Perusahaan yang Merdeka!!!

advertisement
Perusahaan yang Merdeka!!!
Bramantyo Djohanputro, PhD
Catatan:
Tulisan ini dimuat di dalam MAJALAH BCA
Penulis adalah Dosen dan Konsultan Manajemen, khususnya bidang
Keuangan, Investasi, dan Risiko (Lecturer and Consultant in
Management, specializing in Finance, Investment, and Risk)
Sekolah Tinggi Manajemen PPM (PPM School of Management)
Contact:
- [email protected]
- [email protected]
- Blog: www.bram39.wordpress.com
Merdeka bukan saja dilihat dari kacamata legal. Bagi bangsa, merdeka
secara legal berarti bangsa tersebut bebas menentukan masa depannya
sendiri dan tidak ada bangsa lain yang secara hukum berhak mengatur.
Orang yang merdeka secara legal adalah mereka yang tidak diikat secara
hukum untuk melakukan yang tidak diinginkan dan merusak.
Merdeka juga dapat dilihat secara fakta. Bangsa yang faktanya mereka adalah
bila bangsa tersebut benar-benar mampu mengatur diri sendiri bagi
warganya secara adil, damai, dan sejahtera. Seorang individu disebut
merdeka bila yang bersangkutan benar-benar dapat mengeksekusi
kebebasannya untuk melakukan sesuatu yang baik untuk dirinya maupun
lingkungannya, supaya dapat hidup sejahteradan damai serta berlaku adil.
Apakah BCA sudah merdeka? Apakah perusahaan Anda sudah merdeka?
Esensinya, BCA sudah merdeka, perusahaan Anda sudah merdeka, bila
perusahaan ini dapat mencapai kinerja optimum dengan membuat keputusan
dan menjalankannya atas kepentingan BCA, dengan memperhatikan kinerja,
rasa adil, dan rasa damai di antarapihak-pihak berkepentingan
(stakeholders).
Oleh karena keputusan dan eksekusinya terkait dengan pengelolaan kapital,
atau aset, atau kekayaan, perusahaan disebut merdeka bila dapat mengelola
berbagai jenis kapital secara merdeka.
Perlu dicatat, perusahaan yang merdeka tidak berarti peruusahaan tersebut
bertindak secara individualistik. Perusahaan yang merdeka berarti juga
bertindak secara interdependensi dengan perusahaan lain dalam
memanajemeni kapital untuk mencapai kinerja yang optimum, bertindak
secara adil dan menimbulkan ketenangan dan kedamaian.
Perusahaan yang Merdeka/Agustus-2008#
1
Ada empat jenis kapital yang harus dikelola perusahaan: kapital ekonomi
(economic capital), kapital manusia (human capital), kapital sosial (social
capital), dan kapital solidaritas (solidarity capital). Pengelolaan keempat jenis
modal tersebut berbeda pada perusahaan terkoloni (colonized atau coopted
company), perusahaan mereka (independent company), dan perusahaan
individualistik (ego company).
Kapital ekonomi adalah segala jenis aset perusahaan yang dapat menjadikan
perushaan bekerja dan beroperasi, baik berupa kapital investasi (investment
capital) maupun kapital kerja (working capital). Bagi sebuah perusahaan jasa
seperti BCA, kapital tidak berwujud (intangible capital) jauh lebih penting
dari kapitan berwujud (intangible capital).
Kinerja kapital ekonomi, yang diukur dengan berbagai ukuranseperti ROA
(return on Asset), ATO (asset turn over), PM (profit margin), ROE (return on
equity), dan berbagai ukuran lainnya, sangat tergantung pada kemampuan
perusahaan secara interdependen dengan perusahaan lain dalam mengelola
ketiga jenis kapital lainnya.
Kapital manusia merupakan pendorong pertama kinerja perusahaan. Istilah
kapital manusia mulai diperdengarkan sebagai pengganti istilah sumber daya
manusia (SDM) untuk memastikan bahwa perusahaan memperlakukan
karyawan sebagai kapital, bukan sekedar sumber daya. Menurut filosofi
dasarnya, sumber daya merupakan kekayaan yang dimanfaatkan oleh
perusahaan yang lama kelamaan akan habis, seperti halnya sumber daya
alam.
Dengan menggunakan istilah capital manusia, perusahaan mendasarkan
filosofi perlakuan terhadap karyawan sebagai kapital, yaitu aset yang perlu
dipelihara, ditingkatkan kualitasnya, karena kapital tidak akan habis bahkan
mengalami peningkatan nilainya. Penurunan nilai kapital semata-mata karena
faktor waktu atau usia.
Kapital sosial menjadi penting untuk membentuk masyarakat yang kohesif
dan goodwill melalui interaksi yang positif. Kapital sosial adalah ” the
aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of
a durable network of more or less institutionalised relationships of mutual
acquaintance and recognition”, kata Pierre Bourdieu.
Dengan mempersonifikasikan perusahaan, perusahaan yang berdiri sendiri
tidak memiliki makna dan berdaya. Makna dan daya akan muncul pada saat
perusahaan hidup bersama dengan membangun kapital sosial, baik berupa
bonding capital sosial (kapital sosial di dalam kelompok masyarakat yang
homogen) maupun bridging capital social (kapital sosial antara kelompok
masyarakat yang heterogen). Keberagaman masyarakat Indonesia, yang
Perusahaan yang Merdeka/Agustus-2008#
2
berimbas pada keberagaman korporat beserta budaya yang dibangunnya,
menunjukkan bahwa kedua jenis kapital sosial tersebut sangat cocok untuk
dikembangkan di korporat Indonesia.
Kapital solidaritas merupakan komitmen perusahaan untuk memberi
perhatian dan mendorong perusahaan lain untuk saling maju. Pembangunan
kapital solidaritas antar perusahaan di Indonesia dapat dilakukan paling tidak
melalui dua cara: model koopetisi dan model komplementer.
Koopetisi berasal dari kata kooperasi (kooperasi, atau cooperation) dan
kompetisi. Dalam model koopetisi, perusahaan-perusahaan saling
berdampingan untuk menyediakan produk (barang dan jasa) yang lengkap
bagi konsumen sehingga konsumen tertarik untuk berbelanja. Untuk skala
perusahaan mikro, koopetisi sering dijalankan bagi para penjual makanan.
Penjual makanan yang menjajakan di suatu tempat sendirian biasanya kurang
laku. Untuk mendorong penjualan, penjual makanan yang satu mengajak
penjual makanan yang lain untuk menjual makanan di wilayah yang sama,
dengan makanan yang berbeda-beda. Mereka berkooperasi untuk
menawarkan makanan yang bervariasi. Dan pada saat yang sama, mereka
berkompetisi pada saat konsumen mendatangi lokasi penjualan, saling
menawarkan produk mereka dengan tetap memciptakan suasana nyaman
bersama.
Model komplementer dalam pembangunan kapital solidaritas mengandung
arti bahwa BCA mengutamakan belanja produk (barang dan jasa) dengan
memprioritaskan pembelian produk dari perusahaan di Indonesia
(perusahaan domestik) selama kebutuhan tersebut bisa dipenuhi, dan pada
saat yang sama berjuang untuk memenuhi kebutuhan sesama perusahaan
domestik sekaligus kebutuhan lain, termasuk pasar luar.
Dasar model komplementer cuup sederhna. Pertama, pihak yang membeli
produk Anda akan terus membeli selama memiliki daya beli yang cukup.
Oleh karena itu, perusahaan Anda perlu membantu peningkatan daya beli
masyarakat dan perusahaan sekitar supaya mereka mempunya daya beli
yang baik.
Contohnya, bila BCA membeli makanan produk domestik, maka perusahaan
domestik tersebut membutuhkan kredit untuk mengembangkan usaha
mereka. Sebagai turunannya, bila perusahaan domestik tersebut hidup dan
berkembang, maka karyawan mereka memiliki daya beli yang cukup untuk
membiaya kehidupan, memiliki sisa pendapatan dan dimasukkan ke dalam
tabungan, bahkan mengajukan kredit untuk membli rumah, kendaraan, dan
sebagainya.
Perusahaan yang Merdeka/Agustus-2008#
3
Dengan mengutamakan belanja produk domestik, kebangkitan ekonomi
secara nasional akan semakin cepat. Belanjalah kendaraan produksi
domestik, belanjalah ATK produksi domestik, konsumsilah produk domestik,
gunakanlah jasa konsultan lokal, ....
Bila setiap perusahaan berperilaku seperti di atas, dengan memaksimumkan
kapital solidaritas sebagai basis pembangunan, maka pertumbuhan ekonomi
semakin cepat, defisit APBN untuk stimulasi pembangunan bisa dikurangi,
dan kemerdekaan ekonomi bisa segera terwujud. Merdeka!!!
********
Perusahaan yang Merdeka/Agustus-2008#
4
Download