44 BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

advertisement
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka Konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel yang akan
diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan yang diberikan oleh keluarga dalam
pencegahan sekunder pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang
stent.
Berdasarkan tujuan penelitian dapat digambarkan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut:
DukunganKeluarga:
1. Dukungan
Informasional
2. Dukungan
Penilaian
3. Dukungan
Instrumental
4. Dukungan
Emosional
Dukungan:
1.Baik
2.Sedang
3.Kurang
Skema 3.1 Kerangka penelitian dukungan keluarga dalam pencegahan sekunder
pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang stent.
44
Universitas Sumatera Utara
45
3.2 Definisi Operasional
Variabel
Defenisi Operasional
Dukungan
Keluarga
Dukungan keluarga adalah
segala bentuk perilaku dan
sikap positif yang diterima
pasien penyakit jantung
koroner terpasang stent dari
keluarga dalam pencegahan
sekunder.
Dukungan
berupa:
1. Dukungan informasional
adalah
bantuan
yang
diberikan oleh keluarga
meliputi
komunikasi
tentang
pemberian
informasi,
usulan,
petunjuk, nasehat, ide, dan
saran
mengenai
pencegahan sekunder.
Alat Ukur
Kuesioner
dukungan keluarga
yang terdiri dari
dukungan,
informasio
nal, penilaian
instrumental, dan
emosional.
sebanyak 25
pernyataan dengan
alternatif pilihan
jawaban:
1. Selalu
2. Sering
3. Jarang
4. Tidak
pernah
Hasil
Skala
Ukur
1.76-100 = Ordinal
dukungan
baik
2. 51-75 =
dukungan
sedang
3. 25-50 =
dukungan
kurang
2. Dukungan penilaian
adalah
bantuan
yang
diberikan oleh keluarga
dalam
memberikan
dorongan
(support),
penghargaan,
ataupun
balasan atas apa yang
dilakukan pasien penyakit
jantung koroner setelah
terpasang stent dalam
upaya
pencegahan
sekunder.
3.Dukungan instrumental
adalah
bantuan
yang
diberikan oleh keluarga
dalam memberikan atau
menyediakan
bantuan
Universitas Sumatera Utara
46
nyata akan kebutuhan
individu yaitu bantuan
dalam materi, tenaga, dan
sarana untuk pencegahan
sekunder.
4.Dukungan emosional
adalah
bantuan
yang
diberikan oleh keluarga
dalam
memberikan
perhatian, simpati, empati,
cinta, dan kepercayaaan
dimana pasien penyakit
jantung koroner terpasang
stent merasa nyaman
melakukan
pencegahan
sekunder.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena pada sekumpulan
objek (Notoadmodjo, 2010).Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
dukungan keluarga dalam pencegahan sekunder pada pasien dengan penyakit
jantung koroner terpasang stent di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung RSUP H. Adam Malik Medan.
Adapun peneliti memilih rumah sakit ini sebagai lokasi penelitian karena rumah
sakit ini merupakan rumah sakit tipe A rujukan untuk wilayah Sumatera bagian
utara dan sekitarnya serta merupakan rumah sakit pendidikan,sehingga
memudahkan peneliti untuk menemukan kasus dan jumlah responden yang
memenuhi syarat dalam penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April-Mei 2017.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010).Populasi dalam penelitian adalah pasien PJK terpasang
stentyang melakukan kontrol jantung ke RSUP H. Adam Malik Medan.
Berdasarkan hasil survei awal yang didapat peneliti melalui rekammedik, jumlah
47
Universitas Sumatera Utara
48
tindakan IKP pada bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2016 diperoleh
jumlah 189 pasien. Pasien tersebut akan melakukan kunjungan kontrol jantung
minimal sekali dalam satu bulan.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian unsur populasi untuk dijadikan objek penelitian
(Arikunto, 2010). Pengukuran sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
rumus Slovin. Maka sampel pada penelitian ini adalah:
𝑛𝑛 =
N
1 + N(𝑑𝑑2 )
Keterangan:
n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat kepercayaan/ketepatan yang digunakan 15% (0,15)
𝑛𝑛 =
𝑛𝑛 =
𝑛𝑛 =
𝑛𝑛 =
N
1 + N(𝑑𝑑2 )
189
1 + 186(0,152 )
189
1 + 189(0,0225)
189
5,2525
𝑛𝑛 = 35,9
𝑛𝑛 = 36 Responden
Universitas Sumatera Utara
49
Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan accidental sampling yang
dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia sesuai
dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).
4.4
Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik medan.Dalam penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus
diperhatikan, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang
tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia,
maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk
menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri
selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen
penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden
juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data
berupa kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010).
Universitas Sumatera Utara
50
Kuesioner dibagi menjadi 2 bagian yaitu, kuesioner demografi dan
kuesioner dukungan keluarga. Kuesioner data demografi digunakan untuk
mengkaji data demografi responden yang meliputi nama (inisial), umur, jenis
kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, jaminan kesehatan, dan
lama terpasang stent. Kuesioner dukungan keluarga terdiri dari 25 buah
pertanyaan meliputi 4 komponen dukungan yaitu: 6 pernyataan dukungan
informasional, 6 pernyataan dukungan penilaian, 7 pernyataan dukungan
instrumental, dan 6 pernyataan dukungan emosional. Keseluruhan pernyataan
merupakan pernyataan positif dan tertutup.
Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu skala likert. Setiap
pernyataan memiliki nilai yang berbeda, yaitu 4= selalu, 3= sering, 2= jarang, 1=
tidak pernah. Untuk penentuan kategori digunakan rumus:
p=
rentang
banyak kelas
dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai
yang terendah). Untuk kuesioner dukungan keluarga nilai tertinggi yang diperoleh
adalah 100 dan nilai terendah adalah 25 maka rentang yang diperoleh adalah 75
dan banyak kelas ada 3 (baik, sedang, dan kurang) maka didapat panjang kelas
sebesar 25. Menggunakan panjang kelas sebesar 25 dan nilai terendah 25 maka
dukungan keluarga dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.Dukungan Keluarga
Skor 76 -100: dikategorikan sebagai dukungan baik
Skor 51 – 75: dikategorikan sebagai dukungan sedang
Skor 25 – 50: dikategorikan sebagai dukungan kurang
Universitas Sumatera Utara
51
2.Komponen Dukungan Keluarga
a.Dukungan Informasional
Skor 19-24 : Baik
Skor 13-18 : Sedang
Skor 6-12
: Kurang
b.Dukungan Penilaian
Skor 19-24 : Baik
Skor 13-18 : Sedang
Skor 6-12
: Kurang
c.Dukungan Instrumental
Skor 22-28 : Baik
Skor 15-21 : Sedang
Skor 7-14
: Kurang
d.Dukungan Emosional
Skor 19-24 : Baik
Skor 13-18 : Sedang
Skor 6-12
: Kurang
4.6Validitas dan Reabilitas Instrumen
4.6.1 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu instrumen benarbenar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur dan instrumen
dianggap valid (Setiadi, 2007). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
52
peneliti menggunakan metode validitas isi yaitu dengan menguji instrumen yang
mengacu pada isi dan meminta dua orang yang ahli, dalam hal ini peneliti
mengkonsultasikannya dengan dosen keperawatan keluarga di Departemen
Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan perawat ahli
bidang jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.6.2 Reliabilitas Instrumen
Kuesioner dukungan keluarga dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan
dengan tinjauan pustaka.
Menurut Azwar (2003), uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang yang
memiliki karakteristik dan kriteria yang sama dengan responden penelitian. Uji
reabilitas dilakukan di Poli Jantung RSUP H. Adam Malik. Pada instrumen
penelitian ini, uji reabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data dengan
menggunakan rumus Cronbach Alpha, denganhasil uji memiliki nilai reabilitas
0,933, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reliabel.
4. 7 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran kuesioner.
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan
penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara dan surat izin dari lokasi penelitian. Pada saat pengumpulan data peneliti
menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada
Universitas Sumatera Utara
53
calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani
surat persetujuan sebagai responden/informed consent. Responden diminta
mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Selama pengisian kuesioner
responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan
yang tidak dipahami. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk
dianalisa.
4. 8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui
beberapa tahapan. Tahapan pertama editing, yaitu mengecek nomor responden,
kelengkapan (semua pertanyaan sudah terisi) sesuai petunjuk. Tahap kedua
coding, yaitu melakukan peng”kodean” yaitu memberi kode atau angka tertentu
pada kuesioner untuk mempermudah peneliti saat memasukkan data (data
entry).Tahap yang ketiga processing, yaitu memasukkan jawaban-jawaban dari
masing-masing responden yang sudah diberi kode ke dalam program atau
software komputer. Tahap keempat adalah cleaning, yaitu mengecek kembali
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
(Notoatmodjo, 2010).
Analisis data yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah analisis
univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel
penelitian. Hasil analisa data penelitian yang dilakukan oleh peneliti disajikan
dalam
bentuk
tabel
distribusi
frekuensi
dan
persentase.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
mengenai dukungan keluarga dalam pencegahan sekunder pada pasien dengan
penyakit jantung koroner terpasang stent di RSUP H. Adam Malik Medan.
Penelitian dilakukan pada 28 April - 18 Mei, dengan jumlah responden sebanyak
36 responden.
5.1.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik responden yang meliputi,
umur, jenis kelamin, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, riwayat penyakit,
jaminan kesehatan dan lama terpasang stent.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ada pada kelompok umur 56-65
tahun yaitu 22 orang (61,1%). Jenis kelamin responden mayoritas laki-laki yaitu
34 orang (94,4%). Suku responden mayoritas pada suku batak yaitu 31 orang
(86,1%). Pendidikan responden mayoritas adalah Perguruan Tinggi yaitu 17 orang
(47,2 %). Pekerjaan responden mayoritas adalah tidak bekerja sebanyak 19 orang
(52.8 %). Mayoritas responden tidak memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 17
orang ( 47.2%). Semua responden menggunakan jaminan kesehatan baik BPJS
atau ASKES dari pemasangan stent sampai rawat jalan. Mayoritas responden
54
Universitas Sumatera Utara
55
sudah terpasang stent lebih dari satu tahun yaitu 32 orang (88.9%). Distribusi
frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.1 berikut ini.
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik demografi
responden (n=36)
No Karakteristik Responden
1. Umur
46-55 tahun
56-65 tahun
≥ 66 tahun
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Suku
Jawa
Minang
Batak
dan lain-lain (Nias, Sunda, India)
4. Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Petani
Tidak bekerja
Lainnya (tukang las pandai besi)
6. Riwayat Penyakit
Hipertensi
Diabetes Melitus
Tidak ada
Hipertensi dan Diabetes Melitus
7. Jaminan Kesehatan
Ya
8. Lama Terpasang stent
≤ 1 tahun
≥ 1 tahun
n
%
7
22
7
19.4
61.1
19.4
34
2
94.4
5.6
1
1
31
3
2.8
2.8
86.1
8.3
3
7
9
17
8.3
19.4
25
47.2
7
2
4
3
19
1
19.4
5.6
11.1
8.3
52.8
2.8
10
7
17
2
27.8
19.4
47.2
5.6
36
100
4
32
11.1
88.9
Universitas Sumatera Utara
56
5.1.2 Gambaran Dukungan Keluarga dalam Pencegahan Sekunder pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H.
Adam Malik Medan
Distribusi frekuensi dukungan keluarga di RSUP H. Adam Malik Medan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1.2Distribusi Dukungan Keluarga dalam Pencegahan Sekunder
pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H.
Adam Malik Medan
No
Dukungan Keluarga
Frekuensi
%
1
Baik
0
0
2
Sedang
29
80.6
3
Kurang
7
19.4
Total
36
100
Hasil penelitian dari 36 responden yang diteliti menunjukkan bahwa
distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga dalampencegahan sekunder
pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang stent dikategorikan
sedang, yaitu sebanyak 29 responden (80.6%).
Gambaran umum dari komponen dukungan keluarga dalam pencegahan
sekunder pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang stentdijelaskan
pada tabel 5.1.2.1 di bawah ini
Tabel 5.1.2.1 Distribusi Frekuensi Komponen Dukungan Keluarga dalam
Pencegahan Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
Terpasang Stent di RSUP H. Adam Malik Medan
Kategori
Dukungan Informasional
Baik
Sedang
Kurang
Dukungan Penilaian
Baik
Sedang
Kurang
Frekuensi
Persentase (%)
1
20
15
2.8
55.6
41.7
1
29
6
2.8
80.6
16.7
Universitas Sumatera Utara
57
Dukungan Instrumental
Baik
Sedang
Kurang
Dukungan Emosional
Baik
Sedang
Kurang
0
16
20
0
44.4
55.6
3
30
3
8.3
83.3
8.3
5.1.3 Gambaran Dukungan Informasional Keluarga dalam Pencegahan
Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di
RSUP H. Adam Malik Medan
Hasil penelitian pada36 responden,dukungan
informasional dalam
pencegahan sekunder yang diberikan oleh keluarga kepada pasien penyakit
jantung koroner terpasang stent, menunjukkan bahwa 24 responden (66,7%)
menjawab keluarga tidak pernah mencari informasi tentang penyakit jantung
koroner dan kondisi tubuh setelah terpasang stent dan sebanyak 21 responden
(58.3%) menjawab keluarga sering menganjurkan mengkonsumsi buah-buahan
dan sayur-sayuran dalam melakukan pencegahan sekunder penyakit jantung
koroner setelah terpasang stent.
Untuk lebih lengkap, hasil dari jawaban responden pada setiap pernyataan
untuk dukungan informasional keluarga disajikan dalam tabel dibawah ini.
5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasional Keluarga
dalam Pencegahan Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
Terpasang Stent
No
1.
2.
Pertanyaan
Keluarga mencari informasi
tentang penyakit jantung
koroner dan kondisi tubuh
setelah terpasang stent/ring.
Keluarga menjelaskan
kepada saya tentang bahaya
Selalu
1
(2.8%)
0
(0%)
Sering
0
(0%)
Jarang
11
(30.6%)
Tidak Pernah
24
(66.7%)
15
(41.7%)
11
(30.6%)
10
(27.8%)
Universitas Sumatera Utara
58
3.
4.
5.
6.
makanan berlemak bagi
kesehatan jantung.
Keluarga menganjurkan saya
mengkonsumsi buah-buahan
dan sayur-sayuran.
Keluarga menganjurkan saya
berolahraga ringan dan
teratur.
Keluarga mengingatkan saya
untuk tidur tepat waktu /
tidak tidur larut malam.
Keluarga menjelaskan
kepada saya bahaya merokok
dan bahaya terpapar asap
rokok bagi kesehatan
jantung.
3
(8.3%)
21
(58.3%)
9
(25.0%)
3
(8.3%)
2
(5.6%)
18
(50.0%)
12
(33.3%)
4
(11.1%)
0
(0%)
19
(52.8%)
11
(30.6%)
6
(16.7%)
0
(0%)
9
(25.0%)
15
(41.7%)
12
(33.3%)
5.1.4 Gambaran Dukungan Penilaian Keluarga dalam Pencegahan Sekunder
pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H.
Adam Malik Medan
Hasil penelitian pada36 responden,dukungan penilaiandalam pencegahan
sekunder yang diberikan oleh keluarga kepada pasien penyakit jantung koroner
terpasang stent, menunjukkan bahwa 24 responden (66,7%) menjawab keluarga
selalu membantu untuk tetap berpikir positif terhadap diri sendiri dan sebanyak 23
responden (63.9%)menjawab keluarga sering mengingatkan untuk mematuhi
anjuran petugas kesehatan dalam melakukan pencegahan sekunder penyakit
jantung koroner setelah terpasang stent.
Untuk lebih lengkap, hasil dari jawaban responden pada setiap pernyataan
untuk dukungan penilaian keluarga disajikan dalam tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
59
5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Penilaian Keluarga
dalam Pencegahan Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
Terpasang Stent
No Pertanyaan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
1.
Keluarga membantu saya
24
0
8
4
untuk tetap berpikir positif
(66.7%)
(0%)
(22.2%)
(11.1%)
terhadap diri sendiri.
2.
Keluarga mengingatkan saya
1
23
9
3
untuk mematuhi anjuran
(2.8%)
(63.9%)
(25.0%)
(8.3%)
petugas kesehatan.
3.
Keluarga tanggap terhadap
1
21
12
2
setiap masalah yang saya
(2.8%)
(58.3%)
(33.3%)
(5.6%)
alami.
4.
Keluarga memberi semangat
0
21
12
3
kepada saya melakukan diet
(0%)
(58.3%)
(33.3%)
(8.3%)
makanan teratur untuk
mencapai berat badan
ideal/seimbang.
5.
Keluarga membantu dalam
0
21
8
7
menyeleksi makanan yang
(0%)
(58.3%)
(22.2%)
(19.4%)
tidak sesuai untuk kesehatan
saya.
6.
Keluarga memberi pujian
1
15
10
10
kepada saya bila menjalani
(2.8%)
(41.7%)
(27.8%)
(27.8%)
pengobatan dan kontrol
jantung dengan teratur.
5.1.5 Gambaran Dukungan Instrumental Keluarga dalam Pencegahan
Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di
RSUP H. Adam Malik Medan
Hasil
penelitian
pada36
responden,
dukungan
instrumentaldalam
pencegahan sekunder yang diberikan oleh keluarga kepada pasien penyakit
jantung koroner terpasang stent, menunjukkan bahwa 25 responden (69,4%)
menjawab keluarga tidak pernah memfasilitasi saya untuk berolahraga dan
sebanyak 19 responden (52.8%)menjawab keluarga sering menyediakan sayur dan
buah-buahan yang tidak bertentangan dengan penyakit saya dalam melakukan
pencegahan sekunder penyakit jantung koroner setelah terpasang stent.
Universitas Sumatera Utara
60
Untuk lebih lengkap, hasil dari jawaban responden pada setiap pernyataan
untuk dukungan instrumental keluarga disajikan dalam tabel dibawah ini.
5.1.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Instrumental Keluarga
dalam Pencegahan Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
Terpasang Stent
No Pertanyaan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
1.
Keluarga menemani saya
8
9
11
8
melakukan kontrol jantung
(22.2%)
(25.0%)
(30.6%)
(22.2%)
ke rumah sakit.
2.
Keluarga menyediakan obat2
8
15
11
obatan yang saya perlukan,
(5.6%)
(22.2%)
(41.7%)
(30.6%)
terutama saat akan
melakukan perjalanan.
3.
Keluarga menyediakan
0
14
15
7
makanan yang tidak
(0%)
(38.9%)
(41.7%)
(19.4%)
digoreng.
4.
Keluarga menyediakan
0
11
8
17
makanan rendah garam.
(0%)
(30.6%)
(22.2%)
(47.2%)
5.
Keluarga menyediakan sayur
1
19
10
6
dan buah-buahan yang tidak
(2.8%)
(52.8%)
(27.8%)
(16.7%)
bertentangan dengan
penyakit saya.
6.
Keluarga memberi empati
0
13
11
12
kepada saya dengan
(0%)
(36.1%)
(30.6%)
(33.3%)
menyediakan dana khusus
untuk biaya berobat.
7.
Keluarga memfasilitasi saya
0
3
8
25
untuk berolahraga.
(0%)
(8.3%)
(22.2%)
(69.4%)
5.1.6 Gambaran Dukungan Emosional Keluarga dalam Pencegahan
Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di
RSUP H. Adam Malik Medan
Hasil penelitian pada36 responden,dukungan emosionaldalam pencegahan
sekunder yang diberikan oleh keluarga kepada pasien penyakit jantung koroner
terpasang stent, menunjukkan bahwa 25 responden (69,4%) menjawab keluarga
sering mendengarkan
keluhan-keluhan yang dirasakan dan sebanyak 24
Universitas Sumatera Utara
61
responden
(66.7%)menjawab
keluarga sering menunjukkan
wajah
yang
menyenangkan saat membantu atau melayani saya. dalam melakukan pencegahan
sekunder penyakit jantung koroner setelah terpasang stent.
Untuk lebih lengkap, hasil dari jawaban responden pada setiap pernyataan
untuk dukungan emosional keluarga disajikan dalam tabel dibawah ini.
5.1.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Emosional Keluarga
dalam Pencegahan Sekunder pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
Terpasang Stent
No Pertanyaan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
1.
Keluarga menunjukkan
0
24
10
2
wajah yang menyenangkan
(0%)
(66.7%)
(27.8%)
(5.6%)
saat membantu atau
melayani saya.
2.
Keluarga memahami
3
3
28
2
perasaan saya dan saya
(8.3%)
(8.3%)
(77.8%)
(5.6%)
merasa berharga karena
keluarga mencintai saya.
3.
Keluarga mendengarkan
1
25
9
1
keluhan-keluhan yang saya
(2.8%)
(69.4%)
(25.0%)
(2.8%)
rasakan.
4.
Keluarga mengingatkan
9
20
2
5
untuk kontrol jantung karena (25.0%)
(55.6%)
(5.6%)
(13.9%)
keluarga mengetahui jadwal
kontrol jantung saya ke
rumah sakit.
5.
Keluarga membantu saya
1
18
11
6
dalam mengatasi stres yang
(2.8%)
(50.0%)
(30.6%)
(16.7%)
saya alami.
6.
Keluarga menciptakan
1
24
9
2
suasana tenang dan nyaman
(2.8%)
(66.7%)
(25.0%)
(5.6%)
kepada saya di rumah.
Universitas Sumatera Utara
62
5.2 Pembahasan
5.2.1 Dukungan Keluarga dalam Pencegahan Sekunder pada Pasien dengan
Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H. Adam Malik Medan
Hasil penelitian pada36 responden menunjukkan bahwa dukungan
keluarga dalam pencegahan sekunder yang diberikan oleh keluarga kepada pasien
dengan penyakit jantung koroner terpasang stent dikategorikan sedang, yaitu
sebanyak 29 orang (80.6%) seperti yang tertera pada tabel 5.1.2. Hasil penelitian
yang dilakukan memperlihatkan keluarga kurang memberikan dukungan seperti
dukungan instrumental yang rendah, maupun dukungan informasional, penilaian,
dan emosional keluarga yang hanya memberikan kontribusi nilai di level sedang.
Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga (suami, istri, anak, saudara kandung dan orang tua) sehingga individu
yang diberikan dukungan merasakan bahwa dirinya diperhatikan, dihargai,
mendapatkan bantuan dari orang-orang yang berarti serta memiliki ikatan
keluarga yang kuat dengan anggota keluarga yang lain (Friedman, 1998). Hasil
penelitian Pratiwi (2009) mengatakan berbagai dampak fisik dan masalah
psikologis dialami oleh mereka yang menderita penyakit jantung koroner. Hal ini
membuat dukungan keluarga sangat dibutuhkan dari orang-orang yang berada di
sekitarnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden adalah laki-laki
yaitu sebanyak 34 orang (94.4%) dan usia mayoritas responden berada pada usia
55-65 tahun sebanyak 22 orang (61.1%) seperti tertera pada tabel 5.1.1. Penyakit
Jantung Koroner di Amerika Serikat didapat 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 wanita
Universitas Sumatera Utara
63
sebelum usia 60 tahun. Estimasi jumlah penderita PJK negara Indonesia, laki-laki
sebanyak 1.416.557 (0,5 %) dibanding jenis kelamin perempuan yaitu 1.146.009
(4%) (Infodatin, 2003). Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh American
Hearth Assosiation(2014), faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu: usia, jenis
kelamin, dan riwayat keluarga (genetik). Insidensi terkena PJK meningkat tajam
seiring penambahan usia dimulai pada usia 40 tahun. Usia membawa perubahan
yang tidak bisa dihindari termasuk pada sistem kardivaskuler.Morbiditas PJK
pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini
terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan, hal ini
dikarenakan estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah
menopouse insiden PJK meningkat dengan pesat, tetapi tidak sebesar insiden PJK
pada laki-laki.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah suku
Batak yaitu sebanyak 31 orang (86.1%)seperti tertera pada tabel 5.1.1. Hal ini
kemungkinan karena yang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan lebih banyak
adalah suku Batak. Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik yang menyatakan
bahwa jumlah suku terbesar di kota Medan adalah suku Batak. Namun menurut
asumsi peneliti, budaya makan tinggi lemak yang terdapat dalam suatu kelompok
masyarakat salah satunya ada pada suku Batak. Hasil jawaban yang didapat
kebanyakan dari responden suku Batak rajin mengikuti kegiatan adat budaya,
sehingga mengkonsumsi makanan tinggi lemak sulit untuk dihindari. Ini dapat
menjadi penghalang dalam pembentukan tindakan yang baik mengenai diet PJK.
Universitas Sumatera Utara
64
Mayoritas reponden sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit yaitu
sebanyak 17 orang (47.2%) seperti tertera pada tabel 5.1.1. Riwayat penyakit
seperti hipertensi dan diabetes melitus, merupakan faktor resiko penyebab
terjadinya penyakit jantung koroner. Hipertensi dan DM dapat meningkatkan
resiko gangguan peredaran darah yang menyebabkan kerusakan pada sistem
pembuluh darah dengan perlahan-lahan. Namun menurut Chung (2010) penyakit
jantung koroner tidak selalu didahului oleh suatu penyakit, seperti Hipertensi, DM
atau penyakit kronis lainnya. Pengaruh negatif gaya hidup modern yang identik
dengan kurang konsumsi serat dalam makanan setiap harinya, pola makan sarat
lemak, merokok, dan stres menjadi faktor resiko terjadinya PJK. Sejalan dengan
hasil penelitian Hermansyah, dkk (2012) mengatakan tingginya prevalensi
penyakit PJK diakibatkan oleh sejumlah faktor yang berhubungan dengan pola
hidup dan perilaku masyarakat yang cenderung mengalami pergeseran misalnya
merokok, minum alkohol, makan makanan berlemak, stres, dan kurangnya
aktivitas fisik.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Katri (2013) yang
menyatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga dengan penyakit
kronis,salah satunya adalah penyakit jantung dikategorikan sedang (73,8%).
Kesibukan anggota keluarga membuat anggota keluarga kurang memberikan
dukungan
kepada
pasien
seperti pemberian
informasi
terkait
masalah
kesehatannya. Friedman (2010) menyatakan keluarga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi keluarganya, anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
Universitas Sumatera Utara
65
diperlukan, selain itu keluarga juga memiliki peranan penting dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta membantu keberhasilan suatu
tindakan pengobatan dan meningkatkan rasa nyaman dan sikap positif dari
keluarga. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil
menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang kurang diberikan
dukungan.
5.2.2. Dukungan Informasional Keluarga dalam Pencegahan Sekunder pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H.
Adam Malik Medan
Hasil penelitian berkaitan dengan dukungan informasinal keluarga dalam
pencegahan sekunder pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang
stent di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori sedang, yaitu
sebanyak 20 responden (55.6%)seperti yang tertera pada tabel 5.1.2.1. Hasil
menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga tidak pernah memberikan informasi
tentang penyakit jantung koroner dan kondisi tubuh setelah terpasang stent/ring.
Penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar lulus dari Perguruan Tinggi
sebanyak 17responden (47,2%) seperti tertera pada tabel 5.1.1. Responden masih
dapat mencari informasi sendiri tentang penyakit jantung koroner dan informasi
setelah terpasang stent. Rahayu (2008) yang menjelaskan bahwa kemampuan
kognitif membentuk cara berfikir seseorang bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan meningkatkan pula ilmu pengetahuan, informasi yang
didapat. Namun berdasarkan beberapa jawaban dari responden lainnya, informasi
yang didapat dari petugas kesehatan saat melakukan kunjungan rawat jalan
dianggap sudah cukup, sehingga informasi tambahan tidak dicari kembali oleh
Universitas Sumatera Utara
66
keluarga. Mungkin saja karena keluarga sendiri kurang memahami manfaat dalam
mencari informasi untuk pencegahan sekunder pada anggota keluarga setelah
terpasang stent.
Dukungan informasi lainnya yang diberikan keluarga kepada pasien
seperti sering menjelaskan bahaya makanan berlemak bagi kesehatan jantung.
Keluarga sudah menganjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan dan sayursayuran. Keluarga juga menganjurkan berolahraga ringan dan teratur, dan
mengingatkan untuk tidur tepat waktu atau tidak tidur larut malam. Tetapi
Keluarga kurang menjelaskan akan bahaya merokok dan bahaya terpapar asap
rokok bagi kesehatan jantung, sehingga beberapa responden masih merokok dan
kurang dalam penjagaan diri terhadap asap rokok seperti tertera pada tabel 5.1.3.
Didukung oleh penelitian Handayani dkk (2013) mengatakan usaha penghentian
merokok baik aktif dan pasif tidak saja dibutuhkan keinginan dan motivasi dari
individu yang bersangkutan, namun faktor dukungan keluarga juga berperan
sangat penting.
Friedman (2002) menyebutkan bahwa keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan disseminator atau penyebar informasi tentang dunia yang mencakup
dengan memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, sarana-sarana atau umpan balik.
Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat,
pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan
pengobatan. Disinilah peran keluarga untuk memberikan dukungan dalam hal
informasi yang lebih terhadap anggota keluarga yang sakit. Karena dukungan
informasi memungkinkan si penderita mendapatkan informasi, saran atau nasehat
Universitas Sumatera Utara
67
yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang
dihadapi (Kuntjoro, 2002).
5.2.3. Dukungan Penilaian Keluarga dalam Pencegahan Sekunder pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H.
Adam Malik Medan
Hasil penelitian berkaitan dengan dukungan penilaian dalam pencegahan
sekunder pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang stent di RSUP
H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori sedang, sebanyak 29 responden
(80.6%)
seperti yang tertera pada tabel 5.1.2.1. Hasil penelitian
ini
menggambarkan bahwa dalam memberi dukungan keluarga sudah membantu
pasien untuk tetap berpikir positif terhadap diri sendiri. keluargajuga sering
mengingatkan untuk mematuhi anjuran petugas kesehatan dan tanggap terhadap
setiap masalah yang dialami pasien. keluarga sering memberi semangatmelakukan
diet makanan teratur untuk mencapai berat badan ideal/seimbang. Keluarga juga
sering membantu dalam menyeleksi makanan yang tidak sesuai untuk kesehatan
dan keluarga sering memberi pujian bila menjalani pengobatan dan kontrol
jantung dengan teratur seperti tertera pada tabel 5.1.4.
Dukungan penilaian dalam penelitian ini adalah upaya dari keluarga untuk
memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian kepada pasien
dalam melakukan pencegahan sekunder penyakit jantung koroner terpasang stent.
Hasil penelitian tersebut dipertegas oleh penelitan lain yang dilakukan oleh
Dinosetro (2008), menyatakan bahwa dukungan keluarga dengan cara memberi
penghargaan pada anggota keluarga yang sedang menjalani masa sulit seperti
Universitas Sumatera Utara
68
adanya penyakit dan menjalani terapi dalam waktu yang panjang akan menjadi
suatu fungsi strategis dalam menurunkan angka kekambuhan.
Hasil penelitiana ini juga didukung oleh penelitian Karlina (2012) yang
mengatakan dukungan penilaian cenderung lebih mengarah perhatian orang
terdekat terhadap segala upaya yang harus dilakukan pasien untuk melakukan
pencegahan sekunder. Bentuk bimbingan tersebut biasanya lebih dominan
dilakukan oleh anggota keluarga seperti suami/istri. Tentunya membimbing atau
mengarahkan pasien dalam segala tindakannya dalam pencegahan sekunder
dibutuhkan pengetahuan yang baik, dan biasanya dapat dilakukan oleh dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya yang strategis
untuk meningkatkan upaya pencegahan sekunder pada pasien dengan penyakit
jantung koroner terpasang stent.
5.2.4. Dukungan Instrumental Keluarga dalam Pencegahan Sekunder pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H.
Adam Malik Medan
Hasil penelitian berkaitan dengan dukungan Instrumental keluarga dalam
pencegahan sekunder pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang
stent di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori kurang, sebanyak
20 responden (55.6%) seperti yang tertera pada tabel 5.1.2.1. Hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa dalam memberi dukungan instrumental keluarga kurang
dalam memenuhi kebutuhan yang secara nyata dapat diterima oleh pasien seperti
penyediaan makanan, obat-obatan, fasilitas saat akan melakukan olahraga,
menemani saat kunjungan rawat jalan, dan penyediaan dana.
Universitas Sumatera Utara
69
Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan nyata yang dilakukan
oleh anggota keluarga terhadap pencegahan sekunder penyakit jantung koroner
setelah terpasang stent. Pemasangan stent bukan jaminan pembuluh darah tidak
tersumbat lagi, karena restenosis masih menjadi kekhawatiranjangka panjang
sehingga dapat dilakukan IKP ulang dengan pemasangan stent baru (Chung,
2010). Untuk itu perubahan apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga (Setiadi, 2006).
Hasil penelitian didapat keluarga jarang menemani melakukan kontrol
jantung ke rumah sakit sebanyak 11 responden(30.6%)seperti tertera pada tabel
5.1.5. Berdasarkan jawaban dari responden, sebahagian besar mengatakan kontrol
jantung ke rumah sakit sering datang sendiri untuk pemeriksaan kesehatan tanpa
ditemani keluarga. Hasil penelitian Pratiwi (2009) mengatakan dengan menemani
responden kontrol jantung, keluarga mengetahui kemajuan dan masa pemulihan
dari penyakit jantung koroner yang responden derita. Sehingga untuk
meningkatkan dukungan keluarga dapat dilakukan dengan meningkatkan
konseling petugas kesehatan kepada keluarga pada saat pasien melakukan
pencegahan sekunder melalui pemeriksaan kesehatan. Sehingga informasi penting
bagi keluarga dapat didengarkan langsung oleh keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden (41.7%)
keluarga jarang menyediakan obat-obatan yang diperlukan, terutama saat akan
melakukan perjalananseperti tertera pada tabel 5.1.5. Dukungan instrumental
masuk dalam bentuk fungsi perawatan kesehatan dan ekonomi bagi keluarga,
dimana dukungan instrumental diberikan dengan menyediakan peralatan lengkap
Universitas Sumatera Utara
70
dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan, dan
lain-lain (Setiadi, 2008). Menurut Davidson (2003) keluarga berperan penting
untuk
mengingatkan
minum
obat
rutin
secara
terus-menerus
sebagai
penatalaksanaan jangka panjang, dan mengingatkan untuk selalu membawanya
ketika anggota keluarga yang menderita PJK akan melakukan perjalanan.
Keluarga perlu untuk mendukung responden dalam hal meningatkan minum obat
dan penyediaan obat sehingga minum obat dapat dikonsumsi secara rutin dan
teratur.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan keluarga jarang menyediakan
makanan yang tidak digoreng sebanyak 15orang (41.7%)dan tidak pernah
menyediakan makanan rendah garam sebanyak 11 orang (30.6%)seperti tertera
pada tabel 5.1.5. National Clinical Practice Guidelines(2014)menyarankan
mengubah konsumsi jenis makanan menjadi bervariasi, asupan energi disesuaikan
untuk menghindari kelebihan berat badan, konsumsi buah-buahan, sayuran, ikan,
daging tanpa lemak, produk rendah lemak. Arterosklerosis pada awalnya terjadi
akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang, dan material
pembekuan darah (fibrin) pada dinding arteri secara bertahap menumpuk pada
dinding arteri, dan akan memungkinkan terjadi penyempitan berikutnya (Sumiati
dkk., 2010).Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.
Orang yang mengalami hipertensi lebih rentan memiliki penyempitan kembali.
Restenosis (penyempitan kembali)dapat terjadi jika pola hidup belum diubah, baik
kurang dari satu tahun atau lebih dari satu tahun setelah terpasang stent. Menurut
Chung (2010) keluarga mendukung termasuk dalam pemenuhan kebutuhan dalam
Universitas Sumatera Utara
71
upaya pencegahan sekunder seperti asupan makanan yang sesuai dengan diet yang
sehat. Keluarga berperan dalam menyeleksi makanan yang mengandung lemak
kurang jenuh serta pengurangan konsumsi makanan yang kaya kolesterol
lebih,serta mengurangi makanan yang mengandung banyak garam.
Hasil penelitian didapat mayoritas keluarga tidak pernah memfasilitasi
fasilitas yang dibutuhkan untuk berolahraga yaitu sebanyak 25 orang (69.4%)
seperti tertera pada tabel 5.1.5. Berdasarkan dari jawaban responden, terlihat
bahwa olahraga bukanlah suatu kebutuhan bagi keluarga sehingga tidak ada yang
mengingatkan untuk berolahraga. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanto dan
Suharjana (2004) menunjukkan bahwa perilaku hidup sehat lansia dalam kategori
tidak baik. Kemungkinan para lansia dan keluarga belum atau kurang memahami
manfaat memiliki kesegaran jasmani yang baik. Padahal berbagai penelitian
memperlihatkan bahwa olahraga yang teratur dapat membantu tubuh untuk
memproduksi lebih banyak endorphin yang membuat rasa bahagia dalam
mengurasi stres, dimana stres menjadi salah satu pemicu untuk terjadinya
restenosis.
Dukungan instrumental juga meliputi penyediaan dukungan jasmaniah
seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya
pengobatan dan material (Niven, 2009). Sebahagian besar adalah lansia yang
sudah memasuki masa pensiun atau tidak lagi bekerja karena penurunan
kemampuan fisik, sehingga sumber penghasilan atau pendapatan menjadi
berkurang. Salah satu bentuk dukungan nyata yang diberikan keluarga adalah
dalam bentuk finansial. Keluarga meyakini bahwa kebutuhan finansial sangatlah
Universitas Sumatera Utara
72
membantu proses pengobatan meskipun mayoritas responden menggunakan
asuransi sebagai pembayaran. Namun bukan berarti responden tidak lagi perlu
diberikan dukungan nyata tersebut, sebab kebutuhan pribadi pasien seperti
kebutuhan biaya perjalanan, biaya makan, dan sebagainya tidaklah menjadi
tanggungan dari asuransi tersebut, mengingat banyak responden juga berasal dari
luar kota Medan. Sehingga keluarga berupaya memberikan dukungan nyata dalam
pencegahan sekunder ini secara maksimal.
5.2.5. Dukungan Emosional Keluarga dalam Pencegahan Sekunder pada
Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Terpasang Stent di RSUP H.
Adam Malik Medan
Hasil penelitian berkaitan dengan dukungan emosional keluarga dalam
pencegahan sekunder pada pasien dengan penyakit jantung koroner terpasang
stent di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori sedang, sebanyak
30 responden (83.3%) seperti yang tertera pada tabel 5.1.2.1. Hasil ini
memberikan gambaran bahwa keluarga sudah memberikan dukungan secara
emosional dan telah berusaha membantu anggota keluarga yang menderita
penyakit jantung koroner terpasang stent untuk menjalani proses pencegahan
sekunder. Bentuk dukungan emosional yang diberikan keluarga seperti
menunjukkan wajah yang menyenangkan saat membantu atau melayani,
mendengar keluhan-keluhan yang dirasakan, mengingatkan kontrol jantung,
membantu dalam mengatasi stres yang dialami dan menciptakan suasana tenang
dan nyaman di rumah sehingga membuat pasien merasakan ketenangan dan
kenyamanan.
Universitas Sumatera Utara
73
Hasil penelitian ini didapat sebanyak 28 responden (77.8%) menjawab
keluarga jarang memahami perasaan mereka dan jarang merasa berharga karena
dicintai keluarga seperti tertera pada tabel 5.1.6. Berdasarkan jawaban, responden
mengatakan keluarga biasa-biasa saja dalam memahami perasaan setelah beberapa
waktu terpasang stent. Niven (2009) berpendapat bahwa jika seorang pasien yang
menjalani terapi dalam jangka waktu yang lama akan memiliki tingkat stres yang
lebih tinggi sehingga ia memiliki perasaan kurang dimiliki dan dicintai oleh
keluarganya. Oleh sebab itu, dukungan emosional dapat menggantikannya atau
menguatkan perasaan-perasaan yang baik.
Dukungan emosional keluarga berperan supaya pasien mempunyai
motivasi dalam proses rehabilitasi diri, suasana di dalam keluarga mendukung dan
menciptakan perasaan positif dan berarti bagi pasien itu sendiri (Nurdiana dkk,
2007). Dukungan merupakan faktor penting dalam manajemen stres dan
diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan yang penuh tekanan yang
sedang dijalaninya seperti menjalani terapi dalam waktu yang begitu panjang.
Dukungan keluarga juga mempengaruhi kesehatan individu dengan melindungi
individu terhadap efek negatif dari stres yang berat dan menghindari semakin
buruknya kondisi individu tersebut. Hal ini sejalan yang dinyatakan oleh pendapat
Barbara (2008) bahwa keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi yang
meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap anggota keluarga
penderita. Oleh karena itu selayaknya dukungan keluarga secara tulus dapat
dirasakan oleh penderita sehingga dia tetap terus menjalankan pengobatannya
Universitas Sumatera Utara
74
dengan penuh semangat. Sehingga keluarga berusaha memberikan kasih sayang
yang penuh agar pasien merasa tidak terabaikan dan disisihkan dari anggota
keluarga.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa
dukungan keluarga dalam kategori sedang (80.6%). Dilihat dari komponen
dukungan keluarga, 3 komponen dalam kategori sedang yaitu: dukungan
infomasiona l keluarga (55.6%), dukungan penilaian keluarga (80.6%), dan
dukungan emosional (83.3%), sedangkan dukungan instrumental keluarga masih
dalam kategori kurang (44.4%). Kurangnya dukungan nyata yang diberikan
keluarga akan meningkatkan resiko faktor prediktor berulangnya kembali pasien
terkena angina sampai serangan jantungakibat restenosis setelah terpasang stent.
Untuk itu dukungan keluarga pada setiap komponen harus lebih dimaksimalkan,
terkhusus pada dukungan instrumental. Seseorang dengan dukungan yang tinggi
akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan
yang kurang diberikan dukungan.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian
memotivasicalon
ini dapat
perawat
dijadikan
dalam
sebagai sumber
meningkatkan
informasi untuk
keterampilan
dan
pengetahuan,serta lebih memahamisecara mendalam tentang dukungan keluarga
yang diberikan kepada pasien dalam pencegahan sekunder dengan penyakit
jantung koroner setelah terpasang stent.
75
Universitas Sumatera Utara
76
6.2.2 BagiTenaga Kesehatan (Perawat)
Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan, menjadi sumber informasi
yang tepat bagi keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga bagi pasien
penyakit jantung koroner terpasang stent yang sedang melakukan kunjungan
rawat jalan di rumah sakit, seperti memberikan konseling secara khusus kepada
keluarga dan pasien mengenai penyakit jantung koroner secara detail, memberi
pendidikan kesehatanmengenai hal yang harus dilakukan, memotivasi keluarga
untuk tetap memberikan dukungan kepada pasiensaat berada di rumah, dan
membagikan leafleat tentang pencegahan sekunder penyakit jantung koroner,
sehingga keluarga dan pasien mendapat semangat untuk terus melakukan
pencegahan sekunder menghindari penyumbatan berikutnya.
6.2.3 Bagi Rumah Sakit
a. Membuat program rehabilitasi kardiovaskular rawat jalan yang komprehensif
baik sebelum dikeluarkan dari rumah sakit atau selama kunjungan followup.Sehingga pasien juga dapat berkomunikasi dalam suatu group bersama
dengan pasien penyakit jantung koroner yang telah terpasang stent lainnya.
b.
Peningkatan
sosialisasi dan
upaya promosi kesehatan
secara rutin
tentangpencegahan sekunder penyakit jantung koroner dengan mengikut
sertakan paraanggota keluarga dengan memberikan leaflet, agar anggota
keluargamemahami bahwa dukungan keluarga mempunyai andil dalam
peningkatanupaya pencegahan sekunder pada pasien penyakit jantung koroner
terpasang stent.
Universitas Sumatera Utara
77
6.2.4 Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini hanya melihat dukungan keluarga dari persepsi pasien, perlu
penelitian lanjutan tentang partisipasi keluarga sehingga dapat benar-benar
diketahui hal yang paling berpengaruh terhadap upaya pencegahan sekunder pada
pasien penyakit jantung koroner terpasang stent agar memberikan kontribusi
terhadap pengetahuan dan riset ilmiah di masa akan datang. Penelitian ini juga
tidak menanyakan aktivitas seksual responden, dan riwayat konsumsi minum
alkohol. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih menggali lagi untuk kedua hal
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Download