1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku
seksual
pranikah
yang terjadi
akhir-akhir ini
semakin
mengkhawatirkan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perilaku
seksual pranikah ini akan beresiko terjadinya kejadian infeksi menular seksual
(IMS), HIV-AIDS, meningkatnya kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang
berujung pada aborsi yang tidak aman.
Apabila hal ini terjadi maka akan
berdampak pada kesehatan reproduksi dan masa depan remaja itu sendiri serta
keluarganya. Berdasarkan Survei Nasional Amerika Serikat yang dilaporkan oleh
Central for Disease Control (CDC) tahun 2006 bahwa sebanyak 60,7 % laki-laki
dan 62,3 % perempuan telah melakukan hubungan seksual ketika remaja berada di
kelas 3 SMA. Mosher et al. (2005) menyatakan bahwa persentase remaja usia 1517 tahun di Amerika sebesar 13 % laki-laki dan 11 % perempuan telah melakukan
seks oral, dan usia 18-19 tahun yang melakukan seks oral sebesar 11 % pada lakilaki dan 9 % pada perempuan.
Penelitian yang dilakukan di 3 kota besar Asia yaitu Hanoi, Taipei dan
Sanghai, menunjukkan bahwa di Hanoi sebanyak 1 dari 25 remaja usia 16 tahun
telah berkencan dan 2 dari 25 remaja usia 18 tahun telah berhubungan seksual,
sedangkan di Taipei dan Sanghai jumlahnya 2 hinga 3 kali lebih tinggi dari pada
di Hanoi (Zhang et al., 2002). Dalam Laporan Pendahuluan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia - Keseharan Reproduksi Remaja pada tahun 2012 dilaporkan
bahwa dari 100 perempuan berusia 15-24 tahun yang mengaku setuju dengan
perilaku seksual pranikah adalah sebesar 16,9 % sedangkan untuk laki-laki dari
817 sebesar 45,5 % mengaku setuju dengan perilaku seksual pranikah untuk
dilakukan.
Dalam social cognitive theory, untuk menganalisa perilaku seseorang
maka ada tiga komponen faktor yang harus ditelaah yaitu faktor individu (P :
Person), faktor lingkungan (E : Environment) dan faktor perilaku individu
tersebut (B : Behavior). Individu akan memunculkan satu bentuk perilaku yang
berbeda meskipun lingkungan serupa, namun individu akan bertingkah laku
2
setelah ada proses kognisi atau penilaian terhadap lingkungan sebagai stimulus
yang akan ditindak lanjuti (Bandura, 2011). Faktor personal pada remaja yang
mempengaruhi perilaku seksual pada remaja seperti pengetahuan, harga diri,
efikasi diri, regulasi diri, kepercayaan diri dan religiusitas (Villarreal, 2005).
Gilliam et al. (2007) menyatakan faktor personal yang mempengaruhi remaja
dalam berperilaku seksual adalah usia, jenis kelamin, sikap, pengambilan
keputusan terhadap perilaku seksual dan religiusitas. Berdasarkan rujukan
penelitian tersebut, maka penelitian ini akan membahas tentang perilaku seksual
pranikah yang dilakukan oleh remaja yang dipengaruhi oleh pengetahuan tentang
kesehatan seksual, IMS dan HIV-AIDS, sikap remaja terhadap seksualitas, harga
diri dan efikasi diri yang dimiliki oleh remaja.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengungkap mengapa perilaku
seksual remaja pranikah semakin tinggi di beberapa negara. Penelitian yang
dilakukan oleh Oliver and Hyde (1993) menyatakan bahwa remaja laki-laki lebih
tinggi dalam hal masturbasi dibandingkan perempuan. Berdasarkan SDKI pada
tahun 2012 bahwa persentase laki-laki lebih tinggi dalam hal hubungan seksual
yaitu sebesar 45,5 % dibanding perempuan yang hanya 16,9 %. Perilaku seksual
juga dipengaruhi oleh sikap remaja yang permisif atau terbuka terhadap perilaku
seksual tersebut. Sikap terbuka ini dipengaruhi juga oleh rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan aturan yang mengikat perilaku seksual. Hal ini
disampaikan oleh Sprecher and Hatfield (1996) yang meneliti perilaku seks di 3
negara maju bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja yang permisif atau
terbuka semakin meningkat di kalangan remaja di Amerika dan Rusia karena hal
tersebut bukan sebuah larangan dari orang tua maupun pemerintah setempat untuk
dilakukan, namun berbeda halnya dengan di Jepang dimana hal tersebut masih
merupakan sebuah hal yang melanggar norma dan aturan.
Pengetahuan yang baik dan benar yang diiringi dengan pemahaman yang
benar akan memunculkan sikap dan perilaku sesuai dengan apa yang diketahui
dan dipahaminya. Penelitian yang dilakukan oleh Chacko et al. (2007) di Uganda
menyatakan bahwa pengetahuan seiring dengan perilaku yang di tampilkan oleh
remaja, dimana hal ini terlihat bahwa pengetahuan tentang penggunaan kondom
3
yang dapat mencegah terjadinya kehamilan serta penularan penyakit infeksi
seksual menjadikan remaja untuk selalu menggunakan kondom apabila mereka
ingin berhubungan seksual dengan pasangannya. Hal serupa juga dilaporkan oleh
Langille et al. (1998) yang menyatakan bahwa remaja di Nova Scotia memiliki
pengetahuan yang baik tentang HIV-AIDS sehingga remaja tetap berkeinginan
untuk memakai kondom apabila berhubungan seksual dan juga sebagian
responden berkeinginan untuk menunda dalam berhubungan seksual. Sedangkan
Mohtashan et al (2009) dan Bandura (2001) menyatakan hal yang sebaliknya
bahwa pengetahuan tidak serta merta seiring dengan perilaku yang diterapkan
oleh remaja dalam bertindak.
Remaja yang memiliki efikasi diri yang rendah akan cenderung untuk
bersikap dan bertindak melanggar serta menjauh dari apa yang telah ditetapkan.
Perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja kebanyakan memiliki
efikasi diri yang rendah. Perilaku seksual ini dilakukan atas dasar mengikuti arus
atau terbawa suasana oleh lingkungannya yang didukung oleh minimnya
pengetahuan tentang kesehatan didalam berperilaku seksual. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikembangkan oleh Pajares yang menyatakan bahwa keyakinan
efikasi menentukan sejauh mana usaha yang akan dikerahkan sesorang dalam
suatu aktivitas, seberapa lama mereka akan gigih ketika menghadapi rintangan
dan seberapa ulet mereka akan menghadapi situasi yang tidak cocok tanpa
memandang bahwa keyakinan itu benar (Pajares, 2002).
Penelitian mengenai perilaku seksual di Indonesia yang dilakukan oleh
PKBI, mengungkap sebanyak 85 % remaja usia 13-15 tahun dari 2.488 remaja di
Tasikmalaya, Cirebon, singkawang, Palembang dan Kupang mengaku pertama
kali melakukan hubugan seks dengan pacar mereka di rumah. Hal tersebut
menandakan betapa rendahnya komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan
remaja serta pengawasan yang diberikan orang tua terhadap remaja dalam hal
seksualitas. Data SDKI 2012 menunjukan bahwa pihak pertama yang diajak
remaja untuk membahas seputar seksualitas adalah teman sebaya sebesar 48,2 %,
kemudian menyusul ibu sebesar 1,5 % dan laki-laki cenderung lebih tinggi untuk
berperilaku beresiko seperti hubungan seksual dengan Pekerja Seks Komersial,
4
masturbasi, konsumsi narkoba dan minuman beralkohol dan berganti-ganti
pasangan seks. Survey yang dilakukan pada tahun 2011 di Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, Surabaya dan Bali menunjukan bahwa dari 663 remaja sebesar 39 %
remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seksual (BPS et al. 2013)
Berdasarkan data SDKI tahun 2007 di Kendari tercatat 13,3 % remaja usia
15-19 tahun yang disurvey mengaku melakukan hubungan seks pertama kali pada
usia 15 tahun.
BKKBN Kota Kendari pada tahun 2008 menyatakan bahwa
sebesar 60 % remaja yang belum menikah mengaku pernah melakukan aborsi baik
disengaja atau spontan (keguguran) saat mengalami KTD (Kehamilan Tidak
Diinginkan). Sementara itu 40 % responden tetap melanjutkan kehamilan hingga
lahir, termasuk yang pernah mencoba aborsi tapi gagal. Data SDKI tahun 2012
menunjukan bahwa Propinsi Sulawesi Tenggara termasuk sebagai salah satu
daerah dengan jumlah persentase remaja yang melakukan perilaku seksual
pranikah tertinggi di Indonesia. Hal ini diakibatkan karena rendahnya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi serta meningkatnya pergaulan
bebas di kalangan remaja. Pada tahun 2013 Harian Kompas melaporkan bahwa
penderita HIV-AIDS di Kendari sebesar 295 orang yang terdiri atas 134 orang
penderita HIV dan 161 orang penderita AIDS.
Telah banyak penelitian yang meneliti tentang perilaku seksual pranikah
pada remaja, namun untuk di kota Kendari sendiri, hal ini merupakan penelitian
yang pertama kali untuk dilakukan apalagi yang melibatkan remaja sekoah. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam terhadap perilaku seksual
pranikah pada remaja di kota Kendari. Penelitian ini akan menggunakan dua
pendekatan penelitian agar variabel yang diteliti dapat memenuhi tujuan penelitian
yaitu dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa Sekolah Menengah Umum Negeri
di kota Kendari. Pemilihan sekolah negeri di sini berdasarkan informasi dari
beberapa guru Bimbingan Konseling (BK) di beberapa sekolah negeri bahwa tiap
tahun remaja selalu ada yang dikeluarkan, baik karena terlibat pergaulan bebas
maupun karena terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Hal ini juga
diperkuat oleh pengakuan beberapa siswa sekolah bahwa di sekolah negeri
5
terdapat banyak remaja pelaku dari hubungan seksual yang hampir tidak
terdeteksi oleh sekolah dan biasanya berasal dari kalangan remaja yang memiliki
ekonomi menengah ke atas.
Penelitian ini lebih menekankan pada remaja yang sedang berada pada
Kelas II SMA atau sedang berusia antara 15 hingga 18 tahun karena berdasarkan
survey pra penelitian yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah ditemukan
bahwa kebanyakan puncak dari perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh
remaja di Kota Kendari adalah ketika berada pada usia tersebut dan kebanyakan
juga berada di Kelas II SMA. Selain itu, remaja juga sedang tinggal dengan
orangtuanya karena peneliti ingin mengetahui apakah remaja tersebut pernah
membahas topik seputar seksualitas atau tidak dengan orangtuanya.
B. Masalah Penelitian
Remaja melakukan hubungan seksual pranikah rata-rata ketika remaja
mulai berusia 15 tahun, dimana pada usia tersebut remaja sedang berada pada
tahap perkembangan, baik secara fisik maupun non fisik seperti emosi maupun
mental. Personal kognitif yang dimunculkan dalam bentuk perilaku seksual yang
berisiko, menandakan remaja memiliki kemampuan kognitif yang kurang baik.
Lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga tidak mampu lagi melindungi
remaja dari kejadian perilaku seksual pranikah, karena pelaku seks menyimpang
tersebut banyak yang tidak diketahui oleh pihak sekolah maupun orang tua dari
remaja tersebut. Sehingga berdasarkan latar belakang masalah, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah pengaruh
faktor personal terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja di kota Kendari?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis faktor personal terhadap perilaku seksual
pranikah pada remaja di kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kesehatan seksual, IMS dan
HIV-AIDS terhadap perilaku seksual pranikah yang berisiko pada remaja
di kota Kendari.
6
b. Untuk mengetahui pengaruh sikap remaja terhadap perilaku seksual
pranikah yang berisiko pada remaja di kota Kendari.
c. Untuk mengetahui pengaruh harga diri terhadap perilaku seksual
pranikahyang berisiko pada remja di kota Kendari.
d. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap perilaku seksual
pranikah yang berisiko pada remaja di kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Keilmuan
a. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan
reproduksi seksual pada remaja.
b. Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai status kesehatan remaja
khususnya dalam perilaku seksual pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi remaja
Memberikan informasi kepada remaja mengenai dampak perilaku
seksual pranikah serta upaya yang tepat untuk mencegah dan menghindari
perilaku tersebut.
b. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan
pertimbangan peneliti dalam melakukan dan pengembangan penelitian.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola untuk
dapat mengawasi perilaku siswa selama di sekolah dan memberikan
informasi tentang kesehatan reproduksi yang tepat kepada siswa.
d. Bagi masyarakat
Sebagai sumber informasi tentang kondisi perilaku seksual remaja
dan faktor yang menyebabkannya agar bias dilakukan upaya yang tepat
untuk meminimalkan atau mencegah perilaku seksual pranikah tersebut..
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkaitan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No
1.
Judul
Gilliam et al.
(2007)
Interpersonal and
personal
factor
influencing sexual
debut
among
MexicanAmerican young
women in the
United state
Hasil
Faktor
yang
mempengaruhi
remaja dalam berperilaku seksual
adalah keluarga, teman dan
personal itu sendiri, dan faktor
personal adalah yang paling
berpengaruh dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan
hubungan seksual dibandingkan
yang lain.
Persamaan
Menggunakan
rancangan
cross
sectional,
sama-sama
melihat faktor
personal
Perbedaan
Tempat,
waktu,
subjek
penelitian
dimana penelitian
sekarang
tidak
melihat
interpersonalnya
dan tidak semua
faktor personalnya
diteliti dan variabel
terikatnya
2.
Zhang
et
al.
(2002) Premarital
Sexual Activities
Among Students
in a University in
Beijing, China
Sebanyak 41% remaja telah aktif
secara seksual dimana sebesar
28% telah berciuman, 19% telah
melakukan masturbasi dan 12%
telah
melakukan
hubungan
seksual.
Remaja
yang
menggunakan kondom ketika
melakukan hubungan seksual
adalah sebesar 69%.
Tempat, waktu dan
beberapa variabel
bebas seperti jenis
sebelumnya hanya
laki-laki
yang
diteliti, religiusitas
tidak diteliti dalam
penelitian ini
3.
Adhikari
and
Tamang (2009)
Premarital Sexual
Behavior among
male
college
students of
Kathmandu,
Nepal
Sebesar 39% yang disurvey
mengaku
telah
melakukan
hubungan
seksual.
Yang
mengetahui dan menggunakan
kondom ketika berhubungan
seksual hanya 57%.
Laki-laki
usia 20 tahun lebih beresiko
untuk
berperilaku
seksual
dibanding usia 15-19 tahun.
Perilaku seksual pranikah lebih
banyak dilakukan oleh laki-laki
yang memiliki teman yang telah
berhubungan seksual sebesar 8
kali.
Menggunakan
cross
sectional,
variabel
terikatnya
sama
dan
beberapa
variabel
beabs seperti
pengetahuan
Menggunakan
rancangan
cross
sectioanl,
variabel
terikat,
variabel
bebas
4.
Alexander et al.
(2007) Correlates
of
Premarital
Relationships
Among
Unmarried
Youth in Pune
District,
Maharashtra,
India
Sebesar 17-24% remaja laki-laki
memiliki
hubungan
yang
romantis dengan pacarnya, 2026% telah sampai pada sentuhan
yang sensitif dan 16-18% telah
berhubungan seksual dengan
pacarnya, sedang proporsi pada
perempuan yaitu 5-8%, 4-6% dan
1-2%.
Sama-sama
menggunakan
analisis
regresi,
variabel
terikatnya
tentang
perilaku
seksual
pranikah
Tempat, waktu, usia
subjek dan subjek
penelitian dimana
penelitian
sebelumnya hanya
pada
laki-laki,
agama dan
usia
subjek sedangkan
penelitian
ini
subjeknya
adalah
laki-laki
dan
perempuan, usia 1519 tahun, serta tidak
diteliti
pengaruh
agama.
Tempat, waktu dan
beberapa variabel
bebas yang diteliti,
Usia remaja yang
diteliti sebelumnya
antara 15-24 tahun,
sedangkan
penelitian ini adalah
antara 15-19 tahun
Download