Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

advertisement
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN
LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(2005-2009)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
ILHAM
206082003989
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA
2010
i
Hari ini Selasa 14 Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Sidang
Skripsi atas nama Ilham NIM 206082003989 dengan judul skripsi “PENGARUH
FAKTOR-FAKTOR
FUNDAMENTAL
TERHADAP
TINGKAT
ENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (20052009) ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung,
maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Desember 2010
Tim Penguji Sidang Skripsi
Yessi Fitri, SE. Ak ,M.Si
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Pembimbing I
Prof.Dr.Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli I
Yusro Fitri, SE, M.Si
Penguji Ahli II
Penguji Seminar Proposal Skripsi
Rini, SE, Ak., M.Si
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama
: Ilham
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 20 Juni 1988
3. Alamat
: Jl Al-Falah 1 Rt 009/03 No 39E
Sujabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jak-Bar 11560
4. No Telepon Rumah
: 021-5303980
5. No HP
: 0856 8483 447
6. Status
: Belum menikah
7. Agama
: Islam
8. Kewarganegaraan
: Indonesia
B. Data Pendidikan Formal
1. 1993 - 1994
: T.K Islam Al-Thfal Ulujami
2. 1994 - 2000
: SDN 056 Pagi
3. 2000 - 2003
: SMPN 161 Jakarta
4. 2003 - 2006
: SMAN 47 Jakarta
5. 2006 - 2010
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
C. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah
: Johardin
2. Pekerjaan
: Pedagang
3. Alamat
: Jl Al-Falah 1 Rt 009/03 No 39E
Sujabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jak-Bar 11560
4. Ibu
: Indrawati
5. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
6. Alamat
: Jl Al-Falah 1 Rt 009/03 No 39E
Sujabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jak-Bar 11560
7. Telepon Rumah
: 021-5303980
v
D. Pengalaman Organisasi
1. 2004 – 2005
: Kepala Bidang Kaderisasi ROHIS SMAN 47
(Kerohanian Islam Sekolah SMAN 47)
2. 2007 – 2008
: Ketua IKARIS SMAN 47
( Ikatan Alumni Rohani Islam SMAN 47)
3. 2008 – 2009
: Kepala Bidang Kaderisasi LDK Ex
( Lembaga Da’wah Kampus Entensi)
4. 2009 – 2010
: Kepala Bidang Syi’ar LDK Ex
( Lembaga Da’wah Kampus Entensi)
5. 2009 – 2010
: Mentri Kemahasiswaan FEB-NR
E. Pengalaman Kerja
1.
2008
: Auditor Junior KKP Mansur-Arif Consulting
vi
Abstract
This study analyzes the influence of fundamental factors are reflected in
the liquidity ratio, leverage, profitability, the share of public stock companies and
the size of the completeness of the financial statement disclosure. The population
of this research is financial statement manufacturing companies listed in Indonesia
Stock Exchange. The sampling technique is by purposive sampling and obtained 9
companies as research samples. Observation period is 5 (five) years ie 2005 and
2009. Data collection method is the method of documentation. The data analysis
technique used is multiple regression (Multiple Regression Analysis) with the
help of SPSS 16 for windows. Results of multiple regression showed that there
simultaneous influence of these factors are fundamental to the completeness of the
financial statement disclosure. Partially affecting the completeness of the
disclosure of financial statements is the size of the company, the share of public
equity, liquidity ratios and profitability ratios, while the leverage ratio does not
affect the completeness of the financial statement disclosure. The test results also
show the coefficient of determination (R 2 adj) of 0.488. this means the ability of
the independent variables explain the dependent variable at 48.8%, while the
remaining 51.2% are influenced by other variables and not included in this
regressionanalysis.
Keywords:
Liquidity Ratio, Leverage, Profitability, Stock Serves Public,
Company Size, Disclosure of Financial Statements
vii
Abstrak
Penelitian ini menganalisis pengaruh faktor-faktor fundamental yang
tercermin dalam rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik
dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel
adalah dengan purposive sampling dan diperoleh 9 perusahaan sebagai sampel
penelitian. Periode pengamatan adalah 5 (lima) tahun yaitu tahun 2005 dan
2009. Metode pengumpulan data adalah dengan metode dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah regresi berganda (Multiple Regression
Analisys) dengan bantuan SPSS 16 for windows. Hasil regresi berganda
menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh antara faktor-faktor
fundamental terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara
parsial yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
adalah ukuran perusahaan, porsi saham publik, rasio likuiditas dan rasio
profitabilitas, sedangkan rasio leverage tidak mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Hasil uji juga menunjukan koefisien
determinasi (Adj R2) sebesar 0,488. hal ini berarti kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen sebesar 48,8 %, sedangkan sisanya
51,2% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi
ini.
Keyword : Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Porsi Saham Public,
Ukuran Perusahaan, Pengungkapan Laporan Keuangan
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga Tercinta, Ayah dan Ibu serta kakak-kakak dan adik-adikku yang
senantiasa tanpa henti-hentinya mengalirkan do’a untuk keselamatan dan
keberhasilan penulis serta memberikan semangat baik spiritual, moril, dan
materiil.
2. Bapak Prof. Dr., Abdul Hamid selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk selesainya skripsi ini
3. Bapak Prof. Dr., Ahmad Rodhoni MM selaku PUDEK Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta dan juga
pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan secara
langsung untuk dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., MSi selaku wakil jurusan akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta dan
juga selaku pembimbing 2 yang tidak bosan-bosan dan jemu-jemunya
membimbing penulis dengan kesabaran, senyuman, dan semangat agar
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya
5. Seluruh dosen-dosen dan civitas yang ada di Universitas Islam Negri
Syarifhidayatullah Jakarta. Terutama pada dosen-dosen Fakultas Ekonomi
ix
dan Bisnis yang memberikan pelajaran akademik maupun pelajaran hidup
yang membangun diri Saya menjadi lebih baik
6. Seluruh guru-guru dari Tk sampai Sekolah Menengah Atas saya yang tidak
hanya memberikan pelajaran formal akademik, tetapi juga memberikan
inspiratif sehingga saya dapat terus mencapai cita-cita saya
7. Sahabat dan teman terbaik penulis yaitu Alif Panji Purna, Arif Febrianto,
Andry Saputra, Dody Widhayanto, dan Hasan Mahmudi yang banyak
memberikan motivasi, inspirasi, dan kehangatan persahabatan sejak SMA,
semoga kita semua menjadi orang-orang mendapat limpahan dan rahmat dari
Allah dan bahagia di dunia dan di akhirat kelak
8. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan ’06 mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta yang
banyak memberikan kehangatan dan keceriaan persahabatan, special Tomi
Arianto, Marfiansyah, Misbah, Pak Trimo Langut, Ratna Sari, Rina, dan Rizal
Pahlawi
9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis cantumkan namanya satu-persatu
namun tidak mengurangi rasa hormat dan syukur kepada mereka-mereka
Semoga rahmat dan ridho Allah SWT selalu menaungi jalan kehidupan kita
semua menuju jalan kebenaran dan memberikan manfaat untuk keselamatan dunia
akhirat. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin
Jakarta, Desember 2010
Ilham
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ................................................... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ............................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. v
Abstract ................................................................................................... vii
Abstrak .................................................................................................... viii
Kata Pengantar ........................................................................................ ix
Daftar Isi.................................................................................................. xi
Daftar Tabel .......................................................................................... xiv
Daftar Gambar ......................................................................................... xv
Daftar Lampiran ...................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 13
A. Laporan Keuangan ................................................................. 13
1. Pengertian Laporan Keuangan ......................................... 13
2. Tujuan Laporan Keuangan .............................................. 15
3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi .................................. 20
4. Jenis Laporan Keuangan ................................................. 23
5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ..................... 23
6. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan .............. 27
7. Kelengkapan Pengungkapan ........................................... 30
B. Faktor-faktor Fundamental..................................................... 32
1. Rasio Likuiditas .............................................................. 32
2. Rasio Leverage ............................................................... 35
3. Rasio Profitabilitas .......................................................... 38
4. Porsi Saham Publik ......................................................... 41
xi
5. Ukuran Perusahaan ......................................................... 42
6. Keterkaitan Antar Variabel.............................................. 45
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 55
D. Metode Analisis ..................................................................... 55
1. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 55
a) Uji Normalitas ............................................................ 55
b) Uji Heteroskedatisitas ................................................. 56
c) Uji Multikoliniearitas ................................................. 57
d) Uji Autokorelasi ......................................................... 57
2. Uji Hipotesis .................................................................... 58
a) Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 59
b) Uji Statistik t .............................................................. 59
c) Uji Statistik F ............................................................. 60
E. Operasionalisasi Variabel....................................................... 61
1. Variabel Dependen (Y) ................................................... 61
2. Variabel Independen (X) ................................................. 62
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 64
A. Deskripsi Umum Aktivitas Perusahaan Manufaktur .............. 64
B. Deskripsi Variabel Penelitian ................................................ 66
C. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 68
1. Hasil Uji Normalitas Data ............................................... 68
2. Hasil Uji Multikolinearitas .............................................. 70
3. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................ 71
4. Hasil Uji Autokorelasi..................................................... 72
D. Koefisien Determinansi (R2) .................................................. 73
E. Hasil Uji Hipotesis ................................................................. 74
1. Uji F (Uji Simultan) ........................................................ 74
2. Hasil Uji t (Uji Parsial) ................................................... 76
F. Pembahasan ........................................................................... 80
xii
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ......................................... 83
A. Kesimpulan............................................................................ 83
B. Keterbatasan penelitian ......................................................... 84
C. Implikasi................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA
xiii
Daftar Tabel
1
Penelitian Terdahulu ........................................................................ 43
2 ....Operasional Variabel ......................................................................... 63
3
Daftar Nama-nama Perusahaan ........................................................ 66
4
Statistik Deskriptif ........................................................................... 66
5
Asumsi Multikolinearitas ................................................................. 70
6
Asumsi Autokorelasi ........................................................................ 72
7
Koefisien Determinasi ...................................................................... 73
8
Uji ANOVA (uji F) .......................................................................... 75
9
Uji Parsial (uji t) ............................................................................... 76
xiv
Daftar Gambar
1
Model Penelitian .............................................................................. 53
2
Grafik Normal P-Plot (Asumsi Normalitas) ...................................... 69
3
Grafik Heterokedastisitas ................................................................. 71
xv
Daftar Lampiran
1
Data Perusahaan
2
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
3
Data Mentahan Variabel Penelitian
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketatnya regulasi informasi keuangan di suatu negara bisa dijadikan
sebagai indikator perkembangan pasar modal di negara bersangkutan.
Semakin maju pasar modal, semakin ketat regulasi yang diberlakukan. Pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih berada pada tahap emerging
market, regulasi yang dimaksud belum seketat sebagaimana yang
diterapkan di negara-negara maju. Dalam menyelenggarakan regulasi
informasi, pemerintah telah menunjuk Bapepam dan Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) untuk menciptakan jalan menuju terwujudnya pasar modal
yang efisien.
Menurut Suta (2000), pasar modal yang fair, teratur dan efisien
adalah pasar modal yang memberi perlindungan kepada investor publik
terhadap praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur dan bentuk-bentuk
manipulasi lainnya. Perlindungan yang dapat diberikan pemerintah dalam
suatu kegiatan bisnis hanyalah menjamin investor memperoleh informasi dan
fakta-fakta yang relevan untuk membuat keputusan bisnis. Pemberian
informasi kepada investor merupakan hal yang mendasar untuk terciptanya
transparansi pasar modal.
Lebih lanjut Suta (2000) mengatakan bahwa pemerintah (dalam hal ini
Bapepam) tidak menjamin atas kebenaran isi laporan tahunan (prospektus)
1
yang
memuat
berbagai
aspek
perusahaan seperti keuangan, manejemen
pemasaran dan hukum. Prospektus adalah menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari emiten dan lembaga penunjang atau profesi terkait
diantaranya penjamin emisi efek, akuntan publik, konsultan hukum dan
perusahaan penilai. Salah satu wewenang yang dimiliki oleh Bapepam
berdasarkan pasal 69 ayat 2 Undang-undang Pasar Modal yang berkaitan
dengan akuntansi adalah wewenang untuk menetapkan ketentuan akuntansi di
bidang pasar modal.
Menurut Na’im dan Rakhman (2000) pengungkapan laporan
keuangan (disclosure of financial statement) merupakan isu yang paling
menarik dalam dunia pasar modal. Isu pengungkapan laporan keuangan
menjadi menarik karena pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor
signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana
akuntabilitas publik. Lebih dari itu arah perubahan sosial masyarakat
Indonesia yang menuntut diterapkannya prinsip Good Corporate Governance
bagi para pebisnis membuat isu ini semakin relevan untuk dikaji. Nilai
keut amaa n yang ada dala m Good Corporate Governance adala h
transparancy, responsibility, fairness, dan accountability
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Harahap (2007) menyatakan
bahwa laporan keuangan bertujuan untuk menyajikan laporan posisi keuangan,
hasil usaha dan perubahan fungsi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai
dengan General Accepted Accounting Principle (GAAP). Laporan keuangan
2
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan
kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana
mereka. Bagi investor, informasi akuntasi merupakan data yang vital dalam
melakukan analisis obligasi untuk memprediksi prospek earning dimasa yang
akan datang. Dengan demikian, laporan keuangan sangat penting bagi investor
karena melalui media inilah investor memahami keadaan emiten.
Laporan keuangan merupa kan a lat ut ama para ma naje r
unt uk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan
fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan
Na’im dan Rakhman (2000) mengatakan, informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah
interpretasi hanya jika laporan keuangan dilengkapi dengan pengungkapan
yang memadai. Pengungkapan laporan keuangan yang memadai dapat
dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang
ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham beredar dan ukuran
alternatif, misalnya untuk pos-pos yang dicatat berdasarkan historical cost.
Me nurut He ndr iksen (2002 ) ada t iga konsep meng ena i
pengungkapan laporan keuangan yaitu adequar fair, dan full disclosure.
Ko nsep
ya ng
paling
ser ing
diprakt ekkan
ada lah
aduqut e
disclo sure (pengungkapan yang cukup) yaitu pengungkapan minimum
3
yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana pada tingkat ini investor
dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan. Konsep
fair disclosure (pengungkapan wajar) mengandung sasaran etis dengan
menyediakan informasi yang layak terhadap investor potensial, sedangkan full
disclosure (pengungkapan penuh) merupakan pengungkapan atas semua
informasi yang relevan. Terlalu banyak infomasi akan membahayakan karena
penyajian rincian yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang
signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh
karena itu, Chariri dan Ghozali (2005) mengatakan bahwa pengungkapan
yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor dan pihak
lainnya hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap
Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah
Bapepam. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan
ya ng dia udit o leh akunt a n publik indepe nde n se bagai sara na
pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal. Bapepam melalui Surat
Keputusan Bapepam No. 06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang
Pedoman Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemen-elemen yang
seharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan
publik
di
Indonesia.
Kemudian
untuk
pedoman
penyajian
dan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik industri manufaktur diatur
melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27
Desember 2002. Dalam Surat Edaran tersebut total item pengungkapan wajib
oleh perusahaan manufaktur adalah 68 item.
4
Keluarnya peraturan tersebut ternyata belum signifikan mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur.
Terbukti kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan
manufaktur masih sekitar 64,01%. Kondisi ini menunjukkan bahwa para
emiten belum melakukan keterbukaan informasi kepada para investor. Padahal
seharusnya emiten mulai menyadari bahwa setelah perusahaannya go public,
mereka juga harus melakukan perubahan budaya dari perusahaan tertutup
menjadi perusahaan terbuka. Terdapat pendapat mengenai keengganan emiten
melakukan pengungkapan laporan keuangan, yaitu kemungkinan kurangnya
pengetahuan emiten tentang kebutuhan para investor atau alasan mengenai
tingginya biaya pelaporan.
Padahal adanya peraturan tersebut diharapkan dapat meminimalisasi
perbedaan ekspektasi (ekspectation gap) antara investor dengan emiten.
Menurut Suta (2000) perbedaan ekspektasi itu antara lain: (a) investor
menginginkan full disclosure sedangkan emiten cenderung menerapkan
disclosure yang terbatas, (b) investor menginginkan informasi yang tepat
waktu sedangkan emiten mengharapkan dapat mengurangi biaya penyebaran
informasi atau penerbitan laporan, (c) investor menginginkan data atau
informasi yang rinci dan akurat sedangkan emiten mengharapkan dapat
memberi informasi secara garis besar saja. Ekspektasi ini juga tercermin
dalam hasil survey yang dilakukan Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1997
kepada 55 pengguna laporan keuangan emiten atau perusahaan publik yang
diwakili oleh manejer investasi. Hasil survey tersebut adalah bahwa laporan
5
keuangan emiten atau perusahaan publik belum sepenuhnya mengungkapkan
informasi keuangan secara transparan.
Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang menarik untuk
dilakukan. Penelitian semacam ini akan memberikan pengetahuan bagi
pembuat kebijakan dalam menilai kualitas akuntansi suatu perusahaan.
Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat
erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Subiyantoro (1996) meneliti sejauh mana
karakteristik perusahaan memberi kontribusi terhadap tinggi rendahnya
tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan
publik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan periode penelitian sebelum
masa krisis (1994) dengan sampel penelitian seluruh industri yang terdaftar
di BEJ. Variabel penelitian yang digunakan adalah total aktiva, total penjualan
rentabilitas ekonomi, profit margin, rasio likuiditas, dan tipe industri, dimana
semuanya menunjukkan karakteristik perusahaan. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah 18 item yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hanya ada 3 karakteristik perusahaan
yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelengkapan ungkapan
wajib laporan tahunan yaitu: total aktiva, rasio leverage dan rasio likuiditas.
6
Na’im dan Rakhman (2000) melakukan penelitian tentang analisis
hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan
struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan. Sampel yang diambil
sebanyak 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, di mana periode
penelitian adalah laporan keuangan tahun 1996. Dari penelitian tersebut
disimpulkan bahwa leverage keuangan memiliki hubungan yang signifikan
positif terhadap indeks kelengkapan pengungkapan. Di sisi lain tidak
ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara persentase kepemilikan
saham oleh publik dengan kelengkapan pengungkapan.
Fitriani (2001) melakukan penelitian tentang signifikansi perbedaan
tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan
keuangan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 102 perusahaan dengan
periode penelitian pada laporan keuangan tahun 1999. Dari penelitian
disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis
perusahaan, net profit margin, dan Kantor Akuntan Publik. Faktor yang
mempengaruhi indeks pengungkapan sukarela adalah variabel seperti
pengungkapan wajib kecuali jenis perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan
likuiditas tidak mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib dan
sukarela.
Nugraheni
dkk
(2002)
menganalisis
faktor-faktor
fundamental
perusahaan terhadap kelengkapan laporan keuangan. Dengan sampel
sebanyak 76 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Dengan
7
menggunakan variabel independen seperti tingkat likuiditas, tingkat
leverage, tingkat profitabilitas dan common stock ratio. Berdasarkan penelitian
ini ditemukan bukti empiris bahwa secara parsial dan secara bersama-sama
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor fundamental
perusahaan terhadap tingkat pengungkapan perusahaan.
Simanjuntak dan Widiastuti (2004) meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada
perusahaan manufaktur, dengan menggunakan sampel 34 perusahaan yang
terdaftar di BEJ pada tahun 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
bersama-sama variabel leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi kepemilikan
saham oleh publik dan umur perusahaan mampu mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan secara parsial dengan tingkat
signifikan sebesar 5 % hanya variabel leverage yang diproksikan dengan
debt to equity ratio, variabel profitabilitas dan porsi kepemilikan saham
oleh
investor
luar
(publik)
secara
signifikan positif
mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur.
Almilia dan Retrinasari (2007) meneliti tentang analisis pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan
tahunan perusahaan manufakur yang terdapat di BEJ. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin,
ukuran perusahaan dan status perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak dua ratus perusahaan selama
8
tahun 2001-2004. Kelengkapan pengungkapan sukarela tidak dipengaruhi oleh
semua variabel-variabel bebas tersebut. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) adalah
variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan status perusahaan yang
berpengaruh signifikan <10 %.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari (2007). Penelitian ini bertujuan
untuk
menguji
konsistensi hasil penelitian sebelumnya dan diharapkan
dapat memperbaiki keterbatasan yang ada dalam penelitian tersebut.
Penelit ian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan yang tercermin dalam rasio likuiditas,
leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, pertama variabel
independen pada penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari
(2007) adalah rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran
perusahaan dan status perusahaan sedangkan pada penelitian ini adalah rasio
likuiditas,
leverage,
profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran
perusahaan.
Perbedaan kedua terletak pada perbedaan tahun penelitiannya,
dimana pada penelitian sebelumnya tahun 2001-2004 sedangkan pada
penelitian ini akan diperluas dan diperbaharui tahun penelitiannya yaitu pada
tahun 2005-2009 dan dibatasi pada perusahaan manufaktur. Alasan
9
dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena jenis perusahaan ini
mendominasi perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Oleh sebab itu, mengingat perlu dilakukan penelitian mengenai rasio
likuiditas,
leverage,
profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran
perusahaan atas pengungkapan laporan keuangan untuk mencerminkan kondisi
keuangan perusahaan secara riil. Berdasarkan latarbelakang masalah diatas
maka tulisan ini diberi judul “Pengaruh Faktor-faktor Fudamental
Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2005-2009)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas,
porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan?
2. Seberapa besar pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio
profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Menganalisis
pengaruh
rasio
likuiditas,
rasio
leverage,
rasio
profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun
simultan
b. Besarnya
pengaruh
rasio
likuiditas,
rasio
leverage,
rasio
profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Manfaat penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperoleh manfaat bagi banyak pihak antara lain:
a. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada
emiten mengenai minimum disclosure agar informasi yang disajikan
dapat bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan investasi
b. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi dan sebagai bahan
evaluasi dalam menilai kinerja emitennya
11
c. Bagi BAPEPAM
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
BAPEPAM untuk mengembangkan, mengubah dan menjelaskan
peraturan yang berlaku dalam rangka menciptakan pasar modal yang
efisien
d. Bagi civitas akademika
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai rasio
likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran
perusahaan dalam hal pengungkapan laporan keuangan pada perusahan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
e. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
memperkuat hasil penelitian sebelumnya dan menjadi dasar dalam kajian
berikutnya khususnya tentang pengaruh faktor-faktor fundamental
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan
perusahaan manufaktur
.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu hasil akhir dari suatu proses atau
kegiatan akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi usaha (business
accounting entity). Pengertian laporan keuangan menurut Sadeli (2009)
adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi
keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama
periode tertentu.
Menurut Munawir (2001) laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga merupakan alat utama
manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk
melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya, sedangkan Brigham dan Houston (2001)
mengatakan bahwa laporan keuangan adalah posisi perusahaan pada
suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang
lalu, akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa
13
laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba
dan deviden masa depan.
Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2007) dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap meliputi neraca laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti: laporan arus kas), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan sebagai
segmen dan geografis serta pengaruh pengungkapan perubahan harga.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan yang merupakan suatu
ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
bersangkutan, yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan
tugas-tugas
yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan
keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu
sebagai
laporan
kepada
pihak-pihak
luar
perusahaan
yang
membutuhkannya, diantaranya kreditor, investor, serta pihak lainnya yang
digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum memuluskan untuk
melakukan investasi di perusahaan tersebut.
14
2. Tujuan Laporan Keuangan
a) Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
Tujuan akuntansi atau laporan keuangan menurut berbagai
sumber dapat kita lihat dari penjelasan di bawah ini. Prinsip Akuntansi
Indonesia (1984) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah
sebagai berikut.
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang
timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba
3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba
4) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi
5) Untuk
mengungkapkan
sejauh
mungkin
informasi
lain
yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang
dianut perusahaan
b) Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Sementara itu, menurut SAK No. 1, Tujuan Laporan Keuangan
adalah sebagai berikut:
15
1) Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi
2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan
3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai
apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan
ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Tujuan laporan
keuangan ini diadopsi dari IASC (international Accounting Standard
Committee)
c) Menurut ASOBAT
A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) merumuskan
empat tujuan akuntansi sebagai berikut:
16
1) Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang
terbatas dan untuk menetapkan tujuan
2) Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan
faktor produksi lainnya
3) Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan
4) Membantu fungsi dan pengawasan sosial
d) Menurut APB Statement No. 4
APB Statement No. 4 berjudul Basic Concepts and Accounting
Principles Underlying Financial Statements Business Enterprises.
Laporan ini bersifat deskriptif. dan laporan ini banyak mempengaruhi
studi-studi berikutnya tentang tujuan laporan keuangan. Dalam laporan
ini tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:
1) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan
laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan pcrubahan posisi kcuangan
lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP (General Accepted
Accounting Principle)
2) Tujuan Umum
Adapun tujuan umum laporan keuangan disebutkan sebagai bcrikut:
(a) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud:
(1) untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan
(2) untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya
17
(3) untuk menilai kemampuan untuk menyelesaikan utangutangnya
(4) menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaannya yang
ada
(b) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba
dengan maksud:
(1) memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan
pemegang saham
(2) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban
kepada
kreditor,
supplier,
pegawai,
pajak,
mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan
(3) memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan
(4) menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba
dalam jangka panjang
(c) Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir
potensi perusahaan dalam menghasilkan laba
(d) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
keadaan kewajiban Mengungkapkan informasi relevan lainnya
yang dibutuhkan para pemakai laporan.
18
3) Tujuan Kualitatif
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements
No. 4 adalah relevance, understandability, verifiability, neutrality,
timeliness, comparability, dan completeness. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
(a) Relevance
Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat
membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan
(b) Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting
tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya
(c) Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang
akan menghasilkan pendapat yang sama
(d) Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan
pihak-pihak tertentu saja
(e) Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat
19
(f) Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya
akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu
perusahaan maupun perusahaan Iain
(g) Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua
kebutuhan yang layak dari para pemakai.
3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor
potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka
menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:
a) Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
tersebut.
Pemegang
saham
juga
tertarik
pada
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen
b) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka
tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
20
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
manfaat pensiun dan kesempatan kerja
c) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo
d) Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha
lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh
tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang
waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali kalau
sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup
perusahaan
e) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan
f) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional
dan statistik lainnya
g) Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam
berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti
21
pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan
dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat
membantu
masyarakat
kecenderungan (trend)
dengan
menyediakan
dan perkembangan terakhir
informasi
kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum.
Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi
setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal
berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi
kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai
lain.
Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga
berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan
tambahan
yang
membantu
dalam
melaksanakan
tanggung
jawab
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Manajemen
memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi tambahan
tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun demikian, pelaporan
informasi semacam itu berada di luar ruang lingkup kerangka dasar ini.
Bagaimanapun juga, laporan keuangan yang diterbitkan didasarkan pada
informasi yang digunakan manajemen tentang posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan.
22
4. Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan
utama menurut SAK hanya tiga. yaitu:
a) Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tangggal tertentu
b) Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan
laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu
c) Laporan arus kas. Di sini dimuat sumber dana pengeluaran Kas
perusahaan selama satu periode
5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik
kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, materialitas, netralitas,
pertimbangan sehat, kelengkapan, dapat diperbandingkan, tepat waktu,
keseimbangan antara biaya dan manfaat, keseimbangan antara karakteristik
kualitatif, dan penyajian wajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar
23
b) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu
c) Materialitas
Relevansi
informasi
dipengaruhi
oleh
hakekat
dan
materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar
laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement)
d) Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak
boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan
24
e) Pertimbangan Sehat
Penyusun
laporan
keuangan
adakalanya
menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan
piutang yang diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan,
dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian
semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan
dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan
laporan keuangan
f) Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak
benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak
sempurna ditinjau dari segi relevansi
g) Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
posisi dan kinerja keuangan.
h) Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan,
maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara
pelaporan tepat
waktu
dan
ketentuan
informasi andal.
Untuk
25
menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan
sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui,
sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan
ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan
mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil
keputusan
i) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala
yang pervasif dari pada karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan
informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian,
evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai
informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati
oleh pemakai lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi;
misalnya, penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin
mengurangi biaya pinjaman yang dipikul perusahaan. Karena alasan
inilah maka sulit untuk mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada kasus
tertentu
j) Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif
Dalam praktek, keseimbangan atau trade off di antara berbagai
karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya
adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai
karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan
26
k) Penyajian Wajar
Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan
yang wajar dari, atau menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Meskipun kerangka
dasar ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan
karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai
biasanya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan apa
yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dari,
atau menyajikan dengan wajar, informasi semacam itu
6. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan
Kata
disclosure
memiliki
arti tidak
menutupi atau
tidak
menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan,
disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan
informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktifitas suatu unit
usaha (Chariri dan Ghozali, 2003). Hendriksen (2002) mengatakan
secara sederhana, pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran
informasi (the release of information). Para akuntan cenderung
menggunakan istilah ini dalam batasan yang lebih sempit, yait u
pengeluaran
informasi
tentang
perusahaan
dalam
laporan
keuangan, umumnya laporan tahunan.
Menurut Belkaouli (2000) tujuan pengungkapan antara lain:
a) untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum
diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item
27
tersebut
b) untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk
diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam
menentukan risiko, dan returnnya
c) untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar
di masa mendatang
Harianto dan Sudomo (2001) teori keagenan membahas hubungan
antara manajemen dengan pemegang saham, di mana yang dimaksud
dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen
pengelola perusahaan. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk
menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen mempunyai kewajiban
untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham kepadanya.
Agen diwajibkan memberikan laporan periodik pada principal tentang
usaha yang dijalankannya. Prinsipal akan menilai kinerja agennya
melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena
itu, laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada
pemiliknya.
Darrough dalam Na’im dan Rakman (2000) mengemukakan ada
dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang
ditetapkan standar, yaitu:
a. Pengungkapan Wajib (mandated disclosure)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak
28
bersedia
untuk
pengungkapan
mengungkapkan
wajib
akan
informasi
memaksa
secara
sukarela,
perusahaan
untuk
mengungkapkannya. Luas pengungkapan wajib tidak sama antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan
regulasi yang
lebih baik
akan
mensyaratkan pengungkapan
minimum atas lebih banyak butir dibandingkan dengan yang
disyaratkan negara berkembang
b. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir
yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh
peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu (1993) mengemukakan
meskipun
semua
perusahaan
publik
diwajibkan
memenuhi
pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam
hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah
satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui
pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor
dalam memahami strategi bisnis manajemen
Menurut Hendriksen (2002) ada tiga konsep pengungkapan
yang umumnya diusulkan, yaitu pengungkapan cukup, pengungkapan
wajar, pengungkapan penuh. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Pengungkapan cukup (Adequate disclosure)
Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang
cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh
29
peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat
diinterpretasikan dengan benar oleh investor
2. Pengungkapan wajar (Fair disclosure)
Pengungk apa n yang wajar secar a t idak la ngsung
menyiratkan suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama
kepada semua pemakai laporan keuangan
3. Pengungkapan penuh (Full disclosure)
Pengungk apa n
penuh
me nya ngkut
penya jia n
informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan
penuh berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak
tepat.
Menurut
mereka,
terlalu
banyak
informasi
akan
membahayakan. Karena penyajian rinci dan yang tidak penting
justru akan mengaburkan informasi yang signifikan membuat
laporan keuangan sulit ditafsir
7. Kelengkapan Pengungkapan
Menurut
Na’im
da n
Rakhman
(2000 )
kelengkapa n
pengungkapan laporan keuangan sangat bergantung kepada standar yang
diberlakukan di suatu negara. Negara maju dengan regulasi yang lebih
ketat relatif lebih tinggi pengungkapan laporan keuangannya jika
dibandingkan dengan perusahaan di negara berkembang. Kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis,
tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial
di negara bersangkutan.
30
He ndr iksen
(2002)
me ngat aka n
pe net apan
t ingkat
kelengkapan pengungkapan yang tepat idealnya tergantung pada tingkat
kesejahteraan sosial yang dihasilkan oleh pengungkapan. Jika tidak ada suatu
teori etika yang memungkinkan pengukuran kesejahteraan sosial, maka para
regulator akuntansi berkewajiban untuk mengandalkan kriteria seperti
relevansi dan keandalan.
Dari uraian di at as dapat dipa hami ba hwa keleng kapa n
pengungkapan laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas untuk
menilai manfaat dari laporan keuangan tersebut.
Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan oleh emiten atau perusahaan publik industri manufaktur
ditetapkan oleh Bapepam dalam Surat Edaran No.SE-02/PM/2002
tanggal 27 Desember 2002. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan
suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure)
sehingga dapat memberikan kualitas informasi keuangan bagi para
pengguna.
Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat
diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, seperti
indeks Wallace
Rumus index Wallance: x 100% (Nugraheni 2000)
Dimana n : Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
k : Jumlah item yang seharusnya diungkap
31
B. Faktor-faktor Fundamental
Menurut Jogiyanto (2000), faktor-faktor fundamental adalah faktor yang
berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen,
organisasi, SDM dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja
perusahaan. Definisi tersebut senada dengan yang disampaikan Shahrir
(1995) bahwa faktor fundamental perusahaan adalah informasi yang
berkenaan dengan kondisi internal perusahaan. Sedangkan Ang (1997 )
mengatakan
faktor
fundamental
merupakan
faktor
yang
dapat
memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan suatu bisnis dengan
maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari
perusahaan tersebut.
Dengan
demikian
dapat
dipa hami
ba hwa
fakto r -fakt or
fundamental adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi internal
perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu kondisi dalam perusahaan
tersebut.
Faktor-faktor fundamental meliputi :
1. kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional
2. kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
3. manfaat bagi perekonomian nasional
1. Rasio Likuiditas
Weston dan Brigham (1993) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek yang jatuh tempo. Definisi ini senada dengan yang
32
disampaikan Hanafi dan Halim (2000). Menurut Horne dan Wachowicz
(1997) rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek
dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan solvabilitas kas
pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan
solvabilitasnya.
Munawir (2001) menyatakan rasio likuiditas sebagai rasio modal
kerja,
yaitu:
rasio
yang
digunakan
untuk
menganalisa
dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat
membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang
digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang
dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin
mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang
akan datang.
Dapat dipahami
bahwa rasio
likuidit a s
menunjukka n
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber
jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi
kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah:
a) Rasio lancar (Current Ratio)
Rasio lancar adalah rasio yang paling sering digunakan.
Menurut Weston dan Brigham (1993) dan Brigham dan Houston
33
(2001) rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar
hutang lancar. Aktiva lancar biasanya terdiri dari: kas, surat
berharga, piutang, dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang
dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang
segera jatuh tempo, pajak yang belum dibayar (accued) dan biayabiaya yang belum dibayar (accrued) lainnya (terutama upah).
Ang (1997) mengatakan bahwa rasio likuiditas bertujuan
untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban pendeknya dengan aktiva lancarnya. Rasio lancar dapat
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancarnya.
Rasio Lancar =
慴
‴
Me nurut Robert Morr is Associate da la m Horne da n
Wachowicz (1997) rata-rata rasio lancar untuk industri adalah 2,1
kali.
Semakin tinggi rasio
lancar
seharusnya semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya. Namun rasio
ini harus dia ngga p sebaga i ukura n k asar
kare na t idak
mempertimbangkan likuiditas komponen individual aktiva lancar.
b) Rasio cepat (Quick Ratio/Acid Test ratio)
Rasio ini dinamakan Immediate Solvency atau cash ratio yang
mengukur kemampuan yang sesungguhnya untuk memenuhi hutanghutangnya tepat pada saatnya (Munawir 2001). Menurut Weston dan
Brigham (1993) rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan
34
dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban
lancar.
Rasio Cepat =
−
Me nurut Robert Morr is Associate da la m Horne da n
Wachowicz (1997) rata-rata rasio lancar untuk industri adalah 2,1
kali. Kemudian Horne dan Wachowicz (1997) mengatakan rasio ini
sebagai ukuran likuiditas yang lebih konservatif karena menyediakan
aktiva yang benar-benar likuid dalam membayar hutang jangka
pendeknya. Persediaan dianggap harta lancar perusahaan yang
tingkat likuiditasnya rendah dan harta yang sering nilainya mero sot bila
terjadi likuidasi. Oleh karena itu, pengukuran kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan
persediaan merupakan hal yang penting (Brigham dan Houston
2001).
Hanafi dan Halim (2000) mengatakan bahwa rasio lancar akan
menunjukkan kecenderungan menurun karena memasukkan nila i
persed iaa n
ya ng
menuru n,
se me nt ara
rasio
cepat
aka n
menunjukkan kecenderungan tetap (stabil). Jika rasio lancar tinggi tetapi
rasio cepatnya rendah berarti menunjukkan adanya investasi yang
sangat besar dalam persediaan.
2. Rasio Leverage
Menurut Ang (1997) rasio leverage berfungsi untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
35
Sedangkan Weston dan Brigham (1993) mengatakan rasio leverage
mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana
yang dipinjamkan dari kreditor. Dengan demikian, leverage menunjukkan
batasan (seberapa besar) pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh
hutangnya.
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan, memiliki tiga
implikasi penting (Brigham dan Houston 2001):
a) kreditor melihat kepada dana (equity) yang disediakan pemilik,
untuk mengukur batas keamanan (margin of safety)
b) dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh
wewenang pengawasan perusahaan dengan hanya investasi yang
kecil
c) jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman di banding
pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan
lebih besar
Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula
proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang. Perusahaan
dengan leverage yang tinggi memiliki resiko menderita kerugian besar,
tetapi juga mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang
besar. Sebaliknya, perusahaan dengan leverage yang rendah mempunyai
resiko yang kecil bila perekonomian dalam keadaan menurun. Tetapi
perusahaan tersebut juga memiliki laba rata-rata yang rendah jika
36
perekonomian menarik. Keputusan tentang penggunaan leverage berarti
menyeimbangkan kemungkinan laba yang lebih tinggi dengan naiknya
resiko.
Dua rasio leverage yang sering digunakan:
1. Rasio hutang terhadap total aktiva (Debt to total asset/DTA)
Rasio ini merupakan ratio total hutang terhadap total harta
yang mengukur persentase total dan yang berasal dari kreditur
(Lukas Setia 1999). Menurut Brigham dan Houston (2001) rasio
hutang terhadap aktiva mengukur presentase dana yang disediakan
oleh kreditur, umumnya disebut rasio hutang (debt ratio). Debt ratio
dihitung dengan membagi total hutang dengan total aktivanya
DTA =
x 100%
Rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva untuk industri
adalah 40% (Brigham dan Houston 2001). Rasio ini menekankan
pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
pendanaan hutang. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar risiko
keuangan. Semakin rendah rasio ini semakin rendah risiko keuangan
perusahaan (Horne dan Wachowicz 1997). Oleh karena itu kreditor
lebih menyukai rasio hutang yang rendah. Berlawanan dengan
kreditor, pemilik mungkin menginginkan rasio ini tinggi untuk
memperbesar laba atau jika menaikkan jumlah modal berarti
37
melepaskan sebagian pengawasan, karena bertambahnya jumlah
pemegang saham (Weston dan Brigham 1993)
2. Rasio hutang terhadap equitas (Debt to Equity Ratio/DER)
Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan jalan membagi
total hutang perusahaan (termasuk kewajiban lancar) dengan ekuitas
pemegang saham (Horne dan Wachowicz 1997).
DER =
ℎ
.Rasio hutang terhadap ekuitas berbeda-beda tergantung dari
karakteristik bisnis dan keberagaman arus kas. Perusahaan dengan
arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio hutang terhadap ekuitas
yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan arus kas yang kurang
stabil. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin
besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan
nilai aktiva atau kerugian.
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2001) profitabilitas adalah hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan Horne dan
Wachowicz (1997) mengatakan rasio profitabilitas menghubungkan laba
dengan penjualan dan laba dengan investasi yang secara bersama-sama
keduanya menunjukkan efektifitas keseluruhan operasi perusahaan.
Menurut Hanafi dan Halim (2000) rasio profitabilitas ini mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan
pada
tingkat
38
penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Ang (1997) mengatakan
profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan.
Dapat
dikatakan
bahwa
rasio
profitabilitas
menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi
rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan
memperoleh laba.
Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu: profit margin,
return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE).
a) Marjin laba atas Penjualan (Profit Margin on sales)
Profit marjin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini
bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya (ukuran efisiensi) pada periode tertentu (Hanafi dan Halim
2000). Marjin ini merupakan ukuran keuntungan penjualan perusahaan
setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan (Horne dan
Wachowicz 1997). Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan
penjualan.
Profit Margin =
ℎ
ℎ
x 100%
Profit marjin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Rendahnya marjin ini tidak menunjukkan adanya masalah operasi,
tetapi hanya perbedaan dalam strategi pembiayaan, dan perusahaan
39
dengan marjin laba yang rendah
aka n
me miliki
t ingkat
pengembalian yang tinggi kepada pe mega ng sa ha m jik a mengguna
kan leverage keuangan (Brigham dan Houston 2001).
b) Pengembalian atas total aktiva (Return On Asset /ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering
disebut juga sebagai Return On Investment (ROI) (Hanafi dan Halim
2000:). Horne dan Wachowicz (1997) mengatakan rasio ini rasio
keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut
Ang (1997) profitabilitas mengukur efektifitas perusa haa n di da la m
menghasilkan keuntu nga n dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan
membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva.
ℎ
ROA =
ℎ
x 100%
Rata-rata ROA untuk industri adalah 9% (Brigham dan
Houston 2001). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen
asset/aktiva. Rendahnya rasio ini diakibatkan oleh (a) rendahnya basic
earning power (BEP) perusahaan, (b) tingginya biaya bunga karena
penggunaan kewajiban diatas rata-rata yang menyebabkan laba bersih
relatif rendah.
c) Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return On Equity/ROE)
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur
pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas
40
investasi pemegang saham (Brigham dan Houston 2001). Return On
Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Return
On Common Equity).
Hanafi dan Halim (2000) mengatakan bahwa ROE mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu. Hal ini senada dengan pernyataan Ang (1997)
bahwa ROE mengukur tingkat ke mba lian
perusahaan
at au
efekt ivit as perusahaan dala m menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan
ekuitas
yang
dimiliki
perusahaan.
Rasio
ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
ROE =
ℎ
ℎ
x 100%
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang
sebenarnya karena rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun
capital gain untuk pemegang saham. ROE dipengaruhi ROA dan
tingkat leverage keuangan perusahaan.
4. Porsi Saham Publik
Perusahaan yang telah go public, saham-sahamnya bebas
dimiliki oleh publik. Menurut Suta (2002) umumnya komposisi
saham perusahaan yang telah go public masih belum seimbang antara
founder dengan pemegang saham publik. Sekitar 70% saham masih
dikuasai oleh founder dan 30% sisanya dimiliki oleh publik. Perbedaan
komposisi kepemilikan tersebut (equity gap) menyebabkan pemegang
saham publik memiliki bargaining position yang lemah.
41
Porsi saham publik diukur dengan rasio jumlah saham yang
dimilik i mas yarak at (publik) denga n t ot al saham. Ra sio in i
menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh
publik (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004).
Perusahaan
yang
sa hamnya
banyak
d imiliki
publik
menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi
dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak
dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern).
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan
dalam hubungannya dengan stuktur perusahaan (Lang dan Lundholm
dalam Subiyantoro 1996). Menurut Ferry dan Jones dalam Jaelani (2001)
ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total
penjualan dan rata-rata aktiva. Brigham dan Houston (2001)
mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih
untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. dalam Subiyantoro
1996). Menurut Ferry dan Jones dalam Jaelani (2001) ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh
total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata
aktiva.
Brigham
dan
Houston
(2001)
mendefinisikan
ukuran
perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang
bersangkutan sampai beberapa tahun.
42
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan
menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar
kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total
penjualan yang diperolehnya
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
dan Tahun
Idjang Sukitno
dan Arifin Sabeni
(2000)
Variabel yang
Diteliti
Independen:
Relavansi
Reliabilitas
Komparabilitas
Alat Analisis
Hasil
The Match Pairs
Sign Test
 Laporan
keuangan
perusahaan yang
go public di BEJ
meskipun telah
menyajikan
informasi
akuntansi yang
dapat diandalkan,
tetapi informasi
tidak relevan dan
tidak komparable
untuk pembuatan
keputusan
 Manajemen laba
berpengaruh
signifikan positif
pada tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
sejalan dengan
 tingkat
pengungkapan
berpengaruh
signifikan negatif
pada manajemen
laba sejalan
dengan
perspektif
Opportunistic
Earnings
Management
Dependen:
Laporan
Keuangan
Julia Halim,
Carmel Meiden,
dan Rudolf Luban
Tobing (2005)
Independen:
Manajemen Laba
Dependen:
Pengungkapan
Lalopran
Keuangan
Simultaneous
Equation Model
(SEM)
43
Lanjutan Tabel 2.1
Nama Peneliti
dan Tahun
Sylvia Veronica
N.P. Siregar dan
Siddharta Utama
(2005)
Variabel yang
Diteliti
Independen:
Struktur
Kepemilikan
Ukuran
Perusahaan
Praktek GCG
Alat Analisis
Hasil
Regresi Berganda
 variabel ukuran
perusahaan
secara konsisten
mempunyai
pengaruh negatif
yang signifikan
terhadap besaran
pengelolaan laba
yang dilakukan
perusahaan.
Regresi Berganda
 variabel yang
mempengaruhi
kelengkapan
pengungkapan
wajib yaitu
variabel rasio
likuiditas, rasio
leverage, ukuran
perusahaan dan
status
perusahaan.
Kelengkapan
pengungkapan
sukarela tidak
dipengaruhi oleh
semua variabelvariabel bebas
tersebut.
Sedangkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kelengkapan
pengungkapan
(wajib dan
sukarela) adalah
variabel rasio
likuiditas, ukuran
perusahaan dan
status perusahaan
yang
berpengaruh
signifikan <10%.
Dependen:
Pengelolaan Laba
Luciana Spica
Almilia dan Ikka
Retrinasari
(2007)
Independen:
Ukuran
perusahaan
Rasio likuiditas
Rasio leverage
Net Profit Margin
Status
perusahaan
Dependen:
pengungkapan
laporan keuangan
44
Lanjutan Tabel 2.1
Nama Peneliti
Variabel yang
dan Tahun
Diteliti
Zahro Naimah dan Independen:
Siddharta Utama Ukuran
(2006)
Perusahaan
Pertumbuhan
Profitabilitas
Perusahaan
Alat Analisis
Hasil
Regresi
 Hasil penelitian
menunjukan
bahwabaik laba
akuntansi
maupun nilai
buku
ekuitasmempuny
ai pengaruh
terhadap harga
saham
Regresi Linear
Berganda
 Menunjukan
adanya
pengaruhyang
signifikan arus
kas dari aktivitas
investasi
terhadap
expected return
saham
Dependen:
Koefesien Respon
Laba dan
Koefesien Respon
Nilai Buku
NinnaDaniati dan
Suhairi
(2006)
Independen:
Kandungan
Informasi
Komponen
Laporan Arus Kas
Laba Kotor
Ukuran
Perusahaan
Dependen:
Expected Return
Saham
6. Keterkaitan Antar Variabel
Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang penting
bagi sebuah perusahaan dalam hubungannya dengan pihak eksternal
perusahaan khususnya para
investo r.
Pengungk apa n la poran
keuang an sa ngat mempengaruhi penilaian investor terhadap kinerja
perusahaan. Lebih jauh Na’im dan Rakhman (2000) mengatakan
pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor signifikan dalam
45
pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas
publik.
Pengguna laporan keuangan dapat menganalisis laporan keuangan
dengan faktor rasional yang mempengaruhinya, atau yang sering disebut
faktor-faktor
fundamental.
Faktor
ini
menunjukkan
karakteristik
perusahaan yang dapat mempengaruhi kondisi yang ada di perusahaan
tersebut. Berkaitan dengan pengungkapan laporan keuangan, perusahaan
akan mengungkapkan laporan keuangannya sesuai dengan kondisi
internal perusahaan.
Dengan
demikian
faktor-faktor
fundamental
perusahaan dapat mempengaruhi kelengkapanan pengungkapan laporan
keuangannya kepada publik. Dalam penelitian ini faktor-faktor fundamental
tercermin dalam rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi
saham publik, dan ukuran perusahaan.
Ha 1: Likuiditas dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi,
tingkat likuiditas yang lebih tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi
keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk
melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar
karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke dalam
Nugraheni, 2002). Tetapi di la in pihak, likuidit as dapat juga
dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam menge lola
keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah
cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak
46
eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja
manajemen (Wallace dkk dalam Nugraheni, 2002).
Namun dari dua sisi tersebut lebih diyakini bahwa perusahaan
dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan
perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Dapat
dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi yang sehat. Kekuatan
perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan
berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi. Hal ini
didasarkan pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan akan
cenderung memberi pengungkapan yang lebih untuk memberikan
informasi yang lebih luas dari pada perusahaan yang memiliki kondisi
finansial yang lemah. Selain itu perusahaan dengan kondisi finansial yang
kuat diangggap mampu menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan
dengan adanya pengungkapan yang lebih luas.
Sehingga dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tinggi
rendahnya rasio likuidit as perusahaan se cara posit if d apat
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya.
Ha 2: Leverage dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Jensen dan Meckling dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004)
menyatakan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi menanggung
biaya pengawasan (monitoring cost) tinggi. Jika menyediakan
informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih
tinggi, maka perusahaan dengan leverage tinggi akan menyediakan
47
informasi secara komprehensif. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh
Na’im dan Rakhman (2000), bahwa perusahaan dengan rasio hutang atas
modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam
laporan keuangan daripada perusahaan dengan rasio yang rendah.
Pendapat Meek, Roberts, dan Gray dalam Nugraheni (2002) juga
mendukung pernyataan di atas. Semakin tinggi tingkat leverage
perusahaan semakin besar pula agency cost atau dengan kata lain, untuk
memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk
melakukan pengungkapan yang lebih luas.
Pada perekonomian yang membaik, perusahaan dengan leverage
yang tinggi akan lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk
memperoleh laba yang tinggi. Pada kondisi seperti ini perusahaan akan
menyediakan
informasi
yang
lebih
komprehensif
dalam
laporan
keuangannya untuk menarik para investor.
Rasio leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang
dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi leveragenya berarti semakin
tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut kepada krediturnya. Hal
ini sesuai dengan agency teory, yaitu hubungan keagenan antara
prinsipal (kreditur) dengan agennya (perusahaan). Perusahaan akan
berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengenai kondisi
perusahaan kepada krediturnya. Harapannya kreditur lebih mengetahui dan
memahami perusahaan dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan.
48
Dari uraian diatas dapat ditarik benang merah bahwa perusahaan
dengan leverage yang tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan
dianggap lebih memiliki kesempatan untuk menghasilkan laba. Dengan
demikian perusahaan dengan leverage yang tinggi akan tinggi pula
kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya.
Ha
3:
Profitabilitas dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Shinghvi dan Desai dalam Subiyantoro (1996) mengutarakan
bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan
mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih
terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas
perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.
Para investor kebanyakan lebih menyukai perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi. Mereka beranggapan dengan profitabilitas yang
tinggi perusahaan mampu memberikan pengembalian investasi yang tinggi
pula. Dengan tujuan menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas
tinggi akan melakukan pengungkapan laporan keuangan secara berlebih.
Semakin tingginya rasio profitabilitas perusahaan, menunjukkan
semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan
semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi
perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan
dan mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat
serta dapat
menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif. Oleh karena itu
49
perusahaan
dengan
profitabilitas
yang
tinggi
akan
lebih
berani
mengungkapkan laporan. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas
perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.
Ha 4: Porsi Saham Publik dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Na’im dan Rakhman (2000) mengemukakan bahwa adanya
perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini
karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang
perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk
dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin
lengkap.
Perusahaan yang telah go public memiliki konsekuensi tinggi
apalagi dengan proporsi saham publik yang lebih. Pengawasan dan
pengendaliannya akan lebih didominasi oleh publik. Selain itu,
perusahaan go public dituntut untuk lebih transparan dalam rangka
menciptakan pasar modal yang efisien. Perubahan budaya dari
perusahaan yang tertutup menjadi perusahaan yang harus terbuka juga
dialami perusahaan yang telah go public.
Investor publik membutuhkan perlindungan akan investasi yang
telah ditanamkan. Perlindungan itu berupa jaminan dari emiten bahwa
informasi baik keuangan maupun non keuangan yang disampaikan dapat
50
bermanfaat untuk pengambilan keputusan para investornya. Oleh karena
it u, unt uk me mpert a hankan invest or publik, perusa haa n aka n
mengungkapkan
la por an
keua nga nnya
secara
lengkap
dan
bertanggungjawab.
Dapat dipahami bahwa semakin besar porsi saham yang dimiliki
oleh umum menyebabkan perusahaan lebih serius dalam memberikan
informasi perusahaan kepada umum, artinya semakin t inggi
kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya.
Ha 5 : Ukuran Perusahaan dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Menurut Cooke dalam Fitriani (2001) perusahaan besar mungkin
memiliki biaya produksi informasi dan biaya competitive disadvantage
akibat pengungkapan yang lebih rendah daripada perusahaan kecil.
Kemudian Jensen dan Meckling dalam Subiyantoro (1996) mengatakan
bahwa arah hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat
pengungkapan tersebut bisa positif tetapi tidak menutup kemungkinan
berarah negatif. Di lain pihak secara teoritis, perusahaan besar tidak akan
lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk me laksanakan social
responsibility (tanggung jawab social), menghadapi regulasi yang
lebih ketat seperti tentang pengawasan harga, tingginya pajak perusahaan
dan ancaman akan adanya program nasionalisasi (threat nationalization).
Buzby dalam Subiyantoro (1996) menduga bahwa perusahaan
kecil mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mengumpulkan dan
51
menampilkan informasi yang luas pada laporan tahunan mereka sebab
banyak aktivitas banyak pula biaya yang dikeluarkan. Singhvi dan Desai
dalam Subiyantoro (1996) menambahkan bahwa manajemen perusahaan
kecil mungkin percaya bahwa pengungkapan yang terperinci akan
membahayakan posisi kompetitifnya.
Ukura n perusahaan dapat
mempengaruhi k elengkapa n
pengungkapan laporan keuangannya. Perusahaan yang berukuran besar
cenderung le bih banyak mengungkapka n but ir - but ir laporan
keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang
dapat diungkapkan. Perusahaan yang berukuran besar juga diduga
mempunyai karyawan ahli berkualitas yang lebih memahami tentang
pengungkapan laporan keuangan.
Ha 6: faktor-faktor fundamental yang tercermin dalam rasio likuiditas,
rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran
perusahaan secara positif berpengaruh secara simultan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa perusahaan
dengan ukuran besar akan lebih banyak melakukan pengungkapan
laporan keuangan. Model penelitian pada penelitian ini bisa digambarkan
sebagai berikut:
52
RASIO LIKUIDITAS
RASIO LEVERAGE
PENGUNGKAPAN
LAPORAN KEUANGAN
RASIOP ROFITABILITAS
PORSI SAHAM PUBLIK
UKURAN PERUSAHAAN
Gambar 2. 1
Model Penelitian
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelilian
Penelilian ini melipuli laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik perusahaan berskala kecil maupun besar
pada lahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Metodologi yang digunakan dalam
penelilian ini adalah Uji Hipotesis untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas,
leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Jenis penelilian ini adalah penelilian Kausalitas
yaitu bentuk penelilian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelilian ini populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penentuan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan penilaian subjektif penelili dengan karakterislik tertentu yang
dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah
diketahui sebelumnya dengan pertimbangan tertentu (Iskandar, 2009). Kriteria yang
diperlukan adalah:
1. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan periode tahun 2005 sampai
dengan 2009
54
2. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember
3. Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur
4. Perusahaan yang memiliki data yang lengkap
5. Perusahaan yang memiliki laba positif
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelilian ini adalah data sekunder sehingga
peneliti menggunakan metode dokumenter yaitu cara untuk memperoleh data melalui
buku-buku, peraturan-peraturan, laporan relevan yang ada pada objek penelitian
yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelilian (Supriyanto, 2009).
Data diperoleh dari:
1. Laporan keuangan tahunan perusahaan publik tahun 2005-2009
2. IDX Fact Books Desember tahun 2005-2009 atau akses di website BEI
(www.idx co.id)
D. Metode Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
Menurut Sunyoto (2009) Uji asumsi klasik digunakan untuk mengukur
tingkat asosiasi atau keeratan hubungan dan pengaruh antarvariabel bebas
melalui besaran koefisien korelasi.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi
variable dependen dan variable independen keduanya mempunyai distribusi
55
normal atau tidak. Model regresi yang sahih (valid) adalah distribusi data
normal atau mendekati normal (Santoso, 2000).
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menvebar di sekilar garis
diagonal, maka menunjukan pola distribusi normal yang mengindikasikan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (t it ik)
menvebar menjauhi garis diagonal, maka tidak menunjukan pola distribusi
normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2005:10).
b) Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedastisilas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamalan ke pengamatan
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi
heleroskedasitas (Ghozali, 2005).
Dalam penelitian ini pengujian heteroskedasitas dilakukan dengan melihat
Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRBD
dengan residualnya SRESID
Deteksi ada tidaknya heteroskedalis dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan SPRED
dimana
sumbu
Y
adalah
residual
(Y
prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-sludentized. Jika ada pola terlentu,
56
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang,, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta tiliktilik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
c) Uji Multikoliniearitas
Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi ditentukan
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang sahih (valid)
adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas
terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi satu
sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit
untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas dapat dideteksi
dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation faktor (V1F),
jika nilai tolerance value > 0.10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolinearitas (Ghozaii, 2005).
d) Uji Autokorelasi
Dilakukan dengan uji Durbin Watson. Pengujian ini bertujuan untuk meneliti
apakah sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode I dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari
57
autokorelasi (Sunyoto, 2009). Suatu jenis pengujian yang umumnya
digunakan
untuk
mengetahui
adanya
autokorelasi
yang
dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Walson yang disebut sebagai statistic
Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai d dari
hasil perhitungan dengan nilai d1 dan dU dari tabel Durbin-Walson.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
sederhana. Model regresi sederhana bertujuan unluk memprediksi besar variabel
dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui
besarnya (Santoso, 2000). Variabel independen terdiri dari manajemen laba
perusahaan sedangkan variabel dependennya adalah laporan keuangan.
Unluk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ b5X5+e
Dimana:
Y
: Pengungkapan Laporan Keuangan
a
: konstanta
b1-5
: koefesien regresi
X1
: Rasio Likuiditas
X2
: Rasio Leverage
X3
: Profitabilitas
58
X4
: Porsi Saham Publik
X5
: Ukuran Perusahaan
e
: eror
Pengujian ini dilakukan melalui:
a) Koefesien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen Nilai
koefesien determinasi adalah antara 0 (nol) dan l (satu). Nilai K yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
b) Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2000).
Menurut Santoso (2000) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 , maka H0 diterima atau Ha
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas
59
tidak mempunyai pengaruh individual terhadap variabel dependen atau
terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau
terikat.
c) Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk
mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2005)
Menurul Santoso (2000) dasar pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
1) Jika nilai probabililas lebih besar dari 0,05 , maka H0 diterima dan Ha
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha diterima,
ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
60
atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2005), variabel penelitian adalah sualu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliiti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel penelilian adalah
sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang dtietapkan dalam suatu
penelitian yang dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas
dapat ditetapkan indikatornya.
1. Variabel Dependen (Y)
Var iabel
dependen
penelit ian
ini
adalah
kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Variabel ini mengukur berapa
banyak item laporan keuangan yang material diungkapkan oleh perusahaan
manufaktur. Variabel ini diukur dengan menggunakan index of disclosure
methodology, yaitu indeks Wallace
Rumus index Wallace =
x 100% (Nugraheni dkk, 2002)
Dimana n : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
k : jumlah item yang seharusnya diungkap berdasar peraturan
Dalam penelitian ini, instumen yang digunakan adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh Bapepam melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE02/PM/2002 pada tanggal 27 Desember 2002 yang berisi tentang pedoman
61
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik industri
manufaktur.
2. Variabel Independen (X)
Faktor-faktor fundamental perusahaan yang akan diuji dalam
penelitian ini tercermin dalam lima variabel :
1. Likuiditas, dengan menggunakan rasio lancar (current ratio) yang diukur
dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar.
尰
Rasio Lancar =
(Brigham dan Houston, 2001)
2. Leverage, menggunakan debt to equity ratio (DER) yang diukur dengan
membagitotal hutang dengan equitas
DER =
(Horne dan Wachowicz, 1997)
3. Profitabilitas, dengan menggunakan returnon equity (ROE) yang membagi
laba bersih setelah pajak (earning after tax) dengan modal sendiri.
ROE =
ℎ
ℎ
x 100%
(Brigham dan Houston, 2001)
62
4. Porsi saham publik, yang diukur dengan rasio antara jumlah saham yang
dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham
Saham Publik =
Jumlah Saham Publik
Total Saham
x 100%
(Simanjuntak dan Widiastuti, 2004)
5. Ukuran perusahaan, yang diukur dengan menggunakan total aktiva (Ferry
dan Jones, 2001)
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel
Dependen
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan
perusahaan (Y)
Indikator
index Wallace =
Skala
x 100%
Rasio
Independen
Likuiditas
Rasio Lancar =
Leverage
DER =
Profitabilitas
Porsi saham
publik
Ukuran
perusahaan
ROE =
Saham Publik =
Rasio
Rasio
ℎ
ℎ
x 100%
Jumlah Saham Publik
Total Saham
Firm Size = Ln Total Asset
x 100%
Rasio
Nominal
Nominal
63
64
Hasil Pengolahan Data Final
Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kl_Lapkeu
N
ROE
shm_pblk
CR
DER
FS
45
45
45
45
45
45
Mean
4.1604
.6078
-.3793
.2097
.0931
.1228
Std. Deviation
.08224
.62430
.32564
.35342
.61780
.59733
Absolute
.127
.324
.264
.179
.172
.143
Positive
.127
.265
.141
.106
.118
.081
Negative
-.109
-.324
-.264
-.179
-.172
-.143
Kolmogorov-Smirnov Z
.854
2.173
1.768
1.198
1.153
.960
Asymp. Sig. (2-tailed)
.459
.000
.004
.113
.140
.316
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Keterangan :
H0
: Data Tidak terdistribusi dengan normal
Ha
: Data Terdistribusi dengan normal
Ketentuan :
a. Asymp. Sig (2-tailed) < 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
b. Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
a. Uji Asumsi Klasik
(1) Uji Normalitas Data
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi
normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus
dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian,
analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah
analisis statistik berupa uji normalitas.
Gambar 4.1
Uji Normalitas Data (P-P Plot)
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki
penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai rata-rata
dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka dapat dikatakan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
(2) Uji Multikolinieritas
Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas
dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel
independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF
(Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan
sebagai berikut :
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.631
1.584
.716
1.397
.559
1.790
.527
1.898
.367
2.724
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala
multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat
nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas
dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas
menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10, keadaan seperti itu membuktikan
tidak terjadinya multikolinearitas.
(3) Uji Autokorelasi
Apabila data penelitian mengandung autokorelasi, data harus segera
diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Untuk menghilangkan masalah
autokorelasi dapat menggunakan uji durbin Watson. Adapun hasil uji Durbin
Watson dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4.21
Uji Durbin Watson
Durbin-Watson
2.485
Nilai Durbin Watson dari penelitian ini sebesar 2.485, ini mengartikan
bahwa penelitian tidak mengalami autokorelasi. Apabila nilai Durbin Watson
berada diantara 1.54 sampai dengan 2,64 maka dapat dipastikan data tidak
mengalami autokorelasi (Wing Wahyu Winarno, 2006:5.27).
(4) Uji Heteroskedatisitas
Sebelum berlanjut kepada langkah penelitian berikutnya peneliti akan
melakukan pengujian heteroskedatisitas untuk memastikan bahwa data dapat
menghasilkan asumsi yang baik. Adapun uji heteroskedatisitas ini akan dilakukan
melalui pengujian scatter plot atau grafik sebar, sebagai berikut :
Gambar 4.2
Scatter Plot (Uji Heteroskedatisitas)
Pada gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian
pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau
tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Uji Signifikansi
(1) Uji Signifikansi secara simultan
Uji Koefesien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variable X terhadap variable Y dalam penelitian ini. Uji ini dapat dilakukan
melalui pengujian nilai R² ( R-Squared). Adapun hasil uji determinasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Change Statistics
Model
1
R
.739a
R Square
.546
Adjusted R
Std. Error of
R Square
Square
the Estimate
Change
.488
.05887
.546
F Change
9.373
df1
df2
5
Sig. F Change
39
Berdasarkan data hasil oleh model summary diatas maka dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwasanya penelitian ini memiliki nilai R² (R Squared) sebesar 0.546.
Nilai tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh harga, kualitas
produk dan ekuitas merek terhadap keputusan pembelian dengan menghitung
koefesien determinasi, sebagai berikut :
KD = R² x 100%
KD = 0.546 x 100%
KD = 54,6 %
.000
Koefesien determinasi tersebut memiliki maksud bahwa pengaruh variable
independent (secara keseluruhan) terhadap variabel dependent adalah sebesar 54,6
%. Sisanya sebesar 55,4 % dipengaruhi faktor lain.
Selain itu nilai signifikansi F Change sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05 ini
mengartikan bahwa pengaruh variable independent terhadap variable dependent
pada penelitian ini sebesar 54,6 persen adalah signifikan.
(2) Uji Anova ( Uji F)
Untuk lebih meyakinkan akan kebernaran uji koefesien determinasi diatas
maka dapat diketahui melalui uji Anova atau Uji F. Adapun bunyi hipotesa atas
uji F ini adalah sebagai berikut (Jonathan sarwono,2007:177) :
(a) H0 : Tidak ada hubungan linier antara seluruh variable independent dengan
variable dependent.
(b) H1 : Ada hubungan linier antara seluruh variable independent dengan
variable dependent.
Pada uji ini berlaku ketentuan sebagai berikut :
(a) Apabila nilai signifikan > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
(b) Apabila nilai signifikan < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Dalam penelitian ini diperoleh hasil uji Anova sebagai berikut :
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.162
5
.032
Residual
.135
39
.003
Total
.298
44
F
9.373
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), CosDER, lgshm_pblk, CosROE, SinFS, CosCR
b. Dependent Variable: LnKl_Lapkeu
Dari data diatas diperoleh hasil nilai signifikan sebesar 0.000 ini
mengartikan bahwasanya ketentuan nomor dua berlaku dalam penelitian ini
bahwasanya H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil Uji F ini menyatakan bahwa hasil
uji koefisien determinasi diatas benar adanya.
Untuk lebih meyakinkan hasil uji F ini maka dapat dilihat dari nilai F table
dari Uji Anova diatas, dengan ketentuan sebagai berikut :
(a) Apabila nilai F penelitian < F table maka H0 diterima dan H1 ditolak
(b) Apabila nilai F penelitian > F table maka H0 ditolak dan H1 diterima
Dalam penelian ini diperoleh nilai F penelitian sebesar 9.373 yang lebih besar dari
nilai F table sebesar 2.70. Hal ini mengartikan bahwasanya ketentuan nomor dua
adalah benar. Kesimpulanya, terdapat hubungan yang linier antara variable
independent dengan variable dependent.
(3) Uji T / Uji Signifikansi Parsial
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari setiap variable
independent terhadap variable dependent, maka dapat dilakukan melalui Uji T.
Berikut adalah hasil Uji T dalam penelitian ini :
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
4.220
.016
FS
-.063
.019
ROE
-.051
shm_pblk
Coefficients
Beta
t
Sig.
262.797
.000
-.455
-3.350
.002
.017
-.388
-3.045
.004
.112
.036
.444
3.078
.004
CR
.083
.035
.359
2.411
.021
DER
.043
.024
.321
1.800
.080
(4) Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh harga, kualitas produk dan
ekuitas merek terhadap keputusan pembelian sepatu converse adalah sebagai
berikut :
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
4.220
.016
FS
-.063
.019
ROE
-.051
shm_pblk
Coefficients
Beta
t
Sig.
262.797
.000
-.455
-3.350
.002
.017
-.388
-3.045
.004
.112
.036
.444
3.078
.004
CR
.083
.035
.359
2.411
.021
DER
.043
.024
.321
1.800
.080
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh harga, kualitas produk dan ekuitas merek terhadap
keputusan pembelian sepatu converse sebagai berikut:
Y
= a + bx1 + bx2 + bx3
Y
= 4.220 - 0.063FS - 0.051ROE + 0.112Shm_Pblk + 0.083CR + 0.043 DER
Keterangan :
Y
: Keputusan Pembelian
X1
:
X2
: Kualitas Produk
Harga
X3
: Ekuitas Merek
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 0.109 menunjukkan bahwa jika
variabel harga, kualitas produk dan ekuitas merek bernilai nol maka nilai
keputusan pembelian adalah 10.9%.
Sedangkan variabel harga sebesar 0.469 menunjukkan bahwa jika variabel
Harga meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan
keputusan pembelian
sebesar 0.469 satuan. Variabel kualitas produk 0,292 menunjukkan bahwa jika
variabel Kualitas produk meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan keputusan
pembelian sebesar 0,292 satuan. Variabel ekuitas merek 0.211 menunjukkan
bahwa jika vaiabel ekuitas merek meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan
keputusan pembelian sebesar 0.211 satuan. dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Secara bersama-sama terdapat pengaruh antara faktor-faktor fundamental
yang tercermin dalam rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham
publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Secara parsial yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan adalah porsi saham publik, rasio likuiditas,
dan rasio leverage sadangkan variable rasio profitabilitas dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
2. Faktor-faktor fundamental memberikan kontribusi sebesar 48,8% dalam
mempengaruhi perubahan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan, sedangkan 51,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kelima
faktor fundamental perusahaan tersebut, seperti umur perusahaan, Price
Earning Ratio, Return On Asset.
83
B. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Target populasi (populasi sasaran) yang diperoleh dalam penelitian ini
relatif kecil yaitu 9 perusahaan dari 130 perusahaan, sehingga hasil
penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Dalam penelitian ini, kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
perusahaan ditentukan atas dasar interpretasi peneliti setelah membaca isi
laporan tahunan (annual report)
perusahaan yang diteliti.
Sehingga
memungkinkan terjadinya perbedaan penilaian antar perusahaan karena
kondisi subyektifitas peneliti.
3. Penilaian item laporan keuangan tanpa pembobotan dan penjelasan dari
perusahaan yang diteliti. Masing-masing item pengungkapan diperlakukan
sama dan diasumsikan semua perusahaan seharusnya mengungkapkan
item tersebut.
C. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diberikan
adalah:
1. Bapepam perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh
perusahaan (emiten) agar perusahaan dapat memberikan pengungkapan
yang lebih lengkap sehingga akan memberi manfaat bagi para
84
pemakainya.
2. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan populasi yang lebih
banyak yang benar-benar merepresentasikan seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
3. Penentuan
jumlah dan penilaian item pengungkapan sebaiknya dilakukan
oleh para ahli di bidang ini sehingga menunjukkan kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan secara tepat.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Media Soft Indonesia,
1997.
Amalia, Luciana Spica dan Retrinasari, Ikka. “Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. Proceeding Seminar Nasional,
2007.
Belkaouli, Ahmed Riahi. Teori Akuntansi. Buku I. Jakarta:Salemba Empat, 2000.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. Manajemen Keuangan. Jakarta:Erlangga, 2001.
Chariri, Anis dan Iman Ghozali. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Semarang: Universitas
Diponegoro, 2003.
Daniati, Ninna., dan Suhairi, “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan
Arus Kas, Laba, dan Size Peruasahaan Terhadap Expected Return Saham”,
SNA IX, 2006.
Fitriyani. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Wajib dan Sukarela pada
Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Semarang,
Badan Penerbit UNDIP, 2005.
Ha na fi, Ma hmud M. da n Abdul Halim. ” Anali sa Laporan Keuangan”.
Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2000.
Halim, Julia., Meiden, Carmel., Tobing, R. L, “Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk
dalam Indeks LQ-45”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, 117-129, 2005.
Harahap, S. S, “Teori Akuntansi”. Jakarta, 2007.
Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. “Perangkat dan Teknis Analisis Investasi di
Pasar Modal Indonesia”. Jakarta:PT Bursa Efek Jakarta, 2001.
Healy P.M., dan K.G Palepu, “The Effect of Firms’ Financial Disclosure Strategies on
Stock Prices”, Accounting Horizons, American Accounting Association, 1-11,
1993.
Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. “Teori Akuntansi”. Buku 2. Batam:
Interaksara, 2002.
Horne, James C.Van dan John M.Wachowicz. “Prinsip-prinsip
Keuangan”. Buku II. Jakarta Salemba Empat, 2007.
Manajemen
Ikatan
Akuntan
Publik
Keuangan”, 2007.
Indonesia (IAPI), ”Pernyataan Standar Akuntansi
Iskandar, ”Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial”, Gaung Persada Press,
Tangerang Jawa Barat, 2009.
Jogiyanto, H.M. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Yogyakarta:BPFE, 2000.
Munawir. “ Analisa Laporan Keuangan”. Yogyakarta:Liberty, 2001.
Na’im, Ainun dan Fuad Rahkman. “Analisis Hubungan antara Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Vol.15.No.1.pp 70-82, 2000.
Naimah, Zahroh., dan Utama, Siddharta., “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan,
dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisian Respon Laba dan Koefisien
Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta”,SNA IX, 2006.
Nugraheni, B.Linggar Yekti.,Oct.Digdo Hartomo, dan Lucia Hary Patwoto. “Analisis
Faktor-faktor Fundamental Perusahaan terhadap Kelengkapan Laporan
Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.VIII. No. 1.pp.75-91, 2002.
Sadeli, Lili, ”Dasar-dasar Akuntansi”, Penerbit: Bumi Aksara, 2009.
Santoso, Singgih, ”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2000.
Siregar, DR. Sylvia Veronica N.P., dan Utama, DR. Siddharta, “Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap
Pengelolaan Laba”, SNA VIII, 475490, 2005.
Subiyantoro, Edi. “Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia”. Simposium Nasional
Akuntansi I.Yogyakarta, 1996.
Sugiyono, ”Statistik Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005.
Sunyoto, Danang, ”Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”, Yogyakarta, Media Pressindo,
2009.
Suta, I Putu Gede Ary. “Menuju Pasar Modal Modern”. Jakarta : Yayasan SAD
Satria Bakti, 2000.
Sutikno, Idjang. dan Sabeni, Arifin, “Evaluasi Terhadap Relevansi, Reliabilitas, dan
Komparabilitas Laporan Keuangan: Studi Empiris pada Perusahaan ‘Go Public’ di
Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 2, No 3, 225-236, 2000.
West on, J.Fred dan Eugene F.
Jakarta:Erlanggga, 1993.
Brigha m.
“Manajem en
Keuangan”.
LAMPIARN 1 : DATA PERUSAHAAN
No.
K ode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
AKRA
ASGR
ASII
LTLS
TIRA
TURI
UNTR
TRST
SMSM
Nama
PT. AKR Corporindo Tbk
PT. Astra Graphia Tbk
PT. Astra Internasional Tbk
PT. Lautan Luas Tbk
PT. Tita Austinite Tbk
PT. Tunas Ridean Tbk
PT. United Tractors Tbk
PT. Trias Sentosa Tbk
PT. Selamat Sempurna Tbk
LAMPIRAN 2 : DATA MENTAH VARIABEL PENELITIAN
Current Ratio
1,2866
1,1257
1,1629
0,9967
0,9587
3,3303
2,4253
1,3358
1,2468
1,4471
1,1074
0,7838
1,3194
1,3217
1,3688
1,2249
1,1093
0,8294
1,1236
1,1213
1,8329
1,0640
1,1395
1,1566
1,2494
1,2115
1,1460
1,1469
1,4106
1,3543
1,5645
1,3411
1,3394
1,6362
1,6564
1,2004
1,0595
1,0759
1,0136
1,1111
1,9613
1,9887
1,7092
1,8179
1,5870
DER
0,8602
1,0871
1,5653
1,8145
2,2011
0,8212
0,9761
0,9886
1,5266
1,0341
1,1141
14,0770
1,1687
1,2141
1,0028
1,6955
2,4341
2,4228
3,1095
2,7842
1,3670
2,3263
2,1414
1,9442
1,5122
3,0158
3,2411
2,9067
2,4972
0,7703
1,5797
1,4380
1,2587
1,0461
0,7551
1,1968
1,0712
1,1801
1,0811
0,6787
0,5505
0,5290
0,6544
0,6248
0,7983
ROE
0,0004
0,0004
0,0006
0,0007
0,0009
0,2674
0,4120
0,5344
0,4633
0,4964
2,6961
1,8339
3,2206
4,5406
4,9600
0,2688
0,1522
0,3675
0,7479
0,4406
0,0504
0,1075
0,0429
0,0226
0,0375
0,1023
0,0159
0,1361
0,1757
0,2225
1,4739
1,3050
2,0943
3,7323
5,3549
0,0585
0,0924
0,0632
0,2066
0,5124
5,0619
4,5965
5,5794
6,3537
9,2278
Saham Publik
0,2500
0,2500
0,5840
0,5833
0,5816
0,4605
0,4605
0,4605
0,4605
0,4605
0,3253
0,3253
0,3253
0,3253
0,3253
0,6750
0,6750
0,6750
0,6750
0,6750
0,7375
0,7375
0,7375
0,7375
0,7375
0,4420
0,4420
0,4420
0,4420
0,4420
0,5247
0,5247
0,5247
0,5247
0,5247
0,0640
0,0640
0,0640
0,0640
0,0640
0,9351
0,9280
0,9280
0,9280
0,9280
Firm Size
21,4062
21,5892
21,9753
22,3074
22,5248
26,9748
27,0946
27,1603
27,4579
27,3759
31,4809
31,6902
31,7824
32,0223
32,1190
28,1066
28,2356
28,3895
28,8665
28,7563
25,9178
26,2244
26,1992
26,1552
26,0305
28,6329
28,6811
28,8386
28,9079
28,2024
29,9951
30,0512
30,1962
30,7599
30,8258
28,3751
28,3344
28,3914
28,4006
28,2842
27,2202
27,2979
27,4448
27,5582
27,5709
Kelengkapan LK
64,7100
69,1200
69,1200
69,1200
69,1200
60,2900
57,3500
55,8800
58,8200
58,8200
70,5900
70,5900
73,5300
72,0600
66,1800
61,7600
63,2400
64,7100
64,7100
64,7100
64,7100
66,1800
63,2400
61,7600
63,2400
61,7600
60,2900
60,2900
60,2900
61,7600
73,5300
73,5300
76,4700
73,5300
70,5900
58,8200
58,8200
58,8200
58,8200
58,8200
57,3500
61,7600
63,2400
63,2400
60,2900
LAMPIRAN 3 : HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Descriptive Statistics
Mean
Tingkat laporan keuangan
Current Ratio
Debt To Equity Ratio
Return On Equity
Saham Publik
Firm Size
Std. Deviation
4.1604
.2097
.0931
.6078
-.3793
.1228
N
.08224
.35342
.61780
.62430
.32564
.59733
45
45
45
45
45
45
Correlations
Tingkat laporan
keuangan
Pearson Correlation
Tingkat laporan keuangan
-.539
.227
-.398
.183
1.000
-.494
.117
-.331
-.384
Debt To Equity Ratio
-.035
-.494
1.000
-.330
-.225
.453
Return On Equity
-.539
.117
-.330
1.000
-.128
.064
.227
-.331
-.225
-.128
1.000
.167
-.398
-.384
.453
.064
.167
1.000
.
.115
.411
.000
.066
.003
Tingkat laporan keuangan
Current Ratio
.115
.
.000
.223
.013
.005
Debt To Equity Ratio
.411
.000
.
.013
.068
.001
Return On Equity
.000
.223
.013
.
.200
.338
Saham Publik
.066
.013
.068
.200
.
.136
Firm Size
.003
.005
.001
.338
.136
.
Tingkat laporan keuangan
45
45
45
45
45
45
Current Ratio
45
45
45
45
45
45
Debt To Equity Ratio
45
45
45
45
45
45
Return On Equity
45
45
45
45
45
45
Saham Publik
45
45
45
45
45
45
Firm Size
45
45
45
45
45
45
b
Model Summary
R
R Square
a
1
.739
Std. Error of the
Estimate
Adjusted R Square
.546
.488
Durbin-Watson
.05887
2.485
a. Predictors: (Constant), Firm Size, Return On Equity, Saham Publik, Current Ratio, Debt To
Equity Ratio
b. Dependent Variable: Tingkat laporan keuangan
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
.162
5
.032
Residual
.135
39
.003
Total
.298
44
Sig.
9.373
.000a
a. Predictors: (Constant), Firm Size, Return On Equity, Saham Publik, Current Ratio, Debt To Equity Ratio
b. Dependent Variable: Tingkat laporan keuangan
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
4.220
.016
Current Ratio
.083
.035
Debt To Equity Ratio
.043
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
262.797
.000
.359
2.411
.021
.527
1.898
.024
.321
1.800
.080
.367
2.724
-.051
.017
-.388
-3.045
.004
.716
1.397
.112
.036
.444
3.078
.004
.559
1.790
Firm Size
-.063
.019
a. Dependent Variable: Tingkat laporan keuangan
-.455
-3.350
.002
.631
1.584
Return On Equity
Saham Publik
Firm Size
-.035
Firm Size
Model
Saham
Publik
.183
Saham Publik
N
Debt To
Return On
Equity Ratio
Equity
1.000
Current Ratio
Sig. (1-tailed)
Current
Ratio
Charts
Download