BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Kehidupan manusia di dalam dunia tentu tidak akan lepas dari adanya berbagai macam tantangan dan persoalan. Tantangan dan persoalan yang muncul di dalam kehidupan manusia itu ada bermacam-macam, contohnya antara lain:1 1. Masalah kesehatan fisik / jasmani (ketika seseorang menderita sakit / penyakit dan harus kehilangan salah satu bagian tubuhnya). 2. Ketegangan dan penderitaan psikis (kesedihan, depresi, konflik batin, rasa bersalah, dan sebagainya). 3. Masalah dalam hubungan dengan lingkungan / orang lain, yaitu masalah sosial (misalnya : persoalan keluarga, ekonomis dan budaya). 4. Kekosongan rohani yang disebabkan oleh rasa berdosa, rasa tidak aman, tidak adanya persekutuan dan kekurangan pengaruh doa dalam kehidupan spiritual yang melatar belakanginya. Masalah-masalah tersebut bisa saling mempengaruhi sehingga menjadikan masalah semakin kompleks dan dapat berpengaruh terhadap kehidupan iman. Kehidupan jemaat atau orang Kristen pun juga tidak akan lepas dari tantangan dan persoalan yang dapat menggoyahkan iman jemaat atau orang Kristen. Berangkat dari keadaan ini maka sangat diperlukan suatu pemeliharaan iman bagi jemaat agar dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan persoalan, jemaat tetap mempunyai iman yang teguh di dalam Tuhan. Menurut Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa (selanjutnya akan disingkat : PPA GKJ), ibadah merupakan salah satu sarana dalam pemeliharaan iman. Ada banyak sarana pemeliharaan iman yang bisa dan dipakai oleh Gereja Kristen Jawa (selanjutnya akan disingkat GKJ), misalnya: perkunjungan, PA, dll. Tetapi dalam hal ini ibadah merupakan 1 Aart Martin van Beek, Konseling Pastoral, Salatiga, UKSW, 1987, hlm 24 1 sarana pemeliharaan iman yang tetap dan utama (selain sakramen). Melalui sebuah ibadah jemaat mengungkapkan dan menghayati hubungan dengan Allah, berdasarkan penyelamatan yang mereka alami.2 Dari sebuah ibadah ini diharapkan jemaat mampu untuk tetap teguh imannya dalam menghadapi segala persoalan dan tantangan kehidupannya. Selain sebagai sarana dalam pemeliharaan iman, ibadah juga diharapkan dapat memberikan pemulihan bagi jemaat. Sebab, ibadah mampu menyentuh secara mendalam dan membuka jiwa jemaat untuk selanjutnya menolong mereka dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan kehidupan yang tidak mampu dihadapi.3 Untuk dapat memberikan pertolongan kepada jemaat dalam ibadah, tentu diperlukan sebuah pengetahuan tentang pendampingan pastoral. Sebab, dengan pengetahuan pendampingan pastoral memampukan kita dalam membantu memahami kebutuhan dan harapan jemaat.4 Hal ini perlu untuk kita perhatikan, khususnya dengan mengingat bahwa dalam sebuah ibadah di dalamnya berkumpul orangorang (jemaat) dengan segala persoalan dan tantangan kehidupannya masing-masing. Dalam banyak pelayanan yang dilakukan di gereja, antara ibadah dengan praktek pastoral itu seringkali dipisahkan. Praktek pastoral seringkali ditunjukkan dalam pelayanan seperti halnya pendampingan, pengajaran, konseling, pemberian ataupun kegiatan sosial yang lain, sedangkan ibadah seringkali dipahami sebagai bentuk kepemimpinan.5 Kepemimpinan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut tentang bagaimana seseorang (bisa pendeta, anggota majelis ataupun warga jemaat) mampu memimpin jalannya suatu ibadah, berkhotbah, memimpin pujian, dll. Adanya pemisahan antara ibadah dan praktek pastoral ini dapat menjadikan hilangnya makna pastoral dalam sebuah ibadah. Oleh karenanya pemisahan ini perlu diperbaiki. Melalui ibadah jemaat diberi pertolongan dalam menghadapi tantangan dan persoalan; dan dari pengetahuan pendampingan pastoral-lah kita mampu memahami kebutuhan dan harapan jemaat untuk kemudian dapat memberikan pertolongan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis hendak menggali lebih lanjut tentang bagaimana fungsi pendampingan pastoral hadir dalam sebuah ibadah. 2 3 4 5 Pokok-pokok Ajaran GKJ, Salatiga, Sinode GKJ, 2005, hlm 44 Robin Green, Only Connect: Worship and Liturgy from the Perspective of Pastoral Care, London, Longmann and Todd, 1987, hlm 3. Robin Green, Only Connect: Worship and Liturgy from the Perspective of Pastoral Care, hlm 3 William H. Willimon, Worship as Pastoral Care, Nashville, Abingdon Press, 1980, hlm 16 2 B. Rumusan Masalah Dalam ibadah yang dilakukan di GKJ biasanya diatur dengan menggunakan liturgi yang merupakan bentuk atau wadah perjumpaan antara Allah dengan manusia. Berkaitan dengan hal ini GKJ telah menerbitkan buku Liturgi GKJ yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan ibadah dan juga membantu jemaat dalam memahami struktur serta makna hubungan unsur-unsur liturgi GKJ.6 Namun, pada kenyataannya dalam penjelasan buku liturgi tersebut di dalamnya hanya memuat tentang penjelasan liturgi secara umum dan model-model liturgi kebaktian yang digunakan GKJ tanpa mengulas kaitannya dengan pendampingan pastoral. Padahal seperti yang telah penulis ungkapkan pada bagian latar belakang penulisan (hlm 2) antara ibadah dan pendampingan pastoral itu berkaitan. Bahkan, dalam hal ini dapat dikatakan juga ibadah sebagai sarana dalam pendampingan pastoral, karena ibadah mempunyai sifat memberikan pertolongan kepada jemaat dalam menghadapi tantangan dan persoalan. Hal itu sesuai dengan makna pendampingan pastoral yang merupakan pertolongan kepada sesama dalam menemukan jalan keluar bagi pergumulan dan persoalan kehidupan dan iman.7 Selama ini bentuk pendampingan pastoral seringkali dipahami secara sempit hanya terbatas pada konseling pastoral yang penekanannya pada pendampingan personal individual. Maksudnya seorang konselor mendampingi seorang konseli. Padahal dalam kenyataannya pendampingan pastoral sebenarnya juga dapat dilakukan dalam bentuk komunal, salah satunya melalui ibadah.8 Dalam hal ini Clinebell mengemukakan bahwa pendampingan pastoral haruslah bersifat holistic. Artinya tidak hanya mengenai jiwa atau rohani tetapi juga keragaan; tidak hanya pribadi tetapi juga keluarga, gereja/jemaat dan masyarakat; dan tidak hanya masyarakat manusia tetapi juga habitatnya.9 6 7 8 9 Liturgi GKJ, Salatiga : Sinode GKJ, 1994, hlm i. G. Heitink, “Pendampingan Pastoral sebagai Profesi Pertolongan”, ed. Tjaard. G. Hommes & E. Gerrit Singgih, dalam Teologi dan Praksis Pastoral, BPK Gunung Mulia-Kanisius, 1992, hlm 405 William H. Willimon, Worship as Pastoral Care, hlm 31 Emanuel Gerrit Singgih, “Pendampingan dan Konseling Pastoral dalam Konteks Indonesia: Berdialog dengan Clinebell” dalam Mengantisipasi Masa Depan, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2004, hlm 349 3 Bentuk ibadah ada bermacam-macam, salah satunya adalah ibadah Minggu. Sesuai dengan PPA GKJ, hari Minggu merupakan hari yang dikuduskan untuk digunakan sebagai penyembahan, terkait dengan hukum ke-empat dari Sepuluh Hukum Tuhan yang diberikan Allah sebagai pedoman dasar orang percaya dalam bersikap dan bertingkah laku saat menjalani kehidupan di dunia.10 Selain itu, ibadah Minggu merupakan ibadah yang dilaksanakan secara rutin setiap hari Minggu dengan tujuan agar jemaat tidak mengalami kekeringan iman ketika harus menghadapi berbagai tantangan dan persoalan. Dalam ibadah Minggu ini biasanya dilaksanakan dengan menggunakan liturgi yang berguna untuk menata jalannya suatu ibadah sehingga menjadi baik. Sebagaimana ibadah merupakan bentuk pendampingan pastoral, liturgi ibadah Minggu semestinya juga memuat tentang fungsifungsi pokok pendampingan pastoral. Menurut W. A. Clebsch dan Ch. Jaekle dalam pendampingan pastoral mempunyai empat fungsi pokok yaitu menyembuhkan (healing), menopang (sustaining), membimbing (guiding) dan mendamaikan (reconciling). Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis hendak menggali bagaimana fungsi-fungsi pokok pendampingan pastoral yang ada dalam liturgi ibadah Minggu? Penggalian Selanjutnya mengusulkan cara untuk mengelola ibadah Minggu agar fungsi-fungsi pokok pendampingan pastoral tersebut bisa nampak dalam liturgi ibadah Minggu. C. Tujuan Penulisan Sesuai dengan uraian permasalahan diatas, penulisan dalam skripsi ini bertujuan untuk : 1. Menggali fungsi-fungsi pokok pendampingan pastoral dalam liturgi ibadah Minggu GKJ. 2. Mengusulkan cara untuk mengelola ibadah Minggu GKJ sebagai sarana pendampingan pastoral. 10 Pokok-pokok Ajaran GKJ, Salatiga, Sinode GKJ, hlm 85. 4 D. Batasan Penulisan Dalam melihat fungsi-fungsi pokok pastoral dalam liturgi ibadah Minggu ini, penulis akan melihatnya dari liturgi ibadah Minggu di GKJ, yang merupakan gereja asal penulis. Selanjutnya, penulis akan bertitik tolak pada pandangan dari W. A. Clebsch dan Ch. R. Jaekle yang menunjukkan adanya 4 fungsi pendampingan pastoral, yaitu menyembuhkan (healing), menopang (sustaining), membimbing (guiding) dan mendamaikan (reconciling). Penulis memilih untuk bertitik tolak pada pandangan dari W. A. Clebsch dan Ch. R. Jaekle karena fungsi pendampingan pastoral dari Clebsh dan Jaekle telah mencakup hal-hal pokok yang diperlukan bagi seseorang yang memiliki tantangan dan persoalan dan empat fungsi tersebut juga telah dilakukan sepanjang perjalanan sejarah gereja.11 E. Judul IBADAH MINGGU GEREJA KRISTEN JAWA SEBAGAI SARANA PENDAMPINGAN PASTORAL F. Metode Penulisan Metode yang akan digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah metode deskriptifanalitis. Penulis akan menguraikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah, lalu menjelaskan tentang 4 fungsi pokok pendampingan pastoral dari Clebsch dan Jaekle yang selanjutnya akan digunakan untuk melihat pendampingan pastoral dalam ibadah Minggu GKJ. Untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan bagi pembahasan dalam skripsi ini, akan dilakukan penggalian terhadap sumber-sumber informasi yang tersedia. Dalam skripsi ini, usaha penggalian sumber informasi tersebut akan dilakukan berdasarkan studi literatur. 11 G. Heitink, “Pendampingan Pastoral sebagai Profesi Pertolongan” dalam Teologi dan Praksis Pastoral, hlm 416 5 G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan penulisan, judul, metode penulisan dan penggalian sumber, sistematika penulisan. BAB II MAKNA IBADAH DAN FUNGSI-FUNGSI POKOK PENDAMPINGAN PASTORAL Bab ini berisi uraian tentang makna ibadah dan liturgi, struktur liturgi, makna pendampingan pastoral dan fungsi-fungsi pokok pendampingan pastoral yang dinyatakan oleh Clebsch dan Jaekle. BAB III ANALISA LITURGI IBADAH MINGGU GEREJA KRISTEN JAWA DAN FUNGSI-FUNGSI POKOK PENDAMPINGAN PASTORALNYA Bab ini berisi penjelasan tentang liturgi ibadah Minggu GKJ, unsur-unsur liturgi yang digunakan dalam ibadah Minggu GKJ serta analisanya berdasarkan fungsi-fungsi pokok pendampingan pastoral menurut Clebsch dan Jaekle. BAB IV IBADAH MINGGU GEREJA KRISTEN JAWA SEBAGAI SARANA PENDAMPINGAN PASTORAL Bab ini berisi kendala GKJ dalam mewujudkan liturgi ibadah Minggu sebagai sarana pendampingan pastoral serta usulan untuk mewujudkan ibadah Minggu GKJ sebagai sarana pendampingan pastoral. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, saran dan penutup 6