peran pendidikan kesmas rumah sakit untuk peningkatan status

advertisement
PERAN PENDIDIKAN KESMAS RUMAH SAKIT UNTUK PENINGKATAN
STATUS RSUD SERUI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PROVINSI PAPUA
THE ROLES OF THE HOSPITAL COMMUNITY HEALTH EDUCATION IN
INCREASING THE STATUS OF SERUI LOCAL GENERAL HOSPITAL IN
YAPEN ISLAND REGENCY, PROVINCE OF PAPUA
Rodaspus Ronald Patay1, Rusli Ngatimin2, Sukri Palutturi3
1
Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Makassar, 2Bagian Epidemiologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi :
Rodaspus Ronald Patay
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makassar, 90425
HP : 082187080914
Email :
ABSTRAK
Rumah Sakit Umum Daerah Serui yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Zending, didirikan oleh Pendeta
Bouth pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda Tahun 1928, berkembang sampai saat ini menjadi sebuah
Rumah Sakit Umum Daerah Serui Kelas D Minus. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui peran Pendidikan
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit untuk peningkatan status RSUD Serui dari tipe D ke C di Kabupaten
Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis kajian
akademi di RSUD Serui Kabupaten Kepulauan Yapen. Data diperoleh dengan pengumpulan data, menggunakan
teknik triangulasi yaitu wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara,
telaah dokumen, dan pengamatan secara langsung (observasi), informen sebanyak 29 orang, 3 orang masyarakat
lingkungan Rumah Sakit, 3 orang keluarga pasien, 3 orang pasien, 19 orang Kepala Unit Pelayanan Rumah
Sakti dan 1 orang Kepala Penunjang Medik dan Keperawatan. Pasien tidak merasa nyaman, tapi perawatnya
baik dan ramah. Keluarga pasien (Pembesuk) diijinkan menjaga keluarganya yang sakit, merasa tidak nyaman di
Rumah Sakit karena ruangan tidak layak. Petugas mengakui adanya kebijakan Bupati dan DPRD Kabupaten
Kepulauan Yapen untuk peningkatan status RSUD Serui dari tipe D ke C Tahun 2014 sampai dengan 2015.
Masyarakat disekitar lingkungan merasa nyaman, selalu berobat ke Rumah Sakit. Saran kepada Bupati dan
DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen memindahkan pelayanan dari bangunan Lama RSUD Serui ke bangunan
baru untuk memenuhi salah satu syarat perpindahan tipe Rumah Sakit sambil melengkapi sarana, prasana dan
kebutuhan tenaga Medis, Para-Medis serta Non-Medis sesuai standar pelayanan kesehatan.
Kata Kunci : Peran PKMRS, Pasien, Pembesuk, Petugas Rumah Sakit, Masyarakat
ABSTRACT
Serui General Hospital which is previously known as Serui Zending Hospital, founded by Bouth Clergy during
the Dutch Colonial in 1928. To day, the hospital has inproved and become the Serui, District General Hospital
Class D Minus. This research aimed to investigate the roles of the hospital community health education in
increasing the status of Serui Local General Hospital in Yapen Islands Regency, Papua Province. The research
was a qualitative research with the academic analytical approach, and conducted in Serui Local General
Hospital (Serui LGH), Yapen Islands Regency. The data were collected through the triangular technique of indepth interviews using the interview manual, document studies, and direct observation. The total 29 informants
consisted of 3 persons from the hospital, 3 persons from the patients' relatives, 3 patients, 19 heads of the
service units of the hospital, and 1 head of the Medical and Nursing Proponent. The research results revealed
that the community around the hospital felt comfortable and always came to the hospital for medication, the
patients' relatives were allowed the accompany the patients in the hospital, and the nurses were kind and
friendly, though the patients often felt uncomfortable staying in the hospital because of the bad conditions of the
wards. It was also found that the hospital officials were aware that both the Regent and the Local Parliament
(DPRD) of Yapen Islands Regency had a policy to increase the status of Serui Local General Hospital from
Type Din 2014 to Type C in 2015.
Keywords: the roles of the hospital community health education (HCHE), community, patients, hospital
personnel.
PENDAHULUAN
Rumah Sakit sebagai salah satu organisasi penyedia fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis
tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang khususnya dalam dunia kedokteran
perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar
(Adisasmito, 2012).
Menurut Supriyanto S. & Ernawaty. (2010) permasalahan yang sering muncul di
Rumah Sakit Daerah adalah sarana yang tidak lengkap sehingga pasien akan memilih
periksa ke dokter praktek atau memeriksakan diri ke Rumah Sakit yang lebih lengkap. Salah
satu upaya peningkatan pelayanan Rumah Sakit terhadap masyarakat adalah penambahan
jumlah tenaga kesehatan, sarana dan fasilitas pendukung. Dengan bertambahnya tenaga
kesehatan seperti dokter spesialis, sarana seperti tempat tidur, dan ruang perawatan maka
Rumah Sakit dapat berbenah untuk meningkatkan tipe Rumah Sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Serui adalah Rumah Sakit Zending didirikan
oleh Pdt. D.C. Bouth pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda tahun1928 (Rumainum,
1966). Kini berkembang menjadi sebuah Rumah Sakit Umum Daerah Serui Kelas D minus.
Oleh karena itu perubahan status RSUD Serui dari tipe D ke tipe C sangat perlu diupayakan
untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat. (BPK Provinsi Papua, 2013).
Suatu Rumah Sakit tipe C mempunyai persyaratan yaitu dapat memberi pelayanan
sekurang-kurangnya 4 ahli spesialis dan sub spesialis yaitu spesialis anak, penyakit dalam,
bedah, dan kebidanan/kandungan
dengan
kemampuan rujukan
tingkat Propinsi/
Kabupaten/Kotamadya. Memiliki daya tampung ≥100 tempat tidur dan perbandingan
Tempat Tidur : Tenaga Para Medis Perawatan = 2:3 yang berarti setiap tempat tidur harus
mempunyai dua orang perawat. Saat ini RSUD Serui mempunyai jumlah tempat tidur baru
73 buah jadi masih dibutuhkan sekitar 127 buah tempat tidur untuk mencapai syarat minimal
tempat tidur Rumah Sakit tipe C (PKRS, 2006).
Sumber Daya Manusia (SDM) di RSUD Serui yaitu dokter umum 14 orang, dokter
spesialis 5 orang (Spesialis Penyakit Dalam, Anak, Bedah, Kebidanan dan Kandungan serta
Spesialis Mata), perawat 160 orang, perawat gigi 2 orang, bidan 8 orang, apoteker 3 orang,
asisten apoteker 11 orang, penyuluh kesehatan 5 orang, analis kesehatan 2 orang, gizi 22
orang, tenaga ambulance 5 orang, satpam 5 orang, laundry 4 orang, cleaning service 16
orang, tenaga teknik 4 orang dan administrasi 78 orang (BPK Provinsi Papua, 2013). Adanya
keluhan pasien dan keluarga pasien/pembesuk terhadap perilaku petugas yang tidak melayani
dengan ramah, fasilitas Rumah Sakit yang tidak lengkap seperti ruangan yang tidak memadai
sehingga pasien yang seharusnya sudah harus dirawat/dipindahkan ke ruang rawat tetapi
harus di rawat di Unit Gawat Darurat (UGD) dengan alasan ruangan rawat penuh (Aditama,
2003).
Tugas Pokok PKMRS adalah 1. Bagi pasien: 1) Meningkatkan pengertian dan sikap
ingin cepat sembuh, 2) Memberi pengertian kepada orang sekitarnya/keluarga, 3) Memberi
pengertian/pengetahuan dan sikap tentang penggunaan fasilitas kesehatan secara tepat dan
benar. 2. Bagi keluarga pasien: 1) Mengerti & mendukung dalam upaya penyembuhan
pasien, 2) Membantu upaya pencegahan agar keluarga tidak tertular penyakit yang sama, 3)
Membantu pasien yang sudah sembuh untuk meningkatkan kesehatannya agar penyakitnya
tidak terulang lagi. 3. Bagi petugas Rumah Sakit: 1) Mengembangkan pelayanan paripurna,
memperpendek lama perawatan, mencegah terjadinya komplikasi, 2) menurunkan angka
infeksi nosokomial, menurunkan angka kematian, hal-hal yang menyangkut kinerja Rumah
Sakit), 3) Menciptakan Rumah Sakit yang bersih dan sehat, 4) Mencerminkan kinerja
petugas. 5) Rumah Sakit yang disiplin dengan perilaku bersih, sehat, dan ramah lingkungan.
4. Bagi masyarakat lingkungan Rumah Sakit: 1) Mengerti & mendukung dalam upaya
pencegahan penyakit menular, 2) Mempraktekkan PHBS Menjaga dan meningkatkan kondisi
lingkungan yang bersih dan sehat.
Sasaran PKMRS adalah petugas, pasien, keluarga pasien, pengunjung dan masyarakat
yang berada/tinggal di sekitar Rumah Sakit. Sedangkan Tujuan PKMRS adalah adanya
dukungan kebijakan untuk pelaksanaan sebagai bagian integral peningkatan kualitas
manajemen organisasi yaitu: Rumah Sakit memiliki kebijakan tertulis tentang PKMRS
(PKRS, 2006).
Penelitian Herman (2010), di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Kota Makassar
menyatakan pemenuhan aspek kebijakan manajemen terkait maka perlu Komitmen petinggi
Rumah Sakit dr Tadjuddin Chalid tinggi untuk menjalankan program promosi kesehatan di
Rumah Sakit.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran pendidikan kesehatan masyarakat
Rumah Sakit untuk peningkatan status RSUD Serui dari tipe D ke C di Kabupaten Kepulauan
Yapen Provinsi Papua.
BAHAN DAN METODE PENETILIAN
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Serui Kabupaten
Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Jenis kualitatif dengan pendekatan analisis kajian akademi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Serui
Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Oktober sampai dengan November 2014. Pengolahan data selama ±14 hari terhitung tanggal
01 November sampai dengan 14 November 2014
Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu wawancara mendalam
(indepth interview) dan Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)/FGD (Focus Group Discussion)
dengan menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan secara langsung (observasi)
pada informen yang ada informan pasien, keluarga pasien petugas Rumah Sakit dan
masyarakat di lingkungan Rumah Sakit (Burhan, 2001).
Teknik Analisa Data
Hasil penelitian ini di analisis data, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung
dan setelah selesai pengumpulan data. Analisis data yang digunakan adalah menurut Miles
dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013), yaitu melalui tiga tahapan : Reduksi data (Data
Reduction); Merupakan proses pemilihan, pemusatan, penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang ditemukan di lapangan. Dengan kata lain, pada tahap in
dilakukan analisis untuk menggolongkan data sesuai dimensi penelitian, membuang data
yang tidak perlu, mengarahkan, dan mengorganisasi data. Penyajian Data (Data Display);
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan
dalam bentuk uraian singkat (teks naratif). Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion
drawing/Verification); Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Analisis pada alur ini adalah
mencari makna benda-benda dan peristiwa, pola-pola dan alur sebab akibat untuk
membangun preposisi.
HASIL
Dari hasil wawancara secara mendalam dengan informan peneliti menemukan
keinginan pasien, keluarga pasien, petugas Rumah Sakit dan masyarakat yang ada di
lingkungan Rumah Sakit adanya keluhan untuk perubahan RSUD Serui. Tanggapan
Pasien Terhadap Pelayanan Yang Ada Di RSUD Serui
Sebagai orang sakit kami tidak diberikan penjelasan tentang Pendidikan Kesehatan
Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), begitupula dengan penyakit yang kami derita tidak
diberikan penjelasan, kami pula tidak tau tentang pentingnya PKMRS di Rumah Sakit,
selanjutnya kami tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, tetapi masih ada petugas yang
masih melayani dengan ramah. Adapun wawancara dengan pasien sebagai berikut :
Saya tidak pernah dijelaskan tentang apa itu Pendidikan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
(PKMRS) oleh petugas, maupun penyakit yang saya derita, saya merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan yaitu makanannya baik dan petugasnya melayani dengan ramah (RB, 43 Tahun, 22 Oktober
2014)
Saya tidak diberikan penjelasan tentang PKMRS di RSUD Serui serta fungsinya, kami juga tidak
dapat penjelasan dari dokter maupun perawat tentang penyakit yang saya alami, tetapi saya merasa
puas dengan pelayanan yang diberikan, bahkan petugas tidak melayani dengan ramah, saya stress
dengan pemasangan infuse (LA, 42 Tahun, 22 Oktober 2014)
Saya tidak diberikan penjelasan tentang PKMRS, bahkan penyakit yang saya derita, dokter
memeriksa tetapi tidak memberikan penjelasan tentang penyakit yang saya alami, tidak merasa puas
dengan pelayanan dari petugas, ruangan ribut, orang keluar masuk ruangan bebas dan saya menilai
petugas itu baik dan ramah (GMT, 51 Tahun, ) 13 Oktober 2014
Tanggapan Keluarga Pasien (Pembesuk) Yang Mendampingi Orang Sakit di RSUD Serui
Mereka diijinkan oleh petugas untuk membesuk dan menjaga keluarga mereka yang
sakit, sementara dokter dan perawat tidak memberikan informasi tentang penyakit yang di
derita oleh pasien kepada mereka, dari sisi bangunan Rumah Sakit tidak layak untuk merawat
orang sakit, juga ada pasien yang sering di rujuk ke Rumah Sakit lain dan mereka tidak mau
keluarganya di rawat di RSUD Serui karena tidak memuaskan. Selanjutnya kutipan
wawancara sebagai berikut :
Kami keluarga pasien boleh diijinkan untuk menjaga pasien selama sakit, kemudian perawat dan
dokter tidak pernah menjelaskan kepada kami penyakit yang dialami oleh pasien, memang Rumah Sakit
ini masih layak untuk melayani orang sakit, keluarga kamipun pernah di rujuk dari Rumah Sakit ini ke
Jayapura dengan penyakit gangguan ginjal menurut dokter, dan keluarga saya yang dirawat disini tidak
menyenangkan; Rumah Sakit kotor, perawat kurang baik dan kami ingin cepat pulang ke rumah (HT, 33
Tahun, 15 Oktober 2014)
Tidak ada informasi tentang pendamping pasien, bahkan kami tidak ditegur tetapi dibiarkan
mendampingi pasien, ruangan ini tidak layak untuk merawat orang sakit, pernah keluarga kami dirujuk
dari RSUD Serui ke Jayapura dengan penyakit Tumor dan kami tidak merasa senang tinggal di sini
(FW, 26 Tahun, 26 Oktober 2014)
Petugas menyampaikan kepada kami secara langsung untuk menjaga pasien di ruangan, dokter
memberikan pejelasan kepada kami tentang penyakit yang dialami, yaitu operasi usus buntu, Rumah
Sakit ini tidak layak untuk merawat orang sakit, dan pernah keluarga kami dirujuk ke Jayapura dan tidak
menyenangkan bagi kami selama ada di Rumah Sakit (YO, 49 Tahun, 22 Oktober 2014)
Tanggapan Petugas Sebagai Pemberi Pelayanan Di RSUD Serui
Dari 20 petugas di masing-masing unit pelayanan 15 orang setuju dengan adanya
kebijakan Bupati Kabupaten Kepulauan Yapen untuk perpindahan tipe Rumah Sakit dari D
ke C, dukungan dari DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen kepada Bupati
disetujui.
Selanjutnya untuk peralatan dan gedung tidak layak untuk digunakan, kemudian yang telah
mengikuti pelatihan sebanyak 13 orang dari 20 petugas. Berikut kutipan wawancara sebagai
berikut :
Ada kebijkan bapak Bupati untuk peningkatan tipe Rumah Sakit terbukti membangun RSUD Serui
yang baru, didukung oleh DPRD dalam keputusan sidang, peralatan yang digunakan tidak layak,
dengan ruangan yang tidak layak pula untuk pelayanan dan saya telah diberikan kesempatan untuk
mengikuti Pelatihan Gawat Darurat di RSCM Jakarta bulan Mei s.d. Juli 2014 (BB, 32 Tahun, 30
Oktober 2014)
Jelas ada kebijkan dari bapa Bupati, ini Rumah Sakit paling Tua di Papua ternyata tidak terdaftar
di Depkes kami rindu pindah dari tipe D ke C, DPRD tidak pernah datang untuk melihat keluhan dari
petugas, alat yang digunakan tidak layak masih ada peninggalan Zaman Belanda masih perlu
penambahan alat, Bangunan Rumah Sakit untuk melayani pasien yang di operasi dan saya pernah ikut
Pelatihan Infeksi Nosokomal untuk perawat Kamar Operasi di Jayapura tahun 2009 (SH, 54 Tahun, 31
Oktober 2014 )
Ada kebijakan dari Bapak Bupati untuk pindah tipe dari D ke C yang dengan bangunan RSUD
Serui yang baru, DPRD menyetujui keputusan Bapak Bupati, alat yang kami gunakan dilaboratorium
layak tetapi masih perlu penamabahan contoh alat darah rutin, sedangkan Gedung yang kami gunakan
ini Zaman Belanda sudah tidak layak dan pernah saya ikut Pelatihan TB Paru dan HIV di Jayapura (WS,
36 Tahun, 07 November 2014)
Ada kebijkan dari Bapak Bupati untuk pindah tipe RSUD Serui dari D ke C salah satunya
dibangun Rumah Sakit yang baru dan fasilitas pendukung lainnya yang baru pula, DPRD mendukung
program Bapak Bupati melalui rapat khusus dan keputusan yang diturunkan ke SKPD terkait, peralatan
yang digunakan masih banyak peninggalan Zending Belanda contoh Standart infus masih baik jadi
banyak alat pula yang tidak layak, kemudian gedung ini juga peninggalan Belanda juga sudah tidak
layak digunakan karena banyak yang sudah rusak. Saya Kepala Keperawatan bulan April Tahun 2014
bersama Tujuh orang Kepala Ruangan mengikuti Pelatihan Manajemen Bangsal di Biak penyelenggara
dari RSUP Santa Carolus Jakarta (EEA, 47 Tahun, 30 Oktober 2014 )
Bapak Bupati mendukung peningkatan tipe Rumah Sakit dari D ke C dengan membangun
bangunan yang baru, DPRD pula menyetujui keputusan Bupati dengan keputusan sidang, tetapi
peralatan yang kami gunakan belum layak melayani pasien, sama halnya dengan gedung peninggalan
Belanda yang sudah banyak rusak. Kami sebagai penanggung Jawab PoliK Rawat Jalan RSUD Serui
diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan Manajemen Bangsal Tahun 2014 (ESKS, 46 Tahun, 30
Oktober 2014 )
Ada kebijakan Bapak Bupati untuk peningkatan tipe RSUD Serui dari D ke C, belum ada
sosialisasi untuk dukungan dari DPRD Yapen, peralatan untuk penanganan jenazah masih layak, tetapi
gedung yang digunakan sudah tidak layak, kemudian saya tidak pernah mengikuti pelatihan untuk
penanganan jenazah (EW, 49 Tahun, 29 Oktober 2014 )
Ada perhatian dari Bapak Bupati yaitu menginginkan segera pindah ke Rumah Sakit Baru, kalau
dari DPRD belum ada sosialisasi untuk mendukung, selanjutnya gedung yang lama tidak layak
digunakan, tetapi peralatan masih layak di Apotik dan saya sudah ikut Pelatihan Kefarmasian sebanyak
tiga kali di Jayapura (SY, 44 Tahun, 28 Oktober 2014 )
Kebijakan Bapak Bupati ada yaitu kami segera pindah dari RSUD Lama ke baru Tahun 2014,
belum ada sosialisasi dari DPRD ke unit pelayanan, alat memang ada tetapi banyak yang belum layak,
gedung tidak cukup untuk menampung alat radiologi yang akan digunakan, dan saya sudah ikut
Pelatihan Radiologi dua kali di Jakarta dan Jayapura (PR, 54 Tahun, 29 Oktober 2014 )
Ada kebijkan dari Bapak Bupati yaitu sudah dibangun gedung baru tunggu peresmian, sosialisai
dari DPRD ke kami di Rekam Medis mengenai pindah tipe belum ada, alat yang kami gunakan sudah
lengkap terutama computer, gedung sudah tidak layak, dan sudah mengikuti pelatihan (FA, 29 Tahun, 29
Oktober 2014 )
Sudah ada peningkatan dibidang tenaga dan fisik bangunan, terbukti RSUD yang baru sudah siap,
DPRD mendukung dengan pembahasan di sidang untuk peningkatan status RSUD serui, alat yang
digunakan tidak layak, maupun bangunannya sudah rusak. Saya belum pernah mengikuti pelatihan
selama jadi kepala bangsal di Ruangan Penyakit Dalam Wanita (NBM, 44 Tahun, 23 Oktober 2014 )
Untuk kebijakan Bupati sebelumnya tidak ada, tetapi setalah Bupati terpilih tahun 2012 baru ada
kebijkan untuk peningkatan status RSUD serui bersamaan dengan keputusan DPRD dalam sidang APBD
Yapen, alat yang kami gunakan untuk menolong pasien sangat tidak layak, gedung di Ruangan Peyakit
Dalam Pria sudah tidak memenuhi syarat karena jumlah pasien lebih banyak dari temapt tidur yang
tersedia. Saya sebagai kepala bangsal sudah ikut Pelatihan Manajemen Bangsal tahun 2014 di Biak
(GHP, 49 Tahun, 23 Oktober 2014 )
Ada kebijakan Bapak Bupati untuk peningkatan status RSUD Serui dengan membangun Rumah
Sakit Baru, begitupula di dukung oleh DPRD dalam keputusan sidang APBD, kalau peralatan dan
gedung Ruangan Anak memang sudah tidak layak dan saya baru Pelatihan Manajemen Bangsal tahun
2014 di Biak (MT, 38 Tahun, 22 Oktober 2014)
Ada kebijkan Bapak Bupati yaitu prsarana RSUD yang baru sudah disiapkan dan pemberian ijin
kepada petugas yang melanjutkan pendidikan, DPRD memberi dukungan melalui sidang APBD Yapen,
peralatan yang digunakan belum layak, bangunan Ruang Penyakit Bedah tidak cukup untuk menampung
pasien. Pada bulan April 2014 ikut Pelatihan Manajemen Bangsal di Biak (CW, 39 Tahun, 04 November
2014)
Belum ada kebijakan dari Bapak Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit melalui sosialisasi
di ruangan, sama halnya dengan DPRD, serta perlatan dan bangunan yang tidak layak dan saya tidak
pernah mengikuti pelatihan selama bekerja di Ruang Bersalin (ER, 42 Tahun, 20 Oktober 2014 )
Untuk peningkatan status RSUD Serui dari tipe D ke C melalui kebjikan Bapak Bupati dan
dukungan DPRD tidak ada sosialisasi di Rumah Sakit, peralatan yang digunakan layak apa adanya,
bangungan yang digunakan di Ruang Rehabilitasi tidak layak. Sudah pernah ikut Pelatihan Rehabilitasi
Tahun 2007 (JS, 50 Tahun, 31 Oktober 2014)
Kebijkan dari Bapak Bupati dan peran DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen dalam peningkatan
status belum terlihat bagi kami di Ruang Laoudry, begitupula dengan peralatan dan bangunan yang
tidak layak untuk digunakan, maupun pelatihan dari pimpinan (N, 46 Tahun, 21 Oktober 2014)
Ada kebijakan dari Bapak Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit, di Ruangan Gizi ada
perubahan status gizi, sedangkan dari DPRD Yapen adanya peninjauan langsung ke lokasi RSUD Serui
yang baru, kalau peralatan belum layak, bangunan yang digunakan kalau tipe D sudah layak. Saya
belum ikut pelatihan (AFM, 24 Tahun, 22 Oktober 2014)
Baik dari Bupati maupun DPRD belum ada sosialiasi untuk peningkatan status RSUD Serui di
unit Ambulance, peralatan kendaraan masih gunakan yang lama belum ada yang baru, gedung belum
ada dan pelatihan pun belum ada mengenai penggunaan ambulance yang benar dan efisien (BW, 48
Tahun, 31 Oktober 2014)
Ada kebijakan dari Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit salah satunya pembangunan
gedung yang baru, DPRD Yapen belum ada peran untuk peningkatan status Rumah Sakit, peralatan dan
bangunan di Ruangan Perinatologi belum layak. Saya sudah ikut Pelatihan APN yaitu Rerusitasi Bayi
(AB, 48 Tahun, 23 Oktober 2014)
Ada kebijakan dari Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit, tetapi dari pimpinan setempat
tidak mendukung, DPRD Yapen mendukung untuk peningkatan status Rumah Sakit, selanjutnya
peralatan dan bangunan tidak memenuhi syarat. Saya tidak pernah diberi kesempatan oleh Direktur
untuk Pelatihan Sanitasi Lingkungan (DS, 58 Tahun, 01 November 2014)
Tanggapan Masyarakat Yang Ada Di Sekitar Lingkungan RSUD Serui
Masyarakat yang ada di lingkungan RSUD Serui biasanya berobat ke Rumah Sakit,
merasa aman, tetapi Rumah Sakit ini sudah tidak layak untuk melayani orang sakit dan belum
pernah ada petugas Rumah Sakit yang memberikan penyuluhan ataupun sosialisasi kepada
masyarakat sekitar Rumah Sakit tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Dimana ada
kutipan wawancara sebagai berikut :
Saya dan keluarga biasanya berobat ke Rumah Sakit, ruang rawat inap sangat aman pada
Zaman belanda, tetapi sekarang kurang nyaman masalah kebersihan, siapa saja bisa masuk ke ruang
rawat, Rumah Sakit ini tidak layak melayani orang sakit, Rumah Sakit ini sebelumnya didirikan oleh
pemerintah Belanda Tahun 1928 oleh Pendeta Bouth, dan selama ini saya tidak mendengar ada
sosialisasi tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) (JW, 73 Tahun, 27 Oktober 2014)
Saya berobat ke Rumah Sakit karena sebelumnya biasanya berobat ke RSUD Serui, merasa
aman, tidak ada gangguan di lingkungan RSUD Serui, RSUD Serui sudah tidak layak untuk
digunakan, merupakan Rumah Sakit Zending/Belanda dan kami tidak pernah dapat sosialisasi tentang
PHBS (DS, 63 Tahun, 22 Oktober 2014 )
Kami sekeluarga berobat ke RSUD Serui karena tinggal dekat Rumah Sakit, kami merasa aman
tinggal di lingkungan Rumah Sakit, tidak layak RSUD Serui untuk digunakan lagi, dimana
bangunannya peninggalan Belanda dan belum pernah ada sosialisasi tentang PHBS (PK, 61 tahun, 22
Oktober 2014)
PEMBAHASAN
Penelitian ini menemukan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kepada
pasien di ruang rawat inap dinilai oleh pasien mereka puas, karena memang tidak ada Rumah
Sakit lain lagi di Kabupaten ini sehingga mereka menerima pelayanan dengan apa adanya.
Peningkatan status RSUD Serui dari tipe D ke C adalah kebijakan Bupati perlu
dukungan dari DPR Yapen yang diputuskan dalam sidang APBD untuk memenuhi pelayanan
di Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan pasien. Adapun kriteria dalam penelitian ini melalui
empat variable yang terdiri dari Masyarakat yang ada di sekitar lingkungan Rumah Sakit,
Keluarga pasien/Pembesuk, Pasien dan Petugas Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai penyedia layanan kesehatan dalam sektor perawatan juga
sebagai tempat untuk menyelenggarakan pendidikan atau pelatihan dan penelitian dapat
mengintegrasikan prinsip-prinsip promosi kesehatan ke alam kegiatan rutin yang
dilaksanakannya. Hal ini berarti, dalam memberikan pelayanan secara umum, fokus pada
pemberdayaan pasien untuk menjadi penyedia kesembuhan dan proses rehabilitasinya sendiri,
sebagaimana mempertahankan kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya : a)
Mengimplementasikan pelayanan baru untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit sebagai
tambahan dalam pelayanan kesehatan yang disediakan secara rutin oleh Rumah Sakit; b)
Mengembangkan Rumah Sakit sebagai tempat pelayanan promosi kesehatan termasuk dalam
pemberian jaminan kualitas dan perbaikan medis, keperawatan, pelayanan, psikososial, dll. Selain itu
fokus intervensi tidak hanya pada intervensi saat krisis tetapi juga kualitas hidup dan keseluruhan
kesejahteraan pasien; c) Menjadi penyedia layanan keperawatan dan penanganan yang
memperhatikan prinsip holistik, berkesinambungan, dan terintegrasi. Hal ini termasuk memperhatikan
aspek penyuluhan dan pencegahan sesudah fase penanganan kuratif dan rehabilitatif; d) Mengikuti
prinsip pemberdayaan, yaitu Rumah Sakit sebagai promotor kesehatan menawarkan kesempatan bagi
pasien dan kerabatnya untuk lebih berpartisipasi dalam upaya promosi kesehatan di Rumah Sakit.
Promosi kesehatan pada pasien di Rumah Sakit mulai dari pendaftaran hingga
pemeriksaan medik. Ruang pendaftaran adalah ruangan pertama yang harus dikunjungi
pasien yang datang ke Rumah Sakit (kecuali pasien gawat gawat). Di ruang ini terdapat
sebuah atau beberapa buah loket untuk mendaftar. Setelah selesai mendaftar, barulah pasien
diarahkan ke tempat pelayanan sesuai yang dibutuhkannya. Misalnya ke poliklinik penyakit
dalam atau poliklinik anak, atau bahkan ke ruang perawatan (Notoatmodjo, 20013).
Ruang konseling sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi atau alat
peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif digunakan di sini
misalnya adalah lembar balik (flash cards), gambar-gambar atau model-model anatomi, dan
tayangan menggunakan OHP atau laptop & LCD.
Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat ingin
mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis
dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, seperti misalnya apatis-agresif, atau menarik
diri. Konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap pasien rawat inap yang
belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam
hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus mendatangi pasien demi pasien, duduk di
samping tempat tidur pasien tersebut, dan melakukan pelayanan konseling. Oleh karena harus
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka alat peraga atau media komunikasi yang
digunakan haruslah yang mudah dibawa-bawa seperti lembar balik (flashcards), gambargambar atau foto-foto. Alat peraga tersebut sebaiknya sesedikit mungkin mencantumkan
kata-kata atau kalimat. Jika di ruang perawatan pasien terdapat televisi, mungkin ia dapat
membawa VCD/ DVD player dan beberapa VCD/DVD berisi informasi tentang penyakit
pasiennya (Wijono, 2000).
RSUD Serui segera pindah ke bangunan baru yang telah disediakan pemerintah
karena bangunan yang lama peninggalan Zending Kolonial Belanda sudah rusak dan tidak
memenuhi syarat untuk merawat orang sakit. Pemerintah telah membangun Rumah Sakit
yang baru dengan bangunan, peralatan, SDM yang sudah siap dengan suatu langkah untuk
peningkatan status Rumah Sakit.
Petugas Rumah Sakit Umum Daerah Serui adalah mereka yang bekerja di Rumah
Sakit baik Medis, Para Medis dan Non-Medis sangat menyetujui keputusan Bupati
Kabupaten Kepulauan Yapen untuk peningkatan status Rumah Sakit dari tipe D ke C dari 20
informen 15 petugas menyetujui kebijakan tersebut. Telah dibangunnya Rumah Sakit baru
yang rencana peresmiannya pada bulan November 2014 yang dilengkapi dengan perlatan,
fasilitas serta tenaga dokter dan dokter ahli.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen mendukung
kebijakan Bupati tetapi sosialisasi yang kurang kepada petugas yang ada di Rumah Sakit,
sehingga tidak adanya respon baik terhadap kinerja Dewan sebagai wakil rakyat untuk
meningkatkan staus Rumah Sakit yang sangat dirindukan oleh petugas.
Peralatan yang tersedia untuk melayani orang sakit di Rumah Sakit lama tidak layak
dan masih sangat kurang. Alat-alat tersebut sebagian masih peninggalan Belanda. Sedangkan
untuk pindah ke Rumah Sakit Baru peralatan sementara dilengkapi oleh pemerintah daerah.
Gedung RSUD Serui peninggalan Zending Belanda Tahun 1928 sudah tidak layak
untuk menerima dan memeberikan pelayanan di masing-masing unit pelayanan terutama
ruang Unit Gawat Darurat dan ruang perawatan pasien. Di Rumah Sakit yang baru telah
tersedia bangunan dari 20 unit pelayanan yang telah memenuhi sayarat untuk pelayanan
kesehatan.
Dari 20 orang petugas Rumah Sakit di masing-masing unit pelayanan 13 orang telah
telah mengikuti pelatihan sesuai kopetensi masing-masing. Dengan sendirinya petugas
trampil dan mampu dan siap melayani pasien dengan baik. Yang belum mengikuti pelatihan
telah direncanakan sesuai kemampuan APBD Kabupaten Kepulauan Yapen.
Masyarakat yang disekitar lingkungan Rumah Sakit adalah mereka yang berdomisili
di daerah sekitar Rumah Sakit, dimana mereka selalu berobat ke Rumah Sakit bila sakit.
Kondisi yang dialami oleh masyarakat dilingkungan Rumah Sakit merasa aman dan tidak
mendapatkan gangguan, sekalipun RSUD Serui sebagai pusat rujukan di Kabupaten
Kepulauan Yapen.
Menurut mereka bahwa Rumah Sakit ini sudah tidak layak untuk digunakan sebagai
tempat melayani orang sakit, karena bangunannya sudah tua sebagian rusak akibat gempa
tahun 2009. RSUD Serui merupakan Rumah Sakit peninggalan Zending colonial Belanda
yang berdiri tahun 1928, kini telah banyak memberikan kontribusi dalam pelayanan
kesehatan kepada bangsa Indonesia khususnya masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan
Yapen dan Kabupaten Waropen.
Namun Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) tidak menjadi bagian dalam kehidupan
masyarakat yang mendiami lingkungan Rumah Sakit karena tidak adanya peran dari
pendidikan kesehatan masyarakat Rumah Sakit. Sehingga hal ini perlu ditinjau kembali oleh
pihak Rumah Sakit untuk kedepan menjadi program yang nantinya di sosialisasi kepada
masysarakat sekitar.
Banyak anggota masyarakat yang dalam keadaan sehat ingin mempertahankan terus
kesehatannya. Media massa penyedia informasi kesehatan (seperti tabloid, majalah, koran,
dan juga acara radio dan televisi) semakin banyak penggemarnya. Peluang ini dapat
ditangkap oleh Rumah Sakit dengan menyediakan sarana atau mengorganisasi interaksi
masyarakat berwujud simposium, seminar, lokakarya, dan forum-forum diskusi lainnya.
Rumah Sakit dapat menyelenggarakan forum-forum diskusi kecil (10-20 orang), dengan
mendayagunakan SDM yang dimiliki Rumah Sakit. Jika perlu dapat dibentuk kelompokkelompok diskusi dengan substansi tertentu (misalnya Kelompok Diskusi Penyakit
Degeneratif, Kelompok Diskusi Kesehatan Ibu & Anak, Kelompok Diskusi Kesehatan Usia
Lanjut, dan lain-lain). Diskusi kelompok dapat diselenggarakan sewaktu-waktu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pasien yang berada di ruang rawat inap yang membutuhkan perhatian dan tanggung
jawab dari petugas terutama dokter dan perawat, tetapi tidak pernah menjelaskan tentang
pentingnya pendidikan kesehatan masyarakat di Rumah Sakit, ingin mengetahui penyakit
yang di deritanya. Pelayanan di ruang rawat inap dinilai oleh pasien mereka puas, karena
memang tidak ada Rumah Sakit lain lagi sehingga menerima pelayanan dengan apa adanya.
Keluarga Pasien/Pembesuk sebagai pendamping pasien di ruang rawat inap, diijinkan petugas
di ruangan tersebut, mereka tidak diberikan penjelasan oleh dokter dan perawat tentang
penyakitnya. Keluarga mereka juga pernah dirawat kemudian dirujuk ke Rumah Sakit lain
karena tidak tersedia dokter ahli dan Fasilitas pendukung. Dari 20 orang diunit pelayanan, 15
petugas mengakui kebijakan Bupati Kabupaten Kepualauan Yapen telah mendukung secara
penuh, dibangunnya Rumah Sakit baru rencana peresmian bulan November 2014. Petugas
Rumah Sakit yang melanjutkan pendidikan di biayai dengan Surat Keputusan Tugas Belajar
untuk peningkatan SDM Rumah Sakit. Gedung yang dibangun tahun 1928 peninggalan
Belanda ini dan telah mengalami renovasi di beberapa ruangan dari tahun ketahun,
mengalami kerusakan berat saat gempa tahun 2009. Jumlah penderita bertambah sedangkan
jumlah tempat tidur terbatas, tidak layak lagi untuk dipergunakan. Tiga belas orang petugas
telah mengikuti pelatihan dari masing-masing unit pelayanan sesuai kopetensi baik di Papua
maupun di luar Papua yang dibiayai Pemda KepulauanYapen dan Pemda provinsi Papua.
Yang belum mengikuti pelatihan, magang, seminar akan diakomodir oleh pihak Rumah Sakit
sesuai kemampuan keuangan Pemda Kepulauan Yapen. Masyarakat yang ada disekitar
lingkungan Rumah Sakit kalau sakit berobat ke Rumah Sakit walaupun kondisi bangunan
peninggalan Belanda yang sudah tuah dan banyak rusak sekaligus tidak layak. Perlu adanya
Pendidikan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit dari petugas Rumah Sakit untuk memberikan
sosialisasi berupa penyuluhan kepada masyarakat sekitarnya tentang Perilaku Hidup Bersih
Sehat. Disarankan kepada Kepala Daerah merencanakan peresmian dan memindahkan
seluruh pelayanan ke Rumah Sakit baru. Peralatan dan fasilitas pendukung lain untuk Medis,
Para-Medis dan Non-Medis di lengkapi bertahap persiapan peningkatan satatus RSUD Serui
dari tipe D ke C Tahun 2014 sampai dengan 2015. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Kepulauan Yapen perlu menyikapi kebijakan dan keputusan Bupati serta hadir
secara langsung ke Rumah Sakit untuk mendengar dan mengakomodir aspirasi dari petugas
Rumah Sakit kemudian di tetapkan dalam sidang dewan sehingga impian petugas Rumah
Sakit untuk peningkatan status dari tipe D ke C tahun 2014 sampai dengan 2015 dapat
terlaksana. Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Serui mengacu kepada kebijakan Bupati dan
DPRD Kepulauan Yapen dengan menginput data dari semua unit pelayanan baik Medis,
Para-Medis dan Non-Medis untuk segera disampaikan ke Pemerintah Daerah untuk persiapan
peningkatan status RSUD Serui dari Tipe D ke C di tahun 2014 sampai dengan 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. (2012). Sistem Kesehatan (Cetakan ke., pp. 1–371). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Aditama, Tjandra Yoga. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, UIPress, Jakarta.
Burhan, Bungin. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rajawali.
Herman, Implementasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit dr.
Tadjuddin Chalid Kota Makassar, 2009.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2003). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya, Rineka Cipta,
Jakarta.
BPK Provinsi Papua 2013.
PKRS, 2006, Buku Pedoman PKRS, Surabaya, RSU Dr. Soetomo.
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R &D, RIneka Cipta , Jakarta.
Supriyanto S. dan Ernawaty. (2010). Pemasaran Industri Jasa Kesehatan, C.V Andi Offset,
Jogyakarta.
Wijono, Djoko Haji. (2000). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Teori, Strategi dan
Aplikasi.
Download