skripsi jurusan teknik mesin fakultas teknik universitas

advertisement
PENGARUH KADAR GARAM TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR GARAM SEBAGAI ENERGI
ALTERNATIF TERBARUKAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana SI
Jurusan Teknik Mesin
Bidang Konversi Energi
Disusun oleh :
FACHRUL ARIZAL
E1 C1 13 003
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul:
Pengaruh Kadar Garam Terhadap Daya Yang Dihasilkan Pembangkit
Listrik Tenaga Air Garam Sebagai Energi Alternatif Terbarukan. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak baik bimbingan, nasehat,
arahan, serta doa maka penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Penghargaan yang sangat tinggi dan ucapan terima kasih yang sangat tulus
penulis sampaikan kepada bapak
Muhammad Hasbi ,ST.,MT
selaku
pembimbing I dan bapak Abd.Kadir,ST.,MT selaku pembimbing II atas
bimbingan, arahan dan petunjuk yang sangat berharga dalam penulisan hasil
penelitian ini.
Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis,
Ayahanda tercinta Usman dan Ibunda tersayang Nur Lela yang telah menjadi
orang tua terhebat sejagad raya, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta,
perhatian dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan pernah bisa penulis balas.
Kepada saudara yang hebat yang senantiasa mendampingi mendengar keluh kesah
dan dukungan Sachrul Wardana dan Khairul Julansyah. Terima kasih banyak
telah menjadi motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Supriadi Rustad,M.Si, Selaku Rektor Universitas Halu
Oleo Kendari.
2. Bapak Mustarum Musaruddin,ST.,MIT.,Ph.D, Selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Halu Oleo
iv
3. Bapak Muhammad Hasbi, ST.,MT, Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
4. Bapak Muhammad Hasbi ,ST.,MT, Selaku Dosen Pembimbing I dan
Abd.Kadir,ST.,MT selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya penyusunan Proposal Tugas
Akhir ini dapat terselesaiakn dengan baik.
5. Bapak Ir.Salimin, MT, Budiman Sudia. ST.,MT, dan Al Ichlas Imran ST.,
M.Eng. selaku dewan penguji.
6. Bapak/Ibu Dosen pada Fakultas Teknik, khususnya Bapak/Ibu Dosen
Pengajar pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu
Oleo
7. Staf dan Asisten-asisten di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo yang telah banyak memberikan bantuan dalam
penyusunan proposal tugas akhir ini
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik, Khususnya Angkatan 2013 SI
Teknik Mesin
9. Teman-teman khususnya leting kawan di kampus teknik Aris Nurohim,
L.D. Asdaharno, Herbianto, Suryo Susilo SS, Fajarul Kadir, Ld Iqwal,
Muh Ali Usman, Bahdin Ahad Badia, Harman Said, Saktiawan, La Syarif,
Muradin, Isran, dan masih banyak lagi atas motivasi dan keceriaannya
selama penyusunan proposal ini
10. Kepada kakanda senior teknik mesin yang selalu memberi arahan dan
motivasi serta canda tawanya.
11. Kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan saya dan kepada Angela
Istia yang selalu menemani saya dalam suka dan duka, serta memotivasi
untuk terus berusaha.
12. Kepada teman-teman sejawat, L.D. Asdaharno, Andi Yusriadi, Irwan
Syah, Ikbar Halik, Nandar Triono, Izat Raafi, Saprin, serta teman-teman
yang tidak bias saya sebutkan.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis menyebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusuna proposal tugas akhir ini.
v
vi
INTISARI
Tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui pengaruh perbandingan
kadar garam terhadap daya listrik yang dihasilkan pembangkit listrik air garam
sebagai energi listrik alternatif terbarukan.
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu AVO meter, tang,
mistar, gelas ukur, neraca analitik, salt meter, garam, plat tembaga, plat
aluminium, kabel dan kaca. Prosedur penelitian ini adalah mempersiapkan alat
dan bahan, kemudian membuat sel elektrokimia sebanyak 2 pasang sel
elektrokimia dan penampung air dan garam menggunakan kaca dengan volume
air 2 liter, membuat rangkaian seri plat tembaga dan aluminium, membuat larutan
air dan garam, kemudian melakukan pengujian daya listrik air garam sebagai
sumber energi alternatif menggunakan AVO meter. Parameter yang diukur pada
penelitian ini yaitu besar potensial listrik dan kuat arus yang mampu dihasilkan air
garam dengan variasi jumlah massa garam 25 g, 50 g, 75 g,100 g, 125 g, 150 g,
175 g, 200 g, dan 225 g dilakukan untuk memberikan beda kadar garam.
Setelah melakukan pengujian air garam menjadi sumber energi alternatif,
daya yang besar didapatkan pada kadar garam 74 % atau dengan massa garam
175 g yang menghasilkan daya sebesar 0.058 Watt, sedangkan nilai daya terendah
terdapat pada kadar garam 7 % atau dengan massa garam 25 g yang dimana hanya
mampu menghasilkan daya listrik sebesar yaitu 0,011 Watt. Untuk menyalakan
lampu LED 1,5 W menggunakan metode sel elektrokimia dapat dilakukan
dengan membuat sel sebanyak 20 sel dengan volume air sebanyak 2000 ml dan
dicampur dengan garam sebanyak 175 g garam dengan kadar garam 74 %.
Menggunakan 20 pasang sel elektroda aluminium dan tembaga dimana masingmasing elektroda berukuran 3 cm x 6 cm
Kata kunci : Air garam, Sel Elektrokimia, kadar garam, Daya.
vii
ABSTRACK
The purpose of this study is to find out of salinity towards electric
power produced by salt water power plants as a renewable alternative electrical
energy.
Tool and materials used in this research were the AVO meter, pliers,
copper plate, aluminium plate, ruler, measuring cups, balance analitik, salt meter,
salt, copper plate, aluminum plate, cable and glass. The procedure of this study
was preparing tools and materials, then making an electrochemical cell as much
as 2 pairs of electrochemical cells and a container of water and salt using glass
with 2 liter volume of water, making the series circuit copper plate and
aluminum, making a solution of water and salt, then testing the power of salt
water as a source alternative energy using AVO meter. The parameters measured
in this study was a large electric potential and strong currents are able to produce
brine with amounts of salt variety 25 g, 50 g, 75 g, 100 g, 125 g, 150 g, 175 g,
200 g and 225 g, done to provide different salinity.
After testing the brine into alternative energy sources, large power
obtained on the salinity 74% or with mass of salt 175 g which produce the power
that is equal to 0058 watts, while the value of the lowest power contained in the
salinity of 7% or the mass of salt 25 g, where only capable to produce the electric
power amounting of 0,011 Watt. To turn on the LED lamp 1.5 W using
electrochemical cells method can be done by making the cells as much as 20 cells
with a volume of 2,000 ml of water and salt mixed with 175 g of salt with a salt
content of 74%. Using 20 pairs of aluminum and copper electrode cell where each
electrode measuring 3 cm x 6 cm
Keywords: Brine, Electrochemical Cells, salinity, Power.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... vii
ABSTRACK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ...................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3.Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4.Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.5.Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pustaka Terdahulu .................................................................................... 4
2.2. Kondisi Energi Indonesia ......................................................................... 7
2.2.1. Minyak dan Gas Bumi .................................................................... 7
2.2.2. Batu Bara ....................................................................................... 8
2.2.3. Konsumsi Energi Final ................................................................... 8
2.3. Larutan Utama Pada Pembangkit Listrik Air Garam ................................. 9
2.3.1.Natrium ........................................................................................... 9
2.3.2.Klorin .............................................................................................. 10
2.3.3.Hidrogen ......................................................................................... 11
ix
2.3.4.Oksigen ........................................................................................... 12
2.4. Elektrolisis ............................................................................................... 13
2.4.2. Macam- Macam Elektrolisis ........................................................... 15
2.4.2. Reaksi Reduksi Dan Oksidasi ......................................................... 16
2.4.3. Ketentuan Katoda ........................................................................... 19
2.4.4. Ketentuan Anoda ............................................................................ 19
2.4.5. Elektron Dalam Atom..................................................................... 21
2.5. Elektrokimia ............................................................................................ 21
2.5.1.Sel Volta ......................................................................................... 21
2.5.2. Potensial Elektroda ......................................................................... 23
2.5.3. Kegunaan Sel Volta ........................................................................ 24
1. Batere Biasa ................................................................................ 24
2. Betere Alkaline ........................................................................... 25
3. Sel Aki ........................................................................................ 25
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 27
3.2. Alat Dan Bahan Yang Digunakan............................................................. 27
3.2.1. Alat ................................................................................................ 27
3.2.2. Bahan ............................................................................................. 28
3.3. Prosedur Percobaan .................................................................................. 29
3.4. Tabel Pengamatan .................................................................................... 30
3.4.1. Pengamatan Untuk campuran air dan garam .................................. 31
3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data ............................................ 31
A. Pengumpulan Data ............................................................................. 31
B. Analisa Data ........................................................................................ 32
3.6. Gambar Alat Uji....................................................................................... 32
3.7.diagram Alir Penelitian ............................................................................. 33
BAB IV. HASIL Dan PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan..................................................................................... 34
4.2. Perhitungan Daya Listrik Air Garam Sebagai Sumber Energi Alternatif ... 36
x
4.3. Energi Yang Dimiliki Sistem ................................................................... 38
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 40
5.2. Saran ........................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Sumber Daya Minyak Dan Gas Bumi .....................................
7
Gambar 2.2. Natrium..................................................................................
10
Gambar 2.3. Klorin ....................................................................................
11
Gambar 2.4. Elektrolisis .............................................................................
14
Gambar 2.5. Senyawa Natrium Klorida ......................................................
16
Gambar 2.6. Reaksi oksidasi dan reduksi Fe2O3 + 3Co ...............................
18
Gambar 2.7. Reaksi Redoks Tembaga ........................................................
18
Gambar 2.8. Lintasan Spiral Elektron .........................................................
22
Gambar 2.9. Sel Volta ...............................................................................
23
Gambar 2.10. Batere Biasa ...........................................................................
26
Gambar 2.11. Batere Alkalin ........................................................................
27
Gambar 2.12. Sel Aki ...................................................................................
27
Gambar 3.1. Alat Uji ..................................................................................
35
Gambar 3.2. Diagram Alir ..........................................................................
36
Gambar 4.1
Pengaruh Kadar Garam Terhadap Daya Listrik ......................
41
Gambar 4.2. Energi Kimia Menjadi Energi Listrik .....................................
42
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Periodik Unsur..................................................................... 12
Tabel 2.2. Potensial Elektroda ....................................................................... 25
Table 3.1. Alat Perlengkapan......................................................................... 29
Table 3.2. Bahan Penelitian ........................................................................... 30
Table 3.3. Rancangan Pengamatan ................................................................ 32
Table 4.1. Hasil Pengamatan Penggunaan Air Garam Sebagai Energi............ 38
Table 4.2. Data Hasil Pengamatan Daya Listrik Dari Air Garam ................... 40
xiii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
SO
= Sulfur Monoksida
NO
= Natrium Monoksida
NO2
= Natrium
CO
=Carbon Monoksida
HC
=Hidro Carbon
ml
=Mili Liter
NaCl
=Natrium Clorida
H2 O
=Hidrogen
DEN
=Dewan Energi Nasional
TsCF
=Triliyun Standar Feet Cubic
BBM
=Bahan Bakar Minyak
Cu
=Cuprum (Tembaga)
Al
=Aluminium
°F
=Derajat Fahrenheit
°C
=Derajat Celciuc
O2
=Oksigen
Zn
=Zeng
V
=Volt
E°
=Potensial Elektroda
g
=Gram
%
=Persen
Toe
=Ton Of Oil Equivalent
e
=Elektron
DC
=Direct Current
V
=Potensial Listrik (Volt)
I
=Arus Listrik (Ampere Meter)
P
=Daya (Watt)
Hidroksida
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel pengamatan ...................................................................... 44
Lampiran 2. Gambar Alat Uji ......................................................................... 46
Lampiran 3. Proses Pengambilan Data ........................................................... 46
Lampiran 4. Pengujian Kadar Garam.............................................................. 47
Lampiran 5. Sel Elektrokimia Sederhana ........................................................ 47
Lampiran 6. Hasil Pemakaian Elektroda ......................................................... 48
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Salah satu isu utama disektor energi saat ini adalah efisiensi pemanfaatan
energi terkait dengan semakin meningkatnya harga energi dan dorongan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca (green house gas emissions). Indonesia sebagai
salah satu negara asean yang penggunaan energinya paling besar, perlu bijak
dalam merespon isu tersebut. Hal ini mengingat bahwa konsumsi energi dan
pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat.
Energi laut merupakan altrnatif energi terbarukan termasuk sumber daya
nonhayati yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Selain
menjadi sumber pangan, laut juga mengandung beraneka sumber daya energi
yang keberadaannya semakin signifikan manakala energi yang bersumber dari
bahan bakar fosil semakin menipis. Selain itu emisi yang dikeluarkan dari gas
buang hasil pembakaran bahan bakar fosil antara lain SOx, NOx, CO, HC, dan
partikel debu. Parameter pencemaran udara untuk gas CO dan NO2 dianalisis
karena gas ini memiliki prosentase yang cukup besar dalam pencemaran udara.
Gas tersebut cukup berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila berada di atas standar baku mutu.
Di perkirakan potensi laut mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik
dunia sehingga tidak mengherankan berbagai negara maju telah berlomba
memanfaatkan energi ini. Secara umum, lautan dapat memproduksi dua tipe
energi yaitu energi dari kandungan air laut, perbedaan suhu dan salinitas, serta
energi gelombang dan arus laut.
Dari hasil percobaan awal yang dilakukan, dengan menggunakan empat
buah cup gelas yang berukuran 350 ml, dengan takaran garam masing-masing dua
sendok makan setiap gelas yang dimana garam disini dimaksudkan sebagai
alternatif pengganti air laut dan elektroda menggunakan aluminium dan tembaga
sebanyak empat pasang elektroda. Dari hasil pengukuran didapat bahwa voltase
1
yang dihasilkan adalah 3,4 volt. Ini membuktikan bahwa air garam dan tambahan
beberapa elektroda dapat menghasilkan arus listrik.
Persoalannya tinggal bagaimana kualitas manusia dalam memanfaatkan
dan mengelola potensi ini. Tanda bahwa air laut mengandung arus listrik adalah
adanya unsur Natrium Chlorida (NaCl) yang tinggi dan oleh air (H2O) diuraikan
menjadi Na+ dan Clˉ. Berdasarkan Masalah Di Atas Maka Penulis Melakukan
Penelitian Mengenai “Pengaruh Kadar Garam Terhadap Daya Yang Dihasilkan
Pembangkit Listrik Tenaga Air Garam Sebagai Energi Alternatif Terbarukan”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana pengaruh
perbandingan kadar garam terhadap daya listrik yang dihasilkan pembangkit
listrik air garam sebagai energi listrik alternatif terbarukan?
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini, adalah:
1.
Peneneliti hanya meneliti tentang pengaruh kadar garam terhadap daya listrik
yang dihasilkan pembangkit listrik air garam.
2.
Dalam proposal ini, pembahasan reaksi kimia hanya seputar elektrokimia
pada air garam.
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini
mengetahui pengaruh perbandingan kadar garam
adalah untuk
terhadap daya listrik yang
dihasilkan pembangkit listrik air garam sebagai energi listrik alternatif terbarukan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
a. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan Sebagai pertimbangan atau referensi bagi
penelitian sejenisnya atau penelitian yang lebih luas.

Sebagai bahan pembelajaran untuk lebih mengoptimalisasi sumber daya
alam yang ada di laut.
2
b. Bagi Masyarakat

Dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan atau informasi bagi
masyarakat yang ingin menggunakan air garam sebagai sumber energi
listrik alternatif.

Dapat diaplikasikan sebagai listrik alternatif di daerah pesisir.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pustaka Terdahulu
Putra (2010) Teknologi mengubah air menjadi sumber energi sudah mulai
banyak ditemukan. Para ilmuan mempunyai metode masing-masing tentang
pengubahan air menjadi energi. Salah satunya menggunakan metode elektrolisis,
yaitu mengubah ikatan air H2O menjadi senyawa penyususn H2 yang mudah
terbakar dan O2 yang berfungsi membantu proses pembakaran. Hal ini
mempengaruhi arus listrik. Dalam penelitian ini larutan yang digunakan adalah
larutan KOH sedangkan arus listrik berasal dari power supply DC sebagai sumber
tegangan kemudian dianalisis menggunakan metode analisis regesi.
Penelitian tentang
simulasi prototipe on field battery telah dibuat
melalui pemaanfaatan perbedaan salinitas dengan beberapa pasangan elektroda.
Pendekatan yang digunakan untuk simulasi, yaitu sel konsentrasi elektrolitik
yang dipisahkan oleh jembatan garam berisi natrium klorida. Air laut dan
air tawar tiruan yaitu natrium klorida dengan konsentrasi masing-masing 0,6 M
dan 0,024 M. Daya yang dihasilkan, diukur dengan potensiostate DAQ
melalui integal kurva I-V. Beberapa pasangan elektroda telah diuji coba
untuk mengekstrak energi. Dari hasil pengujian yang dilakukan, pasangan
elektroda alumunium-tembaga menghasilkan daya yang paling tinggi yaitu
373,1314 µW/cm² (Udi dan Kurniawan, 2013).
Prianto (2008), melakukan penelitian mengenai penentuan potensial sel
teoritis proses elektrolisis natrium klorida menjadi natrium perklorat (NaClO4)
dengan metode elektrokimia. Proses elektrokimia dibagi dalam empat tahapan
reaksi pembentukan, yaitu pembentukan pertama natrium hipoklorit (NaClO),
ke-2 natrium klorit (NaCl2) yang ke-3 sodium chlorate (NaClO3) dan yang ke-4
sodium perchlorate (NaClO4). Potensial sel teoritis dipelajari dengan
menggunakan metode komputasi dengan perhitungan mekanika kuantum. Dalam
penelitian digunakan himpunan dasar B3LYP/6-31++G(3df,3pd) dan B3LYP/6-
4
311+G(2d,p) untuk mencari nilai potensial sel teoritis yang mendekati nilai
sebenarnya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa himpunan dasar
B3LYP/6-31++G(3df,3pd) lebih akurat untuk menentukan potensial reduksi
standar reaksi 2Cl -
Cl2+2e- dibandingkan dengan himpunan dasar B3LYP/6-
311+G(2d,p), dengan nilai potensial sel teoritis yang diperlukan untuk proses
elektrolis NaCl hingga menjadi NaClO4 adalah 2,362 V sampai dengan 2,918 V.
Damanik dkk (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh jarak katoda
dan anoda terhadap tekanan gas hidrogen dan klorin pada proses elektrolisis air
garam. Hidrogen alam tidak ada dipermukaan bumi, sehingga hidrogen harus
dibuat. Pada prinsipnya, hidrogen bisa diperoleh dengan memecah senyawa yang
paling banyak mengandung unsur hidrogen. Sampai saat ini produksi hidrogen
skala komersial yang paling maju adalah produksi hidrogen berbasis bahan bakar
fosil dan air. Lebih dari 85% kebutuhan hidrogen dunia dipasok dengan sistem
produksi steam reforming metana. Produksi hidrogen dengan bahan baku air yang
sudah komersial adalah proses elektrolisis. Proses elektrolisis hanya bisa
dijalankan jika tersedia listrik dalam jumlah besar dengan harga murah. Penelitian
tentang pengaruh jarak katoda dan anoda terhadap tekanan gas yang dihasilkan
pada proses elektrolisis air garam. Penelitian menggunakan sumber arus baterai
12 V, dan jarak yang telah ditetapkan pada katoda dan anoda ialah 80 mm, 120
mm dan 200 mm. Jenis elektroda yang digunakan Stainless stell, Aluminium dan
Tembaga, dengan jumlah campuran garam yang terlarut dalam air ialah 250 g
dalam satu liter air, atau sekitar 50 g perliter air. Dan ternyata tekanan gas yang
dihasilkan oleh elektroda yang berbahan stainless stell lebih tinggi dibandingkan
oleh elektroda yang berbahan aluminium dan tembaga dan semakin dekat jarak
elektroda maka tekanan gas yang dihasilkan semakin tinggi.
Isyana (2010), melakukan penelitian mengenai perilaku sel elektrolisis air
dengan elektroda stainless steel. Elektrolisis merupakan reaksi dekomposisi dalam
suatu elektrolit oleh arus listrik. Air merupakan elektrolit sangat lemah yang dapat
terionisasi menjadi ion-ion H+ dan OH-, sehingga memungkinkan untuk dilakukan
elektrolisis untuk dipecah menjadi gas-gas hidrogen dan oksigen. Proses
elektrolisis air berjalan sangat lambat sehingga perlu diupayakan cara-cara untuk
5
meningkatkan efisiensi produk, misalnya dengan penambahan zat terlarut
yang bersifat elektrolit, modifikasi elektroda atau dengan cara-cara lain yang
mampu meningkatkan efisiensi produk. Pada penelitian ini dicoba melakukan
elektrolisis akuades, air sumur dan larutan soda dengan menggunakan elektroda
stainless steel selama 900 detik dengan tegangan 12 V. Selama proses elektrolisis
dilakukan pengamatan terhadap perubahan temperatur dan pH dalam selang waktu
tertentu,
yang
selanjutnya
elektrolisis. Berdasarkan
digunakan
data
untuk
mempelajari
perilaku
sel
variasi temperatur dan pH selama proses
elektrolisis dapat dibuat termogam temperatur dan waktu ser ta kurva perubahan
pH untuk setiap sel elektrolisis. Untuk masing-masing sel elektrolisis ternyata
memberikan termogam dan kurva pH yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
masing-masing
sel
elektrolisis
memiliki
perilaku
yang
berbeda,
yang
menunjukkan bahwa jenis dan atau kuantitas material yang terlibat pada proses
elektrolisis dapat berbeda.
Kerja seacell ketika air laut masuk dan mengaliri kedalam seacell , ion dari
garam NaCl yang terkadung dalam air laut terurai menjadi Na+ dan Cl- sehingga
terjadi reaksi pada anoda dan katoda. Ion negatif dari garam akan mengoksidasi
elektroda Pb sehingga terjadi perbedaan potensial antara elektroda Pb dengan
larutan NaCl. Itulah yang menyebabkan timbulnya arus listrik dan lampu pun
menyala. Berdasarkan literatur dan hasil analisis, energi listrik yang dihasilkan
Seacell dapat menghemat penggunaan genset. Dari sisi efektifitas, dilihat dari segi
bahan bakar, genset membutuhkan biaya Rp 29.500 per minggu untuk 5 liter solar
sedangkan seacell tidak mengeluarkan biaya karena tidak memakai bahan bakar
dan tegangan yang dihasilkan dari seacell secara teoritis mampu 15 volt per 1
kg air laut. Dilihat dari segi lingkungan, genset menghasilkan gas karbon yang
dapat menyebabkan pemanasan globa l sedangkan seacell tidak menghasilkan gas
karbon sehingga ramah lingkungan. Proyeksi dana pembuatan SEACELL secara
kasaran untuk menyalakan lampu LED (light emition diode) yang biasa digunakan
nelayan pada saat melaut adalah berkisar Rp 103.500 (Fariya dan Rejeki, 2015).
6
2.2. Kondisi Energi Indonesia
Indonesia.
2.2.1. Minyak dan Gas Bumi.
Bumi
Cadangan minyak bumi nasional baik berupa cadangan
dangan terbukti maupun
cadangan potensial mengalami peningkatan pada periode
period 2012--2013. Cadangan
potensial minyak pada tahun 2013 sebesar 3,85 miliar barel sedangkan cadangan
terbukti sebesar 3,69 miliar barel.sebaran cadangan minyak
minyak bumi tersebut
sebagian besar terdapat di wilayah sumaterayang mencapai 62,1% dari total
cadangan minyak bumi nasional atau sebesar 5,02miliar barel. sedangkan Jawa
dan Kalimantan
limantan masing
masing-masing memiliki cadangan minyak bumi sebesar 1,81
miliar barel dan 0,57
,57 miliar barel. sisanya sebesar 0,14 miliar barel terdapat di
daerah
erah Papua, Maluku dan Sulawesi (DEN.2014).
Gambar 2.1. Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi (DEN 2013)
Pangsa cadangan minyak bumi indonesia hanya berkisar 0,5% dari total
cadangan minyak bumi dunia. Di lain sisi, laju konsumsi BBM sebagai produk
hasil olahan terus mengalami peningkatan sedangkan laju produksi dalam 18
tahun terakhir terus mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa
indonesia rentan terhadap perubahan kondisi global yang dapat berpengaruh pada
ketahanan energi Nasional sebagai akibat dari tingginya ketergantungan pasokan
dari luar (DEN,2014).
(DEN,2014) menyatakan bahwa Cadangan gas bumi nasional tersebar di
seluruh wilayah indonesia. Total cadangan gas bumi pada tahun
un 2012 sebesar
150,39 TsCF, dimana cadangan terbukti berkisar 101,54 TsCF sedangkan
7
cadangan potensial berkisar 48,85 TsCF. Dibanding dengan tahun sebelumnya,
cadangan gas bumi nasional mengalami penurunan berkisar 0,2 %. Akibat dari
laju produksi pertahun tidak dapat diimbangi oleh penemuan cadangan baru. Total
cadangan gas bumi pada tahun 2012 berkisar 150,7 TsCF yang artinya terjadi
penurunan sekitar 0,2% atau sebesar 0,31 TsCF pada tahun 2013.
2.2.2. Batubara
Cadangan batubara Indonesia sampai dengan 2013 mencapai sebesar
28,97 Miliar Ton, sedangkan sumber daya batubara mencapai 119,82 miliar Ton
dengan rincian sumber daya terukur sebesar 39,45 miliar Ton, terindikasi sebesar
29,44 miliar Ton, tereka sebesar 32,08 miliar Ton dan hipotetik sebesar 19,56
miliar Ton. Jika melihat tingkat produksi batubara yang mencapai 431 juta Ton,
dan apabila diasumsikan bahwa tidak ada peningkatan cadangan terbukti, maka
produksi batubara diperkirakan dapat bertahan dalam jangka waktu 50 tahun
mendatang (DEN. 2014).
Pemerintah perlu mendorong peningkatan eksplorasi dan teknologi untuk
meningkatkan status sumber daya menjadi cadangan melalui pemberian insentif
serta menciptakan regulasi yang dapat mengatasi hambatan dalam investasi
dibidang eksplorasi batubara. Dikhawatirkan jika permasalahan ini tidak
diselesaikan maka indonesia akan berbalik menjadi importir batubara mengingat
kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat. Secara global, cadangan
batubara indonesia hanya sebesar 0,8 % (BP Statistical Review) dari total
cadangan batubara dunia. Namun indonesia merupakan pengekspor batubara
terbesar dimana hampir 79,5% produksi batubara untuk keperluan ekspor
(DEN.2014)
2.2.3. Konsumsi Energi Final.
sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan meningkatnya pola
hidup masyarakat, konsumsi energi di indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Peningkatan ini terjadi hampir pada semua sektor yang mencakup sektor
industri, transportasi, komersial, rumah tangga, pembangkit listrik dan sektor
8
lainnya. Selain biomassa, konsumsi energi final di indonesia selama ini masih
bertumpu pada energi fosil terutama bahan bakar minyak (BBM). Meskipun peran
energi fosil lainnya seperti batubara dan gas bumi belum setinggi BBM, namun
kedua jenis energi tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Perkembangan konsumsi energi berdasarkan sektor pengguna di Indonesia tahun
2003-2013 (DEN.2014).
2.3. Komposisi Larutan Utama Pada Pembangkit Listrik Air Garam
Adapun kandungan komposisi larutan
yang terdapat pada pembangkit
listrik bila mana di tambahkan beberapa komponen seperti tembaga (Cu) dan
Alminium (Al), berikut adalah komposisi NaCl:
2.3.1. Natrium
Pada tahun 1806 Sir Humphry Davy menemukan bahwa ikatan kimia
adalah listrik alam. Ia menggunakan listrik untuk memecah zat atau senyawa
menjadi unsur-unsurnya dengan elektrolisis. Pada tahun 1807,di Royal Institution,
London, beberapa hari setelah mengisolasi atau membuat kalium untuk pertama
kalinya, ia juga berhasil mengisolasi atau membuat natrium untuk pertama
kalinya dengan elektrolisis natrium hidroksida kering. Elektrolisis ini dilakukan
dengan menggunakan sumber listrik, hasil dari gabungan tiga baterai besar yang
ia buat sendiri.
Davy mencatat bahwa logam yang terbentuk pada kawat elektroda yang ia
tempatkan
pada
larutan
natrium
hidroksida
berwujud
cairan
(didapat
cairan natrium), tetapi menjadi solid setelah mengalami pendinginan dan logam
tersebut terlihat seperti kilau perak. Natrium ini sangat mudah didapat dan jauh
lebih lunak daripada logam kebanyakan sifat ini tidak hilang atau berkurang
ketika didinginkan sampai 32 oF (0 oC). Davy juga mencatat bahwa, ketika
ditambahkan ke air, natrium bereaksi dengan air, dan melepaskan hidrogen. Ia
mempertanyakan apakah zat baru tersebut
harus digolongkan sebagai logam
seperti pandangan sebagian ilmuwan, Meskipun fakta bahwa densitas atau
kepadatannya jauh lebih rendah daripada logam. Ia menamakaan unsur logam
baru tersebut sebagai sodium, karena ia menggunakan soda kaustik (atau lebih
9
populer dengan nama soda) sebagai sumber pem
pembuatan
buatan unsur tersebut. Di Jerman
soda kaustik dikenal sebagai natronlauge dan L.W
W Gilbert menyarankan unsur
baru tersebut dinamakan natronium. J,J Berzelius lebih suka nama natrium karena
lebih pendek, dimana nama inilah yang kita gunakan saat ini dengan simbol, Na
(Hasanudin, 2015 )
Gambar 2.2. Natrium (Hasanudin.2015)
Natrium merupakan logam lunak, berwarna putih keperakan. Logam ini
cukup lunak untuk dipotong, sekalipun dengan ujung koin. Jika dipotong, maka
permukaan logam ini dengan cepat akan teroksidasi di udara untuk lapisan
oksidator
yang
tampak
kusam.
Natrium yang
dibakar
di
udara
akan
memperlihatkan api berwarna
be
kuning terang. Natrium akan terapung di atas air,
karena densitasnya lebih rendah dari air. Logam ini juga bereaksi hebat dengan air
jika sejumlah kecil natrium bertemu air akan bereaksi hebat untuk menghasilkan
natrium hidroksida dan gas hidrogen. Reaksi air dengan natrium lebih hebat
daripada dengan litium apalagi dengan kalium. Ledakan bisa terjadi ketika panas
yang dihasilkan oleh reaksi natrium dengan air berinteraksi dengan gas hidrogen
yang dihasilkan seperti yang kita tahu hidrogen sangat mudah
mudah terbakar dan mudah
meledak (Hasanudin.
Hasanudin.2015).
2.3.2. Klorin
Klor bahasa Yunani Chloros, hijau pucat, adalah unsur kimia dengan
simbol Cl dan nomor atom 17 massa atom standar 35.453
453 amu. Pada tabel
periodik, unsure termasuk kelompok halogen atau gup 17. Dalam bentuk ion
klorida, unsur ini adalah pembentuk garam dan senyawa lain
ain yang tersedia di
alam dalam jumlah
sangat berlimpah dan diperlukan untuk pembentukan hampir
10
semua bentuk kehidupan termasuk manusia.. Dalam bentuk gas, klorin berwarna
kuning kehijauan, dan sangat beracun.. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering
digunakan sebagai oksidan dan pemutih.
Gambar 2.3. Klorin (Hasanudin, 2015)
Klorin ditemukan pada tahun 1774 oleh ahli kimia Jerman Carl Wilhelm
Scheele,, yang dengan silapnya menyangkakan klorin mengandung oksigen.
Klorin telah diberikan namanya pada tahun 1810 oleh Sir Humphry Davy,
Davy yang
menegaskan bahwa ia sebenarnya sejenis unsur.. Gas klorin, juga dikenali
sebagai bertholite, pertama kali digunakan sebagai senjata menentang manusia
pada perang dunia pertama pada 22 April, 1915.. Secara industrinya, unsur klorin
biasanya dihasilkan melalui proses elektrolisis natrium klorida yang terlarut dalam
air. Klorin dapat menyesakkan sistem pernafasan terutamanya bagi anak
anak-anak dan
orang tua. Dalam keadaan gas, ia merengsa membran mukus dan dalam keadaan
cair ia dapat melecurkan kulit (Hasanudin, 2015).
2.3.3. Hidrogen
Hidrogen bahasa latin yaitu Hydrogenium, dari bahasa yunani, hydro: air,
genes:: membentuk, adalah unsur kimia yang memiliki tabel periodik yang
memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar , hidrogen
tidak berwana, tidak berbau, bersifat non
non-logam,
logam, bersifat tunggal, dan merupakan
gas diatomik
atomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu,
hidrogen ialah unsur teringan di dunia (Putra, 2010).
11
Tabel 2.1. Tabel Periodik Unsur
(Sumber:Hasanudin.2015)
Hidrogen adalah unsur yang terdapat dialam dan yang kelimpahan
terbesar, tetapi hanya sedikit tertinggal di bumi. Dari analisis yang dipancarkan
oleh bintang, disimpulkan bahwa bintang terutama terdiri dari hydrogen,
hydrogen sangat reaktif sehingga di bumi hydrogen terdapat sebagai senyawa air
mengandung hydrogen sebnyak 11,1% berat (11,1%) hidrokarbon misalnya gas
alam 25 %, minyak bumi 14% dan karbohidrat (Putra, 2010)
2.3.4. Oksigen
Oksigen merupakan unsur utama penyusun kerak bumi. Sebanyak 46%
dari massa kerak bumi merupakan oksigen dalam bentuk senyawa. Selain terdapat
pada kerak bumi, oksigen juga terdapat di udara dengan kadar 20% sebagai O2.
Sebanyak 90% massa air laut adalah oksigen dalam bentuk senyawa H2O
(Hasanudin.2015).
Oksigen terlarut Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikro organisme
dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses
degadasi senyawa organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir
ataudari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa
algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh
algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan data-
12
data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25
°C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/l (Warlina,1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis
bagi
manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut
dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme.
Keberadaan logam berta yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi sistem
respirasi organism akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan
terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih
menderita (Hefni, 2003).
2.4. Elektrolisis
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ionion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan
atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa
senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau
garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi
tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit merupakan
senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang
berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang
merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur, NaCl dapat menjadi
elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan atau bentuk liquid dan aqueous.
Sedangkan dalam bentuk solid atau padatan, senyawa ion tidak dapat
berfungsi sebagai elektrolit (Siti dan Sri, 2015).
Reaksi elektrolisis bergantung pada potensial elektroda, konsentrasi, dan
over potensial dari spesi yang terdapat dalam sel elektrolisis.
Gambar 2.4. Elektrolisis (Utami dkk., 2007)
13
Elektrolisis adalah suatu proses penguraian molekul air (H2O) menjadi
Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) dengan energi pemicu reaksi berupa energi
listrik. Proses ini dapat berlangsung ketika dua buah elektroda ditempatkan
dalam air dan arus searah dilewatkan diantara dua elektroda tersebut. Hidrogen
terbentuk pada katoda, sementara Oksigen pada anoda. Selama ini elektrolisis
dikenal sebagai proses produksi Hidrogen dari air yang paling efektif dengan
tingkat kemurnian tinggi, tapi terbatas untuk skala kecil (Helmenstine, 2001).
Pada proses elektrolisis air, katalis yang digunakan adalah larutan elektrolit.
Elektrolit dapat berfungsi sebagai konduktor listrik, dimana arus listrik dibawa
oleh pergerakan ion (Gaikward, 2004).
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan
bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit. Elektroda merupakan salah
satu komponen yang sangat penting pada proses elektrolisis air. Elektroda
berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari sumber tegangan ke air yang
akan dielektrolisis (Faraday, 1834).
Selain elektroda, larutan elektrolit juga memiliki peran penting dalam
proses elektrolisis. Larutan elektrolit berguna sebagai media pergerakan ionion menuju elektroda. Larutan elektrolit yang digunakan dalam penelitian ini
adalah larutan basa, NaHCO3. Penggunaan senyawa NaHCO3 mengacu pada
penelitian (Isyana, 2012).
Elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut
Katoda, sedangkan elektroda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus
listrik luar disebut Anoda. Katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan
anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi. Katoda merupakan elektroda
negatif karena menangkap elektron sedangkan anoda merupakan elektroda positif
karena melepas elektron.
Reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda pada sel elektrolisis sama
seperti pada sel volta, yaitu di katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan
di anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi. Akan tetapi, muatan
elektronnya berbeda.
14
Gambar 2.5. Senyawa Natrium Klorida (Hasanudin,
(Hasanudin 2015)
Elekrolisis air garam merupakan proses dekompresisi air menjadi oksigen
dan hidrogen dengan menggunakan arus listrik yang mengalir melalui air. Energi
listrik di gunakan untuk mem
memecah ikatan molekul air H2O menjadi molekul H2dan
O2.Selanjutnya ion-ion
ion O2 berimigasi melewati membran elektrolit untuk
mencapai sisianoda sesuai prinsip fisiska electron hole. Setelah mencapai sisi
anoda ion-ion O2 akan melepaskan elektron dan membentuk molekul oksigen dan
pada sisi katoda akan membentuk molekul hidrogen.
Pada elektrolisis larutan yang mengandung ion-ion
ion ion golongan IA, ion-ion
ion
tersebut tidak tereduksi pada katoda, tetapi air yang mengalami reduksi karena
potensial reduksi air lebih besar dari
dari potensial ion Natrium dan ion Kalium.Dalam
penerapannya, elektroda yang digunakan adalah stainless stell yang dapat
dikategorikan sebagai electrode inert.. Gas oksigen yang dihasilkan pada proses
elektrolisis air garam tidak ada karena air telah bercampur
bercampur terhadap NaCl, jadi gas
yang dihasilkan pada sisi anoda ialah gas klorin ( Cl2 ). Reaksi yang terjadi jika air
bercampur dengan garam ( NaCl ) adalah:
2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) → 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)
Pada sel volta katoda bermuatan positif
positif dan anoda bermuatan negatif,
sedangkan pada sel elektrolisis katoda bermuatan negatif dan anoda bermuatan
positif.
2.4.1. Macam-Macam
Macam Elektrolisis
Adapaun macam
acam-macam elektrolisis yaitu sebagai berikut::
1.
Elektrolisis leburan elektrolit
Dapat digunakan untuk menghantar ion-ion
ion pada sel elektrolisis.
Leburan elektrolit tanpa menggunakan air. Contohnya adalah NaCl.
15
2.
Elektrolisis air
Jika arus listrik dilewatkan melalui 2 elektroda dalam air murni,
tidak terjadi elektrolisis. Tetapi, jika larutan CuSO4/KNO3 ditambahkan
air murni dengan konsentrasi rendah, akan terjadi elektrolisis dan dapat
menghantarkan arus listrik.
3.
Elektrolisis larutan elektrolit
Reaksi yang terjadi tidak hanya melibatkan ion – ion dalam larutan
saja, tetapi juga air. Contohnya adalah Kl.
Elektrolisis mempunyai banyak keguanaan di antaranya yaitu dapat
memperoleh unsur - unsur logam, halogen, gas hidrogen dan gas oksigen,
kemudian dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan,
digunakan dalam pemurnian suatu logam, serta salah satu proses elektrolisis yang
popular adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam
lain. Sel elektrolisis memiliki 3 ciri utama, yaitu :
1.
Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion – ion ini dapat
memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat mengalir
melalui larutan.
2.
Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.
3.
Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan arus listrik
searah (DC ).
2.4.2. Reaksi Reduksi dan Oksidasi
a. Reaksi Reduksi :
1.
Penangkapan elektron (dalam reaksi elektron berada di ruas kiri ).
2.
Melepas oksigen.
3.
Menangkap Hidrogen.
4.
Bilangan Oksidasi (Biloks)nya berkurang.
b. Oksidasi :
1.
Pelepasan elektron ( dalam reaksi elektron berada di ruas kanan )
2.
Menangkap oksigen
16
3.
Melepas Hidrogen
4.
Bilangan Oksidasi (Biloks)nya bertambah
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengalami dua peristiwa yaitu reduksi
dan oksidasi (ada perubahan Biloks satu atau lebih unsur yang bereaksi). Reaksi
autoredoks adalah reaksi redoks yang hanya satu jenis unsur yang mengalami
reduksi dan oksidasi. Untuk menentukan reaksi redoks (reduksi
(reduksi-oksidasi) tidak
selalu menghitung
g nilai biloksnya karena kadang-kadang
kadang
dapat ditentukan dengan
cepat,, sebagai contoh :
Gambar 2.6. Reaksi oksidasi dan reduksi Fe2O3 + 3Co
Penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan
oksigen. Fe2O3 menjadi Fe merupakan reaksi reduksi karena melepas oksigen.
Sedangkan CO menjadi CO2 merupakan reaksi oksidasi karena jumlah
ju
oksigennya bertambah
Gambar 2.7. Reaksi Redoks tembaga
Penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan
elektron. Perhatikan muatan Cu, pada awalnya Cu biloksnya (bilangan
oksidasinya) = +2 kemudian berubah menjadi Cu yang biloksnya = 0 sehingga
biloksnya turun. Reaksi tersebut merupakan reaksi reduksi karena terjadi
penurunan bilangan oksidasi. Sedangk
Sedangkan
an Muatan Mg berubah dari mula
mula-mula
biloksnya = 0 menjadi = +2 sehingga dapat digolongkan reaksi oksidasi. Reaksi
redoks di atas dapat dipisahkan menjadi 1/2 reaksi, yakni reaksi oksidasi dan
reaksi
ksi reduksi sehingga pelepasan/pener
pelepasan/penerimaan elektron akan terlihat.
Oksidasi: Mg --> Mg+2+2e
Reduksi : Cu+2 + 2e ---> Cu
17
Dalam reaksi tersebut terlihat bahwa Mg mengalami kenaikan muatan
yang mula2 tidak bermuatan menjadi bermuatan +2. Muatan Mg bertambah +2
berarti Mg mengalami peristiwa pelepasan elektron sebanyak 2 buah. Pelepasan
elektron dalam reaksi ditulis sebagai "e" yang bermuatan -1 dan ditulis di ruas
kanan yang artinya elektron terlepas dari Mg. Sehingga muatan di ruas kiri dan
kanan menjadi seimbang.
Pada Cu terjadi kebalikannya yaitu penangkapan elektron, Pada Mg
digolongkan sebagai reaksi oksidasi karena terjadi pelepasan elektron sedangkan
Cu digolongkan sebagai reaksi reduksi karena terjadi penangkapan elektron. Pada
reaksi gabungan reaksi oksidasi dan reduksi pelepasan atau penerimaan elektron
tidak akan terlihat karena jika digabung jumlah elektron di ruas kiri sama dengan
di ruas kanan. Jika ada unsur yang sama di ruas kiri dan kanan maka akan saling
menghilangkan.
Agar dapat menentukan suatu unsuk mengalami oksidasi dan reduksi kita
harus dapat menentukan bilangan oksidasi (biloks) dari unsur tersebut. Unsur
yang bilangan oksidasi biloksnya bertambah berarti mengalami reaksi oksidasi
sedangkan unsur yang bilangan oksidasi biloksnya berkurang merupakan reaksi
reduksi Untuk menentukan biloks ada aturan.
c.
Patokan Penentuan Bilangan Oksidasi (Biloks)
1. Biloks atom dalam unsur tunggal = 0 .Contoh Biloks Cu, H2, O2 dll = 0
2. Golongan IA ( Li, Na, K, Rb, Cs dan Fr ) biloksnya selalu +1
3. Golongan IIA ( Be, Mg, Ca, Sr dan Ba ) biloksnya selalu +2
4. Biloks H dalam senyawa = +1, Contoh H2O, kecuali dalam senyawa
hidrida Logam (Hidrogen yang berikatan dengan golongan IA atau IIA)
Biloks H = -1, misalnya: NaH, CaH2 dll
5. Biloks O dalam senyawa = -2, Contoh H2O, kecuali OF2 biloksnya = + 2
dan pada senyawa peroksida (H2O2, Na2O2, BaO2) biloksnya = -1 serta
dalam senyawa super oksida, misal KO2 biloksnya = -1/2. untuk
mempermudah tanpa banyak hafalan bila atom O atau H berikatan dengan
18
Logam IA atau IIA maka biloks logamnyalah yang ditentukan terlebih
dahulu dan biloks O dan H nya yang menyesuaikan.
6. total Biloks dalam senyawa tidak bermuatan = 0, Contoh HNO3 : (Biloks
H) + (Biloks N) + (3.Biloks O) = 0 maka dengan mengisi biloks H = +1
dan O = -2 diperoleh biloks N = +5
2.4.3. Ketentuan Katode
Hasil
yang diperoleh pada penelitian ini mengindikasikan bahwa
penurunan performa katoda pada perak> tembaga> nikel. Pasivasi yang lebih
cepat
pada
elektroda
perak
disebabkan
terbentuknya
endapan
AgCl.
Pembentukan AgCl ini lebih mudah dibandingkan Ag2O (∆fG° Ag Cl= -109,8
kJ/mol; ∆fG° Ag2O= -11,2 kJ/mol (David, 2005)
Hasil ini menunjukkan bahwa terbentuknya endapan menghasilkan
pengaruh
yang
lebih
buruk
terhadap
kinerja
baterai dibandingkan
terbentuknya film. Pada elektroda tembaga terdapat dua kecenderungan yaitu
fluktuasi arus atau arus yang terus menurun. Hal ini mengindikasikan
adanya dua jalur reaksi yaitu pembentukan film secara berkelanjutan atau film
yang terbentuk kemudian melarut kembali (Kear dkk, 2004).
Pembentukan film dan pelarutan film tersebut sesuai reaksi berikut
Cu ↔ Cu+ + eCu+ + 2Cl-↔ CuCl2
Di katode terjadi reaksi reduksi, untuk ini terjadi persaingan antara kation
atau air. Untuk kation yang mempunyai potensial reduksi lebih besar dibanding
air, berarti kation tersebut direduksi. Sedangkan jika potensial reduksi kation lebih
kecil dibanding air, maka H2O yang berhak direduksi (Kear dkk, 2004).
2.4.4. Ketentuan di Anode
Anoda Alumunium
Al(s)→ Al3+(aq)+ 3eAl3+(aq) + H2O(l)→ Al2O3(aq) + 6H+
19
Pada awalnya, alumunium terlarut menjadi ion Al3+. Selanjutnya ion
tersebut berubah menjadi oksida Al2O3 saat bereaksi dengan air. Oksida ini
dapat mengakibatkan pasivasi pada permukaan alumunium. Akan tetapi,
pasivasi tersebut diminimalisasi dengan keberadaan ion klorida dalam larutan.
Ion alumunium membentuk senyawa mudah larut yang mengakibatkan
penurunan arus yang tidak signifikan sesuai reaksi berikut:
Al3+(aq) + H2O(l)+ Cl-(aq) → Al(OH)2Cl(aq) + H+(aq)
Di anoda terjadi reaksi oksidasi, untuk ini terjadi persaingan antara anion
dan air. Idealnya untuk anion dengan potensial reduksi kecil atau dengan potensial
oksidasi besar, maka anion tersebut dioksidasi. Sedangkan untuk anion dengan
potensial reduksi besar atau potensial oksidasi kecil, maka H2O yang dioksidasi.
Hanya saja kebanyakan urutan potensial reduksi yang mudah untuk diingat adalah
kation bukan anion.
Untuk memudahkan mengingat, ada 2 golongan anion, yaitu anion yang
mengandung O, seperti SO, NO3, ClO4- maka yang dioksidasi adalah H2O. Ini
disebabkan karena anion tersebut sukar di oksidasi. Berarti anion ini sudah
maksimum mengikat atom O sehingga tidak bisa lagi dioksidasi. Biloks S pada
SO4-,biloks N pada NO3, atau biloks Cl pada C1O4 sudah merupakan bilok
terbesar, sehingga biloksnya tidak dapat melakukan oksidasi. Sedangkan anion
yang tidak mengandung O, seperti Cl-, Br-, I-, dan OH- maka yang dioksidasi
adalah anion tersebut.
Secara sederhana:
Yang mengandung O (2–4 SO,NO3-, C1O4-),
yang dioksidasi H2O.
H2O(l)⎯⎯→4 H+(aq)+ O2(g)+ 4 eYang tidak mengandung O (Cl-, Br-, I-, H-), yang dioksidasi anion tersebut:
Contoh:
2 Cl-(aq)
⎯⎯→ Cl2(aq)+ 2 e-
4 OH-(aq)
⎯⎯→ 2 H2O(l)+ O2(g)+ 4 e20
2.4.5. Elektron Dalam Atom
Fisika klasik menyatakan bahwa apabila terdapat suatu partikel bermuatan
yang bergerak menurut lint
lintasan
san lengkung maka energinya akan hilang dalam
bentuk radiasi. Pernyataan fisika klasik ini menjadi persoalan bagi model atom
yang dikemukakan oleh Rutherford karena jika elektron bergerak mengelilingi
inti, maka elektron akan kehilangan energinya dan energi kinetik elektron akan
terus berkurang. Gaya tarik iinti
nti atom terhadap elektron akan menjadi lebih besar
daripada gaya sentrifugal lintasan elektron dan menyebabkan lintasan menjadi
spiral dan akhirnya elektron jatuh kedalam inti atom. Apabila elektron jatuh
kedalam inti atom, maka atom menjadi tak stabil. H
Hal
al ini bententangan dengan
pernyataan umum
um bahwa atom stabil (Ediati Dkk., 2008).
Gambar 2.8. Lintasan spiral elektron (Ediati dkk, 2008)
2.5. Elektrokimia
Dalam
m reaksi redoks terjadi transfer elektron, yaitu dengan adanya elektron
yang dilepaskan dan adanya elektron yang diterima. Energi yang dilepaskan dari
reaksi redoks dapat diubah menjadi energi listrik dan ini digambarkan dalam sel
volta atau sel galvani. Sedangkan jika energi listrik di alirkan dalam larutan
elektrolit, maka akan terjadi reaksi rredoks
edoks dan ini digambarkan dalam sel
elektrolisis.
2.5.1. Sel Volta
Logam tembaga dicelupka
dicelupkan dalam larutan CuSO4 dan logam seng
dicelupkan dalam larutan ZnSO4. Kedua larutan dihubungkan
ubungkan dengan jembatan
garam. Jembatann garam merupakan tabung U yang diisi agar-agar
agar dan garam KCl.
21
Sedangkan kedua elektroda
ektroda (logam Cu dan logam Zn) dihubungkan dengan
d
alat
penunjuk arus yaitu voltmeter.
Gambar 2.9. Sel volta (Utami Dkk., 2009)
Logam Zn akan melepaskan elektron dan berubah membentuk ion Zn
2+
dan bergabung dalam larutan ZnSO4. Elektron mengalir dari elektroda Zn ke
elektroda Cu. Ion Cu 2+ dalam larutan CuSO4 menerima elektron dan ion tersebut
berubah membentuk endapan logam Cu.
Reaksi oksidasi
: Zn ⎯⎯→Zn2++ 2 e_
Reaksi reduksi
: Cu2++ 2 e-⎯⎯→Cu
Reaksi
eaksi bersih pada sel
: Zn + Cu2+⎯⎯→Zn2++ Cu
Elektroda pada Sel Volta yaitu berupa katoda dan anoda. Katode adalah
Elektroda di mana terjadi re
reaksi reduksi, berarti logam Cu dalam
alam sel volta disebut
dis
sebagai elektroda positif. Sedangkan Anode adalah Ele
Elektroda di mana terjadi
reaksi
ksi oksidasi, berarti logam Zn ddalam
alam sel volta disebut sebagai elektroda
negatif. Fungsi Jembatan Garam Dalam larutan ZnSO4 terjadi kenaikan jumlah
ion Zn2+ dan dalam larutan CuSO4 terjadi penurunan jumlah ion Cu2+. Sedangkan
banyaknya kation (Zn
2+
atau Cu
2+
) harus setara dengan anion S. Untuk
menyetarakan kation dan anion, maka ke dalam larutan ZnSO4 masuk anion Cldari jembatan garam
aram sesuai bertambahnya ion Zn
2+
. Pada larutan CuSO4 terjadi
kekurangan Cu2+ atau dapat disebut terjadi kelebihan ion S, maka ion S masuk ke
jembatan garam menggantikan Cl - yang masuk ke larutan ZnSO4. Jadi, fungsi
jembatan garam adala
adalah menyetarakan kation dan anion dalam larutan.
Hamann dkk ((1998). Adapun syarat jembatan garam yaitu bisa dilewati
ion dan hanya sedikit melewatkan pelarut. Jembatan garam pada penelitian
ini berupa agar yang diisi dengan 3% natrium klorida. Pemilihan natrium
22
klorida dikarenakan kedua sisi reaktor adalah larutan natrium
m klorida yang
berbeda konsentrasi. Perbedaan konsentrasi akan menyebabkan difusi ion
secara alami dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah. Pada natrium
klorida, ion klorida memiliki mobilitas yang lebih besar dibandingkan ion
natrium.
Adanya jembatan garam memperlambat gerakan ion klorida dan
mempercepat migasi
asi ion natrium. Fenomena ini menimbulkan adanya
potensial tambahan yang kecil (berkisar antara 4 mV-10
mV 10 mV), sehingga
nilainya bisa diabaikan (Sawyer, 1995)
2.5.2. Potensial Elektroda
Banyaknya arus listrik yang dihasilkan dari kedua elektroda di atas dapat
ditentukan besarnya dengan menetapkan potensial elektroda dari Zn dan Cu.
Hanya saja potensial elektroda suatu zat tidak mungkin berdiri sendiri, harus ada
patokan yang menjadi standar. Sebagai
Seba
elektroda standar digunakan elektroda
hidrogen. Elektroda ini terdiri atas gas hidrogen murni dengan tekanan 1 atm pada
suhu 25 ºC yang dia
dialirkan melalui sepotong platina yang tercelup dalam suatu
suat
larutan yang
g mengandung ion H+ sebesar 1 mol/liter.
Jadi, potensial elektroda digambarkan dengan reaksi reduksi. Daftar harga
potensial elektroda untuk logam
logam-logam yang penting sebagai berikut:
Tabel 2.2.
2.2 Potensial elektroda
( sumber : Utami dkk, 2009)
23
Menurut perjanjian internasional, jika ada suatu zat ternyata lebih mudah
melakukan reduksi dibanding hidrogen, maka harga potensial elektrodanya adalah
positif. Potensial reduksinya positif.
Cu2+(aq)+ 2 e+
Ag (aq)+ e
_
⎯
Cu(s); Eº = + 0,34 volt
⎯
Ag(s);
Eº = + 0,80 volt
Tetapi jika zat ternyata lebih mudah melakukan reaksi oksidasi dibanding
hidrogen, maka harga potensial elektrodanya adalah negatif. Dalam hal ini
potensial oksidasinya positif, tetapi karena potensial elektroda harus ditulis
reduksi berarti potensial reduksinya adalah negatif.
Zn2+(aq)+ 2 e-
⎯
Zn(s);
Eº = 0,76 volt
A13+(aq)+ 3 e-
⎯
A1(s);
Eº = 1,76 volt
2.5.3. Kegunaan Sel Volta
Dalam kehidupan sehari-hari, arus listrik yang dihasilkan dari suatureaksi
kimia dalam sel volta banyak kegunaannya, seperti untuk radio,kalkulator,
televisi, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Sel volta dalam kehidupan sehari-hari
ada dalam bentuk berikut.
1) Baterai Biasa
Baterai yang sering kita gunakan disebut juga sel keringatau selLecanche.
Dikatakan sel kering karena jumlah air yang dipakai sedikit (dibatasi). Sel ini
terdiri atas:
Anode : Logam seng (Zn) yang dipakai sebagai wadah.
Katode : Batang karbon (tidak aktif).
Elektrolit : Campuran berupa pasta yang terdiri dari MnO2,NH4Cl, dan sedikit air.
Reaksi:
Anode : Zn(s)⎯⎯→Zn2+(aq)+ 2 eKatode : MnO2 (s)+ 2 NH4+(aq)+ 2 e-⎯⎯→ Mn2O3(s)+ 2 NH3(g)+ H2O(l)
24
Gambar 2.10. Baterai biasa (Utami dkk.,, 2009)
2)
Baterai Alkaline
Pada baterai alkaline dapat dihasilkan energi dua kali lebihbesar dibanding
baterai biasa. Sel ini terdiri atas:
Anode : Logam seng (Zn).
Katode : Oksida mangan (MnO2).
Elektrolit : Kalium hidroksida (KOH).
Gambar 2. 11. Baterai Alkalin (Utami dkk, 2009)
3) Sel Aki
Sel aki atau accu merupakan contoh sel volta yang bersifat reversibel, di
mana hasil reaksi dapat diubah kembali menjadi zatsemula. Pada sel aki jika
sudah lemah dapat diisi ulang, sedangkan pada sel baterai tidak bisa. Sel ini terdiri
atas:
Anode : Lempeng logam timbal (Pb).
Katode : Lempe
Lempeng logam oksida timbal (PbO2).
Ektrolit : Larutan asam sulfat (H2SO4) encer.
25
Gambar 2.12. Sel Aki (Utami Dkk, 2009)
Reaksi pengosongan aki:
Anode : Pb(s)+ H(aq)⎯⎯PbSO
H(aq)
4(s)+ H+(aq)+ 2 e
Katode :PbO2(s)+ H(aq)+ 3 H+(aq)+ 2 e- ⎯⎯→PbSO4(aq)+ 2 H2O
Reaksi lengkapnya:
Pb(s)+ PbO2(s)+ 2 H(aq)+ 2 H+(aq)⎯⎯→2 PbSO4(s)+ 2 H2O(l)
Ketika sel ini menghasilkan arus listrik, anode Pb dan katode PbO2
berubah membentuk PbSO4. Ion H+dari H2SO4 berubah membentuk H2O
sehingga konsentrasi H2SO4akan berkurang. Kemudian sel aki dapat disetrum
kembali, sehingga konsentrasi asam sulfat kembali seperti semula. Proses ini nanti
merupakan contoh dalam sel elektrolisis (Utami dkk, 2009).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian
Adapun penelitian ini direncanakan pada bulan Maret 2017 sampai selesai,
yang pengujian daya listrik yang dihasilkan oleh air garam dilakukan di
Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, Sedangkan pengujian
Kadar Garam dilakukan di Laboratorium Forensik dan Biomolekul, Fakultas
Mate-Matika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo.
3.2. Alat Dan Bahan Yang Digunakan
3.2.1. Alat
adapun alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1. Alat Perlengkapan
No
Alat-Alat
Nama Alat
1
AVO Meter
2
Tang
Fungsi
Untuk mengukur tegangan dan
arus pada rangkaian listrik
Untuk mencengkram komponen
yang akan dibuka dan dipasang
Untuk mengukur panjang
3
Mistar
lempeng aluminium dan tembaga
yang akan digunakan sebagai sel
penampang
27
4
5
6
Gelas Ukur
Untuk mengukur volume air
Neraca
Untuk mengukur komposisi
Analitik
campuran garam
Salt Meter
Untuk mengukur kadar garam
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.2. bahan penelitian
No
1
Bahan
Nama Bahan
Air
Fungsi
Sebagai pelarut dari Garam
2
Garam Dapur Sebagai bahan terlarut
3
Plat Tembaga Sebagai kutup Positif (katoda)
28
Plat
4
Aluminium
5
Sebagai kutup negatif (anoda)
Kabel
Sebagai konektor/penghubung
Wadah
Sebagai tempat terjadinya reaksi
6
3.3. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada penelitian ini yaitu:
1. Siapakan alat dan bahan penelitian.
2. Rangkai kutup positif dan negatif menggunakan kabel.
3. Siapkan garam dengan massa 25 gam.
4. Siapakan air sebanyak 2000 ml.
5. Masukkan garam kedalam air, lalu aduk hingga merata.
6. Masukkan kangkaian kutup positif dan negativ kedalam larutan air dan
garam. Lalu, tempelkan
AVO Meter pada ujung kabel yang telah
dihubungkan dengan kutup negaif dan positif, kemudian ukur daya yang
dihasilkan dan catat.
7. Lakukan cara 3-7 sebanyak 5 kali.
8. Kemudian lakukan pula cara diatas untuk garam 50 g,75 g, 100g, 125 g,
150g, 275 g, 200g, 225 g, dan 250 g seperti cara pertama pada garam
seberat 25 g.
29
3.4. Tabel Pengamatan
Adapun tabel pengamatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.3. Rancangan Pengamatan
Massa Garam
Tegangan
Arus
Kadar garam
No
(g)
(volt)
(Mili Ampere)
(%)
1
25
2
50
3
75
4
100
5
125
30
6
150
7
175
8
200
9
225
3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data
A. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
eksperimen. Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah penelitian yang
31
dimaksudkan untuk mencari pengaruh suatu variabel ke variabel yang lain
dalam kondisi yang terkontrol.
B. Analisa Data
Data yang akan diperoleh dari hasil penelitian dimaskkan kedalam tabel
dan ditampilkan dalam bentuk gafik kemudian dibandingkan antara kadar
garam dengan daya yang dihasilkan pembangkit listrik air garam.
3.6. Gambar alat uji
4
1
3
2
5
Gambar 3.1. Alat Pengujian
Keterangan
1. Wadah larutan. (2000 ml)
2. Tutup wadah, tempat menempelnya elektroda.
3. Elektroda aluminium.
4. Elektroda tembaga.
5. Kawat penghubung.
32
3.7.Diagam Alir Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Perencanaan Dan Persiapan Alat Uji
Pengujian
Pengujian listrik
menggunakan campuran
Air dan garam
Pengujian
menggunakan air
laut
Tidak
Ya
Data Yang Diperoleh :
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
penguji melakukan penelitian dengan menggunakan sel elektrokimia
menggunakan wadah kaca berukuran 35 cm x 10 cm dengan volume air yang
digunakan adalah 2000 ml yang di campurkan dengan variasi garam mulai dari 25
g,50 g, 75 g, 100 g, 125 g, 150 g,175 g, 200 g dan 225 gg,, dimana variasi garam
dimaksudkan untuk memperoleh perbedaan kadar garam dan sel elektrokimia ini
menggunakan dua pasang elektroda aluminium (ano
(anoda)
da) dan tembaga (katoda)
dengan masing- masing ukuran dengan 3 cm x 6 cm
Gambar 4.1. dimensi alat pengujian
Setelah melakukan pengamatan
pengaruh kadar garam terhadap daya
listrik yang dihasilkan listik air garam menggunakan metode Sel Elektrokimia
pada tanggal 3 April 2017 di Laboratorium Mekanika Fluida Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo dan pengujian kadar garam dilakukan di laboratorium
Forensik dan Biomolekul, Fakultas MateMate Mateka dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Halu Oleo, didapatkan hasil seperti pada tabel 4.1 berikut :
34
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Penggunaan air garam sebagai sumber energi
Massa
Tegangan
Arus rata-
Kadar
garam
rata-rata
rata
garam
(g)
(volt)
(ampere)
(%)
1
25
1,13
0,010
7
0,011
2
50
1,19
0,013
18
0,016
3
75
1,34
0,014
28
0,019
4
100
1,49
0,018
40
0,026
5
125
1,67
0,025
54
0,042
6
150
1,76
0,027
64
0,047
7
175
1,97
0,029
74
0,058
8
200
1,10
0,033
83
0,036
9
225
0,93
0,035
97
0,033
No
Daya
(watt)
Tabel 4.1 diatas merupakan data hasil pengamatan yang dilakukan
terhadap air garam yang digunakan sebagai sumber energi listrik. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan metode sel elektrokimia. Dalam sel elektrokimia
ini terdapat dua elektroda yang digunakan yaitu aluminium sebagai anoda (kutub
negatif) dan tembaga sebagai katoda (kutub positif). Dalam penelitian ini sampel
garam divariasikan 9 sampel dengan pengambilan data tiap sampel dilakukan
sebanyak lima kali dan Pengujian pertama dilakukan dengan massa garam 25 g,
mengasilkan kadar garam sebesar 7 % dengan potensial listrik yang di dapat yaitu
1,13 V , Arus sebesar 0.010 A.
Pengujian kedua dilakukan pada massa garam 50 g, dan dari hasil
pengamatan di dapatkan kadar garam sebesar 18 % dengan potensial listrik (V)
sebesar 1.19 V dan arus listrik yang dihasilkan adalah 0.013. pengujian ke-3 yang
dilakukan dengan massa garam 75 g dihasilkan kadar garam sebesar 28 % dengan
potensila listrik (V) sebesar 1.34 V dan arus listrik yang di dapat sebesar 0.014
Ampere. Kemudiaan pengujian ke-4 dengan massa garam sebesar 100 g
dihasilkan kadar garam sebesar 40 %, dan potensial listrik sebesar 1.49 Volt serta
arus listrik yang dihasilkan sebesar 0.018 Ampere.
35
Pada pengujian ke-5 dengan massa garam sebesar 125 g di dapat kadar
garam sebesar 54 %, dengan potensial listrik 1.67 Volt dan arus listrik sebesar
0.025 Ampere. Pada pengujian ke-6 dengan variasi massa garam sebesar 150 g,
mengasilkan kadar garam sebesar 64 %, dengan potensial listrik yang dihasilkan
sebesar 1.76 Volt dan arus listrik sebesar 0.027 Ampere. Pada pengujian ke-7
dengan massa garam 175 g didapatkan kadar garam sebesar 74 % dengan
potensila listrik yang dihasilkan sebesar 1.97 Volt dan arus listrik sebesar 0.029
Ampere.
Pada pengujian ke- 8, massa garam sebesar 200 g mengasilkan kadar
garam sebesar 83 % dan potensila listrik sebesar 1.10 Volt dan arus listrik sebesar
0.033 ampere. Dan pada pengujian ke-9 dengan menggunakan massa garam
sebesar 225 g didapakan kadar garam sebesar 97 % dengan potensial listrik
sebesar 0.90 volt dan arus listrik sebesar 0.035 Ampere.
4.2 Perhitungan Daya Listrik Air Garam Sebagai Sumber Energi Alternatif
Setelah melakukan pengujian dan potensial listrik dan arus listrik yang
dihasilkan air garam sebagai sumber energi listrik telah diketahui , maka
selanjutnya menghitunng daya yang dihasilkan air garam tersebut. Daya listrik
dihasilkan karena beda potensial (voltase) dan arus listrik yang mengalir. Daya
listrik adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah
sirkuit/rangkaian. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya listrik adalah :
P = V x I............. (4.1)
Dimana :
P = Daya (Watt)
V = Potensial (Volt)
I = Arus (Ampere)
Untuk
lebih mengetahui daya listrik yang dihasilkan dari suatu sel
elektrokimia, maka dapat di contohkan pada sampel pengujian pertama dimana
kadar garam yang digunakan sebanyak 25 g, dengan kadar garam sebesar 7 %
36
dengan potensial listrik yang dihasilkan adalah 1.13 Volt dan Arus yang sebesar
0.010 Ampere maka daya yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
= = 1.13
0.01
= 0.011
Jadi daya yang dihasilkan air garam sebagai sumber energi listrik alternatif
untuk massa garam 25 g adalah 0.011 Watt.
Keseluruhan daya yang dihasilkan dalam pengujian air garam sebagai
sumber energi listrik alternatif dengan variasi kadar dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut :
Tabel 4.2. Data Hasil Pengamatan Daya Listrik Dari Air Garam
Kadar
Tegangan
Arus rata-rata
rata-rata(volt)
(ampere)
1
1,13
0,010
7
0,011
2
1,19
0,013
18
0,016
3
1,34
0,014
28
0,019
4
1,49
0,018
40
0,026
5
1,67
0,025
54
0,042
6
1,76
0,027
64
0,047
7
1,97
0,029
74
0,058
8
1,10
0,033
83
0,036
9
0,93
0,035
97
0,033
No
garam
(%)
Daya
(watt)
Dari tabel di atas pengaruh kadar garam terhadap daya yang dihasilkan
oleh air garam sebagai sumber energi listrik alternatif dapat dilihat pada gafik
berikut :
37
0.07
100
0.058
97
kadar Garam
0.047
80
0.042
74
64
60
0.026
0.019
0.016
40
40
0.011
54
83
0.05
0.036
0.04
0.03
0.033
0.02
28
20
18
0.01
7
0
25
0.06
Daya Listrik (Watt)
120
0
50
75
100
125
150
175
200
225
massa Garam (gr)
Kadar Garam
Daya Listrik
Gambar 4.1 Pengaruh Kadar Garam Terhadap Daya Listrik
Gambar di atas merupakan gafik daya yang dihasikan air garam sebagai
sumber energi. Dari gafik terlihat jelas bahwa nilai tertinggi dari daya yang
mampu dihasilkan air garam sebagai sumber energi listrik yaitu terdapat pada
kadar garam 74 % yang dimana menghasilkan daya yaitu sebesar 0.058 Watt,
sedangkan nilai daya terendah terdapat pada kadar garam 7 % yang dimna hanya
mampu menghasilkan daya listrik sebesar yaitu 0,011 Watt..
Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam wadah 2000 ml air yang di
campurkan dengan variasi garam mulai dari 25 g,50 g, 75 g, 100 g, 125 g, 150
g,175 g, 200 g dan 225 g.Dapat dilihat bahwa daya terendah yang dihasilkan sel
elektrokimia yaitu pada massa garam 25 g atau dengan kadar garam 7 % dimana
daya yang dihasilkan adalah 0.011 Watt dan terus meningkat seiring pertambahan
kadar garam namun pada kadar garam 74 % atau pada massa garam 175 g daya
listrik yang dihasilkan adalah 0.058 Watt dan merupakan
nilai tertinggi
sebelum mulai mengalami penurunan pada massa garam 200 g atau dengan kadar
garam 83 % dan terus mengalami penurunan seiring peningkatan jumlah kadar
garam. Sedangkan untuk penggunaan air laut sebagai perbandingan di hasilkan
nilai sebagai berikut:
No
Tegangan (Volt)
Arus (A)
Daya (watt)
Kadar Garam (%)
1
1.32
0.014
0.018
27
38
Dari pengujian menggunakan air laut di hasilkan arus listrik sebesar 0.014
Ampere dan tengangan 1,32 volt sehingga daya yang dihasilkan adalah 0.018
Watt dengan kadar garam 27 %
4.3
Energi Yang Dimiliki Sistem
Energi kimia yang dihasilkan dari hasil reaksi antara air yang bercampur
dengan garam dalam larutan dan tembaga serta aluminium sebagai katoda dan
anodanya, kemudian dikonversi menjadi energi listrik. Dalam penelitian ini energi
kimia menjadi energi listrik
listr dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.2 Energi Kimia Menjadi Energi Listrik
Besarnnya energi yang dihasilkan oleh sel eleketrokimia tergantung dari
banyaknya sel yang ada pada sel elektrokimia tersebut. Pada peneitian yang
dilakukan dalam 2000 ml air yang dicampurkan dengan 175 g garam atau 74 %
kadar garam , untuk ukuran tembaga sebagai katoda yaitu 3 cm x 6 cm dan
penampang aluminium sebagai anoda yaitu 3 cm x 6 cm dengan menggunakan 20
pasang sel elektrokimia dapat menghidupkan 3 buah lampu
lampu LED dengan kapasitas
12 volt dengan daya 1,5 Watt.
W
Hal tersebut dikarenakan makin banyak sel yang ada pada sel
se elektrokimia
makin banyak pula potensial listrik dari penampang tembaga dan aluminium yang
dihasilkan pada sel sehingga memperbesar daya listrik, sesuai dengan rumus dari
daya listrik yaitu, daya sama dengan hasil perkalian antara potensial listrik dengan
arus listrik. Maka, makin besar potensial lastriknya makin besar pula daya yang
dihasilkan. Begitupun sebaliknya . Antara potensial dan arus
rus listrik sama-sama
sama
dapat memperbesar nilai daya listrik
listri apabila nilainya besar dan besarnya nilai
potensial dan arus listrik salah satunya tergantung dari besarnya nilai luas
penampang katoda dan
an anoda pada sel elektrokimia,
elektrokimia
39
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam wadah 2000 ml air yang di
campurkan dengan variasi garam mulai dari 25 g,50 g, 75 g, 100 g, 125 g, 150
g,175 g, 200 g dan 225 g.Dapat dilihat bahwa daya terendah yang dihasilkan sel
elektrokimia yaitu pada massa garam 25 g atau dengan kadar garam 7 % dimana
daya yang dihasilkan adalah 0.011 Watt dan terus meningkat seiring pertambahan
kadar garam namun pada kadar garam 74 % atau pada massa garam 175 g daya
listrik yang dihasilkan adalah 0.058 Watt dan merupakan nilai tertinggi.
Besarnnya energi yang dihasilkan oleh sel eleketrokimia tergantung dari
banyaknya sel yang ada pada sel elektrokimia tersebut. Pada peneitian yang
dilakukan dalam 2000 ml air yang dicampurkan dengan 175 g garam atau 74 %
kadar garam , untuk ukuran tembaga sebagai katoda yaitu 3 cm x 6 cm dan
penampang aluminium sebagai anoda yaitu 3 cm x 6 cm dengan menggunakan 20
pasang sel elektrokimia dapat menghidupkan 3 buah lampu LED dengan kapasitas
12 volt dengan daya 1,5 Watt. Hal tersebut dikarenakan makin banyak sel yang
ada pada sel elektrokimia makin banyak pula potensial listrik dari penampang
tembaga dan aluminium yang dihasilkan pada sel sehingga memperbesar daya
listrik.
5.2. Saran
Saran peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam pembuatan sel elektrokimia dengan menggunakan elektrolit air garam
agar sebaiknya memperbanyak jumlah sel elektroda dan memperbesar luas
penampang elektroda, hal ini dimaksudkan untuk memperbesar potensial
listrik dan arus listrik yang dihasilkan.
40
2. Untuk lebih mengoptimalisasi sumber energi air garam maka peneliti
menyarankan kepada mahasiswa yang akan meneliti tentang listrik air garam
agar mencoba penelitian tentang pemanfaatan listrik air garam kepada
masyarakat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Damanik,W.S., 2015, Pengaruh Jarak Katoda dan Anoda Terhadap Tekanan Gas
Hidrogen dan Klorin Yang Dihasilkan Pada Proses Elektrolisis Air Garam,
Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah, Sumatera Utara.
David. R.L., (2005), Standard Thermodynamic Properties of Chemical Substances
in CRC Handbook of Chemistry and Physics. CRC Press. Boca Raton.
Dewan Energi Nasional, 2014, Outlook Energi Indonesia, 2014, Jakarta.
Ediati,R., Prasetyoko,D., Atmaja,L., Murwani,I.K., dan Juwono,H., 2008, Kimia
Untuk Sekolah Menengah Kejuruan, Jilid 1, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah;Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
Faraday. M., 1834, On Electrical Decomposition, Philosophical transaction of
the royal society.
Fariya,S dan Rejeki, S., 2015, SEACELL (Sea Water Electrochemical cell)
Pemanfaatan Elektrolit Air Laut Menjadi Cadangan Sumber Energi Listrik
Terbarukan Sebagai Penerangan Pada Sampan, Program Pascasarjana
Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Surabaya.
Gaikward, K,S., 2004, Development Of Asolid Electrolyte For Hydrogen
Production, Engineering University of South Florida.
Hamann, C.H., Hamnett, A.,Vielstich., (1998),Electrochemistry,Wiley
VCH,
USA.
Hasanudin, 2015, Oksigen: siklus oksigen sifat oksigen manfaat oksigen, Jakata.
Helmenstine ,A.M., 2001, Chemistry Glossary Definition Of Electrolyte, New
York.
42
Isyana ,S.Y.L., 2010, Perilaku sel elektrolisis air dengan elektroda stainless steel,
Yogyakarta.
Isyana,S.Y.L., 2012, Studies on the hydrogen evolution reaction on fe-co ni/
stainless steel electrode. Journal of applied chemistry ,nomor 1 volume 3,
Hlm. 6 – 10, Yogyakarta.
Kear, G., Barker, B,D.,Walsh,F.C., 2004, Electrochemical corrosion of unalloyed
copper in chloride media-critical review, Corrosion Science,46. 109-135.
Prianto, B., 2008, Penentuan Potensial Sel Teoritis Proses Elektrolisis Natrium
Klorida Menjadi Natrium Perklorat, Jurnal Teknologi Dirgantara Lapan,
Vol 6 hal 18-24.
Putra,A.M., 2010, Analsis Produktifitas Gas Hidrogen Dan Gas Oksigen Pada
Larutan KOH, Jurnal Neutrino, Vol 2 no 2. Malang.
Putranto, B.2009, Kegunaan Natrium Bikarbonat, Artikel Kimia Dahsyat.
Sawyer, D.T., Sobokowiak, A., Roberts, J.L., 1995,
Electrochemistry
for
Chemists Second Edition, John Wiley and Sons, USA.
Udi, A.M dan Kurniawan,F. (2013), Simulasi Prototipe on Field Battery Melalui
Pemanfaatan Perbedaan Salinitas Dengan Beberapa Pasangan Elektroda,
FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya
Utami. B., Nugroho,A.Cs., Mahardiani,L., Yamtinah,B., 2007, Kimia Untuk SMA
dan MA Kelas XII Program Ilmu Alam, 2009, Pusat Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Warlina, L., 1985.
Pengaruh Waktu Inkubasi Bodi Pada Berbagai Limbah,
FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.
43
Lampiran 1. Tabel Pengamatan
No
1
2
3
4
5
6
Massa Garam
Tegangan
Arus
Kadar garam
(g)
(volt)
(Ampere)
(%)
1.13
9.82
1.14
9.70
1.11
10.1
1.15
9.85
1.11
9.9
1.2
13.28
1.18
13.07
1.17
13.07
1.17
13.04
1.16
13.2
1.37
14.02
1.3
14.03
1.35
13.93
1.36
13.76
1.32
13.89
1.45
17.9
1.5
18.03
1.49
17.40
1.5
17.52
1.51
17.89
1.62
24.8
1.65
25.05
1.71
25.15
1.63
24.89
1.75
25.7
1,72
27.1
1.78
26.9
25
50
75
100
125
150
7
18
28
40
54
64
44
7
8
9
10
175
200
225
Air Laut
1.8
26.6
1.76
26.4
1.73
26.3
1.92
29.6
1.93
29.3
2
29
2.01
28.9
1.98
29.3
1.1
33.01
0.9
33.08
1.2
32.7
1.2
34.02
1.1
31.9
0.86
35.04
0.9
34.9
1.1
36
0.89
35.2
0.91
35
1.3
13.5
1.35
13.56
1.33
13.53
1.3
13.3
1.32
13.54
74
83
97
27
45
Lampiran 2. Gambar Alat Uji
Lampiran 3. Proses Pengambilan Data
46
Lampian 4. Pengujian Kadar Garam
Lampiran 5. Sel Elektrokimia Sederhana
47
Lampiran 6. Hasil Pemakaian Elektroda
48
Download