PENGARUH METIL EUGENOL DARI BAHAN TANAMAN SELASIH TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI SERANGGA PADA TANAMAN CABE MERAH ORGANIK Ojak B.M. Pasaribu,SP, Dr. Ir. Retno Astuti, MS, Ir. Azwana , MP, Ir. Maimunah, Msi dan Ir.Hafni Zahara, MSc Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan 20414 Jalan Sulawesi II Belawan telp.(061)6941484,fax.(061)6941484 Email : hafni_z @yahoo.com RINGKASAN Tanaman cabe merupakan bahan sayuran yang penting karena kaya akan vitamin A dan C sehingga dimanfaatkan untuk campuran bahan makanan dan obat-obatan. Salah satu hama yang menyerang pertanaman cabe merah adalah hama lalat buah. Guna mengatasi masalah hama lalat buah pada tanaman cabe perlu dilakukan pengendalian yang ramah lingkungan dan efektif, salah satunya adalah pengendalian adalah penggunaan attraktant nabati metil eugenol yang dihasilkan oleh tanaman selasih Ocimum sanctum. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa minyak selasih hasil sulingan 0,2 ml lebih efektif memerangkap populasi serangga hama maupun serangga bukan hama dari pada perlakuan remasan daun selasih pada botol perangkap, irisan daun selasih pada botol perangkap dan selasih di tanam sebagai tanaman sela. Serangga hama yang terperangkap yaitu lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell yang merupakan hama potensial dalam menurunkan produksi tanaman cabe merah dan hama lainnya yaitu Bactrocera umbrosus, Bactrocera cucurbitae dan Aphis cucumeris. 1) Tenaga Teknis pada Balai Besar Karantina Tuubuhan Belawan 2) Fakultas Pertanian Universitas Medan Area 3) Fakultas Pertanian Universitas Medan Area 4) Fakultas Pertanian Universitas Medan Area 5) POPT pada Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman cabe merupakan bahan sayuran yang penting karena kaya akan vitamin A dan C sehingga dimanfaatkan untuk campuran bahan makanan dan obat-obatan (Wahyu, 1997). Menurut Samsudin (1982 ), cabe merupakan tanaman sayuran, menurut bentuk tanaman ini termasuk golongan perdu yang hasil buahnya dapat dipanen beberapa kali. Permasalahan yang ada pada pertanaman cabe merah, tentu tidak hanya terbatas pada masalah budidaya saja, tetapi bagaimana petani mengatasi berbagai macam persoalan tentang cabe yang ditanam. Diantaranya bagaimana mengatasi hama dan penyakit tanaman cabe merah (Setiadi, 1993). Salah satu hama yang menyerang pertanaman cabe merah adalah hama lalat buah yang ditemukan di Indonesia yaitu Dacus sp. Namun menurut klasifikasi terakhir yang ditemukan oleh Drew pada tahun 1989 ternyata lalat buah yang banyak di Indonesia adalah Bactocera sp. (Kuswadi, 2001). Djamin (1985)menyatakan bahwa pemakaian insektisida yang terus menerus akan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan, manusia, hewan ternak maupun musuh alami hama dan serangga yang berguna lainnya. Disamping itu dapat juga menimbulkan resistensi hama serangga, resurgensi hama, eksplosi hama kedua sehingga kerusakan terhadap tanaman akan semakin meningkat. Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 1 2 Guna mengatasi masalah hama lalat buah pada tanaman cabe organik maupun non organik perlu tersedia sarana pengendalian yang ramah lingkungan dan efektif, antara lain penggunaan attraktant nabati metil eugenol yang dihasilkan oleh tanaman selasih Ocimum sanctum. Attractant ini dapat mengacaukan perilaku kawin lalat buah dan merupakan suatu alternatif yang perlu dikaji efektivitasnya di lapangan. Sastrodihardjo (1979) menyatakan bahwa zat penarik (attractance) ialah suatu zat yang menarik serangga menuju ke arah sumber zat itu. Sumber zat penarik terdapat pada serangga, burung, hewan menyusui, tumbuh-tumbuhan segar dan tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh metil eugenol yang dihasilkan tanaman selasih terhadap populasi hama lalat buah dan hama lainnya pada pertanaman cabe merah organik. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Dusun Metreologi V, Jalan Trapes Area Metreologi Raya dengan ketinggian ± 12 meter di atas permukaan laut, bertopografi datar dengan jenis tanah Alluvial. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Nopember 2006 sampai dengan Maret 2007. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok non faktorial, yakni: A = tanpa perlakuan minyak selasih B = perlakuan remasan daun selasih pada botol perangkap C = perlakuan irisan daun selasih pada botol perangkap D = perlakuan 0,2 ml minyak selasih hasil sulingan pada botol perangkap E = Tanaman selasih di tanam sebagai tanaman sela Aplikasi perlakuan hanya menggunakan perangkap yang diberi lem tikus ( A sampai D ), kecuali E tidak menggunakan lem tikus. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan untuk tanaman dengan cara melakukan pengolahan tanah diawali dengan pembersihan areal penelitian dari semak (gulma) dengan membuat bedengan ukuran 3 m x 1,40 m dan jarak antar bedengan 1 m. Pemindahan bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit cabe berumur 1/2 sampai 1 bulan atau telah berdaun 5 -7 helai. 2. Pemeliharaan Tanaman : Penyiraman, Penyisipan, Pemupukan, Penyiangan dan Pemangkasan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Penyisipan dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang produktif pada areal penanaman. Pupuk organik yang digunakan pada tanaman cabe ini adalah pupuk kandang, pupuk filofit cair dan bokasi cair. Penyiangan dilakukan apabila sekitar tanaman cabe telah di tumbuhi tanaman liar atau gulma. Untuk pemangkasan sebaiknya dilakukan pada cabang kira-kira 10 -15 cm dari pangkal batang. Pemangkasan dilakukan pada bunga pertama karena bunga ini dapat mengganggu pertumbuhan masa vegetatif tanaman selama pemasangan botol perangkap. Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 2 3 3. Pemasangan Perangkap (Metil Eugenol dan Lem Tikus) Pemasangan botol perangkap dengan perlakuan bahan tanaman daun selasih diletakkan tiap plot sebanyak 2 botol. Tanaman yang diamati untuk penempatan alat perangkap tersebut adalah sebanyak 4 sampel tanaman perplot. 0,2 ml minyak selasih hasil sulingan diteteskan ke dalam kapas, kemudian dimasukkan ke dalam botol perangkap. Botol perangkap dipasang pada tiang dengan ketinggian 1 m di atas permukaan tanah. Aplikasi perlakuan dilakukan mulai tanaman berbunga sampai panen. Pemasangan perangkap untuk setiap perlakuan baik yang berbentuk daun maupun minyak selasih diganti seminggu sekali. Dua botol perangkap dipasang dalam setiap plot perlakuan. Dalam setiap plot diletakkan botol perangkap dalam garis diagonal yang diberi lem tikus. 4. Pemanenan Masa panen baru dapat dimulai setelah tanaman berumur 87 hari setelah tanam sampai tanaman berumur 108 hari tepatnya pada tanggal 3 Maret 2007 Panen dilakukan terlebih dahulu untuk tanaman sampel kemudian dilanjutkan dengan tanaman lainnya. Hal ini untuk tidak mempersulit pada saat pengamatan terhadap parameter yang diamati. Pengamatan Pengamatan dilakukan setelah tanaman mengalami fase berbunga. parameter yang di lakukan adalah sebagai berikut : Pengamatan terhadap 1. Populasi Serangga Hama dan Bukan Hama Pengamatan terhadap populasi serangga dilakukan setiap hari selama 15 hari dengan menghitung serangga yang terperangkap dalam botol pada setiap perlakuan. Populasi serangga dihitung saat tanaman mulai berumur 51 hari setelah tanam (HST) sampai pada tanaman berumur 65 hari setelah tanam (HST). 2. Identifikasi Serangga yang Terperangkap Serangga yang terperangkap pada botol perangkap diambil, lalu di identifikasi untuk mengetahui jenis serangga apa yang terperangkap dan dihitung jumlahnya untuk tiap jenis serangga. 3. Kerusakan Buah Cabe Pengamatan ini terlebih dahulu harus menentukan tanaman sampel yang dapat mewakili seluruh tanaman pada plot-plot dengan cara diacak. Jumlah sampel pada setiap plotnya sebanyak empat tanaman, untuk memudahkan pengamatan semua buah dihitung. Pengamatan kerusakan buah dilakukan seminggu sekali yang dimulai pada 66 hari setelah tanam (HST) sampai pada 108 hari setelah tanam (HST). Untuk menghitung persentase kerusakan buah cabe digunakan rumus sebagai berikut: a P= x 100 % a+b Dimana : P = Persentase kerusakan buah A = jumlah buah cabe rusak B = jumlah cabe sehat (Hidayat, 1982) Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 3 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Populasi Serangga Populasi serangga yang terperangkap, baik serangga hama maupun serangga bukan hama pada 51 hari setelah tanam (HST) sampai dengan 65 hari setelah tanam (HST), memperlihatkan bahwa dari perlakuan D (2.55) untuk serangga hama dan bukan hama (1.96) populasi serangganya lebih besar jumlahnya daripada perlakuan lainnya( Gambar 1 dan 2). 8,00 J u m la h T a n g k a p a n S e r a n g g a H a m a 7,00 A = Tanpa Minyak Selasih 6,00 B = Perlakuan Remasan Daun Selasih 5,00 4,00 C = Perlakuan Irisan Daun Selasih 3,00 D = Perlakuan 0.2 Minyak Selasih Hasil Sulingan 2,00 1,00 E = Tanaman Selasih Sebagai Tanaman Selah 0,00 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST Umur Pengamatan Gambar 1. Pengaruh Aplikasi Metil Eugenol Terhadap Populasi Serangga Hama J u m la h T a n g k a p a n S e ra n g g a B u k a n H a m a 8,00 7,00 A = Tanpa Minyak Selasih 6,00 B = Perlakuan Remasan Daun Selasih 5,00 4,00 C = Perlakuan Irisan Daun Selasih 3,00 D = Perlakuan 0.2 Minyak Selasih Hasil Sulingan 2,00 1,00 E = Tanaman Selasih Sebagai Tanaman Selah 0,00 51 HST 52 HST 53 HST 54 HST 55 HST 56 HST 57 HST 58 HST 59 HST 60 HST 61 HST 62 HST 63 HST 64 HST 65 HST Umur Pengamatan Gambar 2. Pengaruh Aplikasi Metil Eugenol Terhadap Populasi Serangga Bukan Hama Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 4 5 Pengaruh metil eugenol dengan minyak selasih hasil sulingan menunjukkan ketertarikan serangga hama terhadap aroma daripada minyak selasih tersebut. Aroma dari minyak selasih hasil sulingan pada perlakuan D lebih jelas karena merupakan hasil sulingan yang dapat dikatakan lebih pekat daripada kandungan minyak selasih pada perlakuan lainnya, sehingga serangga hama seperti lalat buah jantan mendekatinya, karena aroma yang dikeluarkan minyak selasih tersebut memiliki aroma seperti sex pheromone lalat buah betina. Identifikasi Serangga yang Terperangkap Selama Penelitian (Serangga Hama dan Bukan Hama) Serangga hama yang terperangkap sebanyak 4 jenis yang terdiri Bactrocera dorsalis Hendell, Bactrocera umbrosus, Bactrocera cucurbitae dan Aphis cucumeris. Lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell merupakan hama yang paling potensial dan paling besar andilnya dalam menurunkan produksi pada tanaman cabe. Hama ini banyak sekali memiliki tanaman inang alternatif jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah, tanaman alternatif lainnya seperti jambu biji, jambu air dan buah belimbing (Triharso, 1994). Lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell sering menyerang tanaman cabe pada musim penghujan dimana lalat betina menusuk buah untuk meletakkkan telurnya. Gejala serangan pada buah cabe ditandai adanya titik hitam pada pangkal buah jika buah dibelah di dalamnya ditemukan larva yang hidup di dalam buah sehingga buah busuk dan gugur. Serangga bukan hama yang terperangkap sebanyak 10 jenis yang terdiri dari Enharmonia octomaculata, Chilocorus melanophthalmus, Scymnus roepkei, Sogatella furcifera, Nilaparvata lugens, Scymnus apiciflavus, Valanga nigricornis Sumatrensis, Brachymeria abisiae Girault, Bessa remota Aldrich dan famili Blattidae. Serangga ini bukan merupakan hama pada tanaman cabe tetapi berguna bagi lainnya seperti Enharmonia octomaculata yang merupakan musuh alami pada wereng, Brachymeria abisiae (lebah) merupakan musuh alami pada Valanga nigricornis (belalang), Bessa remota Aldrich merupakan lalat parasit ngengat. Persentase Kerusakan Buah Cabe Tabel 1. Persentase Kerusakan Buah (%) Perlakuan 66 hst Rataan A B C 4.70 a 3.36 b 3.45 b D E 4 hsa Rataan 5 hsa Rataan 6 hsa Rataan 7 hsa Rataan 8 hsa Rataan 9 hsa Rataan 4.35 a 3.42 b 2.89 c 3.76 a 2.69 c 2.97 b 26.88 a 26.91 a 21.72 b 29.05 a 23.96 b 27.06 a 23.20 a 17.80 b 17.84 b 19.03 a 13.08 c 14.20 b 2.48 d 2.29 d 2.03 d 17.59 c 17.80 c 11.88 c 8.97 d 2.85 c 3.24 b 2.64 c 26.14 a 24.32 b 17.65 b 13.53 b Keterangan : Notasi yang ditandai huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. Persentase kerusakan buah akibat serangan lalat buah pada perlakuan dapat dilihat pada tabel 1. Perlakuan dengan 0,2 ml minyak selasih hasil sulingan (D = 9.01%) menunjukkan pengaruh hasil yang terendah untuk kerusakan buah pada tanaman cabe merah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan attraktan nabati yang berasal dari minyak selasih hasil sulingan untuk perlakuan D memiliki aroma yang lebih jelas daripada aroma yang dikeluarkan oleh perlakuan lainnya, dimana aroma tersebut mengakibatkan lalat buah jantan lebih mendekati attraktannya daripada lalat buah betina itu sendiri sehingga aroma yang dikeluarkan zat attraktan tadi dapat mengacaukan perkawinan dari lalat buah. Akibat karena tidak terjadinya perkawinan, lalat buah betina tidak dapat meletakkan telurnya pada tanaman cabe merah. Hal ini juga berpengaruh dengan persentase kerusakan buahnya. Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 5 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Minyak selasih hasil sulingan 0,2 ml yang mengandung zat methyl eugenol lebih efektif memerangkap populasi serangga hama maupun serangga bukan hama dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 2. Serangga hama yang terperangkap bervariasi jenisnya tetapi yang lebih dominan berasal dari ordo Diptera yaitu lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell yang merupakan hama potensial dalam menurunkan produksi tanaman cabe merah dan hama lainnya yaitu Bactrocera umbrosus, Bactrocera cucurbitae dan Aphis cucumeris. 3. Persentase kerusakan buah pada tanaman cabe merah paling rendah pada perlakuan penggunaan minyak selasih hasil sulingan 0,2 ml (9.01%) daripada perlakuan lainnya. Saran Untuk penelitian lanjutan khususnya dalam mengatasi masalah hama pada tanaman cabe merah organik dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pembanding metil eugenol yang dijual di pasar sehingga dapat diketahui tingkat keefektifan masing-masing. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2005. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat Buah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindngan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta. Djamin, H.A., 1985. Pengendalian Hama Secara Hayati. Universitas Islam Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Medan. 63 hal. Djosowito, 2000. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kannisius, Yogyakarta. Hanafiah, K.A., 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hidayat, N., 1982. Pestisida dan Kegunaannya. Lektor Pada Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Bandung. Penerbit Armico, Bandung. Kardinan, A., 2002. Ekstrak Minyak Atsiri Sebagai Atraktan Nabati Hama Lalat Buah. Warta Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penerbit PT. Swadaya, Bogor. Kuswadi, 2001. Panduan Lalat buah Bractocera sp. di lapangan. Panduan Teknis Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta. Mangoendihardjo, M. 1995. Peran Pengendalian Hayati Dalam Pertanian Berkelanjutan. Seminar Petanian Berkelanjutan, USI. Pracaya, 1999. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penerbit PT. Penebar Swadaya Cimanggis Bogor. Pracaya, 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Cimanggis Bogor. Prawoto, A., 2004. Bertani Secara Alami Menguntungkan dan Menyehatkan. Bio. Cert. Weblog. Htm Retno dkk., 2006. Kajian Efektivitas Sex Atraktan Metil Eugenol Asal Daun Selasih (Ocimum Sanctum) Untuk Mengatasi Hama Lalat Buah (Bactocera dorsalis) Pada Pertanaman Organik Cabe Merah. Universitas Medan Area. Sastrodihardjo, S., 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Penerbit ITB, Bandung. Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 6 7 Samsudin, 1980. Bertanam Cabe. Penerbit Bina Cipta. Samsudin, 1982. Bertanam Cabe. Direktorat Pembangunan Desa Propinsi Sumatera Utara. Penerbit Bina Cipta. Setiadi, 1993. Bertanam Cabe. Penerbit Swadaya, Jakarta. Sipayung, A. dan Sudharto, 1985. Pengujian Taraf Efikasi Dipel WP (Bacillus thuringiensis Berliner) Terhadap Ulat Api Setothosea Asigna Van Eache. PTP VI – VII. Pusat Penelitian Marihat, Pematang Siantar Sumatera Utara. Triharso, 1994. Dasar - dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Wahyu, 1997. Memperpanjang Umur Produktif Cabe Merah. Penerbit PT. Trubus Anggri Sarana, Surabaya. Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 7 8 Telah Diseminarkan Pada Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti. Bogor, 21­22 Agustus 2007 Page 8