perlindungan hak - Digital Library UWP

advertisement
PERLINDUNGAN HAK – HAK BAGI PARA PEKERJA
KHUSUS DI INDONESIA MENURUT UNDANG – UNDANG
NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
SKRIPSI
OLEH :
RANGGA SETIYO BUDI
NPM : 281120174
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2012
i
PERLINDUNGAN HAK – HAK BAGI PARA PEKERJA
KHUSUS DI INDONESIA MENURUT UNDANG – UNDANG
NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
SKRIPSI
OLEH :
RANGGA SETIYO BUDI
NPM : 281120174
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2012
ii
PERLINDUNGAN HAK – HAK BAGI PARA PEKERJA
KHUSUS DI INDONESIA MENURUT UNDANG – UNDANG
NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
SKRIPSI
NAMA
: RANGGA SETIYO BUDI
FAKULTAS
: HUKUM
JURUSAN
: ILMU HUKUM
NPM
: 281120174
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH :
PEMBIMBING
ANDY USMINA WIJAYA, S.H.,M.H
iii
Telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Skripsi serta dinyatakan
LULUS. Dengan demikian Skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syaratsyarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Surabaya, 11 Agustus 2012
Ketua
Tri Wahyu Andayani,S.H.,C.N.,M.H.,
(Dekan Fakultas Hukum)
....................................
Sekretaris
Andy Usmina Wijaya,S.H.,M.H.,
(Dosen Pembimbing)
....................................
Anggota
1. Arif Syahrul Alam, S.H.,M.Hum
(Dosen Penguji I)
....................................
2. H.Musa,S.H.,M.H.
(Dosen Penguji II)
....................................
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt,
karena atas rahmat dan berkah – NYA yang tiada henti, penulis dapat
melaksanakan dan menyelesaiakan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana
Hukum pada Universitas Wijaya Putra Surabaya. Dalam penulisan ini, penulis
mencoba menguraikan mengenai Penegakan Hukum bagi Pekerja Khusus
sesuai Undan-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan Di
Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan skripsi ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan untuk
itu pula penulis bersedia menerima kritik maupun saran dari semua kalangan.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari keikutsertaan
dari berbagai para piha–pihak yang dengan penuh keikhlasan turut serta
membantu penulis dengan dorongan, semangat dan motivasi serta bimbingan
dalam
proses
penyusunannya.
Dalam
kesempatan
ini
juga
penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak H. Budi Endarto, S.H.,M.Hum. selaku Rektor Universitas Wijaya
Putra Surabaya ;
2. Ibu Tri Wahyu Andayani, S.H.,C.N., M.H. Selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya ;
3. Bapak Andy Usmina Wijaya, S.H.,M.H. Selaku Ketua program Studi
Ilmu Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing yang atas segala kesabaran dan waktu yang diberikan serta
pikiran dalam proses bimbingan guna penulisan skripsi ini ;
v
4. Seluruh Dosen, Staff Pengajar dan Pegawai di Lingkungan Universitas
Wijaya Putra Surabaya ;
5. Kepada kedua orang tua penulis Ibu Penulis HJ. ENENG ERNAWATI
SOEPARMAN PUTRI dan Ayah Penulis H. SUYADI SARI HARJO, SH,
yang selalu mendukung dan memberikan motivasi serta do’anya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
6. Kepada teman-teman penulis, Ridwan Obet Pandjaitan, Purwono,
Sahrin Albimawi, Sulton Sulaeman, Husni Fegis Maholtra, Rendy
Saputra Mukti dan teman-teman penulis yang lainnya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan masukan serta
memberikan
semangat
kepada
penulis
sehingga
skripsi
dapat
terselesaikan sesuai yang diharapkan.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
bukan hanya di dalam dunia pendidikan saja melainkan berguna juga
bagi masyarakat luas pada umumnya.
Surabaya, 11 Agustus 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I : PERLINDUNGAN HAK-HAK BAGI PARA PEKERJA KHUSUS DI
INDONESIA
INDOPNESIA
MENURUT
NOMOR
UNDANG-UNDANG
13
TAHUN
2003
REPUBLIK
TENTANG
KETENAGAKERJAAN
1. Latar Belakang Masalah......................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................8
3. Penjelasan Judul..................................................................................9
4. Alasan Pemilihan Judul......................................................................10
5. Tujuan Penelitian................................................................................11
6. Manfaat Penelitian..............................................................................12
7. Metode Penelitian...............................................................................12
8. Sistematika Pertanggung Jawaban.....................................................14
BAB II : PENGATURAN DAN PERLINDUNGAN PEKERJA KHUSUS SESUAI
UNDANG-UNDANG
NOMOR
13
TAHUN
2003
TENTANG
KETENAGAKERJAAN
2.1. Pengertian Ketenaga kerja Sesuai Hukum Positif Di Indonesia........17
2.2. Pengertian Tenaga Kerja Khusus Sesuai Hukum Positif
Di Indonesia..................................................................................... 17
2.3. Perlindungan Pekerja Khusus Di Indonesia..........................................20
2.4. Kewajiban Pelaku Usaha Terhadap Pekerja.........................................24
2.5. Hak Dan Kewajiban Pekerja Khusus....................................................25
vii
2.6. Keselamatan Dan Ksesehatan Kerja...................................................27
2.7. Perlindungan Upah.............................................................................29
BAB III : PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEKERJA KHUSUS SESUAI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
3.1. Penegakan Hukum Secara Administrasi..........................................34
1. Pekerja Anak.................................................................................35
2. Pekerja Cacat................................................................................38
3. Pekerja Wanita..............................................................................39
3.2. Penegakan Hukum Secara Pidana .......................................... ......40
1. Pekerja Anak.................................................................................40
2. Pekerja Cacat................................................................................42
3. Pekerja Wanita................................................................................43
BAB IV : PENUTUP
4.1. Kesimpulan...................................................................................46
4.2. Saran...........................................................................................47
DAFTARBACAAN..................................................................................48
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai salah satu negara di belahan dunia, dalam era
globalisasi perdagangan dan persaingan dalam zona perekonomian memiliki
peran yang sangat sentral dalam memberikan kontribusi dan keterlibatan
peningkatatan taraf kehidupan manusia. Khususnya, indonesia juga memiliki
strategi
dalam
melaksanakan
pembangunan
nasional
dalam
rangka
pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
indonesia seluruhnya tanpa ada diskriminasi untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun sp[iritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Berkaitan dengan itu, bahwa salah satu yang memicu keterlibatan dan
peran pemerintah adalah dalam pelaksanaan pembangunan nasional, salah satu
yang menjadi perhatian adalah mengenai tenaga kerja yang memiliki suatu
keikutsertaan dalam melaksanakan pembangunan di indonesia baik secara
langsung maupun tidak langsung mempunyai peranan
dan kedudukan yang
sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan tersebut. Hal inilah
yang sangat diperlukan dalam mewujudkan suatu sistem pembangunan
diberbagai sektor-sektor perekonomian khususnya mengenai peranan, fungsi,
hak dan kedudukan serta upaya-upaya perlindungan hukum bagi para tenaga
kerja di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Misalnya, dengan cara bagaimana
peran dan keikutsertaan berbagai pihak baik pemerintah, lembaga swadaya
2
masyarakat, serikat pekerja dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam
penegakan hukum dalam bidang ketenagakerjaan di Indonesia.
Salah satunya upaya-upaya tersebut adalah dengan berbagai macam strategi
dan cara yang harus dilaksanakan secara akurat, cepat dan tepat yaitu dengan
diadakannya peningkatan kualitas para tenaga kerja, menjamin hak-hak dasar
pekerja,
menjamin
kesamaan
dan
kesempatan
serta
perlakuan
tanpa
diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerjapekerja dan keluargana dengan memperhatikan perkembangan dan kemajuan
dunia usaha di Indonesia sesuai harkat dan martabat kemanusiaan.
Menurut Abdul Khakim1, batasan pengertian Hukum Ketenagakerjaan, yang
dulu disebut Hukum Perburuhan atau arbeidrechts juga sama dengan pengertian
hukum itu sendiri, yakni masih beragam sesuai dengan sudut pandang masingmasing pendapat ahli hukum. Tenaga kerja adalah salah satu pelaku
pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara individu maupun secara
kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam aktivitas
perekonomian nasional, yaitu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
masyarakat.
Di Indonesia, tenaga kerja sebagai salah satu penggerak tata kehidupan
ekonomi dan merupakan sumber daya manusia yang jumlahnya sangat
melimpah dalam eksploitasi tenaga kerja diberbagai daerah-daerah khususnya
daerah yang memiliki padat industri yang sangat membutuhkan tenaga-tenaga
untuk ditempatkan pada posisi-posisi yang rawan akan pelanggaran hak-hak
pekerja sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
1
Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan I, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, Hal. 4
3
Menariknya adalah berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku
selama ini tidak memiliki kekuatan untuk melaksanakan amanat tersebut
sehingga yang ada adalah justru peraturan-peraturan yang ada masih diabaikan
oleh berbagai pihak hal ini disebabkan karena dalam berbagai peratiuranperaturan perundangan yang ada tersebut masih banyak terdapat berbagai
kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan dan pemecahan masalah yang
dirumuskan kerap menjadi persoalan-persoalan yang baru dalam dunia ketenaga
kerjaan yang hingga saat ini belum memiliki penyelesaian secara tuntas.
Berbagai faktor-faktor yang menimbulkan hal ini adalah disebabkan
adanya suatu indikasi yang saat ini masih ada di berbagai daerah di Indonesia
yaitu bisa dilihat pada masih tingginya jumlah pengangguran-pengangguran di
berbagai wilayah Indonesia serta rendahnya atau minimnya kesempatan kerja
yang disediakan oleh pemerintah maupun pelaku usaha diberbagai sektor
ketenagakerjaan
dan
parahnya
lagi
adalah
perlakuan
para
pelaku
usaha/pengusaha yang tidak memberikan perlindungan dan penghargaan atas
harkat dan martabat kemanusiaan bagi para pencari kerja itu sendiri yakni sering
kali para pekerja tersebut sama sekali tidak mendapatkan hak-haknya sebagai
tenaga kerja yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia.
Saat ini, masyarakat/warga negara Indonesia adalah merupakan salah
satu bagian masyarakat yang tengah mengalami transformasi struktural yaitu dari
masyarakat yang berbasis pertanian ke basis industri. Perubahan tersebut
mengalami akselerasi, yaitu sejak adanya penggunaan teknologi menjadi modus
dan cara andalan untuk menyelesaikan permasalahan,sehingga mobilitas tenaga
kerja tidak hanya perpindahan dari desa ke kota saja hal ini bisa dimengerti
4
karena pertumbuhan industri lebih kuat berada diperkotaan dibandingkan di
pedesaan dan juga masyarakt umumnya semakin paham dan merasa bahwa
jumlah penghasilan jika bekerja di perkotaan akan mendapatkan upah dan hakhak yang lebih memadai dan menyenangkan sehingga fenomena tersebut
secara tidak langsung menunjukkan adanya perubahan-perubahan dalam
sistem-sistem dan strategi ketenagakerjaan yang turut berkembang di indonesia
yakni kenyataannya banyak para tenaga kerja diberbagai pelosok daerah yang
umumnya adalah masyarakat pedesaan yang telah menempuh dan mengambil
keputusan untuk pergi melintas dan pindah tempat tinggal baik antar berbagai
daerah, pulau dan provinsi bahkan hingga lintas negara yaitu adanya banyak
tenaga-tenaga kerja indonesia yang siap untuk bekerja secara usia maupun
belum waktunya untuk bekerja memilih mengadu nasib menjadi pekerja
diberbagai sektor tenaga kerja di luar negeri contohnya adalah pergi bekerja
sebagai Tenaga Kerja Indonesia dengan negara tujuan seperti umumnya
Malaysia, Hongkong, Singapura, Brunai Darussalam, Republik Rakyat China,
Korea, Jepang, Dubai dan Arab Saudi.
Disisi lain, banyak hal yang turut ikut serta mempengaruhi terjadinya
berbagai arus Urbanisasi yaitu, perpindahan penduduk dari desa ke kota,
namun faktor ekonomi tetap tampak lebih dominan. Hal ini disebabkan kondisi
perekonomian yang kurang menarik di daerahnya sendiri dan penghasilan yang
lebih menjanjikan dan upah yang cukup besar nominalnya dibandingkan
didaerahnya sendiri. Pendapatan yang meningkat di daerah-daerah padat
industri di perkotaan yang sedang berkembang memungkinkan para pencari
kerja untuk pergi meninggalkan daerahnya demi peningkatan perekonomian
mereka. Disamping itu, perkembangan informasi melalui berbagai media baik
5
cetak maupun elektronik yang sudah mendunia dan juga kemudahan alat
transportasi juga turut berperan meningkatkan mobilitas tenagakerja secara
merata di perkotaan padat industri daerah tertentu di Indonesia. Sejalan dengan
kenyataan tersebut diatas, mengenai perlindungan akan hak-hak tenaga kerja
seharusnya diarahkan dengan selaras dengan perkembangan ketenagakerjaan
saat ini yang sudah sedemikian pesat, sehingga substansi kajian hukum
ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja kerja semata, akan tetapi
telah bergeser menjadi hubungan hukum antara pekerja, pengusaha, dan
pemerintah yang substansi kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam
hubungan kerja (during employment), tetapi setelah hubungan kerja (post
employment) sebagaimana yang dimaksud berakhir dalam pemenuhan hak-hak
tenaga kerja di Indonesia khususnya bagi para pekerja khusus yang ada di
berbagai perusahaan-perusahaan yakni para tenaga kerja penyandang cacat,
pekerja anak dan pekerja perempuan.
Konsepsi mengenai ketenagakerjaan inilah yang dijadikan acuan untuk
mengkaji perangkat hukum yang ada sekarang, apakah sudah meliputi bidangbidang tersebut atau belum. Kehidupan hidupseseorang manusia (tenaga kerja)
mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam macam dan jenisnya. Jika
dikaitkan sudah tentunya, untuk memenuhi berbagai kebutuhannya itu manusia
dituntut
untuk
bekerja,
karena dengan bekerja dapat
diperoleh suatu
penghasilan. Pekerjaan tersebut dapat diusahakan secara sendiri maupun
dengan bekerja padaorang lain. Pekerjaan yang diusahakan sendiri maksudnya
adalah bekerja atas modal dan tanggung jawab sendiri.
Sedangkan bekerja pada orang lain bergantung pada orang lain yang
memberi perintah dan mengutusnya dan harus tunduk dan patut pada orang lain
6
yang memberikan pekerjaan tersebut. Prinsip bekerja pada orang lain inilah yang
berkaitan dengan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Di Indonesia,
pengaturan pekerja khusus sebagai objek perlindungan tenaga kerja, UndangUndang
Republik
Indonesia
Ketenagakerjaanmengatur
Nomor
perlindungan
13
khusus
Tahun
bagi
2003
para
Tentang
pekerja/buruh
perempuan, anak dan penyandang cacat sebagai berikut :
1. Perlindungan Pekerja/Buruh Perempuan
2. Perlindungan Anak
3. Perlindungan Penyandang Cacat2
Hukum Ketenagakerjaan adalah sebagian dari hukum yang berlaku
(segala peraturan-peraturan) yang menjadi dasar dalam mengatur hubungan
kerja antara buruh (pekerja) dengan majikan atau perusahaannya, mengenai tata
kehidupan dan tata kerja yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja
tersebut.
Sebagaimana yang tercantum di Undang-Undang Dasar Tahun 1945
yaitu dalam Pasal 28 A s/d Pasal 28J Bab X Tentang Hak Asasi Manusia,
Indonesia sebagai Negara Hukum (rechtstaats) telah diatur berbagai macam
hak-hak yang diberikan oleh negara dan/atau suatu bentuk jaminan dari negara
kepada setiap warga negaranya seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada dasarnya, dalam Pasal 28 D ayat (2)disebutkan pula secara
jelas dan tegas bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Namun di era perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti saat
ini, berbagai bentuk persaingan-persaingan tidak lagi dapat di hindari dan bahkan
2
Ibid,......Hal. 62
7
banyak jurang perbedaan antara orang kaya dan orang miskin yang semakin
jelas terlihat di Indonesia. Masalah kemiskinan di Indonesia, telah menjadi
sebuah polemik
yang berkepanjangan di Indonesia. Berkaitan dengan
permasalahan diatas, pengaturan yang ada dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, telah diatur secara
khusus mengenai pekerja yang dibedakan atau dipisahkan secara tersendiri atau
disebut dengan pekerja khusus.
Pekerja khusus yang dimaksud adalah pekerja cacat, pekerja anak dan pekerja
perempuan. Dalam hal ini, disebut sebagai kategori pekerja khusus karena tiga
golongan pekerja tersebut memiliki kekhususan akan hak-hak dan perlakuan
yang diatur dalam undang-undang dibandingkan dengan pekerja-pekerja lainnya
di Indonesia.Lingkup perlindungan terhadap pekerja/buruh menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
meliputi :
1. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan
pengusaha.
2. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan, anak, dan penyandang
cacat.
4. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja.
Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perlakuan dan perhatian dalam
Hukum Ketenagakerjaan.
Beberapa pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan secara yuridis memberikan perlindungan bahwa
setiap tenaga kerja tidak terkecuali tenaga kerja khusus (penyandang cacat,
8
anak dan perempuan) berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik sesuai dengan minat dan
kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk pelakuan yang sama
terhadap para penyandang cacat. Sedangkan pasal 6 mewajibkan kepada
pengusaha untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama,warna kulit,dan aliran politik.
Mengenai asas pemberlakuan ketentuan ketenagakerjaan terhadap
semua pekerja, di mana disebutkan bahwa semua ketentuan ketenagakerjaan
berlaku terhadap semua pekerja tanpa membedakan statusnya. Perlindungan
tenaga kerja bertujuan untuk menjamin berlangsungnya sistem, hubungan kerja
secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada
pihak yang lemah. Untuk ini pengusaha wajib melaksanakan ketentuan
perlindungan tersebut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Rumusan Masalah
Keadaan mengenai ketenagakerjaan di indonesia ditandai dengan
adanya
berbagai
bentuk
masalah-masalah
pokok
yang
bersifat
struktural.Dengan adanya tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin
padat dan persaingan hidup yang semakin ketat, kerap sekali terjadi
tindakan-tindakan
yang
khusus.Tindakan-tindakan
berbagai
bentuk-bentuk
sangat
memilukan
tersebut
bukan
tindakan
hanya
pengingkaran
bagi
telah
akan
para
pekerja
menimbulkan
hak-hak
asasi
manusia di sektor ketenagakerjaan akan tetapi juga akan menimbulkan
dampak dan bentuk sistem bentuk pelaksanaan akan kebijakan hukum
9
yang dibuat oleh pemerintah selama ini seolah-olah tidak berhasil
terwujud.
Dalam hal ini para pekerja khusus di indonesia yaitu para pekerja
penyandang cacat, pekerja anak dan pekerja perempuan kerap mengalami
berbagi bentuk perlakuan yang bersifat diskriminatif baik secara fisik,
mental maupun phsikis dalam melakukan pekerjaan ditempat kerja. Para
pekerjakhusus dalam hal ini juga sering mendapatkan berbagai tindakantindakan yang sifatnya menimbulkan kesewenang-wenangan pengusaha
dan cenderung menyepelekan/menganggap remeh mereka yang dilakukan
oleh para pelaku usaha/pengusaha dan juga tidak terkecuali dilakukan oleh
rekan satu kerja mereka sendiri.
Padahal, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang
Ketenagakerjaan,
Indonesiatelah
diatur
berbagai
bentuk
perlindunga pengupahan dan kersejahteraanbagi para pekerja khusus di
indonesia.Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah antara lain :
1. Apakah pengertian dari Pekerja Khusus sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga kerjaan di Indonesia?
2. Bagaimanakah pemberian perlindungan bagi hak-hak para Pekerja Khusus
di indonesia dalam upaya penegakan hukum di bidang ketenagakerjaan?
3. Penjelasan Judul
Pekerja Khusus yaitu Pekerja Penyandang Cacat, Pekerja Anak dan
Pekerja Perempuan merupakan fenomena yang sudah menjadi umum di
berbagai negara di dunia tidak terkecuali di negara indonesia. Adanya pekerja
10
khusus tersebut merupakan suatu hal yang wajar dan lazim dalam dunia
ketenagakerjaan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap orang guna
memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Para pekerja umumnya memiliki
keinginan bekerja untuk mendapatkan upah (gaji) yang layak sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Akan tetapi, banyak perusahaan-perusahaan diberbagai daerah-daerah di
Indonesia pada umumnya yang kerap mempekerjakan para tenaga-tenaga yang
jelas-jelas sudah tidak memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya, salah satunya adalah para pekerja khusus. Pekerja
khusus adalah merupakan suatu bentuk pengecualian dalam undang-undang
bagi para pekerja yang memiliki kelemahan baik secara fisik, mental, usia dan
jenis kelamin.
Para pelaku usaha/pengusaha memperkerjakan mereka dengan tujuan
untuk mendapatkan suatu kemudahan dalam menekan biaya pengeluaran
perusahaan guna mendapatkan keuntungan (laba) semata dengan melakukan
berbagai eksploitasi tenaga kerja khususnya para pekerja penyandang cacat,
pekerja anak dan pekerja perempuan tanpa memperhatikan hak-hak yang harus
dipenuhi kepada para pekerja khusus tersebut.
4. Alasan Pemilihan Judul
Pembangunan
ketenagakerjaan
sebagai
bagian
integral
dari
pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dalam pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri para tenaga kerja khususnya para
11
pekerja khusus yaitu para penyandang cacat, anak dan perempuan serta
mewujudkan masarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materiil
maupun spritual.
Pembangunan ketengakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga
terpenuhinya hak-hak para pekerja khusus (penyandang cacat, anak dan
perempuan) dan memberikan perlindungan yang mendasar bagi mereka akan
hak-hak
dan
kewajiban-kewajiban
para
pelaku
usaha/pengusaha
dan
pengawasan dari pemerintah dalam pelaksanaan perlindungan akan hak-hak
pekerja khusus yang telah ditentukan di dalam undang-undang dan juga dengan
adanya perlindungan hak-hak tersebut diharapkan disaat yang bersamaan
dengan adanya suatu perlindungan akan hak-hak para pekerja khusus juga
dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha guna
meningkatkan perekonomian di Indonesia yang dicita-citakan dalam program
pembangunan nasional.Berangkat dari sinilah penulis mengambil judul yaitu :“
Perlindungan Hak-Hak Bagi Para Pekerja Khusus di Indonesia Menurut
Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan “
5. Tujuan Penelitian
1. Tujuan akademis yakni untuk memenuhi salah satu persyaratan pada studi
tahap akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas
Wijaya Putra Surabaya.
2. Sedangkan tujuan praktis yakni penulis berupaya untuk menggali dan
menjelaskan mengenai berbagai bentuk dan jenis perlindungan hukum
akan hak-hak yang diberikan oleh pemerintah bagi pekerja khusus yaitu
pekerja penyandang cacat, pekerja anak dan pekerja perempuan agar di
12
laksanakan oleh para pelaku usaha/pengusaha di Indonesia di tinjau dari
undang-undang yang berlaku serta fungsi dan tujuan hukumnya.
6. Manfaat Penelitian
1. Dapat memahami kehidupan kelompok pekerja khusus yaitu pekerja
penyandang cacat, pekerja anak dan pekerja perempuan di Indonesia.
2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa/peneliti yang ingin melakukan
penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sama dan menambah
pengetahuan peneliti tentang penegakan hokum dan perlindungan akan
hak-hak bagi para pekerja khusus di Indonesia.
3. Sebagai pelengkap informasi bagi para pekerja khusus menghadapi
permasalahan-permasalahan yang kerap timbul dan terjadi sehubungan
dengan pelaksanaan akan pemberian hak-hak selama bekerja di berbagai
perusahaan di Indonesia.
7. Metode Penelitian
Ilmu Hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat
presfiktif dan terapan.Sifat–sifat presfektif Ilmu Hukum merupakan suatu
yang substansial dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat
dipelajari oleh ilmu–ilmu yang bukan ilmu hukum. Oleh seba itu, jenis
penelitian hukum pun jelas berbeda dengan penelitian non–hukum.
1. Tipe Penelitian
Pemilihan metode penelitian disesuaikan dengan batasan ilmu
hukum yang akan dicari jawabannya tentang perlindungan hukum bagi
13
pekerja anak dibawah umur. Untuk dapat memberikan jawaban dan
mentelaah isu hukum tersebut, digunakan tips penelitian hukum
normative yakni suatu penelitian yang bertumpu pada telaah yuridis
normative atas hukum positif di Indonesia yang berkaitan dengan pokok
masalah yang diatas.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan undang–
undang, yakni pendekatan dengan melakukan kajian terhadap peraturan
perundang–undangan yang berlaku dan peraturan lain yang berkaitan
dengan pokok masalah yang dibahas. Penulis juga menggunakan
pendekatan doktrin/konsep yakni pendekatan doktrin atau konseptual
dengan mempelajari dan memahami pendapat para ahli hukum dalam
karya–karya ilmiah, misalnya buku–buku literature, jurnal hukum,
makalah–makalah dalam seminar dan sebagainya serta internet.
3. Bahan Hukum
Sebagai sumber dalam penelitian hukum normative terdiri atas
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Bahan hukum primer
terdiri atas peraturan perundang–undangan dan peraturan–peraturan
lainnya yang berlaku (Hukum Positif) yang pembahasannya terkait
dengan pokok masalah yang dibahas.Dan sebagai bahan sekunder
adalah berbagai literature, karya tulis ilmiah, buku-buku, majalah, jurnal
hukum, internet dan bahan lainnya.
14
4. Langkah Penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu ;
a. Tahap Pertama
Pada tahap pertama ini penulis memulai penelitian dengan mulai
menggumpulkan bahan–bahan hukum dan mengiventarisasi bahan
hukum yang terkait dengan menggunakan studi kepustakaan dan media
lainnya seperti internet dan lain–lain. Kemudian bahan hukum di
klasifikasikan dengan cara memilih bahan hukum, dan di susun secara
sistematis agar mudah di baca dan di pahami yang kemudian di lanjutkan
menyusun proposal penelitian dan di lakukan penyempurnaan.
b. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan penelitan kepustakaan
dan
penyesuaian
terhadap
data
primer
dan
bahan
hukum
sekunder.Selain itu dilakukan pengumpulan data sekunder melalui setudi
dokumen dari bahan internet dan lain-lain.Untuk sampai pada jawaban
permasalahan di gunakan penafsiran sistematis, yaitu penafsiran yang
mendasarkan hubungan antara peraturan perundang-undangan yang
satu dengan yang lainya, pasal yang satu dengan pasal yang lainnya
dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok
bahasan.
8. Sistematika Pertanggung Jawaban
Untuk dapat memberikan gambaran secara garis besar masalah–
masalah
dan
penelitian,
memudahkan
pembahasan
dan
dapat
memahami permasalahan secara jelas, maka skripsi ini ditulis secara
15
sistematis yakni dibagi dalam 4 (empat) Bab dan Sub–sub bab yaitu
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan.
Bab ini merupakan gambaran tentang mengapa, bagaimana dan
untuk apa penelitian ini disusun. Oleh karena itu dalam Bab ini
dipaparkan tentang latar belakang masalah yang menjadi alasan penting
mengapa kajian ini dilakukan.Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan
permasalahan sebagai titik tolak kajian hukum ini, penjelasan judul,
alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, uraian
tentang metode penelitian sebagai instrument kajian apakah langkah–
langkah
dalam
penelitian
ini
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya.Sistematika pertanggungjawaban memberikan gambaran
secara utuh tentang penelitian.
Bab II Pengertian
Pekerja Khusussesuai Undang–Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dalam Bab ini
membahas tentang pengertian dan bentuk pelanggaran hak asasi setiap
pekerja khusus yaitu pekerja penyandang cacat, pekerja anak dan
pekerja
perempuan
yang
perusahaan di Indonesia.
dipekerjakan
di
berbagai
perusahaan-
16
Bab III
Hak-Hak Pekerja Khusus dan Kewajiban Pelaku Usaha dalam Upaya
Penegakan Hukum di Bidang Ketenagakerjaan.
Pada Bab ini membahas apa itu hukum, fungsi hukum, tujuan
hukum serta bagaimana fungsi dan tujuan hukum memandang UndangUndang
Republik
Indonesia
Nomor
13
Tahun
2003
Tentang
Ketenagakerjaan di Indonesia dan pemberian hak-hak para pekerja
khusus (penyandang cacat, anak dan perempuan) dan pelaksanaan
mengenai kewajiban para pelaku usaha/pengusaha serta pengawasan
pemerintah dalam mengimplementasikan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaandi Indonesia.
Bab IV Penutup.
Merupakan bagian akhir dari penelitian yang terdiri atas bagian
kesimpulan dan saran sebagai jawaban singkat dan lengkap atas
rumusan masalah serta bagian saran sebagai suatu sumbangan
pemikiran dan masukan dalam khasanah hukum sehingga, melalui ini
diharapakan dapat dijadikan bahan pertimbangan kedepan atau wacana
yang positif terhadap penjelasan tentang masalah-masalah yang
berkaitan dengan perlindungan hak-hak para Pekerja Khusus yaitu
Pekerja Penyandang Cacat, Pekerja Anak dan Pekerja Perempuan
sesuai Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
17
BAB II
PENGATURAN DAN PERLINDUNGAN PEKERJAKHUSUS
SESUAI UNDANG–UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN
1. Pengertian Tenaga Kerja Sesuai Hukum Positif di Indonesia
Indonesia sebagai Negara yang pengaturan mengenai hukumnya
selalu mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman, saat
ini terus memberikan berbagai perubahan yang sifatnya fundamental dan
kedunia tenagakerjaan di Indonesia. Adapun pengertian Tenaga Kerja
sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang/jasa untuk
memenuhi
kebutuhan
sendiri
maupun
untuk
masyarakat.Hal
ini
merupakan acuan selama ini dalam merumuskan pengertian tenaga kerja
karena sebelumnya tenaga kerja di Indonesia hanya disebut sebagai
Buruh dan akhirnya melalui berbagai kebijakan pemerintah dirubah
menjadi Tenaga Kerja untuk memberikan penghormatan atas hak-hak
asasi manusia di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pengertian Tenaga Kerja Khusus Sesuai Hukum Positif di Indonesia
Pekerja Khusus adalah pekerja yang bertujuan untuk menjamin
berlangsungnya system hubungan kerja secara harmonis tanpa di sertai
adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah,untuk ini
pengusaha wajib melaksanakan ketentuan tersebut sesuai peraturan
18
perundang-undangan yang berlaku. Pekerja khusus yang dimaksud
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan terdiri dari tiga golongan yaitu : pekerja wanita,
pekerja anak dan pekerja cacat.3 Hal tersebut jika dirumuskan yaitu
sebagai berikut :
1. Pekerja Anak
Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak
kecil. Istilah pekerja anak dapat memiliki konotasi pengeksploitasiananak
kecil atas tenaga mereka, dengan gaji yang kecil atau pertimbangan bagi
perkembangan kepribadian mereka, keamanannya, kesehatan, dan
prospek masa depan. Kurangnya lapangan pekerjaan, mengakibatkan
sejumlah orang tua memilih mempekerjakan anaknya dari pada harus
memilih menyekolahkannya. Membantu meringankan beban hidup orang
tua menjadi pembenaran untuk tindakan mereka tersebut. Lebih parah lagi,
mereka menganggap dunia pendidikan tidak lagi penting untuk masa
depan anak-anaknya.
Di
beberapa
negara,
hal
ini
dianggap
tidak
baik
bila
seorang anak di bawah umur tertentu, tidak termasuk pekerjaan rumah
tangga
danpekerjaan
sekolah.
Seorang
'bos'
dilarang
untuk
mempekerjakan anak di bawah umur, namun umum minimumnya
tergantung dari peraturan negara tersebut.Meskipun ada beberapa anak
yang mengatakan dia ingin bekerja (karena bayarannya yang menarik
atau karena anak tersebut tidak suka sekolah), hal tersebut tetap
merupakan hal yang tidak diinginkan karena tidak menjamin masa depan
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_anak
19
anak tersebut. Namun beberapa kelompok hak pemuda merasa bahwa
pelarangan
kerja
di
bawah
umur
tertentu
melanggar
hak
manusia.Penggunaan anak kecil sebagai pekerja sekarang ini dianggap
oleh negara-negara kaya sebagai pelanggaran hak manusia, dan
melarangnya, tetapi negara miskin mungkin masih mengijinkan karena
keluarga seringkali bergantung pada pekerjaan anaknya untuk bertahan
hidup dan kadangkala merupakan satu-satunya sumber pendapatan.4
2. Pekerja Cacat
Pekerja Cacat adalah seseorang pekerja yang memiliki cacat tetap yang
menyebabkan
seseorangtidak
mampu
lagi
melakukan pekerjaan yang
memberikan penghasilan yang layak diperoleh sesuai dengan pendidikan,
keahlian, keterampilan, dan pengalamannya.5
Penyandang cacat tersebut terdiri dari tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :
Penyandang cacat fisik, meliputi:
a. Penyandang cacat tubuh (tuna daks);
b. Penyandang cacat netra (tunanetra);
c. Penyandang cacat tuna wicara/rungu;
d. Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis;
Penyandang cacat mental, meliputi:
a) Penyandang cacat mental (tuna grahita);
4
http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_anak diakses tanggal 26 Juli 2012
5
http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/pekerja_cacat_total.aspx
20
b) Penyandang cacat eks psikotik (tuna laras);
c) Penyandang cacat fisik dan mental atau cacat ganda.
3. Pekerja Wanita
Tenaga kerja wanita adalah tenaga kerja yang bekerja di
perusahaan atau pabrik maupun yang menjual jasa dari tenaganya, harus
mendapat perlindungan yang baik
atas keselamatan, kesehatan, serta
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama. Hal ini sesuai denagn undang-undang
Nomor 13 tahun 2003, pasal 76 tentang ketentuan-ketentuan pakok
mengenai tenaga kerja. Serta Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1988
dalam bidang peranan wanita dalam pembangunan bangsa, wanita baik
sebagai warga negara maupun sebagai sumber instansi bagi pembangunan
mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria
disegala bidang kehidupan bangsa dalam segenap kegiatan pembangunan.
Selain itu juga dalam rangka penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan
kesetaraan Gender, pemberian kesempatan terhadap pekerja wanita
haruslah dilindungi.
3. Perlindungan Pekerja Khusus Di Indonesia
1. Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Anak
Perlindungan Anak Perlindungan Anak adalah setiap orang berumur di
bawah 18 tahun6dan telah mampu melakukan sebuah tanggung jawab
terhadap pekerjaan yang ia jalani. Dalam Undang-Undang Republik
6
Pasal 1 angka 26 Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
21
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (untuk
selanjutnya disebut UUK), pekerja anak berhak mendapatkan perlindungan
sebagai berikut :
1.
Pengusaha di larang mempekerjakan anak,7 dalam hal ini adalah
mempekerjakan diluar batas kemampuan anak, artinya menyamakan
anak seperti halnya orang dewasa, hal ini dilarang oleh undang-undang.
2.
Ketentuan pasal 68 dapat yang di kecualikan bagi anak yang berumur
antara 13 tahun sampai dengan 15 tahun untuk melakukan pekerjaan
ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan
fisik, mental, dan social.8
3.
Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan harus
memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana telah diatur dalam
ketentuan Pasal 69 ayat 2 UUK yaitu :
1)
Ijin tertulis dari orang tua wali.
2)
Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali.
3)
Waktu kerja maksimum 3 jam sehari.
4)
Di lakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah.
5)
Keselamatan kesehatan dan kerja.
6)
Adanya
hubungan
kerja
yang
jelas
dan
menerima
upah
sesuaidengan ketentuan yang berlaku
Dalam hal anak di pekerjakan bersama-sama pekerja atau buruh dewasa,
maka tempat kerja harus di pisahkan dari tempat pekerja/buruh dewasa
menurut Pasal 72 UUK dijelaskan yaitu sebagai berikut :
7
Pasal 68 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
8
Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
22
1. Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja kecuali dapat di
buktikan sebaliknya sebagaimana diatur dalam Pasal 73.
2. Siapapun di larang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaanpekerjaan yang buruk (pasal 74 ayat 1), meliputi segala pekerjaan :
a) Dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
b) Yang
memanfaatkan,
menyediakan
atau
menawarkan
anak
untukpelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian;
c) Yang memanfaatkan meyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi
dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya yang membahayakan ksesehatan keselamatan atau
norma anak;
2. Perlindungan Terhadap Pekerja Cacat
Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa Pengusaha yang memperkerjakan tenaga
kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan
derajat
kecacatannya.9bentuk
perlindungan
tersebut
seperti
penyediaan
aksesibilitas atau pemberian alat kerja dan alat perlindungan diri bagi pekerja
penyandang cacat.
3. Perlindungan Terhadap Pekerja Wanita
Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja wanita berpedoman pada
UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khususnya Pasal 76, 81, 82,
83 84, Pasal 93, Kepmenaker No. 224 Tahun 2003 serta Peraturan Perusahaan
9
Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang nomor 13 tahun 2003
23
atau perjanjian kerja bersama perusahaan yang meliputihal-hal sebagai berikut
:10
1. Perlindungan Jam Kerja
Perlindungan dalam hal kerja malam bagi pekerja wanita (pukul 23.00 sampai
pukul 07.00). Dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang tidak
memberikan makanan dan minuman bergizi tetapi diganti dengan uang padahal
ketentuannya tidak boleh diganti dengan uang
2. Perlindungan dalam masa haid
Perlindungan terhadap pekerja wanita yang dalam masa haid tidak wajib bekerja
pada hari pertama dan kedua pada waktu haid dengan upah penuh. Dalam
pelaksanaannya lebih banyak yang tidak menggunakan haknya dengan alasan
tidak mendapatkan premi hadir.
3. Perlindungan selama Cuti Hamil
Perlindungan cuti hamil bersalin selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan
dan
1,5
bulan
sesudah
melahirkan
dengan
upah
penuh.Ternyata
dalampelaksanaannya masih ada perusahaan yang tidak membayar upahsecara
penuh.
4. Pemberian lokasi menyusui
Pemberian kesempatan pada pekerja wanita yang anaknya masih menyusu
untuk menyusui anaknya hanya efektif untuk yang lokasinya dekat dengan
perusahaan.
10
http://www.gajimu.com/main/tips-karir/Tentang-wanita/hukum-bagi-pekerja-wanita
tanggal 26 Juli 2012
diakses
24
4. Kewajiban Pelaku Usaha Terhadap Pekerja Khusus
Hubungan antara pekerja dan buruh lahir dari sebuah perikatan yaitu perjanjian
kerja, pada prinsipnya hubungan kerja terjalin dari pembuatan perjanjian kerja
karena merupakan titik tolak adanya suatu hubungan kerja. Kewajiban buruh
melakukan pekerjaan pada atau dibawah pimpinan majikan, yang sekaligus
merupakan han majikan atas pekerjaan dari buruh.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai kewajiban Pengusaha terhadap buruh atau
pekerja yaitu sebagai berikut :11
1. Terhadap pekerja/buruh yang baru masuk, pengusaha wajib
menunjukkkan
dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
a. Tentang kondisi yang bahaya yang dapat timbul di lingkungan kerja.
b. Semua alat pengaman dan perlindung yang di gunakan.
c. Cara dan sikap yang aman dalam melakukan pekerjaan.
d. Memeriksa
kesehatan,
baik
fisk
maupun
mental
pekerja
yang
bersangkutan
2. Terhadap pekerja/buruh yang telah atau sedang di pekerjakan melakukan
pembinaan
dalam
hal
pencegahan
kecelakaan
kerja,
penanggugan
kebakara, pemeberian P2K3 dan penngkatan usaha keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) pada umumnya dan juga memeriksakan kesehatan
pekerja secara berkala.
3. Menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat pelindungan diri yang
diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh pekerja/buruh.
11
Toha Halili, Op.Cit hal 12
25
4. Memasang gambar danUndang-Undang keselamatan dan kesehatan kerja
serta bahan pembinaan lainnya di tempat kerja sesuai petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Melaporkan
setiap
peristiwa
kecelakaan
kerja
termasuk
peledakan,
kebakaran da penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja kepada
departemen tenaga kerja.
6. Membayar biaya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja ke kantor
pembendaharaan
negara
setempat,
setelah mendapatkan
penetapan
besarnya biaya oleh kantoor wilayah departemen tenaga kerja setempat.
7. Menaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, baik yang di
atur dalam undang-undang maupun yang di tetapkan oleh pegawai
pengawas. Begitu juga dengan pekerja khusus secara umum memang
pengusaha juga mempunyai kewajiban yang sama terhadap pekerja khusus
meskipun pekerja khusus memiliki kemampuan yang berbeda dibandingkan
pekerja pada umumnya.
5. Hak dan Kewajiban Pekerja Khusus
Adapun mengenai hak-hak dan kewajiban para pekerja khusus sesuai dengan
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah sebgai
berikut :
Kewajiban pekerja/buruh :
1. Memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3);
26
2. Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.Memenuhi dan menaati
persyaratan keselamat dan kesehatan kerja (K3) yang berlaku di tempat kerja
yang bersangkutan;
Hak pekerja/buruh :
1. Meminta kepada pimpinan atau pengurus pengusaha agar di laksanakan
semua syarat dan keselamata dan kesehatan kerja yang diwajibkan di
perusahaan yang bersangkutan;
2. Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan, bila syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat pelindung diri di wajibkab tidak di penuhi, kecuali
dalam toleransi khusus yang di tetapkan lain oleh pegawai pengawas.
Sementara
itu,
ketentuan-ketentuan
yang
mengatur
tentang
masalah
keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
1) UndangUndang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan;
2) UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja;
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER01/MEN/1981
Tentang Kewajiban Melaporkan Menyangkut Akibat Kerja;
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1978
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-02/MEN/1980
Tentang
Pemeriksaan
KeselamatanKerja;
Kesehatan
Kerja
Dalam
Penyelenggaraan
27
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-03/MEN/1984
Tentang Pengawasan Terpadu Dibidang Ketenagakerjaan;
Hak-hak para penyandang
cacat telah lama menjadi pusat
perhatian
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi-organisasi Internasional. Hasil
yang paling penting dari penyandang cacat Internasional 1981 adalah aksi dunia
mengenai para penyandang cacat yang telah ditetapkan oleh sidang Umum PBB
dalam resulisinya No.37/52.
2.6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hak pekerja atau buruh
(Pasal 86 ayat (1) huruf a UUK). Untuk itu pengusaha wajib melaksanakan
secara sistematis dan integrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Keselamatan kerja ialah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat
kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungan,
serta cara-cara melakukan pekerjaan12. Objek keselamatan kerja adalah segala
tempat kerja baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun
diudara.
Kesehatan kerja adalah bagaian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga
kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental maupun
sosial, sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal .13Upaya dan
keselamatan kesehatan kerja khusunya bagi pekerja khusus bertujuan untuk
melindungi keselamatan pekerja khusus atau buruh guna mewujudkan
produktifitas kerja yang optimal. Dengan cara pencegahan penyakit dan
12
Sumakmur, Op.Cit 1987; 1
13
depnaker, 1994/1995: 11
28
kecelakaan kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan, dan rehabilitasi.
Dengan demikian tujuan dari peraturan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja adalah :
1. Melindungi pekerja dari resiko kecelakaan kerja;
2. Meningkatkan derajat kesehatan pekerja atau buruh;
3. Agar
pekerja
atau
buruh
dan
orang-orang
disekitarnya
terjamin
keselamatannya;
4. Menjaga agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan berdaya guna;
Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan disetiap
tempat kerja.
Disamping itu, ada beberapa unsur dalam tempat kerja ada tiga yaitu sebagai
berikut :
1) Adanya suatu usaha, baik bersifat ekonomis maupun sosial;
2) Adanya sumber bahaya;
3) Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya, baik terus menerus maupun
sewaktu-waktu;
Penanggung jawab kesehatan dan keselamatan kerja terhadap pekerja khusus
adalah pengusaha atau pemimpin atau pengurus tempat kerja, pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan ditempat kerja secara bersama
oleh pemimpin atau pengurus pengusaha dan seluruh pekerja atau buruh.
Pengawasan atas pelaksanaan keselamatan dan kesehatan pekerja dilakukan
oleh pejabat atau petugas yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja yaitu :
29
1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pegawai
teknis keahlian khusus dari Depnaker;
2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja sebagai ahli teknis berkeahlian khusus
dari luar Depnaker.
2.7. Perlindungan Upah
Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam perlindungan
pekerja/buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan pada pasal 88 ayat(1) UndangUndang Nomor 13 tahun 2003,bahwa setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Maksud dari penghidupan yang layak adalah dimana jumlah pendapatan
pekerja/buruh
dari
hasil
pekerjaannya
mampu
untuk
kebutuhan
hidup
pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar,yang meliputi makanan dan
minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan
hari tua.
Motivasi
utama
seorang
pekerja/buruh
bekerja
di
perusahaan
adalah
mendapatkan nafkah (upah), Dan upah merupakan hak bagi pekerja/buruh yang
bersifat sensitif. Karenanya, tidak jarang pengupahan menimbulkan perselisihan.
1. Prinsip Pengupahan.
a) Hak menerima upah timbul pada saat hubungan adanya hubungan
kerjadan barakhir pada saat hubungan kerja putus;
b) Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/buruh
laki-laki dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama;
c) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan;
30
d) Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dengan
formulasi upah pokok minimal 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan
tetap;
e) Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang
timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluarsa setelah melampau jangka
waktu dua tahun sejak timbulnya hak;
2. Bentuk upah
Bentuk upah yang dimaksud adalah :
1. Hak pekerja atau buruh yang di terima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh
yang di tetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tumjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atu jasa yang telah di
lakukan.14
2. Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk
sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah di lakukan atau akan di lakukan,
dinyatakan atau di nilai dalam benuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan di bayarkan atas
dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk
tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.15
Dari uraian di atas jelas upah di berikan dalam bentuk uang namun secara
normative masih ada kelonggaran bahwa upah dapat di berikan dalam bentuk
14
15
Pasal 1 angka 30 undang-undang nomor 13 tahun 2003
pasal 1 huruf a peraturan pemerimtah nomor 8 tahun 1981
31
lain berdasarkan perjanjian atau peraturan PerUndang-PerUndangan, dengan
batasan nilainya tidak boleh melebihi 25 % dari nilai
yang seharusnya di
terima.16
3. Upah Minimum
Sesuai pasal 1 ayat (1) peraturan menteri tenaga kerja nomor PER01/MEN/1999
tentang upah minimum, pengertian upah minimum tersebut adalah upah bulanan
terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Di samping itu
upah minimum berdasarkan kelompok lapangan usaha Indonesia (KLUI) di sebut
upah minimum sektoral, yang di bagi upah minimum sektorat provinsi (UMSP)
dan upah minimum sektoral kabupaten atau kota (UMSK).
Sesuai dengan Peraturan menteri tenaga kerja nomor PER-01-MEN/1999 jo.
Keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor KEP-226/MEN/2000,
dalam pelaksanaan upah minimum perlu di perhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Besarnya upah minimum sektoral provinsi (UMSP) dan upahminimum
sektoral kabupaten/kota minimal 5 % lebih besar dari upahminimum provinsi
dan upah minimum kabupaten/kota (pasal 5);
2. Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
provinsi atau upah minimum kabupaten/kota atau upah minimum sektoral
provinsi minimum sektoral kabupaten/kota (pasal 13);
3. Upah minimum berlaku untuk semua status pekerja, baik tetap, tidak tetap
maupun percobaan (pasal 14 ayat 1);
16
pasal 12 peraturan pemerintah nomor 8 tahun 1981
32
4. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang memiliki masa kerja kurang
dari satu tahun (pasal 14 ayat 2);
5. Peninjauan besarnya upah bagi pekerja di atas masa kerja satu tahun di
lakukan atas kesepakatan tertulis antara pekerja dan pengusaha (pasal 14
ayat 3);
6. Bagi pekerja borongan berdasarkan satuan hasil yang di laksanakan satu
bulan atau lebih,
upah rata-rata sebulan minimal upah minimum di
oerusahaan yang bersangkutan (pasal 15 ayat 1);
7. Pengusaha di larang mengurangi atau penurunkan upah yang telah di
berikan lebih tinggi dari upah minimum yang berlaku (pasal 17);
8. Bagi pengusaha yang melanggar pasal 7 , pasal 13, dan pasal 14 ayat 1 dan
2 peraturan menteri tenaga kerja nomor PER-01/MEN/1999 di kenakan
sanksi :
a.
Pidana kurungan maksimal 3 bulan atau denda maksimal
Rp.100.000,-;
b.
Membayar upah pekerja sesuai dengan putusan hakim;
4. Upah lembur
Pengertian upah lembur adalah upah yang di berikan oleh pengusaha sebagai
imbalan kepada pekerja karma telah melakukan pekerjaan atau permintaan
pengusaha yang melebbihi dari jam dan hari kerja 7 jam sehari dan 40 jam
seminggu. Atau pada hari istrihat mingguan, hari-hari besar yang di tetapkan oleh
pemerintah
(surat
edaran
dirjen
bina
hubungan
pengawasan norma kerja nomor SE-02/M/BW/1987).
ketenagakerjaan
dan
33
Hal ini berarti bila seorang bekerja/buruh telah bekerja melebihi 40 jam
seminggu, maka ia berhak menerima upah lembur. Kendatipun demikian,
menurut ketentuan yang berlaku, terdapat pembatasan atau pengaturan khusus
terhadap pekerja/buruh tentu tidak berhak atas upah lembur.Mereka yang
tergolong bekerja staf, yakni pekerja yang tercantum dalam struktur organisasi
perusahaan yang menjabat suatu jabatan yang memiliki kewajiban, tanggung
jawab dan wewenagng untuk membantu memikirkan dan melaksanakan
kebijaksanaan perusahaan dalam memcapai dan melncarkan kemajuan
perusahaan.
34
BAB III
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEKERJA KHUSUS
SESUAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
3.1. Penegakan Hukum Secara Administrasi
Dalam prespektif Hak Asasi Manusia (HAM) adopsi merupakan jalan terbaik
guna menanggulangi dan mengurangi beban penderitaan masyarakat miskin
maupun masyarakat anak jalanan itu sendiri karena anak-anak merupakan asset
bangsa sebagai generasi penerus dan merupakan potensi sumberdaya manusia
bagi pembangunan nasional jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu
dibutuhkan pembinaan dan memberikan kesempatan kepada anak bangsa yang
terlantar di jalanan yang dalam pendidikan kurang mendapatkan semestinya di
usia belajar. Kondisi ini merupakan tugas kewenangan kita bersama sebagai
kepanjangan tangan dari tugas negara untuk mengayomi khususnya pemerintah
dan kita sebagai masyarakat Indonesia yang peduli atas kehadiran anak-anak
tersebut untuk mengenyam pendidikan.17
Permasalahan pekerja anak sebenarnya hampir menyerupai sebuah gunung
es.Kompleksitas pada dasar permasalahannya tidak tampak, sedangkan
aktualisasi pada permukaan berupa tindakan-tindakan eksploitasi terhadap anak
juga hanya muncul sedikit.Budaya masyarakat yang lebih cenderung bersifat
patriarchi dan kemiskinan secara struktural menciptakan suatu iklim yang
permisif terhadap pekerja anak di Indonesia.Terbatasnya studi dan perhatian
17
http://www.diskusiskripsi.com/2010/11/adopsi-merupakan-solusi-bagi-anak.html diakses tanggal
30 juli 2012
35
terhadap kondisi pekerja anak di Indonesia memberikan suatu kontribusi
terhadap terbelenggunya nasib pekerja anak.18
Dengan adanya kondisi seperti ini
program-program perlindungan anak
sangatlah dibutuhkan adanya. Jika program-program tersebut dapat berjalan
sebagaimana yang direncanakan, tentunya keberadaan “pekerja anak” akan
dapat dikurangi. Adopsi bagi anak jalanan perlu segera ditangani secara serius
dengan pertimbangan bahwa hak suatu warga negara adalah sama untuk
memperoleh kemerdekaan dalam kehidupan, usia anak yaitu usia pendidikan
dan usia belajar dan bermain, perlunya kasih sayang dan perhatian dalam
kehidupannya, maka dari itu di himbau bagi masyarakat yang mampu untuk
mengadopsi bagi anak jalanan, dimana anak jalanan merupakan bagian dari
masyarakat atau warga negara juga mampunyai hak yang sama dengan anakanak lainnya, mereka anak jalanan berhak mendapat hak atas pendidikan dan
kesejahteraan untuk hidup layak sebagai anggota masyarakat.19
1. Pekerja Anak
Berdasarkan pasal 1 (satu) angka 26 undang undang nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang berumur 18 tahun20.
1. Pengusaha dilarang memperkerjakan anak
2. Ketentuan pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak berumur antara 13 tahun
sampai dengan 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak
18
http://www.scribd.com/doc/50944545/PERLINDUNGAN-TERHADAP-PEKERJA-ANAKMASALAH-DAN-1 diakses tanggal 30 Juli 2012
19
Ibid
20
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
36
mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik,mental,dan sosial (pasal 69
ayat 1).
3. Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan harus
memenuhi persyaratan (pasal 69 ayat (2) ) yaitu sebagai berikut :
1. Izin tertulis dari orang tua atau wali
2. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali
3. Waktu bekerja maksimum 3 (tiga) jam sehari
4. Dilakukan pada siang hari pada yang tidak mengganggu waktu sekolah.
5. Keselamatan dan kesehatan kerja
6. Adanya hubungan kerja yang jelas, dan
7. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. Dalam hal anak dipekerjakan bersama sama pekerja/buruh dewasa, maka
tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa (
pasal 72 )
5. Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya ( pasal 73 )
6. Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaanpekerjaan yang terburuk (pasal 74 ayat 1) meliputi segala pekerjaan yaitu
sebagai beikut :
a. Dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
b. Yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk
pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;
37
c. Yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi
dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya, dan/ atau;
d. Yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak;
Apabila dalam pelaksanaannya masih terdapat pekerja/buruh anak maka akan
dikenakan sanksi administratif berupa:
1. Teguran
Teguran
adalah
suatu
peringatan
yang
di
keluarkan
oleh
Dinas
Ketenagakerjaan (Disnaker) berupa teguran secara lisan baik secara
langsung maupun tidak langsung, kepada perusahaan yang melanggar
ketentuan Undang-Undang yang berlaku.
2. Peringatan Tertulis
Peringatan tertulis adalah peringatan yang di keluarkan oleh Disnaker kepada
perusahaan yang melanggar ketentuan Undang-Undang yang berlaku, yang
tidak mentaati peringatan yang secara lisan sebagaimana yang tersebut di
atas.
3. Pembatasan Kegiatan Usaha
Pembatasan kegiatan usaha adalah batasan untuk memperluas atau
memperbesar kegiatan usaha dalam kegiatan di wilayah usaha tersebut.
4. Pembekuan Kegiatan Usaha
38
Pembekuan Kegiatan Usaha adalah larangan yang di keluarkan oleh
disnaker kepada perusahaan yang melanggar untuk tidak beroperasi seperti
biasanya.
5. Pembatalan persetujuan
Pembatalan persetujuan adalah suatu kewenangan yang dimiliki pemerintah
dalam hal ini diwakili oleh disnaker, dalam memberikan berbagai bentuk
lisensi
maupun
referensi
untuk
perusahaan
dalam
menjalankan
operasionalnya.
6. Pembatalan Pendaftaran
Pembatalan
Pendaftaran
adalah
penarikan
kembali
oleh
disnaker
pendaftaran perusahaan yang telah beroperasi karna perusahaan tersebut
melanggar ketentuan undang-undang yang berlaku.
7. Penghentian Sementara Sebagian atau Seluruh Alat Produksi
Penghentian sementara sebagian atau seluruh slat produksi adalah
penghentian melakukan produksi barang baik sebagian maupun seluruhnya
dalam suatu perusahaan yang tetap melanggar peringatan-peringatan yang
sudah di keluarkan sebelumnya.
8. Pencabutan Izin
Pencabutan Izin adalah tindakan terakhir yang dilakukan oleh disnaker
kepada perusahaan yang tetap melanggar dan yang tidak mentaati
39
peringatan-peringatan yang telah di keluarkannya, berupa larangan untuk
melakukan kegiatan usaha/produksi untuk selamanya.
2. Pekerja Cacat
Apabila dalam pelaksanaannya masih terdapat pekerja/buruh pekerja cacat
maka akan dikenakan sanksi administratif berupa:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pembekuan kegiatan usaha
5. Pembatalan persetujuan
6. Pembatalan pendaftaran
7. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi
8. Pencabutan izin
3. Pekerja Wanita
Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun
dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselaman
kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00 Wib
40
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00 wajib :
1. Memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
2. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
3. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh
perempuan yang berangkat dan pulanag bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 05.00.
Ketentuan sebagaimana tersebut
diatur dengan Keputusan Menteri. Sanksi
administratif terjadi bila pengusaha atau siapapun memperlakukan pekerja
termasuk perempuan secara diskriminasi.Misalnya dalam hal kesempatan yang
berbeda dalam mendapatkan kesempatan kerja.(Pasal 190 UUKK). Bentuk
sanksi administrative tersebut dapat berupa :
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pembekuan kegiatan usaha
5. Pembatalan persetujuan
6. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi
7. Pencabutan izin usaha (Pasal 190 UUKK)
3.2. Penegakan Hukum Secara Pidana
1. Pekerja Anak
Berdasarkan pasal 1 (satu) angka 26 undang undang nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang berumur 18 tahun. Apabila
41
Pengusaha dilarang memperkerjakan anak, kecuali bagi anak berumur antara
13 tahun sampai dengan 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang
tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik,mental,dan sosial.
Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi
persyaratan yaitu mendapatan Izin tertulis dari orang tua atau wali, perjanjian
kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali, waktu bekerja maksimum 3
(tiga) jam sehari, dilakukan pada siang hari pada yang tidak mengganggu waktu
sekolah.
Selain faktor diatas keselamatan dan kesehatan kerja harus sangat diperhatikan
dalam memperkerjakan anak, Adanya hubungan kerja yang jelas, danMenerima
upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal anak dipekerjakan
bersama sama pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan
dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa. Anak dianggap bekerja bilamana berada
di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.Siapapun dilarang
mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk
(pasal 74 ayat 1) meliputi segala pekerjaan, dalam bentuk perbudakan atau
sejenisnya.
Sedangkan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk
pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian atau yang
memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya,
dan/ atau yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.Sesuai
dengan pasal 185 ayat 1 dan 2 undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan maka:
42
1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 68
maka dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
100.000.000.00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000.00
(empat ratus juta rupiah).
2) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) merupakan
tindak pidana kejahatan.
Sesuai dengan bunyi pasal 187 undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan maka :
1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 76
dan pasal 85 maka akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1
(satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling
sedikit RP 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak RP
100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
2) Tindak pidana sebagaimana yang di maksud pada ayat 1 merupakan tindak
pidana melanggaran.
2. Pekerja Cacat
Perusahaan negara dan swasta memberikan kesempatan dan perlakuan yang
sama kepada penyandang cacat dengan mempekerjakan penyandang cacat di
perusahaannya sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan
kemampuannya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan dan/atau
kualifikasi perusahaan.Pasal 14 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat menyatakan bahwa perusahaan negara dan swasta
43
“memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama” kepada tenaga kerja
penyandang cacat sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan dan
kemampuannya. Penjelasan mengenai ketentuan dalam Pasal 14, adalah :
1) Perusahaan negara meliputi badan usaha milik negara (BUMN) dan badan
usaha milik daerah (BUMD), sedangkan perusahaan swasta termasuk di
dalamnya koperasi.
2) Perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan
yang bersangkutan, untuk setiap 100 (seratus) orang karyawan.
3) Perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi harus mempekerjakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi
persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan walaupun jumlah
karyawannya kurang dari 100 (seratus) orang.
4) Perlakuan yang sama diartikan sebagai perlakuan yang tidak diskriminatif
termasuk di dalamnya kesamaan pengupahan untuk pekerjaan dan jabatan
yang sama.
Ketentuan dalam Pasal 14 dikuatkan dengan Ketentuan Pidana yang
dicantumkan dalam Pasal 28 ayat (1), yang berbunyi :
“Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
Pasal 14 diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan
dan/atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah).”
Selain itu, juga diatur dalam ketentuan pasal yaitu pasal 187 undang-undang
nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan maka:
44
1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 67
ayat 1 dan 2 maka akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1
(satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan atau denda paling
sedikit Rp 10.000.000.00 (sepuluh juta rupia) dan paling banyak Rp
100.000.000.00 (seratus juta rupiah).
2) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 merupakan tindak
pidana pelanggaran.
3. Pekerja Wanita
Sanksi pidana penjara dan/denda terhadap pelanggaran hak pekerja perempuan
termuat dalam beberapa pasal UU Ketenagakerjaan (UUK).Berikut beberapa
ketentuan yang mengatur tentang sanksi pidana penjara dan/denda tersebut.
1) Sanksi tindak pidana kejahatan dengan ancaman pidana penjara paling
singkat satu tahun dan paling lama empat tahun dan atau denda paling
sedikit Rp 100.000.000 dan paling banyak Rp 400.000.000 bagi pengusaha
yang tidak memberikan kepada pekerja perempuan hak istirahat selama 1,5
bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan sesuai
keterangan dokter atau bidan. (Pasal 185)
2) Sanksi tindak pidana pelanggaran dan diancam penjara paling singkat satu
bulan dan paling lama empat tahun dan atau denda paling sedikit Rp
10.000.000 dan paling banyak Rp 400.000.000 bagi pengusaha yang tidak
membayar upah bagi pekerja perempuan yang sakit pada hari pertama dan
hari kedua masa haidnya. Sehingga, tidak dapat menjalankan pekerjaannya.
(Pasal 186 UUKK)
45
3) Sanksi pidana pelanggaran dengan ancaman hukuman kurungan paling
sedikit satu bulan dan paling lama 12 bulan dan atau denda paling sedikit Rp
10.000.000 dan paling banyak Rp 100.000.000 terhadap pengusaha yang :
a. Mempekerjakan perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun antara
pukul 23.00 Wib s/d pkl 07.00 Wib
b. Mempekerjakan perempuan hamil yang menurut keterangan dokter
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun
dirinya bila bekerja pada pukul 23.00 Wib s/d 07.00 Wib
c. Mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 s/d 07.00 yang
tidak memberikan makanan dan minuman serta tidak menjaga kesusilaan
dan keamanan selama di tempat kerja
d. Tidak menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja perempuan yang
berangkat dan pulang kerja antara pukul 23.00 Wib s/d pukul 05.00 Wib
46
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan sengaja di rancang oleh pemerintah untuk melindungi
hak-hak dan kewajiban pekerja khusunya bagi pekerja khusus, dalam hal
ini pekerja wanita, pekerja penyandang cacat, dan pekerja anak, untuk di
lindungi apa yang menjadi hak-hak pekerja khusus tersebut, yang
merupakan tugas pemerintah pejabat Negara diwakili oleh disnaker yang
mempunyai wewenang untuk melindunginya.
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan memang di rancang untuk melindungi hak-hak dan
kewajiban bagi pekerja khusus dan pengusaha namun dalam UndangUndang
Republik
Ketenagakerjaan
Indonesia
masih
Nomor
ditemukan
13
Tahun
2003
kelemahan-kelemahan
Tentang
dalam
47
ketentuannya, dan dalam praktek saat ini perusahaan banyak yang
melanggar aturan-aturan yang di tetapkan oleh pemerintah.
4.2. Saran
1. Perlu diperhatikan secara tegas terhadap hak-hak pekerja khusus
oleh semua pihak yang berkepentingan.
2. Perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk slalu melakukan
operasional
terhadap perusahaan
tentang
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan.
ada
atau
tidaknya
48
DAFTAR BACAAN
Buku
Khakim, Abdul, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Penerbit Citra Aditya Bakti
Cetakan I, Bandung, 2003.
Halili, Toha,
Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta, 1991.
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_anak
http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_anak diakses tanggal 26 Juli 2012
http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/pekerja_cacat_total.aspx
http://www.gajimu.com/main/tips-karir/Tentang-wanita/hukum-bagi-pekerjawanita
http://www.diskusiskripsi.com/2010/11/adopsi-merupakan-solusi-bagi-anak.html
http://www.scribd.com/doc/50944545/PERLINDUNGAN-TERHADAP-PEKERJAANAK-MASALAH-DAN-1 diakses tanggal 30 Juli 2012
Undang-Undang
Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
depnaker, 1994/1995: 11
Peraturan Pemerimtah nomor 8 tahun 1981
49
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Download