Bukti Penerimaan Produck (BPP) Skid Tank
l. Membuat laporan produksi
m. Memeriksa kembali mesin setelah selesai operasi, menutup
tanki timbun, mematikan motor pompa gas serta memeriksa
kebersihan area filling plant
29
4. Teknisi
a. Memeriksa kelayakan mesin dan alat yang ada di carousel
sebelum mulai beroperasi
b. Memeriksa dan menjaga semua peralatan yang berhubungan
dengan operasinya mesin carousel agar tetap dalam kondisi
sesuai prosedur
c. Merawat semua peralatan operasi agar tetap berjalan baik
d. Mematikari pompa produk, kompresor dan menutup kerangan
pompa setelah selesai produksi
5. Gate Keeper
a. Melakukan pemeriksaan truk agen atau konsultan yang keluar
dan masuk area pengisian Filling Plant atau SPBE
b. Menghitung dan mencocokan jumlah tabung yang ada didalam
truk dengan yang tertera di DO
c. Menandatangani serta stempel pada DO serta mengambil 1
lembar copy untuk pertinggal dan mencatat pada buku Laporan
Harian
d. Memberikan format penukaran tabung bocor bila ada
e. Mendata atau mencatat truk Skid Tank yang masuk
f. Mendata Bukti Penerimaan Product Skid Tank
6. Security
a. Menjaga Keamanan lingkungan kerja
b. Memeriksa setiap kendaraan balk truk agen maupun konsultan
yang keluar masuk area (untuk SPBE)
7. Operator
a. Operator bongkar : membongkar, menghitung dan mencatat
tabung kosong dan setiap agen serta menyusun kedalam
conveyor
b. Quality Control : Menyeleksi tabung yang turun dari truk
memisahkan tabung baik, rusak dan illegal (Filling Plant)
30
c. Operator muat : Melakukan loading Skid tank, memasukkan
tabung yang sudah diisi ke atas truk dan mencatatnya untuk
setiap agen
d. Encoding : Memerikksa kelengkapan rubber seal disetiap
tabung serta memasukkan data berat tabung kosong pada CUC
endoding (Filling Plant)
e. Chek Scale : Menghentikan outlet bila terjadi penumpukan
tabung sebelum leak detector
f. Weight Correction: Memeriksa berat tabung bila lebih
dikurangi, bila kurang ditambah secara manual kemudian
dikembalikan kedalam conveyor
g. Leak Detector : Memasang seal cup pada tabung
h. Evacuation : Mengosongkan isi tabung yang bocor kemudian
membenarkan posisi rubber seal pada valve
i. Seal Shrinking : Memasang segel pada masing-masing tabung
(12 Kg)
c. Aspek Personalia
1. Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan yang ada di PT Patra Trading Jember
sampai dengan penelitian ini dilaksanakan berjumlah 35 orang
seperti disajikan pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Tahun 2010
No.
Jabatan
1
2
3
4
5
6
6
Ka. Plant /PWS
Administrasi Umum
Kepala Regu
Teknisi
Gate Keeper
Operator
Security
Jumlah
Sumber : PT Patra Trading Jember
31
Jumlah
1
1
2
2
2
24
3
35
2. Hari dan Jam Kerja
PT Patra Trading Jember menetapkan hari kerja sebanyak 6
hari kerja. Namun jam kerjanya dibedakan antara operator dan staf
yang lain. Adapun pembagian jam kerja adalah sebagai berikut :
1). Administrasi Umum Jam 07.00 – 15.00
2). Kepala Regu, Teknisi, Gate Keeper, Operator
a.
Shift Pertama
: jam 06.00 – 14.00
b.
Shift Kedua
: jam 14.00 – 22.00
3. Sistem Pemberian Gaji, Tunjangan dan Insentif
a. Gaji Karyawan
PT Patra Trading
Jember memberikan gaji berdasarkan atas
jabatan, masa kerja dan tingkat pendidikan dan dibayarkan setiap
bulan sekali.
b. Tunjangan Hari Raya.
Tunjangan hari raya diberikan 1 minggu sebelum hari raya dan
untuk besarnya tunjangan hari raya sifatnya fleksibel.
c. Insentif
Insentif diberikan kepada semua karyawan yang pemberian setiap
3 bulan sekali dengan persyaratan harus memenuhi target
produksi qty 40.000 mt/hari sebesar 30% dari pokok.
4. Aspek Pemasaran
Daerah pemasaran tabung gas elpiji 3 Kg meliputi Jember
Kota serta daerah Jember Bagian Timur, Meliputi Kecamatan
Mumbulsari, Mayang dan Silo.
PT Patra Trading Jember mendistribusikan LPG 3 kg melalui
saluran distribusi tidak langsung. Bentuk saluran distribusi tidak
langsung yaitu produsen melalui agen untuk sampai ke konsumen.
Untuk lebih jelasnya jalur distribusi pemasarannya dapat
dilihat melalui gambar berikut :
32
Gambar 4.2 : Jalur Distribusi Pemasaran LPG 3 kg
Produsen
Agen
Konsumen
Sumber : PT Patra Trading Jember
5. Aspek Produksi
Produk yang dihasilkan PT Patra Trading Jember adalah
pengisian tabung gas LPG 3 kg. Adapun proses pengisian tabung gas
LPG adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan atau sortasi tabung yang datang dari agen agar
didapat tabung yang baik atau layak untuk dipakai dan memenuhi
persyaratan.
b. Pemeriksaan fasilitas produksi termasuk setting timbangan
apakah siap operasi atau tidak, jika salah satu fasilitas ada
gangguan maka secepatnya bagian teknisi untuk melalukan
perbaikan.
c. Pemeriksaan tabung dalam keadaan kosong.
d. Pemeriksaan filling machine,filling hoses dan filling head dalam
kondisi baik
e. Pastikan rubber seal dalam keadaan terpasang sebelum LPG
diisikan
f. Pengisian tabung dengan teliti dan tepat dengan tekanan pengisian
maksimal 13 Kg/ cm2
g. Pastikan koneksi antara filling head dan kerangan tabung
terhubung dengan baik
h. Melakukan pemeriksaan tes kebocoran dengan direndam ke
dalam air
i. Melakukan penimbunan ulang tabung serta pemasangan safety
seal cap.
33
6. Aspek Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
34 responde diperoleh gambaran mengenai tingkat pendidikan
sebagai berikut :
a. Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
SD
---
---
2
SLTP
---
---
3
SLTA
33
97 %
4
DIPLOMA
---
---
5
SARJANA STRATA 1
1
3%
JUMLAH
34
Sumber : PT Patra Trading Jember, data diolah.
100 %
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa
sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah berlatar
pendidikan SLTA sebanyak 33 responden atau 97% dan sisanya 1
orang atau 3% berpendidikan sarjana strata 1.
b. Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
33
97,0
2
Perempuan
1
3,0
34
100 %
Jumlah
Sumber : PT Patra Trading Jember, data diolah
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa yang paling banyak
menjadi responden adalah jenis kelamin Laki-laki yaitu sebanyak 33
responden atau 97% dari semua responden sedangkan responden
perempuan sebanyak 1 responden atau 3% dari total responden.
34
7. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas atau kesahihan dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana suatu kuesioner yang diajukan dapat menggali data atau
informasi
yang diperlukan.
Seperti
dinyatakan
oleh
Arikunto
(1997:135) bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
menggali apa yang diinginkan dan mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Dalam penelitian ini untuk uji validitas dilakukan
dengan teknik korelasi product moment model Pearson’s.
Adapun hasil uji validitas dengan menggunakan program
program Statistical Program for Social Science ( SPSS ) versi 15.0
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas
Butir Pertanyaan
(1)
X1
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X2
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X3
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
Y
Y1
Y2
Y3
Y4
R
(2)
Sig
(3)
Keterangan
(4)
0,912
0,732
0,916
0,743
0,000
0,003
0,000
0,000
VALID
VALID
VALID
VALID
0,754
0.636
0,724
0,717
0,000
0,000
0,000
0,000
VALID
VALID
VALID
VALID
0,820
0.753
0,697
0,760
0,000
0,000
0,000
0,000
VALID
VALID
VALID
VALID
0.832
0.773
0.793
0.794
0,000
0,000
0,000
0,000
VALID
VALID
VALID
VALID
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan terhadap semua
butir pertanyaan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua item
penelitian dapat dikatakan valid, dengan demikian dapat digunakan
35
sebagai instrumen dalam mengukur variabel yang ditetapkan dalam
penelitian ini.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana kuesioner yang diajukan dapat memberikan hasil yang
tidak berbeda jika dilakukan pengukuran kembali
terhadap subyek
yang sama pada waktu yang berlainan. Seperti dinyatakan oleh Nazir
(1998:125) bahwa, suatu kuesioner disebut mempunyai releabilitas
tinggi atau dapat dipercaya, jika kuesioner itu stabil, dan dapat
diandalkan karena penggunaaan kuesioner tersebut berkali-kali akan
memberikan hasil yang serupa.
Instrumen dapat dikatakan andal (reliabel) bila memiliki
koefisien keandalan realibilitas sebesar 0,6 atau lebih (Arikunto, 1998).
Lebih lanjut, Arikunto (1998) menentukan kriteria indeks reliabilitas
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Kriteria Indeks Kofiensi Reliabilitas
Kriteria
No.
Interval
1
< 0,200
Sangat rendah
2
0,200 – 0,399
Rendah
3
0,400 – 0,599
Cukup
4
0,600 – 0,799
Tinggi
5
0,800 – 01,00
Sumber : Arikunto, 1998
Sangat tinggi
Adapun hasil uji reliabilitas dengan menggunakan
program
Statistical Program for Social Science ( SPSS ) versi 15.0 dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas
No.
Variabel
Alpha
Keterangan
1
X1
0,824
Reliabel
2
X2
0,781
Reliabel
3
X3
0,800
Reliabel
36
4
Y
Sumber : Lampiran 4
0,814
Reliabel
Berdasarkan hasil uji realibilitas yang dilakukan terhadap semua
item dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua item penelitian
dapat dikatakan reliabel, dengan demikian dapat digunakan sebagai
instrumen dalam mengukur variabel yang ditetapkan dalam penelitian
ini.
c. Analisis Regresi Berganda
Hasil yang diperoleh dari penghitungan analisis Regresi Linear
Berganda dengan menggunakan program Statistical Program for Social
Science ( SPSS ) versi 15.00 adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Berganda
Koef.
Signifikan
No
Variabel
t-hitung
Regresi
Probabilitas
1.
Constanta
0,859
2,048
0,049
2. Kondisi Tempat Kerja
0,223
2,293
0,022
3.
(X1)
0,779
4,914
0,000
4.
Hub. Kerjasama (X2)
0,243
2,402
0,013
Program Pel. Masy
(X3)
F Change
= 36,407
R Square = 0,785
Signifikansi = 0,000
Sumber data : Lampiran 5.
Y = 0,859 + 0,223 X1 + 0,779 X2 + 0,243 X3
Dari persamaan regresi dua variabel bebas diperoleh X1, X2 dan
X3 bertanda positif, maka dapat diartikan bahwa satu satuan semangat
kerja karyawan akan dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja (X1)
sebesar 0,223., hubungan kerjasama antar karyawan (X2) sebesar 0,779
dan program pelayanan karyawan (X3) sebesar 0,243 pada konstanta
0,859. Dengan kata lain, makna dari persamaan di atas yaitu :
1. Koefisien regresi variabel kondisi tempat kerja (X1) sebesar 0,223
menunjukkan bahwa setiap perubahan satu satuan, maka variabel
kondisi tempat kerja (X1) akan meningkatkan terhadap semangat
37
kerja sebesar 0,223 dengan asumsi variable-variabel bebas lainnya
dianggap konstan.
2. Koefisien regresi variabel hubungan kerjasama (X2) sebesar 0,779
menunjukkan bahwa setiap perubahan satu satuan, maka variabel
hubungan kerjasamaantar karyawan (X2) akan meningkatkan
terhadap semangat kerja sebesar 0,779 dengan asumsi variabelvariabel bebas lainnya dianggap konstan.
3. Koefisien regresi variabel program pelayanan karyawan
(X3)
sebesar 0,243 menunjukkan bahwa setiap perubahan satu satuan,
maka
variabel
program
pelayanan
karyawan
(X3)
akan
meningkatkan terhadap semangat kerja sebesar 0,243 dengan asumsi
variable-variabel bebas lainnya dianggap konstan.
d. Koefisien Determinasi
Besarnya kontribusi sumbangan yang diberikan oleh variabel
kondisi tempat kerja (X1), hubungan kerjasama antar karyawan (X2),
dan program pelayanan karyawan (X3) terhadap semangat kerja
karyawanPT Patra Trading Jember berdasarkan hasil analisis komputer
dengan program SPSS versi 15,0 (lihat lampiran 5) yaitu sebesar 0,785
atau sebesar 78,5%., Hal ini menunjukkan bahwa variabelsemangat
kerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel kondisi tempat kerja
(X1), hubungan kerjasama antar karyawan (X2), dan program
pelayanan karyawan (X3) sebesar 78,5% dan sisanya 21,5% adalah
pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
8. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh variabel
bebas X1, X2 dan X3 terhadap variabel terikat (Y) secara simultan atau
bersama–sama.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program
SPSS Ver.15 sebagaimana yang terlihat pada tabel 4.7 diatas, maka
diperoleh nilai F hitung adalah sebesar 36,407 dengan tingkat signifikansi
38
sebesar 0,000, sedangkan nilai F-tabel pada lampiran 6 adalah sebesar
2,67. Karena F hitung lebih besar dari F-tabel (36,407>2,67), maka Ho
ditolak dan menerima Ha yang menyatakan ada pengaruh secara simultan
atau bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain
itu probabilitas F hitung (sig. F change) adalah sebesar 0,000. Besarnya
nilai tersebut lebih kecil daripada  (N < 0,05). Dengan hasil pengujian
diatas, maka Ho ditolak dan menerima Ha yang berarti bahwa variabel
kondisi tempat kerja (X1), hubungan kerjasama antar karyawan (X2), dan
program pelayanan karyawan (X3) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel semangat kerja karyawan (Y) PT Patra Trading Jember.
9. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada penelitian ini digunakan untuk menunjukkan
pengaruh secara partial atau individual antara variabel kondisi tempat kerja
(X1), hubungan kerjasama antar karyawan (X2), dan program pelayanan
karyawan (X3) terhadap semangat kerja karyawan (Y).
a. Dari tabel 5.7 di atas nilai t-hitung dari variabel kondisi tempat kerja
(X1) sebesar 2,209 dengan nilai signifikan sebesar 0,022 (<0,05),
sedangkan nilai t-tabel pada lampiran 7 adalah sebesar 2,036., Karena t
hitung lebih besar dari t-tabel (2,293> 2,036), maka Ho ditolak dan
menerima Ha yang mengindikasikan bahwa variabel kondisi tempat
kerja (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel semangat kerja
karyawan (Y) PT Patra Trading Jember.
b. Dari tabel 5.7 di atas nilai t-hitung dari variabel hubungan kerjasama
(X2) sebesar 4,914 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (<0,05)
sedangkan nilai t- tabel pada lampiran 7 adalah sebesar 2,036., Karena t
hitung lebih besar dari t-tabel (4,914> 2,036), maka Ho ditolak dan
menerima Ha yang mengindikasikan bahwa variabel hubungan
kerjasama antar karyawan
(X2) berpengaruh signifikan terhadap
variabel semangat kerja karyawan (Y) PT Patra Trading Jember.
c. Dari tabel 5.7 di atas nilai t-hitung dari variabel program pelayanan
karyawan (X3) sebesar 2,402 dengan nilai signifikan sebesar 0,013
39
(<0,05) sedangkan nilai t-tabel pada lampiran 7 adalah sebesar 2,036.,
Karena t hitung lebih besar dari t-tabel (2,402> 2,036), maka Ho ditolak
dan menerima Ha yang mengindikasikan bahwa variabel program
pelayanan karyawan (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel
semangat kerja karyawan (Y) PT Patra Trading Jember.
10. Pembahasan
Hasil koefisien determinasi diketahui bahwa bahwa Variabel
bebas yaitu kondisi tempat kerja (X1), hubungan kerjasama antar
karyawan (X2), dan program pelayanan karyawan (X3)mempunyai
pengaruh terhadap semangat kerja karyawan yaitu sebesar 78,5%.
Sedangkan sisanya sebesar 21,5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
di luar penelitian.
Perhitungan secara bersama-sama dengan uji F menunjukkan
angka sebesar 36,407 dengan F-tabel 2,67 dan tingkat signifikansi 0,000,
hal ini membuktikan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan “Bahwa
variable kondisi tempat kerja (X1), hubungan kerjasama antar karyawan
(X2), dan program pelayanan karyawan (X3) sebagai variabel
independen mempunyai pengaruh secara simultan atau bersama-sama
terhadap semangat kerjakaryawan PT Patra Trading Jember”
Sedangkan dari uji t (uji parsial) ditunjukkan bahwa variable
kondisi tempat kerja (X1) menunjukkan nilai sebesar 2,293., uji t untuk
hubungan kerjasama antar karyawan (X2) sebesar 4,914., uji t untuk
program pelayanan karyawan (X3) sebesar 2,402., sedangkan dari t-tabel
didapatkan nilai sebesar 2,036. Diantara variabel yang terdiri dari
variabel kondisi tempat kerja (X1), hubungan kerjasama antar karyawan
(X2), dan Program Pelayanan Karyawan (X3) menunjukkan bahwa
variabel Hubungan Kerjasama antar Karyawan (X2) mempunyai nilai thitung paling besar. Hal ini menyatakan bahwa hipotesis yang kedua
yang menyatakan “Bahwa Hubungan Kerjasama antar Karyawan (X2)
merupakan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap semangat kerja
40
karyawan terbukti, dimana t hitung variabel hubungan kerjasama antar
karyawan (X2) lebih besar dari t hitung variabel lainnya.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variabel kondisi tempat kerja
(X1), hubungan kerja sama antar karyawan (X2), dan program pelayanan
karyawan (X3), sebagai variabel independen mempunyai pengaruh
secaras imultan atau bersama-sama terhadap semangat kerja karyawanter
bukti. Hal tersebutdapatdiketahui dengan melihat perbandingan antara F
hitung dengan F-tabel. Pada bab sebelumnya diketahui bahwa F hitung
lebih besar dari F tabel (36,407>2.67) sehingga dapat disimpulkan bahwa
seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji t (t-test)
menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yaitu variabel kondisi
tempat kerja (X1), hubungan kerja sama antar karyawan (X2), dan
program pelayanan karyawan (X3),
sebagai variabel independen
mempunyai pengaruh secara parsial terhadap semangat kerja karyawan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian sebagai berikut :
a. Kondisi tempat kerja (X1) yaitu t
hitung>t tabel
(2,293 > 2,036), ini
berarti bahwa variabel kondisi tempat kerja berpengaruh signifikan
terhadap semangat kerja Karyawan. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak.
dan Ha diterima.
b. Hubungan kerja sama antar karyawan (X2) yaitu t
hitung>t
tabel
(4,914>2,036), ini berarti bahwa variabel hubungan kerja samaantar
karyawan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan.
Hal ini berarti bahwa Ho ditolak. dan Ha diterima.
c. Program pelayanan karyawan (X3) yaitu t
hitung>t tabel
(2,402>2,036),
ini berarti bahwa variabel program pelayanan karyawan berpengaruh
41
signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa
Ho ditolak. dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil uji t dapat dilihat bahwa variabel Hubungan
kerja samaantar karyawan (X2) mempunyai nilai yang paling besar
dibanding t
hitung
variabel lainnya, hal ini menunjukkan bahwa variabel
hubungan kerja sama antar karyawan (X2) berpengaruh dominan
terhadap semangat kerja karyawan.
3.
Besarnya koefisien determinasi diketahui sebesar 0,785 (78,5%). Dari
nilai
tersebutdapatdisimpulkanbahwa
variabel–variabel
yang
berpengaruh terhada semangat kerja karyawan dapat dijelaskan oleh
model regresisebesar 78,5% sedangkan sisanya sebanyak 21,5%
diterangkan variabel–variabel dari luar model.
42
DAFTAR PUSTAKA
Alex S. Nitisemito, 2000, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta
Ahyari. 1999, ManajemenSumberdayaManusia, Edisi Revisi, Andi Offset,
Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi (1996), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : RinekaCipta.
Dajan, Anto. 1996, Pengantar Metode Statistik Jilid II, Penerbit LP3ES, Jakarta.
Djarwanto PS. 1987, Metode Penelitian, Cetakan Pertama Edisi Pertama, BPFE
UGM, Yogyakarta
Dessler, Garry, 1997, Manajemen Personalia, Erlangga, Jakarta.
Flippo, Edwin B, 1994, Manajemen Personalia, PenerbitErlangga, Jakarta
Handoko, T. Hani. 1992, Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta.
Hasibuan, Malayu. 2004,Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Hermawan (2003), "Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja
Karyawan Pada Perum Pegadaian Cabang Tulungagung”, Universitas
Jember
Heidjrachman Ranu pandojo dan Suad Husnan, 1993, Manajemen Personalia,
BPFE, Yogyakarta
Imam Ghozali. 2005, AplikasiAnalisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi
3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Koentjaraningrat. 1986, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT.
Gramedia.
M. Nazir, 1998,Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Ghalia Indonesia, Jakarta
Nitisemito, Alex, S, 2000, Manajemen Personalia : Manajemen Sumber Daya
Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Supranto. 1993, Statistik : Teori dan Aplikasi, Jilid II, Edisi Kelima, Jakarta,
Erlangga.
43
Download