BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Restoran Menurut (Marsum, 2004), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makan dan minum. Dalam bisnis restoran, pelayanan sangat dibutuhkan untuk menarik calon pelanggan, salah satu komponen penting dalam pelayanan adalah penempatan meja makan pada setiap lokasi di restoran seperti yang dikemukakan oleh (Robson, Strategies for Designing Effective Restaurants) dan tinggi kursi terhadap meja (Robson, Kimes, Becker, & Evans, 2011). Hal ini membuktikan bahwa pelanggan ingin mendapatkan tempat makan dan kondisi kursi dan meja sesuai dengan keinginan mereka. 2.2 Klasifikasi Restoran Klasifikasi restoran menurut (Marsum W. , 2005), resto atau restoran dikelompokkan menjadi beberapa jenis menurut kegiatan dan makanan atau minuman yang disajikan, yaitu : Table 2.1 Jenis Restoran Berdasarkan Makanan dan Minuman Serta Kegiatan yang Ada di Dalamnya Jenis Restoran Keterangan Restoran A’la carte restaurant Menu lengkap dan dan merupakan restoran tanpa aturan mengikat atau bebas. Table d’hotel Restoran dengan menu yang lengkap dan menyajikan setiap menu berurutan dari menu pembuka sampai penutup. Biasanya erat hubungannya dengan hotel. 8 9 Coffe shop Cafeteria Canteen Continental restaurant Carvery Discotheque Fish and chip shop Grill room Intavern Pizzeria Creeperie Pub Café Specialty restaurant Merupakan tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasana santai tanpa aturan yang mengikat dan biasanya menyuguhkan racikan kopi sebagai menu special diluar makananmakanan kecil atau makanan siap saji. Merupakan tempat makan dan minum yang terbatas menyajikan roti atau sandwich serta minuman-minuman ringan yang tidak beralkohol, biasanya erat hubungannya dengan kantor. Merupakan tempat makan dan minum yang menyajikan berbagai makanan makanan instan dengan harga yang terjangkau. Restoran yang memberikan kebebasan bagi pengunjungnya untuk memilih bahkan mengiris makanan yang dipesannya sendiri. Merupakan restoran yang biasanya terdapat di motel kecil dan menyajikan makanan dan minuman sederhana. Merupakan tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasana hingar bingar music sebagai daya tariknya. Biasanya menyuguhkan makanan dan minuman cepat saji. Restoran yang menyajikan menu ikan dan kripik atau snack sebagai menu utama. Restoran dengan menu masakan panggang atau barbekyu sebagai menu andalan. Restoran kecil di pinggiran kota yang biasanya menyuguhkan makanan cepat saji dan minuman kopi. Restoran dengan menu pizza dan pasta sebagai menu utama. Restoran yang menyajikan berbagai menu kreps dan manisan. Restoran yang menjual minuman beralkohol. Tempat untuk makan dan minum dengan sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana yang santai atau tidak resmi Merupakan tempat untuk makan dan minum yang memiliki tema khusus atau 10 Terrace restaurant Gourment restaurant Family restaurant Main dining room kekhususan menu masakan yang akan disajikan dan biasanya memiliki citarasa yang berbeda dengan restoran lain. Merupakan tempat makan dan minum yang umumnya terletak di luar ruangan dan biasanya erat hubungannya dengan fasilitas hotel. Di Negara barat terrace restaurant biasanya hanya buka saat musim panas saja. Merupakan tempat untuk makan dan minum yang biasanya diperuntukan bagi orang-orang yang sangat mengerti akan citarasa sehingga banyak menyediakan makanan-makanan lezat dengan pelayanan yang megah dan harga yang mahal. Merupakan restoran sederhana untuk makan dan minum keluarga atau rombongan dengan harga yang tidak mahal serta menyuguhkan suasana nyaman dan santai. Merupakan ruang makan besar atau restoran yang umumnya terdapat di hotel, penyajian makanannya secara resmi, servis yang diberikan dapat menggunakan gaya perancis maupun rusia, sedangkan orang-orang yang datang pada umumnya juga menggunakan pakaian resmi formal. 2.3 Android Menurut (Safaat N. , 2012) Android adalah sebuah sistem operasi untuk ponsel yang berbasis Linux. Android SDK (Software Development Kit) menyediakan tools dan API (Application Programming Interface) yang diperlukan bagi para pengembang untuk membuat dan mengembangkan aplikasi yang digunakan pada ponsel bersistem operasi Android dengan menggunakan bahasa pemrograman Java. 11 Awalnya, Google Inc. membeli Android Inc. yang merupakan pendatang baru dalam pembuatan peranti lunak untuk ponsel/smartphone. Kemudian untuk mengembangkan Android, dibentuklah Open Handset Alliance, konsorsium dari tiga puluh empat perusahaan piranti lunak, dan telekomunikasi, termasuk Google, HTC, Intel, Motorola, Qualcomm, T-Mobile, dan Nvidia (Safaat N. , 2011). Pada saat perilisan perdana Android, 5 November 2007, Android bersama Open Handset Alliance menyatakan mendukung pengembangan open source pada perangkat mobile. Di lain pihak, Google merilis kode-kode Android dibawah lisensi Apache, sebuah lisensi perangkat lunak dan open platform perangkat seluler. Pada masa ini kebanyakan vendor-vendor telah memproduksi smartphone dan tablet berbasis Android, vendor-vendor itu antara lain HTC, Samsung, LG, Sony Ericsson, Nexian dan masih banyak lagi vendor di dunia yang memproduksi smartphone maupun perangkat tablet berbasis Android. Hal ini dikarenakan Android adalah sistem operasi yang open source sehingga bebas didistribusikan dan dipakai oleh vendor manapun (Safaat N. , 2011) 2.4 Dalvik Virtual Machine (DVM) Salah satu elemen kunci dari android adalah Dalvik Virtual Machine (DVM). Android berjalan di dalam Dalvik Virtual Machine (DVM) bukan di Java Virtual Machine (JVM). Dalvik Virtual Machine (DVM) adalah "register bases", sementara Java Virtual Machine (JVM) adalah "stack based", DVM didesain dan ditulis oleh Dan Bornsten dan beberapa enginer Google lainnya. Dalvik Virtual Machine menggunakan kernel Linux untuk menangani fungsionalitas tingkat rendah termasuk keamanan, threading, proses serta manajemen memori. Ini 12 memungkinkan kita untuk menulis aplikasi C/C++ sama halnya seperti OS Linux kebanyakan (Safaat N. , 2011) 2.5 Android SDK ( Software Development Kit ) Android SDK adalah tools API (Application Programming Interface) yang diperlukan untuk memulai mengembangkan aplikasi pada platform android menggunakan bahasa pemprograman Java. Android merupakan subset perangkat lunak untuk ponsel yang meliputi sistem operasi, middleware dan aplikasi kunci yang di release oleh Google (Safaat N. , 2011). 2.6 Wireless Fidelity (Wi-Fi) Menurut (Sutabri, 2014), Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity adalah satu standart Wireless Networking tanpa kabel, hanya dengan komponen yang sesuai dapat terkoneksi ke jaringan.. Pengertiannya, yaitu sekumpulan standart yang digunakan untuk jaringan lokal nirkabel (wireless local area network / WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. standar terbaru dari spesifikasi 802.11a atau b, seperti 802.11g, saat ini sedang dalam penyusunan. spesifikasi terbaru menawarkan banyak peningkatan, mulai dari luas cakupan hingga kecepatan transfer. Awalnya, Wi-Fi ditujukan untuk penggunaan perangkat nirkabel dan jaringan area lokal, namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. hal ini memungkinkan seseorang dengan komputer dan kartu nirkabel (wireless card) atau personal digital assistant (PDA) untuk terhubung dengan internet dengan menggunakan titik akses (hotspot) terdekat. 13 2.7 Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Network/WLAN) WLAN adalah suaatu jaringan yang menggunakan gelombang radio sebagai media transmisinya. Link terakhir yang digunakan adalah nirkabel, untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh pengguna dalam area sekitar. Antar jaringan dihubungkan dengan kabel, dengan satu atau lebih titik akses jaringan menyambungkan pengguna nirkabel ke jaringan berkabel. WLAN adalah suatu jaringan nirkabel yang menggunakan frekuensi radio untuk komunikasi antara perangkat komputer dan akhirnya titik akses yang merupakan dasar dari transceiver radio dua arah yang tipikalnya bekerja di bandwith 2,4 GHz (802.11b, 802.11g) atau 5 GHz (802.11a). Kebanyakan peralatan mempunyai kualifikasi Wi-Fi, IEEE 802.11b atau akomodasi IEEE 802.11g dan menawarkan beberapa level keamanan seperti WEP atau WPA. Gambar 2.1 Cara Kerja WiFi 2.8 Business Model Menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010), business model menjelaskan secara rasional menangkap nilai. bagaimana perusahaan menciptakan, mengantarkan dan 14 2.8.1 The 9 Building Blocks Menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010), dalam business canvas model terdapat elemen elemen yang disebut the 9 building blocks. 2.8.1.1 Customer Segments Menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010), customer segments building blocks mendefinisikan sejumlah kelompok atau orang yang berbeda, yang menjadi sasaran perusahaan untuk diraih dan dilayani. Sebuah perusahaan harus menentukan pilihan dalam memilih segmen mana yang akan dilayani dan mana yang tidak. 1. Mass market Model bisnis yang berfokus pada mass market tidak akan membedakan setiap segmen pelanggan yang berbeda. Value propositions, distribution channel, dan customer relationships semua berfokus pada satu kelompok besar pelanggan yang memiliki kebutuhan yang sama. 2. Niche Market Model bisnis yang fokus untuk mendapatkan target pada niche market melayani segmen pelanggan yang spesifik saja. Value propositions, distribution channel, dan customer relationship disesuaikan dengan kebutuhan spesifik niche market. 3. Segmented Beberapa model bisnis membedakan antara segmen pasar dengan sedikit perbedaan kebutuhan. 15 4. Diversified Perusahaan dengan model bisnis diversified melayani dua segmen pelanggan yang tidak berhubungan dan memiliki kebutuhan yang berbeda. 5. Multi-sided Platforms Beberapa perusahaan melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang saling memiliki ketergantungan antara satu dan lainnya. 2.8.1.2 Value Propositions Value propositions building blocks menjelaskan gabungan produk dan layanan yang memberikan nilai bagi segmen pelanggan tertentu (Osterwalder & Pigneur, 2010). Jadi value propositions merupakan keuntungan yang ditawarkan oleh perusahaan terhadap pelanggan. Berikut ini adalah elemen elemen yang dapat menciptakan nilai. 1. Newness Merupakan value propositions yang memuaskan kebutuhan baru, dimana sebelumnya belum pernah dirasakan pelanggan karena belum pernah ditawarkan sebelumnya. 2. Performance Meningkatkan kinerja produk atau layanan secara tradisional telah menjadi cara yang umum dalam menciptakan nilai. 3. Customization Menciptakan nilai dengan menyesuaikan produk dan layanan terhadap kebutuhan spesifik pelanggan individual. 16 4. “Getting the job done” Nilai yang diciptakan dengan membantu pelanggan dalam menyelesaikan pekerjaannya. 5. Design Design merupakan elemen yang penting dalam menciptakan nilai suatu produk atau jasa, namun juga sulit untuk diukur. 6. Brand/Status Pelanggan menemukan nilai dengan menggunakan sebuah brand spesifik tersebut. 7. Price Nilai yang didapat dari harga yang lebih rendah dari produk atau jasa dengan value yang sama. Value propositions ini memuaskan kebutuhan para pelanggan yang sensitif terhadap harga. 8. Cost Reduction Menciptakan nilai dengan membantu pelanggan mengurangi biaya. 9. Risk Reduction Nilai yang didapat dari pengurangan resiko yang terjadi saat membeli produk atau jasa. 10. Accessibility Menciptakan nilai dengan membuat produk atau jasa tersedia bagi pelanggan, dimana mendapatkannya. sebelumnya kekurangan akses dalam 17 11. Convenience/Usability Penciptaaan nilai dengan menemukan cara penggunaan yang lebih mudah. 2.8.1.3 Channels Channels building block memaparkan bagaimana sebuah perusahaan meraih dan berkomunikasi dengan segmen pelanggan untuk menyampaikan value propositions (Osterwalder & Pigneur, 2010). Channels memiliki beberapa fungsi seperti meningkatkan awareness pelanggan mengenai produk/layanan perusahaan, membantu pelanggan menilai value propositions perusahaan. Tempat bagi pelanggan dalam membeli produk/jasa, menyampaikan value propositions kepada pelanggan, serta menyediakan post purchase customer support. Channel memiliki 5 fase yang berbeda seperti yang dijelaskan berikut. 1. Awareness Yaitu bagaimana meningkatkan awareness akan produk dan layanan perusahaan. 2. Evaluation Bagaimana membantu pelanggan menilai value propositions perusahaan. 3. Purchase Bagaimana cara agar pelanggan dapat membeli produk atau jasa secara spesifik. 4. Delivery Bagaimana menyampaikan value propositions perusahaan kepada pelanggan. 18 5. After sales Bagaimana menyediakan layanan purna jual kepada pelanggan. 2.8.1.4 Customer Relationships Menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010), customer relationship building blocks memaparkan tipe tipe hubungan yang diciptakan oleh perusahaan terhadap pelanggan. Customer relationship dapat dibedakan menjadi beberapa kategori seperti berikut. 1. Personal assistance Pelanggan dapat berkomunikasi langsung dengan representatif untuk mendapat bantuan saat proses penjualan atau setelah pembelian selesai. 2. Dedicated personal assistance Hubungan dengan pelanggan berdasarkan dedikasi layanan representatif terhadap pelanggan individual. 3. Self service Perusahaan tidak melakukan direct relationship terhadap pelanggan, perusahaan menyediakan keperluan untuk pelanggan dalam melayani dirinya sendiri. 4. Automated services Tipe relationship yang menggabungkan bentuk mutakhir dari self service dengan proses otomatis. 5. Communities Perusahaan menggunakan user communities untuk lebih terlibat dengan pelanggan dan memfasilitasi hubungan sesama anggota komunitas. 19 6. Co creation Menciptakan nilai bersama dengan pelanggan. 2.8.1.5 Revenue Streams Menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010), revenue streams building blocks mewakili kas yang dihasilkan perusahaan dari setiap pelanggan (biaya harus dikurangi dari penghasilan untuk menghasilkan pendapatan). Revenue streams dalam usaha berbeda beda. Beberapa cara dalam menciptakan revenue streams adalah sebagai berikut. 1. Asset sale Merupakan revenue stream yang berasal dari menjual hak kepemilikan menjadi produk fisik. 2. Usage fees Revenue stream yang dihasilkan dari penggunaan layanan, semakin banyak layanan yang digunakan maka pelanggan membayar lebih. 3. Subscription fees Revenue stream yang dihasilkan dari penjualan akses berkelanjutan dari sebuah layanan. 4. Lending / renting / leasing Revenue stream yang diciptakan dengan memberikan seseorang hak eksklusif untuk menggunakan sebuah aset dalam jangka waktu tertentu dan membayar biaya dari jasa tersebut. 20 5. Licensing Revenue stream yang dihasilkan dari memberikan pelanggan izin untuk menggunakan properti intelektual yang dilindungi dan pelanggan membayar biaya licensing sebagai gantinya. 6. Brokerage fees Revenue stream yang dihasilkan dari jasa intermediasi yang dilaksanakan, atas nama dua pihak atau lebih. 7. Advertising Revenue stream yang didapat dari biaya pengiklanan produk tertentu. Setiap revenue stream memiliki mekanisme harga yang berbeda. Tipe dari mekanisme harga dibagi dua, yaitu : 1. Fixed menu pricing Menentukan harga berdasarkan variabel statis. 2. Dynamic pricing Harga berubah berdasarkan kondisi pasar. 2.8.1.6 Key resources Key resources building blocks menjelaskan mengenai aset aset penting yang diperlukan untuk menjalankan model bisnis (Osterwalder & Pigneur, 2010). Resource ini membantu menciptakan value propositins, menggapai pasar, menjaga hubungan dengan pelanggan serta memperoleh revenue. Key resources dapat dikategorikan sebagai berikut: 21 1. Physical Kategori ini mencakup aset fisik seperti fasilitas produksi, gedung, kendaraan, mesin, sistem, sistem point of sales dan jaringan distribusi. 2. Intellectual Kategori ini mencakup resource seperti merek, proprietary knowledge, hak paten dan hak cipta, kemitraan dan database pelanggan. 3. Human Kategori ini adalah resource dari sumber daya manusia. 4. Financial Kategori ini mencakup elemen elemen seperti kas, lini kredit, atau stock option pool dalam memperkerjakan key employee. 2.8.1.7 Key Activities Menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010), key activities building blocks merupakan hal hal yang paling penting dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan model bisnis. Key activities dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Production Aktivitas ini mencakup merancang, membuat dan menyampaikan produk dalam kuantitas yang banyak dan / atau berkualitas tinggi. 2. Problem solving Berhubungan dengan menemukan solusi baru dalam memecahkan masalah pelanggan individual. 3. Platform / network Model bisnis yang dirancang dengan platform sebagai key resource didominasi oleh platform atau jaringan terkait key activities. 22 2.8.1.8 Key Partnerships Key partnerships building blocks menjelaskan jaringan supplier dan partner yang membuat model bisnis berjalan (Osterwalder & Pigneur, 2010). Perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi resiko, atau memperileh sumber daya. Dalam menciptakan kemitraan dapat dibagi menjadi tiga jenis motivasi yaitu : 1. Optimization and economy of scale Kemitraan antara buyer supplier berfungsi untuk mengoptimalkan alikasi dari sumberdaya dan aktifitas. 2. Reduction or risk and uncertainty Kemitraan dapat membantu mengurangi resiko pada lingkungan kompetitif yang menggambarkan ketidakpastian. 3. Acquistion of particular resources and activities 2.8.1.9 Cost Structure Cost structure building blocks menjelaskan mengenai biaya biaya yang dikeluarkan dalam mengoperasikan model bisnis (Osterwalder & Pigneur, 2010). Biaya biaya yang dikeluarkan dapat dihitung setelah mengetahui apa saja key reseources, key partnerships, dan key activities perusahaan. Cost structure dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1. Cost driven Model bisnis cost driven memfokuskan pada memangkas biaya dengan metode menciptakan dan efisiensi. menjaga Pendekatan cost ini structure membidik tetap pada minimal, 23 menggunakan value propositions yang renda, otomatisasi yang maksimal dan extensive outsourcing. 2. Value driven \Fokus dari model bisnis value driven adalah penciptaan nilai. Karakterisasi dari model bisnis ini biasanya adalah premium value propositions dan personalize service tingkat tinggi. 2.8.2 The Business Model Canvas Menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010), bahwa model bisnis dirancang dan dilaksanakan pada lingkungan spesifik. Mengembangkan pemahaman yang baik dalam lingkungan perusahaan membantu dalam membangun model bisnis yang kuat dan lebih kompetitif. Untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dalam model bisnis, pemetaan harus dilakukan pada keempat area dari lingkunga, yaitu : market forces, industry forces, key trends, dan macroeconomic trends. Gambar 2.2 The Business Canvas Framework (Osterwalder & Pigneur, 2010) 24 2.9 SWOT Analysis Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesess) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi yaitu model yang paling popular untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Sedangkan pengertian analisis SWOT menurut (Rangkuti, 2008), adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman”. Gambar 2.3 Proses Analisis SWOT menurut (Ritson, Strategic Management, 2013) 25 Analisa SWOT akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan mengaplikasikan analisa TOWS. Model TOWS lebih bersifat outside-in yang berorientasi pada pasar dibandingkan SWOT yang bersifat in-outside yang lebih berorientasi pada produk. Banyak bisnis dewasa ini baik yang sudah berjalan ataupun baru dalam tahap perencanaan akan terlibat dalam perencanaan strategis (Strategic Planing), meskipun kadar tingkatan dan formalitasnya bervariasi bergantung pada konseptual perencanaan strategis yang sederhana : menganalisa situasi saat ini (current situation) dan keadaan yang diharapkan pada masa yang akan datang (expected future), dengan tujuan penentuan arah perusahaan dan bagaimana cara pengembangannya untuk mencapai misi dan visi organisasi atau perusahaan. Pada kenyataannya proses ini sangatlah kompleks yang menuntut pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor eksternal pada perusahaan yang kemudian untuk dicocokan dengan keunggulan ataupun kemampuan perusahaan itu sendiri. Menurut (Weihrich, 1982), analisis TOWS digunakan untuk mengukur perencanaan strategis perusahaan dengan memformulasikan strategi-strategi dan mengukur faktor eksternal terlebih dahulu seperti Threats (T) dan Opportunities (O), setelah itu baru mencoba mendeskripsikan faktor-faktor internal seperti Weaknesses (W) dan Strengths (S). Adapun tujuan dari analisa matriks TOWS adalah untuk menggambarkan berbagai alternatif yang dapat dijalankan berdasarkan pada faktor kunci internal dan eksternal. (Weihrich, 1982)mengidentifikasikan matriks TOWS menjadi empat kelompok strategis konseptual berbeda, yaitu: Strength-Opportunity (SO), 26 Strength-Threats (ST), Weaknesses-Opportunities (WO), dan Weaknesses-Threats (WT). Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan faktor internal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari kesempatan faktor eksternal. Strategi ST adalah strategi yang dibuat untuk mengantisipasi ancaman faktor eksternal dengan menggunakan kekuatan faktor internal yang ada. Strategi WO adalah strategi yang dibuat untuk memperbaiki kelemahan faktor internal dengan menggunakan kesempatan faktor eksternal. Selain itu, WO juga digunakan untuk menunjukkan kesempatan yang ada dalam jangkauan yang dapat diraih perusahaan jika dapat memperbaiki kelemahan faktor internal. Strategi WT adalah strategi yang terjadi jika perusahaan menghadapi faktor-faktor kelemahan dan ancaman yang tidak dapat ditangani lagi dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada. Bentuk-bentuk dari pelaksanaan WT adalah restrukturisasi, likuidasi dan merger. 27 Gambar 2.4 Matrix SWOT 2.10 Marketing Strategi Menurut (Kotler, Marketing Management, 2003), pemasaran adalah proses dimana suatu perusahaan membuat suatu nilai untuk customer dan membuat hubungan yang kuat terhadap customer demi mendapatkan nilai dari customer itu sendiri sebagai balasannya. Menurut (Kotler, Marketing Management, 2003) ada lima konsep pemasaran yang dapat digunakan sebagai landasan bagi sebuah organisasi untuk melaksanakan strategi pemasaran, yaitu: 28 1. Konsep Produksi Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan lebih memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya. Oleh karena itu, manajemen harus berkonsentrasi pada peningkatan efesiensi produksi dan cakupan distribusi yang luas. 2. Konsep Produk Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan lebih memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya. Oleh karena itu, manajemen harus mencurahkan perhatiannya terusmenerus pada perbaikan dan pengembangan produk. 3. Konsep Penjualan Konsep ini beranggapan bahwa konsumen enggan membeli produk, sehingga perlu didorong untuk membeli, terkecuali suatu perusahaan menjalankan usaha seperti promosi dan penjualan efektif untuk merangsang pembelian. 4. Konsep Pemasaran Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan, keinginan pasar, serta memberi kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efesien dibandingkan pesaingnya. Konsep ini bersandar pada empat pilar utama, yakni: pasar sasaran, kebutuhan, pemasaran yang terkoordinir, dan keuntungan. 29 5. Konsep Pemasaran Bersifat Sosial Konsep ini beranggapan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan, serta kepentingan pasar dan memenuhinya secara lebih efektif dan efesien dibandingkan dengan pesaingnya, dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat konsep ini membutuhkan keseimbangan antara keuntungan perusahaan, kepuasan pelanggan, dan kepentingan umum. Menururt (Bygrave & Zacharakis, 2011), strategi pemasaran sebuah perusahaan harus selaras dengan sumber daya dan kemampuan yang dimilikinya. Kerangka pemasaran yang strategis dibentuk dari tiga dimensi utama pemasaran, yaitu Segmentation, Targeting, Positioning. Berikut ini adalah penjelasan dari setiap dimensi tersebut 1. Segmentation Segmentation dan Targeting merupakan proses yang digunakan untuk mengidentifikasi pelanggan yang tepat untuk produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Ini adalah proses segmentasi. Segmen adalah sebuah kelompok pelanggan yang didefinisikan oleh dasar umum tertentu atau karakteristik tertentu, yang dapat berupa demografi, psikografi (biasanya disebut karakteristik gaya hidup), atau perilaku. Karakteristik demografi meliputi usia, pendidikan, gender dan pendapatan. 30 Karakteristik psikografi meliputi deskripsi mengenai kepribadian, seperti aktif, individualistis, atau pengambil resiko. Karakteristik perilaku meliputi ciri ciri pelanggan seperti kesetiaan terhadap merek tertentu dan kesediaannya untuk menggunakan produk baru. 2. Targeting Proses Targeting melakukan perbandingan terhadap segmen segmen yang telah didefinisikan dalam proses Segmentation dan kemudian memilih segmen yang paling menarik, yang selanjutnya akan menjadi target utama. Definisi mengenai target market ini sangat penting karena akan mengarahkan perusahaan menuju strategi pemilihan pelanggan. Daya tarik sebuah segmen berhubungan dengan ukurannya, tingkat pertumbuhannya dan keuntungan potensialnya. 3. Positioning Proses Positioning berhubungan dengan para kompetitor dan pandangan pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Positioning biasanya menggambarkan penawaran yang diberikan oleh perusahaan, relatif terhadap atribut produk atau jasa tertentu dan merupakan satu hal yang paling diperhatikan oleh pelanggan. Beberapa atribut biasanya meliputi harga, kualitas dan kenyamanan, yang dapat diberi skala mulai dari tinggi ke rendah. 2.11 Marketing Mix-7p Menurut (Kotler & Amstrong, Principles of Marketing, 2010), bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan 31 perusahaan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan di pasar sasaran. Bauran pemasaran dikelompokkan menjadi empat P yaitu Product (produk), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi). Menurut (Ratih, 2008), mengemukakan bahwa “Bauran pemasaran adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen, dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen”. Menurut (Ratih, 2008), bauran pemasaran dapat diperluas dengan penambahan unsur non-tradisional marketing mix, yaitu people (orang), physical evidence (fasilitas fisik), dan process (proses) sehingga semuanya menjadi unsur 7P. Berikut ini penjelasan unsur 7P adalah sebagai berikut : 1. Product Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. 2. Price Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. 3. Place Tempat adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. 32 4. Promotion Promosi adalah semua jenis kegiatan yang ditujukan untuk mendorong permintaan. 5. People People Adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam penyajian jasa dan dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen. 6. Physical Evidence Physical Evidence yaitu Lingkungan tempat jasa di-deliver dan tempat perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, beserta semua komponen tangible yang memfasilitasi kinerja dan komunikasi jasa. 7. Process Proses adalah Prosedur, mekanisme dan arus aktivitas aktual saat jasa dideliver: delivery dan sistem operasi jasa. Gambar 2.5 Strategi Marketing 7P 33 2.12 Analisis Five Force Porter Porter five forces dikembangkan pertama kali oleh Michael porter. Porter five forces adalah suatu tool untuk menganalisa lingkungan yang kompetitif yang berpengaruh pada pemasaran suatu produk. Michael E. Porter merupakan salah satu marketing merupakan salah satu ahli marketing terkenal. Teori Porter yang paling terkenal adalah Porter’s Five Forces Analysis. Menurut (Porter, 2008), definisi analisis Five Forces ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk memiliki potensi yang menguntungkan dimana keuntungan tidak hanya diambil dari kondisi yang baik tetapi juga harus dari kondisi yang lemah. Gambar 2.6 Five Force Porter Porter’s Five Forces Analysis terdiri dari lima analisis yaitu : 1. Ancaman Produk atau Jasa pengganti (Threat Of Subtitute Product and Services), dimana cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat 34 menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah. 2. Persaingan di antara pemain yang sudah ada (Rivalry Among Existing Firms), dimana analisis Bagaimana kuatnya persaingan diantara pemain yang sudah ada.Apaka ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama. 3. Ancaman Pendatang Baru (The Threat of New Entrants), dimana di dalam analisis ini melihat bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada. 4. Daya tawar dari supplier (The Bargaining Power Of Suppliers), dimana analisis ini melihat bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka memonopoli supply barang. 5. Daya tawar dari pembeli (Bargaining Power of Customers), dimana analisis ini Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan utk menentukan kemana dia akan melakukan transaksi 2.13 Sumber Daya Dalam Bisnis Sumber daya keuangan adalah uang yang di sediakan untuk perusahaan yang harus di bayar kembali pada suatu waktu. Kewajiban membayar biasaya di jaminkan dengan property atau oeralatan yang di beli melalui bisnis, atau dari harta pribadi pengusaha. Pendanaan dengan ekuitas adalah uang yang di sediakan untuk perusahaan yang memungkinkan penyedia memiliki hak dan kepemilikan dalam perusahaan dan tidak di harapkan harus di bayar kembali. 35 Sumber daya keuangan : 1. Angels Invest Menururt (Bygrave & Zacharakis, 2011), dalam tahap awal perusahaan yang belum memiliki cukup modal dan matang untuk menerima uang dari ventrure capital. Sifat dari angels invest ini adalah tidak terlalu memikirkan kapan bisa mendapatkan untung. Biasanya yang menjadi Angels Invest adalah keluarga. 2. Venture capital Menururt (Bygrave & Zacharakis, 2011), hampir selalu diinvestasikan dalam perusahaan-perusahaan yang sudah dalam bisnis dan telah menunjukkan potensi untuk menjadi bintang atau lebih baik lagi superstars dalam industri mereka. 2.14 Diferensiasi Menurut (Ritson, Strategic Management, 2011), mengemukakan bahwa, strategi diferensiasi dilakukan berdasarkan : Menyediakan barang atau jasa yang unik atau berbeda dari yang ditawarkan oleh para pesaing. Menyediakan barang atau jasa yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada yang ditawarkan oleh pesaing. Meningkatkan kepuasan pembeli. Meningkatkan nilai yang dirasakan oleh pembeli. 2.15 Perencanaan Bisnis (Business Plan) Menurut (Bygrave & Zacharakis, 2011), perencanaan bisnis merupakan sebuah dokumen yang disiapkan oleh wirausaha, dimana biasanya berhubungan 36 dengan profesi mereka yang memberian detail perihal masa lalu, masa sekarang dan masa depan perusahaan. Perencanaan bisnis ialah setiap rencana yang disusun untuk sebuah bisnis agar melihat ke masa depan, mengalokasikan sumber daya, berfokus pada key poin, dan mempersiapkan diri untuk masalah dan kesempatan yang ada. Jadi perencanaan bisnis adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausaha yang menggambarkan semua unsur yang relevan baik internal maupun eksternal mengenai perusahaan untuk memulai pada waktu usaha. Adapun isinya sering merupakan perencanaan terpadu menyangkut pemasaran, permodalan, operasional dan sumber daya manusia. Kegunaan dari pembuatan perencanaan bisnis ini sebagai berikut : 1. Kegiatan penelitian (bisnis) yg akan dilaksanakan / sedang berjalan tetap pada jalur yang direncanakan. 2. Pedoman untuk mempertajam rencana-rencana yang diharapkan. 3. Alat untuk mencari dana dari pihak ketiga (investor, lembaga keuangan dll) Sebuah perencanaan dikatakan baik dan sukses memerlukan tiga hal penting, yakni : Kemana kita akan menuju Dimana posisi kita sekarang Bagaimana kita akan mencapai tujuan tersebut dari posisi yang sekarang 37 Executive Summary Industry, Customer, Competitor Company & Product Team Operations Plan Marketing Plan Crtitical Risks Offering Financial Plan Gambar 2.7 Tahapan Business Plan 2.16 Delapan Aturan Emas dalam perancangan user interface Menurut (Shneiderman & Plaisant, 2010), terdapat 8 prinsip dari perancangan sebuah interface, adalah: 1. Berusaha Untuk Konsisten Aturan ini merupakan aturan yang paling sering dilanggar. Urutan aksi yang konsisten diperlukan pada situasi yang sama, istilah yang serupa harus digunakan pada promp, menu, dan layar bantuan. Serta konsistensi pada warna, layout, kapitalisasi huruf, dan lainnya. 2. Memungkinkan Pengguna sering menggunakan shortcut Semakin bertambahnya penggunaan, begitu juga dengan keperluan pengguna untuk mengurangi jumlah dari interaksi dan menambah jangka waktu dari interaksi. Kunci khusus perintah tersembunyi, dan perintah 38 tersembunyi akan sangat dihargai pengguna yang berpengetahuan. Waktu respon yang cepat dan tampil dengan cepat adalah hal yang menarik bagi pengguna yang sering menggunakan program. 3. Menawarkan umpan balik yang informatif. Setiap hal yang dilakukan oleh pengguna, harus ada sebuah sistem yang memberikan umpan balik. Presentasi visual dari objek yang menarik, menyediakan sebuah lingkungan yang nyaman untuk melanjutkan perubahan secara ekspilisit. 4. Merancang dialog untuk mengakhiri hasil Serangkaian aksi seharus diatur dalam grup-grup dari awal, pertengahan hingga akhir. Umpan balik yang informatif pada penyeleksian dari aksi sebuah grup dapat memberikan kepuasan atas keberhasilan kerja. Rasa lega, menghasikan pilihan yang tidak pasti dari pemikiran, dan sebuah indikasi bahwa jalan sudah tersedia untuk melakukan aksi berikutnya. 5. Menawarkan pencegahan kesalahan dan penganganan kesalahan yang mudah Sebisa mungkin, rancang sebuah sistem dimana pengguna tidak akan melakukan kesalahan serius. Jika pengguna melakukan kesalahan, sistem harus bisa mendeteksi kesalahan dan menawarkan sebuah penanganan yang mudah digunakan, membangun, dan spesifik. 6. Mengijinkan pembalikan aksi yang mudah Sebisa mungkin, aksi yang teah dilakukan dapat dikembalikan lagi. Ketika pengguna mengetahui kalau terjadi kesalahan yang dapat dikembalikan, 39 maka akan mendorong pengguna untuk mengeksplor pilihan-pilihan yang tidak dikenal. 7. Mendukung proses pengawasan internal Operator yang berpengalaman mempunyai keinginan yang kuat untuk ikut serta dalam penaganan sistem, dan sistem tersebut merespon aksi yang mereka lakukan. 8. Mengurangi ingatan jangka pendek Keterbatasan dari pemrosesan informasi pada manusia dalam hal memori jangka pendek, membuat tampilan harus dibuat sederhana, penampilan halaman yang banyak bisa dikosolidasi, pemindahan tampilan layar dapat dikurangi, dan sebagainya.