KAJIAN TERHADAP KINERJA SAHAM PT WASKITA KARYA (PERSERO) TBK BERBASIS ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL GRACE LOURENZA SEMBIRING DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Terhadap Kinerja Saham PT Waskita Karya (Persero), Tbk Berbasis Analisis Teknikal dan Fundamental adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2015 Grace Lourenza Sembiring NIM H24110146 ABSTRAK GRACE LOURENZA SEMBIRING. Kajian Terhadap Kinerja Saham PT Waskita Karya (Persero), Tbk Berbasis Analisis Teknikal dan Fundamental. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO. PT Waskita Karya (Persero), Tbk merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah di sektor konstruksi yang berperan dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Penelitian dilakukan menggunakan analisis teknikal dengan Exponential Moving Average (EMA) dan Double Exponential Smoothing (DES) dan analisis fundamental dengan Dividend Discount Model (DDM). Hasil penelitian pada saham Waskita periode Februari – Juli 2013 menunjukkan tren meningkat, Agustus 2013 – Januari 2014 menunjukkan tren menurun, Februari – Juli 2014 menunjukkan tren mendatar, dan Agustus 2014 – Januari 2015 menunjukkan tren menaik. Peramalan 90 hari ke depan menunjukkan tren meningkat. Kondisi perusahaan periode 2012 – 2014 mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih. Namun mengalami laju yang menurun yang disebabkan oleh faktor makro ekonomi. Harga pasar saham Waskita selama periode Februari 2014 – Januari 2014 sebesar Rp 784,37 sedangkan nilai intrinsik saham Waskita sebesar Rp 2138,22 per lembar. Hal ini berarti saham Waskita di jual undervalued karena harga pasar lebih kecil dari pada nilai intrinsik. Kata kunci : analisis fundamental, analisis teknikal, peramalan, saham ABSTRACT GRACE LOURENZA SEMBIRING. Study on PT Waskita Karya (Persero), Tbk Stock Performance based on Technical and Fundamental Analysis. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO. PT Waskita Karya (Persero), Tbk is one of the state-owned companies in the construction sector which has been contributing in Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development (MP3EI). This research was conducted using technical analysis with Exponential Moving Average (EMA) and Double Exponential Smoothing (DES) and fundamental analysis with Dividend Discount Model (DDM). Based on the research of Waskita’s stock on February – July 2013 showed uptrend, August 2013 – January 2014 showed uptrend, February – July 2014 showed sideways trend, and August 2014 – January 2015 showed uptrend. Forecasting for the next 90 days shows an uptrend. Company’s income and net profit increased in period 2012 – 2014 but showed decreased rate in income and net profit caused by macro economic factor. Waskita’s market price in period February 2014 – January 2015 was Rp 784,37 while Waskita’s intrinsic value was Rp 2138,22 per sheet. This meant Waskita’s stock was sold undervalued because market price was less than intrinsic value. Keywords : forecasting, fundamental analysis, technical analysis, stock KAJIAN TERHADAP KINERJA SAHAM PT WASKITA KARYA (PERSERO) TBK BERBASIS ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL GRACE LOURENZA SEMBIRING Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah kinerja saham, dengan judul Kajian Terhadap Kinerja Saham PT Waskita Karya (Persero), Tbk Berbasis Analisis Teknikal dan Fundamental. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Darta Sembiring), ibu (Acin Br. Ginting), adik-adik (Kevin dan Michael Sembiring), seluruh keluarga, dosen, staff Departemen Manajemen IPB, serta sahabat dan teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2015 Grace Lourenza Sembiring DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penelitian Terdahulu METODE 1 2 2 2 3 3 4 Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN 4 4 4 4 5 8 Gambaran Umum Perusahaan Manajemen Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Analisis Teknikal Analisis Fundamental Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN 8 9 9 9 10 13 23 24 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 24 25 25 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 38 DAFTAR TABEL 1 2 3 Penelitian terdahulu yang relevan 3 Ringkasan kondisi keuangan PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama 2012-2014 9 Matriks hubungan profitabilitas dengan kondisi ekonomi 17 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kerangka Pemikiran Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Februari – Juli 2013 Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Agustus 2013 – Januari 2014 Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Februari – Juli 2014 Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Agustus 2014 – Januari 2015 Uji autokorelasi data historis saham Waskita Double Exponential Smoothing (DES) Waskita Pergerakan PDB, nilai tukar, inflasi, suku bunga, harga saham sektoral, dan harga saham Waskita 2012 - 2014 Laju pertumbuhan PDB per kuartal 2012 – 2014 Perbandingan tingkat pengembalian sektor konstruksi dan tingkat pengembalian pasar per bulan Periode Jan 2012 – Jan 2015 Harga penutupan saham per bulan sektor konstruksi Periode Januari 2012 – Januari 2015 5 10 10 11 11 12 13 19 19 20 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 Tabel Struktur PDB nasional menurut kontribusi lapangan usaha tahun 2011 - 2013 (persen) Laju pertumbuhan PDB per kuartal 2012 – 2014 Daftar harga saham Waskita periode Februari 2013 – Januari 2015 Daftar Indeks Saham Gabungan periode Februari 2013 – Januari 2015 Suku Bunga SBI periode 2013 – 2014 Tabel tingkat return IHSG 29 30 31 34 37 37 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara berusaha mempercepat dan memperluas pembangunan ekonominya. Hal ini berusaha direalisasikan dengan kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dijalankan mulai tahun 2011. Dalam upaya peningkatan ekonomi diperlukan dukungan sarana dan prasarana berupa infrastruktur yang memadai. Kondisi yang di hadapi Indonesia adalah ekonomi bertumbuh relatif tinggi (6,26%) namun investasi infrastuktur masih kurang. Pertumbuhan sektor konstruksi cenderung bersamaan dengan fluktuasi pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor konstruksi sebagai salah satu sektor yang mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia telah menyumbang sebesar 10,16% pada tahun 2011, 10,26% pada tahun 2012, dan 9,99 % terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Indonesia pada tahun 2013 (BPS 2014). Pembangunan infrastruktur yang memadai akan mendukung sektor ketahanan pangan dan kelancaran proses produksi, meningkatkan aksesibilitas dan ruang mobilitas kepada masyarakat terhadap kegiatan sosial dan ekonomi. Pemerintah melalui MP3EI mengalokasikan investasi besar dengan total belanja sebesar Rp 1 786 triliun pada sektor konstruksi yang merupakan penggerak roda pertumbuhan ekonomi dan lokomotif pembangunan nasional serta daerah. Perusahaan-perusahaan konstruksi milik pemerintah yang di listing di Bursa Efek Indonesia akan mengerjakan proyek pembangunan infrastruktur dengan nilai yang besar akibat program MP3EI. PT Waskita Karya (Persero), Tbk merupakan salah satu perusahaan milik negara di sektor konstruksi yang baru melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tanggal 19 Desember 2012 namun memiliki tingkat likuiditas yang paling tinggi di sektornya dilihat dari volume saham (IDX 2013). Waskita dulunya merupakan perusahaan yang sakit, atau bahkan boleh dikatakan sudah mati, karena kasus penggelembungan aset yang terjadi di masa lalu. Barulah setelah melalui restrukturisasi yang dilakukan oleh Perusahaan Pengelola Aset (PPA), sebuah BUMN yang secara khusus menangani aset-aset bermasalah milik negara, Waskita mulai menggeliat kembali. Restrukturisasi tersebut dilaksanakan pada tahun 2010 lalu, dimana PPA menyuntikkan modal sebesar Rp 475 milyar ke dalam kas Waskita. Setelah dipegang oleh PPA, Waskita perlahan tapi pasti mulai menunjukkan perbaikan kinerja, minimal itu bisa dilihat dari pendapatannya yang terus naik sejak tahun 2010 lalu. Saldo defisit yang disebabkan oleh akumulasi kerugian di masa lalu juga terus berkurang. Meski demikian, kehadiran PPA tidak serta merta menjadikan Waskita bersih dari berbagai kasus. IPO Waskita ini lebih merupakan kelanjutan dari upaya perbaikan kinerja perusahaan yang dimulai sejak tahun 2010 lalu. Harapannya dengan menjadi perusahaan terbuka, maka Waskita minimal menjadi lebih transparan terhadap publik, dan juga memiliki kinerja yang lebih baik, karena perusahaan bertanggung jawab tidak hanya kepada Pemerintah namun juga kepada pemegang saham publik 2 (http://www.teguhhidayat.com/2012/12/waskita-karya.html). Perbaikan dan perubahan citra Waskita yang lebih positif diharapkan dapat menarik minat dan kepercayaan investor pada saham Waskita. Dengan adanya peluang investasi ini, bagi para investor, saham di perusahaan ini merupakan pilihan untuk berinvestasi. Sebelum melakukan investasi saham diperlukan analisis teknikal dan analisis fundamental dan melakukan peramalan saham ke depan sehingga para investor dapat menentukan kapan akan membeli dan menjual saham pada waktu yang tepat. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Bagaimana pergerakan saham pada PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama periode Februari 2013 – Januari 2015 ? 2. Bagaimana peramalan pergerakan saham PT Waskita Karya (Persero), Tbk ? 3. Bagaimana kondisi PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama periode 2012 – 2014 ? 4. Bagaimana nilai intrinsik saham PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama periode Februari 2014 – Januari 2015 ? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pergerakan pada PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama periode Februari 2013 – Januari 2015 2. Menganalisis peramalan pergerakan saham PT Wakita Karya (Persero), Tbk 3. Menganalisis kondisi PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama periode 2012 – 2014 4. Menganalisis nilai intrinsik saham pada PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama periode Februari 2014 – Januari 2015 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam melakukan investasi, peramalan, dan pergerakan harga saham di pasar modal maupun nilai intrinsik saham. 2. Pihak-pihak yang ingin melakukan kajian lebih dalam mengenai analisis teknikal dan fundamental Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan landasan bagi penelitian selanjutnya. 3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada kinerja PT Waskita Karya (Persero), Tbk melalui analisis teknikal berupa Exponential Moving Average (EMA) dan peramalan dengan Double Exponential Smoothing (DES) dan analisis fundamental berupa Dividend Discount Model (DDM). Data yang diambil untuk analisis teknikal terbatas pada periode Februari 2013 – Januari 2015 dan analisis fundamental terbatas pada data laporan keuangan periode 2012 – 2014. Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian terdahulu yang relevan Peneliti Variabel Alamsyah, Pergerakan 2010 saham, PDB, Pengangguran, Inflasi, Tingkat Bunga, Defisit anggaran, Sentimen Alat Analisis Analisis teknikal (SMA dan MAE) dan Analisis Fundamental (DDM) Denny, 2010 Pergerakan saham, Kondisi Perekonomian Analisis teknikal (EMA) dan Analisis Fundamental (PER dan Present Value) Abrahams, Pergerakan 2011 saham, PDB, Nilai Tukar, Inflasi, Pengangguran, Tingkat bunga Analisis teknikal (SMA dan MAE) dan Analisis Fundamental (DDM) Hasil penelitian Analisis Teknikal pada empat perusahaan pertambangan pada indeks Kompas 100 menunjukkan saham ANTM dan TINS menunjukkan sinyal jual dan saham BUMU dan PTBA menunjukkan sinyal beli. Berdasarkan analisis fundamental, saham ANTM dan TINS mengalami overvalued dan saham BUMI dan PTBA mengalami undervalued. Analisis kondisi perusahaan pertambangan menunjukkan bahwa saham PTBA menunjukkan kinerja yang paling baik. Hasil analisis teknikal dan fundamental menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yitu bahwa kinerja perusahaan pertambangan searah dengan ketertarikan investor di pasar. Krisis ekonomi global 2008 – 2010 sangat mempengaruhi kondisi perbankan sehingga nilai intrinsik saham lebih tinggi dari pada nilai aktual rata-rata (undervalued). Tren saham emiten yang dinilai mengalami kondisi cenderung menurun meskipun dalam kecepatan yang berbeda. 4 METODE Kerangka Pemikiran Bagi perusahaan yang membutuhkan modal dan masyarakat yang memiliki kelebihan modal, pasar modal merupakan suatu fasilitas untuk mempertemukan kebutuhan ini. Pasar modal selain memberikan keuntungan berupa deviden dan capital gain juga memberikan risiko yang tinggi bagi investor. PT Waskita Karya (Persero), Tbk menerbitkan saham dengan tujuan mendapatkan tambahan modal dan bagi investor merupakan suatu sarana untuk melakukan investasi. Sebagai investor, sebelum melakukan investasi pada saham Waskita harus melakukan penilaian terhadap saham. Penilaian saham dilakukan menggunakan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal oleh para investor untuk menentukan strategi yang tepat kapan akan membeli, menjual atau menyimpan saham. Analisis teknikal ini dapat dilakukan dengan pendekatan Exponential Moving Average (EMA). Hasil dari analisis teknikal ini berupa peramalan pergerakan harga saham yang akan terjadi selanjutnya. Analisis fundamental dilakukan untuk melakukan keputusan investasi untuk jangka panjang. Analisis fundamental yang dilakukan melalui pendekatan Dividend Discounted Model (DDM). Dari hasil pendekatan ini investor dapat membandingkan apakah saham yang akan dibeli undervalued atau overvalued terhadap harga yang berlaku di pasar. Hasil yang diperoleh dari analisis teknikal dan fundamental sebagai informasi pertimbangan dalam rekomendasi strategi. Kerangka pemikiran penelitian terlihat pada Gambar 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Bogor pada bulan Januari – Maret 2015. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series harian harga saham dari bulan Januari 2013 sampai Januari 2015 dan laporan keuangan 2012 – 2014. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, artikel, skripsi yang relevan dengan penelitian ini dan internet. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling terhadap perusahaan konstruksi BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan yaitu PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Perusahaan ini dipilih berdasarkan urutan tingkat atau frekuensi transaksi, ketersediaan laporan tahunan perusahaan, dan data historis harga saham perusahaan tersebut pada periode Februari 2013 – Januari 2015 dan laporan keuangan 2012 – 2014. 5 PT Waskita Karya (Persero), Tbk Saham Investor Penilaian Harga Saham Analisis Teknikal Exponential Moving Average Analisis Fundamental : 1. Analisis Ekonomi Makro 2. Analisis Industri 3. Analisis Perusahaan Double Exponential Smoothing Pergerakan Nilai Saham Dividend Discount Model Nilai Intrinsik Saham Informasi Rekomendasi Strategi Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2013 dan Minitab 14. Analisis yang digunakan adalah analisis teknikal berupa Exponential Moving Average dan analisis fundamental berupa Dividend Discount Model. 6 Exponential Moving Average Exponential Moving Average (EMA) dihitung dengan memberikan persentase dari harga penutup hari ini ke nilai moving average kemarin. EMA memberikan berat lebih banyak ke harga penutup yang lebih baru (Salim 2003). Perhitungan EMA: Perhitungan EMA pada hari pertama : π¬π΄π¨πΊ = (π·π × π¬πΊπ) + (π΄π¨π−π × (π − π¬πΊπ)) π π¬πΊπ = (π + π) Perhitungan EMA pada hari kedua dan seterusnya : π¬π΄π¨πΊ = π¬π΄π¨π−π + (π¬πΊπ × (π·π − π¬π΄π¨π−π )) Keterangan : EMAs = EMA sekarang / hari ini Ps = Harga saham sekarang / hari ini ESF = Exponential Smoothing Factor MAs-1 = MA sebelumnya = Jumlah hari yang diperhitungkan dalam MA n EMAs-1 = EMA sebelumnya Double Exponential Smoothing Metode Double Exponential Smoothing akan menyesuaikan faktor tren yang ada pada pola data. Dipopulerkan oleh C.C. Holt, metode ini menambah faktor pertumbuhan (growth) atau faktor tren (trend factor) pada persamaan dasar dari smoothing (Santoso 2009). Metode Holt memperhalus tren dan slopenya secara langsung dengan menggunakan konstanta - konstanta pemulusan yang berbeda (Arsyad 2001). Persamaan Double Exponential Smoothing : 1. Rangkaian pemulusan secara eksponential : π¨π = πΆ ππ + (π − πΆ)(π¨π−π + π»π−π ) 2. Estimasi tren : π»π = π·(π¨π − π¨π−π ) + (π − π·)π»π−π 3. Ramalan pada periode p : Μ t+p = At + pT1 π Keterangan: At = Nilai baru yang telah dimuluskan α = Konstanta pemulusan untuk data (0 ≤ α ≤ 1) Yt = Data yang baru atau yang sebenarnya pada periode t β = Konstanta pemulusan untuk estimasi tren (0 ≤ β ≤ 1) Tt = Estimasi tren 7 p Μ t+p π = Periode yang diramalkan = Nilai ramalan periode p Dividend Discount Model Dividend Discount Model (DDM) adalah model untuk menghitung nilai intrinsik saham yang mendasarkan pertumbuhan dividen. DDM mengasumsikan bahwa nilai saham merupakan present value semua aliran dividen di masa yang akan datang. Penentuan nilai intrinsik saham dengan DDM berarti memprediksi harga saham agar investor terhindar dari saham yang mahal (overpriced). Karena saham-saham yang sudah mahal (overpriced), maka kemungkinan investor mendapat keuntungan yang layak akan sulit (Sulistyastuti 2002). Model ini dirumuskan sebagai berikut : π½π = π«π (π + π) π−π Keterangan : V0 = Nilai intrinsik saham (value of stock) D0 = Dividen yang dibagikan pada periode tersebut (dividend payment in the related period) = Pertumbuhan dividen secara konstan (constant growth rate of g dividends) k = Tingkat pengembalian yang diharapkan (required rate of return on stock) Dengan diketahuinya nilai intrinsik suatu saham selanjutnya dapat dibandingkan dengan harga pasar saat ini. Dari perbandingan tersebut, suatu saham dapat dianalisis apakah underpriced atau overpriced. Apabila analisis suatu saham tersebut menghasilkan nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar maka saham tersebut disebut underpriced / undervalued. Dengan demikian, seorang investor harus mencari saham-saham yang underpriced / undervalued yaitu saham yang memiliki nilai intrinsik lebih tinggi dari harga pasar. Sebaliknya investor harus menghindari saham yang sudah overpriced. saham yang overpriced berarti mahal karena nilai intrinsiknya di bawah harga pasar. Saham-saham yang undervalued diharapkan mampu memberikan keuntungan (Sulistyastuti 2002). Nilai k atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, ditentukan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Model CAPM ditulis sebagai berikut : π = πΉπ + π· (πΉπ − πΉπ) Keterangan : k = Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor Rf = Tingkat pengembalian bebas resiko (risk free) β = Beta saham (indikator risiko sistematis) Rm = Tingkat pengembalian pasar (return market) 8 Beta (β) diartikan sebagai risiko sistematis. β > 1 = Menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan indeks di pasar β < 1 = Menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar β = 1 = Menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar Pada saat β > 1 ini menunjukkan kondisi saham menjadi lebih berisiko, dalam artian jika pada saat terjadinya perubahan pasar sebesar 1% maka harga saham X akan mengalami perubahan lebih besar 1% atau saham X > 1% (Fahmi 2014). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Waskita Karya (Persero), Tbk didirikan pertama kali sebagai Perseroan asing dengan nama “Volker Aaneming Maatschappij NV” yang kemudian dinasionalisasikan menjadi Perseroan Negara (PN) Waskita Karja berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 62 Tahun 1961 pada tanggal 29 Maret 1961. Nasionalisasi Waskita diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 83 Tahun 1961 dan Tambahan Lembaran Negara No. 2217, yang berlaku surut hingga tanggal 1 Januari 1961. Setelah dinasionalisasi, Waskita kemudian berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Waskita Karya berdasarkan Akta Pendirian No. 80 tanggal 15 Maret 1973 sebagaimana diubah dengan Akta Perubahan No. 20 tanggal 8 Agustus 1973, yang keduanya dibuat di hadapan Kartini Muljadi, SH, pada waktu itu Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum sesuai dengan Surat Keputusannya No. Y.A.5/300/2 tanggal 20 Agustus 1973, telah didaftarkan di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta di bawah No. 3062 dan 3063 tanggal 27 Agustus 1973, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 91 tanggal 13 November 1973 Tambahan No. 822. PT Waskita Karya (Persero), Tbk melakukan penawaran saham publik perdana pada tahun 2012. Pemegang saham Waskita terbesar adalah pemerintah dengan 67,78%. Waskita melaksanakan kegiatan usaha sebagai pekerjaan pelaksanaan konstruksi, jasa pertambangan, pekerjaan terintegrasi EPC, rancang bangun (design and build), layanan jasa konsultansi (konsultan) manajemen, building manajemen, pabrikasi bahan dan komponen bangunan, pabrikasi komponen peralatan konstruksi, pabrikasi barang logam, kayu, karet, dan plastik, penyewaan peralatan konstruksi, layanan jasa keagenan dan bahan dan komponen bangunan, serta peralatan konstruksi, investasi dan/atau pengelolaan usaha di bidang prasarana dan sarana dasar, serta industri, melakukan usaha di bidang agro industri, ekspor – impor, perdagangan umum, pengelolaan kawasan, pengembangan sistem, layanan jasa bidang teknologi informasi dan kepariwisataan dan pengembangan realty. 9 Manajemen Manajemen PT Waskita Karya (Persero), Tbk terdiri dari : Direktur Utama : M. Choliq Direktur Pemasaran : Didi Triyono Direktur Keuangan dan SDM : Tunggul Rajagukguk Direktur Operasi I : Desi Arryani Direktur Operasi II : Adi Wibowo Direktur Operasi III : Agus Sugiono Komisaris Utama : Mohamad Hasan Komisaris : Satya Arinanto Komisaris : Imam Majdi Achid Komisaris : Arif Baharudin Komisaris Independen : Iwan Nursyirwan Diar Komisaris Independen : Kohirin Suganda Saputra Pemegang Saham PT Waskita Karya (Persero), Tbk melakukan penawaran saham publik perdana pada tahun 2012. Pemegang saham Waskita terbesar adalah pemerintah dengan 67,78%, Employees Provident Fund sebesar 4,15%, PT AIA Financial – Equity sebesar 1,70%, JPMCB – Norges Bank sebesar 1,19%, JPMCB – JP Morgan Funs sebesar 1,04%, Syailendra Equity Oppotunity Fund sebesar 0,84%, PPA Investasi Efek sebesar 0,77%, PT Asuransi Jiwa Manulife sebesar 0,54%, Reksadana Schroder Dana Prestasi Plus 9 sebesar 0,51%, dan masyarakat sebesar 21,51%. Ringkasan Keuangan PT Waskita Karya (Persero), Tbk pada tahun 2012 mencatat laba bersih sebesar Rp 254,03 Miliar. Laba bersih Rp 367,97 Miliar pada tahun 2013 dan tercatat sebesar Rp 501,21 Miliar pada tahun 2014. Tabel 2 Ringkasan kondisi keuangan PT Waskita Karya (Persero), Tbk selama 2012-2014 Deskripsi 2012 2013 Pendapatan Usaha (Rp) 8 808,42 9 686,61 Laba Kotor (Rp) 628,52 910,69 Laba Bersih (Rp) 254,03 367,97 ROA (%) 3,036% 4,187% ROE (%) 12,66% 15,44% EPS (Rp/lembar saham) 26,37 38,20 PER (x) 17,06 10,60 DPS (Rp/lembar saham) 2,11 11,46 Ket : dalam Miliar Rupiah Sumber : waskita.co.id dan idx.co.id, data diolah (2015) 2014 10 286,81 1 108.90 501,21 3,996% 17,59% 51,90 28,53 11,46 10 Analisis Teknikal Exponential Moving Average Selama periode Februari 2013 hingga Januari 2015, pergerakan harga saham PT Waskita Karya (Persero), Tbk menunjukkan berbagi aktivitas jual beli yang terbentuk melalui Exponential Moving Average (EMA). Teknik Exponential Moving Average (MA) yang digunakan dalam penelitian ini adalah EMA (10). Pada semester I (Gambar 2) periode Februari – Juli 2013, saham Waskita menunjukkan tiga kali sinyal beli (bullish) yang terjadi pada 13 Februari hingga 4 April , 17 April hingga 4 Juni, dan 15 Juli hingga 26 Juli. Sinyal jual (bearish) terjadi tiga kali yaitu pada 5 April hingga 16 April, 5 Juni hingga 14 Juli, dan 27 Juli yang terus berlanjut hingga semester II periode Agustus 2013 – Januari 2014 yaitu tanggal 10 September. Selama periode Februari – Juli 2013, grafik menunjukkan garis tren yang meningkat (uptrend). 1200 Harga (Rp) 1000 800 600 400 200 0 2/1/2013 3/1/2013 4/1/2013 5/1/2013 Price 6/1/2013 7/1/2013 EMA (10) Gambar 2 Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Februari – Juli 2013 Sumber : data diolah (2015) 900 800 Harga (Rp) 700 600 500 400 300 200 100 0 8/1/2013 9/1/2013 10/1/2013 11/1/2013 12/1/2013 1/1/2014 Price EMA (10) Gambar 3 Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Agustus 2013 – Januari 2014 Sumber : data diolah (2015) 11 Pada semester II (Gambar 3) terjadi dua kali sinyal beli (bullish) yang terjadi pada tanggal 11 September hingga 25 September 2013 dan tanggal 9 Januari 2014 yang terus berlanjut hingga semester I periode Februari – Juli 2014 yaitu tanggal 21 Maret. Sinyal jual (bearish) terjadi satu kali pada tanggal 26 September 2013 hingga 8 Januari 2014. Selama periode Agustus 2013 – Januari 2014, grafik menunjukkan garis tren yang menurun (downtrend). 900 800 Harga (Rp) 700 600 500 400 300 200 100 0 2/3/2014 3/3/2014 4/3/2014 Price 5/3/2014 6/3/2014 7/3/2014 EMA (10) Gambar 4 Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Februari – Juli 2014 Sumber : data diolah (2015) Pada Semester I (Gambar 4) terjadi satu kali sinyal beli (bullish) pada tanggal 4 Juli hingga 25 Juli. Sinyal jual (bearish) terjadi dua kali yaitu pada tanggal 22 Maret hingga 3 Juli dan 26 Juli yang berlanjut hingga Semester II periode Agustus 2014 – Januari 2015, yaitu tanggal 7 Agustus. Selama periode Februari – Juli 2014, grafik menunjukkan tren mendatar (sideways trend). 2000 Harga (Rp) 1500 1000 500 0 8/1/2014 9/1/2014 10/1/2014 11/1/2014 12/1/2014 1/1/2015 Price EMA (10) Gambar 5 Exponential Moving Average (EMA) Waskita Periode Agustus 2014 – Januari 2015 Sumber : data diolah (2015) 12 Pada Semester II (Gambar 5) terjadi tiga kali sinyal beli (bullish) pada tanggal 8 Agustus hingga 26 Agustus, 14 Oktober 2014 hingga 5 Januari 2015, dan 20 Januari hingga semester I periode Februari – Juli 2015. Sinyal jual (bearish) terjadi dua kali yaitu pada tanggal 27 Agustus hingga 13 Oktober 2014 dan tanggal 6 Januari hingga 19 Januari 2015. Selama periode Agustus 2014 – Januari 2015, grafik menunjukkan tren meningkat (uptrend). Berdasarkan EMA, dapat dievaluasi bahwa selama periode Februari 2013 – Januari 2015, saham Waskita bergerak fluktuatif. Apabila pergerakan saham semakin berfluktuatif maka risiko yang dihasilkan juga besar. Semakin besar risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diinginkan (Husnan 2005). Secara keseluruhan saham Waskita mengalami tren naik (bullish). Double Exponential Smoothing Berdasarkan data harga saham periode Februari 2013 – Januari 2015, dilakukan peramalan pergerakan harga saham ke depan dengan asumsi (1) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, (2) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan (3) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang (Husnan 2005). Dalam menentukan peramalan harga saham ke depannya, perlu dilakukan uji pola data dengan uji autokerlasi sehingga dapat ditentukan metode peramalan yang tepat. Berdasarkan uji autokorelasi (Gambar 6), ada 30 hasil korelasi yang melawati garis batas merah. Hal ini menunjukkan adanya autokorelasi anatara data pada lag 1 hingga lag 30. Besar korelasi (disimbolkan dengan bar biru) mengalami penurunan secara gradual. Hal tersebut menguatkan tampilan grafik data bahwa data tidak stasioner dan terdapat tren pada data tersebut. Gambar 6 Uji autokorelasi data historis saham Waskita Sumber : data diolah (2015) Karena data tidak stasioner, maka peramalan dengan Moving Average atau Simple Exponential Smoothing tidaklah tepat digunakan. Untuk itu dapat 13 digunakan metode Double Exponenetial Smoothing; adanya tren pada data menunjukkan penggunaan metode Holt dianggap tepat (Santoso 2009). Dengan analisis deret waktu menggunakan Double Exponential Smoothing pada data historis harga saham Waskita, terlihat hasil peramalan harga saham dan tren untuk 90 hari ke depan pada Gambar 7. Nilai peramalan didapat melalui nilai α dan γ optimal dengan metode trial and error, α = 0,999 dan γ = 0,0050 dengan nilai MAPE, MAD, MSD yang paling kecil yaitu 2,178; 16,159 ; 527,253. Gambar 7 Double Exponential Smoothing (DES) Waskita Sumber : data diolah (2015) Tren yang terlihat pada grafik adalah tren menaik. Hasil ini sesuai dengan tren data pada semester sebelumnya periode Agustus 2014 – Januari 2015 yang akan terus menaik. Melihat kecenderungan tren yang menaik maka investor disarankan untuk membeli saham pada semester berikutnya yang dimulai pada Februari 2015. Analisis Fundamental Analisis Ekonomi Makro Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana seluruh perusahaan beroperasi. Faktor makro adalah faktor yang berada di luar perusahaan, namun mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor ekonomi penting yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian makro adalah sebagai berikut Produk Domestik Bruto (PDB) Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,26% pada tahun 2012 dan 5,78% pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi 2014 sebesar 5,02%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan komponen pada PDB, yakni konsumsi rumah tangga yang menurun 14 hingga 55,71% pada 2014 jika dibandingkan dengan 2013 sebesar 55,82% dan 54,64% pada tahun 2012, pengeluaran pemerintah yang menurun dari 9,11% pada tahun 2013 dan 8,91% pada 2012 menjadi 8,04% pada tahun 2014, pembentukan modal tetap domestik bruto menurun dari 31,66% pada tahun 2013 dan 32,67% tahun 2012 menjadi 31,04% pada tahun 2014, ekspor barang dan jasa yang terus menurun dari tahun 2012 sebesar 25,86%, 25,74% pada tahun 2013, dan menurun menjadi 24,77% pada tahun 2014 (BPS 2014). Walaupun mengalami laju pertumbuhan yang lambat, namun nilai PDB tetap mengalami peningkatan dari Rp 7 419 triliun pada tahun 2011, menjadi Rp 8 229 triliun pada tahun 2012, Rp 9 083 triliun pada tahun 2013, dan Rp 10 094 triliun pada tahun 2014. Pada tahun 2012, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 9,98%, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,11%, Sektor Konstruksi 7,50%, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,15%, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,40%, Sektor Industri Pengolahan 5,73%, Sektor Jasa-Jasa 5,24%, Sektor Pertanian 3,97%, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,49%. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2012 mencapai 6,81% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB (BPS 2013). Pada tahun 2013, Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,19%, diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,56%, Sektor Konstruksi 6,57%, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93%, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58%, Sektor Industri Pengolahan 5,56%, Sektor Jasa-jasa 5,46%, Sektor Pertanian 3,54%, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,34%. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB (BPS 2014). Pada tahun 2014, Informasi dan Komunikasi merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,02%, diikuti oleh Jasa Perusahaan sebesar 9,81% dan Jasa Lainnya sebesar 8,92% (BPS 2015). Nilai Tukar Sepanjang tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan depresiasi terkait dengan dinamika perekonomian dunia dan berdampak pada kinerja perekonomian domestik. Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah 6,3 % ke level Rp 9 358 per dolar AS dari Rp 8 768 per dolar AS pada tahun sebelumnya. Sumber tekanan terutama berasal dari masih tingginya risiko ketidakpastian pemulihan ekonomi dan keuangan global terkait dengan proses penyelesaian krisis utang dan fiskal di kawasan Eropa, melemahnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia, khususnya China, serta resolusi fiskal di AS (BI 2013). Pada 2013, tren pelemahan nilai tukar rupiah mulai terjadi sejak awal tahun, meskipun masih terbatas. Pada triwulan I 2013, rupiah ditutup pada level Rp 9 718 per dolar AS. Tekanan depresiasi nilai tukar rupiah bertambah besar karena pada saat bersamaan defisit transakasi berjalan di triwulan II 2013 menjadi Rp 9 925. Pada triwulan III 2013, tekanan pelemahan rupiah semakin membesar dengan nilai Rp 11 580. Tekanan depresiasi rupiah mereda pada triwulan IV 2013 karena membaiknya kondisi fundamental ekonomi sejalan dengan respons yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. Pada triwulan IV 2013, defisit 15 transaksi berjalan menurun tajam menjadi 2,0 % dari PDB sejalan dengan melambatnya permintaan domestik (impor turun) dan membaiknya permintaan eksternal (ekspor naik) sehingga berkontribusi pada menurunnya permintaan valas. Seiring dengan perbaikan fundamental ekonomi domestik dan membaiknya persepsi risiko investor global terhadap Indonesia, nilai tukar mengalami penguatan pada triwulan I 2014. Rupiah menguat 7,13% dibandingkan dengan level pada akhir 2013 dan ditutup pada level Rp 11 360. Penguatan tersebut terutama terjadi sejak Februari 2014 sejalan dengan meningkatnya aliran masuk modal asing. Pada triwulan II 2014, rupiah melemah 4,18% ke level Rp 11 855. Meskipun secara umum mengalami tekanan depresiasi, volatilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga. Pada triwulan III 2014, rupiah melemah ke level Rp 11 770 per dolar AS dan pada triwulan IV 2014, rupiah kembali melemah ke level Rp 12 581. Tekanan terhadap rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Tekanan eksternal dipicu oleh kekhawatiran terhadap normalisasi kebijakan The Fed, dinamika geopolitik, dan perlambatan ekonomi global. Tekanan eksternal tersebut dialami oleh mata uang di negara kawasan, termasuk Indonesia. Sementara dari faktor internal, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu pembentukan kabinet baru dan program kerja pemerintah ke depan (BI 2014). Inflasi Pada tahun 2012, inflasi mencapai 4,3% atau berada di dalam kisaran sasarannya sebesar 4,5%±1%. Realisasi inflasi yang cukup rendah tersebut didukung oleh ketiga komponennya, inflasi inti 4,4%, volatile food 5,7%, dan administered prices 2,7% (BI 2013). Tekanan inflasi meningkat cukup kuat pada tahun 2013 dipicu kenaikan harga pangan dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pada triwulan I 2013, tekanan inflasi banyak dipengaruhi kenaikan harga pangan akibat kebijakan pembatasan impor produk hortikultura dan anomali cuaca. Tekanan inflasi semakin kuat sejak Juni 2013 saat Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, sebagai upaya menjaga ketahanan fiskal. Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut juga memberikan dampak lanjutan (second round effect) kepada harga kelompok barang-barang lain seperti tarif transportasi. Pada saat bersamaan, inflasi volatile food pada bulan Juni-Agustus 2013 juga meningkat akibat dampak lanjutan kenaikan harga BBM bersubsidi dan gangguan produksi dalam negeri akibat masa panen yang mundur. Kenaikan harga di kedua kelompok tersebut pada gilirannya memberikan dampak lanjutan kepada inflasi inti yang kemudian secara keseluruhan mendorong inflasi pada Agustus 2013 naik menjadi 8,8%. Perkembangan inflasi 2013 tersebut juga mengangkat beberapa permasalahan struktural yang kemudian turut berkontribusi pada meningkatnya tekanan inflasi. Tekanan inflasi volatile food tidak terlepas dari pengaruh ketahanan pangan yang belum cukup kuat sehingga perkembangan harga pangan domestik menjadi rentan terhadap harga global dan pasokan dari impor. Selain itu, masalah distribusi akibat infrastruktur yang belum memadai juga menambah tekanan harga, terutama di daerah-daerah yang kurang terjangkau. Tekanan inflasi yang mereda mulai September 2013. Berdasarkan komponennya, kenaikan inflasi 16 terutama dipengaruhi oleh tingginya inflasi administered prices 16,7%dan inflasi volatile food 11.8% dan inflasi inti masih cukup terkendali yakni sebesar 5,0%. Inflasi pada triwulan I 2014 tercatat 7,32%. dan pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 6,70%. Tren penurunan tekanan inflasi tersebut antara lain ditopang oleh menurunnya tekanan inflasi volatile food, administered prices, dan terjaganya inflasi inti sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah. Penurunan inflasi masih terus berlanjut pada triwulan III 2014 sebesar 4,53% sehingga mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Inflasi yang tetap terjaga tersebut didukung oleh inflasi inti dan volatile food yang terkendali (BI 2014). Suku Bunga Pada awal semester I 2012, kekhawatiran atas dampak rambatan (spillover) dari perlambatan ekonomi global terhadap prospek ekonomi nasional semakin mengemuka. Kondisi ini kemudian mendorong Bank Indonesia untuk menurunkan BI rate pada Februari 2012 menjadi 5,75% serta menurunkan koridor bawah suku bunga operasi moneter Bank Indonesia menjadi 3,75%. Memasuki semester II 2012, perekonomian Indonesia dihadapkan pada meningkatnya risiko ketidakseimbangan eksternal. Di satu sisi, defisit neraca transaksi berjalan cenderung melebar, sementara di sisi lain, pembiayaan defisit terkendala oleh keterbatasan arus masuk modal asing menyusul memburuknya sentimen global serta harga aset rupiah yang dipersepsikan terlalu mahal. Menanggapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia mengambil langkah di area moneter berupa penyempitan koridor bawah suku bunga operasi moneter Bank Indonesia menjadi 4,00% pada Agustus 2012 (BI 2013). Bank Indonesia dari bulan Januari sampai dengan Mei 2013 mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI rate tersebut dinilai masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi 2013 dan 2014 sebesar 4,5%±1%, serta sasaran inflasi 2015 sebesar 4,0±1%. Namun mulai bulan Juni, Bank Indonesia menaikkan BI Rate sehingga menjadi 7,50% di akhir tahun 2013. Kenaikan BI Rate yang cukup signifikan selama 2013 merupakan langkah penting untuk mengembalikan inflasi ke lintasan sasarannya menyusul tekanan yang meningkat. Peningkatan tekanan inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013 yang dapat memicu akselerasi kenaikan ekspektasi inflasi dan dampak lanjutan (second round effect) berupa peningkatan tekanan inflasi inti. Selain itu, tekanan inflasi juga muncul akibat kenaikan harga pangan yang dipengaruhi gangguan pasokan serta dampak tekanan nilai tukar yang ditransmisikan melalui peningkatan harga barang dengan kandungan impor yang dikonsumsi masyarakat. Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia sepanjang tahun 2014 adalah mempertahankan suku bunga kebijakannya (BI Rate) pada level 7,50%. Kebijakan ini dinilai masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap berada pada lintasan sasaran 4,5+1% pada 2014 dan 4,0+1% pada 2015, sekaligus menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat (BI 2014). 17 Pengaruh Faktor Makro Ekonomi terhadap Sektor Konstruksi Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan hubungan faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi berupa PDB, inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar menurut Harianto dalam Tandelilin (2010). Tabel 3 Matriks hubungan profitabilitas dengan kondisi ekonomi Indikator Ekonomi PDB Dampak Meningkatnya PDB adalah signal yang baik (positif) untuk investasi dan sebaliknya jika PDB menurun. Nilai Tukar Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi. Inflasi Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Tingkat Tingkat bunga Bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Penjelasan Meningkatnya PDB berpengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang disyaratkan atas investasi pada suatu saham. Disamping itu tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan atau deposito. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing faktor makro atau secara keseluruhan dilakukan dengan analisis regresi berganda yaitu suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3),...,(Xn) dengan suatu variabel terikat (Y) (Riduwan dan Sunarto 2011). Variabel terikat (Y) adalah harga saham sektoral, variabel bebas adalah variabel PDB (X1), nilai tukar (X2), inflasi (X3), dan suku bunga (X4). 18 Berdasarkan analisis regresi berganda, nilai adjusted R square sebesar 59.6%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel X memberikan kontribusi sebesar 59.6% untuk menjelaskan setiap perubahan harga saham sektoral, sedangkan sisanya 40.4% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain. Persamaan linear yang terbentuk dari hasil perhitungan analisis linear berganda dengan uji parsial adalah Y = 1102 - 12447X1 - 0.0129X2 - 171X3 + 4792X4. Konstanta menunjukkan angka sebesar1102 yang berarti tanpa variabel bebas harga saham sektoral sudah mencapai nilai 1102. PDB menunjukkan angka - 12447 mempunyai arti bahwa jika nilai tukar, inflasi, dan suku bunga konstan maka setiap peningkatan PDB sebesar Rp 1 akan menurunkan harga saham sektoral sebesar 12447. Nilai tukar menunjukkan angka - 0.0129 mempunyai arti bahwa jika PDB, inflasi, dan suku bunga konstan maka setiap peningkatan nilai tukar sebesar Rp 1 akan menurunkan harga saham sektoral sebesar 0.0129. Inflasi menunjukkan angka -171 mempunyai arti bahwa jika PDB, nilai tukar, dan suku bunga konstan maka setiap peningkatan inflasi sebesar 1% akan menurunkan harga saham sektoral sebesar 171. Suku bunga menunjukkan angka 4792 mempunyai arti bahwa jika PDB, nilai tukar, dan inflasi konstan maka setiap peningkatan 1% akan meningkatkan harga saham sektoral sebesar 4792. Peningkatan PDB akan menyebabkan menurunnya harga saham sektoral karena para investor lebih memilih untuk berinvestasi di sektor lainnya dengan nilai PDB lebih tinggi daripada PDB sektor konstruksi. Nilai tukar yang meningkat akan menurunkan harga saham sektoral karena menurunnya investasi asing. Pengaruh inflasi terhadap harga saham sektoral sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli perusahaan maupun individu. Sehingga peningkatan inflasi penyebabkan permintaan saham akan turun. Pengaruh tingkat suku bunga yang signifikan terhadap harga saham sektoral menandakan bahwa meningkatnya suku bunga menjadi faktor yang diperhitungkan oleh investor dalam menginvestasikan modalnya ke saham properti. Kinerja sektor konstruksi mengalami penurunan dengan adanya perubahan faktor makro terutama dalam hal biaya konstruksi yang berisiko tinggi. Bagi Waskita tidak terlalu berdampak karena tidak terjadi perubahan harga bahan baku yang signifikan dan berdampak pada penjualan dan pendapatan maupun kinerja saham. Risiko kenaikan bahan baku telah diperhitungkan dalam nilai kontrak maupun dengan memberikan ruang bagi penyesuaian nilai kontrak. Dalam menghadapi faktor-faktor makro, Waskita juga telah melakukan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah, melakukan klaim penyesuaian harga konstruksi, mempercepat pekerjaan di lapangan, pengendalian cash flow, mengoptimalkan manajemen persediaan, mengurangi pembelian dan pengadaan mata uang asing, menjalin kerjasama dengan supplier untuk mengadakan kontrak “paying” atas bahan baku konstruksi seperti besi dan semen, mengajukan penambahan modal negara (PMN), menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp 2 triliun dengan tingkat kupon 10,4% (Waskita 2014). Melalui obligasi tersebut, diperkitakan dapat mengurangi risiko atas kenaikan suku bunga tiga tahun mendatang. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa pergerakan harga saham Waskita tidak selalu berjalan searah dengan harga saham sektoral. 0.1 14000 PDB, Iflasi, Suku Bunga 0.09 12000 0.08 0.07 10000 0.06 8000 0.05 0.04 6000 0.03 4000 0.02 2000 0.01 Nov-14 Jul-14 Sep-14 May-14 Mar-14 Jan-14 Nov-13 Sep-13 Jul-13 Mar-13 May-13 Jan-13 Nov-12 Jul-12 Sep-12 May-12 Mar-12 0 Jan-12 0 Inflasi Suku Bunga PDB Nilai Tukar Harga Saham Sektoral Harga Saham Waskita Nilai Tukar, Saham Sektoral, Saham WSKT 19 Gambar 8 Pergerakan PDB, nilai tukar, inflasi, suku bunga, harga saham sektoral, dan harga saham Waskita 2012 - 2014 Sumber : data diolah (2015) Persentase Analisis Industri Sektor konstruksi sebagai salah satu sektor prioritas pemerintah demi mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri sejalan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) khususnya dalam peningkatan konektivitas antar pulau dan koridor ekonomi. Investasi yang direncanakan pemerintah mencapai Rp 1,786 triliun. Investasi yang tumbuh meningkat tercermin dari aktivitas konstruksi sebagai respon pertumbuhan ekonomi. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan Sektor Konstruksi selama tahun 2012 – 2014 berada di atas laju pertumbuhan PDB. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 6.56 6.03 6.97 6.11 5.58 5.02 2012 Pertumbuhan Konstruksi 2013 2014 Pertumbuhan PDB Gambar 9 Laju pertumbuhan PDB per kuartal 2012 – 2014 Sumber : bps.co.id, data diolah (2015) 20 40.00% 20.00% 10.00% Jan-15 Oct-14 Jul-14 Apr-14 Jan-14 Oct-13 Jul-13 Apr-13 Jan-13 Oct-12 Jul-12 -10.00% Apr-12 0.00% Jan-12 Persentase 30.00% -20.00% Sectoral Return Market Return Gambar 10 Perbandingan tingkat pengembalian sektor konstruksi dan tingkat pengembalian pasar per bulan Periode Jan 2012 – Jan 2015 Sumber : finance.yahoo.com, data diolah (2015) Pada Gambar 10 dapat dilihat persentase tingkat pengembalian sektor konstruksi dan tingkat pengembalian pasar per kuartal periode 2013 – 2014. Analisis sektor konstruksi adalah : 1. Tingkat pengembalian sektor dan tingkat pengembalian pasar dan berjalan searah, terlihat dari tingkat pengembalian yang searah mulai awal tahun 2012 (Gambar 10). Namun pada bulan Maret 2013 hingga September 2013, sektor konstruksi mengalami perubahan fluktuatif yang sangat tajam. Hal ini disebabkan keadaan ekonomi yang tidak stabil, sehingga banyak investor yang menarik sahamnya dari sektor konstruksi. 2. Hubungan antara kemampuan operasi perusahaan dalam sektor konstruksi dengan kondisi perekonomian makro tidak selalu berjalan searah. Pada bulan Maret 2013, tingkat pengembalian sektor meningkat tajam, diikuti oleh penurunan yang cukup tajam juga dari bulan Mei 2013 hingga Juli 2013 sama dengan tingkat pengembalian pasar. Pada bulan September, tingkat pengembalian sektor dan tingkat pengembalian pasar mulai meningkat kembali dan sama – sama mengalami penurunan di bulan November 2014. Di mulai pada bulan Januari 2014, tingkat pengembalian pasar dan sektor mulai mengalami peningkatan kembali walaupun tetap terjadi beberapa penurunan, namun dapat dilihat bahwa perubahan tingkat pengembalian sektor dan pasar berjalan searah. 3. Menganalisis lingkungan persaingan industri sektor konstruksi diperlukan untuk menggambarkan bagaimana kondisi suatu industri. Hasil analisis dilakukan dengan Five’s force analysis adalah : a. Persaingan antar pesaing yang ada Persaingan dalam industri jasa konstruksi cukup tajam, karena jumlah pesaing sekitar 125 Perseroan dalam klasifikasi yang sama di seluruh Indonesia. Persaingan perusahaan dimulai sejak pengurusan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK). Perusahaan konstruksi yang ingin mengerjakan proyek-proyek milik pemerintah harus memenuhi syarat dan kualifikasi sehingga dapat mengikuti persaingan dalam pelelangan proyek. 21 ACST ADHI DGIK NRCA SSIA TOTL WIKA WSKT Jan-15 Nov-14 Sep-14 Jul-14 May-14 Mar-14 Jan-14 Nov-13 Sep-13 Jul-13 May-13 Mar-13 Jan-13 Nov-12 Sep-12 Jul-12 May-12 Mar-12 5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Jan-12 Harga Waskita merupakan perusahaan besar konstruksi nasional dengan reputasi dan customer base yang luas sehingga sangat mudah bagi perusahaan keluar dari persaingan apabila tidak mampu memenuhi kualifikasi dan sertifikasi. Waskita sebagai telah mendapatkan berbagai macam penghargaan dalam usahanya dari lembaga-lembaga yang ada di dalam maupun luar negeri antara lain pada bidang kehumasan, bidang amdal, bidang ketenagakerjaan, dan bidang teknik. Kinerja nilai kontrak tahun 2014 tercatat mengalami peningkatan 170,04% atau sebesar Rp 13 317,29 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 22 645,28 miliar. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan kontrak baru sebesar Rp 917,09 miliar, sisa kontrak sebesar Rp 2 247,50 miliar dan proyek-proyek pengembangan bisnis (Waskita 2013, 2014). Harga saham Waskita lebih murah dengan nilai PER Waskita sebesar 28.3 jika dibandingkan dengan PER industri sebesar 69.13 (http://www.reuters.com/finance/stocks/overview?symbol=WSKT.JK). Sektor konstruksi tergantung kepada kondisi ekonomi Indonesia. Laju pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 6,45% pada tahun 2014 setelah pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9.65% dan diikuti oleh sektor gas dan air besih sebsar 6.39% (BPS 2014). Harga saham perusahaan yang berada di dalam sektor konstruksi selama periode Januari 2012 – Januari 2015 mengalami peningkatan dan penurunan (Gambar 11). Dari kesembilan perusahaan yang ada dalam sektor konstruksi, perusahaan yang harga penutupan mengalami peningkatan adalah Acset Indonusa, Tbk (ACST), Adhi Karya (Persero), Tbk (ADHI), Nusa Raya Cipta, Tbk (NRCA), PP (Persero), Tbk (PTPP), Surya Semesta Internusa, Tbk (SSIA), Wijaya Karya (Persero), Tbk (WIKA), dan Waskita Karya (Persero), Tbk (WSKT), sedangkan Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk (DGIK) mengalami penurunan. PTPP Gambar 11 Harga penutupan saham per bulan sektor konstruksi Periode Januari 2012 – Januari 2015 Sumber : idx.co.id, data diolah (2015) 22 b. Ancaman pendatang baru Pendatang baru pada industri umumnya memiliki kapabilitas yang lebih baik dengan keinginan untuk mengambil pangsa pasar dan sumber daya. Ancaman pendatang baru tidak hanya berasal dari perusahaan dalam negeri namun juga kontraktor-kontraktor asing, Kemungkinan yang menghambat pendatang baru adalah karena kebutuhan modal yang tinggi pada sektor konstruksi, terutama perusahaan konstruksi yang besar. Reputasi perusahaan merupakan hal yang penting untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap kinerja perusahaan, akses terhadap saluran distribusi terhadap bahan baku, sumber daya manusia, dan peralatan, dimana perusahaan konstruksi yang sudah besar sudah memiliki akses yang baik baik secara harga maupun kuantitas. Hal ini menyebabkan sulitnya pendatang baru untuk masuk ke sektor konstruksi. c. Tekanan dari produk substitusi Waskita memiliki beberapa produk unggulan yang membantu dalam pelaksanaan proyek-proyeknya, diantaranya pembangunan bandar udara, dermaga, bendungan, tunnel, jalan tol, fly over, dan jembatan bentang panjang. Konsumen menuntut penyelesaian pekerjaan dengan waktu delivery lebih cepat dan mutu pelaksanaan yang lebih baik. Dalam hal ini, Waskita dapat mengungguli pesaing-pesaing lainnya dengan pengalaman yang dimilikinya dalam pembangunan proyek-proyek tersebut. Tekanan dari produk substitusi sangat rendah karena tidak ada produk substitusi kecuali untuk pelayanan konstruksi bangunan. d. Daya tawar pembeli Daya tawar pembeli di sektor konstruksi berasal dari pemerintah dan sektor swasta. Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan daya beli konsumen dalam hal ini pemerintah dan sektor swasta. Karena adanya sistem lelang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka pembeli di sektor konstruksi sangat sensitif terhadap perubahan harga dan meningkatkan daya tawar pembeli. Selama ini Waskita tetap mampu menjaga hubungan baik dengan klien yang dibuktikan dari jumlah pelanggan berulang perusahaan dalam 6 tahun terakhir. e. Daya tawar penjual (pemasok) Salah satu sumber daya yang penting dalam sektor konstruksi adalah bahan baku material. Bahan baku material seperti besi baja, semen, batu, dan aspal. Banyaknya pemasok bahan baku material menyebabkan daya tawar pemasok menjadi rendah. Waskita dalam melakukan pengadaan bahan baku material menggunakan metode pelelangan, pemilihan langsung, strategic sourcing, dan pembelian langsung. Seluruh sistem pengadaan yang adavdilakukan secara terbuka dan kompetitif dengan mengikutsertakan calon pemasok yang memenuhi syarat berdasarkan kemampuan dan kinerja yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan. Analisis Perusahaan Bagi investor, informasi mengenai pertumbuhan kinerja perusahaan adalah hal penting sebagai pertimbangan investor dalam berinvestasi. Capital Asset Pricing Model (CAPM) akan digunakan untuk menghitung tingkat 23 pengembalian yang diharapkan oleh investor dan analisis perusahaan dengan pendekatan Dividend Discount Model (DDM) bertujuan menaksir nilai intrinsik perusahaan dan dibandingkan dengan harga pasar saat ini. Nilai pertumbuhan (g) dividen Waskita 2013 – 2014 bernilai 12,24%. Tingkat bunga bebas risiko (Rf) diperoleh dari rata – rata nilai Suku Bunga SBI periode 2013 - 2014 yaitu sebesar 6,42% sedangkan rata – rata tingkat pengembalian pasar (Rm) IHSG 2013 – 2014 adalah sebesar 9,97%. Sedangkan nilai Beta (β) saham Waskita 2013 – 2014 adalah 1,81. Nilai Beta (β) > 1 menunjukkan bahwa harga saham Waskita lebih mudah berubah jika dibandingkan dengan indeks pasar dan lebih beresiko. Nilai tingkat pengembalian minimum yang diharapkan (k) yang diperoleh yaitu sebesar 12,85%. Asumsi pada model ini adalah nilai k harus lebih besar dari pada nilai g. Jika nilai k lebih kecil dari g, maka nilai intrinsik saham menjadi negatif yang merupakan tidak realistis untuk suatu saham. Demikian juga jika nilai k sama dengan g, maka (k-g) akan sama dengan nol dan akibatnya nilai intrinsik saham akan sangat besar sekali bernilai tak berhingga yang juga merupakan tidak realistis untuk suatu saham (Kodrat dan Indonanjaya, 2010). Dividen yang digunakan adalah dividen terakhir yang dibagikan oleh perusahaan yaitu dividen tahun 2013 dengan nilai Rp 11,46. Nilai intrinsik saham Waskita dari perhitungan Dividend Discount Model (DDM) adalah sebesar Rp 2138,22. Harga pasar saham aktual yang akan dibandingkan dengan nilai intrinsik yang didapatkan dari perhitungan adalah rata – rata harga saham penutupan per bulan periode Februari 2014 – Januari 2015 yaitu sebesar Rp 784,37. Berdasarkan perhitungan, harga saham Waskita dijual undervalued di bursa saham karena nilai intrinsik lebih besar dari pada nilai aktual (pasar) tersebut sehingga disarankan kepada investor untuk membeli saham tersebut. Implikasi Manajerial 1. Melalui analisis teknikal Exponential Moving Average dan Double Exponential Smoothing, investor dapat memperoleh informasi waktu sinyal jual dan sinyal beli yang cenderung akurat dalam memprediksi pergerakan harga saham dan dapat menentukan kapan akan membeli dan menjual saham. 2. Melalui analisis fundamental dengan analisis ekonomi makro dapat diketahui apakah kondisi ekonomi berpengaruh atau tidak terhadap perubahan harga saham karena akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi, sehingga dalam melakukan investasi diperlukannya informasi mengenai kondisi ekonomi secara keseluruhan dan memberikan gambaran yang tepat sebelum melakukan investasi. Dalam menghadapi pengaruh faktor makro ekonomi Waskita dapat melakukan kebijakankebijakan terkait keputusan fungsional yang responsif dan fleksibel seperti mengontrol dan mengendalikan beban usaha dan administrasi, maupun mengidentifikasi, mengukur, serta mengelola risiko-risiko. Melalui analisis industri dapat dilihat bahwa Waskita sebagai perusahaan yang berada di sektor konstruksi dengan persaingan yang ketat harus mampu mempertahankan meningkatkan kinerjanya. Melalui analisis perusahaan menggunakan Dividend Discount Model dapat dilihat bahwa Waskita merupakan perusahaan dengan prospek yang bagus dimana terlihat 24 terjadinya peningkatan laba dan harga saham Waskita yang mengalami undervalued di bursa saham. Penyediaan sarana dan prasarana berupa infrastruktur dapat menggiatkan sektor ekonomi lainnya. Meski belum menunjukkan peningkatan yang berarti, sektor konstruksi sangat menjanjikan dalam mendukung perekonomian pada masa mendatang. Waskita dipercaya oleh pemerintah untuk berpartisipasi dalam program pembangunan sarana dan prasarana sipil yang ditujukan untuk pelayanan masyarakat seperti proyek jalan di konstruksi bangunan gedung, jalan, jembatan, jalan kereta api, bangunan pelabuhan laut dan udara, bangunan pengairan (bendungan, bendung, dan saluran irigasi), bangunan ketenagaan (pembangkit listrik tenaga air, uap, dan mikrohidro), serta pekerjaan telekomunikasi dan radio. 3. Dengan analisis ex-post dan ex-ante, dapat dilihat bahwa Waskita sebelumnya dianggap sebagai perusahaan dengan citra negatif terkait kondisi kesehatan perusahaan akibat adanya penggelembungan aset, memilih untuk melakukan initial public offering (IPO) sebagai bentuk restrukturalisasi perusahaan dan menunjukkan transparansi keuangannya agar mengembalikan minat dan kepercayaan investor terhadap saham Waskita, telah mampu membuktikan bahwa Waskita dapat bangkit kembali dengan pertumbuhan dan profit yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maupun kinerja saham yang baik dan tercatat sebagai saham dengan likuiditas tertinggi di sektor konstruksi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a. Analisa teknikal pada saham Waskita menunjukkan tren menaik atau uptrend pada semester I periode Februari – Juli 2013 dan semester II periode Agustus 2014 – Januari 2015. Tren menurun atau downtrend terlihat pada semester II periode Agustus 2013 – Januari 2014. Kecenderungan tren mendatar atau sideways terlihat pada semester I periode Februari – Juli 2014. Pada akhir grafik semester II periode Agustus 2014 – Januari 2015 menunjukkan sinyal beli (bullish) sehingga investor disarankan untuk membeli saham Waskita. b. Berdasarkan evalusi data harga saham Februari 2013 – Januari 2015, dilakukan peramalan pergerakan saham Waskita selama 90 hari ke depan menunjukkan tren menaik atau uptrend. Kecenderungan menaik ini sesuai dengan tren semester II periode Agustus 2014 – Januari 2015 yang menunjukkan sinyal beli (bullish) sehingga investor disarankan untuk membeli saham Waskita. c. Kinerja Waskita periode tahun 2012 – 2014 mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih setiap tahunnya. Namun laju peningkatan tahun 2013 – 2014 lebih rendah dari pada laju peningkatan pada tahun 2012 – 2013. Hal ini dipengaruhi adanya penurunan produk domestik bruto, tekanan inflasi, nilai tukar, maupun suku bunga yang mempengaruhi kinerja operasional perusahaan. 25 d. Harga pasar rata – rata saham Waskita yang tercatat di bursa efek adalah Rp 784,37 per lembar sedangkan nilai intrinsik saham Waskita adalah sebesar Rp 2138,22. Hal ini berarti nilai intrinsik saham Waskita lebih tinggi daripada harga pasar rata – rata (undervalued) yang diperjualbelikan di bursa efek. Sehingga investor disarankan untuk membeli saham Waskita karena diharapkan bahwa nilai saham Waskita akan meningkat hingga melebihi nilai intrinsiknya dikemudian hari. Saran a. Bagi investor yang ingin berinvestasi di dunia saham, sektor konstruksi dapat menjadi salah satu opsi pilihan bagi investor karena sektor konstruksi saat ini sedang dalam tren positif. Investor sebaiknya juga melakukan analisis fundamental terhadap kondisi perusahaan dalam melakukan investasi, seringkali investor hanya memperhatikan kondisi dengan analisis teknikal. b. Bagi peneliti lebih lanjut dapat menambahkan variabel pada analisis fundamental pada faktor makro ekonomi dan sebaiknya melakukan analisis faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian return pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menentukan expected return IHSG sebagai benchmark dalam menentukan tingkat return yang diharapkan investor. DAFTAR PUSTAKA [BI] Bank Indonesia. 2013. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012 [internet]. [diunduh 2015 Mar 3]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Documents/6227189f6cae44259d624b2bbb39af30LPI2 012Finaledit12042014.pdf [BI] Bank Indonesia. 2014. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013 [internet]. [diunduh 2015 Mar 3]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Documents/LPI%202013%20ID%20%20Bagian%20II%20Perekonomian%20Domestik.pdf [BI] Bank Indonesia. 2014. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 [internet]. [diunduh 2015 Mar 4]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-dpr/Documents/Laptri%20I-2014.pdf [BI] Bank Indonesia. 2014. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014 [internet]. [diunduh 2015 Mar 4]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporandpr/Documents/Laporan%20Triwulan%20II-2014%20Final.pdf [BI] Bank Indonesia. 2014. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan III 2014 [internet]. [diunduh 2015 Mar 4]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporandpr/Documents/LaporanTriwulanIII2014FC.pdf 26 [BI] Bank Indonesia. 2015. Inflasi [internet]. [diunduh 2015 Apr 8]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx [BI] Bank Indonesia. 2015. Informasi Kurs [internet]. [diunduh 2015 Apr 8]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksibi/Default.aspx [BI] Bank Indonesia. 2015. Lelang Sertifikat BI [internet]. [diunduh 2015 Feb 27]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/id/moneter/lelang-sbi/Default.aspx [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [internet]. [diunduh 2015 Mar 4]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/webbeta/website/brs_ind/pdb_05feb13.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [internet]. [diunduh 2014 Des 27]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/webbeta/website/brs_ind/pdb_05feb14.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III 2014 [internet]. [diunduh 2014 Des 25]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05nov14.pdf [BPS] Badan Pusat Satistik. 2014. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (persen), 20002013 [diunduh 2015 Mar 4]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek =11&notab=9 [BPS] Badan Pusat Statistik.2014. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2010-2014 (persen) [diunduh 2015 Mar 1]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek =11&notab=44 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2014 [internet]. [diunduh 2014 Mar 4]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/webbeta/website/brs_ind/brsInd-20150205144305.pdf Alamsyah A. 2010. Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Abrahams CI. 2011. Kajian Penilaian Harga Saham Subsektor Perbankan Kelompok LQ 45 dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental (Periode Februari 2010 – Januari 2011) [skrips]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arsyad L. 2001. Peramalan Bisnis. Yogyakarta (ID) : BPFE – Yogyakarta. Denny. 2010. Penilaian Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Husnan S. 2005. Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta (ID) : Penerbit AMP YKPN. Fahmi I. 2014. Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal. Jakarta (ID) : Penerbit Mitra Wacana Media. Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Acset Indonusa Tbk (ACST.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=AC ST.JK&ql=1 27 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=AD HI.JK&ql=1 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=DGI K.JK&ql=1 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=NR CA.JK&ql=1 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices PP (Persero) Tbk (PTPP.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=PTP P.JK&ql=1 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Composite Index (^JKSE) [internet]. [diunduh pada 2015 Feb 11]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?s=^JKSE&a=00&b=1&c=2011&d=01&e=1&f =2015&g=d Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Construction, Property & Real E (^JKPROP) [internet]. [diunduh 2015 Maret 6]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?s=%5EJKPROP&a=001&c=2011&d=02&e=6 &f=2015&g=d Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=SSI A.JK&ql=1 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Total Bangun Persada Tbk (TOTL.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=TO TL.JK&ql=1 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=wik a.jk&ql=1 Finance.yahoo.com. 2015. Historical Prices Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT.JK) [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 31]. Tersedia pada : http://finance.yahoo.com/q/hp?a=&b=&c=&d=2&e=11&f=2015&g=d&s=wsk t.jk&ql=1 Informasiforex.com. 2011. Jenis – Jenis Chart / Grafik [internet]. [diakses pada 2015 Jan 12]. Tersedia pada : http://informasiforex.com/2011/02/ [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Annual Report 2012 Dedicated to Global Construction Innovation [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 12]. Tersedia pada : http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions /New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/04_Annual%20Repor t//2012/WIKA/WIKA_Annual%20Report_2012.pdf 28 [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. IDX Statistics 2013 [internet]. [diunduh pada 2014 Des 27]. Tersedia pada : http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Publication/Statistic/Yearly/IDXAnnually-2013_new.pdf [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2014. Annual Report 2013 Innovate & Grow Continuously [internet]. [diunduh pada : 2015 Jan 12]. Tersedia pada : http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions /New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/04_Annual%20Repor t//2013/WIKA/WIKA_Annual%20Report_2013_Revisi.pdf [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2015. Summary [internet]. [diakses pada 2015 Mar 9]. Tersedia pada : www.idx.co.id/en/home/datadownload/summary.aspx [KKBP] Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025 [internet]. [diunduh 2014 Desember 2013]. Tersedia pada : http://www.ristek.go.id/file/upload/ebook_web/mp3e1/MP3EI_versi%20Ind.pd f Kodrat DS, Indonanjaya K. 2010. Manajemen Investasi : Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu. Lpjk.org. 2012. Regulasi Jasa Konstruksi [internet]. [diakses pada 2015 Mar 11]. Tersedia pada : http://lpjk.org/modules/regulasi_produk.php Riduwan, Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung (ID) : Penerbit Alfabeta. Salim L. 2003. Analisa Teknikal dalam Perdagangan Saham. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo. Santoso S. 2009. Business Forcasting : Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan MINITAB dan SPSS. Jakarta (ID) : Kompas Gramedia. Sulistyastuti DR. 2002. Saham dan Obligasi : Ringkasan Teori dan Soal Tanya Jawab. Yogyakarta (ID) : Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tandelilin E. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta (ID) : Penerbit Kanisius. Waskita.co.id. 2013. Laporan Keuangan untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 [internet]. [diunduh 2015 Feb 2]. Tersedia pada : http://www.waskita.co.id/en/images/LK/LK_Audit_2012.pdf Waskita.co.id. 2014. Laporan Keuangan untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 [internet]. [diunduh 2015 Feb 2]. Tersedia pada : http://www.waskita.co.id/en/images/LK/LK_Audit_2013.pdf Waskita.co.id. 2015. Laporan Keuangan untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 [internet]. [diunduh 2015 Mar 11]. Tersedia pada : http://www.waskita.co.id/en/images/LK/LK_Audit_2014.pdf 29 LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Struktur PDB nasional menurut kontribusi lapangan usaha tahun 2011 - 2013 (persen) Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011 2012 2013 Pertanian, Peternakan, kehutahan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,71 14,50 14,43 11,82 24,35 0,75 10,16 13,80 11,80 23,97 0,76 10,26 13,96 11,24 23,69 0,77 9,99 14,33 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Jasa – Jasa Produk Domestik Bruto (PDB) PDB Tanpa Migas 6,62 7,21 10,58 100,00 91,60 6,67 7,27 10,81 100,00 92,21 7,01 7,52 11,02 100,00 92,65 30 Lampiran 2 Laju pertumbuhan PDB per kuartal 2012 - 2014 20.00 7.00 6.00 5.00 10.00 4.00 3.00 5.00 2.00 0.00 I II III IV I II 2012 -5.00 III IV I II 2013 III IV 2014 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Air, Sampah, Limbah, dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Jasa Lainnya PDB 1.00 0.00 Laju PDB Laju Komponene PDB 15.00 31 Lampiran 3 Daftar harga saham Waskita periode Februari 2013 – Januari 2015 Tanggal 2/1/2013 2/4/2013 2/5/2013 2/6/2013 2/7/2013 2/8/2013 2/11/2013 2/12/2013 2/13/2013 2/14/2013 2/15/2013 2/18/2013 2/19/2013 2/20/2013 2/21/2013 2/22/2013 2/25/2013 2/26/2013 2/27/2013 2/28/2013 3/1/2013 3/4/2013 3/5/2013 3/6/2013 3/7/2013 3/8/2013 3/11/2013 3/12/2013 3/13/2013 3/14/2013 3/15/2013 3/18/2013 3/19/2013 3/20/2013 3/21/2013 3/22/2013 3/25/2013 3/26/2013 3/27/2013 3/28/2013 3/29/2013 4/1/2013 4/2/2013 Harga 475 475 465 460 470 465 470 465 490 490 510 540 540 580 580 600 590 580 590 610 620 600 610 620 600 630 630 630 620 590 620 600 640 680 680 660 690 710 730 720 720 700 710 Tanggal Harga 4/3/2013 710 4/4/2013 680 4/5/2013 680 4/8/2013 670 4/9/2013 690 4/10/2013 670 4/11/2013 700 4/12/2013 700 4/15/2013 690 4/16/2013 700 4/17/2013 690 4/18/2013 710 4/19/2013 740 4/22/2013 740 4/23/2013 740 4/24/2013 750 4/25/2013 720 4/26/2013 760 4/29/2013 780 4/30/2013 770 5/1/2013 800 5/2/2013 790 5/3/2013 800 5/6/2013 820 5/7/2013 840 5/8/2013 850 5/9/2013 850 5/10/2013 840 5/13/2013 840 5/14/2013 840 5/15/2013 850 5/16/2013 860 5/17/2013 860 5/20/2013 870 5/21/2013 870 5/22/2013 920 5/23/2013 920 5/24/2013 930 5/27/2013 930 5/28/2013 990 5/29/2013 1010 5/30/2013 1030 5/31/2013 1050 Tanggal Harga 6/3/2013 970 6/4/2013 960 6/5/2013 950 6/6/2013 950 6/7/2013 910 6/10/2013 860 6/11/2013 790 6/12/2013 850 6/13/2013 820 6/14/2013 880 6/17/2013 890 6/18/2013 920 6/19/2013 900 6/20/2013 830 6/21/2013 810 6/24/2013 760 6/25/2013 780 6/26/2013 800 6/27/2013 800 6/28/2013 770 7/1/2013 750 7/2/2013 770 7/3/2013 740 7/4/2013 700 7/5/2013 730 7/8/2013 670 7/9/2013 650 7/10/2013 720 7/11/2013 740 7/12/2013 720 7/15/2013 740 7/16/2013 790 7/17/2013 790 7/18/2013 830 7/19/2013 810 7/22/2013 830 7/23/2013 830 7/24/2013 810 7/25/2013 800 7/26/2013 780 7/29/2013 770 7/30/2013 760 7/31/2013 790 Tanggal Harga 8/1/2013 810 8/2/2013 810 8/5/2013 810 8/6/2013 810 8/7/2013 810 8/8/2013 810 8/9/2013 810 8/12/2013 790 8/13/2013 810 8/14/2013 810 8/15/2013 790 8/16/2013 770 8/19/2013 670 8/20/2013 640 8/21/2013 660 8/22/2013 600 8/23/2013 590 8/26/2013 540 8/27/2013 475 8/28/2013 510 8/29/2013 520 8/30/2013 550 9/2/2013 540 9/3/2013 510 9/4/2013 495 9/5/2013 470 9/6/2013 455 9/9/2013 485 9/10/2013 540 9/11/2013 530 9/12/2013 570 9/13/2013 590 9/16/2013 620 9/17/2013 600 9/18/2013 590 9/19/2013 670 9/20/2013 650 9/23/2013 640 9/24/2013 610 9/25/2013 600 9/26/2013 620 9/27/2013 620 9/30/2013 590 32 Lanjutan Lampiran 3 Tanggal 10/1/2013 10/2/2013 10/3/2013 10/4/2013 10/7/2013 10/8/2013 10/9/2013 10/10/2013 10/11/2013 10/14/2013 10/15/2013 10/16/2013 10/17/2013 10/18/2013 10/21/2013 10/22/2013 10/23/2013 10/24/2013 10/25/2013 10/28/2013 10/29/2013 10/30/2013 10/31/2013 11/1/2013 11/4/2013 11/5/2013 11/6/2013 11/7/2013 11/8/2013 11/11/2013 11/12/2013 11/13/2013 11/14/2013 11/15/2013 11/18/2013 11/19/2013 11/20/2013 11/21/2013 11/22/2013 11/25/2013 11/26/2013 11/27/2013 11/28/2013 11/29/2013 12/2/2013 12/3/2013 12/4/2013 Harga 610 620 610 610 560 560 560 570 580 580 580 570 580 600 610 590 600 610 620 640 600 620 600 580 580 580 570 560 550 540 495 480 495 475 455 460 460 455 455 465 450 455 445 455 480 475 465 Tanggal Harga 12/5/2013 460 12/6/2013 460 12/9/2013 455 12/10/2013 455 12/11/2013 460 12/12/2013 455 12/13/2013 445 12/16/2013 430 12/17/2013 430 12/18/2013 430 12/19/2013 425 12/20/2013 415 12/23/2013 405 12/24/2013 405 12/25/2013 405 12/26/2013 405 12/27/2013 405 12/30/2013 405 12/31/2013 405 1/1/2014 405 1/2/2014 420 1/3/2014 415 1/6/2014 408 1/7/2014 405 1/8/2014 409 1/9/2014 413 1/10/2014 438 1/13/2014 510 1/14/2014 510 1/15/2014 510 1/16/2014 510 1/17/2014 555 1/20/2014 560 1/21/2014 565 1/22/2014 550 1/23/2014 550 1/24/2014 540 1/27/2014 505 1/28/2014 515 1/29/2014 540 1/30/2014 540 1/31/2014 540 2/3/2014 560 2/4/2014 555 2/5/2014 585 2/6/2014 595 2/7/2014 605 Tanggal Harga 2/10/2014 595 2/11/2014 620 2/12/2014 615 2/13/2014 610 2/14/2014 625 2/17/2014 665 2/18/2014 665 2/19/2014 660 2/20/2014 645 2/21/2014 675 2/24/2014 670 2/25/2014 665 2/26/2014 660 2/27/2014 675 2/28/2014 665 3/3/2014 660 3/4/2014 680 3/5/2014 685 3/6/2014 720 3/7/2014 720 3/10/2014 740 3/11/2014 755 3/12/2014 740 3/13/2014 745 3/14/2014 800 3/17/2014 795 3/18/2014 780 3/19/2014 780 3/20/2014 760 3/21/2014 760 3/24/2014 775 3/25/2014 770 3/26/2014 780 3/27/2014 770 3/28/2014 760 3/31/2014 760 4/1/2014 785 4/2/2014 785 4/3/2014 785 4/4/2014 780 4/7/2014 790 4/8/2014 780 4/9/2014 780 4/10/2014 705 4/11/2014 685 4/14/2014 715 4/15/2014 740 Tanggal 4/16/2014 4/17/2014 4/18/2014 4/21/2014 4/22/2014 4/23/2014 4/24/2014 4/25/2014 4/28/2014 4/29/2014 4/30/2014 5/1/2014 5/2/2014 5/5/2014 5/6/2014 5/7/2014 5/8/2014 5/9/2014 5/12/2014 5/13/2014 5/14/2014 5/15/2014 5/16/2014 5/19/2014 5/20/2014 5/21/2014 5/22/2014 5/23/2014 5/26/2014 5/27/2014 5/28/2014 5/29/2014 5/30/2014 6/2/2014 6/3/2014 6/4/2014 6/5/2014 6/6/2014 6/9/2014 6/10/2014 6/11/2014 6/12/2014 6/13/2014 6/16/2014 6/17/2014 6/18/2014 6/19/2014 Harga 740 740 740 730 730 730 760 775 755 750 745 745 745 750 750 775 785 775 780 775 785 785 775 750 730 730 740 730 720 720 725 725 720 695 685 680 670 670 650 670 700 695 695 680 685 675 665 33 Lanjutan Lampiran 3 Tanggal 6/20/2014 6/23/2014 6/24/2014 6/25/2014 6/26/2014 6/27/2014 6/30/2014 7/1/2014 7/2/2014 7/3/2014 7/4/2014 7/7/2014 7/8/2014 7/9/2014 7/10/2014 7/11/2014 7/14/2014 7/15/2014 7/16/2014 7/17/2014 7/18/2014 7/21/2014 7/22/2014 7/23/2014 7/24/2014 7/25/2014 7/28/2014 7/29/2014 7/30/2014 7/31/2014 8/1/2014 8/4/2014 8/5/2014 8/6/2014 8/7/2014 8/8/2014 8/11/2014 8/12/2014 8/13/2014 8/14/2014 8/15/2014 8/18/2014 8/19/2014 8/20/2014 8/21/2014 8/22/2014 8/25/2014 Harga 660 655 670 670 675 670 680 675 675 675 695 740 755 755 775 770 770 805 810 800 815 850 840 835 815 810 810 810 810 810 810 800 835 825 825 820 845 875 875 880 885 910 925 915 930 925 925 Tanggal Harga 8/26/2014 885 8/27/2014 880 8/28/2014 885 8/29/2014 905 9/1/2014 905 9/2/2014 905 9/3/2014 935 9/4/2014 915 9/5/2014 905 9/8/2014 900 9/9/2014 880 9/10/2014 855 9/11/2014 875 9/12/2014 875 9/15/2014 865 9/16/2014 855 9/17/2014 885 9/18/2014 880 9/19/2014 900 9/22/2014 890 9/23/2014 880 9/24/2014 880 9/25/2014 890 9/26/2014 855 9/29/2014 830 9/30/2014 835 10/1/2014 875 10/2/2014 850 10/3/2014 805 10/6/2014 815 10/7/2014 830 10/8/2014 815 10/9/2014 845 10/10/2014 835 10/13/2014 835 10/14/2014 855 10/15/2014 875 10/16/2014 900 10/17/2014 920 10/20/2014 925 10/21/2014 945 10/22/2014 940 10/23/2014 965 10/24/2014 950 10/27/2014 950 10/28/2014 935 10/29/2014 965 Tanggal Harga 10/30/2014 970 10/31/2014 970 11/3/2014 965 11/4/2014 965 11/5/2014 960 11/6/2014 960 11/7/2014 960 11/10/2014 950 11/11/2014 990 11/12/2014 995 11/13/2014 990 11/14/2014 990 11/17/2014 1015 11/18/2014 1040 11/19/2014 1030 11/20/2014 1025 11/21/2014 1030 11/24/2014 1045 11/25/2014 1035 11/26/2014 1045 11/27/2014 1040 11/28/2014 1045 12/1/2014 1100 12/2/2014 1160 12/3/2014 1160 12/4/2014 1160 12/5/2014 1155 12/8/2014 1110 12/9/2014 1130 12/10/2014 1200 12/11/2014 1215 12/12/2014 1220 12/15/2014 1225 12/16/2014 1190 12/17/2014 1225 12/18/2014 1275 12/19/2014 1325 12/22/2014 1355 12/23/2014 1395 12/24/2014 1470 12/25/2014 1470 12/26/2014 1470 12/29/2014 1510 12/30/2014 1470 12/31/2014 1470 1/1/2015 1470 1/2/2015 1465 Tanggal Harga 1/5/2015 1405 1/6/2015 1395 1/7/2015 1450 1/8/2015 1455 1/9/2015 1430 1/12/2015 1425 1/13/2015 1430 1/14/2015 1420 1/15/2015 1475 1/16/2015 1445 1/19/2015 1455 1/20/2015 1505 1/21/2015 1515 1/22/2015 1565 1/23/2015 1590 1/26/2015 1570 1/27/2015 1635 1/28/2015 1640 1/29/2015 1670 1/30/2015 1715 34 Lampiran 4 Daftar Indeks Saham Gabungan periode Februari 2013 – Januari 2015 Tanggal 2/1/2013 2/4/2013 2/5/2013 2/6/2013 2/7/2013 2/8/2013 2/11/2013 2/12/2013 2/13/2013 2/15/2013 2/18/2013 2/19/2013 2/20/2013 2/21/2013 2/22/2013 2/25/2013 2/26/2013 2/27/2013 2/28/2013 3/1/2013 3/5/2013 3/6/2013 3/7/2013 3/8/2013 3/11/2013 3/13/2013 3/14/2013 3/15/2013 3/18/2013 3/19/2013 3/20/2013 3/21/2013 3/22/2013 3/25/2013 3/26/2013 3/27/2013 3/28/2013 4/1/2013 4/2/2013 4/3/2013 4/4/2013 4/5/2013 Harga 4481.63 4490.56 4479.44 4498.98 4503.15 4491.27 4503.25 4548.24 4571.57 4609.79 4612.05 4626.99 4634.45 4632.4 4651.12 4696.11 4663.03 4716.42 4795.79 4811.61 4751.7 4824.68 4848.3 4874.5 4854.31 4835.44 4786.37 4819.32 4802.83 4822.63 4831.5 4802.67 4723.16 4777.9 4842.52 4928.1 4940.99 4937.58 4957.25 4981.47 4922.61 4926.07 Tanggal 4/8/2013 4/9/2013 4/10/2013 4/11/2013 4/12/2013 4/15/2013 4/17/2013 4/18/2013 4/19/2013 4/22/2013 4/23/2013 4/24/2013 4/25/2013 4/26/2013 4/29/2013 4/30/2013 5/1/2013 5/2/2013 5/3/2013 5/6/2013 5/7/2013 5/8/2013 5/10/2013 5/13/2013 5/14/2013 5/15/2013 5/16/2013 5/17/2013 5/20/2013 5/21/2013 5/22/2013 5/23/2013 5/24/2013 5/27/2013 5/28/2013 5/29/2013 5/30/2013 5/31/2013 6/3/2013 6/4/2013 6/5/2013 6/7/2013 Harga 4897.52 4899.59 4877.48 4924.26 4937.21 4894.59 4998.65 5012.64 4998.46 4996.92 4975.33 5011.61 4994.52 4978.51 4999.75 5034.07 5060.92 4994.05 4925.48 4991.87 5042.79 5089.33 5105.94 5054.63 5081.94 5089.88 5078.68 5145.68 5214.98 5188.76 5208 5121.4 5155.09 5085.14 5176.23 5200.69 5129.65 5068.63 4971.35 5021.61 5001.22 4865.32 Tanggal 6/10/2013 6/11/2013 6/12/2013 6/13/2013 6/14/2013 6/17/2013 6/18/2013 6/19/2013 6/20/2013 6/21/2013 6/24/2013 6/25/2013 6/26/2013 6/27/2013 6/28/2013 7/1/2013 7/2/2013 7/3/2013 7/4/2013 7/5/2013 7/8/2013 7/9/2013 7/10/2013 7/12/2013 7/15/2013 7/16/2013 7/17/2013 7/18/2013 7/19/2013 7/22/2013 7/23/2013 7/24/2013 7/25/2013 7/26/2013 7/29/2013 7/30/2013 7/31/2013 8/1/2013 8/2/2013 8/9/2013 8/12/2013 8/13/2013 Harga 4777.37 4609.95 4697.88 4607.66 4760.74 4774.5 4840.45 4806.66 4629.99 4515.37 4429.46 4418.87 4587.73 4675.75 4818.9 4777.45 4728.7 4577.15 4581.93 4602.81 4433.62 4403.8 4478.64 4633.11 4635.73 4644.04 4679 4720.44 4724.41 4678.98 4767.16 4718.1 4674.12 4658.87 4580.47 4608.49 4610.38 4624.34 4640.78 4718.1 4597.78 4652.4 Tanggal 8/14/2013 8/15/2013 8/16/2013 8/19/2013 8/20/2013 8/21/2013 8/22/2013 8/23/2013 8/26/2013 8/27/2013 8/28/2013 8/29/2013 8/30/2013 9/2/2013 9/3/2013 9/4/2013 9/5/2013 9/6/2013 9/9/2013 9/10/2013 9/11/2013 9/12/2013 9/13/2013 9/16/2013 9/17/2013 9/18/2013 9/19/2013 9/20/2013 9/23/2013 9/24/2013 9/25/2013 9/26/2013 9/27/2013 9/30/2013 10/1/2013 10/2/2013 10/3/2013 10/4/2013 10/7/2013 10/8/2013 10/9/2013 10/10/2013 Harga 4699.73 4685.13 4568.65 4313.52 4174.98 4218.45 4171.41 4169.83 4120.67 3967.84 4026.48 4103.59 4195.09 4101.23 4164.01 4073.46 4050.86 4072.35 4191.26 4358.14 4349.42 4356.6 4375.54 4522.24 4517.62 4463.25 4670.73 4583.83 4562.86 4460.41 4406.77 4405.89 4423.72 4316.18 4345.9 4387.6 4418.64 4389.35 4374.96 4432.51 4457.44 4486.68 35 Lanjutan Lampiran 4 Tanggal 10/11/2013 10/16/2013 10/17/2013 10/18/2013 10/21/2013 10/22/2013 10/23/2013 10/24/2013 10/25/2013 10/28/2013 10/29/2013 10/30/2013 10/31/2013 11/1/2013 11/4/2013 11/6/2013 11/7/2013 11/8/2013 11/11/2013 11/12/2013 11/13/2013 11/14/2013 11/15/2013 11/18/2013 11/19/2013 11/20/2013 11/21/2013 11/22/2013 11/25/2013 11/26/2013 11/27/2013 11/28/2013 11/29/2013 12/2/2013 12/3/2013 12/4/2013 12/5/2013 12/6/2013 12/9/2013 12/10/2013 12/11/2013 12/12/2013 12/13/2013 12/16/2013 12/17/2013 12/18/2013 Harga 4519.91 4492.26 4518.93 4546.57 4578.18 4512.74 4546.5 4594.85 4580.85 4590.54 4562.77 4574.88 4510.63 4432.59 4423.29 4449.76 4486.11 4476.72 4441.72 4380.64 4301.89 4367.37 4335.45 4393.59 4398.34 4350.79 4326.21 4317.96 4334.8 4235.26 4251.49 4233.92 4256.44 4321.98 4288.76 4241.3 4216.89 4180.79 4214.34 4275.68 4271.74 4212.22 4174.83 4125.96 4182.35 4196.28 Tanggal 12/19/2013 12/20/2013 12/23/2013 12/24/2013 12/27/2013 12/30/2013 1/2/2014 1/3/2014 1/6/2014 1/7/2014 1/8/2014 1/9/2014 1/10/2014 1/13/2014 1/15/2014 1/16/2014 1/17/2014 1/20/2014 1/21/2014 1/22/2014 1/23/2014 1/24/2014 1/27/2014 1/28/2014 1/29/2014 1/30/2014 2/3/2014 2/4/2014 2/5/2014 2/6/2014 2/7/2014 2/10/2014 2/11/2014 2/12/2014 2/13/2014 2/14/2014 2/17/2014 2/18/2014 2/19/2014 2/20/2014 2/21/2014 2/24/2014 2/25/2014 2/26/2014 2/27/2014 2/28/2014 Harga 4231.98 4195.56 4189.61 4202.83 4212.98 4274.18 4327.27 4257.66 4202.81 4175.81 4200.59 4201.22 4254.97 4390.77 4441.59 4412.49 4412.23 4431.57 4452.5 4477.49 4496.04 4437.34 4322.78 4341.65 4417.35 4418.76 4386.26 4352.26 4384.31 4424.71 4466.67 4450.75 4470.19 4496.29 4491.66 4508.04 4555.37 4556.19 4592.65 4598.22 4646.15 4623.57 4577.29 4532.72 4568.94 4620.22 Tanggal 3/3/2014 3/4/2014 3/5/2014 3/6/2014 3/7/2014 3/10/2014 3/11/2014 3/12/2014 3/13/2014 3/14/2014 3/17/2014 3/18/2014 3/19/2014 3/20/2014 3/21/2014 3/24/2014 3/25/2014 3/26/2014 3/27/2014 3/28/2014 4/1/2014 4/2/2014 4/3/2014 4/4/2014 4/7/2014 4/8/2014 4/9/2014 4/10/2014 4/11/2014 4/14/2014 4/15/2014 4/16/2014 4/17/2014 4/21/2014 4/22/2014 4/23/2014 4/24/2014 4/25/2014 4/28/2014 4/29/2014 4/30/2014 5/2/2014 5/5/2014 5/6/2014 5/7/2014 5/8/2014 Harga 4584.21 4601.28 4659.17 4687.86 4685.89 4677.25 4704.21 4684.38 4726.17 4878.64 4876.19 4805.61 4821.46 4698.97 4700.21 4720.42 4703.09 4728.24 4723.06 4768.28 4873.93 4870.21 4891.32 4857.94 4921.04 4921.4 4921.4 4765.73 4816.58 4864.88 4870.21 4873.01 4897.05 4892.29 4898.21 4893.15 4891.08 4897.64 4818.76 4819.68 4840.15 4838.76 4842.5 4834.47 4862.07 4860.89 Tanggal 5/9/2014 5/12/2014 5/13/2014 5/14/2014 5/16/2014 5/19/2014 5/20/2014 5/21/2014 5/22/2014 5/23/2014 5/26/2014 5/28/2014 5/30/2014 6/2/2014 6/3/2014 6/4/2014 6/5/2014 6/6/2014 6/9/2014 6/10/2014 6/11/2014 6/12/2014 6/13/2014 6/16/2014 6/17/2014 6/18/2014 6/19/2014 6/20/2014 6/23/2014 6/24/2014 6/25/2014 6/26/2014 6/27/2014 6/30/2014 7/1/2014 7/2/2014 7/3/2014 7/4/2014 7/7/2014 7/8/2014 7/10/2014 7/11/2014 7/14/2014 7/15/2014 7/16/2014 7/17/2014 Harga 4898.14 4913 4921.39 4991.64 5031.57 5015 4895.96 4910.29 4969.88 4973.06 4963.92 4985.58 4893.91 4912.09 4942.16 4932.56 4935.56 4937.18 4885.08 4946.09 4971.95 4934.41 4926.66 4885.46 4909.52 4887.86 4864.27 4847.7 4842.13 4862.24 4838.98 4872.42 4845.13 4878.58 4884.83 4908.27 4888.73 4905.83 4989.03 5024.71 5098.01 5032.6 5021.06 5070.82 5113.93 5071.2 36 Lanjutan Lampiran 4 Tanggal Harga 7/18/2014 5087.01 7/21/2014 5127.12 7/22/2014 5083.52 7/23/2014 5093.23 7/24/2014 5098.64 7/25/2014 5088.8 8/4/2014 5119.25 8/5/2014 5109.09 8/6/2014 5058.23 8/7/2014 5066.98 8/8/2014 5053.76 8/11/2014 5113.24 8/12/2014 5132.4 8/13/2014 5168.27 8/14/2014 5155.55 8/15/2014 5148.96 8/18/2014 5156.75 8/19/2014 5165.17 8/20/2014 5190.17 8/21/2014 5206.14 8/22/2014 5198.9 8/25/2014 5184.96 8/26/2014 5146.55 8/27/2014 5165.25 8/28/2014 5184.48 8/29/2014 5136.86 9/1/2014 5177.62 9/2/2014 5201.59 9/3/2014 5224.13 9/4/2014 5205.32 9/5/2014 5217.33 9/8/2014 5246.48 9/9/2014 5197.12 9/10/2014 5142.99 9/11/2014 5133.03 9/12/2014 5143.71 9/15/2014 5144.9 9/16/2014 5130.5 9/17/2014 5188.18 9/18/2014 5208.14 9/19/2014 5227.58 9/22/2014 5219.8 9/23/2014 5188.11 9/24/2014 5174.01 9/25/2014 5201.38 9/26/2014 5132.56 Tanggal 9/29/2014 9/30/2014 10/1/2014 10/2/2014 10/3/2014 10/6/2014 10/7/2014 10/8/2014 10/9/2014 10/10/2014 10/13/2014 10/14/2014 10/15/2014 10/16/2014 10/17/2014 10/20/2014 10/21/2014 10/22/2014 10/23/2014 10/24/2014 10/27/2014 10/28/2014 10/29/2014 10/30/2014 10/31/2014 11/3/2014 11/4/2014 11/5/2014 11/6/2014 11/7/2014 11/10/2014 11/11/2014 11/12/2014 11/13/2014 11/14/2014 11/17/2014 11/18/2014 11/19/2014 11/20/2014 11/21/2014 11/24/2014 11/25/2014 11/26/2014 11/27/2014 11/28/2014 12/1/2014 Harga 5142.01 5137.58 5140.91 5000.81 4949.35 5000.14 5032.84 4958.52 4993.88 4962.96 4913.05 4922.58 4962.94 4951.61 5028.95 5040.53 5029.34 5074.32 5103.52 5073.07 5024.29 5001.3 5074.06 5058.85 5089.55 5085.51 5070.94 5066.83 5034.23 4987.42 4965.39 5032.28 5048.84 5048.67 5049.49 5053.94 5102.47 5127.93 5093.57 5112.04 5141.76 5118.94 5133.04 5145.31 5149.89 5164.29 Tanggal 12/2/2014 12/3/2014 12/4/2014 12/5/2014 12/8/2014 12/9/2014 12/10/2014 12/11/2014 12/12/2014 12/15/2014 12/16/2014 12/17/2014 12/18/2014 12/19/2014 12/22/2014 12/23/2014 12/24/2014 12/29/2014 12/30/2014 12/31/2014 1/2/2015 1/5/2015 1/6/2015 1/7/2015 1/8/2015 1/9/2015 1/12/2015 1/13/2015 1/14/2015 1/15/2015 1/16/2015 1/19/2015 1/20/2015 1/21/2015 1/22/2015 1/23/2015 1/26/2015 1/27/2015 1/28/2015 1/29/2015 1/30/2015 Harga 5175.79 5166.04 5177.16 5187.99 5144.01 5122.31 5165.41 5152.69 5160.43 5108.43 5026.03 5035.65 5113.35 5144.62 5125.77 5139.07 5166.98 5178.37 5226.95 5226.95 5242.77 5220 5169.06 5207.12 5211.83 5216.67 5187.93 5214.36 5159.67 5188.71 5148.38 5152.09 5166.09 5215.27 5253.18 5323.88 5260.02 5277.15 5268.85 5262.72 5289.4 37 Lampiran 5 Suku Bunga SBI periode 2013 – 2014 Tanggal Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Tingkat Suku Bunga 4.84021% 4.86119% 4.86950% 4.89075% 5.02275% 5.27558% 5.52051% 5.85743% 6.95555% 6.97042% 7.22435% 7.21695% 7.23217% 7.17434% 7.12591% 7.13529% 7.14912% 7.13715% 7.09418% 6.97263% 6.88248% 6.84809% 6.86651% 6.90129% Lampiran 6 Tabel tingkat return IHSG Tanggal Des-2012 Des-2013 Des-2014 Rm Rf IHSG 4302.44 4321.98 5164.29 Return 0.004542 0.19489 9.97% 6.42% 38 RIWAYAT HIDUP Grace Lourenza Sembiring lahir di Pematang Siantar, 30 November 1993. Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Darta Sembiring dan Ibu Acin Br. Ginting. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Teratai pada tahun 1998 dan melanjutkan di Taman Kanak-kanak Ade Irma Suryani, Sekolah Dasar Setia Budi pada tahun 1999 selama 5 tahun dan lulus dari Sekolah Dasar Eka Prasetya pada tahun 2005, lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Medan pada tahun 2008, dan lulus dari sekolah menengah atas Santo Thomas 1 Medan pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) tahun 2011. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KeMaKI) periode 2012/2013 dan 2013/2014 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEMKM) Kabinet Berani Beda 2013/2014. Aktif dalam kepanitiaan Gebyar Nusantara (GENUS) 2012 dan 2013, The 4th Extravaganza, The 1st and 2nd IPB Business Festival (IBF), The 7th Journalistic Fair, The 8th Leadership and Entrepreneurship School, Career and Development Training 2014, Reuni Akbar KeMaKI 2014, dan Natal Civitas Akademika (CIVA) IPB 2013 dan 2014. Selain itu penulis juga aktif sebagai Asisten Matakuliah Agama Katolik.