BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan adalah kecenderungan terhadap suatu tindakan atau keadaanyang dilakukan berulang, spontan, konsisten dan mudah.1,2 Pada awalnya individu menyadari tindakan yang dilakukan,tetapi karena tindakan tersebut dilakukan secara berulang maka individu tersebut tidak menyadari ketika melakukan tindakan tersebut.2 Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, banyak anak memiliki kebiasaan tertentu dalam berperilaku. Kebiasaan itu sendiri ada yang mudah dihilangkan dan tidak mudah dihilangkan. Kebiasaan timbul sebagai suatu cara bagi anak untuk tetap menyibukkan diri bila merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan baginya. Tetapi sebagian besar anak melakukan suatu kebiasaan untuk menenangkan diri ketika merasa tertekan, stress, bosan, lelah, frustasi dan tidak nyaman ataupun saat tertidur lelap. Orang tua harus lebih sering memberi perhatian pada perilaku anak,khususnya perilaku yang sering anak lakukan.3Dalam hal ini orang tua berperan sebagai kunci pokok di dalam menjaga kesehatan anak, bertanggung jawab atas perawatan medis anak, terutama dalam hal memfasilitasi dan memperkenalkan gaya hidup yang sehat.4 Kebiasaan di dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan maloklusi disebut sebagai kebiasaan buruk.5 Kebiasaan buruk berpengaruh terhadap fungsi dentofasial seperti proses mengunyah, bicara, oklusi gigi, struktur jaringan penyangga gigi maupun estetik. Pengaruh ini dapat bersifat sementara atau permanen, tergantung keadaan dan usia anak.6 Kebiasaan buruk merupakan sesuatu yang wajar pada anak usia kurang dari enam tahun dan dapat berhenti dengan sendirinya pada anak usia kurang dari enam tahun. Apabila kebiasaan buruktersebut masih berlanjut setelah usia enam tahun maka dapat menyebabkan maloklusi, kelainan pada bentuk wajah dan kelainan pada bentuk palatum.5Beberapa anak melakukan kebiasaan buruk sebagai bentuk untuk menunjukkan kebebasan dirinya.7 Beberapa jenis kebiasaan burukpada anak yaitu mengisap ibu jari (thumbsucking), menjulurkan lidah (tongue thrusting), bernapas melalui mulut (mouth breathing), menggigit kuku (nail biting) dan menghisap bibir (lip sucking).2 Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2004 yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukkan secara umum bahwa diantara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang tertinggi meliputi 60% penduduk.8 Berbagai penyakit maupun kelainan gigi dan mulut dapat mempengaruhi berbagai fungsi rongga mulut,salah satunya adalah kelainan susunan gigi atau disebut dengan maloklusi. Maloklusi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah karies dan penyakit periodontal.9 Menurut Suma , maloklusi merupakan masalah kesehatan gigi kedua yang terbesar pada anak dan remaja setelah karies.10 Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya.11 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Thilander et al, pada 4724 anak usia 5-17 tahun ditemukan 88% memiliki maloklusi.12 Sedangkan Pruthi et al dalam penelitiannya pada 961 anak usia 12 dan 15 tahun ditemukan 53% memiliki maloklusi.13 Menurut Pambudi,kebiasaan burukdapat menjadi penyebab terjadinya maloklusi tetapi tidak semua kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi. Ada tiga syarat suatu kebiasaan buruk agar dapat menyebabkanmaloklusi yaitu lamanya kebiasaan berlangsung,frekuensi serta intensitas melakukan kebiasaan buruk tersebut.14 Kebiasaan buruk pada anak usia sekolah merupakan faktor etiologi yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan maloklusi.15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alessandro et al,pada 342 sampel anak usia 3-5 tahun ditemukan 74% memiliki maloklusi dan 73,4% memiliki kebiasaan buruk.16Viviana et al, dalam penelitiannya melaporkan 381 anak yang memiliki kebiasaan buruk pada usia 3-13 tahun diperoleh 34,1% mempunyai maloklusi.17 Sedangkan Pruthi et al, dalam rimaloklusi.13 Menurut Shetty et al, kebiasaan menghisap ibu jaridapat menyebabkan pergerakan gigi yang tidak diinginkan dan maloklusi.15 Hal ini didukung oleh penelitian Saba et al, pada 110 sampel anak usia 6-13 tahun diperoleh hasil anak usia 8-9 tahun paling banyak mempunyai kebiasaan buruk yaitu 35,45%. Penelitian ini menunjukkan, anak yang mempunyai kebiasaan menghisap ibu jarimemiliki rata-rata overjet sebesar 4,24 mm dan rata-rata overbite 1,66 mm. Pada anak dengankebiasaan menjulurkan lidah memiliki rata-rata overjet sebesar 2,65 mm dan rata-rata overbite -0,11 mm sehingga terlihat adanya anterior open bite. Sedangkan pada anak yang mempunyai kebiasaan menghisap bibirmemiliki rata-rata overjet 8,5 mm dan overbite 6,5 mm sehingga terlihat adanya deepbite. Selain itu anak yang memiliki kebiasaan menghisap ibu jari dan menjulurkan lidah juga terlihat adanya posterior crossbite.7 Selain itu, Alessandro et al, dalam penelitiannya juga menyebutkan anak dengan kebiasaan buruk 5,2 kali lebih besar terjadi peningkatan overjet,21,6 kali memiliki anterior open bite dan 4,1 kali lebih besar memiliki crossbite.16 Jenis kelamin merupakan hal yang mempengaruhi terjadinya kebiasaan buruk. Berdasarkan penelitian Pruthi et al, pada 961 sampel ditemukan anak laki-laki 62,2% memiliki kebiasaan buruk sedangkan anak perempuan 37,8%.13 Penelitian Aves et al, juga menunjukkan pada 52 sampel anak yang memiliki kebiasaan buruk didapat 60% anak laki-laki memiliki kebiasaan buruk sedangkan 40% anak perempuan.5 Berbeda dengan penelitian Guiseppina et al, pada 2108 sampel ditemukan anak perempuan 82,1% lebih banyak mengalami kebiasaan buruk dibandingkan dengan anak laki-laki 78,9%.18 Hal ini juga didukung oleh penelitian Saba et al, pada 110 sampel anak ditemukan 68,18% anak perempuan memiliki kebiasaan buruk sedangkan 31,82% pada anak laki-laki.7 Berdasarkan uraian di atas bahwa kebiasaan burukdapat menyebabkan maloklusi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran kebiasaan burukdan maloklusi murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. Pada penelitian ini, peneliti memilih murid yang mempunyai gigi permanen sudah erupsi semua (kecuali gigi M3). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa karena ingin meneliti gambaran kebiasaan buruk dan maloklusi murid di daerah pinggiran kota dan lokasi sekolah mudah dijangkau oleh peneliti. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana gambaran kebiasaan buruk dan maloklusi murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui prevalensi dan jenis kebiasaan buruk pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. 2. Untuk mengetahui jenis kebiasaan buruk berdasarkan usia dan jenis kelamin pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. 3. Untuk mengetahui prevalensi dan jenis maloklusi pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. 4. Untuk mengetahui jenis maloklusi berdasarkan kebiasaan buruk pada murid SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi bagi orang tua dan guru sekolah tentang kebiasaan buruk dan maloklusi sehingga dapat mencegah dampak yang terjadi. 2. Sebagai bahan informasi untuk perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi yaitu Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU dan Departemen Ortodonti. 3. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan program kesehatan, khususnya program penyuluhan dan pengembangan kesehatan gigi dan mulut anak usia 12-14 tahun dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut. 4. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang.