pengaruh human capital investment dan financial development

advertisement
PENGARUH HUMAN CAPITAL INVESTMENT DAN
FINANCIAL DEVELOPMENT TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh:
Andhara Jelita Saummantra
2012110072
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN
Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013
BANDUNG
2017
THE EFFECT OF HUMAN CAPITAL INVESTMENT
AND FINANCIAL DEVELOPMENT ON INDONESIA
ECONOMIC GROWTH
UNDERGRADUATE THESIS
Submitted to complete part of the requirements
for Bachelor’s Degree in Economics
By
Andhara Jelita Saummantra
2012110072
PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY
FACULTY OF ECONOMICS
PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS
Accredited by BAN – PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013
BANDUNG
2017
ABSTRAK
Human Capital Investment dan financial development merupakan salah satu faktor
penting dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah human capital investment dan financial development
memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1980 – 2015.
Hasil estimasi OLS menunjukkan bahwa kedua ukuran human capital Investment,
yaitu pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan, memiliki pengaruh
yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk ukuran financial
development, hanya jumlah uang beredar yang memiliki pengaruh yang positif.
Kredit di luar ekspektasi berpengaruh negatif dan stock traded tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: human capital investment, financial development, pertumbuhan
ekonomi, Indonesia.
v
ABSTRACT
Human capital investment and financial development are some of the most
important factors that affect economic growth. This study aims to determine the
effect of human capital investment and financial development on Indonesian
economic growth from 1980 to 2015. The OLS result shows that both
measurements of human capital investment, which are government expenditure on
health and education, have a positive impact on economic growth. Whereas in the
case of financial development, only broad money supply that has a positive impact.
Unexpectedly, Credit has a negative impact while stock traded has no impact on
economic growth.
Keywords: human capital investment, financial development, economic growth,
Indonesia.
vi
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Human Capital Investment dan Financial
Development Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Skripsi ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan,
kemampuan, informasi, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.
Selama proses penyusunan dan penulisan skripsi, penulis mendapatkan
bantuan, kritik, saran, dukungan, doa, serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
mendukung selama menempuh pendidikan di Universitas Katolik Parahyangan
Bandung, hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Tince Emalia dan Bapak Yache Hendari Natawidjaya selaku kedua
orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat,
dukungan, nasihat, serta pengorbanan yang sangat tulus kepada
penulis.
2. Andhika Pratama Ramadhan selaku kakak penulis yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, menghibur, serta doa agar penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Januarita Hendrani, Dra, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing
skripsi, terima kasih atas waktu, ilmu, tenaga, arahan, masukan, dan
segala bentuk dukungan yang tulus sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Bapak Ahmad Aswin Masudi, S.E., MSE. selaku dosen ko-pembimbing
skripsi, terima kasih atas waktu, ilmu, tenaga, arahan, masukan, dan
bantuan yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Ishak Soemantri, Drs., MSP. selaku dosen wali penulis, terima
kasih atas waktu, ilmu, arahan, dan dukungan yang telah diberikan
setiap semesternya.
vii
6. Seluruh dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan lainnya yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis. Semoga semua ilmu yang
telah penulis peroleh dapat bermanfaat bagi kehidupan penulis di masa
yang akan datang.
7. Kahfi Giovanni Muhammad yang senantiasa membantu, menemani
dengan sabar, menghibur, memberi semangat, dukungan, serta doa.
8. Para sahabat-sahabat penulis, Annisa Dewi Setiawati, Vania Fauziyyah,
Nurul Octaviani Rosadi, Febby Nuraini Pakpahan, Agya Fila, Nurul
Anella, Claudya, Adi, Jyanka, Raissa, Faniar, Aldila, Alvina, dan Putri
yang selalu memberikan semangat, doa, masukan, canda dan tawa.
Teman seperjuangan 5 tahun yang saling membantu dan memberi
dukungan, Gema, Atyasa, Vicky, dan Faishal. Keluarga EP 2012 yaitu
Ije, Rendra, Ghassan, Karin, Thesa, Jessica, Monica, Pradana, Ferdi,
Raka, Meddy, Bowo, Rawa, Ivan, Darry, Chris, Vito, Vincent, Swe, Jaya,
Michael, Ardi. Keluarga EP 2010 Kanisya, Gerry, Dana, Pandu,
Priansya, Keyne, Charvin, Adot, Geraldi. Keluarga EP 2011 Soraya,
Kamila, Dwi Aprianti, Radit, Jojo, Fikry, Aji, Rizfa, Purwadi, Bagas,
Agung. Keluarga EP 2013 Rania, Getha, Dania, Kaka, Dikcit, Hanandito,
Faisal, Jodi, Faza, Nur, Icul, Aldwyn. Keluarga EP 2014 Rere, Henk,
Bara, Kemal, Fikran, Radhi, Anas, Andrew, Miun, Opi, Rey, Mika, Naufal,
Thania, Catra. Serta keluarga EP 2015 Redinal, Raisa, Iman, Farrel,
Mathew.
Terimakasih
banyak
atas
kebersamaan,
canda,
tawa,
pengalaman, drama, dukungan selama ini yang dapat menghiasi harihari penulis selama di perkuliahan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang ikut
memberikan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang telah
diberikan kepada semua yang telah berjasa. Akhir kata, penulis ingin meminta maaf
jika ada kekurangan dalam penulisan. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Bandung, 7 Juli 2017
Andhara Jelita Saummantra
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................................ vi
PRAKATA .............................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
1.3
Tujuan Penelitian................................................................................................... 7
1.4
Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 11
2.1
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik .......................................................... 12
2.2
Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogen............................................................ 13
2.3
Teori Human Capital ........................................................................................... 14
2.4
Teori Financial Development............................................................................. 15
2.5
Keterkaitan Human Capital Investment terhadap Perekonomian ............... 18
2.5.1
Pengeluaran Pemerintah untuk Kesehatan ............................................ 18
2.5.2
Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan............................................ 19
2.6
Keterkaitan Financial Development Terhadap Perekonomian..................... 19
2.6.1
Jumlah Uang Beredar (JUB) ..................................................................... 19
2.6.2
Penyaluran Kredit Swasta.......................................................................... 20
2.6.3
Stock Traded ................................................................................................ 22
2.7
Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 23
BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN ................................................................. 24
3.1
Metode Penelitian ............................................................................................... 24
3.2
Data dan Sumber Data....................................................................................... 24
3.3
Model Penelitian .................................................................................................. 25
3.4
Objek Penelitian .................................................................................................. 26
3.4.1
Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita ............................................... 26
3.4.2
Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan............................................ 27
ix
3.4.3
Pengeluaran Pemerintah untuk Sektor Kesehatan ................................ 28
3.4.4
Jumlah Uang Beredar (M2) ....................................................................... 29
3.4.5
Kredit Domestik Untuk Sektor Swasta ..................................................... 30
3.4.6
Stock Traded (Total Value) ........................................................................ 31
3.4.7
Gross Fixed Capital Formation ................................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 33
4.1 Hasil Pengolahan Data ............................................................................................ 33
4.1.1
Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 33
4.1.2
Hasil Estimasi .............................................................................................. 34
4.2
Pembahasan ........................................................................................................ 36
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 40
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 42
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................................................. 43
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
PDB Per Kapita di Negara Maju dan Negara Berkembang (US $) ........ 2
Gambar 2.
Persentase Nilai Saham yang Diperjualbelikan (Stock Traded)
terhadap PDB di Negara Maju dan Negara Berkembang 2016 (%) ...... 3
Gambar 3.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Negara Maju dan Negara
Berkembang 2016.......................................................................................... 4
Gambar 4.
Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 8
Gambar 5.
PDB per kapita Indonesia (Rp juta)........................................................... 27
Gambar 6.
Persentase Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan
Terhadap PDB Indonesia (%) .................................................................... 28
Gambar 7.
Persentase Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Kesehatan
Terhadap PDB Indonesia (%) .................................................................... 29
Gambar 8.
Persentase Jumlah Uang Beredar Terhadap PDB ................................. 29
Gambar 9.
Persentase Kredit Untuk Sektor Swasta Terhadap PDB ....................... 30
Gambar 10. Persentase Stock Traded Terhadap PDB Indonesia (%) ...................... 31
Gambar 11. Persentase Gross Fixed Capital Formation Terhadap PDB Indonesia
(%) .................................................................................................................. 32
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel dan Sumber Data ............................................ 24
Tabel 2. Breusch-Godrey (LM) test .................................................................................. 33
Tabel 3. Correlation Matrix ................................................................................................ 34
Tabel 4. Hasil Uji White ...................................................................................................... 34
Tabel 5. Hasil Estimasi ....................................................................................................... 35
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, investasi pada bidang sumber daya manusia
merupakan salah satu sumber utama untuk menghasilkan nilai dan kekayaan dalam
bidang ekonomi. Oleh sebab itu, investasi pada sumber daya manusia memiliki
peran penting dalam bidang ekonomi. Investasi dapat dilakukan bukan saja dalam
bidang usaha (Levitan, Mangun, & Marshal, 1981) di mana prinsip investasi adalah
mengorbankan konsumsi pada saat investasi dilakukan untuk memperoleh tingkat
konsumsi yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Begitu juga dengan investasi
yang dilakukan di bidang sumber daya manusia. Pada investasi sumber daya
manusia, yang dikorbankan adalah sejumlah dana yang dikeluarkan dan
kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Selain itu, pada
investasi modal manusia yang diperoleh sebagai imbalan adalah tingkat
penghasilan yang lebih tinggi sehingga mampu mencapai tingkat konsumsi yang
lebih tinggi pula. Investasi semacam ini dinamakan investasi human capital dan
penerapannya dapat dilakukan dalam hal pendidikan, migrasi, atau perbaikan gizi
serta kesehatan.
Modal memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, termasuk di
dalamnya modal fisik, modal manusia, dan modal alam. Pembentukan human
capital diartikan sebagai suatu proses peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan seluruh rakyat dalam suatu negara (Harbinson & Meyers, 1964).
Manusia
merupakan
salah
satu
faktor
penting
dalam
mencapai
suatu
pembangunan. Selain sumber daya alam, modal dan teknologi, pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor manusia. Semakin tinggi pendidikan atau
pengetahuan manusia maka kemampuan manusia dalam menggunakan teknologi
dan faktor-faktor produksi akan menjadi lebih efisien. Hal ini sangat penting
mengingat kebutuhan manusia cenderung tidak terbatas sedangkan sumber daya
yang dimiliki terbatas.
Di sisi lain, financial development memegang peranan yang sangat
signifikan
dalam
memacu
pertumbuhan
ekonomi
suatu
negara.
Financial
development menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil via akumulasi kapital dan
inovasi teknologi. Lebih tepatnya, sektor keuangan mampu memobilisasi tabungan,
aliran modal, memberikan informasi mengenai investasi, pengelolaan risiko, dan
1
mempermudah pertukaran barang jasa. Sektor keuangan menyediakan para
peminjam berbagai instrumen keuangan dengan kualitas tinggi dan risiko rendah.
Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Financial development salah satunya dapat dilihat dari seberapa besar
saham yang diperjualbelikan. Semakin besar saham yang diperjualbelikan dalam
suatu negara menandakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana atau
modal yang lebih besar. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat financial
development dalam negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi biasanya dikaitkan dengan ketersediaan tenaga
kerja, modal dan investasi. Ketersediaan modal maupun investasi secara langsung
akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi serta barang atau jasa yang
dihasilkan. Sektor keuangan juga memiliki peran yang sangat penting dalam
membantu menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat
dilakukan baik melalui peningkatan jumlah tabungan masyarakat, kuantitas
akumulasi modal yang tersedia, maupun melalui perbaikan efisiensi penggunaan
modal lewat pengembangan pasar keuangan domestik. Selain itu, sektor keuangan
juga menyediakan berbagai instrumen keuangan dengan kualitas tinggi dan resiko
rendah. Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat pertumbuhan
ekonomi (Levine, 2004).
Gambar 1. PDB Per Kapita di Negara Maju dan Negara Berkembang (US $)
60,000.00
Negara Maju
Negara Berkembang
50,000.00
40,000.00
30,000.00
20,000.00
10,000.00
0.00
Sumber: Statistic Times, 2017
2
Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat bahwa PDB per kapita negara
berkembang cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan negara maju.
Negara maju di atas memiliki rata-rata PDB per kapita sebesar US$ 39.921,
sedangkan negara berkembang di atas memiliki rata-rata PDB per kapita sebesar
US$ 8.354. Besarnya PDB per kapita yang dimiliki setiap negara tersebut dapat
dipengaruhi oleh besarnya tingkat IPM dan juga financial development yang
ditunjukkan melalui nilai saham yang diperjualbelikan oleh negara tersebut. Hal ini
sejalan dengan data yang dipaparkan pada gambar 2 dan gambar 3, bahwa IPM
negara maju memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara
berkembang. Selain itu, nilai saham yang diperjualbelikan oleh negara maju juga
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang. Dengan
demikian besaran PDB per kapita sepertinya dapat dipengaruhi oleh kedua variabel
tersebut.
Gambar 2. Persentase Nilai Saham yang Diperjualbelikan (Stock Traded)
terhadap PDB di Negara Maju dan Negara Berkembang 2016 (%)
140
Negara Maju
Negara Berkembang
120
100
80
60
40
20
0
Sumber: World Development Index (WDI), 2017
Pada gambar 2, persentase nilai saham yang diperjualbelikan terhadap PDB
di negara berkembang rata-rata sebesar 43,032% dan di negara maju rata-rata
sebesar 89,203%. Terlebih lagi nilai saham yang diperjualbelikan di Indonesia
hanya sebesar 8,75% dari PDB sehingga Indonesia merupakan negara dengan
persentase nilai saham yang diperjualbelikan terhadap PDB paling rendah jika
dibandingkan dengan negara maju maupun negara berkembang di atas.
3
Hubungan perkembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi
telah menjadi fokus penelitian sejak dahulu. Pembangunan sektor keuangan
memainkan peran penting dalam pembangunan khususnya di negara sedang
berkembang. Sistem keuangan suatu negara akan mengalami keterbelakangan jika
pasar
uangnya
masih
mengalami
distorsi.
Sebagian
kalangan
ekonom
menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh yang berarti dari perkembangan sektor
keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, ada sebagian kalangan
yang mengatakan bahwa peranan perkembangan sektor keuangan (financial
development) berpengaruh penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara
dan jika terhambat, maka akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara menunjukkan kemampuan masyarakat dalam
memperoleh tambahan pendapatan pada waktu tertentu, yaitu dengan cara
meningkatkan produktivitas kerja dan tambahan modal. Untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi diperlukan lembaga-lembaga keuangan yang mampu
memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan aset-aset keuangan.
Gambar 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Negara Maju dan Negara
Berkembang 2016
1.00
0.90
Negara Maju
Negara Berkembang
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
Sumber: United Nations Development Programme (UNDP), 2017
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang
digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam hal kualitas
pembangunan manusia. Pada gambar 3, IPM di negara maju cenderung lebih tinggi
jika dibandingkan dengan negara berkembang. Di negara maju rata-rata IPM
sebesar 0,91 sedangkan IPM di negara berkembang rata-rata sebesar 0,7348. Jika
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Indonesia masih cukup
tertinggal di mana IPM Indonesia hanya sebesar 0,689. Rendahnya IPM negara
4
berkembang salah satunya disebabkan oleh rendahnya angka harapan hidup ketika
lahir yang merupakan suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan
dicapai oleh sekelompok penduduk yang dilahirkan pada tahun tersebut (BPS,
2001). Semakin tinggi angka harapan hidup suatu masyarakat mengindikasikan
tingginya derajat kesehatan masyarakat tersebut.
Seperti halnya angka harapan hidup sebagai indikator kesehatan, angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah menggambarkan kualitas pendidikan suatu
masyarakat. BPS (2001) mengemukakan bahwa rendahnya angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendidikan serta
biaya pendidikan yang mahal. Dengan demikian, IPM dapat mencerminkan kualitas
hidup penduduk suatu negara dari segi kesehatan dan pendidikan. Semakin tinggi
IPM suatu negara, maka penduduknya pun akan semakin sehat dan berpendidikan.
Hal ini dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dalam kegiatan produksi
sehingga semakin tinggi IPM diharapkan dapat meningkatkan perekonomian negara
tersebut.
Pengeluaran pemerintah juga dapat memengaruhi nilai IPM suatu negara.
IPM dibentuk berdasarkan indikator kesehatan dan pendidikan. Kesehatan dan
pendidikan yang bermutu salah satunya harus ditunjang oleh sarana serta
prasarana yang ada. Penyediaan sarana dan prasarana ini merupakan komponen
yang telah dianggarkan dalam APBN. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan
dapat diukur berdasarkan anggaran pengeluaran pemerintah untuk rumah sakit,
layanan kesehatan dan sektor lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
Kesehatan dalam investasi modal manusia dapat meningkatkan produktivitas
seseorang. Semakin sehat seseorang, maka semakin tinggi tingkat produktivitas
orang tersebut dan semakin banyak output yang diproduksi.
Sedangkan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dapat diukur
berdasarkan anggaran pemerintah untuk subsektor pendidikan, kebudayaan,
olahraga, dan subsektor lainnya yang terkait dengan sektor pendidikan. Pendidikan
sebagai investasi modal manusia dapat meningkatkan kemampuan berpikir tenaga
kerja dan mempercepat adopsi teknologi serta metode produksi yang baru di mana
hal tersebut dapat menjadikan tenaga kerja lebih produktif. Kemajuan ekonomi yang
dramatis yang dicapai Jepang, Taiwan dan negara Asia lainnya dalam dekade
terakhir menggambarkan pentingnya modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi,
khususnya bagi negara sedang berkembang. Walaupun minim akan sumber daya
alam dan mendapat diskriminasi dari negara-negara barat, investasi di bidang
5
modal manusia yang tinggi menyebabkan negara-negara ini berhasil mencapai
pertumbuhan yang sangat cepat sehingga dijuluki Asian Tigers (Becker, 1984).
Keunggulan dalam sumber daya manusia merupakan faktor penting yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Negara-negara Asia Timur yang
memiliki keunggulan sumber daya manusia tumbuh lebih cepat jika dibandingkan
dengan negara-negara Asia Tenggara yang kaya sumber daya alam. Negaranegara Asia Timur yang miskin sumber daya alam telah berkembang dengan pesat
dan menjadi negara terdepan di kawasan Asia karena investasi yang dilakukan
dalam pendidikan dan kesehatan. Pendidikan tidak saja menambah pengetahuan,
akan
tetapi
juga
meningkatkan
keterampilan
bekerja,
dengan
demikian
meningkatkan produktivitas. Semenjak tahun 1940-an, mulai disadari adanya
hubungan pendidikan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Penelitian
terdahulu berpendapat bahwa negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Ekonom juga berpendapat bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah
pada infrastruktur sosial, ekonomi dan fisik dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi. Sebagai contoh, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan
dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja serta pertumbuhan output nasional.
Demikian pula pengeluaran untuk infrastruktur seperti jalan, komunikasi, listrik, dan
public goods lainnya, dapat mengurangi biaya produksi namun dapat meningkatkan
investasi di sektor swasta serta profitabilitas perusahaan, sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi (Monday, 2014).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
human
capital
dan
financial
development dapat menjadi faktor penting pendorong pertumbuhan ekonomi,
khususnya di Indonesia. Telah banyak penelitian yang mengonfirmasi pengaruh
positif human capital investment dan financial development secara terpisah
terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, belum ada penelitian yang berusaha
menganalisis pengaruh human capital investment dan financial development
terhadap pertumbuhan ekonomi secara bersamaan di Indonesia. Oleh karena itu,
hubungan kedua hal ini terhadap perekonomian Indonesia cukup menarik untuk
diteliti lebih dalam.
6
Human capital investment dapat diukur melalui tingkat pengeluaran
pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan dalam sebuah negara. Sedangkan
financial development dapat diukur melalui tingkat penyaluran kredit, jumlah uang
beredar dan saham yang diperdagangkan (stock traded) dalam sebuah negara.
Dengan demikian, masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut:
1.
Apakah human capital investment dan financial development dapat
memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
2.
Variabel manakah yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah human capital investment dan
financial development memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Selain itu, untuk mengukur seberapa besar pengaruh human capital investment dan
financial development terhadap PDB di Indonesia serta melihat variabel mana yang
paling berpengaruh.
1.4
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian sebelumnya, didapatkan beberapa variabel yang
dapat mengukur human capital investment dan financial development serta variabel
kontrol yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
7
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
Domestic
credit to
private sector
(+)
Jumlah uang
beredar (M2)
(+)
Pengeluaran
pemerintah
untuk
kesehatan
(+)
Pengeluaran
pemerintah
untuk
pendidikan
(+)
Stock
Traded (+)
PDB
per
kapita
Gross Fixed
Capital
Formation
(+)
Investasi pemerintah di sektor pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
tenaga kerja yang lebih berkualitas dan produktif. Tingkat pendidikan yang dimiliki
seseorang akan memengaruhi sikap, cara bertindak, serta pola pikir dalam
menghadapi suatu permasalahan khususnya dalam masalah pekerjaan. Seseorang
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih tanggap dalam
mengatasi masalah yang dihadapi, lain halnya dengan seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan rendah. Meningkatnya produktivitas tenaga kerja pada akhirnya
akan menciptakan perbaikan ekonomi masyarakat. Dengan semakin produktifnya
tenaga kerja, maka output yang dihasilkan pun bertambah. Hal ini diharapkan dapat
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi pemerintah di bidang
pendidikan salah satunya meliputi sarana dan prasarana sekolah.
Pengaruh pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan terhadap
pertumbuhan ekonomi umumnya dapat terjadi melalui beberapa cara. Antara lain
misalnya perbaikan kesehatan penduduk yang akan meningkatkan partisipasi
angkatan kerja. Investasi pemerintah di sektor kesehatan juga akan memberikan
kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih
merata sehingga sumber daya manusia yang handal dan sehat diharapkan akan
semakin bertambah. Meningkatnya taraf kesehatan akan mendorong peningkatan
8
kualitas sumber daya manusia. Perbaikan kesehatan dapat pula membawa
perbaikan dalam tingkat pendidikan yang kemudian menyumbang kepada
pertumbuhan ekonomi. Jika seseorang lebih maksimal dalam bekerja maka tenaga
kerja tersebut lebih produktif.
Menurut
Baroroh
(2012),
secara
apriori
setidaknya
terdapat
dua
kemungkinan hubungan antara variabel-variabel keuangan dan variabel-variabel riil.
Pertama, perkembangan sektor keuangan cenderung mengikuti pertumbuhan
ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan kenaikan permintaan
terhadap produk-produk keuangan, sehingga menghasilkan kenaikan aktivitas pasar
keuangan dan kredit. Dengan demikian, perkembangan sektor
keuangan
merupakan suatu demand-following, yaitu fenomena pembentukan institusi finansial
modern, aset, liabilitas, dan berbagai instrumen keuangan lainnya sebagai respons
dari meningkatnya jumlah permintaan jasa keuangan oleh para investor dan
nasabah dalam sektor riil.
Salah satu ukuran financial development yang digunakan adalah jumlah
kredit yang disalurkan ke pihak swasta. Kredit yang semakin meningkat
mencerminkan adanya peningkatan investasi lokal. Peningkatan investasi ini dapat
membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Selain itu, bertambahnya perusahaan
asing yang membuka usaha di pasar suatu negara juga dapat meningkatkan upah
tenaga kerja karena umumnya perusahaan asing menawarkan upah yang lebih
besar dibandingkan dengan perusahaan lokal (Chen, Chang, & Zhang, 1995). Oleh
karena itu, penyaluran kredit yang semakin besar diharapkan dapat memacu
kegiatan ekonomi.
Penelitian terdahulu juga menggunakan variabel Jumlah Uang Beredar
(JUB) dalam mengukur financial development. Dengan meningkatnya ketersediaan
uang, maka kegiatan pertukaran sektor riil akan meningkat. Akan tetapi seberapa
besar atau kecilnya JUB harus dikendalikan oleh otoritas moneter agar tidak
memicu inflasi dan menyebabkan mata uang melemah (Azhari, Analisis pengaruh
pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, 2010). Oleh
karena itu peningkatan JUB diharapkan dapat memacu kegiatan ekonomi.
Selain faktor tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi juga tentunya sangat
dipengaruhi oleh faktor kapital. Dalam hal ini, faktor kapital perlu dikontrol untuk
memisahkan pengaruhnya terhadap perekonomian dari pengaruh faktor tenaga
kerja yang menjadi fokus penelitian ini. Salah satu ukuran kapital adalah Gross
Fixed Capital Formation (GFCF). Menurut Gibescu (2012) gross fixed capital
9
formation adalah barang modal atau kapital yang memberikan kontribusi berupa
bangunan, mesin-mesin, alat transportasi, dan barang barang modal lainnya. Peran
dari barang modal tersebut adalah mentransformasikan berbagai input menjadi
output. Dengan demikian, kapital merupakan faktor produksi yang dominan dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin besar gross fixed capital formation
diharapkan akan meningkatkan perekonomian.
10
Download