DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Jembatan Jembatan merupakan suatu bangunan yang dipergunakan untuk melintasi lalu lintas dari rintangan yang berupa sungai atau saluran air, lembah, jurang, danau, jalan raya, maupun rel kereta api. Klasifikasi jembatan menurut materialnya terdiri atas jembatan kayu, jembatan pasangan batu, jembatan baja, dan jembatan beton. Menurut kegunaannya terdiri atas jembatan jalan raya, jembatan kereta api, jembatan penyebrangan orang. Menurut bentuk strukturnya terdiri atas jembatan balok gelagar biasa, jembatan balok pelat girder, jembatan balok monolit beton bertulang, jembatan gealagar komposit, jembatan rangka batang, jembatan gantung, jembatan balok beton prategang (pre stress), dan jembatan tipe lain. 2.1.1 Klasifikasi Jembatan Secara garis besar jenis jembatan dapat dibedakan menurut materialnya, menurut kegunaannya, dan menurut bentuk strukturnya. 2.1.1.1 Klasifikasi Jembatan Menurut Material Ditinjau menurut bahan bangunan yang digunakan jembatan dapat dibedakan menjadi : 1. Jembatan Kayu Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai panjang relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan atau pembuatannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika). 2. Jembatan Pasangan Batu dan Bata Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang konstruksi utamanya terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan dengan batu dan bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat melengkung. Seiring perkembangan zaman jembatan ini sudah tidak digunakan lagi. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-1 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 3. Jembatan Beton Bertulang dan Beton Prategang. Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan untuk bentang jembatan yang pendek. Untuk bentang yang panjang seiring dengan perkembangan jaman ditemukan beton prategang. Dengan beton prategang bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah. 4. Jembatan Baja Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih ekonomis. 5. Jembatan Komposit Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing-masing bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang lebih efisien. 2.1.1.2 Klasifikasi Jembatan Menurut Fungsi Ditinjau dari fungsinya maka jembatan dapat dibedakan menjadi : 1. Jembatan Jalan Raya (Highway Bridge) Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas kendaraan baik kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini menghubungkan antara jalan satu ke jalan lainnya. 2. Jembatan Penyeberangan (Foot Bridge) Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari jembatan ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati jembatan penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi faktor kecelakaan bagi penyeberang jalan. 3. Jembatan Darurat Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-2 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan baru dapat berfungsi. 4. Jembatan Kereta Api (Railway Bridge) Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api. Perencanaan jembatan ini dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan, hingga beban yang diterima oleh jembatan disesuaikan dengan kereta api yang melewati jembatan tersebut. 2.1.1.3 Klasifikasi Jembatan Menurut Struktur Jembatan terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sistem strukturnya antara lain adalah sebagai berikut : 1. Jembatan Lengkung (Arch Bridge) Pelengkung merupakan struktur non-linier yang mempunyai kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang membedakan bentuk pelengkung dengan bentuk lainnya adalah perletakan ujungnya berupa sendi sehingga perletakan tidak diijinkan adanya pergerakan kearah horizontal. Apabila pada pelengkung bekerja gaya, maka akan timbul komponen gaya horizontal di dalam struktur. Dengan demikian bentuk jembatan lengkung hanya bisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan stabil. Jembatan lengkung banyak digunakan untuk menghubungkan tepian sungai atau ngarai dan dapat dibuat dari bahan baja maupun beton. Jembatan lengkung merupakan bentuk paling indah diantara jembatan yang ada. 2. Gelagar (Beam Bridge) Jembatan bentuk gelagar terdiri dari lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat dari beton, baja, atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang merupakan lantai lalu-lintas. Secara struktur, jembatan ini merupakan gelagar statis tertentu. 3. Jembatan Cable Stayed Baik jembatan cable stayed maupun jembatan gantung menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai lalu-lintas. Perbedaan sistem terletak pada adanya main cable, kabel utama pada jembatan gantung. Main cable ini Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-3 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG menghubungkan kabel pemikul lalu lintas dengan tower. Pada cable stayed kabel ditumpu oleh tower. 4. Jembatan Gantung (Suspension Bridge) Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable) yang memikul kabel gantung (suspension cable). Kabel gantung inilah yang memikul gelagar utama jembatan. Kabel utama terikat pada angker di ujung tower yang menyebabkan tower dalam keadaan tertekan. Perbedaan utama jembatan gantung terhadap cable stayed adalah bahwa kabel tersebar merata sepanjang gelagar dan tidak membebani tower secara langsung. Juga pada jembatan jenis ini, kabel tidak terikat pada tower. 5. Jembatan balok beton prategang (prestress) Gelagar induk dari jembatan ini merupakan balok beton bertulang yang diberi prategangaan dari kabel yang dipasang sedemikian rupa sehingga seluruh beban hidup jembatan dapat di lawan dengan prategang yang di dapat dari penarikan kabel dalam tendon yang diletakan di dalam tubuh balok tersebut. 6. Jembatan rangka batang Struktur jembatan baja rangka batang mempunyai tipe rangka yang banyak jenisnya. Material profil-profil baja digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif panjang. Susunan dari struktur jembatan rangka batang ini terdiri dari ; struktur rangka batang dipasang di bagian kiri-kanan yang merupakan gelagar induk, yang menopang gelagar melintang, dan gelagar memanjang yang bekerja menahan beban kerja dari lantai kendaraan. 7. Jembatan Kantilever Jembatan kantilever memanfaatkan konstruksi jepit-bebas sebagai elemen pendukung lalu-lintas. Jembatan ini dapat dibuat dari baja dengan struktur rangka maupun beton. Apabila pada jembatan baja kekakuan momen didapat dari gelagar menerus, pada beton kondisi jepit tercipta dengan membuat struktur yang monolit dengan pangkal jembatan. Salah satu kelebihan kantilever adalah bahwa selama proses pembuatan jembatan dapat dibangun menjauh dari pangkal atau pilar tanpa dibutuhkannya perancah. Jembatan kantilever biasanya dibuat dalam kondisi dengan balok gerber. Setelah kedua bagian kantilever ujung selesai dibangun, Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-4 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG gerber dapat dinaikkan ke atasnya tanpa kesulitan. Salah satu kendala utama adalah kebutuhan tinggi efektif yang besar. 8. Jembatan Box Girder Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton konvensional maupun prategang. Box girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan dan dapat dikombinasikan dengan system jembatan gantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung. Manfaat utama dari box-girder adalah momen inersia yang tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya rongga di tengah penampang. Box girder dapat diproduksi dalam berbagai bentuk tetapi bentuk trapesium adalah yang paling banyak digunakan. Rongga di tengah box memungkinkan pemasangan tendon prategang di luar penampang beton. 2.1.2 Bagian – Bagian Jembatan Jembatan dapat dibedakan menjadi dua bagian pokok, yaitu struktur bangunan atas (superstructure) dan struktur bangunan bawah (substructure). 2.1.2.1 Struktur Bangunan Atas (Superstructure) Struktur atas, pada umumnya terdiri dari: 1. Pelat Lantai Merupakan bagian konstruksi jembatan yang langsung menerima beban lalulintas yang berjalan di atasnya, yang dalam perencanaan diperhitungkan terhadap beban hidup/muatan T dari tekanan gandar roda kendaraan dan berat konstruksi yang dipikulnya (termasuk beban sendiri lantai). Lantai kendaraan biasanya diletakkan langsung di atas gelagar induk atau gelagar memanjang pada jembatan rangka batang. 2. Gelagar Memanjang (balok lantai) Merupakan konstruksi jembatan kendaraan yang kemudian meneruskan yang berfungsi beban-beban memikul tersebut ke lantai bagian konstruksi di bawahnya. 3. Gelagar Melintang Merupakan bagian konstruksi yang berada di bawah gelagar memanjang yang akan diteruskan ke gelagar induk. Gelagar ini akan menahan momen lentur Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-5 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG dan momen puntir bila terjadi gaya-gaya arah melintang jembatan seperti angin dan gempa. 4. Gelagar Induk Merupakan bagian utama konstruksi bangunan atas, yang berfungsi meneruskan seluruh beban yang diterima bangunan atas dan diteruskan ke bangunan bawah. Gelagar induk biasanya berupa rangka batang atau balok girder dan balok komposit. 5. Tumpuan jembatan Merupakan bagian struktur yang diletakkan di atas abutment dan pilar sebagai landasan gelagar induk di bagian struktur bawah. Bahan yang sering digunakan adalah basi cor (berupa rol dan engsel) dan lempengan super rubber elasitic yang dilapisi pelat baja. 2.1.2.2 Struktur Bangunan Bawah (Substructure) Struktur bawah adalah struktur yang berhubungan langsung dengan tanah pendukung atau pondasi jembatan, yang berfungsi meneruskan beban dari seluruh bangunan atas lewat tumpuan jembatan yang diteruskan ke tanah pendukung/pondasi. Bangunan bawah ini terdiri atas : abutment, pilar dan pondasi. 1. Abutment Bagian yang memikul kedua pangkal jembatan yang terletak di ujung bentang jembatan yang berfungsi untuk meneruskan seluruh beban bangunan atas ke pondasi/tanah pendukung, bagian ini dibangun dari bahan beton bertulang atau pasangan batu kali yang dilengkapi dengan sayap abutment. 2. Pondasi Pondasi berfungsi menyalurkan dan meratakan beban dari abutment ke tanah pendukung. Penggunaan jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah pendukung. 3. Pilar Merupakan bagian lain dari bangunan bawah yang terletak di bentang jembatan diantara pangkal jembatan, berfungsi seperti abutment yang membagi beban dan memperpendek bentang jembatan. Biasanya dibangun dari beton Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-6 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG bertulang atau tiang panjang (beton atau pipa baja) dan diatasnya terdapat kepala pilar. 2.1.3 Tahapan Konstruksi Jembatan Menurut Syarifin (2009) tahapan-tahapan pekerjaan pada pembangunan jembatan meliputi beberapa tahapan kerja, yaitu : 1. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan awal pelaksanaan pembangunan suatu proyek. Dimana dipersiapkan dengan pengukuran terlebih dahulu dan penyiapan direksi keet, papan nama proyek, mobilisasi dan pengaturan tukang. Pada pekerjaan lalu lintas dilakukan bertahap sesuai dengan komposisi pekerjaan. Sebelum semua persiapan selesai maka tidak dapat dilakukan pekerjaan pelaksanaan jembatan. Karena pentingnya suatu pekerjaan pelaksanaan maka diperlukan kesiapan dalam pekerjaan persiapan. 2. Pekerjaan Pelaksanaan Pada pekerjaan ini dibutuhkan waktu yang sesuai dengan jadwal rencana. Biaya dan penjadwalan sudah tertata rapih dan pekerjaan hanya mengikuti gambar rencana saja. Pada waktu pelaksanaan pekerja diwasi oleh mandor, sehingga diharapkan kesalahan dalam pekerjaan akan berkuran atau tidak ada sama sekali. 3. Pekerjaan Pelengkap Pekerjaan pelengkap merupakan pekerjaan terakhir dari pelaksanaan pembangunan proyek. Pekerjaan pelengkap relatif mudah dan tidak memakan waktu yang cukup banyak. Tetapi diharuskan dalam ketepatan pemasangan. letak atau posisi pemasangan pelengkap pun sudah tergambar dalam gambar rencana sehingga para pekerja tinggal melaksanakan pekerjaan. 2.1.4 Dasar Pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan Sebelum membuat jembatan tentu harus meninjau dari segala aspek. Pemilihan jenis konstruksinya haruslah teliti dan serius, karena kesalahan pemilihan bisa fatal terhadap struktur maupun biaya. Pemilihan jenis konstruksi jembatan ditinjau dari beberapa aspek yaitu : Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-7 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1. Waktu/Jadwal Biaya/anggaran adalah suatu batasan alokasi dana yang ditentukan untuk suatu proyek. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi dari anggaran yang ditentukan. Anggaran tidak hanya ditentukan secara total proyek melainkan terbagi atas anggaran komponen-komponennya atau per periode tertentu (misalnya per triwulan atau per kwartal) yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode tersebut. Waktu/jadwal adalah suatu rentang masa yang ditetapkan untuk penyelesaian suatu proyek. Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan dalam arti penyerahan akhir proyek tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan. 2. Mutu Mutu adalah suatu standar/target yang harus dihasilkan suatu produk dengan biaya dan waktu yang telah ditentukan. Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut berupa produk aspal beton maka kriteria yang harus dipenuhi adalah persyaratan material, pencampuran, dan pelaksanaan penghamparan harus sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan untuk mutu aspal beton tersebut. 3. Biaya/Anggaran Biaya/anggaran adalah suatu batasan alokasi dana yang ditentukan untuk suatu proyek. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi dari anggaran yang ditentukan. Anggaran tidak hanya ditentukan secara total proyek melainkan terbagi atas anggaran komponen-komponennya atau per periode tertentu (misalnya per triwulan atau per kwartal) yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode tersebut. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-8 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.1.5 Penentuan Konstruksi Elemen Jembatan Menurut Indra, S dan Khadir Dwi (2004), penentuan jenis elemen jembatan selain didasarkan pada kondisi di lapangan juga pada aspek lainnya yang berpengaruh pada pelaksanaan jembatan tersebut. Elemen jembatan merupakan kekuatan dasar dari suatu jembatan. Maka diperlukan penentuan untuk penggunaan suatu elemen. Hal-hal yang mempengaruhi pada penentuan elemen jembatan yaitu : 1. Tingkat kemudahan, suatu elemen akan terpilih apabila memiliki kemudahan dalam pelaksanaannya. Biasanya, kemudahan didapat dengan harga yang cukup besar. Seperti halnya pada precast, yang pengerjaannya menjadi lebih cepat dan mudah, tetapi dibarengi dengan biaya yang tidak sedikit. 2. Kebutuhan Sumber Daya, baik alat, material serta SDM, semakin sedikit sumber daya yang dibutuhkan, semakin mudah pula dalam pengerjaan elemen tersebut. Berpengaruh pula dengan biaya yang harus dikeluarkan, maka akan semakin irit. 3. Keawetan/mutu Elemen yang memiliki keawetan mutu yang baik akan terpilih. Tetapi disesuaikan pula dengan kondisi di lapangan serta jenis jembatan yang direncanakan. Bila jembatan pada pedesaan dengan konstruksi sederhana, tidak diperlukan penggunaan pancang dengan mutu yang tinggi. 2.1.6 Metode Pelaksanaan Jembatan Salah satu tantangan dalam perencanaan dan pembangunan konstruksi jembatan di lapangan adalah menentukan metode konstruksi dari struktur utama jembatan tersebut. Berikut adalah beberapa metode konstruksi yang umum dilaksanakan di lapangan : 1. Sistem perancah (falsework) Untuk jembatan beton pada sistem ini balok jembatan dicor (cast insitu) atau dipasang (precast) diatas landasan yang sepenuhnya didukung oleh sistem perancah, sedangkan untuk jembatan rangka baja, struktur rangka bisa langsung di rakit di atas perancah, kemudian setelah selesai perancah dibongkar seperti dijelaskan pada gambar 2.1. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-9 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Gambar 2.1 Ilustrasi metode konstruksi dengan menggunakan sistem perancah 2. Sistem peluncuran (launching) Pada sistem ini baik jembatan beton maupun rangka baja dirakit disalah satu sisi jembatan, kemudian diluncurkan dengan cara ditarik atau didorong hingga mencapai sisi lain jembatan. Untuk bentang tunggal, sistem ini memerlukan jembatan launching, gantri atau dua buah crane yang bekerja secara bersamaan. Untuk bentang lebih dari satu ,sistem ini memerlukan bantuan launching nose yang disambung didepan balok seperti dijelaskan pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Ilustrasi metode konstruksi dengan menggunakan sistem launching 3. Sistem Kantilever (Balance Cantilever) Pada system ini untuk jembatan beton balok jembatan dicor (cast insitu) atau dipasang (precast) ,segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi (balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu. Sedangkan Pada sistem ini diperlukan kabel prestress khusus untuk pemasangan tiap segmen.Kabel prestress ini hanya Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-10 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG berfungsi pada saat erection saja,sedangkan untuk menahan beban permanen diperlukan kabel prestress tersendiri seperti dijelaskan pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Ilustrasi metode konstruksi dengan menggunakan sistem launching Gantry 2.2 Sistem Perencanaan Jembatan Kereta Api Rangka Baja Dalam suatu perencanaan struktur baja, perlu dijaga agar tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan leleh, maka dalam perencanaan dengan konsep keamanan diambil batasan besar tegangan ijin yang diambil sebesar tegangan leleh dibagi dengan angka keamanan (fs = Fy / SF). Penggunaan angka keamanan ini adalah adanya ketidakpastian daripada pengambilan besaran baik beban yang bekerja, sifat beban yang tidak seragam, ketidak tepatan dalam pelaksanaan maupun perilaku dari penggunaan bangunan, yang semuanya merupakan variabel acak yang tidak terentu. 2.2.1 Pembebanan Pembebanan ini terdiri atas beban mati yaitu beban yang dihasilkan dari berat struktur jembatan sendiri serta berat rel dan bantalan kayu, beban hidup yaitu beban yang dihasilkan oleh gandar pada kereta api yang di sesuaikan dengan lebar bentangan, dan beban angin yaitu beban yang dihasilkan oleh angin. 2.2.1.1 Beban mati Yang dimaksud dengan beban mati disini adalah berat sendiri jembatan, yaitu berat bantalan, berat rel, berat besi-besi pengikatnya, berat gelagar memanjang, gelagar melintang, gelagar induk (rangka batang). Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-11 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.2.1.2 Beban hidup Beban hidup yang dimaksud adalah beban lokomotif dan beban kereta sesuai dengan pedoman yang dipakai untuk perhitungan pembebanan pada kereta api yaitu Rencana Muatan tahun 1921 atau biasa dikenal dengan RM 1921. 1. Beban hidup dianggap sebagai suatu susunan kereta api, maka letak pembebanan seperti dijelaskan pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Susunan lokomotif dan tender Dan kereta yang banyaknya tidak tertentu, maka letak pembebanan seperti dijelaskan pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Beban kereta 2. Jika terdapat 7 gandar yang dapat tempat dalam perhitungan, maka letak pembebanan seperti dijelaskan pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Beban 7 gandar Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-12 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 3. Jika terdapat 5 gandar yang dapat tempat dalam perhitungan, maka letak pembebanan seperti dijelaskan pada gambar 2.7. Gambar 2.7 Beban 5 gandar 4. Jika terdapat 3 gandar yang dapat tempat dalam perhitungan, maka letak pembebanan seperti dijelaskan pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Beban 3 gandar 5. Jika terdapat 2 gandar yang dapat tempat dalam perhitungan, maka letak pembebanan seperti dijelaskan pada gambar 2.9. Gambar 2.9 Beban 2 gandar 6. Jika terdapat 1 gandar yang dapat tempat dalam perhitungan, maka letak pembebanan seperti dijelaskan pada gambar 2.10. Gambar 2.10 Beban 1 gandar Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-13 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 7. Reaksi maksimum untuk masing-masing gandar dan korelasinya dengan panjang bentang adalah seperti di jelaskan dalam table 2.1 Tabel 2.1 Reaksi maksimum untuk masing-masing gandar No. Panjang Bentang (L) Satuan = Centi Meter (cm) Banyaknya Gandar & Beban Tiap Gandar 1 Rumus A1 20Ton 0,0000 s.d 126,67 1 Gandar @20 Ton 126,67 s.d 262,50 2 Gandar @19 Ton A2 3 262,50 s.d 411,40 3 Gandar @18 Ton A3 4 411,40 s.d 480,00 4 Gandar @17 Ton A4 5 480,00 s.d 870,00 5 Gandar @17 Ton A5 6 870,00 s.d 1541,5 7 Gandar @15 Ton A6 7 1541,5 s.d 1560,0 12 Gandar @12 Ton A7 8 1560,0 s.d 1680,0 13 Gandar @12 Ton A13 9 1680,0 s.d 1800,0 14 Gandar @12 Ton A14 10 1800,0 s.d 1920,0 15 Gandar @12 Ton A15 11 1920,0 s.d 2040,0 16 Gandar @12 Ton A16 12 2040,0 s.d 2280,0 18 Gandar @12 Ton A18 13 2280,0 s.d 2400,0 19 Gandar @12 Ton A19 14 2400,0 s.d 2640,0 20 Gandar @12 Ton 15 2640,0 s.d 2760,0 21 Gandar @12 Ton A21 16 2760,0 s.d 2880,0 22 Gandar @12 Ton A22 17 2880,0 s.d 3000,0 23 Gandar @12 Ton A23 18 3000,0 s.d 3240,0 24 Gandar @12 Ton 2 38( L 60) L 54( L 120) L 68( L 180) L 85( L 240) L 105( L 360) L 144( L 680) L 156( L 747,7) L 168( L 814,3) L 180( L 880) L 181( L 880) L 216( L 1073,5) L 228( L 1136,8) A20 L 240( L 1200) L 252( L 1268,6) A24 L 264( L 1336,4) L 276( L 1403,5) L 288( L 1470) L Sumber: Rencana Muatan tahun 1921 Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-14 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.2.1.3 Beban angin Gaya akibat angin harus dianggap bekerja secara merata pada bangunan atas, luas ekivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang masif dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Untuk jembatan rangka, luas ekivalen dianggap 30 % dari luas yang dibatasi oleh batang-batang bagian terluar. Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung kecepatan angin rencana sebagai berikut : TEW = 0,0006 CW ( VW )2 Ab KN ………………....….…………………….. (2.1) Dengan pengertian : VW = Kecepatan angin rencana (m/det) untuk keadaan batas yang ditinjau CW = Koefisien seret ( Tabel 2.2. ) Ab = Luas koefisien bagian samping jembatan ( m2) Kecepatan angin rencana harus diambil seperti tabel 2.3, bila suatu kendaraan berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai dengan rumus berikut: TEW = 0,0012 CW ( VW )2 Ab KN …......………………………………….…(2.2) Dimana nilai CW = 1,2 Tabel 2.2 Koefisien seret CW Tipe Jembatan Bangunan atas massif : (1),(2) b/d = 1,0 b/d = 2,0 b/d ≥ 6,0 Bangunan atas rangka CW 2,1 (3) 1,5 (3) 1,25 (3) 1,2 Sumber: Standar Pembebanan Untuk Jembatan (RSNI Tahun 2005) Catatan : (1) b = Lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran d = Tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang masif. (2) Untuk harga antara dari b/d bisa diinterpolasi linier. (3) Bila bangunan atas mempunyai superelevasi, CW harus dinaikkan sebesar 3% untuk setiap derajat superelevasi dengan kenaikan maksimum 2,5 %. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-15 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tabel 2.3 Kecepatan angin rencana VW Lokasi Keadaan Batas Sampai 5 km dari pantai > 5 km dari pantai Daya layan 30 m/s 25 m/s Ultimate 35 m/s 30 m/s Sumber: Standar Pembebanan Untuk Jembatan (RSNI Tahun 2005) 2.2.1.4 Beban kesanping akibat tekanan lokomotif Dalam AVBP 1932, perlu diperhatikan pula santakan menyamping yang dilakukan oleh lokomotif terhadap jembatan, yang pengaruhnya dapat disamakan dengan suatu gaya horizontal S. Besar arah dan titik tangkap S dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 2.4 Gaya horizontal S oleh tekanan kesamping lokomotif Lurus lengkungan R ≥ 900 R ≥ 150 < 900 R ≤ 150 Besar Arah S = A max / 10 Tegak pada sumbu memanjang jembatan S = A max / 10 S = (A max / 7500) x R1500 Sejajar dengan gaya menjauhi titik pusat Titik tangkap Pada tinggi kepala rel ditempat yang paling membahayakan untuk masing - masing batang S=0 Catatan :1. A max = Muatan gandar yang terbesar (tidak dengan koefisien santak), yang ada dalam gandar lokomotif atau kumpulan gandar – gandar lokomotif yang menurut rencana muatan berlaku untuk hitungan itu. 2. R = Jari – jari lengkungan dalam meter. Jika rencanan muatan terdiri atas beberapa skala muatan terbagi rata, maka diambil A max sama dengan 1.5 x muatan terbagi rata, yang untuk penentuan momen lentur diperhitungkan bagi bagian konstruksi yang bersangkutan dengan keterangan bahwa A max tidak dapat melebihi harga muatan terbagi rata per meter yang berlaku untuk bentang 2 meter A max dipandang sebagai gaya tunggal. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-16 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.3.1.5 Beban rem Menurut AVBP 1932 pasal 17 tentang gaya rem, bahwa pengaruh gaya rem harus diperhatikan untuk jembatan yang bentangnya 20 meter atau lebih. Jembatan – jembatan yang demikian harus dilengkapi dengan suatu pertambatan rem. Pada jembatan – jembatan kecil gaya rem ini dapat diabaikan. Besarnya gaya rem ialah 1/6 berat lokomotif dan 1/10 berat kereta, dimana koefisien santak tidak diperhitungkan. 2.2.2 Perencanaan Komponen Struktur 2.2.2.1 Perencanaan Komponen Struktur Tarik Perencanaan komponen struktur tarik dijelaskan dalam gambar 2.11 Ag min Aemin NU x fy NU x fu.0,9 Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-17 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Gambar 2.11 Flowchart perencanaan komponen struktur tarik 2.2.2.1.1 Persyaratan Kuat Tarik dan Kuat Tarik Rencana Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor Nu, harus memenuhi: (2.1) dengan adalah kuat tarik nominal yang besarnya diambil sebagai nilai terendah di beberapa persamaan di bawah ini: Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-18 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG a. Kuat tarik nominal berdasarkan kelelahan pada penampang bruto: (2.2) b. Kuat tarik nominal berdasarkan fraktur pada penampang efektif: (2.3) c. Kuat tarik nominal berdasarkan perencanaan ruptur pada penampang: 1. Kuat geser ruptur nominal: (2.4) 2. Kuat tarik ruptur nominal: (2.5) 3. Kuat tarik dan geser ruptur nominal: a. Untuk (2.6) b. Untuk (2.7) Dengan pengertian: Ag adalah luas penampang bruto, dinyatakan dalam milimeter persegi, (mm2); Agt adalah luas penampang bruto terhadap tarik, dinyatakan dalam milimeter persegi, (mm2); Agv adalah luas penampang bruto terhadap geser, dinyatakan dalam milimeter persegi, (mm2); Aet adalah luas penampang efektif terhadap tarik, dinyatakan dalam milimeter persegi, (mm2); Aev adalah luas penampang efektif terhadap geser, dinyatakan dalam milimeter persegi, (mm2); fy adalah tegangan leleh, dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa); fu adalah tegangan tarik putus, dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa). Nilai dalam persamaan (2.1) diambil sebesar 0,9 untuk hubungan dengan persamaan (2.2), dan diambil sebesar 0,75 untuk hubungan dengan persamaan (2.3)¸ (2.4), (2.5), (2.6) dan (2.7). Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-19 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.2.2.1.2 Penampang Efektif Luas penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tarik ditentukan sebagai berikut: (2.8) dengan pengertian: A adalah luas penampang, dinyatakan dalam milimeter persegi, (mm2); U adalah faktor reduksi x adalah eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik berat penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, dinyatakan dalam milimeter, (mm); L adalah panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua baut terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik, dinyatakan dalam milimeter, (mm). 2.2.2.2 Perencanaan Komponen Struktur Tekan Perencanaan komponen struktur tekan dijelaskan dalam gambar 2.12 Nu ( kL ) k Lkx 200 200 L ky ( kL ) k i y min 200 200 i x min Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-20 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Nux Ag . f crx Nuxy Ag . f cry N ult fy x fy y . Ag . Ag Ag . f clt f cry f crz Ag . 2 .H 1 4 f cry . f crz . H f cry f crz Gambar 2.12 Flowchart perencanaan komponen struktur tekan Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-21 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.2.2.2.1 Perencanaan Akibat Gaya Tekan Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor Nu, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. (2.9) dengan pengertian: adalah faktor reduksi Nn adalah kuat tekan nominal komponen struktur tekan, dinyatakan dalam Newton (N) b. Perbandingan kelangsingan: 1. Kelangsingan elemen penampang (lihat Tabel 2.5) (2.10) 2. Kelangsingan komponen struktur tekan, (2.11) c. Komponen struktur tekan yang elemen penampangnya perbandingan lebar terhadap tebal lebih besar nilai mempunyai yang ditentukan dalam Tabel 2.5 harus direncanakan dengan analisis rasional yang dapat diterima. Tabel 2.5 Perbandingan Maksimum Lebar Terhadap Tebal Untuk Elemen Tertekan Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal Jenis Elemen (kompak) Pelat sayap balok-i dan kanal dalam lentur (tak-kompak) b/t Pelat sayap balok-i hibrida atau Elemen dengan Pengaku balok tersusun yang di las dalam b/t lentur Pelat sayap komponen dari komponen- struktur tersusun b/t - b/t - dalam tekan Sayap bebas dari profil siku kembar yang menyatu pada sayap lainnya, pelat sayap dari komponen struktur kanal dalam aksial tekan, profil siku dan pelat yang menyatu dengan balok atau komponen struktur tekan. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-22 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Sayap dari profil siku tunggal pada penyokong, sayap dari profil siku ganda dengan pelat kopel pada penyokong, elemen yang tidak diperkaku, yaitu b/t - d/t - yang ditumpu pada salah satu sisinya Pelat badan dari profil T Pelat sayap dari penampang persegi panjang dan bujur sangkar berongga dengan ketebalan Elemen dengan Pengaku seragam yang dibebani lentur atau tekan; b/t pelat penutup dari pelat sayap dan pelat diafragma yang terletak diantara bautbaut atau las Bagian lebar yang tak terkekang dari pelat penutup b/t - berlubang Bagian-bagian pelat badan dalam tekan akibat lentur h/ Elemen dengan Pengaku Untuk Bagian-bagian pelat badan dalam kombinasi tekan dan lentur h/ Untuk Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-23 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Elemen-elemen lainnya yang diperkaku dalam tekan murni; yaitu dikekang b/t h/ - sepanjang kedua sisinya. Penampang bulat berongga Pada tekan aksial D/t Pada lentur 22.000/ 14.800/ Untuk balok hibrida, gunakan tegangan leleh pelat sayap 62.000/ dan Ambil luas netto pelat pada lubang terbesar Dianggap kapasitas rotasi inelastis sebesar 3 Untuk struktur-struktur pada zona tinggi diperlukan kapasitas rotasi yang lebih besar Untuk perencanaan plastis gunakan 9000/ = tegangan tekan residual pada pelat sayap = 70 Mpa untuk penampang dirol = 115 Mpa untuk penampang dilas = ; 0.35 adalah tegangan leleh minimum (dinyatakan dalam satuan Mega Pasca 2.2.2.2.2 Kuat Tekan Nominal Akibat Tekuk Lentur Kuat tekan nominal akibat tekuk-lentur, Nn, dari komponen struktur tekan dengan elemen-elemen penampangnya mempunyai rasio lebar-tebal, , lebih kecil dari yang ditentukan dalam Tabel 2.5, ditentukan sebagai berikut: untuk (2.12) untuk (2.13) (2.14) (2.15) dengan pengertian: Ag adalah luas penampang bruto, dinyatakan dalam milimeter, (mm); Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-24 ) DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG fy adalah tegangan leleh, dinyatakan dalam Mega Pascal, (MPa); λc adalah parameter kelangsingan kc adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur jembatan rangka dapat pada Gambar 2.1. L adalah panjang teoritis kolom, dinyatakan dalam milimeter, (mm); E adalah modulus elastisitas bahan baja, dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa). Tabel 2.6 Faktor panjang efektif Kolom Tak Bergoyang Kolom Bergoyang Bentuk Tekuk Faktor panjang efektip (k) 0.70 0.85 1.00 1.2 2.2 2.0 = Rotasi terjepit, translasi terjepit Simbol untuk = Rotasi bebas, translasi terjepit keadaan penahan ujung = Rotasi terjepit, translasi bebas = Rotasi bebas, translasi bebas 2.2.2.2.3 Kuat Tekan Rencana Akibat Tekuk Lentur-Puntir Kuat tekan rencana akibat tekuk-lentur puntir, , dari komponen struktur tekan yang terdiri dari siku-ganda atau berbentuk T, dengan elemenelemen penampangnya mempunyai rasio lebar-tebal, λr, lebih kecil dari yang ditentukan dalam Tabel 2.1, harus memenuhi: (2.16) (2.17) (2.18) (2.19) Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-25 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (2.20) (2.21) dengan pengertian: Ag r0 = luas penampang bruto, dinyatakan dalam milimeter, (mm); = jari-jari girasi polar terhadap pusat geser x0,y0 = koordinat pusat geser terhadap titik berat, x0=0 untuk siku ganda dan profil T (sumbu y-sumbu simetris) fcry = dihitung sesuai persamaan (6.2.2), untuk tekuk lentur terhadap sumbu lemah y-y, dengan menggunakan harga λc, yang dihitung dengan rumus : (2.22) dengan adalah panjang tekuk dalam arah sumbu lemah y-y. 2.3 Manajemen Konstruksi Menurut Wulfram I. Ervianto dalan bukunya yang berjudul “Manajemen Proyek Konstruksi”, manajemen konstruksi adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokan menjadi manpower, material, machines, money, method. secara garis besar, manajemen proyek dimulai dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Perencanaan/rencana kerja (planning) yaitu kegiatan menyiapkan rencana kerja sesuai dengan metode konstruksi terhadap semua urutan kegiatan yang akan dilakukan dan waktu yang diperlukan pada setiap kegiatan pelaksanaan proyek. Adapun hal-hal yang menyangkut kegiatan rencana kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: rencana kerja yang disusun seperti penentuan urutan/tahapan kegiatan pekerjaan, prosedur pengujian bahan, penentuan standar rujukan dan standar operasi pelaksanaan, prosedur pengadaan barang, prosedur pengamanan proyek dan prosedur lainnya disesuaikan situasi dan kondisi proyek. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-26 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2. Organisasi kerja (organizing) yaitu kegiatan pembentukan organisasi kerja yang akan ditugasi melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dipimpin oleh seorang ahli pelaksana jalan dan jembatan yaitu Pimpinan Pelaksana (General Superintendent/GS). Dalam organisasi ini, disamping General Superintendent/GS ditentukan jabatan-jabatan lainnya seperti pimpinan-pimpinan divisi proyek (peralatan, laboratorium, jalan, jembatan, pengukuran, logistik, umum, base camp), bendahara proyek, pengawas pelaksanaan proyek, dan sebagainya. Setiap jabatan diuraikan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan pengendalian pelaksanaan konstruksi. 3. Pelaksanaan pekerjaan (actuating) yaitu merupakan aktualisasi pelaksanaan dari perencanaan dan pengorganisasian yang telah diuraikan diatas dalam pelaksanaan konstruksi. 4. Kontrol/pengendalian kerja (controlling) yaitu kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan meliputi kegiatan pemeriksaan, pengujian apakah pelaksanaan konstruksi sesuai dengan prosedur dan rujukan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan. 2.3.1 Work Breakdown Structure (WBS) Dalam pembuatan waktu atau penjadwalan (schedulling), pertama-tama membagi pekerjaan kedalam item-item pekerjaan yang lebih spesifik. Proses tersebut dinamakan WBS (Work Breakdown Structure). WBS menurut Yayuk (2008) adalah proses hierarkis yang membagi pekerjaan proyek menjadi elemenelemen pekerjaan yang lebih kecil. Penggunaan WBS membantu meyakinkan manajer proyek bahwa semua produk dan elemen pekerjaan yang telah diidentifikasi dan WBS digunakan sebagai basis pengendalian. Pada prinsipnya Work Breakdown Structure (WBS) adalah pemecahan atau pembagian pekerjaan ke dalam bagian yang lebih kecil (sub-kegiatan), alasan perlunya WBS adalah : 1. Pengembangan WBS di awal Project Life Cycle memungkinkan diperolehnya pengertian cakupan proyek dengan jelas, dan proses pengembangan WBS ini Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-27 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG membantu semua anggota untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal. 2. WBS membantu dalam pengawasan dan peramalan biaya, jadwal, dan informasi mengenai produktifitas yang meyakinkan anggota manajemen proyek sebagai dasar untuk membuat perundingan. WBS merupakan elemen penting, karena memberikan kerangka yang membantu, antara lain dalam: 1. Penggambaran program sebagai ringkasan dari bagian-bagian yang kecil. 2. Pembuatan perencanaan 3. Pembuatan network dan perencanaan pengawasan. 4. Pembagian tanggung jawab. Dengan memanfaatkan daftar pekerjaan pada WBS, akan dapat diperkirakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan tersebut. Perkiraan bisa dilakukan dengan mempertimbangan beberapa hal, antara lain ketersediaan sumber daya dan kompleksitas. Setelah WBS berhasil disusun dan perkiraan lama waktu pelaksanaan telah dihitung, selanjutnya dilakukan penyusunan jadwal kerja. Salah satu metoda untuk penyusunan jadwal kerja adalah Network Diagram. Network Diagram menunjukkan keterkaitan antar tugas dan mengidentifikasi saat kritis pada jadwal. 2.3.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pengertian rencana anggaran biaya atau RAB menurut Mulijono (2007) adalah banyaknya biaya yang dibutuhkan baik upah maupun bahan dalam sebuah perkerjaan proyek konstruksi, membangun rumah, atau meningkat rumah, gedung, jembatan, masjid, dan lain-lain. Rencana anggaran biaya dibuat berdasarkan uraian pekerjaan yang disusun menurut jenis pekerjaan yang ada dalam pelaksanaan konstruksi dan disusun berdasarkan gambar kerja, dengan memperhitungkan segala biaya pengadaan bahan maupun alat. Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan adanya perbedaan harga dan upah tenaga kerja. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-28 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG RAB pada pekerjaan konstruksi sangatlah penting, karena merupakan suatu acuan untuk pengeluaran seluruh pekerjaan proyek yang dibuat. Seperti misalnya pada pekerjaan pembangunan jembatan, RAB digunakan dalam perhitungan bahan material, upah tenaga kerja dan transportasi. Penggunaan RAB dalam pelaksanaan suatu proyek tidak dapat main-main karena menyangkut cukup atau tidaknya dana yang akan dikerjakan pada proyek tersebut. Pembuatan RAB biasanya menggunakan software microsoft excel untuk memudahkan dalam pengerjaan dan perhitungan. Perubahan anggaran dan pengeditan pekerjaan pun tidak akan sulit jika menggunakan software excel. Dalam pengerjaan perhitungan RAB konstruksi suatu jembatan, harus memiliki koefisien dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan. Upah buruh, mandor dan kuli mengacu pada analisa harga satuan, begitupun untuk bahan material dan alat. Jumlah RAB pada suatu proyek janganlah terlalu pas untuk pendanaanya, kita harus melihat dari segi terburuk misalnya kenaikan harga material. 2.3.2.1 Volume Pekerjaan Didalam menentukan rencana anggaran biaya di butuhkan perhitungan volume pada masing-masing item pekerjaan secara mendetail atau membagi pekerjaan kedalam item-item pekerjaan yang lebih spesifik sebagaimana dijelaskan dalam WBS (Work Breakdown Structure). Dari hasil pendetailan pekerjaan tersebut kemudian di hitung masing-masing volume pekerjaan berdasarkan jenis materialnya, missal untuk pekerjaan pondasi yang terdiri dari komponen penggalian dengan mesin, penulangan, dan pengecoran beton. 2.3.2.2 Analisa Harga Satuan (AHS) Analisa harga satuan (AHS) adalah perkiraan jumlah material dan kebutuhan tenaga dalam proses pekerjaan bangunan memegang peranan cukup penting untuk kontrol kualitas dan kuantitas pekerjaan. untuk mereka sudah terbiasa dengan gambar struktur dan angka koefisien pada analisa satuan pekerjaan hal tersebut bukan pekerjaan sulit, tapi bagi mereka yang awam memperkirakan jumlah material merupakan pekerjaan yang cukup sulit dan Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-29 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG memusingkan. Analisa harga satuan pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan yang didalamya terdapat angka yang menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. 2.3.2.3 Komponen Biaya Biaya merupakan salah satu aspek penting dalam siklus kegiatan usaha dan industri konstruksi. Sebagai suatu bidang usaha yang dikategorikan beresiko tinggi, keberhasilan kegiatan-kegiatan konstruksi tentunya sangat peka terhadap perubahan biaya, dan hal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh para pelaku di bidang usaha tersebut. Pemahaman tentang komponen biaya, termasuk biaya langsung dan biaya tidak langsung akan meningkatkan risiko dan ekposure terhadap kegagalan yang tidak perlu. 1. Biaya Langsung, yang dikeluarkan secara langsung di lapangan dalam sebuah proyek konstruksi. a) Lokasi pekerjaan, hal ini dapat memepengaruhi bahan bangunan yang nantinya dapat memepengaruhi besarnya biaya konstruksi. b) Material dan upah pekerja, material yang tersedia di sekitar proyek juga dapat memepengaruhi besarnya biaya proyek secara keseluruhan. c) Waktu, hal yang paling penting adalah waktu, karena semakin lama kegiatan berjalan maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. 2. Biaya Tidak Langsung, biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. a) Biaya overhead, biaya tambah yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan namun tidak berhubungan langsung dengan biaya bahan, alat dan upah pekerja. Contohnya biaya untuk menjalankan usaha, biaya personil di lapangan, jaminan bank dan fasilitas sementara proyek. b) Biaya tak terduga, biaya yang di alokasikan untuk pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut belum tentu terjadi biasanya dinyatakan dalam persen dari total biaya. Contohnya naiknya muka air tanah, banjir dan longsor. c) Kentungan, keuntungan adalah jasa bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-30 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG d) Pajak, untuk proyek negara biasanya dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% serta pajak penghasilan. 2.3.3 Penjadwalan Pekerjaan Menurut Wulfram I. Ervianto dalan bukunya yang berjudul “Manajemen Proyek Konstruksi”, penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan urutan kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat di selesaikan. Penjadwalan merefleksikan perencanaan dan oleh karenanya perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu. 2.3.3.1 Diagram Alur Pelaksanaan Pekerjaan (Bar Chart) adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat untuk menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan. Untuk dapat memanajemen proyek dengan baik perlu diketahui sebelumnya dimana posisi‚ waktu tiap item pekerjaan, sehingga disitulah pekerjaan proyek harus benar – benar di pantau agar tidak terjadi keterlambatan penyelesaian proyek. hal hal yang ditampilkan dalam bar chart adalah Jenis pekerjaan, durasi waktu pelaksanaan pekerjaan, dan alur pekerjaan. Kegunaan dari bar chart adalah: 1. untuk mengetahui waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu. 2. meminimalisir pekerjaan proyek terlambat, dengan memantau pekerjaan mana saja yang harus segera diselesaikan dengan melihat bar chat. 3. untuk mengetahui alternatif jalur penyelesaian pekerjaan dan waktu penyelesaian jika melalui jalur tersebut. 2.3.3.2 Kurva S Kurva S menurut Gumelar (2005) merupakan salah satu metode perencanaan pengendalian biaya yang sangat lazim digunakan pada suatu proyek. Kurva S merupakan gambaran diagram percent komulatif biaya yang di plot pada suatu sumbu koordinat dimana sumbu absis (X) menyatakan waktu sepanjang masa proyek dan sumbu Y menyatakan nilai percent komulatif biaya selama masa proyek tersebut. Pada diagram kurva S, dapat diketahui pengeluaran biaya yang Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-31 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG dikeluarkan per satuan waktu, pengeluaran biaya komulatif per satuan waktu dan progress pekerjaan yang didasarkan pada volume yang dihasilkan di lapangan. Tujuan penggunaan kurva S adalah : 1. Bagi kontraktor, sebagai dasar untuk membuat tagihan pembayaran ke pemilik proyek 2. Bagi owner, sebagai dasar memantau progress pekerjaan fisik di lapangan yang selanjutnya sebagai dasar pembayaran ke kontraktor. Pembuatan kurva S dapat diansumsikan biaya setiap item terdistribusi secara merata selama durasinya. Kondisi ini tidak selamanya benar, karena dimungkinkan suatu item pekerjaan dengan biaya pembelian material yang besar (menyerap lebih dari 50% dari total harga pekerjaan tersebut) dan sisa durasi dilakukan untuk biaya pemasangannya. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat dijadikan dasar untuk pembuatan tagihan kontraktor dikarenakan progress fisik pengerjaannya belum terlaksana. 2.3.3.3 Jadwal Kegiatan (Network Planning) adalah sebuah jadwal kegiatan pekerjaan berbentuk diagram network sehingga dapat diketahui pada area mana pekerjaan yang termasuk kedalam lintasan kritis dan harus diutamakan pelaksanaanya. cara membuat network planning bisa dengan cara manual atau menggunakan software komputer seperti ms project. untuk membuatnya kita membutuhkan data-data yaitu: 1. Jenis pekerjaan yang dibuat detail rincian item pekerjaan, contohnya jika kita akan membuat network planning pondasi batu kali maka apabila dirinci ada pekerjaan galian tanah, pasangan pondasi batu kali kemudian urugan tanah kembali. 2. Durasi waktu masing-masing pekerjaan, dapat ditentukan berdasarkan pengalaman atau menggunakan rumus analisa bangunan yang sudah ada. 3. Jumlah total waktu pelaksanaan pekerjaan. 4. Metode pelaksanaan konstruksi sehingga dapat diketahui urutan pekerjaan. Selain network planning kita kenal juga jenis jadwal lain yang digunakan dalam melaksanakan proyek seperti kurva S, Bar chart, schedule harian mingguan bulanan dll. Kegunaan network planning antara lain adalah: Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-32 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1. Untuk mengatur jalanya proyek. 2. Mengetahui lintasan kritis pekerjaan. 3. Untuk mengetahui jenis pekerjaan mana yang tidak masuk lintasan kritis sehingga pengerjaanya bisa lebih santai sehingga tidak mengganggu pekerjaan utama yang harus tepat waktu. 4. Mengetahui pekerjaan mana yang harus diutamakan dan dapat selesai tepat waktu. 5. Sebagai rekayasa value engineering sehingga dapat ditentukan metode kerja termurah dengan kualitas terbaik. 6. Untuk persyaratan dokumen tender lelang proyek. 2.3.3.3.1 Critical Path Methode (CPM) Dalam menganalisis Network, dapat menggunakan metoda CPM atau Critical Path Methode. Metoda ini menjadwalkan konstruksi dengan menghasilkan metode yang rasional, tertib, dan mudah untuk menggambarkan proyek dalam komputer. Dengan metoda ini, dapat mengetahui lintasan kritis dari penjadwalan yang telah dibuat. Ini diperlukan untuk mengetahui kapan waktu paling cepat suatu pekerjaan dapat dilakukan (EST), kapan suatu pekerjaan paling cepat dapat diselesaikan (EFT), kapan suatu pekerjaan paling telat mulai dikerjakan (LST), serta kapan suatu pekerjaan paling telat dapat selesai (LFT). Dengan mengetahui waktu-waktu tersebut, maka suatu proyek dapat terkendali dari segi waktu, serta diharapkan dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak terlambat. Lintasan kritis didapat setelah membuat NWP (Network Planning), yaitu dengan menentukan waktu terlama dalam proyek tersebut. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka . . . II-33