ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADA PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT (Skripsi) Oleh YOYOK FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADA PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT Oleh YOYOK Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 Judul Skripsi : ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADA PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT Nama Mahasiswa : Yoyok Nomor Pokok Mahasiswa : 0641031102 Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing A. Zubaidi Indra, S.E., M.M.,CPA NIP 195706081987031003 Reni Oktavia, S.E.,M.Si. NIP 197510262002122002 2. Ketua Jurusan Akuntansi Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. NIP 195606201986031003 MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua : A. Zubaidi Indra, S.E., M.M.,CPA ……………… Sekretaris : Reni Oktavia, S.E., M.Si. ……………... Penguji Utama : Agrianti Komalasari, S.E, M.Si., Akt. ……………… 2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. NIP 195809231982111001 Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 13 Juli 2012 ABSTRACT ANALYSES OF SIDE PRODUCT ACCOUNTANCY TREATMENT METHOD TOWARDS MAIN PRICE DETERMINATION OF MAIN PRODUCT PRODUCTION IN FOLLOWS PSAK NO. 14 AT PT PHILLIPS SEAFOODS INDOESIA LAMPUNG PLANT By YOYOK The aimed of this research was to know the correct method in side product accountancy treatment and accounting the main price determination of main product production and side product according to accountancy PSAK. Result discussion showed that when treat income of sale cap and tentacle as others income by using market value method so cost of goods manufactured breaded squid rings be lower as big as Rp. 78.515 compared if using dirty revenue recognition method as big as Rp.78.770 or if comparison with use bet earning method as big as Rp. 78.651. This matter was caused by all production cost of cap and tentacle at first burdened in cost of goods manufactured breaded squid rings had separated to be cost of goods manufactured cap and tentacle. Research result showed that necessary production cost separation existence cap and tentacle after separated from breaded squid rings so got lower cost of goods manufactured (market value method) compared with calculation result companies (dirty revenue recognition method). So management can demote price sell, so product that produced to company can compete with other same product with keeping the quality of value product. ABSTRAK ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO. 14 PADA PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT Oleh YOYOK Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang tepat dalam perlakuan akuntansi produk sampingan dan perhitungan harga pokok produksi produk utama dan produk sampingan yang sesuai dengan PSAK akuntansi. Hasil pembahasan memperlihatkan bahwa bila memperlakukan pendapatan penjualan cap dan tentacle sebagai pendapatan lain-lain dengan menggunakan metode nilai pasar maka harga pokok produksi breaded squid rings menjadi lebih rendah yaitu sebesar Rp 78.515 dibandingkan jika menggunakan metode pengakuan pendapatan kotor yaitu sebesar Rp 78.770 maupun jika dibandingkan menggunakan metode pendapatan bersih yaitu sebesar Rp 78.651 hal ini disebabkan seluruh biaya produksi cap dan tentacle yang semula dibebankan pada harga pokok produksi breaded squid rings telah dipisahkan menjadi harga pokok produksi cap dan tentacle. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pemisahan biaya produksi cap dan tentacle setelah terpisah dari breaded squid rings sebesar Rp 20.866.000 sehingga diperoleh harga pokok produksi yang lebih rendah (metode nilai pasar) dibandingkan dengan hasil perhitungan perusahaan (metode pengakuan pendapatan kotor). Maka manajemen dapat menurunkan harga jual, sehingga produk yang dihasilkan perusahaan dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis dengan tetap menjaga kualitas mutu nilai produk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin canggih. Untuk merealisasikan laba yang diharapkan, pihak manajemen dapat melakukan berbagai cara antara lain: a. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume yang ada. b. Menentukan harga jual sedemikian rupa sehingga sesuai dengan laba yang dikehendaki. c. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin. (Munawir : 1990) Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat diidentifikasi secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antar produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian dapat didasarkan pada perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material. Ketika kasusnya demikian, produk sampingan sering kali diukur pada nilai realisasi neto dan nilai tersebut dapat mengurangi biaya produk utama (PSAK No.14 ayat ke-13 Revisi 2008). Produk-produk yang dihasilkan PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant antara lain : NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 ITEM 36170 35011 11513 35031 35070 35123 35126 36124 36133 36140 36157 36171 36172 36174 36199 36225 36168 36052 36323 36324 36325 39016 39028 36353 39060 39048 39047 36350 07622 NAMA PRODUK Buffalo Shrimp 8 oz Signature Crab Cakes 0.75 oz Frozen Crab Claw Finger, Hors Douvre Chesapeake Crab Cake Minis 0.75 oz Maryland Style Crab Cake Minis 0.75 oz Traditional Mini Crab Cake 0.50 oz Premium Crab Cakes 4 oz Crab and Shrimp Spring Rolls Coconut Mahi Breaded Squid Rings Crispy Ginger Shrimp Breaded Shrimp Coconut Shrimp 7 oz Crab Rangoon Frozen Coconut Mahi Fingers Crispy Garlic and Herb Shrimp Retail Crab and Shrimp Spring Rolls Breaded Shrimp 21/30 Indo White Breaded Salt and Pepper Calamari, 9 oz Stuffed Crab Back Stuffed Shrimp Fried Dimsum Assortment Crispy Dimsum, 12 ct Buffalo Shrimp Party Pack Straight Pack Money Bags Retail Crispy Garlic Shrimp Retail Crab Rangoon Coconut Shrimp Party Pack IQF PD Cooked Shrimp 71/90 Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009 . Adapun perkembangan volume produksi breaded squid rings dan cap maupun tentacle PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant pada tahun 2007 s/d 2009 dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Perkembangan Volume Produksi Breaded Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2007-2009 Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009 Adapun perkembangan volume penjualan dan nilai penjualan breaded squid rings dan cap maupun tentacle PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 20072009 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Perkembangan Volume Penjualan dan Nilai Penjualan Breaded Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2007-2009 Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009 Sedangkan untuk perkembangan volume penjualan dan nilai penjualan Breaded Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Perkembangan Volume Penjualan dan Nilai Penjualan Breaded Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2009 Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009 Hal tersebut disebabkan karena : a. Volume produksi Breaded Squid Rings yang dihasilkan perusahaan jauh lebih besar dibandingkan dengan Cap dan Tentacle. Dari pemakaian bahan baku cumi-cumi dapat dihasilkan 90 % Breaded Squid Rings sedangkan Cap dan Tentacle hanya sebesar 10 %. b. Cap dan Tentacle merupakan produk sampingan karena merupakan sisa (scrap) dari pemotongan cumi-cumi, dan nilai penjualannya relatif lebih kecil yaitu kurang dari 10 % dari total nilai penjualan. Tabel 4. Biaya Produksi Taksiran dan Biaya Produksi Sesungguhnya Cap dan Tentacle Setelah Titik Pemisah (Split off-point) Tahun 2009 Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009 Berdasarkan uraian keadaan PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADA PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT”. 1.2 Permasalahan dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Permasalahan Berdasarkan uraian d iatas maka penulis mengemukakan permasalahan : 1. Bagaimanakah penghitungan alokasi harga pokok produksi produk utama dan harga pokok produksi produk sampingan secara tepat dan akurat sesuai dengan PSAK Akuntansi? 2. Metode apakah yang paling sesuai untuk menelaah harga pokok produksi produk utama dan harga pokok produksi produk sampingan menurut PSAK Akuntansi? 1.2.2 Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat memberikan manfaat maka peneliti memusatkan permasalahan pada penelitian ini dengan batasan dan ruang lingkup penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini dipusatkan pada produk Beaded Squid Rings (36140) pada PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant di Bandar Lampung periode produksi 2009 . 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Mengetahui metode yang tepat dan akurat dalm perlakuan akuntansi produk sampingan terhadap perhitungan harga pokok produk utama dan produk sampingan. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam hal penilaian terhadap produk sampingan. 3. Sebagai penerapan untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari selama kuliah ke dalam dunia penelitian. 4. Bagi peneliti lain, skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Biaya. Menurut mulyadi akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Sehingga yang menjadi obyek akuntansi biaya adalah biaya. Dan tujuan pokok dari akuntansi biaya adalah penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus. 2.2 Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku dibagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. 2.3 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut: a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar b. Produk yang dihasilkan dalam bulan ke bulan adalah sama c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. Informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu sangat bermanfaat bagi manajemn untuk : 1. Menentukan harga jual produk 2. Memantau realisasi biaya produksi 3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu 4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca 5. 2.4 Biaya Bersama dan Produk Sampingan Dalam proses produksi perusahaan tertentu seringkali dijumpai pengolahan satu atau beberapa macam bahan bakudalam satu proses produksi menghasilkan dua jenis produk atau lebih. Dalam perusahaan semacam ini, karena berbagai produk yang dihasilkan tersebut berasal dari proses pengolahan bahan baku yang sama, timbul masalah pengalokasian biaya bersama kepada berbagai produk yang dihasilkan tersebut. 2.4.1 Biaya Bersama Biaya produksi bersama adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat bahan baku mulai diolah sampai dengan saat dimana berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produksi bersama ini terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint product) dan produk sampingan. 2.4.2 Akuntansi Produk Sampingan Pengertian produk sampingan adalah satu atau beberapa macam produk yang mempunyai nilai lebih kecil dan dihasilkan secara serempak dengan produk utama yang mempunya nilai lebih tinggi. Dalam produk sampingan, titik berat pembahasannya adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Metode-metode yang digunakan untuk menetapkan biaya produk sampingan adalah : 1. Metode Tanpa Harga Pokok (Non Cost Methods) a. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor Dalam perhitungan laba rugi, pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai: 1. Pendapatan lain-lain 2. Tambahan penjualan produk utama 3. Pengurang harga pokok penjualan produk utama 4. Pengurang total biaya produksi produk utama Tabel 5. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pendapatan Lain-lain. Tabel 6. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Tambahan Penjualan Produk Utama. Tabel 7. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Harga Pokok Penjualan. Tabel 8. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Biaya Produksi Produk Utama. b. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih 2. Metode Harga Pokok (Cost Methods) a. Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Methods) Tabel 9. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan Dengan Metode Biaya Pengganti. b. Metode Nilai Pasar (Reversal Cost Methods) Tabel 10. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan Dengan Metode Nilai Pasar. Alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah ABs = TPs – (TLKs + TBPms + TBAs + TBPs) Keteeangan : ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan TPs = Taksiran nilai penjualan produk sampingan TLKs = Taksiran laba kotor produk sampingan TBPms = Taksiran biaya pemasaran produk sampingan TBAs = Taksiran biaya administrasi produk sampingan TBPs = Taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah Penentuan Harga Pokok Produk Sampingan HPs = ABs + BPSs Keterangan : HPs = Harga pokok produk sampingan ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan BPSs = Biaya produksi sesungguhnya produk sampingan setelah dipisah Alokasi Biaya Bersama Kepada Produk Utama ABu = B - ABs Keteeangan : ABu B ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk utama = Biaya bersama = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan Penentuan Harga Pokok Produk Utama HPu = ABu + BPSu Keterangan : HPu = Harga pokok produk utama ABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utama BPSu = Biaya produksi sesungguhnya produk utama setelah dipisah 2.4.3 Akuntansi Produk Utama dari Produk Bersama Dalam proses pengolahan produk bersama dapat menghasilkan produk utama dan produk sampingan. Masalah akuntansi produk utama adalah bagaimana mengalokasikan biaya bersama produk utama kepda setiap macam produk utama yang dihasilkan. Metode alokasi biaya bersama pada produk utama yang dapat dipakai meliputi : 1. Metode biaya rata-rata satuan 2. Metode rata-rata tertimbang 3. Metode satuan kuantitas 4. Metode harga pasar atau metode harga pasar hipotetis 2.4.3.1 Metode Biaya Rata-rata Satuan Biaya rata-rata satuan = Jumlah biaya bersama produk utama Jumlah satuan produk utama 2.4.3.2 Metode Rata-rata Tertimbang Metode rata-rata tertimbang merupakan metode yang memberikan factor penimbang atau dasar nilai (point basis) kepda setiap macam produk utama di dalam menikmati biaya bersama, dengan tujuan agar diperoleh alokasi yang lebih teliti dan adil dalam pengalokasian biaya bersama. Jenis Produk A B C Nilai Penimbang 6 4 8 Biaya per nilai = Jumlah biaya bersama Jumlah Nilai Alokasi pada setiap macam produk = Julah Nilai x Biaya per Nilai Harga pokok per buah = Nilai penimbang per buah x Biaya per Nilai 2.4.3.3 Metode Satuan Kuantitas Dalam metode satuan kuantitas dapat dipakai oleh perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk utama yang mempunyai satuan pengukur yang sama, dalam bentuk meter, kilogram, barrel, ton, gallon dan sebagainya. 2.4.3.4 Metode Harga Pasar atau Nilai Jual dan Harga Pasar Hipotetis 2.4.3.4.1 Metode Harga Pasar atau Nilai Jual Metode Harga Pasar atau Nilai Jual menggunakan alasan bahwa harga pasar mencerminkan besarnya biaya yang diserap oleh setiap macam produk utama, metode ini mudah dipakai sehingga merupakan metode yang paling popular dan banyak digunakan. Rasio biaya bersama untuk produk utama dibandingkan dengan harga pasar atau nilai jual dapt dihitung dengan menggunakan rumus : Rasio biaya bersama atas nilai jual = Jumlah biaya bersama x 100% Jumlah nilai jual . 2.4.3.4.2 Metode Harga Pasar Hipotetis Metode Harga Pasar Hipotetis dipakai apabila produk utama masih memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah dapat dipisah dengan produk utama lainnya. Untuk mengalokasikan biaya bersama pada produk utama digunakan dasar harga pasar hipotetis yaitu total harga pasar setelah produk diolah lebih lanjut dikurangi biaya pengolahan setelah dapat dipisah dengan produk utama yang lainnya Rasio biaya bersama atas harga jual hipotetis = Jumlah biaya bersama x 100% Jumlah harga jual hipotetis 2.5 Kerangka Pemikiran Istilah produk sampingan umumnya digunakan untuk mendefiniskan suatu produk dengan total nilai relatif lebih kecil dan dihasilkan secara simultan bersamaan dengan suatu produk lain yang nilainya lebih besar. Produk dengan nilai lebih besar itu biasanya disebut produk utama (main product), biasanya di produksi dengan jumlah lebih besar dibandingkan dengan produk sampingan. Produk gabungan di produksi secara bersamaan melalui proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang dihasilkan memiliki lebih dari nilai nominal dalam bentuk sesuai hasil pemrosesan tersebut. Produksi bersifat simultan karena proses produksi menghasilkan seluruh produk tanpa dapat dihindari. Peningkatan dalam salah satu output produk tidak dapat dihindari, akan meningkatkan kuantitas dari produk atau produk-produk lain, demikian pula sebaliknya, walaupun tak harus dalam proses yang sama. Titik pisah batas (Split-off point) di definisikan sebagai titik dimana produk-produk tersebut dapat dipisahkan sebagai unit-unit individual. Sebelum titik tersebut, produk-produk tadi masih dalam satukesatuan yang homogen. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Sumber Data Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus. Adapun kasus yang dibahas mengenai kebijakan perlakuan akuntansi menurut psak no. xiv produk sampingan terhadap penentuan harga pokok produksi produk utama pada PT Phillips Seafoods Indonesia lampung plant di Bandar Lampung. 3.1.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode eksplanatori yang dilakukan dengan menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam perlakuan akuntansi produk sampingan yang kemudian diolah dan dianalisa berdasarkan teori-teori yang dipelajari. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun produksi 2009. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulisan, data tersebut diantaranya : 1. Data produksi a. Data pengadaan bahan baku b. Data tenaga kerja langsung c. Biaya overhead pabrik d. Data hasil produksi 2. Data keuangan a. Biaya pengadaan bahan baku b. Biaya tenaga kerja langsung c. Biaya overhead pabrik d. Data hasil penjualan produk utama dan produk sampingan 3.3 Alat Analisis 3.3.1 Analisis Kuantitatif Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu analisis data statistika dengan membaca, menafsirkan, dan membandingkan angka-angka yang terdapat dalam setiap data. Dalam penelitian ini menggunakan dua metode perlakuan akuntansi produk sampingan yaitu Metode Tanpa Harga Pokok (Non Cost Methods) dan Metode Harga Pokok (Cost Methods). 3.3.1.1 Metode Tanpa Harga Pokok (Non Cost Methods) a. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor Dalam perhitungan laba rugi, pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai: 1. Pendapatan lain-lain 2. Tambahan penjualan produk utama 3. Pengurang harga pokok penjualan produk utama 4. Pengurang total biaya produksi produk utama b. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih 3.3.1.2 Metode Harga Pokok (Cost Methods) Metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok produk utama dan produk sampingan atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Pada umumnya metode yang digunakan adalah Metode Nilai Pasar (Market Value Methods). Alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah ABs = TPs – (TLKs + TBPms + TBAs + TBPs) Keterangan : ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan TPs = Taksiran nilai penjualan produk sampingan TLKs = Taksiran laba kotor produk sampingan TBPms = Taksiran biaya pemasaran produk sampingan TBAs = Taksiran biaya produksi produk sampingan TBPs = Taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah Penentuan Harga Pokok Produk Sampingan HPs = ABs + BPSs Keterangan : HPs = Harga pokok produk sampingan ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan BPSs = Biaya produksi sesungguhnya produk sampingan setelah dipisah Alokasi Biaya Bersama Kepada Produk Utama ABu = B - ABs Keterangan : ABu B ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk utama = Biaya bersama = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan Penentuan Harga Pokok Produk Utama HPu = ABu + BPSu Keterangan : HPu = Harga pokok produk utama ABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utama BPSu = Biaya produksi sesungguhnya produk utama setelah dipisah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuantitatif 4.1.1 Metode Tanpa Harga Pokok 4.1.1.1 Metode Pengakuan Pendapatan Kotor Laporan laba rugi dengan menggunakan metode pengakuan pendapatan kotor ini dapat dilihat dalam lampiran 1-4. a. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pendapatan lain-lain. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.770 (pembulatan) b. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai penambah penjualan produk utama. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.770 (pembulatan) c. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang harga pokok penjualan produk utama. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.770 (pembulatan) d. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang biaya produksi produk utama. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.432 (pembulatan) Tabel 11. Perbandingan Hasil Perhitungan Persediaan Akhir, Harga Pokok Produksi, Laba Kotor, Laba Bersih Sebelum Pajak, dan Harga Pokok Produksi per kg Dengan menggunakan Metode Pengakuan Pendapatan Kotor. Penurunan harga pokok produksi sebesar pendapatan kotor penjualan cap dan tentacle dapat dikatakan belum memberikan informasi yang akurat dalam penentuan harga pokok produksi breded squid rings karena belum mencerminkan biaya yang sesungguhnya. 4.1.1.2 Metode Pengakuan Pendapatan Bersih Adapun perhitungan pendapatan penjualan bersih cap dan tentacle PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 12. Perhitungan Pendapatan Penjualan Bersih cap dan tentacle Laporan laba rugi dengan menggunakan metode pengakuan pendapatan bersih ini dapat dilihat dalam lampiran 5-8. a. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pendapatan lain-lain. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.651 (pembulatan) b. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai penambah penjualan produk utama. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.651 (pembulatan) c. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang harga pokok penjualan produk utama. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.651 (pembulatan) d. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang biaya produksi produk utama. Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg = Rp 78.313 (pembulatan) Penurunan harga pokok produksi breaded squid rings tersebut menyebabkan nilai persediaan akhir breaded squid rings menjadi lebih rendah yaitu Rp 2.163.307.348,- sehingga laba bersih breaded squid rings sebelum pajak turun menjadi Rp 7.524.182.843,-. Tabel 13. Perbandingan Hasil Perhitungan Persediaan Akhir, Harga Pokok Produksi, Laba Kotor, Laba Bersih Sebelum Pajak, dan Harga Pokok Produksi per kg Dengan menggunakan Metode Pengakuan Pendapatan Bersih 4.1.2 Metode Harga Pokok (Cost Methods) Metode Nilai Pasar (Market Value Methods) Biaya produksi bersama sebesar Rp 13.748.958.330 terdiri dari: a. biaya bahan baku sebesar Rp 7.866.397.000 b. biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 3.208.733.143 c. biaya overhead pabrik sebesar Rp 2.673.828.187 Sedangkan biaya produksi breaded squid rings setelah titik pemisahan sebesar Rp 41.732.000 adalah terdiri dari: a. biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 27.428.907 b. biaya overhead pabrik sebesar Rp 14.303.093 Biaya produksi cap dan tentacle setelah titik pemisahan sebesar Rp 20.866.000,adalah terdiri dari: a. biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 13.714.500,b. biaya overhead pabrik sebesar Rp 7.151.500,Pada metode ini, produk sampingan memperoleh alokasi biaya produksi sebelum dipisah dengan produk utama sebesar taksiran harga jual semua produk sampingan yaitu sebesar: a. taksiran harga jual semua produk sampingan Rp 60.072.240 ( Rp 3000 x 20.024,08 kg) b. taksiran laba kotor produk sampingan Rp 12.014.448 ( Rp 60.072.240 x 20 % ) c. taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah dari produk utama yaitu sebesar Rp 19.500.000 d. taksiran biaya penjualan yaitu sebesar Rp 1.802.167 (Rp 60.072.240 x 3%) e. taksiran biaya administrasi dari produk sampingan sebesar Rp 3.036.612 (Rp 60.072.240 x 5%). Secara matematis alokasi biaya bersama kepada produk sampingan sebelum titik pemisahan adalah sebagai berikut : Alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah ABs = TPs – (TLKs + TBPms + TBAs + TBPs) Keterangan ; ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan TPs = Taksiran nilai penjualan produk sampingan TLKs = Taksiran laba kotor produk sampingan TBPms = Taksiran biaya pemasaran produk sampingan TBAs = Taksiran biaya produksi produk sampingan TBPs = Taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah Maka alokasi biaya bersama yang dialokasikan kepada produk sampingan adalah : ABs = Rp 60.072.240 – ( Rp 12.014.448 + Rp 1.802.167 + Rp 3.036.612 + Rp 19.500.000 ) = Rp 60.072.240 – Rp 36.353.227 = Rp 23.719.013 Sedangkan besarnya penentuan Harga Pokok Produksi Produk Sampingan adalah HPs = ABs + BPSs Keterangan : HPs = Harga pokok produk sampingan ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan BPSs = Biaya produksi sesungguhnya produk sampingan setelah dipisah Maka besarnya Harga Pokok Produksi Cap dan Tentacle per kg adalah : HPs = Rp 23.719.013 + Rp 20.866.000 = Rp 44.585.013 Rp 44.585.013 = 20.024,08 kg = Rp 2.227 (pembulatan) Alokasi Biaya Bersama Kepada Produk Utama ABu = B – Abs Keterangan : ABu B ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk utama = Biaya bersama = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan Maka alokasi biaya bersama yang dialokasikan kepada produk utama adalah : ABu = Rp 13.748.958.330 - Rp 23.719.013 = Rp 13.725.239.317 Penentuan Harga Pokok Produk Utama HPu = ABu + BPSu Keterangan : HPu = Harga pokok produk utama ABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utama BPSu = Biaya produksi sesungguhnya produk utama setelah dipisah Maka besarnya Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per kg adalah : HPu = Rp 13.725.239.317 + Rp 41.732.000 = Rp 13.766.971.317 Rp 13.766.971.317 = 175.341,04 kg = Rp 78.515 (pembulatan) Perhitungan penentuan harga pokok produksi Breaded Squid Rings maupun Cap dan Tentacle tersebut juga dapat dilihat pada lampiran 15. Berdasarkan hasil perhitungan, berikut ini disajikan perbandingan laba kotor, laba bersih sebelum pajak, harga pokok produksi, harga pokok produksi per kg dan persediaan akhir antara empat bentuk penyajian dalam table dengan metode nilai pasar. Perhitungan laba rugi dengan menggunakan nilai pasar dapat dilihat dalam lampiran 9-12. Tabel 14. Perbandingan Hasil Perhitungan Persediaan Akhir dan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Nilai Pasar Tabel 15. Perbandingan Laba Kotor, Laba Bersih Sebelum Pajak, dan Harga Pokok Produksi per kg Dengan menggunakan Metode Nilai Pasar. Berdasarkan table hasil perhitungan dengan menggunakan metode nilai pasar diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi breaded squid rings sebesar Rp 78.515, dan jika sebagai pengurang biaya produksi produk utama maka harga pokok produksi breaded squid rings menjadi sebesar Rp 78.178. Sedangkan cap dan tentacle mempunyai harga pokok produksi sebesar Rp 2.227. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa perlu adanya pemisahan biaya produksi produk sampingan setelah terpisah dari produk utama sebesar Rp 20.866.000,-. Karena bila tidak ada pemisahan maka biaya produksi produk utama akan meningkat dan akan terjadi kelebihan penilaian terhadap persediaan akhir produk utama. Dengan menggunakan nilai pasar didapat harga pokok produksi breaded squid rings yang lebih rendah bila dibandingkan dengan menggunakan metode pengakuan pendapatan kotor yang diperoleh perusahaan. Dimana pada metode nilai pasar jika pendapatan penjualan cap dan tentacle diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain, tambahan pendapatan penjualan produk utama dan sebagai pengurang harga pokok penjualan produk utama maka harga pokok produksi breaded squid rings adalah sebesar Rp 78.651,-, sedangkan bila menggunakan metode pengakuan pendapatan kotor yang dipakai perusahaan akan didapat harga pokok produksi breaded squid rings sebesar Rp 78.770,-. Jika pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi produk utama dengan metode nilai pasar, maka akan diperoleh harga pokok produksi breaded squid rings yang lebih rendah dari perhitungan perusahaan, yaitu menjadi sebesar Rp 78.515,-. Sedangkan cap dan tentacle mempunyai harga pokok produksi sebesar Rp 2.227,-. Dengan diperoleh harga pokok produksi breaded squid rings yang lebih rendah (menggunakan metode nilai pasar), maka manajemen perusahaan dapat menurunkan harga jual sehingga produk yang dihasilkan perusahaan dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis namun tetap menjaga kualitas mutu produk. 5.2 Saran Berdasarkan hasil simpulan maka disarankan PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant sebaiknya menggunakan Metode Nilai Pasar dalam perlakuan pendapatan penjualan produk sampingannya dengan memilih salah satu dari keempat metode penyajian pendapatan penjualan produk sampingan pada laporan laba-rugi perusahaan, yang sesuai dengan manajemen perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Deakin, Edward B and Michael W. Maher.1996. Akuntansi Biaya. Alih Bahasa Herman Wibowo. Adjat Djatnika. Edisi 4. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Harnanto. 1992. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produk. Penerbit BPFE UGM. Yogyakarta. Horngren, T. Charles.1994. Akuntansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Buku 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. XIV mengenai Biaya Konversi (revisi tahun 2004). Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan IAI. Jakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://bahtera.org /kateglo/?mod=dict&action =view&phrase=data%20bahtera Kompas.com. tumor/ http://rumahsehat.com/news/04112008/cumi-cumi-jinakkan- Lusiawati. 2004. Analisis Metode Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan Terhadap Penentuan Harga Pokok Produksi Produk Utama pada PT Gunung Mas Putra Kencana di Bandar Lampung. (Skripsi). Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Bandar Lampung. Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Munawir, S. 1990. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Supriyono, R. A.1999. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Buku 1. Edisi 2. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Teguh, Muhammad. 2005. Metode Penelitian Ekonomi, Teori dan Aplikasi. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta ----------2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Wikipedia bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus