BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan memperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick. Peredaan itu berupa kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran talking stick. Hal ini berarti metode pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Hal ini sesuai dengan hasil statistik yang diperoleh Fh = 36,37 > Ft = 4,00 dengan db pembilang 1 dan db penyebut = 60, pada taraf nyata= 0,05. 2. Ada perbedaan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dengan siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Perbedaan itu berupa siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Hal ini berarti bahwa minat membaca karya sastra memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Hal ini sesuai dengan hasil statistik diperoleh Fh = 16,50 > Ft = 4,00 dengan db pembilang =1 dan db penyebut = 60, pada taraf nyata = 0,05. 3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran baik metode pembelajaran reciprocal learning maupun metode pembelajaran talking stick dan minat membaca karya sastra terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek 99 100 siswa. Terbukti dengan hasil statistik diperoleh Fh = 7,33 > Ft = 4,00 dengan db pembilang = 1 dan db penyebut = 60, pada taraf nyata = 0,05. Berdasarkan simpulan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, diketahui bahwa penggunaan metode pembelajaran dan minat membaca karya sastra memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Oleh sebab itu, implikasi teoritis dan praktis yang harus dilakukan oleh guru bahasa Indonesia terkait dengan temuan peneitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memperkuat teori-teori mengenai apresiasi cerita pendek dengan metode pembelajaran reciprocal learning dan metode pembelajaran talking stick dengan minat membaca karya sastra siswa. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa penerapan metode pembelajaran reciprocal learning menghasilkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek lebih baik daripada metode pembelajaran talking stick. Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran dengan metode reciprocal learning adalah metode pembelajaran yang berpusat pada kemampuan siswa untuk berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai tugas. Dengan adanya pembagian tugas dalam diskusi maka diksusi tersebut akan berjalan lebih tertib dan efektif. Siswa memiliki tugas masingmasing dalam diksusi tersbeut, sehingga siswa akan fokus pada tugasnya dalam berdiksusi. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat siswa yang hanya berbicara sendiri atau tidak ikut berdiskusi. Seperti yang dikatakan oleh Huda (2014: 216) reciprocal learning ditujukan untuk mendorong siswa mengembangkan skill-skill yang dimiliki oleh pembaca dan pembelajar efektif, seperti merangkum, bertanya, mengklarifikasi, memprediksi, dan merespons apa yang dibaca. Siswa melakukan empat hal 101 tersebut dalam kelompok kecil. Dengan adanya pengembangan skill-skill tersebut dalam pembelajaran reciprocal learning akan membuat siswa lebih aktif dan tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar khususnya dalam mengapresiasi cerita pendek perlu dipertimbangkan penerapan metode pembelajaran reciprocal learning. Dengan diterapkannya metode pembelajaran ini dimungkinkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek tercapai secara optimal. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran reciprocal learning berpengaruh positif dalam meningkatkan kemmapuan mengapresiasi cerita pendek. Metode ini dapat mengembangkan kemampuan siswa melalu diskusi secara maksimal dalam rangka meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Minat membaca karya sastra juga memiliki peran yang positif terhadap dampak dari kedua metode pembelajaran yang digunakan dalam mempengaruhi kemmapuan mengapresiasi cerita pendek, khususnya siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi. Minat membaca karya sastra menjadi salah satu indikator bahwa siswa telah memiliki kemampuan yang baik dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra. Oleh karena itu, sebaiknya guru memberikan dorongan kepada siswa selama proses belajar sehingga aktivitas belajar dapat berlangsung lebih menyenangkan, dapat meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar siswa, serta komunikasi antar siswa maupun guru dapat berjalan lancar. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pendidik sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar serta prestasi siswa terutama dalam hal kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Metode pembelajaran reciprocal learning dan talking stick dapat dijadikan alternatif pembelajaran mengapresiasi cerita pendek pada siswa. Namun, guru juga tetap harus memberikan bimbingan, dorongan, serta latihan kepada siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena hal itu merupakan faktor penting dan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampauan atau prestasi siswa. Kelebihan lain dari metode pembelajaran reciprocal learning adalah peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada kelompok siswa yang memiliki 102 minat membaca karya sastra tinggi. Namun, bagi kelompok siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah tidak lebih buruk dari siswa yang menggunakan metode lain. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini cocok untuk diterapkan kepada siswa di semua jenis kelas pembelajaran, baik yang siswanya memiliki minat membaca karya sastra tinggi, rendah ataupun campuran keduanya. Pada umumnya, yang terjadi di lapangan kelas-kelas pembelajaran berupa kelas yang berisi siswa yang heterogen dalam minat membaca karya sastranya. Dalam satu kelas biasanya terdapat siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi maupun rendah. 2. Implikasi Praktis Penerapan metode pembelajaran reciprocal learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan mengapresiasi cerita pendek perlu diupayakan secara intensif oleh guru. Metode pembelajaran reciprocal learning merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya untuk menyelesaikan masalah dengan berbagi tugas. Pembagian tugas dalam kerja sama kelompok untuk kemudian didiskusikan bersama dapat melatih siswa untuk saling berbagi pendapat sekaligus menghargai pendapat temannya. Siswa diajarkan bagaimana menanggapi pendapat-pendapat temannya dalam menyelesaikan permasalahn yang mereka hadapi. Meskipun dilakukan secara kerja sama, hal ini tidak lantas membuat siswa enggan untuk mengerjakan karena sudah ada temannya yang akan mengerjakan, akan tetapi dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa tetap memiliki tanggung jawab masing-masing dalam kelompoknya karena terdapat pembagian tugas. Pembelajaran mengapresiasi merupakan pembelajaran yang tidak dapat lepas dari kegiatan membaca atau mendengarkan. Apresiasi dapat berwujud kegiatan langsung mapun tak langsung. Apresiasi dapat diwujudkan dengan berbagai cara, yang pertama dalah dengan cara membaca dan atau menikmati karya-karya terutama karya sastra kreatif secara langsung, dengan segala bentuk dan ragamnya. Bentuk apresiasi yang kedua dapat diwujudkan dengan melakukan 103 berbagai cara yang dapat menunjang penikmatan dan atau pemahaman terhadap karya kreatif. Sedangkan bentuk apresiasi tak langsung yaitu antara lain melalui membaca kritik sastra atau ulasan yang dibuat para ahli, menonton sinetron atau film yang diangkat dari kisah dalam sebuah novel atau drama, menonton pertunjukan teater, mendokumentasikan karya-karya sastra, ikut dalam kegiatan membaca puisi dan deklamasi, serta dapat juga dengan menyelenggarakan lomba baca maupun cipta karya sastra kreatif (Jamaludin, 2005: 20). Oleh karena itu, untuk dapat mengapresiasi cerita diperlukan pemahaman dengan cara-cara kreatif sehingga dapat mengeparesiasi dengan baik. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah kesanggupan seseorang untuk mengenal, menghargai, atau mengagumi, menginterpretasi atau memberi makna, mengerti atau memahami, menyenangi atau menikmati dan memberi penilaian terhadap karya sastra yang berbentuk cerita pendek. Kemampuan mengenal, memahami hingga menilai sebuah cerita pendek didapat dari wawasannya yang luas tentang karya sastra. Semakin luas referensi tentang karya sastra terutama cerita pendek sesorang akan menentukan kemampuan mengapresiasi terhadap cerita pendek tersebut. Pembelajaran reciprocal learning dimulai dengan guru menyiapkan teks cerita pendek dan materi yang akan diajarkan. Selanjutnya, guru memberikan materi yang akan disampaikan dan membentuk kelompok dengan anggota 4 orang siswa.setelah pembagian kelompok, siswa diminta untuk membagi tugas dalam kelompok tersebut, ada yang menjadi penanya, pemrediksi, pengklarifikasi, dan perangkum. Kemudian memberikan teks cerita pendek yang telah disiapkan untuk dibaca oleh siswa secara berkelompok dan diskusikan. Guru berperan sebagai fasilitator sekaligus pengkonfirmasi akhir dari diskusi yang mereka lakukan. Setelah siswa membacakan hasil diskusi mereka, maka guru akan mengkonfirmasi dan mengarahkan siswa kepada hasil yang lebih tepat. Pembagian tugas dalam kelompok diskusi ini turut berperan aktif dalam keberhasilan metode pembelajaran. Dengan pembagian tugas pada masing-masing siswa,maka siswa merasa memliki tanggung jawab penuh terhadap tugasnya, tentu saja tanpa mengabaikan pendapat dari teman-teman kelompoknya mengenai hasil dari tugas 104 masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain. hal ini tentunya membuat kondisi kelas lebih kondusif karena dalam kegiatan berkelompok tidak hanya satu dua siswa saja yang bekerja, tetapi bekerja semua sesuai dengan tugas maisngmasing. Rangakaian pembelajaran ini akan memudahkan siswa khususnya pada pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Pada kegiatan mengapresiasi cerita pendek, siswa dituntut untuk berdiskusi dengan pembagian tugas pada masing-masing siswa yang membuat siswa harus berpikir untuk mengerjakan tugasnya dalam diskusi kelompok tersebut. Berbeda dengan metode pembelajaran reciprocal learning, metode pembelajaran talking stick cenderung lebih santai yang cenderung membuat siswa kurang berkonsentrasi pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan diskusi kelompok tanpa ada pembagian tugas pada masing-masing siswa. Hal ini menyebabkan siswa yang serius akan serius tetapi yang tidak serius hanya akan mengobrol. Diskusi yang mereka lakukan menjadi kurang efektif karena seringkali diselingi obrolan yang diluar konteks pembelajaran. Guru sudah berusaha untuk mengatur kelas agar pokok pembahasan kembali pada tujuan utama, namun tetap ada beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi pada pembelajaran. Kejadian ini beberapa kali terjadi ketika dilakukan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran talking stick. Perbedaan pada kedua metode pembelajaran ini tentunya akan memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Siswa yang diajar dengan metode pembelajaran reciprocal learning memiliki kesempatan untuk berkonsentrasi pada pembelajaran yang dilakukan. Sebaliknya siswa menajadi kurang berkonsentrasi pada metode pembelajaran talking stick. Kurangnya konsentrasi dan situasi kondusif dikelas dapat mengganggu pemahaman terhadap karya sastra yang dibaca sehingga kemampuan mengapresiasi cerita pendek menjadi kurang optimal. Menyadari adanya kekurangan dan kelebihan yang dapat terjadi, metode pemebelajaran reciprocal learning merupakan metode yang efektif dan inovatif salam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Upaya ini 105 dapat dilakukan oleh guru untuk menekankan pentingnya proses dan hasil yang dicapai pada pembelajaran mengapresiasi hasil karya terutama cerita pendek dalam pembelajaran bahasa indonesia. Selain pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan mengapresiasi sebuah karya juga dapat dilakuakn untuk mengapriasi hal-hal lain diluar pelajaran bahasa Indonesia, misalnya sebuah penemuan ilmiah, karya berupa benda seni dan sebagainya. Berdasarkan temuan empiris ini, guru perlu mengupayakan penerapan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan yang berkaitan dengan metode-metode pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran yang beraneka ragamnya. Keragaman metode yang dimiliki dan dikuasai oleh guru akan memudahkan guru untuk memilih metode yang sesuai dengan kondisi siswa dan materi yang akan disampaikan. Hal ini juga dapat menambah pengetahuan dan wawasan guru mengenai metode-metode pembelajaran yang efektif dan inovatif. Berdasarkan simpulan penelitian di atas, diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi lebih baik daripada yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang efektif adalah pembalajaran yang dilandasi oleh siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi. Kegiatan mengapresiasi cerita pendek akan senantiasa berjalan dengan baik apabila siswa sebagai pembelajar memiliki minat membaca karya sastra tinggi sebagai pondasi awal dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang dimiliki. Minat membaca karya sastra akan memberikan pengetahuan awal yang dibutuhkan siswa untuk tertarik terhadap apresiasi sastra siswa. Ketika siswa sudah memiliki ketertarikan yang besar terhadap karya sastra, maka siswa tersebut akan dengan mudah untuk mengapresiasi karya sastra tersebut terutama dalam bentuk cerita pendek. Sedangkan siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah akan kesulitan dalam mengapresiasi cerita pendek, hal itu dikarenakan siswa merasa tidak tertarik untuk membaca karya sastra sehingga siswa pun merasa enggan 106 membaca yang berakibat kesulitan dalam mengapresiasi karya sastra terutama cerita pendek. Sebagai guru, hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja dan harus segera ditangani. Guru juga harus memberikan perhatian yang ekstra untuk menangani hal tersebut. Tindakan dari guru sangatlah penting guna mencari solusi dalam menggiatkan minat mebaca karya sastra siswa. Rahim (2008: 28) mengungkapkan bahwa minat membaca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Maksudnya orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapatkan bahan bacaan, kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Hakikatnya, minat membaca merupakan kecenderungan hati yang tinggi dari orang tersebut kepada suatu sumber bacaan tertentu. Faktor pendorong bangkitnya minat baca ialah ketertarikan, kemauan, kegemaran dan hobi membaca. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan pengertian minat membaca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca yang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca tersebut sehingga seseorang membaca dengan kemauannya sendiri (Sutarno, 2006: 27). Dalam hal ini adalah kecenderungan terhadap bacaan berupa karya sastra. Impikasi minat membaca dalam penelitian ini antara lain: (1) ketertarikan, siswa mulai menaruh perhatian pada bahan bacaan terutama dalam bentuk karya sastra; (2) kemauan, kegiatan membaca terutama membaca karya sastra mulai menjadi sesuatu yang dilakukan tanpa ada paksaan; (3) kegemaran, dimulainya proses membaca sebagai sebuah hal yang menyenangkan bagi pribadi siswa; dan (4) hobi membaca, kegiatan membaca terutama membaca karya sastra tidak lepas dari keseharian siswa dan sudah menajadi kebutuhan primer siswa. Suharyanti (2008: 106-108) mengungkapkan bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi minat baca ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi minat membaca meliputi beberapa hal, yaitu: faktor pembawaan atau bakat, jenis kelamin, umur dan tingkat perkembangan, keadaaan fisik dan psikis, serta kebutuhan obyektif. Sedangkan faktor eksternalnya adalah aspek sosial dan aspek lingkungan. Faktor-faktor 107 tersebut tentunya juga mempengaruhi minat membaca karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan karya sastra lainnya. Berdasarkan temuan empiris di atas, upaya untuk meningkatkan minat membaca karya sastra dapat dilakukan dengan cara: (1) meningkatkan budaya literasi atau membaca di rumah maupun lingkungansekolah sebagai pondasi awal dalam tumbuhnya minat membaca teruatama membaca karya sastra; (2) berusaha memunculkan kesempatan membaca karya sastra dalam setiap kondisi dan situasi; (3) memberikan pembelajaran yang erat kaitannya denagn usaha dalam meningkatkan minat membaca karya sastra; (4) memberikan reward dalam bentuk pujian agar minat membaca karya sastra semakin meningkat sehingga memiliki minat membaca karya sastra tinggi, dan tetap memberikan motivasi kepada siswa yang memiliki minat membaca karya sastra rendah. Pembelajaran yang efektif harus ditunjang dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan yang diajarkan. Proses belajar mengajar juga harus memperhatikan kondisi siswa pada saat sebelum dilakukan pembelajaran. Hal ini lah yang menyebabkan setiap guru harus memiliki beberapa metode pembelajaran yang nantinya akan digunakan kepada para siswa guna pemerolehan nilai yang baik dan berkesan bagi siswa. Oleh karena itu, setiap guru tidak hanya terpaku pada satu metode pembelajaran saja, namun harus menggunakan beberapa metode pembelajaran yang nantinya dapat disesuaikan dengan kondisi siswa supaya siswa juga tidak merasa jenuh. Salah satu upaya guru dalam meningkatkan pembelajaran ialah dengan menggunakan metode pembelajaran reciprocal learning sebagai alat untuk pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Penggunaan metode reciprocal learning terbukti lebih baik daripada penggunaan metode pembelajaran talking stick khususnya pada pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Kedua metode pembelajaran tersebut termasuk dalam pendekatan kooperatif, yakni keduanya menggunakan cara-cara berkelompok untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah. Pendekatan ini berupa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan yang berorientasi padakerja sama antarsiswa 108 (Andayani, 2015: 233). Kegiatan dalam pendekatan ini cocok untuk diberikan kepada siswa-siswi pada usia remaja seperti siswa SMA ini, siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan orang-orang disekitarnya untuk memecahkan sebuah masalah. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif juga akan memerlukan sumber belajar yang baik. Teknologi yang ada dan telah menjadi bagian kehidupan kita dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjadi sumber belajar yang potensial demi memberikan dan menyediakan sumber dan bahan belajar yang baik. Sumber belajar bukan saja berasal dari buku-buku teks saja, namun juga dapat memanfaatkan segala sesuatu yang disekitar mereka yang mampu menjadi sarana belajar efektif bagi siswa. Hal ini turut menjadi kewajiban guru untuk jeli mencari, memanfaatkan, dan menggunakan sumber belajar potensial yang dapat membantu kegiatan belajar mengajar siswa. Untuk itu, peran orang tua dan sekolah juga sangat diperlukan demi terpenuhinya setiap kebutuhan siswa demi melengkapi hal-hal yang berkaitan dengan ilu yang diuthkan melalui sarana dan prasarana yang cukup. 3. Implikasi Pedagogis Berdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh hasil bahwa metode reciprocal learning merupakan metode yang efektif digunakan dalam pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Penggunaan metode ini tentunya akan mempermudah proses pembelajaran. Selain itu, metode ini tentunya dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa terutama dalam pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Dengan adanya temuan tersebut, pihak sekolah seperti kepala sekolah dapat memberikan pengarahan kepada guru yang menguasai pembelajaran dengan metode tersebut untuk mengajarkannya kepada guru lain terutama bahasa Indonesia. Selain pihak sekolah, pihak lain yang bersangkutan seperti dinas pendidikan di kota Yogyakarta dapat memberikan pelatihan kepada guru-guru terutama bahasa Indonesia untuk menggunakan metode reciprocal learning dalam pembelajaran bahasa. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif bagi 109 peningkatan hasil belajar siswa, terutama dalam pelajaran bahasa Indonesia atau dapat juga untuk pelajaran lain. Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa minat membaca karya sastra memberikan efek positif dalam upaya peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Berdasarkan temuan tersebut, minat membaca karya sastra sangat penting untuk dipupuk dan ditingkatkan agar kemampuan mengapresiasi sastra siswa terutama cerita pendek dapat meningkat. Guru dapat mulai membimbing siswa untuk gemar membaca, seperti memberikan tugas untuk membaca buku sastra atau membuka diskusi tentang sastra di dalam kelas maupun di luar kelas. Sekolah dapat mengupayakan untuk menambah jumlah buku-buku sastra diperpustakaan atau membuat pojok buku sastra di sekolah. Hal ini tentu akan meningkatkan keinginan dan minat siswa untuk membaca sastra. Selain minat membaca sastra, minat membaca sendiri juga dapat meningkatkan wawasan siswa dalam berbagai hal. Hal itu tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan prestasi belajar siswa secara umum. Selain pihak sekolah yang mengupayakan penyediaan buku-buku bacaan terutama buku sastra, dari dinas pendidikan daerah terkait juga dapat membantu menyediakan buku-buku bacaan tersebut. Dapat juga dengan membuat ruangruang baca yang dapat dinikmati oleh semua kalangan terutama siswa dari berbagai jenjang pendidikan guna meningkatkan kesadaran mereka dalam membaca. Hal ini tentu akan sangat membantu siswa untuk gemar membaca sehingga minat membaca siswa terutama minat membaca sastra siswa akan meningkat dan memberikan dampak positif dalam prestasi belajar siswa di sekolah. C. Saran Berdasarkan pada temuan empiris dalam penelitian ini, maka perlu diajukan saran-saran sebagai berikut: pertama, bagi guru, untuk (1) menggunakan pendekatan maupun metode pembelajaran yang bervariasi, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga siswa akan memiliki semangat untuk mampu mengapresiasi sebuah karya sastra; (2) menciptakan suasana yang kondusif di 110 lingkungan kelas maupun sekolah sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mengapresiasinya dengan konsentrasi penuh; (3) mengubah paradigma bahwa pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di kelas, namun juga di berbagai tempat seperti perpustakaan, taman sekolah, dan lain-lain; dan (4) senantiasa menggiatkan minat membaca siswa terutama membaca karya sastra guna meluaskan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki siswa terutama dalam bidang sastra. Kedua, bagi kepala sekolah, hendaknya mendukung upaya penerapan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif, efektif, kreatif, dan menyenangkan. Selain itu, penting bagi sekolah untuk menyediakan fasilitas sekolah dan media pembelajaran yang beraneka ragam serta memfasilitasi guruguru bahasa untuk pelatihan teknologi pembelajaran guna meningkatkan wawasan dan kreativitasnya dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk siswanya. Dengan ini, saran yang ditujukan kepada kepala sekolah, antara lain: (1) membantu guru menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran; (2) mendukung dan memberi kebebasan guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif; (3) memfasilitasi guru untuk mengembangkan potensinya dengan mengikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan inovasi pembelajaran. Ketiga, bagi pengawas sekolah, sesuai kapasitasnya sebagai penilai kegiatan dan kelengkapan sekolah, penting bagi pengawas sekolah untuk tanggap dalam melihat kebutuhan sekolah. Hal ini diperlukan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dengan begitu, saran yang ditujukan kepada pengawas sekolah, antara lain: (1) lebih tanggap dalam melihat apa saja yang diperlukan guru, siswa, dan sekolah dalam kegiatan belajar mengajar; (2) meningkatkan mutu proses pembelajaran di beberapa sekolah yang menjadi wewenangnya; (3) meningkatan intensitas pelatihan dan pembinaan tenaga pengajar; serta (4) meningkatkan standar penilaian kegiatan hasil akhir belajar di sekolah guna meningkatkan mutu sekolah. Keempat, bagi peneliti lain yang sejalan dengan kajian ini, untuk mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak variabel bebas yang diduga memberikan kontribusi yang sangat komprehensif. Penelitian 111 tersebut nantinya dapat menjadi pembanding dan pembaharu dari penelitianpenelitian sebelumnya. Hal ini akan sangat bermanfaat baik bagi peneliti maupun guru pelaksana pembelajaran kemampuan mengapresiasi sastra.