BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan seharihari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.1 Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.2 Pada pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak di madrasah, guru harus dapat memilih dan menggunakan metode yang sesuai dan tepat. Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran Akidah Akhlak yang akhirnya berfungsi sebagai determinasi kualitas pendidikan di madrasah tersebut. 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 21 2 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 21 1 2 Selain penerapan metode yang tepat, kepribadian guru juga menjadi kunci keberhasilan pembelajaran Akidah Akhlak. Guru merupakan sebuah potret yang selalu dijadikan contoh oleh seorang siswa. Untuk itu seorang guru tidak hanya memberikan materi di kelas tetapi juga di luar kelas hendaknya berperilaku yang memberikan keteladanan. Pendidik harus menjadi seorang model dan sekaligus menjadi seorang mentor bagi peserta didik dalam mewujudkan nilainilai keimanan dan akhlak dalam kehidupan. Madrasah tanpa guru atau pendidik sebagai model, sulit untuk mewujudkan pranata sosial (skala) yang mewujudkan nilai-nilai moral.3 Konsep keteladanan yang harus dimiliki guru ini digambarkan pada Firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi sebagai berikut : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” 4 Peserta didik pada konteks pendidikan cenderung meneladani pendidiknya dan ini dialami oleh semua ahli pendidikan. Dasarnya ialah secara psikologi anak senang meniru, tidak saja yang baik-baik yang jeleknya pun ditiru. Anak yang menyaksikan tingkah laku itu akan cenderung untuk menirunya dan berbuat yang sama (imitasi).5 Secara keseluruhan keberhasilan implementasi pembelajaran Akidah Akhlak mencakup semua unsur pendidikan seperti; kurikulum berbasis karakter, metode yang kontekstual, strategi, materi pelajaran, tujuan pendidikan, personifikasi guru, ruang kelas yang representatif, penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran. Terpenuhinya standar komponen unsur pendidikan di atas 3 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm 76 4 Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 420 5 W.S. Winkel SJ., Psikologi Pengajaran, cetakan kedua, (Jakarta : PT. Gramedia, 1987), hlm 230 3 turut memberikan andil yang besar terhadap keberhasilan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di madrasah ibtidaiyah. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dengan issu-issu pendidikan karakter pada setiap level dan jenjang pendidikan di seluruh Indonesia. Dalam konteks pendidikan di madrasah Ibtidaiyah, kajian pendidikan karakter ini sangat penting sebab keberhasilan pendidikan berada pada jenjang pendidikan dasar, berhasil atau tidak pendidikan ditentukan oleh keberhasilan pendidikan di level bawah/dasar. Keberhasilan program pendidikan karakter di madrasah tersebut berhubungan erat dengan kebrhasilan pembelajaran Akidah Akhlak, karena mata pelajaran ini menjadi basic dasar penunjang pendidikan karakter. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akidah akhlak merupakan bagian integral dari pendidikan agama. Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara subtansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari hari, sebagai wujud internalisasi pendidikan karakter bangsa. Secara teoritis kerangka berpikir di atas merupakan wujud ideal dari pembelajaran Akidah Akhlak. Secara aplikatif pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di lapangan memenuhi beragam kendala yang kompleks. Salah satunya adalah di MI Lebo 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Menurut pengakuan Bapak Nasirin, S.Pd.I, selaku kepala madrasah, dalam implementasinya yang ideal ternyata tidaklah mudah. Adanya anggapan bahwa akidah akhlak adalah pelajaran yang hanya dihafal sehingga membuat peserta didik menjadi statis dan kurang berapresiasi dalam proses pembelajaran di kelas. Kondisi demikian sejalan hasil penelitian Djoko Widagdho, yang menyebutkan pembelajaran agama cenderung masih disajikan sebagai materi pelajaran daripada pendidikan, akibatnya hanya berkutat pada ranah kognitif, kurang melibatkan ranah afektif dan psikomotorik. Selain itu kompetensi guru dalam menguasai materi pelajaran mungkin sudah bagus, namun kompetensi untuk menghubungkan, mengaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari di masyarakat 4 masih terbatas. Kelemahan ini menjadikan agama hanya sebagai pengetahuan yang subtansial belum fungsional, baru berupa ilmu belum berupa amal.6 Sejalan dengan hasil penelitian di atas, dilihat dari ketercapaian tujuan pembelajaran Akidah Akhlak di MI lebo 02 juga relatif kurang menyentuh aspek internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter, karena masih dijumpai peserta didik yang tidak mengamalkan materi pelajaran akhlak dalam perilaku sehari-hari. Fenomena tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang bersikap tidak sopan terhadap gurunya, berani kepada orang tua, suka berbohong, lebih senang bermain dari pada membantu orang tua, sering berkata kasar dan mengejek teman-temannya, anak laki-laki suka mengganggu anak-anak perempuan yang sedang asyik bermain, lebih suka menonton televisi dari pada membaca Al Quran, sering merasa enggan melaksanakan shalat lima waktu, kurang mematuhi terhadap tata tertib sekolah, dan banyak indikator lainnya yang menujukkan perlunya perbaikan dan pembenahan di sana-sini terkait dengan pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang. Sejalan fenomena di atas, MI Lebo 02 Gringsing Batang sebagai salah satu madrasah Ibtidaiyah yang merespon problematika pembelajaran Akidah Akhlak di atas, terus berpacu mengembangkan pendidikan karakter melalui perbaikan pembelajaran Akidah Akhlak guna mengembangkan kualitas pendidikan agar lulusannya memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Berbagai hambatan atau kendala yang teridentifikasi, maka seluruh elemen di MI Lebo 02 berusaha menggali potensi untuk memecahkannya. Melalui cara seperti itu, sampai saat ini MI Lebo 02 terus berupaya berbenah diri agar tidak kehilangan relevansi program pembelajarannya, termasuk di dalamnya progam pendidikan karakter melalui mata pelajaran Akidah Akhlak. Upaya pembenahan diri ini dilakukan dalam rangka menjembatani wacana perubahan kurikulum yang digelontorkan pemerintah untuk mengganti Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 yang menuntut profesionalisme guru dalam mengajar untuk membantu peserta didik menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, dan bukan 6 Djoko Widagdho, Hasil Belajar Ranah Kognitif Mata Pelajaran PAI, (Semarang : Jurnal Penelitian Walisongo, 2003), hlm. 136. 5 hanya mengejar kurikulum untuk mengenjot nilai hasil belajar maksimal, tetapi kurang membina potensi dan karakteristik peserta didik yang humanis dan beraklak mulia. Fenomena tersebut sejalan dengan penelitian Rosyada : Pada kenyataannya terhadap kondisi pendidikan agama saat ini, etos guru dalam mengajar tidak semuanya sesuai dengan harapan, karena banyak guru hanya mengejar kurikulum, bukan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Selain itu dari beberapa catatan dan opini para pemerhati yang diuraikan baik melalui buku, jurnal pendidikan, maupun surat kabar, berkembang anggapan yang secara global penulis simpulkan bahwa, konsep pendidikan di Indonesia telah tereduksi menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas. Sementara yang berlangsung di kelas masih banyak yang tidak lebih dari kegiatan guru mengajar murid dengan target kurikulum dan bagaimana mendapatkan nilai yang maksimal, sehingga gagal mengembangkan Sumber Daya Manusia.7 Sesuai visi dan misi MI Lebo 02, pembelajaran Akidah Akhlak bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Akidah mencakup sendi-sendi keimanan, penghayatan, dan kepercayaan terhadap ajaran agama yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.8 Sejalan dengan kondisi ideal hasil penelitian yang telah dideskripsikan di atas dan melihat adanya kesenjangan dengan kondisi riil pembelajaran Akidah Akhlak di lapangan yakni di MI Lebo 02 Gringsing Batang, maka upaya mengindentifikasi problematika yang muncul merupakan langkah penting untuk menemukan solusi alternatif pembelajaran Akidah Akhlak yang lebih berkualitas selaras dengan visi dan misi MI Lebo 02 Tahun Pelajaran 2013/2014 yakni membentuk generasi muda yang beriman dan bertakwa, memiliki ilmu pengetahuan dilandasi akhlak mulia. Penelitian ini mencoba mengkaji tema berjudul : “Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014”. 7 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta : P.T. Pilar Media, 2004), hlm. 46. 8 BSNP, Standar Isi KTSP pada Sekolah Dasar dan Menengah Pertama, (Jakarta : Badan Standar Nasional, 2006), hlm. v. 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas ada beberapa masalah yang teridentifikasi pada penelitian ini, di antaranya masih ada beberapa masalah seperti : 1. Desain pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 belum mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik untuk berekplorasi dan membangun pengetahuan sendiri untuk memecahkan masalah-masalh yang muncul secara kontekstual. 2. Guru masih berkutat pada paradigma pengajaran instant, yakni mengejar target kurikulum dan terobsesi mencapai hasil belajar maksimal, sementara aspek-aspek pembinaan karakter melalui pembiasaan dan penanaman nilainilai religiuitas peserta didik kurang mendapat sentuhan. 3. Materi pelajaran Akidah Akhlak yang disampaikan kurang didukung dengan metode dan media pembelajaran yang representatif mencapai ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. 4. Pencapaian tujuan pembelajaran Akidah Akhlak kurang mewakili visi dan misi madrasah, fakta ini dibuktikan dengan peserta didik belum sanggup mengamalkan materi pelajaran dalam kehidupan sosial sehai-hari seperti kecenderungan peserta didik kurang memperhatikan tata krama dalam pergaulan terhadap orang tua, guru, kepada teman-teman seusianya di sekolah, dan kedisiplinan mematuhi tata tertib sekolah. 5. Kebijakan kepada madrasah terkait dengan peningkatan mutu pendidikan perlu ditunjang dengan pembinaan dan pengawasan yang intent melalui supervisi di kelas. 6. Problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 bersifat multi kompleks sehingga diperlukan identifikasi agar dapat disusun prioritas penanganan sesuai dengan kondisi dan sumberdaya yang tersedia. 7. Melihat kondisi riil MI Lebo 02 tidak semua problematika dapat diatasi. 8. Adanya komitmen bersama dari stakeholder untuk perbaikan mutu pendidikan merupakan masalah yang menarik dikaji mengingat multi kompleksnya problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02. 7 C. Pembatasan Masalah Tema penelitian ini menkaji tentang problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 sebagaimana telah diidentifikasi pada sub bab sebelumnya. Namun kajian problematik tanpa mendiskripsikan implementasi yang mendahuluinya dan pemecahan masalahnya dirasa masih sepotongsepotong dan bisa mengakibatkan persepsi yang bias terhadap hasil penelitian ini. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini dibatasi hanya mendiskripsikan kondisi alami di lapangan terkait dengan : 1. Implementasi pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 2. Problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02, dan 3. Pemecahan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02. D. Rumusan Masalah Sesuai fokus masalah di atas disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagamanakah implementasi pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 ? 2. Bagaimanakah problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 ? 3. Bagaimanakah pemecahan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 ? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah di atas yaitu : 1. Mendiskripsikan implementasi pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Mendiskripsikan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 ? 3. Mendiskripsikan pemecahan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki signifikansi secara teoritis dan praktis. 8 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah khasanah penelitian di bidang pendidikan Islam yang menarik dan aktual sebagai bahan bacaan atau pedoman bagi pemerhati bidang pendidikan dalam membangun landasan konseptual tentang isu-isu pembelajaran Akidah Akhlak dengan menggali pengalaman dari problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. 2. Manfaat Praktis a. Peneliti Memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap peneliti terkait dengan penelitian ilmiah yang kelak dapat digunakan untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini dapat menunjang kompetensi peneliti dalam kegiatan praktik kependidikan terkait dengan pembelajaran Akidah Akhlak. b. Guru Memberikan informasi aktual untuk menambah kompetensi paedagogis guru, yang dapat dijadikan referensi tentang langkah-langkah yang harus ditempuh guru, hambatan-hambatan yang muncul, dan solusi alternatif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Akidah Akhlak di madrasah/sekolah. c. Madrasah Memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi pengelola madrasah dalam menyusun kebijakan memperbaiki desain pembelajaran Akidah Akhlak sesuai kebutuhan berdasarkan kondisi alami hasil penelitian.