MODUL PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL Untuk Penguatan Kelembagaan Masyarakat dan Mendorong Percepatan Pembangunan Perdesaan Kerjasama antara Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal republik indonesia MODUL PELATIHAN Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama MODUL PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL Untuk Penguatan Kelembagaan Masyarakat dan Mendorong Percepatan Pembangunan Perdesaan MODUL PELATIHAN MODUL PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL Untuk Penguatan Kelembagaan Masyarakat dan Mendorong Percepatan Pembangunan Perdesaan Implementator: 1. Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya KPDT 2. Tim Kerja PBNU (LPNU, LTN NU, LPBH NU, LPPNU, LTMNU, LBMNU & RMI) Tim Penulis: 1. Enceng Sobirin 2. Mustholihin 3. Andi Najmi 4. Sulton Fatoni 5. Imam Pituduh 6. KH. Abdul Manan 7. KH. Arwani Faisal 8. Rohmat Faisol 9. M. Suaidi 10. Abdullah Masud Lay Out Romi_Malchan Diterbitkan oleh : LTN PBNU Percetakan Ecovision Jakarta (isi di luar tanggung jawab percetakan) Jakarta, Nopember 2010 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KATA PENGANTAR Sebagai kerangka kerja strategis untuk mewujudkan pembangunan perdesaan yang berkeadilan, dengan mengembangkan cara pandang baru (a new paradigm) yang diharapkan mampu memicu pencapaian high case (sekenario tinggi) perlu dilakukan terobosan untuk membangun keberdayaan masyarakat dan mengoptimalisasi lembaga keagamaan sebagai leading sector percepatan pembangunan di perdesaan di Indonesia. Upaya tersebut penting dilakukan untuk memberikan arahan (Guidance) bagi pendayagunaan sumberdaya perdesaan dan mewujudkan pemertaan kesejahteraan (keadilan sosial), pertumbuhan ekonomi (kemakmuran) serta terpeliharanya daya dukung wilayah secara seimbang. Di tengah krisis ekologi, krisis social, krisis spiritualitas manusia dan krisis ekonomi global, yang berdampak pada hidup dan kehidupan masyarakat yang bergerak disektor riil perdesaan. Seiring dengan munculnya harapan untuk menciptakan system pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan dan menciptakan sebuah “tatanan kehidupan masyarakat yang lebih berkelanjutan” dimana dapat saling berbagi kebahagian dengan orang-orang di seluruh dunia dan mewariskan kualitas hidup yang lebih beradab dari generasi ke generasi. Oleh karenanya dibutuhkan sebuah mekanisme Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) bagi masyarakat yang diharapkan dapat menjadi gerakan untuk kemajuan dan merupakan Inovasi baru dari proses pembelajaran guna menciptakan masa depan yang lebih ekologis, lebih peka, lebih religious dan lebih berkemakmuran. Menjawab tantangan tersebut, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui kerjasama dengan kementerian pembangunan daerah tertinggal, berupaya mendesain metode pembelajaran MODUL PELATIHAN v bagi masyarakat dengan melatih motivasi berprestasi dan kewirausahaan dengan menggunakan pendekatan spiritual yang terintegrasi dengan tradisi, nilai dan metode pembelajaran keagamaan untuk mewujudkan perubahan mental, prilaku dan pemikiran masyarakat perdesaan. Alhamdulillahirobbil alamiin, Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah membimbing dan memberikan anugrah, kekuatan, ridho dan maunah Nya, sehingga modul pelatihan motivasi berprestasi dan kewirausahaan untuk penguatan kelembagaan masyarakat dan mendorong percepatan pembangunan perdesaan. Buku ini menawarkan satu pendekatan untuk membantu pihakpihak yang berkepentingan untuk menggerakan sumberdaya manusia perdesaan untuk hidup lebih berprestasi dan bersemangat dalam berwirausaha. Pendekatan belajar bersama yang dijelaskan dalam buku ini, diharapkan dapat mampu menjadi alat bantu untuk recollection (mengingatkan) dan reawakening (membangunkan) manusia perdesaan. Sebelum buku ini ditulis dan diterbitkan, sebuah perjalanan panjang proses pembelajaran bersama telah ditempuh. Hikmah yang tertuang dalam catatan ini merupakan buah dari rangkaian Shared Learning (SL). Buku ini juga tak akan pernah lahir tanpa sumbangan pikiran dan tenaga dari berbagai pihak, baik individu, lembaga maupun masyarakat. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Bapak Deputi Bidang Pembinaan Lembaga sosial dan Budaya, Tim Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Bapak Fahman, Bapak Aji Komara; Bapak Saudi Lian; Bapak Nur Salim; Bapak A Jati Lubis; Bapak Handoyo; Bapak Mansur dan Saudara Eko Maarif) dan segenap Tim Kerja Lintas Lembaga di PBNU (Saudara Enceng Sobiri; Wakil Sekretaris PBNU, Saudara Mustolihin; vi Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama LPNU, Saudara Andi Najmi; LPBHNU; Saudara Sulton Fatoni; LTN NU; Saudara KH. Abdul Manan; LTMNU, Saudara KH Arwani Faisal; LBM; Saudara Imam Pituduh; LPPNU; Saudara Rohmat Faisol, LPPNU, Saudara Ahmad Suaidi; LPNU; Saudara Abdullah Masud; RMI, Ketua PCNU Pandeglang Bapak Aah Wahid Maulani, Ketua PCNU Lebak; Bapak Nanda, Wakil Sekretaris PCNU pandeglang; Saudara Nandang Kosim dan Pengurus LPPNU Lebak; Saudara Ubaidillah) tanpa bantuannya modul ini tidak akan terwujud. Demikian halnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak di mana assessment yang pernah digelar. Kami berterima kasih kepada para narasumber dan reviewer yang telah menyebar bibit ilmu pengetahuan. Sebagai kegiatan yang merangkai beragam pengetahuan, tak lupa, kami berterima kasih kepada rekan-rekan dan seluruh team lapangan yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu, tanpa sumbangan pikiran dan tenaga dari mereka Modul ini tidak akan tersusun dengan baik. Tak lupa, kepada Ketua Umum PBNU; Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA dan Wakil Ketua Umum PBNU; Bapak KH. Asad Said Ali, ucapan terimakasih atas bimbingan, saran dan pemikirannya, sehingga modul ini menjadi lebih terarah. Kami berharap, penerapan modul ini, merupakan langkah awal bagi terwujudnya percepatan pembangunan perdesaan dan lahirnya mitivasi berprestasi dan wirausahawan handal di seluruh Indonesia. Salam hormat Jakarta, 20 September 2010 Ir. H. Iqbal Sullam Sekretaris Jendral PBNU MODUL PELATIHAN vii Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar isi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud 1.3. Tujuan 1.4. Sasaran 1.5. Ruang Lingkup 1.6. Kompetensi Yang Diharapkan 1.7. Struktur Kurikulum 1.8. Metode 2. SEKILAS TENTANG MOTIVASI BERPRESTASI, KEWIRAUSAHAAN, PENDEKATAN SPIRITUAL, PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERDESAAN 2.1. Motivasi Berprestasi 2.2. Kewirausahaan 2.3. Pendekatan Spiritual 2.4. Penguatan Kelembagaan 2.5. Percepatan Pembangunan Perdesaan 3. MODUL PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL 3.1. Manajemen Diri, Komunikasi dan Lobi 3.2. Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha 3.3. Manajemen Perubahan 3.4. Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan Motivasi Berwirausaha 3.5. Membangun Kerja Tim dan Manajemen MODUL PELATIHAN v ix 1 1 2 3 3 3 5 5 6 7 7 7 6 13 14 14 14 73 80 93 ix Konflik Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk Pengembangan Usaha 3.9. Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis PENUTUP REFRENSI 3.6. 3.7. 3.8. 4. 5. x Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 116 134 152 171 178 209 211 MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep pemberdayaan mulai menjadi diskursus pembangunan, ketika orang mulai mempertanyakan makna pembangunan. Di Eropa, wacana pemberdayaan muncul ketika industrialisasi menciptakan masyarakat penguasa faktor produksi dan masyarakat pekerja yang dikuasai. Di negara-negara sedang berkembang, wacana pemberdayaan muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi, degradasi sumberdaya alam, dan alienasi masyarakat dari faktor-faktor produksi oleh penguasa. Karena kekurang-tepatan pemahaman mengenai pemberdayaan, maka dalam wacana praktik pembangunan, pemberdayaan dipahami secara beragam. Yang paling umum adalah pemberdayaan disepadankan dengan partisipasi. Padahal keduanya mengandung pengertian dan spirit yang tidak sama. Upaya untuk memberdayakan masyarakat di perdesaan melalui peningkatan motivasi berpretasi dan kewirausahaan penting untuk dilakukan, agar bangsa ini dapat tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang mandiri dan berkemakmuran. Hal tersebut penting dilakukan agar wilayah perdesaan di Indonesia yang relatif memiliki sumber daya alam yang sangat besar, melimpah dan potensial untuk dik- MODUL PELATIHAN embangkan antara lain sektor pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, industri kecil, sektor informal dan sektor lainnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Upaya motivasi berprestasi dan kewirausahaan di perdesaan, perlu didekatkan dengan sisi spiritualitas, agar edukasi yang dilakukan dapat terpatri di hati dan selaras dengan realitas Indonesia sebagai bangsa yang religius. Keterpaduan pendekatan yang digunakan, diharapkan mampu mendorong percepatan keberdayaan masyarakat. Assessment dan Treatment terhadap lembaga masyarakat perdesaan perlu dilakukan, sebagai tiger kebangkitan institusi perdesaan sebagai katalisator pembangunan. Untuk kepentingan tersebut di atas, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal bersama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bermaksud mendorong the sleeping giant of economy yang ada dimasyarakat perdesaan agar dapat berkembang menjadi kekuatan ekonomi nasional. 1.2.Maksud Pelatihan Motivasi Berprestasi dan Kewirausahaan Berbasis Pendekatan spiritual dimaksudkan sebagai wahana melakukan rekayasa sosial (sosial engginering) untuk mendorong peningkatan produktifitas dan kemandirian masyarakat agar mampu bekerja mandiri (Self-employment), mendorong lahirnya wirausahawan baru dan memberi energi untuk penguatan kelembagaan masyarakat serta mendukung pertumbuhan perdesaan. Proses Edukasi dalam pelatihan ini dilakukan dengan melakukan internalisasi nilai-nilai spiritual dalam setiap Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama proses pengembangan diri dan pengembangan kelembagaan (personal and institutional development). 1.3. Tujuan a. Meningkatkan daya saing perdesaan Indonesia ditengah kompetisi global untuk kemakmuran nasional. b. Mencetak kader wirausahawan religius-berprestasi, yang memiliki keunggulan kompetitif dan berdedikasi tinggi terhadap terwujudnya pembangunan berkelanjutan. c. Memperkuat eksistensi kelembagaan masyarakat perdesaan untuk menggerakkan kebangkitan ekonomi bangsa. d. Menumbuhkembangkan dan melestarikan tradisi spiritual dalam dunia bisnis, sebagai gaya hidup (life style). 1.4. Sasaran a. Fasilitasi upaya untuk membangun Basic Mentality dan mendorong perubahan perilaku (behaviour) generasi perdesaan menuju terwujudnya masyarakat enterpreneure (Entreprising Society) yang religus dan memiliki kepedulian sosial tinggi. b. Fasilitasi upaya transformasi perdesaan menjadi kawasan ekonomi potensial, sebagai kawasan life suport system (sistem penyangga kehidupan) dan sebagai basis moralitas penopang pembangunan berkelanjutan. 1.5. Ruang Lingkup Menggerakkan perubahan cara pandang, kesadaran dan prilaku masyarakat dan kelembagaan masyarakat dalam bingkai pemberdayaan untuk membangun ketahanan MODUL PELATIHAN ekonomi, sosial dan ekologi perdesaan. Pendidikan dan pelatihan yang didedikasikan untuk mencetak wirausahawan religius-berprestasi dan memperkuat eksistensi kelembagaan masyarakat perdesaan. Modul ini berisi penjelasan tentang; (1) Pendahuluan yang berisi (Latar Belakang, Maksud, Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup, Kompetensi Yang Diharapkan, Struktur Kurikulum, Metode, Penggunaan Modul) (2) Sekilas Tentang Motivasi Berprestasi, Kewirausahaan, Pendekatan Spiritual, Penguatan Kelembagaan Dan Percepatan Pembangunan Perdesaan yang berisi (Motivasi Berprestasi, Kewirausahaan, Pendekatan Spiritual, Penguatan Kelembagaan, Percepatan Pembangunan Perdesaan) (3) Panduan Penyelenggaraan Pelatihan yang berisi (Pengertian Wirausahawan Perdesaan, Pemilihan Target Calon Wirausahawan dan Pengelola Lembaga Masyarakat Perdesaan dan Pelatihan Calon Wirausahawan dan Pengelola Lembaga Masyarakat Perdesaan) (4) Modul Pelatihan Motivasi Berprestasi Dan Kewirausahaan Berbasis Pendekatan Spiritual yang berisi (Manajemen Diri, Adaptasi, Komunikasi dan Lobi, Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha, Penilaian lingkungan Internal-External, Keputusan Strategis dan Manajemen Perubahan, Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan Motivasi Berwirausaha, Membangun Kerja Tim dan Manajemen Konflik, Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi, Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko, Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk Pengembangan Usaha, Optimalisasi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Perdesaan Untuk Pengembangan Usaha, Akuntabilitas Usaha, Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis, Tugas dan Presentasi). Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 1.6. Kompetensi Umum Yang Diharapkan Peserta memiliki kompetensi: 1. Memiliki pengetahuan, skill, dan wawasan tentang; produktifitas dan kemandirian masyarakat, kewirausahaan dan penguatan kelembagaan masyarakat serta tentang pertumbuhan perdesaan. 2. Mampu menjadi wirausahawan religius-berprestasi yang berintegritas tinggi. 3. Mampu menyebarkan tradisi dan nilai spiritual dalam kehidupan bisnis. 4. Mampu mendukung I pewujudan kemandirian kelembagaan masyarakat dan membantu mwujudkan transformasi perdesaan. 1.7. Struktur Kurikulum O Orientasi Pembelajaran Bina Suasana dan Taaruf (Perkenalan Diri) 2 Jpl I Materi Kompetensi Dasar a. Manajemen Diri, Komunikasi dan Lobi b. Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha 3 Jpl 2 Jpl II Materi Kompetensi Inti c Manajemen Perubahan d Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan Motivasi Berwirausaha e Membangun Kerja Tim (Team Building) dan manajemen Konflik f Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi g Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko h Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk Pengembangan Usaha j Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis Total Jam Pelajaran 3 Jpl 3 Jpl 3 Jpl 3 Jpl 3 Jpl 2 Jpl 2 Jpl 26 Jpl MODUL PELATIHAN 1.8. Metode Pelatihan ini menggunakan 2 metode utama learning by doing dan mental & spiritual power; dengan teknik modifikasi: Pikiran (cognition), Perasaan (affection) dan Perilaku ( behavior) dengan berbasis pada ethic, love dan Spirituality serta didukung dengan Soft System Metodhology (SSM) dan berbagai metode lain yang variatif, sehingga para peserta punya kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan dan fleksibilitasnya dalam membawakan suatu metode. Jika suatu sesi secara spesifik menyebutkan suatu metode yang direkomendasikan, maka metode itu paling sesuai untuk menimbulkan insight bagi peserta. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi fasilitator untuk mengganti dengan metode lain yang dianggap lebih sesuai, sepanjang tujuan sesi bisa dicapai dengan baik. Walaupun diperlukan variasi dalam metode, tetap harus dijaga jangan sampai tujuannya hanyalah semata-mata untuk tujuan variasi itu sendiri. Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih variasi metode: 1. Apakah metode yang dipilih akan membuat lebih mudah mencapai tujuan sesi pelatihan? 2. Apakah waktu yang tersedia cukup? 3. Berapa jumlah peserta yang hadir dalam sesi tersebut? 4. Apakah peralatan yang dibutuhkan memang bisa disediakan? Beberapa metode yang dipakai dalam pelatihan ini adalah: Ceramah dan penyampaian teori melalui presentasi menggunakan audio visual Metode diskusi (diskusi kasus maupun film) dan Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Role Playing dilakukan secara berkelompok didalam dan diluar kelas Praktek dilakukan melalui game, simulasi, dan praktek kerja. 2. SEKILAS TENTANG MOTIVASI BERPRESTASI, KEWIRAUSAHAAN, PENDEKATAN SPIRITUAL, PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERDESAAN 2.1. Motivasi Berprestasi Prof. Dr. David C. McClelland, psikolog dari Universitas Harvard pada tahun 1961 adalah tokoh yang merilis teori yang disebut “motivasi berprestasi”. Teori ini bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Dari penelitiannya – juga Murray (1957) serta Miller dan Gordon (1970) – dapat disimpulkan terdapatnya hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Teori tersebut dijelaskan sebagai berikut: Hal-hal yg memotivasi seseorang adalah (1) Kebutuhan akan prestasi (Need for Achievement = n Ach), (2) Kebutuhan akan afiliasi, (Need for Affiliation = n Af), (3) Kebutuhan akan kekuatan (Need for Power = n Pow). Untuk penjelasan yang Lebih rinci tentang motivasi dapat di baca pada bahan bacaan. 2.2. Kewirausahaan Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah MODUL PELATIHAN penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Kewirausahaan bisa diartikan sebagai adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai, dan prinsip serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada langganan dan piahak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: Richard Cantillon (1973) Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian Jean Baptista Say (1816) Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya. Frank Knight (1921) Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpas Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan Joseph Schumpeter (1934) Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. Penrose (1963) Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan. Harvey Leibenstein (1968, 1979) Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya. Israel Kirzner (1979) Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. MODUL PELATIHAN Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional. 2.3. Pendekatan Spiritual Pendekatan spiritual adalah sebuah pendekatan yang bertumpu pada pada Spiritual capital (modal spiritual) yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani atau batin). Pendekatan spiritual menyangkut suatu yang universal, yaitu values, meaning dan purpose dalam kehidupan manusia, spiritual merupakan prinsip yang memvitalisasi 10 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama suatu organism. Spiritual dimaksudkan sebagai ‘makna, nilai-nilai, dan tujuan fundamental’. Spiritual capital (modal spiritual) adalah modal yang ditingkatkan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam diri atau jiwa seseorang. pemanfaatan spiritual capital akan melahirkan kecerdasan hati nurani. Kecerdasan ini yang tidak dimiliki oleh mereka para kapitalis yang motivasi kerjanya hanya demi ‘uang’ yang melahirkan kerusakan lingkungan,kemiskinan, penyakit dan jurang kesenjangan sosial. Pendekatan ini merupakan sebuah solusi terhadap idiologi kapitalisme dan perlu dibangun sebagai sebuah paradigma baru dalam pemberdayaan masyarakat. Menurut (Danah Zohar dan Ian Marshall: 2004) spiritual capital adalah makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki bersama mengenai hal yang paling berarti dalam hidup. Spiritual capital sebagai penyemangat sekaligus kegelisahan, keprihatinan, kebutuhan dan pergulatan riil eksistensial manusia yang mendalam untuk melakukan sesuatu guna menjadikan hidup mengabdi menjadi tujuan penuh makna. Pendekatan Spiritual mampu merubah motivasi rendah (materi/modal/uang) menuju kepada motivasi tinggi (ekplorasi kekuatan dari alam, penguasaan diri dan pengabdian lebih tinggi), konsep pendekatan spiritual mengadopsi sistem adaptif komplek manusia dengan 12 prinsip dasar transformasional, yaitu: kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, holistic, kepedulian, menyantuni keragaman, indepndensi terhadap lingkungan, membingkai ulang, pemaknaan positif atas kemalangan, rendah hati dan keterpanggi- MODUL PELATIHAN 11 lan. Melalui desain motivasi baru yang diawali dengan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (ego) dan keterlibatan sosial sebagai kebutuhan lebih tinggi. Design motivasi ini berbanding berbalik dengan teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow dengan diawali tingkat kebutuhan paling rendah, yaitu: kebutuhan fisiologis, keselamatan dan keamanan (safety and security), rasa memiliki (belongingness), harga diri (esteems), dan perwujudan diri (selfactualization). Dengan Pendekatan spirtual yang ada dalam diri seseorang akan mampu membangkitkan motivasi tinggi dalam memandang kehidupan, tidak lagi hanya memandang sebatas materi tetapi menjadikan hidup ini penuh arti dan makna yang lebih tinggi. Motivasi tinggi dan perubahan paradigma hidup yang tumbuh dari dalam diri menurut Danah Zohar dan Ian Marshall merupakan kecerdasan hati nurani, dengan diawali pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri. Pendekatan Spiritual berorientasi berkelanjutan melalui; sistem yang bersifat holistik, kemampuan mengatur diri (self organizing), dan eksploratoris (selalu mencari yang terbaik). Upaya tersebut mengarahkan pada terbentuknya makna, nilai dan keyakinan. Upaya-upaya pengembangan skala motivasi yang bersumber dari Pendekatan spiritual diharapkan akan berimplikasi pada peningkatan sumber daya, kepedulian, dan kerjasama sosial. Pencerahan pada masyarakat yang termarjinalkan perlu dilakukan melalui perubahan paradigma, dalam bentuk memberdayakan spiritual capital pada masyarakat, hal ini jika perbaikan nasib masyarakat masih menjadi satu impian. 12 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2.4. Penguatan Kelembagaan Penguatan Kelembagaan adalah serangkaian upaya terpadu untuk memperkuat eksistensi kelembagaan, dengan meningkatkan kapasitas SDM kelembagaan dan sarana prasarana kelembagaan masyarakat guna menjamin efektivitas dan efisiensi pemberdayaan masyarakat perdesaan khususnya dalam aspek ekonomi, sosial dan ekologi . Sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya kesesuaian antara peran, eksistensi, dan fungsi, struktur organisasi dan kualifikasi maupun jumlah SDM, serta terbangunnya hubungan kerja antar stakeholders. Upaya Penguatan Kelembagaan dilakukan dengan mengembangkan kelembagaan yang dapat mempercepat proses modernisasi perekonomian masyarakat perdesaan melalui pengembangan agribisnis dengan menitikberatkan pada pengembangan organisasi bisnis termasuk jaringan kerja produksi dan jaminan pemasaran yang terlembaga dan dikuasai kelompok masyarakat dengan dukungan pelaku ekonomi lainnya secara kemitraan. Demikian halnya dilakukan dengan meningkatkan investasi dalam sumberdaya manusia yang dapat mendorong produktifitas, kewiraswastaan dan ketahanan sosial masyarakat perdesaan untuk mengembangkan kehidupan ekonomi-sosial masyarakat. Serta Meningkatkan ketersediaan pelayanan, prasarana-prasarana perdesaan untuk mendukung proses produksi, pengolahan dan pemasaran serta pelayanan sosial masyrakat. MODUL PELATIHAN 13 2.5. Percepatan Pembangunan Perdesaan Mempercepat pembangunan pedesaan diperlukan terobosan program yang melibatkan berbagai pihak yang perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi, salah satu program keterpaduan tersebut adalah pembangunan kawasan agropolitan. Pengembangan agropolitan disetiap daerah berarti membangun titik-titik tumbuh ekonomi daerah berbasis pertanian, dengan harapan satu titik tumbuh akan dapat mendinamisasi dan menstimulasi tumbuh dan berkembangnya titik-titik tumbuh yang lain dan seterusnya. Bila keadaan ini dapat berjalan lancar maka dengan sendirinya percepatan pertumbuhan ekonomi pedesaan dapat dengan mudah diwujudkan (Tan, Firwan, 2007, Pembangunan Sistem Usaha Ekonomi Inovatif di Daerah, Masalah dan Kebijakan, FE-Unand Mei 2007.) 3. MODUL PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL 3.1. Manajemen Diri, Komunikasi dan Lobi 1. Deskripsi Musuh terbesar dalam bekerja dan berkarya, seorang manusia adalah waktu. Waktu yang telah terlewat dengan sia-sia atau percuma, tidak dapat kembali begitu saja. Tidak dapat dibeli dengan uang. Oleh karena itu, manfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam bekerja dan berkarya. Seperti halnya diingatkan Allah dalam Surat Al Asr (Allah, SWT, Telah Bersumpah demi waktu bahwa manusia dalam keadaan merugi kecuali orang orang 14 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang beriman dan beramal sholeh dst). Time is money demikianlah ungkapan yang sering kita dengar. Untuk itu dalam berkarya dalam organisasi sosial maupun bisnis, perlu adanya manajemen waktu yang baik - dimana produktivitas, efektivitas, dan efisiensi sebagai tolak ukurnya. Untuk menggapai kesuksesan seseorang wajib mengelola waktu sebaik mungkin. Demikian halnya dibutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi karena komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa). 2. Tujuan Peserta dapat memahami pentingnya manajemen waktu dan pengembangan diri, mampu mengidentifikasi proses komunikasi dan memiliki kemahiran dalam lobi. 3. Pokok bahasan a. Pemahaman tentang manajemen waktu, pengembangan diri dan meditasi b. Pengertian Komunikasi, Tujuan Komunikasi, Proses dan Dasar Komunikasi, Jenis dan Bentuk Komunikasi, Hambatan Komunikasi. c. Pengertian lobi, Tujuan lobi, Proses dan Dasar lobi, Jenis dan Bentuk lobi, Hambatan lobi. MODUL PELATIHAN 15 4. Alat dan Bahan Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. 5. Metode a. Ceramah Singkat b. Curah Pendapat c. Praktek Komunikasi dan Lobi 6. Waktu 2 Jam Pelajaran 7. Langkah 1. Sesi dibuka dengan mengeksplorasi surat Al Asr 2. Fasilitator menjelaskan manajemen waktu, manajemen pengembangan diri, meditasi, komunikasi dan lobi. 3. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok 4. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktek komunikasi dan lobi (dengan penjelasan telampir dalam lampiran tugas/game) 5. Fasilitator menyimpulkan praktek komunikasi. 8. Tugas 1.Game Bercermin Minta setiap peserta untuk berpasangan, 1 orang menjadi bayangan di cermin dan 1 orang menjadi seseorang yang sedang berdandan di depan cermin. Bayangan harus mengikuti gerak – gerik orang yang berdandan. Keduanya harus bekerja sama agar bisa bergerak secara kompak dengan kecepatan yang sama. 16 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2.Game Lobi Minta peserta untuk berpasangan dalam 3 kelompok, 1 kelompok berperan menjadi lobiyes, 1 kelompok menjadi pengusaha/ birokrat dan Donor yang sedang saling menegosiasikan kepentingan satu kelompok menjadi pesaing kelompok lobiyes. Minta peserta menegosiasikan tema/kepentingan politik/bantuan pendanaan/ tawar menawar bisnis Jelaskan permainan dan tutup sesi dengan penjelasan. 9. Bahan Ajar A.Bahan Ajar Manajemen Waktu Membuat daftar aktivitas pekerjaan (to do lists) adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan. Gunanya adalah untuk mengingatkan semua aktivitas yang akan dikerjakan. Disini Anda akan belajar menghargai waktu dan pentingnya batas waktu setiap pekerjaan (deadline). Tanpa batasan seperti ini, biasanya seseorang lupa akan semua tanggungjawab pekerjaannya. Lupa akan harus bekerja secara produktif, efektif, dan efisien. Itulah gunanya deadline. 7 Prinsip manajemen waktu yang kreatif menurut DR Jan Yager: selalu aktif (bukan reaktif), tentukan sasaran, tentukan prioritas dalam bertindak, pertahankan fokus, ciptakan tenggat waktu yang realistis, dan lakukan sekarang juga (DO IT NOW): D = Divide (bagi-bagilah tugas). O = Organize (atur bagaimana melaksanakannya). MODUL PELATIHAN 17 I = Ignore (abaikan gangguan). T = Take (ambil kesempatan). N = Now (sekarang harus dijalankan). O = Opportunity (ambil kesempatan). W = Watch out (waspada dengan waktu). “Penundaan adalah pencuri waktu” (Edward Young, Night Thoughts). Hambatan utama dalam mengatur waktu adalah ketidak mampuan untuk berkata “tidak”, penundaan, pekerjaan tulis menulis, mengendalikan pengaruh telepon dan televisi, kegagalan dalam menentukan prioritas, waktu pulang pergi dalam melakukan perjalanan, mengeluh, dan alasan. Manfaatkanlah waktu yang “tersembunyi” secara produktif. “Waktu adalah sesuatu paling bernilai yang dapat dihabiskan manusia” (Theophrastus, 278 SM). B. Bahan Ajar Konsep Diri Salah satu kriteria kesuksesan dalam membina hubungan dengan orang lain adalah bagaimana kita mengetahui siapa diri kita (who am I ?) khususnya dalam hubungannya dengan orang lain di mana mereka terlibat di dalamnya. Secara umum konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan individu tentang dirinya yang mencakup : komponen kognitif dan afeksi. Komponen kognitif disebut sebagai ’citra diri’ (self image) sedangkan komponen afektif disebut dengan ’harga diri’ (self esteem). Contoh pernyatan berikut : ”saya ini orang bodoh” adalah sebagai komponen kognitif, sedangkan komponen afektifnya adalah ”saya malu sekali karena saya menjadi orang bodoh”. Kedua komponen terse18 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama but sangat berpengaruh pada pola hubungan dengan orang lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu : orang lain dan kelompok rujukan. 1. Orang lain Dalam hubungannya dengan orang lain, jika kita diterima, dihormati dan disenangi orang karena keadaan diri kita, maka kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, maka kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain (orang yang terdekat) cenderung mempunyai konsep diri yang baik pula. Konsep diri bukan merupakan fakta yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam hubungannya dengan individu lain. 2. Kelompok Rujukan Dalam pergaulan bermasyarakat, kita menjadi anggota berbagai kelompok masyarakat. Setiap kelompok akan mempunyai norma-norma tertentu yang harus dipatuhi oleh anggota kelompoknya. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Kelompok rujukan ini merupakan kelompok yang dapat mengarahkan perilaku para anggota kelompoknya. Kalau kita menjadikan kelompok Nahdlatul Ulama menjadi kelompok rujukan kita, maka norma-norma dalam Nahdlatul Ulama menMODUL PELATIHAN 19 jadi ukuran dan acuan perilaku kita. Konsep diri berarti ramalan yang dipersiapkan untuk diri sendiri atau dapat menggambarkan secara obyektif diri individu sebagaimana diramalkan; karena ketika seseorang membentuk konsep dirinya, maka berarti ia mendefinisikan dirinya dan membuat janji bahwa ia akan melanjutkan menjadi dirinya seperti sekarang atau seperti yang lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa penghargaan terhadap dirinya dapat menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam hidupnya. Bila seseorang berfikir bahwa ia mungkin gagal, maka sebenamya ia mempersiapkan dirinya untuk gagal, sebaliknya bila berfikir akan berhasil dan sukses, maka berarti ia mempersiapkan diri untuk berhasil dan sukses. Kemampuan Diri Dan Berfikir Kreatif Orang yang selalu produktif biasanya berkaitan dengan kemampuannya dalam berfikir dan berkreativitas. Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari pada kita atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Tim sepak bola dipuja ketika timnya menang mengalahkan lawannya dan dicaci maki ketika kalah. Orang-orang yang sukses dalam bidang apapun baik profesional maupun non profesional pada umumnya mendapat simpati orang banyak. Hasil penelitian Aronson menunjukkan bahwa terdapat 4 kondisi orang berkemampuan yaitu : 1. Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah; 2. Orang berkemampuan tinggi tetapi tidak berbuat 20 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama salah; 3. Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; 4. Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah Orang yang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah dinilai yang ‘paling menarik’ dan ‘paling disukai’, sedangkan orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah dinilai paling ‘tidak menarik’ dan ‘paling tidak disukai’. Orang sempurna tanpa kesalahan adalah orang yang disukai nomor dua dalam hal daya tarik; sedangkan orang biasa yang tidak berbuat salah menduduki nomor tiga. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa jika anda cerdas, tampan/cantik dan serba bisa usahakan supaya jangan terlalu sempurna, tunjukkan sisi kelemahan anda, karena jika anda sangat sempurna, maka anda bukanlah ‘man’ atau ‘women’ tetapi ‘superman’ atau ‘superwomen’. Kreativitas adalah sesuatu yang dapat dipelajari, oleh karena itu setiap individu dapat belajar menjadi kreatif atau setiap orang pada dasarnya dapat menjadi individu kreatif. Pengembangan & Analisis Diri Pengenalan diri dapat dicapai melalui pengalaman dalam interaksi dengan orang lain, dan untuk mengetahui siapa dirinya tidaklah mudah. Salah satu instrumen yang dikembangkan oleh Johari yang dikenal dengan ’Jendela Johari’ kiranya dapat digunakan untuk memahami dan mengenal siapa dirin- MODUL PELATIHAN 21 ya. Untuk memudahkan pemahaman tentang instrumen ’Jendela Johari’ dapat digambarkan sbb : Saya tahu Orang lain tahu I. PRIBADI TERBUKA ( ARENA ) Orang lain tidak tahu II. PRIBADI TERSEMBUNYI ( FECADE ) Saya tidak tahu III. PRIBADI TERLENA ( BLINDSPOT ) IV. PRIBADI YANG TIDAK DIKENAL SIAPAPUN ( UNDISCOVERED ) Keterangan : Bidang I : Arena ♦ Pribadi yang disadari dan ditampilkan kepada orang lain atas kemauan sendiri; ♦ Pribadi yang potensial untuk menjalin hubungan yang lebih luas dan mendalam; ♦ Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dengan siapapun; ♦ Biasanya mempunyai teman banyak; Bidang II : Fecade ‘ ♦ Pribadi yang disadari oleh diri sendiri, lelapi secara sadar disembunyikan dari orang lain; ♦ Bisa jadi karena tidak tahu bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain; ♦ Mempunyai hambatan dalam berkomunikasi. Bidang III : Blindspot ♦ Pribadi yang tanpa disadari oleh diri sendiri, teta22 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pi tersampaikan kepada orang lain; ♦ Sering memunculkan sifat-sifat, perilaku yang tidak disadari oleh dirinya seperti sering melakukan interupsi, senang membantah dll. Bidang IV : Undiscovered ♦ Pribadi yang tidak dikenal oleh diri sendiri maupun orang lain; ♦ Seringkali berupa kebutuhan-kebutuhan atau motiv-motiv yang terlupakan. C. Bahan Ajar Meditasi Pengertian Meditasi Meditasi adalah teknik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol secara sadar (Walsh, 1983 dalam Subandi, 2002). Meditasi juga merupakan salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam psikologi transpersonal (Walsh & Vaughan, 1993 dalam Davis, 2004; Daniels, 2005) Dalam psikologi transpersonal, kebanyakan meditasi bentuknya adalah melibatkan fokus perhatian pada suatu objek (seperti nafas atau kata-kata yang diucapkan pelan-pelan dan berulang-ulang) atau perhatian penuh pikiran kepada semua isi dari kesadaran (Davis, 2004). Meditasi umumnya mengacu pada keadaan dimana tubuh secara sadar menjadi rileks dan pikiran dibiarkan menjadi tenang dan terpusat. Beberapa agama mencakup pula meditasi ritual, meskipun meditasi itu sendiri tidak harus merupakan aktivitas religius atau spiritual. Kebanyakan MODUL PELATIHAN 23 dari meditasi yang populer berasal dari Timur, terutama yang berasal dari tradisi meditasi Kristiani, Yahudi dan Islam (Wikipedia Encyclopedia, 2005). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) meditasi diartikan sebagai pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Menurut Walsh & Vaughan (1993 dalam Davis, 2004) meditasi adalah latihan untuk memfokuskan atau menenangkan proses-proses mental dan membantu seseorang untuk mencapai keadaan transpersonal. Menurut Tart (1993) ”trans” berasal dari bahasa Latin yang sama artinya dengan beyond (=melewati), melewati ”persona,” topeng sosial, suatu self biasa (the ordinary self), yang bersifat personal. Teknik-Teknik Meditasi Menurut Ken Wilber (dalam Rowan, 1993), untuk memahami proses perkembangan psikospiritual dapat digunakan dua dimensi dimana keduanya dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu eros vs thanatos (cinta vs mati). Berdasarkan kedua dimensi tersebut Wilber membagi teknik meditasi dalam empat kuadran, yaitu the way of form, the expressive way, the negative way, dan the facilitative way. The Way of Form dikenal sebagai meditasi konsentratif atau absortif, yaitu beberapa cara yang melibatkan objek nyata, seperti mantra, yantra (desain simbolik), mudra (gerakan tangan), bija (afirmasi), kasina (permukaan atau warna), simbol (seperti naga, salib, teratai, hati, matahari). The Expressive Way berkaitan dengan Tuhan, spirit, dan energi. Merupakan versi dari meditasi dinamis, 24 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meliputi: pernafasan kasar, gerakan cepat, nyayian keras, dan lain-lain. Dengan cara ini seseorang mengambil sesuatu yang mengganggu, dan yang dalam bentuk meditasi lain seringkali musuh harus dikatakan dan sebagai pusat dari meditasi. Beberapa bentuk teknik ini antara lain shamatic, metode tantri, dan sufi dancing (dzikir), dan ”berbicara di lidah” dalam gereja Charismatic. Dengan The Negative Way, seseorang mencoba menyingkirkan semua bentuk, semua ekspresi. Cara kerjanya adalah letting go, namun dalam cara mengosongkan pikiran. Beberapa contohnya adalah Meditasi Pantajali yoga, latihan Zen shikan-taza, netineti (bukan ini, bukan itu) Dengan The Facilitative Way, seseorang membuka kesadaran kepada “apa yang ada di sana”. Bentuk meditasi ini merupakan semua hal tentang kesaksian terhadap apapun yang terjadi, fokusnya adalah mengalir dengan apapun yang dialami, mengikutinya, dan membiarkannya. Dengan meditasi Vipassana, Mahavipassana, dan Satipathanna, seseorang berada pada pikiran yang penuh dari apapun yang berlalu. Selain meditasi berdasarkan keempat kuadran menurut Wilber di atas, terdapat pula beberapa jenis ”meditasi” yang lain, yaitu: active imagination dan visualisasi (Rowan, 1995). Implikasi dari makna meditasi dan teknik-teknik meditasi di atas diperlukan pemahaman terhadap ciri-ciri khas aktivitas meditasi yang terkait dengan pemenuhan tempat yaitu ruang, elemen-elemen ruang yang mendukung dalam proses bermeditasi. MODUL PELATIHAN 25 Aktivitas meditasi sebagai metode peningkatan taraf kesadaran, ketenangan pikiran, relaksasi dan pemusatan pikiran, maka dibutuhkan suasana ruang atau tempat yang cukup tenang. Pada masa lalu, ketenangan meditasi dilakukan dengan cara mengasingkan diri, yaitu melakukan meditasi di dalam goa, tempat-tempat yang tinggi, air terjun, atau di dalam biara ( MacWeeney & Ness, 2002). Ditinjau pada masa sekarang timbul pertanyaan ” bagaimana masyarakat perkotaan dapat belajar meditasi dan melakukan meditasi tanpa harus mengasingkan diri di tempattempat yang terpencil ? Tetapi masyarakat dapat melakukan meditasi dalam aktivitas sehari-hari baik di rumah maupun di kantor ” D. Bahan Ajar Komunikasi Deskripsi Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalangnya 26 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memperbaiki) hubungan pribadi kita. Pengertian komunikasi, komponen dan tujuan komunikasiIstilah “Communis, Communico (Latin)”, yang artinya “membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. “Komunikasi” (Everett M. Rogers, 2004) merupakan suatu proses di mana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba kepada saling pengertian. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. MODUL PELATIHAN 27 Komponen KomponenKomunikasi. Komunikasi. a. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) a. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi: komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi: 1. Fisik, adalah ruang dimana berlang1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi komunikasi berlangsung sungyang yang nyata berwujud. nyata atauatau berwujud. meliputi, misalnya tata hu2. Sosial-psikoilogis, 2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan bungan status di antara mereka yang terlibat, pestatus di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturanserta budaya masyarakat di ran yang dijalankan orang, aturan budaya mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau masyarakat di mana mereka berkomunikasi. konteks iniatau jugakonteks mencakup persahabatan Lingkungan inirasa juga mencakupatau rasa permusuhan,atau formalitas atau informalitas, serius atau persahabatan permusuhan, formalitas atau senda gurau, informalitas, serius atau senda gurau, 3. Temporal(waktu), (waktu), mencakup waktu waktu dalam hitungan 3. Temporal mencakup dalam jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komuniberlangsung. kasi berlangsung. Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi 28 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatanpermusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis. b. Sumber-Penerima Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya. Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat nonverbal ini, anda menjalankan fungsi penerima. c. Enkoding-Dekoding Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menMODUL PELATIHAN 29 ulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding. Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding). d. Kompetensi KomunikasiKompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonver30 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi. Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri. e. Pesan Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi. f. Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima MODUL PELATIHAN 31 isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil). g. Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis. Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik. h.Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah men32 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama gartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci. Macam Definsi Contoh Fisik Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata Psikollogis Interferensi kognitif atau mental Prasangka dan bias pada sumber penerima, pikiran yang sempit Semantik Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan. i. Efek Komunikasi Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin MODUL PELATIHAN 33 memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik. j. Etik dan Kebebasan MemilihKarena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan. Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi. Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif. 34 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya). Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anakanak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakuMODUL PELATIHAN 35 kannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka. Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka. 36 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 3. Tujuan Komunikasi Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984). a. Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaanperjumpaan antarpribadi. Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa ”normal.” Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding MODUL PELATIHAN 37 diri kita dengan orang lain. Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produkproduk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahanbahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini. b. Untuk berhubungan Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja. c. Untuk meyakinkan Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai 38 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi seharihari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku. d. Untuk bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain. Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat MODUL PELATIHAN 39 tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan. B. Prinsip-prinsip komunikasi Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan menjelaskan beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali sifat atau hakikat atau karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat penting untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya. 1. Komunikasi Adalah Paket Isyarat Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam ”paket”. Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersamasama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata sementara seluruh tubuh kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum. Seluruh tubuh—baik secara verbal maupun nonverbal—bekerja bersama-sama untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita. Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil, pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang memperhatikan sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila 40 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ada ketidakwajaran---bila jabatan tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup menyertai pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai ekspresi nyaman dan santai—kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang bersangkutan.Pesan yang Kontradiktif Bayangkanlah seseorang yang mengatakan ”Saya begitu senang bertemu dengan anda,” tetapi. berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat kesana-kemari untuk mengetahui siapa lagi yang hadir. Orang ini mengirimkan pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang kontradiktif (juga dinamai ”pesan berbaur” oleh beberapa penulis) pada pasangan yang mengatakan bahwa mereka saling mencintai tetapi secara nonverbal melakukan hal-hal yang saling menyakiti, misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan pakaian yang tidak disukai pasangannya, menghindari kontak mata, atau tidak saling menyentuh. Pesan-pesan tersebut ada juga yang mengatakan sebagai ”diskordansi” (discordance) merupakan akibat dari keinginan untuk mengkomunikasikan dua emosi atas perasaan yang berbeda. Sebagai contoh, anda mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan positif ini, tetapi anda juga tidak menyukai orang itu dan ingin mengkomunikasikan perasaan negatif ini juga. Hasilnya adalah anda mengkomunikasikan kedua perasaan itu, satu secara verbal dan lainnya secara nonverbal. MODUL PELATIHAN 41 2. Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama. Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan. Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu. 3. Komunikasi Hubungan Mencakup Dimensi Isi Dan Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan di antara kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada 42 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bawahannya, ”Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi (kandungan, atau content) dan aspek hubungan (relational). Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan. Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan ”Sebaiknya anda menjumpai saya setelah rapat ini” atau ”Dapatkah kita bertemu setelah rapat ini?” Dalam kedua hal, isi pesan pada dasarnya sama—artinya, pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama— tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal kalimat pertama, jelas tampak hubungan atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan bawahan. Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.Ketidakmampuan Membedakan Dimensi Isi dan Hubungan. MODUL PELATIHAN 43 Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka mengenali perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi. Perbedaan/perselisihan yang menyangkut dimensi isi relatif mudah dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta yang dipertengkarkan. Sebagai contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada seseorang tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan, bukan soal isi. 4. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan. Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan perebutan pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggu44 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama lannya dari yang lain. Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah dipahami, tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran dan permusuhan. Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara kedua pihak dimaksimumkan. Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang lain lemah . Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini —misalnya, hubungan antara guru dan murid, atau antara atasan dan bawahan—. Walaupun hubungan komplementer umumnya produktif di mana perilaku salah satu mitra melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain, masih ada masalah. Salah satu masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal baik oleh banyak mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang berlebihan. Sementara hubungan komplementer antara seorang ibu yan MODUL PELATIHAN 45 melindungi dan membimbing dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada suatu saat sanglt penting dan diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan yang sama ketika anak ini beranjak dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan anak itu selanjutnya. Perubahan yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak dimungkinkan terjadi. 5. Rangkaian Komunikasi Dipunkuasi Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menamai beberapa di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau tanggapan. Setiap tindakan merangsang tindakan yang lain. Masing-masing tindakan berfungsi sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi, tidak ada stimulus awal. Masing-masing kejadian dapat dianggap sebagai stimulus dan masing-masing kejadian dapat pula dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa ditentukan mana yang stimulus dan mana yang tanggapan. Jika kita menghendaki komunikasi efektif—jika kita ingin memahami maksud orang lain—maka kita harus melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya, kita harus menyadari bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi 46 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama kita sendiri yang unik dan bisa keliru.Komunikasi adalah proses transaksionalKomunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan. Komunikasi adalah Proses Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu berubah —kita, orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan kita—.Komponen-komponen Komunikasi Saling Terkait Dalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap komponen yang lain. Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen: Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada sembarang komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain. Misalnya, anda sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda datang masuk ke kelompok. Perubahan ”khalayak” ini akan menyebabkan perubahan-perubahan lain. Barangkali anda atau te- MODUL PELATIHAN 47 man-teman anda akan mengubah bahan pembicaraan atau mengubah cara membicarakannya. Ini juga dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu berbicara, dan seterusnya. Apa pun perubahan yang pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul sebagai akibatnya. Komunikator bertindak sebagai satu kesatuan Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita —pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara berbeda. 6. Komunikasi Tak Terhindarkan Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung seca48 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ra sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi, seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti bahwa semua perilaku merupakan komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke luar jendela dan guru tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi. Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu. Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi. 7. Komunikasi Bersifat Tak Reversibel Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda dapat mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat tak reversibel (irreversible). Prosesnya hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel. Sekali anda mengkomunikasiMODUL PELATIHAN 49 kan sesuatu, anda tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Tentu saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan; anda dapat saja, misalnya, mengatakan, “Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud mengatakan seperti itu.” Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah dikirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang mengatakan, nasi telah menjadi bubur.) l Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang mengandung komitmen—pesan “aku cinta kepadamu” dengan segala macam variasinya— juga perlu diperhatikao , lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi masa, di mana pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel. C. Persepsi dalam konteks komunikasi Proses Persepsi Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di ”luar sana” dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang 50 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mencapai otak kita Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami komunikasi. 1. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation) Pada tahap pertama alat-alat indra distimulasi (dirangsang): Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita, Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat ketika berjabat tangan. 2. Stimulasi terhadap Alat Indra Diatur Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur berbagai prinsip. (makalah persepsi) 3. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi Tahap ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiranevaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita. Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan kita akan validitas beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasii ini belum tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian cukup besar orang. MODUL PELATIHAN 51 Proses Yang Mempengaruhi Persepsi Antara kejadian stimulasi dengan evaluasi atau penafsi ran terhadap stimulasi, persepsi dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis penting. Diantarannya : teori kepribadianl implisit (implicit personality theory), ramalan proph- yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling ecy), aksentuasi perseptual (perceptual accentuation), primasi-resensi (primacy-recency), konsistensi (consistency), dan stereotiping (stereotyping). Lihat Gambar dibawah. a. Teori Kepribadian Implisit Bacalah pernyataan singkat berikut. Tandailah karakteristik dalam tanda kurung yang kelihatannya paling cocok untuk melengkapi kalimat tersebut: Agus bergairah, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan (cerdas, kurang cerdas) Dewi berani, tegar, dan (ekstrovert, introvert) Sitha periang, lincah, dan (langsing, gemuk) 52 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hari ramah, posiif, dan (menarik, tidakm menarik) Kata-kata tertentu tampaknya benar dan lainnya kelihatannya salah. Yang membuatnya kelihatannya salah dan kelihatan benar adalah teori kepribadian imlisit. Sistem aturan yang mengatakan kepada kity mana karakteistik yang sesuai untuk karakteristik yang lain. Kebanyakan teori orang mengatakan bahwa seseorang yang bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar pasti juga cerdas. Tentu saja tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas tidak bergairah dan tidak mempunvai rasa ingin tahu yang besar. ”Efek halo” yang banyak dikenal merupakan fungsi dari teori kepribadian implisit kita. Jika kita percaya bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas positif, kita menyimpulkan bahwa ia juga memiliki kualitas positif yang lain. ”Efek halo terhalik” juga ada. Jika kita tahu bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas negatif, kita cenderung menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kualitas negatif yang lain. Hambatan Potensial ♦ Mempersepsikan kualitas-kualitaa dalam diri seorang yang menurut ”teori” seharusnya dimilikinya, padahal kenyataannya tidak demikian. ♦ Mengabaikan kualitas atau karakteristik yang tidak sesuai dengan teori ita. ♦ Penggunaan teori kepribadian implisit ini, bersama dengan efek halo dan efek halo terbalik seringkali membawa kita pada ramalan yang terpenuhi dengan sendirinnya. MODUL PELATIHAN 53 b. Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila kita membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan yyang menjadi kenyataan karena kita meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar. Ada empat langkah dasar dalam proses ini: 1. Kita membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi. 2. kita bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyajkinan kita benar. 3. karena kita bersikap demikian, ia menadi kenyataan. kita mengamati efek diri kita terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa yang kita saksikan memperkuat keyakinan kira. Hambatan Potensial ♦ Mempengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai dengan ramalan kita ♦ Melihat apa yang diramalkan ketimbang apa yang sebenarnya, misalnya. ini dapat membuat kita karena ramalan itu kita buat, bukan karena adanya kegagalan yang aktual, menganggap diri kita gagal. c. Aksentuasi Perseptual “Tiada rotan akar pun jadi” adalah pepatah yang banyak kita jumpai dalam komunikasi: Untuk menjadi calon aktor, peran sekecil apapun dan seperti apa pun dalam sebuah film adalah lebih baik ketimbang tidak mendapat peran apapun. Bayam barangkali rasanya tidak enak tetapi bila anda lapar rasanya akan sama lezat dengan ayam panggang. Proses tersebut yang dinamai aksentuasi perseptual, 54 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan kita inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai sebagai lebih tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak kita sukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukai orang pandai dan tampan dan oleh karenanya kita mencari-cari orang seperti ini, bukan karena orang yang kita sukai itu kelihatan tampan dan pandai. Proses umum yang sering terjadi setiap hari. Orang yang haus melihat bayangan air (fatamorgana). Hambatan Potensial ♦ Mendistorsi persepsi kita tentang realitas; membuat kita melihat apa yang kita butuhkan atau inginkan ketimbang apa yang nyatanya ada, dan tidak melihat apa yang tidak ingin kita lihat Misalnya, anda mungkin tidak merasa akan gagal dalam mata kuliah komunikasi karena anda memusatkan perhatian pada apa yang anda inginkan. ♦ Menyaring atau mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam citra-diri kita dan dengan demikian sangat mernpersulit upaya peningkatan-diri ♦ Memandang orang lain memiliki karakteristik atau kualitas negatif yang sebenarnya ada pada diri kita. ♦ Melihat dan mengingat kualitas atau karakteristik positif lebih daripada yang negatif, dan dengan demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain ♦ Merasakan perilaku tertentu dari orang lain sebagai menunjukkan bahwa ia menyukai kita hanya karena sebenarnya kita ingin disukai. Sebagai contoh, sikap bersahabat dan ramah dari seorang wiraniaga kita MODUL PELATIHAN 55 terima sebagai tanda bahwa yang bersangkutan menyukai kita, padahal sebenarnya itu hanya bagian dari strategi persuasi tertentu. d. Primasi-Resensi Anggaplah sementara bahvva anda sedang suatu mengambil mata kuliah di mana separuh kegiatan kelas sangat membosankan dan separuh lainnya sangat menyenangkan. Pada akhir semester anda diminta mengevaluasi mata kuliah ini dan pengajarnya. Apakah evaluasi anda akan lebih baik jika kegiatan kelas yang membosankan terjadi selama tengah pertama semester dan kegiatan yang menyenangkan terjadi selama tengah kedua semester itu? Ataukah evaluasi anda akan lebih baik jika urutannya dibalik? Jika yang muncul pertama lebih kuat pengaruhnya, kita mengalami apa yang dinamakan efek primasi (Primacy Effect). Jika yang muncul terakhir (atau paling baru) lebih kuat pengaruhnya kita mengalami efek resensi (Recency Effect) Implikasi praktis dari efek primasi-resensi ini adalah bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan. Hambatan Potensial ♦ Merumuskan gambaran menyeluruh tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum akurat. ♦ Mendistorsi persepsi yang datang kemudian untuk tidak merusak kesan pertama kita. e. Konsistensi Anda mempunyai kecenderungan yang kuat untuk men56 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama jaga keseimbangan atau konsistensi di antara persepsipersepsi anda. Konsistensi menggambarkan kebutuhan anda untuk memelihara keseimbangan daintara sikap-sikap anda. Anda memperkirakan bahwa hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain akan muncul bersama-sama. Selanjutnya kita berharap seseorang yang kita sukai memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja, dan kita berharap mmusuh-musuh kita tidak memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja. Sebaliknya kita berharap orang yang kita sukai tidak memiliki sifat-sifat yang tidak menyenangkan dan orang yang tidak kita sukai memiliki sifat-sitat yang tidak menyenangkan. Hambatan Potensial Mengabaikan atau mendistorsi persepsi tentang perilaku yang tidak konsisten dengan gambaran kita mengenai seseorang secara utuh. ♦ Mempersepsikan perilaku spesifik sebagai terpancar dari kualitas positif orang yang kita sukai dan dari kualitas negatif orang yang tidak kita sukai. Oleh karenanya kita tidak mampu melihat perilaku positif maupun negatif. ♦ Melihat perilaku tertentu sebagai positif jika perilaku yang lain ditafsirkan sebagai positif (efek halo) atau sebaliknya f. Stereotyping Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotiping (stereotyping). Stereotipe spsiologis atau psikologis adalah citra yang melekat atas sekelompok orang. Kita semua mempunyai stereotipe tentang kelomMODUL PELATIHAN 57 pok bangsa. kelompok agama, kelompok ras, atau barangkali tentang kaum penjahat, kaum waria, atau guru. Hambatan Potensial Stereotipe dapat menimbulkan dua hambatan utama. Kecenderungan kita untuk mengelompokkan orang ke dalam kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang terutama sebagai anggoata kelas-kelas ini dapat membuat kita: ♦ Mempersepsikan orang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu dan, karenanya tidak mampu mengenali sifat multi aspek dari semua orang dan semua kelompok. ♦ Mengabaikan ciri khas yang dimilili seseorang dan karenanya tidak mampu menarik manfaat dari konstruibusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak dalam suatu interaksi Membuat Persepsi Lebih Akurat Efektifitas komunikasi dan hubungan bergantung sebagian besar pada keakuratan kita dalam mempersepsi suatu pesan yang muncul. Kita dapa meningkatkan akurasi kita dengan (1) menerapkan strategi untuk mengurangi ketidakpastian, dan (2) mengikuti beberapa pedoman atau prinsip yangh diusarankan. Strategi Untuk Mengurangi Ketidakpastian Asumsi umum yang digunakan disini adalah bahwa komunikasi merupakan proses bertahap (gradual) di mana orang saling mengurangi ketida kpastian tentang yang lain. Dengan tiap-tiap interaksi kita semakin mengenal pihak lain dan secara berangsur-angsur mulai mengenal orang itu pada tingkat yang lebih bermakna. 58 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Ada 3 strategi utama untuk mengurangoiketidakpastian : strategi pasif, aktif, dan interaktif. Strategi pasif, Bila kita mengamati orang lain tanpa orang itu sadar bahwa dia sedang kita amati. Yang paling bermanfaat dalam observasi pasif ini adalah mengamati seseorang dalam tugas aktif tertentu, misalnya dalam interaksinya dengan orang lain dalam situasi informal. Strategi Aktif, Bila kita secara aktif mencari informasi tentang seseorang dengan cara apapun selain berinteraksi dengan orang itu. Sebagai contoh, anda dapat bertanya kepada orang lain tentang orang itu (“Seperti apa rupanya?” “Apakah bekerja di luar?, dan sebagainya). Kita juga dapat memenipulasi lingkungan dengan cara tertentu sehingga dapat mengamati seseorang secara lebih spesifik dan jelas. Strategi interaktif, Bila kita sendiri berinteraksi dengan seseorang. Kita juga mendapatkan pengetahuan tentang orang lain dengan mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri. Pengungkapan-diri mencipatkan lingkungan yang santai mendorong pengungkapan dari orang lain yang ingin ebih kita kenal. Ketiga strategi ini bermanfaat untuk mengurangi ketidakpastian anda mengenai orang lain. Sayang nya banyak orag mnerasa bahwa mereka sudh cukup mengena; seseorang setelah menerapkan hanya startegoi pasif. Strategi aktif lebih bersifat megungkapkan, dan startegi interaktif lebih banyak labi mengunkapkannya.Menerapkan ketiga macam strategi ini akan membuat persepsi anda seakurat mungkin. MODUL PELATIHAN 59 Pedoman Untuk Meningkatkan Akurasi Persepsi Disamping menghindari hambatan-hambatan potensial; dalam beragai proses persepsi yang dikemukakan sebelumnya dan menerapkan ketiga strategi untuk mengurangi ketidakpastian, berikut ini beberapa saran yang akan membantu meningkatkan akurasi persepsi antarpribafdi anda. 1. Carilah berbagai petunjuk yang menunjuk ke arah yang sama. Makin banyak petunjuk perseptual yang menuju ke arah yag sama, makin besar kemungkinan kesimpulan anda benar.. 2. Berdasarkan pengamatan kita atas perilaku, rumuskan hipotesis. Ujilah hipotesis ini terhadap informasi dan bukti-bukti tambahan; jangan menarik kesimpulan yang nantinya akan kita coba konfirmasikan. 3. Perhatikan khususnya petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, petunjuk yang akan menolak hipotesis awal kita. Akan lebih mudah menerima yang mendukung hipotesis ketimbang menerima petunjuk yang menentangnya. 4. Jangan menarik kesimpulan sampai kita memiliki kesempatan untuk menproses beragam petunjuk. 5. Hindari membaca pikiran oirang lain. Kita hanya dapat membuat asumsi berdasarkan perilaku yang tampak. Motif, sikap, atau nilai seseorang tidak terbuka bagi inspeksi pihak luar. 6. Jangan menganggap orang lain seperti diri kita, berpikir seperti cara diri kita, atau bertindak seperti yang koita lakukan. Sadarilah keragaman dan keunikan manusia. 60 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 7. Waspadalah terhadap bias diri kita sendiri. Sebagi contoh, hanya menerima hal-hal positif pada diri oarang yang kita sukai dan hanya menerima hal-hal pelayanan negatif pada diri orang yang tidak kita sukai. E.Bahan Ajar Lobi Deskripsi Kegiatan dari lobi, setiap hari terjadi di lingkungan masyarakat, dikalangan pemerintahan, organisasi maupun perusahaan atau dunia bisnis. Mempelajari teknik lobi, merupakan bekal para kader wirausahawan untuk terjun di masyarakat, yang diharapkan mampu memberi manfaat secara langsung, ketika mereka harus berurusan dengan pemerintah, organisasi maupun perusahaan. Dalam membangun hubungan maupun apabila terjadi konflik. Pada sesi ini, peserta dilatih untuk memahami dan mendalami selukbeluk Lobi, pengertian, unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan melobi, penilain masyarakat terhadap lobi, kegunaan lobi bagi individu, organisasi dan bisnis. Teknik lobi Apa itu lobi ? Dalam kamus Inggeris - Indonesia yang disusun John. M. Echols dan Hassan Shadily, lobi diartikan : (1) Ruang masuk (gedung) (2) Mencoba mempengaruhi. Lobbyist diartikan : Seorang yang mencoba mempengaruhi pembuat undang-undang, dan lain-lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan lobi adalah: Ruang teras di dekat pintu masuk hotel (bioskop dan sebagainya), dilengkapi dengan berbagai perangkat meja kursi, yang berfungsi sebagai MODUL PELATIHAN 61 ruang duduk atau ruang tunggu. Melobi diartikan: Melakukan pendekatan secara tidak resmi. Pelobian diartikan: Bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu atau kelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah atau pemimpin politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat menguntungkan sejumlah orang. Pengertian lain menurut Tarsis Tarmuji. Lobi adalah sebuah (bentuk) pressure group yang mempraktekkan seni mendapatkan teman yang berguna dan mempengaruhi orang lain. Menurut A.B Susanto, salah seorang konsultan manajemen, yang dikutip oleh Zainal Abidin Partao (2006), “melobi” pada dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandangan positif terhadap topik lobi. Melalui definisi atau pengertian tadi dapat diketahui beberapa pokok pikiran, yang terlibat dalam kegiatan melobi, unsure-unsurnya, penilaian masyarakat serta manfaatnya bagi individu,organisasi dan bisnis. Lobi adalah aktivitas (komunikasi) yang dilakukan untuk mempengaruhi (meyakinkan) orang/ pihak lain, sehingga orang/pihak lain itu sekepentingan, sependapat dan seagenda dengan kita. Definisi Lobi dapat disusun sebagai “Suatu upaya pendekatan yang dilakukan oleh satu pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk memperoleh dukungan dari pihak lain yang dianggap memiliki 62 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pengaruh atau wewenang dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin dicapai”. Kegiatan lobby jika dikaitkan dengan komunikasi dapat dilihat dari proses komunikasi yang dimulai dari adanya ide atau kejadian. Berdasarkan ide atau kejadian tersebut selanjutnya komunikator mencoba menginterpretasikan serta merumuskan pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Setelah pesan berhasil dirumuskan, selanjutnya komunikator menyampaikan pesannya baik langsung maupun menggunakan saluran komunikasi kepada komunikan. Komunikan setelah menerima pesan tersebut berusaha menginterpretasikan pesan tersebut sesuai dengan persepsinya. Keduanya berusaha mencapai keselarasan, berusaha mencapai kesepakatan, mencari pemahaman yang sama terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator. Bila terjadi keselarasan atau kesepahaman, maka komunikan melakukan sesuatu sesuai kehendak komunikator. Pada saat komunikan melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak komunikator, maka tujuan komunikasi tercapai. Tujuan dalam komunikasi lobi lebih dominan tujuan komunikator, hal ini disebabkan komunikator sebelumnya telah menetapkan bahwa dia berkomunikasi dengan tujuan mempengaruhi komunikan sehingga komunikan mau membantu komunikator. Komunikan mengambil keputusan atau mengambil kebijakan yang dapat menguntungkan komunikator. Tujuan komunikan dalam memenuhi kehendak komunikator selain membantu komunikator tentu ada tujuan lain, yaitu agar dia memMODUL PELATIHAN 63 peroleh dukungan, memperoleh simpati dan sebagainya dari komunikan. Unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan melobi . 1. Kegiatan lobi melibatkan beberapa pihak: (a) Pihak pelobi, (b) Pihak yang di lobi 2. Sasaran pelobi, orang atau pihak yang dilobi, adalah para pembuat undangundang,pejabat pemerintah, pimpinan politik dan sejumlah tokoh lain yang memiliki kekuasaan atau pengaruh cukup besar 3. Kegiatan lobi dapat dilakukan individual ataupun berkelompok, dengan sasaran lobi juga bisa berupa individu berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintahan (=legislatif, eksekutif dan yudikatif) maupun lembaga/-organisasi nonpemerintah, perusahaan swasta. 4. Pelobi melakukan kegiatan lobinya dengan tujuan untuk mempengaruhi mereka yang menjadi sasaran lobi 5. Kegiatan lobi juga dimaksudkan untuk memperoleh teman yang berguna. Berguna bagi pelobi maupun organisasi/perusahaan tempat bergabung/-bekerja 6. Ada unsur pressure (tekanan) pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung. Ada yang mem-pressure (menekan), ada yang di pressure (ditekan) untuk memperoleh hal yang diinginkan dengan cara-cara yang halus. 7. Lobi adalah kegiatan yang bersifat informal atau tidak resmi. 8. Melihat asal katanya, lobi adalah ruang teras di dekat pintu masuk hotel, bioskop, namun lokasi tempat lobi berlangsung tidak selalu di tempat yang formal atau resmi. Dengan demikian, lokasi atau tempat lobi dilakukan bisa di kantor, di hotel, dan restoran. 64 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Penilaian masyarakat terhadap lobi. Keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan kerugian pada pihak lain. Menurut Zainal Abidin Partao, pihak lain itu adalah kompetitor, masyarakat ataupun mitra bisnis. Posisi profesi pelobi masih dipandang negatif bagi sebagian masyarakat kita. Di kalangan masyarakat umum, ada anggapan fungsi lobi hanya mewujudkan kepentingan pelobi, bukan untuk kepentingan masyarakat banyak Seperti pendapat Tarmudji (1993), sasaran pelobi pejabat pemerintah. Hal tersebut memungkinkan pejabat pemerintah melakukakan penyalahgunaan wewenang. Menguntungkan satu pihak dan mengalahkan kepentingan pihak lain. Apalagi jika si pelobi memiliki kemungkinan untuk memberikan suatu imbalan atau konpensasi tertentu pada pejabat pemerintah berupa sogokan fasilitas, kemudahan, kemewahan dan sebagainya agar keinginannya berhasil atau memperlancar jalan usahanya. Lobi bagi Individu dan Organisasi Ungkapan sebagai hasil pemeriksaan kepolisian terhadap para demonstran, juga menjadi makanan media massa. Sikap masyarakatpun bergeser terhadap lobi ini, berbagai hal-hal yang mengikuti kegiatan lobi bergeser. Kegiatan lobi yang professional, sekarang tidak hanya diikuti atau didukung segala asesori untuk keperluan sogok menyogok, dengan “uang suap” atau uang semir, atau pertemuan di hotel, mewah dengan wanita cantik penamping lobi. Meskipun asesori yabng tradisional ini juga masih dilakukan oleh segelintir individu yang melanggar etika, fasilitas pendukung lobi saat ini juga bergeser ke dalam wujud “abstrak”. Bukan lagi fasilitas MODUL PELATIHAN 65 mobil, uang sogokan dan lain-lain, kini seseorang telah membekali lobinya dengan “gambaran, peluang (opportunity), janji keuntungan, kepercayaan, dan bahkan segala sesuatu yang masih bersifat potensi atau belum nyata. Bagi orang yang di lobi, mereka mau menerimanya dengan keyakinan yang sama, yaitu lewat kerja sama dengan pelobi, ia mendapatkan peluang dan gambaran akan suatu keberhasilan.. Meskipun tidak memperoleh suatu benda berwujud materi (tangible) orang yang di lobi tetap mau menerima usulan, ajakan atau permintaan orang yang melobi. Jadi disini lobi sudah mengarah ke nilainilai yang positif. Ajakan untuk maju, meski untuk itu masih harus ada kerja keras lebih dulu, sudah langsung membawa kegiatan lobi kepada keberhasilan. Dalam dunia bisnis sekarang . ada pendapat yang mengatakan kesempatan datang hanya satu kali. Disini orang mengandalkan modal kepercayaan saja,. Kini fungsi lobi mendapatkan tempat yang semakin penting dalam organisasi maupun dunia bisnis, khususnya di Indonesia. Lobi bagi kalangan bisnis Bagi pebisnis merupakan suatu keharusan untuk menjalin hubungan dengan mitra kerja agar usahanya berjalan lancar dan saling menguntungkan. Bermitra dilakukan dengan pelanggang, pemasok , distributor ataupun pemegang otoritas kebijakan secara individu maupun secara kelompok dan kelembagaan. Meskipun demikian, mengadakan hubungan bisnis tidak bisa terjadi begitu saja. Bisnis membutuhkan kepercayaan satu sama lain. Kepercayaan ialah sesuatu yang harus diraih dan tak bisa datang begitu saja. Disinilah pentingnya lobi yang diartikan sebagai rang66 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama kaian upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari seluruh mitra bisnis. Lobi tidak saja berlaku bagi mitra bisnis, tetapi juga dilakukan dengan kompetitor sekalipun. Sebagai contoh dalam dunia telekomunikasi, PT Telkom (Persero) adalah kompetitor PT Indosat. Namun, untuk menyamakan persepsi atas regulasi yang dikeluarkan pemerintah, PT Indosat merasa perlu melobi PT Telkom khususnya menyangkut penggunaan frekwensi masing-masing dan penempatan serta pengaturan wilayah BTS (Base Transeiver Station). Dalam hubungan dengan dunia perbankan, misal kehadiran dunia perbankan bagi pebisnis adalah mutlak perlu. Untuk mengikuti perkembangan teknologi, misalnya perusahaan mutlak perlu terus-menerus melakukan peningkatan kualitas, peningkatan kapasitas produksi, dan penambahan berbagai feature (segi keistimewaan) pada produksinya sehingga loyalitas Customer-nya tetap terjaga. Untuk mengikuti perkembangan tersebut tentu dibutuhkan modal kerja yang tidak sedikit, selain menjaga hubungan dengan pihak perbankan, intensitas kegiatan lobi pun tetap harus terus dipertahankan. Sebagai contoh kasus, sebuah perusahaan tersebut harus mampu melobi dan mendapat kepercayaan dari kalangan perbankan untuk mendapat kucuran kredit, berapapun besar biaya yang dibutuhkan. Ketrampilan melobi semakin dirasakan penting mengingat tantangan organisasi dewasa ini yang makin berat.Teknik Loipmasi Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto (2003) mencatat tantangan yang dihadapi organisasi atau perusahaan dewasa ini ialah: ♦ Dinamika organisasi atau perusahaan semakin besar dan MODUL PELATIHAN 67 berkembang; ♦ Persaingan organisasi/perusahaan semakin ketat; ♦ Tuntutan, keinginan dan harapan publik / masyarakat terhadap pelayanan pemenuhan kebutuhan informasi semakin tinggi ; ♦ Publik / masyarakat semakin kritis dan tidak mau kepentingannya terganggu; ♦ Perkembangan teknologi komunikasi sangat luar biasa; ♦ Besarnya pengaruh opini publik, citra, sikap terhadap keadaan sosial, ekonomi, keberadaan dan stabilitas suatu perusahaan semakin besar; ♦ Media massa berpengaruh terhadap pembentukan opini publik / citra masyarakat terhadap suatu organisasi; ♦ Organisasi / perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa dukungan dan citra publik yang berkaitan dengan aktivitas dan perkembangan organisasi perusahaan tersebut. Seorang PR, terutama para manajer PR atau siapapun yang menjalankan fungsi komunikasi perusahaan memiliki tugas tanggung jawab yang sangat berat, karena itu mereka dituntut untuk memiliki beberapa persyaratan Para pengembang fungsi PR termasuk para komunikator perusahaan lain sebagaimana dikatakan Rosady Ruslan SH, MM (1998) harus mampu menjadi: ○ Creator : kreatif mencipta ide atau gagasan cemerlang ○ Conceptor :mempunyai kemampuan menyusun program ○ Mediator :mampu menyampaikan pesan dari organisasi ke khalayak 68 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ○ Problem Solver : mampu menyelesaikan masalah secara proaktif, inovatif, dinamis dan solutif. ○ Kemampuan yang harus di miliki atau dikuasai pengembang fungsi PR ialah mereka harus mampu menjalankan fungsi: ☼ Informan, intelejen dan radar manajemen < Fungsi manajemen membantu pimpinan dalam mengambil keputusan ☼ Peneliti. < Secara periodik mengadakan riset, sehingga kinerja organisasi khususnya di bidang informasi benar-benar terukur, ada evaluasi dan dapat dipertanggungjawabkan. ☼ Konsultan < PR layak berperan sebagai konsultan yang mampu memberikan masukan dan saran-saran positif yang membangun. ☼ Event organizer < Seorang PR mampu merancang sebuah event yang memiliki nilai berita atau memiliki nilai opublitas tinggi, sehingga mampu menghasilkan opini yang positif dan menguntungkan organisasi. ☼ Pengemban fungsi PR harus menguasai kemampuan melobi, berdiplomasi dan negosiasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan dengan berbagai pihak yang memiliki pengaruh di berbagai bidang kehidupan. Ketrampilan melobi semakin dirasakan penting mengingat tantangan organisasi dewasa ini yang semakin berat, hal ini senada dengan pendapat dari Soleh Soemirat dan Elvinaro yang dikutip oleh Abidin (2006). MODUL PELATIHAN 69 Dalam memahami komunikan dan untuk suksesnya komunikasi lobi, komunikator tidak saja harus memahami field of experience, frame of reference dan scope of expectationsnya juga harus mengetahui berbagai macam tipe kepribadian manusia. Tipe-tipe kepribadian ini selain mempengaruhi cara bersikap, cara berkomunikasi dan cara mewujudkan kebutuhan dan keinginan-keinginan, juga mempengaruhi cara komunikan serta orang yang berkomunikasi dengannya, berbicara, bersikap, dan mengambil keputusan. Terdapat empat (4) tipe kepribadian dasar manusia: a. Sanguinis : Manusia yang memiliki sifat-sifat yang terbuka, ceria dan optimis. Pemilik kepribadian ini tampak selalu ceria. Karena dalam benaknya ia selalu menginginkan kesenangan, selalu ramah kepada banyak orang, berorientasipada hubungan, jenaka, mudah bergaul, populer, artistik, emosional, terus terang dan penuh optimisme. b. Melankolis : Pemilik kepribadian ini memiliki ciri berupa sifat yang cenderung tertutup dan pesimis. Orientasi tindakan pemilik kepribadian ini adalah kesempurnaan. Dalam segala hal menginginkan kesempurnaan. Bersifat tertutup, namun berorientasi pada kewajiban. Memiliki jiwa artistik, namun emosional. Berorientasi pada citacita dan senang terhadap sesuatu yang teratur. c. Flegmatis : Pemilik kepribadian ini sangat menginginkan dan menjunjung tinggi kedamaian, tidak emosional, berkeinginan kuat dan berorientasi padahubungan. Tindakannya selalu didorong oleh tujuan. Hanya saja sifat pesimisnya cukup kuat. 70 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama d. Koleris: Pemilik kepribadian ini bersifat terbuka dan optimis. Mereka sangat menginginkan kekuasaan atau kontrol. Bila memiliki cita-cita maka keinginannya untuk meraih cita-cita tersebut begitu kuat dan tegas. Senang dengan keteraturan, tidak emosional, ramah pada semua orang, suka blakblakan, dan selalu optimis. Yang harus diperhitungkan oleh seorang pelobby yang baik adalah : 1. Pelobby harus menetapkan tujuan berdasarkan kekuatan yang sesungguhnya. 2. Pelobby harus dapat menilai tujuan dan kekuatan “lawan” dengan cermat 3. Pelobby harus menetapkan seberapa jauh tujuan yang berbeda itu bisa di cari titik komprominya 4. Pelobby harus menggunakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan Hal-hal mendasar yang harus dipersiapkan sebelum melakukan lobby adalah: 1. Pihak pelobby menyiapkan orang yang punya visi part of olution bukan orang yang jadi part of problem. 2. Pihak pelobby harus punya tujuan yang jelas, akurat dan ditopang dengan kekuatan yang memadai 3. Pihak pelobby harus memperhitungkan kondisi obyektif dan sudut pandanglawan 4. Pihak pelobby harus bersedia berkompromi dengan berbagai tingkatan target yang akan di raih . Lobby bisa dilakukan kalau “lawan” kita kira-kira seimbang atau lebih kuat. Kalau seimbang bisa jadi MODUL PELATIHAN 71 sama-sama akan rugi (hancur) dan ini jelas tidak dikehendaki oleh kedua belah pihak. Sedangkan jika lawan lebih kuat maka di cari agar kita bisa mengurangi kekalahan atau mencari titik temu sehingga tidak jadi konflik. Cara atau teknik lobby ada berbagai macam tergantung pada target yang ingin dicapai. Ada lobby dengan target menang (sehingga bisa jadi bohong atau bahkan licik), lobby dengan target win-win solution. Atau bisa juga dengan target agar tidak terlalu “memalukan” ketika akhirnya kalah. Masing-masing cara/gaya melobby tergantung pada kondisi obyektif di lapangan serta tergantung pada pihak lain yang kita lobby. Dalam logika da’wah kampus, lobby atau apa saja tetap harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf sekaligus dengan mauidhotil hasanah. Lobby penting artinya untuk mengukur tingkat kekuatan internal, citra yang ditangkap publik serta kredibilitas dan akuntabilitas di hadapan pihak lain. Lobby juga diperlukan untuk “memuluskan” berbagai proses yang sedang dilakukan.Lobby dilakukan bisa dengan berbagai cara, tergantung pada siapa dan dalam waktu seperti apa. Lobby bisa di mulai dengan “teknik mengambil hati” sampai dengan “teknik menutup urat nadi”. Keuntungan lobby adalah mempercepat proses birokrasi, memperpendek waktu penyelesaian masalah serta mengurangi resiko kerugian yang akan di terima. Kita butuh melakukan lobby, hal ini penting untuk memperluas pencapaian target dan tujuan yang hendak dicapai, semakin bagus lobby yang kita lakukan, maka semakin cepat dan luas target dan tujuan bisa di raih. Ketika 72 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melobby maka setiap argumentasi harus memiliki nalar yang kuat dan data yang akurat. Argumentasi disajikan dengan gaya komunikasi yang persuasif. Pada umumnya gaya komunikasi yang tegas. Oleh karena itu apabila ketika sedang melobby seseorang maka yang harus dipahami adalah ; 1. Pahami dan buatlah praduga ”kelas” 2. Tidak boleh berbicara terlalu cepat 3. Perhatikan bahasa tubuh, lakukan kontak mata, hindari postur/gerakan yang negatif 4. Sebaiknya menghindari istilah-istilah teknis 5. Berkonsentrasi pada pemahaman dalam komunikasi, bukan hanya pada kosakata yang digunakan. 6. Berkomunikasi secra jelas dan terbuka, jangan meninggalkan ruangan untuk menghindari interpretasi ganda. 7. Berhati-hati dengan aspek non verbal dari apa yang dikatakan, seperti nada bicara, tinggi-rendah suara, pengulangan dan stuttering yang dapat menandakan bahwa kita sedang gugup. 3.2Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha Deskripsi Terciptanya go spiritual company (Terciptanya sebuah perusahaan spiritual) akan berujung pada keberlangsungan perusahaan dan sustainable perusahaan, tengah menjadi trend. Bisnis, selama ini mempunyai stigma; sebuah organisasi profit oriented yang setiap aspek kegiatannya selalu mengutamakan perolehan keuntungan kini tengah bergeser, bertransformasi ke ranah spiritual. Hal tersebut dapat diMODUL PELATIHAN 73 buktikan dengan banyaknya perusahaan yang menerapkan standar spiritualitas dalam menjalankan bisnis.Demikian halnya Kita dengan mudah dapat menemukan buku2 yang menyinggung masalah spiritualitas dalam perusahaan, antara lain The Corporate Mystic karya Gay Hendricks dan Kate Ludeman, Spiritual Quotient karya Danah Johar dan Ian Marshall, The 8th Habit dari Stephen Covey, dan Megatrend 2010 buah tangan Patricia Aburdene. Selain berbicara mengenai falsafah, buku tersebut mengetengahkan praktik spiritualitas yang mengarah ke hubungan horizontal dapat diterapkan melalui berbagai cara. Terkait dengan upaya untuk mendorong berkembangnya kewirausahaan, melatih mentalitas calon dan pelaku wirausaha perlu dilakukan. Tujuan Peserta dapat memahami tentang pentingnya penempaan mentalitas kewirausahaan dan memiliki kesadaran spiritual yang tinggi sebagai landasan dalam setiap melakukan usaha atau proses bisnis. Pokok bahasan 1. Membangun kecerdasan emosi-spiritual 2. Quantum Bisnis dan Quantum Ikhlas 3. Olah nafas untuk Takholli (pengosongan pikiran), Takhalli (mengias pikiran dengan visualisasi kreatif) dan Tajalli (menghadirkan Allah dengan proses berserahdiri / tawakkal) Alat dan Bahan: Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. Metode b. Ceramah Singkat 74 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama c. Curah Pendapat Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah 1. Sesi dibuka dengan mengeksplorasi fakta dan cerita sukses berlandaskan spiritualitas. 2. Fasilitator menjelaskan pentingnya memahami Membangun kecerdasan emosi-spiritual dan Quantum Bisnis-Quantum Ikhlas 3. Fasilitator mengajak peserta berdiri dan melakukan olah nafas untuk Takholli (pengosongan pikiran), Takhalli (mengias pikiran dengan visualisasi kreatif) dan Tajalli (menghadirkan Allah dengan proses berserahdiri /tawakkal) 4. Fasilitator menyimpulkan praktek mengelola perubahan strategis. Bahan Ajar Pencarian terhadap spiritualitas terus tumbuh subur di tengah masyarakat. Menurut Aburdene (2006) dalam buku Megatrends 2010, pencarian atas spiritualitas adalah megatrend terbesar di masa sekarang ini. Jutaan orang telah mengundang spirit masuk ke dalam hidup mereka, melalui perkembangan pribadi, agama, meditasi, doa, ataupun yoga. Pencarian spiritual mengubah bentuk berbagai aktivitas, prioritas, pencarian kesenangan, dan pola-pola pembelanjaan masyarakat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi dan perkembangan dalam mengelola sumber daya manusia, diketahui bahwa kesuksesan seseorang bekerja bukan semata-mata didasarkan keterampilan MODUL PELATIHAN 75 dan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, tetapi didasarkan juga pada kecerdasan emosional (Emotional Quotient/ EQ). EQ memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kesuksesan sumber daya manusia baik secara individu maupun kelompok dalam menghadapi tantangan-tantangan globalisasi. Namun pada akhir abad keduapuluh, serangkaian data ilmiah terbaru yang sejauh ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya jenis kecerdasan ketiga yaitu kecerdasan spiritual (SQ). SQ memungkinkan manusia menjadi kreatif, dapat mengubah aturan dan situasi. SQ memberi kemampuan untuk membedakan, memberi kita rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasannya. Kecerdasan emosi-spiritual senantiasa berpusat pada prinsip atau kebenaran yang hakiki yang bersifat universal dan abadi. Ginanjar (2001) mengungkapkan beberapa tahapan yang digunakan membangun kecerdasan emosi-spiritual, yaitu: 1. Penjernihan emosi (Zero Mind Process); tahap ini merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari segala belenggu. Ada tujuh hal yang dapat membelenggu dan menutupi fitrah (God-Spot), yaitu: prasangka, prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, pembanding literatur. Tanpa disadari semua itu membuat manusia menjadi buta, sehingga tidak memiliki radar hati sebagai pembimbing. Manusia terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan dan kehancuran, dan pada akhirnya 76 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengakibatkan kegagalan. 2. Membangun mental (Mental Building); berkenaan dengan pembentukan alam berpikir dan emosi secara sistematis berdasarkan Rukun Iman. Pada bagian ini diharapkan akan tercipta format berpikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri, serta sesuai dengan hati nurani terdalam dari diri manusia. Di sini akan terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi-spiritual sesuai dengan fitrah manusia, yang mencakup enam prinsip: a. Star Principle (prinsip bintang); terkait dengan rasa aman, kepercayaan diri, intuisi, integritas, kebijaksanaan dan motivasi yang tinggi, yang dibangun dengan landasan iman kepada Allah SWT. b. Angel Principle (prinsip malaikat); yakni keteladanan malaikat, antara lain mencakup loyalitas, integritas, komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, suka menolong dan saling percaya. c. Leadership Principle (prinsip kepemimpinan); setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri untuk mengarahkan hidupnya. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik disyaratkan melampaui lima tangga kepemimpinan (Ginanjar, 2001), yaitu pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya, pemimpin yang menjadi pembimbing, pemimpn yang berkepribadian, dan menjadi pemimpin yang abadi. Dengan demikian pemimpin sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain sehingga ia pun dicintai, memiliki integritas yang kuat sehingga dipercaya pengikutnya, selalu membimbing dan mengajarkan kepada MODUL PELATIHAN 77 pengikutnya, memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten, dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan atas suara hati yang fitrah. d. Learning Principle (prinsip pembelajaran); mencakup kebiasaan membaca buku, membaca situasi, kebiasaan berpikir kritis, kebiasaan mengevaluasi, menyempurnakan dan memiliki pedoman. Manusia diberi kelebihan akal untuk berpikir, dan firman Tuhan yang pertama adalah berupa perintah membaca e. (Iqra’). Umat manusia diperintahkan untuk membaca apa saja selama bacaan tersebut bermanfaat untuk kemanusiaan. Membaca merupakan awal mulanya ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keberhasilan manusia. f. Vision Principle (prinsip masa depan); yakni selalu berorientasi pada tujuan akhir dalam setiap langkah yang ditempuh, setiap langkah tersebut dilakukan secara optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial dengan kesadaran akan adanya “Hari Kemudian,” memiliki kepastian akan masa depan dan memiliki ketenangan batin yang tinggi, yang tercipta oleh adanya keyakinan akan “Hari Pembalasan.” g. Well Organized Principle (prinsip keteraturan); selalu berorientasi pada manajemen yang teratur, disiplin, sistematis dan integratif. Perusahaan yang berhasil umumnya memiliki keteraturan manajemen yang baik, di samping diawali dengan misi dan visi yang jelas. Setiap bagian organisasi harus menyadari adanya saling keterkaitan satu dengan yang lain dalam kesatuan misi dan visi. Setiap orang harus memiliki 78 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama perasaan yang sama bahwa mereka mempunyai tugas suci di dalam perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. 3. Ketangguhan pribadi (Personal Strength); merupakan langkah pengasahan hati yang telah terbentuk, yang dilakukan secara berurutan dan sangat sistematis berdasarkan Rukun Islam, yang terdiri atas: a. Mission Statement; penetapan misi melalui syahadat yakni membangun misi kehidupan, membulatkan tekad, membangun visi, menciptakan wawasan, transformasi visi, dan komitmen total. b. Character Building; pembangunan karakter melalui shalat, yang merupakan relaksasi, membangun kekuatan afirmasi, meningkatkan ESQ, membangun pengalaman positif, pembangkit dan penyeimbang energi batiniah dan pengasahan prinsip. c. Self Contolling; pengendalian diri melalui puasa guna meraih kemerdekaan sejati, memelihara fitrah, mengendalikan suasana hati, meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologis, serta pengendalian prinsip. d. Ketangguhan sosial (Social Strength); merupakan suatu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan aliansi, atau sinergi dengan orang lain, serta lingkungan sosialnya. Hal ini merupakan suatu perwujudan tanggung jawab sosial seorang manusia yang telah memiliki ketangguhan pribadi, yang dapat diperoleh melalui hal-hal berikut: e. Collaboration Strategy; sinergi melalui zakat, hal ini dapat membangun landasan kooperatif, investasi MODUL PELATIHAN 79 kepercayaan, komitmen, kredibilitas, keterbukaan, empati dan kompromi. f. Tatal Action; aplikasi total melalui haji, yang dalam hal ini haji memiliki landasan zero mind (melalui ihram), meningkatkan pengasahan komitmen dan integritas (melalui thawaf), pengasahan Adversity Quotient (AQ) yakni kecerdasan seseorang untuk mengatasi kesulitan dan sanggup bertahan hidup atau tidak berputus asa (melalui sa’i), evaluasi dan visualisasi (melalui wukuf), mampu menghadapi tantangan (dengan melontar jumrah) serta melakukan sinergi (dengan berjama’ah haji). 3.3. Manajemen Perubahan Deskripsi Berubah bukan karena yang lama ‘buruk’ atau’salah’ tetapi yang lama sudah tidak relevan, tidak kontekstual, Berubah supaya tidak menjadi korban perubahan. Berubah untuk ‘memegang kendali ‘ dalam proses perubahan. Memahami dan berkemampuan untuk mengelola perubahan penting untuk mencapai tujuan strategis organisasi sosial dan bisnis. Tujuan Peserta dapat memahami tentang manajemen perubahan; pengertian, tujuan, manfaat perubahan dan mampu mengidentifikasi proses perubahan strategis dilingkungannya. Pokok bahasan Pengertian pengertian, tujuan, manfaat perubahan dan mampu mengidentifikasi proses perubahan strategis 80 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Alat dan Bahan: Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. Metode a. Ceramah Singkat b. Curah Pendapat a. Praktek Manajemen perubahan strategis Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah 1. Sesi dibuka dengan mengeksplorasi perubahan strategis yang tengah terjadi 2. Fasilitator menjelaskan manajemen perubahan. 3. Fasilitator kelompok membagi pentingnya peserta kedalam memahami beberapa 4. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktek mengelola perubahan strategis (dengan penjelasan telampir dalam lampiran tugas/game) 5. Fasilitator menyimpulkan praktek mengelola perubahan strategis. Tugas ♦ Bagi peserta kedalam 4 kelompok (kelompok sosial, ekonomi, politik dan teknologi) ♦ Minta peserta untuk menganilisis perubahan strategis yang tengah terjadi dilingkungan politik, sosial, ekonomi, dan teknologi. ♦ Minta menuliskan dalam bentuk diagram masalah MODUL PELATIHAN 81 ♦ Minta peserta merencanakan tahapan perubahan sebagai respon situasi. ♦ Ajak peserta untuk menyimpulkan kegiatan yang dilakukan. Bahan Ajar Manajemen Perubahan Pengertian Perubahan Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut Tujuan dan Manfaat Perubahan Perubahan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan dibidang pelayanan kesehatan adalah peningkatan kesadaran pasen akan pelayanan yang berkualitas Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael Hammer dan James Champy menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer, competition, dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan perubahan menjadi konstan. Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari 82 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama perubahan tersebut mengarah pada titik positif. Tipe Perubahan Perubahan terdiri dari 3 tipe yang berbeda, dimana setiap tipe memerlukan strategi manajemen perubahan yang berbeda pula. Tiga macam perubahan tersebut adalah: (1) Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan dan dibangun melalui proses organisasi; (2) Perubahan Peningkatan, yang mencakup keuntungan atau nilai yang telah dicapai organisasi; (3) Perubahan Inovatif, yang mencakup cara bagaimana organisasi memberikan pelayanannya. Tidak ada satupun pendekatan yang sesuai untuk Manajemen Perubahan. Metoda-metoda yang digunakan untuk komunikasi, kepemimpinan, dan koordinasi kegiatan harus disesuaikan dalam menemukan kebutuhan masingmasing situasi perubahan. Tahapan Perubahan Suatu perubahan terjadi melalui tahap-tahapnya. Pertamatama adanya dorongan dari dalam (dorongan internal), kemudian ada dorongan dari luar (dorongan eksternal). Untuk manajemen perubahan perlu diketahui adanya tahapan perubahan. Tahap-tahap manajemen perubahan ada empat, yaitu: Tahap 1, yang merupakan tahap identifikasi perubahan, diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan. Tahap 2, adalah tahap perencanaan perubahan. Pada tahap MODUL PELATIHAN 83 ini harus dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik. Tahap 3, merupakan tahap implementasi perubahan dimana terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu dilakukan monitoring perubahan. Tahap 4, adalah tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluaasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang diinginkan berikutnya. Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang yang terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit untuk merubahnya dan membutuhkan waktu yang lama. Jika pimpinan manajemen perubahan mengetahui emosi normal yang dicapai, ini akan lebih mudah untuk memahami dan menghandel emosi secara benar. Gambar berikut ini menunjukkan kejelasan komponen tersebut. 84 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama MODUL PELATIHAN 85 Masalah dalam perubahan Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa 86 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya. Mengapa perubahan ditolak ? Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu penolakan yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasional. Resistensi Individual Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan. Kebiasaan . Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja, dan pulang pukul 4 sore. Istirahat, nonton TV, dan tidur pukul 10 malam. Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri, yaitu penolakan. Rasa Aman Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai. Faktor Ekonomi Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah MODUL PELATIHAN 87 soal menurun-nya pendapatan. Pegawai menolak konsep 5 hari kerja karena akan kehilangan upah lembur. Takut Akan Sesuatu Yang Tidak Diketahui Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keraguraguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan. Persepsi Persepsicara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Persepsi Persepsi cara pandang individu terhadap duniaPada sekitarnya. Cara pandang in Cara pandang ini mempengaruhi sikap. awalnya mempengaruhi sikap. Pada awalnya program berencana banyak ditola program keluarga berencana banyak ditolakkeluarga oleh masyarakat, oleh masyarakat, karena banyak yang memandang program ini bertentanga karena banyak yang memandang program ini bertentangan dengan ajaran ajaran agama, menimbulkan sikap sikap negatif.negatif. dengan agama,sehingga sehingga menimbulkan Kebiasaan Rasa Aman Faktor Ekonomi Resistensi Individual Ketidakpastian Persepsi Resistensi Organisasional Resistensi Organisasional Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara doktrin perubahan. Misalnya saja, organisasi pendidikan yang mengenal-kan aktif mereka menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi keterbukaan dalam menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang pendidikan yang mengenal-kan doktrin keterbukaan dalam paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan di sekolah-sekolah menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun yang 88 lalu, atau bahkan Begitu pula sebagian besar bisnis. Terdapat Kerjasama ANTARAlebih. Kementerian Pembangunan Daerahorganisasi Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama enam sumber penolakan atas perubahan. Inersia Struktural paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi bisnis. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan. Inersia Struktural Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasil- kan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu. Fokus Perubahan Berdampak Luas Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian dubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar. Inersia Kelompok Kerja Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi kita setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma serikat kerja, maka dukungan individual menjadi lemah. Ancaman Terhadap Keakhlian Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru gambar. Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang Telah MODUL PELATIHAN 89 Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru gambar. Mapan. Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang Telah Mapan. Mengintroduksi Mengintroduksi sistem sistem pengambilan pengambilan keputusan keputusan partisipatif partisipatif seringkali bis seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingk para penyelia dan manajer tingkat menengah. menengah. Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah mereka. Apakah perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kerjanya?. kelompok kerjanya?. Inersia Struktural Dampak Luas Perubahan Inersia Kelompok Resistensi Organisasional Ancaman Keahlian ancaman Kekuasaan Ancaman Alokasi Sumberdaya Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai unt dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan mengatasi resistensi perubahan 1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya. 2. Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator 90 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan motivator. Biarkan mengambil keputusan anggota organisasi yang 3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan. 4. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka 5. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan. 6. Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan. Pendekatan dalam Manajemen Perubahan Organisasi Pendekatan klasik yang dikemukaan oleh Kurt Lewin mencakup tiga langkah. Pertama : UNFREEZING the status quo, lalu MOVEMENT to the new state, dan ketiga REFREEZING the new change to make it pemanent. Kalau digambarkan modelnya menjadi seperti di bawah ini. MODUL PELATIHAN 91 Restraining Forces Desire State REFREEZING MOVEMENT Status Quo UNFREEZING Driving Forces Time Selama proses perubahan terjadi terdapat kekuatan-kekuatan yang mendukung Selama proses perubahan terjadi terdapat kekuatan-kekuatan dan yang menolak . Melalui strategi yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, kekuatan yangpendukung mendukung dan yang menolak . Melalui strategi akan semakin banyak dan kekuatan penolak akan semakin sedikit. : Upaya-upaya dari kelompok yangUnfreezing dikemukakan olehuntuk Kurtmengatasi Lewin,tekanan-tekanan kekuatan pendukung penentang dan pendukung perubahan. Status quo dicairkan, biasanya kondisi yang akansekarang semakin banyak dan kekuatan penolak akan semakin berlangsung (status quo) diguncang sehingga orang merasa kurang sedikit. nyaman. Movement : Secara bertahap (step by step) tapi pasti, perubahan dilakukan. Unfreezing : Upaya-upaya untuk mengatasi tekanan-tekanan Jumlah penentang perubahan berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk perubahan harus segera dirasakan. darimencapainya, kelompokhasil-hasil penentang dan pendukung perubahan. Status Refreezing : Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturanquo dicairkan, biasanya kondisi yang sekarang berlangsung aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru (status quo) diguncang sehingga orang merasa sedangkan kurang lainnya. Jika berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang, jumlah pendudung makin bertambah. nyaman. Movement : Secara bertahap (step by step) tapi pasti, 73 perubahan dilakukan. Jumlah penentang perubahan berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk mencapainya, hasil-hasil perubahan harus segera dirasakan. Refreezing : Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru lainnya. 92 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Jika berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang, sedangkan jumlah pendudung makin bertambah. 3.4.Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan Motivasi Berwirausaha Deskripsi Suatu keahlian, dalam mengarahkan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus 6ercapai tujuan organisasi. (Edwin B Flippo). Motivasi secara umum didefinisikan sebagai inisiasi & pengarahan tingkah laku & pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku (Morle J. Moskowits). Keinginan yg terdapat pada diri seseorang individu yg merangsangnya utk melakukan tindakan 2. (GR. Terry). Untuk mewujudkan kesuksesan individu dan organisasi dibutuhkan motivasi tinggi. Oleh karenanya motivasi sangat penting untuk di internalisasi pada sumberdaya organisasi. Tujuan 1. Termotivasinya peserta untuk berprestasi dan mengembangkan usaha 2. Pemahaman teoritis tentang motivasi berprestasi dan motivasi kewirausahaan. Pokok bahasan 1. Pengertian motivasi, teori kepuasan, motivasi berprestasi 2. Pengertian kewirausahaan, Hakekat Kewirausahaan, makna kewirausahaan dan motif berprestasi kewirausahaan MODUL PELATIHAN 93 Alat dan Bahan: Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. Metode a. Ceramah Singkat b. Curah Pendapat Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah ♦ Sesi dibuka dengan mengeksplorasi prestasiprestasi nasional dan Internasional serta kisah sukses kewirausahaan. ♦ Fasilitator menjelaskan pentingnya memahami teori motivasi berprestasi dan motivasi berwirausaha. ♦ Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta. ♦ Fasilitator menyimpulkan diskusi. Bahan Ajar A. Bahan Ajar Motivasi Berprestasi Pengertian Motivasi Motivasi, dapat didefinisikan sebagai proses yang terjadi di dalam diri, yang menciptakan tujuan dan memberikan energi bagi perilaku seseorang (Kimble, et al, 1984). Motif merupakan dorongan bertindak untuk memenuhi suatu kebu-tuhan, dirasakan sebagai kemauan, keinginan, yang kemudian terwu-jud dalam bentuk perilaku nyata. Secara garis besar, teori motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,yaitu: 1) Teori Kepuasan (Maslow, Herzberg dan MC Celland ); 2) Teori Proses (Vroom) 94 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Gibson,et al, 1982). Teori Kepuasan 1. Maslow Teori Maslow (teori hierarki kebutuhan) sering digunakan untuk meramalkan perilaku orang dalam kelompok atau organisasi, dan ba-gaimana memanipulasi atau membentuk perilaku tersebut dengan cara memenuhi kebutuhannya, meskipun Maslow sendiri tidak pernah ber-maksud untuk meramalkan perilaku. Ia hanya bertolak dari dua asumsi dasar, yaitu: a. Manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk berkem­ bang dan maju; Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok terlebih dahulu sebelum berusaha memenuhi kebutuhan lainnya, artinya kebutuhan yang lebih mendasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan tambahan yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku seseorang. Yang penting dari pemikiran Maslow ini adalah: kebutuhan yang telah dipenuhi (sebagian atau keseluruhan) akan berhenti daya motivasinya, kemudian motivasinya berpindah ke upaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih tinggi. Pemahaman tentang adanya hubungan yang erat antara perilaku dan kebutuhan, seperti telah diuraikan dalam teori perilaku sebelumnya, adalah penting, paling tidak untuk dapat menciptakan kepuasan atau mengurangi ketidakpuasan individu anggota kelompok. Melalui pengamatan terhadap perilaku anggota kelompok dan dikaitkan dengan tingkat kebutuhannya, maka dapat dilakukan tindakan tertentu MODUL PELATIHAN 95 tingkat kebutuhannya, maka dapat dilakukan tindakan tertentu oleh oleh anggota lainnya atau oleh pimpinan kelompok dalam anggota lainnya atau oleh pimpinan kelompok dalam rangka membentuk rangka mem­bentuk sebuah kelompok yang solid. sebuah kelompok yang solid. Hierarki Kebutuhan Maslow transcendental aktualisasi diri kebutuhan kebutuhan kognitif kebutuhan penghargaan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (sense of belonging) kebutuhan keselamatan & keamanan kepuasan kebutuhan biologis/fisiologis kebutuhan *) Benson N.C and Grove S: Psychology for Beginners,1998 (modified) Herzberg Herzberg Teori Hezberg (teori dua faktor tentang motivasi), yaitu: a. Faktor yang Hezberg membuat orang merasa tidak puas (dissatisfiers-factor); Teori (teori dua faktor tentang motivasi), Serangkaian kondisi ekstrinsik, terkondisi oleh faktor eksternal, yaitu kondisi yaitu: pekerjaan yang diharapkan, yang apabila kondisi ini tidak tersedia membuat orang merasa puas, tapi bila kondisi tidak akan memotivasi a. Faktor yangtidakmembuat orangini tersedia merasa tidak puas orang untuk bekerja lebih baik. Kondisi yang dianggap “seharusnya tersedia” (dissatisfiers-factor); seperti ini disebut juga faktor-kesehatan (hygiene-factors), karena faktor tersebut 96 ekstrinsik, terkondisi oleh Serangkaian merupakan kondisi persyaratan minimum untuk terbebas dari rasa tidak puas, faktor seperti: upah minimum, rasa aman dalam bekerja, suasana kerja yang menyenangkan, eksternal, yaitu kondisi pekerjaan yang diharapkan, status yang jelas, prosedur yang jelas, mutu pengawasan tehnis yang kontinyu, yang apabila kondisi ini tidak tersedia membuat orang suasana hubungan antar manusia yang menyenangkan. merasa tidak puas, tapi bila kondisi ini tersedia tidak akan 76 memotivasi orang untuk beker­ja lebih baik. Kondisi yang dianggap “seharusnya tersedia” seperti ini disebut juga faktor‑kesehatan (hygiene‑factors), karena faktor tersebut merupakan persyaratan minimum untuk terbebas dari rasa tidak puas, seperti: upah minimum, rasa aman dalam bekerja, Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama suasana kerja yang menyenangkan, status yang jelas, prosedur yang jelas, mutu pengawasan tehnis yang kontinyu, suasana hubungan antar manusia yang menyenangkan. b. Faktor yang membuat orang merasa puas (satisfiers‑ factor). Serangkaian kondisi intrinsik, terkondisi oleh faktor internal seseorang, yaitu suatu kondisi pekerjaan, yang apabila tersedia akan mendorong motivasi kerja, dan selanjutnya akan lebih meningkatkan produktivitas kerja, tapi apabila tidak tersedia, tidak akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan atau sampai merusak situasi kerja, seperti: kesempatan untuk mencapai prestasi kerja yang terbaik (achievement), pengakuan atas prestasi yang dicapai (recognition), pemberian tanggung‑jawab penuh atas tugas yang diberikan (responsibility), kesempatan untuk terus mencapai kemajuan dalam pekerjaan (advancement), kesempatan untuk terus berkembang dalam karier (growth), kesesuaian jenis pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki (work). Skema dua faktor motivasi yang dikemukakan Herzberg, serta diagram persentase pengaruh faktor hygiene dan motivator terhadap derajat kepuasan dan motivasi individu, dapat dilihat dalam bagan dibawah ini: MODUL PELATIHAN 97 Skema dua faktor motivasi yang dikemukakan Herzberg, serta diagram persentase pengaruh faktor hygiene dan motivator terhadap derajat kepuasan dan motivasi individu, dapat dilihat dalam bagan dibawah ini: Hygiene Motivators Kebijakan Organisasi dan administrasi Prestasi kerja Pengawasan/Supervisi Penghargaaan/Pengakuan Hubungan dengan lingkungan kerja, atasan, selevel dan bawahan Kesesuaian jenis Pekerjaan Kondisi Kerja Tanggung-jawab Penghasilan (gaji) Kemajuan (promosi) Kehidupan pribadi, status, keamanan Pertumbuhan Semua faktor-2 diatas memberikan kontribusi kepada Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja Kepuasan kerja Ketidak-puasan kerja Hygiene 19 69 31 Motivator 100% 80% 60% 40% 20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% ♦ Faktor hygiene menyumbang 69% terhadap ketidakpuasan kerja dan faktor motivator menyumbang 31% terhadap kepuasan kerja, ♦ Faktor motivator menyumbang 81%, faktor hygiene menyumbang 19%. ♦ Implikasi dari hasil penelitian Herzberg ini menunjukkan bahwa upaya pemenuhan terhadap faktor hygiene, seperti kebijakan dan sistem organisasi yang baik, supervisi terus menerus, hubungan personal yang baik, gaji yang memadai, status dan keamanan kerja, belum sepenuhnya 98 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 77 menjamin tercapainya kepuasan, kalau tidak di-barengi dengan pemenuhan faktor motivator, seperti kesempatan berprestasi dan bertumbuh kembang, penghargaan atas prestasi kerja yang dicapai, pemberian tugas yang cocok, pelimpahan tanggung-jawab yang penuh. 3. Teori McClelland Teori McClelland (teori motivasi yang berhubungan erat dengan proses belajar). ♦ Ia mengemukakan bahwa kebutuhan individu merupakan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan kebudayaannya. ♦ Orang yang tidak pernah melihat dan mendengar tentang televisi, tidak akan pernah membutuhkan televisi, dan tak akan pernah termotivasi untuk memiliki televisi. ♦ Oleh karena itu motivasi, yang bersumber dari adanya upaya untuk memenuhi kebutuhan, merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan diajarkan. ♦ Diantara begitu banyak kebutuhan manusia McClelland membahas tiga jenis kebutuhan saja, yaitu: 1. n‑Ach (need for achievement), yaitu kebutuhan individu akan prestasi; 2. n‑Aff (need for affiliation), yaitu kebutuhan individu akan afiliasi (pertemanan); 3. n‑Pow (need for power), yaitu kebutuhan individu akan kekuasaan. ♦ Tinggi atau rendahnya tingkat kebutuhan seseorang akan menentukan kuat atau lemahnya moti­vasinya untuk mencapai tujuan tersebut. MODUL PELATIHAN 99 ♦ Mereka yang mempunyai n‑Ach tinggi lebih senang menetap­kan sendiri tujuan hasil kerja yang akan dica­ pai, dengan mengukur batas kemampuannya sen­diri, membutuhkan umpan balik yang cepat terlihat, kerja yang efisien serta bertanggung‑jawab terhadap pemecahan masalah yang ada. C. Teori Proses ♦ Teori Proses mengenai motivasi berusaha menjawab pertanyaan tentang bagaimana menguatkan (energize), mengarahkan (direct), memelihara (maintain) dan menghentikan (stop) perilaku individu (Gibson et al, 1982). i. Vroom (1964) mengemukakan adanya dua tingkatan hasil dalam se-tiap pekerjaan, dimana: hasil tingkat pertama berupa produk dari perilaku, sedangkan hasil tingkat kedua berupa peristiwa yang ditim­bulkan oleh atau sebagai dampak dari hasil ting­kat pertama, misalnya bila seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik (hasil tingkat pertama/produk perilaku), ia akan menerima promosi kenaikan pangkat atau tambahan bonus (hasil tingkat ke dua/dampak dari hasil tingkat pertama) ♦ Menurut Vroom, ada tiga konsep penting mengenai hubungan antara hasil tingkat pertama dan kedua, yaitu: 1. Pertautan (instrumentality), dimana individu mempersepsikan bahwa hasil ting­kat kedua sangat terkait dengan hasil tingkat pertama, artinya tanpa hasil tingkat pertama tidak mungkin terjadinya hasil tingkat kedua; 100 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2. Valensi (valence), dimana individu dalam memu­ tuskan pilihan mempertimbangkan sekaligus hubungan antara hasil tingkat pertama dan hasil tingkat kedua, misalnya kalau saya memilih bekerja dengan prestasi kerja tinggi, saya akan mendapat promosi kenaikan jabatan atau bonus; 3. Harapan (expect­ancy), dimana individu dalam memutuskan pilihannya disertai dengan harapan bahwa hasil tingkat pertama akan memberikan dampak yang lebih baik bagi hasil tingkat kedua. Dengan memahami proses timbulnya motivasi yang terjadi dalam diri individu, kita dapat memanipulasi perilaku orang untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi (need for achievement = n-Ach) adalah suatu dorongan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk meraih hasil atau prestasi tertentu. Motivasi ini ditandai dengan adanya dorongan untuk berusaha keras mencapai prestasi (kinerja), bekerja dengan lebih baik, lebih efisien, dapat lebih cepat dari yang sudah – sudah / sebelumnya. Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses berkaitan dengan perilaku ‘produktif dan selalu memperhatikan / menjaga ‘kualitas’ produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatanhambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih. MODUL PELATIHAN 101 Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak building block ketahanan individu dalam menghadapi tantangan hidup sehingga mencapai kesuksesan. Weiner (1985) seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa hal-hal yang menyebabkan kegagalan atau kesuksesan adalah : (1) usaha, (2) kemampuan. (3) orang lain, (4) emosi, (5) tingkat kesulitan tugas, dan (6) keberuntungan. Berkaitan dengan usaha dan kemampuan, Bendura (1992) mengemukakan bahwa bila seseorang memiliki rasa yang kuat tentang kemampuan dirinya (self efficacy), maka akan mendesak usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dari pada orang yang memiliki keraguan diri akan kemampuannya. Adanya perasaan mampu (untuk berprestasi) yang dimiliki oleh seseorang, akan memberikan kontribusi yang sangat besar pada aspek percaya diri, yaitu bahwa ia akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk dapat mencapai suatu prestasi tertentu. Setiap manusia mempunyai tingkat kesulitan dan hambatan yang berbeda dalam mencapai apa yang diinginkan. Secara umum kesulitan dan hambatan yang dihadapi manusia terdiri dari : (1) kesulitan masyarakat, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, misal : krisis ekonomi; (2) kesulitan di tempat tinggal / kerja / sekolah, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang di kalangan terbatas, misal : kebijakan pimpinan kantor; (3) kesulitan individu, yaitu : kesulitan yang muncul sebagai akibat mengalirnya kesulitan masyarakat dan kesulitan di 102 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tempat kerja, misal : sulit mencari pekerjaan. Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent); dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya. Mc.Cleland berpendapat bahwa pada intinya setiap manusia mempunyai 3 jenis motivasi sosial, yaitu : (1) motivasi berprestasi; (2) motivasi untuk berkuasa; dan (3) motivasi untuk berafiliasi. Dua dari ke-tiga motivasi tersebut obyeknya adalah berkaitan dengan manusia lain yang ada di lingkungannya, kecuali motivasi berprestasi yang berpijak pada dirinya sendiri. Untuk dapat membangun motivasi berprestasi, maka perlu mengetahui siapa dirinya dalam hubungannya dengan orang lain dimana mereka terlibat. Motivasi, meskipun merupakan variabel yang penting dari prestasi / keberhasilan, bukanlah satu-satunya faktor. Sebagaimana dikemukakan diatas terdapat variabelvariabel lain seperti : usaha, kemampuan, emosi, orang lain dan keberuntungan. Pokok bahasan dalam makalah ini mencakup: (1) motivasi dan pengembangan karier; (2) konsep diri; (3) kemampuan diri dan berfikir kreatif; (4) pengembangan dan analisis diri; (5) Motivasi Berprestasi kaitannya dengan Bela Negara. Hasil penelitian Mc Cleland menunjukkan bahwa orangorang yang berprestasi (berhasil dengan predikat unggul) mempunyai profil / karakteristik antara lain: (1) Pada umumnya menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit, mereka sebenamya lebih memilih tujuan yang moderat yang menurut mereka akan dapat diwujudkan atau diraih; MODUL PELATIHAN 103 (2) Lebih menyukai umpan balik langsung dan dapat diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi; (3) Menyukai tanggung jawab pada pemecahan masalah. Orang-orang yang memiliki profil/karakteristik sebagaimana tersebut diatas tidak terlalu peduli atau menghiraukan orang lain. Baginya yang panting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi dengan predikat unggul dibandingkan dengan yang lain. Keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu yang lebih baik dari yang lain adalah merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga ia akan terdorong untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Kerangka berpikir orang-orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah bagaimana usaha/perjuangan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu prestasi yang unggul. Motivasi berprestasi bukan dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari, dilatih, ditingkatkan dan dikembangkan. Melalui langkah – langkah sebagai berikut : 1. Tetapkan Tujuan (goal setting). Tanamkan sugesti dan keyakinan bahwa seseorang itu dapat berubah dan memang harus selalu berubah menuju titik optimum. Buatlah target dan tujuan misalnya dalam waktu seminggu ini prestasi kita harus tambah 5%. 2. Belajar Menggunakan Bahasa Prestasi. Mulai dari cara berpikir, bercakap, bertindak dan menanggapi sesuatu mencerminkan suasana etos kerja keras untuk berprestasi. 3. Belajar Sendiri (Otodidak). 104 Mereka berupaya menganalisis dirinya. Adakah perilaku, kebiasaan dan cara berpikir yang kurang Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menguntungkan. 4. Memanfaatkan motivasi. Dorongan dapat dibangun dari dalam diri (Self motivation). Demikian juga dorongan dari luar dapat dimanfaatkan misalnya dukungan emosional dan rasional dari orang – orang terdekat. B. Bahan Ajar Motivasi Kewirausahaan Pada dasarnya kewirausahaan merupakan suatu disiplin Ilmu Yg Mempelajari Tentang Nilai, Kemampuan, Dan Perilaku Seseorang Dalam Menghadapi Tantangan Hidup Untuk Memperoleh Peluang Dengan Berbagai Risiko Yang Mungkin Dihadapinya. Dalam konteks bisnis seperti yang telah dikemukakan oleh Thomas w.Zimmerer (1996) bahwa: ” Entrepreneurship is the result of a diciplined, systematic process of applying creativity and innovations to needs and opportunities in the marketplace “ Hakikat Kewirausahaan. Pada dasarnya hakikat kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri2 yang melekat pada seseorangyang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Jadi inti kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dalam konteks manajemen wirausah adalah seseorang yangmemiliki kemampuan dalam menggunakan sumberdaya (money, materials, man, teknologi/machine, untuk menghasilkan suatu bisnis baru, produk baru, proses produksi ataupun pengembangan organisasi usaha. Sekaligus mempunyai kombinasi elemen2 (unsur2) internal yang mencakup MODUL PELATIHAN 105 kombinasi visi, motivasi,komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Edi Swasono (1978) berkenaan dengan aspek bisnis, wirausaha adalah pengusaha tetapi tidak semua pengusaha adalah wira usaha Menurut Norman M.Scarborough dan Thomas W.Zimmerer (1993) wirausaha adalah: ” An entrepeneur is one who creates a new budiness in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opprtunities” Sedangkan menurut Dan Steinhoff dan John F.Burgess (1933) wirausaha adalah: “ Aperson who organizes, manages,and assumes the risk of abusiness or enterprise is an entrepreneur. Entrepreneur is individual who risk financial,material and human resources a new way to create a new business concept or opportunities within an existing firm” Dari pengertian diatas seolah-olah kewirausahaan identik dengan kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha (bisnis). Padahal kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau cirri pengusaha semata, Karenna sifat ini dimiliki juga oleh yang bukan pengusaha. Menurut Schumpeter wirausaha merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktek. Jadi inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan baru dalam perekonomian. Kemungkinan baru tsb. mencakup : 1. Memperkenalkan produk baru atau kwalitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen. 106 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2. Melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara baru untuk menangani suatu produk agar lebih mendatangkan keuntungan. 3. Membuka pasar baru yaitu pasar yang belum pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan. 4. Pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi ataupun sumber yang masih harus dikembangkan. 5. Pelaksanaan organisasi baru Kewirausahaan muncul bila mengembangkan usaha dan ide nya. seseorang berani Proses kewirausahaan mencakup semua fungsi aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh karenanya wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk mencapai peluang tsb. (Bygrave, 1995). Sementara itu menurut Meredith (1996), berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan sumberdaya. Dengan demikian berwirausaha merupakan merupakan suatu pekerjaan atau karir yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, membuat keputusan2 dan tindakan2 untuk meraih tujuan. Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumberdaya yang diperlukan dan bertindak untuk meraih keuntungan dari peluang tsb. Jadi esensi kewirausahaan adalah menciptakan added value di pasar melalui proses kombinasi antara sumberdaya dengan cara2 baru yang berbeda agar dapat memperoleh MODUL PELATIHAN 107 competitive advantage. Adapun cara2 tsb. meliputi : 1. Developing new technology 2. Discovering new knowledge 3. Improving existing goos or services 4. Finding different ways of providing more goods and services with fewer resources. Dalam pada itu secara mendasar jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, tantangan dan menghendaki kemajuan. Makna KE W I R A U S A H A A N bisa diartikan sebagaimana berikut ini: K Kreatif, ketrampilan, Kepemimpinan, Ketidakpastian Pengusaha baik laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan atau pengetahuan yang memungkinkan mereka untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas. Kebanyakan mereka yang berjiwa kewirausahaan mempunyai pengetahuan yang cukup, sikap dan ketrampilan praktis untuk memimpin, berani dan mampu untuk menghadapi ketidakpastian serta memiliki kreatifitas yang tinggi dengan memanfaatkan perubahan yang terjadi serta sumber daya yang mampu dikelola. E Energi, Empati, Etika Bekerja keras dengan cara yang pintar, adalah kunci dalam kewirausahaan. Banyak kekuatan mental dan fisik dibutuhkan untuk dapat menghadapi semua tantangan yang terlibat dalam memperoleh solusi bagi masalah dan untuk berhasil menyelesaikan suatu usaha. Untuk meningkatkan kekuatan, anda perlu merangsang otak dan semua indra 108 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama - penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa sehingga semua siap dalam mengenali apa yang perlu dilakukan dalam situasi yang berbeda disamping itu sikap ber-empathi degan etika yang baik juga mampu memberikan rangsangan kepada kita untuk mempu menyelesaikan masalah orang lain. Dalam rangka menjalankan kegiatan tersebut Anda perlu sehat dan fit secara fisik, dan ini bisa dicapai dengan diet yang sesuai dan latihan fisik. W Wawasan Luas Wawasan yang luas terhadap segala sesuatu yang pernah diketahui dan atau dialami dalam kehidupan sehari-hari atau dengan memahami pengalaman orang lain, dapat dijadikan sebagai salah satu sumber berpikir untuk menyelesaikan masalah melalui penciptaan hal-hal yang lebih bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. I Ide, Inovasi, Imbalan, Inisiatif Kemampuan untuk menerapkan ide-ide baru yang memungkinkan Anda mejalankan aktivitas secara berbeda adalah tanda lain mereka yang berjiwa kewirausahaan. Melalui inisiatif, imajinasi, intuisi dan pengetahuan individu, Anda akan dapat mengubah sesuatu atau menemukan jalan untuk mengakomodasi situasi yang baru. Apapun yang Anda hadapi. Informasi mengenai isu dan bidang yang berbeda adalah masukan yang penting untuk menjadi inovatif. Maka, laki-laki dan perempuan yang mau berusaha memberi nilai yang besar pada informasi dan mereka selalu awas dan senantiasa melakukan penelitian. R Rencana Supaya dapat melihat gambar keseluruhan dari usaha dalam pengertian mengapa harus didirikan, apa yang MODUL PELATIHAN 109 harus dilakukan, bagaimana dapat diselesaikan, siapa yang akan melakukannya dan kapan akan selesai, adalah perlu untuk membuat rencana tertulis. Rencana tertulis dapat menjelaskan situasi dan membantu membuat keputusan apakah akan melibatkan diri dalam kegiatan yang berakibat suatu usaha dimulai atau tidak. Dalam hal usaha bisnis, perencanaan akan memberi indikasi apakah akan terjadi keuntungan atau kerugian. A Adil Seorang pengusaha perlu memiliki sifat adil dalam arti sempit mampu menjaga perlakuan diri terhadap pekerja atau orang lain sehubungan dengan hak dan kewajiban baik pada saat berinteraksi langsung maupun tidak langsung dengan pengusaha U Ulet Keputusan untuk mengambil langkah dan memulai usaha atau melakukan kegiatan harus dibuat. Semua laki-laki dan perempuan yang mau berusaha membuat keputusan ini hanya setelah mereka melakukan sejumlah penelitian, sehingga pada akhirnya mereka biasanya dapat mencapai hasil sukses dan mendapatkan keuntungan. Anda selalu harus mengambil langkah pertama, karena hal ini menandai perbedaan antara yang berjiwa kewirausahaan dan mereka yang tidak. Sukses dimulai dari keputusan untuk memulai bergerak ke arah yang benar dan yang kita inginkan. S Supel, Sabar, Senang Pengembangan kepribadian seseorang untuk mampu berinteraksi dengan orang lain salah satu sifat yang harus dimiliki adalah mampu berinteraksi dan memposisikan dirinya dalam lingkungan dan kondisi yang sedang 110 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama berlangsung. Sabar dan tidak keberatan dan dengan senang hati untuk mendengarkan pendapat orang lain, akan mampu memberikan banyak peluang usaha dan relasi di kemudian hari. A Antusias Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi ketika mencoba untuk mendirikan suatu usaha. Perempuan menghadapi tantangan yang spesifik, beberapa diantaranya negatif dan tidak berpihak. Untuk mewujudkan usaha yang akan memberi keuntungan yang Anda harapkan, kemampuan untuk tetap berada di jalur yang digariskan meskipun terdapat banyak tantangan di sepanjang jalan adalah penting. Kesabaran, ketehunan dan kepercayaan diri adalah beberapa sikap yang harus Anda terapkan untuk bertahan terhadap tantangan mental dan fisik yang akan Anda hadapi. H Hasil (laba), Hadiah Anda yakin bahwa untuk mencapai penghargaan yang memuaskan dari pekerjaan, Anda perlu mengerjakan dan menyelesaikan tugas secara baik dan tepat waktu dengan penuh harapan dan target. Efisiensi, keefektifan dan pengaturan waktu adalah aspek penting yang membuat anda dapat menyelesaikan pekerjaan. Kemampuan untuk berfokus pada hasil kerja membantu Anda untuk berkonsentrasi pada apapun yang Anda ingin lakukan. A Asa Anda mempunyai motivasi untuk mencapai kesuksesan dan melakukan semua kegiatan Anda. Sikap dan ketajaman persepsi Anda memungkinkan Anda bekerja untuk mendapat hasil yang diharapkan setiap kali Anda berniat MODUL PELATIHAN 111 melakukan sesuatu. Pendekatan ini membuat Anda bekerja lebih keras daripada orang lain. A Akal Sehat Akal sehat sangat penting bagi seorang pengusaha untuk selalu berpikir positif kepada orang lain, disamping agar mampu melakukan prediksi dan perencanaan yang realistis sehingga kerugian dapat dihindarkan. N Norma Salah satu syarat seorang pengusaha dapat menjalankan kegiatan usahanya adalah apabila mereka mengetahui norma/ aturan/kebiasaan dan mampu untuk tidak melanggarnya. Dalam pengertian formal, norma dapat dikatakan sebagai hukum yang harus dipahami oleh seorang pengusaha terkait dengan apa yang boleh dan bisa dikerjakan dan hal-hal apa yang seharusnya dihindari. M Scarborough dan Thomas W Zimmerer (1993) mengemukakan 8 karakteristik: 1. Desire or responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukannya. Seseorang yang punya tanggung jawab akan selalu mawas diri. 2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat. 3. Confidence in their ability to success ,yaitu percaya atas kemampuan diri untuk berhasil. 4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera. 5. High level of energy, yaitu memilikisemangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. 112 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 6. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan. 7. Skill at organizing, yaitu memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumberdaya untuk menciptakan nilai tambah. 8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang. Pada gambar berikut ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing2 (model sistem nilai wirausaha) : 1. Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri2nya pengmbil risiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengutamakan materi. 2. Yang berorientasi kemajuan tapi bukan materi, wirausaha yang demikian ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positif dan kreativitas. 3. Yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan yang sudah ada, misal dalam perhitungan usaha dengan kira2 sering menghadap ke arah tertentu (aliran fengsui) supaya berhasil. 4. Yang berorientasi pada non materi, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan, wirausaha model demikian ini biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung dengan menggunakan metafisika, paham etnosentris dan taat pada tata cara leluhur. Victor Vroom dalam teori ”Expectancy theory” menyatakan bahwa ” The strength of tendency to act in a certain way depend on the strength of an expentation that an act will be followed by a given out come and other actractivness of that outcome to the individual” (kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung pada MODUL PELATIHAN 113 3. Yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan yang sudah ada, misal dalam perhitungan usaha dengan kira2 sering menghadap ke arah tertentu (aliran fengsui) supaya berhasil. 4. Yang berorientasi pada non materi, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan, wirausaha model demikian ini biasanya tergantung pada pengalaman, kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakanannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang). Dalam tata cara leluhur. ini dalam ada 3teori variabel yang saling berhubungan, yaitu : Victorhal Vroom ”Expectancy theory” menyatakan bahwa ” The berhitung dengan menggunakan metafisika, paham etnosentris dan taat pada strength of tendency to act in a certain way depend on the strength of an 1. Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari expentation that an act will be followed by a given out come and other pekerjaan actractivness of that outcome to the individual” (kecenderungan yang kuat untukPerformeance bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung pada kekuatan harapan 2. –reward linkage, yaitu hubungan imbalan yg yang akan dihasilkan dari tindakanannya dan ketertarikan lain yang diperoleh dengan kinerja dihasilkan bagi seseorang). Dalam hal ini ada 3 variabel yang saling 3. Effort performance likage, yaitu hubungan antara usaha berhubungan, yaitu : 1. Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan dan kinerja yang dihasilkan. 2. Performeance –reward linkage, yaitu hubungan imbalan yg diperoleh Jadi dalam teori ini ada 3 prinsip, yaitu 2 = Jml valensi yg melekat pada Perolehan tkt antara kedua. Effort performance likage, yaitu hubungan usaha dan kinerja yang dengan kinerja 3. dihasilkan. Jadi dalam teori ini ada 3 prinsp yaitu : Jadi dalam teori ini ada 3 prinsip, yaitu : 1. P = f ( M x A ) P = prestasi (performance) 2. M = f ( V1 x E ) M = motivation 3. V1 = f ( V2 x I ) A = ability V 1 = valensi tingkat I E = expectancy I = instrumental V2 = Jml valensi yg melekat pada 88 Perolehan tkt kedua. 14 Motif berprestasi kewirausahaan. 114 Kerjasama Kementerian Tertinggal Seseorang ANTARA memilki minat berwirausahaPembangunan karena ada motifDaerah tertentu yaitu motif Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama berprestasi (ACHIEVEMENT MOTIVE). Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menenkankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi Jadi faktor dasarnya adalah kebutuhab yang Motif berprestasi kewirausahaan. Seseorang memilki minat berwirausaha karena ada motif tertentu yaitu motif berprestasi (ACHIEVEMENT MOTIVE). Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menenkankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi Jadi faktor dasarnya adalah kebutuhab yang harus dipenuhi. Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow, yg kemudian oleh Clayton dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Existence needs ( physiological + security needs dari Maslow) 2. Relatedness needs (Social & esteem needs dari Maslow) 3. Growth needs (esteem needs & self actualization needs dari Maslow) Adapun David McClelland mengelompokan needs menjadi : 1. Need for achievement (N ’ Ach) 2. Need for power (N ‘ Pow) 3. Need for affiliation. (N ‘ Aff) Kebutuhan berprestasi terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu lebih baik & lebih efisien dari sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi (N ‘ Ach inggi) mempunyai ciri : (1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan problem yang ada pada dirinya. (2) Selalu perlu umpan balik yang segera untuk evaluasi sukses/ gagal. (3) Berani hadapi risiko dengan penuh perhitungan MODUL PELATIHAN 115 (4) Punya tanggung jawab personal yang tinggi (5) Suka tantangan. Kebutuhan akan kekuasaan (N’ Pow, merupakan hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan dan menguasai orang lain. Ciri umumnya is senang bersaing, berorientasi pada status dan cenderung ingin menguasai orang lain. Kebutuhan berafiliasi (N ’ Aff) merupakan hasrat untuk untuk diterima dan disukai oleh prang lain, dengan demikian lebih menyukai persahabatan, suka bekerja sama daripada persaingan dan saling pengertian. Menurut Stephen P Robbins, kebutuhan kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini. 3.5 Membangun Deskripsi Kerja Tim dan Manajemen Konflik Karena berbagai kemajuan teknologi, kompetisi global, dan ketahanan ekonomi dalam masyarakat yang kompleks, banyak jabatan menuntut adanya kolaborasi di antara manusia lintas departemen atau lintas keakhlian. Intinya, pikiran orang banyak akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun sebuah tim adalah suatu proses memilih, mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih sebuah kelompok kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup memotivasi anggota-anggota agar merasa bangga dalam melaksanakan tugas kelompoknya. Pembangun tim (team builder) harus mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil, tepat waktu, dsb.) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompok (adil, tidak konflik, dsb.) Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta ketrampilan, sebuah tim seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang individu. - “A 116 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama team is a group organized to work together to accomplish a set of objectives that cannot be achieved effectively by individuals” - Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang relatif permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Tim yang relatif permanen biasanya dinamakan “natural team work”, sedangkan yang temporer banyak disebut sebagai “a cross-functional action team” – biasanya terdiri dari orang-orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk tim yang dianggap paling maju adalah “self-directed”, karenanya tim semacam ini kurang memerlukan pengawasan, dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Agar tim bisa bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas, banyak organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah satu aspek dari pengembangan organisasi. Selain untuk membangun tim yang solid, untuk meraih sukses dibutuhkan kemampuan untuk mengelola konflik agar mampu mendinamisir situasi, dalam meraih sukses. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pentingnya tim kerja dalam organisasi sosial dan bisnis 2. Membentuk tim kerja yang harmonis di organisasi sosial dan bisnis 3. Mengetahui dan memahami majemen konflik. Pokok bahasan a. Definisi Membangun Tim, Karakteristik Kelompok Keja dan Manfaat Membangun Tim b. Definisi dan tahapan mengelola konflik. MODUL PELATIHAN 117 Alat Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. Metode a. Ceramah Singkat b. Curah Pendapat c. Praktek menyusun manajemen Team Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah 1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang pentingnya team yang solid untuk mencapai kesuksesan organisasi. 2. Fasilitator menjelaskan tahapan penyusunan team yang solid. 3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta. 4. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok dan untuk mempraktekkan menyusun team. 5. Fasilitator menyimpulkan sesi. Bahan Ajar A. Bahan Ajar Manajemen Tim Pengertian Team building adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar untuk mengembangkan kerja kelompok dalam suatu organisasi. Ahli-ahli ilmu sosial menyebut kelompok adalah suatu kumpulan orang yang terdiri dari dua atau lebih yang berinteraksi dengan stabil dan diantara mereka mempunyai tujuan yang sama serta menganggap kelompok itu sebagai kelompoknya sendiri (merasa memiliki). Walaupun tak dapat disangkal bahwa ada 118 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama beberapa kegiatan/aktifitas yang mungkin lebih efisien bila dikerjakan oleh perseorangan, namun banyak sekali masalah yang bersifat terlalu luas dan terlalu kompleks untuk ditangani oleh satu orang. Dalam hal ini kerja team pada manajemen dapat memberikan hasil akhir yang lebih efektif dibanding dengan kerja perorangan. Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan atar pribadi relatif tajam dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang dikategorikan ke dalam suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan suatu proyek belum menjamin bahwa mereka bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan. Secara spesifik, membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktivitas. Semangat : Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik Saling percaya : Rasa saling percaya antar sesama anggota merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu bekerja secara efektif. Kedekatan : Kedekatan antar anggota merupakan perasaan yang mampu menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiap anggotanya. Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan lebih produktif. Komunikasi : Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua MODUL PELATIHAN 119 anggota harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang ada, dan secara bersama menghadapi masalah. “Poor communication means no team” Produktivitas : Tim seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang tidak mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi sumber daya, ketrampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan. Proses Membangun Tim Tidak ada satu cara khusus yang dipakai untuk membangun sebuah tim. Tujuan untuk membangun tim yang bersemangat, memiliki kedekatan, saling percaya, dan produktif dapat dilakukan dengan banyak cara. Apapun caranya, hal yang penting diingat adalah tim itu sendiri harus mengembangkan kemampuan mengidentifikasikan persoalan kerja mereka dan sekaligus juga memecahkannya. Lima tahap atau langkah yang umumnya dilakukan dalam membangun sebuah tim diuraikan di bawah ini. Langkah I . Membentuk Struktur Tim Setiap tim harus bekerja dengan suatu struktur yang memadai agar berdaya menangani isu-isu berat dan memecahkan persoalan-persoalan yang rumit. Walau struktur bisa berbeda antara perusahaan satu dengan lainnya, namun komponen yang umumnya ada meliputi : ♦ Tim Pengarah, yang terdiri atas manajer-manajer tingkat atas, pimpinan serikat kerja (kalau ada), manajer lini, penyelia, pimpinan tim, dan orang-orang penting lainnya. Seperti seorang pilot, kelompok tersebut menetapkan seperangkat tindakan dan berperan sebagai nara sumber dan pemberi umpan balik atas kegiatan tim 120 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ♦ Perancang Tim, merupakan tim lintas sektoral yang mencakup anggota-anggota dari semua jenjang dan fungsi dalam organisasi. Anggotanya terdiri atas para penyelia dan para manajer. ♦ Pemimpin, merupakan unsur penting bagi keberhasilan tim. Pemilihan pemimpin merupakan faktor penting, mereka harus yang bergaya partisipatif. Pemimpin tipe X kurang tepat untuk diminta sebagai pemimpin tim. ♦ Rapat-rapat, merupakan aktivitas yang terpenting. Agenda ini harus difasilitasi dan dilakukan relatif sering. Pimpinan harus dilatih untuk mengelola proses rapat dan proses terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain mencakup perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola jalannya rapat, mendistribusikan notulen rapat, mengatur bahan dan waktu rapat. Saat rapat berlangsung pimpinan rapat harus mampu meningkatkan partisipasi semua anggota untuk mengeluarkan gagasannya, mengatasi pertentangan akibat adanya perbedaan pendapat, menangani anggotaanggota yang “sulit”, dan menciptakan suasana rapat yang dinamis. ♦ Proses konsultasi. Kehadiran pihak ketiga dalam upaya membimbing, mengajar, membantu menyelesaikan konflik, kadang sangat diperlukan. Karena sesungguhnya mereka bukan anggota tim, konsultan dapat memberikan tantangan bagi anggota tim. Mereka bisa lebih obyektif dan bisa lebih bebas bekerja dan berpendapat ketika membantu tim. Konsultan juga bisa membantu membangun aturan-aturan dan cara-cara kerja. Mereka bisa diminta untuk mendidik anggota tim dalam menggunakan peralatan, metode kerja, dan memecahkan masalah agar tim bisa lebih produktif. MODUL PELATIHAN 121 Langkah II : Mengumpulkan informasi Membangun tim harus dimulai dengan penilaian diri anggota kelompok (self-assesment), untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota. Pengembangan tim dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari survai tentang sikap, wawancara dengan anggota tim, dan pengamatan atas diskusi-diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah hal, antara lain iklim komunikasi, rasa saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin, pencapaian konsensus, dan nilai kelompok. Langkah III : Membicarakan Kebutuhan Informasi yang diperoleh dalam langkah II harus dirangkum dan diumpan-balikan kepada anggota tim. Tim harus mendiskusikannya secara terbuka, dan mencoba menginterpretasikannya. Melalui proses ini akan ditemukan sejumlah kebutuhan ; kekuatan yang ada harus dicoba dipertahankan dan dikembangkan sedangkan kelemahan harus segera diatasi. Proses ini bisa berlangsung dalam beberapa kali pertemuan guna menemukan hal-hal yang memang sangat dibutuhkan. Proses ini sangat penting dalam upaya untuk menetapkan sendiri tujuan tim. Melalui pemahaman atas kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tim sudah dalam kondisi siaga untuk mendiagnosis masalah dan menemukan jalan keluarnya. Langkah IV : Merencanakan sasaran dan menetapkan cara pencapaiannya. Begitu isu-isu diklarifikasikan, tim harus menetapkan tujuan dan misinya, serta menetapkan prioritas kegiatan. “Perhaps most importantly, a team must have a shared sense of mission. Whether we are talking about a temporary work improvement team, or branch, all members must share the sense of mission” 122 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hal yang paling utama dilakukan oleh tim adalah bekerja pada isu yang oleh anggota dianggap paling penting. Dengan agenda yang ditetapkan sendiri, tim akan lebih komit pada proses pelaksanaan dan pengembangannya. Kelompok harus mengembangkan skedul tentatif dan rencana tindakan guna mencapai tujuan. Konsultan akan sangat membantu dengan cara memberikan saran-saran tentang teknik atau kegiatan yang mungkin dilakukan dalam upaya mencapai tujuan. Pengembang organisasi atau spesialis pelatihan harus mengetahui jenis-jenis latihan, film, modul-modul, atau studi kasus, guna membantu kelompok agar bisa mengembangkan ketrampilan yang diperlukan bagi efektivitas kerja tim. Langkah V : Mengembangkan Ketrampilan Sebagian besar proses “pembangunan tim” akan memusatkan kegiatannya pada pengembangan ketrampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim yang berkinerja tinggi. Seperti halnya para atlit olah raga, setiap anggota tim harus belajar bermain, bergerak, dan mempraktekan ketrampilan mereka. Beberapa jenis ketrampilan yang sangat diperlukan dalam membangun tim yang baik adalah : 1. Kesadaran untuk mengembangkan kelompok. Harus disadari oleh semua anggota tim bahwa kemajuan suatu tim dilakukan melalui tahapan-tahapan yang bisa diprediksi, yaitu fase orientasi, fase evaluasi, dan fase kontrol. Fase orientasi ditandai oleh adanya ragu-raguan para anggota kelompok akan peran mereka. Mereka kurang memahami apa yang harus mereka lakukan selaku anggota tim. Pada fase evaluasi, anggota cenderung meng- alami konflik yang disebabkan oleh kekurang-setujuan mereka terhadap caracara penyelesaian tugas. Dalam fase ini kelompok bisa terpecah-pecah dalam beberapa koalisi. Dalam fase kontrol, MODUL PELATIHAN 123 kelompok kembali bersatu, karena mereka mulai memahami satu sama lainnya. Apa yang terjadi di atas merupakan gejala normal yang banyak terjadi. Faktor kepemimpinan merupakan hal yang paling krusial dalam hal ini. Jika pimpinannya baik maka ketiga fase tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tim dapat segera bisa berfungsi. 2. Klarifikasi Peran Bahkan ketika tim sudah mulai bekerja, kadang mereka masih bingung tentang apa yang harus mereka lakukan, dan juga siapa yang harus melakukannya. Dalam upaya mencapai tugas-tugas kelompok, setiap anggota harus memahami peran mereka masing-masing. Mereka harus tahu dengan baik apa yang harus mereka kerjakan dan juga batas-batas kewenangannya. “Team members must know what others expect from them. Ambiguity in role expectations produces stress and hampers performance” Uraian jabatan formal seringkali tidak sesuai dengan harapan masing-masing anggota, oleh karena itu pembagian peran sebaiknya dibicarakan bersama. Dalam diskusi ini harus dibahas misi kelompok, kepada siapa kelompok harus melaporkan hasil kerjanya?, kewenangan apa yang dipunyai kelompok?, siapa yang menentukan pimpinan mereka?, apakah anggota kelompok setuju pada pembagian pekerjaan?, dan apakah peran masing-masing anggota kelompok tidak bertentangan atau tumpang tindih satu sama lainnya?. Seperti hanya dengan anggota tim olahraga, kelompok kerja memerlukan pengetahuan tentang apa yang dimainkan oleh dirinya dan diri anggota lainnya. Berdiskusi dengan tujuan menjernihkan atau mengklarifikasikan peran masing-masing 124 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama anggota merupakan agenda penting untuk memulai kerja dalam tim. 3. Pemecahan Masalah. Memahami bagaimana menggunakan teknik-teknik pemecahan masalah merupakan hal penting yang menunjang keberhasilan kerja tim. Setiap anggota tim harus bisa berpartisipasi menggunakan beberapa cara dasar dalam memecahkan masalah di bawah ini : ♦ Diagram Pareto, menggambarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh tim. Setiap “bar” menunjukan tingkat seringnya masalah tertentu muncul, atau biaya yang diakibatkan oleh adanya masalah. Tim harus berupaya untuk memecahkan masalah yang sering muncul atau yang dampaknya paling merugikan. ♦ Diagram Alur Kerja, menggambarkan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan mulai dari awal sampai dengan akhir. Dengan mempelajari diagram tersebut setiap anggota dapat membayangkan proses kerja tim secara keseluruhan. ♦ Diagram Sebab-Akibat, biasanya juga disebut dengan nama diagram “tulang ikan”. Di dalamnya tertera masalah utama dan secara berurutan hal-hal lain yang diperirakan sebagai penyebab munculnya masalah. ♦ “Brainstorming”, setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengembangkan gagasan-gagasan sebebas dan sebanyak mungkin. Setiap gagasan dituliskan dalam “flip-chart”. Anggota tidak diperkenankan untuk “membunuh” gagasan segila apapun. Melalui cara ini diharapkan muncul pemikiran kreatif guna pemecahan masalah. MODUL PELATIHAN 125 ♦ Rencana tindakan, memungkinkan apa yang telah diputuskan untuk segera dilaksanakan. Peran dan tanggungjawab diberikan, Laporan diperlukan. Biasanya temuan-temuan dan rencana tindakan disajikan di hadapan manajemen atau panitia pengarah untuk memperoleh persetujuan, atau sebagai informasi dan komunikasi. ♦ Bagan pertanggung-jawaban menggambarkan kegiatankegiatan, waktunya, tekniknya, dan orang yang melaksanakannya. Adanya bagan ini semua anggota tim mengetahui secara rinci keseluruhan proses kegiatan yang sedang berlangsung. Pelatihan yang komprehensif, diikuti oleh pelatihan individual, membantu anggota tim menerapkan alat-alat di atas dengan benar. Setiap orang harus bekerja dan senantiasa memperbaiki ketrampilannya. Bangsa Jepang menyebutnya “Kaizen”. 4. Konsensus dalam mengambil keputusan. Sebagian besar keputusan di tempat kerja dibuat oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Konsensus terjadi manakala semua anggota mengatakan : “Saya sepakat dengan keputusan itu, walau tidak 100% setuju, namun saya sangat mendukungnya”. Konsensus berbeda dengan demokratis. Keputusan yang diambil secara demokratis mengandalkan pada suara terbanyak, artinya masih ada anggota tim yang tidak setuju, yaitu minoritas. Pihak yang tidak setuju biasanya tidak sungguh-sungguh bersedia melaksanakan hasil keputusan. Dalam teknik pengambilan keputusan melalui konsensus yang sebenarnya, keputusan diambil setelah semua anggota setuju. Melalui penambahan waktu dan kesabaran, setiap anggota mengemukakan 126 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama secara panjang lebar pendapatnya sehingga semua pihak mengerti. Konsensus tidak hanya merupakan cara terbaik dalam pengambilan keputusan, namun juga berpotensi memunculkan komitmen tinggi pada diri setiap anggota tim untuk melaksanakannya. Kualitas keputusan melalui consensus memang sangat baik, sehingga memudahkan pelaksanaannya karena semua yang mengambil keputusan sepakat atas apa yang telah diputuskan. Pengambilan keputusan secara konsensus tidaklah mudah, oleh karena itu setiap anggota perlu memperoleh latihan guna memiliki ketrampilan yang diperlukan. Studi kasus yang diikuti oleh analisis kelompok merupakan salah satu bentuk pelatihan. Di sini akan terlihat beberapa perilaku : “Apakah anggota kelompok mendengar-kan gagasan-gagasan secara obyektif?”, “Apakah setiap anggota kelompok telah diberikan kesempatan bicara secara memadai?” ”Apakah ada pihak yang mendominasi?”, “Apakah kelompok mampu memecahkan pertentangan?”. Pengambilan keputusan secara consensus harus dilakukan secara sistematis dan sabar. Tidak perlu tergesa-gesa. Apabila kelompok mencapai konsensus, tim akan dapat bekerja secara maksimal. 5. Mengatasi konflik Bukan hal yang aneh jika suatu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang berbeda latar belakang, berpotensi memunculkan konflik. Jika tim gagal menangani konflik dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan. Dengan dikembangkannya ketrampilan mengelola konflik, maka walaupun terjadi konflik, tim masih memperoleh manfaat daripadanya. Pandangan yang saling bertentangan satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan menciptakan suatu keputusan yang lebih baik. MODUL PELATIHAN 127 Sebuah tim dapat mengembangkan kapasitas menangani konflik melalui berbagai cara, misalnya diskusi terbuka tentang konflik itu sendiri atau melalui diskusi yang tangguh yang penuh perdebatan dan skeptisme. Permainan peran (role playing), dan latihan-latihan membantu tim mengembangkan komunikasi terbuka yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik secara produktif. Tim yang berkinerja tinggi antara lain dicirikan dengan adanya anggota-anggota yang kritis, namun masih saling menghargai satu sama lainnya. 6. Evaluasi hasil Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim harus mengevaluasi hasil kegiatannya guna mengetahui keberhasilan atau pun kegagalannya. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa kasus, hasil dari adanya tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria baku produktivitas atau keluaran. Jika setelah dibentuknya tim, produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka dapat dikatakan tim tersebut efektif. Kesalahan yang makin berkurang, biaya produksi makin kecil, tingkat turnover menurun, adalah beberapa tanda bahwa tim bekerja secara efektif. Pemasok dan juga pelanggan yang menggunakan jasa tim harus pula dijadikan sumber informasi keberhasilan atau kegagalan tim. Watch Out For Team Destroyers! ♦ Jealously Iri karena anggota lain memiliki kelebihan dan menonjol ♦ Cynicism Cenderung bersifat negatif terhadap banyak hal ♦ Lack of confidence Kurang percaya atas dirinya sendiri, jika pendapatnya 128 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ditentang, dianggap menentang dirinya Ciri-Ciri Tim Yang Berkinerja Tinggi 1. Seluruh anggota mempunyai tekad menyelesaikan tujuan atau misi yang dikembangkannya. 2. Tim bekerja dalam lingkungan yang anggotanya saling terbuka dan percaya satu sama lainnya. 3. Seluruh anggota merasa memiliki tim, dan secara sukarela mereka berpartisipasi di dalamnya. 4. Anggota terdiri atas orang dengan pengalaman, gagasan, pandangan, yang berbeda, dan perbedaan ini dihargai. 5. Semua anggota tim secara terus menerus belajar dan memperbaiki dirinya. Hal ini membantu meningkatkan kemampuan tim dalam memecahkan persoalan. 6. Semua anggota tim mengerti peranan dan tanggungjawabnya, saling menghargai satu sama lainnya. 7. Keputusan diambil berdasarkan konsensus 8. Setiap anggota tim berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan saling mendengarkan satu sama lainnya secara obyektif dan penuh kesabaran. 9. Tim dapat menangani konflik tanpa harus memunculkan permusuhan. 10. Pimpinan tim, apakah temporer atau tetap, mempraktekan gaya kepemimpinan partisipatif. B. Bahan Ajar Manajemen Konflik Pendahuluan Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki MODUL PELATIHAN 129 kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaanperasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu. Definisi Konflik ♦ Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. ♦ Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama. Aspek Positif Dalam Konflik Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan : 130 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ♦ Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka. ♦ Memberikan saluran baru untuk komunikasi. ♦ Menumbuhkan semangat baru pada staf. ♦ Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi. ♦ Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi. Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi. Penyebab Konflik Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut: 1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas 2. Hambatan komunikasi 3. Tekanan waktu 4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal 5. Pertikaian antar pribadi 6. Perbedaan status 7. Harapan yang tidak terwujud Pengelolaan Konflik Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan: 1. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus MODUL PELATIHAN 131 mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya. 2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. 3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup. 4. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan. Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada : ♦ Konflik itu sendiri ♦ Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya ♦ Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik ♦ Pentingnya isu yang menimbulkan konflik 132 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ♦ Ketersediaan waktu dan tenaga Strategi : ♦ Menghindar Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi” ♦ Mengakomodasi Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama. ♦ Kompetisi Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan. ♦ Kompromi atau Negosiasi Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada MODUL PELATIHAN 133 waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak. ♦ Memecahkan Masalah atau Kolaborasi ¤ Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. ¤ Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya. Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik : ♦ Diawali melalui penilaian diri sendiri ♦ Analisa isu-isu seputar konflik ♦ Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri. ♦ Atur dan rencanakan pertemuan antara individuindividu yang terlibat konflik ♦ Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat ♦ Mengembangkan dan menguraikan solusi ♦ Memilih solusi dan melakukan tindakan ♦ Merencanakan pelaksanaannya 3.6.Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi Deskripsi Kreatifitas adalah kemampuan untuk merancang, membentuk, membuat atau melakukan sesuatu dengan cara yang baru atau lain. Kemampuan untuk memunculkan solusi yang kreatif bagi kebutuhan /masalah dan untuk memasarkannya sering 134 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menandai perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan dalam bisnis. Juga membedakan antara organisasi/bisnis dengan pertumbuhan yang pesat atau dinamis dan organisasi/ perusahaan menengah biasa. Inovasi Tujuan a. Menghargai pentingnya kreatifitas dan inovasi guna mempunyai mengembangkan ide usaha yang bagus sebagai syarat untuk kesuksesan dalam memulai usaha dan untuk usaha yang sudah berjalan. b. Mengetahui caranya untuk memunculkan ide-ide usaha /bisnis. Pokok bahasan 1. Kreatifitas dan inovasi dalam organisasi/bisnis 2. Melahirkan ide-ide dalam organisasi/bisnis Alat Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. Metode a. Ceramah Singkat b. Curah Pendapat c. Praktek menyusun ide kreatif Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah 1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang dunia kreatifitas dan inovasi. 2. Fasilitator menjelaskan tentang mengembangkan ide MODUL PELATIHAN 135 kreatif 3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta. 4. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok dan untuk mempraktekkan menyusun ide kreatif. 5. Fasilitator meminta peserta untuk meprestasikan ide kreatifnya 6. Fasilitator menyimpulkan sesi. Bahan Ajar Menghasilkan Ide Bisnis Suatu ide bisnis yang bagus adalah penting, atau bahkan merupakan prasyarat untuk usaha bisnis yang sukses. Namun demikian, ide bisnis yang bagus biasanya tidak langsung datang kepada pengusaha. Tetapi, merupakan hasil dari kerja keras dan upaya dari pengusaha untuk membangkitkan, mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang. Apa itu Ide Bisnis? Ide bisnis adalah respon seseorang, atau banyak orang, atau suatu organisasi untuk memecahkan masalah yang teridentifikasi atau untuk memenuhi kebutuhan di suatu lingkungan (pasar, masyarkat, dll). Mencari sebuah ide bisnis yang bagus adalah langkah awal untuk mengubah keinginan dan kreatifitas pengusaha menjadi peluang bisnis. Dua hal penting yang harus dicatat: a. Walaupun merupakan prasyarat, ide bisnis hanyalah suatu alat b. Suatu ide secara tersendiri, betapapun bagus, tidak cukup untuk kesuksesan. 136 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Dengan kata lain, tanpa mengurangi arti pentingnya, sebuah ide hanyalah alat yang harus dikembangkan, dan diubah menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Apa itu Kreatifitas? Kreatifitas adalah kemampuan untuk merancang, membentuk, membuat atau melakukan sesuatu dengan cara yang baru atau lain. Kemampuan menimbulkan solusi yang kreatif untuk kebutuhan/masalah dan untuk memasarkan seringkali menandai perbedaan antara sukses dan kegagalan dalam bisnis. Hal ini juga membedakan antara bisnis yang tumbuh pesat atau dinamis dengan perusahaan menengah biasa. Kenyataannya, pengusaha yang sukses selalu kreatif dalam mengidentifikasi sebuah, produk, jasa atau peluang bisnis yang baru. Agar kreatif, Anda perlu membuka pikiran dan mata. Anda sementara mempelajari sumber -sumber ide bisnis yang dijelaskan dibawah ini dan menerapkan tekniknya. Sumber-Sumber Ide Bisnis Terdapat jutaan pengusaha di seluruh dunia dan mereka membuktikan bahwa terdapat banyak sumber ide bisnis yang berpotensi. Beberapa sumber yang berguna akan dijabarkan dibawah ini. Hobi/ Minat; Hobi adalah aktivitas favorit di waktu luang atau pekerjaan. Banyak orang, dalam melakukan hobi atau minat, berhasil mendirikan bisnis. Sebagai contoh, jika Anda menyukai bermain dengan komputer, memasak, musik, perjalanan, olahraga atau pertunjukan, Anda dapat mengembangkannya menjadi sebuah bisnis. Misalnya, jika Anda menikmati perjalanan, pertunjukan dan/atau memberikan pelayanan, Anda bisa memasuki bidang pariwisata, dimana ini merupakan MODUL PELATIHAN 137 salah satu industri terbesar di dunia. Ketrampilan dan Pengalaman Pribadi; Lebih dari separuh ide bisnis yang sukses berasal dari pengalaman bekerja di kantor/ tempat kerja. Sebagai contoh, seorang mekanik yang mempunyai pengalaman bekerja di bengkel besar yang akhirnya membuka bisnis reparasi mobil atau bisnis berjualan mobil bekas, Jadi, latarbelakang pengusaha memainkan peranan penting dalam keputusan untuk memasuki bisnis selain jenis usaha bisnis yang akan mereka ciptakan. Ketrampilan dan pengalaman Anda merupakan sumber yang paling penting, tidak hanya untuk menghasilkan ide tetapi juga untuk mendapat keuntungan. Waralaba; Waralaba adalah sebuah pengaturan dimana produsen atau distributor tunggal dari suatu merk dagang, produk atau jasa memberi hak eksklusif untuk distribusi lokal kepada pengecer mandiri/bebas sebagai ganti dari pembayaran royalty dan pemenuhan prosedur operasi standar. Bisnis waralaba dapat mengambil beberapa bentuk, tetapi satu bentuk yang menarik adalah jenis yang menawarkan nama, citra, cara untuk melakukan bisnis dan prosedur operasional bisnis. Di tahun 1980 dan awal 1990 waralaba mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, dan menjadi metode yang banyak digunakan untuk memasuki bisnis bagi jutaan bisnis yang didirikan di AS dan Eropa. Di AS, terdapat lebih dari 2000 tipe bisnis waralaba, yang membukukan penghasilan lebih dari 300 milyar USD dari penjualan tahunan dan sekitar sepertiga dari semua penjualan retail. Selain membeli bisnis waralaba, seseorang juga bisa mengembangkan dan menjual konsep bisnis waralaba. Terdapat banyak buku-buku direktori dan buku pegangan serta asosiasi waralaba, termasuk The Interna­tional Frachise Association, yang dapat memberikan banyak informasi. Media Massa; Media massa merupakan sumber informasi, ide 138 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan bahkan peluang yang besar. Surat kabar, majalah, televisi, dan dewasa ini internet, adalah contoh dari media massa. Misalnya, jika Anda benar-benar memperhatikan, di iklan komersial pada surat kabar atau majalah Anda mungkin terdapat informasi mengenai bisnis yang dijual. Satu cara untuk menjadi pengusaha adalah untuk merespon tawaran seperti itu. Artikel yang terdapat di media cetak atau internet, atau film dokumenter di TV banyak melaporkan perubahan dalam gaya hidup atau kebutuhan konsumen. Misalnya, Anda mungkin pemah membaca atau mendengar bahwa sekarang banyak orang yang tertarik pada makanan kesehatan atau kebugaran fisik. Anda juga bisa menemukan iklan yang mencari penyediaan jasa tertentu berdasarkan ketrampilan, misalnya akuntansi, katering atau keamanan. Atau Anda mungkin bisa menemukan konsep baru yang membutuhkan investor, seperti bisnis waralaba. Pameran; Jalan lain untuk menemukan ide dari suatu bisnis adalah dengan menghadiri pameran dan pameran perdagangan. Pameran ini biasanya diiklankan di radio atau di surat kabar. Dengan menghadiri pameran secara teratur, Anda tidak hanya menemukan produk dan jasa baru, tetapi Anda juga bisa bertemu dengan para penjual, pabrik, pedagang grosir, distributor dan pelaku bisnis waralaba. Mereka merupakan sumber ide dan informasi bisnis yang bagus dan membantu kita untuk memulai suatu bisnis. Beberapa dari mereka mungkin pula mencari seseorang seperti Anda. Survei; Initi dari suatu ide bisnis baru seharusnya adalah pelanggan. Kebutuhan dan keinginan dari pelanggan, alasan pemilihan produk atau jasa oleh pelanggan, dapat kita pastikan melalui suatu survei. Survei dapat kita lakukan secara formal atau tidak formal melalui percakapan dengan orang-orang biasanya menggunakan kuesioner, wawancara - atau melalui MODUL PELATIHAN 139 observasi. Anda bisa memulainya dengan berbicara kepada keluarga dan teman-teman untuk mencari tahu, menurut mereka apa yang dibutuhkan atau diinginkan yang belum tersedia. Atau, sebagai contoh, apakah mereka tidak puas dengan produk dan jasa yang sudah ada dan perbaikan atau perubahan apa yang mereka inginkan. Kemudian Anda bisa melanjutkan dan berbicara dengan orang yang merupakan bagian dari rantai distributor, seperti pabrik, pedagang, distibutor, agent grosir atau penjual retail. Sangat berguna jika Anda mempersiapkan pertanyaan terlebih dahulu untuk dicantumkan pada kuesioner atau digunakan dalam wawancara. Dengan kontak yang dekat dengan pelanggan, anggota jaringan memiliki pengertian dari apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak dapat dijual. Anda harus banyak bertanya kepada banyak pelanggan - baik pelanggan tetap atau pelanggan tidak tetap. Semakin banyak informasi yang Anda dapatkan akan semakin baik. Selain berbicara dengan orang-orang, Anda juga bisa mendapat informasi melalui observasi. Sebagai contoh, untuk memutuskan membuka toko di suatu jalan, Anda harus mengamati dan menghitung jumlah orang yang akan melewati jalan tersebut setiap hari dan membandingkan dengan lokasi lain. Atau, jika Anda tertarik pada daerah yang banyak pelancongnya, Anda dapat membuat atau memasarkan produk dari bisnis kerajinan. Atau Anda mungkin memperhatikan bahwa di kota Anda tidak ada hotel atau restoran yang layak di rute turis atau di kota tertentu. Satu langkah untuk memastikan bahwa Anda tidak lalai di bidang ini adalah agar selalu waspada pada kebutuhan dan peluang untuk melakukan bisnis. Seorang pengusaha rupanya secara rutin menghadiri setiap pesta cocktail dan menanyakan jika ada 140 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang memakai suatu produk yang tidak memenuhi maksud produk tersebut. Ada lagi pengusaha yang memperhatikan mainan kerabat anaknya untuk mencari ide peluang pasar. Keluhan; Keluhan dan kekecewaan dari pelanggan telah banyak menghasilkan produk dan jasa baru. Bilamana pemakai atau pelanggan mengeluh tentang produk atau jasa, atau ketika Anda mendengar seseorang berkata “ Seandainya kita ada......” atau “ jika ada barang atau jasa yang bisa...... ‘; Anda mempunyai potensi untuk menghasilkan ide bisnis. Idenya bisa berupa mendirikan perusahaan tandingan yang menghasilkan produk atau jasa yang lebih baik, atau membuat produk atau jasa baru yang bisa dijual ke perusahaan tersebut atau perusahaan lain. Brainstorming; Brainstorming adalah suatu teknik pemecahan masalah yang kreatif selain untuk menghasilkan ide. Tujuannya adalah untuk mendapat sebanyak mungkin ide. Hal ini biasanya mulai dengan suatu pertanyaan atau pernyataan masalah. Sebagai contoh, Anda dapat bertanya “Produk dan jasa apa yang sekarang dibutuhkan di rumah tetapi belum tersedia?” Setiap ide dapat menghasilkan satu tambahan ide atau lebih, yang jumlahnya akan lumayan banyak. Ketika Anda menggunakan metode ini, Anda harus mengikuti empat aturan berikut: • Jangan mengkritik atau menghakimi ide orang lain • Biarkan ide dilontarkan secara bebas - ide yang tampaknya liar dan tidak masuk akal agar diterima baik • Kuantitas diharapkan- semakin banyak ide, semakin baik • Gabungkan dan kembangkan ide-ide dari orang lain Selanjutnya, semua ide, walaupun tidak logis atau tidak masuk akal, harus dicatat. MODUL PELATIHAN 141 Langkah - Langkah Untuk Menciptakan Ide Bisnis ( Steps For Creating A Business Idea ) dengan Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan (Identify Consumer Needs): • Penelitian pasar (Market research). • Penilaian atas lingkungan perusahaan (Assessment of The Business Environment): • Lingkungan Ekonomi (economic environment), • Lingkungan Industri (Industrial environtment) • Lingkungan global (global environments). Langkah Mengubah Ide Menjadi Produk Langkah 1: Dokumentasikan Hanya memiliki “ide” saja tidak berarti apa-apa--Anda harus memiliki bukti ketika Anda muncul dengan ide untuk karya cipta Anda. Tuliskan segala sesuatu yang dapat Anda pikirkan yang terkait dengan karya cipta Anda tersebut, dari apakah ide yang dimaksud dan bagaimana cara kerjanya sampai ke bagaimana Anda akan membuat dan memasarkannya. Ini adalah langkah pertama untuk memperoleh hak paten atas ide Anda dan mencegahnya untuk tidak dicuri. Anda mungkin pernah mendengar tentang “hak paten orang miskin”--menuliskan ide Anda dan mengirimkannya sendiri di dalam sebuah amplop kosong sehingga Anda memiliki bukti tanggal dari lahirnya karya cipta tersebut. Hal ini tidak dapat diandalkan dan kecil kemungkinannya untuk dapat dipertahankan di ruang pengadilan. Tuliskan ide Anda di sebuah jurnal pencipta dan minta seorang saksi untuk menandatanganinya. Jurnal ini akan menjadi kitab suci Anda melalui proses perolehan hak paten. Jurnal seorang penemu dapat berupa buku catatan 142 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama apapun yang halamannya ditulis secara berurut dan tidak dapat dipindahkan atau disisipkan. Anda dapat menemukan jurnal yang khusus dirancang untuk pencipta di toko-toko buku (coba Nolo Press atau Book Factory untuk memulai), atau Anda dapat menghemat uang dan membeli buku catatan biasa dimana pun buku semacam itu dijual, seperti toko kelontong, toko alat tulis kantor, toko pasokan alat-alat kantor, dll. Pastikan saja bahwa buku tersebut memenuhi persyaratan diatas. Langkah 2: Menelitinya Anda akan perlu meneliti ide Anda dari sudut pandang legal dan bisnis. Sebelum Anda mengajukan hak paten, Anda harus: Menyelesaikan pencarian hak paten awal. Hanya karena Anda belum pernah melihat karya cipta seperti milik Anda tidak berarti bahwa hal tersebut belum ada. Sebelum Anda mempekerjakan seorang pengacara hak paten atau agen hak paten, selesaikanlah pencarian dasar secara cuma-cuma di www.uspto.gov untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang telah memiliki hak paten atas ide Anda. Anda juga harus menyelesaikan pencarian “prior art” non-paten. Apabila Anda menemukan sejenis karya seni atau rancangan yang terkait dengan ide Anda, Anda tidak dapat memperoleh hak patennya-tanpa memandang apakah hak paten tersebut telah diajukan sebelumnya atau tidak. Meneliti pasar Anda. Tentu saja, kakak Anda pasti berpikir bahwa ide Anda untuk mesin penyiram halaman yang baru merupakan ide yang bagus, tetapi tidak berarti bahwa tetangga Anda akan membelinya. Lebih dari 95 persen dari seluruh paten tidak pernah mendatangkan uang bagi penciptanya. Sebelum Anda menghabiskan terlalu banyak uang dan waktu untuk memperoleh hak paten atas karya cipta Anda, lakukan beberapa penelitian awal tentang pasar sasaran Anda. Apakah produk ini MODUL PELATIHAN 143 merupakan sesuatu yang benar-benar akan dibeli orang? Setelah Anda mengetahui bahwa ada pasarnya, pastikan bahwa produk Anda dapat dibuat dan didistribusikan dengan biaya yang cukup rendah sehingga biaya penjualan ecerannya masuk akal. Anda dapat menentukan biaya-biaya ini dengan membandingkannya dengan produk serupa yang sudah ada di pasaran. Hal ini juga akan membantu Anda mengukur persaingan--yang akan Anda miliki, tanpa memandang seberapa khasnya karya cipta Anda menurut Anda. Langkah 3: Membuat sebuah Prototipe Sebuah prototipe adalah sebuah model karya cipta Anda yang mempraktekkan seluruh hal yang telah Anda tulis di jurnal pencipta Anda. Hal ini akan mendemonstrasikan rancangan karya cipta Anda ketika Anda menyajikannya ke calon pemberi pinjaman dan ijin. Jangan mengajukan hak paten sebelum Anda membuat sebuah prototipe. Anda akan hampir selalu menemukan sebuah kesalahan dalam rancangan awal Anda atau memikirkan fitur baru yang ingin Anda tambahkan. Apabila Anda mematenkan ide Anda sebelum Anda mengerjakan hal-hal ini, akan terlalu terlambat nantinya untuk memasukkan hal-hal ini kedalam hak paten tersebut dan Anda akan beresiko kehilangan hak paten atas rancangan yang baru ini ke orang lain. Berikut ini adalah beberapa aturan dasar yang umum ketika Anda membuat prototipe karya cipta Anda: 1. Mulailah dengan sebuah gambar. Sebelum Anda memulai fase prototipe, buatlah sketsa dari semua ide Anda di dalam jurnal pencipta Anda. 2. Buat konsep tiruan dari seluruh bahan yang akan memungkinkan Anda menciptakan sebuah model 3-D dari rancangan Anda. 144 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 3. Setelah Anda puas dengan tiruannya, ciptakan sebuah model dari ide Anda yang dapat bekerja sepenuhnya. Terdapat banyak buku dan alat-alat yang dapat membantu Anda membuat prototipe. Apabila karya cipta Anda merupakan sesuatu yang akan menghabiskan banyak uang atau tidak mungkin dibuat prototipenya (seperti proses pengilangan minyak atau obat farmasi baru), pertimbangkan untuk menggunakan prototipe virtual animasi komputer. Langkah 4: Ajukan Hak Paten Sekarang setelah Anda mengerjakan segala sesuatunya untuk rancangan Anda, akhirnya tiba waktunya untuk mengajukan hak paten. Ada dua jenis hak paten utama yang harus Anda pilih: hak paten utilitas (untuk proses atau mesin baru) atau sebuah paten rancangan (untuk pembuatan rancangan ornamental yang baru, tidak nyata). Anda dapat menuliskan paten ini dan mengisi formulir permohonannya sendiri, tetapi jangan mengajukannya sendiri sampai Anda memiliki seorang ahli paten yang profesional yang memeriksanya terlebih dahulu. Apabila karya cipta tersebut benar-benar berharga, seseorang akan melanggarnya. Apabila Anda tidak memiliki hak paten yang kuat yang dituliskan oleh seorang pengacara atau agen hak paten, nantinya Anda akan pusing ketika seorang pesaing menemukan sebuah lubang yang memungkinkan mereka untuk menyalin ide Anda. Sebaiknya Anda meminta bantuan hukum sekarang untuk menghindari masalah-masalah hukum di masa depan. Ketika mencari seorang pengacara atau agen hak paten, ingat satu hal: Apabila Anda melihat mereka diiklankan di TV, segera lari! Jika sudah jauh, ikuti langkah-langkah ini untuk memilih ahli hak paten yang terbaik: 1. Kerjakan pekerjaan rumah Anda. Pegang jurnal pencipta, MODUL PELATIHAN 145 prototipe dan catatan-catatan Anda. Hal ini akan menghemat waktu mereka dan uang Anda. Hal ini juga akan membantu meyakinkan mereka untuk bekerja dengan Anda. 2. Pastikan bahwa mereka terdaftar dalam U.S. Patent and Trademark Office. 3. Tanyakan apa latar belakang teknis mereka. Apabila karya cipta Anda berbentu elektronik, mintalah seorang ahli paten yang juga merupakan insinyur elektro. 4. Diskusikan biayanya. Tetapkan fokus Anda pada perusahaan paten yang lebih kecil. Mereka lebih murah dan mereka akan bekerja secara lebih dekat dengan Anda. Sepakatilah perkiraan jumlah biayanya sebelum mempekerjakan ahli hak paten Anda. Langkah 5: Pasarkan Karya Cipta Anda Sekarang sudah waktunya untuk mencari tahu bagaimana Anda akan membawa produk Anda ke pasaran. Buat sebuah rencana bisnis: Bagaimana Anda akan memperoleh uang? Dimana Anda akan membuat produk tersebut? Bagaimana Anda akan menjualnya? Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memutuskan jika Anda akan membuat dan menjual produk tersebut sendiri atau menjual ijin untuk penjualannya melalui perusahaan lain. Ketika Anda memberikan ijin untuk produk Anda, Anda mungkin akan menerima dua sampai lima persen biaya royalti. Hal ini sering kali menakutkan bagi para pencipta yang berpendapat bahwa mereka berhak atas jumlah yang lebih besar. Tetapi pertimbangkan hal-hal positifnya: Anda tidak akan mendapatkan beban keuangan yang diasosiasikan dengan usaha untuk mempertahankan sebuah bisnis. Hal ini bisa berarti lebih banyak uang yang dapat Anda hasilkan dalam jangka panjang. Mengikuti kelima langkah ini akan memastikan jalan yang 146 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mudah untuk memperoleh hak paten atas karya cipta Anda. Ingat saja bahwa jalan yang mudah tidak berarti jalan yang singkat. Dari saat Anda melahirkan ide tersebut sampai waktu Anda melihat produk tersebut di rak pajangan merupakan proses yang sangat panjang. Kebanyakan karya cipta membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat menghasilkan sesuatu. Bersabarlah dan ikuti proses hukumnya dalam langkah-langkah untuk memperoleh hak paten atas karya cipta Anda dan tahuntahun kerja keras Anda akhirnya akan terbayarkan. Prinsip-Prinsip Berfikir Kreatif (The Basic Of Creative Thinking) From Nothing to Something. Kunci utama untuk mengambil keputusan menjadi enterpreneur adalah proses berpikir kreatif. Pola pikir kreatif diawali dari teori ketidaksempurnaan. Menurut Hendro dan Candra (2006) ada tujuh prinsip dalam pola pikir kreatif yaitu: 1. Think differently with opposite position a. Start from different position Jangan pernah mengikuti pola pikir orang banyak atau mengikuti kebiasaan: para kreativator umumnya sangat jeli mengikuti pola pikir orang banyak untuk dimanfaatkan sebagai obyek iklan melalui pengulangan pesan. Mereka berpikir dengan cara yang berseberangan dengan kebanyakan orang sehingga dapat memberikan pengaruhnya. Contoh: dalam iklan kosmetik selalu dilakukan pengulangan pesan bahwa putih itu cantik. Iklan ini ternyata sangat efektif mendongkrak penjualan sabun dan krim whitening. Padahal, perempuan berkulit putih tidak selalu cantik, terbukti seorang Naomi Campbel model berdarah Afrika justru menjadi top model internasional. Perhatikanlah, bahwa seorang MODUL PELATIHAN 147 kreator tidak menempatkan dirinya sebagai obyek iklan, sasaran pesan iklan, namun sebaliknya menjadi pengirim pesan yang mengendalikan pasar. b. Hindari jebakan logika Anda: orang kreatif tidak menyukai rutinitas, selalu mencari hal-hal baru, sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih memuaskan imajinasi mereka. Contoh: selama musim liburan sebagian besar masyarakat kita selalu berwisata ke daerah pantai dan puncak. Intensitas kepadatan berlalu lintas saat itu sangat tinggi.Terkadang karena jalanan macet, banyak pelancong justru lebih banyak menghabiskan waktu liburnya di jalan bukan di daerah tujuan wisata. Mengapa tidak menawarkan hal-hal baru seperti one stop entertainment di bengkel mobil yang sekaligus menyediakan jasa cuci mobil, pom bensin, mushola, pusat jajan serba ada termasuk pusat oleh-oleh, tempat bermain, penyewaan kamar per jam untuk istirahat, pijat shiatsu, atau salon spa, tempat bermain anak-anak, dan theater keluarga dengan sistem drive inn, tak lupa dilengkapi dengan hot spot dan pusat ATM. Jika one stop entertainment ini dirancang dengan nuansa taman tropis yang mewakili keindahan alam pegunungan bukankah jenis bisnis semacam ini dapat membajak sebagian wisatawan potensial di tengah perjalanan mereka? 2. Teori inovasi: dasar pemikiran inovasi adalah menjadikan hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Semua penemu di dunia, selalu mendasarkan pola pikirnya pada teori inovasi. 3. Think more detail: dalam teori inovasi terkandung konsep berpikir lebih detail yang dapat dijelaskan sebagai berikut a. Ubahlah pola kebiasaan Anda, jika biasanya Anda 148 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melihat sesuatu dari depan cobalah melihat dari belakang, samping, atas dan bawah. Dalam proses mengamati, jangan hanya melakukan secara visual, lihat pula detailnya. Contoh: bila mengamati lukisan jangan hanya mengamati sekilas namun cobalah mencermati detail warna, guratan coretan, sapuan kuas dan pesan yang ingin disampaikan pelukisnya b. Bila Anda mengkaji suatu proses, cobalah melihat dari awal hingga akhir seluruh proses pengerjaan, metode dan sebagainya. c. Ketika Anda melihat produk, lihatlah dari sisi produksinya, komposisi bahan baku dan pengerjaannya. Misal bila anda melihat film jangan hanya menikmati jalan cerita film dan tokohnya, cobalah mempelajari aspek editing, sudut pengambilan kamera, teknik shooting, penulisan skrip dan seterusnya. d. Kunjungilah toko, pameran dagang, eksebisi dan eveneven promo dan pada saat melakukannya jangan hanya melihat keramaian atau banyaknya pengunjung. Amatilah produk apa saja yang dipamerkan, industri mana yang menawarkan produk-produk inovatif, peluang pasar baru, harga produk-produk yang dijual, persaingan antar unit bisnis dan aspek-aspek menarik lainnya. 4. Have a perfect result : prinsip ini akan mendorong Anda untuk bekerja lebih keras dan tidak mudah puas. 5. Pastikan ada solusi: beberapa tips dan trik untuk berpikir solutif antara lain a. Mengganti kata ’tetapi’ dengan ’dan’, misalnya saya ingin makan cemilan, tapi saya harus diet. Sekarang jika kalimat tersebut saya ganti menjadi ’saya ingin makan MODUL PELATIHAN 149 cemilan dan saya harus diet’ solusi apa kira-kira yang dapat Anda pikirkan? b. Amatilah kesulitan Anda dan masalah yang terjadi, lalu tempatkan diri Anda sebagai penonton. Perspektif apa yang Anda dapatkan. Setelah itu kembalilah sebagai diri Anda sendiri. Dengan mencoba sudut pandang orang lain, biasanya kita mengetahui jawaban atas masalah yang kita alami. 6. Kesulitan dan inspirasi lekat satu sama lain: a. Selalu bertanya mengapa b. Selalu berpikir tak ada yang tak mungkin c. Membalik cara pikir: tidak sebagai subyek namun sebagai obyek masalah d. Selalu berpikir tentang kendala-kendala yang ada dan aturan yang belum dibuat untuk menciptakan inspirasi dan peluang 7. Knowledge only 1%, Imagination 99%: a. Mulai belajar membuat sketsa masalah, merenungkan, dan berimajinasi b. Apa impian Anda selama ini? Pengertian Inspirasi Salah satu kunci sukses dalam memulai usaha atau menjadi seorang enterpreneur adalah orisinalitas inspirasi. Dua faktor utama yang mendorong timbulnya inspirasi adalah insting dan intuisi. Menurut Hendro dan Candra (2006), kedua hal ini tampak sama yaitu naluri atau kepekaan untuk membaca situasi tetapi berasal dari sumber yang berbeda. Insting adalah kepekaan menganalisis suatu kejadian yang pernah dialami seseorang untuk memprediksi kejadian yang 150 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama akan datang. Intuisi merupakan kepekaan untuk memprediksi hal-hal yang akan terjadi berdasarkan indera ke enam. Keduanya diperlukan dalam membangun sebuah bisnis. Umumnya insting digunakan untuk menghindar, bertahan atau survive sementara sama yaitu naluri atau kepekaan untuk membaca situasi tetapi berasal dari sumber intuisi digunakan untuk melangkah maju dan bertumbuh. Jadi yang berbeda. menjadi terinspirasi adalah langkah awal untuk membangun Insting adalah kepekaan menganalisis suatu kejadian yang pernah dialami seseorang konsep bisnis dan mengambil keputusan untuk memulainya. untuk memprediksi kejadian yang akan datang. Intuisi merupakan kepekaan untuk memprediksi yang dengan akan terjadipola berdasarkan ke enam. Inspirasi hal-hal diawali pikir indera kreatif yangKeduanya sangat diperlukan dalam membangun sebuah bisnis. Umumnya insting digunakan untuk mengandalkan otak kanan Anda. Selanjutnya otak kiri Anda akan menganalisis semua peluang yang Anda miliki untuk dan bertumbuh. Jadi menjadi terinspirasi adalah langkah awal untuk membangun mewujudkan inspirasi atau untuk mimpi Anda. Sebagaimana telah konsep bisnis dan mengambil keputusan memulainya. dijelaskan sebelumnya, inspirasi lekat pada krisis, kesulitan, Inspirasi diawali dengan pola pikir kreatif yang sangat mengandalkan otak kanan Anda. hambatan, tantangan, danAnda cobaan yang Selanjutnya otakmasalah, kiri Anda akan menganalisis kebutuhan semua peluang yang miliki untuk tak ada habisnya. Cobalah menggali inspirasi dari apa yang ada mewujudkan inspirasi atau mimpi Anda. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, inspirasi lekatAnda, pada krisis, kesulitan,pengalaman hambatan, masalah, tantangan, kebutuhan dan pada diri misalnya Anda bekerja, hobi yang cobaan yang tak ada habisnya. Cobalah menggali inspirasi dari apa yang ada pada diri Anda sukai, rutinitas keseharian yang Anda jalani, kebiasaan, Anda, misalnya pengalaman Anda bekerja, hobi yang Anda sukai, rutinitas keseharian keahlian dan pengetahuan yang Anda miliki. menghindar, bertahan atau survive sementara intuisi digunakan untuk melangkah maju yang Anda jalani, kebiasaan, keahlian dan pengetahuan yang Anda miliki. The of Enterpreunership TheKey Key of Enterpreunership MODUL PELATIHAN 116 151 3.7 Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko Deskripsi Untuk memulai usaha bisnis diperlukan perencanaan dalam bentuk dokumen tertulis yg berisikan ide dasar dan pertimbangan pendirian perusahaan, sekaligus sebagai blue print yg berisikan tentang misi usaha, usulan usaha ,operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh dan kemampuan serta ketrampilan pengelolanya. Demikian halnya untuk mengamankan bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengelola resiko. Tujuan a. Memahami perencanaan usaha, perencanaan strategis, kelemahan dan implementasinya, memahami sifat perencanaan operasional. b. Memahami manfaat rencana perusahaan dan Mengelola keuangan usaha. c. Memahami manajemen resiko Pokok bahasan 1. Perencanaan usaha, Perencanaan strategis, kelemahan dan implementasinya. 2. Memahami sifat perencanaan operasional, Manfaat rencana perusahaan Dan Pengelolaan keuangan 3. Seluk beluk manajemen resiko Alat dan Bahan: Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. Metode a. Ceramah Singkat b. Curah Pendapat 152 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama c. Tugas Penyusunan Rencana Usaha d. Presentasi Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah 3. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang pentingnya menyusun rencana. Mengelolan usaha dan memanaj resiko. 4. Fasilitator menjelaskan metode mengelola usaha dan resiko usaha. 5. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta. 6. Fasilitator membagi kedalam beberapa kelompok untuk menyusun rencana usaha dan resiko bisnis 7. Fasilitator meminta kelompok mempresentasikan rencana usahanya 8. Fasilitator menyimpulkan sesi Bahan Ajar Bahan Ajar Pengelolaan Usaha Perencanaan Usaha Perencanaan usaha sebagai persiapan awal mempunyai dua fungsi penting, yaitu : (1) Sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha dan (2) Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar. Beberapa unsur yang harus ada dalam perencanaan usaha (by Zimmerer), yaitu : 1. 2. 3. 4. Ringkasan pelaksanaan Profil usaha Strategi usaha Produk (barang/jasa) MODUL PELATIHAN 153 5. Strategi pemasaran 6. Analisis pesaing 7. Ringkasan karyawan dan pemilik 8. Rencana operasional 9. Data finansial 10. Proposal/usulan pinjaman 11. Jadwal operasional Sedangkan menurut Peggy Lambing, perencanaan bisnis memuat sejumlah topik : 1. Excutive summary 2. Mission statement 3. Business environment 4. Marketing plan 5. Management team 6. Financial data 7. Legal consideration 8. Insurance requirements 9. Key person 10. Supliers 11. Risk Excutive summary menjelaskan tentang : (1) Maksud usaha. (2) usulan financial ,(3) permintaan dana ,(4) Cara menggunakan dana dan cara pembayaran kembali pinjaman. Secara rinci komponen2 yg ada dalam format perencanaan usaha mencakup : 1. Excutive summary, memuat tentang : (a) Nama,alamat, no telpon perusahaan (b) Nama,alamat, no tilpun key person 154 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (c) Laporan singkat gambaran perusahaan (d) Laporan singkat gambaran pasar tentang produk (e) Laporan singkat gambaran aksi2 strategis untuk keberhasilan (f) perusahaan (g) Laporan singkat gambaran manajerial dan pengalaman teknik dari key (h) person. (i) Laporan keperluan dana dan cara penggunaannya (j) Rekening penerimaan dan rencana saldo. 2. Detailed Business plan, mencakup : (a) Latar belakang usaha ♦ Laporan singkat sejarah perusahaan ♦ Situasi yg ada saat ini (b) Gambaran usaha secara detil ♦ Keunikan usaha yg dimiliki ♦ Bagaimana keunikan tsb menciptakan nilai ♦ Faktor2 utama yg mempengaruhi keberhasilan (harga, persaingan,kwalitas, ketahanan, sifat2 teknis dll.) (c) Analisis pasar ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ Potensi permintaan Motivasi pembeli Ukuran pasar Pembelanjaan total tahunan Sifat pembelian (apakah barang tahan lama, apakah dibelinya ♦ Musiman ♦ Target pasar ♦ Pengaruh pasar eksternal ( faktor ekonomi : MODUL PELATIHAN 155 inflasi,resesi, tingkat pengangguran dan faktor sosial : lokasi,tkt income,ukuran rumah tangga) (d) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang : ♦ Pesaing yg sekarang ada ♦ Pesaing potensial ♦ Kekuatan dan kelemahan pesaing (e) Perencanaan strategis usaha ♦ Rencana pemasaran produk menyangkut strategi harga, promosi, distribusi, pelayanan pada pelanggan dan strategi pemasaran lainnya. ♦ Bandingkan produk yg dihasilkan dengan produk yg sudah ada dipasar (f) Spesifikasi organisasi dan manajemen ♦ Bgm perusahaan diorganisir secara legal maupun fungsional ♦ Orang2 kunci dlm perusahaan berikut latar belakang serta sifat Spesifik lainnya yg mempengaruhi keberhasilan usaha. (g) Perencanaan keuangan ♦ Jumlah uang yg diperlukan untuk investasi dan opersioanal persahaan. ♦ Rencana pembelanjaan kas ♦ Proyeksi cash out flow ♦ Proyeksi laporan keuangan ♦ Break even analysis. (h) Perencanaan aksi strategis ♦ Penjelasan misi kita dalam perusahaan 156 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ♦ Penampilan tujuan dan sasaran yg spesifik ♦ Pernyataan strategi produksi dan pemasaran ♦ Bgm strategi akan dikonversikan ke perencanaan operasinal ♦ Prosedue pengawasan untuk menjaga perusahaan dari serangan. Implementasi Perencanaan strategis. Sejumlah pendekatan dapat dilakukan dalam implementasi perencanaan strategis, yaitu : (1) Pendekatan manajemen kesempatan, (2) Pendekatan titik awal, (3) Pendekatan model strategis. Setiap pendekatan menawarkan suatu pendekatan komprehensif untuk perencanaan strategis. 1. Pendekatan manajemn kesempatan. Pendekatan manajemen kesempatan didasarkan pada analisis lingkungan dengan mempertimbangkan (1) evaluasi sumberdaya internal, (2) ramalan kondisi pasar eksternal, (3) evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, (4) formulasi tujuan perusahaan. Dengan berdasarkan profil strategis profil kesempatan dapat disusun, dan selanjutnya membuat design untuk membantu perusahaan mencapai manfaat terbesar dari sumberdaya yg dimilikinya. Dengan profil ini program tindakan di design, sumberdaya dialokasikan,dan hasil yg diinginkan diidentifikasi, selanjutnya diikuti dengan implementasi dan langkah pengendalian yg mencakup penyusunan personel, anggaran, perumusan jadwal dan anlisis laporan keuangan. Berdasarkan hasil dari prosedur tsb profil strategi baru disusun dan proses baru dimulai. 2. Pendekatan Perencanaan Titik Awal. Dalam hal ini didasarkan pada pencapaian tujuan pengembangan yg diperlukan sebuah perusahaan baru dari MODUL PELATIHAN 157 awal melalui strategi. Pendekaan titik awal mempunyai tiga manfaat utama : (1) penggunaan titik awal yg praktis dan logis, (2) terhindar dari kesalahan yg fatal karena kegagalan dalam mempertimbangkan bagian penting dari rencana, (3) metodologi untuk perencanaan kembali didasarkan pada umpan balik berkesinambungan dari lingkungan.Pendekatan perencanaan titik awal lebih sesuai untuk perusahaan baru yg bersifat teknis, mempunyai banyak tahapan dan atau melibatkan uang dalam jumlah yg besar. 3. Pendekatan model strategis. Pendekatan ini sering dianggap normatif karena menggambarkan susunan yg dianjurkan oleh pakar perencanaan strategis. Problem paling besar dalam pendekatan ini terletak pada kecenderunganya menjadi lebih idealistis daripada realistis dan bgi perusahaan baru cenderung kurang fleksibel bagi kebutuhan mereka. Tahapannya mencakup: ♦ Keputusan untuk perencanaan. ♦ Langkah awal dalam perencanaan strategis normatif adalah menerapkan waktu dan uang untuk perumusan suatu perencanaan strategis. ♦ Analisis situasi. ♦ Langkah ini memungkinka wirausahawan untuk memperoleh pemahaman tentang perusahaan, strategi terkini, dan peningkatan potensi atau kesempatan. ♦ Analisis ini membantu dalam menetapkan kekuatan dan kelemahan yg dapat menyebabkan kelambatan finansial. ♦ Tujuan perusahaan dan pribadi. 158 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ♦ Pada perusahaan kecil tujuan pribadi pemilik akan mempengaruhi tujuan perusahaan Secara perusahaan , tujuan lebih difokuskan pada pengembalian investai, pertumbuhan penjualan dan produktivitas. ♦ Spesifikasi pokok persoalan ♦ Dalam hal ini wirausahawan meninjau kembali temuan2 pada analisis situasi yg berhubngan dengan tujuan pribadi dan tujuan perusahaan untuk menentukan luasnya persoalan. Perbandingan pelaksanaan rencana pada saat ini dan saat lampau ditinjau, dan keputusan diambil berdasarkan pertimbangan perlu tidaknya untuk melanjutkan strategi saat ini. ♦ Menciptakan opsi ♦ Pada tahap ini wirausahawan mengidentifikasi alternatif yang mungkin dapat memberikan solusi thd persoalan yg sedang dihadapi, dengan pertimbangan pada nilai, sumberdaya, kompetensi dan kemampuan finansial perusahaan. ♦ Evaluasi dan seleksi ♦ Alternatif yg dibuat pada tahap menciptakan opsi saat ini dibandingkan dengan jangka kefektifan relatif berkenaan dengan pokok persoalan strategis inti. ♦ Pertimbangan yg cermat diberikan pada tingkat yg sesuai dengan sumberdaya,dan kepentingan perusahaan, manfaat kompetitif relatif dan tujuan manajemen. ♦ Implementasi ♦ Langkah berikutnya adalah membuat jadwal yg menyebutkan pelaksanaan dan waktu implementasi perencanaan. Tujuan strategis dibagi menjadi tujuan jangka pendek agar mengetahui sesuatu yg harus dikerjakan.Fokus operasi MODUL PELATIHAN 159 diarahkan pada materi yg berorientasi efisiensi,seperti pengendalian biaya, laba, dan operasi yg berhubungan dengan aktivitas harian. ♦ Pengendalian dan umpan balik. ♦ Hal ini digunakan untuk menjamin bahwa segala sesuatu sedang dikerjakan menurut rencana. Realisasi hasil aktual dibandingkan dengan harapan berdasarkan kesinambungan. Bila terjadi sesuatu yg tidak benar, diupayakan perbaikan, selanjutnya berdasarkan hasil diformulasikan rencana baru. Pengelolaan Keuangan Usaha. Tiga aspek yg harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan meliputi : (1) Aspek sumber dana, (2) Aspek rencana dan penggunaan dana, (3) Aspek pengawasan/pengendalian keuangan. 1. Sumber keuangan perusahaan. Berdasarkan sumbernya, dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : Dana yg berasal dari perusahaan yg juga sering disebut pembelanjaan intern. Penggunaan dana ini merupakan cara yg paling mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, sebab tinggal mengambil dana yg sudah tersedia di perusahaan. Oleh karena sumber dana intern biasanya terbatas, maka dalam penggunaannya harus memperhatikan opportunity cost, yaitu peluang yg hilang akibat penggunaan yg lain atau penerimaan yg seharusnya diterima tetapi hilang akibat penggunaan sumber tsb dalam operasi perusahaan. Opportunity cost ini seharusnya dihitung sebagai biaya perusahaan. Ada tiga jenis sumber dana intern perusahaan, yaitu : 1. Penggunaan dana perusahaan 160 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2. Penggunaan cadangan 3. Penggunaan laba yang tidak dibagi. Dana yg berasal dari luar perusahaan (pembelanjaan ekstern), yg terdiri : ♦ Dana dari pemilik atau penyertaan. Dalam perusahaan harus ada pemisahan yg tegas antara dana milik pribadi dengan dana milik perusahaan. ♦ Dana yg berasal dari hutang/pinjaman, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sumber dana ekstern ini antara lain berupa kredit jangka pendek (kredit rekening koran, kredit penjual/pembeli,aksep) dan kredir jangka panjang (hipotek, obligasi, kredit bank dan kredit dari negara lain). ♦ Dana bantuan program pemerintah pusat dan pemda. ♦ Dana dari teman atau keluarga yg ingin menanamkan modalnya. ♦ Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yg ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yg memiliki potensi. Perencanaan keuangan dan penggunaan dana. Ada beberapa aspek yg harus diperhatikan dalam merancang penggunaan dana, yaitu : (1) Biaya awal (2) Proyeksi keuangan yang mencakup : a. Pembukaan neraca harian b. Proyeksi neraca c. Proyeksi cash flow (3) Break even analysis MODUL PELATIHAN 161 Biaya awal (start up cost) adalah biaya yg diperlukan saat perusahaan akan berdiri, yg umumnya: ♦ Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor) ♦ Biaya sewa bangunan ♦ Biaya asuransi ♦ Biaya tambahan atau biaya secara umum. ♦ Biaya investasi ♦ Biaya modal kerja awal ♦ Biaya tak terduga. Bahan Ajar Manajemen Risiko Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap). Sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3, komponen-komponen dari risiko dapat dijelaskan sebagai berikut: 162 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nil tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam komponen (tahap). Sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3, komponen-kompone dari risiko dapat dijelaskan sebagai berikut: Gambar 3. Risk Management Model Coso Gambar 3. Risk Management Model Coso (1) Internal Internalenvironment environment(Lingkungan (Lingkungan internal) (1) internal) Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berad Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi dan beroperasi. Cakupannya adalah dan Pemerintah beroperasi. berada Cakupannya adalah risk-management philosophy (kult risk-management philosophy (kultur manajemen tentang manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspek risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical value terhadap risiko), appetite (selera atau penerimaan terhadap (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang. risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian (2) Objective settingwewenang. (Penentuan tujuan) (2) Objective setting (Penentuan tujuan) Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dap mengidentifikasi, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasika Manajemen mengakses, harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari strategic organisasi agar dapat dan menjadi objective danmengidentifikasi, activity objective.mengakses, Strategic objective di instan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah MODUL PELATIHAN 163 1 dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi dan bagian haruslah dilibatkan dan mengerti risiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut terkait dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah pemilik dari risiko. Demikian pula, dalam penentuan tujuan organisasi, hendaknya menggunakan pendekatan SMART dan ditentukan risk appetite and risk tolerance (variasi dari tujuan yang dapat diterima). Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian objective yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak modern seperti pengiriman SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar akan mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%, dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan penyediaan fasilitas tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan risk tolerance adalah 0%. (3) Event identification (Identifikasi risiko) Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks). Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu (1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4) 164 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assets seperti kas dan simpanan di bank, physical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. AN (4) Risk assessment (Penilaian risiko) Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/ consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence. Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking. Sebagaimana dijelaskan pada Gambar 4, penilaian risiko atas setiap aktivitas organisasi akan menghasilkan informasi berupa peta dan angka risiko. Aktivitas yang paling kecil risikonya ada pada aktivitas a dan e, dan aktivitas yang paling berisiko tinggi dengan kemungkinan terjadi tinggi MODUL PELATIHAN 165 (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking. Sebagaimana dijelaskan pada Gambar 4, penilaian risiko atas setiap aktivitas organisasi akan menghasilkan informasi berupa peta dan angka risiko. Aktivitas yang paling kecil risikonya ada pada aktivitas a dan e, dan aktivitas yang paling ada pada aktivitas d. Sedangkan aktivitas c, walaupun memiliki dampak yang besar, namun memiliki risiko terjadi Sedangkan aktivitas c, walaupun memiliki dampak yang besar, namun memiliki yang rendah. berisiko tinggi dengan kemungkinan terjadi tinggi ada pada aktivitas d. risiko terjadi yang rendah. Gambar Pemetaan dan Kuantifikasi Risiko Gambar Pemetaan dan Kuantifikasi Risiko Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar kejadian/keadaan. Events yang terpisah bilamungkin digabungkan bisarisiko menjadi Demikian pula, risiko yang memiliki kecil. signifikan. Namun, bila digabungkan mempengaruhi banyak businessDemikian units perlupula, dikelompokkan dalam common bisa menjadi signifikan. risiko yang event categories, dan dinilai business secara aggregate. mempengaruhi banyak units perlu dikelompokkan 126 dalam common event categories, dan dinilai secara aggregate. kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun, (5) Risk response (Sikap atas risiko) 166 Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan. Strategi dalam memilih risiko dijelaskan pada Gambar Strategi Mengelola Risiko Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response. (6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian) Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakankebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung jawab. Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan MODUL PELATIHAN 167 manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal. (7) Information komunikasi) and communication (Informasi dan Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepadapihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi. Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3) current; (4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronis. (8) Monitoring Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya. Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan. 168 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Manajemen Risiko Dan Fungsi Pengawasan Perkembangan peranan pengawasan internal (internal control) terkini menggunakan kerangka COSO (COSO Framework). Kerangka ini memandang internal control sebagai sebuah proses, dan dirancang untuk memberikan keyakinan tentang efektivitas dan efisiensi dari operasi, keandalan informasi atau pelaporan keuangan, dan ketaatan pada peraturan dan ketentuan yang berlaku. COSO Framework terdiri dari 5 komponen yang saling terkait, yaitu control environment, risk assessment, control activities, information and communications, dan ongoing monitoring. Bila dicermati secara seksama, terdapat kesamaan tujuan, cara pandang, dan materi pada risk management dan internal kontrol. Seluruh komponen COSO Framework ada pada risk management. Pemahaman manajemen risiko dalam pengawasan akan mengoptimalkan fungsi pengawasan berupa efektifitas pencapaian tujuan pengawasan dan efisiensi biaya pengawasan. Dengan demikian, di satu sisi dapat dikatakan bahwa internal control is the integral part of risk management. Risk management yang telah dilakukan oleh manajemen perlu dinilai kelayakannya melalui aktifitas internal control. Risk assessment pada internal control adalah menguji keandalan risk management organisasi pada tahapan-tahapan sebagaimana dijelaskan pada tabel diatas. Manajemen risiko tidak semata berlaku di sektor bisnis, namun semakin mendesak untuk diapplikasikan di sektor publik. Banyak argumen pendukung, dan tampaknya faktor utama adalah perubahan lingkungan dan sumber daya yang terbatas bagi pencapaian tujaun organisasi. Pemerintah (Departemen Keuangan) dan regulator seperti Bank Indonesia (BI) tampaknya mendukung penerapan manajemen MODUL PELATIHAN 169 risiko di lingkungannya. BI bahkan mewajibkan bankir dan pegawai bank yang berhubungan dengan risiko untuk memiliki sertifikasi di bidang manajemen risiko. Risiko memiliki berbagai definisi, dan berkaitan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Pada sisi lain, penanganan risiko bahkan dapat memuncul-kan peluang bagi organisasi. Risiko tidak dapat dihindari oleh organisasi, dan terdapat pada sumber daya yang dimiliki dan proses operasi termasuk pengendalian. manajemen risiko diperlukan bagi pencapaian tujuan suatu unit dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap), dimulai dari komponen lingkungan internal organisasi, penentuan tujuan, identifikasi risiko, penilaian risiko, sikap atas risiko, aktifitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan terakhir monitoring. Dari proses ini akan didapatkan peta risiko berikut dampaknya, dan sikap yang harus diambil. Manajemen risiko dan pengendalian internal memiliki kesamaan materi dan komponen, dan saling terkait satu dengan lainnya. Manajemen risiko yang ada perlu dievaluasi keandalannya. Sementara itu, aktifitas pengendalian akan menjadi optimal dengan menggunakan pendekatan risiko. Manajemen risiko dinilai feasible untuk diaplikasikan di Organisasi sosial. Seluruh komponen proses manajemen risiko dapat digunakan pada aktifitas instansi Pemerintah. Oleh karenanya, penerapan dalam bentuk ujicoba (pilot) sudah saatnya untuk dimulai dan konsep manajemen risiko perlu disosialisasikan ke unit-unit di lingkungan Pemerintah. 170 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 3.8 Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk Pengembangan Usaha Deskripsi Semakin cepatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi menuntut manusia untuk mencoba membuat perubahan di segala jenis kehidupannya yang tujuannya adalah mendapatkan hasil maupun kondisi yang terbaik yang dapat dicapai. Banyaknya sektor kehidupan yang ada diharapkan membuka inovasi baru bagi kita untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk kemajuan peradaban manusia. Persaingan yang keras dalam dunia bisnis tentunya sangat membutuhkan suatu perusahaan yang dapat menangani akan hal itu diberbagai situasi yang menantang. Semua bisnis tentunya juga membutuhkan semua informasi yang sangat aktual, cepat dan dapat dipercaya, yang mana bisa semua permasalahan tersebut hanya bisa diselesaikan melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi ( ICT) Tujuan 1. Memahami tentang pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan bisnis. 2. Memahami upaya pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk kepentingan bisnis. Pokok bahasan 1. Pemahaman Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan bisnis. 2. Teknik pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan bisnis Alat dan Bahan: Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. MODUL PELATIHAN 171 Metode 1. Ceramah Singkat 2. Curah Pendapat Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah 1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan bisnis. 2. Fasilitator menjelaskan teknik pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan bisnis. 3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta. 4. Fasilitator menyimpulkan sesi Bahan Ajar Bahan Ajar TIK untuk Pengembangan Usaha Bagi dunia bisnis, jejaring telekomunikasi awalnya digunakan seperti halnya jejaring listrik, distribusi air, dan jejaring utilitas lain. Ini merupakan sumber yang penting, tetapi dulu perusahaan memiliki pengaruh yang kecil. Perusahaan-perusahaan memiliki pilihan yang terbatas atas layanan yang diperoleh dari penyediaan layanan yang dikelola secara monopoli. Hari ini, para pengguna korporat meletakkan bersama keseluruhan jejaring di bawah kontrol mereka, memotong-pintas jejaring publik sebagian atau seenuhnya. Deregulation dan teknologi digital baru telah mengizinkan perusahaan untuk secara sadar merancang dan mengoperasikan jejaring telekomunikasi internal dan privat untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka. Apa yang dulunya merupakan biaya untuk menjalankan bisnis, sekarang menjadi sumber keuntungan kompetitif. Layanan TIK sekarang digunakan oleh semua sektor ekonomik, mulai dari pertambangan dan pertanian sampai layanan 172 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama finansial, manufaktur dan kepariwisataan. Jejaring privat ini hadir di semua industri global, di mana perusahaan multinasional menjadi perusahaan jejaring. Para pengguna bisnis berskala besar memiliki kebutuhan akan sistem yang cost-effective, leluasa, aman, automated, terpadu dan terandalkan. Jika para penyedia layanan lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, dengan biaya yang masuk akal, perusahaan-perusahaan besar memiliki pilihan untuk mengembangkan sendiri jejaring privat. Perusahaan multinasional telah dapat mengkoordinasikan produksi dan marketing dengan sistem komunikasi berbasis satelit dengan kapabilitas video-conferencing, untuk tujuan mengkoordinasikan pengembangan produk dan disain manufaktur. Perusahaan-perusahaan kecil lebih terbatas kemampuannya untuk mengembangkan jejaring TIK sendiri ataupun untuk menyewa, karena besarnya biaya. Ini menjadi pilihan yang ekonomik hanya jika organisasi tersebut cukup besar untuk menimbulkan cukup trafik untuk menghasilkan penghematan. Oleh karena ini, perusahaan-perusahaan global merupakan pihak-pihak yang pertama yang mengadopsi TIK baru. Sektorsektor yang sangat bergantung pada TIK mencakup, antara lain perusahaan-perusahaan layanan finansial. Pada ruang lingkup yang lebih luas, sebagai contoh pada lingkungan bisnis, kehadiran teknologi informasi mulai disadari dapat menghadirkan berbagai solusi yang dapat membantu proses bisnis yang ada. Departemen TI pada sebuah perusahaan mulai dibangun dan secara konstan diminta untuk mengembangkan suatu layanan, mengembangkan suatu sistem, dan mengoptimalkan efesiensi bisnis berbasis teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi telah berkembang luar biasa MODUL PELATIHAN 173 hebatnya baik dari sisi perangkat keras, perangkat lunak, atau sumber daya manusia yang mendayagunakannya. Saat ini kehidupan manusia mulai bergeser ke kehidupan komputasi persasif, suatu kehidupan yang meletakkan teknologi informasi sebagai bagian dari kehidupan manusia kapan dan dimana saja. Hal ini dapat diilihat dari prilaku manusia yang sudah mulai terbiasa dengan komputer, sudah mulai terbiasa dengan internet, dan sudah mulai merasakan bahwa sekumpulan kebutuhannya dapat dibantu oleh teknologi informasi. Keuntungan Pengembangan Sistem Informasi Bagi Dunia Usaha 1. Efisiensi dan efektivitas operasional bagi manajemen organisasi 2. Pelayanan mutu kepada pelanggan dapat ditingkatkan 3. Pengembangan / kreasi-kreasi produk dapat ditingkatkan 4. Dapat mengubah basis kompetisi karena dapat mengantisipasi setiap perubahan pada lingkungan dengan bantuan akses informasi yang cepat saji (real time information system). 5. Mampu untuk dapat mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang bisnis dengan lebih cepat 6. Meningkatkan posisi tawar dalam persaingan usaha Memudahkan dalam menyebar luaskan informasi secara lokal maupun global dengan biaya yang murah, cepat dan tepat 7. Membentuk citra produk (barang dan jasa) yang positif dimata pelanggan karena dapat disajikan secara kontinyu Teknologi Informasi Sebagai Penguatan Jaringan Sosial Ekonomi Era Modern Pondok Pesantren merupakan wujud civil society yang terbangun di atas landasan kapital sosial. Di beberapa konsentrasi massa saat ini mulai banyak ditemukan Pondok Pesantren men174 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama jadi pelaku gerakan sosial ekonomi yang cukup strategis dan signifikan. Mereka mempunyai dampak sosial politik hingga ke aras nasional. Masyarakat desa yang ditempati Pondok Pesantren terbantu penguatan kapital sosialnya dengan cara melakukan proses ”kapitalisasi”. Peran sosial ekonomi dan pendidikan yang cukup signifikan ini menempatkan Pondok Pesantren sebagai motor gerakan civil society yang strategis. Problem masyarakat pedesaan adalah keterbatasan kesempatan berkompetisi secara adil. Masyarakat desa masih kesulitan untuk mengakses fasilitas negara karena berbagai kendala yang dimilikinya. Misalnya, kesulitan mendapatkan fasilitas perbankan, instansi yang terkait dengan penguatan keterampilan, dan lainnya. Kumpulan dari bagian-bagian sektor ekonomi yang saling berhubungan dan saling bergantung telah diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah formula kebijakan ekonomi yang menyulitkan masyarakat desa untuk bangkit. Realitasnya, masyarakat desa sekarang ini masuk dalam lingkaran kemiskinan struktural. Kondisi ini direspons Pondok pesantren dengan cara mulai memfasilitasi masyarakat desa untuk mendapatkan kebebasan mengakses fasilitas kehidupan, baik yang secara sengaja di ciptakan oleh pemerintah maupun tidak. Sehingga setiap individu mempunyai kesempatan untuk berkompetisi secara bebas dengan jaminan payung hukum yang tidak diskriminatif. Salah satu yang dibangun pondok pesantren adalah penyediaan fasilitas informasi yang berbasis teknologi. Maka pertanyaan mendasar sekarang adalah sejauh mana masyarakat pesantren dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk menguatkan civil society di tengah masyarakat pedesaan? Pondok pesantren adalah forum yang representatif dan asosiasi sosial yang—meminjam analisa Emile Durkheim—menekankan MODUL PELATIHAN 175 pentingnya ikatan sosial, solidaritas sosial dan kepaduan sosial (Peter Burke, 1992). Pondok pesantren yang satu berjejaring dengan yang lain karena pada waktu bersamaan mereka berasosiasi sosial. Suatu saat seorang santri merupakan anggota dari Pondok Pesantren tertentu, pada saat yang lain ia menjadi anggota Pesantren yang lain, dan seterusnya. Namun secara umum Pondok Pesantren diklasifikasikan sebagai kelompok perasaan yang menjadi anggota dari asosiasi Nahdlatul Ulama (in-group) yang saling mengenal (primary group). Teknologi Informasi yang digagas Pondok Pesantren adalah upaya memunculkan masyarakat pesantren sebagai asosiasi masyarakat baru yang memperjuangkan kepentingan masyarakat desa secara luas. Asosiasi sosial bentuk baru sebagai kesadaran makin menguatkan hubungan timbal balik antarmasyarakat pesantren yang senasib, seideologi, sebudaya, seagama, dan lainnya (Alfian, 1986). Teknologi Informasi yang digagas Pondok Pesantren untuk mematahkan model asosiasi masyarakat gagasan Orde Baru yang lebih bersifat elite kekuasaan (militaro-bureaucratic-enterpreneur complex) yang berhasil mengontrol kehidupan ekonomi politik dari masyarakatnya. Bidikan kekuasaan aktual di bidang ekonomi politik memungkinkan untuk mempunyai keleluasaan untuk bersikap dan bertingkah laku tanpa kontrol dari asosiasi sosial lainnya. Kekuasaan yang dimiliki oleh asosiasi ini secara otomatis mengeluarkan kelompok lain sebagai massa. Sebab siapa yang dapat paling banyak dialah elite, sedangkan lainnya adalah massa (Harold Lasswell, dikutip Peter Burke, 1992). Dalam konteks kepentingan masyarakat desa, IT yang digagas Pondok Pesantren perlu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat yang berbasis informatif yang kalau tidak dipenuhi akan terjadi kegoncangan masyarakat, atau menimbulkan masalah 176 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama serius. Karena itu IT ”dirancang” untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga lama kelamaan menjadi kebiasaan. Dengan sendirinya kebutuhan pokok yang demikian bernilainya itu sungguh-sungguh terpenuhi. Idealnya Pondok Pesantren memang membangun IT untuk menguatkan peran masyarakat pedesaan dalam perubahan sosial yang dibangun dengan perilaku yang teratur, berpola, sehingga sifat strukturalnya juga jelas (Lawang, 2004). Sehingga masyarakat pedesaan sebagai aktor melakukan perubahan struktur sosial masyarakat agar mampu mendorong proses kontrol terhadap kehidupan sosial politik. Dan itu akan memunculkan asosiasi sosial baru (Alfian, 1986). Jika asosiasi sosial baru ini muncul maka akan terjadi struktur sosial baru karena terdapat premis bahwa institusi sosial itu merupakan struktur sosial. Antara institusi sosial baru dengan lama harus mempunyai perbedaan yang mendasar. Institusi sosial baru sebagai alternatif harus memenuhi aspek-aspek; tawaran yang diberikan oleh institusi baru harus mampu menjadi alternatif masyarakat desa untuk mencapai kepentingannya. Di samping itu institusi baru juga harus menjadi pilihan menurut pertimbangan produktivitas (termasuk efisiensi dan efektivitas) yang rasional. Urgensi asosiasi sosial baru bagi masyarakat desa ini di samping untuk keperluan di atas juga untuk menumbuhkan orientasi kolektif di internal mereka. Sehingga masyarakat desa terhindar dari suatu kondisi yang pasif dan tidak mempunyai kegiatan sistematis yang konstruktif. Asosiasi baru masyarakat desa ini dapat menjaga soliditas perkawanan dalam proses integrasi. (Karl Mannheim, dalam Soerjono Soekanto, 1985). Maka IT dalam implementasi Pondok Pesantren adalah gerakan penguatan civil society yang mempunyai target ”mencapai sesuatu”. Kesadaran mencapai suatu tujuan yang tidak dapat diraih MODUL PELATIHAN 177 oleh individu-individu yang bekerja sendiri, atau jika mungkin, hal tersebut dicapai secara lebih efisien melalui usaha kelompok, dan hal itu berbasis teknologi informasi. Maka Pondok Pesantren pun akan bersama masyarakat pedesaan untuk mencapai suatu tujuan meskipun tidak mendapatkan dukungan kelompok tertentu atau orang-orang tertentu (Stephen P. Robbins, 1983: 4-5). Kekuatan Teknologi informasi akan merekatkan Pondok Pesantren dengan kelompok lain yang seide sehingga terjadi perilaku koalisi yang saling tergantung (James D. Thomson, 1967:121). Maka IT dalam konteks ini adalah menempatkan informasi pola modern sebagai landasan untuk menciptakan civil society di tengah masyarakat desa. Meminjam teori Putnam (1999) maka IT akan menjadi karakteristik Pondok Pesantren dalam menguatkan jaringan, di samping menyampaikan norma-norma dan kepercayaan yang memfasilitasi kordinasi dan kerjasama untuk sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (mutual benefit). Maka IT yang digagas Pondok Pesantren adalah pendekatan membuka ruang secara cepat dan efisien untuk memaksimalkan kekuatan ekonomi masyarakat. 3.9 Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis Deskripsi Upaya perubahan sosial dan pertumbuhan ekonomi akan mencapai sasaran secara efektif dan bergerak secara dinamis, apabila para pelaku dan pemangku kepentingan terutama kelompok CSO dan organisasi bisnis dapat berpartisipasi aktif membawakan aspirasinya melalui advokasi, sehingga benarbenar terwujud kebijakan yang bersifat prorakyat dan pro bisnis. Pemahaman tentang hukum dagang dan advokasi kebijakan penting untuk diinternalisasi pada calon dan pelaku usaha agar 178 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dunia usaha dapat berjalan sesuai dengan kaidah hukum. Tujuan 1. Memahami tentang hukum dagang dan tahapan advokasi bisnis. 2. Memahami upaya pengembangan jasa advokasi bisnis. Pokok bahasan 1. Pemahaman tentang hukum dagang dan tahapan advokasi organisasi/bisnis. 2. Mempersiapkan dan melakukan advokasi organisasi/bisnis Alat dan Bahan: Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena. Metode 1. Ceramah Singkat 2. Curah Pendapat 3. Praktek mempersiapkan advokasi organisasi/bisnis Waktu 2 Jam Pelajaran Langkah 1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang perdagangan bebas dan polemik hukum bisnis. 2. Fasilitator menjelaskan proses advokasi organisasi/bisnis. 3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta. 4. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok untuk menyusun rencana advokasi organisasi/bisnis. 5. Fasilitator menyimpulkan sesi MODUL PELATIHAN 179 Bahan Ajar Bahan Ajar Hukum Dagang Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan. Pada zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan antara produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan. Ada beberapa macam pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen : 1. Pekerjaan orang-orang perantara sebagai komisioner, pedagang keliling dan sebagainya. makelar, 2. Pembentukan badan-badan usaha (asosiasi), seperti perseroan terbatas (PT), perseroan firma (VOF=Fa) Perseroan Komanditer, dsb yang tujuannya guna memajukan perdagangan. 3. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga baik didarat, laut maupun udara. 4. Pertanggungan (asuransi)yang berhubungan dengan pengangkutan, supaya si pedagang dapat menutup resiko pengangkutan dengan asuransi. 5. Perantaraan Bankir untuk membelanjakan perdagangan. 6. Mempergunakan surat perniagaan (Wesel/ Cek) untuk melakukan pembayaran dengan cara yang mudah dan untuk memperoleh kredit. Pada pokoknya Perdagangan mempunyai tugas untuk : 1. Membawa/ memindahkan barang-barang dari tempat 180 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang berlebihan (surplus) ke tempat yang berkekurangan (minus). 2. Memindahkan barang-barang dari produsen ke konsumen. 3. Menimbun dan menyimpan barang-barang itu dalam masa yang berkelebihan sampai mengancam bahaya kekurangan. Pembagian jenis perdagangan, yaitu : 1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang. a. Perdagangan mengumpulkan (Produsen – tengkulak – pedagang besar – eksportir) b. Perdagangan menyebutkan (Importir – pedagang besar – pedagang menengah – konsumen) 2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan a. Perdagangan barang, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia (hasil pertanian, pertambangan, pabrik) b. Perdagangan buku, musik dan kesenian. c. Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek) 3. Menurut daerah, tempat perdagangan dilakukan a. Perdagangan dalam negeri. b. Perdagangan luar negeri (perdagangan internasional), meliputi : - Perdagangan Ekspor - Perdagangan Impor c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito) Usaha Perniagaan adalah usaha kegiatan baik yang aktif maupun pasif, termasuk juga segala sesuatu yang menjadi perlengkapan MODUL PELATIHAN 181 perusahaan tertentu, yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan memperoleh keuntungan. Usaha perniagaan itu meliputi : 1. Benda-benda yang dapat diraba, dilihat serta hak-hak seperti: a. Gedung/ kantor perusahaan. b. Perlengkapan kantor : mesin hitung/ ATK dan alat-alat lainnya. c. Gudang beserta didalamnya. barang-barang yang disimpan d. Penagihan-penagihan e. Hutang-hutang 2. Para pelanggan 3. Rahasia-rahasia perusahaan. Kedudukan antara kekayaan pribadi (prive) dan kekayaan usaha perniagaan : 1. Menurut Polak dan Molengraaff, kekayaan usaha perniagaan tidak terpisah dari kekayaan prive pengusaha. Pendapat Polak berdasarkan Ps 1131 dan 1132 KUHS Ps 1131:Seluruh harta kekayaan baik harta bergerak dan harta tetap dari seorang debitur, merupakan tanggungan bagi perikatan-perikatan pribadi. Ps 1132:Barang-barang itu merupakan tanggungan bersama bagi semua kreditur. 2. Menurut Prof. Sukardono, sesuai Ps 6 ayat 1 KUHD tentang keharusan pembukuan yang dibebankan kepada setiap pengusaha yakni keharusan mngadakan catatan mengenai keadaan kekayaan pengusaha, baik kekayaan perusahaannya 182 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama maupun kekayaan pribadinya. Sumber Hukum Dagang Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada : 1. Hukum tertulis yang dikodifikasikan a. KUHD b. KUHS 2. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan yaitu peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur tentang halhal yang berhubungan dengan perdagangan. KUHD mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848 berdasarkan asas konkordansi. Menurut Prof. Subekti SH, adanya KUHD disamping KUHS sekrang ini tidak pada tempatnya, karena KUHD tidak lain adalah KUHPerdata. Dan perkataan “dagang” bukan suatu pengertian hukum melainkan suatu pengertian perekonomian. Di negeri Belnda sudah ada aliran yang bertujuan menghapuskan pemisahan antara hukum perdata dengan hukum dagang. Asas-Asas Hukum Dagang Pengertian Dagang (dalam arti ekonomi), yaitu segala perbuatan perantara antara produsen dan konsumen. Pengertian Perusahaan, yaitu seorang yang bertindak keluar untuk mencari keuntungan dengan suatu cara dimana yang bersangkutan menurut imbangannya lebih banyak menggunakan modal dari pada menggunakan tenaganya sendiri. Pentingnya pengertian perusahaan : 1. Kewajiban “memegang buku” tentang perusahaan yang MODUL PELATIHAN 183 bersangkutan. 2. Perseroan Firma selalu melakukan Perusahaan. 3. Pada umumnya suatu akte dibawah tangan yang berisi pengakuan dari suatu pihak, hanya mempunyai kekuatan pembuktian jika ditulis sendiri oleh si berhutang atau dibubuhi tanda persetujuan yang menyebutkan jumlah uang pinjaman, tapi peraturan ini tidak berlaku terhadap hutanghutang perusahaan. 4. Barang siapa melakukan suatu Perusahaan adalah seorang “pedagang” dalam pengertian KUHD 5. Siapa saja yang melakukan suatu Perusahaan diwajibkan, apabila diminta, memperlihatkan buku-bukunya kepada pegawai jawatan pajak. 6. Suatu putusan hakim dapat dijalankan dengan paksaan badan terhadap tiap orang yang telah menanda tangani surat wesel/ cek, tapi terhadap seorang yang menandatangani surat order atau surat dagang lainnya, paksaan badan hanya diperbolehkan jika suart-surat itu mengenai perusahaannya. Sumber Hukum Dagang 1. Pokok : KUHS, Buku III tentang Perikatan. 2. Kebiasaan a. Ps 1339 KUHS : Suatu perjanjian tidak saja mengikat untuk apa yang semata-mata telah diperjanjikan tetapi untuk apa yang sudah menjadi kebiasaan b. Ps 1347 KUHS : hal-hal yang sudah lazim diperjanjikan dalam suatu perjanjian, meskipun tidak secara tegas diperjanjikan harus dianggap juga tercantum dalam setiap perjanjian semacam itu. 184 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 3. Yurisprudensi 4. Traktat 5. Doktrin Pentingan suatu Perusahaan memegang buku (Ps 6 KUHD) 1. Sebagai catatan mengenai : a. Keadaan kekayaan perusahaan itu sendiri – berkaitan dengan keharusan menanggung hutang piutang b. Segala hal ihwal mengenai perusahaan itu. 2. Dari sudut hukum pembuktian (Ps 7 KUHD Jo Ps 1881 KUHS), misalnya dengan adanya pembukuan yang rapi, hakim dapat mengambil keputusan yang tepat jika ada persengketaan antara 2 orang pedagang mengenai kwalitas barang yang diperjanjikan. Orang-orang Perantara 1. Golongan I : buruh/ pekerja dalam perusahaan: pelayan, pemegang buku, kasir, orang yang diberi kuasa untuk menjalankan usaha dagang dalam suatu Firma (Procuratie – Houder) 2. Golongan II : a. Makelar : seorang penaksir dan perantara dagang yang telah disumpah yang menutup perjanjian-perjanjian atas perintah dan atas nama orang lain dan untuk pekerjaannya itu meminta upah (Provisi) b. Komisioner : seorang perantara yang berbuat atas perintah dan menerima upah, tetapi ia bertindak atas namanya sendiri – seorang komisioner memikul tanggung jawab lebih berat dibanding dengan perantara lainnya. Perkumpulan-perkumpulan Dagang MODUL PELATIHAN 185 1. Persekutuan (Maatschap) : suatu bentuk kerjasama dan siatur dalam KUHS tiap anggota persekutuan hanya dapat mengikatkan dirinya sendiri kepada orang-oranglain. Dengan lain perkataan ia tidak dapat bertindak dengan mengatas namakan persekutuan kecuali jika ia diberi kuasa. Karena itu persekutuan bukan suatu pribadi hukum atau badan hukum. 2. Perseraoan Firma : suatu bentuk perkumpulan dagang yang peraturannya terdapat dalam KUHD (Ps 16) yang merupakan suatu perusahaan dengan memakai nama bersama. Dalam perseroan firma tiap persero (firma) berhak melakukan pengurusan dan bertindak keluar atas nama perseroan. 3. Perseroan Komanditer (Ps 19 KUHD) : suatu bentuk perusahaan dimana ada sebagian persero yang duduk dalam pimpinan selaku pengurus dan ada sebagian persero yang tidak turut campur dalam kepengurusan (komanditaris/ berdiri dibelakang layar) 4. Perseroan Terbatas (Ps 36 KUHD) : perusahaan yang modalnya terbagi atas suatu jumlah surat saham atau sero yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendak turut. ♦ Arti kata Terbatas, ditujukan pada tanggung jawab/ resiko para pesero/ pemegang saham, yang hanya terbatas pada harga surat sero yang mereka ambil. ♦ PT harus didirikan dngan suatu akte notaris ♦ PT bertindak keluar dengan perantaraan pengurusnya, yang terdiri dari seorang atau beberapa orang direktur yang diangkat oleh rapat pemegang saham. ♦ PT adalah suatu badan hukum yang mempunyai kekayaan tersendiri, terlepas dari kekayaan pada pesero atau pengurusnya. 186 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ♦ Suatu PT oleh undang-undang dinyatakan dalam keadaan likwidasi jika para pemegang saham setuju untuk tidak memperpanjang waktu pendiriannya dan dinyatakan hapus jika PT tesebutmenderita rugi melebihi 75% dari jumlah modalnya. 5. Koperasi : suatu bentuk kerjasama yang dapat dipakai dalam lapangan perdagangan Diatur diluar KUHD dalam berbagai peraturan : a. Dalam Stb 1933/ 108 yang berlaku untuk semua golongan penduduk. b. Dalam stb 1927/91 yang berlaku khusus untuk bangsa Indonesia c. Dalam UU no. 79 tahun 1958 ♦ Keanggotaannya bersifat sangat pribadi, jadi tidak dapat diganti/ diambil alih oleh orang lain. ♦ Berasaskan gotong royong ♦ Merupakan badan hukum ♦ Didirikan dengan suatu akte dan harus mendapat izin dari menteri Koperasi. 6. Badan-badan Usaha Milik Negara (UU no 9/ 1969) a. Berbentuk Persero : tunduk pada KUHD (stb 1847/ 237 Jo PP No. 12/ 1969) b. Berbentuk Perjan : tunduk pada KUHS/ BW (stb 1927/ 419) c. Berbentuk Perum : tunduk pada UU no. 19 (Perpu tahun 1960) MODUL PELATIHAN 187 Bahan Ajar Advokasi Menentukan Target Advokasi Satu hal yang penting dari advokasi yang efektif adalah adanya target yang teridentifikasi secara tepat dan strategi yang digunakan untuk menjawab setiap permasalahan. Prioritas kampanye advokasi harus ditetapkan dengan mengidentifikasi target/sasaran dalam urutan yang tepat. Setiap aksi yang berkelanjutan harus dibangun berdasarkan pencapaian yang sudah diraih atau hal yang telah dikuasai. Ada beberapa target atau sasaran advokasi, yang didalamnya mencakup target “orang dalam” dan “orang luar”. Advokasi “orang dalam” melibatkan: ♦ Pertemuan-pertemuan dengan pembuat kebijakan dan staf legislatif. ♦ Pemberian analisis dan informasi untuk Panitia Kerja ataupun Panitia Khusus di lembaga legislatif. Sedangkan advokasi “orang luar” meliputi: ♦ Mempengaruhi media massa. ♦ Mengembangkan aktivitas-aktivitas di tingkat akar rumput (grass root). ♦ Membangun koalisi. Advokasi “Orang Dalam” Jika sebuah masalah diidentifikasi secara dini, hubungan advokasi biasanya dimulai dari para pejabat publik. Kontak harus dibuat pada tingkat yang sewajarnya. Pejabat-pejabat tingkat bawah dan menengah tidak boleh terlupakan atau terlampaui. Ketika pejabat publik mempertimbangkan sebuah permasalahan yang diadvokasi, itu menandakan bahwa ia sudah mulai terpengaruh. Agar upaya itu berhasil, unit Advokasi 188 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama harus memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang proses pembuatan kebijakan atau peraturan. Kegiatan formal dari advokasi akan melibatkan para pejabat publik dan politisi. Pertemuan dengan pejabat publik hampir dapat dipastikan akan berlangsung lama dan panjang dibanding pertemuan-pertemuan dengan para politisi. Oleh sebab itu unit Advokasi membutuhkan pertimbangan dan persiapan untuk merajut serta merangkai hasil-hasil pertemuan tersebut sehingga hasilnya cukup efektif mendukung kebijakan asosiasi maupun organisasi bisnis. Untuk membangun dan mengembangkan hubungan panjang yang positif serta menjadi bagian dari proses advokasi, dapat dipertimbangkan beberapa tindakan berikut: ♦ Memastikan para pejabat publik dan politisi terkait memiliki informasi tentang apa yang telah dilakukan; siapa yang menjadi anggota; masalah-masalah yang tengah dihadapi; dan tujuan-tujuan agenda bisnis / agenda advokasi oleh asosiasi atau organisasi bisnis. ♦ Mengundang pejabat publik dan politisi ke acara-acara organisasi pengusaha sehingga mereka akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan para anggota secara informal. ♦ Mengundang pembuat kebijakan untuk berdiskusi, menjawab persoalan anggota pada konferensi-konferensi, pertemuan komite-komite maupun panel-panel forum pembuatan kebijakan yang diikuti oleh kelompok-kelompok anggota. ♦ Menawarkan kesempatan kepada pembuat kebijakan untuk mengunjungi dan bertemu langsung dengan anggota organisasi dan asosiasi bisnis. MODUL PELATIHAN 189 ♦ Sebagai Komite Advokasi pastikan menghadiri setiap sesi publik dan jika dimungkinkan berikan bukti-bukti yang diperlukan, pastikan pula mereka yang memiliki pengaruh mengetahui kehadiran atau keberadaan kita. ♦ Identifikasi dan pastikan kehadiran pejabat pemerintah ataupun badan-badan penasihat pemerintahan. ♦ Pastikan para pembuatan kebijakan secara teratur memperoleh bahan-bahan briefing yang berkualitas, termasuk masalahmasalah yang menjadi perhatian mereka. ♦ Pastikan bahwa pandangan-pandangan unit Advokasi kita diperhitungkan para pembuat kebijakan. Advokasi “Orang Luar” Orang luar yang merupakan kunci dari pesan-pesan organisasi pengusaha adalah media cetak dan elektronik. Menangani pers dan reporter media elektronik secara efektif merupakan inti dari panduan ini. Akan tetapi terdapat beberapa strategi dan taktik penting dengan pertimbangan prestasi. Kebanyakan organisasi pengusaha mencari peliputan media yang gratis dan tidak harus membayar media, seperti iklan. Dalam situasi tertentu, terkadang kita harus memilih memasang iklan dengan biaya tertentu ketika kita ingin menyampaikan pesan khusus bagi kelompok pembaca atau pengamat tanpa intervensi editorial. Tujuan utama advokasi adalah memudahkan media mencari bahan berita ataupun pandangan “bisnis” yang diperoleh dari anggota yang berkompeten sebagai narasumber. Pendekatan kepada media harus strategis. Pastikan para wartawan mengetahui kegiatan yang dilakukan organisasi dan asosiasi bisnis, anggota organisasi, permasalahan yang dihadapi dan tujuan agenda bisnis atau advokasi. Ciptakan reputasi dengan 190 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama membuat materi yang berkualitas dan berguna untuk mereka. Lakukan siaran pers dan berikan materi publikasi lainnya. Bersikap responsif ketika menyampaikan informasi dan materi. Melalui pengelolaan hubungan yang positif dan proaktif dengan pers, besar kemungkinan akan berhasil menciptakan peliputan media yang mengesankan. Tidak hanya itu, kemungkinan akan muncul kesempatan untuk menjadi pihak pertama yang dihubungi manakala berita penting muncul. Definisi-Definisi Advokasi “Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan public yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.” (Socorro Reyes, Local Legislative Advocacy Manual, Philippines: The Center for Legislative Development, 1997). “Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat pada suatu isu, dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi itu juga berisi aktifitas-aktifitas legal dan politis yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktik penerapan hukum. Inisiatif untuk melakukan advokasi perlu diorganisir, digagas secara strategis, didukung informasi, komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi (Margaret Schuler, Human Rights Manual) “Advokasi adalah aksi kolektif yang terencana untuk mengubah iklim politik yang melibatkan semua pengemban kepentingan (stakeholder), yang diarahkan untuk mengatasi isu-isu dan problem-problem spesifik melalui kebijakan publik.” (Laporan Akhir tentang Central Asian NGOs Advocacy Training and Study Tour, March 1-12,1999,The Philippines, The Center for Legislative Development) “Advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan publik baik di tingkat MODUL PELATIHAN 191 lokal, nasional dan internasional; dalam advokasi itu secara khusus harus memutuskan: siapa yang memiliki kekuasaan dalam membuat keputusan; bagaimana cara mengambil keputusan itu; dan bagaimana cara menerapkan dan menegakkan keputusan.” (Lisa VeneKlassen and Valerie Miller, The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation, Washington D.C.: The Asia Foundation, 2002). Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau kelompok masyarakat untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para pengambil keputusan untuk mengupayakan solusi bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah tersebut. (Manual Advokasi Kebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003) 192 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 143 MODUL PELATIHAN 193 Memetakan Masyarakat Sipil Memetakan Masyarakat Sipil Sebuah masyarakat sipil yang kuat merupakan fondasi bagi sebuah demokrasi yang Sebuah masyarakat sipil kuat merupakan fondasi bagi kuat dan bersemangat. Salah satuyang ciri masyarakat sipil ialah tingginya tingkat partisipasi sebuah demokrasi yang kuat dan bersemangat. Salah satu dari berbagai kelompok atau perorangan yang berkomunikasi secara terbuka dan ciri masyarakat sipil berbagai ialah tingginya tingkat partisipasi ekstensif untuk mengatasi masalah. Oleh karenanya, advokasidari cenderung berbagai atau dan perorangan yangdalam berkomunikasi menghasilkankelompok apa yang diinginkan berdampak nyata suatu masyarakat sipil secara terbuka dan ekstensif mengatasi berbagai masalah. yang yang kuat. Berbagai peluang dapatuntuk dimaksimalkan, sementara kendala-kendala ada di dalam lingkungan advokasi cenderung dapat diatasi melalui kerjasama dan Oleh karenanya, advokasi menghasilkan apasaling yangbertukar sumber dayadan antar pelaku atau organisasi-organisasi masyarakat sipil sipil, yang diinginkan berdampak nyata dalam suatu masyarakat bekerjasama untuk mewujudkan kepentingan bersama. yang kuat. Berbagai peluang dapat dimaksimalkan, sementara Pelaku masyarakat yang sipil adalah individu-individu kendala-kendala ada di kelompok-kelompok dalam lingkungandan advokasi dapat yang bekerjasama untuk mengatasi berbagai masalah di dalam masyarakat. Memahami diatasi melalui kerjasama dan saling bertukar sumber daya siapa melakukan apa dan di mana pada masyarakat sipil sangat penting antar pelaku atau organisasi-organisasi masyarakat sipil, artinya yang dalam menentukan suatu strategi yang tepat dalam memperjuangkan perubahan politik dan bekerjasama untuk mewujudkan kepentingan bersama. sosial. Pada umumnya, kelompok-kelompok masyarakat sipil berbeda satu dengan Pelaku masyarakat sipil adalah kelompok-kelompok dan lainnya dalam sifat organisasi, tingkat organisasi, asal usul, perspektif dan ideologi. individu-individu yang bekerjasama untuk mengatasi berbagai Sifat Alamiah Organisasi masalah di dalam masyarakat. siapaatau melakukan apasebagai Sifat organisasi masyarakat sipil bisaMemahami dilihat dari fungsi peranannya; dan di mana masyarakat sipil sangat penting artinya dalam contoh, banyakpada organisasi masyarakat sipil yang berorientasi pada pelayanan menentukan suatu strategi yang tepat dalam memperjuangkan masyarakat (misalnya, bantuan hukum, pelayanan medis, kesehatan, riset dan perubahan sosial. Pada pelatihan, atau politik advokasi).dan Sifat organisasi mereka umumnya, juga bisa dilihatkelompokdari segi komposisi organisasinya, misalnya organisasi masyarakat sipil yang bersifat kedaerahan, Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal 144 194 Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama kelompok masyarakat sipil berbeda satu dengan lainnya dalam sifat organisasi, tingkat organisasi, asal usul, perspektif dan ideologi. Sifat Alamiah Organisasi Sifat organisasi masyarakat sipil bisa dilihat dari fungsi atau peranannya; sebagai contoh, banyak organisasi masyarakat sipil yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (misalnya, bantuan hukum, pelayanan medis, kesehatan, riset dan pelatihan, atau advokasi). Sifat organisasi mereka juga bisa dilihat dari segi komposisi organisasinya, misalnya organisasi masyarakat sipil yang bersifat kedaerahan, kesukuan, sektoral, atau berdasarkan kelompok jender. Disamping itu, organisasi masyarakat sipil bisa pula bersifat politis atau organik, misalnya organisasi massa, paguyuban kemasyarakatan, organisasi non pemerintah, atau partai politik). Tingkat Organisasi Keanggotaan dalam suatu organisasi masyarakat sipil bisa secara perorangan atau kelompok, dan lingkup serta skala operasi atau keanggotaanya bisa berdasarkan wilayah teritorial terkecil (misalnya dalam tingkat rukun kampung, dan lain-lain), atau sub-nasional, nasional, bahkan internasional. Manual Advokasi Kebijakan Strategis Asal-usul Organisasi Suatu organisasi bisa didirikan oleh kelompok kepentingan, pemerintah, lembaga-lembaga tertentu (misalnya asosiasi dagang, gereja, atau masyarakat akademi), atau oleh perorangan. Pandangan/ideologi Prinsip-prinsip dan tata kerja organisasi masyarakat sipil mungkin juga ditandai oleh latar belakang ideologi, falsafah, MODUL PELATIHAN 195 Asal-usul Organisasi Suatu organisasi bisa didirikan oleh kelompok kepentingan, pemerintah, lembagalembaga tertentu (misalnya asosiasi dagang, gereja, atau masyarakat akademi), atau oleh perorangan. agama atau bahkan budaya.Para pelaku advokasi perlu mengenali peranan-peranan, kepentingan, sumber daya dan Prinsip-prinsip dan tata kerja organisasi masyarakat sipil mungkin juga ditandai oleh kapasitas dari berbagai organisasi masyarakat sipil di sekitarnya latar belakang ideologi, falsafah, agama atau bahkan budaya.Para pelaku advokasi untuk mengetahui mana yang dapat dijadikan sekutu, atau perlu mengenali peranan-peranan, kepentingan, sumber daya dan kapasitas dari berpotensi menjadi lawan. berbagai organisasi masyarakat sipil di sekitarnya untuk mengetahui mana yang dapat Pandangan/ideologi Berikut sekutu, ini ada tabel sederhana dijadikan ataubagan berpotensi menjadi lawan. yang dapat digunakan Berikut ada bagan tabel sederhana yang dapat untukini mengetahui peta masyarakat sipil.digunakan untuk mengetahui peta masyarakat sipil. Ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi advokasi anda, yakni: faktor lingkungan, pengemban kepentingan (stakeholder), dan strategi itu sendiri. Tahapan-tahapan berikut ini dapat dijadikan panduan anda dalam mengembang-kan strategistrategi advokasi anda: Tahap 1: Melakukan Penilaian pada lingkungan advokasi anda Kampanye advokasi berbeda dari satu negara ke negara lain dikarenakan lingkungan kebijakan masing-masing negara juga 196 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 145 berbeda. Sebelum memilih strategi advokasi yang cocok dengan konteks negara, maka organisasi yang melakukan advoksi harus menilai semua aspek kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman yang ada di dalam lingkungannya. Konteks politik dan sosial ekonomi, terutama yang melatar belakangi ketiga pelaku negara, pelaku pasar dan pelaku masyarakat sipil, sangat menentukan jenis strategi apa yang cocok untuk digunakan. Perlu diingat: strategi yang paling efektif harus dapat memanfatkan segala kekuatan organisasi, dan memanfatkan semua peluang yang ada. Tahap 2: Mengenali Para Pengemban kepentingan (stakeholder) dari Isu Advokasi Anda Dalam mengembangkan strategi advokasi anda juga perlu mengetahui pihak-pihak mana saja yang terkena dampak masalah yang dihadapi, dan siapa saja yang memegang kekuasaan untuk mengatasi masalah itu. Tak kalah penting-nya, anda harus mengetahui pihak-pihak yang memiliki sumber daya yang diperlukan, dengan demikian anda menjadi tahu siapa yang harus dihubungi dan dimintai bantuan atau dukungan. Tahap 3: Memilih Strategi yang Tepat Untuk dapat memilih sebuah strategi atau kombinasi beberapa strategi anda harus memahami berbagai altenatif strategi yang dapat digunakan untuk melancarkan advokasi: advokasi media, advokasi legislatif, advokasi melalui lembaga eksekutif dan birokrasi, advokasi melalui pengadilan, dan membangun koalisi. Pilihan strategi anda dapat didasarkan pada ketepatannya, efisiensinya, serta keefektifannya. Keberhasilan sebuah kampanye MODUL PELATIHAN 197 advokasi juga tergantung pada pengaturan waktu dan kejelian pihak yang melakukan advokasi dalam menyesuaikan advokasi dengan “momen” yang pas.* Yang dimaksud momen adalah peluang politis yang kondusif bagi sebuah advokasi, misalnya: acara pemilihan umum, peristiwa-peristiwa internasional dan rapat-rapat pengambilan keputusan, berbagai tahap perumusan undang-undang atau peristiwa kriminal yang meninggalkan tragedi luar biasa. Organisasi anda harus dapat mengambil kesempatan selagi peluang-peluang seperti itu muncul. Mengidentifikasi Para Pengemban Kepentingan (stakeholder) Advokasi Anda Demi efektifnya advokasi, anda perlu mengetahui para pengemban kepentingan (stakeholder) advokasi, yakni orangorang atau kelompok-kelompok yang peduli, atau merekamereka yang akan menikmati dampak dari perjuangan anda untuk mengubah keadaan status quo. Pengetahuan ini sangat penting bukan hanya untuk menggalang sekutu dan pendukung advokasi anda, namun juga untuk memprediksikan reaksi atau serangan balik yang akan anda alami dalam perjuangan mengubah keadaan itu. Kerangka kerja “pemetaan kekuatan” sangat penting kedudukannya di sini untuk mengidentifikasi pelaku negara, pelaku pasar, dan pelaku masyarakat sipil yang memiliki pengaruh, kekuasaan, dan kepentingan, atau terkena dampak masalah yang anda perjuangkan. Untuk mengidentifikasi pengemban kepentingan (stake holder) advokasi, anda perlu mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan, kelemahan dan kekuatan dari semua lembaga yang terlibat dalam isu tersebut, serta berbagai ancaman dari luar. Proses ini akan sangat mempermudah rencana advokasi anda, sebab sejak awal anda sudah mengetahui bentuk-ben-tuk partisipasi dan peranan stakholder yang diperlukan dalam mendukung upaya 198 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama advoksi anda. Tahap-Tahap holder) Analisis Pengemban kepentingan (stake- Tahap 1: Membuat daftar pengemban kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam isu advokasi anda Kategorikan mereka itu menjadi target, sekutu, lawan dan konstituen advokasi anda. Klasifikasi tersebut dapat dibuat berdasarkan sejauh mana orang-orang atau kelompok masyarakat itu terpengaruh oleh isu yang anda perjuangkan, dan seberapa tingkat keseriusan dampak atau pengaruh tersebut bagi mereka. Target advokasi Target advokasi adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk memenuhi tuntutan advokasi anda, seperti mengubah atau mencabut kebijakan lama, mengalokasikan sumber dana, dan sebagainya. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah para anggota dewan legislatif, menteri-menteri kabinet, pimpinan eksekutif organisasi, dan sebagainya. Mereka bisa dikategorikan sebagai target primer atau sekunder, tergantung besar kecilnya kekuasaan yang mereka miliki. Target advokasi bisa berasal dari level lokal, nasional, atau bahkan internasional, semuanya tergantung pada isu advokasi yang anda kemukakan Sekutu Advokasi Mereka adalah orang-orang yang akan mendukung isu advokasi anda. Mereka bisa berasal dari media, organisasi kemasyarakatan, organisasi non-pemerintah, dan sebagainya. Lawan atau musuh advokasi Mereka adalah orang-orang atau kelompok yang mungkin menentang atau sengaja menghambat advokasi anda. MODUL PELATIHAN 199 Konstituen advokasi Konstituen advokasi adalah kelompok perorangan atau masyarakat yang terkena dampak isu advokasi anda, dan secara langsung akan menikmati perubahan yang dihasilkan advoksi anda. Tahap 2: Identifikasi kepentingan, motivasi, nilai-nilai dan sumber daya yang mereka miliki Advokasi sebetulnya adalah seni menggali segala kemungkinan. Strategi advokasi yang baik dapat mengubah lawan, target dan konstituen menjadi sekutu advokasi anda. Pertanyaanpertanyaan berikut ini dapat anda jadikan panduan dalam memetakan kekuatan mereka. Target Sekutu Lawan Konstituen ♦ Siapa memiliki kekuasaan untuk memenuhi tuntutan advokasi anda? ♦ Dapatkah anda menguasai mereka, kalau ya, di mana letak kekuatan anda? ♦ Siapa yang kemungkinan akan menentang advokasi anda? ♦ Apa yang akan mereka lakukan untuk menghambat anda? ♦ Seberapa kuatkah mereka? ♦ Masalah siapakah yang anda perjuangkan dengan advokasi ini? ♦ Siapa yang akan diuntungkan dengan advokasi ini? ♦ Bisakah anda melibatkan mereka dalam advokasi anda? ♦ Siapa yang akan mendukung advokasi anda? ♦ Apa yang akan mereka peroleh jika mendukung perjuangan anda? ♦ Di mana letak kekuatan mereka dalam mempengaruhi target advokasi? 200 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Membangun Konstituen Upaya membangun konstituen harus dilakukan dengan mengorganisir masyarakat agar mereka memahami dan dapat mengambil tindakan pada problem-problem yang dipicu oleh kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan politik. Anda harus membantuk jaringan dan koneksi yang kuat antara masyarakat, organisasi non pemerintah dan lain-lain pihak yang akan membentuk suara masyarakat yang cukup keras terdengar para pembuat kebijakan, dan membuat mereka benarbenar melakukan sesuatu. Di samping itu, upaya advokasi jangka panjang menuntut kerjasama dan hubungan yang kuat antar kelompok-kelompok konstituen. Di antara berbagai kegiatan penggalangan konstituen yang lazim dilakukan adalahpembentukan organisasi-organisasi politik, memberikan layanan kesehatan atau bantuan ekonomi, memberikan layanan pendidikan, latihan, seminar, dan sebagainya. Masyarakat di sekitar anda merupakan basis konstituen. Dalam membangun konstituen untuk keperluan advokasi anda, anda harus melakukan pemetaan kelompok-kelompok masyarakat sipil yang ada di tengah-tengah ma-syarakat. Mereka itu antara lain adalah: ♦ Organisasi-organisasi akar rumput (grassroots), missalnya paguyuban perempuan petani, aliansi rakyat miskin perkotaan, asosiasi nelayan, serikat pekerja, koperasi, dan lain-lain. ♦ Organisasi profesi seperti persatuan guru, dokter, asosiasi pengacara, dan lain-lain. ♦ Kelompok-kelompok sektoral, misalnya aktifis HAM, karang taruna, veteran, asosiasi manula, serikat pekerja, dan sebagainya. MODUL PELATIHAN 201 ♦ Lembaga-lembaga pendidikan atau akademisi. ♦ Organisasi-organisasi keagamaan. ♦ Kelompok-kelompok bisnis. ♦ Partisipasi massa sangat diperlukan dalam membangun konstituen; peranan merekadalam advokasi sangat diperlukan, karena: ♦ Partisipasi itu dapat mengembangkan peranan kelompok masyarakat dalam pem-buatan kebijakan; ♦ Partisipasi mereka sangat membantu mereka dalam menganalisis isu,memikirkan solusi yang tepat dan memperkuat organisasi mereka; ♦ Memberikan informasi kepada pemerintah, yang dapat dijadikan dasar perubahan kebijakan; ♦ Memberikan saluran bagi mereka untuk melaksanakan hakhak dan tanggung jawab mereka dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang responsif dan bertanggung jawab; dan Meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Bahan Ajar Bahan Bacaan Hak Rakyat Atas Penghidupan yang Layak Setiap lima tahun sekali kita merayakan Pemilu secara gegap gempita, baik itu Pileg maupun Pilpres. Dan setiap lima tahunnya pula kita mengritik buruknya negara dalam melayani pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Banyak janji politik dari para politisi di negeri ini tidak terealisasi. Bahkan, bukan saja tidak terealisasi melainkan paradoks dengan realitasnya yang memang tidak pernah terwujud! Janji sembako murah, pendidikan dan kesehatan gratis, ekonomi pro rakyat, kemakmuran dan kesejahteraan, satu juta lapangan kerja, akses terhadap fasilitas-fasilitas publik dan 202 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama perbankan, persamaan di mata hukum, kedaulatan energi, sampai pengentasan kemiskinan begitu lantang diteriakan di saat Pemilu. Namun, apakah janji-janji tersebut sudah dapat dirasakan sekarang.....? Kita semua punya dan bisa merasakan jawaban masing-masing. Munculnya wacana ekonomi kerakyatan, ekonomi konstitusi ataupun ekonomi Pancasila pada Pemilu 2009 lalu merupakan sesuatu yang patut diapresiasi. Salah satu yang melatarbelakanginya adalah situasi krisis ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini. Di mana penerapan agenda-agenda ekonomi kapitalisme neoliberal dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis ekonomi yang sangat dalam di berbagai negara termasuk Indonesia. Di saat bersamaan, opini dunia sedang mengarah pada upaya koreksi terhadap tatanan ekonomi-politik dunia yang didominasi oleh kekuatan pasar. Kekuatan yang sangat tidak adil dan melahirkan ketimpangan. Sebagai sebuah gagasan, ekonomi kerakyatan identik dengan keberpihakan terhadap rakyat kecil, walau sepenuhnya tidak menjelaskan pengertian yang sesungguhnya. Secara historis, gagasan ekonomi kerakyatan pada mulanya dibangun dari kesadaran untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat yang terkucilkan di bawah kolonialisme. Perjuangan untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat harus terus dilanjutkan dengan mengubah struktur ekonomi Indonesia dari sebuah perekonomian yang berwatak kolonial menjadi sebuah perekonomian berwatak nasional. Sebagaimana dikemukakan Bung Karno, yang dimaksud dengan ekonomi nasional adalah sebuah perekonomian yang ditandai oleh meningkatnya peran serta rakyat banyak dalam penguasaan modal atau faktor-faktor produksi di tanah air. Bung Hatta mempertegas pentingnya penyelenggaraan MODUL PELATIHAN 203 ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi sebagai jalan dalam mewujudkan keadilan sosial di Indonesia. Sebagaimana ditulisnya, “demokrasi politik saja tidak dapat melaksanakan persamaan dan persaudaraan. Di sebelah demokrasi politik harus pula berlaku demokrasi ekonomi. Kalau tidak, manusia belum merdeka, persamaan dan persaudaraan belum ada. Sebab itu cita-cita demokrasi Indonesa ialah demokrasi sosial, melingkupi seluruh lingkungan hidup yang menentukan nasib manusia” (Hatta, 1960). Dari sekedar ingin merubah nasib rakyat, gagasan ini berkembang menjadi konsep dasar sistem perekonomian Indonesia yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Perkataan founding fathers di atas selain meneguhkan apa yang tertulis dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 27 dan 33, sangat jelas memberi petunjuk bahwa pelaksanaan agenda ekonomi kerakyatan merupakan bagian utama dari cita-cita kemerdekaan. Oleh sebab itu, pelaksanaan agenda ekonomi kerakyatan membutuhkan tuntunan dari sebuah ideologi ekonomi yang jelas berpihak pada kepentingan rakyat banyak, yang mampu mengangkat harkat dan martabat rakyat dengan jalan kesejahteraan. Bukan ideologi ekonomi yang menyerahkan urusan publik dan kesejahteraan rakyat pada budi baik investor asing dan segelintir pemilik modal. Pelaksanaan ekonomi kerakyatan membutuhkan komitmen yang kuat untuk melepaskan diri dari ketergantungan ekonomi pada pihak luar dan membangun kemandirian dalam memenuhi kebutuhan sendiri. Dalam rangka itu, agar reformasi sosial melalui penyelenggaraan demokrasi ekonomi tidak hanya berhenti pada tingkat konsep, sejumlah agenda kongkret harus segera diangkat ke permukaan. Dalam garis besarnya terdapat beberapa operasionalisasi praktek demokrasi ekonomi 204 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang perlu mendapat perhatian. Rekomendasi ini adalah inti politik demokrasi ekonomi dan merupakan titik masuk untuk menyelenggarakan demokrasi ekonomi dalam jangka panjang. Pertama, penghapusan utang luar negeri lama yang tergolong sebagai utang najis atau utang kriminal, dan penghentian pembuatan utang luar negeri baru untuk mengurangi tekanan terhadap neraca pembayaran dan untuk menggerakkan roda perekonomian nasional. Kedua, peningkatan disiplin pengelolaan keuangan negara dengan tujuan untuk memerangi KKN dalam segala dimensi dan bentuknya. Ketiga, penciptaan lingkungan berusaha yang kondusif terutama untuk menjamin terselenggaranya mekanisme alokasi secara berkepastian dan berkeadilan. Keempat, peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Kelima, pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasar para pekerja serta peningkatan partisipasi para pekerja dalam penyelenggaraan perusahaan. Keenam, pembatasan penguasaan lahan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada para petani penggarap. Ketujuh, pembaharuan UU Koperasi dan pembentukan koperasi-koperasi sejati dalam berbagai bidang usaha dan kegiatan. Kedelapan, pengalokasian HPH untuk rakyat. Kesembilan, optimalisasi peranan negara dalam pengelolaan aset strategis dan cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Kesepuluh, mengoptimalkan fungsi intermediasi dan redistribusi perbankan nasional dan memberdayakan lembagalembaga pembiayaan alternatif (keuangan mikro). Kesebelas, rekonstruksi (re-set up) kerangka makro dan indikator-indikator kemajuan riil rakyat Indonesia yang sesuai dengan kerangka Demokrasi ekonomi. Artikel ini disusun dengan sederhana sebagai panggilan kecerdasan dan pemahaman bahwa kita semua warga negara Indonesia berkesamaan kedudukannya di depan hukum MODUL PELATIHAN 205 dan harus selalu bekerja dengan keras demi memperoleh penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2). Sebuah pekerjaan mulia di tengah banyak orang sadar akan ekonomi kerakyatan tetapi jarang yang mengerjakannya. Dus, ekonomi kerakyatan adalah never ending history. Nah, oleh karena itu kesadaran nalar publik harus diasah untuk mempertajam nalar politik sekaligus kesadaran hukumnya. Gagasan mengasah nalar politik dan memotivasi gerakan sosial di tanah air memerlukan pembacaan naluri publik yang cukup tajam. Untuk membangun nalar politik publik yang tajam, mengandaikan adanya pembelajaran politik (civic education) bagi rakyat. Pembelajaran politik dimulai dari membangun kesadaran moral akan hak individu dan hak publik. Tentu saja, hak tersebut disertai dengan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam bermasyarakat dan bernegara. Hak individu merupakan hak setiap individu yang wajib dilindungi dan dijamin oleh negara. Hak individu misalkan, hak dasar untuk mendapatkan sandang, pangan, dan papan secara layak. Sedangkan hak publik seperti, hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, persamaan di mata hukum, berkumpul dan berserikat, mengemukakan pendapat baik lisan maupun tulisan yang dijamin oleh UUD (pasal 28), memperoleh serta mengakses informasi publik secara luas (pasal 28 f UUD 1945 dan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik), memperoleh bantuan dalam bentuk subsidi bagi rakyat yang kurang mampu, termasuk hak mendapatkan berbagai sarana dan prasarana/fasilitas publik secara mudah, dan lain-lain. Namun, untuk mewujudkan itu semua, pertama-tama, rakyat khususnya lapisan sosial paling bawah, mesti dibangkitkan imaji kolektifnya akan peran dan fungsinya dalam kehidupan sosial/komunitas sosial (social community). imaji kolektif rakyat dibangun guna mengonstruksi kesadaran individu 206 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menjadi kesadaran kolektif. Dari kesadaran kolektif inilah memungkinkan adanya social movement yang masif dan kuat. Akan tetapi untuk memasifkan social movement tersebut, tidak cukup hanya mengandalkan kesadaran sosial kolektif. Apalagi hanya mengandalkan kesalehan sosial saja. Rakyat harus berkesadaran politik, di samping berkesadaran hukum. Di tengah maraknya kasus korupsi dan penegakkan hukum yang setengah hati, kesadaran politik maupun hukum bagi rakyat, menjadi sangat penting. Rakyat yang berkesadaran politik tinggi, lalu diringi dengan kesadaran untuk mematuhi aturan hukum (melek hukum), akan mampu menjalankan fungsi serta peran sosialnya secara benar. Selama ini peran dan fungsi sosialpolitik rakyat sangat minimalis. Minimnya peran tersebut akibat dari tumpulnya nalar politik publik. Rakyat pada akhirnya terfragmentasi berkeping-keping di tiap ranah kehidupan, tapi bukan berdasarkan peran dan fungsi sosialnya, melainkan karena nasibnya yang ”sial.” Memang, keadaan ini tidak berjalan dengan sendirinya begitu saja. Ada kekuatan politik regim yang sistemik menggerus hak politik publik. Di era ORBA (orde baru) terjadi depolitisasi yang ”ganas” akan hak-hak politik publik. Selama 32 tahun rakyat hidup dalam keterkungkungan, tanpa ada kebebasan berbicara. Hak berpolitik dan berserikat rakyat dikebiri. Sedemikian dalamnya depolitisasi yang dilakukan regim pada saat itu mengakibatkan nalar politik rakyat begitu dangkal. Naluri publik dan nalar politik bergerak tidak sinergis, bahkan bertentangan. Dua nalar tersebut diposisikan dalam kondisi vis a vis. Masyarakat hidup dalam kekosongan ideologi (zonder ideology). Keadaan harus segera diubah! Demi terciptanya rakyat madani (civil society) yang kuat sekaligus berkeadaban, nalar politik rakyat harus semakin diasah MODUL PELATIHAN 207 dan dipertajam. Pendidikan yang mencerahkan (Aufklarung) dan membebaskan ansich merupakan jawaban dalam mengasah nalar politik guna membaca naluri publik. Pendidikan politik harus dimulai sedini mungkin dan dari usia dini. Di mana tiap orang memahami hak dan tanggung jawabnya masing-masing. Antara hak dan tanggung jawab bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya merupakan satu kesatuan yang saling bersinergi. Tidak ada kebebasan yang satu mengganggu kebebasan yang lain. Demikian halnya dengan negara dan rakyat. Keduanya harus saling melengkapi (simbiosis mutualisme), tidak boleh saling tumpang tindih. Apabila negara begitu dominan posisinya terhadap rakyat, maka yang terjadi adalah otoritarianisme. Tetapi, jika rakyat yang lebih dominan posisinya, maka yang akan terjadi adalah anarkisme maupun tribalisme. Dalam penididikan yang aufklarung tersebut di atas, pemberdayaan rakyat kecil/kaum marjinal mutlak mengandaikan keterampilan berkomunikasi secara sosial, hukum, politik dan budaya. Sehingga, rakyat akan berdaya secara sendirinya tanpa harus didampingi oleh pihak lain dalam membela hak-haknya, termasuk hak politik, karena ketajaman nalar politik yang telah dimilikinya. Dengan nalar politik yang tajam pula, niscaya rakyat akan mampu menentukan nasibnya secara berkeadaban. Termasuk menetukan pilihannya dalam menetukan Indonesia lima tahun ke depan melalui ajang Pemilu. Sehingga, cita-cita akan masyarakat madani akan benar-benar terwujud. *Makalah Bintek Program KPDT di Kab. Pandegelang dan Kab. Banten 208 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 4. PENUTUP Berbagai upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui edukasi “Motivasi berprestasi dan kewirausahaan yang bernafaskan spirit keagamaan dengan mengetengahkan materi-materi; Manajemen Diri, Komunikasi dan Lobi; Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha; Manajemen Perubahan; Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan Motivasi Berwirausaha; Membangun Kerja Tim dan Manajemen Konflik; Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi; Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko; Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk Pengembangan Usaha; Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis diharapkan mampu mewujudkan keberdayaan masyarakat perdesaan sesuai dengan yang diharapkan. MODUL PELATIHAN 209 210 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 5. REFRENSI Aam Bastaman SE. M.Si, Komunikasi yang efektif dalam organisasi bisnis, ttp://komunikasibisnis.blogspot. com Aburdene, Patricia. (2006). Megatrends 2010, Transmedia, Jakarta. Abdullah, Taufik (ed.),. 1982. Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: LP3ES. Ating Tedjasutisna, 2004, Memahami kewirausahaan, SMK; untuk semua bidang keahlian, Armico, Bandung Agustian, A.G. (2001), ESQ berdasarkan 6 rukun iman dan 5 rukun islam, Gema Insani Press, Jakarta Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1985. Jakarta: Departemen Agama RI. A Luluk Widyawan, Selamat Datang Spiritual, Selamat Tinggal kapitalism, Madiun, STKIP Widya Yuwana, 2006. Alvin Toffler, Future Schock, (Bantam Book 1970), h.49. American Bodhi Center. Available http://www.jadebuddha. org/BodhiCenter/Englist%20HTML/E_ The%20First%20Phase.htm. 2005. Anand, S. 2008. Essentials of Corporate Governance. First Edition. John Wiley & Sons, Inc. Ann Marriner –Tomey ( 1996 ) . Guide To Nursing Management and Leadership. Mosby – Year Book, Inc St Louis USA. Ancok, Dj. (2001), Membangun modal manusia melalui pengembangan IQ, EQ dan SQ, Makalah disampaikan dalam seminar nasional Spiritual Quotient di Auditorium Widya Graha Universitas Muhammadiyah Surakarta tanggal 21 Nopember 2001 (tidak diterbitkan) MODUL PELATIHAN 211 Arie de Geus, The Living Company , (Harvard Business School Press, 1997) Arafat, W. dan E. Waluyo. ”Filbert-Deo” Governance Indexing & Rating System: Model Integratif Pengukuran Indeks dan Peringkat Tata Kelola Perusahaan. Arsip CGCG. Ary Ginanjar Agustian, (2001), ESQ, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta Atkinson, P. 1990: Creating Culture Change Bedford. IFS Ltd. Kempton Bedford ISBN 81-85 789-02-2 Barney, Jay B. 2007. Gaining And Sustaining Competitive Advantages. Third Edition, New Jersey : Pearson Education. Behling, O. (1998). Employee selection: Will intelligence and conscientiousness do the job? Academy of Management Executive, 12(1): 77-86. Carpenter, Mason R. and Sanders, Wm. Gerard. 2007. Strategic Management: A Dynamic Perspective, International Edition, New Jersey : Pearson Education. Case, John. 1989, The Origins of Entrepreneurship, Inc., June, p. 52 Crainer, Stuart. 1999, The 75 Greatest Management Decisions Ever Made, New York: Amacom Publishing. Cravens, David W. and Piercy, Nigel F. 2006. Strategic Marketing, Eighth Edition, New York : McGraw-Hill. Craig R. Hickman&Michael A. Silva, The Future 500: Creating Tomorrow’s Organizations Today’, (New American Library, 1987). Covey, S.R. (1997), Tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif, Alih bahasa oleh Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta Charles V. Larson, 1986, Persuasion: Perception and Responsibility (fourth Edition), Wadsworth Publishing Company, California. Daniels, M. “Introduction to Transpersonal Psychology”. 2005. http://www.mdani. demon.co.uk/trans/tranintro. 212 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama htm. Diakses 13 Maret 2005 Danah Zohar & Ian Marshall (2000), SQ: Spiritual Intelligence Darmawan Ady Prabowo,S.Kom,pp Makalah Mendeskripsikan Peranan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Kehidupan Sehari – Hari. http://www.dinustech.com David, Fred R. 2007. Strategic Management : Concepts and Cases, Eleventh Edition, New Jersey : Pearson Education. Dess, Gegory G.,Lumpkin, G. T., Taylor, Marilyn L. 2005. Strategic Management : Creating Competitive Advantages. Second Edition, New York : McGraw-Hill. Dr. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Davis, J. Introduction to Transpersonal Psychology. Diakses 13 Maret 2005. http://www.naropa.edu/ faculty/ johndavis/tp/tpintro1.html. Departemen Pendidikan Nasional (dulu Dep. P & K) (1988) Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta, P&K (hal.207) Departemen Pendididikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1998. Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Doelhadi, A.S. (2001), Kerja dalam dimensi tinjauan psikologi, Insan, Media Psikologi, no. 1, vol. 3, hal. 27-40, Jakarta Druskat, Vanessa Urch and Steven B. Wolf. (2001), Building The Emotional Intelligence of Group, Harvard Business Review, March. Dryden, Gordon; dan Voss, Jeanette; (1999), ”the Learning Revolution: to Change the Way the World Learn”, the Learning Web, Torrence, USA, http://www. thelearningweb.net. Echols, John M & Shadily Hassan, (1990) Kamus Inggeris MODUL PELATIHAN 213 Indonesia,Jakarta. Gramedia (hal. 363) Elaine.L.Monica, Kepemimpinan dan Management Keperawatan ,pendekatan berdasarkan pengalaman, Penerbit buku kedokteran EGC 1998 Ellyasa KH Dharwis, Pengorganisasian Aksi Komunitas dan Kuliah Kerja Nyata, Jakarta: Depag RI, 2004. Ebenstein, W. 1980. Todays Ism. New Jersey: Prentice Hall Fachda L., “Team Building; Pembentukan Sinergi dan Dinamika Kelompok” Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, Jakarta, 1996 Fred R. David (2008), Strategic Management, Concept and Cases, 12th Edition, Prntice Hall, USA. Fatimah, S., Hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja karyawan, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala (tidak diterbitkan), Yogyakarta 2001 Fryer, Wesley A.; (2001), “Strategy for effective Elementary Technology Integration”, http://www.wtvi.com/teks/ integrate/tcea2001/powerpointoutline.pdf Gaspersz, Vincent. 2003. Balanced Scorecard dengan Six Sigma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Goldstein, Arnold S. 1991. Starting on a Shoestring : Building a Business Without a Bankroll, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Gross, Daniel 1999, Forbes Greatest Business Stories of All Time, Professional Books Gibson, Ivancevich, dan Donnely (terj), Organisasi: Perilaku Struktur Proses, Jakarta: Erlangga, 1996. Ginanjar, Ary, A. (2001), Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ – Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Penerbit Arga. 214 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Goestiandi, E. (2002), Sebagian Besar Hidup Kita Sia-sia, Manajemen, Februari: 6-7. Goleman, Daniel. (2000), Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, PT. Gramedia Pustaka Utama. Goleman, Dan (1996), Emotional Intelegence; Kecerdasan Emotional Mengapa EQ lebih penting dari IQ, alih bahasa Hermaya T, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gifford Pinchot, “Building Community in the Work Place,” The Community of the Future, Frances Hesselbein et.al, Editos, (Jossey-Bass Publishers, 1998), h.125-126 Hamel, Gary and Prahalad, C.K. 1994. Competing For The Future, Boston : Harvard Business School Corporation. Hamel, Gary. 2000. Leading The Revolution, Boston : Harvard Business School Corporation. Haksever, Cengiz. 2000. Service management and operations. Second Edition, Prentice-Hall International, Inc. Hadipranata, A.F. dan Sudardjo (1999), Pengaruh pembentukan kelompok (team building) terhadap etos kerja dan kontribusinya bagi produktivitas kerja insani, Jurnal Psikologi, no. 1, th. XXVI Handoko, T.H. (2002), Keunggulan kompetitif melalui manajemen SDM, Dalam Usmara (editor),Paradigma baru manajemen SDM, Amara Books, Yogyakarta Handoko, T. Hani. Manajemen, Edisi Kedua. BPFE: Yogyakarta. 2000. Hawari, D. (1996), Al Qur’an: ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta H. Hadari Nawawi, Perencanaan SDM, untuk organisasi profit yang kompetitif. Harvard Business Review. 2000. Harvard Business Review on Corporate Governance. Fifth Edition. Harvard Business School Press. MODUL PELATIHAN 215 Hirst and Thompson. 1999. Globalisasi adalah mitos (Terjemahan). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Wexley, Kenneth. M. And Gary A. Yuki. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Rineka Cipta: Jakarta 2005. Harrison, Roy. (1997), Why Your Firm Needs Emotional Intelligence, People Management, January, IN: 9709280194. Ingebretsen, Mark. 2003. Why Company Fail, New York : Three Rivers Press. Ir. Andi Kirana, M.S.A., Etika Manajemen, Penerbit Andi Yogyakarta, 1997 Ivancevich, John. M. 2007. Human Resource Management, Tenth Edition, New York: McGraw-Hill Jack Welch, Jack: Straight from The Gut,(Warner Books, 2001), h.5 Joe Setyawan, 1994, Strategi efektif berwirausaha; mencakup studi kelayakan usaha, Gramedia, Jakarta James C. Collins & Jerry I. Porras, Built to Last: Succesful habits of Visisonary Companies, (Harper Business, 1997), h.69-71 Jeffrey Pfeffer, The Human Equation: Building Profit by Putting People First, (Harvard Business School Press, 1998). Jeffrey Pfeffer& Robert I.Sutton, The Knowing-Doing Gap: How Smart Companies Turn Knowledge into Action, (Harvard Business School Press, 2000). James C. Collins, Good to Great:Why Some Companies Make the Leap …and Other’s Don’t’, (Harper Business, 2001). Joe Setyawan, 1994, Strategi efektif berwirausaha; mencakup studi kelayakan usaha, Gramedia, Jakarta Joe Setyawan, 1994, Strategi efektif berwirausaha; mencakup studi kelayakan usaha, Gramedia, Jakarta Joseph A. Devito,1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta. 216 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Johnson, C. Ray. 1998, CEO Logic : How to Think and Act Like a Chief Executive Officer, Career Press, Franklin Lake James C. Collins & Jerry I. Porras, Built to Last: Succesful habits of Visisonary Companies, (Harper Business, 1997), h.69-71 Kim, W. Chan and Mouborgne, Renee. 2005. Blue Ocean Strategy, Boston : Harvard Business School Corporation. Konopasek, Roger 2001. Roger Magnet’s Success Adventures, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kotler, Philip and Lee, Nancy. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing the Most Good for Your Company and Your Cause , New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.Group. Kenichi Ohmae, The Borderless World: Power and Strategy in the Interlinked Economy’, (McKinsey & Company, Inc., 1990) Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Krajewski, Lee J. 1996. Operations management : strategy and analysis. Fourth Edition. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Kunio, Yoshihara. 1990. Kapitalisme Semu Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES. Lynie Arden, Tom Nash, 2000. 101 Best Dot Coms To Start, New York: The Philip Lief Madded, R. B., (2ed), “Team Building; Terampil Membangun Tim Handal”, Penerbit Erlangga, Alih bahasa; Kristyabudi P. Hananto, S.Psi. MM. Editor Deborah P. Hutahuruk Mintzberg. Henry, and Quinn. James Brian (1996), The Strategy Process, Concepts, Contexs and Cases, 3rd Edition, Prentice Hall, USA. M. Tohar, 2000, Membuka Usaha Kecil, Kanisius, Jakarta M. Tohar, 2000, Membuka Usaha Kecil, Kanisius, Jakarta Luo, Y. 2007. Global Dimensions of Corporate Governance. First MODUL PELATIHAN 217 Edition. Blackwell Publishing Ltd. Lawrence, A.T., dan Weber, J. 2008. Business and Society: Stakeholders, Ethics, Public Policy. Twelfth Edition. New York: McGraw-Hill Irwin. Leblanc, R. and J. Gillies. 2005. Inside the Boardroom: How Boards Really Work and the Coming Revolution in Corporate Governance. First Edition. John Wiley & 0ons Canada, Ltd. Lasmono, H.K. (2001), Tinjauan singkat adversity quotient, Anima, Indonesian Psychological Journals, No. 17, vol. 17, hal. 63-68 Larry King, Bill Gilbert, 2002, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Lisa VeneKlasen, Lisa & Miller, Valerie. New Weave of Power, People & Politics: The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation. Oklahoma: 2002 Margono. 2002. Kewirausahaan Jilid I. Yogyakarta : Citra Pustaka Mandiri Margono. 2003. Kewirausahaan Jilid II. Yogyakarta : Citra Pustaka Mandiri Mardiasmo. 2006. Kewirausahaan. Yogyakarta : Yudhistira M. Tohar, 2000, Membuka Usaha Kecil, Kanisius, Jakarta MacWeeney, A. & Ness, C. Space for Silence. Boston: Tuttle Publishing. 2002. Melianawati; Prihanto, F.X.S.; Tjahyoanggono, A.J. (2001), Hubungan antara kecerdasan emosi dengan kinerja karyawan, Anima, Indonesian Psychological Journals, no. 1, vol. 17, hal. 57-62 Mahruf Wahono P, (2004), Pengantar Pelatihan Leadershsip for Change Condition, ELTAP Services, Bandung Maryadi dan Syamsuddin (ed.),. 2001. Agama Spiritualisme dalam 218 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Dinamika Ekonomi Politik. Surakarta: Muhamamdiyah University Press. Mubyarto dkk.1991. Etos Kerja dan Kohesi Sosial. Yogyakarta: Aditya Media. Muhammad dan R.Lukman Faurani. 2002. Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis. Jakarta: Salemba Diniyah. Martin, Merle P., Analysis And Design of Business Information Sytems, Macmillan Publishing Company, New York, 1991. Miriam Ferrer, (ed.) “Civil Society Making Civil Society” dalam Civil Society Making Civil Society, Quezon City: Noe, A Raymond, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart and Patrick M Wright. (2000). Human Resources Management: Gaining a Competitive Advantage, 3rd edition, McGraw Hill. NIE, Singapore, “General Typology of Teaching Strategies in Integrated Learning System”, http://www.microlessons. com. Norton, Priscilla; dan Spargue, Debra; (2001), “Technology for Teaching”, Allyn and Bacon, Boston, USA. Noe,R.A., Hollenbeck, J.R.,Gerhart,B., Wright P. M. 2007. Fundamental of Human Resource Management, Tenth Edition, New York: McGraw-Hill O’Brien, J. 2005. Governing the Corporation: Regulation and Corporate Governance in an Age of Scandal and Global Markets. First Edition. John Wiley & Sons, Ltd. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 2004. “OECD principles of corporate governance.” Journal of Economic Literature. Dec 2004; 42, 4; Academic Research Library pg. 1199. Osho Commune Project Details. Koregoan Park, Pune. Client: Bhagwan Rajneesh, Architect: Hafeez, Vivek Verma. 2005. http://www.indiabuildnet.com/ up_projects/ MODUL PELATIHAN 219 osho.htm Osho Commune-Pune. 2005. http://www.indiatravelite.com/ feature/ oshocom1.htm Partao, Zainal Abidin M.M (2006). Teknik Lobi & Diplomasi untuk Insan Public Relations,Jakarta, Indeks Gramedia. Pearce, Robinson (2008). Strategic Management, 12th edition, Richard D Irwin, USA. Pearce, John A. and Robinson, Richard B. 2007. Strategic Management : Fornulation, Implementation and Control. International Edition, New York : McGraw-Hill. Pitts, Robert A. and Lei, David.. 2000. Strategic Management : Building and Sustaining Competitive Advantage, Second Edition, Cincinnati : South Western College Publishing. Porter, Michael E. 1985. Competitive Advantages. New York : Simon & Schuster. Prahalad. CK, Hammel. Gary (1994), Competing for the Future. Breaktrough Strategies for Seizing of your Industry and Creating the Market of Tomorrow, Harvard Business School Press, USA. Prof. Dr. Veitzhal Rivai MBA, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek. Price, Christopher. 2000, The Internet Entrepreneurs, New Jersey : Pearson Education limited Paul Hawken, Growing a Business, (World Executive’s Digest, April 1993), h.36-38. Peter M. Senge dalam Kata Pengantar Buku karangan Arie de Geus, The Living Company, (Harvard Business School Press, 1997), vii-ix Peter M. Senge dalam Kata Pengantar Buku karangan Arie de Geus, The Living Company, (Harvard Business School Press, 1997), vii-ix 220 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Paul Hawken, Growing a Business, (World Executive’s Digest, April 1993), h.36-38. Peter F. Drucker, Innovation and Entrepreneurship, (Heineman: London,1985), h.123 Pfeffer, J. (1995). Producing sustainable competitive advantage through the effective management of people. Academy of Management Executive, 19(1): 55-72. Parkinson, J.E. 1994. Corporate Power and Responsibility. Oxford: Oxford University Press. Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto, 1995, Globalisasi dan komunikasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Pudyastuti, W. (1997), Etos kerja pengrajin perak di Kota Gede Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (tidak diterbitkan), Yogyakarta Peterson, Wallace C. 1997. “Capitalism”, dalam Internet Microsoft, Encarta 97 Encyclopedia 1993-1996. Rachbini, Didik dan Bambang Tri Harnoko. 1998. Ekonomi Internasional (Prinsipprinsip Dasar). Universitas Mercu Buana. Jakarta. Richard L.Johannesen, Etika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung 1996 P.T. Remaja Ries, Al and Jack Trout. 2001. Positioning : The Battle for Your Mind. New York : McGraw-Hill. Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy, Interpersonal communication in Nursing Theory and Practice, Churcill Livingstone, 1995 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, Penerbit Grafiti, 1994. Rusman Hakim, 1998, Kiat sukses berwiraswasta; mengatasi krisis etika dan krisis motivasi, Gramedia, Jakarta Rossabeth Moss Kanter, e.Volve: Succeeding in the Digital Culture MODUL PELATIHAN 221 of Tomorrow, (Harvard Business School Press, 2001), h. 205. Rusman Hakim, 1998, Kiat sukses berwiraswasta; mengatasi krisis etika dan krisis motivasi, Gramedia, Jakarta Rusman Hakim, 1998, Kiat sukses berwiraswasta; mengatasi krisis etika dan krisis motivasi, Gramedia, Jakarta Rezaee, Z. 2007. Corporate Governance Post – Sarbanes Oxley. First Edition. John Wiley & Sons, Inc. Rokhman, Nur. (2002). Mengkaji peran Emotional Intelligence dalam aktivitas sumber daya manusia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 1(2):24-34. R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Render, Barry dan Jay Heizer. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Salemba dan Pearson Education Asia Pte. Ltd. Rowan, J. The Transpersonal: Psychotherapy and Counseling. New York: Routledge. 1993. Rokhman Jr, W. (2001), Pemberdayaan dan komitmen: upaya mencapai kesuksesan organisasi dalam menghadapi persaingan global, Dalam Manajemen Usahawan Indonesia, no. 06, th. XXX, Juni 2001, hal. 26-31 Rahardjo, Dawam. 1995. “Etika Bisnis Menghadapi Globalisasi dalam PJP II”, dalam Prisma, No. 2. Jakara: LP3ES. Richard T, De George. 1995. Business Ethics, Ed. 4. New Jersey: Printice Hall. Stiglitz, Joseph E. 2006. Making Globalization Work, New York: W.W. Norton & Company,Inc. Suyanto, M. 2004, Smart In Entrepreneur : Belajar dari Kesuksesan Pengusaha Top Dunia, Andi Yogyakarta Suyanto, M. 2006, Revolusi Organisasi : Memberdayakan Kecerdasan 222 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Spiritual, Andi Yogyakarta Suyanto, M. 2007, Revolusi Strategi : Mengubah Proses Bisnis Meledakkan Perusahaan, Andi Yogyakarta. Swansburg, R.C. ( 1996 ) Management and Leadership for Nurse Managers ( 2 th ed )Jones and Bartlett Publishers Inc, London England Swasono, Sri-Edi, 2003. Ekspose Ekonomika : Kompetensi dan Integritas Sarjana Ekonomi, Jakarta: UI-Press Stephen R.Covey, The 7 Habits of Highly Effective People, (Simon&Schuster, 1989), h.217 Suryana,2003, Kewirausahaan,; Pedoman praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Suryana,2003, Kewirausahaan,; Pedoman praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Bandung Suryana,2003, Kewirausahaan,; Pedoman praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Bandung Schuler, R.S. (1990). Repositioning the human resource function: Transformation or demise? Academy of Management Executive, 4(3): 49-60. Scott, Anne. (1996). IQ isn’t everytihing, Des Moines Business Record, October, IN: 9610281279. Solomon, J. 2007. Corporate Governance and Accountability. Second Edition. John Wiley & Sons. Schmener, Roger W. 1997. Plant and service tours in operations management. Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc. Schroeder, Roger G. 1993. Operations management : decision making in the operations function. Fourth Edition. McGraw-Hill Book Co. Suryana. 2001. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat Subandi. Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Dalam Subandi (ed.). Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan MODUL PELATIHAN 223 Kontemporer. Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM. 2002. Sinamo, J.H. (2002), Ethos 21: etos kerja profesional di era digital global, Institut Darma mahardika, Jakarta Soewarso, T.J.B.; Rahardjo, S.; Subgyo; Utomo, B.C. (1996), Persepsi tentang etos kerja kaitannya dengan nilai budaya masyarakat Jateng, Depdikbud, Jakarta Stoltz, P.G. (1997), Adversity Quotient, mengubah hambatan menjadi peluang, Alih bahasa oleh T. Hermaya, Grasindo, Jakarta Siburian, R. (1997), Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja pengrajin tradisional, Majalah Ilmiah Maranatha, vol. XIII, th. IV, hal. 11-18 Shihab, Muhammad Q. 1997. “Etika Bisnis dalam Wawasan AlQur’an”, dalam Ulumul Qur’an, No.3/Tahun V. Tarmudji, Tarsis, Drs (1993) Kiat Meloby,suatu pendekatan Non Formal, Yogya, Liberty Thomson, Arthur A., Strickland, A.J., Gamble, John E. 2007. Crafting & Executing Strategy : The Quest for Competitive Advantage. 15th Edition, New York : McGraw-Hill. Tedjasutisna, Ating. 2000. Memahami Kewirausahaan. Bandung : Armico Tart, C. T. Consciousness: A Psychological, Transpersonal and Parapsychological Approach. Paper presented at the Third International Symposium on Science and Consciousness in Ancient Olympia, 4-7 January, 1993. http://www. paradigm-sys.com/cttart/sci-docs/ ctt93-capta.html. Tasmara, T. (1995). (1995), Etos kerja pribadi muslim, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta Tasmara, T. (2001), Kecerdasan ruhaniyah (trancendental intelligence), membentuk kepribadian yang 224 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bertanggung jawab, profesional dan berakhlak, Gema Insani Press, Jakarta The Third World Studies Center, 1997. Tricker, R.I. 1984. Corporate Governance: Practices, Procedures and Powers in British Companies and Their Boards of Directors. Aldershot, UK: Gower Press. Udai Pareek, Beyond Management: Essays on The Processes of Instituion Building’, (Oxford & IBH Publishing Co., 1981). UNESCO Institute for Information Technologies in Education (2002), “Toward Policies for Integrating ICTs into Education” Hig-Level Seminar for Decision Makers and Policy-Makers, Moscow 2002. Vise, David A. and Malseed, Mark. 2005. The Google Story, New York : The Bantam Dell Publishing Group. Victoria Neufeldt & David B. Guralnik, Webster New College Dictionary, (Third Edition, MacMillan, 1996), h.235 Victoria Neufeldt & David B. Guralnik, Webster New College Dictionary, (Third Edition, MacMillan, 1996), h.235 Wheelen, Thomas L. and Hunger, J. D. 2006. Strategic Management and Business Policy, Tenth Edition, New York : PrenticeHall. Williams, Chuck. 2001. Manajemen (Terjemahan). Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Wingo, Scot. 2005. eBay Strategies : 10 Proven Methode to Maximize Your eBay Business, New Jersey: Prentice Hall Professional Technical Reference Wiyadi N. dr., MPH., (penyunting) “Modul Team Building” Wikipedia Encyclopedia. 2005. http://en.wikipedia.org/wiki. Wahyono, T. (2001), Memahami kecerdasan emosi melalui kerja sistem limbik., Anima, Indonesian Psychological Journals, no. 1, vol. 17, hal. 36-41 MODUL PELATIHAN 225 Wahyono, T. (2002), Membangun kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dalam kehidupan sehari-hari, Makalah disampaikan dalam diskusi rutin Asrama Mahasiswa Sulsel di Wisma Bawakaraeng, tanggal 26 Mei 2002 (tidak diterbitkan), Yogyakarta Winardi. J., Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Rajawali Pers: Jakarta. 2002. __________ Teori organisasi dan Pengorganisasian, Rajawali Pers: Jakarta 2003. Wallace, P. and J. Zinkin. 2005. Mastering Business in Asia: Corporate Governance. First Edition. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd. Yusufhadi Miarso; (2004). ”Menyemai Benih Teknologi Pendidikan” Prenada Media, Jakarta. Yusuf, Choirul F. 1997. “Etika Bisnis Islam: Sebuah Perspektif Lingkungan Global”, dalam Ulumul Qur’an, No. 3/ Tahun V. Zimmerer, Thomas & Scarborough, Norman. 2002. Kewirausahaan dan manajemen Bisnis Kecil. Jakarta. Prehallindo Zohar, Danah and Marshal, Ian. 2004. Spiritual Capital : Wealth We Can Live By Using Our Rational, Emotional and Spiritual Intelligence to Transform Ourselves and Corporate Calture, London: Bloombury Publishing Plc. Zimmerer, Thomas W. and Scarborough, Norman M. 1998, Essential of Entrepreneurship and Small Business Management, Prentice-Hall Inc. Zohar, D. & Marshall, I. (2001), SQ, memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan, Mizan, Bandung Zohar, D & Marshall, I. (2000). SQ: Spiritual Intelligence – The Ultimate Intelligence. Bloomsbury. http://westaction.org/definitions/def_entrepreneurship_ 226 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 1.html yang diakses pada tanggal 13 Januari 2006 http://www.bussinestown.com/people/motivation-team.asp http://www.accel-team.com/team_building/team_out_ 00.html http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm http://www.nsba.org/sbot/toolkei/LeadTeams.html MODUL PELATIHAN 227 228 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama MODUL PELATIHAN 229 230 Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama