Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN DENGAN PENDEKATAN MODEL KONSERVASI AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS GREEN SPACE ANALYSIS IN NGEMPLAK DISTRICT OF SLEMAN BY WATER CONSERVATION MODEL USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Oleh: Rina Putri Utami, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. [email protected] ABSTRAK Keberlanjutan fungsi ekologis suatu kawasan penting untuk diperhatikan seiring dengan menigkatnya kegiatan alih fungsi lahan di daerah resapan air. Salah satu unsur yang dapat mendukung lestarinya fungsi kawasan yaitu Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menyusun peta zona konservasi air aktual di Kecamatan Ngemplak. 2) Mengetahui pola sebaran zona konservasi air aktual di Kecamatan Ngemplak. 3) Mengetahui luasan RTH aktual di Kecamatan Ngemplak Tahun 2015. 4) Menganalisis hubungan antara luas RTH dengan tingkat konservasi air. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah interpretasi citra Landsat 8 OLI, cek lapangan, observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk penentuan zona konservasi air aktual yaitu skoring dan overlay, sedangkan untuk mengidentifikasi RTH dengan transformasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Penelitian ini juga menggunakan nearest neighbor analysis untuk mengetahui pola sebaran zona konservasi air aktual, dan uji Pearson Correlation untuk menganalisis hubungan antara luas RTH dengan tingkat konservasi air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat tiga Zona konservasi air aktual Kecamatan Ngemplak, yaitu zona konservasi air tinggi seluas 2.909,06 ha (64,13%), zona konservasi sedang seluas 499,60 ha (13,10%), zona konservasi rendah seluas 781,34 ha (28,88%) dari luas wilayah. 2) Pola sebaran pada setiap zona konservasi air bervariasi, zona konservasi air tinggi menunjukkan pola acak (random) pada seluruh desa dengan nilai T sebesar 1,11. Zona konservasi air sedang memiliki pola mengelompok (clustered) pada beberapa titik tertentu dengan nilai T sebesar 0,8. Zona konservasi air rendah memiliki pola acak (random) di hampir seluruh desa, mayoritas berada pada kawasan pusat kegiatan dan area permukiman. 3) Luas RTH Kecamatan Ngemplak pada tahun 2015 sebesar 2.857 ha atau 79,99% dari total luas wilayah. 4) Terdapat hubungan yang signifikan antara luas RTH dengan tingkat konservasi air aktual di Kecamatan Ngemplak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 pada setiap tingkat konservasi air dan bertanda positif dengan nilai koefisien korelasi konservasi air tinggi sedang, dan rendah secara berurutan sebesar 0,922, 0,902, dan 0,964. Kata kunci: Konservasi air, RTH, Landsat 8, NDVI. 1 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) ABSTRACT The sustainability of ecology function of a territory is very important to be attended since there are increasing activities of land conversion in catchments. One of the factors that bolster the continuity of the catchment function is Green Space . This research is meant to: 1) Arrange the map of actual water conservation zone in Ngemplak District. 2) Discover the pattern of actual water conservation zone distribution in Ngemplak District. 3) Discover the extent of actual RTH in Ngemplak District in 2015. 4)Analyse the relation between RTH size with water conservation level. This research is a descriptive research using quantitative approach. The data collection techniques in this research are interpretations of Landsat 8 OLI Image, check field, observation, and documentation. The methods used in deciding actual water conservation zone are scoring and map overlay, while RTH is identified using transformation of Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). This research also utilize nearest neighbor analysis to identify the pattern of the extent of actual water conservation zone, and Pearson Correlation Test to analyse the relation between Green Space size and water conservation level. The result of the research shows that: 1) There are three actual water conservation zone in Ngemplak District which are high water conservation zone as much as 2.909,06 ha ( (64,13%), average water conservation zone as much as 499,60 ha (13,10%), and low water conservation zone as much as 781,34 ha (28,88%) of the total area. 2) The distribution pattern on each water conservation zone is vary, high water conservation zone shows random pattern in all village with the T score is 1,11. Middle water conservation zone has clustered pattern on several certain spot with T score is 0,8. Low water conservation zone has random pattern in almost all of the villages, mostly in the center of activities and settlement areas. 3) The total RTH of Ngemplak District in 2015 is 2.857 ha or 79,99% from the total area. 4) There is significant relation between the widths of the RTH with actual water conservation level in Ngemplak District. It is shown by the signification score that is smaller than 0,05 in every water conservation level and the correlation coefficient score is marked positive. Simultaneously, correlation coefficient in high, middle, and low conservation levels are 0,922, 0,902, and 0,964. Keywords: Water conservation, RTH, Landsat 8, NDVI. 2 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) sumber konflik sekitar 15 sampai 20 tahun yang akan datang. Laporan terbaru dari pentagon menyebutkan bahwa akan terjadi catastrophic shortage (kekurangan air yang dahsyat) dalam persediaan air di masa mendatang dan memicu terjadinya peperangan di sekitar tahun 2020”. Kondisi sumberdaya air yang PENDAHULUAN Air, tanah, udara, serta sumberdaya alam lain yang ada di bumi umumnya tidak dimiliki perorangan, dan keberadaannya pun memiliki keterbatasan kemampuan tertentu. Penurunan kuantitas dan kualitas semakin mengkhawatirkan perlu menjadi sumberdaya dipastikan terus terjadi jika perhatian pemanfaatan sumberdaya yang ada kurang mengingat beberapa lokasi mengalami penurunan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. ruang menjadi sangat penting dengan berbagai pihak, ketersediaan air cenderung tetap dan di bijaksana. Oleh karena itu, penilaian serta munculnya semua Melalui permasalahan siklus keseluruhan lingkungan pada saat ini. hidrologi, jumlah air secara relatif tidak berkurang, melainkan berubah bentuk dan Salah satu permasalahan lingkungan berpindah yang menjadi perhatian tersendiri adalah sumberdaya air, yaitu mengenai imbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. tempat mengikuti perkembangan pemanfaatan perubahan penggunaan setiap air dan lahan. Pembangunan seringkali menjadi faktor Sebagian besar pemenuhan kebutuhan penyebab manusia dicukupi dengan penggunaan ekologi airtanah, sedangkan jumlah air di bumi ini menurunnya yang secara keseimbangan langsung akan berdampak pada siklus hidrologi (Zaini, tetap, yaitu 99% berupa air laut dan 1% 2005:1). berupa air tawar yang bisa dikonsumsi. Kegiatan Permasalahan air saat ini telah menjadi pembangunan intensif terjadi di kota-kota besar, salah satunya salah satu permasalahan global, seperti Kota Yogyakarta yang merupakan pusat yang dikemukakan oleh Effendi, (2012:93) kegiatan dari Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut: (DIY). Keterbatasan kemampuan yang “Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak air (25 kali rata-rata suplai dunia), namun krisis sumberdaya air diperkirakan sudah terjadi. Para pakar meramalkan bahwa sumber daya air ini akan menjadi dimiliki kota dalam memenuhi kebutuhan warganya pemekaran 3 menimbulkan wilayah kota adanya ke daerah Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) pinggirannya. Kota Yogyakarta struktur menuju arah maksimal; beraglomerasi membentuk suatu kawasan pengembangan ruang terbuka menuju arah yang Aglomerasi minimal; kecenderungan mengubah wajah (APY). lingkungan alam”. Perkembangan kota Kota Yogyakarta akan mendorong terjadinya perubahan tata dan kecenderungan guna lahan yang pada akhirnya dapat tertentu, yaitu terkonsentrasi di bagian merubah komposisi kawasan lindung dan tengah (Kota Yogyakarta), dan menuju kawasan lereng atas (Kabupaten Sleman). Laju kawasan lindung dan kawasan tertentu pertumbuhan penduduk sebagai salah satu yang berubah menjadi kawasan budidaya, pertanda adanya perkembangan wilayah ke maka kemampuan kawasan tersebut secara arah Kabupaten Sleman. alami dalam menampung air akan menurun dikenal Perkotaan sebagai Yogyakarta Perkembangan membentuk pola Berdasarkan data Badan Pusat tertentu. Semakin banyak pula. Statistik tahun 2014, diketahui bahwa sejak Kabupaten Sleman yang berada di tahun 1980 sampai 2010 pertumbuhan lereng Merapi merupakan kawasan lindung penduduk di Kabupaten Sleman berada bagi daerah di bawahnya. Salah satu peran pada posisi lebih tinggi jika dibandingkan yang dimiliki yaitu sebagai kawasan dengan kabupaten lain di DIY dan angka resapan air. Kawasan resapan merupakan pertumbuhannya selalu selalu berada di kawasan yang mempunyai kemampuan atas pertumbuhan tinggi untuk meresapakan air hujan ke penduduk provinsi DIY. Sesuai dengan dalam tanah sehingga merupakan tempat pemaparan data tersebut menunjukkan pengisian air bumi (akuifer) yang berguna adanya pemekaran wilayah dari Kota sebagai sumber air (PP No. 32 tahun 1990). Yogyakarta ke daerah di sekitarnya, salah Bila kawasan ini terganggu oleh kegiatan satunya yaitu Kabupaten Sleman. manusia maka daerah dibawahnya akan angka rata-rata Rustam Hakim & Hardi Utomo, (2003: 2) mengemukakan pemekaran dan cenderung untuk bahwa pengembangan terus mengalami dampak kekurangan pasokan meluas air dan sangat mungkin terlanda banjir kota (Sudibyakto, 2011: 72). dan Air merupakan sumber kehidupan. menimbulkan gejala: “Pembangunan fisik Pengamanan 4 dan pengembangan air Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) menduduki tempat utama dalam kerangka berwawasan lingkungan dan berbasis pada urutan prioritas pembangunan (Emil Salim, mitigasi bencana. 1981: 27). Semakin menurunnya luasan Peraturan mengenai dasar kawasan yang mampu meresapkan air pelaksanaan penataaan ruang sebenarnya sebagai telah diresmikan sampai pada tingkat dampak semakin dari pembangunan mengkhawatirkan. Kristiyani selaku Kepala Ephipina wilayah kabupaten/kota dalam bentuk Kantor peraturan daerah. Kenyataannya, Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten penyimpangan alih fungsi lahan masih saja Sleman pada surat kabar Replubika Online, terjadi, sehingga keseimbangan air di (29-6-2014) bahwa wilayah tersebut terganggu. Saat musim pembangunan menjadi salah satu faktor penghujan tiba terjadi limpasan (runoff) terjadinya penyempitan kawasan resapan, dan sebaliknya saat musim kemarau terjadi terlebih lahan kritis di wilayah lereng kekeringan. Salah satu upaya yang dapat Merapi sebagai dampak dari erupsi tahun dilakukan yaitu dengan mempertahankan 2010 juga masih luas. keberadaan Ruang terbuka Hijau (RTH). mengatakan Sudibyakto (2011: mengungkapkan bahwa 77), RTH memiliki beberapa fungsi, semakin diantaranya yaitu fungsi ekologis. minimnya kawasan resapan air hujan yang Departemen PU, 2008: 5-6 menyebutkan terjadi di Kabupaten Sleman selain karena bahwa salah satu fungsi ekologis dari RTH faktor perkembangan wilayah perkotaan adalah perlindungan kawasan konservasi Yogyakarta adanya air yaitu sebagai penyerap air hujan. Fungsi ketidakberdayaan dan kelemahan fungsi ekologis RTH di berbagai wilayah mulai pemerintah dalam dipertanyakan, karena luasan RTH yang melakukan alih fungsi lahan dan minimnya semakin menurun. Proporsi minimal RTH pengawasan untuk sebuah kota/kawasan yaitu sebesar juga disebabkan serta masyarakat dan perkembangan pengendalian yang 30%, sedangkan RTH di Kabupaten ini Sleman terhitung pada tahun 2013 hanya pelajaran sebesar 10%. Belum terpenuhinya RTH bagaimana kebijakan penataan ruang harus tersebut secara lengkap tertulis dalam Surat berlangsung seharusnya permukiman sangat bisa cepat. dijadikan Hal 5 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) Kabar Harian Jogja (pada 04-04-2014) mengalami perkembangan pembangunan sebagai berikut: dan laju pertumbuhan penduduk yang “Berdasarkan data Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (P2K) Kabupaten Sleman pada 2013, dari luas wilayah yang mencapai 57.842 ha, hanya 6.148,9 ha atau sekitar 10% yang masih berfungsi sebagai hutan atau RTH. Kepala Bidang Kehutanan dan Perkebunan Dinas P2K, Rofiq Andriyanto menambahkan bahwa luas hutan Sleman tidak akan mampu mencapai 30%. Angka yang dapat dicapai hanya berkisar 17% hingga 18%”. cukup pesat. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Ngemplak bersifat dinamis. Persentase laju pertumbuhan penduduk tahun 2000 cukup besar, yaitu sebesar 1,5%. contoh adanya tercatat dalam Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan konflik jumlah penduduk diprediksi bertambah sebesar 5.014 jiwa. Jumlah penduduk semakin tertinggi berada di Desa Wedomartani meningkatnya kerusakan fungsi kawasan dengan jumlah penduduk 5 kali dari jumlah dan daya dukung lingkungan di kawasan penduduk Desa Sindumartani. lindung dan daerah resapan air Aca Posisi Kecamatan Ngemplak yang Sugandhy, 1994 dalam Lutfi Muta’ali berada di kawasan APY menjadikan (2012: 167). kawasan ini menjadi salah satu tujuan Berdasarkan Peta Rencana Kawasan masyarakat kota untuk tinggal. Pusat Lindung Kabupaten Sleman tahun 2011- pertumbuhan yang ada di Kecamatan 2031 diketahui bahwa enam dari 17 Ngemplak, diantaranya yaitu Perguruan kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman Tinggi Kampus Terpadu Universitas Islam termasuk sebagai kawasan resapan air, dan diantaranya Ngemplak. 2012, jiwa. Selama kurun waktu lima tahun, dari perkembangan wilayah. Sehingga satu tahun Ngemplak pada tahun 2019 sebesar 62,616 Fenomena tersebut timbul sebagai dampak pada Ngemplak proyeksi jumlah penduduk Kecamatan yang tidak efisien dan tidak terkendali. pula mendatang Ngemplak akan terus bertambah. Hal ini penggunaan ruang dan sumber daya alam berdampak tahun diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Belum terpenuhinya RTH tersebut merupakan Beberapa yaitu Kecamatan Kecamatan Ngemplak Indonesia dan Akademi Keperawatan Pantirapih yang Umbulmartani. 6 terletak di Desa Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) Semakin tingginya alih fungsi lahan penurunan kualitas air tanah dan air dari ruang terbuka menjadi area terbangun permukaan di wilayah perkotaan (BLH seiring Kabupaten Sleman: 2013). dengan meningkatnya angka pertumbuhan penduduk di Kecamatan Ngemplak dikhawatirkan Faktor alam berupa curah hujan dapat memiliki kontribusi yang cukup besar mempengaruhi kurang optimalnya fungsi disamping ekologis kawasan sebagai daerah resapan perubahan alih fungsi lahan secara cepat air. Penggunaan lahan di Kecamatan yang dapat menimbulkan genangan pada Ngemplak sebagian besar berupa lahan saat musim hujan. Pertumbuhan penduduk pertanian. Tahun 1994 luas penggunaan yang pesat memberikan dampak langsung lahan sawah sebesar 2.393,94 ha (67,04%), terhadap perluasan lahan permukiman. Hal turun menjadi 1.942,53 ha (54,40%) di ini dapat menyebabkan berkurangnya tahun 2009 (Ratri Nurma Nugraha, 2013: kawasan bervegetasi dan meningkatnya 72-74). Tahun 2012 luas penggunaan lahan limpasan permukaan (run off), sehingga air sawah kembali turun menjadi 53,6 % yang meresap ke dalam tanah sedikit, dan (Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah menyebabkan kekeringan pada saat musim Kabupaten Sleman tahun 2012). Ruang kemarau. Salah satu desa di Kecamatan terbuka di Kecamatan Ngemplak juga Ngemplak yang mengalami kekeringan mengalami yaitu Desa Sindumartani. penyusutan. Tahun 1994 tindakan manusia dalam diketahui ruang terbuka seluas 3.285,54 ha, Menurut UU RI No. 26 Tahun 2007, dan tahun 2009 menjadi 2.619,88 ha (Ratri proporsi minimal luas RTH dalam suatu Nurma Nugraha, 2013: 7). kawasan adalah 30%. Luasan RTH di Menurunnya kawasan yang luasan berbagai Ngemplak sendiri belum untuk diketahui, mengingat keterbatasan data. meresapkan air ini memberikan dampak Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai yang yaitu kondisi RTH di Kecamatan Ngemplak, penurunan kualitas air tanah dan cadangan maka diperlukan kajian tentang penutupan air tanah sebagai sumber air minum lahan penduduk. wilayah penginderaan jauh dan teknologi SIG mengakibatkan (Sistem Informasi Geografis). Metode ini serius setempat, bagi Tidak tetapi berpotensi Kecamatan lingkungan, hanya juga di 7 yang dianalisis melalui data Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) dapat didekati dengan model konservasi air jelas oleh citra. Penelitian ini membahas untuk mengetahui zona-zona kawasan mengenai zona konservasi air aktual dan konservasi Kecamatan pola sebarannya, luas RTH, serta hubungan Ngemplak. Nearest neighbor analisys antara luas RTH dengan tingkat konservasi digunakan pola air. Beberapa teknik yang digunakan dalam persebaran zona-zona konservasi air aktual penelitian ini yaitu skoring, overlay, di kecamatan ngemplak. Analisis korelasi nearest neighbor analysis, NDVI, dan uji Pearson digunakan untuk menilai apakah korelasi Pearson. air aktual untuk di mengetahui ada hubungan antara luas RTH dengan zona konservasi air di Skoring dan overlay didasarkan pada Kecamatan pembobotan masing-masing variabel dan Ngemplak. Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian diklasifikasikan mengetahui zona untuk konservasi dilakukan air. maka penulis tertarik untuk melakukan Pembobotan dengan penelitian dengan judul “Analisis Ruang menggunakan pendekatan faktor atau Terbuka Hijau di Kecamatan Ngemplak variabel yang paling berpengaruh. NDVI Kabupaten Sleman dengan Pendekatan untuk melakukan pengklasifikasian antara Model Konservasi Air Menggunakan RTH dan non-RTH. Nearest Neighbor Sistem Informasi Geografis”. digunakan untuk mengetahui pola sebaran zona konservasi air. Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian hubungan antara luas RTH dengan tingkat deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang konservasi air. Pendekatan mengungkapkan penelitian ini adalah fakta-fakta dengan dalam pendekatan menggunakan angka dalam penyajiannya. kelingkungan dengan melihat keterkaitan Penelitian deskriptif dapat memberikan antara aktivitas manusia dan pengaruhnya gambaran cara terhadap lingkungan setempat. Konsep interpretasi luas RTH dari citra satelit geografi yang digunakan adalah konsep Landsat 8 OLI, dilengkapi dengan data lokasi, sekunder keruangan. sebenarnya, serta cek dengan lapangan untuk melengkapi data yang tidak dapat terekam 8 pola, morfologi keterkaitan Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) Penelitian ini dilaksanakan di E= Kesalahan yang diharapkan Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Berdasarkan rumus perhitungan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan atas, jumlah titik sampel yang akan diuji di pada bulan Januari 2016 sampai Maret lapangan yaitu sebanyak 56 sampel. 2016. Variabel yang digunakan dalam Sampel tersebut merupakan batas minimal, penelitian ini adalah: tingkat konservasi dalam penelitian ini sampel yang diuji air, pola sebaran, luasan RTH, hubungan sebanyak 60 sampel. Teknik pengambilan tingkat konservasi air dengan luasan RTH. sampel dalam penelitian ini menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian teknik random sampling. populasi, dimana seluruh lahanyang ada di Teknik pengumpulan data Kecamatan Ngemplak menjadi obyek digunakan meliputi: interpretasi citra, cek kajian dalam penelitian ini. Penutup lahan lapangan, observasi, dan dokumentasi. yang ada di daerah penelitian digunakan Beberapa teknik yang digunakan dalam untuk pengambilan sampel uji ketelitian penelitian ini yaitu skoring, overlay, hasil interpretasi citra Landsat 8 OLI. nearest neighbor, NDVI, dan uji korelasi Berdasarkan pengolahan citra Landsat 8 Pearson. Skoring dan overlay didasarkan OLI tahun perekaman 2015 diketahui pada pembobotan masing-masing variabel bahwa jumlah unit penutup lahan di Kecamatan Ngemplak sebanyak 41.764 piksel. Sampel digunakan untuk yang uji kemudian diklasifikasikan mengetahui zona Pembobotan ketelitian hasil interpretasi citra satelit untuk konservasi dilakukan air. dengan menggunakan pendekatan faktor atau Landsat 8 OLI serta analisis RTH. Jumlah variabel sampel dalam penelitian ini ditentukan yang paling berpengaruh. Pengklasifikasian RTH dan non RTH dengan menggunakan formula Anderson menggunakan (Lo, 1996:277) yaitu: Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) selanjutnya N= 4p.q E2 menghitung luas RTH dengan calculate geometry pada Arc.GIS. Nearest Neighbor Keterangan: N= Jumlah sampel p = Ketelitian yang diharapkan q = Selisih antara 100 dan p Analysis digunakan untuk mengetahui pola sebaran zona konservasi air. Uji korelasi 9 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) Pearson digunakan untuk mengetahui ada indeks yang digunakan untuk menentukan tidaknya hubungan antara luas RTH vegetasi dalam penelitian ini adalah 0,1. dengan tingkat konservasi air. Analisis korelasi yang digunakan dalam Perumusan model konservasi air, penelitian ini merupakan teknik analisis dilakukan modifikasi model awal melalui parametrik dari Pearson. Melalui program beberapa parameter seperti curah hujan, SPSS 17.0, pengolahan dapat dilakukan penggunaan lahan, kemiringan lereng, dengan memilih kotak menu Pearson pada jenis tanah, dan geologi. Penentuan zona corellation coefficients. konservasi air dilakukan dengan persamaan berikut: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN WC= (0,25xP) + (0,40xLU) + (0,15xS) + A. Deskripsi (0,1xST) + (0,1xG) Wilayah Keterangan: Ngemplak P = Precipitation/ Curah hujan ST = Soil type/ Jenis tanah LU = Land Use/ Penggunaan Lahan G = Geologi S = Slope/ Kelerengan 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, luas, dan batas wilayah administratif Secara pada untuk mengetahui pola persebaran zona 110o24’30’’sampai110o29’03’’B konservasi air, yang dientukan dengan indeks penyebaran astronomis Kecamatan Ngemplak terletak Analisis tetangga terdekat digunakan melihat Kecamatan ujur Timur (BT) dan 7o40’05” tetangga sampai 7o45’24” Lintang Selatan terdekat (T). Nilai T yang dihasilkan (LS). berkisar 0 - 2,15. Perhitungan luasan RTH Kecamatan Ngemplak merupakan salah satu dari 17 di Kecamatan Ngemplak tahun 2015 kecamatan dilakukan dengan menggunakan fungsi yang terdapat di Kabupaten Sleman. calculate geometry yang terdapat pada Kecamatan software ArcGis 10.1. Transformasi NDVI berbatasan digunakan untuk mengetahui luas tutupan dengan Ngemplak beberapa kecamatan lain diantaranya: hijau atau RTH. Batas minimum nilai 1) Sebelah Utara: 10 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) Kecamatan Pakem, Kecamatan yaitu tanah regosol. Karakteristik Cangkringan tanah regosol yang bertekstur 2) Sebelah Timur: Kecamatan pasir mempunyai porositas yang Manisrenggo, Kabupaten besar Klaten sehingga kemampuan meresapkan air cukup besar 3) Sebelah selatan: Kecamatan e. Kondisi Hidrologi Kalasan, Kecamatan Depok Kecamatan 4) Sebelah Barat: Kecamatan Ngemplak dilalui beberapa aliran sungai, Ngaglik antara lain Sungai Gendol, Sungai b. Iklim Opak, Sungai Kuning, Sungai Temperatur harian udara di Kecamatan Kladuan, Ngemplak berdasarkan diketahui dan Sungai Tepus. Sungai-sungai tersebut secara Rumus Braak keseluruhan merupakan sungai temperatur harian ephemeral periodic. berkisar antara 23,25°C - 25, 69° f. Topografi c. Curah Hujan Topografi Kecamatan Ngemplak Kecamatan Ngemplak relatif datar sampai memiliki rata-rata curah hujan bergelombang. 2450,6 mm/tahun. Berdasarkan Ngemplak berada pada rentang perhitungan >100-500 mdpal rumus Schmidt Fergusson, diperoleh nilai Q di Kecamatan g. Morfologi Kecamatan Ngemplak sebesar Kecamatan Ngemplak 53,42 %, jika diklasifikasikan termasuk bentang lahan dataran dengan pembagian tipe iklim kaki gunung api. menurut Schmidt Ferguson, h. Kondisi Geologis termasuk dalam tipe iklim C atau Sebagian besar batuan di tipe Agak basah. Kecamatan Ngemplak merupakan d. Tanah Kecamatan endapan merapi muda. Endapan Ngemplak Merapi hanya memiliki satu jenis tanah, Muda (Qmi) yang tersusun oleh material tufa, abu, 11 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) breksi, aglomerat, dan leleran lava B. Hasil dan Pembahasan Penelitian tak terpisahkan. 1. Zona Konservasi Air dengan i. Penggunaan Lahan Pendekatan Model Konservasi Air Penggunaan di Analisis fungsi konservasi air Kecamatan Ngemplak terbagi ke dilakukan dengan model konservasi dalam air yang dilakukan melalui skoring sawah, lahan tanah kering, pekarangan, dan lain-lain. pada setiap konservasi 2. Kondisi Demografis a. Jumlah Penduduk air parameter. yang Model digunakan merupakan modifikasi dari model Penduduk Kecamatan asli Kato et al., 1997 dan mengacu Ngemplak sebesar 58.953 jiwa, pada penelitian yang dilakukan oleh yang terdiri dari penduduk laki- Zain, 2002 dalam (Daisy Radnawati: laki jiwa 2005). Penentuan zona konservasi air penduduk menggunakan 5 parameter yaitu: berjumlah (48,16%) perempuan 29.294 dan 29.659 jiwa atau penggunaan lahan, curah hujan, (51,84%). kemiringan lereng, jenis tanah, dan b. Persebaran Penduduk geologi. Sebagian besar penduduk Zona konservasi daerah yang berada di Desa Wedomartani, berada mencapai sedangkan terdapat 3 kelas, meliputi kelas IV Desa Bimomartani dengan jumlah (rendah), III (sedang), dan kelas 2 penduduk terkecil yaitu 12,91%. (tinggi). 44,81%, pada air penelitian Desa Wedomartani dengan Lahan dengan kelas II (tinggi) luas wilayah terbesar memiliki terdapat di beberapa wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk persentase paling besar (64,13%) tertinggi, yaitu 2124 jiwa/km2, mencakup lebih dari separuh luas sedangkan kepadatan penduduk daerah terendah Desa sebesar 2.290.063 ha. Zona kelas III, Bimomartani, kepadatannya 1264 yaitu tingkat konservasi sedang jiwa/km2. menempati luas 499,597 ha atau berada pada 12 penelitian dengan luas Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) 13,99%, sedangkan zona kelas IV kemudian dengan tingkat konservasi rendah mengetahui luasan RTH, dengan memiliki luas sebesar 781,334 ha calculate geometry. setara dengan 21,88%. digunakan Kecamatan untuk Ngemplak 2. Pola Sebaran Zona Konservasi Air memiliki luas RTH sebesar 79,99% Pola sebaran zona konservasi dari total luas wilayah. RTH tersebut air ditentukan menggunakan analisis terdistribusi hampir merata pada average nearest setiap desa, dengan luas RTH terdapat pada neigbor menu yang Analyzing terbesar berada di Desa Pattern dari tool Spatial Statistics. Wedomartani (26,63%) dan luas Tingkat tinggi terkecil pada Desa Sindumartani memiliki nilai T sebesar 1,11 yang (11,06%). Semua desa di Kecamatan menunjukkan pola acak (random) Ngemplak juga telah memenuhi hampir merata di seluruh wilayah standar minimal luasan RTH (30%) penelitian.Tingkat dari luas wilayah. konservasi air konservasi air sedang memiliki pola mengelompok 4. Hubungan Luas Ruang Terbuka (clustured) pada titik-tertentu dengan Hijau dengan Tingkat Konservasi nilai T yaitu 0,8. Tingkat konservasi Air air rendah memiliki pola acak Ada tidaknya hubungan antara (random) dengan nilai T sebesar 0,79 luas RTH dengan tingkat konservasi dan pada air dapat diketahui dengan uji penggunaan lahan yang difungsikan Pearson Correlation menggunakan sebagai area permukiman. program SPSS. Beberapa tahap yang mayoritas ditemui harus dilalui sebelum melakukan 3. Analisis Luas Ruang Terbuka analisis Hijau Kecamatan Ngemplak Luas diperoleh ruang dari korelasi terbuka hijau dilakukan uji pengolahan citra homogenitas. yaitu normalitas Analisis perlu dan kedua landsat 8 OLI dengan bantuan variabel tersebut dilakukan pada transformasi NDVI. Hasil dari proses setiap tingkat konservasi air. transformasi NDVI tersebut 13 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) Terdapat korelasi yang Nilai probabilitas pada output signifikan antara luas RTH dengan diketahui sebesar 0,008 yang mana tingkat konservasi air tinggi. Hal ini lebih kecil dari 0,05. Sesuai dengan ditunjukkan dengan nilai probabilitas ketentuan Hal ini berati ada korelasi 0,026 lebih kecil dari 0,05. Koefisien yang signifikan antara luas RTH korelasi luas RTH dengan tingkat dengan zona konservasi air rendah. konservasi air sebesar 0,922 bertanda Besar koefisien korelasi luas RTH positif, sehingga menunjukkan arah dengan zona korelasi keduanya positif. Di mana diketahui sebesar 0,964 bertanda semakin luas RTH maka semakin positif, menunjukkan arah korelasi tinggi pula tingkat konservasi airnya, keduanya positif. konservasi rendah dan sebaliknya semakin rendah luas RTH maka tingkat konservasinya KESIMPULAN DAN SARAN juga semakin rendah. Terdapat Berdasarkan hasil penelitian hubungan yang dan pembahasan Bab IV dapat signifikan antara luas RTH dengan diambil kesimpulan sebagai berikut: tingkat konservasi air sedang. Hal ini A. Kesimpulan ditunjukkan dengan nilai probabilitas 1. Berdasarkan yang lebih kecil dari 0,05. Nilai konservasi probabilitas diketahui sebesar 0,036. disusun, Kecamatan Ngemplak Hal ini berati ada korelasi yang memiliki 3 zona konservasi air. signifikan antara luas RTH dengan Tiga zona konservasi air aktual tingkat konservasi air pada zona di Kecamatan Ngemplak, yaitu sedang. zona konservasi air tinggi Besar Koefisien korelasi luas seluas peta air zona yang 2.9090,06 telah ha atau RTH dengan tingkat konservasi air 64,13%, zona konservasi air pada zona sedang sebesar 0,902 sedang memiliki luas sebesar bertanda 499,60 positif, sehingga ha setara dengan menunjukkan arah korelasi keduanya 13,10%, dan zona konservasi positif. air 14 rendah memiliki luas Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) 781,34 ha atau 28,88% dari aktual luas wilayah. Tidak ditemui Ngemplak pada tahun 2015 zona konservasi air sangat seluas 2.857 ha atau 79,99% tinggi dan zona konservasi air dari total luas wilayah. sangat rendah di daerah 4. Terdapat penelitian. Kecamatan hubungan yang signifikan antara luas RTH 2. Pola sebaran pada setiap zona konservasi bervariasi, di air di dengan tiap zona konservasi air aktual di Kecamatan zona Ngemplak. Koefisien korelasi tinggi nilai luas RTH dengan tingkat acak konservasi air tinggi sebesar (random) pada seluruh desa 0,922, nilai korelasi antara luas dengan nilai T sebesar 1,11. RTH Zona konservasi air sedang konservasi air sedang sebesar memiliki pola mengelompok 0,902, dan nilai korelasi untuk (clustered) pada beberapa titik luas tertentu dengan nilai T sebesar konservasi air rendah sebesar 0,8. Zona konservasi air rendah 0,964. Secara umum nilai memiliki pola acak (random) sigifikansi di konservasi menunjukkan hampir mayoritas mana aktual air pola dengan RTH tingkat dengan dari tiap tingkat zona seluruh desa, konservasi air lebih kecil dari berada pada 0,05 dan korelasi kedua kawasan pusat kegiatan dan variabel bertanda positif. Hal area permukiman. ini dapat menunjukkan bahwa 3. Berdasarkan analisis luasan semakin tinggi nilai RTH maka RTH citra Landsat 8 OLI tahun semakin tinggi pula nilai zona perekaman 2015 dengan konservasi airnya. Begitupula transformasi indeks NDVI sebaliknya, semakin rendah Difference luas RTH maka nilai zona Index) konservasi air juga semakin (Normalized Vegetation menunjukkan bahwa luas RTH rendah. 15 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) primer sehingga hasil B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh lebih pelaksanaan penelitian, maka dapat disampaikan 2. Bagi Pemerintah saran- a. Zona saran sebagai berikut: aktual 1. Bagi Masyarakat a. Zona konservasi dapat air menjadi masukan kepada instansi konservasi air yang terkait dalam aktual yang telah disusun merumuskan kebijakan dapat dijadikan sebagai pembangunan acuan bagi masyarakat Kecamatan dalam dan melaksanakan kegiatan pembangunan, dukung dan koordinasi dan menjalin komunikasi fungsi antara pemerintah dan masyarakat air tata daya b. Kawasan dengan zona dalam rangka pelestarian tinggi kawasan konservasi air. dijaga Salah satu hal yang dapat dan dilakukan yaitu melalui pembangunan kegiatan sosialisasi dan hendaknya kelestariannya, kegiatan perencanaan b. Melakukan kawasan konservasi Ngemplak ruang. dengan memperhatikan kemampuan di dipusatkan pada daerah sekitar penghijauan. kawasan c. Mempertahankan luasan perkotaan yang memang RTH yang sudah ada dan lebih sesuai dan cocok dijaga untuk dikembangkan. sehingga c. Pada penelitian sejenis kelestariannya fungsi keberlanjutan ekologis dalam menentukan zona Kecamatan konservasi sebagai kawasan yang air menggunakan dapat data memiliki 16 Ngemplak kemampuan Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) dalam konservasi air RTH publik dan RTH privat tetap terjaga. serta tipe vegetasinya. C. Keterbatasan Penelitian Setiap metode memiliki tentu DAFTAR PUSTAKA kelemahan. BPS. Analisis fungsi konservasi air dilakukan dengan konservasi air, model di mana Daisy Radnawati. 2005. Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kota Depok sebagai Kawasan Konservasi Air Menggunakan Data Satelit Multi Temporal (Tesis). Bandung: IPB. dilakukan skoring pada tiap parameter. Parameter yang digunakan meliputi: penggunaan hujan, lahan, kemiringan curah Direktorat Jenderal Pentaan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Derektorat Jenderal Pentaan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. lereng, jenis tanah, dan geologi. Kelima parameter 2015. Kecamatan Ngemplak dalam Angka Tahun 2015. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik yang digunakan tersebut diperoleh dari data sekunder, tentu akan lebih baik jika data yang Emil Salim. 1981. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Mutiara digunakan merupakan data primer. Beberapa parameter Lutfi Muta’ali. 2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan Pedesaan, Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM. lain seperti tipe vegetasi, intensitas air hujan dapat ditambahkan yang yang untuk lebih hasil akurat. Nirwono Joga dan Iwan Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Penelitian ini menggunakan citra satelit dengan resolusi spasial menengah sehigga tidak dapat mengklasifikasikan antara Nur Febrianti, Parwati Sofian. 2014. RTH di Jakarta Berdasarkan Analisis Spasial dan Spektral 17 Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami) Otto Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Sekretariat Negara. Jakarta Soemarwoto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan Rustam Hakim dan Hardi Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap PrisnsipUnsur dan Aplikasi Desain: Jakarta: Bumi aksara Pemkot Sleman. 2013. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman 2013. Sleman: Pemkot Sleman. Ratih Sitanala Arsyad. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: IPB Nirmalasari. 2013. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Oksigen di Kota Yogyakarta (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial: UNY Soeriaatmadja. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB Sri Rahayu. 2009. “Pertumbuhan Penggunaan Lahan Non Pertanian di Kawasan Resapan Air Kabupaten Sleman Tahun 1990-2000”. Prosiding Lokakarya Nasional MenujuPengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem untuk Mereduksi Potensi Konflik Antar Daerah. Vol. 5, Desember 2009, Hal. 365‐372. Ratri Nurma Nugraha. 2013. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Volume Resapan Air Tanah di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Tahun 19942009. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial: UNY Republik Indonesia. 2007. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara. Jakarta Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia Kemana?. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Republik Indonesia. 2008. Peraturan Meteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan 18