IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB PROJECT DELAY PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN LAYANG NON-TOL ANTASARI-BLOK M BERBASIS MANAJEMEN RISIKO Riangga Anugrah Pratama, Bambang Setiadi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK Project delay dapat menyebabkan pembengkakan biaya, dimana hal tersebut akan mengurangi nilai kontrak dan profit perusahaan. Dalam penanganannya, sering dilakukan tindakan antisipasi yang justru membutuhkan banyak biaya. Pada dasarnya, project delay dapat dicegah dengan tindakan antisipasi tanpa harus menambah banyak biaya, yaitu dengan menejerial yang baik dan pemilihan Sumber Daya Manusia yang bermutu. Manajemen waktu yang baik sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya project delay. Kata Kunci: Project Delay, Manajemen Waktu, Manajemen Resiko ABSTRACT Project delay causes cost overruns, where it can reduce the value of contract and corporate profits. In handling that, anticipation is often done while it needs high cost. Basically the project delay can be prevented by doing anticipation without having to add much cost, with good managerial and selection of qualified human resources. Good in time management is needed to prevent project delay Key words: Project Delay, Time Management, Manajemen Resiko 1. LATAR BELAKANG Perkembangan jaman dari waktu ke waktu menuntut adanya peningkatan pembangunan seiring dengan pertambahan populasi manusia di bumi ini. Kebutuhan manusia akan sarana dan prasarana fisik yang semakin meningkat menuntut peningkatan pembangunan fisik. Banyaknya proyek konstruksi yang terjadi memicu munculnya banyak kontraktor – kontraktor besar maupun kecil Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 dimana terjadi persaingan diantaranya. Persaingan yang muncul menuntut adanya kinerja yang harus dijaga baik dari efisiensi biaya maupun efektifitas didalam prosesnya. Efisiensi biaya menuntut adanya minimalisasi biaya tanpa harus merubah kualitas project, dan efektifitas kinerja menuntut adanya waktu yang singkat dalam melaksanakan project. Keterlambatan (delay) proyek sangat berhubungan dengan kedua hal penting diatas. Dimana efisiensi biaya dan efektifitas kinerja dapat dinilai dengan keterlambatan yang terjadi. Keterlambatan ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, dimana semua hal tersebut bergantung pada manajemen proyek yang diterapkan. Dengan ditunjang oleh teknologi dan perkembangan pendidikan, seharusnya berbanding lurus dengan kemampuan managerial seseorang yang artinya keterlambatan dapat diminimalisir. Namun, pada kenyataannya masih sering dijumpai peristiwa delay dalam suatu proyek yang mendorong dilakukannya penelitian ini. 1.1 Permasalahan Selama ini, sering dilakukan tindakan antisipasi dari project delay yaitu dengan menambah jam kerja, tenaga kerja, dll yang pada umumnya akan menambah project cost. Hal ini bukan merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan, dan penulis beranggapan dengan mengetahui faktor terbesar penyebab project delay akan dapat dirumuskan suatu tindakan antisipasi tanpa harus membutuhkan banyak biaya tambahan. Anggapan ini berdasarkan penyebab – penyebab project delay yang sebagian besar merupakan dari penerapan manajemen proyek seperti: manajemen SDM dan manajemen waktu, dan tentunya dalam pengantisipasiannya tidak membutuhkan banyak biaya dibandingkan harus menambah jumlah tenaga kerja ataupun menggunakan tambahan alat berat. Permasalahan yang diambil, yaitu dari proyek pembangunan Jalan Antasari yang ditangani oleh kontraktor yang berbeda-beda. Keragamana kontraktor ini diharapkan dapat diperoleh hasil yang dapat mewakili masalah yang dihadapi pada mayoritas proyek konstruksi di Indonesia. Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 1.2. Tujuan Penelitian Hasil akhir yang diharapkan adalah dengan mengetahui penyebab dari keterlambatan tersebut dan langkah-langkah pencegahan dan koreksi yang telah dilakukan, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk solusi dalam menangani masalah yang serupa pada proyek-proyek yang berbeda. 1.3 Hipotesa Penyebab terbesar terjadinya keterlambatan proyek adalah kesalahan dalam manajerial setelah diterapkannya manajemen risiko dalam pengolahannya. 2. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Kendala-kendala Pelaksanaan Manajemen Waktu Dalam kenyataan di lapangan, pelaksanaan manajemen waktu proyek konstruksi banyaj menemui kendala-kendala yang menyebabkan pelaksanaannya tidak optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli pada perusahaan kontraktor di Indonesia sebelumnya, disebutkan bahwa kendalakendala yang sering dihadapi tersebut adalah (Ardani: 1. Kesulitan untuk mendapatkan suplier dan subkontraktor yang commit dengan schedule yang sudah dibuat bersama 2. Kesulitan untuk mendapatkan pengawas (mandor) yang commit dengan schedule yang sudah dibuat bersama. 3. Desain yang sebelum selesai dan perubahan desain. 4. Kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pelaksana di lapangan. 5. Keterlambatan pembayaran dari owner kepada kontraktor. 6. Kekurangan material dan peralatan. 7. Perubahan cuaca yang tidak terduga. 8. Tidak adanya pekerja khusus untuk melakukan measure di lapangan. 9. Kurang adanya kesadaran pekerja untuk mencatat setiap pekerjaan yang sudah dilakukan. 10. Kurangnya koordinasi atau pengawasan antara pengawas denga kerja. 11. Kurangnya komunikasi antara pelaksa monitoring di lapangan dengan pembuat schedule 12. Ketidakakuratan informasi yang di dapat dari monitoring. Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 13. Diperlukan biaya yang besar untuk mempekerjakan tenaga kerja khusus untuk melakukan monitoring lapangan. 14. Kurangnya sumber daya (tenaga ahli) yang mampu menganalitis keadaan proyek. 15. Program komputer yang kurang baik. 2.2. Manajemen Resiko Kerzner (1995) dalam menangani resiko proyek, ada 4 (empat) tahap proses yang harus dilakukan: 1. Mengidentifikasi Resiko, yaitu mengamati kondisi, mengidentifikasi dan mengklarifikasi kejadian yang berpotensi resiko. Metode untuk mengidentifikasi resiko ini bermacam-macam. Semua sumber informasi yang dapat menentukan sumber permasalahan dapat dijadikan sebagai alat untuk identifikasi resiko. 2. Analisa Resiko, yaitu menentukan kemungkinan terjadinya suatu resiko dan konsekuensinya (tingkat pengaruh), yang mana hasil dari analisa ini berupa didapatkannya suatu tingkatan pada faktor-faktor resiko yang ada. Dari tingkatan ini, dapat dikembangkan suatu pilihan penanganan resiko tersebut. 3. Penanganan Resiko (risk response), yaitu teknik dengan metode untuk menangani masing-masing faktor resiko yang ada. 4. Lesson-Learned, tahap ini menyimpulkan setiap analisa, temuan dan pelajaran-pelajaran yang didapat dalam mengelola resiko untuk kepentingan di waktu yang akan datang. Secara umum, resiko dapat dianalisa secara kualitatif, semi kualitatif atau kuantitatif. Derajat kuantitatif dipakai dalam beberapa situasi dimana tergantung pada scope dari studi manajemen resiko, sumberdaya yang tersedia, ukuran resiko dan data yang tersedia. Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 2.3. Sumber Resiko dan Dampak Penyimpangan Berdasarkan data dari berbagai sumber, penulis mengelompokan sumber resiko penyebab terjadinya keterlambatan proyek (project delay) ada tujuh kelompok, yaitu: 1. Sumber Daya Manusia yang terdiri dari masalah-masalah yang bersumber dari SDM yang berperan didalam proyek. 2. Material yang terdiri dari masalah-masalah yang berhubungan dengan material proyek. 3. Manajemen Proyek yaitu permasalahan yang disebabkan oleh kurangnya manajemen proyek . 4. Keuangan yaitu permasalahan yang disebabkan oleh kondisi keuangan proyek. 5. Desain dan dokumentasi, yaitu segala sesuatu masalah yang disebabkan oleh kegiatan desain dan dokumentasi proyek. 6. Karakteristik tempat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-masalah yang ditimbulkan akibat kondisi tempat proyek. 7. Faktor Eksternal yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan faktor-faktor lainnya, diluar kegiatan inti dari pelaksanaan suatu proyek konstruksi. 3. METODE PENELITIAN 3.3. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang pernah dilakukan yaitu penelitian Sugiharto Alwi dan Keith Hampson dengan judul Delay Cause Project Variable. Sedangkan indikator project delay didapat dari berbagai macam literarur. Contoh variabel yang digunakan, disajikan dalam table 3.1 berikut ini : Tabel 3. 1 Tabel faktor penyebab project delay Variabel Penyebab project delay SUMBER DAYA MANUSIA Referensi Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 A1 A2 A3 Keahlian tenaga kerja Kedisiplinan Tenaga Kerja Kurangnya Motivasi para Pekerja A4 Kelalaian Pemilik Proyek A5 Kelalaian Kontraktor A6 Kurangnya jumlah tenaga kerja A7 Kurangnya pengalaman konsultan A8 Konflik internal antarpekerja BAHAN (MATERIAL) B1 Kedatangan material di lapangan terlambat B2 Ketersediaan bahan B3 Kualitas bahan yang tidak sesuai B4 Kurangnya tempat penyimpanan bahan material B5 Perubahan specifikasi material pada pertengahan proyek B6 Penataan material yang tidak teratur B7 Peningkatan jumlah material MANAGEMENT PROYEK C1 Perencanaan dan Penjadwalan yang buruk C2 Kurangnya koordinasi antar staff proyek C3 Lamban dalam membuat keputusan C4 Pengalaman manajer lapangan C5 Penjadwalan pengiriman material yang buruk C6 Kualitas pengontrolan pekerjaan yang kurang C7 Sistem manajemen kontrak yang salah C8 Kurangnya pemberitahuan adanya pekerjaan tambahan C9 Konflik pada schedule kerja kontraktor C10 Pemakaian metode kerja Andi 2003 Andi 2003 Andi 2003 Kraiem dan Dickman 1999 Kraiem dan Dickman 1999 Alwi, Sugiharto and Hampson, Keith Sadi A. Assaf Sadiq Al-Hejji Andi 2003 Andi 2003 Andi (2003) Alwi Sugiharto Hampson 2003 dan keith Sadi A. Assaf Sadiq Al-Hejji Abdul Hamid Kadir Pakir Alwi Sugiharto Hampson Alwi Sugiharto dan Abdul Hamid Kadir Pakir Andi 203 Ambsisi Ambituuni Andi 2003 Ambsisi Ambituuni Saleh Al Hadi Tumi Abdelnaser Omran Sadi A. Assaf Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 Keith yang salah KEUANGAN D1 Pembayaran oleh owner yang terlambat D2 Harga material D3 Birokrasi kepada owner yang ribet D4 Cash flow yang bermasalah selama masa proyek D5 Sistem pendanaan pada kontraktor yang tidak terencana baik DESAIN DAN DOKUMENTASI E1 Kurangnya kualitas dokumentasi lapangan E2 Spesifikasi yang tidak jelas E3 Keterlambatan dalam revisi dan distribusi gambar kerja E4 Terjadi perubahan desain E5 Desain yang buruk E6 Konflik antara konsultan dengan desain engineer E7 Proses permintaan dan persetujuan gambar oleh owner KARAKTERISTIK TEMPAT F1 Keadaan permukaan dan dibawah tanah F2 Karakteristik bangunan sekitar F3 Akses kelokasi proyek F4 Kebutuhan ruang kerja F5 Kontrol lalu lintas dan pembatasan di lapangan yang sulit F6 Tidak tersedianya utilitas(air,listrik,telepon,dll) FAKTOR EKSTERNAL G1 Intensitas Curah hujan G2 Kecelakaan kerja G3 Keterlambatan dalam memperoleh izin dari pemerintah G4 Perubahan peraturan pemerintah dan undangundang G5 Adanya pemogokan buruh Andi 2003 Andi 2003 Saleh Al Hadi Tumi Abdelnaser Omran Budiman Praboyo Alwi Sugiharto Ambsisi Ambituuni Alwi Sugiharto Budiman Praboyo Ambsisi Ambituuni Sadi A. Assaf Budiman Praboyo Sadi A. Assaf Andi 2003 Budiman Praboyo Andi (2003) Sadiq Al-Hejji Sadi A. Assaf Andi 2003 Abdelnaser Omran Sadi A. Assaf Sadiq Al-Hejji Budiman Praboyo Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 G6 Adanya huru-hara Sumber : Olahan sendiri 3.4. Budiman Praboyo Instrumen Penelitian Dalam kuisioner tahap 1 digunakan skala nominal, sehingga kita boleh mengklasifikasikan (menyebut) variabel-variabel pilihan kedalam suatu kelompok tertentu seperti baik dan tidak baik Skala nominal biasanya juga digunakan bila kita setuju atau tidak setuju terhadap suatu pernyataan yang masuk kedalam kategori skala nominal. Tabel 3. 2 Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1 Faktor Pakar I Pakar II Pakar III Kesimpulan penyebab .Variabel terjadinya Project Setuju Tidak Setuju Tidak Setuju Tidak delay A Sumber Daya Manusia A.1 B Bahan (Material) B.1 C Management Proyek C.1 ... Sumber : Olahan sendiri Selanjutnya, untuk kuisioner tahap 2 skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, yakni skala yang memungkinkan sesuatu untuk disusun menurut peringkatnya masing-masing, bisa dari peringkat yang paling buruk hingga paling baik. Data semacam ini sering disebut data peringkat (rank data). Kuesioner pada tahap 2 ini adalah kuesioner yang telah disetujui pakar dan siap disebar kepada responden. Sampel atau responden dari kuesioner tahap 2 ini adalah staff atau supervisor proyek yang menegerti atau menangani langsung halhal yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab project delay. Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 Tabel 3. 3 Kuesioner untuk Pengambilan Data Tahap II Variabel Faktor penyebab terjadinya project delay Frekuensi dari Dampak dari Penyebab Yang Penyebab yang Terjadi 1 A 2 Terjadi 3 4 5 1 2 3 4 5 Sumber Daya Manusia A. 1 B Bahan (Material) B.1 C Management Proyek C.1 D Keuangan D.1 E Desain dan Dokumentasi E.1 F Karakteristik Tempat F.1 G Faktor Eksternal G.1 Sumber : Olahan sendiri Frekuensi dari Penyebab Yang Terjadi Dampak dari Penyebab yang Terjadi 5 Sangat Sering 5 Fatal 4 Sering 4 Besar 3 Kadang-kadang 3 Sedang 2 Jarang 2 Kecil 1 Tidak pernah 1 Tidak penting Selain kuisioner, instrument lain yang digunakan adalah software Ms Excel untuk mempermudah perhitungan, dan juga software e-proc jika data yang Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 diperoleh adalah proses procurement barang dengan ranking teratas sebagai penyebab project delay. 3.5 Penentuan Jumlah Sampel Kuesioner kedua diberikan kepada responden dalam hal ini staff/karyawan PT. X seperti PM, SM, Engineering, Logistik, Supervisor, Pelaksana, QC dan jajaran dibawahnya yang cukup mengerti tentang aspek-aspek potensial penyebab terjadinya keterlambatan proyek. Banyaknya kuesioner yang disebar 36 buah kuesioner, sedangkan yang kembali berjumlah 32 dalam periode waktu penyebaran kurang lebih dua bulan. 3.6. Analisa Data Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil yang diperoleh dari kuisioner adalah dengan Metode AHP dan Metode Analisa Risk Level. Dan untuk analisis kevalidan data menggunakan SPSS dimana meliputi Uji realibilitas, validitas 3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang digunakan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tepat. Uji rebialitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butirbutir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel, dan untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstukkonstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan denganperhitungan Alpha Cronbach, menunjukkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur konsep dalam penelitian ini cukup reliable. Prinsip dasar pemakaian analisis realibilitas yaitu dengan melihat nilai alpha yang tertinggi, diatas 0,05. Hal tersebut menandakan bahwa pertanyaan berstruktur sebagai indikator penelitian memiliki konsistensi internal yang baik. Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 3.6.2 Analytical Hierarchy Process Langkah-langkah dalam membuat Analytic Hierarchy Process adalah sebagai berikut ini: 1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan. 2. Membuat hirarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya. 4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk melengkapi matriks di langkah 3. Pertimbangan dari banyak orang dapat disintesis dengan memakai rata-rata geometrisnya. 5. Setelah semua data perbandingan berpasangan diperoleh, dicari prioritas dan konsistensinya diuji. 6. Lakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. 7. Menggunakan komposisi untuk membobotkan vector-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria, dan menjumlahkan semua entri prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah. 8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data pertimbangan harus diulangi. Untuk mendapatkan faktor pembobot sebagai nilai pengali untuk mendapatkan nilai lokal, maka ditempuh pendekatan seperti terlihat pada tabel 3.4 berikut: Tabel 3. 4 Matrik pembobotan Frekuensi Sangat Sering Kadang- Jarang Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 Tidak Sering Kadang Pernah Sangat Sering 1 3 5 7 9 Sering 0.333 1 3 5 7 0.200 0.333 1 3 5 Jarang 0.143 0.200 0.333 1.00 3 Tidak Pernah 0.111 0.143 0.200 0.333 1 Jumlah 1.787 4.676 9.533 16.333 25.00 KadangKadang Sumber : Olahan Sendiri Selanjutnya matriks di atas kemudian dinormalisasi (jumlah kolomkolomnya menjadi sama dengan satu), dengan cara membagi angka dalam masing-masing kolom dengan angka terbesar. Ini dilakukan untuk mencari perbandingan relatif antara masing-masing sub kriteria yang disini dinamakan prioritas atau disebut juga eigenvector dari eigenvalue maksimum. Proses dapat dilihat pada tabel 3.9. berikut ini: Tabel 3. 5 Normalisasi matrik dan prioritas Sangat Sering Sangat Sering Sering KadangKadang Jarang Tidak Pernah Jumlah Sering KadangKadang Jarang Tidak Pernah Jumlah Prioritas Persentase (%) 0.560 0.642 0.524 0.429 0.360 2.514 0.503 100.00 0.187 0.214 0.315 0.306 0.280 1.301 0.260 51.75 0.112 0.071 0.105 0.184 0.200 0.672 0.134 26.72 0.080 0.043 0.035 0.061 0.120 0.339 0.068 13.48 0.062 0.031 0.021 0.020 0.040 0.174 0.035 6.93 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 5.0000 1.000 Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 Sumber : Olahan sendiri Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa prosentase masing-masing sub kriteria diperoleh dengan cara membagi prioritas relatif antar sub kriteria dengan angka terbesar. Prosentase ini dicari dengan maksud untuk melihat pengaruh masing-masing sub kriteria terhadap sub kriteria yang pengaruhnya paling besar dan untuk digunakan dalam mencari urutan faktor resiko secara umum. Untuk membuktikan apakah pendekatan di atas benar maka akan dihitung nilai CR (Consistency ratio, dimana nilai CR < 10% mendapatkan nilai yang sah. CR = dimana: CI = (λmaks-n) / (n-1) CR = Rasio konsistensi hierarki CI = Indeks konsistensi hierarki RCI = Indeks konsistensi hierarki (lihat Tabel 3.6) λmaks = nilai maksimum dari eigen n = banyaknya elemen Faktor pembobotan Nilai pembobotan hasi normalisasi tabel 3.9 dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut: Tabel 3. 6 Faktor pembobotan Frekuensi Bobot Tidak Pernah 0.069 Jarang 0.135 KadangKadang 0.267 Sering 0.518 Sangat Sering 1 Sumber : Olahan sendiri 3.6.3 Analis Risk Level Setelah mendapatkan rata – rata nilai lokal frekuensi dan dampak dari AHP, maka dapat dicari nilai faktor resiko dengan rumus : Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 FR = L + 1 - (L x I) dimana : FR = faktor resiko dengan skala 0 - 1 L = probabilitas kejadian resiko I = besaran dampak resiko dalam bentuk kenaikan waktu dan untuk kategori resiko dan matriksnya bisa dilihat pada tabel dan diagram berikut ini : Tabel 3.7 Matriks Kategori Resiko Dengan Metode SNI NIlai FR Kategori Langkah Penanganan > 0,7 Resiko Tinggi Harus penurunan dilakukan resiko ke tingkat yang lebih rendah 0,4 – 0,7 Resiko Sedang Langkah perbaikan dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu < 0,4 Resiko Rendah Langkah perbaikan bilamana memungkinkan Sumber : Risk Management Guidelines (1993) 4. HASIL 4.1 Penentuan tingkat resiko Dari perhitungan rata- rata nilai lokal frekuensi dan dampak, selanjutnya dapat ditentukan tingkat resikonya dengan persamaan faktor resiko yang bisa dihitung dengan cara berikut : FR = L + I – (L x I ) dimana : FR = skala resiko dengan skala 0 – 1 L = frekuensi kejadian resiko I = besaran (dampak) resiko Dan perhitungannya adalah sebagai berikut : Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 Tabel 4.1 Nilai Faktor Resiko variabel Rata2 Lokal Nilai Rata2 Nilai FR Rangking Lokal Dampak Tingkat Resiko Frekuensi A1 0.218781 0.330406 0.476901 2 sedang A2 0.208656 0.291188 0.439086 8 sedang A3 0.187406 0.236094 0.379255 21 rendah A5 0.124688 0.314531 0.400001 16 sedang A6 0.187813 0.178313 0.332636 31 rendah A7 0.1515 0.253844 0.366886 23 rendah B1 0.188219 0.303781 0.434823 10 sedang B2 0.180188 0.28025 0.40994 15 sedang B3 0.135 0.239406 0.342086 28 rendah B5 0.139125 0.171719 0.286953 34 rendah C1 0.142844 0.375406 0.464626 3 sedang C3 0.163469 0.302969 0.416912 13 sedang C4 0.155438 0.284188 0.395452 17 rendah C5 0.151094 0.30875 0.413194 14 sedang C6 0.159344 0.263344 0.380725 20 rendah C9 0.17625 0.265406 0.394878 18 rendah C10 0.157281 0.361781 0.462161 4 sedang D1 0.179969 0.297188 0.423672 12 sedang D3 0.1905 0.306469 0.438586 9 sedang D4 0.2165 0.365281 0.502698 1 sedang D5 0.149438 0.359094 0.454869 6 sedang E2 0.146969 0.217938 0.332876 30 rendah E3 0.15975 0.279438 0.394547 19 rendah E4 0.213188 0.303375 0.451887 7 sedang E7 0.155219 0.219594 0.340727 29 rendah F3 0.189688 0.226813 0.373477 22 sedang F4 0.225375 0.263125 0.429198 11 sedang Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 F5 0.329563 0.197719 0.462121 5 sedang F6 0.120563 0.217125 0.31151 32 rendah G1 0.265375 0.1185 0.352428 24 rendah G2 0.141188 0.181219 0.29682 33 rendah G3 0.135 0.245594 0.347439 25 rendah G4 0.106125 0.201031 0.285822 35 rendah G5 0.083438 0.286875 0.346376 26 rendah G6 0.079313 0.285438 0.342111 27 rendah Sumber: Olahan sendiri Tabel 4.3. Rangking Variabel Faktor Resiko Rangking Variabel Cash flow yang bermasalah selama 1 D4 2 A1 3 C1 4 C10 5 F5 6 D5 7 E4 Terjadi perubahan desain Desain dan Dokumentasi 8 A2 Kedisiplinan Tenaga Kerja Sumber Daya Manusia 9 D3 Birokrasi kepada owner yang ribet Keuangan 10 B1 masa proyek Keahlian tenaga kerja Perencanaan dan Penjadwalan yang buruk Pemakaian metode kerja yang salah Kontrol lalu lintas dan pembatasan di lapangan yang sulit System pendanaan pada kontraktor yang tidak terencana baik Kedatangan material di lapangan terlambat Keuangan Sumber Daya Manusia Manajemen Proyek Manajemen Proyek Karakteristik Tempat Keuangan Material Sumber: Olahan sendiri 5. PEMBAHASAN Pembahasan dilakukan hanya mengenai lima faktor yang benar-benar terjadi dalam proyek konstruksi JLNT Antasari-Blok M, yaitu cash flow yang bermasalah selama masa proyek, kontrol lalulintas dan pembatasan di lapangan Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 yang sulit, terjadi perubahan desain, birokrasi yang ribet, dan keterlambatan material. 1. Cash flow yang bermasalah selama masa proyek berlangsung Hal ini dapat disebabkan pembayaran dari owner yang terlambat. Meskipun proyek ini bersumber pada dana APBD, keterlambatan pembayaran bisa terjadi dikarenakan perijinan yang rumit didadalamnya, dan juga dapat terjadi karena dana yang turun dari pemerintah tidak 100%. Meskipun kontraktor telah menyediakan dana cadangan, namun tetap tidak akan tertutupi jika terjadi penambahan volume pekerjaan yang melebihi dana cadangan tersebut. 2. Kontrol lalulintas dan pembatasan dilapangan yang sulit Jalur lalulintas Antasari – Blok M merupakan jalur yang sangat padat. Penerapan management traffic yang dilakukan tidak banyak berpengaruh. Kemacetan yang terjadi di area konstruksi memang cenderung tidak banyak bertambah, tapi lalulintas yang menuju area proyek yang mengalami kemacetan, ditambah lagi pengalihan arus yang diterapkan menyebabkan timbulnya titik-titik kemcaetan baru di jalur dari dan ke arah proyek. 3. Terjadi perubahan desain Hal ini terjadi dikarenakan desain kontrak tidak sesuai dengan dilapangan. Maka, perlu diadakan pengukuran ulang kondisi eksisting dilapangan dengan desain yang ada dalam kontrak lalu dilanjutkan dengan desain ulang. Dengan adanya perubahan desain maka bisa terjadi penambahan item pekerjaan dan cost, hal ini juga diperlukan persetujuan owner. Waktu yang dibutuhkan dari proses pengukuran sampai persetujuan ini juga bisa menjadi penyebab terjadi keterlambatan proyek. 4. Birokrasi owner yang ribet Birokrasi dalam persetujuan desain untuk proyek ini tidak susah, hanya saja dalam aliran dana mengalami masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada point pertama, dana yang turun tidak 100%, hal ini terjadi karena perijinan/persetujuan didalamnya memakan waktu lama, sehingga dana cadangan kontraktor tidak mencukupi yang dapat menyebabkan pembayaran untuk pekerja terlambat dan kinerja berkurang 5. Kedatangan metrial dilapangan terlambat Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 Waktu pengerjaan proyek ini adalah pukul 22.00, dan dalam waktu ini juga sebagian besar pengiriman barang dilakukan, namun kenyataannya pada pukul 22.00 kondisi lalulintas dilapangan masih cukup padat, sehingga material terlambat datang dan waktu efektif pengerjaan juga berkurang. 6. KESIMPULAN Permasalahan disini penulis fokuskan pada permasalahan yang terjadi pada proyek konstruksi Jalan Layang Non-Tol Antasari-Blok M. Dari permasalahan yang ada, maka dilakukan survey lapangan dengan menggunakan kuesioner dan studi kasus proyek dengan proses wawancara dan pengambilan data proyek, dimana output dari kedua survey tersebut adalah faktor-faktor yang menduduki 10 peringkat teratas sebagai penyebab utama project delay, yaitu: 1. Cash flow yang bermasalah selama masa proyek 2. Keahlian tenaga kerja 3. Perencanaan dan penjadwalan yang buruk 4. Pemakaian metode kerja yang salah 5. Control lalulintas dan pembatasaa di lapangan yang sulit 6. System pendanaan pada kontraktor yang tidak terencana dengan baik 7. Terjadi perubahan desain 8. Kedisiplinan tenaga kerja 9. Birokrasi kepada owner yang ribet 10. Kedatangan material di lapangan yang terlambat Hasil yang diperoleh diatas berbeda dengan hipotesa yang telah penulis buat sebelumnya, yaitu penyebab terbesar terjadinya keterlambatan proyek adalah kesalahan dalam manajerial setelah diterapkannya manajemen risiko dalam pengolahannya, karena output yang ada menunjukan bahwa sebagian besar penyebab delay pada proyek bukan pada manajemen yang diterapkan kontraktor melainkan bersumber pada owner dan kondisi sekitar proyek. Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013 7. SARAN Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian diatas bersumber pada saran dari responden dan pakar, yaitu : 1. Perlu dikembangkannya variabel penelitian pada kondisi khusus melihat jam kerja proyek rata-rata diatas jam 10 malam, seperti : kondisi fisik pekerja. 2. Respon pakar mengenai tindakan pencegahan dan koreksi masih perlu diadakan pengkajian ulang untuk mampu dijadikan standar tindakan pencegahan dan koreksi, karena kondisi dan system yang dipakai untuk setiap proyek tidak sama. 8. DAFTAR PUSTAKA Alwi Sugiharto, Keith Hampson. Identifying The Important Causes Of Delays In Building Construction Projects. East Asia Pacific Conference in Bali, 2003 Andi, Susandi, Wijaya. H. On representing Faktors Influencing Time Performance Of Shop-House Construction In Surabaya. Dimensi Teknik Sipil, Vol. 5 No. 2, September 2003 Praboyo, B. Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klarifikasi dan Peringkat dari Penyebab-Penyebabnya. Dimensi Teknik Sipil. Vol 1 No. 2, September 1999 Alwi, S. Non Value-Adding Activities in the Indonesian Construction Industry Variable and Causes. Brisbane : 2002. Brandon, Dick H and Grey, Max. Project Control Standard. New York : Brandon/System Press Inc. 1970. Saleh Al Hadi Tumi, Abdelnaser Omran, Abdul Hamid Kadir Pakir. Causes of Delay Construction Industry in Libya. Bucharest : 2009 Sadi A. Assaf, Sadiq Al-Hejji. Causes of Delay in large construction projects. Saudi Arabia : 2005 Ambsisi Ambituumi. Five Causes of Project Delay, Cost Overrun and Their Mitigation :2011 Kezner H., "Project Management: A System Approach to Planning, Schedulling dan Controlling", (USA, VAN Nostrand Reinhol, 1995) Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013