5_Peran Fotografi (Erlina) Fix.cdr - Trijurnal Trisakti

advertisement
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
PERAN FOTOGRAFI WILDLIFE DALAM KAMPANYE PADA
POSTER WORLD WILDLIFE FUND (WWF)
Erlina Novianti
Staff Pengajar Fotografi FSRD, Universitas Trisakti
Email: [email protected]
Abstract
This paper discusses the role of the Wildlife Photography of the posters used by an
international organization engaged in nature conservation and fauna is the World
Wildlife Fund or WWF we are familiar with. The role of photography in the campaign
preservation of flora and fauna is very important, because with photograph as a visual
display, the visual results looks more real.
Keywords: Wildlife Photography, World Wildlife Fund, Posters.
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang peranan Fotografi Wildlife terhadap poster yang
digunakan oleh suatu organisasi Internasional yang bergerak dalam
pelestarian alam dan fauna adalah World Wildlife Fund atau biasa kita kenal
dengan WWF. Peran fotografi dalam kampanye pelestarian flora dan fauna
sangatlah penting, karena dengan tampilan visual berupa karya.
Kata kunci: Fotografi Wildlife, World Wildlife Fund, Poster.
Pendahuluan
Perkembangan dunia fotografi kian pesat dan pada saat sekarang ini menjadi
suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun kemajuan
fotografi tidaklah muncul secara tiba-tiba. Mulai dari jaman pra sejarah manusia
mengabadikan obyek-obyek yang menarik yang direkamnya dalam bentuk
lukisan pada dinding-dinding goa. Namun lukisan-lukisan tersebut belum
mampu dilukiskan dengan baik, hanya berupa simbol-simbol yang artistik.
Kemunculan fotografi memberikan pembaruan bagi berbagai bidang. Fotografi
menunjang banyak hal misalnya dalam keilmuan, desain ataupun dalam bidang
kampanye sosial dan masih banyak bidang-bidang lainnya yang memanfaatkan
fotografi. Kemunculan fotografi memberikan alternatif baru dalam penciptaan
karya visual. Dalam media cetak peranan fotografi dirasa penting sebagai penguat
sebuah iklan, bukan hanya sebagai penunjang ilustrasi semata. Fotografi juga
dapat berperan sebagai penarik perhatian. Fotografi dapat dimanfaatkan sebagai
sarana promosi visual melalui media cetak diantaranya adalah poster. Dan oleh
sebab itu penulis mencoba mengangkat peranan wildlife fotografi dalam
kampanye pada poster World Wildlife Fund (WWF).
173
PERAN FOTOGRAFI WILDLIFE DALAM KAMPANYE PADA POSTER
WORLD WILDLIFE FUND (WWF) (Erlina Novianti)
Berdasarkan wawancara dengan Chaerul Saleh koordinator progam orangutan
World Wildlife Fund Indonesia, Misi World Wildlife Fund secara umum adalah untuk
pelestarian alam baik flora maupun fauna yang ada di muka bumi ini agar manusia
hidup selaras dengan alam. Untuk menempuhnya World Wildlife Fund menempuh
bermacam-macam cara, baik secara kegiatan, kebijakan, maupun promosi lewat
media. Melalui media, salah satu bentuknya adalah dengan iklan yaitu iklan
layanan masyarakat atau kampaye. Iklan layanan masyarakat atau kampanye
adalah iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang dimaksud untuk
membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus
dihadapi yaitu kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum.
Tujuan dari iklan layanan masyarakat agar kelompok tertentu dalam masyarakat
mau memikirkan sesuatu dan terlibat secara aktif seperti yang dimaksudkan oleh
pesan dalam iklan layanan masyarakat tersebut. Menurut Hornby dalam bukunya
Sumbo Tinarbuko (2008:52) mengartikan poster sebagai plakat atau tempelan
pengumuman yang dipasang di tempat umum. Bisa dikatakan sebagai sebuah
pemberitahuan untuk khalayak ramai yang berbentuk gambar. Karena poster
mengemban tugas untuk menyampaikan pesan verbal maupun visual, maka
keberadaannya harus dikemas sedemikian rupa agar menarik dan mampu
membangkitkan rasa ketertarikan pribadi, sehingga dapat menimbulkan stimulus
dan reaksi untuk memberikan keputusan. Untuk itu, pesan verbal maupun visual
yang ditampilkan dalam desain poster harus dinyatakan dalam bahasa yang
sederhana dan benar.
Salah satu usaha WWF Indonesia dalam menanggulangi kepunahan satwa yaitu
dengan mengadakan kampanye yang melibatkan seluruh masyarakat diantaranya
melalui media poster. Foto satwa yang sudah diambang kepunahan yang terdapat
pada poster WWF merupakan salah satu elemen penting yang menunjang
tersampainya pesan yang terdapat pada poster tersebut. Penggunaan poster satwa
langka dalam kampanye WWF bertujuan untuk mendorong adanya tanggapan
(respon) dan empati dari khalayak dan dapat digunakan sebagai topik diskusi
bahkan untuk menggugah hati bagi masyarakat yang melihat poster tersebut.
Perkembangan Fotografi Sebagai Bentuk Komunikasi
Fotografi menjadi bagian yang sangat penting dalam berbagai bentuk kegiatan
komunikasi, karena sebuah karya foto seringkali tidak bisa digantikan oleh
gambar ataupun bentuk ilustrasi lainnya. Iklan layanan masyarakat merupakan
bagian dari kampanye sosial. Iklan layanan masyarakat berisi ajakan, pertanyaan
atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan ataupun tidak melakukan
suatu tindakan demi kepentingan umum atau merubah perilaku yang tidak baik
supaya menjadi lebih baik. Iklan layanan masyarakat juga memuat pesan sosial
174
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah
masalah yang dapat mengancam keserasian dan kehidupan secara umum.
Dengan adanya iklan layanan masyarakat atau kampanye sosial ini dalam jangka
panjang diharapkan dapat merubah perilaku suatu masyarakat kearah kebiasaan
dalam batasan-batasan tertentu, sehingga pada akirnya dapat berlanjut sebagai
budaya yang baik.
Teknik Dalam Memotret Fotografi Wildlife
Memotret binatang yang harus diperhatikan bukan hanya sekedar teknis saja,
karena binatang adalah makhluk hidup yang memiliki ekspresi dan keunikan
tersendiri. Kita harus menunggu momen yang tepat untuk menemukan ekspresi
yang menarik dari binatang-binatang yang akan kita foto. Sebagai fotografer kita
harus menemukan dan mengabadikan sifat-sifat alami mereka yang unik. Sebagai
contoh foto singa yang mengaum garang tentu akan lebih menarik dibandingkan
dengan seekor singa yang tengah terkantuk-kantuk dibawah pohon. Adakalanya
seorang fotografer memerlukan kesabaran karena harus menunggu berjam-jam
atau berhari-hari untuk menunggu momen tertentu. Memotret fotografi wildlife
bisa kita lakukan di alam liar atau di kebun binatang.
Menurut Tim Fitzharris dalam bukunya National Audubon Society Guide To Nature
Photography (2008:40 ), menghasilkan foto wild animal yang memenuhi syarat teknis
yang baik tidak semudah kelihatannya. Ada beberapa faktor utama yang harus
diperhatikan dengan seksama seperti pergerakan objek yang tidak terduga. Ada
beberapa fotografer yang aktif mengikuti objek untuk mendapatkan hasil foto
yang baik, ada juga yang memilih untuk menunggu dengan sabar sampai
mendapatkan momen yang baik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam
sebuah foto wildlife sebaiknya menggunakan kamera SLR 35mm dengan lensa tele
300-600mm dan untuk menunjang kestabilan kamera dengan lensa panjang,
sebaiknya menggunakan tripot denga ball head agar lebih mudah dan fleksibel di
gerakkan.
Lensa wide sebaiknya tidak digunakan walaupun kita berada di area yang
memungkinkan untuk menggunakan lensa wide seperti di taman nasional atau di
kedalaman laut, hal ini dikarenakan para binatang tidak mempunya rasa takut
terhadap manusia, untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan sebaiknya
ada jarak yang ditentukan antara fotografer dan objek, oleh karena itu kita
membutuhkan lensa tele. Selain itu lensa wide juga menuntut fotografer untuk
berada lebih dekat dengan habitat asli hewan, hal ini bisa mengakibatkan rusaknya
habitat asli hewan. Ada beberapa keunggulan dari penggunaan lensa tele yaitu
adanya jarak aman antara fotografer dan hewan, jika tidak mendapat gangguan
175
PERAN FOTOGRAFI WILDLIFE DALAM KAMPANYE PADA POSTER
WORLD WILDLIFE FUND (WWF) (Erlina Novianti)
dari objek asing maka hewan tersebut bisa lebih mengeluarkan perilaku aslinya di
dalam habitat mereka. Dalam penggunaan lensa tele juga angle yang dihasilkan
akan lebih sempit dan lebih mudah untuk membuat dept of field sempit guna
mengalihkan perhatian dari objek-objek yang tidak penting, objek yang tidak
sesuai bisa di samarkan dengan efek blur dari depth of field sempit.
Pengadaan foreground, midground dan background sebagai pendukung objek utama.
Lingkungan sekitar sebagai background, objek utama sebagai midground, habitat
asli sebagai foreground agar keseluruhan lingkungan, objek utama dan habitat asli
bisa tampak dalam sebuah foto yang utuh. Memperbesar ukuran objek dalam
sebuah frame juga membuat penikmat foto lebih tertarik, karena biasanya
penikmat foto lebih tertarik untuk melihat detail dari objek, seperti bulu burung
yang mengkilat, lebarnya bentangan sayap burung jika terbang, hal tersebut lebih
menarik perhatian karena hal tersebut belum pernah mereka perhatikan
sebelumnya, dibandingkan mengambil gambar dengan sudut lebar dan
menunjukan warna alam, detail lebih menarik untuk diambil.
Bagi manusia hal menarik dari hewan adalah anatomi wajah mereka, tajamnya
mata hewan, kerasnya paruh burung merupakan center of interst untuk manusia,
oleh sebab itu bagian wajah dari hewan harus terlihat paling menonjol dan
dramatis penginterpretasiannya. Mata harus terbuka lebar dan ada natural catch
light di mata utnuk kesan lebih hidup. Jika ingin mengkroping hindari
mengkroping di bagian lutut, siku. Pengambilan grup potrait dari hewan juga
sangat menarik terutama jika pergerakan, komposisi, terlihat sama semua atau
berbarengan.
Pencahayaan adalah kunci utama dalam membuat sebuat foto yang baik. Tipe
pencahayaan seperti apa pun akan menghasilkan sebuat potrait dari satwa yang
menarik jika memenuhi standart untuk pemotretan, yang paling umum adalah
mengandalkan front light dari cahaya pagi hari atau cahaya menjelang sore hari,
setelah kita mengatahui keadaan pencahayaan terbaik di lapangan apakah pagi
hari atau sore hari, maka kita akan lebih nyaman dan mudah untuk bekerja
mengambil gambar, tinggal menunggu moment yang tepat.
176
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Ά
Berikut
adalah anatomi dalam pengambilan potrait satwa :
‫  و‬Posisi kamera se-level dengan
kepala objek.
2. Fokus tertajam ada dimata
objek.
8. Perhatikan zoom-ing /
pengkropingan yang
sesuai ukuran unuk
memperlihatkan detail.
9. Tangkap cahaya natural yang
berada di mata subjek agar
gambar terlihat lebih hidup.
10. Suasana alam seperti
biru langit sebaiknya
terlihat didalam frame.
11. Berikan ruang yang
cukup untuk objek
utama.
3. Hindari pengkomposisian center
Of interest di tengah frame.
12. Harmonisasi antara
background dan midground
untuk menciptakan kesankesan dimensi.
4. Pisahkan titik panas dan glare
dari background.
13. Sebaiknya memotret dengan
lensa tele agar jarak
pengambilan foto tidak
mengganggu/menghilangkan
kebiasaan subjek.
5. Subjek sebaiknya menghadap
Kearah datangnya cahaya.
14. Sertakan juga habitat
asli subjek sebagai
midground untuk
memberi informasi
kepada penikmat foto.
6. Gunakan diafragma besar untuk
Mengaburkan background
7. Gunakan foreground untuk
membingkai subjek.
15. Background harus lebih gelap
dari pada subjek.
16. Gunakan shutter speed yang
tepat untuk membuat objek
freeze dan mengurangi
kamera shake.
17. Croping frame untuk menghilangkan
objek-objek yang tidak penting.
Gambar 1. Potrait Satwa
(Sumber : National Audubon Society Guide To Nature Photography)
Berikut ini contoh Foto wildlife yang menunggu moment yang tepat.
Gambar 2. Foto Wildlife dengan menggunakan teknik Freeze
(Sumber : Info Fotografi.com)
177
PERAN FOTOGRAFI WILDLIFE DALAM KAMPANYE PADA POSTER
WORLD WILDLIFE FUND (WWF) (Erlina Novianti)
Kontak mata juga diperlukan dalam memotret fotografi wildlife. Kita juga harus
memperhatikan angle pada saat pemotretan, sehingga kontak mata binatang
selevel dengan lensa kita. Karena mata adalah jendela hati, foto yang kita hasilkan
akan tersa tidak ada jarak dan binatang terlihat lebih ekspresif. Dalam penggunaan
setting kamera juga harus diperhatikan dalam memotret fotografi widlife, kita bisa
menggunakan teknik High Continous Mode. Karena kita tidak mengetahui kapan
momen yang tepat dari binatang yang akan kita foto.
Untuk menjadi seorang fotografer wildlife haruslah memiliki tanggungjawab yang
tinggi, karena fotografer wildlife tidak diperbolehkan mengganggu kehidupan liar
hewan dan habitat aslinya. Foto kita tidak akan berarti apapun apabila binatang
yang kita foto terganggu apalagi tersiksa.
Peranan Wildlife Fotografi Terhadap Kampanye World Wildlife Fund
Seperti kita ketahui bersama pada saat sekarang ini perdagangan binatang
langka menjadi topik global dan menjadi perhatian kita bersama. Organisasi
World Wildlife Fund mengajak masyarakat luas untuk menjaga kelestarian alam,
flora dan fauna salah satunya dengan menggunakan media fotografi yang
terdapat pada poster sebagai kampanye sosial mereka.
Berikut adalah beberapa contoh Fotografi Wildlife yang terdapat pada poster
World Wildlife Fund.
Gambar 3. Orangutan
(Sumber: “WWF'S Earth Hour United Kingdom”)
178
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Menurunnya populasi orangutan yang sangat drastis di dunia menjadi satu
perhatian dari Word wildlife Fund. Saat sekarang ini diperkirakan orangutan
menjadi spesies kera besar pertama yang punah di alam liar. Penyebab utama
kepunahan dari orangutan adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan.
orangutan memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buahbuahan dan biji-bijian yang mereka makan. Hilangnya orangutan mencerminkan
hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan.
Pada poster diatas diceritakan orangutan adalah mamalia yang berkembang biak
paling lambat, karena orangutan betina menunggu sekitar delapan tahun setelah
melahirkan. Ibu dan bayi memiliki ikatan yang sangat erat. Bayi orangutan tetap
berada di sisi induknya selama dua sampai tiga tahun. Pengambilan fotografi
Wildlife ini disesuaikan dengan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Objek orangutan dipilih sepasang ibu orangutan dan anaknya, momen orangutan
diperlihatkan pada saat ibu orangutan sedang menggendog bayinya. Ekspresi dari
ibu orangutan terlihat jelas dan menjadi point of interest. Selain itu ekspresi dari
orangutan menyiratkan kasih sayang yang tulus dengan menggendong bayinya.
Penyampaian objek, momen, angle dan ekspresi yang tepat membuat sebuah karya
fotografi wildlife ini begitu sempurna dan mempunyai arti yang dalam. Sehingga
apabila foto wildlife Orangtan pada kususnya apabila dimasukkan ke dalam poster
dan menjadi poster kampanye WWF sangat sesuai. Karena pesan di dalamnya
sangat informatif dan sampai kepada masyarakat yaitu untuk melindungi
orangutan. Terlebih lagi pesan yang ingin disampaikan pada foto wildlife ini adalah
untuk mengetuk hati masyarakat agar tidak memisahkan jalinan antara induk
orangutan dan anaknya baik dengan alasan penjualan ilegal binatang langka dan
lain sebagainya. Sehingga dengan adanya poster ini, masyarakat jauh lebih
menyayangi binatang, terebih lagi binatang langka yang dilindungi oleh negara.
Populasi karnivora besar seperti singa mengalami penurunan di habitat aslinya.
Hal ini dikarenakan hilangnya habitat karena perburuan oleh manusia dan
berkurangnya jumlah mangsa mengakibatkan turunnya jumlah populasi dari
singa. Jumlah populasi singa mengalami penyusutan, hal ini mempunyai resiko
terjadi kepunahan baik secara lokal ataupun global. Pada foto wildlife diatas
momen yang diambil dibuat dengan jenaka. Objek singa diambil pada saat singa
sedang menutup mukanya.
179
PERAN FOTOGRAFI WILDLIFE DALAM KAMPANYE PADA POSTER
WORLD WILDLIFE FUND (WWF) (Erlina Novianti)
Gambar 4. Foto singa
(Sumber: World Wildlife Fund)
Bila kita lihat seekor singa menunjukkan ekspresi seolah-olah mereka tidak
mempunyai harapan lagi untuk bisa bertahan di habitat asli mereka. Walaupun
pada kenyataannya binatang singa tidak mempunyai ekspresi seperti manusia
yang putus harapan, tetapi dengan momen tertentu dan ditunjang dari teks yang
terdapat pada poster dapat menjadi kesatuan yang baik untuk digunakan dalam
kampanye World Wildlife Fund. Dalam poster tersebut yang ditunjang dengan
fotografi wildlife, World Wild Life berusaha untuk mengajak manusia untuk saling
bertoleransi pada binatang langka, kususnya singa yang sering dijadikan sebagai
perdagangan ilegal. Diharapkan setelah masyarakat melihat poster tersebut dapat
tergugah hatinya untuk lebih menyayangi dan melindungi binatang-binatang
langka yang sudah tidak mempunyai habitat lagi.
Di Afrika jumlah binatang cheetah menurun hingga lebih dari 90 persen. Hal ini
dikarenakan petani, peternak dan penggembala merebut habitat asli dari binatang
cheetah ini. Banyak pemburu menembaknya hanya demi kesenangan, sementara
anak cheetah ditangkap secara illegal untuk dijual sebagai hewan peliharaan
eksotis yang mempunyai harga sangat mahal. Fakta yang sangat ironis, induk
cheetah yang telah ditangkap atau diburu secara liar dengan meninggalkan anak
cheetah, anak cheetah tersebut tidak bisa bertahan hidup dikarenakan anak
cheetah belum mengenal cara berburu untuk memenuhi kebutuhan makannya.
Pada poster World Wild Life diatas diperuntukkan lebih pada perburuan cheetah
yang di buru secara illegal untuk diambil kulitnya yang akan di jadikan sebagai
busana. Pada foto wildlife diatas terdapat dua objek yaitu seekor induk cheetah dan
seeokor anak cheetah yang sedang berjalan di habitat asli mereka. Foto tersebut
disertai teks sebagi penunjang.
180
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Gambar 5. Foto cheetah
(Sumber: World Wildlife Fund)
Pada induk cheetah diberi teks ukuran XL (Extra Large) dan teks ukuran S (Small)
yang biasa digunakan untuk tanda ukuran pada baju. Dengan media poster dan
fotografi wildlife ini, World Wildlife Fund mengajak kepada industri dan pemakai
fashion untuk tidak memakai baju dengan berbahan kulit binatang asli, karena
dengan konsumsi yang demikian akan menambah jumlah perburuan liar.
Gambar 6. Foto badak bercula
(Sumber: World Wildlife Fund)
Besarnya permintaan cula badak di pasar gelap sebagai bahan obat tradisional
hingga koleksi ornamen seni eksklusif membuat satwa langka ini menjadi sasaran
utama perburuan. Tidak dipungkiri badak di buru demi culanya. Pada Foto wildlife
diatas diperlihatkan sosok dari badak dengan fokus pada area muka yang
memperlihatkan lebih kepada culanya.
Hal ini mempunyai pesan agar masyarakat tidak lagi menggunakan cula badak
untuk dijadikan obat. Hal ini sangat mempengaruhi keberadaan dari populasi
badak tersebut. Penambahan teks yang sangat mendukung yaitu “ I AM NOT
MEDICINE” menambah kuatnya pesan yang akan disampaikan. Seolah olah objek
badak tersebut berbicara bahwa mereka bukanlah obat sehingga manusia bisa
dengan seenaknya untuk mengeksploitasi binatang badak tersebut tanpa
memikirkan kelangsungan hidup mereka.
181
PERAN FOTOGRAFI WILDLIFE DALAM KAMPANYE PADA POSTER
WORLD WILDLIFE FUND (WWF) (Erlina Novianti)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjelasan diatas, fotografi Wildlife memegang peranan penting
dalam sebuah poster yang digunakan dalam kampanye World Wild Life Fund. Hal
ini dikarenakan dengan menggunakan karya fotografi hasilnya akan terlihat nyata
seperti apa yang layaknya kita lihat secara langsung, karena dengan fotografi
penafsiran semua orang bisa dikatakan sama.
Moment yang tepat dalam membuat sebuah foto wildlife juga sangatlah penting,
karena dengan momen yang tepat foto yang dihasilkan juga akan sesuai dengan isi
pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat luas. Penambahan teks pada
poster juga sangat mendukung. Kesatuan antara teks dan fotografi yang terdapat
pada sebuah poster dapat tersaji dengan baik apabila teks dan karya fotografi
terdapat korelasi yang menghasilkan sebuah pesan. Dengan adanya kampanye
dari World Wildlife Fund dengan menggunakan media fotografi, diharapkan pesan
yang akan disampaikan akan mudah diterima oleh masyarakat luas. Sehingga
toleransi, kasih sayang antara sesama makhluk hidup dapat terjaga dengan baik.
***
Referensi
H.D, Rijksen. 1978. A Fieldstudy on Sumatran Orang Utans (Pongo Pygmaeus Abelii
Lesson) Ecology Behaviour and Conservation. Modelingen
Landbouwhogeschool Wageningen. H. Veenman & Zonen B.V. Wageningen.
Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Terjemahan Haris Munandar. Erlangga. Jakarta.
Tinarbuko, Sumbo.2009. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra. Yogyakarta.
Widyatama, Rendra. 2005. Pengantar Periklanan. Buana Pustaka Indonesia.
Jakarta.
Zuckerman Jim. 1991. “The Profesional Photographer's Guide To Shooting &
Selling Nature & Wildlife Photos, Writer's Digest Books Cincinnati, Ohio.
Laman situs :
Website World Wildlife Fund, diakses tanggal 10 agustus 2016, pukul 12.00 WIB
WWF'S Earth Hour-United Kingdom, diakses tanggal 18 agustus 2016, pukul 11.05
WIB
Info Fotografi.com, diakses tanggal 20 juli 2016, pukul 13.00 WIB
182
Download