Motivasi-Berprestasi-Dan-Kewirausahaan-Berbasis

advertisement
MODUL PELATIHAN
MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN
BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL
Untuk Penguatan Kelembagaan Masyarakat dan Mendorong
Percepatan Pembangunan Perdesaan
Kerjasama antara Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal
republik indonesia
MODUL PELATIHAN
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
MODUL PELATIHAN
MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KEWIRAUSAHAAN BERBASIS
PENDEKATAN SPIRITUAL
Untuk Penguatan Kelembagaan
Masyarakat dan Mendorong
Percepatan Pembangunan Perdesaan
MODUL PELATIHAN
MODUL PELATIHAN
MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEWIRAUSAHAAN
BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL
Untuk Penguatan Kelembagaan Masyarakat dan Mendorong
Percepatan Pembangunan Perdesaan
Implementator:
1. Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya
KPDT
2. Tim Kerja PBNU (LPNU, LTN NU, LPBH NU, LPPNU,
LTMNU, LBMNU & RMI)
Tim Penulis:
1. Enceng Sobirin
2. Mustholihin
3. Andi Najmi
4. Sulton Fatoni
5. Imam Pituduh
6. KH. Abdul Manan
7. KH. Arwani Faisal
8. Rohmat Faisol
9. M. Suaidi
10. Abdullah Masud
Lay Out
Romi_Malchan
Diterbitkan oleh :
LTN PBNU
Percetakan
Ecovision Jakarta
(isi di luar tanggung jawab percetakan)
Jakarta, Nopember 2010
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
KATA PENGANTAR
Sebagai kerangka kerja strategis untuk mewujudkan
pembangunan
perdesaan
yang
berkeadilan,
dengan
mengembangkan cara pandang baru (a new paradigm) yang
diharapkan mampu memicu pencapaian high case (sekenario
tinggi) perlu dilakukan terobosan untuk membangun keberdayaan
masyarakat dan mengoptimalisasi lembaga keagamaan sebagai
leading sector percepatan pembangunan di perdesaan di
Indonesia. Upaya tersebut penting dilakukan untuk memberikan
arahan (Guidance) bagi pendayagunaan sumberdaya perdesaan
dan mewujudkan pemertaan kesejahteraan (keadilan sosial),
pertumbuhan ekonomi (kemakmuran) serta terpeliharanya daya
dukung wilayah secara seimbang. Di tengah krisis ekologi, krisis social, krisis spiritualitas manusia
dan krisis ekonomi global, yang berdampak pada hidup dan
kehidupan masyarakat yang bergerak disektor riil perdesaan.
Seiring dengan munculnya harapan untuk menciptakan
system pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan dan
menciptakan sebuah “tatanan kehidupan masyarakat yang lebih
berkelanjutan” dimana dapat saling berbagi kebahagian dengan
orang-orang di seluruh dunia dan mewariskan kualitas hidup
yang lebih beradab dari generasi ke generasi. Oleh karenanya
dibutuhkan sebuah mekanisme Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) bagi
masyarakat yang diharapkan dapat menjadi gerakan untuk
kemajuan dan merupakan Inovasi baru dari proses pembelajaran
guna menciptakan masa depan yang lebih ekologis, lebih peka,
lebih religious dan lebih berkemakmuran.
Menjawab tantangan tersebut, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) melalui kerjasama dengan kementerian pembangunan
daerah tertinggal, berupaya mendesain metode pembelajaran
MODUL PELATIHAN
v
bagi masyarakat dengan melatih motivasi berprestasi dan
kewirausahaan dengan menggunakan pendekatan spiritual
yang terintegrasi dengan tradisi, nilai dan metode pembelajaran
keagamaan untuk mewujudkan perubahan mental, prilaku dan
pemikiran masyarakat perdesaan.
Alhamdulillahirobbil alamiin, Puji syukur kepada Allah SWT, yang
telah membimbing dan memberikan anugrah, kekuatan, ridho
dan maunah Nya, sehingga modul pelatihan motivasi berprestasi
dan kewirausahaan untuk penguatan kelembagaan masyarakat
dan mendorong percepatan pembangunan perdesaan.
Buku ini menawarkan satu pendekatan untuk membantu pihakpihak yang berkepentingan untuk menggerakan sumberdaya
manusia perdesaan untuk hidup lebih berprestasi dan
bersemangat dalam berwirausaha.
Pendekatan belajar bersama yang dijelaskan dalam buku ini,
diharapkan dapat mampu menjadi alat bantu untuk recollection
(mengingatkan) dan reawakening (membangunkan) manusia
perdesaan.
Sebelum buku ini ditulis dan diterbitkan, sebuah perjalanan
panjang proses pembelajaran bersama telah ditempuh. Hikmah
yang tertuang dalam catatan ini merupakan buah dari rangkaian
Shared Learning (SL). Buku ini juga tak akan pernah lahir
tanpa sumbangan pikiran dan tenaga dari berbagai pihak, baik
individu, lembaga maupun masyarakat.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Menteri
Pembangunan Daerah Tertinggal, Bapak Deputi Bidang
Pembinaan Lembaga sosial dan Budaya, Tim Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal (Bapak Fahman, Bapak Aji
Komara; Bapak Saudi Lian; Bapak Nur Salim; Bapak A Jati
Lubis; Bapak Handoyo; Bapak Mansur dan Saudara Eko Maarif)
dan segenap Tim Kerja Lintas Lembaga di PBNU (Saudara
Enceng Sobiri; Wakil Sekretaris PBNU, Saudara Mustolihin;
vi
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
LPNU, Saudara Andi Najmi; LPBHNU; Saudara Sulton Fatoni;
LTN NU; Saudara KH. Abdul Manan; LTMNU, Saudara KH
Arwani Faisal; LBM; Saudara Imam Pituduh; LPPNU; Saudara
Rohmat Faisol, LPPNU, Saudara Ahmad Suaidi; LPNU;
Saudara Abdullah Masud; RMI, Ketua PCNU Pandeglang
Bapak Aah Wahid Maulani, Ketua PCNU Lebak; Bapak Nanda,
Wakil Sekretaris PCNU pandeglang; Saudara Nandang Kosim
dan Pengurus LPPNU Lebak; Saudara Ubaidillah) tanpa
bantuannya modul ini tidak akan terwujud. Demikian halnya
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
di mana assessment yang pernah digelar. Kami berterima kasih
kepada para narasumber dan reviewer yang telah menyebar bibit
ilmu pengetahuan. Sebagai kegiatan yang merangkai beragam
pengetahuan, tak lupa, kami berterima kasih kepada rekan-rekan
dan seluruh team lapangan yang tidak mungkin kami sebutkan
satu persatu, tanpa sumbangan pikiran dan tenaga dari mereka
Modul ini tidak akan tersusun dengan baik. Tak lupa, kepada
Ketua Umum PBNU; Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA dan
Wakil Ketua Umum PBNU; Bapak KH. Asad Said Ali, ucapan
terimakasih atas bimbingan, saran dan pemikirannya, sehingga
modul ini menjadi lebih terarah.
Kami berharap, penerapan modul ini, merupakan langkah
awal bagi terwujudnya percepatan pembangunan perdesaan
dan lahirnya mitivasi berprestasi dan wirausahawan handal di
seluruh Indonesia.
Salam hormat
Jakarta, 20 September 2010
Ir. H. Iqbal Sullam
Sekretaris Jendral PBNU
MODUL PELATIHAN
vii
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Maksud
1.3.
Tujuan
1.4.
Sasaran
1.5.
Ruang Lingkup
1.6.
Kompetensi Yang Diharapkan
1.7.
Struktur Kurikulum
1.8.
Metode
2. SEKILAS TENTANG MOTIVASI BERPRESTASI,
KEWIRAUSAHAAN, PENDEKATAN SPIRITUAL,
PENGUATAN
KELEMBAGAAN
DAN
PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERDESAAN
2.1.
Motivasi Berprestasi
2.2.
Kewirausahaan
2.3.
Pendekatan Spiritual
2.4.
Penguatan Kelembagaan
2.5.
Percepatan Pembangunan Perdesaan
3. MODUL PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI
DAN
KEWIRAUSAHAAN
BERBASIS
PENDEKATAN SPIRITUAL
3.1.
Manajemen Diri, Komunikasi dan Lobi
3.2.
Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha
3.3.
Manajemen Perubahan
3.4.
Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan
Motivasi Berwirausaha
3.5.
Membangun Kerja Tim dan Manajemen
MODUL PELATIHAN
v
ix
1
1
2
3
3
3
5
5
6
7
7
7
6
13
14
14
14
73
80
93
ix
Konflik
Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi
Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko
Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk
Pengembangan Usaha
3.9.
Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis
PENUTUP
REFRENSI
3.6.
3.7.
3.8.
4.
5.
x
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
116
134
152
171
178
209
211
MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KEWIRAUSAHAAN
BERBASIS PENDEKATAN SPIRITUAL
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsep pemberdayaan mulai menjadi diskursus pembangunan, ketika orang mulai mempertanyakan makna
pembangunan. Di Eropa, wacana pemberdayaan muncul
ketika industrialisasi menciptakan masyarakat penguasa
faktor produksi dan masyarakat pekerja yang dikuasai.
Di negara-negara sedang berkembang, wacana pemberdayaan muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi, degradasi sumberdaya alam, dan alienasi masyarakat dari faktor-faktor
produksi oleh penguasa.
Karena kekurang-tepatan pemahaman mengenai pemberdayaan, maka dalam wacana praktik pembangunan,
pemberdayaan dipahami secara beragam. Yang paling
umum adalah pemberdayaan disepadankan dengan partisipasi. Padahal keduanya mengandung pengertian dan
spirit yang tidak sama.
Upaya untuk memberdayakan masyarakat di perdesaan
melalui peningkatan motivasi berpretasi dan kewirausahaan penting untuk dilakukan, agar bangsa ini dapat
tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang mandiri
dan berkemakmuran.
Hal tersebut penting dilakukan agar wilayah perdesaan
di Indonesia yang relatif memiliki sumber daya alam
yang sangat besar, melimpah dan potensial untuk dik-
MODUL PELATIHAN
embangkan antara lain sektor pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, industri kecil, sektor
informal dan sektor lainnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Upaya motivasi berprestasi dan kewirausahaan di perdesaan, perlu didekatkan dengan sisi spiritualitas, agar
edukasi yang dilakukan dapat terpatri di hati dan selaras
dengan realitas Indonesia sebagai bangsa yang religius.
Keterpaduan pendekatan yang digunakan, diharapkan
mampu mendorong percepatan keberdayaan masyarakat. Assessment dan Treatment terhadap lembaga masyarakat perdesaan perlu dilakukan, sebagai tiger kebangkitan institusi perdesaan sebagai katalisator pembangunan.
Untuk kepentingan tersebut di atas, Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal bersama dengan
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bermaksud mendorong the sleeping giant of economy yang ada dimasyarakat
perdesaan agar dapat berkembang menjadi kekuatan
ekonomi nasional.
1.2.Maksud
Pelatihan Motivasi Berprestasi dan Kewirausahaan
Berbasis Pendekatan spiritual dimaksudkan sebagai
wahana melakukan rekayasa sosial (sosial engginering)
untuk mendorong peningkatan produktifitas dan kemandirian masyarakat agar mampu bekerja mandiri
(Self-employment), mendorong lahirnya wirausahawan
baru dan memberi energi untuk penguatan kelembagaan
masyarakat serta mendukung pertumbuhan perdesaan.
Proses Edukasi dalam pelatihan ini dilakukan dengan
melakukan internalisasi nilai-nilai spiritual dalam setiap
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
proses pengembangan diri dan pengembangan kelembagaan (personal and institutional development).
1.3. Tujuan
a. Meningkatkan daya saing perdesaan Indonesia ditengah kompetisi global untuk kemakmuran nasional.
b. Mencetak kader wirausahawan religius-berprestasi,
yang memiliki keunggulan kompetitif dan berdedikasi tinggi terhadap terwujudnya pembangunan
berkelanjutan.
c. Memperkuat eksistensi kelembagaan masyarakat
perdesaan untuk menggerakkan kebangkitan ekonomi bangsa.
d. Menumbuhkembangkan dan melestarikan tradisi
spiritual dalam dunia bisnis, sebagai gaya hidup (life
style).
1.4. Sasaran
a. Fasilitasi upaya untuk membangun Basic Mentality
dan mendorong perubahan perilaku (behaviour) generasi perdesaan menuju terwujudnya masyarakat
enterpreneure (Entreprising Society) yang religus dan
memiliki kepedulian sosial tinggi.
b. Fasilitasi upaya transformasi perdesaan menjadi kawasan ekonomi potensial, sebagai kawasan life suport
system (sistem penyangga kehidupan) dan sebagai
basis moralitas penopang pembangunan berkelanjutan.
1.5. Ruang Lingkup
Menggerakkan perubahan cara pandang, kesadaran dan
prilaku masyarakat dan kelembagaan masyarakat dalam
bingkai pemberdayaan untuk membangun ketahanan
MODUL PELATIHAN
ekonomi, sosial dan ekologi perdesaan. Pendidikan dan
pelatihan yang didedikasikan untuk mencetak wirausahawan religius-berprestasi dan memperkuat eksistensi
kelembagaan masyarakat perdesaan.
Modul ini berisi penjelasan tentang; (1) Pendahuluan
yang berisi (Latar Belakang, Maksud, Tujuan, Sasaran,
Ruang Lingkup, Kompetensi Yang Diharapkan,
Struktur Kurikulum, Metode, Penggunaan Modul) (2)
Sekilas Tentang Motivasi Berprestasi, Kewirausahaan,
Pendekatan Spiritual, Penguatan Kelembagaan Dan
Percepatan Pembangunan Perdesaan yang berisi (Motivasi
Berprestasi, Kewirausahaan, Pendekatan Spiritual,
Penguatan Kelembagaan, Percepatan Pembangunan
Perdesaan) (3) Panduan Penyelenggaraan Pelatihan
yang berisi (Pengertian Wirausahawan Perdesaan,
Pemilihan Target Calon Wirausahawan dan Pengelola
Lembaga Masyarakat Perdesaan dan Pelatihan Calon
Wirausahawan dan Pengelola Lembaga Masyarakat
Perdesaan) (4) Modul Pelatihan Motivasi Berprestasi
Dan Kewirausahaan Berbasis Pendekatan Spiritual yang
berisi (Manajemen Diri, Adaptasi, Komunikasi dan Lobi,
Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha, Penilaian lingkungan Internal-External, Keputusan Strategis dan
Manajemen Perubahan, Mengembangkan Motivasi
Berprestasi dan Motivasi Berwirausaha, Membangun
Kerja Tim dan Manajemen Konflik, Mengembangkan
Kreatifitas dan Inovasi, Mengelola Usaha dan
Manajemen Resiko, Optimalisasi Teknologi & Informasi
untuk Pengembangan Usaha, Optimalisasi Pengelolaan
dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Perdesaan Untuk
Pengembangan Usaha, Akuntabilitas Usaha, Hukum
Dagang dan Advokasi Bisnis, Tugas dan Presentasi).
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
1.6. Kompetensi Umum Yang Diharapkan
Peserta memiliki kompetensi:
1. Memiliki pengetahuan, skill, dan wawasan tentang;
produktifitas dan kemandirian masyarakat, kewirausahaan dan penguatan kelembagaan masyarakat
serta tentang pertumbuhan perdesaan.
2. Mampu menjadi wirausahawan religius-berprestasi
yang berintegritas tinggi.
3. Mampu menyebarkan tradisi dan nilai spiritual dalam kehidupan bisnis.
4. Mampu mendukung I pewujudan kemandirian
kelembagaan masyarakat dan membantu mwujudkan transformasi perdesaan.
1.7. Struktur Kurikulum
O Orientasi Pembelajaran
Bina Suasana dan Taaruf (Perkenalan Diri)
2 Jpl
I Materi Kompetensi Dasar
a. Manajemen Diri, Komunikasi dan Lobi
b. Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha
3 Jpl
2 Jpl
II Materi Kompetensi Inti
c Manajemen Perubahan
d Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan Motivasi
Berwirausaha
e Membangun Kerja Tim (Team Building) dan manajemen
Konflik
f Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi
g Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko
h Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk Pengembangan
Usaha
j Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis
Total Jam Pelajaran
3 Jpl
3 Jpl
3 Jpl
3 Jpl
3 Jpl
2 Jpl
2 Jpl
26 Jpl
MODUL PELATIHAN
1.8. Metode
Pelatihan ini menggunakan 2 metode utama learning by
doing dan mental & spiritual power; dengan teknik modifikasi: Pikiran (cognition), Perasaan (affection) dan Perilaku
( behavior) dengan berbasis pada ethic, love dan Spirituality
serta didukung dengan Soft System Metodhology (SSM) dan
berbagai metode lain yang variatif, sehingga para peserta punya kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan
dan fleksibilitasnya dalam membawakan suatu metode.
Jika suatu sesi secara spesifik menyebutkan suatu metode
yang direkomendasikan, maka metode itu paling sesuai
untuk menimbulkan insight bagi peserta. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi fasilitator untuk
mengganti dengan metode lain yang dianggap lebih sesuai, sepanjang tujuan sesi bisa dicapai dengan baik.
Walaupun diperlukan variasi dalam metode, tetap harus
dijaga jangan sampai tujuannya hanyalah semata-mata
untuk tujuan variasi itu sendiri. Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih variasi metode:
1. Apakah metode yang dipilih akan membuat lebih
mudah mencapai tujuan sesi pelatihan?
2. Apakah waktu yang tersedia cukup?
3. Berapa jumlah peserta yang hadir dalam sesi tersebut?
4. Apakah peralatan yang dibutuhkan memang bisa
disediakan?
Beberapa metode yang dipakai dalam pelatihan ini
adalah:
 Ceramah dan penyampaian teori melalui presentasi
menggunakan audio visual
 Metode diskusi (diskusi kasus maupun film) dan
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Role Playing dilakukan secara berkelompok didalam
dan diluar kelas
 Praktek dilakukan melalui game, simulasi, dan
praktek kerja.
2. SEKILAS
TENTANG
MOTIVASI
BERPRESTASI,
KEWIRAUSAHAAN,
PENDEKATAN
SPIRITUAL,
PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN PERCEPATAN
PEMBANGUNAN PERDESAAN
2.1. Motivasi Berprestasi
Prof. Dr. David C. McClelland, psikolog dari Universitas
Harvard pada tahun 1961 adalah tokoh yang merilis teori
yang disebut “motivasi berprestasi”. Teori ini bermakna
suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Dari penelitiannya – juga Murray (1957) serta Miller dan Gordon (1970)
– dapat disimpulkan terdapatnya hubungan yang positif
antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi.
Teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Hal-hal yg memotivasi seseorang adalah (1) Kebutuhan
akan prestasi (Need for Achievement = n Ach), (2)
Kebutuhan akan afiliasi, (Need for Affiliation = n Af), (3)
Kebutuhan akan kekuatan (Need for Power = n Pow).
Untuk penjelasan yang Lebih rinci tentang motivasi
dapat di baca pada bahan bacaan.
2.2. Kewirausahaan
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar
para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian
atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah MODUL PELATIHAN
penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934),
ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi
ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara
bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).
Kewirausahaan bisa diartikan sebagai adalah kesatuan
terpadu dari semangat, nilai-nilai, dan prinsip serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu,
tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada
pelayanan terbaik kepada langganan dan piahak-pihak
lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa
dan negara.
Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Richard Cantillon (1973)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri
(self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada
masa yang akan datang dengan harga tidak menentu.
Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian
Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan
berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari
produksinya.
Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada
peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpas
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
tian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar
melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru
tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk
baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan
metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru
(new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru
dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan
organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan
kombinasi sumber daya.
Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau
kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang
dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau
belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Israel Kirzner (1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.
MODUL PELATIHAN
Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio
Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi,
mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara
yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir
dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang
dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai
pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau
kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan
selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang
kreatif dan innovatif. Selain itu, seorang wirausahawan
menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang
individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan
ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya
menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat
sementara atau kondisional.
2.3. Pendekatan Spiritual
Pendekatan spiritual adalah sebuah pendekatan yang
bertumpu pada pada Spiritual capital (modal spiritual)
yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani atau batin).
Pendekatan spiritual menyangkut suatu yang universal,
yaitu values, meaning dan purpose dalam kehidupan manusia, spiritual merupakan prinsip yang memvitalisasi
10
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
suatu organism. Spiritual dimaksudkan sebagai ‘makna,
nilai-nilai, dan tujuan fundamental’.
Spiritual capital (modal spiritual) adalah modal yang
ditingkatkan dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang ada dalam diri atau jiwa seseorang. pemanfaatan
spiritual capital akan melahirkan kecerdasan hati nurani. Kecerdasan ini yang tidak dimiliki oleh mereka para
kapitalis yang motivasi kerjanya hanya demi ‘uang’ yang
melahirkan kerusakan lingkungan,kemiskinan, penyakit
dan jurang kesenjangan sosial. Pendekatan ini merupakan sebuah solusi terhadap idiologi kapitalisme dan perlu
dibangun sebagai sebuah paradigma baru dalam pemberdayaan masyarakat.
Menurut (Danah Zohar dan Ian Marshall: 2004) spiritual
capital adalah makna, tujuan, dan pandangan yang kita
miliki bersama mengenai hal yang paling berarti dalam
hidup. Spiritual capital sebagai penyemangat sekaligus
kegelisahan, keprihatinan, kebutuhan dan pergulatan
riil eksistensial manusia yang mendalam untuk melakukan sesuatu guna menjadikan hidup mengabdi menjadi
tujuan penuh makna.
Pendekatan Spiritual mampu merubah motivasi rendah (materi/modal/uang) menuju kepada motivasi
tinggi (ekplorasi kekuatan dari alam, penguasaan diri
dan pengabdian lebih tinggi), konsep pendekatan spiritual mengadopsi sistem adaptif komplek manusia dengan 12 prinsip dasar transformasional, yaitu: kesadaran
diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, holistic, kepedulian, menyantuni keragaman, indepndensi
terhadap lingkungan, membingkai ulang, pemaknaan
positif atas kemalangan, rendah hati dan keterpanggi-
MODUL PELATIHAN
11
lan. Melalui desain motivasi baru yang diawali dengan
pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (ego) dan keterlibatan sosial sebagai kebutuhan lebih tinggi. Design
motivasi ini berbanding berbalik dengan teori motivasi
hirarki kebutuhan Abraham Maslow dengan diawali
tingkat kebutuhan paling rendah, yaitu: kebutuhan fisiologis, keselamatan dan keamanan (safety and security),
rasa memiliki (belongingness), harga diri (esteems), dan
perwujudan diri (selfactualization).
Dengan Pendekatan spirtual yang ada dalam diri seseorang akan mampu membangkitkan motivasi tinggi
dalam memandang kehidupan, tidak lagi hanya memandang sebatas materi tetapi menjadikan hidup ini penuh
arti dan makna yang lebih tinggi. Motivasi tinggi dan
perubahan paradigma hidup yang tumbuh dari dalam
diri menurut Danah Zohar dan Ian Marshall merupakan
kecerdasan hati nurani, dengan diawali pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Pendekatan Spiritual berorientasi berkelanjutan melalui;
sistem yang bersifat holistik, kemampuan mengatur diri
(self organizing), dan eksploratoris (selalu mencari yang
terbaik). Upaya tersebut mengarahkan pada terbentuknya makna, nilai dan keyakinan.
Upaya-upaya pengembangan skala motivasi yang bersumber dari Pendekatan spiritual diharapkan akan
berimplikasi pada peningkatan sumber daya, kepedulian, dan kerjasama sosial. Pencerahan pada masyarakat
yang termarjinalkan perlu dilakukan melalui perubahan paradigma, dalam bentuk memberdayakan spiritual
capital pada masyarakat, hal ini jika perbaikan nasib masyarakat masih menjadi satu impian.
12
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
2.4. Penguatan Kelembagaan
Penguatan Kelembagaan adalah serangkaian upaya terpadu untuk memperkuat eksistensi kelembagaan, dengan meningkatkan kapasitas SDM kelembagaan dan
sarana prasarana kelembagaan masyarakat guna menjamin efektivitas dan efisiensi pemberdayaan masyarakat
perdesaan khususnya dalam aspek ekonomi, sosial dan
ekologi . Sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya
kesesuaian antara peran, eksistensi, dan fungsi, struktur
organisasi dan kualifikasi maupun jumlah SDM, serta
terbangunnya hubungan kerja antar stakeholders.
Upaya Penguatan Kelembagaan dilakukan dengan
mengembangkan kelembagaan yang dapat mempercepat proses modernisasi perekonomian masyarakat
perdesaan melalui pengembangan agribisnis dengan
menitikberatkan pada pengembangan organisasi bisnis
termasuk jaringan kerja produksi dan jaminan pemasaran yang terlembaga dan dikuasai kelompok masyarakat
dengan dukungan pelaku ekonomi lainnya secara kemitraan.
Demikian halnya dilakukan dengan meningkatkan investasi dalam sumberdaya manusia yang dapat mendorong produktifitas, kewiraswastaan dan ketahanan sosial
masyarakat perdesaan untuk mengembangkan kehidupan ekonomi-sosial masyarakat. Serta Meningkatkan
ketersediaan pelayanan, prasarana-prasarana perdesaan
untuk mendukung proses produksi, pengolahan dan
pemasaran serta pelayanan sosial masyrakat.
MODUL PELATIHAN
13
2.5. Percepatan Pembangunan Perdesaan
Mempercepat pembangunan pedesaan diperlukan terobosan program yang melibatkan berbagai pihak yang
perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi, salah
satu program keterpaduan tersebut adalah pembangunan kawasan agropolitan. Pengembangan agropolitan
disetiap daerah berarti membangun titik-titik tumbuh
ekonomi daerah berbasis pertanian, dengan harapan satu
titik tumbuh akan dapat mendinamisasi dan menstimulasi tumbuh dan berkembangnya titik-titik tumbuh yang
lain dan seterusnya. Bila keadaan ini dapat berjalan lancar maka dengan sendirinya percepatan pertumbuhan
ekonomi pedesaan dapat dengan mudah diwujudkan
(Tan, Firwan, 2007, Pembangunan Sistem Usaha Ekonomi
Inovatif di Daerah, Masalah dan Kebijakan, FE-Unand Mei
2007.)
3. MODUL PELATIHAN
MOTIVASI BERPRESTASI
DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENDEKATAN
SPIRITUAL
3.1. Manajemen Diri, Komunikasi dan Lobi
1. Deskripsi
Musuh terbesar dalam bekerja dan berkarya, seorang
manusia adalah waktu. Waktu yang telah terlewat dengan sia-sia atau percuma, tidak dapat kembali begitu
saja. Tidak dapat dibeli dengan uang. Oleh karena itu,
manfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam bekerja dan
berkarya. Seperti halnya diingatkan Allah dalam Surat
Al Asr (Allah, SWT, Telah Bersumpah demi waktu bahwa manusia dalam keadaan merugi kecuali orang orang
14
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
yang beriman dan beramal sholeh dst). Time is money
demikianlah ungkapan yang sering kita dengar. Untuk
itu dalam berkarya dalam organisasi sosial maupun bisnis, perlu adanya manajemen waktu yang baik - dimana
produktivitas, efektivitas, dan efisiensi sebagai tolak
ukurnya. Untuk menggapai kesuksesan seseorang wajib mengelola waktu sebaik mungkin. Demikian halnya dibutuhkan
kemampuan untuk berkomunikasi karena komunikasi
adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat
terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia
adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain
dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi
baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh
dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
2. Tujuan
Peserta dapat memahami pentingnya manajemen waktu
dan pengembangan diri, mampu mengidentifikasi proses komunikasi dan memiliki kemahiran dalam lobi.
3. Pokok bahasan
a. Pemahaman tentang manajemen waktu, pengembangan diri dan meditasi
b. Pengertian Komunikasi, Tujuan Komunikasi, Proses
dan Dasar Komunikasi, Jenis dan Bentuk Komunikasi,
Hambatan Komunikasi.
c. Pengertian lobi, Tujuan lobi, Proses dan Dasar lobi,
Jenis dan Bentuk lobi, Hambatan lobi.
MODUL PELATIHAN
15
4. Alat dan Bahan
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
5. Metode
a. Ceramah Singkat
b. Curah Pendapat
c. Praktek Komunikasi dan Lobi
6. Waktu
2 Jam Pelajaran
7. Langkah
1. Sesi dibuka dengan mengeksplorasi surat Al Asr
2. Fasilitator menjelaskan manajemen waktu, manajemen pengembangan diri, meditasi, komunikasi dan
lobi.
3. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok
4. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan
praktek komunikasi dan lobi (dengan penjelasan telampir dalam lampiran tugas/game)
5. Fasilitator menyimpulkan praktek komunikasi.
8. Tugas
1.Game Bercermin
Minta setiap peserta untuk berpasangan, 1 orang
menjadi bayangan di cermin dan 1 orang menjadi seseorang yang sedang berdandan di depan cermin.
Bayangan harus mengikuti gerak – gerik orang yang
berdandan.
Keduanya harus bekerja sama agar bisa bergerak secara kompak dengan kecepatan yang sama.
16
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
2.Game Lobi
Minta peserta untuk berpasangan dalam 3 kelompok, 1 kelompok berperan menjadi lobiyes, 1 kelompok menjadi pengusaha/ birokrat dan Donor yang
sedang saling menegosiasikan kepentingan satu kelompok menjadi pesaing kelompok lobiyes.
Minta peserta menegosiasikan tema/kepentingan
politik/bantuan pendanaan/ tawar menawar bisnis
Jelaskan permainan dan tutup sesi dengan penjelasan.
9. Bahan Ajar
A.Bahan Ajar Manajemen Waktu
Membuat daftar aktivitas pekerjaan (to do lists)
adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan.
Gunanya adalah untuk mengingatkan semua aktivitas yang akan dikerjakan. Disini Anda akan belajar menghargai waktu dan pentingnya batas waktu
setiap pekerjaan (deadline). Tanpa batasan seperti
ini, biasanya seseorang lupa akan semua tanggungjawab pekerjaannya. Lupa akan harus bekerja secara
produktif, efektif, dan efisien. Itulah gunanya deadline.
7 Prinsip manajemen waktu yang kreatif menurut DR Jan Yager: selalu aktif (bukan reaktif),
tentukan
sasaran,
tentukan
prioritas
dalam bertindak, pertahankan fokus, ciptakan tenggat waktu yang realistis, dan lakukan sekarang juga
(DO IT NOW):
D = Divide (bagi-bagilah tugas).
O = Organize (atur bagaimana melaksanakannya).
MODUL PELATIHAN
17
I = Ignore (abaikan gangguan).
T = Take (ambil kesempatan).
N = Now (sekarang harus dijalankan).
O = Opportunity (ambil kesempatan).
W = Watch out (waspada dengan waktu).
“Penundaan adalah pencuri waktu” (Edward Young,
Night Thoughts). Hambatan utama dalam mengatur
waktu adalah ketidak mampuan untuk berkata “tidak”, penundaan, pekerjaan tulis menulis, mengendalikan pengaruh telepon dan televisi, kegagalan
dalam menentukan prioritas, waktu pulang pergi
dalam melakukan perjalanan, mengeluh, dan alasan.
Manfaatkanlah waktu yang “tersembunyi” secara
produktif.
“Waktu adalah sesuatu paling bernilai yang dapat
dihabiskan manusia” (Theophrastus, 278 SM).
B. Bahan Ajar Konsep Diri
Salah satu kriteria kesuksesan dalam membina
hubungan dengan orang lain adalah bagaimana kita
mengetahui siapa diri kita (who am I ?) khususnya
dalam hubungannya dengan orang lain di mana
mereka terlibat di dalamnya. Secara umum konsep
diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan
individu tentang dirinya yang mencakup : komponen kognitif dan afeksi. Komponen kognitif disebut
sebagai ’citra diri’ (self image) sedangkan komponen afektif disebut dengan ’harga diri’ (self esteem).
Contoh pernyatan berikut : ”saya ini orang bodoh”
adalah sebagai komponen kognitif, sedangkan komponen afektifnya adalah ”saya malu sekali karena
saya menjadi orang bodoh”. Kedua komponen terse18
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
but sangat berpengaruh pada pola hubungan dengan orang lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi
konsep diri, yaitu : orang lain dan kelompok rujukan.
1. Orang lain
Dalam hubungannya dengan orang lain, jika kita
diterima, dihormati dan disenangi orang karena keadaan diri kita, maka kita akan cenderung bersikap
menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya
bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, maka kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa orang-orang yang dinilai baik
oleh orang lain (orang yang terdekat) cenderung
mempunyai konsep diri yang baik pula. Konsep diri
bukan merupakan fakta yang dibawa sejak lahir,
tetapi merupakan faktor yang dapat dipelajari dan
terbentuk dari pengalaman individu dalam hubungannya dengan individu lain.
2. Kelompok Rujukan
Dalam pergaulan bermasyarakat, kita menjadi anggota berbagai kelompok masyarakat. Setiap kelompok akan mempunyai norma-norma tertentu yang
harus dipatuhi oleh anggota kelompoknya. Ada
kelompok yang secara emosional mengikat kita dan
berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri
kita. Kelompok rujukan ini merupakan kelompok
yang dapat mengarahkan perilaku para anggota
kelompoknya. Kalau kita menjadikan kelompok
Nahdlatul Ulama menjadi kelompok rujukan kita,
maka norma-norma dalam Nahdlatul Ulama menMODUL PELATIHAN
19
jadi ukuran dan acuan perilaku kita.
Konsep diri berarti ramalan yang dipersiapkan untuk diri sendiri atau dapat menggambarkan secara
obyektif diri individu sebagaimana diramalkan;
karena ketika seseorang membentuk konsep dirinya,
maka berarti ia mendefinisikan dirinya dan membuat
janji bahwa ia akan melanjutkan menjadi dirinya
seperti sekarang atau seperti yang lalu. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penghargaan terhadap dirinya
dapat menentukan bagaimana seseorang bertindak
dalam hidupnya. Bila seseorang berfikir bahwa ia
mungkin gagal, maka sebenamya ia mempersiapkan
dirinya untuk gagal, sebaliknya bila berfikir akan
berhasil dan sukses, maka berarti ia mempersiapkan
diri untuk berhasil dan sukses.
Kemampuan Diri Dan Berfikir Kreatif
Orang yang selalu produktif biasanya berkaitan dengan kemampuannya dalam berfikir dan berkreativitas. Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari pada kita
atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Tim sepak
bola dipuja ketika timnya menang mengalahkan lawannya dan dicaci maki ketika kalah. Orang-orang
yang sukses dalam bidang apapun baik profesional
maupun non profesional pada umumnya mendapat
simpati orang banyak. Hasil penelitian Aronson
menunjukkan bahwa terdapat 4 kondisi orang berkemampuan yaitu :
1. Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan
berbuat salah;
2. Orang berkemampuan tinggi tetapi tidak berbuat
20
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
salah;
3. Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan
berbuat salah;
4. Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak
berbuat salah
Orang yang yang memiliki kemampuan tinggi dan
berbuat salah dinilai yang ‘paling menarik’ dan ‘paling disukai’, sedangkan orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah dinilai paling
‘tidak menarik’ dan ‘paling tidak disukai’. Orang
sempurna tanpa kesalahan adalah orang yang disukai nomor dua dalam hal daya tarik; sedangkan
orang biasa yang tidak berbuat salah menduduki
nomor tiga. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa jika anda cerdas, tampan/cantik dan serba bisa
usahakan supaya jangan terlalu sempurna, tunjukkan sisi kelemahan anda, karena jika anda sangat
sempurna, maka anda bukanlah ‘man’ atau ‘women’
tetapi ‘superman’ atau ‘superwomen’.
Kreativitas adalah sesuatu yang dapat dipelajari,
oleh karena itu setiap individu dapat belajar menjadi
kreatif atau setiap orang pada dasarnya dapat menjadi individu kreatif.
Pengembangan & Analisis Diri
Pengenalan diri dapat dicapai melalui pengalaman
dalam interaksi dengan orang lain, dan untuk mengetahui siapa dirinya tidaklah mudah. Salah satu
instrumen yang dikembangkan oleh Johari yang
dikenal dengan ’Jendela Johari’ kiranya dapat digunakan untuk memahami dan mengenal siapa dirin-
MODUL PELATIHAN
21
ya. Untuk memudahkan pemahaman tentang instrumen ’Jendela Johari’ dapat digambarkan sbb :
Saya tahu Orang lain tahu
I. PRIBADI TERBUKA
( ARENA )
Orang lain tidak tahu
II. PRIBADI TERSEMBUNYI
( FECADE )
Saya tidak tahu
III. PRIBADI TERLENA
( BLINDSPOT )
IV. PRIBADI YANG TIDAK
DIKENAL SIAPAPUN
( UNDISCOVERED )
Keterangan :
Bidang I : Arena
♦ Pribadi yang disadari dan ditampilkan kepada
orang lain atas kemauan sendiri;
♦ Pribadi yang potensial untuk menjalin hubungan
yang lebih luas dan mendalam;
♦ Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi
dengan siapapun;
♦ Biasanya mempunyai teman banyak;
Bidang II : Fecade ‘
♦ Pribadi yang disadari oleh diri sendiri, lelapi secara sadar disembunyikan dari orang lain;
♦ Bisa jadi karena tidak tahu bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain;
♦ Mempunyai hambatan dalam berkomunikasi.
Bidang III : Blindspot
♦ Pribadi yang tanpa disadari oleh diri sendiri, teta22
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
pi tersampaikan kepada orang lain;
♦ Sering memunculkan sifat-sifat, perilaku yang tidak disadari oleh dirinya seperti sering melakukan interupsi, senang membantah dll.
Bidang IV : Undiscovered
♦ Pribadi yang tidak dikenal oleh diri sendiri maupun orang lain;
♦ Seringkali berupa kebutuhan-kebutuhan atau
motiv-motiv yang terlupakan.
C. Bahan Ajar Meditasi
Pengertian Meditasi
Meditasi adalah teknik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol
secara sadar (Walsh, 1983 dalam Subandi, 2002).
Meditasi juga merupakan salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam psikologi transpersonal
(Walsh & Vaughan, 1993 dalam Davis, 2004; Daniels,
2005) Dalam psikologi transpersonal, kebanyakan
meditasi bentuknya adalah melibatkan fokus perhatian pada suatu objek (seperti nafas atau kata-kata
yang diucapkan pelan-pelan dan berulang-ulang)
atau perhatian penuh pikiran kepada semua isi dari
kesadaran (Davis, 2004). Meditasi umumnya mengacu pada keadaan dimana tubuh secara sadar menjadi
rileks dan pikiran dibiarkan menjadi tenang dan terpusat. Beberapa agama mencakup pula meditasi ritual, meskipun meditasi itu sendiri tidak harus merupakan aktivitas religius atau spiritual. Kebanyakan
MODUL PELATIHAN
23
dari meditasi yang populer berasal dari Timur, terutama yang berasal dari tradisi meditasi Kristiani,
Yahudi dan Islam (Wikipedia Encyclopedia, 2005).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) meditasi diartikan sebagai pemusatan pikiran dan perasaan
untuk mencapai sesuatu. Menurut Walsh & Vaughan
(1993 dalam Davis, 2004) meditasi adalah latihan untuk memfokuskan atau menenangkan proses-proses
mental dan membantu seseorang untuk mencapai
keadaan transpersonal. Menurut Tart (1993) ”trans”
berasal dari bahasa Latin yang sama artinya dengan
beyond (=melewati), melewati ”persona,” topeng sosial, suatu self biasa (the ordinary self), yang bersifat
personal.
Teknik-Teknik Meditasi
Menurut Ken Wilber (dalam Rowan, 1993), untuk
memahami proses perkembangan psikospiritual
dapat digunakan dua dimensi dimana keduanya
dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu eros vs
thanatos (cinta vs mati). Berdasarkan kedua dimensi
tersebut Wilber membagi teknik meditasi dalam empat kuadran, yaitu the way of form, the expressive way,
the negative way, dan the facilitative way.
The Way of Form dikenal sebagai meditasi konsentratif atau absortif, yaitu beberapa cara yang melibatkan objek nyata, seperti mantra, yantra (desain simbolik), mudra (gerakan tangan), bija (afirmasi), kasina
(permukaan atau warna), simbol (seperti naga, salib,
teratai, hati, matahari).
The Expressive Way berkaitan dengan Tuhan, spirit,
dan energi. Merupakan versi dari meditasi dinamis,
24
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
meliputi: pernafasan kasar, gerakan cepat, nyayian keras, dan lain-lain. Dengan cara ini seseorang
mengambil sesuatu yang mengganggu, dan yang
dalam bentuk meditasi lain seringkali musuh harus
dikatakan dan sebagai pusat dari meditasi. Beberapa
bentuk teknik ini antara lain shamatic, metode tantri, dan sufi dancing (dzikir), dan ”berbicara di lidah”
dalam gereja Charismatic.
Dengan The Negative Way, seseorang mencoba
menyingkirkan semua bentuk, semua ekspresi.
Cara kerjanya adalah letting go, namun dalam cara
mengosongkan pikiran. Beberapa contohnya adalah
Meditasi Pantajali yoga, latihan Zen shikan-taza, netineti (bukan ini, bukan itu)
Dengan The Facilitative Way, seseorang membuka
kesadaran kepada “apa yang ada di sana”. Bentuk
meditasi ini merupakan semua hal tentang kesaksian terhadap apapun yang terjadi, fokusnya adalah
mengalir dengan apapun yang dialami, mengikutinya, dan membiarkannya. Dengan meditasi Vipassana,
Mahavipassana, dan Satipathanna, seseorang berada
pada pikiran yang penuh dari apapun yang berlalu.
Selain meditasi berdasarkan keempat kuadran
menurut Wilber di atas, terdapat pula beberapa jenis
”meditasi” yang lain, yaitu: active imagination dan visualisasi (Rowan, 1995).
Implikasi dari makna meditasi dan teknik-teknik
meditasi di atas diperlukan pemahaman terhadap
ciri-ciri khas aktivitas meditasi yang terkait dengan
pemenuhan tempat yaitu ruang, elemen-elemen ruang yang mendukung dalam proses bermeditasi.
MODUL PELATIHAN
25
Aktivitas meditasi sebagai metode peningkatan taraf
kesadaran, ketenangan pikiran, relaksasi dan pemusatan pikiran, maka dibutuhkan suasana ruang atau
tempat yang cukup tenang. Pada masa lalu, ketenangan meditasi dilakukan dengan cara mengasingkan
diri, yaitu melakukan meditasi di dalam goa, tempat-tempat yang tinggi, air terjun, atau di dalam biara ( MacWeeney & Ness, 2002). Ditinjau pada masa
sekarang timbul pertanyaan ” bagaimana masyarakat perkotaan dapat belajar meditasi dan melakukan
meditasi tanpa harus mengasingkan diri di tempattempat yang terpencil ? Tetapi masyarakat dapat
melakukan meditasi dalam aktivitas sehari-hari baik
di rumah maupun di kantor ”
D. Bahan Ajar Komunikasi
Deskripsi
Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang
kita miliki, pengetahuan dan keterampilan yang
menyangkut komunikasi termasuk di antara yang
paling penting dan berguna. Melalui komunikasi
intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang
ini dan itu, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan
yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui
komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan
orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri,
dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain.
Apakah kepada pimpinan, teman sekerja, teman
seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui
komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalangnya
26
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
memperbaiki) hubungan pribadi kita.
Pengertian komunikasi, komponen dan tujuan komunikasiIstilah “Communis, Communico (Latin)”,
yang artinya “membangun kebersamaan antara dua
orang atau lebih. “Komunikasi” (Everett M. Rogers,
2004) merupakan suatu proses di mana dua orang
atau lebih melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba
kepada saling pengertian.
Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan
oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang
mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut
jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan
bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh
satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima
pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi
dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh
tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat
kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat
intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato
terbuka, atau komunikasi masa.
MODUL PELATIHAN
27


















Komponen
KomponenKomunikasi.
Komunikasi.
a. Lingkungan
komunikasi Lingkungan (konteks)
a. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks)
komunikasi
setidak-tidaknya
memiliki
tiga dimensi:
komunikasi
setidak-tidaknya memiliki
tiga dimensi:
1. Fisik,
adalah
ruang
dimana
berlang1. Fisik,
adalah
ruang
dimana komunikasi
komunikasi berlangsung
sungyang
yang
nyata
berwujud.
nyata
atauatau
berwujud.
meliputi,
misalnya
tata hu2. Sosial-psikoilogis,
2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya
tata hubungan
bungan
status
di antara
mereka
yang terlibat,
pestatus
di antara
mereka
yang terlibat,
peran yang
dijalankan
orang, serta
aturanserta
budaya
masyarakat
di
ran yang
dijalankan
orang,
aturan
budaya
mana
mereka
berkomunikasi.
Lingkungan
atau
masyarakat di mana mereka berkomunikasi.
konteks iniatau
jugakonteks
mencakup
persahabatan
Lingkungan
inirasa
juga
mencakupatau
rasa
permusuhan,atau
formalitas
atau informalitas,
serius atau
persahabatan
permusuhan,
formalitas
atau
senda
gurau,
informalitas, serius atau senda gurau,
3. Temporal(waktu),
(waktu), mencakup
waktu waktu
dalam hitungan
3. Temporal
mencakup
dalam
jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi
hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komuniberlangsung.
kasi berlangsung.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi;
masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi
28
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat
mengakibatkan berubahnya suasana persahabatanpermusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan
fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan
malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut
dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses
komunikasi tidak pernah statis.
b. Sumber-Penerima Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang
yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber
(atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda
menerima pesan dengan mendengarkan, membaca,
membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga
menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan
anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda
sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain
(secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan
melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk
mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat nonverbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
c. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan
menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menMODUL PELATIHAN
29
ulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang
suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan
gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi,
kita melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya,
mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding
(decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan,
anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan
dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau
pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya
sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi
ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar
(dekoding).
d. Kompetensi KomunikasiKompetensi komunikasi
mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989).
Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan
komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu
topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang
lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonver30
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
bal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras,
serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari
kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan
mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin
tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan,
yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda
ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda
miliki untuk mengungkapkan diri.
e. Pesan Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak
bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini
melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap
pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis),
ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai
contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara
kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan
kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum.
Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam
melakukan komunikasi.
f. Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung
melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua,
tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita
berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi
kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima
MODUL PELATIHAN
31
isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga
memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun
komunikasi (saluran taktil).
g. Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang
dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat
berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam
diagram universal komunikasi tanda panah dari satu
sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain
dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda
menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri
anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik
dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang
anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda
melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat
datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau
senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah
bentuk umpan balik.
h.Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber
dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan
ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan
yang diterima.
Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada
orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang
sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah men32
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
gartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga
macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam
Definsi
Contoh
Fisik
Interferensi dengan
transmisi fisik
isyarat atau pesan
lain
Desingan mobil yang lewat,
dengungan komputer,
kacamata
Psikollogis
Interferensi kognitif
atau mental
Prasangka dan bias pada
sumber penerima, pikiran
yang sempit
Semantik
Pembicaraan dan
pendengar memberi
arti yang berlainan
Orang berbicara dengan
bahasa yang berbeda,
menggunakan jargon atau
istilah yang terlalu rumit yang
tidak dipahami pendengar
Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan.
Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali,
kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya.
Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan
nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi
gangguan.
i. Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak
atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin
MODUL PELATIHAN
33
memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana
menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual
atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh
sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif.
Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau
gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau
melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal
yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.
j. Etik dan Kebebasan MemilihKarena komunikasi
mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini.
Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka
ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang
efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.
Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan
prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita
tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena
etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi
seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian
integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan
yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.
34
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi
bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis
bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan
memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan
yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila
mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan
menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan
informasi yang relevan dalam menentukan pilihan.
Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah
komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya
atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal
akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat
rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan
demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika
saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih
ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan
bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya,
kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih
dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anakanak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk
menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka
sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis
obat), sehingga harus ada orang lain yang melakuMODUL PELATIHAN
35
kannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang
menderita keterbelakangan mental membutuhkan
orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu
bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini.
Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer,
bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi
tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan
sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.
Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan
memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih
mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk
merasa aman dalam rumah mereka.
36
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
3. Tujuan Komunikasi Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini
tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka.
Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi
berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat
elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan
komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang
akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).
a. Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai
diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya,
persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa
yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang
lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaanperjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang
lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa
perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita
merasa ”normal.”
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah
melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding
MODUL PELATIHAN
37
diri kita dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak
bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek,
peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan
informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produkproduk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh
dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari
interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak
informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang
lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahanbahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b. Untuk berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara
hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai
dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan
menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu
dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan
teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua,
anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan
mitra kerja.
c. Untuk meyakinkan Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku
kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan,
yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai
38
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai
pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali
anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja
di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau
bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai
bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi,
kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan
persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi seharihari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang
lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu,
menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah
tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar,
menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit
saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.
d. Untuk bermain Kita menggunakan banyak perilaku
komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita
mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film
sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak
dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir,
tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat
perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih
banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat
MODUL PELATIHAN
39
tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan
tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak
komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab
tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya,
setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi
beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.
B. Prinsip-prinsip komunikasi
Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan menjelaskan beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali sifat atau hakikat atau
karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan
prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat penting untuk memahami komunikasi dalam segala
bentuk dan fungsinya.
1. Komunikasi Adalah Paket Isyarat Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi
dalam ”paket”. Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua
bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersamasama untuk mengkomunikasikan makna tertentu.
Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata
sementara seluruh tubuh kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum.
Seluruh tubuh—baik secara verbal maupun nonverbal—bekerja bersama-sama untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan kita.
Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil, pidato di muka umum, atau
media masa, kita kurang memperhatikan sifat paket
dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila
40
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
ada ketidakwajaran---bila jabatan tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup
menyertai pandangan yang tajam, bila kegelisahan
menyertai ekspresi nyaman dan santai—kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang bersangkutan.Pesan yang Kontradiktif
Bayangkanlah seseorang yang mengatakan ”Saya
begitu senang bertemu dengan anda,” tetapi. berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat kesana-kemari untuk mengetahui siapa lagi
yang hadir. Orang ini mengirimkan pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang kontradiktif
(juga dinamai ”pesan berbaur” oleh beberapa penulis) pada pasangan yang mengatakan bahwa mereka
saling mencintai tetapi secara nonverbal melakukan
hal-hal yang saling menyakiti, misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan pakaian yang tidak disukai pasangannya, menghindari
kontak mata, atau tidak saling menyentuh.
Pesan-pesan tersebut ada juga yang mengatakan
sebagai ”diskordansi” (discordance) merupakan akibat dari keinginan untuk mengkomunikasikan dua
emosi atas perasaan yang berbeda. Sebagai contoh,
anda mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan positif ini, tetapi anda juga
tidak menyukai orang itu dan ingin mengkomunikasikan perasaan negatif ini juga. Hasilnya adalah
anda mengkomunikasikan kedua perasaan itu, satu
secara verbal dan lainnya secara nonverbal.
MODUL PELATIHAN
41
2. Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian
Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama. Ini
jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan
bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi
dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda.
Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita
menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama. Orang tua
dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai
arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan.
Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa
artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain
memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali
membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar
memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.
3. Komunikasi
Hubungan
Mencakup
Dimensi
Isi
Dan
Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu,
berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan
pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan di antara kedua pihak. Sebagai
contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada
42
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
bawahannya, ”Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi
(kandungan, atau content) dan aspek hubungan (relational).
Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang
diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan penggunaan
kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak
Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali
akan lebih jelas terlihat bila kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya.
Hal ini akan terasa janggal dan tidak layak karena
melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan.
Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek hubungannya dapat
berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan
isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan ”Sebaiknya anda menjumpai
saya setelah rapat ini” atau ”Dapatkah kita bertemu
setelah rapat ini?” Dalam kedua hal, isi pesan pada
dasarnya sama—artinya, pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama—
tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal
kalimat pertama, jelas tampak hubungan atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan bawahan.
Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan
yang lebih setara dan memperlihatkan penghargaan
kepada bawahan.Ketidakmampuan Membedakan
Dimensi Isi dan Hubungan.
MODUL PELATIHAN
43
Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh
ketidakmampuan mereka mengenali perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi.
Perbedaan/perselisihan yang menyangkut dimensi
isi relatif mudah dipecahkan: Relatif mudah untuk
memeriksa fakta yang dipertengkarkan. Sebagai
contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya
kepada seseorang tentang apa yang sesungguhnya
terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau mengakui bahwa
per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal
hubungan, bukan soal isi.
4. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan
Komplementer Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris
dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya.
Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang
lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain
mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa
cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu;
jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini
bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada
meminimalkan perbedaan di antara kedua orang
yang bersangkutan.
Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam
bentuk persaingan dan perebutan pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan kesebandingan atau
keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggu44
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
lannya dari yang lain. Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan
dengan cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup
kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu
itu harus dilakukan. Terjadilah perebutan pengaruh.
Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan.
Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang
berhak memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat
dengan mudah dipahami, tuntutan pengakuan akan
kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.
Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang
berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer
dari yang lain. Dalam hubungan komplementer
perbedaan di antara kedua pihak dimaksimumkan.
Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu
atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain
pasif; yang satu kuat, yang lain lemah . Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini —misalnya, hubungan antara guru dan murid, atau antara
atasan dan bawahan—. Walaupun hubungan komplementer umumnya produktif di mana perilaku
salah satu mitra melengkapi atau menguatkan
perilaku yang lain, masih ada masalah. Salah satu
masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal baik oleh banyak mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang berlebihan. Sementara
hubungan komplementer antara seorang ibu yan
MODUL PELATIHAN
45
melindungi dan membimbing dengan anaknya
yang sangat bergantung kepadanya pada suatu saat
sanglt penting dan diperlukan untuk kehidupan si
anak, hubungan yang sama ketika anak ini beranjak
dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan
anak itu selanjutnya. Perubahan yang begitu penting
untuk pertumbuhan tidak dimungkinkan terjadi.
5. Rangkaian Komunikasi Dipunkuasi
Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang
kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas.
Sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak
komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau ke dalam
stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menamai beberapa di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan
lainnya sebagai efek atau tanggapan.
Setiap tindakan merangsang tindakan yang lain.
Masing-masing tindakan berfungsi sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi, tidak ada stimulus awal.
Masing-masing kejadian dapat dianggap sebagai
stimulus dan masing-masing kejadian dapat pula
dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa ditentukan
mana yang stimulus dan mana yang tanggapan. Jika
kita menghendaki komunikasi efektif—jika kita ingin memahami maksud orang lain—maka kita harus
melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi
orang lain. Selanjutnya, kita harus menyadari bahwa
punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada
dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi
46
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
kita sendiri yang unik dan bisa keliru.Komunikasi
adalah proses transaksionalKomunikasi adalah
transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa
komunikasi merupakan suatu proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu
kesatuan atau keseluruhan.
Komunikasi adalah Proses
Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu.
Segala hal dalam komunikasi selalu berubah —kita,
orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan
kita—.Komponen-komponen Komunikasi Saling
Terkait
Dalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap komponen yang
lain. Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen: Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain.
Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa
penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan
tidak akan umpan balik tanpa adanya penerima.
Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada
sembarang komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain. Misalnya, anda
sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda datang masuk ke kelompok. Perubahan ”khalayak” ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan lain. Barangkali anda atau te-
MODUL PELATIHAN
47
man-teman anda akan mengubah bahan pembicaraan atau mengubah cara membicarakannya. Ini juga
dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu
berbicara, dan seterusnya. Apa pun perubahan yang
pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul
sebagai akibatnya. Komunikator bertindak sebagai
satu kesatuan
Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi
dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara
biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai
makhluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual
saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita
pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual,
secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh
dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam
komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang
dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada
kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita —pengalaman
masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita,
keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain.
Jadi, dua orang yang mendengarkan sebuah pesan
seringkali menerimanya dengan arti yang sangat
berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara
berbeda.
6. Komunikasi Tak Terhindarkan Anda mungkin
menganggap bahwa komunikasi berlangsung seca48
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
ra sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar.
Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi,
seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin
berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda tidak
bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti bahwa
semua perilaku merupakan komunikasi; misalnya,
jika sang murid melihat ke luar jendela dan guru tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi.
Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita
tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain.
misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke
arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu.
Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau
secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa
tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari
lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.
7. Komunikasi Bersifat Tak Reversibel Anda dapat
membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu.
Sebagai contoh, anda dapat mengubah air menjadi
es dan kemudian mengembalikan es menjadi air,
dan anda dapat mengulang-ulang proses dua arah
ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang
bersifat tak reversibel (irreversible). Prosesnya hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah anggur
menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda
tidak bisa mengembalikan sari anggur menjadi buah
anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini,
proses tak reversibel. Sekali anda mengkomunikasiMODUL PELATIHAN
49
kan sesuatu, anda tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Tentu saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda
sampaikan; anda dapat saja, misalnya, mengatakan,
“Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud mengatakan seperti itu.” Tetapi apa
pun yang anda lakukan untuk mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri,
sekali telah dikirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang mengatakan,
nasi telah menjadi bubur.) l Prinsip ini mempunyai
beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik,
kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali.
Pesan yang mengandung komitmen—pesan “aku
cinta kepadamu” dengan segala macam variasinya— juga perlu diperhatikao , lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi
komunikasi publik atau komunikasi masa, di mana
pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan
jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.
C. Persepsi dalam konteks komunikasi
Proses Persepsi
Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di ”luar sana” dengan
pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang
50
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
mencapai otak kita Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami komunikasi.
1. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama alat-alat indra distimulasi (dirangsang): Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium
parfum orang yang berdekatan dengan kita, Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang
berkeringat ketika berjabat tangan.
2. Stimulasi terhadap Alat Indra Diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur
berbagai prinsip. (makalah persepsi)
3. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi
Tahap ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini ini
untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif
yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiranevaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai,
keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan
emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan
kita akan validitas beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasii ini belum tentu berlaku untuk
seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian
cukup besar orang.
MODUL PELATIHAN
51
       



Proses Yang Mempengaruhi Persepsi
       
Antara kejadian
stimulasi
dengan
evaluasi
atau
penafsi






ran terhadap stimulasi, persepsi dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis penting. Diantarannya : teori
      
kepribadianl implisit (implicit personality theory), ramalan





proph-
yang terpenuhi
dengan
sendirinya
(self-fulfilling




 
ecy), aksentuasi
perseptual
(perceptual
accentuation),
primasi-resensi (primacy-recency), konsistensi (consistency),

dan stereotiping (stereotyping). Lihat Gambar dibawah.
      




















a. Teori Kepribadian Implisit
Bacalah pernyataan singkat berikut. Tandailah karakteristik dalam tanda kurung yang kelihatannya paling cocok untuk melengkapi kalimat tersebut:
Agus bergairah, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan
(cerdas, kurang cerdas)
Dewi berani, tegar, dan (ekstrovert, introvert)
Sitha periang, lincah, dan (langsing, gemuk)
52
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Hari ramah, posiif, dan (menarik, tidakm menarik)
Kata-kata tertentu tampaknya benar dan lainnya kelihatannya salah. Yang membuatnya kelihatannya salah dan
kelihatan benar adalah teori kepribadian imlisit. Sistem
aturan yang mengatakan kepada kity mana karakteistik
yang sesuai untuk karakteristik yang lain.
Kebanyakan teori orang mengatakan bahwa seseorang
yang bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar pasti juga cerdas. Tentu saja tidak ada alasan logis
untuk mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas tidak
bergairah dan tidak mempunvai rasa ingin tahu yang besar.
”Efek halo” yang banyak dikenal merupakan fungsi dari
teori kepribadian implisit kita. Jika kita percaya bahwa
seseorang memiliki sejumlah kualitas positif, kita menyimpulkan bahwa ia juga memiliki kualitas positif yang lain. ”Efek halo terhalik” juga ada. Jika kita tahu bahwa
seseorang memiliki sejumlah kualitas negatif, kita cenderung menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kualitas negatif yang lain.
Hambatan Potensial
♦ Mempersepsikan kualitas-kualitaa dalam diri seorang yang menurut ”teori” seharusnya dimilikinya,
padahal kenyataannya tidak demikian.
♦ Mengabaikan kualitas atau karakteristik yang tidak
sesuai dengan teori ita.
♦ Penggunaan teori kepribadian implisit ini, bersama
dengan efek halo dan efek halo terbalik seringkali
membawa kita pada ramalan yang terpenuhi dengan
sendirinnya.
MODUL PELATIHAN
53
b. Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya
Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila
kita membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan
yyang menjadi kenyataan karena kita meramalkannya
dan bertindak seakan-akan itu benar.
Ada empat langkah dasar dalam proses ini:
1. Kita membuat prediksi atau merumuskan keyakinan
tentang seseorang atau situasi.
2. kita bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyajkinan kita benar.
3. karena kita bersikap demikian, ia menadi kenyataan.
kita mengamati efek diri kita terhadap seseorang atau
akibat terhadap situasi, dan apa yang kita saksikan memperkuat keyakinan kira. Hambatan Potensial
♦ Mempengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai
dengan ramalan kita
♦ Melihat apa yang diramalkan ketimbang apa yang
sebenarnya, misalnya. ini dapat membuat kita karena ramalan itu kita buat, bukan karena adanya kegagalan yang aktual, menganggap diri kita gagal.
c. Aksentuasi Perseptual
“Tiada rotan akar pun jadi” adalah pepatah yang banyak kita jumpai dalam komunikasi: Untuk menjadi calon
aktor, peran sekecil apapun dan seperti apa pun dalam
sebuah film adalah lebih baik ketimbang tidak mendapat peran apapun. Bayam barangkali rasanya tidak enak
tetapi bila anda lapar rasanya akan sama lezat dengan
ayam panggang.
Proses tersebut yang dinamai aksentuasi perseptual,
54
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan kita
inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai sebagai lebih tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak
kita sukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukai orang pandai dan tampan
dan oleh karenanya kita mencari-cari orang seperti ini,
bukan karena orang yang kita sukai itu kelihatan tampan
dan pandai. Proses umum yang sering terjadi setiap hari.
Orang yang haus melihat bayangan air (fatamorgana).
Hambatan Potensial
♦ Mendistorsi persepsi kita tentang realitas; membuat
kita melihat apa yang kita butuhkan atau inginkan
ketimbang apa yang nyatanya ada, dan tidak melihat apa yang tidak ingin kita lihat Misalnya, anda
mungkin tidak merasa akan gagal dalam mata kuliah komunikasi karena anda memusatkan perhatian
pada apa yang anda inginkan.
♦ Menyaring atau mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam citra-diri kita dan
dengan demikian sangat mernpersulit upaya peningkatan-diri
♦ Memandang orang lain memiliki karakteristik atau
kualitas negatif yang sebenarnya ada pada diri kita.
♦ Melihat dan mengingat kualitas atau karakteristik
positif lebih daripada yang negatif, dan dengan demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain
♦ Merasakan perilaku tertentu dari orang lain sebagai
menunjukkan bahwa ia menyukai kita hanya karena
sebenarnya kita ingin disukai. Sebagai contoh, sikap
bersahabat dan ramah dari seorang wiraniaga kita
MODUL PELATIHAN
55
terima sebagai tanda bahwa yang bersangkutan menyukai kita, padahal sebenarnya itu hanya bagian
dari strategi persuasi tertentu.
d. Primasi-Resensi
Anggaplah sementara bahvva anda sedang suatu
mengambil mata kuliah di mana separuh kegiatan kelas
sangat membosankan dan separuh lainnya sangat menyenangkan. Pada akhir semester anda diminta mengevaluasi mata kuliah ini dan pengajarnya. Apakah evaluasi
anda akan lebih baik jika kegiatan kelas yang membosankan terjadi selama tengah pertama semester dan kegiatan yang menyenangkan terjadi selama tengah kedua
semester itu? Ataukah evaluasi anda akan lebih baik jika
urutannya dibalik? Jika yang muncul pertama lebih kuat
pengaruhnya, kita mengalami apa yang dinamakan efek
primasi (Primacy Effect). Jika yang muncul terakhir (atau
paling baru) lebih kuat pengaruhnya kita mengalami
efek resensi (Recency Effect)
Implikasi praktis dari efek primasi-resensi ini adalah bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan gambaran
tentang seseorang yang mereka persepsikan.
Hambatan Potensial
♦ Merumuskan gambaran menyeluruh tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum akurat.
♦ Mendistorsi persepsi yang datang kemudian untuk
tidak merusak kesan pertama kita.
e. Konsistensi
Anda mempunyai kecenderungan yang kuat untuk men56
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
jaga keseimbangan atau konsistensi di antara persepsipersepsi anda. Konsistensi menggambarkan kebutuhan
anda untuk memelihara keseimbangan daintara sikap-sikap anda. Anda memperkirakan bahwa hal-hal tertentu
selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain akan muncul bersama-sama.
Selanjutnya kita berharap seseorang yang kita sukai memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja, dan
kita berharap mmusuh-musuh kita tidak memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja. Sebaliknya kita
berharap orang yang kita sukai tidak memiliki sifat-sifat
yang tidak menyenangkan dan orang yang tidak kita sukai memiliki sifat-sitat yang tidak menyenangkan.
Hambatan Potensial
Mengabaikan atau mendistorsi persepsi tentang perilaku
yang tidak konsisten dengan gambaran kita mengenai
seseorang secara utuh.
♦ Mempersepsikan perilaku spesifik sebagai terpancar
dari kualitas positif orang yang kita sukai dan dari
kualitas negatif orang yang tidak kita sukai. Oleh karenanya kita tidak mampu melihat perilaku positif
maupun negatif.
♦ Melihat perilaku tertentu sebagai positif jika perilaku
yang lain ditafsirkan sebagai positif (efek halo) atau
sebaliknya
f. Stereotyping
Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotiping (stereotyping). Stereotipe spsiologis atau
psikologis adalah citra yang melekat atas sekelompok
orang. Kita semua mempunyai stereotipe tentang kelomMODUL PELATIHAN
57
pok bangsa. kelompok agama, kelompok ras, atau barangkali tentang kaum penjahat, kaum waria, atau guru.
Hambatan Potensial
Stereotipe dapat menimbulkan dua hambatan utama.
Kecenderungan kita untuk mengelompokkan orang ke
dalam kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang terutama sebagai anggoata kelas-kelas ini dapat membuat
kita:
♦ Mempersepsikan orang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu dan, karenanya tidak mampu
mengenali sifat multi aspek dari semua orang dan
semua kelompok.
♦ Mengabaikan ciri khas yang dimilili seseorang dan
karenanya tidak mampu menarik manfaat dari konstruibusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak
dalam suatu interaksi
Membuat Persepsi Lebih Akurat
Efektifitas komunikasi dan hubungan bergantung sebagian besar pada keakuratan kita dalam mempersepsi suatu pesan yang muncul. Kita dapa meningkatkan akurasi
kita dengan (1) menerapkan strategi untuk mengurangi
ketidakpastian, dan (2) mengikuti beberapa pedoman
atau prinsip yangh diusarankan.
Strategi Untuk Mengurangi Ketidakpastian
Asumsi umum yang digunakan disini adalah bahwa
komunikasi merupakan proses bertahap (gradual) di
mana orang saling mengurangi ketida kpastian tentang yang lain. Dengan tiap-tiap interaksi kita semakin
mengenal pihak lain dan secara berangsur-angsur mulai
mengenal orang itu pada tingkat yang lebih bermakna.
58
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Ada 3 strategi utama untuk mengurangoiketidakpastian
: strategi pasif, aktif, dan interaktif.
Strategi pasif, Bila kita mengamati orang lain tanpa
orang itu sadar bahwa dia sedang kita amati. Yang paling
bermanfaat dalam observasi pasif ini adalah mengamati
seseorang dalam tugas aktif tertentu, misalnya dalam interaksinya dengan orang lain dalam situasi informal.
Strategi Aktif, Bila kita secara aktif mencari informasi
tentang seseorang dengan cara apapun selain berinteraksi dengan orang itu. Sebagai contoh, anda dapat bertanya kepada orang lain tentang orang itu (“Seperti apa
rupanya?” “Apakah bekerja di luar?, dan sebagainya).
Kita juga dapat memenipulasi lingkungan dengan cara
tertentu sehingga dapat mengamati seseorang secara lebih spesifik dan jelas.
Strategi interaktif, Bila kita sendiri berinteraksi dengan
seseorang. Kita juga mendapatkan pengetahuan tentang
orang lain dengan mengungkapkan informasi tentang
diri kita sendiri. Pengungkapan-diri mencipatkan lingkungan yang santai mendorong pengungkapan dari
orang lain yang ingin ebih kita kenal.
Ketiga strategi ini bermanfaat untuk mengurangi ketidakpastian anda mengenai orang lain. Sayang nya banyak
orag mnerasa bahwa mereka sudh cukup mengena; seseorang setelah menerapkan hanya startegoi pasif. Strategi
aktif lebih bersifat megungkapkan, dan startegi interaktif
lebih banyak labi mengunkapkannya.Menerapkan ketiga
macam strategi ini akan membuat persepsi anda seakurat
mungkin.
MODUL PELATIHAN
59
Pedoman Untuk Meningkatkan Akurasi Persepsi
Disamping menghindari hambatan-hambatan potensial;
dalam beragai proses persepsi yang dikemukakan sebelumnya dan menerapkan ketiga strategi untuk mengurangi ketidakpastian, berikut ini beberapa saran yang
akan membantu meningkatkan akurasi persepsi antarpribafdi anda.
1. Carilah berbagai petunjuk yang menunjuk ke arah
yang sama. Makin banyak petunjuk perseptual yang
menuju ke arah yag sama, makin besar kemungkinan kesimpulan anda benar..
2. Berdasarkan pengamatan kita atas perilaku, rumuskan hipotesis. Ujilah hipotesis ini terhadap informasi
dan bukti-bukti tambahan; jangan menarik kesimpulan yang nantinya akan kita coba konfirmasikan.
3. Perhatikan khususnya petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, petunjuk yang akan menolak hipotesis awal
kita. Akan lebih mudah menerima yang mendukung
hipotesis ketimbang menerima petunjuk yang menentangnya.
4. Jangan menarik kesimpulan sampai kita memiliki kesempatan untuk menproses beragam petunjuk.
5. Hindari membaca pikiran oirang lain. Kita hanya dapat
membuat asumsi berdasarkan perilaku yang tampak. Motif, sikap, atau nilai seseorang tidak terbuka
bagi inspeksi pihak luar.
6. Jangan menganggap orang lain seperti diri kita, berpikir seperti cara diri kita, atau bertindak seperti
yang koita lakukan. Sadarilah keragaman dan keunikan manusia.
60
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
7. Waspadalah terhadap bias diri kita sendiri. Sebagi contoh, hanya menerima hal-hal positif pada diri oarang
yang kita sukai dan hanya menerima hal-hal pelayanan negatif pada diri orang yang tidak kita sukai.
E.Bahan Ajar Lobi
Deskripsi
Kegiatan dari lobi, setiap hari terjadi di lingkungan masyarakat, dikalangan pemerintahan, organisasi maupun
perusahaan atau dunia bisnis. Mempelajari teknik lobi,
merupakan bekal para kader wirausahawan untuk terjun
di masyarakat, yang diharapkan mampu memberi manfaat secara langsung, ketika mereka harus berurusan dengan pemerintah, organisasi maupun perusahaan. Dalam
membangun hubungan maupun apabila terjadi konflik.
Pada sesi ini, peserta dilatih untuk memahami dan mendalami selukbeluk Lobi, pengertian, unsur-unsur yang
terlibat dalam kegiatan melobi, penilain masyarakat terhadap lobi, kegunaan lobi bagi individu, organisasi dan
bisnis.
Teknik lobi
Apa itu lobi ?
Dalam kamus Inggeris - Indonesia yang disusun John.
M. Echols dan Hassan Shadily, lobi diartikan : (1) Ruang
masuk (gedung) (2) Mencoba mempengaruhi.
Lobbyist diartikan : Seorang yang mencoba mempengaruhi
pembuat undang-undang, dan lain-lain. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, disebutkan lobi adalah: Ruang teras di
dekat pintu masuk hotel (bioskop dan sebagainya), dilengkapi
dengan berbagai perangkat meja kursi, yang berfungsi sebagai
MODUL PELATIHAN
61
ruang duduk atau ruang tunggu.
Melobi diartikan: Melakukan pendekatan secara tidak
resmi.
Pelobian diartikan: Bentuk partisipasi politik yang
mencakup usaha individu atau kelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah atau pemimpin politik
dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah
yang dapat menguntungkan sejumlah orang.
Pengertian lain menurut Tarsis Tarmuji. Lobi adalah sebuah (bentuk) pressure group yang mempraktekkan seni
mendapatkan teman yang berguna dan mempengaruhi
orang lain.
Menurut A.B Susanto, salah seorang konsultan manajemen, yang dikutip oleh Zainal Abidin Partao (2006),
“melobi” pada dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandangan positif terhadap topik lobi.
Melalui definisi atau pengertian tadi dapat diketahui beberapa pokok pikiran, yang terlibat dalam kegiatan melobi, unsure-unsurnya, penilaian masyarakat serta manfaatnya bagi individu,organisasi dan bisnis.
Lobi adalah aktivitas (komunikasi) yang dilakukan untuk mempengaruhi (meyakinkan) orang/ pihak lain, sehingga orang/pihak lain itu sekepentingan, sependapat
dan seagenda dengan kita. Definisi Lobi dapat disusun
sebagai “Suatu upaya pendekatan yang dilakukan oleh
satu pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk
memperoleh dukungan dari pihak lain yang dianggap
memiliki
62
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
pengaruh atau wewenang dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin dicapai”.
Kegiatan lobby jika dikaitkan dengan komunikasi dapat
dilihat dari proses komunikasi yang dimulai dari adanya
ide atau kejadian. Berdasarkan ide atau kejadian tersebut selanjutnya komunikator mencoba menginterpretasikan serta merumuskan pesan yang akan disampaikan
kepada komunikan. Setelah pesan berhasil dirumuskan,
selanjutnya komunikator menyampaikan pesannya baik
langsung maupun menggunakan saluran komunikasi
kepada komunikan.
Komunikan setelah menerima pesan tersebut berusaha
menginterpretasikan pesan tersebut sesuai dengan persepsinya. Keduanya berusaha mencapai keselarasan,
berusaha mencapai kesepakatan, mencari pemahaman
yang sama terhadap isi pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Bila terjadi keselarasan atau kesepahaman,
maka komunikan melakukan sesuatu sesuai kehendak
komunikator.
Pada saat komunikan melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendak komunikator, maka tujuan komunikasi tercapai.
Tujuan dalam komunikasi lobi lebih dominan tujuan komunikator, hal ini disebabkan komunikator sebelumnya
telah menetapkan bahwa dia berkomunikasi dengan tujuan mempengaruhi komunikan sehingga komunikan
mau membantu komunikator. Komunikan mengambil
keputusan atau mengambil kebijakan yang dapat menguntungkan komunikator. Tujuan komunikan dalam
memenuhi kehendak komunikator selain membantu
komunikator tentu ada tujuan lain, yaitu agar dia memMODUL PELATIHAN
63
peroleh dukungan, memperoleh simpati dan sebagainya
dari komunikan.
Unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan melobi .
1. Kegiatan lobi melibatkan beberapa pihak: (a) Pihak pelobi, (b) Pihak yang di lobi
2. Sasaran pelobi, orang atau pihak yang dilobi, adalah para
pembuat undangundang,pejabat pemerintah, pimpinan
politik dan sejumlah tokoh lain yang memiliki kekuasaan
atau pengaruh cukup besar
3. Kegiatan lobi dapat dilakukan individual ataupun berkelompok, dengan sasaran lobi juga bisa berupa individu
berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintahan (=legislatif, eksekutif dan yudikatif) maupun lembaga/-organisasi nonpemerintah, perusahaan swasta.
4. Pelobi melakukan kegiatan lobinya dengan tujuan untuk
mempengaruhi mereka yang menjadi sasaran lobi
5. Kegiatan lobi juga dimaksudkan untuk memperoleh teman yang berguna. Berguna bagi pelobi maupun organisasi/perusahaan tempat bergabung/-bekerja
6. Ada unsur pressure (tekanan) pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung. Ada yang mem-pressure (menekan),
ada yang di pressure (ditekan) untuk memperoleh hal
yang diinginkan dengan cara-cara yang halus.
7. Lobi adalah kegiatan yang bersifat informal atau tidak
resmi.
8. Melihat asal katanya, lobi adalah ruang teras di dekat
pintu masuk hotel, bioskop, namun lokasi tempat lobi
berlangsung tidak selalu di tempat yang formal atau resmi. Dengan demikian, lokasi atau tempat lobi dilakukan
bisa di kantor, di hotel, dan restoran.
64
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Penilaian masyarakat terhadap lobi.
Keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan
kerugian pada pihak lain. Menurut Zainal Abidin Partao,
pihak lain itu adalah kompetitor, masyarakat ataupun
mitra bisnis. Posisi profesi pelobi masih dipandang negatif bagi sebagian masyarakat kita.
Di kalangan masyarakat umum, ada anggapan fungsi
lobi hanya mewujudkan kepentingan pelobi, bukan untuk kepentingan masyarakat banyak Seperti pendapat
Tarmudji (1993), sasaran pelobi pejabat pemerintah. Hal
tersebut memungkinkan pejabat pemerintah melakukakan penyalahgunaan wewenang.
Menguntungkan satu pihak dan mengalahkan kepentingan pihak lain. Apalagi jika si pelobi memiliki kemungkinan untuk memberikan suatu imbalan atau konpensasi
tertentu pada pejabat pemerintah berupa sogokan fasilitas, kemudahan, kemewahan dan sebagainya agar keinginannya berhasil atau memperlancar jalan usahanya.
Lobi bagi Individu dan Organisasi
Ungkapan sebagai hasil pemeriksaan kepolisian terhadap para demonstran, juga menjadi makanan media
massa. Sikap masyarakatpun bergeser terhadap lobi ini,
berbagai hal-hal yang mengikuti kegiatan lobi bergeser.
Kegiatan lobi yang professional, sekarang tidak hanya
diikuti atau didukung segala asesori untuk keperluan
sogok menyogok, dengan “uang suap” atau uang semir,
atau pertemuan di hotel, mewah dengan wanita cantik
penamping lobi. Meskipun asesori yabng tradisional
ini juga masih dilakukan oleh segelintir individu yang
melanggar etika, fasilitas pendukung lobi saat ini juga
bergeser ke dalam wujud “abstrak”. Bukan lagi fasilitas
MODUL PELATIHAN
65
mobil, uang sogokan dan lain-lain, kini seseorang telah
membekali lobinya dengan “gambaran, peluang (opportunity), janji keuntungan, kepercayaan, dan bahkan segala sesuatu yang masih bersifat potensi atau belum nyata.
Bagi orang yang di lobi, mereka mau menerimanya dengan keyakinan yang sama, yaitu lewat kerja sama dengan pelobi, ia mendapatkan peluang dan gambaran akan
suatu keberhasilan.. Meskipun tidak memperoleh suatu
benda berwujud materi (tangible) orang yang di lobi tetap
mau menerima usulan, ajakan atau permintaan orang
yang melobi. Jadi disini lobi sudah mengarah ke nilainilai yang positif. Ajakan untuk maju, meski untuk itu
masih harus ada kerja keras lebih dulu, sudah langsung
membawa kegiatan lobi kepada keberhasilan.
Dalam dunia bisnis sekarang . ada pendapat yang mengatakan kesempatan datang hanya satu kali. Disini orang
mengandalkan modal kepercayaan saja,. Kini fungsi lobi
mendapatkan tempat yang semakin penting dalam organisasi maupun dunia bisnis, khususnya di Indonesia.
Lobi bagi kalangan bisnis
Bagi pebisnis merupakan suatu keharusan untuk menjalin hubungan dengan mitra kerja agar usahanya berjalan
lancar dan saling menguntungkan. Bermitra dilakukan
dengan pelanggang, pemasok , distributor ataupun pemegang otoritas kebijakan secara individu maupun secara kelompok dan kelembagaan. Meskipun demikian,
mengadakan hubungan bisnis tidak bisa terjadi begitu
saja. Bisnis membutuhkan kepercayaan satu sama lain.
Kepercayaan ialah sesuatu yang harus diraih dan tak bisa
datang begitu saja.
Disinilah pentingnya lobi yang diartikan sebagai rang66
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
kaian upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari seluruh mitra bisnis.
Lobi tidak saja berlaku bagi mitra bisnis, tetapi juga dilakukan dengan kompetitor sekalipun. Sebagai contoh dalam
dunia telekomunikasi, PT Telkom (Persero) adalah kompetitor PT Indosat. Namun, untuk menyamakan persepsi
atas regulasi yang dikeluarkan pemerintah, PT Indosat
merasa perlu melobi PT Telkom khususnya menyangkut
penggunaan frekwensi masing-masing dan penempatan
serta pengaturan wilayah BTS (Base Transeiver Station).
Dalam hubungan dengan dunia perbankan, misal kehadiran dunia perbankan bagi pebisnis adalah mutlak
perlu. Untuk mengikuti perkembangan teknologi, misalnya perusahaan mutlak perlu terus-menerus melakukan
peningkatan kualitas, peningkatan kapasitas produksi,
dan penambahan berbagai feature (segi keistimewaan)
pada produksinya sehingga loyalitas Customer-nya tetap
terjaga. Untuk mengikuti perkembangan tersebut tentu
dibutuhkan modal kerja yang tidak sedikit, selain menjaga hubungan dengan pihak perbankan, intensitas kegiatan lobi pun tetap harus terus dipertahankan.
Sebagai contoh kasus, sebuah perusahaan tersebut harus
mampu melobi dan mendapat kepercayaan dari kalangan perbankan untuk mendapat kucuran kredit, berapapun besar biaya yang dibutuhkan. Ketrampilan melobi
semakin dirasakan penting mengingat tantangan organisasi dewasa ini yang makin berat.Teknik Loipmasi
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto (2003) mencatat tantangan yang dihadapi organisasi atau perusahaan dewasa ini ialah:
♦ Dinamika organisasi atau perusahaan semakin besar dan
MODUL PELATIHAN
67
berkembang;
♦ Persaingan organisasi/perusahaan semakin ketat;
♦ Tuntutan, keinginan dan harapan publik / masyarakat
terhadap pelayanan pemenuhan kebutuhan informasi
semakin tinggi ;
♦ Publik / masyarakat semakin kritis dan tidak mau kepentingannya terganggu;
♦ Perkembangan teknologi komunikasi sangat luar biasa;
♦ Besarnya pengaruh opini publik, citra, sikap terhadap
keadaan sosial, ekonomi, keberadaan dan stabilitas suatu
perusahaan semakin besar;
♦ Media massa berpengaruh terhadap pembentukan opini
publik / citra masyarakat terhadap suatu organisasi;
♦ Organisasi / perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri
tanpa dukungan dan citra publik yang berkaitan dengan aktivitas dan perkembangan organisasi perusahaan
tersebut. Seorang PR, terutama para manajer PR atau
siapapun yang menjalankan fungsi komunikasi perusahaan memiliki tugas tanggung jawab yang sangat berat,
karena itu mereka dituntut untuk memiliki beberapa
persyaratan Para pengembang fungsi PR termasuk para
komunikator perusahaan lain sebagaimana dikatakan
Rosady Ruslan SH, MM (1998) harus mampu menjadi:
○ Creator : kreatif mencipta ide atau gagasan cemerlang
○ Conceptor :mempunyai kemampuan menyusun program
○ Mediator :mampu menyampaikan pesan dari organisasi ke khalayak
68
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
○ Problem Solver : mampu menyelesaikan masalah secara proaktif, inovatif, dinamis dan solutif.
○ Kemampuan yang harus di miliki atau dikuasai
pengembang fungsi PR ialah mereka harus mampu
menjalankan fungsi:
☼ Informan, intelejen dan radar manajemen < Fungsi
manajemen membantu pimpinan dalam mengambil
keputusan
☼ Peneliti. < Secara periodik mengadakan riset, sehingga kinerja organisasi khususnya di bidang informasi
benar-benar terukur, ada evaluasi dan dapat dipertanggungjawabkan.
☼ Konsultan < PR layak berperan sebagai konsultan
yang mampu memberikan masukan dan saran-saran
positif yang membangun.
☼ Event organizer < Seorang PR mampu merancang sebuah event yang memiliki nilai berita atau memiliki
nilai opublitas tinggi, sehingga mampu menghasilkan opini yang positif dan menguntungkan organisasi.
☼ Pengemban fungsi PR harus menguasai kemampuan
melobi, berdiplomasi dan negosiasi. Tujuannya
adalah untuk menciptakan hubungan dengan berbagai pihak yang memiliki pengaruh di berbagai bidang kehidupan.
Ketrampilan melobi semakin dirasakan penting
mengingat tantangan organisasi dewasa ini yang
semakin berat, hal ini senada dengan pendapat
dari Soleh Soemirat dan Elvinaro yang dikutip oleh
Abidin (2006).
MODUL PELATIHAN
69
Dalam memahami komunikan dan untuk suksesnya
komunikasi lobi, komunikator tidak saja harus memahami field of experience, frame of reference dan
scope of expectationsnya juga harus mengetahui
berbagai macam tipe kepribadian manusia. Tipe-tipe
kepribadian ini selain mempengaruhi cara bersikap,
cara berkomunikasi dan cara mewujudkan kebutuhan dan keinginan-keinginan, juga mempengaruhi
cara komunikan serta orang yang berkomunikasi
dengannya, berbicara, bersikap, dan mengambil
keputusan.
Terdapat empat (4) tipe kepribadian dasar manusia:
a. Sanguinis : Manusia yang memiliki sifat-sifat yang terbuka, ceria dan optimis. Pemilik kepribadian ini tampak selalu ceria. Karena dalam benaknya ia selalu menginginkan kesenangan, selalu ramah kepada banyak
orang, berorientasipada hubungan, jenaka, mudah bergaul, populer, artistik, emosional, terus terang dan penuh
optimisme.
b. Melankolis : Pemilik kepribadian ini memiliki ciri berupa sifat yang cenderung tertutup dan pesimis. Orientasi
tindakan pemilik kepribadian ini adalah kesempurnaan.
Dalam segala hal menginginkan kesempurnaan. Bersifat
tertutup, namun berorientasi pada kewajiban. Memiliki
jiwa artistik, namun emosional. Berorientasi pada citacita dan senang terhadap sesuatu yang teratur.
c. Flegmatis : Pemilik kepribadian ini sangat menginginkan dan menjunjung tinggi kedamaian, tidak emosional,
berkeinginan kuat dan berorientasi padahubungan.
Tindakannya selalu didorong oleh tujuan. Hanya saja sifat pesimisnya cukup kuat.
70
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
d. Koleris: Pemilik kepribadian ini bersifat terbuka dan
optimis. Mereka sangat menginginkan kekuasaan atau
kontrol. Bila memiliki cita-cita maka keinginannya untuk
meraih cita-cita tersebut begitu kuat dan tegas. Senang
dengan keteraturan, tidak emosional, ramah pada semua
orang, suka blakblakan, dan selalu optimis.
Yang harus diperhitungkan oleh seorang pelobby yang baik
adalah :
1. Pelobby harus menetapkan tujuan berdasarkan kekuatan
yang sesungguhnya.
2. Pelobby harus dapat menilai tujuan dan kekuatan “lawan” dengan cermat
3. Pelobby harus menetapkan seberapa jauh tujuan yang
berbeda itu bisa di cari titik komprominya
4. Pelobby harus menggunakan sarana yang tepat untuk
mencapai tujuan
Hal-hal mendasar yang harus dipersiapkan sebelum
melakukan lobby adalah:
1. Pihak pelobby menyiapkan orang yang punya visi
part of olution bukan orang yang jadi part of problem.
2. Pihak pelobby harus punya tujuan yang jelas, akurat
dan ditopang dengan kekuatan yang memadai
3. Pihak pelobby harus memperhitungkan kondisi
obyektif dan sudut pandanglawan
4. Pihak pelobby harus bersedia berkompromi dengan
berbagai tingkatan target yang akan di raih .
Lobby bisa dilakukan kalau “lawan” kita kira-kira
seimbang atau lebih kuat. Kalau seimbang bisa jadi
MODUL PELATIHAN
71
sama-sama akan rugi (hancur) dan ini jelas tidak
dikehendaki oleh kedua belah pihak. Sedangkan jika
lawan lebih kuat maka di cari agar kita bisa mengurangi kekalahan atau mencari titik temu sehingga tidak jadi konflik.
Cara atau teknik lobby ada berbagai macam tergantung
pada target yang ingin dicapai. Ada lobby dengan target menang (sehingga bisa jadi bohong atau bahkan
licik), lobby dengan target win-win solution. Atau bisa
juga dengan target agar tidak terlalu “memalukan” ketika akhirnya kalah. Masing-masing cara/gaya melobby
tergantung pada kondisi obyektif di lapangan serta tergantung pada pihak lain yang kita lobby. Dalam logika
da’wah kampus, lobby atau apa saja tetap harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf sekaligus dengan mauidhotil hasanah.
Lobby penting artinya untuk mengukur tingkat kekuatan internal, citra yang ditangkap publik serta kredibilitas dan akuntabilitas di hadapan pihak lain. Lobby juga
diperlukan untuk “memuluskan” berbagai proses yang
sedang dilakukan.Lobby dilakukan bisa dengan berbagai cara, tergantung pada siapa dan dalam waktu seperti apa. Lobby bisa di mulai dengan “teknik mengambil hati” sampai dengan “teknik menutup urat nadi”.
Keuntungan lobby adalah mempercepat proses birokrasi,
memperpendek waktu penyelesaian masalah serta mengurangi resiko kerugian yang akan di terima.
Kita butuh melakukan lobby, hal ini penting untuk memperluas pencapaian target dan tujuan yang hendak dicapai, semakin bagus lobby yang kita lakukan, maka semakin cepat dan luas target dan tujuan bisa di raih. Ketika
72
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
melobby maka setiap argumentasi harus memiliki nalar
yang kuat dan data yang akurat. Argumentasi disajikan
dengan gaya komunikasi yang persuasif.
Pada umumnya gaya komunikasi yang tegas. Oleh karena
itu apabila ketika sedang melobby seseorang maka yang harus dipahami adalah ;
1. Pahami dan buatlah praduga ”kelas”
2. Tidak boleh berbicara terlalu cepat
3. Perhatikan bahasa tubuh, lakukan kontak mata, hindari
postur/gerakan yang negatif
4. Sebaiknya menghindari istilah-istilah teknis
5. Berkonsentrasi pada pemahaman dalam komunikasi, bukan hanya pada kosakata yang digunakan.
6. Berkomunikasi secra jelas dan terbuka, jangan meninggalkan ruangan untuk menghindari interpretasi ganda.
7. Berhati-hati dengan aspek non verbal dari apa yang dikatakan, seperti nada bicara, tinggi-rendah suara, pengulangan dan stuttering yang dapat menandakan bahwa
kita sedang gugup.
3.2Treatment Mental dan Spiritualitas Usaha
Deskripsi
Terciptanya go spiritual company (Terciptanya sebuah perusahaan spiritual) akan berujung pada keberlangsungan
perusahaan dan sustainable perusahaan, tengah menjadi
trend. Bisnis, selama ini mempunyai stigma; sebuah organisasi profit oriented yang setiap aspek kegiatannya selalu
mengutamakan perolehan keuntungan kini tengah bergeser,
bertransformasi ke ranah spiritual. Hal tersebut dapat diMODUL PELATIHAN
73
buktikan dengan banyaknya perusahaan yang menerapkan
standar spiritualitas dalam menjalankan bisnis.Demikian
halnya Kita dengan mudah dapat menemukan buku2 yang
menyinggung masalah spiritualitas dalam perusahaan,
antara lain The Corporate Mystic karya Gay Hendricks dan
Kate Ludeman, Spiritual Quotient karya Danah Johar dan Ian
Marshall, The 8th Habit dari Stephen Covey, dan Megatrend
2010 buah tangan Patricia Aburdene. Selain berbicara mengenai falsafah, buku tersebut mengetengahkan praktik spiritualitas yang mengarah ke hubungan horizontal dapat diterapkan melalui berbagai cara. Terkait dengan upaya untuk
mendorong berkembangnya kewirausahaan, melatih mentalitas calon dan pelaku wirausaha perlu dilakukan.
Tujuan
Peserta dapat memahami tentang pentingnya penempaan
mentalitas kewirausahaan dan memiliki kesadaran spiritual
yang tinggi sebagai landasan dalam setiap melakukan usaha
atau proses bisnis.
Pokok bahasan
1. Membangun kecerdasan emosi-spiritual
2. Quantum Bisnis dan Quantum Ikhlas
3. Olah nafas untuk Takholli (pengosongan pikiran), Takhalli
(mengias pikiran dengan visualisasi kreatif) dan Tajalli
(menghadirkan Allah dengan proses berserahdiri /
tawakkal)
Alat dan Bahan:
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
Metode
b. Ceramah Singkat
74
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
c. Curah Pendapat
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
1. Sesi dibuka dengan mengeksplorasi fakta dan cerita
sukses berlandaskan spiritualitas.
2. Fasilitator
menjelaskan
pentingnya
memahami
Membangun kecerdasan emosi-spiritual dan Quantum
Bisnis-Quantum Ikhlas
3. Fasilitator mengajak peserta berdiri dan melakukan olah
nafas untuk Takholli (pengosongan pikiran), Takhalli (mengias pikiran dengan visualisasi kreatif) dan Tajalli (menghadirkan Allah dengan proses berserahdiri /tawakkal)
4. Fasilitator menyimpulkan praktek mengelola perubahan
strategis.
Bahan Ajar
Pencarian terhadap spiritualitas terus tumbuh subur di tengah masyarakat. Menurut Aburdene (2006) dalam buku
Megatrends 2010, pencarian atas spiritualitas adalah megatrend terbesar di masa sekarang ini. Jutaan orang telah mengundang spirit masuk ke dalam hidup mereka, melalui perkembangan pribadi, agama, meditasi, doa, ataupun yoga.
Pencarian spiritual mengubah bentuk berbagai aktivitas,
prioritas, pencarian kesenangan, dan pola-pola pembelanjaan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi dan perkembangan dalam mengelola
sumber daya manusia, diketahui bahwa kesuksesan seseorang bekerja bukan semata-mata didasarkan keterampilan
MODUL PELATIHAN
75
dan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, tetapi didasarkan juga pada kecerdasan emosional (Emotional Quotient/
EQ). EQ memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk
kesuksesan sumber daya manusia baik secara individu maupun kelompok dalam menghadapi tantangan-tantangan globalisasi.
Namun pada akhir abad keduapuluh, serangkaian data ilmiah terbaru yang sejauh ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya jenis kecerdasan ketiga yaitu kecerdasan spiritual (SQ). SQ memungkinkan manusia menjadi kreatif, dapat mengubah aturan dan situasi. SQ memberi kemampuan
untuk membedakan, memberi kita rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan
cinta dan pemahaman sampai pada batasannya.
Kecerdasan emosi-spiritual senantiasa berpusat pada prinsip atau kebenaran yang hakiki yang bersifat universal dan
abadi. Ginanjar (2001) mengungkapkan beberapa tahapan
yang digunakan membangun kecerdasan emosi-spiritual,
yaitu:
1. Penjernihan emosi (Zero Mind Process); tahap ini merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali
pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas
dari segala belenggu. Ada tujuh hal yang dapat membelenggu dan menutupi fitrah (God-Spot), yaitu: prasangka,
prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan
prioritas, sudut pandang, pembanding literatur. Tanpa
disadari semua itu membuat manusia menjadi buta, sehingga tidak memiliki radar hati sebagai pembimbing.
Manusia terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan dan kehancuran, dan pada akhirnya
76
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
mengakibatkan kegagalan.
2. Membangun mental (Mental Building); berkenaan dengan
pembentukan alam berpikir dan emosi secara sistematis
berdasarkan Rukun Iman. Pada bagian ini diharapkan
akan tercipta format berpikir dan emosi berdasarkan
kesadaran diri, serta sesuai dengan hati nurani terdalam
dari diri manusia. Di sini akan terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi-spiritual sesuai dengan fitrah manusia, yang mencakup enam prinsip:
a. Star Principle (prinsip bintang); terkait dengan rasa
aman, kepercayaan diri, intuisi, integritas, kebijaksanaan dan motivasi yang tinggi, yang dibangun
dengan landasan iman kepada Allah SWT.
b. Angel Principle (prinsip malaikat); yakni keteladanan
malaikat, antara lain mencakup loyalitas, integritas,
komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, suka
menolong dan saling percaya.
c. Leadership Principle (prinsip kepemimpinan); setiap
orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri untuk
mengarahkan hidupnya. Untuk menjadi seorang
pemimpin yang baik disyaratkan melampaui lima
tangga kepemimpinan (Ginanjar, 2001), yaitu pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya,
pemimpin yang menjadi pembimbing, pemimpn
yang berkepribadian, dan menjadi pemimpin yang
abadi. Dengan demikian pemimpin sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian
kepada orang lain sehingga ia pun dicintai, memiliki
integritas yang kuat sehingga dipercaya pengikutnya, selalu membimbing dan mengajarkan kepada
MODUL PELATIHAN
77
pengikutnya, memiliki kepribadian yang kuat dan
konsisten, dan yang terpenting adalah memimpin
berlandaskan atas suara hati yang fitrah.
d. Learning Principle (prinsip pembelajaran); mencakup
kebiasaan membaca buku, membaca situasi, kebiasaan berpikir kritis, kebiasaan mengevaluasi, menyempurnakan dan memiliki pedoman. Manusia diberi kelebihan akal untuk berpikir, dan firman Tuhan
yang pertama adalah berupa perintah membaca
e. (Iqra’). Umat manusia diperintahkan untuk membaca apa saja selama bacaan tersebut bermanfaat untuk
kemanusiaan. Membaca merupakan awal mulanya
ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keberhasilan
manusia.
f. Vision Principle (prinsip masa depan); yakni selalu
berorientasi pada tujuan akhir dalam setiap langkah
yang ditempuh, setiap langkah tersebut dilakukan
secara optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial dengan kesadaran akan adanya
“Hari Kemudian,” memiliki kepastian akan masa
depan dan memiliki ketenangan batin yang tinggi,
yang tercipta oleh adanya keyakinan akan “Hari
Pembalasan.”
g. Well Organized Principle (prinsip keteraturan); selalu
berorientasi pada manajemen yang teratur, disiplin,
sistematis dan integratif. Perusahaan yang berhasil
umumnya memiliki keteraturan manajemen yang
baik, di samping diawali dengan misi dan visi yang
jelas. Setiap bagian organisasi harus menyadari adanya saling keterkaitan satu dengan yang lain dalam
kesatuan misi dan visi. Setiap orang harus memiliki
78
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
perasaan yang sama bahwa mereka mempunyai tugas suci di dalam perusahaan untuk mencapai tujuan
bersama.
3. Ketangguhan pribadi (Personal Strength); merupakan
langkah pengasahan hati yang telah terbentuk, yang
dilakukan secara berurutan dan sangat sistematis berdasarkan Rukun Islam, yang terdiri atas:
a. Mission Statement; penetapan misi melalui syahadat
yakni membangun misi kehidupan, membulatkan
tekad, membangun visi, menciptakan wawasan,
transformasi visi, dan komitmen total.
b. Character Building; pembangunan karakter melalui
shalat, yang merupakan relaksasi, membangun kekuatan afirmasi, meningkatkan ESQ, membangun
pengalaman positif, pembangkit dan penyeimbang
energi batiniah dan pengasahan prinsip.
c. Self Contolling; pengendalian diri melalui puasa
guna meraih kemerdekaan sejati, memelihara fitrah,
mengendalikan suasana hati, meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologis, serta pengendalian prinsip.
d. Ketangguhan sosial (Social Strength); merupakan
suatu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan
aliansi, atau sinergi dengan orang lain, serta lingkungan sosialnya. Hal ini merupakan suatu perwujudan tanggung jawab sosial seorang manusia yang
telah memiliki ketangguhan pribadi, yang dapat diperoleh melalui hal-hal berikut:
e. Collaboration Strategy; sinergi melalui zakat, hal ini
dapat membangun landasan kooperatif, investasi
MODUL PELATIHAN
79
kepercayaan, komitmen, kredibilitas, keterbukaan,
empati dan kompromi.
f.
Tatal Action; aplikasi total melalui haji, yang dalam
hal ini haji memiliki landasan zero mind (melalui
ihram), meningkatkan pengasahan komitmen dan
integritas (melalui thawaf), pengasahan Adversity
Quotient (AQ) yakni kecerdasan seseorang untuk
mengatasi kesulitan dan sanggup bertahan hidup
atau tidak berputus asa (melalui sa’i), evaluasi dan
visualisasi (melalui wukuf), mampu menghadapi tantangan (dengan melontar jumrah) serta melakukan
sinergi (dengan berjama’ah haji).
3.3. Manajemen Perubahan
Deskripsi
Berubah bukan karena yang lama ‘buruk’ atau’salah’ tetapi
yang lama sudah tidak relevan, tidak kontekstual, Berubah
supaya tidak menjadi korban perubahan. Berubah untuk
‘memegang kendali ‘ dalam proses perubahan. Memahami
dan berkemampuan untuk mengelola perubahan penting
untuk mencapai tujuan strategis organisasi sosial dan
bisnis.
Tujuan
Peserta
dapat
memahami
tentang
manajemen
perubahan; pengertian, tujuan, manfaat perubahan dan
mampu mengidentifikasi proses perubahan strategis
dilingkungannya.
Pokok bahasan
Pengertian pengertian, tujuan, manfaat perubahan dan
mampu mengidentifikasi proses perubahan strategis
80
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Alat dan Bahan:
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
Metode
a. Ceramah Singkat
b. Curah Pendapat
a. Praktek Manajemen perubahan strategis
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
1. Sesi dibuka dengan mengeksplorasi perubahan strategis
yang tengah terjadi
2. Fasilitator
menjelaskan
manajemen perubahan.
3. Fasilitator
kelompok
membagi
pentingnya
peserta
kedalam
memahami
beberapa
4. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktek
mengelola perubahan strategis (dengan penjelasan
telampir dalam lampiran tugas/game)
5. Fasilitator menyimpulkan praktek mengelola perubahan
strategis.
Tugas
♦ Bagi peserta kedalam 4 kelompok (kelompok sosial,
ekonomi, politik dan teknologi)
♦ Minta peserta untuk menganilisis perubahan strategis
yang tengah terjadi dilingkungan politik, sosial, ekonomi,
dan teknologi.
♦ Minta menuliskan dalam bentuk diagram masalah
MODUL PELATIHAN
81
♦
Minta peserta merencanakan tahapan perubahan sebagai
respon situasi.
♦ Ajak peserta untuk menyimpulkan kegiatan yang
dilakukan.
Bahan Ajar Manajemen Perubahan
Pengertian Perubahan
Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk
mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya
perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi
karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari
luar organisasi tersebut
Tujuan dan Manfaat Perubahan
Perubahan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup
suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat
dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama.
Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis
melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan
jaman, kemajuan teknologi dan dibidang pelayanan
kesehatan adalah peningkatan kesadaran pasen akan
pelayanan yang berkualitas
Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael
Hammer dan James Champy menuliskan bahwa ekonomi
global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer, competition,
dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin
banyak, dan perubahan menjadi konstan. Tidak banyak
orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu
perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi.
Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan
satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari
82
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
perubahan tersebut mengarah pada titik positif.
Tipe Perubahan
Perubahan terdiri dari 3 tipe yang berbeda, dimana setiap
tipe memerlukan strategi manajemen perubahan yang
berbeda pula. Tiga macam perubahan tersebut adalah:
(1) Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan dan
dibangun melalui proses organisasi;
(2) Perubahan Peningkatan, yang mencakup keuntungan
atau nilai yang telah dicapai organisasi;
(3) Perubahan Inovatif, yang mencakup cara bagaimana
organisasi memberikan pelayanannya.
Tidak ada satupun pendekatan yang sesuai untuk Manajemen
Perubahan. Metoda-metoda yang digunakan untuk
komunikasi, kepemimpinan, dan koordinasi kegiatan
harus disesuaikan dalam menemukan kebutuhan masingmasing situasi perubahan.
Tahapan Perubahan
Suatu perubahan terjadi melalui tahap-tahapnya. Pertamatama adanya dorongan dari dalam (dorongan internal),
kemudian ada dorongan dari luar (dorongan eksternal).
Untuk manajemen perubahan perlu diketahui adanya
tahapan perubahan. Tahap-tahap manajemen perubahan
ada empat, yaitu:
Tahap 1, yang merupakan tahap identifikasi perubahan,
diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa
yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang
atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan
mengidentifikasi tipe perubahan.
Tahap 2, adalah tahap perencanaan perubahan. Pada tahap
MODUL PELATIHAN
83
ini harus dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik,
pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini
perlu dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga
perubahan dapat terjadi dengan baik. Tahap 3, merupakan tahap implementasi perubahan
dimana terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan
yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi
kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu dilakukan
monitoring perubahan.
Tahap 4, adalah tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk
melakukan evaluaasi diperlukan data, oleh karena itu dalam
tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data
tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada
tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang
diinginkan berikutnya.
Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap,
nilai-nilai dari orang yang terlibat dan tipe gaya manajemen
yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan sebagian besar
terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit
untuk merubahnya dan membutuhkan waktu yang lama.
Jika pimpinan manajemen perubahan mengetahui emosi
normal yang dicapai, ini akan lebih mudah untuk memahami
dan menghandel emosi secara benar. Gambar berikut ini menunjukkan kejelasan komponen
tersebut.
84
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
MODUL PELATIHAN
85
Masalah dalam perubahan
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan
dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah
“penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat
populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan
(resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu
negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut
maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan
dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan
(eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes,
mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa
86
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas
pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun,
kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan
lain sebagainya.
Mengapa perubahan ditolak ?
Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber
penolakan atas perubahan, yaitu penolakan yang dilakukan
oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau
organisasional.
Resistensi Individual
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan,
maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan
atas perubahan.
Kebiasaan . Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang
kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita.
Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan.
Bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja, dan pulang
pukul 4 sore. Istirahat, nonton TV, dan tidur pukul 10 malam.
Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola
kehidupan sehari-hari. Jika perubahan berpengaruh besar
terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri,
yaitu penolakan.
Rasa Aman
Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan
kita memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka
potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja
padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman
bagi para pegawai.
Faktor Ekonomi
Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah
MODUL PELATIHAN
87
soal menurun-nya pendapatan. Pegawai menolak konsep 5
hari kerja karena akan kehilangan upah lembur.
Takut Akan Sesuatu Yang Tidak Diketahui
Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya.
Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keraguraguan.
Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti
setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung
memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.
Persepsi
Persepsicara pandang individu terhadap dunia sekitarnya.
Persepsi
Persepsi
cara pandang
individu terhadap
duniaPada
sekitarnya.
Cara pandang in
Cara
pandang
ini mempengaruhi
sikap.
awalnya
mempengaruhi
sikap.
Pada awalnya
program
berencana banyak ditola
program
keluarga
berencana
banyak
ditolakkeluarga
oleh masyarakat,
oleh masyarakat,
karena
banyak yang
memandang
program ini bertentanga
karena
banyak yang
memandang
program
ini bertentangan
dengan ajaran
ajaran agama,
menimbulkan
sikap sikap
negatif.negatif.
dengan
agama,sehingga
sehingga
menimbulkan
Kebiasaan
Rasa Aman
Faktor Ekonomi
Resistensi
Individual
Ketidakpastian
Persepsi
Resistensi Organisasional
Resistensi Organisasional
Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak
Organisasi,
pada hakekatnya
memang
konservatif.
Secara doktrin
perubahan. Misalnya
saja, organisasi
pendidikan
yang mengenal-kan
aktif
mereka
menolak
perubahan.
Misalnya
saja,
organisasi
keterbukaan dalam menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang
pendidikan yang mengenal-kan doktrin keterbukaan dalam
paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan di sekolah-sekolah
menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang
hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun yang
88
lalu,
atau bahkan
Begitu pula
sebagian besar
bisnis. Terdapat
Kerjasama
ANTARAlebih.
Kementerian
Pembangunan
Daerahorganisasi
Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
enam sumber penolakan atas perubahan.
Inersia Struktural
paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang
berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama
dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun yang lalu,
atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi
bisnis. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan.
Inersia Struktural
Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap
dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin,
dan lain sebagainya menghasil- kan stabilitas. Jika perubahan
dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.
Fokus Perubahan Berdampak Luas
Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya
difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi
merupakan suatu sistem. Jika satu bagian dubah maka bagian
lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah
proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur
organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.
Inersia Kelompok Kerja
Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma
kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai
anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi kita setuju
atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai
dengan norma serikat kerja, maka dukungan individual
menjadi lemah.
Ancaman Terhadap Keakhlian
Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam
keakhlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan
komputer untuk merancang suatu desain, mengancam
kedudukan para juru gambar.
Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang Telah
MODUL PELATIHAN
89
Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja
tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain,
mengancam kedudukan para juru gambar.
Mapan.
Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang Telah Mapan.
Mengintroduksi
Mengintroduksi sistem
sistem pengambilan
pengambilan keputusan
keputusan partisipatif
partisipatif seringkali bis
seringkali
bisa
dipandang
sebagai
ancaman
kewenangan
dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingk
para
penyelia dan manajer tingkat menengah.
menengah.
Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya
Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya
Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan
Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan
sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat
jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi
perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah
mereka. Apakah perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok
perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai
kerjanya?.
kelompok kerjanya?.
Inersia Struktural Dampak Luas Perubahan
Inersia Kelompok
Resistensi
Organisasional
Ancaman Keahlian
ancaman Kekuasaan
Ancaman Alokasi
Sumberdaya
Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan
Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai unt
dipakai
untuk mengatasi resistensi perubahan
mengatasi resistensi perubahan
1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan
secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat,
dari diadakannya perubahan kepada semua pihak.
Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah,
diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
2. Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil
keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator
90
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
dan motivator. Biarkan
mengambil keputusan
anggota
organisasi
yang
3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai
takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi.
Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu,
namun akan mengurangi tingkat penolakan.
4. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah
melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang
menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika
yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil.
Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif
yang bisa memenuhi keinginan mereka
5. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi
kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir
(twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak
mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan
lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara
memberikan kedudukan penting kepada pimpinan
penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
6. Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan
ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang
menentang dilakukannya perubahan.
Pendekatan dalam Manajemen Perubahan Organisasi
Pendekatan klasik yang dikemukaan oleh Kurt Lewin
mencakup tiga langkah. Pertama : UNFREEZING the
status quo, lalu MOVEMENT to the new state, dan ketiga
REFREEZING the new change to make it pemanent. Kalau
digambarkan modelnya menjadi seperti di bawah ini.
MODUL PELATIHAN
91
Restraining Forces
Desire
State
REFREEZING
MOVEMENT
Status
Quo
UNFREEZING
Driving Forces
Time
Selama proses perubahan terjadi terdapat kekuatan-kekuatan yang mendukung
Selama proses perubahan terjadi terdapat kekuatan-kekuatan
dan yang menolak . Melalui strategi yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, kekuatan
yangpendukung
mendukung
dan
yang
menolak
. Melalui
strategi
akan semakin
banyak
dan kekuatan
penolak akan
semakin sedikit.
: Upaya-upaya
dari kelompok
yangUnfreezing
dikemukakan
olehuntuk
Kurtmengatasi
Lewin,tekanan-tekanan
kekuatan pendukung
penentang dan pendukung perubahan. Status quo dicairkan, biasanya kondisi yang
akansekarang
semakin
banyak dan kekuatan penolak akan semakin
berlangsung (status quo) diguncang sehingga orang merasa kurang
sedikit.
nyaman.
Movement : Secara bertahap (step by step) tapi pasti, perubahan dilakukan.
Unfreezing
: Upaya-upaya untuk mengatasi tekanan-tekanan
Jumlah penentang perubahan berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk
perubahan
harus
segera dirasakan.
darimencapainya,
kelompokhasil-hasil
penentang
dan
pendukung
perubahan. Status
Refreezing : Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturanquo dicairkan, biasanya kondisi yang sekarang berlangsung
aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru
(status
quo)
diguncang
sehingga
orang merasa sedangkan
kurang
lainnya.
Jika berhasil
maka jumlah
penentang akan
sangat berkurang,
jumlah
pendudung
makin
bertambah.
nyaman.
Movement : Secara bertahap (step by step) tapi pasti,
73
perubahan dilakukan. Jumlah penentang perubahan
berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk
mencapainya, hasil-hasil perubahan harus segera dirasakan.
Refreezing : Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai,
stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi
baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru lainnya.
92
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Jika berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang,
sedangkan jumlah pendudung makin bertambah.
3.4.Mengembangkan Motivasi Berprestasi dan Motivasi
Berwirausaha
Deskripsi
Suatu keahlian, dalam mengarahkan organisasi agar mau
bekerja secara berhasil, sehingga tercapai keinginan para
pegawai sekaligus 6ercapai tujuan organisasi. (Edwin B
Flippo). Motivasi secara umum didefinisikan sebagai inisiasi
& pengarahan tingkah laku & pelajaran motivasi sebenarnya
merupakan pelajaran tingkah laku (Morle J. Moskowits).
Keinginan yg terdapat pada diri seseorang individu yg
merangsangnya utk melakukan tindakan 2. (GR. Terry).
Untuk mewujudkan kesuksesan individu dan organisasi
dibutuhkan motivasi tinggi. Oleh karenanya motivasi sangat
penting untuk di internalisasi pada sumberdaya organisasi.
Tujuan
1. Termotivasinya peserta untuk berprestasi dan
mengembangkan usaha
2. Pemahaman teoritis tentang motivasi berprestasi dan
motivasi kewirausahaan.
Pokok bahasan
1. Pengertian motivasi, teori kepuasan, motivasi
berprestasi
2. Pengertian kewirausahaan, Hakekat Kewirausahaan,
makna kewirausahaan dan motif berprestasi
kewirausahaan
MODUL PELATIHAN
93
Alat dan Bahan:
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
Metode
a. Ceramah Singkat
b. Curah Pendapat
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
♦ Sesi
dibuka
dengan
mengeksplorasi
prestasiprestasi nasional dan Internasional serta kisah sukses
kewirausahaan.
♦ Fasilitator menjelaskan pentingnya memahami teori
motivasi berprestasi dan motivasi berwirausaha.
♦ Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta.
♦ Fasilitator menyimpulkan diskusi.
Bahan Ajar
A. Bahan Ajar Motivasi Berprestasi
Pengertian Motivasi
Motivasi, dapat didefinisikan sebagai proses yang terjadi
di dalam diri, yang menciptakan tujuan dan memberikan
energi bagi perilaku seseorang (Kimble, et al, 1984).
Motif merupakan dorongan bertindak untuk memenuhi
suatu kebu-tuhan, dirasakan sebagai kemauan, keinginan,
yang kemudian terwu-jud dalam bentuk perilaku nyata.
Secara garis besar, teori motivasi dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori,yaitu: 1) Teori Kepuasan (Maslow,
Herzberg dan MC Celland ); 2) Teori Proses (Vroom)
94
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(Gibson,et al, 1982).
Teori Kepuasan
1. Maslow
Teori Maslow (teori hierarki kebutuhan) sering digunakan
untuk meramalkan perilaku orang dalam kelompok atau
organisasi, dan ba-gaimana memanipulasi atau membentuk
perilaku tersebut dengan cara memenuhi kebutuhannya,
meskipun Maslow sendiri tidak pernah ber-maksud untuk
meramalkan perilaku. Ia hanya bertolak dari dua asumsi
dasar, yaitu:
a. Manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk berkem­
bang dan maju;
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang
lebih pokok terlebih dahulu sebelum berusaha memenuhi
kebutuhan lainnya, artinya kebutuhan yang lebih mendasar
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan
tambahan yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku
seseorang.
Yang penting dari pemikiran Maslow ini adalah: kebutuhan
yang telah dipenuhi (sebagian atau keseluruhan) akan
berhenti daya motivasinya, kemudian motivasinya
berpindah ke upaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya
yang lebih tinggi. Pemahaman tentang adanya hubungan yang erat antara
perilaku dan kebutuhan, seperti telah diuraikan dalam teori
perilaku sebelumnya, adalah penting, paling tidak untuk
dapat menciptakan kepuasan atau mengurangi ketidakpuasan
individu anggota kelompok. Melalui pengamatan terhadap
perilaku anggota kelompok dan dikaitkan dengan tingkat
kebutuhannya, maka dapat dilakukan tindakan tertentu
MODUL PELATIHAN
95
tingkat kebutuhannya, maka dapat dilakukan tindakan tertentu oleh
oleh anggota
lainnya atau oleh pimpinan kelompok dalam
anggota lainnya atau oleh pimpinan kelompok dalam rangka membentuk
rangka mem­bentuk
sebuah kelompok yang solid.
sebuah kelompok yang solid.
Hierarki Kebutuhan Maslow
transcendental
aktualisasi diri
kebutuhan
kebutuhan kognitif
kebutuhan penghargaan
kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
(sense of belonging)
kebutuhan keselamatan & keamanan
kepuasan
kebutuhan biologis/fisiologis
kebutuhan
*) Benson N.C and Grove S: Psychology for Beginners,1998 (modified)
Herzberg
Herzberg
Teori Hezberg (teori dua faktor tentang motivasi), yaitu:
a. Faktor
yang Hezberg
membuat orang
merasa
tidak
puas (dissatisfiers-factor);
Teori
(teori
dua
faktor
tentang motivasi),
Serangkaian kondisi ekstrinsik, terkondisi oleh faktor eksternal, yaitu kondisi
yaitu:
pekerjaan yang diharapkan, yang apabila kondisi ini tidak tersedia membuat
orang merasa
puas, tapi bila kondisi
tidak akan
memotivasi
a. Faktor
yangtidakmembuat
orangini tersedia
merasa
tidak
puas
orang untuk bekerja lebih baik. Kondisi yang dianggap “seharusnya tersedia”
(dissatisfiers-factor);
seperti ini disebut juga faktor-kesehatan (hygiene-factors), karena faktor tersebut
96
ekstrinsik,
terkondisi
oleh
Serangkaian
merupakan kondisi
persyaratan minimum
untuk terbebas
dari rasa tidak
puas, faktor
seperti:
upah
minimum,
rasa
aman
dalam
bekerja,
suasana
kerja
yang
menyenangkan,
eksternal, yaitu kondisi pekerjaan yang diharapkan,
status yang jelas, prosedur yang jelas, mutu pengawasan tehnis yang kontinyu,
yang apabila kondisi ini tidak tersedia membuat orang
suasana hubungan antar manusia yang menyenangkan.
merasa tidak puas, tapi bila kondisi ini tersedia tidak akan
76
memotivasi orang untuk beker­ja lebih baik. Kondisi yang
dianggap “seharusnya tersedia” seperti ini disebut juga
faktor‑kesehatan (hygiene‑factors), karena faktor tersebut
merupakan persyaratan minimum untuk terbebas dari rasa
tidak puas, seperti: upah minimum, rasa aman dalam bekerja,
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
suasana kerja yang menyenangkan, status yang jelas, prosedur
yang jelas, mutu pengawasan tehnis yang kontinyu, suasana
hubungan antar manusia yang menyenangkan.
b. Faktor yang membuat orang merasa puas (satisfiers‑
factor).
Serangkaian kondisi intrinsik, terkondisi oleh faktor internal
seseorang, yaitu suatu kondisi pekerjaan, yang apabila
tersedia akan mendorong motivasi kerja, dan selanjutnya
akan lebih meningkatkan produktivitas kerja, tapi apabila
tidak tersedia, tidak akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan atau sampai merusak situasi
kerja, seperti: kesempatan untuk mencapai prestasi kerja
yang terbaik (achievement), pengakuan atas prestasi yang
dicapai (recognition), pemberian tanggung‑jawab penuh
atas tugas yang diberikan (responsibility), kesempatan untuk
terus mencapai kemajuan dalam pekerjaan (advancement),
kesempatan untuk terus berkembang dalam karier (growth),
kesesuaian jenis pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki
(work).
Skema dua faktor motivasi yang dikemukakan Herzberg,
serta diagram persentase pengaruh faktor hygiene dan
motivator terhadap derajat kepuasan dan motivasi individu,
dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
MODUL PELATIHAN
97
Skema dua faktor motivasi yang dikemukakan Herzberg, serta diagram
persentase pengaruh faktor hygiene dan motivator terhadap derajat kepuasan
dan motivasi individu, dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Hygiene
Motivators
Kebijakan Organisasi dan
administrasi
Prestasi kerja
Pengawasan/Supervisi
Penghargaaan/Pengakuan
Hubungan dengan lingkungan
kerja, atasan, selevel dan
bawahan
Kesesuaian jenis Pekerjaan
Kondisi Kerja
Tanggung-jawab
Penghasilan (gaji)
Kemajuan (promosi)
Kehidupan pribadi, status,
keamanan
Pertumbuhan
Semua faktor-2 diatas memberikan kontribusi kepada
Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
Kepuasan kerja
Ketidak-puasan kerja
Hygiene
19
69
31
Motivator
100% 80% 60% 40% 20% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
♦ Faktor hygiene menyumbang 69% terhadap ketidakpuasan
kerja dan faktor motivator menyumbang 31% terhadap
kepuasan kerja,
♦ Faktor motivator menyumbang 81%, faktor hygiene
menyumbang 19%.
♦ Implikasi dari hasil penelitian Herzberg ini menunjukkan
bahwa upaya pemenuhan terhadap faktor hygiene, seperti
kebijakan dan sistem organisasi yang baik, supervisi
terus menerus, hubungan personal yang baik, gaji yang
memadai, status dan keamanan kerja, belum sepenuhnya
98
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
77
menjamin tercapainya kepuasan, kalau tidak di-barengi
dengan pemenuhan faktor motivator, seperti kesempatan
berprestasi dan bertumbuh kembang, penghargaan atas
prestasi kerja yang dicapai, pemberian tugas yang cocok,
pelimpahan tanggung-jawab yang penuh.
3. Teori McClelland
Teori McClelland (teori motivasi yang berhubungan erat dengan
proses belajar).
♦
Ia mengemukakan bahwa kebutuhan individu
merupakan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan
kebudayaannya.
♦ Orang yang tidak pernah melihat dan mendengar tentang
televisi, tidak akan pernah membutuhkan televisi, dan
tak akan pernah termotivasi untuk memiliki televisi.
♦ Oleh karena itu motivasi, yang bersumber dari adanya
upaya untuk memenuhi kebutuhan, merupakan sesuatu
yang dapat dipelajari dan diajarkan.
♦ Diantara begitu banyak kebutuhan manusia McClelland
membahas tiga jenis kebutuhan saja, yaitu:
1. n‑Ach (need for achievement), yaitu kebutuhan individu
akan prestasi;
2. n‑Aff (need for affiliation), yaitu kebutuhan individu akan
afiliasi (pertemanan);
3. n‑Pow (need for power), yaitu kebutuhan individu akan
kekuasaan.
♦ Tinggi atau rendahnya tingkat kebutuhan seseorang akan
menentukan kuat atau lemahnya moti­vasinya untuk
mencapai tujuan tersebut.
MODUL PELATIHAN
99
♦ Mereka yang mempunyai n‑Ach tinggi lebih senang
menetap­kan sendiri tujuan hasil kerja yang akan dica­
pai, dengan mengukur batas kemampuannya sen­diri,
membutuhkan umpan balik yang cepat terlihat, kerja yang
efisien serta bertanggung‑jawab terhadap pemecahan
masalah yang ada.
C. Teori Proses
♦ Teori Proses mengenai motivasi berusaha menjawab
pertanyaan tentang bagaimana menguatkan (energize),
mengarahkan (direct), memelihara (maintain) dan
menghentikan (stop) perilaku individu (Gibson et al,
1982).
i. Vroom (1964) mengemukakan adanya dua tingkatan
hasil dalam se-tiap pekerjaan, dimana:
hasil tingkat pertama berupa produk dari perilaku,
sedangkan hasil tingkat kedua berupa peristiwa yang
ditim­bulkan oleh atau sebagai dampak dari hasil ting­kat
pertama, misalnya bila seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik (hasil tingkat pertama/produk
perilaku), ia akan menerima promosi kenaikan pangkat
atau tambahan bonus (hasil tingkat ke dua/dampak dari hasil
tingkat pertama)
♦ Menurut Vroom, ada tiga konsep penting mengenai
hubungan antara hasil tingkat pertama dan kedua,
yaitu:
1. Pertautan (instrumentality), dimana individu
mempersepsikan bahwa hasil ting­kat kedua sangat
terkait dengan hasil tingkat pertama, artinya tanpa
hasil tingkat pertama tidak mungkin terjadinya hasil
tingkat kedua;
100
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
2. Valensi (valence), dimana individu dalam memu­
tuskan pilihan mempertimbangkan sekaligus
hubungan antara hasil tingkat pertama dan hasil
tingkat kedua, misalnya kalau saya memilih bekerja
dengan prestasi kerja tinggi, saya akan mendapat promosi
kenaikan jabatan atau bonus;
3. Harapan (expect­ancy), dimana individu dalam
memutuskan pilihannya disertai dengan harapan
bahwa hasil tingkat pertama akan memberikan
dampak yang lebih baik bagi hasil tingkat kedua.
Dengan memahami proses timbulnya motivasi yang terjadi
dalam diri individu, kita dapat memanipulasi perilaku
orang untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi (need for achievement = n-Ach) adalah
suatu dorongan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk
meraih hasil atau prestasi tertentu. Motivasi ini ditandai
dengan adanya dorongan untuk berusaha keras mencapai
prestasi (kinerja), bekerja dengan lebih baik, lebih efisien,
dapat lebih cepat dari yang sudah – sudah / sebelumnya.
Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses.
Sukses berkaitan dengan perilaku ‘produktif dan selalu
memperhatikan / menjaga ‘kualitas’ produknya. Motivasi
berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang
merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai
sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk
mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai
hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki
motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatanhambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang
dinginkan dapat diraih.
MODUL PELATIHAN
101
Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul
kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai
kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan
kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada
diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak
building block ketahanan individu dalam menghadapi
tantangan hidup sehingga mencapai kesuksesan.
Weiner (1985) seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat
mengemukakan bahwa hal-hal yang menyebabkan kegagalan
atau kesuksesan adalah : (1) usaha, (2) kemampuan. (3)
orang lain, (4) emosi, (5) tingkat kesulitan tugas, dan (6)
keberuntungan. Berkaitan dengan usaha dan kemampuan,
Bendura (1992) mengemukakan bahwa bila seseorang
memiliki rasa yang kuat tentang kemampuan dirinya (self
efficacy), maka akan mendesak usaha yang lebih besar untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dari pada
orang yang memiliki keraguan diri akan kemampuannya.
Adanya perasaan mampu (untuk berprestasi) yang dimiliki
oleh seseorang, akan memberikan kontribusi yang sangat
besar pada aspek percaya diri, yaitu bahwa ia akan merasa
yakin dengan kemampuannya untuk dapat mencapai suatu
prestasi tertentu.
Setiap manusia mempunyai tingkat kesulitan dan hambatan
yang berbeda dalam mencapai apa yang diinginkan. Secara
umum kesulitan dan hambatan yang dihadapi manusia
terdiri dari : (1) kesulitan masyarakat, yaitu : kesulitan
yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, misal :
krisis ekonomi; (2) kesulitan di tempat tinggal / kerja /
sekolah, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang
di kalangan terbatas, misal : kebijakan pimpinan kantor; (3)
kesulitan individu, yaitu : kesulitan yang muncul sebagai
akibat mengalirnya kesulitan masyarakat dan kesulitan di
102
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
tempat kerja, misal : sulit mencari pekerjaan.
Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat
dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha
untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik
dan berhasil dengan predikat unggul (excellent); dorongan
tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari
luar dirinya. Mc.Cleland berpendapat bahwa pada intinya
setiap manusia mempunyai 3 jenis motivasi sosial, yaitu : (1)
motivasi berprestasi; (2) motivasi untuk berkuasa; dan (3)
motivasi untuk berafiliasi. Dua dari ke-tiga motivasi tersebut
obyeknya adalah berkaitan dengan manusia lain yang ada di
lingkungannya, kecuali motivasi berprestasi yang berpijak
pada dirinya sendiri. Untuk dapat membangun motivasi
berprestasi, maka perlu mengetahui siapa dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain dimana mereka terlibat.
Motivasi, meskipun merupakan variabel yang penting
dari prestasi / keberhasilan, bukanlah satu-satunya faktor.
Sebagaimana dikemukakan diatas terdapat variabelvariabel lain seperti : usaha, kemampuan, emosi, orang
lain dan keberuntungan. Pokok bahasan dalam makalah
ini mencakup: (1) motivasi dan pengembangan karier; (2)
konsep diri; (3) kemampuan diri dan berfikir kreatif; (4)
pengembangan dan analisis diri; (5) Motivasi Berprestasi
kaitannya dengan Bela Negara.
Hasil penelitian Mc Cleland menunjukkan bahwa orangorang yang berprestasi (berhasil dengan predikat unggul)
mempunyai profil / karakteristik antara lain:
(1) Pada umumnya menghindari tujuan prestasi yang mudah
dan sulit, mereka sebenamya lebih memilih tujuan yang
moderat yang menurut mereka akan dapat diwujudkan
atau diraih;
MODUL PELATIHAN
103
(2) Lebih menyukai umpan balik langsung dan dapat
diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi;
(3) Menyukai tanggung jawab pada pemecahan masalah.
Orang-orang
yang
memiliki
profil/karakteristik
sebagaimana tersebut diatas tidak terlalu peduli atau
menghiraukan orang lain. Baginya yang panting adalah
bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi dengan
predikat unggul dibandingkan dengan yang lain. Keinginan
untuk memperoleh atau mencapai sesuatu yang lebih baik
dari yang lain adalah merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi, sehingga ia akan terdorong untuk memenuhi apa
yang menjadi kebutuhannya tersebut. Kerangka berpikir
orang-orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
adalah bagaimana usaha/perjuangan yang dilakukan untuk
menghasilkan suatu prestasi yang unggul.
Motivasi berprestasi bukan dibawa sejak lahir, tetapi
dipelajari, dilatih, ditingkatkan dan dikembangkan. Melalui
langkah – langkah sebagai berikut :
1. Tetapkan Tujuan (goal setting).
Tanamkan sugesti dan keyakinan bahwa seseorang itu
dapat berubah dan memang harus selalu berubah menuju
titik optimum. Buatlah target dan tujuan misalnya dalam
waktu seminggu ini prestasi kita harus tambah 5%.
2. Belajar Menggunakan Bahasa Prestasi.
Mulai dari cara berpikir, bercakap, bertindak dan
menanggapi sesuatu mencerminkan suasana etos kerja
keras untuk berprestasi.
3. Belajar Sendiri (Otodidak).
104
Mereka berupaya menganalisis dirinya. Adakah
perilaku, kebiasaan dan cara berpikir yang kurang
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
menguntungkan.
4. Memanfaatkan motivasi.
Dorongan dapat dibangun dari dalam diri (Self
motivation). Demikian juga dorongan dari luar dapat
dimanfaatkan misalnya dukungan emosional dan
rasional dari orang – orang terdekat.
B. Bahan Ajar Motivasi Kewirausahaan
Pada dasarnya kewirausahaan merupakan suatu disiplin
Ilmu Yg Mempelajari Tentang Nilai, Kemampuan, Dan
Perilaku Seseorang Dalam Menghadapi Tantangan Hidup
Untuk Memperoleh Peluang Dengan Berbagai Risiko Yang
Mungkin Dihadapinya. Dalam konteks bisnis seperti yang
telah dikemukakan oleh Thomas w.Zimmerer (1996) bahwa:
” Entrepreneurship is the result of a diciplined, systematic
process of applying creativity and innovations to needs and
opportunities in the marketplace “
Hakikat Kewirausahaan.
Pada dasarnya hakikat kewirausahaan merujuk pada
sifat, watak dan ciri2 yang melekat pada seseorangyang
mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan
inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat
mengembangkannya dengan tangguh.
Jadi inti kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dalam konteks
manajemen wirausah adalah seseorang yangmemiliki
kemampuan dalam menggunakan sumberdaya (money,
materials, man, teknologi/machine, untuk menghasilkan
suatu bisnis baru, produk baru, proses produksi ataupun
pengembangan organisasi usaha. Sekaligus mempunyai
kombinasi elemen2 (unsur2) internal yang mencakup
MODUL PELATIHAN
105
kombinasi visi, motivasi,komunikasi, optimisme, dorongan
semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang
usaha. Menurut Edi Swasono (1978) berkenaan dengan
aspek bisnis, wirausaha adalah pengusaha tetapi tidak
semua pengusaha adalah wira usaha
Menurut Norman M.Scarborough dan Thomas W.Zimmerer
(1993) wirausaha adalah:
” An entrepeneur is one who creates a new budiness in the
face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit
and growth by identifying opportunities and assembling the
necessary resources to capitalize on those opprtunities”
Sedangkan menurut Dan Steinhoff dan John F.Burgess (1933)
wirausaha adalah: “ Aperson who organizes, manages,and
assumes the risk of abusiness or enterprise is an entrepreneur.
Entrepreneur is individual who risk financial,material and
human resources a new way to create a new business concept
or opportunities within an existing firm”
Dari pengertian diatas seolah-olah kewirausahaan identik
dengan kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha
(bisnis). Padahal kewirausahaan tidak selalu identik dengan
watak atau cirri pengusaha semata, Karenna sifat ini dimiliki
juga oleh yang bukan pengusaha. Menurut Schumpeter
wirausaha merupakan pengusaha yang melaksanakan
kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke
dalam bentuk praktek. Jadi inti dari fungsi pengusaha adalah
pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan baru dalam
perekonomian.
Kemungkinan baru tsb. mencakup :
1. Memperkenalkan produk baru atau kwalitas baru suatu
barang yang belum dikenal oleh konsumen.
106
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
2. Melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu
penemuan ilmiah baru dan cara baru untuk menangani
suatu produk agar lebih mendatangkan keuntungan.
3. Membuka pasar baru yaitu pasar yang belum pernah
ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang
bersangkutan.
4. Pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi
ataupun sumber yang masih harus dikembangkan.
5. Pelaksanaan organisasi baru
Kewirausahaan
muncul
bila
mengembangkan usaha dan ide nya.
seseorang
berani
Proses kewirausahaan mencakup semua fungsi aktivitas
dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang
dan penciptaan organisasi usaha. Oleh karenanya wirausaha
adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan
organisasi untuk mencapai peluang tsb. (Bygrave, 1995).
Sementara itu menurut Meredith (1996), berwirausaha berarti
memadukan watak pribadi, keuangan, dan sumberdaya.
Dengan demikian berwirausaha merupakan merupakan
suatu pekerjaan atau karir yang harus bersifat fleksibel
dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko,
membuat keputusan2 dan tindakan2 untuk meraih tujuan.
Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk
menemukan dan
mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumberdaya yang
diperlukan dan bertindak untuk meraih keuntungan dari
peluang tsb.
Jadi esensi kewirausahaan adalah menciptakan added value
di pasar melalui proses kombinasi antara sumberdaya
dengan cara2 baru yang berbeda agar dapat memperoleh
MODUL PELATIHAN
107
competitive advantage. Adapun cara2 tsb. meliputi :
1. Developing new technology
2. Discovering new knowledge
3. Improving existing goos or services
4. Finding different ways of providing more goods and
services with fewer resources.
Dalam pada itu secara mendasar jiwa kewirausahaan
ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif,
kreatif, menyukai perubahan, tantangan dan menghendaki
kemajuan.
Makna KE W I R A U S A H A A N bisa diartikan sebagaimana
berikut ini:
K Kreatif, ketrampilan, Kepemimpinan, Ketidakpastian
Pengusaha baik laki-laki dan perempuan mempunyai
kemampuan atau pengetahuan yang memungkinkan mereka
untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas. Kebanyakan
mereka yang berjiwa kewirausahaan mempunyai
pengetahuan yang cukup, sikap dan ketrampilan praktis
untuk memimpin, berani dan mampu untuk menghadapi
ketidakpastian serta memiliki kreatifitas yang tinggi dengan
memanfaatkan perubahan yang terjadi serta sumber daya
yang mampu dikelola.
E Energi, Empati, Etika
Bekerja keras dengan cara yang pintar, adalah kunci
dalam kewirausahaan. Banyak kekuatan mental dan fisik
dibutuhkan untuk dapat menghadapi semua tantangan yang
terlibat dalam memperoleh solusi bagi masalah dan untuk
berhasil menyelesaikan suatu usaha. Untuk meningkatkan
kekuatan, anda perlu merangsang otak dan semua indra
108
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
- penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan
rasa sehingga semua siap dalam mengenali apa yang perlu
dilakukan dalam situasi yang berbeda disamping itu sikap
ber-empathi degan etika yang baik juga mampu memberikan
rangsangan kepada kita untuk mempu menyelesaikan
masalah orang lain. Dalam rangka menjalankan kegiatan
tersebut Anda perlu sehat dan fit secara fisik, dan ini bisa
dicapai dengan diet yang sesuai dan latihan fisik.
W Wawasan Luas
Wawasan yang luas terhadap segala sesuatu yang pernah
diketahui dan atau dialami dalam kehidupan sehari-hari atau
dengan memahami pengalaman orang lain, dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber berpikir untuk menyelesaikan
masalah melalui penciptaan hal-hal yang lebih bermanfaat
bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.
I Ide, Inovasi, Imbalan, Inisiatif
Kemampuan untuk menerapkan ide-ide baru yang
memungkinkan Anda mejalankan aktivitas secara berbeda
adalah tanda lain mereka yang berjiwa kewirausahaan.
Melalui inisiatif, imajinasi, intuisi dan pengetahuan individu,
Anda akan dapat mengubah sesuatu atau menemukan jalan
untuk mengakomodasi situasi yang baru. Apapun yang
Anda hadapi. Informasi mengenai isu dan bidang yang
berbeda adalah masukan yang penting untuk menjadi
inovatif. Maka, laki-laki dan perempuan yang mau berusaha
memberi nilai yang besar pada informasi dan mereka selalu
awas dan senantiasa melakukan penelitian.
R Rencana
Supaya dapat melihat gambar keseluruhan dari usaha
dalam pengertian mengapa harus didirikan, apa yang
MODUL PELATIHAN
109
harus dilakukan, bagaimana dapat diselesaikan, siapa yang
akan melakukannya dan kapan akan selesai, adalah perlu
untuk membuat rencana tertulis. Rencana tertulis dapat
menjelaskan situasi dan membantu membuat keputusan
apakah akan melibatkan diri dalam kegiatan yang berakibat
suatu usaha dimulai atau tidak. Dalam hal usaha bisnis,
perencanaan akan memberi indikasi apakah akan terjadi
keuntungan atau kerugian.
A Adil
Seorang pengusaha perlu memiliki sifat adil dalam arti
sempit mampu menjaga perlakuan diri terhadap pekerja
atau orang lain sehubungan dengan hak dan kewajiban baik
pada saat berinteraksi langsung maupun tidak langsung
dengan pengusaha
U Ulet
Keputusan untuk mengambil langkah dan memulai usaha
atau melakukan kegiatan harus dibuat. Semua laki-laki
dan perempuan yang mau berusaha membuat keputusan
ini hanya setelah mereka melakukan sejumlah penelitian,
sehingga pada akhirnya mereka biasanya dapat mencapai
hasil sukses dan mendapatkan keuntungan. Anda selalu
harus mengambil langkah pertama, karena hal ini menandai
perbedaan antara yang berjiwa kewirausahaan dan mereka
yang tidak. Sukses dimulai dari keputusan untuk memulai
bergerak ke arah yang benar dan yang kita inginkan.
S Supel, Sabar, Senang
Pengembangan kepribadian seseorang untuk mampu
berinteraksi dengan orang lain salah satu sifat yang harus
dimiliki adalah mampu berinteraksi dan memposisikan
dirinya dalam lingkungan dan kondisi yang sedang
110
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
berlangsung. Sabar dan tidak keberatan dan dengan senang
hati untuk mendengarkan pendapat orang lain, akan mampu
memberikan banyak peluang usaha dan relasi di kemudian
hari.
A Antusias
Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi ketika
mencoba untuk mendirikan suatu usaha. Perempuan
menghadapi tantangan yang spesifik, beberapa diantaranya
negatif dan tidak berpihak. Untuk mewujudkan usaha
yang akan memberi keuntungan yang Anda harapkan,
kemampuan untuk tetap berada di jalur yang digariskan
meskipun terdapat banyak tantangan di sepanjang jalan
adalah penting. Kesabaran, ketehunan dan kepercayaan diri
adalah beberapa sikap yang harus Anda terapkan untuk
bertahan terhadap tantangan mental dan fisik yang akan
Anda hadapi.
H Hasil (laba), Hadiah
Anda yakin bahwa untuk mencapai penghargaan yang
memuaskan dari pekerjaan, Anda perlu mengerjakan dan
menyelesaikan tugas secara baik dan tepat waktu dengan
penuh harapan dan target. Efisiensi, keefektifan dan
pengaturan waktu adalah aspek penting yang membuat anda
dapat menyelesaikan pekerjaan. Kemampuan untuk berfokus
pada hasil kerja membantu Anda untuk berkonsentrasi pada
apapun yang Anda ingin lakukan.
A Asa
Anda mempunyai motivasi untuk mencapai kesuksesan
dan melakukan semua kegiatan Anda. Sikap dan ketajaman
persepsi Anda memungkinkan Anda bekerja untuk
mendapat hasil yang diharapkan setiap kali Anda berniat
MODUL PELATIHAN
111
melakukan sesuatu. Pendekatan ini membuat Anda bekerja
lebih keras daripada orang lain.
A Akal Sehat
Akal sehat sangat penting bagi seorang pengusaha untuk
selalu berpikir positif kepada orang lain, disamping agar
mampu melakukan prediksi dan perencanaan yang realistis
sehingga kerugian dapat dihindarkan.
N Norma
Salah satu syarat seorang pengusaha dapat menjalankan
kegiatan usahanya adalah apabila mereka mengetahui norma/
aturan/kebiasaan dan mampu untuk tidak melanggarnya.
Dalam pengertian formal, norma dapat dikatakan sebagai
hukum yang harus dipahami oleh seorang pengusaha terkait
dengan apa yang boleh dan bisa dikerjakan dan hal-hal apa
yang seharusnya dihindari.
M Scarborough dan Thomas W Zimmerer (1993) mengemukakan
8 karakteristik:
1. Desire or responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha yang dilakukannya. Seseorang yang punya
tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko
yang moderat.
3. Confidence in their ability to success ,yaitu percaya atas
kemampuan diri untuk berhasil.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki
umpan balik yang segera.
5. High level of energy, yaitu memilikisemangat dan kerja
keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan
yang lebih baik.
112
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
6. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan,
perspektif dan berwawasan jauh ke depan.
7. Skill at organizing, yaitu memiliki ketrampilan dalam
mengorganisasikan sumberdaya untuk menciptakan nilai
tambah.
8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai
prestasi daripada uang.
Pada gambar berikut ada empat nilai dengan orientasi dan ciri
masing2 (model sistem nilai wirausaha) :
1. Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh
materi, ciri2nya pengmbil risiko, terbuka terhadap teknologi,
dan mengutamakan materi.
2. Yang berorientasi kemajuan tapi bukan materi, wirausaha
yang demikian ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung
jawab, pelayanan, sikap positif dan kreativitas.
3. Yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada
kebiasaan yang sudah ada, misal dalam perhitungan usaha
dengan kira2 sering menghadap ke arah tertentu (aliran
fengsui) supaya berhasil.
4. Yang berorientasi pada non materi, dengan bekerja
berdasarkan kebiasaan, wirausaha model demikian ini
biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung dengan
menggunakan metafisika, paham etnosentris dan taat pada
tata cara leluhur.
Victor Vroom dalam teori ”Expectancy theory” menyatakan
bahwa ” The strength of tendency to act in a certain way
depend on the strength of an expentation that an act will
be followed by a given out come and other actractivness of
that outcome to the individual” (kecenderungan yang kuat
untuk bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung pada
MODUL PELATIHAN
113
3. Yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan yang
sudah ada, misal dalam perhitungan usaha dengan kira2 sering menghadap
ke arah tertentu (aliran fengsui) supaya berhasil.
4. Yang berorientasi pada non materi, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan,
wirausaha model demikian ini biasanya tergantung pada pengalaman,
kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakanannya
dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang). Dalam
tata cara leluhur.
ini dalam
ada 3teori
variabel
yang
saling
berhubungan,
yaitu :
Victorhal
Vroom
”Expectancy
theory”
menyatakan
bahwa ” The
berhitung dengan menggunakan metafisika, paham etnosentris dan taat pada
strength of tendency to act in a certain way depend on the strength of an
1.
Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari
expentation that an act will be followed by a given out come and other
pekerjaan
actractivness of that outcome to the individual” (kecenderungan yang kuat
untukPerformeance
bertindak dalam suatu
arah tertentu
tergantung
pada kekuatan
harapan
2.
–reward
linkage,
yaitu
hubungan
imbalan yg
yang akan dihasilkan dari tindakanannya dan ketertarikan lain yang
diperoleh dengan kinerja
dihasilkan bagi seseorang). Dalam hal ini ada 3 variabel yang saling
3.
Effort performance
likage, yaitu hubungan antara usaha
berhubungan,
yaitu :
1. Attractiveness,
merupakan
imbalan yang diperoleh dari pekerjaan
dan kinerja
yang dihasilkan.
2. Performeance –reward linkage, yaitu hubungan imbalan yg diperoleh
Jadi dalam teori ini ada 3 prinsip, yaitu 2 = Jml valensi yg
melekat
pada
Perolehan
tkt antara
kedua.
Effort
performance
likage,
yaitu hubungan
usaha dan kinerja yang
dengan kinerja
3.
dihasilkan.
Jadi dalam teori ini ada 3 prinsp yaitu :
Jadi dalam teori ini ada 3 prinsip, yaitu :
1. P = f ( M x A )
P = prestasi (performance)
2. M = f ( V1 x E )
M = motivation
3. V1 = f ( V2 x I )
A = ability
V 1 = valensi tingkat I
E = expectancy
I = instrumental
V2 = Jml valensi yg melekat pada
88
Perolehan tkt kedua.
14
Motif berprestasi kewirausahaan.
114
Kerjasama
Kementerian
Tertinggal
Seseorang ANTARA
memilki minat
berwirausahaPembangunan
karena ada motifDaerah
tertentu yaitu
motif
Dengan
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
berprestasi (ACHIEVEMENT MOTIVE). Motif berprestasi adalah suatu nilai
sosial yang menenkankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi Jadi faktor dasarnya adalah kebutuhab yang
Motif berprestasi kewirausahaan.
Seseorang memilki minat berwirausaha karena ada motif
tertentu yaitu motif berprestasi (ACHIEVEMENT MOTIVE).
Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menenkankan
pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai
kepuasan secara pribadi Jadi faktor dasarnya adalah kebutuhab
yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow, yg
kemudian oleh Clayton dikelompokan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1. Existence needs ( physiological + security needs dari
Maslow)
2. Relatedness needs (Social & esteem needs dari Maslow)
3. Growth needs (esteem needs & self actualization needs dari
Maslow)
Adapun David McClelland mengelompokan needs menjadi :
1. Need for achievement (N ’ Ach)
2. Need for power (N ‘ Pow)
3. Need for affiliation. (N ‘ Aff)
Kebutuhan berprestasi terlihat dalam bentuk tindakan untuk
melakukan sesuatu lebih baik & lebih efisien dari sebelumnya.
Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi (N ‘ Ach inggi) mempunyai ciri :
(1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan problem yang ada
pada dirinya.
(2) Selalu perlu umpan balik yang segera untuk evaluasi sukses/
gagal.
(3) Berani hadapi risiko dengan penuh perhitungan
MODUL PELATIHAN
115
(4) Punya tanggung jawab personal yang tinggi
(5) Suka tantangan.
Kebutuhan akan kekuasaan (N’ Pow, merupakan hasrat untuk
mempengaruhi, mengendalikan dan menguasai orang lain.
Ciri umumnya is senang bersaing, berorientasi pada status dan
cenderung ingin menguasai orang lain.
Kebutuhan berafiliasi (N ’ Aff) merupakan hasrat untuk untuk
diterima dan disukai oleh prang lain, dengan demikian lebih
menyukai persahabatan, suka bekerja sama daripada persaingan
dan saling pengertian. Menurut Stephen P Robbins, kebutuhan
kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan
manajer saat ini.
3.5 Membangun
Deskripsi
Kerja
Tim
dan
Manajemen
Konflik
Karena berbagai kemajuan teknologi, kompetisi global, dan
ketahanan ekonomi dalam masyarakat yang kompleks, banyak
jabatan menuntut adanya kolaborasi di antara manusia lintas
departemen atau lintas keakhlian. Intinya, pikiran orang banyak
akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun
sebuah tim adalah suatu proses memilih, mengembangkan,
memberikan kemudahan, dan melatih sebuah kelompok
kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya
mencakup memotivasi anggota-anggota agar merasa bangga
dalam melaksanakan tugas kelompoknya. Pembangun tim (team
builder) harus mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil,
tepat waktu, dsb.) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota
kelompok (adil, tidak konflik, dsb.)
Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta
ketrampilan, sebuah tim seringkali mampu menyelesaikan tugas
secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang individu. - “A
116
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
team is a group organized to work together to accomplish a set
of objectives that cannot be achieved effectively by individuals”
- Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang relatif
permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas
untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Tim yang relatif
permanen biasanya dinamakan “natural team work”, sedangkan
yang temporer banyak disebut sebagai “a cross-functional action
team” – biasanya terdiri dari orang-orang dari berbagai bagian
atau departemen. Bentuk tim yang dianggap paling maju adalah
“self-directed”, karenanya tim semacam ini kurang memerlukan
pengawasan, dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian
tugas-tugasnya. Agar tim bisa bekerja secara efektif dalam
mengembangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas, banyak
organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan
salah satu aspek dari pengembangan organisasi.
Selain untuk membangun tim yang solid, untuk meraih sukses
dibutuhkan kemampuan untuk mengelola konflik agar mampu
mendinamisir situasi, dalam meraih sukses.
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pentingnya tim kerja dalam
organisasi sosial dan bisnis
2. Membentuk tim kerja yang harmonis di organisasi sosial dan
bisnis
3. Mengetahui dan memahami majemen konflik.
Pokok bahasan
a. Definisi Membangun Tim, Karakteristik Kelompok Keja dan
Manfaat Membangun Tim
b. Definisi dan tahapan mengelola konflik.
MODUL PELATIHAN
117
Alat
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
Metode
a. Ceramah Singkat
b. Curah Pendapat
c. Praktek menyusun manajemen Team
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang pentingnya team
yang solid untuk mencapai kesuksesan organisasi.
2. Fasilitator menjelaskan tahapan penyusunan team yang
solid.
3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta.
4. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok
dan untuk mempraktekkan menyusun team.
5. Fasilitator menyimpulkan sesi.
Bahan Ajar
A. Bahan Ajar Manajemen Tim
Pengertian
Team building adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar
untuk mengembangkan kerja kelompok dalam suatu organisasi.
Ahli-ahli ilmu sosial menyebut kelompok adalah suatu kumpulan
orang yang terdiri dari dua atau lebih yang berinteraksi dengan
stabil dan diantara mereka mempunyai tujuan yang sama
serta menganggap kelompok itu sebagai kelompoknya sendiri
(merasa memiliki). Walaupun tak dapat disangkal bahwa ada
118
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
beberapa kegiatan/aktifitas yang mungkin lebih efisien bila dikerjakan oleh perseorangan, namun banyak sekali masalah
yang bersifat terlalu luas dan terlalu kompleks untuk ditangani
oleh satu orang. Dalam hal ini kerja team pada manajemen dapat
memberikan hasil akhir yang lebih efektif dibanding dengan
kerja perorangan.
Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok
fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme
dan persaingan atar pribadi relatif tajam dalam organisasi, maka
tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu
tim. Lima atau enam orang yang sedang dikategorikan ke dalam
suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan
suatu proyek belum menjamin bahwa mereka bisa bekerjasama
dalam mencapai tujuan. Secara spesifik, membangun sebuah
tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya,
kedekatan, komunikasi, dan produktivitas.
Semangat : Muncul karena masing-masing anggota percaya
bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas.
Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya,
makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas
dengan baik
Saling percaya : Rasa saling percaya antar sesama anggota
merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap
anggota tim, agar tim mampu bekerja secara efektif.
Kedekatan : Kedekatan antar anggota merupakan perasaan yang
mampu menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok
yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiap
anggotanya. Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi
terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan
lebih produktif.
Komunikasi : Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua
MODUL PELATIHAN
119
anggota harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
hubungan antar pribadi secara baik, bicara secara terbuka satu
sama lain, memecahkan konflik yang ada, dan secara bersama
menghadapi masalah. “Poor communication means no team”
Produktivitas : Tim seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang
tidak mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi
sumber daya, ketrampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka
tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan.
Proses Membangun Tim
Tidak ada satu cara khusus yang dipakai untuk membangun
sebuah tim. Tujuan untuk membangun tim yang bersemangat,
memiliki kedekatan, saling percaya, dan produktif dapat
dilakukan dengan banyak cara. Apapun caranya, hal yang
penting diingat adalah tim itu sendiri harus mengembangkan
kemampuan mengidentifikasikan persoalan kerja mereka dan
sekaligus juga memecahkannya. Lima tahap atau langkah yang
umumnya dilakukan dalam membangun sebuah tim diuraikan
di bawah ini.
Langkah I . Membentuk Struktur Tim
Setiap tim harus bekerja dengan suatu struktur yang memadai
agar berdaya menangani isu-isu berat dan memecahkan
persoalan-persoalan yang rumit. Walau struktur bisa berbeda
antara perusahaan satu dengan lainnya, namun komponen yang
umumnya ada meliputi :
♦ Tim Pengarah, yang terdiri atas manajer-manajer tingkat atas,
pimpinan serikat kerja (kalau ada), manajer lini, penyelia,
pimpinan tim, dan orang-orang penting lainnya. Seperti
seorang pilot, kelompok tersebut menetapkan seperangkat
tindakan dan berperan sebagai nara sumber dan pemberi
umpan balik atas kegiatan tim
120
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
♦ Perancang Tim, merupakan tim lintas sektoral yang
mencakup anggota-anggota dari semua jenjang dan fungsi
dalam organisasi. Anggotanya terdiri atas para penyelia dan
para manajer.
♦ Pemimpin, merupakan unsur penting bagi keberhasilan tim.
Pemilihan pemimpin merupakan faktor penting, mereka
harus yang bergaya partisipatif. Pemimpin tipe X kurang
tepat untuk diminta sebagai pemimpin tim.
♦ Rapat-rapat, merupakan aktivitas yang terpenting. Agenda
ini harus difasilitasi dan dilakukan relatif sering. Pimpinan
harus dilatih untuk mengelola proses rapat dan proses
terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain
mencakup perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola
jalannya rapat, mendistribusikan notulen rapat, mengatur
bahan dan waktu rapat. Saat rapat berlangsung pimpinan
rapat harus mampu meningkatkan partisipasi semua anggota
untuk mengeluarkan gagasannya, mengatasi pertentangan
akibat adanya perbedaan pendapat, menangani anggotaanggota yang “sulit”, dan menciptakan suasana rapat yang
dinamis.
♦ Proses konsultasi. Kehadiran pihak ketiga dalam upaya
membimbing, mengajar, membantu menyelesaikan konflik,
kadang sangat diperlukan. Karena sesungguhnya mereka
bukan anggota tim, konsultan dapat memberikan tantangan
bagi anggota tim. Mereka bisa lebih obyektif dan bisa lebih
bebas bekerja dan berpendapat ketika membantu tim.
Konsultan juga bisa membantu membangun aturan-aturan
dan cara-cara kerja. Mereka bisa diminta untuk mendidik
anggota tim dalam menggunakan peralatan, metode kerja,
dan memecahkan masalah agar tim bisa lebih produktif.
MODUL PELATIHAN
121
Langkah II : Mengumpulkan informasi
Membangun tim harus dimulai dengan penilaian diri anggota
kelompok (self-assesment), untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota. Pengembangan tim
dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari survai
tentang sikap, wawancara dengan anggota tim, dan pengamatan
atas diskusi-diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat
untuk menilai sejumlah hal, antara lain iklim komunikasi, rasa
saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin, pencapaian
konsensus, dan nilai kelompok. Langkah III : Membicarakan Kebutuhan
Informasi yang diperoleh dalam langkah II harus
dirangkum dan diumpan-balikan kepada anggota tim. Tim
harus mendiskusikannya secara terbuka, dan mencoba
menginterpretasikannya. Melalui proses ini akan ditemukan
sejumlah kebutuhan ; kekuatan yang ada harus dicoba
dipertahankan dan dikembangkan sedangkan kelemahan harus
segera diatasi. Proses ini bisa berlangsung dalam beberapa kali
pertemuan guna menemukan hal-hal yang memang sangat
dibutuhkan. Proses ini sangat penting dalam upaya untuk
menetapkan sendiri tujuan tim. Melalui pemahaman atas
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tim sudah dalam kondisi
siaga untuk mendiagnosis masalah dan menemukan jalan
keluarnya.
Langkah IV : Merencanakan sasaran dan menetapkan cara
pencapaiannya.
Begitu isu-isu diklarifikasikan, tim harus menetapkan tujuan
dan misinya, serta menetapkan prioritas kegiatan. “Perhaps
most importantly, a team must have a shared sense of mission.
Whether we are talking about a temporary work improvement
team, or branch, all members must share the sense of mission” 122
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Hal yang paling utama dilakukan oleh tim adalah bekerja
pada isu yang oleh anggota dianggap paling penting. Dengan
agenda yang ditetapkan sendiri, tim akan lebih komit pada
proses pelaksanaan dan pengembangannya. Kelompok harus
mengembangkan skedul tentatif dan rencana tindakan guna
mencapai tujuan. Konsultan akan sangat membantu dengan
cara memberikan saran-saran tentang teknik atau kegiatan yang
mungkin dilakukan dalam upaya mencapai tujuan. Pengembang
organisasi atau spesialis pelatihan harus mengetahui jenis-jenis
latihan, film, modul-modul, atau studi kasus, guna membantu
kelompok agar bisa mengembangkan ketrampilan yang
diperlukan bagi efektivitas kerja tim.
Langkah V : Mengembangkan Ketrampilan
Sebagian besar proses “pembangunan tim” akan memusatkan
kegiatannya pada pengembangan ketrampilan yang diperlukan
untuk menciptakan tim yang berkinerja tinggi. Seperti halnya
para atlit olah raga, setiap anggota tim harus belajar bermain,
bergerak, dan mempraktekan ketrampilan mereka. Beberapa
jenis ketrampilan yang sangat diperlukan dalam membangun
tim yang baik adalah :
1. Kesadaran untuk mengembangkan kelompok.
Harus disadari oleh semua anggota tim bahwa kemajuan
suatu tim dilakukan melalui tahapan-tahapan yang bisa
diprediksi, yaitu fase orientasi, fase evaluasi, dan fase kontrol.
Fase orientasi ditandai oleh adanya ragu-raguan para anggota
kelompok akan peran mereka. Mereka kurang memahami
apa yang harus mereka lakukan selaku anggota tim. Pada
fase evaluasi, anggota cenderung meng- alami konflik yang
disebabkan oleh kekurang-setujuan mereka terhadap caracara penyelesaian tugas. Dalam fase ini kelompok bisa
terpecah-pecah dalam beberapa koalisi. Dalam fase kontrol,
MODUL PELATIHAN
123
kelompok kembali bersatu, karena mereka mulai memahami
satu sama lainnya.
Apa yang terjadi di atas merupakan gejala normal yang
banyak terjadi. Faktor kepemimpinan merupakan hal yang
paling krusial dalam hal ini. Jika pimpinannya baik maka
ketiga fase tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tim
dapat segera bisa berfungsi.
2. Klarifikasi Peran
Bahkan ketika tim sudah mulai bekerja, kadang mereka masih
bingung tentang apa yang harus mereka lakukan, dan juga
siapa yang harus melakukannya. Dalam upaya mencapai
tugas-tugas kelompok, setiap anggota harus memahami
peran mereka masing-masing. Mereka harus tahu dengan
baik apa yang harus mereka kerjakan dan juga batas-batas
kewenangannya. “Team members must know what others
expect from them. Ambiguity in role expectations produces
stress and hampers performance”
Uraian jabatan formal seringkali tidak sesuai dengan
harapan masing-masing anggota, oleh karena itu pembagian
peran sebaiknya dibicarakan bersama. Dalam diskusi ini
harus dibahas misi kelompok, kepada siapa kelompok
harus melaporkan hasil kerjanya?, kewenangan apa yang
dipunyai kelompok?, siapa yang menentukan pimpinan
mereka?, apakah anggota kelompok setuju pada pembagian
pekerjaan?, dan apakah peran masing-masing anggota
kelompok tidak bertentangan atau tumpang tindih satu
sama lainnya?.
Seperti hanya dengan anggota tim olahraga, kelompok kerja
memerlukan pengetahuan tentang apa yang dimainkan oleh
dirinya dan diri anggota lainnya. Berdiskusi dengan tujuan
menjernihkan atau mengklarifikasikan peran masing-masing
124
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
anggota merupakan agenda penting untuk memulai kerja
dalam tim. 3. Pemecahan Masalah.
Memahami bagaimana menggunakan teknik-teknik
pemecahan masalah merupakan hal penting yang
menunjang keberhasilan kerja tim. Setiap anggota tim harus
bisa berpartisipasi menggunakan beberapa cara dasar dalam
memecahkan masalah di bawah ini :
♦ Diagram Pareto, menggambarkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh tim. Setiap “bar” menunjukan tingkat
seringnya masalah tertentu muncul, atau biaya yang
diakibatkan oleh adanya masalah. Tim harus berupaya
untuk memecahkan masalah yang sering muncul atau
yang dampaknya paling merugikan.
♦ Diagram Alur Kerja, menggambarkan langkah-langkah
kerja yang harus dilakukan mulai dari awal sampai
dengan akhir. Dengan mempelajari diagram tersebut
setiap anggota dapat membayangkan proses kerja tim
secara keseluruhan.
♦ Diagram Sebab-Akibat, biasanya juga disebut dengan
nama diagram “tulang ikan”. Di dalamnya tertera
masalah utama dan secara berurutan hal-hal lain yang
diperirakan sebagai penyebab munculnya masalah.
♦ “Brainstorming”, setiap anggota kelompok diberi
kesempatan untuk mengembangkan gagasan-gagasan
sebebas dan sebanyak mungkin. Setiap gagasan dituliskan
dalam “flip-chart”. Anggota tidak diperkenankan untuk
“membunuh” gagasan segila apapun. Melalui cara ini
diharapkan muncul pemikiran kreatif guna pemecahan
masalah.
MODUL PELATIHAN
125
♦ Rencana tindakan, memungkinkan apa yang telah
diputuskan untuk segera dilaksanakan. Peran dan
tanggungjawab diberikan, Laporan diperlukan. Biasanya
temuan-temuan dan rencana tindakan disajikan di
hadapan manajemen atau panitia pengarah untuk
memperoleh persetujuan, atau sebagai informasi dan
komunikasi.
♦ Bagan pertanggung-jawaban menggambarkan kegiatankegiatan, waktunya, tekniknya, dan orang yang
melaksanakannya. Adanya bagan ini semua anggota tim
mengetahui secara rinci keseluruhan proses kegiatan
yang sedang berlangsung.
Pelatihan yang komprehensif, diikuti oleh pelatihan
individual, membantu anggota tim menerapkan alat-alat di
atas dengan benar. Setiap orang harus bekerja dan senantiasa
memperbaiki ketrampilannya. Bangsa Jepang menyebutnya
“Kaizen”.
4. Konsensus dalam mengambil keputusan.
Sebagian besar keputusan di tempat kerja dibuat oleh
pihak yang memiliki kekuasaan. Konsensus terjadi
manakala semua anggota mengatakan : “Saya sepakat
dengan keputusan itu, walau tidak 100% setuju, namun
saya sangat mendukungnya”. Konsensus berbeda dengan
demokratis. Keputusan yang diambil secara demokratis
mengandalkan pada suara terbanyak, artinya masih ada
anggota tim yang tidak setuju, yaitu minoritas. Pihak yang
tidak setuju biasanya tidak sungguh-sungguh bersedia
melaksanakan hasil keputusan. Dalam teknik pengambilan
keputusan melalui konsensus yang sebenarnya, keputusan
diambil setelah semua anggota setuju. Melalui penambahan
waktu dan kesabaran, setiap anggota mengemukakan
126
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
secara panjang lebar pendapatnya sehingga semua pihak
mengerti. Konsensus tidak hanya merupakan cara terbaik
dalam pengambilan keputusan, namun juga berpotensi
memunculkan komitmen tinggi pada diri setiap anggota
tim untuk melaksanakannya. Kualitas keputusan melalui
consensus memang sangat baik, sehingga memudahkan
pelaksanaannya karena semua yang mengambil keputusan
sepakat atas apa yang telah diputuskan.
Pengambilan keputusan secara konsensus tidaklah mudah,
oleh karena itu setiap anggota perlu memperoleh latihan guna
memiliki ketrampilan yang diperlukan. Studi kasus yang
diikuti oleh analisis kelompok merupakan salah satu bentuk
pelatihan. Di sini akan terlihat beberapa perilaku : “Apakah
anggota kelompok mendengar-kan gagasan-gagasan
secara obyektif?”, “Apakah setiap anggota kelompok telah
diberikan kesempatan bicara secara memadai?” ”Apakah
ada pihak yang mendominasi?”, “Apakah kelompok mampu
memecahkan pertentangan?”. Pengambilan keputusan
secara consensus harus dilakukan secara sistematis dan
sabar. Tidak perlu tergesa-gesa. Apabila kelompok mencapai
konsensus, tim akan dapat bekerja secara maksimal.
5. Mengatasi konflik
Bukan hal yang aneh jika suatu kelompok yang terdiri
atas orang-orang yang berbeda latar belakang, berpotensi
memunculkan konflik. Jika tim gagal menangani konflik
dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan.
Dengan dikembangkannya ketrampilan mengelola konflik,
maka walaupun terjadi konflik, tim masih memperoleh
manfaat daripadanya. Pandangan yang saling bertentangan
satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan
menciptakan suatu keputusan yang lebih baik.
MODUL PELATIHAN
127
Sebuah tim dapat mengembangkan kapasitas menangani
konflik melalui berbagai cara, misalnya diskusi terbuka
tentang konflik itu sendiri atau melalui diskusi yang tangguh
yang penuh perdebatan dan skeptisme. Permainan peran (role
playing), dan latihan-latihan membantu tim mengembangkan
komunikasi terbuka yang diperlukan untuk menyelesaikan
konflik secara produktif. Tim yang berkinerja tinggi antara
lain dicirikan dengan adanya anggota-anggota yang kritis,
namun masih saling menghargai satu sama lainnya.
6. Evaluasi hasil
Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim
harus mengevaluasi hasil kegiatannya guna mengetahui
keberhasilan atau pun kegagalannya. Evaluasi dapat
dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa kasus,
hasil dari adanya tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria
baku produktivitas atau keluaran. Jika setelah dibentuknya
tim, produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka
dapat dikatakan tim tersebut efektif. Kesalahan yang makin
berkurang, biaya produksi makin kecil, tingkat turnover
menurun, adalah beberapa tanda bahwa tim bekerja secara
efektif. Pemasok dan juga pelanggan yang menggunakan
jasa tim harus pula dijadikan sumber informasi keberhasilan
atau kegagalan tim. Watch Out For Team Destroyers!
♦ Jealously
Iri karena anggota lain memiliki kelebihan dan menonjol
♦ Cynicism
Cenderung bersifat negatif terhadap banyak hal
♦ Lack of confidence
Kurang percaya atas dirinya sendiri, jika pendapatnya
128
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
ditentang, dianggap menentang dirinya
Ciri-Ciri Tim Yang Berkinerja Tinggi
1. Seluruh anggota mempunyai tekad menyelesaikan tujuan
atau misi yang dikembangkannya.
2. Tim bekerja dalam lingkungan yang anggotanya saling
terbuka dan percaya satu sama lainnya.
3. Seluruh anggota merasa memiliki tim, dan secara sukarela
mereka berpartisipasi di dalamnya.
4. Anggota terdiri atas orang dengan pengalaman, gagasan,
pandangan, yang berbeda, dan perbedaan ini dihargai.
5. Semua anggota tim secara terus menerus belajar dan
memperbaiki dirinya. Hal ini membantu meningkatkan
kemampuan tim dalam memecahkan persoalan.
6. Semua anggota tim mengerti peranan dan tanggungjawabnya, saling menghargai satu sama lainnya.
7. Keputusan diambil berdasarkan konsensus
8. Setiap anggota tim berkomunikasi secara terbuka, langsung,
dan saling mendengarkan satu sama lainnya secara obyektif
dan penuh kesabaran.
9. Tim dapat menangani konflik tanpa harus memunculkan
permusuhan.
10. Pimpinan tim, apakah temporer atau tetap, mempraktekan
gaya kepemimpinan partisipatif.
B. Bahan Ajar Manajemen Konflik
Pendahuluan
Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki
MODUL PELATIHAN
129
kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan
kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok
staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga
dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan
lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya
dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan,
disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga
perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaanperasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang
dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan
dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara
tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh
suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan
teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan
sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu.
Definisi Konflik
♦ Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau
perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok
atau organisasi.
♦ Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya
diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga
mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.
Aspek Positif Dalam Konflik
Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas
yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik
dapat menggerakan suatu perubahan :
130
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
♦ Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang
perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
♦ Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
♦ Menumbuhkan semangat baru pada staf. ♦ Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
♦ Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.
Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal
ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun kelompok,
berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis,
acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi
destruktif, berupa demonstrasi.
Penyebab Konflik
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai
berikut:
1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
2. Hambatan komunikasi
3. Tekanan waktu
4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
5. Pertikaian antar pribadi
6. Perbedaan status
7. Harapan yang tidak terwujud
Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
1. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk
mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus
MODUL PELATIHAN
131
mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada
dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari
bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan:
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk
mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan
hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi
dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih
tinggi.
3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan
lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang
dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah
dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan
sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara
hidup.
4. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif
merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk
memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat
telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat
merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai
tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik
Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :
♦ Konflik itu sendiri
♦ Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
♦ Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
♦ Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
132
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
♦ Ketersediaan waktu dan tenaga
Strategi :
♦ Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah
yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi
konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang
memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk
menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah
kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini
dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
♦ Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu
tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada
mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi
bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain
dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang
pertama.
♦ Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki
lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding
yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan
nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik
tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk
alasan-alasan keamanan.
♦ Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada
MODUL PELATIHAN
133
waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima,
serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
♦ Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
¤ Pemecahan sama-sama menang dimana individu
yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
¤ Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak
yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik :
♦ Diawali melalui penilaian diri sendiri
♦ Analisa isu-isu seputar konflik
♦ Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi
diri sendiri.
♦ Atur dan rencanakan pertemuan antara individuindividu yang terlibat konflik
♦ Memantau sudut pandang dari semua individu yang
terlibat
♦ Mengembangkan dan menguraikan solusi
♦ Memilih solusi dan melakukan tindakan
♦ Merencanakan pelaksanaannya
3.6.Mengembangkan Kreatifitas dan Inovasi
Deskripsi
Kreatifitas adalah kemampuan untuk merancang,
membentuk, membuat atau melakukan sesuatu dengan cara
yang baru atau lain.
Kemampuan untuk memunculkan solusi yang kreatif bagi
kebutuhan /masalah dan untuk memasarkannya sering
134
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
menandai perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan dalam
bisnis. Juga membedakan antara organisasi/bisnis dengan
pertumbuhan yang pesat atau dinamis dan organisasi/
perusahaan menengah biasa.
Inovasi
Tujuan
a. Menghargai pentingnya kreatifitas dan inovasi guna
mempunyai mengembangkan ide usaha yang bagus
sebagai syarat untuk kesuksesan dalam memulai usaha
dan untuk usaha yang sudah berjalan.
b. Mengetahui caranya untuk memunculkan ide-ide usaha
/bisnis.
Pokok bahasan
1. Kreatifitas dan inovasi dalam organisasi/bisnis
2. Melahirkan ide-ide dalam organisasi/bisnis
Alat
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
Metode
a. Ceramah Singkat
b. Curah Pendapat
c. Praktek menyusun ide kreatif
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang dunia kreatifitas
dan inovasi.
2. Fasilitator menjelaskan tentang mengembangkan ide
MODUL PELATIHAN
135
kreatif
3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta.
4. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok
dan untuk mempraktekkan menyusun ide kreatif.
5. Fasilitator meminta peserta untuk meprestasikan ide
kreatifnya
6. Fasilitator menyimpulkan sesi.
Bahan Ajar Menghasilkan Ide Bisnis
Suatu ide bisnis yang bagus adalah penting, atau bahkan
merupakan prasyarat untuk usaha bisnis yang sukses.
Namun demikian, ide bisnis yang bagus biasanya tidak
langsung datang kepada pengusaha. Tetapi, merupakan
hasil dari kerja keras dan upaya dari pengusaha untuk
membangkitkan, mengidentifikasi dan mengevaluasi
peluang.
Apa itu Ide Bisnis?
Ide bisnis adalah respon seseorang, atau banyak orang,
atau suatu organisasi untuk memecahkan masalah yang
teridentifikasi atau untuk memenuhi kebutuhan di suatu
lingkungan (pasar, masyarkat, dll). Mencari sebuah ide bisnis
yang bagus adalah langkah awal untuk mengubah keinginan
dan kreatifitas pengusaha menjadi peluang bisnis.
Dua hal penting yang harus dicatat:
a. Walaupun merupakan prasyarat, ide bisnis hanyalah
suatu alat
b. Suatu ide secara tersendiri, betapapun bagus, tidak cukup
untuk kesuksesan.
136
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Dengan kata lain, tanpa mengurangi arti pentingnya, sebuah ide
hanyalah alat yang harus dikembangkan, dan diubah menjadi
peluang bisnis yang menguntungkan.
Apa itu Kreatifitas?
Kreatifitas adalah kemampuan untuk merancang, membentuk,
membuat atau melakukan sesuatu dengan cara yang baru atau
lain.
Kemampuan menimbulkan solusi yang kreatif untuk
kebutuhan/masalah dan untuk memasarkan seringkali
menandai perbedaan antara sukses dan kegagalan dalam bisnis.
Hal ini juga membedakan antara bisnis yang tumbuh pesat atau
dinamis dengan perusahaan menengah biasa. Kenyataannya,
pengusaha yang sukses selalu kreatif dalam mengidentifikasi
sebuah, produk, jasa atau peluang bisnis yang baru.
Agar kreatif, Anda perlu membuka pikiran dan mata. Anda
sementara mempelajari sumber -sumber ide bisnis yang
dijelaskan dibawah ini dan menerapkan tekniknya.
Sumber-Sumber Ide Bisnis
Terdapat jutaan pengusaha di seluruh dunia dan mereka
membuktikan bahwa terdapat banyak sumber ide bisnis yang
berpotensi. Beberapa sumber yang berguna akan dijabarkan
dibawah ini.
Hobi/ Minat; Hobi adalah aktivitas favorit di waktu luang atau
pekerjaan. Banyak orang, dalam melakukan hobi atau minat,
berhasil mendirikan bisnis. Sebagai contoh, jika Anda menyukai
bermain dengan komputer, memasak, musik, perjalanan,
olahraga atau pertunjukan, Anda dapat mengembangkannya
menjadi sebuah bisnis. Misalnya, jika Anda menikmati
perjalanan, pertunjukan dan/atau memberikan pelayanan,
Anda bisa memasuki bidang pariwisata, dimana ini merupakan
MODUL PELATIHAN
137
salah satu industri terbesar di dunia.
Ketrampilan dan Pengalaman Pribadi; Lebih dari separuh ide
bisnis yang sukses berasal dari pengalaman bekerja di kantor/
tempat kerja. Sebagai contoh, seorang mekanik yang mempunyai
pengalaman bekerja di bengkel besar yang akhirnya membuka
bisnis reparasi mobil atau bisnis berjualan mobil bekas, Jadi,
latarbelakang pengusaha memainkan peranan penting dalam
keputusan untuk memasuki bisnis selain jenis usaha bisnis yang
akan mereka ciptakan. Ketrampilan dan pengalaman Anda
merupakan sumber yang paling penting, tidak hanya untuk
menghasilkan ide tetapi juga untuk mendapat keuntungan.
Waralaba; Waralaba adalah sebuah pengaturan dimana
produsen atau distributor tunggal dari suatu merk dagang,
produk atau jasa memberi hak eksklusif untuk distribusi lokal
kepada pengecer mandiri/bebas sebagai ganti dari pembayaran
royalty dan pemenuhan prosedur operasi standar. Bisnis
waralaba dapat mengambil beberapa bentuk, tetapi satu bentuk
yang menarik adalah jenis yang menawarkan nama, citra, cara
untuk melakukan bisnis dan prosedur operasional bisnis. Di
tahun 1980 dan awal 1990 waralaba mengalami pertumbuhan
yang sangat pesat, dan menjadi metode yang banyak digunakan
untuk memasuki bisnis bagi jutaan bisnis yang didirikan di AS
dan Eropa. Di AS, terdapat lebih dari 2000 tipe bisnis waralaba,
yang membukukan penghasilan lebih dari 300 milyar USD dari
penjualan tahunan dan sekitar sepertiga dari semua penjualan
retail. Selain membeli bisnis waralaba, seseorang juga bisa
mengembangkan dan menjual konsep bisnis waralaba. Terdapat
banyak buku-buku direktori dan buku pegangan serta asosiasi
waralaba, termasuk The Interna­tional Frachise Association, yang
dapat memberikan banyak informasi.
Media Massa; Media massa merupakan sumber informasi, ide
138
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
dan bahkan peluang yang besar. Surat kabar, majalah, televisi,
dan dewasa ini internet, adalah contoh dari media massa.
Misalnya, jika Anda benar-benar memperhatikan, di iklan
komersial pada surat kabar atau majalah Anda mungkin terdapat
informasi mengenai bisnis yang dijual. Satu cara untuk menjadi
pengusaha adalah untuk merespon tawaran seperti itu.
Artikel yang terdapat di media cetak atau internet, atau film
dokumenter di TV banyak melaporkan perubahan dalam gaya
hidup atau kebutuhan konsumen. Misalnya, Anda mungkin
pemah membaca atau mendengar bahwa sekarang banyak orang
yang tertarik pada makanan kesehatan atau kebugaran fisik.
Anda juga bisa menemukan iklan yang mencari penyediaan jasa
tertentu berdasarkan ketrampilan, misalnya akuntansi, katering
atau keamanan. Atau Anda mungkin bisa menemukan konsep
baru yang membutuhkan investor, seperti bisnis waralaba.
Pameran; Jalan lain untuk menemukan ide dari suatu bisnis
adalah dengan menghadiri pameran dan pameran perdagangan.
Pameran ini biasanya diiklankan di radio atau di surat kabar.
Dengan menghadiri pameran secara teratur, Anda tidak hanya
menemukan produk dan jasa baru, tetapi Anda juga bisa bertemu
dengan para penjual, pabrik, pedagang grosir, distributor dan
pelaku bisnis waralaba. Mereka merupakan sumber ide dan
informasi bisnis yang bagus dan membantu kita untuk memulai
suatu bisnis. Beberapa dari mereka mungkin pula mencari
seseorang seperti Anda.
Survei; Initi dari suatu ide bisnis baru seharusnya adalah
pelanggan. Kebutuhan dan keinginan dari pelanggan, alasan
pemilihan produk atau jasa oleh pelanggan, dapat kita pastikan
melalui suatu survei. Survei dapat kita lakukan secara formal
atau tidak formal melalui percakapan dengan orang-orang biasanya menggunakan kuesioner, wawancara - atau melalui
MODUL PELATIHAN
139
observasi.
Anda bisa memulainya dengan berbicara kepada keluarga dan
teman-teman untuk mencari tahu, menurut mereka apa yang
dibutuhkan atau diinginkan yang belum tersedia. Atau, sebagai
contoh, apakah mereka tidak puas dengan produk dan jasa yang
sudah ada dan perbaikan atau perubahan apa yang mereka
inginkan. Kemudian Anda bisa melanjutkan dan berbicara
dengan orang yang merupakan bagian dari rantai distributor,
seperti pabrik, pedagang, distibutor, agent grosir atau penjual
retail. Sangat berguna jika Anda mempersiapkan pertanyaan
terlebih dahulu untuk dicantumkan pada kuesioner atau
digunakan dalam wawancara. Dengan kontak yang dekat dengan
pelanggan, anggota jaringan memiliki pengertian dari apa yang
dibutuhkan dan apa yang tidak dapat dijual. Anda harus banyak
bertanya kepada banyak pelanggan - baik pelanggan tetap atau
pelanggan tidak tetap. Semakin banyak informasi yang Anda
dapatkan akan semakin baik.
Selain berbicara dengan orang-orang, Anda juga bisa mendapat
informasi melalui observasi. Sebagai contoh, untuk memutuskan
membuka toko di suatu jalan, Anda harus mengamati dan
menghitung jumlah orang yang akan melewati jalan tersebut
setiap hari dan membandingkan dengan lokasi lain. Atau, jika
Anda tertarik pada daerah yang banyak pelancongnya, Anda
dapat membuat atau memasarkan produk dari bisnis kerajinan.
Atau Anda mungkin memperhatikan bahwa di kota Anda tidak
ada hotel atau restoran yang layak di rute turis atau di kota
tertentu.
Satu langkah untuk memastikan bahwa Anda tidak lalai di bidang
ini adalah agar selalu waspada pada kebutuhan dan peluang
untuk melakukan bisnis. Seorang pengusaha rupanya secara
rutin menghadiri setiap pesta cocktail dan menanyakan jika ada
140
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
yang memakai suatu produk yang tidak memenuhi maksud
produk tersebut. Ada lagi pengusaha yang memperhatikan
mainan kerabat anaknya untuk mencari ide peluang pasar.
Keluhan; Keluhan dan kekecewaan dari pelanggan telah banyak
menghasilkan produk dan jasa baru. Bilamana pemakai atau
pelanggan mengeluh tentang produk atau jasa, atau ketika Anda
mendengar seseorang berkata “ Seandainya kita ada......” atau
“ jika ada barang atau jasa yang bisa...... ‘; Anda mempunyai
potensi untuk menghasilkan ide bisnis. Idenya bisa berupa
mendirikan perusahaan tandingan yang menghasilkan produk
atau jasa yang lebih baik, atau membuat produk atau jasa baru
yang bisa dijual ke perusahaan tersebut atau perusahaan lain.
Brainstorming; Brainstorming adalah suatu teknik pemecahan
masalah yang kreatif selain untuk menghasilkan ide. Tujuannya
adalah untuk mendapat sebanyak mungkin ide. Hal ini biasanya
mulai dengan suatu pertanyaan atau pernyataan masalah.
Sebagai contoh, Anda dapat bertanya “Produk dan jasa apa yang
sekarang dibutuhkan di rumah tetapi belum tersedia?” Setiap
ide dapat menghasilkan satu tambahan ide atau lebih, yang
jumlahnya akan lumayan banyak. Ketika Anda menggunakan
metode ini, Anda harus mengikuti empat aturan berikut:
• Jangan mengkritik atau menghakimi ide orang lain
• Biarkan ide dilontarkan secara bebas - ide yang tampaknya
liar dan tidak masuk akal agar diterima baik
• Kuantitas diharapkan- semakin banyak ide, semakin baik
• Gabungkan dan kembangkan ide-ide dari orang lain
Selanjutnya, semua ide, walaupun tidak logis atau tidak masuk
akal, harus dicatat.
MODUL PELATIHAN
141
Langkah - Langkah Untuk Menciptakan Ide Bisnis ( Steps For
Creating A Business Idea ) dengan Mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan (Identify Consumer Needs):
• Penelitian pasar (Market research).
• Penilaian atas lingkungan perusahaan (Assessment of The
Business Environment):
• Lingkungan Ekonomi (economic environment),
• Lingkungan Industri (Industrial environtment)
• Lingkungan global (global environments).
Langkah Mengubah Ide Menjadi Produk
Langkah 1: Dokumentasikan
Hanya memiliki “ide” saja tidak berarti apa-apa--Anda harus
memiliki bukti ketika Anda muncul dengan ide untuk karya
cipta Anda. Tuliskan segala sesuatu yang dapat Anda pikirkan
yang terkait dengan karya cipta Anda tersebut, dari apakah
ide yang dimaksud dan bagaimana cara kerjanya sampai ke
bagaimana Anda akan membuat dan memasarkannya. Ini adalah
langkah pertama untuk memperoleh hak paten atas ide Anda
dan mencegahnya untuk tidak dicuri. Anda mungkin pernah
mendengar tentang “hak paten orang miskin”--menuliskan ide
Anda dan mengirimkannya sendiri di dalam sebuah amplop
kosong sehingga Anda memiliki bukti tanggal dari lahirnya
karya cipta tersebut. Hal ini tidak dapat diandalkan dan
kecil kemungkinannya untuk dapat dipertahankan di ruang
pengadilan. Tuliskan ide Anda di sebuah jurnal pencipta dan
minta seorang saksi untuk menandatanganinya. Jurnal ini akan
menjadi kitab suci Anda melalui proses perolehan hak paten.
Jurnal seorang penemu dapat berupa buku catatan
142
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
apapun yang halamannya ditulis secara berurut dan tidak dapat
dipindahkan atau disisipkan. Anda dapat menemukan jurnal
yang khusus dirancang untuk pencipta di toko-toko buku (coba
Nolo Press atau Book Factory untuk memulai), atau Anda dapat
menghemat uang dan membeli buku catatan biasa dimana pun
buku semacam itu dijual, seperti toko kelontong, toko alat tulis
kantor, toko pasokan alat-alat kantor, dll. Pastikan saja bahwa
buku tersebut memenuhi persyaratan diatas.
Langkah 2: Menelitinya
Anda akan perlu meneliti ide Anda dari sudut pandang legal
dan bisnis. Sebelum Anda mengajukan hak paten, Anda harus:
Menyelesaikan pencarian hak paten awal. Hanya karena
Anda belum pernah melihat karya cipta seperti milik Anda
tidak berarti bahwa hal tersebut belum ada. Sebelum Anda
mempekerjakan seorang pengacara hak paten atau agen hak
paten, selesaikanlah pencarian dasar secara cuma-cuma di
www.uspto.gov untuk memastikan bahwa tidak ada seorang
pun yang telah memiliki hak paten atas ide Anda. Anda juga
harus menyelesaikan pencarian “prior art” non-paten. Apabila
Anda menemukan sejenis karya seni atau rancangan yang terkait
dengan ide Anda, Anda tidak dapat memperoleh hak patennya-tanpa memandang apakah hak paten tersebut telah diajukan
sebelumnya atau tidak.
Meneliti pasar Anda. Tentu saja, kakak Anda pasti berpikir
bahwa ide Anda untuk mesin penyiram halaman yang baru
merupakan ide yang bagus, tetapi tidak berarti bahwa tetangga
Anda akan membelinya. Lebih dari 95 persen dari seluruh paten
tidak pernah mendatangkan uang bagi penciptanya. Sebelum
Anda menghabiskan terlalu banyak uang dan waktu untuk
memperoleh hak paten atas karya cipta Anda, lakukan beberapa
penelitian awal tentang pasar sasaran Anda. Apakah produk ini
MODUL PELATIHAN
143
merupakan sesuatu yang benar-benar akan dibeli orang? Setelah
Anda mengetahui bahwa ada pasarnya, pastikan bahwa produk
Anda dapat dibuat dan didistribusikan dengan biaya yang cukup
rendah sehingga biaya penjualan ecerannya masuk akal. Anda
dapat menentukan biaya-biaya ini dengan membandingkannya
dengan produk serupa yang sudah ada di pasaran. Hal ini juga
akan membantu Anda mengukur persaingan--yang akan Anda
miliki, tanpa memandang seberapa khasnya karya cipta Anda
menurut Anda.
Langkah 3: Membuat sebuah Prototipe
Sebuah prototipe adalah sebuah model karya cipta Anda yang
mempraktekkan seluruh hal yang telah Anda tulis di jurnal
pencipta Anda. Hal ini akan mendemonstrasikan rancangan
karya cipta Anda ketika Anda menyajikannya ke calon pemberi
pinjaman dan ijin. Jangan mengajukan hak paten sebelum Anda
membuat sebuah prototipe. Anda akan hampir selalu menemukan
sebuah kesalahan dalam rancangan awal Anda atau memikirkan
fitur baru yang ingin Anda tambahkan. Apabila Anda
mematenkan ide Anda sebelum Anda mengerjakan hal-hal ini,
akan terlalu terlambat nantinya untuk memasukkan hal-hal ini
kedalam hak paten tersebut dan Anda akan beresiko kehilangan
hak paten atas rancangan yang baru ini ke orang lain.
Berikut ini adalah beberapa aturan dasar yang umum ketika
Anda membuat prototipe karya cipta Anda:
1. Mulailah dengan sebuah gambar. Sebelum Anda memulai
fase prototipe, buatlah sketsa dari semua ide Anda di dalam
jurnal pencipta Anda.
2. Buat konsep tiruan dari seluruh bahan yang akan
memungkinkan Anda menciptakan sebuah model 3-D dari
rancangan Anda.
144
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
3. Setelah Anda puas dengan tiruannya, ciptakan sebuah model
dari ide Anda yang dapat bekerja sepenuhnya. Terdapat
banyak buku dan alat-alat yang dapat membantu Anda
membuat prototipe. Apabila karya cipta Anda merupakan
sesuatu yang akan menghabiskan banyak uang atau tidak
mungkin dibuat prototipenya (seperti proses pengilangan
minyak atau obat farmasi baru), pertimbangkan untuk
menggunakan prototipe virtual animasi komputer.
Langkah 4: Ajukan Hak Paten
Sekarang setelah Anda mengerjakan segala sesuatunya untuk
rancangan Anda, akhirnya tiba waktunya untuk mengajukan
hak paten. Ada dua jenis hak paten utama yang harus Anda
pilih: hak paten utilitas (untuk proses atau mesin baru)
atau sebuah paten rancangan (untuk pembuatan rancangan
ornamental yang baru, tidak nyata). Anda dapat menuliskan
paten ini dan mengisi formulir permohonannya sendiri, tetapi
jangan mengajukannya sendiri sampai Anda memiliki seorang
ahli paten yang profesional yang memeriksanya terlebih dahulu.
Apabila karya cipta tersebut benar-benar berharga, seseorang
akan melanggarnya. Apabila Anda tidak memiliki hak paten
yang kuat yang dituliskan oleh seorang pengacara atau agen
hak paten, nantinya Anda akan pusing ketika seorang pesaing
menemukan sebuah lubang yang memungkinkan mereka untuk
menyalin ide Anda. Sebaiknya Anda meminta bantuan hukum
sekarang untuk menghindari masalah-masalah hukum di masa
depan.
Ketika mencari seorang pengacara atau agen hak paten, ingat
satu hal: Apabila Anda melihat mereka diiklankan di TV, segera
lari! Jika sudah jauh, ikuti langkah-langkah ini untuk memilih
ahli hak paten yang terbaik:
1. Kerjakan pekerjaan rumah Anda. Pegang jurnal pencipta,
MODUL PELATIHAN
145
prototipe dan catatan-catatan Anda. Hal ini akan menghemat
waktu mereka dan uang Anda. Hal ini juga akan membantu
meyakinkan mereka untuk bekerja dengan Anda.
2. Pastikan bahwa mereka terdaftar dalam U.S. Patent and
Trademark Office.
3. Tanyakan apa latar belakang teknis mereka. Apabila karya
cipta Anda berbentu elektronik, mintalah seorang ahli paten
yang juga merupakan insinyur elektro.
4. Diskusikan biayanya. Tetapkan fokus Anda pada perusahaan
paten yang lebih kecil. Mereka lebih murah dan mereka
akan bekerja secara lebih dekat dengan Anda. Sepakatilah
perkiraan jumlah biayanya sebelum mempekerjakan ahli
hak paten Anda.
Langkah 5: Pasarkan Karya Cipta Anda
Sekarang sudah waktunya untuk mencari tahu bagaimana Anda
akan membawa produk Anda ke pasaran. Buat sebuah rencana
bisnis: Bagaimana Anda akan memperoleh uang? Dimana
Anda akan membuat produk tersebut? Bagaimana Anda
akan menjualnya? Sekarang adalah waktu yang tepat untuk
memutuskan jika Anda akan membuat dan menjual produk
tersebut sendiri atau menjual ijin untuk penjualannya melalui
perusahaan lain. Ketika Anda memberikan ijin untuk produk
Anda, Anda mungkin akan menerima dua sampai lima persen
biaya royalti. Hal ini sering kali menakutkan bagi para pencipta
yang berpendapat bahwa mereka berhak atas jumlah yang lebih
besar. Tetapi pertimbangkan hal-hal positifnya: Anda tidak akan
mendapatkan beban keuangan yang diasosiasikan dengan usaha
untuk mempertahankan sebuah bisnis. Hal ini bisa berarti lebih
banyak uang yang dapat Anda hasilkan dalam jangka panjang.
Mengikuti kelima langkah ini akan memastikan jalan yang
146
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
mudah untuk memperoleh hak paten atas karya cipta Anda.
Ingat saja bahwa jalan yang mudah tidak berarti jalan yang
singkat. Dari saat Anda melahirkan ide tersebut sampai waktu
Anda melihat produk tersebut di rak pajangan merupakan proses
yang sangat panjang. Kebanyakan karya cipta membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk dapat menghasilkan sesuatu.
Bersabarlah dan ikuti proses hukumnya dalam langkah-langkah
untuk memperoleh hak paten atas karya cipta Anda dan tahuntahun kerja keras Anda akhirnya akan terbayarkan.
Prinsip-Prinsip Berfikir Kreatif (The Basic Of Creative
Thinking)
From Nothing to Something. Kunci utama untuk mengambil
keputusan menjadi enterpreneur adalah proses berpikir kreatif.
Pola pikir kreatif diawali dari teori ketidaksempurnaan. Menurut
Hendro dan Candra (2006) ada tujuh prinsip dalam pola pikir
kreatif yaitu:
1. Think differently with opposite position
a. Start from different position
Jangan pernah mengikuti pola pikir orang banyak
atau mengikuti kebiasaan: para kreativator umumnya
sangat jeli mengikuti pola pikir orang banyak untuk
dimanfaatkan sebagai obyek iklan melalui pengulangan
pesan. Mereka berpikir dengan cara yang berseberangan
dengan kebanyakan orang sehingga dapat memberikan
pengaruhnya. Contoh: dalam iklan kosmetik selalu
dilakukan pengulangan pesan bahwa putih itu cantik.
Iklan ini ternyata sangat efektif mendongkrak penjualan
sabun dan krim whitening. Padahal, perempuan berkulit
putih tidak selalu cantik, terbukti seorang Naomi
Campbel model berdarah Afrika justru menjadi top
model internasional. Perhatikanlah, bahwa seorang
MODUL PELATIHAN
147
kreator tidak menempatkan dirinya sebagai obyek iklan,
sasaran pesan iklan, namun sebaliknya menjadi pengirim
pesan yang mengendalikan pasar.
b. Hindari jebakan logika Anda: orang kreatif tidak
menyukai rutinitas, selalu mencari hal-hal baru, sesuatu
yang berbeda, sesuatu yang lebih memuaskan imajinasi
mereka. Contoh: selama musim liburan sebagian besar
masyarakat kita selalu berwisata ke daerah pantai dan
puncak. Intensitas kepadatan berlalu lintas saat itu sangat
tinggi.Terkadang karena jalanan macet, banyak pelancong
justru lebih banyak menghabiskan waktu liburnya di
jalan bukan di daerah tujuan wisata. Mengapa tidak
menawarkan hal-hal baru seperti one stop entertainment
di bengkel mobil yang sekaligus menyediakan jasa
cuci mobil, pom bensin, mushola, pusat jajan serba ada
termasuk pusat oleh-oleh, tempat bermain, penyewaan
kamar per jam untuk istirahat, pijat shiatsu, atau salon spa,
tempat bermain anak-anak, dan theater keluarga dengan
sistem drive inn, tak lupa dilengkapi dengan hot spot
dan pusat ATM. Jika one stop entertainment ini dirancang
dengan nuansa taman tropis yang mewakili keindahan
alam pegunungan bukankah jenis bisnis semacam ini
dapat membajak sebagian wisatawan potensial di tengah
perjalanan mereka?
2. Teori inovasi: dasar pemikiran inovasi adalah menjadikan
hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Semua
penemu di dunia, selalu mendasarkan pola pikirnya pada
teori inovasi.
3. Think more detail: dalam teori inovasi terkandung konsep
berpikir lebih detail yang dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Ubahlah pola kebiasaan Anda, jika biasanya Anda
148
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
melihat sesuatu dari depan cobalah melihat dari
belakang, samping, atas dan bawah. Dalam proses
mengamati, jangan hanya melakukan secara visual, lihat
pula detailnya. Contoh: bila mengamati lukisan jangan
hanya mengamati sekilas namun cobalah mencermati
detail warna, guratan coretan, sapuan kuas dan pesan
yang ingin disampaikan pelukisnya
b. Bila Anda mengkaji suatu proses, cobalah melihat dari
awal hingga akhir seluruh proses pengerjaan, metode
dan sebagainya.
c. Ketika Anda melihat produk, lihatlah dari sisi
produksinya, komposisi bahan baku dan pengerjaannya.
Misal bila anda melihat film jangan hanya menikmati
jalan cerita film dan tokohnya, cobalah mempelajari aspek
editing, sudut pengambilan kamera, teknik shooting,
penulisan skrip dan seterusnya.
d. Kunjungilah toko, pameran dagang, eksebisi dan eveneven promo dan pada saat melakukannya jangan hanya
melihat keramaian atau banyaknya pengunjung. Amatilah
produk apa saja yang dipamerkan, industri mana yang
menawarkan produk-produk inovatif, peluang pasar
baru, harga produk-produk yang dijual, persaingan antar
unit bisnis dan aspek-aspek menarik lainnya.
4. Have a perfect result : prinsip ini akan mendorong Anda untuk
bekerja lebih keras dan tidak mudah puas.
5. Pastikan ada solusi: beberapa tips dan trik untuk berpikir
solutif antara lain
a. Mengganti kata ’tetapi’ dengan ’dan’, misalnya saya
ingin makan cemilan, tapi saya harus diet. Sekarang jika
kalimat tersebut saya ganti menjadi ’saya ingin makan
MODUL PELATIHAN
149
cemilan dan saya harus diet’ solusi apa kira-kira yang
dapat Anda pikirkan?
b. Amatilah kesulitan Anda dan masalah yang terjadi, lalu
tempatkan diri Anda sebagai penonton. Perspektif apa
yang Anda dapatkan. Setelah itu kembalilah sebagai diri
Anda sendiri. Dengan mencoba sudut pandang orang
lain, biasanya kita mengetahui jawaban atas masalah
yang kita alami.
6. Kesulitan dan inspirasi lekat satu sama lain:
a. Selalu bertanya mengapa
b. Selalu berpikir tak ada yang tak mungkin
c. Membalik cara pikir: tidak sebagai subyek namun sebagai
obyek masalah
d. Selalu berpikir tentang kendala-kendala yang ada dan
aturan yang belum dibuat untuk menciptakan inspirasi
dan peluang
7. Knowledge only 1%, Imagination 99%:
a. Mulai belajar membuat sketsa masalah, merenungkan,
dan berimajinasi
b. Apa impian Anda selama ini?
Pengertian Inspirasi
Salah satu kunci sukses dalam memulai usaha atau menjadi
seorang enterpreneur adalah orisinalitas inspirasi. Dua faktor
utama yang mendorong timbulnya inspirasi adalah insting
dan intuisi. Menurut Hendro dan Candra (2006), kedua hal ini
tampak sama yaitu naluri atau kepekaan untuk membaca situasi
tetapi berasal dari sumber yang berbeda.
Insting adalah kepekaan menganalisis suatu kejadian yang
pernah dialami seseorang untuk memprediksi kejadian yang
150
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
akan datang. Intuisi merupakan kepekaan untuk memprediksi
hal-hal yang akan terjadi berdasarkan indera ke enam. Keduanya
diperlukan dalam membangun sebuah bisnis. Umumnya insting
digunakan untuk menghindar, bertahan atau survive sementara
sama yaitu naluri atau kepekaan untuk membaca situasi tetapi berasal dari sumber
intuisi
digunakan untuk melangkah maju dan bertumbuh. Jadi
yang
berbeda.
menjadi
terinspirasi adalah langkah awal untuk membangun
Insting adalah kepekaan menganalisis suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
konsep
bisnis dan
mengambil
keputusan
untuk memulainya.
untuk
memprediksi
kejadian
yang akan datang.
Intuisi merupakan
kepekaan untuk
memprediksi
yang dengan
akan terjadipola
berdasarkan
ke enam.
Inspirasi hal-hal
diawali
pikir indera
kreatif
yangKeduanya
sangat
diperlukan dalam membangun sebuah bisnis. Umumnya insting digunakan untuk
mengandalkan otak kanan Anda. Selanjutnya otak kiri Anda
akan menganalisis semua peluang yang Anda miliki untuk
dan bertumbuh. Jadi menjadi terinspirasi adalah langkah awal untuk membangun
mewujudkan
inspirasi
atau untuk
mimpi
Anda. Sebagaimana telah
konsep
bisnis dan mengambil
keputusan
memulainya.
dijelaskan sebelumnya, inspirasi lekat pada krisis, kesulitan,
Inspirasi diawali dengan pola pikir kreatif yang sangat mengandalkan otak kanan Anda.
hambatan,
tantangan,
danAnda
cobaan
yang
Selanjutnya
otakmasalah,
kiri Anda akan
menganalisis kebutuhan
semua peluang yang
miliki untuk
tak ada habisnya.
Cobalah
menggali
inspirasi
dari apa
yang ada
mewujudkan
inspirasi atau
mimpi Anda.
Sebagaimana
telah dijelaskan
sebelumnya,
inspirasi
lekatAnda,
pada krisis,
kesulitan,pengalaman
hambatan, masalah,
tantangan,
kebutuhan
dan
pada diri
misalnya
Anda
bekerja,
hobi yang
cobaan yang tak ada habisnya. Cobalah menggali inspirasi dari apa yang ada pada diri
Anda sukai, rutinitas keseharian yang Anda jalani, kebiasaan,
Anda, misalnya pengalaman Anda bekerja, hobi yang Anda sukai, rutinitas keseharian
keahlian dan pengetahuan yang Anda miliki.
menghindar, bertahan atau survive sementara intuisi digunakan untuk melangkah maju
yang Anda jalani, kebiasaan, keahlian dan pengetahuan yang Anda miliki.
The
of Enterpreunership
TheKey
Key
of Enterpreunership
MODUL PELATIHAN 116
151
3.7 Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko
Deskripsi
Untuk memulai usaha bisnis diperlukan perencanaan dalam
bentuk dokumen tertulis yg berisikan ide dasar dan pertimbangan
pendirian perusahaan, sekaligus sebagai blue print yg berisikan
tentang misi usaha, usulan usaha ,operasional usaha, rincian
finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh
dan kemampuan serta ketrampilan pengelolanya. Demikian
halnya untuk mengamankan bisnis, diperlukan kemampuan
untuk mengelola resiko.
Tujuan
a. Memahami perencanaan usaha, perencanaan strategis,
kelemahan dan implementasinya, memahami sifat
perencanaan operasional.
b. Memahami manfaat rencana perusahaan dan Mengelola
keuangan usaha.
c. Memahami manajemen resiko
Pokok bahasan
1. Perencanaan usaha, Perencanaan strategis, kelemahan dan
implementasinya.
2. Memahami sifat perencanaan operasional, Manfaat rencana
perusahaan Dan Pengelolaan keuangan
3. Seluk beluk manajemen resiko
Alat dan Bahan:
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
Metode
a. Ceramah Singkat
b. Curah Pendapat
152
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
c. Tugas Penyusunan Rencana Usaha
d. Presentasi
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
3. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang pentingnya menyusun
rencana. Mengelolan usaha dan memanaj resiko.
4. Fasilitator menjelaskan metode mengelola usaha dan resiko
usaha.
5. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta.
6. Fasilitator membagi kedalam beberapa kelompok untuk
menyusun rencana usaha dan resiko bisnis
7. Fasilitator meminta kelompok mempresentasikan rencana
usahanya
8. Fasilitator menyimpulkan sesi
Bahan Ajar
Bahan Ajar Pengelolaan Usaha
Perencanaan Usaha
Perencanaan usaha sebagai persiapan awal mempunyai dua
fungsi penting, yaitu : (1) Sebagai pedoman untuk mencapai
keberhasilan manajemen usaha dan (2) Sebagai alat untuk
mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.
Beberapa unsur yang harus ada dalam perencanaan usaha (by
Zimmerer), yaitu :
1. 2. 3. 4. Ringkasan pelaksanaan Profil usaha Strategi usaha Produk (barang/jasa) MODUL PELATIHAN
153
5. Strategi pemasaran 6. Analisis pesaing
7. Ringkasan karyawan dan pemilik
8. Rencana operasional
9. Data finansial
10. Proposal/usulan pinjaman
11. Jadwal operasional
Sedangkan menurut Peggy Lambing, perencanaan bisnis
memuat sejumlah topik :
1. Excutive summary 2. Mission statement 3. Business environment 4. Marketing plan 5. Management team 6. Financial data
7. Legal consideration
8. Insurance requirements
9. Key person
10. Supliers
11. Risk
Excutive summary menjelaskan tentang : (1) Maksud usaha. (2)
usulan financial ,(3) permintaan dana ,(4) Cara menggunakan
dana dan cara pembayaran kembali pinjaman.
Secara rinci komponen2 yg ada dalam format perencanaan usaha
mencakup :
1. Excutive summary, memuat tentang :
(a) Nama,alamat, no telpon perusahaan
(b) Nama,alamat, no tilpun key person
154
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(c) Laporan singkat gambaran perusahaan
(d) Laporan singkat gambaran pasar tentang produk
(e) Laporan singkat gambaran aksi2 strategis untuk
keberhasilan
(f) perusahaan
(g) Laporan singkat gambaran manajerial dan pengalaman
teknik dari key
(h) person.
(i) Laporan keperluan dana dan cara penggunaannya
(j) Rekening penerimaan dan rencana saldo.
2. Detailed Business plan, mencakup :
(a) Latar belakang usaha
♦ Laporan singkat sejarah perusahaan
♦ Situasi yg ada saat ini
(b) Gambaran usaha secara detil
♦ Keunikan usaha yg dimiliki
♦ Bagaimana keunikan tsb menciptakan nilai
♦ Faktor2 utama yg mempengaruhi keberhasilan
(harga, persaingan,kwalitas, ketahanan, sifat2 teknis
dll.)
(c) Analisis pasar
♦
♦
♦
♦
♦
Potensi permintaan
Motivasi pembeli
Ukuran pasar
Pembelanjaan total tahunan
Sifat pembelian (apakah barang tahan lama, apakah
dibelinya
♦ Musiman
♦ Target pasar
♦ Pengaruh pasar eksternal ( faktor ekonomi :
MODUL PELATIHAN
155
inflasi,resesi, tingkat pengangguran dan faktor sosial
: lokasi,tkt income,ukuran rumah tangga)
(d) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang :
♦ Pesaing yg sekarang ada
♦ Pesaing potensial
♦ Kekuatan dan kelemahan pesaing
(e) Perencanaan strategis usaha
♦ Rencana pemasaran produk menyangkut strategi
harga, promosi, distribusi, pelayanan pada pelanggan
dan strategi pemasaran lainnya.
♦ Bandingkan produk yg dihasilkan dengan produk
yg sudah ada dipasar
(f) Spesifikasi organisasi dan manajemen
♦ Bgm perusahaan diorganisir secara legal maupun
fungsional
♦ Orang2 kunci dlm perusahaan berikut latar belakang
serta sifat Spesifik lainnya yg mempengaruhi
keberhasilan usaha.
(g) Perencanaan keuangan
♦ Jumlah uang yg diperlukan untuk investasi dan
opersioanal persahaan.
♦ Rencana pembelanjaan kas
♦ Proyeksi cash out flow
♦ Proyeksi laporan keuangan
♦ Break even analysis.
(h) Perencanaan aksi strategis
♦ Penjelasan misi kita dalam perusahaan
156
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
♦ Penampilan tujuan dan sasaran yg spesifik
♦ Pernyataan strategi produksi dan pemasaran
♦ Bgm strategi akan dikonversikan ke perencanaan
operasinal
♦ Prosedue pengawasan untuk menjaga perusahaan
dari serangan.
Implementasi Perencanaan strategis.
Sejumlah pendekatan dapat dilakukan dalam implementasi
perencanaan strategis, yaitu : (1) Pendekatan manajemen
kesempatan, (2) Pendekatan titik awal, (3) Pendekatan model
strategis. Setiap pendekatan menawarkan suatu pendekatan
komprehensif untuk perencanaan strategis.
1. Pendekatan manajemn kesempatan.
Pendekatan manajemen kesempatan didasarkan pada
analisis lingkungan dengan mempertimbangkan (1) evaluasi
sumberdaya internal, (2) ramalan kondisi pasar eksternal, (3)
evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, (4) formulasi
tujuan perusahaan. Dengan berdasarkan profil strategis
profil kesempatan dapat disusun, dan selanjutnya membuat
design untuk membantu perusahaan mencapai manfaat
terbesar dari sumberdaya yg dimilikinya. Dengan profil ini
program tindakan di design, sumberdaya dialokasikan,dan
hasil yg diinginkan diidentifikasi, selanjutnya diikuti dengan
implementasi dan langkah pengendalian yg mencakup
penyusunan personel, anggaran, perumusan jadwal dan
anlisis laporan keuangan. Berdasarkan hasil dari prosedur
tsb profil strategi baru disusun dan proses baru dimulai.
2. Pendekatan Perencanaan Titik Awal.
Dalam hal ini didasarkan pada pencapaian tujuan
pengembangan yg diperlukan sebuah perusahaan baru dari
MODUL PELATIHAN
157
awal melalui strategi. Pendekaan titik awal mempunyai tiga
manfaat utama : (1) penggunaan titik awal yg praktis dan
logis, (2) terhindar dari kesalahan yg fatal karena kegagalan
dalam mempertimbangkan bagian penting dari rencana, (3)
metodologi untuk
perencanaan kembali didasarkan pada umpan balik
berkesinambungan dari lingkungan.Pendekatan perencanaan
titik awal lebih sesuai untuk perusahaan baru yg bersifat
teknis, mempunyai banyak tahapan dan atau melibatkan
uang dalam jumlah yg besar.
3. Pendekatan model strategis.
Pendekatan ini sering dianggap normatif karena
menggambarkan susunan yg dianjurkan oleh pakar
perencanaan strategis. Problem paling besar dalam
pendekatan ini terletak pada kecenderunganya menjadi
lebih idealistis daripada realistis dan bgi perusahaan baru
cenderung kurang fleksibel bagi kebutuhan mereka.
Tahapannya mencakup:
♦ Keputusan untuk perencanaan.
♦ Langkah awal dalam perencanaan strategis normatif adalah
menerapkan waktu dan uang untuk perumusan suatu
perencanaan strategis.
♦ Analisis situasi.
♦ Langkah ini memungkinka wirausahawan untuk
memperoleh pemahaman tentang perusahaan, strategi
terkini, dan peningkatan potensi atau kesempatan.
♦ Analisis ini membantu dalam menetapkan kekuatan dan
kelemahan yg dapat menyebabkan kelambatan finansial.
♦ Tujuan perusahaan dan pribadi.
158
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
♦ Pada perusahaan kecil tujuan pribadi pemilik akan
mempengaruhi tujuan perusahaan Secara perusahaan , tujuan
lebih difokuskan pada pengembalian investai, pertumbuhan
penjualan dan produktivitas.
♦ Spesifikasi pokok persoalan
♦ Dalam hal ini wirausahawan meninjau kembali temuan2 pada
analisis situasi yg berhubngan dengan tujuan pribadi dan
tujuan perusahaan untuk menentukan luasnya persoalan.
Perbandingan pelaksanaan rencana pada saat ini dan saat
lampau ditinjau, dan keputusan diambil berdasarkan
pertimbangan perlu tidaknya untuk melanjutkan strategi
saat ini.
♦ Menciptakan opsi
♦ Pada tahap ini wirausahawan mengidentifikasi alternatif
yang mungkin dapat memberikan solusi thd persoalan
yg sedang dihadapi, dengan pertimbangan pada nilai,
sumberdaya, kompetensi dan kemampuan finansial
perusahaan.
♦ Evaluasi dan seleksi
♦ Alternatif yg dibuat pada tahap menciptakan opsi saat ini
dibandingkan dengan jangka kefektifan relatif berkenaan
dengan pokok persoalan strategis inti.
♦ Pertimbangan yg cermat diberikan pada tingkat yg sesuai
dengan sumberdaya,dan kepentingan perusahaan, manfaat
kompetitif relatif dan tujuan manajemen.
♦ Implementasi
♦ Langkah berikutnya adalah membuat jadwal yg menyebutkan
pelaksanaan dan waktu implementasi perencanaan.
Tujuan strategis dibagi menjadi tujuan jangka pendek agar
mengetahui sesuatu yg harus dikerjakan.Fokus operasi
MODUL PELATIHAN
159
diarahkan pada materi yg berorientasi efisiensi,seperti
pengendalian biaya, laba, dan operasi yg berhubungan
dengan aktivitas harian.
♦ Pengendalian dan umpan balik.
♦ Hal ini digunakan untuk menjamin bahwa segala sesuatu
sedang dikerjakan menurut rencana. Realisasi hasil aktual
dibandingkan dengan harapan berdasarkan kesinambungan.
Bila terjadi sesuatu yg tidak benar, diupayakan perbaikan,
selanjutnya berdasarkan hasil diformulasikan rencana baru.
Pengelolaan Keuangan Usaha.
Tiga aspek yg harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan
meliputi : (1) Aspek sumber dana, (2) Aspek rencana dan
penggunaan dana, (3) Aspek pengawasan/pengendalian
keuangan.
1. Sumber keuangan perusahaan.
Berdasarkan sumbernya, dana perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
Dana yg berasal dari perusahaan yg juga sering disebut
pembelanjaan intern. Penggunaan dana ini merupakan cara
yg paling mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dana perusahaan, sebab tinggal mengambil dana yg sudah
tersedia di perusahaan. Oleh karena sumber dana intern
biasanya terbatas, maka dalam penggunaannya harus
memperhatikan opportunity cost, yaitu peluang yg hilang
akibat penggunaan yg lain atau penerimaan yg seharusnya
diterima tetapi hilang akibat penggunaan sumber tsb
dalam operasi perusahaan. Opportunity cost ini seharusnya
dihitung sebagai biaya perusahaan.
Ada tiga jenis sumber dana intern perusahaan, yaitu :
1. Penggunaan dana perusahaan
160
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
2. Penggunaan cadangan
3. Penggunaan laba yang tidak dibagi.
Dana yg berasal dari luar perusahaan (pembelanjaan
ekstern), yg terdiri :
♦ Dana dari pemilik atau penyertaan. Dalam perusahaan
harus ada pemisahan yg tegas antara dana milik pribadi
dengan dana milik perusahaan.
♦ Dana yg berasal dari hutang/pinjaman, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Sumber dana ekstern ini
antara lain berupa kredit jangka pendek (kredit rekening
koran, kredit penjual/pembeli,aksep) dan kredir jangka
panjang (hipotek, obligasi, kredit bank dan kredit dari
negara lain).
♦ Dana bantuan program pemerintah pusat dan pemda.
♦ Dana dari teman atau keluarga yg ingin menanamkan
modalnya.
♦ Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yg ingin
menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yg
memiliki potensi.
Perencanaan keuangan dan penggunaan dana.
Ada beberapa aspek yg harus diperhatikan dalam merancang
penggunaan dana, yaitu :
(1) Biaya awal
(2) Proyeksi keuangan yang mencakup :
a. Pembukaan neraca harian
b. Proyeksi neraca
c. Proyeksi cash flow
(3) Break even analysis
MODUL PELATIHAN
161
Biaya awal (start up cost) adalah biaya yg diperlukan saat
perusahaan akan berdiri, yg umumnya:
♦ Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor)
♦ Biaya sewa bangunan
♦ Biaya asuransi
♦ Biaya tambahan atau biaya secara umum.
♦ Biaya investasi
♦ Biaya modal kerja awal
♦ Biaya tak terduga.
Bahan Ajar Manajemen Risiko
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen
untuk terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty
dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan
kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah.
Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam
8 komponen (tahap). Sebagaimana dijelaskan pada Gambar
3, komponen-komponen dari risiko dapat dijelaskan sebagai
berikut:
162
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nil
tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam
komponen (tahap). Sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3, komponen-kompone
dari risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 3. Risk Management Model Coso
Gambar 3. Risk Management Model Coso
(1) Internal
Internalenvironment
environment(Lingkungan
(Lingkungan
internal)
(1)
internal)
Komponen
ini berkaitan
dengan
lingkungan
dimana
instansi
Pemerintah berad
Komponen
ini berkaitan
dengan
lingkungan
dimana
instansi
dan beroperasi.
Cakupannya adalah
dan Pemerintah
beroperasi. berada
Cakupannya
adalah risk-management
philosophy
(kult
risk-management
philosophy
(kultur
manajemen
tentang
manajemen
tentang risiko),
integrity
(integritas),
risk-perspective
(perspek
risiko),
integrity
(integritas),
risk-perspective
(perspektif
terhadap risiko), appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical value
terhadap risiko), appetite (selera atau penerimaan terhadap
(nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.
risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan
pendelegasian
(2) Objective
settingwewenang.
(Penentuan tujuan)
(2) Objective
setting
(Penentuan
tujuan)
Manajemen
harus
menetapkan
objectives
(tujuan-tujuan) dari organisasi agar dap
mengidentifikasi,
dan mengelola
risiko. Objective
dapat diklasifikasika
Manajemen mengakses,
harus menetapkan
objectives
(tujuan-tujuan)
dari strategic
organisasi
agar dapat
dan
menjadi
objective
danmengidentifikasi,
activity objective.mengakses,
Strategic objective
di instan
mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi
strategic objective dan activity objective. Strategic objective
di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian
dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah
MODUL PELATIHAN
163
1
dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan
misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat
dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives;
(2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives.
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang
ada pada seluruh divisi dan bagian haruslah dilibatkan dan
mengerti risiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut terkait
dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah
pemilik dari risiko. Demikian pula, dalam penentuan tujuan
organisasi, hendaknya menggunakan pendekatan SMART
dan ditentukan risk appetite and risk tolerance (variasi
dari tujuan yang dapat diterima). Risk tolerance dapat
diartikan sebagai variation dalam pencapaian objective
yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan
pelayanan pajak modern seperti pengiriman SPT WP secara
elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar akan
mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance
sebesar 10%, dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya,
berarti tujuan penyediaan fasilitas tersebut telah terpenuhi.
Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu organisasi
seperti peluncuran roket berawak dengan risk tolerance
adalah 0%.
(3) Event identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial
baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal
organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian
tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak
positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau
negative (risks).
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu (1) Exposure
analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4)
164
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure
analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber
daya organisasi yang meliputi financial assets seperti kas
dan simpanan di bank, physical assets seperti tanah dan
bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan
dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan
penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang
dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan
dan risiko penurunan.
AN (4) Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events
(kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari
objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent
dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif,
yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/
consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan
demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi
merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1)
qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques.
Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti
self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan
internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques
data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti
probability based, non-probabilistic models (optimalkan
hanya asumsi consequence), dan benchmarking.
Sebagaimana dijelaskan pada Gambar 4, penilaian risiko
atas setiap aktivitas organisasi akan menghasilkan informasi
berupa peta dan angka risiko. Aktivitas yang paling kecil
risikonya ada pada aktivitas a dan e, dan aktivitas yang
paling berisiko tinggi dengan kemungkinan terjadi tinggi
MODUL PELATIHAN
165
(optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.
Sebagaimana dijelaskan pada Gambar 4, penilaian risiko atas setiap aktivitas
organisasi akan menghasilkan informasi berupa peta dan angka risiko. Aktivitas
yang paling kecil risikonya ada pada aktivitas a dan e, dan aktivitas yang paling
ada pada aktivitas d. Sedangkan aktivitas c, walaupun
memiliki dampak yang besar, namun memiliki risiko terjadi
Sedangkan aktivitas c, walaupun memiliki dampak yang besar, namun memiliki
yang rendah.
berisiko tinggi dengan kemungkinan terjadi tinggi ada pada aktivitas d.
risiko terjadi yang rendah.
Gambar Pemetaan dan Kuantifikasi Risiko
Gambar Pemetaan dan Kuantifikasi Risiko
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau
hubungan antar kejadian/keadaan. Events yang terpisah
bilamungkin
digabungkan
bisarisiko
menjadi
Demikian
pula, risiko yang
memiliki
kecil. signifikan.
Namun, bila
digabungkan
mempengaruhi
banyak
businessDemikian
units perlupula,
dikelompokkan
dalam common
bisa menjadi
signifikan.
risiko yang
event
categories, dan
dinilai business
secara aggregate.
mempengaruhi
banyak
units perlu dikelompokkan
126
dalam common event categories, dan dinilai secara
aggregate.
kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun,
(5) Risk response (Sikap atas risiko)
166
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian
risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1)
avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan
yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari
risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung
bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain;
(4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya
risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang
dilakukan. Strategi dalam memilih risiko dijelaskan pada
Gambar Strategi Mengelola Risiko
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan
faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk
likelihood dan impact, response yang optimal sehingga
bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances,
analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang
(opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.
(6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakankebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk
menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas
pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang
meliputi: (1) integritas dan nilai etika; (2) kompetensi; (3)
kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi;
(5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur
organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat
ditentukan jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat
beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah
preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara
aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan
prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi
wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan.
Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan
MODUL PELATIHAN
167
manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya
yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.
(7) Information
komunikasi)
and
communication
(Informasi
dan
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi
yang relevan kepadapihak terkait melalui media komunikasi
yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas
informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi.
Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi
yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat
dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3) current; (4)
accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat
internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa
diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan
melalui media elektronis.
(8) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus
(ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas
monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi,
rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya. Monitoring terpisah
biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis).
Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi,
proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala
seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak
lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini
timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi
pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan
bagi pelaporan.
168
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Manajemen Risiko Dan Fungsi Pengawasan
Perkembangan peranan pengawasan internal (internal control)
terkini menggunakan kerangka COSO (COSO Framework).
Kerangka ini memandang internal control sebagai sebuah proses,
dan dirancang untuk memberikan keyakinan tentang efektivitas
dan efisiensi dari operasi, keandalan informasi atau pelaporan
keuangan, dan ketaatan pada peraturan dan ketentuan yang
berlaku. COSO Framework terdiri dari 5 komponen yang saling
terkait, yaitu control environment, risk assessment, control
activities, information and communications, dan ongoing
monitoring.
Bila dicermati secara seksama, terdapat kesamaan tujuan,
cara pandang, dan materi pada risk management dan internal
kontrol. Seluruh komponen COSO Framework ada pada risk
management. Pemahaman manajemen risiko dalam pengawasan
akan mengoptimalkan fungsi pengawasan berupa efektifitas
pencapaian tujuan pengawasan dan efisiensi biaya pengawasan.
Dengan demikian, di satu sisi dapat dikatakan bahwa internal
control is the integral part of risk management.
Risk management yang telah dilakukan oleh manajemen perlu
dinilai kelayakannya melalui aktifitas internal control. Risk
assessment pada internal control adalah menguji keandalan risk
management organisasi pada tahapan-tahapan sebagaimana
dijelaskan pada tabel diatas.
Manajemen risiko tidak semata berlaku di sektor bisnis, namun
semakin mendesak untuk diapplikasikan di sektor publik.
Banyak argumen pendukung, dan tampaknya faktor utama
adalah perubahan lingkungan dan sumber daya yang terbatas
bagi pencapaian tujaun organisasi.
Pemerintah (Departemen Keuangan) dan regulator seperti Bank
Indonesia (BI) tampaknya mendukung penerapan manajemen
MODUL PELATIHAN
169
risiko di lingkungannya. BI bahkan mewajibkan bankir dan
pegawai bank yang berhubungan dengan risiko untuk memiliki
sertifikasi di bidang manajemen risiko.
Risiko memiliki berbagai definisi, dan berkaitan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Pada sisi lain,
penanganan risiko bahkan dapat memuncul-kan peluang bagi
organisasi. Risiko tidak dapat dihindari oleh organisasi, dan
terdapat pada sumber daya yang dimiliki dan proses operasi
termasuk pengendalian. manajemen risiko diperlukan bagi
pencapaian tujuan suatu unit dan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam
8 komponen (tahap), dimulai dari komponen lingkungan internal
organisasi, penentuan tujuan,
identifikasi risiko, penilaian risiko, sikap atas risiko, aktifitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan terakhir
monitoring. Dari proses ini akan didapatkan peta risiko berikut
dampaknya, dan sikap yang harus diambil.
Manajemen risiko dan pengendalian internal memiliki kesamaan
materi dan komponen, dan saling terkait satu dengan lainnya.
Manajemen risiko yang ada perlu dievaluasi keandalannya.
Sementara itu, aktifitas pengendalian akan menjadi optimal
dengan menggunakan pendekatan risiko.
Manajemen risiko dinilai feasible untuk diaplikasikan di
Organisasi sosial. Seluruh komponen proses manajemen risiko
dapat digunakan pada aktifitas instansi Pemerintah. Oleh
karenanya, penerapan dalam bentuk ujicoba (pilot) sudah
saatnya untuk dimulai dan konsep manajemen risiko perlu
disosialisasikan ke unit-unit di lingkungan Pemerintah.
170
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
3.8 Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk
Pengembangan Usaha
Deskripsi
Semakin cepatnya perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi menuntut manusia untuk mencoba membuat
perubahan di segala jenis kehidupannya yang tujuannya adalah
mendapatkan hasil maupun kondisi yang terbaik yang dapat
dicapai. Banyaknya sektor kehidupan yang ada diharapkan
membuka inovasi baru bagi kita untuk menciptakan sesuatu
yang baru untuk kemajuan peradaban manusia.
Persaingan yang keras dalam dunia bisnis tentunya sangat
membutuhkan suatu perusahaan yang dapat menangani akan hal itu diberbagai situasi yang menantang. Semua bisnis tentunya
juga membutuhkan semua informasi yang sangat aktual, cepat
dan dapat dipercaya, yang mana bisa semua permasalahan
tersebut hanya bisa diselesaikan melalui Teknologi Informasi
dan Komunikasi ( ICT)
Tujuan
1. Memahami tentang pentingnya Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk pengembangan bisnis.
2. Memahami upaya pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk kepentingan bisnis.
Pokok bahasan
1. Pemahaman Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
pengembangan bisnis.
2. Teknik pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
untuk pengembangan bisnis
Alat dan Bahan:
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
MODUL PELATIHAN
171
Metode
1. Ceramah Singkat
2. Curah Pendapat
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang pentingnya Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan bisnis.
2. Fasilitator menjelaskan teknik pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan bisnis.
3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta.
4. Fasilitator menyimpulkan sesi
Bahan Ajar
Bahan Ajar TIK untuk Pengembangan Usaha
Bagi dunia bisnis, jejaring telekomunikasi awalnya digunakan
seperti halnya jejaring listrik, distribusi air, dan jejaring utilitas
lain. Ini merupakan sumber yang penting, tetapi dulu perusahaan
memiliki pengaruh yang kecil. Perusahaan-perusahaan
memiliki pilihan yang terbatas atas layanan yang diperoleh
dari penyediaan layanan yang dikelola secara monopoli. Hari
ini, para pengguna korporat meletakkan bersama keseluruhan
jejaring di bawah kontrol mereka, memotong-pintas jejaring
publik sebagian atau seenuhnya. Deregulation dan teknologi
digital baru telah mengizinkan perusahaan untuk secara sadar
merancang dan mengoperasikan jejaring telekomunikasi internal
dan privat untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka. Apa
yang dulunya merupakan biaya untuk menjalankan bisnis,
sekarang menjadi sumber keuntungan kompetitif.
Layanan TIK sekarang digunakan oleh semua sektor ekonomik,
mulai dari pertambangan dan pertanian sampai layanan
172
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
finansial, manufaktur dan kepariwisataan. Jejaring privat ini
hadir di semua industri global, di mana perusahaan multinasional
menjadi perusahaan jejaring. Para pengguna bisnis berskala
besar memiliki kebutuhan akan sistem yang cost-effective, leluasa,
aman, automated, terpadu dan terandalkan. Jika para penyedia
layanan lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, dengan
biaya yang masuk akal, perusahaan-perusahaan besar memiliki
pilihan untuk mengembangkan sendiri jejaring privat.
Perusahaan multinasional telah dapat mengkoordinasikan
produksi dan marketing dengan sistem komunikasi berbasis
satelit dengan kapabilitas video-conferencing, untuk tujuan
mengkoordinasikan pengembangan produk dan disain
manufaktur.
Perusahaan-perusahaan kecil lebih terbatas kemampuannya
untuk mengembangkan jejaring TIK sendiri ataupun untuk
menyewa, karena besarnya biaya. Ini menjadi pilihan yang
ekonomik hanya jika organisasi tersebut cukup besar untuk
menimbulkan cukup trafik untuk menghasilkan penghematan.
Oleh karena ini, perusahaan-perusahaan global merupakan
pihak-pihak yang pertama yang mengadopsi TIK baru. Sektorsektor yang sangat bergantung pada TIK mencakup, antara lain
perusahaan-perusahaan layanan finansial.
Pada ruang lingkup yang lebih luas, sebagai contoh pada
lingkungan bisnis, kehadiran teknologi informasi mulai
disadari dapat menghadirkan berbagai solusi yang dapat
membantu proses bisnis yang ada. Departemen TI pada sebuah
perusahaan mulai dibangun dan secara konstan diminta untuk
mengembangkan suatu layanan, mengembangkan suatu
sistem, dan mengoptimalkan efesiensi bisnis berbasis teknologi
informasi.
Perkembangan teknologi informasi telah berkembang luar biasa
MODUL PELATIHAN
173
hebatnya baik dari sisi perangkat keras, perangkat lunak, atau
sumber daya manusia yang mendayagunakannya. Saat ini
kehidupan manusia mulai bergeser ke kehidupan komputasi
persasif, suatu kehidupan yang meletakkan teknologi informasi
sebagai bagian dari kehidupan manusia kapan dan dimana saja.
Hal ini dapat diilihat dari prilaku manusia yang sudah mulai
terbiasa dengan komputer, sudah mulai terbiasa dengan internet,
dan sudah mulai merasakan bahwa sekumpulan kebutuhannya
dapat dibantu oleh teknologi informasi.
Keuntungan Pengembangan Sistem Informasi Bagi Dunia
Usaha
1. Efisiensi dan efektivitas operasional bagi manajemen
organisasi
2. Pelayanan mutu kepada pelanggan dapat ditingkatkan
3. Pengembangan / kreasi-kreasi produk dapat ditingkatkan
4. Dapat mengubah basis kompetisi karena dapat mengantisipasi
setiap perubahan pada lingkungan dengan bantuan akses
informasi yang cepat saji (real time information system).
5. Mampu untuk dapat mengidentifikasi dan mengeksploitasi
peluang bisnis dengan lebih cepat
6. Meningkatkan posisi tawar dalam persaingan usaha
Memudahkan dalam menyebar luaskan informasi secara
lokal maupun global dengan biaya yang murah, cepat dan
tepat
7. Membentuk citra produk (barang dan jasa) yang positif
dimata pelanggan karena dapat disajikan secara kontinyu
Teknologi Informasi Sebagai Penguatan Jaringan Sosial
Ekonomi Era Modern
Pondok Pesantren merupakan wujud civil society yang terbangun di atas landasan kapital sosial. Di beberapa konsentrasi
massa saat ini mulai banyak ditemukan Pondok Pesantren men174
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
jadi pelaku gerakan sosial ekonomi yang cukup strategis dan
signifikan. Mereka mempunyai dampak sosial politik hingga ke
aras nasional. Masyarakat desa yang ditempati Pondok Pesantren
terbantu penguatan kapital sosialnya dengan cara melakukan
proses ”kapitalisasi”. Peran sosial ekonomi dan pendidikan
yang cukup signifikan ini menempatkan Pondok Pesantren sebagai motor gerakan civil society yang strategis.
Problem masyarakat pedesaan adalah keterbatasan kesempatan
berkompetisi secara adil. Masyarakat desa masih kesulitan untuk mengakses fasilitas negara karena berbagai kendala yang dimilikinya. Misalnya, kesulitan mendapatkan fasilitas perbankan,
instansi yang terkait dengan penguatan keterampilan, dan lainnya. Kumpulan dari bagian-bagian sektor ekonomi yang saling
berhubungan dan saling bergantung telah diatur sedemikian
rupa sehingga menghasilkan sebuah formula kebijakan ekonomi
yang menyulitkan masyarakat desa untuk bangkit. Realitasnya,
masyarakat desa sekarang ini masuk dalam lingkaran kemiskinan struktural.
Kondisi ini direspons Pondok pesantren dengan cara mulai
memfasilitasi masyarakat desa untuk mendapatkan kebebasan mengakses fasilitas kehidupan, baik yang secara sengaja di
ciptakan oleh pemerintah maupun tidak. Sehingga setiap individu mempunyai kesempatan untuk berkompetisi secara bebas
dengan jaminan payung hukum yang tidak diskriminatif. Salah
satu yang dibangun pondok pesantren adalah penyediaan fasilitas informasi yang berbasis teknologi. Maka pertanyaan mendasar sekarang adalah sejauh mana masyarakat pesantren dapat
memanfaatkan teknologi informasi untuk menguatkan civil society di tengah masyarakat pedesaan?
Pondok pesantren adalah forum yang representatif dan asosiasi
sosial yang—meminjam analisa Emile Durkheim—menekankan
MODUL PELATIHAN
175
pentingnya ikatan sosial, solidaritas sosial dan kepaduan sosial (Peter Burke, 1992). Pondok pesantren yang satu berjejaring
dengan yang lain karena pada waktu bersamaan mereka berasosiasi sosial. Suatu saat seorang santri merupakan anggota dari
Pondok Pesantren tertentu, pada saat yang lain ia menjadi anggota Pesantren yang lain, dan seterusnya. Namun secara umum
Pondok Pesantren diklasifikasikan sebagai kelompok perasaan
yang menjadi anggota dari asosiasi Nahdlatul Ulama (in-group)
yang saling mengenal (primary group).
Teknologi Informasi yang digagas Pondok Pesantren adalah
upaya memunculkan masyarakat pesantren sebagai asosiasi masyarakat baru yang memperjuangkan kepentingan masyarakat
desa secara luas. Asosiasi sosial bentuk baru sebagai kesadaran
makin menguatkan hubungan timbal balik antarmasyarakat pesantren yang senasib, seideologi, sebudaya, seagama, dan lainnya (Alfian, 1986).
Teknologi Informasi yang digagas Pondok Pesantren untuk mematahkan model asosiasi masyarakat gagasan Orde Baru yang
lebih bersifat elite kekuasaan (militaro-bureaucratic-enterpreneur
complex) yang berhasil mengontrol kehidupan ekonomi politik
dari masyarakatnya. Bidikan kekuasaan aktual di bidang ekonomi politik memungkinkan untuk mempunyai keleluasaan untuk
bersikap dan bertingkah laku tanpa kontrol dari asosiasi sosial
lainnya. Kekuasaan yang dimiliki oleh asosiasi ini secara otomatis mengeluarkan kelompok lain sebagai massa. Sebab siapa yang
dapat paling banyak dialah elite, sedangkan lainnya adalah massa (Harold Lasswell, dikutip Peter Burke, 1992).
Dalam konteks kepentingan masyarakat desa, IT yang digagas
Pondok Pesantren perlu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat yang berbasis informatif yang kalau tidak dipenuhi akan
terjadi kegoncangan masyarakat, atau menimbulkan masalah
176
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
serius. Karena itu IT ”dirancang” untuk pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari, sehingga lama kelamaan menjadi kebiasaan.
Dengan sendirinya kebutuhan pokok yang demikian bernilainya
itu sungguh-sungguh terpenuhi.
Idealnya Pondok Pesantren memang membangun IT untuk menguatkan peran masyarakat pedesaan dalam perubahan sosial
yang dibangun dengan perilaku yang teratur, berpola, sehingga
sifat strukturalnya juga jelas (Lawang, 2004). Sehingga masyarakat pedesaan sebagai aktor melakukan perubahan struktur sosial
masyarakat agar mampu mendorong proses kontrol terhadap
kehidupan sosial politik. Dan itu akan memunculkan asosiasi
sosial baru (Alfian, 1986). Jika asosiasi sosial baru ini muncul
maka akan terjadi struktur sosial baru karena terdapat premis
bahwa institusi sosial itu merupakan struktur sosial. Antara
institusi sosial baru dengan lama harus mempunyai perbedaan
yang mendasar. Institusi sosial baru sebagai alternatif harus memenuhi aspek-aspek; tawaran yang diberikan oleh institusi baru
harus mampu menjadi alternatif masyarakat desa untuk mencapai kepentingannya. Di samping itu institusi baru juga harus
menjadi pilihan menurut pertimbangan produktivitas (termasuk
efisiensi dan efektivitas) yang rasional.
Urgensi asosiasi sosial baru bagi masyarakat desa ini di samping
untuk keperluan di atas juga untuk menumbuhkan orientasi kolektif di internal mereka. Sehingga masyarakat desa terhindar
dari suatu kondisi yang pasif dan tidak mempunyai kegiatan sistematis yang konstruktif. Asosiasi baru masyarakat desa ini dapat menjaga soliditas perkawanan dalam proses integrasi. (Karl
Mannheim, dalam Soerjono Soekanto, 1985).
Maka IT dalam implementasi Pondok Pesantren adalah gerakan
penguatan civil society yang mempunyai target ”mencapai sesuatu”. Kesadaran mencapai suatu tujuan yang tidak dapat diraih
MODUL PELATIHAN
177
oleh individu-individu yang bekerja sendiri, atau jika mungkin,
hal tersebut dicapai secara lebih efisien melalui usaha kelompok,
dan hal itu berbasis teknologi informasi. Maka Pondok Pesantren
pun akan bersama masyarakat pedesaan untuk mencapai suatu tujuan meskipun tidak mendapatkan dukungan kelompok
tertentu atau orang-orang tertentu (Stephen P. Robbins, 1983:
4-5). Kekuatan Teknologi informasi akan merekatkan Pondok
Pesantren dengan kelompok lain yang seide sehingga terjadi
perilaku koalisi yang saling tergantung (James D. Thomson,
1967:121).
Maka IT dalam konteks ini adalah menempatkan informasi pola
modern sebagai landasan untuk menciptakan civil society di tengah masyarakat desa. Meminjam teori Putnam (1999) maka IT
akan menjadi karakteristik Pondok Pesantren dalam menguatkan jaringan, di samping menyampaikan norma-norma dan
kepercayaan yang memfasilitasi kordinasi dan kerjasama untuk
sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama
(mutual benefit). Maka IT yang digagas Pondok Pesantren adalah pendekatan membuka ruang secara cepat dan efisien untuk
memaksimalkan kekuatan ekonomi masyarakat.
3.9 Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis
Deskripsi
Upaya perubahan sosial dan pertumbuhan ekonomi akan
mencapai sasaran secara efektif dan bergerak secara dinamis,
apabila para pelaku dan pemangku kepentingan terutama
kelompok CSO dan organisasi bisnis dapat berpartisipasi aktif
membawakan aspirasinya melalui advokasi, sehingga benarbenar terwujud kebijakan yang bersifat prorakyat dan pro bisnis.
Pemahaman tentang hukum dagang dan advokasi kebijakan
penting untuk diinternalisasi pada calon dan pelaku usaha agar
178
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
dunia usaha dapat berjalan sesuai dengan kaidah hukum.
Tujuan
1. Memahami tentang hukum dagang dan tahapan advokasi
bisnis.
2. Memahami upaya pengembangan jasa advokasi bisnis.
Pokok bahasan
1. Pemahaman tentang hukum dagang dan tahapan advokasi
organisasi/bisnis.
2. Mempersiapkan dan melakukan advokasi organisasi/bisnis
Alat dan Bahan:
Kertas plano, spidol, kertas HVS dan Pena.
Metode
1. Ceramah Singkat
2. Curah Pendapat
3. Praktek mempersiapkan advokasi organisasi/bisnis
Waktu
2 Jam Pelajaran
Langkah
1. Sesi dibuka dengan penjelasan tentang perdagangan bebas
dan polemik hukum bisnis.
2. Fasilitator menjelaskan proses advokasi organisasi/bisnis.
3. Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta.
4. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok
untuk menyusun rencana advokasi organisasi/bisnis.
5. Fasilitator menyimpulkan sesi
MODUL PELATIHAN
179
Bahan Ajar
Bahan Ajar Hukum Dagang
Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan
membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan
menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut
dengan maksud memperoleh keuntungan.
Pada zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian
perantaraan antara produsen dan konsumen untuk membelikan
dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan
memajukan pembelian dan penjualan.
Ada beberapa macam pemberian perantaraan kepada produsen
dan konsumen :
1. Pekerjaan orang-orang perantara sebagai
komisioner, pedagang keliling dan sebagainya.
makelar,
2. Pembentukan badan-badan usaha (asosiasi), seperti
perseroan terbatas (PT), perseroan firma (VOF=Fa) Perseroan
Komanditer, dsb yang tujuannya guna memajukan
perdagangan.
3. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga baik
didarat, laut maupun udara.
4. Pertanggungan (asuransi)yang berhubungan dengan
pengangkutan, supaya si pedagang dapat menutup resiko
pengangkutan dengan asuransi.
5. Perantaraan Bankir untuk membelanjakan perdagangan.
6. Mempergunakan surat perniagaan (Wesel/ Cek) untuk
melakukan pembayaran dengan cara yang mudah dan untuk
memperoleh kredit.
Pada pokoknya Perdagangan mempunyai tugas untuk :
1. Membawa/ memindahkan barang-barang dari tempat
180
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
yang berlebihan (surplus) ke tempat yang berkekurangan
(minus).
2. Memindahkan barang-barang dari produsen ke konsumen.
3. Menimbun dan menyimpan barang-barang itu dalam masa
yang berkelebihan sampai mengancam bahaya kekurangan.
Pembagian jenis perdagangan, yaitu :
1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang.
a. Perdagangan mengumpulkan (Produsen – tengkulak
– pedagang besar – eksportir)
b. Perdagangan menyebutkan (Importir – pedagang besar
– pedagang menengah – konsumen)
2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan
a. Perdagangan barang, yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan
jasmani
manusia
(hasil
pertanian,
pertambangan, pabrik)
b. Perdagangan buku, musik dan kesenian.
c. Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa
efek)
3. Menurut daerah, tempat perdagangan dilakukan
a. Perdagangan dalam negeri.
b. Perdagangan luar negeri (perdagangan internasional),
meliputi :
-
Perdagangan Ekspor
-
Perdagangan Impor
c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)
Usaha Perniagaan adalah usaha kegiatan baik yang aktif maupun
pasif, termasuk juga segala sesuatu yang menjadi perlengkapan
MODUL PELATIHAN
181
perusahaan tertentu, yang kesemuanya dimaksudkan untuk
mencapai tujuan memperoleh keuntungan.
Usaha perniagaan itu meliputi :
1. Benda-benda yang dapat diraba, dilihat serta hak-hak
seperti:
a. Gedung/ kantor perusahaan.
b. Perlengkapan kantor : mesin hitung/ ATK dan alat-alat
lainnya.
c. Gudang beserta
didalamnya.
barang-barang
yang
disimpan
d. Penagihan-penagihan
e. Hutang-hutang
2. Para pelanggan
3. Rahasia-rahasia perusahaan.
Kedudukan antara kekayaan pribadi (prive) dan kekayaan usaha
perniagaan :
1. Menurut Polak dan Molengraaff, kekayaan usaha perniagaan
tidak terpisah dari kekayaan prive pengusaha. Pendapat
Polak berdasarkan Ps 1131 dan 1132 KUHS
Ps 1131:Seluruh harta kekayaan baik harta bergerak dan
harta tetap dari seorang debitur, merupakan tanggungan
bagi perikatan-perikatan pribadi.
Ps 1132:Barang-barang itu merupakan tanggungan bersama
bagi semua kreditur.
2. Menurut Prof. Sukardono, sesuai Ps 6 ayat 1 KUHD tentang
keharusan pembukuan yang dibebankan kepada setiap
pengusaha yakni keharusan mngadakan catatan mengenai
keadaan kekayaan pengusaha, baik kekayaan perusahaannya
182
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
maupun kekayaan pribadinya.
Sumber Hukum Dagang
Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada :
1. Hukum tertulis yang dikodifikasikan
a. KUHD
b. KUHS
2. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan yaitu peraturan
perundang-undangan khusus yang mengatur tentang halhal yang berhubungan dengan perdagangan.
KUHD mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848
berdasarkan asas konkordansi.
Menurut Prof. Subekti SH, adanya KUHD disamping
KUHS sekrang ini tidak pada tempatnya, karena KUHD
tidak lain adalah KUHPerdata. Dan perkataan “dagang”
bukan suatu pengertian hukum melainkan suatu pengertian
perekonomian.
Di negeri Belnda sudah ada aliran yang bertujuan
menghapuskan pemisahan antara hukum perdata dengan
hukum dagang.
Asas-Asas Hukum Dagang
Pengertian Dagang (dalam arti ekonomi), yaitu segala perbuatan
perantara antara produsen dan konsumen.
Pengertian Perusahaan, yaitu seorang yang bertindak keluar
untuk mencari keuntungan dengan suatu cara dimana yang
bersangkutan menurut imbangannya lebih banyak menggunakan
modal dari pada menggunakan tenaganya sendiri.
Pentingnya pengertian perusahaan :
1. Kewajiban “memegang buku” tentang perusahaan yang
MODUL PELATIHAN
183
bersangkutan.
2. Perseroan Firma selalu melakukan Perusahaan.
3. Pada umumnya suatu akte dibawah tangan yang berisi
pengakuan dari suatu pihak, hanya mempunyai kekuatan
pembuktian jika ditulis sendiri oleh si berhutang atau
dibubuhi tanda persetujuan yang menyebutkan jumlah uang
pinjaman, tapi peraturan ini tidak berlaku terhadap hutanghutang perusahaan.
4. Barang siapa melakukan suatu Perusahaan adalah seorang
“pedagang” dalam pengertian KUHD
5. Siapa saja yang melakukan suatu Perusahaan diwajibkan,
apabila diminta, memperlihatkan buku-bukunya kepada
pegawai jawatan pajak.
6. Suatu putusan hakim dapat dijalankan dengan paksaan
badan terhadap tiap orang yang telah menanda tangani surat
wesel/ cek, tapi terhadap seorang yang menandatangani
surat order atau surat dagang lainnya, paksaan badan
hanya diperbolehkan jika suart-surat itu mengenai
perusahaannya.
Sumber Hukum Dagang
1. Pokok : KUHS, Buku III tentang Perikatan.
2. Kebiasaan
a. Ps 1339 KUHS : Suatu perjanjian tidak saja mengikat
untuk apa yang semata-mata telah diperjanjikan tetapi
untuk apa yang sudah menjadi kebiasaan
b. Ps 1347 KUHS : hal-hal yang sudah lazim diperjanjikan
dalam suatu perjanjian, meskipun tidak secara tegas
diperjanjikan harus dianggap juga tercantum dalam
setiap perjanjian semacam itu.
184
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin
Pentingan suatu Perusahaan memegang buku (Ps 6 KUHD)
1. Sebagai catatan mengenai :
a. Keadaan kekayaan perusahaan itu sendiri – berkaitan
dengan keharusan menanggung hutang piutang
b. Segala hal ihwal mengenai perusahaan itu.
2. Dari sudut hukum pembuktian (Ps 7 KUHD Jo Ps 1881
KUHS), misalnya dengan adanya pembukuan yang rapi,
hakim dapat mengambil keputusan yang tepat jika ada
persengketaan antara 2 orang pedagang mengenai kwalitas
barang yang diperjanjikan.
Orang-orang Perantara
1. Golongan I : buruh/ pekerja dalam perusahaan: pelayan,
pemegang buku, kasir, orang yang diberi kuasa untuk
menjalankan usaha dagang dalam suatu Firma (Procuratie
– Houder)
2. Golongan II :
a. Makelar : seorang penaksir dan perantara dagang yang
telah disumpah yang menutup perjanjian-perjanjian
atas perintah dan atas nama orang lain dan untuk
pekerjaannya itu meminta upah (Provisi)
b. Komisioner : seorang perantara yang berbuat atas perintah
dan menerima upah, tetapi ia bertindak atas namanya
sendiri – seorang komisioner memikul tanggung jawab
lebih berat dibanding dengan perantara lainnya.
Perkumpulan-perkumpulan Dagang
MODUL PELATIHAN
185
1. Persekutuan (Maatschap) : suatu bentuk kerjasama dan
siatur dalam KUHS tiap anggota persekutuan hanya dapat
mengikatkan dirinya sendiri kepada orang-oranglain.
Dengan lain perkataan ia tidak dapat bertindak dengan
mengatas namakan persekutuan kecuali jika ia diberi kuasa.
Karena itu persekutuan bukan suatu pribadi hukum atau
badan hukum.
2. Perseraoan Firma : suatu bentuk perkumpulan dagang yang
peraturannya terdapat dalam KUHD (Ps 16) yang merupakan
suatu perusahaan dengan memakai nama bersama. Dalam
perseroan firma tiap persero (firma) berhak melakukan
pengurusan dan bertindak keluar atas nama perseroan.
3. Perseroan Komanditer (Ps 19 KUHD) : suatu bentuk
perusahaan dimana ada sebagian persero yang duduk dalam
pimpinan selaku pengurus dan ada sebagian persero yang
tidak turut campur dalam kepengurusan (komanditaris/
berdiri dibelakang layar)
4. Perseroan Terbatas (Ps 36 KUHD) : perusahaan yang
modalnya terbagi atas suatu jumlah surat saham atau sero
yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendak turut.
♦ Arti kata Terbatas, ditujukan pada tanggung jawab/
resiko para pesero/ pemegang saham, yang hanya
terbatas pada harga surat sero yang mereka ambil.
♦ PT harus didirikan dngan suatu akte notaris
♦ PT bertindak keluar dengan perantaraan pengurusnya,
yang terdiri dari seorang atau beberapa orang direktur
yang diangkat oleh rapat pemegang saham.
♦ PT adalah suatu badan hukum yang mempunyai
kekayaan tersendiri, terlepas dari kekayaan pada pesero
atau pengurusnya.
186
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
♦ Suatu PT oleh undang-undang dinyatakan dalam keadaan
likwidasi jika para pemegang saham setuju untuk tidak
memperpanjang waktu pendiriannya dan dinyatakan
hapus jika PT tesebutmenderita rugi melebihi 75% dari
jumlah modalnya.
5. Koperasi : suatu bentuk kerjasama yang dapat dipakai dalam
lapangan perdagangan
Diatur diluar KUHD dalam berbagai peraturan :
a. Dalam Stb 1933/ 108 yang berlaku untuk semua golongan
penduduk.
b. Dalam stb 1927/91 yang berlaku khusus untuk bangsa
Indonesia
c. Dalam UU no. 79 tahun 1958
♦ Keanggotaannya bersifat sangat pribadi, jadi tidak
dapat diganti/ diambil alih oleh orang lain.
♦ Berasaskan gotong royong
♦ Merupakan badan hukum
♦ Didirikan dengan suatu akte dan harus mendapat
izin dari menteri Koperasi.
6. Badan-badan Usaha Milik Negara (UU no 9/ 1969)
a. Berbentuk Persero : tunduk pada KUHD (stb 1847/ 237
Jo PP No. 12/ 1969)
b. Berbentuk Perjan : tunduk pada KUHS/ BW (stb 1927/
419)
c. Berbentuk Perum : tunduk pada UU no. 19 (Perpu tahun
1960)
MODUL PELATIHAN
187
Bahan Ajar Advokasi
Menentukan Target Advokasi
Satu hal yang penting dari advokasi yang efektif adalah adanya
target yang teridentifikasi secara tepat dan strategi yang
digunakan untuk menjawab setiap permasalahan. Prioritas
kampanye advokasi harus ditetapkan dengan mengidentifikasi
target/sasaran dalam urutan yang tepat. Setiap aksi yang
berkelanjutan harus dibangun berdasarkan pencapaian yang
sudah diraih atau hal yang telah dikuasai.
Ada beberapa target atau sasaran advokasi, yang didalamnya
mencakup target “orang dalam” dan “orang luar”.
Advokasi “orang dalam” melibatkan:
♦ Pertemuan-pertemuan dengan pembuat kebijakan dan staf
legislatif.
♦ Pemberian analisis dan informasi untuk Panitia Kerja
ataupun Panitia Khusus di lembaga legislatif.
Sedangkan advokasi “orang luar” meliputi:
♦ Mempengaruhi media massa.
♦ Mengembangkan aktivitas-aktivitas di tingkat akar rumput
(grass root).
♦ Membangun koalisi.
Advokasi “Orang Dalam”
Jika sebuah masalah diidentifikasi secara dini, hubungan
advokasi biasanya dimulai dari para pejabat publik. Kontak
harus dibuat pada tingkat yang sewajarnya. Pejabat-pejabat
tingkat bawah dan menengah tidak boleh terlupakan atau
terlampaui. Ketika pejabat publik mempertimbangkan sebuah
permasalahan yang diadvokasi, itu menandakan bahwa ia sudah
mulai terpengaruh. Agar upaya itu berhasil, unit Advokasi
188
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
harus memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang proses
pembuatan kebijakan atau peraturan.
Kegiatan formal dari advokasi akan melibatkan para pejabat
publik dan politisi. Pertemuan dengan pejabat publik hampir
dapat dipastikan akan berlangsung lama dan panjang dibanding
pertemuan-pertemuan dengan para politisi. Oleh sebab itu unit
Advokasi membutuhkan pertimbangan dan persiapan untuk
merajut serta merangkai hasil-hasil pertemuan tersebut sehingga
hasilnya cukup efektif mendukung kebijakan asosiasi maupun
organisasi bisnis.
Untuk membangun dan mengembangkan hubungan panjang
yang positif serta menjadi bagian dari proses advokasi, dapat
dipertimbangkan beberapa tindakan berikut:
♦ Memastikan para pejabat publik dan politisi terkait memiliki
informasi tentang apa yang telah dilakukan; siapa yang
menjadi anggota; masalah-masalah yang tengah dihadapi;
dan tujuan-tujuan agenda bisnis / agenda advokasi oleh
asosiasi atau organisasi bisnis.
♦ Mengundang pejabat publik dan politisi ke acara-acara
organisasi pengusaha sehingga mereka akan memiliki
kesempatan untuk bertemu dengan para anggota secara
informal.
♦ Mengundang pembuat kebijakan untuk berdiskusi,
menjawab persoalan anggota pada konferensi-konferensi,
pertemuan komite-komite maupun panel-panel forum
pembuatan kebijakan yang diikuti oleh kelompok-kelompok
anggota.
♦ Menawarkan kesempatan kepada pembuat kebijakan
untuk mengunjungi dan bertemu langsung dengan anggota
organisasi dan asosiasi bisnis.
MODUL PELATIHAN
189
♦ Sebagai Komite Advokasi pastikan menghadiri setiap sesi
publik dan jika dimungkinkan berikan bukti-bukti yang
diperlukan, pastikan pula mereka yang memiliki pengaruh
mengetahui kehadiran atau keberadaan kita.
♦ Identifikasi dan pastikan kehadiran pejabat pemerintah
ataupun badan-badan penasihat pemerintahan.
♦ Pastikan para pembuatan kebijakan secara teratur memperoleh
bahan-bahan briefing yang berkualitas, termasuk masalahmasalah yang menjadi perhatian mereka.
♦ Pastikan bahwa pandangan-pandangan unit Advokasi kita
diperhitungkan para pembuat kebijakan.
Advokasi “Orang Luar”
Orang luar yang merupakan kunci dari pesan-pesan organisasi
pengusaha adalah media cetak dan elektronik. Menangani pers
dan reporter media elektronik secara efektif merupakan inti dari
panduan ini. Akan tetapi terdapat beberapa strategi dan taktik
penting dengan pertimbangan prestasi.
Kebanyakan organisasi pengusaha mencari peliputan media
yang gratis dan tidak harus membayar media, seperti iklan.
Dalam situasi tertentu, terkadang kita harus memilih memasang
iklan dengan biaya tertentu ketika kita ingin menyampaikan
pesan khusus bagi kelompok pembaca atau pengamat tanpa
intervensi editorial.
Tujuan utama advokasi adalah memudahkan media mencari
bahan berita ataupun pandangan “bisnis” yang diperoleh dari
anggota yang berkompeten sebagai narasumber. Pendekatan
kepada media harus strategis. Pastikan para wartawan
mengetahui kegiatan yang dilakukan organisasi dan asosiasi
bisnis, anggota organisasi, permasalahan yang dihadapi dan
tujuan agenda bisnis atau advokasi. Ciptakan reputasi dengan
190
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
membuat materi yang berkualitas dan berguna untuk mereka.
Lakukan siaran pers dan berikan materi publikasi lainnya.
Bersikap responsif ketika menyampaikan informasi dan materi.
Melalui pengelolaan hubungan yang positif dan proaktif dengan
pers, besar kemungkinan akan berhasil menciptakan peliputan
media yang mengesankan. Tidak hanya itu, kemungkinan
akan muncul kesempatan untuk menjadi pihak pertama yang
dihubungi manakala berita penting muncul.
Definisi-Definisi Advokasi
“Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk
menciptakan kebijakan public yang bermanfaat bagi masyarakat
atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan
merugikan masyarakat.” (Socorro Reyes, Local Legislative Advocacy
Manual, Philippines: The Center for Legislative Development, 1997).
“Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk
menarik perhatian masyarakat pada suatu isu, dan mengontrol
para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi
itu juga berisi aktifitas-aktifitas legal dan politis yang dapat
mempengaruhi bentuk dan praktik penerapan hukum. Inisiatif
untuk melakukan advokasi perlu diorganisir, digagas secara
strategis, didukung informasi, komunikasi, pendekatan, serta
mobilisasi (Margaret Schuler, Human Rights Manual)
“Advokasi adalah aksi kolektif yang terencana untuk mengubah
iklim politik yang melibatkan semua pengemban kepentingan
(stakeholder), yang diarahkan untuk mengatasi isu-isu dan
problem-problem spesifik melalui kebijakan publik.” (Laporan
Akhir tentang Central Asian NGOs Advocacy Training and Study
Tour, March 1-12,1999,The Philippines, The Center for Legislative
Development)
“Advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan publik baik di tingkat
MODUL PELATIHAN
191
lokal, nasional dan internasional; dalam advokasi itu secara
khusus harus memutuskan: siapa yang memiliki kekuasaan dalam
membuat keputusan; bagaimana cara mengambil keputusan itu;
dan bagaimana cara menerapkan dan menegakkan keputusan.”
(Lisa VeneKlassen and Valerie Miller, The Action Guide for Advocacy
and Citizen Participation, Washington D.C.: The Asia Foundation,
2002).
Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh
perorangan atau kelompok masyarakat untuk memasukkan
suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para
pengambil keputusan untuk mengupayakan solusi bagi masalah
tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan
dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi
masalah tersebut. (Manual Advokasi Kebijakan Strategis, IDEA, Juli
2003)
192
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
143
MODUL PELATIHAN
193
Memetakan Masyarakat Sipil
Memetakan Masyarakat Sipil
Sebuah masyarakat sipil yang kuat merupakan fondasi bagi sebuah demokrasi yang
Sebuah
masyarakat
sipil
kuat merupakan
fondasi
bagi
kuat dan bersemangat.
Salah
satuyang
ciri masyarakat
sipil ialah tingginya
tingkat
partisipasi
sebuah
demokrasi
yang
kuat
dan
bersemangat.
Salah
satu
dari berbagai kelompok atau perorangan yang berkomunikasi secara terbuka dan
ciri
masyarakat
sipil berbagai
ialah tingginya
tingkat
partisipasi
ekstensif
untuk mengatasi
masalah. Oleh
karenanya,
advokasidari
cenderung
berbagai
atau dan
perorangan
yangdalam
berkomunikasi
menghasilkankelompok
apa yang diinginkan
berdampak nyata
suatu masyarakat sipil
secara
terbuka
dan
ekstensif
mengatasi
berbagai
masalah. yang
yang kuat.
Berbagai
peluang
dapatuntuk
dimaksimalkan,
sementara
kendala-kendala
ada di dalam
lingkungan
advokasi cenderung
dapat diatasi melalui
kerjasama dan
Oleh
karenanya,
advokasi
menghasilkan
apasaling
yangbertukar
sumber dayadan
antar
pelaku atau
organisasi-organisasi
masyarakat sipil
sipil, yang
diinginkan
berdampak
nyata
dalam suatu masyarakat
bekerjasama
untuk
mewujudkan
kepentingan
bersama.
yang kuat. Berbagai peluang dapat dimaksimalkan, sementara
Pelaku masyarakat yang
sipil adalah
individu-individu
kendala-kendala
ada di kelompok-kelompok
dalam lingkungandan
advokasi
dapat yang
bekerjasama
untuk
mengatasi
berbagai
masalah
di
dalam
masyarakat.
Memahami
diatasi melalui kerjasama dan saling bertukar sumber daya
siapa melakukan
apa dan
di mana pada masyarakat
sipil sangat penting
antar
pelaku atau
organisasi-organisasi
masyarakat
sipil, artinya
yang dalam
menentukan suatu strategi yang tepat dalam memperjuangkan perubahan politik dan
bekerjasama untuk mewujudkan kepentingan bersama.
sosial. Pada umumnya, kelompok-kelompok masyarakat sipil berbeda satu dengan
Pelaku
masyarakat sipil adalah kelompok-kelompok dan
lainnya dalam sifat organisasi, tingkat organisasi, asal usul, perspektif dan ideologi.
individu-individu
yang bekerjasama untuk mengatasi berbagai
Sifat Alamiah Organisasi
masalah
di dalam
masyarakat.
siapaatau
melakukan
apasebagai
Sifat organisasi
masyarakat
sipil bisaMemahami
dilihat dari fungsi
peranannya;
dan
di mana
masyarakat
sipil sangat
penting
artinya
dalam
contoh,
banyakpada
organisasi
masyarakat
sipil yang
berorientasi
pada
pelayanan
menentukan
suatu
strategi
yang
tepat
dalam
memperjuangkan
masyarakat (misalnya, bantuan hukum, pelayanan medis, kesehatan, riset dan
perubahan
sosial. Pada
pelatihan, atau politik
advokasi).dan
Sifat organisasi
mereka umumnya,
juga bisa dilihatkelompokdari segi komposisi
organisasinya, misalnya organisasi masyarakat sipil yang bersifat kedaerahan,
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
144
194 Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
kelompok masyarakat sipil berbeda satu dengan lainnya dalam
sifat organisasi, tingkat organisasi, asal usul, perspektif dan
ideologi.
Sifat Alamiah Organisasi
Sifat organisasi masyarakat sipil bisa dilihat dari fungsi atau
peranannya; sebagai contoh, banyak organisasi masyarakat
sipil yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (misalnya,
bantuan hukum, pelayanan medis, kesehatan, riset dan pelatihan,
atau advokasi). Sifat organisasi mereka juga bisa dilihat dari segi
komposisi organisasinya, misalnya organisasi masyarakat sipil
yang bersifat kedaerahan,
kesukuan, sektoral, atau berdasarkan kelompok jender.
Disamping itu, organisasi masyarakat sipil bisa pula bersifat
politis atau organik, misalnya organisasi massa, paguyuban
kemasyarakatan, organisasi non pemerintah, atau partai
politik).
Tingkat Organisasi
Keanggotaan dalam suatu organisasi masyarakat sipil bisa secara
perorangan atau kelompok, dan lingkup serta skala operasi
atau keanggotaanya bisa berdasarkan wilayah teritorial terkecil
(misalnya dalam tingkat rukun kampung, dan lain-lain), atau
sub-nasional, nasional, bahkan internasional. Manual Advokasi
Kebijakan Strategis
Asal-usul Organisasi
Suatu organisasi bisa didirikan oleh kelompok kepentingan,
pemerintah, lembaga-lembaga tertentu (misalnya asosiasi dagang,
gereja, atau masyarakat akademi), atau oleh perorangan.
Pandangan/ideologi
Prinsip-prinsip dan tata kerja organisasi masyarakat sipil
mungkin juga ditandai oleh latar belakang ideologi, falsafah,
MODUL PELATIHAN
195
Asal-usul Organisasi
Suatu organisasi bisa didirikan oleh kelompok kepentingan, pemerintah, lembagalembaga tertentu (misalnya asosiasi dagang, gereja, atau masyarakat akademi), atau
oleh perorangan.
agama atau bahkan budaya.Para pelaku advokasi perlu
mengenali peranan-peranan, kepentingan, sumber daya dan
Prinsip-prinsip dan tata kerja organisasi masyarakat sipil mungkin juga ditandai oleh
kapasitas dari berbagai organisasi masyarakat sipil di sekitarnya
latar belakang ideologi, falsafah, agama atau bahkan budaya.Para pelaku advokasi
untuk mengetahui mana yang dapat dijadikan sekutu, atau
perlu mengenali peranan-peranan, kepentingan, sumber daya dan kapasitas dari
berpotensi menjadi lawan.
berbagai organisasi masyarakat sipil di sekitarnya untuk mengetahui mana yang dapat
Pandangan/ideologi
Berikut sekutu,
ini ada
tabel
sederhana
dijadikan
ataubagan
berpotensi
menjadi
lawan.
yang dapat digunakan
Berikut
ada bagan tabel
sederhana
yang dapat
untukini
mengetahui
peta
masyarakat
sipil.digunakan untuk mengetahui peta
masyarakat sipil.
Ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan
dalam mengembangkan strategi advokasi anda, yakni: faktor
lingkungan, pengemban kepentingan (stakeholder), dan strategi
itu sendiri. Tahapan-tahapan berikut ini dapat dijadikan panduan
anda dalam mengembang-kan strategistrategi advokasi anda:
Tahap 1: Melakukan Penilaian pada lingkungan advokasi
anda
Kampanye advokasi berbeda dari satu negara ke negara lain
dikarenakan lingkungan kebijakan masing-masing negara juga
196
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
145
berbeda. Sebelum memilih strategi advokasi yang cocok dengan
konteks negara, maka organisasi yang melakukan advoksi harus
menilai semua aspek kekuatan, kelemahan, serta peluang dan
ancaman yang ada di dalam lingkungannya. Konteks politik
dan sosial ekonomi, terutama yang melatar belakangi ketiga
pelaku negara, pelaku pasar dan pelaku masyarakat sipil, sangat
menentukan jenis strategi apa yang cocok untuk digunakan. Perlu
diingat: strategi yang paling efektif harus dapat memanfatkan
segala kekuatan organisasi, dan memanfatkan semua peluang
yang ada.
Tahap 2: Mengenali Para Pengemban kepentingan (stakeholder)
dari Isu
Advokasi Anda
Dalam mengembangkan strategi advokasi anda juga perlu
mengetahui pihak-pihak mana saja yang terkena dampak
masalah yang dihadapi, dan siapa saja yang memegang
kekuasaan untuk mengatasi masalah itu. Tak kalah penting-nya,
anda harus mengetahui pihak-pihak yang memiliki sumber daya
yang diperlukan, dengan demikian anda menjadi tahu siapa
yang harus dihubungi dan dimintai bantuan atau dukungan.
Tahap 3: Memilih Strategi yang Tepat
Untuk dapat memilih sebuah strategi atau kombinasi beberapa
strategi anda harus memahami berbagai altenatif strategi yang
dapat digunakan untuk melancarkan advokasi: advokasi media,
advokasi legislatif, advokasi melalui lembaga eksekutif dan
birokrasi, advokasi melalui pengadilan, dan membangun koalisi.
Pilihan strategi anda dapat didasarkan pada ketepatannya,
efisiensinya, serta keefektifannya. Keberhasilan sebuah kampanye
MODUL PELATIHAN
197
advokasi juga tergantung pada pengaturan waktu dan kejelian
pihak yang melakukan advokasi dalam menyesuaikan advokasi
dengan “momen” yang pas.* Yang dimaksud momen adalah
peluang politis yang kondusif bagi sebuah advokasi, misalnya:
acara pemilihan umum, peristiwa-peristiwa internasional dan
rapat-rapat pengambilan keputusan, berbagai tahap perumusan
undang-undang atau peristiwa kriminal yang meninggalkan
tragedi luar biasa. Organisasi anda harus dapat mengambil
kesempatan selagi peluang-peluang seperti itu muncul.
Mengidentifikasi Para Pengemban Kepentingan (stakeholder)
Advokasi Anda
Demi efektifnya advokasi, anda perlu mengetahui para
pengemban kepentingan (stakeholder) advokasi, yakni orangorang atau kelompok-kelompok yang peduli, atau merekamereka yang akan menikmati dampak dari perjuangan anda
untuk mengubah keadaan status quo. Pengetahuan ini sangat
penting bukan hanya untuk menggalang sekutu dan pendukung
advokasi anda, namun juga untuk memprediksikan reaksi
atau serangan balik yang akan anda alami dalam perjuangan
mengubah keadaan itu. Kerangka kerja “pemetaan kekuatan”
sangat penting kedudukannya di sini untuk mengidentifikasi
pelaku negara, pelaku pasar, dan pelaku masyarakat sipil yang
memiliki pengaruh, kekuasaan, dan kepentingan, atau terkena
dampak masalah yang anda perjuangkan.
Untuk mengidentifikasi pengemban kepentingan (stake holder)
advokasi, anda perlu mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan,
kelemahan dan kekuatan dari semua lembaga yang terlibat
dalam isu tersebut, serta berbagai ancaman dari luar. Proses ini
akan sangat mempermudah rencana advokasi anda, sebab sejak
awal anda sudah mengetahui bentuk-ben-tuk partisipasi dan
peranan stakholder yang diperlukan dalam mendukung upaya
198
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
advoksi anda.
Tahap-Tahap
holder)
Analisis
Pengemban
kepentingan
(stake-
Tahap 1: Membuat daftar pengemban kepentingan
(stakeholder) yang terlibat dalam isu advokasi anda
Kategorikan mereka itu menjadi target, sekutu, lawan dan
konstituen advokasi anda. Klasifikasi tersebut dapat dibuat
berdasarkan sejauh mana orang-orang atau kelompok
masyarakat itu terpengaruh oleh isu yang anda perjuangkan,
dan seberapa tingkat keseriusan dampak atau pengaruh tersebut
bagi mereka.
Target advokasi
Target advokasi adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan
untuk memenuhi tuntutan advokasi anda, seperti mengubah
atau mencabut kebijakan lama, mengalokasikan sumber dana,
dan sebagainya. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah para
anggota dewan legislatif, menteri-menteri kabinet, pimpinan
eksekutif organisasi, dan sebagainya. Mereka bisa dikategorikan
sebagai target primer atau sekunder, tergantung besar kecilnya
kekuasaan yang mereka miliki. Target advokasi bisa berasal dari
level lokal, nasional, atau bahkan internasional, semuanya tergantung pada isu advokasi yang anda kemukakan
Sekutu Advokasi
Mereka adalah orang-orang yang akan mendukung isu advokasi
anda. Mereka bisa berasal dari media, organisasi kemasyarakatan,
organisasi non-pemerintah, dan sebagainya.
Lawan atau musuh advokasi
Mereka adalah orang-orang atau kelompok yang mungkin
menentang atau sengaja menghambat advokasi anda.
MODUL PELATIHAN
199
Konstituen advokasi
Konstituen advokasi adalah kelompok perorangan atau
masyarakat yang terkena dampak isu advokasi anda, dan secara
langsung akan menikmati perubahan yang dihasilkan advoksi
anda.
Tahap 2: Identifikasi kepentingan, motivasi, nilai-nilai dan
sumber daya yang mereka miliki
Advokasi sebetulnya adalah seni menggali segala kemungkinan.
Strategi advokasi yang baik dapat mengubah lawan, target
dan konstituen menjadi sekutu advokasi anda. Pertanyaanpertanyaan berikut ini dapat anda jadikan panduan dalam
memetakan kekuatan mereka.
Target Sekutu Lawan Konstituen
♦ Siapa memiliki kekuasaan untuk memenuhi tuntutan
advokasi anda?
♦ Dapatkah anda menguasai mereka, kalau ya, di mana letak
kekuatan anda?
♦ Siapa yang kemungkinan akan menentang advokasi anda?
♦ Apa yang akan mereka lakukan untuk menghambat anda?
♦ Seberapa kuatkah mereka?
♦ Masalah siapakah yang anda perjuangkan dengan advokasi
ini?
♦ Siapa yang akan diuntungkan dengan advokasi ini?
♦ Bisakah anda melibatkan mereka dalam advokasi anda?
♦ Siapa yang akan mendukung advokasi anda?
♦ Apa yang akan mereka peroleh jika mendukung
perjuangan anda?
♦ Di mana letak kekuatan mereka dalam mempengaruhi target
advokasi?
200
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Membangun Konstituen
Upaya membangun konstituen harus dilakukan dengan
mengorganisir masyarakat agar mereka memahami dan dapat
mengambil tindakan pada problem-problem yang dipicu oleh
kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan politik. Anda
harus membantuk jaringan dan koneksi yang kuat antara
masyarakat, organisasi non pemerintah dan lain-lain pihak
yang akan membentuk suara masyarakat yang cukup keras
terdengar para pembuat kebijakan, dan membuat mereka benarbenar melakukan sesuatu. Di samping itu, upaya advokasi
jangka panjang menuntut kerjasama dan hubungan yang kuat
antar kelompok-kelompok konstituen. Di antara berbagai
kegiatan penggalangan konstituen yang lazim dilakukan
adalahpembentukan organisasi-organisasi politik, memberikan
layanan kesehatan atau bantuan ekonomi, memberikan layanan
pendidikan, latihan, seminar, dan sebagainya.
Masyarakat di sekitar anda merupakan basis konstituen. Dalam
membangun konstituen untuk keperluan advokasi anda, anda
harus melakukan pemetaan kelompok-kelompok masyarakat
sipil yang ada di tengah-tengah ma-syarakat.
Mereka itu antara lain adalah:
♦ Organisasi-organisasi akar rumput (grassroots), missalnya
paguyuban perempuan petani, aliansi rakyat miskin
perkotaan, asosiasi nelayan, serikat pekerja, koperasi, dan
lain-lain.
♦ Organisasi profesi seperti persatuan guru, dokter, asosiasi
pengacara, dan lain-lain.
♦ Kelompok-kelompok sektoral, misalnya aktifis HAM,
karang taruna, veteran, asosiasi manula, serikat pekerja,
dan sebagainya.
MODUL PELATIHAN
201
♦ Lembaga-lembaga pendidikan atau akademisi.
♦ Organisasi-organisasi keagamaan.
♦ Kelompok-kelompok bisnis.
♦ Partisipasi massa sangat diperlukan dalam membangun
konstituen; peranan merekadalam advokasi sangat
diperlukan, karena:
♦ Partisipasi itu dapat mengembangkan peranan kelompok
masyarakat dalam pem-buatan kebijakan;
♦ Partisipasi mereka sangat membantu mereka dalam
menganalisis isu,memikirkan solusi yang tepat dan
memperkuat organisasi mereka;
♦ Memberikan informasi kepada pemerintah, yang dapat
dijadikan dasar perubahan kebijakan;
♦ Memberikan saluran bagi mereka untuk melaksanakan hakhak dan tanggung jawab mereka dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang responsif dan bertanggung jawab; dan
Meningkatkan akuntabilitas pemerintah.
Bahan Ajar
Bahan Bacaan Hak Rakyat Atas Penghidupan yang Layak
Setiap lima tahun sekali kita merayakan Pemilu secara gegap
gempita, baik itu Pileg maupun Pilpres. Dan setiap lima
tahunnya pula kita mengritik buruknya negara dalam melayani
pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Banyak janji politik dari
para politisi di negeri ini tidak terealisasi. Bahkan, bukan saja
tidak terealisasi melainkan paradoks dengan realitasnya yang
memang tidak pernah terwujud!
Janji sembako murah, pendidikan dan kesehatan gratis,
ekonomi pro rakyat, kemakmuran dan kesejahteraan, satu juta
lapangan kerja, akses terhadap fasilitas-fasilitas publik dan
202
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
perbankan, persamaan di mata hukum, kedaulatan energi,
sampai pengentasan kemiskinan begitu lantang diteriakan di
saat Pemilu. Namun, apakah janji-janji tersebut sudah dapat
dirasakan sekarang.....? Kita semua punya dan bisa merasakan
jawaban masing-masing.
Munculnya
wacana
ekonomi
kerakyatan,
ekonomi
konstitusi ataupun ekonomi Pancasila pada Pemilu 2009 lalu
merupakan sesuatu yang patut diapresiasi. Salah satu yang
melatarbelakanginya adalah situasi krisis ekonomi yang sedang
kita hadapi saat ini. Di mana penerapan agenda-agenda ekonomi
kapitalisme neoliberal dianggap sebagai penyebab terjadinya
krisis ekonomi yang sangat dalam di berbagai negara termasuk
Indonesia. Di saat bersamaan, opini dunia sedang mengarah
pada upaya koreksi terhadap tatanan ekonomi-politik dunia
yang didominasi oleh kekuatan pasar. Kekuatan yang sangat
tidak adil dan melahirkan ketimpangan.
Sebagai sebuah gagasan, ekonomi kerakyatan identik dengan
keberpihakan terhadap rakyat kecil, walau sepenuhnya tidak
menjelaskan pengertian yang sesungguhnya. Secara historis,
gagasan ekonomi kerakyatan pada mulanya dibangun dari
kesadaran untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat
yang terkucilkan di bawah kolonialisme. Perjuangan untuk
memperbaiki kondisi ekonomi rakyat harus terus dilanjutkan
dengan mengubah struktur ekonomi Indonesia dari sebuah
perekonomian yang berwatak kolonial menjadi sebuah
perekonomian berwatak nasional.
Sebagaimana dikemukakan Bung Karno, yang dimaksud
dengan ekonomi nasional adalah sebuah perekonomian yang
ditandai oleh meningkatnya peran serta rakyat banyak dalam
penguasaan modal atau faktor-faktor produksi di tanah
air. Bung Hatta mempertegas pentingnya penyelenggaraan
MODUL PELATIHAN
203
ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi sebagai jalan
dalam mewujudkan keadilan sosial di Indonesia. Sebagaimana
ditulisnya, “demokrasi politik saja tidak dapat melaksanakan
persamaan dan persaudaraan. Di sebelah demokrasi politik
harus pula berlaku demokrasi ekonomi. Kalau tidak, manusia
belum merdeka, persamaan dan persaudaraan belum ada.
Sebab itu cita-cita demokrasi Indonesa ialah demokrasi sosial,
melingkupi seluruh lingkungan hidup yang menentukan nasib
manusia” (Hatta, 1960).
Dari sekedar ingin merubah nasib rakyat, gagasan ini
berkembang menjadi konsep dasar sistem perekonomian
Indonesia yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian.
Perkataan founding fathers di atas selain meneguhkan apa yang
tertulis dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 27 dan 33,
sangat jelas memberi petunjuk bahwa pelaksanaan agenda
ekonomi kerakyatan merupakan bagian utama dari cita-cita
kemerdekaan. Oleh sebab itu, pelaksanaan agenda ekonomi
kerakyatan membutuhkan tuntunan dari sebuah ideologi
ekonomi yang jelas berpihak pada kepentingan rakyat banyak,
yang mampu mengangkat harkat dan martabat rakyat dengan
jalan kesejahteraan. Bukan ideologi ekonomi yang menyerahkan
urusan publik dan kesejahteraan rakyat pada budi baik investor
asing dan segelintir pemilik modal.
Pelaksanaan ekonomi kerakyatan membutuhkan komitmen
yang kuat untuk melepaskan diri dari ketergantungan ekonomi
pada pihak luar dan membangun kemandirian dalam memenuhi
kebutuhan sendiri. Dalam rangka itu, agar reformasi sosial
melalui penyelenggaraan demokrasi ekonomi tidak hanya
berhenti pada tingkat konsep, sejumlah agenda kongkret
harus segera diangkat ke permukaan. Dalam garis besarnya
terdapat beberapa operasionalisasi praktek demokrasi ekonomi
204
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
yang perlu mendapat perhatian. Rekomendasi ini adalah inti
politik demokrasi ekonomi dan merupakan titik masuk untuk
menyelenggarakan demokrasi ekonomi dalam jangka panjang.
Pertama, penghapusan utang luar negeri lama yang tergolong
sebagai utang najis atau utang kriminal, dan penghentian
pembuatan utang luar negeri baru untuk mengurangi tekanan
terhadap neraca pembayaran dan untuk menggerakkan
roda perekonomian nasional. Kedua, peningkatan disiplin
pengelolaan keuangan negara dengan tujuan untuk memerangi
KKN dalam segala dimensi dan bentuknya. Ketiga, penciptaan
lingkungan berusaha yang kondusif terutama untuk menjamin
terselenggaranya mekanisme alokasi secara berkepastian dan
berkeadilan. Keempat, peningkatan alokasi sumber-sumber
penerimaan negara dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Kelima, pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasar
para pekerja serta peningkatan partisipasi para pekerja dalam
penyelenggaraan perusahaan. Keenam, pembatasan penguasaan
lahan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada para
petani penggarap. Ketujuh, pembaharuan UU Koperasi dan
pembentukan koperasi-koperasi sejati dalam berbagai bidang
usaha dan kegiatan. Kedelapan, pengalokasian HPH untuk rakyat.
Kesembilan, optimalisasi peranan negara dalam pengelolaan aset
strategis dan cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang
banyak. Kesepuluh, mengoptimalkan fungsi intermediasi dan
redistribusi perbankan nasional dan memberdayakan lembagalembaga pembiayaan alternatif (keuangan mikro). Kesebelas,
rekonstruksi (re-set up) kerangka makro dan indikator-indikator
kemajuan riil rakyat Indonesia yang sesuai dengan kerangka
Demokrasi ekonomi.
Artikel ini disusun dengan sederhana sebagai panggilan
kecerdasan dan pemahaman bahwa kita semua warga negara
Indonesia berkesamaan kedudukannya di depan hukum
MODUL PELATIHAN
205
dan harus selalu bekerja dengan keras demi memperoleh
penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2). Sebuah pekerjaan
mulia di tengah banyak orang sadar akan ekonomi kerakyatan
tetapi jarang yang mengerjakannya. Dus, ekonomi kerakyatan
adalah never ending history.
Nah, oleh karena itu kesadaran nalar publik harus diasah untuk
mempertajam nalar politik sekaligus kesadaran hukumnya.
Gagasan mengasah nalar politik dan memotivasi gerakan sosial
di tanah air memerlukan pembacaan naluri publik yang cukup
tajam. Untuk membangun nalar politik publik yang tajam,
mengandaikan adanya pembelajaran politik (civic education)
bagi rakyat. Pembelajaran politik dimulai dari membangun
kesadaran moral akan hak individu dan hak publik. Tentu saja,
hak tersebut disertai dengan kewajiban yang harus dilaksanakan
dalam bermasyarakat dan bernegara. Hak individu merupakan
hak setiap individu yang wajib dilindungi dan dijamin oleh
negara. Hak individu misalkan, hak dasar untuk mendapatkan
sandang, pangan, dan papan secara layak. Sedangkan hak
publik seperti, hak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak, persamaan di mata hukum, berkumpul dan berserikat,
mengemukakan pendapat baik lisan maupun tulisan yang
dijamin oleh UUD (pasal 28), memperoleh serta mengakses
informasi publik secara luas (pasal 28 f UUD 1945 dan UU
No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik),
memperoleh bantuan dalam bentuk subsidi bagi rakyat yang
kurang mampu, termasuk hak mendapatkan berbagai sarana
dan prasarana/fasilitas publik secara mudah, dan lain-lain.
Namun, untuk mewujudkan itu semua, pertama-tama, rakyat
khususnya lapisan sosial paling bawah, mesti dibangkitkan
imaji kolektifnya akan peran dan fungsinya dalam kehidupan
sosial/komunitas sosial (social community). imaji kolektif
rakyat dibangun guna mengonstruksi kesadaran individu
206
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
menjadi kesadaran kolektif. Dari kesadaran kolektif inilah
memungkinkan adanya social movement yang masif dan kuat.
Akan tetapi untuk memasifkan social movement tersebut, tidak
cukup hanya mengandalkan kesadaran sosial kolektif. Apalagi
hanya mengandalkan kesalehan sosial saja. Rakyat harus
berkesadaran politik, di samping berkesadaran hukum.
Di tengah maraknya kasus korupsi dan penegakkan hukum yang
setengah hati, kesadaran politik maupun hukum bagi rakyat,
menjadi sangat penting. Rakyat yang berkesadaran politik
tinggi, lalu diringi dengan kesadaran untuk mematuhi aturan
hukum (melek hukum), akan mampu menjalankan fungsi serta
peran sosialnya secara benar. Selama ini peran dan fungsi sosialpolitik rakyat sangat minimalis. Minimnya peran tersebut akibat
dari tumpulnya nalar politik publik. Rakyat pada akhirnya
terfragmentasi berkeping-keping di tiap ranah kehidupan, tapi
bukan berdasarkan peran dan fungsi sosialnya, melainkan
karena nasibnya yang ”sial.” Memang, keadaan ini tidak berjalan
dengan sendirinya begitu saja. Ada kekuatan politik regim yang
sistemik menggerus hak politik publik. Di era ORBA (orde baru)
terjadi depolitisasi yang ”ganas” akan hak-hak politik publik.
Selama 32 tahun rakyat hidup dalam keterkungkungan, tanpa
ada kebebasan berbicara. Hak berpolitik dan berserikat rakyat
dikebiri. Sedemikian dalamnya depolitisasi yang dilakukan
regim pada saat itu mengakibatkan nalar politik rakyat begitu
dangkal. Naluri publik dan nalar politik bergerak tidak sinergis,
bahkan bertentangan. Dua nalar tersebut diposisikan dalam
kondisi vis a vis. Masyarakat hidup dalam kekosongan ideologi
(zonder ideology).
Keadaan harus segera diubah!
Demi terciptanya rakyat madani (civil society) yang kuat
sekaligus berkeadaban, nalar politik rakyat harus semakin diasah
MODUL PELATIHAN
207
dan dipertajam. Pendidikan yang mencerahkan (Aufklarung) dan
membebaskan ansich merupakan jawaban dalam mengasah nalar
politik guna membaca naluri publik. Pendidikan politik harus
dimulai sedini mungkin dan dari usia dini. Di mana tiap orang
memahami hak dan tanggung jawabnya masing-masing. Antara
hak dan tanggung jawab bagaikan dua sisi mata uang yang tak
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya merupakan satu
kesatuan yang saling bersinergi. Tidak ada kebebasan yang satu
mengganggu kebebasan yang lain. Demikian halnya dengan
negara dan rakyat. Keduanya harus saling melengkapi (simbiosis
mutualisme), tidak boleh saling tumpang tindih. Apabila negara
begitu dominan posisinya terhadap rakyat, maka yang terjadi
adalah otoritarianisme. Tetapi, jika rakyat yang lebih dominan
posisinya, maka yang akan terjadi adalah anarkisme maupun
tribalisme.
Dalam penididikan yang aufklarung tersebut di atas,
pemberdayaan rakyat kecil/kaum marjinal mutlak mengandaikan
keterampilan berkomunikasi secara sosial, hukum, politik dan
budaya. Sehingga, rakyat akan berdaya secara sendirinya tanpa
harus didampingi oleh pihak lain dalam membela hak-haknya,
termasuk hak politik, karena ketajaman nalar politik yang telah
dimilikinya. Dengan nalar politik yang tajam pula, niscaya
rakyat akan mampu menentukan nasibnya secara berkeadaban.
Termasuk menetukan pilihannya dalam menetukan Indonesia
lima tahun ke depan melalui ajang Pemilu. Sehingga, cita-cita
akan masyarakat madani akan benar-benar terwujud.
*Makalah Bintek Program KPDT di Kab. Pandegelang dan Kab.
Banten
208
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
4. PENUTUP
Berbagai
upaya
pemberdayaan
masyarakat
yang
dilakukan melalui edukasi “Motivasi berprestasi dan
kewirausahaan yang bernafaskan spirit keagamaan
dengan mengetengahkan materi-materi; Manajemen Diri,
Komunikasi dan Lobi; Treatment Mental dan Spiritualitas
Usaha; Manajemen Perubahan; Mengembangkan Motivasi
Berprestasi dan Motivasi Berwirausaha; Membangun Kerja
Tim dan Manajemen Konflik; Mengembangkan Kreatifitas
dan Inovasi; Mengelola Usaha dan Manajemen Resiko;
Optimalisasi Teknologi & Informasi untuk Pengembangan
Usaha; Hukum Dagang dan Advokasi Bisnis diharapkan
mampu mewujudkan keberdayaan masyarakat perdesaan
sesuai dengan yang diharapkan.
MODUL PELATIHAN
209
210
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
5. REFRENSI
Aam Bastaman SE. M.Si, Komunikasi yang efektif dalam
organisasi bisnis, ttp://komunikasibisnis.blogspot.
com
Aburdene, Patricia. (2006). Megatrends 2010, Transmedia,
Jakarta.
Abdullah, Taufik (ed.),. 1982. Agama, Etos Kerja dan Perkembangan
Ekonomi. Jakarta: LP3ES.
Ating Tedjasutisna, 2004, Memahami kewirausahaan, SMK;
untuk semua bidang keahlian, Armico, Bandung
Agustian, A.G. (2001), ESQ berdasarkan 6 rukun iman dan 5
rukun islam, Gema Insani Press, Jakarta
Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1985. Jakarta: Departemen Agama
RI.
A Luluk Widyawan, Selamat Datang Spiritual, Selamat Tinggal
kapitalism, Madiun, STKIP Widya Yuwana, 2006.
Alvin Toffler, Future Schock, (Bantam Book 1970), h.49.
American Bodhi Center. Available http://www.jadebuddha.
org/BodhiCenter/Englist%20HTML/E_
The%20First%20Phase.htm. 2005.
Anand, S. 2008. Essentials of Corporate Governance. First Edition.
John Wiley & Sons, Inc.
Ann Marriner –Tomey ( 1996 ) . Guide To Nursing Management
and Leadership. Mosby – Year Book, Inc St Louis USA.
Ancok, Dj. (2001), Membangun modal manusia melalui
pengembangan IQ, EQ dan SQ, Makalah disampaikan
dalam seminar nasional Spiritual Quotient di Auditorium
Widya Graha Universitas Muhammadiyah Surakarta
tanggal 21 Nopember 2001 (tidak diterbitkan)
MODUL PELATIHAN
211
Arie de Geus, The Living Company , (Harvard Business School
Press, 1997)
Arafat, W. dan E. Waluyo. ”Filbert-Deo” Governance Indexing
& Rating System: Model Integratif Pengukuran Indeks
dan Peringkat Tata Kelola Perusahaan. Arsip CGCG. Ary Ginanjar Agustian, (2001), ESQ, Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta
Atkinson, P. 1990: Creating Culture Change Bedford. IFS Ltd.
Kempton Bedford ISBN 81-85 789-02-2
Barney, Jay B. 2007. Gaining And Sustaining Competitive Advantages.
Third Edition, New Jersey : Pearson Education.
Behling, O. (1998). Employee selection: Will intelligence and
conscientiousness do the job? Academy of Management
Executive, 12(1): 77-86.
Carpenter, Mason R. and Sanders, Wm. Gerard. 2007. Strategic
Management: A Dynamic Perspective, International
Edition, New Jersey : Pearson Education.
Case, John. 1989, The Origins of Entrepreneurship, Inc., June, p. 52
Crainer, Stuart. 1999, The 75 Greatest Management Decisions Ever
Made, New York: Amacom Publishing.
Cravens, David W. and Piercy, Nigel F. 2006. Strategic Marketing,
Eighth Edition, New York : McGraw-Hill.
Craig R. Hickman&Michael A. Silva, The Future 500: Creating
Tomorrow’s Organizations Today’, (New American
Library, 1987).
Covey, S.R. (1997), Tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif,
Alih bahasa oleh Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta
Charles V. Larson, 1986, Persuasion: Perception and Responsibility
(fourth Edition), Wadsworth Publishing Company,
California.
Daniels, M. “Introduction to Transpersonal Psychology”. 2005.
http://www.mdani.
demon.co.uk/trans/tranintro.
212
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
htm. Diakses 13 Maret 2005
Danah Zohar & Ian Marshall (2000), SQ: Spiritual Intelligence
Darmawan Ady Prabowo,S.Kom,pp Makalah Mendeskripsikan
Peranan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam
Kehidupan Sehari – Hari. http://www.dinustech.com
David, Fred R. 2007. Strategic Management : Concepts and Cases,
Eleventh Edition, New Jersey : Pearson Education.
Dess, Gegory G.,Lumpkin, G. T., Taylor, Marilyn L. 2005. Strategic
Management : Creating Competitive Advantages. Second
Edition, New York : McGraw-Hill.
Dr. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Davis, J. Introduction to Transpersonal Psychology. Diakses
13 Maret 2005. http://www.naropa.edu/ faculty/
johndavis/tp/tpintro1.html.
Departemen Pendidikan Nasional (dulu Dep. P & K) (1988)
Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta, P&K (hal.207)
Departemen Pendididikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1998.
Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi
dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya
Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Doelhadi, A.S. (2001), Kerja dalam dimensi tinjauan psikologi,
Insan, Media Psikologi, no. 1, vol. 3, hal. 27-40, Jakarta
Druskat, Vanessa Urch and Steven B. Wolf. (2001), Building
The Emotional Intelligence of Group, Harvard Business
Review, March.
Dryden, Gordon; dan Voss, Jeanette; (1999), ”the Learning
Revolution: to Change the Way the World Learn”,
the Learning Web, Torrence, USA, http://www.
thelearningweb.net. Echols, John M & Shadily Hassan, (1990) Kamus Inggeris
MODUL PELATIHAN
213
Indonesia,Jakarta. Gramedia (hal. 363)
Elaine.L.Monica, Kepemimpinan dan Management Keperawatan
,pendekatan berdasarkan pengalaman, Penerbit buku
kedokteran EGC 1998
Ellyasa KH Dharwis, Pengorganisasian Aksi Komunitas dan Kuliah
Kerja Nyata, Jakarta: Depag RI, 2004.
Ebenstein, W. 1980. Todays Ism. New Jersey: Prentice Hall
Fachda L., “Team Building; Pembentukan Sinergi dan Dinamika
Kelompok”
Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, Jakarta, 1996
Fred R. David (2008), Strategic Management, Concept and Cases,
12th Edition, Prntice Hall, USA.
Fatimah, S., Hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres
kerja karyawan, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Wangsa Manggala (tidak diterbitkan), Yogyakarta
2001
Fryer, Wesley A.; (2001), “Strategy for effective Elementary
Technology Integration”, http://www.wtvi.com/teks/
integrate/tcea2001/powerpointoutline.pdf
Gaspersz, Vincent. 2003. Balanced Scorecard dengan Six Sigma.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Goldstein, Arnold S. 1991. Starting on a Shoestring : Building a
Business Without a Bankroll, New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.
Gross, Daniel 1999, Forbes Greatest Business Stories of All Time,
Professional Books
Gibson, Ivancevich, dan Donnely (terj), Organisasi: Perilaku
Struktur Proses, Jakarta: Erlangga, 1996.
Ginanjar, Ary, A. (2001), Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual ESQ – Emotional Spiritual Quotient
berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Penerbit
Arga.
214
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Goestiandi, E. (2002), Sebagian Besar Hidup Kita Sia-sia,
Manajemen, Februari: 6-7.
Goleman, Daniel. (2000), Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak
Prestasi, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Dan (1996), Emotional Intelegence; Kecerdasan
Emotional Mengapa EQ lebih penting dari IQ, alih
bahasa Hermaya T, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gifford Pinchot, “Building Community in the Work Place,”
The Community of the Future, Frances Hesselbein et.al, Editos, (Jossey-Bass Publishers, 1998), h.125-126
Hamel, Gary and Prahalad, C.K. 1994. Competing For The Future,
Boston : Harvard Business School Corporation.
Hamel, Gary. 2000. Leading The Revolution, Boston : Harvard
Business School Corporation.
Haksever, Cengiz. 2000. Service management and operations.
Second Edition, Prentice-Hall International, Inc.
Hadipranata, A.F. dan Sudardjo (1999), Pengaruh pembentukan
kelompok (team building) terhadap etos kerja dan
kontribusinya bagi produktivitas kerja insani, Jurnal
Psikologi, no. 1, th. XXVI
Handoko, T.H. (2002), Keunggulan kompetitif melalui
manajemen SDM, Dalam Usmara (editor),Paradigma
baru manajemen SDM, Amara Books, Yogyakarta
Handoko, T. Hani. Manajemen, Edisi Kedua. BPFE: Yogyakarta.
2000.
Hawari, D. (1996), Al Qur’an: ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan
jiwa, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta
H. Hadari Nawawi, Perencanaan SDM, untuk organisasi profit
yang kompetitif.
Harvard Business Review. 2000. Harvard Business Review on
Corporate Governance. Fifth Edition. Harvard Business
School Press.
MODUL PELATIHAN
215
Hirst
and Thompson. 1999. Globalisasi adalah mitos
(Terjemahan). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Wexley, Kenneth. M. And Gary A. Yuki. Perilaku Organisasi dan
Psikologi Personalia. Rineka Cipta: Jakarta 2005.
Harrison, Roy. (1997), Why Your Firm Needs Emotional
Intelligence, People Management, January, IN:
9709280194.
Ingebretsen, Mark. 2003. Why Company Fail, New York : Three
Rivers Press.
Ir. Andi Kirana, M.S.A., Etika Manajemen, Penerbit Andi
Yogyakarta, 1997
Ivancevich, John. M. 2007. Human Resource Management, Tenth
Edition, New York: McGraw-Hill
Jack Welch, Jack: Straight from The Gut,(Warner Books, 2001), h.5
Joe Setyawan, 1994, Strategi efektif berwirausaha; mencakup
studi kelayakan usaha, Gramedia, Jakarta
James C. Collins & Jerry I. Porras, Built to Last: Succesful habits of
Visisonary Companies, (Harper Business, 1997), h.69-71
Jeffrey Pfeffer, The Human Equation: Building Profit by Putting
People First, (Harvard Business School Press, 1998).
Jeffrey Pfeffer& Robert I.Sutton, The Knowing-Doing Gap: How
Smart Companies Turn Knowledge into Action, (Harvard
Business School Press, 2000).
James C. Collins, Good to Great:Why Some Companies Make the Leap
…and Other’s Don’t’, (Harper Business, 2001).
Joe Setyawan, 1994, Strategi efektif berwirausaha; mencakup
studi kelayakan usaha, Gramedia, Jakarta
Joe Setyawan, 1994, Strategi efektif berwirausaha; mencakup
studi kelayakan usaha, Gramedia, Jakarta
Joseph A. Devito,1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima),
Profesional Books, Jakarta.
216
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Johnson, C. Ray. 1998, CEO Logic : How to Think and Act Like a
Chief Executive Officer, Career Press, Franklin Lake
James C. Collins & Jerry I. Porras, Built to Last: Succesful habits of
Visisonary Companies, (Harper Business, 1997), h.69-71
Kim, W. Chan and Mouborgne, Renee. 2005. Blue Ocean Strategy,
Boston : Harvard Business School Corporation.
Konopasek, Roger 2001. Roger Magnet’s Success Adventures, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kotler, Philip and Lee, Nancy. 2005. Corporate Social Responsibility
: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause ,
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.Group.
Kenichi Ohmae, The Borderless World: Power and Strategy in the
Interlinked Economy’, (McKinsey & Company, Inc.,
1990)
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman
Umum Good Corporate Governance Indonesia.
Krajewski, Lee J. 1996. Operations management : strategy and
analysis. Fourth Edition. Addison-Wesley Publishing
Company, Inc.
Kunio, Yoshihara. 1990. Kapitalisme Semu Asia Tenggara. Jakarta:
LP3ES.
Lynie Arden, Tom Nash, 2000. 101 Best Dot Coms To Start, New
York: The Philip Lief
Madded, R. B., (2ed), “Team Building; Terampil Membangun Tim
Handal”, Penerbit Erlangga, Alih bahasa; Kristyabudi
P. Hananto, S.Psi. MM. Editor Deborah P. Hutahuruk
Mintzberg. Henry, and Quinn. James Brian (1996), The Strategy
Process, Concepts, Contexs and Cases, 3rd Edition,
Prentice Hall, USA.
M. Tohar, 2000, Membuka Usaha Kecil, Kanisius, Jakarta
M. Tohar, 2000, Membuka Usaha Kecil, Kanisius, Jakarta
Luo, Y. 2007. Global Dimensions of Corporate Governance. First
MODUL PELATIHAN
217
Edition. Blackwell Publishing Ltd.
Lawrence, A.T., dan Weber, J. 2008. Business and Society:
Stakeholders, Ethics, Public Policy. Twelfth Edition. New
York: McGraw-Hill Irwin.
Leblanc, R. and J. Gillies. 2005. Inside the Boardroom: How Boards
Really Work and the Coming Revolution in Corporate
Governance. First Edition. John Wiley & 0ons Canada,
Ltd.
Lasmono, H.K. (2001), Tinjauan singkat adversity quotient,
Anima, Indonesian Psychological Journals, No. 17, vol. 17,
hal. 63-68
Larry King, Bill Gilbert, 2002, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan
saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Lisa VeneKlasen, Lisa & Miller, Valerie. New Weave of Power,
People & Politics: The Action Guide for Advocacy and
Citizen Participation. Oklahoma: 2002
Margono. 2002. Kewirausahaan Jilid I. Yogyakarta : Citra
Pustaka Mandiri
Margono. 2003. Kewirausahaan Jilid II. Yogyakarta : Citra
Pustaka Mandiri
Mardiasmo. 2006. Kewirausahaan. Yogyakarta : Yudhistira
M. Tohar, 2000, Membuka Usaha Kecil, Kanisius, Jakarta
MacWeeney, A. & Ness, C. Space for Silence. Boston: Tuttle
Publishing. 2002.
Melianawati; Prihanto, F.X.S.; Tjahyoanggono, A.J. (2001),
Hubungan antara kecerdasan emosi dengan kinerja
karyawan, Anima, Indonesian Psychological Journals, no.
1, vol. 17, hal. 57-62
Mahruf Wahono P, (2004), Pengantar Pelatihan Leadershsip for
Change Condition, ELTAP Services, Bandung
Maryadi dan Syamsuddin (ed.),. 2001. Agama Spiritualisme dalam
218
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Dinamika Ekonomi Politik. Surakarta: Muhamamdiyah
University Press.
Mubyarto dkk.1991. Etos Kerja dan Kohesi Sosial. Yogyakarta:
Aditya Media.
Muhammad dan R.Lukman Faurani. 2002. Visi Al-Qur’an Tentang
Etika dan Bisnis. Jakarta: Salemba Diniyah.
Martin, Merle P., Analysis And Design of Business Information
Sytems, Macmillan Publishing Company, New York,
1991.
Miriam Ferrer, (ed.) “Civil Society Making Civil Society” dalam
Civil Society Making Civil Society, Quezon City:
Noe, A Raymond, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart and Patrick
M Wright. (2000). Human Resources Management: Gaining
a Competitive Advantage, 3rd edition, McGraw Hill.
NIE, Singapore, “General Typology of Teaching Strategies in
Integrated Learning System”, http://www.microlessons.
com.
Norton, Priscilla; dan Spargue, Debra; (2001), “Technology for
Teaching”, Allyn and Bacon, Boston, USA.
Noe,R.A., Hollenbeck, J.R.,Gerhart,B., Wright P. M. 2007.
Fundamental of Human Resource Management, Tenth
Edition, New York: McGraw-Hill
O’Brien, J. 2005. Governing the Corporation: Regulation and Corporate
Governance in an Age of Scandal and Global Markets. First
Edition. John Wiley & Sons, Ltd.
Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD). 2004. “OECD principles of corporate
governance.” Journal of Economic Literature. Dec 2004;
42, 4; Academic Research Library pg. 1199.
Osho Commune Project Details. Koregoan Park, Pune. Client:
Bhagwan Rajneesh, Architect: Hafeez, Vivek Verma.
2005. http://www.indiabuildnet.com/ up_projects/
MODUL PELATIHAN
219
osho.htm
Osho Commune-Pune. 2005. http://www.indiatravelite.com/
feature/ oshocom1.htm
Partao, Zainal Abidin M.M (2006). Teknik Lobi & Diplomasi untuk
Insan Public Relations,Jakarta, Indeks Gramedia.
Pearce, Robinson (2008). Strategic Management, 12th edition,
Richard D Irwin, USA.
Pearce, John A. and Robinson, Richard B. 2007. Strategic
Management : Fornulation, Implementation and Control.
International Edition, New York : McGraw-Hill.
Pitts, Robert A. and Lei, David.. 2000. Strategic Management
: Building and Sustaining Competitive Advantage,
Second Edition, Cincinnati : South Western College
Publishing.
Porter, Michael E. 1985. Competitive Advantages. New York :
Simon & Schuster.
Prahalad. CK, Hammel. Gary (1994), Competing for the Future.
Breaktrough Strategies for Seizing of your Industry and
Creating the Market of Tomorrow, Harvard Business
School Press, USA.
Prof. Dr. Veitzhal Rivai MBA, Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek.
Price, Christopher. 2000, The Internet Entrepreneurs, New Jersey :
Pearson Education limited
Paul Hawken, Growing a Business, (World Executive’s Digest,
April 1993), h.36-38.
Peter M. Senge dalam Kata Pengantar Buku karangan Arie de
Geus, The Living Company, (Harvard Business School
Press, 1997), vii-ix
Peter M. Senge dalam Kata Pengantar Buku karangan Arie de
Geus, The Living Company, (Harvard Business School
Press, 1997), vii-ix
220
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Paul Hawken, Growing a Business, (World Executive’s Digest,
April 1993), h.36-38.
Peter F. Drucker, Innovation and Entrepreneurship, (Heineman:
London,1985), h.123
Pfeffer, J. (1995). Producing sustainable competitive advantage
through the effective management of people. Academy
of Management Executive, 19(1): 55-72.
Parkinson, J.E. 1994. Corporate Power and Responsibility. Oxford:
Oxford University Press.
Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto, 1995, Globalisasi dan
komunikasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Pudyastuti, W. (1997), Etos kerja pengrajin perak di Kota Gede
Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (tidak diterbitkan),
Yogyakarta
Peterson, Wallace C. 1997. “Capitalism”, dalam Internet Microsoft,
Encarta 97 Encyclopedia 1993-1996.
Rachbini, Didik dan Bambang Tri Harnoko. 1998. Ekonomi
Internasional (Prinsipprinsip Dasar). Universitas
Mercu Buana. Jakarta.
Richard
L.Johannesen, Etika Komunikasi,
Rosdakarya, Bandung 1996
P.T.
Remaja
Ries, Al and Jack Trout. 2001. Positioning : The Battle for Your
Mind. New York : McGraw-Hill.
Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy, Interpersonal
communication in Nursing Theory and Practice, Churcill
Livingstone, 1995
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, Penerbit Grafiti,
1994.
Rusman Hakim, 1998, Kiat sukses berwiraswasta; mengatasi
krisis etika dan krisis motivasi, Gramedia, Jakarta
Rossabeth Moss Kanter, e.Volve: Succeeding in the Digital Culture
MODUL PELATIHAN
221
of Tomorrow, (Harvard Business School Press, 2001), h.
205.
Rusman Hakim, 1998, Kiat sukses berwiraswasta; mengatasi
krisis etika dan krisis motivasi, Gramedia, Jakarta
Rusman Hakim, 1998, Kiat sukses berwiraswasta; mengatasi
krisis etika dan krisis motivasi, Gramedia, Jakarta
Rezaee, Z. 2007. Corporate Governance Post – Sarbanes Oxley. First
Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Rokhman, Nur. (2002). Mengkaji peran Emotional Intelligence
dalam aktivitas sumber daya manusia. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, 1(2):24-34.
R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi
meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana,
MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Render, Barry dan Jay Heizer. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen
Operasi Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Salemba dan
Pearson Education Asia Pte. Ltd.
Rowan, J. The Transpersonal: Psychotherapy and Counseling. New
York: Routledge. 1993.
Rokhman Jr, W. (2001), Pemberdayaan dan komitmen: upaya
mencapai kesuksesan organisasi dalam menghadapi
persaingan global, Dalam Manajemen Usahawan
Indonesia, no. 06, th. XXX, Juni 2001, hal. 26-31
Rahardjo, Dawam. 1995. “Etika Bisnis Menghadapi Globalisasi
dalam PJP II”, dalam Prisma, No. 2. Jakara: LP3ES.
Richard T, De George. 1995. Business Ethics, Ed. 4. New Jersey:
Printice Hall.
Stiglitz, Joseph E. 2006. Making Globalization Work, New York:
W.W. Norton & Company,Inc.
Suyanto, M. 2004, Smart In Entrepreneur : Belajar dari Kesuksesan
Pengusaha Top Dunia, Andi Yogyakarta
Suyanto, M. 2006, Revolusi Organisasi : Memberdayakan Kecerdasan
222
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Spiritual, Andi Yogyakarta
Suyanto, M. 2007, Revolusi Strategi : Mengubah Proses Bisnis
Meledakkan Perusahaan, Andi Yogyakarta.
Swansburg, R.C. ( 1996 ) Management and Leadership for Nurse
Managers ( 2 th ed )Jones and Bartlett Publishers Inc,
London England
Swasono, Sri-Edi, 2003. Ekspose Ekonomika : Kompetensi dan
Integritas Sarjana Ekonomi, Jakarta: UI-Press
Stephen R.Covey, The 7 Habits of Highly Effective People,
(Simon&Schuster, 1989), h.217
Suryana,2003, Kewirausahaan,; Pedoman praktis, Kiat dan
Proses Menuju Sukses,
Suryana,2003, Kewirausahaan,; Pedoman praktis, Kiat dan
Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Bandung
Suryana,2003, Kewirausahaan,; Pedoman praktis, Kiat dan
Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Bandung
Schuler, R.S. (1990). Repositioning the human resource function:
Transformation or demise? Academy of Management
Executive, 4(3): 49-60.
Scott, Anne. (1996). IQ isn’t everytihing, Des Moines Business
Record, October, IN: 9610281279.
Solomon, J. 2007. Corporate Governance and Accountability. Second
Edition. John Wiley & Sons.
Schmener, Roger W. 1997. Plant and service tours in operations
management. Fifth Edition, Prentice-Hall International,
Inc.
Schroeder, Roger G. 1993. Operations management : decision
making in the operations function. Fourth Edition.
McGraw-Hill Book Co.
Suryana. 2001. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat
Subandi. Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Dalam Subandi
(ed.). Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan
MODUL PELATIHAN
223
Kontemporer. Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas
Psikologi UGM. 2002.
Sinamo, J.H. (2002), Ethos 21: etos kerja profesional di era digital
global, Institut Darma mahardika, Jakarta
Soewarso, T.J.B.; Rahardjo, S.; Subgyo; Utomo, B.C. (1996),
Persepsi tentang etos kerja kaitannya dengan nilai
budaya masyarakat Jateng, Depdikbud, Jakarta
Stoltz, P.G. (1997), Adversity Quotient, mengubah hambatan
menjadi peluang, Alih bahasa oleh T. Hermaya,
Grasindo, Jakarta
Siburian, R. (1997), Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja
pengrajin tradisional, Majalah Ilmiah Maranatha, vol.
XIII, th. IV, hal. 11-18
Shihab, Muhammad Q. 1997. “Etika Bisnis dalam Wawasan AlQur’an”, dalam Ulumul Qur’an, No.3/Tahun V.
Tarmudji, Tarsis, Drs (1993) Kiat Meloby,suatu pendekatan Non
Formal, Yogya, Liberty
Thomson, Arthur A., Strickland, A.J., Gamble, John E. 2007.
Crafting & Executing Strategy : The Quest for Competitive
Advantage. 15th Edition, New York : McGraw-Hill.
Tedjasutisna, Ating. 2000. Memahami Kewirausahaan. Bandung
: Armico
Tart, C. T. Consciousness: A Psychological, Transpersonal and
Parapsychological Approach. Paper presented at
the Third International Symposium on Science and
Consciousness in Ancient Olympia, 4-7 January, 1993.
http://www.
paradigm-sys.com/cttart/sci-docs/
ctt93-capta.html.
Tasmara, T. (1995). (1995), Etos kerja pribadi muslim, PT Dana
Bhakti Wakaf, Yogyakarta
Tasmara, T. (2001), Kecerdasan ruhaniyah (trancendental
intelligence),
membentuk
kepribadian
yang
224
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
bertanggung jawab, profesional dan berakhlak, Gema
Insani Press, Jakarta
The Third World Studies Center, 1997.
Tricker, R.I. 1984. Corporate Governance: Practices, Procedures and
Powers in British Companies and Their Boards of Directors.
Aldershot, UK: Gower Press.
Udai Pareek, Beyond Management: Essays on The Processes of
Instituion Building’, (Oxford & IBH Publishing Co.,
1981).
UNESCO Institute for Information Technologies in Education
(2002), “Toward Policies for Integrating ICTs into
Education” Hig-Level Seminar for Decision Makers and
Policy-Makers, Moscow 2002.
Vise, David A. and Malseed, Mark. 2005. The Google Story, New
York : The Bantam Dell Publishing Group.
Victoria Neufeldt & David B. Guralnik, Webster New College
Dictionary, (Third Edition, MacMillan, 1996), h.235
Victoria Neufeldt & David B. Guralnik, Webster New College
Dictionary, (Third Edition, MacMillan, 1996), h.235
Wheelen, Thomas L. and Hunger, J. D. 2006. Strategic Management
and Business Policy, Tenth Edition, New York : PrenticeHall.
Williams, Chuck. 2001. Manajemen (Terjemahan). Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
Wingo, Scot. 2005. eBay Strategies : 10 Proven Methode to
Maximize Your eBay Business, New Jersey: Prentice Hall
Professional Technical Reference
Wiyadi N. dr., MPH., (penyunting) “Modul Team Building”
Wikipedia Encyclopedia. 2005. http://en.wikipedia.org/wiki.
Wahyono, T. (2001), Memahami kecerdasan emosi melalui kerja
sistem limbik., Anima, Indonesian Psychological Journals,
no. 1, vol. 17, hal. 36-41
MODUL PELATIHAN
225
Wahyono, T. (2002), Membangun kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual dalam kehidupan sehari-hari,
Makalah disampaikan dalam diskusi rutin Asrama
Mahasiswa Sulsel di Wisma Bawakaraeng, tanggal 26 Mei
2002 (tidak diterbitkan), Yogyakarta
Winardi. J., Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Rajawali
Pers: Jakarta. 2002.
__________ Teori organisasi dan Pengorganisasian, Rajawali Pers:
Jakarta 2003.
Wallace, P. and J. Zinkin. 2005. Mastering Business in Asia:
Corporate Governance. First Edition. John Wiley & Sons
(Asia) Pte Ltd.
Yusufhadi Miarso; (2004). ”Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”
Prenada Media, Jakarta.
Yusuf, Choirul F. 1997. “Etika Bisnis Islam: Sebuah Perspektif
Lingkungan Global”, dalam Ulumul Qur’an, No. 3/
Tahun V.
Zimmerer, Thomas & Scarborough, Norman. 2002. Kewirausahaan
dan manajemen Bisnis Kecil. Jakarta. Prehallindo
Zohar, Danah and Marshal, Ian. 2004. Spiritual Capital : Wealth We
Can Live By Using Our Rational, Emotional and Spiritual
Intelligence to Transform Ourselves and Corporate Calture,
London: Bloombury Publishing Plc.
Zimmerer, Thomas W. and Scarborough, Norman M. 1998,
Essential of Entrepreneurship and Small Business
Management, Prentice-Hall Inc.
Zohar, D. & Marshall, I. (2001), SQ, memanfaatkan kecerdasan
spiritual dalam berpikir integralistik dan holistik untuk
memaknai kehidupan, Mizan, Bandung
Zohar, D & Marshall, I. (2000). SQ: Spiritual Intelligence – The
Ultimate Intelligence. Bloomsbury.
http://westaction.org/definitions/def_entrepreneurship_
226
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
1.html yang diakses pada tanggal 13 Januari 2006
http://www.bussinestown.com/people/motivation-team.asp
http://www.accel-team.com/team_building/team_out_
00.html
http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm
http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm
http://www.nsba.org/sbot/toolkei/LeadTeams.html
MODUL PELATIHAN
227
228
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
MODUL PELATIHAN
229
230
Kerjasama ANTARA Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Download