STUDI EMPIRIS PENGUNGKAPAN SUKARELA KINERJA SOSIAL

advertisement
STUDI EMPIRIS PENGUNGKAPAN SUKARELA KINERJA SOSIAL
PERUSAHAAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
OLEH PERUSAHAAN TERBUKA
Diaz Priantara
Program Magister Akuntansi Universitas Mercu Buana, Menteng Raya, Jakarta
Email: [email protected]
Abstract: The objectives of this study are two points. First, this study empirically
examines whether company size, company profitability, company leverage, type of
industry, company business diversification, ISO 14000 implementation, company
listing at foreign stock exchange, country of company ownership, company activities
in foreign countries, company age, public status age, and GCG implementation have
influences to public company in revealing its social performance on evironment.
Second, this study explores what kind of the environmental management systems
(EMS) and corporate environmental reporting (CER) implemented by public
companies. The empirical results show that only ISO 14000 has strong influence to
encourage public company to disclose its social performance on evironment, and
company profitability has a little influence on it. Only a few public companies
voluntarily disclose their social performance on environment in their financial
statement or annual report. Almost public companies show their EMS only relates to
their fulfilment with environment regulation. Most of EMS does not relect their
perspective on sustainabilty development.
Keywords: Corporate Environmental Reporting, Environmental Management Systems,
environmental-related accounting, microsocial accounting, environmental regulation,
ISO14000
Abstrak: Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, menguji secara empiris apakah
ukuran, usia, tingkat keuntungan, tingkat utang, tipe industri, diversifikasi usaha
perusahaan, penerapan ISO 14000 dan GCG, status terdaftar di bursa saham luar negeri,
negara asal pemegang saham mayoritas, aktivitas bisnis di luar negeri, dan lama
menjadi perusahaan terbuka memiliki pengaruh kepada perusahaan terbuka untuk
secara sukarela mengungkapkan kinerja sosialnya terhadap lingkungan. Kedua,
menggali informasi mengenai bentuk sistem manajemen lingkungan atau
environmental management systems (EMS) dan pelaporan lingkungan atau corporate
environmental reporting (CER)di perusahaan-perusahaan terbuka. Hasil empiris
menunjukkan hanya ISO 14000 yang memiliki pengaruh kuat untuk mendorong
perusahaan terbuka agar sukarela mengungkapkan kinerja sosialnya terhadap
lingkungan, dan tingkat keuntungan memiliki pengaruh yang kecil. Hanya beberapa
perusahaan sukarela mengungkapkan kinerja sosialnya terhadap lingkungan di laporan
keuangan atau laporan tahunan. Hampir semua perusahaan melaporkan EMS hanya
sebagai alat untuk memenuhi peraturan lingkungan hidup dan kebanyakan EMS tidak
merefleksikan perspektifnya pada pembangunan yang berkelanjutan (sustainability
development).
332
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja Sosial...
Keywords:Pelaporan lingkungan, Sistem Manajemen Lingkungan, aakuntansi
lingkungan, akuntansi mikrososial, peraturan lingkungan hidup, ISO 14000
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan industri diakui telah memberi manfaat kepada manusia
karena memperluas lapangan kerja, meningkatkan penerimaan pajak, dan keuntungan
ekonomis lainnya tetapi di sisi lain membawa eksploitasi, pencemaran, kerusakan yang
tidak kenal lelah dan tidak terkendali terhadap alam. Paradigma manajemen saat ini belum
memperhitungkan tanggung jawab terhadap lingkungan dalam keputusan bisnis,
perusahaan baru mengambil langkah apabila terjadi suatu gugatan atau dakwaan yang
terkait dengan pencemaran lingkungan.
Studi yang dilakukan the Institute of Management Accountant (IMA) menghasilkan
pernyataan bahwa akuntan yang berpikiran maju harus mengambil peran aktif dalam
manajemen lingkungan atau green management. (Bennett dan James 1998). Pada abad 21
telah disadari peran aktif akuntan dalam green management berupa pengumpulan data,
pengolahan dan analisa data, serta penyajian informasi akuntansi untuk keperluan
manajemen lingkungan, perancangan sistem pencatatan biaya dan penyajian informasi
biaya lingkungan. Kegiatan ini dikenal sebagai: (1) Environmental costing atau
environmental-related accounting; (2) Environmental Management Systems (EMS).
Penelitian deskriptif-empiris yang dilakukan oleh Wilmshurst dan Frost (2001)
terhadap 500 perusahaan terkemuka di Australia menunjukkan kebutuhan peran yang
signifikan dari akuntan dalam EMS. Baik Chief Executive Officer maupun Chief Financial
Officer mengakui akuntan dapat menjadi bagian dari tim EMS. Namun, ternyata tidak
nampak keterlibatan aktif akuntan dalam EMS. Hal ini mungkin disebabkan oleh motivasi
yang terbatas dari akuntan untuk terlibat dalam EMS. Meskipun sudah ada kesadaran
pentingnya dan perhatian atas isu-isu lingkungan, perhatian tersebut tidak nampak telah
dijadikan langkah lebih lanjut dari proses akuntansi. Menurut penelitian Wilmshurst dan
Frost (2001) faktor organisasional berpengaruh terhadap penerapan EMS dan
environmental-related accounting. Perusahaan yang menerapkan EMS dan environmentrelated accounting dengan baik tentunya menjadi perusahaan yang memiliki Corporate
Social Responsibility (CSR). CSR di bidang lingkungan hidup disebut sebagai Corporate
Environmental Responsibility.
Suatu perusahaan yang memiliki Corporate Environmental Responsibility tentunya
memiliki keinginan, baik karena diwajibkan oleh Pemerintah maupun atas dasar inisiatif
keterbukaan sendiri, untuk melaporkan pengelolaan lingkungan hidup dan kebijakan
akuntansinya kepada para stakeholder-nya dalam bentuk Corporate Environmental
Reporting (CER). Suatu perusahaan terbuka yang sudah listing di pasar modal memiliki
kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan, laporan tahunan atau laporan lain
kepada publik. Tentunya diharapkan laporan yang disampaikan perusahaan terbuka itu,
khususnya laporan keuangan dan laporan tahunan, juga memberikan informasi CER yang
cukup mengenai pelaksanaan EMS dan environmental-related accounting di
perusahaannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka Peneliti tertarik untuk: (1) Mendapatkan
gambaran penerapan dan kinerja EMS dan environmental-related accounting di
perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Indonesia(BEI). Perusahaan terbuka yang
menerapkan dan menunjukkan kinerja EMS dan environmental-related accounting yang
333
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
baik adalah perusahaan yang memiliki corporate environmental responsibility, tentunya
menyediakan informasi secara cukup di dalam laporan keuangan dan laporan tahunannya
sebagai wujud dari voluntary corporate environmental reporting; (2) Menjelaskan
hubungan dependence faktor organisasional terhadap probabilita penerapan EMS dan
environmental-related accounting di perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Faktor
organisasional diperkirakan turut berperan penting dalam praktik EMS dan environmentalrelated accounting. Faktor organisasional adalah unsur yang berkaitan dengan keuangan
dan organisasi yang mempengaruhi pelaksanaan EMS dan environmental-related
accounting.
EMS adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan (total management
system) yang meliputi struktur organisasi, aktifitas perencanaan, pertanggung jawaban,
praktek, prosedur, proses, dan cumber daya untuk membangun, penerapan, pencapaian,
penelaahan dan pemeliharaan kebijakan lingkungan (Wilmshurst dan Frost 2001).
Pengertian EMS yang lain adalah sistem formal untuk mengartikulasikan sasaran,
membuat pilihan, pengumpulan informasi, mengukur kemajuan dan memperbaiki kinerja.
Dalam banyak hal, EMS mewakili kelanjutan prinsip inti dari program total quality untuk
mengelola lingkungan (Florida dan Davison 2001). EMS bersifat formal, diinternalisasi,
dan dapat dilembagakan dimana fungsi manajemen atas lingkungan dapat dilaksanan atau
dikelola dengan baik. Environment-related accounting adalah cakupan semua area
akuntansi yang mungkin dipengaruhi oleh respon bisnis terhadap isu lingkungan
(Wilmshurst dan Frost 2001).
Perancangan dan pelaksanaan EMS dan environment-related accounting adalah
perwujudan dari Corporate Social Performance (CSP) suatu socially responsive firms.
Oleh karena itu dukungan manajemen senior atas EMS dan environment-related
accounting menjadi penggerak CSP suatu perusahaan. Konsep dari CSP telah berkembang
lebih dari 20 tahun. Perusahaan yang menerapkan dan memiliki CSP disebut sebagai
perusahaan yang memiliki kepedulian sosial (socially responsive firms). Socially
responsive firms adalah perusahaan yang memonitor dan mengevaluasi kondisi lingkungan
dengan fokus kepada permintaan berbagai pihak yang berkepentingan (Stanwick dan
Stanwick 1998). Dalam konteks pengelolaan lingkungan, perusahaan yang memiliki
kepedulian sosial memiliki tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan dengan
tidak semata mementingkan pada keuntungan yang dinikmati perusahaan dari eksploitasi
lingkungan, melainkan juga memperhatikan berbagai kepentingan yang melekat pada
berbagai pihak yang berkepentingan. CSP adalah konfigurasi organisasi bisnis dari prinsip
tanggung jawab sosial, proses kepekaan sosial, dan kebijakan, program, dan outcomes
yang dapat diobservasi ketika mereka terkait dengan hubungan sosial perusahaan (Wood
1991).
Stanwick dan Stanwick (1998) menjelaskan bahwa kedermawanan perusahaan
memiliki hubungan positif dengan CSP, imbalan yang diterima CEO dan manajemen
senior memiliki hubungan negatif dengan CSP, perusahaan dengan jumlah wakil yang
banyak dari wanita dan kelompok minoritas, perusahaan yang menyediakan kebutuhan
khusus bagi wanita dan kelompok minoritas, perusahaan dengan pangsa pasar yang besar
memiliki hubungan positif dengan CSP, perusahaan yang melakukan pengurangan dan
pengendalian emisi memiliki hubungan positif dengan CSP, perusahaan yang memiliki
kinerja keuangan tinggi memiliki peluang lebih baik untuk bertindak dengan cara ramah
lingkungan. Dari penelitian Stanwick dan Stanwick dapat disimpulkan bahwa tingkat
334
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja Sosial...
respon manajemen senior terhadap CSP tidak ditentukan oleh imbalan, justru CSP berhasil
karena perusahaan memiliki budaya keadilan dan kejujuran.
Penelitian Meek et.al (1995) memeriksa pengungkapan secara sukarela berdasarkan
tipe informasinya. Meek et.al mengklasifikasikan pengungkapan sukarela menjadi tiga
grup informasi yakni informasi stratejik, informasi keuangan/finansial dan informasi
nonfinansial. Tipe informasi stratejik dan finansial bagi investor memiliki relevansi
pengambilan keputusan yang nyata, dan tipe informasi nonfinansial lebih banyak
diarahkan kepada akuntabilitas sosial suatu perusahaan dan ditujukan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan lebih luas lagi dari pada hanya kepada pemilik perusahaan/investor.
Penelitian yang dilakukan Meek et.al (1995) terhadap faktor-faktor organisasional
yang mempengaruhi pengungkapan secara sukarela dalam laporan tahunan oleh
perusahaan MNC (Multi National Company) di Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa
menunjukkan bahwa pengungkapan informasi nonfinansial, termasuk informasi stratejik
dan finansial, secara sukarela dalam laporan tahunan sangat dipengaruhi positif oleh
ukuran perusahaan, negara asal pemegang saham mayoritas perusahaan, status terdaftar di
bursa efek (listing) internasional, jenis industri (contoh perusahaan kimia lebih sensitif
untuk mengungkapkan informasi secara sukarela kepada publik dari pada perusahaan di
industri lain), leverage (jumlah dan komposisi utang), kepemilikan kegiatan usaha di luar
negara domisilinya (multinasional), dan tingkat keuntungan.
Riset yang mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Meek et.al (1995)
dilakukan oleh Marshall dan Brown (2003). Secara ringkas hasil penelitian Marshall dan
Brown menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan
pelaporan lingkungan karena perusahaan besar lebih banyak mengungkapkan informasi
dari pada perusahaan kecil. Hal ini disebabkan perusahaan besar memiliki ongkos
produksi informasi yang lebih kecil, ongkos ketidakunggulan kompetitif lebih rendah yang
terkait dengan (diakibatkan) pengungkapan informasi, kepemilikan perusahaan yang lebih
kompleks dan lebih luas (menyebar) dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar
juga cenderung untuk menjaga citra. Perusahaan yang sangat terdiversifikasi menghadapi
kompleksitas pelaporan dari pada perusahaan yang sederhana sehingga perusahaan yang
sangat terdiversifikasi menemui hambatan dalam penyiapan pelaporan lingkungan.
Perusahaan yang menerapkan ISO 14001 lebih efektif dalam pengumpulan data dan
penyajian informasi lingkungan. Jenis industri yang lebih banyak mendapat sorotan dan
pemantauan dari masyarakat, pers, Pemerintah, peneliti lingkungan, seperti industri kimia
dan pertambangan, lebih mudah membuat laporan lingkungan. Perbedaan aturan
lingkungan hidup antarnegara baik dalam pengaturan manajemen lingkungan maupun
penyusunan laporan mendorong perbedaan dalam kepatuhan lingkungan hidup dan
penyusunan laporan lingkungan.
Berdasarkan uraian mendalam oleh Ahmed Belkaoui (1984) tentang microsocial
accounting dapat dipahami bahwa CER adalah bagian dari akuntansi kinerja sosial suatu
perusahaan (microsocial accounting). Belkaoui mendefinisikan microsocial accounting
sebagai bagian dari akuntansi sosial yang tertarik dengan evaluasi, pengukuran, dan
pengungkapan kinerja sosial perusahaan. Belkaoui (1984) mengutip Laporan Komite
untuk Akuntansi Kinerja Sosial Perusahaan yang dibentuk oleh The National Association
of Accountants mencatat bahwa ada empat bidang utama yang diidentifikasi sebagai
bidang kinerja sosial perusahaan, salah satunya adalah kinerja di bidang sumber daya fisik
dan lingkungan hidup. Sehubungan pelaporan kepada pihak eksternal, komite menyetujui
pentingnya masalah polusi atau pencemaran tetapi tidak mampu menemukan teknik yang
335
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
akurat untuk mengukur biaya sosial karena polusi. Namun demikian, komite menyarankan
alternatif pelaporan sebagai berikut: (1) Menampilkan beban atau ongkos pengendalian
lingkungan sebagai baris tersendiri atau terpisah dalam Laporan Laba Rugi; (2)
Menampilkan secara terpisah pengeluaran untuk pengendalian lingkungan dalam Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana.; (3) Mengklasifikasi secara terpisah fasilitas pengendalian
lingkungan dan penyusutannnya di neraca.; (4) Pengakuan pengendalian lingkungan yang
bermuara pada kerugian luar biasa (extraordinary losses) atau koreksi laba ditahan.; (5)
Menggunakan basis akrual untuk kewajiban lingkungan, mengungkapkan pengeluaran
untuk pengendalian polusi yang material di masa depan.
Adapula alternatif lain untuk pelaporan kinerja lingkungan yang berupaya
menyajikan informasi yang relevan dan dapat dipahami mengenai praktek dan kinerja
lingkungan suatu perusahaan: (1) Narrative disclosure.; (2) Footnote disclosure.; (3)
Additional accounts untuk mencatat transaksi yang terkait dengan lingkungan.; (4)
Pollution report.; (5) Environment exchange report. Laporan ini mengakui pertukaran
input dan output dari sumber daya yang digunakan dan dihasilkan pada proses operasi
suatu perusahaan yang terkait dengan lingkungan.; (6) Social responsibility annual report.;
(7) Social Income Statement. Laporan laba rugi ini berisi laporan tentang laba rugi sosial
(net social profit/loss) sebagai hasil pengurangan social benefit dengan social cost.
Laporan ini sebenarnya berisi kinerja sosial perusahaan yang disajikan dalam format laba
rugi. Faktor-faktor yang diteliti para peneliti tersebut dapat diringkas ke dalam tabel
berikut.
Tabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi CSP
Faktor eksternal
Meek et al
Negara anal pemegang saham
mayoritas
Ukuran perusahaan
Status terdaftar di bursa efek
internasional
Jen is industri
Kepemilikan kegiatan usaha di
luar negeri
Leverage
Tingkat keuntungan
Faktor eksternal
Stanwick & Stanwick
Kedermawanan perusahaan
Faktor eksternal
Marshall & Brown
Diversifikasi usaha
Chief Executive Officer
Ukuran perusahaan
Kepatuhan terhadap ISO
14001
Jenis industri
Peraturan lingkungan di suatu
negara
Pegawai
Lingkungan alam
Kinerja keuangan
Sumber: diolah
Penelitian terhadap akuntansi dan pengungkapan tanggung jawab sosial, khususnya di
bidang lingkungan, belum banyak dilakukan di Indonesia. Menurut Wiwik (2005), Henny
dan Murtanto (2001) yang dikutip oleh Wiwik (2007), sebagian besar praktik
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan didominasi dengan pengungkapan yang
berkaitan dengan sumber daya manusia, sedangkan pengungkapan lingkungan masih
relatif sedikit dan hanya sebatas pengungkapan yang bersifat naratif. Muhammad dan
Dista (2006) menyimpulkan bahwa kesediaan emiten memberikan pengungkapan
lingkungan dalam laporan tahunannya dipengaruhi oleh dorongan manajemen, manajemen
lingkungan proaktif, dan kinerja lingkungan. Ignatius dkk (2006) mengungkapkan bahwa
kinerja lingkungan berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan. Menurut Wiwik
(2007), ukuran kinerja lingkungan juga dapat diproksi dari komitmen manajemen terhadap
336
Priantara: 5tudi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja 5osial...
pengelolaan lingkungan yang baik yang tercermin dari ada tidaknya sertifikasi ISO 14001.
Pengaruh ISO 14001 terhadap kinerja lingkungan dan pengungkapannya oleh emiten di
Malaysia juga diakui oleh Ahmad dan Sulaiman (2004).
Untuk keperluan penelitian ini, Peneliti memilih menggunakan dan
mengkombinasikan faktor-faktor yang dikemukakan oleh Meek et.al (1995), Marshall dan
Brown (2003) karena lebih mudah mencari datanya dan di antara kedua peneliti tersebut
sama-sama menggunakan dua faktor yang sama yakni ukuran perusahaan dan jenis
industri. Di samping hasil penelitian Meek et.al dan Marshall dan Brown tersebut, Peneliti
memasukkan 3 faktor tambahan yakni: (a) Umur perusahaan; (b) Umur menjadi
perusahaan terbuka; (c) Kepatuhan pada Good Corporate Governance (GCG)
Peneliti belum menemukan referensi penelitian sebelumnya, artikel, atau buku yang dapat
menjelaskan hubungan dan pengaruh ketiga faktor tambahan tersebut terhadap
pengungkapan kinerja sosial perusahaan di bidang lingkungan. Namun demikian, menurut
pendapat Peneliti ketiga faktor tersebut layak untuk diteliti karena terdapat dasar logika
yang positif yang menghubungkan umur perusahaan, umur menjadi perusahaan terbuka
dan penerapan GCG dengan pengungkapan kinerja sosial perusahaan di bidang
lingkungan.
Oleh karena itu, faktor eksternal akuntan yakni faktor organisasional dan keuangan
perusahaan yang akan diteliti adalah: ukuran perusahaan, leverage, jenis industri,
profitability, diversifikasi usaha, kepatuhan terhadap ISO 14001, status terdaftar di bursa
efek luar negeri/internasional, negara asal pemegang saham mayoritas, kegiatan usaha di
luar negeri, umur perusahaan, umur menjadi perusahaan terbuka, kepatuhan pada GCG.
Maka, model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
ukuran perusahaan
umur go public
umur
Derusahaan
profitability
diversifikasi usaha
keikutsertaan ISO
14001
terdaftar di bursa LN
leverage
hasil kegiatan
di LN
negara asal
owner
jenis industri
Gambar 1: Model penelitian
Sumber: Penulis
Pembentukan hipotesis. Agar 12 faktor eksternal akuntan (faktor organisasional dan
keuangan perusahaan) tersebut di atas dapat memprediksi probabilita perusahaan untuk
menerapkan EMS dan environment-related accounting yang tercermin pada CER maka
harus dilakukan tiga hal sebagai berikut.
a. Penilaian kelayakan model regresi dimana hipotesanya adalah:
Ho: Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.
Ha: Ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi
yang diamati.
337
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
b. Penilaian overall model fit dimana hipotesanya adalah:
Ho: Model yang dihipotesakan cocok/fit dengan data.
Ha: Model yang dihipotesakan tidak cocok/fit dengan data.
c. Pengujian koefisien regresi dimana berdasarkan uraian konsep dan teori dari berbagai
rujukan serta kerangka teoritis yang Peneliti coba kembangkan, maka hipotesis yang
ingin diuji adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di bidang
lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Ho l : Ukuran perusahaan berpengaruh atas probabilita CER.
Hai : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh atas probabilita CER.
H2 : Leverage berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di bidang lingkungan
atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Hoe: Leverage berpengaruh atas probabilita CER.
Hat: Leverage berpengaruh atas probabilita CER.
H3 : Jenis industri berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di bidang
lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Ho3: Jenis industri berpengaruh atas probabilita CER.
Hai: Jenis industri tidak berpengaruh atas probabilita CER.
I-14 : Profitability berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di bidang lingkungan
atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Ho4: Profitability berpengaruh atas probabilita CER.
Ha4: Profitability tidak berpengaruh atas probabilita CER.
H5 : Diversifikasi usaha berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di bidang
lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Hos: Diversifikasi usaha berpengaruh atas probabilita CER.
Has: Diversifikasi usaha tidak berpengaruh atas probabilita CER.
H6 : Kepatuhan pada ISO 14001 berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di
bidang lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Hob: Kepatuhan pada ISO 14001 berpengaruh atas probabilita CER.
Ha6: Kepatuhan pada ISO 14001 tidak berpengaruh atas probabilita CER.
117 : Status terdaftar di bursa efek luar negeri/internasional berpengaruh atas probabilita
pengungkapan CSP di bidang lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau
laporan keuangan
Hoy: Status terdaftar di bursa efek luar negeri/internasional berpengaruh atas
probabilita CER.
Hai: Status terdaftar di bursa efek luar negeri/internacional tidak berpengaruh atas
probabilita CER.
H8 : Negara asal pemegang saham (owner) mayoritas berpengaruh atas probabilita
pengungkapan CSP di bidang lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau
laporan keuangan.
Hog: Negara asal pemegang saham (owner) mayoritas berpengaruh atas probabilita
CER.
Hag: Negara asal pemegang saham (owner) mayoritas tidak berpengaruh atas
probabilita CER.
H9 : Kegiatan usaha di luar negeri berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di
bidang lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Hog: Kegiatan usaha di luar negeri berpengaruh atas probabilita CER.
338
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja Sosial...
Hag: Kegiatan usaha di luar negeri tidak berpengaruh atas probabilita CER
H10: Umur perusahaan berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di bidang
lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Ho io:Umur perusahaan berpengaruh atas probabilita CER.
Halo: Umur perusahaan tidak berpengaruh atas probabilita CER.
Umur
menjadi perusahaan terbuka berpengaruh atas probabilita pengungkapan
H11:
CSP di bidang lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Ho' :Umur menjadi perusahaan terbuka berpengaruh atas probabilita CER.
Hail: Umur menjadi perusahaan terbuka tidak berpengaruh atas probabilita CER.
H12: Kepatuhan pada GCG berpengaruh atas probabilita pengungkapan CSP di bidang
lingkungan atau CER dalam laporan tahunan atau laporan keuangan.
Ho12:Kepatuhan pada GCG berpengaruh atas probabilita CER.
Ha12: Kepatuhan pada GCG tidak berpengaruh atas probabilita CER.
Ketiga hal (penilaian kelayakan model regresi, penilaian overall model fit, pengujian
koefisien regresi) terus dilakukan sampai diperoleh model yang layak dan fit serta variabel
independent yang signifikan atau memiliki pengaruh dan dapat memprediksi probabilita
perusahaan untuk menerapkan EMS dan environment-related accounting yang tercermin
pada CER.
METODE
Data dan penentuan sampel. Peneliti melakukan survey terhadap 158 perusahaaan go
public yang bergerak di bidang industri pertanian, manufaktur dan pertambangan dari total
330 perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta per tanggal 31 Maret 2005.
Untuk keperluan penelitian ini ke-158 perusahaan tersebut menjadi populasi sekaligus
sampel purposif. Walaupun pada literatur metode penelitian terdapat rumus Slovin dan
Zikmund untuk menentukan jumlah sampel sehingga sangat dimungkinkan untuk
melakukan penelitian terhadap beberapa perusahaan yang dipilih menjadi sampel, tetapi
peneliti tidak menggunakannya dengan alasan yaitu constraint pada penelitian ini masih
dapat di-manage oleh Peneliti. Perincian jenis usaha atau jenis industri ke-330 perusahaan
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sebaran jenis industri Perusahaan Terbuka per 31 Maret 2005
No
Jenis Industri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanian
Pertambangan
Manufaktur dasar & kimia
Manufaktur aneka
Manufaktur barang konsumsi
4 perusahaan kategori 1 s.d 5 yang terdaftar di bursa efek 2004
Properti & real estate
Infrastruktur, utilitas, transportasi
Keuangan
Perdagangan & jasa
Total
Jumlah
Perusahaan
8
9
55
49
37
4
34
16
59
59
330
2,42
2,73
16,67
14,85
11,21
1,21
10,30
4,85
17,88
17,88
100,00
Sumber: Bisnis Indonesia, 31 Maret 2005
339
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
Peneliti memilih industri pertambangan, pertanian, manufaktur sebagai objek penelitian
karena sektor industri itulah yang berpotensi menjadi sumber polusi (polutan) sehingga
sudah sepatutnya ketiga sektor industri tersebut menerapkan EMS dan environmentalrelated accounting. Peneliti sengaja memilih perusahaan yang sudah go public karena
Peneliti beranggapan perusahaan itu lebih mudah memasok informasi dan data kepada
publik. Keterbukaan informasi dimaksud disebabkan peraturan pasar modal mewajibkan
mereka bertindak transparan. Faktor inilah yang menjadikan perusahaan itu layak menjadi
obj ek penelitian.
Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian laporan tahunan dan laporan
keuangan emiten yang tersimpan di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Jakarta,
akses terhadap situs Bursa Efek Jakarta dan Menteri Lingkungan Hidup, buku Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) 2003, akses terhadap situs-situs perusahaan terbuka,
akses terhadap situs Bapepam dan Forum on GCG Indonesia. Data yang diperoleh bersifat
cross-section yang terdiri dari data rasio dan nominal. Data diolah dengan SPSS versi 10.
Karena data yang diperoleh tidak melulu data rasio maka penelitian ini tidak seperti
lazimnya yakni menggunakan analisis regresi linier dan uji klasikal, melainkan
menggunakan analisis regresi logistik dan alat-alat statistik lain yang sesuai dengan tipe
data yang diperoleh.
Pengukuran variabel dependent dan variabel independent. Tabel 3 meringkas indikator
yang dipakai untuk mengukur variabel dependent dan variabel independent serta sumber
perolehan data. Beberapa indikator variabel adalah berupa data nominal.
Tabel 3. Variabel independent & dependent, indikator, dan sumber data
Variabel
independent
dan dependent
Variabel dependent
1 CER
No
Variabel independent
1
SIZE
2 LEV
3 TYPE
4 PROF
5 DIV
6 ISO
7 SXLN
8 OWNER
9 BUSLN
10 AGE
340
Indikator
Ada atau tidak ada pelaporan lingkungan
hidup pada laporan tahunan/keuangan 2002
dan dalam bentuk apa pelaporannya
Sumber data
Laporan Tahunan atau
Laporan Keuangan
2002, situs emiten
ICMD 2003
Consolidated sales turnover
ICMD 2003
Total debt to total equity ratio
Manufaktur dasar dan kimia, manufaktur ICMD 2003
barang konsumsi, pertanian, pertambangan
ICMD 2003
Return on sales
Terdiversifikasi atau tidak, dan jumlah lini ICMD 2003, laporan
tahunan 2002
bisnis
Sudah ISO 14001 atau tidak, dan sejak situs emiten, Menteri
LH,laporan tahunan
kapan ISO 14001
2002
Listing di bursa efek dalam negeri atau ICMD 2003, laporan
tahunan 2002
listing di bursa efek dalam dan luar negeri
Pemegang saham lokal atau pemegang ICMD 2003, laporan
saham asing dan persentase kepemilikan
tahunan 2002
Rasio penjualan di luar negeri terhadap laporan tahunan dan
laporan keuangan 2002
consolidated sales
ICMD 2003, situs BEI
Usia perusahaan s.d 31-12-2004
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja
No
Variabel
Indikator
Sumber data
independent
dan dependent
11 IPO
Usia menjadi perusahaan go public s.d. 31- ICMD 2003, situs BEI
12-2004
Sudah menerapkan GCG yang dibuktikan laporan tahunan,
dengan atestasi oleh pihak independent laporan keuangan 2002,
atau tidak
situs Bapepam &
FGCGI
12 GCG
Sumber: diolah Penulis
Metode analisis data. Terdapat dua metode dependent yaitu analisis diskriminan dan
regresi logistik (Singgih, 2000:147; Ghozali, 2001:7; Alreck & Settle, 1995:284; Kuncoro,
2003:214), tetapi mengingat data pada variabel independent ada yang nominal dan ada
yang rasio maka regresi logistik yang lebih tepat digunakan. Adapun persamaan regresi
logistik sebagai berikut:
Ln
p
CER
1-p
==b0 + b1 SIZE + b2LEV + b3TYPE + b4PROF + b5DIV + b6ISO +
b7SXLN + b8OWNER + b9BUSLN + b10AGE + b JP° + b12GCG + s
Bila regresi dengan variabel independent berupa variabel dummy, maka dikategorikan
sebagai regresi dummy. Regresi logistik digunakan jika variabel dependent berupa variabel
kategori. Misalnya, variabel dependent berupa dua respon yakni gagal (dilambangkan
dengan nilai 0) dan berhasil (dilambangkan dengan nilai 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Corporate Environment Reporting. Untuk keperluan statistik inferensi
kuantitatif, emiten yang membuat pelaporan CSP atau dengan kata lain telah memuat
CER di dalam laporan tahunan atau laporan keuangannya diberi kode 0 sedangkan yang
tidak memuat diberi kode 1. Untuk analisis kualitatif tentang CER, Peneliti memilahnya
menjadi emiten yang komprehensif dalam memuat CER, emiten yang sedikit memuat CER,
dan emiten yang sama sekali tidak memuat CER. Suatu emiten masuk kategori
komprehensif bilamana emiten membuat pengungkapan secara memadai dalam bentuk
laporan tentang Health Safety and Environment, Environment Management, Environment
& Community Development, Sustainability in All Operations, Quality Control &
Lingkungan, Kepedulian Lingkungan Hidup. Pelaporan CER ini termasuk jenis social
responsibility annual report. Emiten yang sedikit memuat CER adalah emiten yang hanya
membuat narrative disclosure yang sumir. Tabel 4 menjelaskan kedalaman emiten
memuat CER.
Tabel 4. Gambaran Emiten yang Memuat CER
Kategori Emiten
Jumlah
Emiten yang memuat CER secara komprehensif
30
Emiten yang sedikit memuat CER
24
Emiten yang tidak memuat CER
104
158
Total
18,99
15,19
65,82
100
Sumber: Penulis
341
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
Gambaran Environmental Management Systems (EMS). Hanya ada 31 situs perusahaan
atau 19,62 % dari 158 perusahaan terbuka yang membangun sendiri informasi mengenai
EMS (lihat tabel 5)
Tabel 5. Daftar 31 Perusahaan yang Memuat EMS di Situs Perusahaan
No
Emiten
1
Tambang Batubara Bukit Asam
2
Apexindo Pratama Duta
3
Medco Energi Internasional
4
Aneka Tambang
5
International Nickel Indonesia
6
Indocement Tunggal Prakarsa
7
Semen Gresik
8
Semen Cibinong
9
Asahimas Flat Glass
10 Unggul Indah Cahaya
11 Asiaplast Industry
12 Sumalindo Lestari Jaya
13 Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
14 Supar Inparma (Suparma)
15 Sinar Mas Agro Resources & Trade (SMART)
16 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
17 Indah Kiat Pulp & Paper
18 Selamat Sempurna
19 Andi Chandra Automotive & Parts
20 Astra International
21 Aqua Golden Misissippy
22 Suba Indah
23 Tunas Baru Lampung
24 GT Petrochem
25 Eratex Djaja
26 Tempo Scan Pacific
27 Indorama
28 Apac Citra Centertex
29 Branta Mulia
30 Goodyear Indonesia
31 Mandom Indonesia
Sumber: Penulis
Kode Saham
PTBA
APEX
MEDC
ANTM
INCO
INTP
SMGR
SMCB
AMFG
UNIC
APLI
SULI
SAIP
SPMA
SMAR
TKIM
IIKP
SMSM
ACAP
ASII
AQUA
SUBA
TBLA
ADMG
ERTX
TSPC
INDR
MYTX
BRAM
GDYR
TCID
Berdasarkan hasil penelitian terhadap praktek EMS yang dilaporkan dalam situs
perusahaan, dapat dilihat bahwa perusahaan menganggap EMS sebagai upaya-upaya
penyediaan sarana fisik dan pemenuhan kewajiban legal yang terkait dengan lingkungan
hidup seperti kewajiban menyusun Analisis Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL),
Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL), Usaha Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL), upaya pengendalian limbah seperti water treatment.
Belum banyak perusahaan yang bersikap visioner dan proaktif dengan memandang dan
menyatakan secara tegas tanggung jawab sosial perusahaan di bidang lingkungan sehingga
mereka memperlakukan operasi perusahaan mereka dalam konteks pembangunan
berkelanjutan (sustainability development).
342
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja 5osial...
Analisis Multivariat (regresi logistik). Regresi logistik dijalankan untuk mendapatkan
model persamaan yang layak, cocok atau fit dengan data, dan variabel independent yang
signifikan (mampu memprediksi probabilita perusahaan melakukan CER). Regresi logistik
tidak mensyaratkan jumlah sampel untuk variabel dependent yaitu CER harus seimbang.
Asumsi normalitas juga tidak perlu dipenuhi pada regresi logistik karena variabel
independent merupakan campuran data nominal dan rasio.
a. Menilai keseluruhan model (overall model fit). Statistik yang digunakan adalah
maximum likelihood.
1) Angka -2 Loglikelihood. Running regresi logistik membuat dua kali block yaitu Block 0
yang hanya memasukkan konstanta dan Block 1 yang sudah memasukkan konstanta dan
variabel independent. Penurunan -2 Loglikelihood menunjukkan model regresi yang
lebih baik. Pada awal blok (Block 0) angka -2 Loglikelihood adalah 202,936 dan pada
block 1 diperoleh angka 96,170. Penurunan -2 Loglikelihood juga bermakna bahwa
karena pada block 0, Ho ditolak yang berarti jika model hanya berupa konstanta, model
tidak fit dengan data input, lalu block dilanjutkan sehingga diperoleh block 1 dimana
Ho tidak dapat ditolak yang berarti model sudah fit dengan data input.
2) Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Running regresi logistik menunjukkan
Cox & Snell R Square sebesar 0,491 dan Nagelkerke R Square sebesar 0,679 yang
berarti variabilitas variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variabel independent
adalah sebesar 67,9%. Sedangkan 32,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk
dalam penelitian ini.
b. Menilai kelayakan model regresi (goodness offit)
1) Tes Hosmer & Lemeshow. Statistik yang digunakan adalah chi square pada tes Hosmer
& Lemeshow.Ho akan diterima jika angka signifikansi chi square > 0,05. Running
regresi logistik menunjukkan basil statistik chi square pada tes Hosmer & Lemeshow
adalah sebesar 0 yang < dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Ini berarti model regresi logistik
awal tidak layak dipakai untuk analisis karena ada perbedaan yang nyata antara
klasifikasi yang diprediksi dengan yang diamati atau model tidak mampu memprediksi
nilai observasinya. Oleh karena itu, akan dilakukan running ulang (lihat tabel 7) agar
model fit.
2)Tabel klasifikasi 2X2. Running regresi logistik menunjukkan bahwa pada kolom,
prediksi perusahaan yang mengungkapkan CER sebanyak 47. Pada baris, basil
observasi yang sesungguhnya adalah 54 perusahaan yang mengungkapkan CER.
Menurut tabel klasifikasi 2X2 ketepatan model ini adalah tinggi, yakni 89,2%.
c. Menguji hipotesa (koefisien regresi). Pengujian koefisien regresi tercermin pada
estimasi maximum likelihood parameter dari model regresi yang dapat dilihat pada
tampilan tabel variable in the equation. Ho akan diterima jika angka signifikansi < 0,05.
Hipotesis 1: Tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi > 0,05
sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain ukuran perusahaan tidak berpengaruh atas
probabilita CER. Hasil studi ini berbeda dengan penelitian Marshall & Brown (2003)
yang mengutip Gray et al bahwa organisasi yang lebih besar umumnya lebih mudah
untuk menerbitkan laporan lingkungan. Hasil studi ini juga berbeda dengan penelitian
Meek et al (1995).
Hipotesis 2: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi >
0,05 sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain leverage tidak berpengaruh atas
probabilita CER. Hasil studi ini berbeda dengan penelitian Meek et al (1995) bahwa
pengungkapan sukarela dapat meningkat karena leverage.
343
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
Hipotesis 3: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi <
0,05 sehingga Ho tak ditolak atau dengan kata lain jenis industri berpengaruh atas
probabilita CER. Hasil studi ini sejalan dengan penelitian Meek et al (1995) bahwa jenis
industri memainkan pengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Jenis industri yang
signifikan hanyalah pertambangan, pertanian, manufaktur dasar dan kimia. Temuan ini
sesuai dengan hasil penelitian Kolk (2001) yang dikutip oleh Marshall & Brown (2003)
bahwa perusahaan yang memiliki dampak lingkungan lebih mudah mempublikasikan
CER.
Hipotesis 4: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi <
0,05 sehingga Ho tak ditolak atau dengan kata lain profitabilitas berpengaruh atas
probabilita CER. Hasil studi ini sejalan dengan penelitian Meek et al (1995) bahwa
perusahaan yang lebih menguntungkan dapat diharapkan secara sukarela
mengungkapkan informasi lebih banyak.
Hipotesis 5: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi >
0,05 sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain diversifikasi usaha tidak berpengaruh
atas probabilita CER
Hipotesis 6: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi <
0,05 sehingga Ho tak ditolak atau dengan kata lain ISO 14001 berpengaruh atas
probabilita CER. Hasil studi ini sejalan dengan penelitian Marshall & Brown (2003)
bahwa perusahaan yang mematuhi ISO 14001 cenderung mengumpulkan dan
mengungkapkan data lingkungan lebih banyak.
Hipotesis 7: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi >
0,05 sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain status terdaftar di bursa saham luar
negeri tidak berpengaruh atas probabilita CER. Hasil studi ini berbeda dengan penelitian
Meek et al (1995) bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa saham internasional lebih
mendapat tekanan untuk mengungkapkan informasi.
Hipotesis 8:
Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi < 0,05
sehingga Ho diterima atau dengan kata lain negara asal pemegang saham pengendali
berpengaruh atas probabilita CER. Hasil studi ini sejalan dengan penelitian Meek et al
(1995) dimana perbedaan biaya politik akan mendorong perbedaan dalam
pengungkapan sukarela khususnya informasi sosial dan nonfinancial. Hasil ini juga
sama dengan penelitian Marshall & Brown (2003) dimana perbedaan Negara pemegang
saham telah memainkan peranan penting tentang bagaimana merespon tekanan untuk
memperbaiki kinerj a lingkungan.
Hipotesis 9: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi >
0,05 sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain pendapatan dari luar negeri tidak
berpengaruh atas probabilita CER. Hasil studi ini tak sejalan dengan penelitian Meek et
al (1995) dimana internasionalisasi kegiatan usaha akan berdampak pada peningkatan
keragaman informasi yang diminta.
Hipotesis 10: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi
> 0,05 sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain umur perusahaan tidak berpengaruh
atas probabilita CER. Hasil studi ini tak sejalan dengan hipotesa Peneliti dimana
semakin tua umur suatu perusahaan maka semakin mudah memberikan pengungkapan
sukarela.
Hipotesis 11: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi
> 0,05 sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain umur perusahaan go public (Tbk)
344
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja Sosial...
tidak berpengaruh atas probabilita CER. Hasil studi ini tak sejalan dengan hipotesa
Peneliti dimana semakin lama suatu perusahaan go public maka semakin mudah
memberikan pengungkapan sukarela.
Hipotesis 12: Tampilan tabel variable in the equation menunjukkan angka signifikansi
> 0,05 sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain GCG tidak berpengaruh atas
probabilita CER. Hasil studi ini tak sejalan dengan hipotesa Peneliti bahwa jika suatu
perusahaan menerapkan good corporate governance semestinya semakin mudah
memberikan pengungkapan sukarela.
Hasil regresi logistik pertama menunjukkan hasil yang tidak memuaskan yang
ditandai dengan adanya beberapa variabel independent yang tidak signifikan sehingga Ho
bahwa variabel ybs berpengaruh atas probabilita CER ditolak dan yang terpenting adalah
hasil Tes Hosmer & Lemeshow di bawah 0,05 sehingga model dinyatakan tidak layak.
Oleh karena itu, harus dilakukan regresi ulang. Hasil regresi logistik pertama disajikan
pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil running pertama regresi logistik
Jenis pengujian
Menilai keseluruhan model
Hasil regresi & kepatuhan
Model cocok dengan data
Koefisien determinasi 67,9%
(overall model fit)
Model
tak layak karena Ho ditolak
Menilai kelayakan model regresi
Ketepatan model 89,2%
(goodness of fit)
Menguji koefisien regresi :
Variabel di-drop karena H1 ditolak
a. Variabel SIZE
Variabel di-drop karena H2 ditolak
b. Variabel LEV
Variabel tidak di-drop karena H3 diterima
Variabel
TYPE
c.
Variabel tidak di-drop karena H4 diterima
d. Variabel PROF
Variabel di-drop karena H5 ditolak
e. Variabel DIV
Variabel tidak di-drop karena H6 diterima
f. Variabel ISO
Variabel di-drop karena H7 ditolak
g. Variabel SXLN
Variabel tidak di-drop karena H8 diterima
h. Variabel OWNER
Variabel di-drop karena H9 ditolak
i. Variabel BUSLN
j. Variabel AGE
Variabel di-drop karena H10 ditolak
k. Variabel IPO
Variabel di-drop karena Hll ditolak
Variabel di-drop karena H12 ditolak
1. Variabel GCG
Sumber: penulis
Hasil regresi logistik ulang menunjukkan hasil memuaskan yang ditandai dengan 4
variabel independent tetap signifikan sehingga Ho bahwa ke-4 variabel berpengaruh atas
probabilita CER diterima dan yang terpenting adalah hasil Tes Hosmer & Lemeshow di
bawah 0,05 sehingga model dinyatakan layak. Hasil regresi logistik ulang disajikan pada
tabel 7.
Hasil regresi menunjukkan bahwa keempat variabel yakni ISO (kepatuhan terhadap
ISO 14001), TYPE tertentu (jenis industri pertanian, pertambangan, manufaktur dasar &
kimia), PROF (profitabilitas), OWNER (negara asal pemegang saham mayoritas) tetap
menunjukkan angka signifikansi < 0,05.
345
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
Tabel 7. Hasil running ulang regresi logistik
Jenis pengujian
Hasil regresi & keputusan
Menilai keseluruhan model (overall Model cocok dengan data
model fit)
Koefisien determinasi 65,5%
Menilai kelayakan model regresi Model layak karena Ho diterima
(goodness of fit)
Ketepatan model 88%
Menguji koefisien regresi:
1. Variabel TYPE
Ho diterima, tetapi arah negatif
m. Variabel PROF
Ho diterima, arab positif
n. Variabel ISO
Ho diterima, arab positif
o. Variabel OWNER
Ho diterima, tetapi arah negatif
Sumber: Penulis
Berdasarkan hasil regresi ulang tersebut maka model regresi logistik yang telah dinilai
layak (goodness of fit) dan cocok/fit (overall model fit) adalah sebagai berikut:
= - 2,466 — 4,257 TYPE Pertambangan— 3,673 TYPE Pertanian — 2,156
p
Ln
CER
TYPE Manufaktur Dasar dan Kimia + 0,045 PROF — 1,975 OWNER
1-p
+ 5,827 ISO + z
Singgih (2000, 181) menyatakan bahwa probabilitas (log of odds) berada antara 0 dan 1
maka jika log of odds < 0 berarti = 0 (tidak ada probabilitas negatif), sebaliknya jika log of
odds > 1 berarti = 1. Dari model regresi logistik ini, untuk kasus emiten di Bursa Efek
Indonesia dan variabel negatif diabaikan maka ternyata log of odds emiten melakukan
pengungkapan kinerja sosial di bidang lingkungan (CER) adalah dipicu dengan kuat oleh
kepatuhan emiten pada ISO 14001 sedangkan faktor profitabilitas memiliki pengaruh yang
lemah.
PENUTUP
Kesimpulan. Hanya sedikit emiten (19%) yang secara suka rela membuat CER pada
laporan tahunannya secara komprehensif. Yang dimaksud CER komprehensif adalah jika
mengungkap secara detil (memadai) tentang EMS yang diterapkan di perusahaan ybs.
Bentuk EMS yang diterapkan adalah masih dominan untuk memenuhi kewajiban hukum
seperti menyusun Analisis Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL), Usaha Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL), water treatment. Belum banyak perusahaan yang
bersikap visioner dan proaktif dengan memandang dan menyatakan secara tegas tanggung
jawab sosial perusahaan di bidang lingkungan sehingga mereka memperlakukan operasi
perusahaan mereka dalam konteks sustainability development.
Selanjutnya untuk menjawab hubungan dependence 12 faktor keuangan dan
organisasional terhadap probabilita penerapan EMS dan environment-related accounting
yang tercermin pada CER hams dilakukan regresi logistik dengan mendapatkan hasil
sebagai berikut: Pertama. Hasil regresi logistik pertama menunjukkan hasil yang tidak
memuaskan yang ditandai dengan adanya beberapa variabel independent yang tidak
signifikan sehingga Ho bahwa variabel ybs berpengaruh atas probabilita CER ditolak dan
yang terpenting adalah hasil Tes Hosmer & Lemeshow di bawah 0,05 sehingga model
dinyatakan tidak layak. Oleh karena itu, harus dilakukan regresi ulang. Kedua. Hasil
346
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja Sosial...
regresi logistik ulang menunjukkan hasil memuaskan yang ditandai dengan 4 variabel
independent tetap signifikan sehingga Ho bahwa ke-4 variabel berpengaruh atas
probabilita CER diterima dan yang terpenting adalah basil Tes Hosmer & Lemeshow di
bawah 0,05 sehingga model dinyatakan layak.
Dari model regresi logistik ini, untuk sampel purposif emiten di Bursa Efek
Indonesia dan jika variabel negatif diabaikan maka ternyata log of odds emiten melakukan
pengungkapan kinerja sosial di bidang lingkungan (CER) adalah dipicu dengan kuat oleh
kepatuhan emiten pada ISO 14001 sedangkan faktor profitabilitas memiliki pengaruh yang
lemah. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Ahmad dan Sulaiman di Malaysia
(2004)yang menunjukkan kepatuhan ISO 14001 memiliki pengaruh pada kinerja
lingkungan dan pengungkapannya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Ignatius dick (2006) terhadap emiten di Indonesia selama 2001-2005 yang menunjukkan
kinerja lingkungan (kepatuhan ISO 14001) berpengaruh positip terhadap pengungkapan.
Hasil penelitian ini tidak seluruhnya sama dengan basil penelitian terdahulu di
Negara maju karena hanya faktor ISO 14001 dan tingkat profitabilitas perusahaan yang
memiliki pengaruh kepada probabilita perusahaan untuk mengungkapkan secara sukarela
(bukan karena ada regulasi Pemerintah) kinerja sosialnya di bidang lingkungan (CER).
Adapun variabel lain yang dipakai pada penelitian Meek et al (1995) atas laporan tahunan
perusahaan di Amerika Serikat, Inggris dan Eropa, serta penelitian Marshal dan Brown
(2003) di Australia yaitu ukuran perusahaan, kegiatan usaha di luar negeri, status terdaftar
di bursa efek luar negeri, negara asal pemegang saham mayoritas, leverage, jenis industri,
dan diversifikasi usaha yang diturunkan dari penelitian terdahulu ditolak pada penelitian
ini. Demikian pula tiga variabel yang dihipotesa sendiri oleh Peneliti, yakni kepatuhan
pada GCG, umur perusahaan,lama menjadi perusahaan terbuka ikut ditolak pada
penelitian ini.
Keterbatasan dan implikasi hasil penelitian. Seluruh hipotesa yang diteliti dalam
penelitian ini tidak seluruhnya dapat dijadikan acuan mutlak bagi para pihak yang
berkepentingan pada pengungkapan kinerja sosial perusahaan di bidang lingkungan karena:
1. Mungkin saja masih ada variabel lain yang belum dimasukkan dalam model dan
kemungkinan Peneliti salah dalam mengambil proxy.
2. Sampel purposif yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan berpotensi polutan
(industri pertambangan, pertanian, manufaktur) sebanyak 158 per 31 Maret 2005 atau
47,88 % dari seluruh perusahaan (330 perusahaan) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tidak mewakili semua perusahaan yang ada di Indonesia. Jadi terdapat
potensi kekeliruan dalam pemilihan sampel yaitu bahwa sampel yang terpilih belum
tentu semuanya termasuk dalam kategori representatif. Resiko kesalahan pemilihan
sampel akan mengakibatkan kesalahan atau resiko dalam penarikan kesimpulan
penelitian. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi ke seluruh jenis industri di
Indonesia.
3. Perbedaan kebijakan akuntansi yang dipilih emiten yang melandasi penyusunan
laporan keuangan. Periode laporan keuangan dan laporan tahunan yang diteliti tidak
mencakup suatu kurun waktu yang panjang tetapi hanya mencakup laporan keuangan
dan laporan tahunan untuk periode tertentu dan terbatas yakni tahun 2002, sehingga
data yang diteliti bersifat cross-sectional pada tahun tersebut. Peneliti tidak melakukan
upaya untuk memperoleh management report atau internal report lainnya untuk
menambah dan memperdalam informasi dan data penelitian.
347
Jurnal Manajemen/Volume XVI, No. 03, Oktober 2012: 332-349
Namun demikian, hasil penelitian ini sudah dapat dijadikan masukan dan gambaran seperti
apa penerapan EMS dan environment-related accounting, variabel yang mempengaruhi
probabilitas perusahaan melakukan pengungkapan kinerja sosial perusahaan secara
sukarela di bidang lingkungan (CER). Jika melihat hasil analisa multivariat regresi logistik,
ternyata hanya variabel ISO 14001 yang sangat memberikan pengaruh kepada probabilitas
perusahaan melakukan CER. Variabel lain yang dapat mempengaruhi probabilitas
perusahaan melakukan CER, walau nilainya tidak material, adalah profitability ratio
(PROF).
Keikutsertaan perusahaan pada ISO 14001 merupakan wujud kesadaran perusahaan
yang sangat baik untuk peduli dan bersahabat pada lingkungan hidup melalui penyusunan
dan implementasi standar prosedur operasional yang memiliki dampak lingkungan hidup
atau EMS. Perusahaan yang ikut serta pada ISO 14001 berarti perusahaan telah siap dinilai
secara kontinyu oleh dan terbuka kepada penilai ekternal yang independen terhadap
pelaksanaan EMS dan regulasi Pemerintah di bidang lingkungan hidup. Kesadaran ini
mendorong keterbukaan kepada publik tentang EMS yang sudah dibangun.
Saran untuk Penelitian Selanjutnya,Penelitian ini bermanfaat untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan kinerja sosial di
bidang lingkungan (CER) sehingga publik dapat menilai Perusahaan yang memiliki
kinerja sosial di bidang lingkungan melalui EMS dan environmental-related accounting.
Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diarahkan untuk memperluas jumlah sampel tanpa
harus terbatas dengan status go public sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang
lebih komprehensif
Berhubung data dan kondisi yang diteliti adalah untuk emiten per 31 Maret 2005,
penelitian selanjutnya diarahkan kepada perkembangan terkini praktik EMS, CER dan
environmental-related accounting. Penelitian-penelitian lanjutan diharapkan dapat
memberikan argumen dan masukan yang kuat bagi Pemerintah untuk mengambil
keputusan yang dapat menciptakan iklim yang dapat mendorong perusahaan suka rela
untuk mengungkapkan kinerja sosial di bidang lingkungan.
Peneliti berharap penelitian berikutnya dapat memberikan temuan baru yang
memperkuat atau bahkan memperbaiki kesimpulan Peneliti yang menyatakan bahwa pada
kasus emiten di Bursa Efek Indonesia ternyata log of odds emiten melakukan
pengungkapan suka rela kinerja sosialnya di bidang lingkungan (CER) yang berarti emiten
menerapkan EMS dan environment-related accounting adalah dipicu dengan kuat oleh
kepatuhan emiten pada ISO 14001 dan sedikit dipengaruhi oleh profitabilitas (tingkat
keuntungan)perusahaan.Peneliti berharap penelitian selanjutnya dapat memperkaya studi
tentang akuntansi lingkungan demi kelangsungan hidup dan kelestarian bumi.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, N., M. Sulaiman. (2004). Environmental Disclosure in Malaysia Annual Reports:
a Legitimacy Theory Perspective. International Journal of Commerce and
Management., vol 14 (1), page 44
Alreck, Pamela L., Robert B. Settle. (1995). Survey Research Handbook. 2nd ed. Chicago:
Irwin Professional Publishing
Belkaoui, Ahmed R. (1984). Socioeconomic Accounting. Westport, Connecticut: Quorum
Books.
348
Priantara: Studi Empiris Pengungkapan Sukarela Kinerja Sosial...
Bennett, M., James, P. (1998). The green bottom line: management accounting for
environmental improvement and business benefit. Management Accounting, Vol 76
(10), p.20-25.
Bondan.S, Ignatius., Darsono, Siti Muthmainah. (2006). Pengaruh Environmental
Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance: Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Periode 2001-2005.
Paper Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26 Agustus
Florida, R., Davison, D. (2001). Gaining from green management: environmental
management systems inside and outside the factory. California Management Review,
Vol 43 (3), p.64-84.
Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. 2nd ed.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Jakfar, Muhammad., Dista Amalia. (2006). Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan,
Manajemen Lingkungan Proaktif, dan Kinerja Lingkungan terhadap Public
Environmental Reporting. Paper Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26 Agustus
Kuncoro, Mundrajat. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tulisan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Erlangga
Marshall, R.S., Brown, D. (2003). Corporate environmental reporting: What's in a metric ?
Business Strategy and the Environment, Vol 12 (2), p.87-106.
Meek, G.K., Roberts, C.B., Gray, S.J. (1995). Factors influencing voluntary annual report
disclosures by US, UK, continental European MNC. Journal of International
Business Studies, Vol 26 (3), p.555-572.
Singgih, Santoso. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Stanwick, P.A., Stanwick, S.D. (1998). The determinants of corporate social performance:
an empirical examination. American Business Review, Vol 16 (1), p.86-93.
Stanwick, P.A., Stanwick, S.D. (1998). The relationship between corporate social
performance, and organizational size, financial performance, and environmental
performance: an empirical examination. Journal of Business Ethics, Vol 17 (2),
p.195-204.
Utami, Wiwik. (2007). Kajian Empiris Hubungan Kinerja Lingkungan, Kinerja Keuangan,
dan Kinerja Pasar: Model Persamaan Struktural. Paper The First Accounting
Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia, 7-9 November
Wilmshurst, T.D., Frost, G.R. (2001). The role of accounting and the accountant in the
environmental management systems. Business Strategy and the Environment, Vol
10 (3), p.135-147.
349
Download