n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemberdayaan Pertanian Indonesia memiliki lahan dan area lautan yang luas dan kaya dengan beijenis ekologi. Menempati hampir 1,3 persen dari wilayah bumi, mempunyai kira-kira 10 persen jenis tanaman dan bunga yang ada didunia, 12 persen jenis binatang menyusui, 17 persen jenis burung, 25 persen jenis ikan dan sisa area hutan tropis yang kedua setelah brazil (Word Bank, 1994) Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. (Sukartawi, 2003) Menurut Partadinata (2003), beberapa kegiatan yang terkait dengan pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat adalah: (1) pemberdayaan masyarakat miskin melalui penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, penyediaan pendampingan, dan peningkatan kapasitas daerah untuk mengelola bantuan pendidikan sosial; (2) pengembangan agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan; (3) pengembangan kewirausahaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi; (4) penguatan institusi pasar dalam rangka memperlancar arus barang dan jasa hasil produksi masyarakat guna meningkatkan pendapatan masyarakat; dan (5) Pengembangan lembaga keuangan mikro dipedesaan. 2.2. Tingkat Kemiskinan Kemiskinan merupakan permasalahan mendesak untuk dicarikan pemecahannya. Hal ini dapat diiihat dari tingginya angka kemiskinan yang mencapai angka 40% dari masyarakat Riau (Bappeda Propinsi Riau, 2004) Salah satu penyebab utama dari kemiskinan dan perbedaan dalam taraf hidup masyarakat adalah adanya ketidaksamaan dalam kesempatan untuk melaksanakan kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Disamping itu yang 7 paling pokok dan merupakan faktor kunci penyebab kemiskinan adalah pertumbuhan penduduk yang padat dan ketimpangan distribusi pendapatan. Peningkatan produksi dan pendapatan sebagai titik awal memecahkan masalah kurangnya bahan dan kemiskinan belum menyatakan hasil yang konkrit. (Penny, 1984) Menurut Gunarto (2001), determinan utama dari kesejahteraan ekonomi penduduk adalah daya beli, sehingga apabila daya beli menurun maka berdampak pada menurunnya kemampuan untuk memenuhi beerbagai kebutuhan hidup sehingga tingkat kesejahteraan menurun, dan sebaliknya apabila daya beli meningkat kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup meningkat sehingga tingkat kesejahteraan meningkat. Pola pengeluaran rumah tangga merupakan indikator lain yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pemdapatan, maka porsi pengeluarkan akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran untuk bukan makanan. Semakin rendah porsi pendapatan masyarakat yang dikeluarkan untuk bahan makanan, dan semakin tinggi porsi yang dikeluarkan untuk bahan non makanan maka tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Mengukur tingkat pendapatan masyarakat dapat diiihat dari penggunaan pendapatan yang diterima untuk keperluan memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. Semakin besar pendapatan yang digunakan untuk merubah makanan menunjukkan semakin rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, sebaliknya semakin kecil proporsi pengeluaran pendapatan untuk membeli makanan maka tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Menurut Soetrisno (2005) dalam skripsi Oktaviani Ratu Menrosa, salah satu indikator penting untuk mengetahui tingkat rendahnya kesejahteraan petani adalah nilai tukar produk pertanian. Semakin tinggi nilai tukar produk pertanian, semakin tinggi kesejahteraan para petani. Sebailiknya semakin rendah nilai tukar produk pertanian , semakin rendah kesejahteraan para petani. Nilai tukar produk pertanian mengalami penurunan dari tahun ketahun.harga yang diterima oleh petani dari produk hasil pertanian mereka, khususnya produk dari sub-sektor pertanian padi, tidak sebanding dengan harga-harga yang harus t dibayar oleh petani, baik untuk konsumsi maupun untuk keperluan usahatani. Namun para pertani penghasil hortikultura, misalnya sayuran dan buah-buahan, menerima harga yang relatif lebih baik dari pada petani padi karena harga sayuran dan buah-buahan adalah harga pasar bukan harga yang ditentukan oleh pemerintah seperti penerapan harga padi. 2.3 Modal Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian, dalam arti sumbangannya dalam nilai produksi. Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor modal lebih menonjol lagi. Itu sebabnya telah disebutkan pula bahwa kadang-kadang orang menyatakan bahwa "modal" satu-satunya milik petani adalah tanah disamping tenaga keijanya yang dinilai rendah. Pengertian modal disini bukan lah dalam arti kiasan yaitu barang atau apapun yang digunakan untuk mencapai sesuatu tujuan. Tujuan petani dalam hal ini tak lain adalah untuk mempertahankan hidupnya bersama keluarganya. Hidup petani bergantimg pada pertanian, dan modalnya adalah tanahnya. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktorfaktor produksi tanah dan tenaga keija menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil-hasil pertanian. (Muryanto, 1996) Masalah dana usaha adalah masalah serius bagi setiap pengusaha didunia. Tidak seorangpun yang akan bisa maju tanpa dana usaha yang cukup. Ironisnya, potensi pendanaan yang ada sering kali masih kurang dimanfaatkan. Pada negaranegara industri sekalipun masih banyak altematif pendanaan yang belum dimanfaatkan pengusaha. Altematif yang tersedia saat ini masih sangat terbatas dan altematif yang terbatas itu masih belum dimanfaatkan secara optimum. (Dipo, 1995) t^\ih 2.4 Ekonomi Islam Ekonomi Islam bukan hanya ekspresi syariah yang memberikan eksistensi sistem Islam ditengah-tengah eksistensi berbagai sistem ekonomi modem. Tapi sisitem ekonomi Islam lebih sebagai pandangan Islam yang kompleks hasil ekspresi akidah Islam dengan nuansa luas dan target yang jelas. Ekspresi akidah melahirkan cara pemikiran dan metode aplikasinya, baik dalam konteks undang- 9 undang kemasyarakatan, perpolitikan atau perekonomian. Landasan ekonomi Islam jelas berbeda dengan landasan sistem ekonomi modem. Sebab pandangan Islam mengenai ekonomi mempunyai karakteristik yang tidak terdapat pada sistem ekonomi modem. Islam memiliki acuan dasar (Al-Quran dan Hadist) dan acuan yang bersifat interpretatif ijtihat. Perbedaan sistem antara Islam versus sistem modem melahirkan suatu kesimpulan ekonomi Islam yang berkisenambungan dan dengan muatan aspek yang lengkap, temtama yang menyangkut kemanusiaan atau humanism (M. Farug'an, nabahau 2000) Prinsif utama tentang kebijakan ekonomi Islam yang dijelaskan Al-Qur'an sebagai berikut : (1) Allah Swt. Adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut selumh alam semesta; (2) manusia hanyalah khalifah Allah dimuka bumi, bukan pemilik yang sebenamya; (3) semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat Allah Swt. Oleh karena itu, manusia yang kurang berantung mempunyai hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki saudaranya; (4) kekayaan hams berputar dan tidak boleh ditimbun; (5) eksploitasi ekonomi dalam segaia bentuknya, termasuk riba hams dihilangkan; (6) menerapkan sistem warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat mengeliminasi berbagai konflik individu; (7) menetapkan berbagai bentuk sedekah baik yang bersifat wajib maupun sukarela, terhadap para individu yang memiliki harta kekayaan yang banyak untuk membantu para anggota masyarakat yang tidak mampu. (Karim, 2004) 2.5 Zakat Menumt Hafidhuddin (1998) Zakat berasal dari bentukan kata zaka yang berarti 'suci', 'baik', 'berkah', 'tumbuh', dan 'berkembang'.menumt terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan dibcrikan kepada yang lebih berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Kaitan antara makna secara bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang (at- Taubah: 107 dan ar- Rum: 39) Menumt Halim (2001) Zakat disyariatkan dengan alasan antara lain: (1) pengambilan syariat islam secara keselumhan memerlukan biaya yang besar; (2) 10 Islam tidak menghendaki umatnya melarat; (3) syariat zakat menuntut umatnya untuk bekerja keras; (4) manusia memiliki kecenderungan bersifat serakah; (5) syariat zakat menuntut keseimbangan kemakmuran umat; (6) syariat zakat mengajarkan umat untuk disiplin; (7) syariat zakat mengajarkan keharmonisan umat; (8) syariat zakat menuntut kreatifitas umat; (9) syariat zakat menghendaki terwujudnya umat yang baldatun thayyibatun wa rabbun qhofur Prinsip zakat dalam tatanan sosial ekonomi mempunyai tujuan untuk memberikan pihak tertentu yang membutuhkan untuk menghidupi dirinya selama satu tahun kedepan dan bahkan diharapkan sepanjang hidupnya. Dalam konteks ini, zakat didistribusikan untuk dapat mengembangkan ekonomi, baik melalui keterampilan yang menghasilkan, maupun dalam bidang perdagangan. Oleh karena itu prinsip zakat memberikan solusi untuk dapat mengentaskan kemiskinan dan kemalasan, pemborosan dan penumpukan harta sehingga menghidupkan perekonomian mikro maupun makro. (Qardhawi, 1991) 2.6 Lembaga Pengelola Zakat Horton et al (1996) mengemukakan bahwa lembaga adalah suatu sistem hubungan sosial yang terorganisasi yang mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tertentu. Suatu lembaga mencakup : (1) seperangkat pola prilaku yang telah distandarisasi dengan baik; (2) serangkaian tata kelakuan, sikap dan nilai-nilai yang mendukung, serta; (3) sebentuk tradisi, ritual, upacara dan perlengkapan-perlengkapan lain. Lembaga memiliki dua fungsi yaitu fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi manifest merupakan tujuan lembaga yang diakui, sedangkan fungsi laten merupakan hasil yang tidak dikehendaki dan mungkin tidak diakui atau jika tidak diakui dianggap sebagai hasil sampingan (Horton et al, 1996). Sedangkan fungsi lembaga social menurut Leibo (1995) adalah : (1) memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku/bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan; (2) menjaga kebutuhan masyarakat dan (3) memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial. Artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotaanggotanya. 11 f Menurut Undang-undang Repubiik Indonesia nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pasal la-d menyatakan bahwa dalam undang-undang yang dimaksud dengan (1) pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat; (2) zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan; (3) Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat; (4) Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat. Pasal 5 menyatakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan ; (1) meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalemi menunaikan zakat sesuai dengan tujuan agama; (2) meningkatkan fungsi dan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan social; (3) meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Amil zakat adalah orang atau lembaga yang mendapatkan tugas untuk mengambil, memungut dan menerima zakat dari para muzakki, menjaga dan memeliharanya untuk kemudian menyalurkannya kepada para mustahik yang berhak menerimanya. Adapun syarat menjadi amil zakat adalah beragama Islam, dewasa (akil balig), memahami hukum zakat dengan baik, harus jujur dan amanah, serta memiliki kemampuan (capable) untuk melaksanakan tugas keamilan. Hak amil adalah 12,5% bukanlah sesuatu yang mutlak, hal ini lebih dimaksudkan untuk kehati-hatian agar jangan sampai amil mengambil bagian zakat terlampau besar, bahkan lebih besar dari fakir miskin. Maka hak amil dibatasi maksimal 12,5%. Hak amil yang dimaksud adalah untuk orang yang beketja sebagai amil dan biaya operasionalnya. (Didin Hafidhuddin, M.Sc) Yusuf Qardhawi (1991) mengemukakan bahwa Al Qur'an menggolongkan amil zakat kedalam kelompok mustahik (orang yang berhak menerima zakat) juga setelah golongan fakir miskin. Surat at- Taubah menunjukkan bahwa zakat itu bukanlah semata-mata urusan pribadi yang diserahkan kepada kesadaran muzakki saja. Tapi lebih dari itu negara atau lembaga zakat wajib mengangkat orang-orang yang memenuhi syarat untuk menjadi amil zakat.