faktor resiko terjadinya hipertensi pada lansia di desa gayaman

advertisement
FAKTOR RESIKO TERJADINYA HIPERTENSI PADA LANSIA
DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR
KABUPATEN MOJOKERTO
DWI ANDARI
11001108
Subyek dan Kata Kunci: Faktor, Resiko, Hipertensi, Lansia
DESCRIPTION
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika
tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke, jantung koroner, dan gagal
ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa keturunan, olahraga,
stress, dan pola konsumsi makanan tinggi garam sebagai faktor resiko yang
melatarbelakangi kejadian hipertensi pada lansia di Desa Gayaman Mojoanyar
Mojokerto.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif, rancangan yang di lakukan dalam penelitian ini adalah dengan survei,
dan variabel dalam penelitian ini adalah faktor keturunan, olahraga, stress, pola
konsumsi tinggi garam, populasi dalam penelitian ini seluruh lansia sebanyak 224
lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, instrumen
dalam penelitian ini adalah kuesioner, tehnik pengolahan data meliputi editing,
coding, scoring, tabulating.
Hasil penelitian tentang faktor resiko terjadinya hipertensi pada lansia di
Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebagian besar
responden menderita penyakit hipertensi karena di latarbelakangi oleh faktor
stress sebanyak 29 responden ( 96,6 %), karena faktor keturunan 16 responden (
53,3% ), karena faktor olahraga 9 responden (30% ), karena faktor pola konsumsi
tinggi garam 22 responden ( 73,3% ).
Keturunan atau predisposisi genetik terhadap penyakit tertentu merupakan
faktor resiko yang paling utama, faktor resiko antara lain adanya riwayat keluarga
yang menderita hipertensi. Olahraga dapat memobilisasi massa otot sehingga
mengakibatkan kontraksi berkala yang ringan dan mengurangi kontraksi otot
sehingga jantung memompa darah lebih aktif dan akibatnya tekanan darah bisa
rendah. Stress dapat menyebabkan hipertensi dengan menstimulasi system saraf
dalam meningkatkan hormone yang menyempitkan pembuluh darah, seperti
adrenalin dan kortisol. Pola konsumsi tinggi garam dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi, karena garam menyebabkan tubuh menahan air dengan tingkat
melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah
dan tekanan darah tinggi.
Diperlukan peran aktif dari berbagai pihak untuk memberikan informasi
mengenai bahayanya penyakit hipertensi, dengan cara pemberian healt education
dan dukungan keluarga pada lansia agar dapat menghindari stress.
ABSTRACT
Hypertension is becoming a serious public health problem, because if
unchecked it will develop and cause dangerous complications. Because
complications often arise, such as stroke, coronary heart disease, and kidney
failure. The purpose of this study was to determine that heredity, exercise, stress,
and high salt food consumption patterns as risk factors underlying the incidence of
hypertension in the elderly in Gayaman Mojoanyar Mojokerto.
Type of research was descriptive design, the design was survey, and the
variables were heredity, exercise, stress, high salt consumption patterns,
population in this study was the entire of the elderly as many as 224 elderly, the
instrument in this study was questionnaire, data processing techniques include
editing, coding, scoring, tabulating.
The results showed that the majority of respondents suffer from
hypertension due to stress were 29 respondents (96.6%), due to heredity were 16
respondents (53.3%), due to the exercise were 9 respondents (30%), due to the
pattern of high salt consumption were 22 respondents (73.3%).
Heredity or genetic predisposition to certain diseases was the most
important risk factor, risk factors included a family history of suffering from
hypertension. Exercise could mobilize muscle mass resulting in periodic mild
contraction and reduced muscle contractions so that the heart pumped blood more
active and consequently may lower blood pressure. Stress could cause
hypertension by stimulating the nervous system to increase the hormone that
constricted blood vessels, such as adrenaline and cortisol. The pattern of high salt
consumption could cause high blood pressure, because salt caused the body to
retain water at levels exceeding the normal limit of the body, thereby increasing
blood volume and blood pressure.
It is required active participation of various stakeholders to provide
information about the dangers of hypertension, providing health education and
family support for the elderly in order to avoid stress.
Keyword: Factor, Risk, Hypertension, Elderly
Contributor
: Eka Diah K, S, KM., M.Kes
: dr. Rahmi Syarifatun Abidah
Date
: 17 Mei 2014
Type Material : Laporan Penelitian
URL
:
Right
:
Summary
:
LATARBELAKANG
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika
tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
akibatnya bisa fatal karna sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan
otak),penyakit jantung koroner,dan gagal ginjal. Hipertensi pada lanjut usia
sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya
tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke
dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal.
Hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun.
Adanya hipertensi,baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan
faktor resiko utama untuk stroke,gagal jantung penyakit koroner,dimana
peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda
(Kuswardhani, 2007).
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan
tekanan darah baik secara lambat atau mendadak. Menurut Kemenkes (2013) di
Indonesia sendiri prevalensi penderita hipertensi sebesar 31,7% yang berarti 1
dari 3 orang mengalaminya. ironisnya,76% dari mereka yang tidak mengetahui
dirinya telah mengalami hipertensi, sehingga tidak mendapatkan pengobatan.(
Junaidi, 2013). Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur tahun 2012
menyebutkan total penderita hipertensi di Jawa Timur sebanyak 285.724 pasien.
Data ini diambil menurut surveilans di Jawa Timur. Hipertensi di Jawa Timur
menduduki peringkat teratas selama tiga tahun terakhir ( Junaidi, 2013). Tingkat
kabupaten kejadian hipertensi di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 mencapai
48,437 pasien (Pemkab Mojokerto, 2012).
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 12 Februari 2014 di Desa Gayaman
terdapat lima lansia yang menderita penyakit hipertensi. Faktor resiko Yang
mempengaruhinya diantaranya adalah stress, dari 5 lansia tersebut yang menderita
stress tingkat berat terdapat 4% lansia, tingkat sedang 4% lansia sedangkan
tingkat ringan 2% lansia. Lansia yang melakukan olahraga terdapat 3 orang lansia
sedangkan yang tidak melakukan olahraga terdapat 2 orang lansia, lansia yang
gemar mengkonsumsi makanan asin terdapat 4 orang lansia sedangkan yang
membatasi hanya 1 orang lansia, yang melakukan diet dari kelima lansia tersebut
tidak satupun lansia yang melakukan diet, yang mengkonsumsi daging berlemak
dari 5 lansia hanya 2 orang lansia saja yang membatasi dan 3 orang lansia lainnya
mengkonsumsi daging berlemak 2-3 kali seminggu, dari kelima lansia yng
menderita hipertensi hanya 1 orang lansia yang penyakitnya keturunan dari
ibunya 4 orang lansia lainnya tidak diturunkan dari siapa-siapa.
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor
resiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) yaitu seperti keturunan,jenis
kelamin,ras dan umur. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan (minor)
yaitu seperti olahraga,stress,nutrisi,makanan berlemak jenuh,konsumsi zat
berbahaya. Olahraga secara teratur seperti berjalan kaki,lari,bersepeda atau
berenang dapat mencegah dan menurunkan darah
tinggi. Pakar
merekomendasikan sekitar 30-60 menit latihan aerobik 3-5 kali seminggu. Stress
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan keluaran jantung.
Selain itu,stress dapat menstimulasi sistem saraf simpatik. Stress yang tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai penyakit yang salah satunya
adalah hipertensi. Nutrisi adalah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dan
mempengaruhi kejadian hipertensi. Hal ini berkaitan dengan konsumsi nutrien
tertentu yang dapat menstimulasi naiknya tekanan darah. Nutrien yang berdampak
nyata terhadap naiknya tekanan darah adalah mineral sodium. Konsumsi makanan
tinggi sodium mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian hipertensi.
Makanan berlemak jenuh berpengaruh terhadap naiknya tekanan darah. Hal ini
terjadi akibat pengaruh lemak jenuh yang menyebabkan atherosclerosis,kondisi
ini berdampak pada naiknya tekanan darah seseorang. Konsumsi zat berbahaya
juga dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Konsumsi zat berbahaya ini
meliputi rokok,konsumsi alkohol berlebih,dan obat-obatan terlarang. Penggunaan
substansi ini secara terus-menerus dapat membuat tekanan darah cenderung
tinggi. Merokok sudah sejak lama diketahui sebagai faktor resiko utama penyakit
kardiovaskuler (Hesti Rahayu, 2012).
Lansia lebih sering terkena penyakit hipertensi karena kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis
dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan
dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta
itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding yang kini tidak elastis tidak dapat
lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar.
Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang
tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik) (Wolff, 2008).
Perawat sebagai bagian dari masyarakat juga harus memberikan edukasi
yang benar tentang perawatan hipertensi dikeluarga dan masyarakat umum.
Pendeteksian dini terhadap masalah hipertensi adalah sangat penting.
Pendeteksian secara dini akan memudahkan dokter untuk mengobati penyakit
hipertensi sejak dini. Perawat tentunya harus memotivasi masyarakat untuk
memeriksa tekanan darah secara rutin terutama pada lanjut usia dan ini bisa
dilakukan dipusat pelayanan masyarakat seperti puskesmas, posyandu lansia,dan
lain sebagainya. Mengedukasi masyarakat tentang penyebab,gejala dan
penanganan sertaperawatan hipertensi juga sangat diperlukan di masyarakat
(Admin, 2014 ).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian adalah suatu metode penelitian yang di lakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara obyektif (Notoatmodjo, 2005). Jenis penelitian yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah desain deskriptif.
Rancangan penelitian adalah suatu metode mengukur variabel-variabel
dalam penelitian pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Rancangan yang di
lakukan dalam penelitian ini adalah dengan survey. Survei adalah pemeriksaan
atau penelitian secara komprehensif (Hartono, 2004).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa sebagian besar responden yang
menderita hipertensi berumur 60-70 tahun sebanyak 21responden (70 %),
sebagian besar responden hanya lulusan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 17
responden (56,7 %), sebagian kecil responden adalah seorang ibu rumah tangga 7
responden (23,4 %) dan sebagian tidak bekerja terdapat 7 responden (23,4%),
sebagian besar responden menderita hipertensi stadium 2 / berbahaya sebanyak 22
responden ( 73,4 % )
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden
menderita hipertensi karena faktor keturunan sebanyak 16 responden (53,3 %),
hampir sebagian responden yang menderita hipertensi di karenakan faktor
olahraga sebanyak 9 responden (30 %), hampir seluruhnya responden menderita
hipertensi di karenakan faktor stress sebanyak 29 responden (96,6%), sebagian
besar responden menderita hipertensi di karenakan faktor pola konsumsi tinggi
garamsebanyak 22 responden (73,3 %).
Hasil penelitian dalam kategori keturunan sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi di desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto
sebanyak 16 responden (53,3 %) yang mendapat penyakit turunan dari orang tua
lansia. Faktor resiko yang pertama adalah keturunan.
Dalam Soeparman (2004) Keturunan atau predisposisi genetic terhadap
penyakit merupakan faktor resiko yang paling utama adanya riwayat keluarga
yang menderita hipertensi, kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
kembar monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita
hipertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap
terjadinya hipertensi. Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese
spontaneously hypertensive rat (SHR), new Zealand genetically hypertensive rat
(GH), Dahl Salt sensitive (H),salt resistant dan Milanhypertensive rat strain
(MHS), dua turunan tikus tersebut mempunyai faktor neurogenik yang secara
genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan dua
turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan trhadap garam yang juga
diturunkan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori keturunan karena genetiknya yang
meningkat sehingga dapat menyebabkan penyakit hipertensi dan gen yang
terkandung didalamnya adalah neurogenik yang secara genetic adalah pemicu
timbulnya hipertensi. Kondisi ini terjadi ketika individu lahir dari dua individu
sehat pembawa gen rusak tersebut, tetapi dapat juga terjadi ketika gen yang rusak
tersebut merupakan gen yang dominan. Namun setiap kelainan genetic tidak
selalu muncul dalam silsilah keluarga.Kadang-kadang kelainan itu baru muncul
setelah ada faktor pencetusnya. Maka dari itu harusnya yang dapat dilakukan
adalah mencegah faktor pencetus itu sendiri.
Hasil penelitian dalam kategori olahraga sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi pada lansia didesa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
Mojokerto sebanyak 9 responden (30 %).
Olahraga raga dapat memobilisasi masa otot sehingga mengakibatkan
kontraksi berkala yang ringan dan menenangkan. Untuk mewujudkan proses ini,
otot-otot memompa darah secara aktif sehingga kerja jantung lebih ringan dalam
memompa darah, selama olahraga tersebut, tekanan darah sedikit meningkat
namun kemudian jantung dan pembuluh darah menjadi terbiasa bekerja dengan
tekanan darah lebih rendah (Depkes RI, 2004).
Dalam Suleman (2010)Olahraga teratur membuat system kardiovaskuler
lebih efisien memompa darah dan menyalurkan oksigen ke otot-otot yang bekerja,
pelepasan adrenalin dan asam laktat ke darah akan meningkatkan denyut jantung
takanan darah sistolik dan tekanan arterial rata-rata saat istirahat otot menerima
kurang lebih 20% dari aliran darah total, tapi selama olahraga aliran darah ke otot
meningkat sampai 80-85%. Untuk memenuhi kebutuhan metabolik otot rangka
selama olahraga, dua penyesuaian utama dari aliran darah harus muncul, pertama
meningkatkan cardiac output jantung, kedua aliran darah dari organ dan jaringan
inaktif harus diredistribusi ke otot rangka yang aktif.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa olahraga yang rutin akan
meningkatkan tekanan darah dan tekanan darah menjadi lancar sehingga dapat
memobilisasi otot dan mengurangi kontraksi otot sehingga jantung memompa
darah lebih aktif dan akibatnya tekanan darah bisa rendah.Dan kardiovaskuler
lebih efisien memompa darah dan menyalurkan oksigen ke otot-otot yang bekerja.
Sehingga keadaan jantung dapat memompa darah dengan sempurna dan jalannya
darah bisa lancar tanpa ada bendungan yang dapat menyebabkan darah tertahan
sehingga dapat berakibat tekanan darah yang tinggi.
Hasil penelitian dalam kategori stress sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi di desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto
sebanyak 29 responden (96,6 %).
Faktor resiko yang ke tigaadalah stress (Isselbacher ef al, 2005).Hubungan
antara stress dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama
dapat meningkatkan peninggian tekanan darah yang menetap Haurissa(2010).
Pada keadaan stress tubuh juga meningkatkan produksi hormon stress yakni
kortisol dan adrenalin keduanya ini meningkatkan kerja jantung, yang jika terus
menerus terpapar akan membuat gangguan pada jantung, jika dilihat pada system
saraf stress dapat menyebabkan hipertensi dengan menstimulus system saraf
dalam meningkatkan hormone yang menyempitkan pembuluh darah, misalnya
seperti adrenalin dan kortisol.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa stress
yang berlebihan dan akibatnya saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat meningkatkan
peninggian tekanan darah yang menetap, stress juga dapat meningkatkan
kolesterol tinggi, yang mengakibatkan gangguan pola makan sehingga dapat
menyebabkan malas untuk beraktifitas dan olahraga, hingga mengatasi stress
dengan merokok semuanya ini merupakan faktor resiko hipertensi yang dapat
terjadi.
Hasil penelitian dalam kategori pola konsumsi tinggi garam sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi di desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
Mojokerto sebanyak 22 responden (73,3 %).
Saryono (2010) menyarankan untuk mewaspadai asupan garam yang
berlebih, karena garam merupakan sumber sodium yang utama dan garam adalah
faktor pencetus penyebab penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi yang
dapat berkembang menjadi penyakit-penyakit kardiovaskuler. Darah tinggi terjadi
jika ada peningkatan pembuluh darah yang memaksa kerja jantung untuk
memompa darah dan nutrisi.Garam menyebabkan tubuh menahan air dengan
tingkat melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan
volume darah dan tekanan darah tinggi.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi garam
berlebih dapat meningkatkan tekanan darah, garam yang dapat mengikat kadar
darah sehingga mengakibatkan darah meningkat lebih cepat.Karena sifat garam
menahan air dengan melebihi ambang batas normal tubuh, sehingga dapat
meningkatkan volume darah dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk
pencegahan perlu acuan pembatasan penggunaan garam bagi para lansia yang
terpenting pedoman gizi seimbang merupakan salah satu pedoman yang dapat
digunakan oleh petugas dan masyarakat lansia untuk hidup sehat.
SIMPULAN
Hasil penelitian tentang faktor resiko terjadinya hipertensi pada lansia di
desa Gayaman Mojoanyar Mojokerto didapatkan sebagian besar responden yang
menderita penyakit hipertensi karna dilatarbelakangi oleh faktor stress.
SARAN
1. Bagi anggota keluarga
Hendaknya memberikan dukungan moril pada lansia sehingga tidak
jatuh pada kondisi stress.
2. Bagi tenaga kesehatan
Hendaknya dapat merubah strategi pelayanan kesehatan yang di
berikan kepada anggota keluarga sehingga anggota keluarga dapat mengerti
tentang penyakit hipertensi, misalnya dengan memberikan healt education dan
mengadakan konseling pada penderita maupun pada keluarga.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hendaknya meneliti keturunan, olahraga, stress dan pola konsumsi
tinggi garam sebagai faktor resiko terhadap hipertensi pada lansia, sehingga
diketahui besaran resiko kejadian hipertensi.
.
ALAMAT CORRESPONDENSI
Email
: [email protected]
No. HP
: 08771257778
Alamat
: Curah Tatal, situbondo, Jawa Timur
Download