PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (2005-2009) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh ILHAM 206082003989 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA 2010 i Hari ini Selasa 14 Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi atas nama Ilham NIM 206082003989 dengan judul skripsi “PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP TINGKAT ENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (20052009) ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 14 Desember 2010 Tim Penguji Sidang Skripsi Yessi Fitri, SE. Ak ,M.Si Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni Pembimbing I Prof.Dr.Abdul Hamid, MS Penguji Ahli I Yusro Fitri, SE, M.Si Penguji Ahli II Penguji Seminar Proposal Skripsi Rini, SE, Ak., M.Si iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi 1. Nama : Ilham 2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juni 1988 3. Alamat : Jl Al-Falah 1 Rt 009/03 No 39E Sujabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jak-Bar 11560 4. No Telepon Rumah : 021-5303980 5. No HP : 0856 8483 447 6. Status : Belum menikah 7. Agama : Islam 8. Kewarganegaraan : Indonesia B. Data Pendidikan Formal 1. 1993 - 1994 : T.K Islam Al-Thfal Ulujami 2. 1994 - 2000 : SDN 056 Pagi 3. 2000 - 2003 : SMPN 161 Jakarta 4. 2003 - 2006 : SMAN 47 Jakarta 5. 2006 - 2010 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. C. Latar Belakang Keluarga 1. Ayah : Johardin 2. Pekerjaan : Pedagang 3. Alamat : Jl Al-Falah 1 Rt 009/03 No 39E Sujabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jak-Bar 11560 4. Ibu : Indrawati 5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 6. Alamat : Jl Al-Falah 1 Rt 009/03 No 39E Sujabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jak-Bar 11560 7. Telepon Rumah : 021-5303980 v D. Pengalaman Organisasi 1. 2004 – 2005 : Kepala Bidang Kaderisasi ROHIS SMAN 47 (Kerohanian Islam Sekolah SMAN 47) 2. 2007 – 2008 : Ketua IKARIS SMAN 47 ( Ikatan Alumni Rohani Islam SMAN 47) 3. 2008 – 2009 : Kepala Bidang Kaderisasi LDK Ex ( Lembaga Da’wah Kampus Entensi) 4. 2009 – 2010 : Kepala Bidang Syi’ar LDK Ex ( Lembaga Da’wah Kampus Entensi) 5. 2009 – 2010 : Mentri Kemahasiswaan FEB-NR E. Pengalaman Kerja 1. 2008 : Auditor Junior KKP Mansur-Arif Consulting vi Abstract This study analyzes the influence of fundamental factors are reflected in the liquidity ratio, leverage, profitability, the share of public stock companies and the size of the completeness of the financial statement disclosure. The population of this research is financial statement manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. The sampling technique is by purposive sampling and obtained 9 companies as research samples. Observation period is 5 (five) years ie 2005 and 2009. Data collection method is the method of documentation. The data analysis technique used is multiple regression (Multiple Regression Analysis) with the help of SPSS 16 for windows. Results of multiple regression showed that there simultaneous influence of these factors are fundamental to the completeness of the financial statement disclosure. Partially affecting the completeness of the disclosure of financial statements is the size of the company, the share of public equity, liquidity ratios and profitability ratios, while the leverage ratio does not affect the completeness of the financial statement disclosure. The test results also show the coefficient of determination (R 2 adj) of 0.488. this means the ability of the independent variables explain the dependent variable at 48.8%, while the remaining 51.2% are influenced by other variables and not included in this regressionanalysis. Keywords: Liquidity Ratio, Leverage, Profitability, Stock Serves Public, Company Size, Disclosure of Financial Statements vii Abstrak Penelitian ini menganalisis pengaruh faktor-faktor fundamental yang tercermin dalam rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling dan diperoleh 9 perusahaan sebagai sampel penelitian. Periode pengamatan adalah 5 (lima) tahun yaitu tahun 2005 dan 2009. Metode pengumpulan data adalah dengan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda (Multiple Regression Analisys) dengan bantuan SPSS 16 for windows. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh antara faktor-faktor fundamental terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah ukuran perusahaan, porsi saham publik, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas, sedangkan rasio leverage tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil uji juga menunjukan koefisien determinasi (Adj R2) sebesar 0,488. hal ini berarti kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 48,8 %, sedangkan sisanya 51,2% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini. Keyword : Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Porsi Saham Public, Ukuran Perusahaan, Pengungkapan Laporan Keuangan viii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluarga Tercinta, Ayah dan Ibu serta kakak-kakak dan adik-adikku yang senantiasa tanpa henti-hentinya mengalirkan do’a untuk keselamatan dan keberhasilan penulis serta memberikan semangat baik spiritual, moril, dan materiil. 2. Bapak Prof. Dr., Abdul Hamid selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk selesainya skripsi ini 3. Bapak Prof. Dr., Ahmad Rodhoni MM selaku PUDEK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta dan juga pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan secara langsung untuk dapat menyelesaikan skripsi ini 4. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., MSi selaku wakil jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta dan juga selaku pembimbing 2 yang tidak bosan-bosan dan jemu-jemunya membimbing penulis dengan kesabaran, senyuman, dan semangat agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya 5. Seluruh dosen-dosen dan civitas yang ada di Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta. Terutama pada dosen-dosen Fakultas Ekonomi ix dan Bisnis yang memberikan pelajaran akademik maupun pelajaran hidup yang membangun diri Saya menjadi lebih baik 6. Seluruh guru-guru dari Tk sampai Sekolah Menengah Atas saya yang tidak hanya memberikan pelajaran formal akademik, tetapi juga memberikan inspiratif sehingga saya dapat terus mencapai cita-cita saya 7. Sahabat dan teman terbaik penulis yaitu Alif Panji Purna, Arif Febrianto, Andry Saputra, Dody Widhayanto, dan Hasan Mahmudi yang banyak memberikan motivasi, inspirasi, dan kehangatan persahabatan sejak SMA, semoga kita semua menjadi orang-orang mendapat limpahan dan rahmat dari Allah dan bahagia di dunia dan di akhirat kelak 8. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan ’06 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta yang banyak memberikan kehangatan dan keceriaan persahabatan, special Tomi Arianto, Marfiansyah, Misbah, Pak Trimo Langut, Ratna Sari, Rina, dan Rizal Pahlawi 9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis cantumkan namanya satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan syukur kepada mereka-mereka Semoga rahmat dan ridho Allah SWT selalu menaungi jalan kehidupan kita semua menuju jalan kebenaran dan memberikan manfaat untuk keselamatan dunia akhirat. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin Jakarta, Desember 2010 Ilham x DAFTAR ISI Halaman Judul ......................................................................................... i Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................... ii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ................................................... iii Lembar Pengesahan Uji Skripsi ............................................................... iv Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. v Abstract ................................................................................................... vii Abstrak .................................................................................................... viii Kata Pengantar ........................................................................................ ix Daftar Isi.................................................................................................. xi Daftar Tabel .......................................................................................... xiv Daftar Gambar ......................................................................................... xv Daftar Lampiran ...................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 13 A. Laporan Keuangan ................................................................. 13 1. Pengertian Laporan Keuangan ......................................... 13 2. Tujuan Laporan Keuangan .............................................. 15 3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi .................................. 20 4. Jenis Laporan Keuangan ................................................. 23 5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ..................... 23 6. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan .............. 27 7. Kelengkapan Pengungkapan ........................................... 30 B. Faktor-faktor Fundamental..................................................... 32 1. Rasio Likuiditas .............................................................. 32 2. Rasio Leverage ............................................................... 35 3. Rasio Profitabilitas .......................................................... 38 4. Porsi Saham Publik ......................................................... 41 xi 5. Ukuran Perusahaan ......................................................... 42 6. Keterkaitan Antar Variabel.............................................. 45 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 54 A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 54 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 54 C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 55 D. Metode Analisis ..................................................................... 55 1. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 55 a) Uji Normalitas ............................................................ 55 b) Uji Heteroskedatisitas ................................................. 56 c) Uji Multikoliniearitas ................................................. 57 d) Uji Autokorelasi ......................................................... 57 2. Uji Hipotesis .................................................................... 58 a) Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 59 b) Uji Statistik t .............................................................. 59 c) Uji Statistik F ............................................................. 60 E. Operasionalisasi Variabel....................................................... 61 1. Variabel Dependen (Y) ................................................... 61 2. Variabel Independen (X) ................................................. 62 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 64 A. Deskripsi Umum Aktivitas Perusahaan Manufaktur .............. 64 B. Deskripsi Variabel Penelitian ................................................ 66 C. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 68 1. Hasil Uji Normalitas Data ............................................... 68 2. Hasil Uji Multikolinearitas .............................................. 70 3. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................ 71 4. Hasil Uji Autokorelasi..................................................... 72 D. Koefisien Determinansi (R2) .................................................. 73 E. Hasil Uji Hipotesis ................................................................. 74 1. Uji F (Uji Simultan) ........................................................ 74 2. Hasil Uji t (Uji Parsial) ................................................... 76 F. Pembahasan ........................................................................... 80 xii BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ......................................... 83 A. Kesimpulan............................................................................ 83 B. Keterbatasan penelitian ......................................................... 84 C. Implikasi................................................................................ 85 DAFTAR PUSTAKA xiii Daftar Tabel 1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 43 2 ....Operasional Variabel ......................................................................... 63 3 Daftar Nama-nama Perusahaan ........................................................ 66 4 Statistik Deskriptif ........................................................................... 66 5 Asumsi Multikolinearitas ................................................................. 70 6 Asumsi Autokorelasi ........................................................................ 72 7 Koefisien Determinasi ...................................................................... 73 8 Uji ANOVA (uji F) .......................................................................... 75 9 Uji Parsial (uji t) ............................................................................... 76 xiv Daftar Gambar 1 Model Penelitian .............................................................................. 53 2 Grafik Normal P-Plot (Asumsi Normalitas) ...................................... 69 3 Grafik Heterokedastisitas ................................................................. 71 xv Daftar Lampiran 1 Data Perusahaan 2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 3 Data Mentahan Variabel Penelitian xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketatnya regulasi informasi keuangan di suatu negara bisa dijadikan sebagai indikator perkembangan pasar modal di negara bersangkutan. Semakin maju pasar modal, semakin ketat regulasi yang diberlakukan. Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih berada pada tahap emerging market, regulasi yang dimaksud belum seketat sebagaimana yang diterapkan di negara-negara maju. Dalam menyelenggarakan regulasi informasi, pemerintah telah menunjuk Bapepam dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk menciptakan jalan menuju terwujudnya pasar modal yang efisien. Menurut Suta (2000), pasar modal yang fair, teratur dan efisien adalah pasar modal yang memberi perlindungan kepada investor publik terhadap praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur dan bentuk-bentuk manipulasi lainnya. Perlindungan yang dapat diberikan pemerintah dalam suatu kegiatan bisnis hanyalah menjamin investor memperoleh informasi dan fakta-fakta yang relevan untuk membuat keputusan bisnis. Pemberian informasi kepada investor merupakan hal yang mendasar untuk terciptanya transparansi pasar modal. Lebih lanjut Suta (2000) mengatakan bahwa pemerintah (dalam hal ini Bapepam) tidak menjamin atas kebenaran isi laporan tahunan (prospektus) 1 yang memuat berbagai aspek perusahaan seperti keuangan, manejemen pemasaran dan hukum. Prospektus adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari emiten dan lembaga penunjang atau profesi terkait diantaranya penjamin emisi efek, akuntan publik, konsultan hukum dan perusahaan penilai. Salah satu wewenang yang dimiliki oleh Bapepam berdasarkan pasal 69 ayat 2 Undang-undang Pasar Modal yang berkaitan dengan akuntansi adalah wewenang untuk menetapkan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal. Menurut Na’im dan Rakhman (2000) pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement) merupakan isu yang paling menarik dalam dunia pasar modal. Isu pengungkapan laporan keuangan menjadi menarik karena pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Lebih dari itu arah perubahan sosial masyarakat Indonesia yang menuntut diterapkannya prinsip Good Corporate Governance bagi para pebisnis membuat isu ini semakin relevan untuk dikaji. Nilai keut amaa n yang ada dala m Good Corporate Governance adala h transparancy, responsibility, fairness, dan accountability Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Harahap (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan fungsi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan General Accepted Accounting Principle (GAAP). Laporan keuangan 2 tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Bagi investor, informasi akuntasi merupakan data yang vital dalam melakukan analisis obligasi untuk memprediksi prospek earning dimasa yang akan datang. Dengan demikian, laporan keuangan sangat penting bagi investor karena melalui media inilah investor memahami keadaan emiten. Laporan keuangan merupa kan a lat ut ama para ma naje r unt uk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan Na’im dan Rakhman (2000) mengatakan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi hanya jika laporan keuangan dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai. Pengungkapan laporan keuangan yang memadai dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham beredar dan ukuran alternatif, misalnya untuk pos-pos yang dicatat berdasarkan historical cost. Me nurut He ndr iksen (2002 ) ada t iga konsep meng ena i pengungkapan laporan keuangan yaitu adequar fair, dan full disclosure. Ko nsep ya ng paling ser ing diprakt ekkan ada lah aduqut e disclo sure (pengungkapan yang cukup) yaitu pengungkapan minimum 3 yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana pada tingkat ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan. Konsep fair disclosure (pengungkapan wajar) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap investor potensial, sedangkan full disclosure (pengungkapan penuh) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan. Terlalu banyak infomasi akan membahayakan karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh karena itu, Chariri dan Ghozali (2005) mengatakan bahwa pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan ya ng dia udit o leh akunt a n publik indepe nde n se bagai sara na pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal. Bapepam melalui Surat Keputusan Bapepam No. 06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Kemudian untuk pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik industri manufaktur diatur melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. Dalam Surat Edaran tersebut total item pengungkapan wajib oleh perusahaan manufaktur adalah 68 item. 4 Keluarnya peraturan tersebut ternyata belum signifikan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Terbukti kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur masih sekitar 64,01%. Kondisi ini menunjukkan bahwa para emiten belum melakukan keterbukaan informasi kepada para investor. Padahal seharusnya emiten mulai menyadari bahwa setelah perusahaannya go public, mereka juga harus melakukan perubahan budaya dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka. Terdapat pendapat mengenai keengganan emiten melakukan pengungkapan laporan keuangan, yaitu kemungkinan kurangnya pengetahuan emiten tentang kebutuhan para investor atau alasan mengenai tingginya biaya pelaporan. Padahal adanya peraturan tersebut diharapkan dapat meminimalisasi perbedaan ekspektasi (ekspectation gap) antara investor dengan emiten. Menurut Suta (2000) perbedaan ekspektasi itu antara lain: (a) investor menginginkan full disclosure sedangkan emiten cenderung menerapkan disclosure yang terbatas, (b) investor menginginkan informasi yang tepat waktu sedangkan emiten mengharapkan dapat mengurangi biaya penyebaran informasi atau penerbitan laporan, (c) investor menginginkan data atau informasi yang rinci dan akurat sedangkan emiten mengharapkan dapat memberi informasi secara garis besar saja. Ekspektasi ini juga tercermin dalam hasil survey yang dilakukan Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1997 kepada 55 pengguna laporan keuangan emiten atau perusahaan publik yang diwakili oleh manejer investasi. Hasil survey tersebut adalah bahwa laporan 5 keuangan emiten atau perusahaan publik belum sepenuhnya mengungkapkan informasi keuangan secara transparan. Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Penelitian semacam ini akan memberikan pengetahuan bagi pembuat kebijakan dalam menilai kualitas akuntansi suatu perusahaan. Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan Subiyantoro (1996) meneliti sejauh mana karakteristik perusahaan memberi kontribusi terhadap tinggi rendahnya tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan periode penelitian sebelum masa krisis (1994) dengan sampel penelitian seluruh industri yang terdaftar di BEJ. Variabel penelitian yang digunakan adalah total aktiva, total penjualan rentabilitas ekonomi, profit margin, rasio likuiditas, dan tipe industri, dimana semuanya menunjukkan karakteristik perusahaan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah 18 item yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hanya ada 3 karakteristik perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelengkapan ungkapan wajib laporan tahunan yaitu: total aktiva, rasio leverage dan rasio likuiditas. 6 Na’im dan Rakhman (2000) melakukan penelitian tentang analisis hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan. Sampel yang diambil sebanyak 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, di mana periode penelitian adalah laporan keuangan tahun 1996. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa leverage keuangan memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap indeks kelengkapan pengungkapan. Di sisi lain tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara persentase kepemilikan saham oleh publik dengan kelengkapan pengungkapan. Fitriani (2001) melakukan penelitian tentang signifikansi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 102 perusahaan dengan periode penelitian pada laporan keuangan tahun 1999. Dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin, dan Kantor Akuntan Publik. Faktor yang mempengaruhi indeks pengungkapan sukarela adalah variabel seperti pengungkapan wajib kecuali jenis perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela. Nugraheni dkk (2002) menganalisis faktor-faktor fundamental perusahaan terhadap kelengkapan laporan keuangan. Dengan sampel sebanyak 76 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Dengan 7 menggunakan variabel independen seperti tingkat likuiditas, tingkat leverage, tingkat profitabilitas dan common stock ratio. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa secara parsial dan secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor fundamental perusahaan terhadap tingkat pengungkapan perusahaan. Simanjuntak dan Widiastuti (2004) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur, dengan menggunakan sampel 34 perusahaan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi kepemilikan saham oleh publik dan umur perusahaan mampu mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan secara parsial dengan tingkat signifikan sebesar 5 % hanya variabel leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio, variabel profitabilitas dan porsi kepemilikan saham oleh investor luar (publik) secara signifikan positif mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur. Almilia dan Retrinasari (2007) meneliti tentang analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan manufakur yang terdapat di BEJ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran perusahaan dan status perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak dua ratus perusahaan selama 8 tahun 2001-2004. Kelengkapan pengungkapan sukarela tidak dipengaruhi oleh semua variabel-variabel bebas tersebut. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) adalah variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan <10 %. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari (2007). Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya dan diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan yang ada dalam penelitian tersebut. Penelit ian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang tercermin dalam rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, pertama variabel independen pada penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari (2007) adalah rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran perusahaan dan status perusahaan sedangkan pada penelitian ini adalah rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan. Perbedaan kedua terletak pada perbedaan tahun penelitiannya, dimana pada penelitian sebelumnya tahun 2001-2004 sedangkan pada penelitian ini akan diperluas dan diperbaharui tahun penelitiannya yaitu pada tahun 2005-2009 dan dibatasi pada perusahaan manufaktur. Alasan 9 dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena jenis perusahaan ini mendominasi perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Oleh sebab itu, mengingat perlu dilakukan penelitian mengenai rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan atas pengungkapan laporan keuangan untuk mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Berdasarkan latarbelakang masalah diatas maka tulisan ini diberi judul “Pengaruh Faktor-faktor Fudamental Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2005-2009)”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan? 2. Seberapa besar pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: a. Menganalisis pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan b. Besarnya pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Manfaat penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat bagi banyak pihak antara lain: a. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada emiten mengenai minimum disclosure agar informasi yang disajikan dapat bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan investasi b. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi dan sebagai bahan evaluasi dalam menilai kinerja emitennya 11 c. Bagi BAPEPAM Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi BAPEPAM untuk mengembangkan, mengubah dan menjelaskan peraturan yang berlaku dalam rangka menciptakan pasar modal yang efisien d. Bagi civitas akademika Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan dalam hal pengungkapan laporan keuangan pada perusahan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia e. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya dan menjadi dasar dalam kajian berikutnya khususnya tentang pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur . 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu hasil akhir dari suatu proses atau kegiatan akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi usaha (business accounting entity). Pengertian laporan keuangan menurut Sadeli (2009) adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu. Menurut Munawir (2001) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga merupakan alat utama manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, sedangkan Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa laporan keuangan adalah posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu, akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa 13 laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan deviden masa depan. Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2007) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti: laporan arus kas), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan sebagai segmen dan geografis serta pengaruh pengungkapan perubahan harga. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan, yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak luar perusahaan yang membutuhkannya, diantaranya kreditor, investor, serta pihak lainnya yang digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum memuluskan untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. 14 2. Tujuan Laporan Keuangan a) Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) Tujuan akuntansi atau laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat kita lihat dari penjelasan di bawah ini. Prinsip Akuntansi Indonesia (1984) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah sebagai berikut. 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan 2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba 3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba 4) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi 5) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan b) Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Sementara itu, menurut SAK No. 1, Tujuan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: 15 1) Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi 2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan 3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Tujuan laporan keuangan ini diadopsi dari IASC (international Accounting Standard Committee) c) Menurut ASOBAT A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) merumuskan empat tujuan akuntansi sebagai berikut: 16 1) Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan 2) Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya 3) Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan 4) Membantu fungsi dan pengawasan sosial d) Menurut APB Statement No. 4 APB Statement No. 4 berjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements Business Enterprises. Laporan ini bersifat deskriptif. dan laporan ini banyak mempengaruhi studi-studi berikutnya tentang tujuan laporan keuangan. Dalam laporan ini tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut: 1) Tujuan Khusus Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan pcrubahan posisi kcuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP (General Accepted Accounting Principle) 2) Tujuan Umum Adapun tujuan umum laporan keuangan disebutkan sebagai bcrikut: (a) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud: (1) untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan (2) untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya 17 (3) untuk menilai kemampuan untuk menyelesaikan utangutangnya (4) menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaannya yang ada (b) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud: (1) memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemegang saham (2) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan (3) memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan (4) menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang (c) Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba (d) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan keadaan kewajiban Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan. 18 3) Tujuan Kualitatif Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4 adalah relevance, understandability, verifiability, neutrality, timeliness, comparability, dan completeness. Adapun penjelasannya sebagai berikut: (a) Relevance Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan (b) Understandability Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya (c) Verifiability Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama (d) Neutrality Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja (e) Timeliness Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat 19 (f) Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan Iain (g) Completeness Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai. 3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: a) Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen b) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka 20 untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja c) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo d) Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan e) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan f) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya g) Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti 21 pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat kecenderungan (trend) dengan menyediakan dan perkembangan terakhir informasi kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain. Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun demikian, pelaporan informasi semacam itu berada di luar ruang lingkup kerangka dasar ini. Bagaimanapun juga, laporan keuangan yang diterbitkan didasarkan pada informasi yang digunakan manajemen tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. 22 4. Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan utama menurut SAK hanya tiga. yaitu: a) Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tangggal tertentu b) Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu c) Laporan arus kas. Di sini dimuat sumber dana pengeluaran Kas perusahaan selama satu periode 5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, materialitas, netralitas, pertimbangan sehat, kelengkapan, dapat diperbandingkan, tepat waktu, keseimbangan antara biaya dan manfaat, keseimbangan antara karakteristik kualitatif, dan penyajian wajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a) Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar 23 b) Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu c) Materialitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement) d) Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan 24 e) Pertimbangan Sehat Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan f) Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi g) Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. h) Tepat Waktu Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk 25 menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan i) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang pervasif dari pada karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi; misalnya, penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin mengurangi biaya pinjaman yang dipikul perusahaan. Karena alasan inilah maka sulit untuk mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada kasus tertentu j) Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif Dalam praktek, keseimbangan atau trade off di antara berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan 26 k) Penyajian Wajar Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dari, atau menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Meskipun kerangka dasar ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dari, atau menyajikan dengan wajar, informasi semacam itu 6. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktifitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali, 2003). Hendriksen (2002) mengatakan secara sederhana, pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Para akuntan cenderung menggunakan istilah ini dalam batasan yang lebih sempit, yait u pengeluaran informasi tentang perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan. Menurut Belkaouli (2000) tujuan pengungkapan antara lain: a) untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item 27 tersebut b) untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya c) untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang Harianto dan Sudomo (2001) teori keagenan membahas hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, di mana yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham kepadanya. Agen diwajibkan memberikan laporan periodik pada principal tentang usaha yang dijalankannya. Prinsipal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemiliknya. Darrough dalam Na’im dan Rakman (2000) mengemukakan ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu: a. Pengungkapan Wajib (mandated disclosure) Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak 28 bersedia untuk pengungkapan mengungkapkan wajib akan informasi memaksa secara sukarela, perusahaan untuk mengungkapkannya. Luas pengungkapan wajib tidak sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan regulasi yang lebih baik akan mensyaratkan pengungkapan minimum atas lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang b. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu (1993) mengemukakan meskipun semua perusahaan publik diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen Menurut Hendriksen (2002) ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu pengungkapan cukup, pengungkapan wajar, pengungkapan penuh. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Pengungkapan cukup (Adequate disclosure) Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh 29 peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor 2. Pengungkapan wajar (Fair disclosure) Pengungk apa n yang wajar secar a t idak la ngsung menyiratkan suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan 3. Pengungkapan penuh (Full disclosure) Pengungk apa n penuh me nya ngkut penya jia n informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan. Karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsir 7. Kelengkapan Pengungkapan Menurut Na’im da n Rakhman (2000 ) kelengkapa n pengungkapan laporan keuangan sangat bergantung kepada standar yang diberlakukan di suatu negara. Negara maju dengan regulasi yang lebih ketat relatif lebih tinggi pengungkapan laporan keuangannya jika dibandingkan dengan perusahaan di negara berkembang. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial di negara bersangkutan. 30 He ndr iksen (2002) me ngat aka n pe net apan t ingkat kelengkapan pengungkapan yang tepat idealnya tergantung pada tingkat kesejahteraan sosial yang dihasilkan oleh pengungkapan. Jika tidak ada suatu teori etika yang memungkinkan pengukuran kesejahteraan sosial, maka para regulator akuntansi berkewajiban untuk mengandalkan kriteria seperti relevansi dan keandalan. Dari uraian di at as dapat dipa hami ba hwa keleng kapa n pengungkapan laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas untuk menilai manfaat dari laporan keuangan tersebut. Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan oleh emiten atau perusahaan publik industri manufaktur ditetapkan oleh Bapepam dalam Surat Edaran No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga dapat memberikan kualitas informasi keuangan bagi para pengguna. Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, seperti indeks Wallace Rumus index Wallance: x 100% (Nugraheni 2000) Dimana n : Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan k : Jumlah item yang seharusnya diungkap 31 B. Faktor-faktor Fundamental Menurut Jogiyanto (2000), faktor-faktor fundamental adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Definisi tersebut senada dengan yang disampaikan Shahrir (1995) bahwa faktor fundamental perusahaan adalah informasi yang berkenaan dengan kondisi internal perusahaan. Sedangkan Ang (1997 ) mengatakan faktor fundamental merupakan faktor yang dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan suatu bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dipa hami ba hwa fakto r -fakt or fundamental adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu kondisi dalam perusahaan tersebut. Faktor-faktor fundamental meliputi : 1. kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional 2. kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan 3. manfaat bagi perekonomian nasional 1. Rasio Likuiditas Weston dan Brigham (1993) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Definisi ini senada dengan yang 32 disampaikan Hanafi dan Halim (2000). Menurut Horne dan Wachowicz (1997) rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan solvabilitasnya. Munawir (2001) menyatakan rasio likuiditas sebagai rasio modal kerja, yaitu: rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang. Dapat dipahami bahwa rasio likuidit a s menunjukka n kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah: a) Rasio lancar (Current Ratio) Rasio lancar adalah rasio yang paling sering digunakan. Menurut Weston dan Brigham (1993) dan Brigham dan Houston 33 (2001) rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar. Aktiva lancar biasanya terdiri dari: kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, pajak yang belum dibayar (accued) dan biayabiaya yang belum dibayar (accrued) lainnya (terutama upah). Ang (1997) mengatakan bahwa rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban pendeknya dengan aktiva lancarnya. Rasio lancar dapat dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancarnya. Rasio Lancar = 慴 ‴ Me nurut Robert Morr is Associate da la m Horne da n Wachowicz (1997) rata-rata rasio lancar untuk industri adalah 2,1 kali. Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya. Namun rasio ini harus dia ngga p sebaga i ukura n k asar kare na t idak mempertimbangkan likuiditas komponen individual aktiva lancar. b) Rasio cepat (Quick Ratio/Acid Test ratio) Rasio ini dinamakan Immediate Solvency atau cash ratio yang mengukur kemampuan yang sesungguhnya untuk memenuhi hutanghutangnya tepat pada saatnya (Munawir 2001). Menurut Weston dan Brigham (1993) rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan 34 dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar. Rasio Cepat = − Me nurut Robert Morr is Associate da la m Horne da n Wachowicz (1997) rata-rata rasio lancar untuk industri adalah 2,1 kali. Kemudian Horne dan Wachowicz (1997) mengatakan rasio ini sebagai ukuran likuiditas yang lebih konservatif karena menyediakan aktiva yang benar-benar likuid dalam membayar hutang jangka pendeknya. Persediaan dianggap harta lancar perusahaan yang tingkat likuiditasnya rendah dan harta yang sering nilainya mero sot bila terjadi likuidasi. Oleh karena itu, pengukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan persediaan merupakan hal yang penting (Brigham dan Houston 2001). Hanafi dan Halim (2000) mengatakan bahwa rasio lancar akan menunjukkan kecenderungan menurun karena memasukkan nila i persed iaa n ya ng menuru n, se me nt ara rasio cepat aka n menunjukkan kecenderungan tetap (stabil). Jika rasio lancar tinggi tetapi rasio cepatnya rendah berarti menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan. 2. Rasio Leverage Menurut Ang (1997) rasio leverage berfungsi untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 35 Sedangkan Weston dan Brigham (1993) mengatakan rasio leverage mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjamkan dari kreditor. Dengan demikian, leverage menunjukkan batasan (seberapa besar) pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh hutangnya. Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan, memiliki tiga implikasi penting (Brigham dan Houston 2001): a) kreditor melihat kepada dana (equity) yang disediakan pemilik, untuk mengukur batas keamanan (margin of safety) b) dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh wewenang pengawasan perusahaan dengan hanya investasi yang kecil c) jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman di banding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang. Perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki resiko menderita kerugian besar, tetapi juga mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang besar. Sebaliknya, perusahaan dengan leverage yang rendah mempunyai resiko yang kecil bila perekonomian dalam keadaan menurun. Tetapi perusahaan tersebut juga memiliki laba rata-rata yang rendah jika 36 perekonomian menarik. Keputusan tentang penggunaan leverage berarti menyeimbangkan kemungkinan laba yang lebih tinggi dengan naiknya resiko. Dua rasio leverage yang sering digunakan: 1. Rasio hutang terhadap total aktiva (Debt to total asset/DTA) Rasio ini merupakan ratio total hutang terhadap total harta yang mengukur persentase total dan yang berasal dari kreditur (Lukas Setia 1999). Menurut Brigham dan Houston (2001) rasio hutang terhadap aktiva mengukur presentase dana yang disediakan oleh kreditur, umumnya disebut rasio hutang (debt ratio). Debt ratio dihitung dengan membagi total hutang dengan total aktivanya DTA = x 100% Rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva untuk industri adalah 40% (Brigham dan Houston 2001). Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar risiko keuangan. Semakin rendah rasio ini semakin rendah risiko keuangan perusahaan (Horne dan Wachowicz 1997). Oleh karena itu kreditor lebih menyukai rasio hutang yang rendah. Berlawanan dengan kreditor, pemilik mungkin menginginkan rasio ini tinggi untuk memperbesar laba atau jika menaikkan jumlah modal berarti 37 melepaskan sebagian pengawasan, karena bertambahnya jumlah pemegang saham (Weston dan Brigham 1993) 2. Rasio hutang terhadap equitas (Debt to Equity Ratio/DER) Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan jalan membagi total hutang perusahaan (termasuk kewajiban lancar) dengan ekuitas pemegang saham (Horne dan Wachowicz 1997). DER = ℎ .Rasio hutang terhadap ekuitas berbeda-beda tergantung dari karakteristik bisnis dan keberagaman arus kas. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan arus kas yang kurang stabil. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian. 3. Rasio Profitabilitas Menurut Brigham dan Houston (2001) profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan Horne dan Wachowicz (1997) mengatakan rasio profitabilitas menghubungkan laba dengan penjualan dan laba dengan investasi yang secara bersama-sama keduanya menunjukkan efektifitas keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2000) rasio profitabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat 38 penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Ang (1997) mengatakan profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu: profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). a) Marjin laba atas Penjualan (Profit Margin on sales) Profit marjin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) pada periode tertentu (Hanafi dan Halim 2000). Marjin ini merupakan ukuran keuntungan penjualan perusahaan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan (Horne dan Wachowicz 1997). Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Profit Margin = ℎ ℎ x 100% Profit marjin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Rendahnya marjin ini tidak menunjukkan adanya masalah operasi, tetapi hanya perbedaan dalam strategi pembiayaan, dan perusahaan 39 dengan marjin laba yang rendah aka n me miliki t ingkat pengembalian yang tinggi kepada pe mega ng sa ha m jik a mengguna kan leverage keuangan (Brigham dan Houston 2001). b) Pengembalian atas total aktiva (Return On Asset /ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai Return On Investment (ROI) (Hanafi dan Halim 2000:). Horne dan Wachowicz (1997) mengatakan rasio ini rasio keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut Ang (1997) profitabilitas mengukur efektifitas perusa haa n di da la m menghasilkan keuntu nga n dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva. ℎ ROA = ℎ x 100% Rata-rata ROA untuk industri adalah 9% (Brigham dan Houston 2001). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset/aktiva. Rendahnya rasio ini diakibatkan oleh (a) rendahnya basic earning power (BEP) perusahaan, (b) tingginya biaya bunga karena penggunaan kewajiban diatas rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif rendah. c) Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return On Equity/ROE) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas 40 investasi pemegang saham (Brigham dan Houston 2001). Return On Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Return On Common Equity). Hanafi dan Halim (2000) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Hal ini senada dengan pernyataan Ang (1997) bahwa ROE mengukur tingkat ke mba lian perusahaan at au efekt ivit as perusahaan dala m menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE = ℎ ℎ x 100% Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya karena rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. ROE dipengaruhi ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. 4. Porsi Saham Publik Perusahaan yang telah go public, saham-sahamnya bebas dimiliki oleh publik. Menurut Suta (2002) umumnya komposisi saham perusahaan yang telah go public masih belum seimbang antara founder dengan pemegang saham publik. Sekitar 70% saham masih dikuasai oleh founder dan 30% sisanya dimiliki oleh publik. Perbedaan komposisi kepemilikan tersebut (equity gap) menyebabkan pemegang saham publik memiliki bargaining position yang lemah. 41 Porsi saham publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimilik i mas yarak at (publik) denga n t ot al saham. Ra sio in i menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004). Perusahaan yang sa hamnya banyak d imiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern). 5. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubungannya dengan stuktur perusahaan (Lang dan Lundholm dalam Subiyantoro 1996). Menurut Ferry dan Jones dalam Jaelani (2001) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata aktiva. Brigham dan Houston (2001) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. dalam Subiyantoro 1996). Menurut Ferry dan Jones dalam Jaelani (2001) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata aktiva. Brigham dan Houston (2001) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. 42 Dengan demikian dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total penjualan yang diperolehnya Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Idjang Sukitno dan Arifin Sabeni (2000) Variabel yang Diteliti Independen: Relavansi Reliabilitas Komparabilitas Alat Analisis Hasil The Match Pairs Sign Test Laporan keuangan perusahaan yang go public di BEJ meskipun telah menyajikan informasi akuntansi yang dapat diandalkan, tetapi informasi tidak relevan dan tidak komparable untuk pembuatan keputusan Manajemen laba berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan laporan keuangan sejalan dengan tingkat pengungkapan berpengaruh signifikan negatif pada manajemen laba sejalan dengan perspektif Opportunistic Earnings Management Dependen: Laporan Keuangan Julia Halim, Carmel Meiden, dan Rudolf Luban Tobing (2005) Independen: Manajemen Laba Dependen: Pengungkapan Lalopran Keuangan Simultaneous Equation Model (SEM) 43 Lanjutan Tabel 2.1 Nama Peneliti dan Tahun Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama (2005) Variabel yang Diteliti Independen: Struktur Kepemilikan Ukuran Perusahaan Praktek GCG Alat Analisis Hasil Regresi Berganda variabel ukuran perusahaan secara konsisten mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Regresi Berganda variabel yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib yaitu variabel rasio likuiditas, rasio leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan. Kelengkapan pengungkapan sukarela tidak dipengaruhi oleh semua variabelvariabel bebas tersebut. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) adalah variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan <10%. Dependen: Pengelolaan Laba Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari (2007) Independen: Ukuran perusahaan Rasio likuiditas Rasio leverage Net Profit Margin Status perusahaan Dependen: pengungkapan laporan keuangan 44 Lanjutan Tabel 2.1 Nama Peneliti Variabel yang dan Tahun Diteliti Zahro Naimah dan Independen: Siddharta Utama Ukuran (2006) Perusahaan Pertumbuhan Profitabilitas Perusahaan Alat Analisis Hasil Regresi Hasil penelitian menunjukan bahwabaik laba akuntansi maupun nilai buku ekuitasmempuny ai pengaruh terhadap harga saham Regresi Linear Berganda Menunjukan adanya pengaruhyang signifikan arus kas dari aktivitas investasi terhadap expected return saham Dependen: Koefesien Respon Laba dan Koefesien Respon Nilai Buku NinnaDaniati dan Suhairi (2006) Independen: Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas Laba Kotor Ukuran Perusahaan Dependen: Expected Return Saham 6. Keterkaitan Antar Variabel Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang penting bagi sebuah perusahaan dalam hubungannya dengan pihak eksternal perusahaan khususnya para investo r. Pengungk apa n la poran keuang an sa ngat mempengaruhi penilaian investor terhadap kinerja perusahaan. Lebih jauh Na’im dan Rakhman (2000) mengatakan pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor signifikan dalam 45 pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Pengguna laporan keuangan dapat menganalisis laporan keuangan dengan faktor rasional yang mempengaruhinya, atau yang sering disebut faktor-faktor fundamental. Faktor ini menunjukkan karakteristik perusahaan yang dapat mempengaruhi kondisi yang ada di perusahaan tersebut. Berkaitan dengan pengungkapan laporan keuangan, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangannya sesuai dengan kondisi internal perusahaan. Dengan demikian faktor-faktor fundamental perusahaan dapat mempengaruhi kelengkapanan pengungkapan laporan keuangannya kepada publik. Dalam penelitian ini faktor-faktor fundamental tercermin dalam rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan. Ha 1: Likuiditas dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, tingkat likuiditas yang lebih tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke dalam Nugraheni, 2002). Tetapi di la in pihak, likuidit as dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam menge lola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak 46 eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace dkk dalam Nugraheni, 2002). Namun dari dua sisi tersebut lebih diyakini bahwa perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi yang sehat. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan akan cenderung memberi pengungkapan yang lebih untuk memberikan informasi yang lebih luas dari pada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah. Selain itu perusahaan dengan kondisi finansial yang kuat diangggap mampu menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya pengungkapan yang lebih luas. Sehingga dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tinggi rendahnya rasio likuidit as perusahaan se cara posit if d apat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Ha 2: Leverage dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Jensen dan Meckling dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage tinggi akan menyediakan 47 informasi secara komprehensif. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Na’im dan Rakhman (2000), bahwa perusahaan dengan rasio hutang atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan daripada perusahaan dengan rasio yang rendah. Pendapat Meek, Roberts, dan Gray dalam Nugraheni (2002) juga mendukung pernyataan di atas. Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan semakin besar pula agency cost atau dengan kata lain, untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Pada perekonomian yang membaik, perusahaan dengan leverage yang tinggi akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Pada kondisi seperti ini perusahaan akan menyediakan informasi yang lebih komprehensif dalam laporan keuangannya untuk menarik para investor. Rasio leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi leveragenya berarti semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut kepada krediturnya. Hal ini sesuai dengan agency teory, yaitu hubungan keagenan antara prinsipal (kreditur) dengan agennya (perusahaan). Perusahaan akan berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengenai kondisi perusahaan kepada krediturnya. Harapannya kreditur lebih mengetahui dan memahami perusahaan dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan. 48 Dari uraian diatas dapat ditarik benang merah bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan dianggap lebih memiliki kesempatan untuk menghasilkan laba. Dengan demikian perusahaan dengan leverage yang tinggi akan tinggi pula kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Ha 3: Profitabilitas dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Shinghvi dan Desai dalam Subiyantoro (1996) mengutarakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Para investor kebanyakan lebih menyukai perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi. Mereka beranggapan dengan profitabilitas yang tinggi perusahaan mampu memberikan pengembalian investasi yang tinggi pula. Dengan tujuan menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan melakukan pengungkapan laporan keuangan secara berlebih. Semakin tingginya rasio profitabilitas perusahaan, menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif. Oleh karena itu 49 perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih berani mengungkapkan laporan. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Ha 4: Porsi Saham Publik dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Na’im dan Rakhman (2000) mengemukakan bahwa adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin lengkap. Perusahaan yang telah go public memiliki konsekuensi tinggi apalagi dengan proporsi saham publik yang lebih. Pengawasan dan pengendaliannya akan lebih didominasi oleh publik. Selain itu, perusahaan go public dituntut untuk lebih transparan dalam rangka menciptakan pasar modal yang efisien. Perubahan budaya dari perusahaan yang tertutup menjadi perusahaan yang harus terbuka juga dialami perusahaan yang telah go public. Investor publik membutuhkan perlindungan akan investasi yang telah ditanamkan. Perlindungan itu berupa jaminan dari emiten bahwa informasi baik keuangan maupun non keuangan yang disampaikan dapat 50 bermanfaat untuk pengambilan keputusan para investornya. Oleh karena it u, unt uk me mpert a hankan invest or publik, perusa haa n aka n mengungkapkan la por an keua nga nnya secara lengkap dan bertanggungjawab. Dapat dipahami bahwa semakin besar porsi saham yang dimiliki oleh umum menyebabkan perusahaan lebih serius dalam memberikan informasi perusahaan kepada umum, artinya semakin t inggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Ha 5 : Ukuran Perusahaan dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Menurut Cooke dalam Fitriani (2001) perusahaan besar mungkin memiliki biaya produksi informasi dan biaya competitive disadvantage akibat pengungkapan yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Kemudian Jensen dan Meckling dalam Subiyantoro (1996) mengatakan bahwa arah hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan tersebut bisa positif tetapi tidak menutup kemungkinan berarah negatif. Di lain pihak secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk me laksanakan social responsibility (tanggung jawab social), menghadapi regulasi yang lebih ketat seperti tentang pengawasan harga, tingginya pajak perusahaan dan ancaman akan adanya program nasionalisasi (threat nationalization). Buzby dalam Subiyantoro (1996) menduga bahwa perusahaan kecil mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mengumpulkan dan 51 menampilkan informasi yang luas pada laporan tahunan mereka sebab banyak aktivitas banyak pula biaya yang dikeluarkan. Singhvi dan Desai dalam Subiyantoro (1996) menambahkan bahwa manajemen perusahaan kecil mungkin percaya bahwa pengungkapan yang terperinci akan membahayakan posisi kompetitifnya. Ukura n perusahaan dapat mempengaruhi k elengkapa n pengungkapan laporan keuangannya. Perusahaan yang berukuran besar cenderung le bih banyak mengungkapka n but ir - but ir laporan keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang dapat diungkapkan. Perusahaan yang berukuran besar juga diduga mempunyai karyawan ahli berkualitas yang lebih memahami tentang pengungkapan laporan keuangan. Ha 6: faktor-faktor fundamental yang tercermin dalam rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan secara positif berpengaruh secara simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar akan lebih banyak melakukan pengungkapan laporan keuangan. Model penelitian pada penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut: 52 RASIO LIKUIDITAS RASIO LEVERAGE PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN RASIOP ROFITABILITAS PORSI SAHAM PUBLIK UKURAN PERUSAHAAN Gambar 2. 1 Model Penelitian 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelilian Penelilian ini melipuli laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik perusahaan berskala kecil maupun besar pada lahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Metodologi yang digunakan dalam penelilian ini adalah Uji Hipotesis untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Jenis penelilian ini adalah penelilian Kausalitas yaitu bentuk penelilian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelilian ini populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian subjektif penelili dengan karakterislik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan tertentu (Iskandar, 2009). Kriteria yang diperlukan adalah: 1. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan periode tahun 2005 sampai dengan 2009 54 2. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember 3. Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur 4. Perusahaan yang memiliki data yang lengkap 5. Perusahaan yang memiliki laba positif C. Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelilian ini adalah data sekunder sehingga peneliti menggunakan metode dokumenter yaitu cara untuk memperoleh data melalui buku-buku, peraturan-peraturan, laporan relevan yang ada pada objek penelitian yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelilian (Supriyanto, 2009). Data diperoleh dari: 1. Laporan keuangan tahunan perusahaan publik tahun 2005-2009 2. IDX Fact Books Desember tahun 2005-2009 atau akses di website BEI (www.idx co.id) D. Metode Analisis 1. Uji Asumsi Klasik Menurut Sunyoto (2009) Uji asumsi klasik digunakan untuk mengukur tingkat asosiasi atau keeratan hubungan dan pengaruh antarvariabel bebas melalui besaran koefisien korelasi. a) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable dependen dan variable independen keduanya mempunyai distribusi 55 normal atau tidak. Model regresi yang sahih (valid) adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2000). Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menvebar di sekilar garis diagonal, maka menunjukan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (t it ik) menvebar menjauhi garis diagonal, maka tidak menunjukan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:10). b) Uji Heteroskedatisitas Uji heteroskedastisilas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamalan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heleroskedasitas (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini pengujian heteroskedasitas dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRBD dengan residualnya SRESID Deteksi ada tidaknya heteroskedalis dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan SPRED dimana sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-sludentized. Jika ada pola terlentu, 56 seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta tiliktilik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c) Uji Multikoliniearitas Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas dapat dideteksi dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation faktor (V1F), jika nilai tolerance value > 0.10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozaii, 2005). d) Uji Autokorelasi Dilakukan dengan uji Durbin Watson. Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode I dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari 57 autokorelasi (Sunyoto, 2009). Suatu jenis pengujian yang umumnya digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi yang dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Walson yang disebut sebagai statistic Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai d dari hasil perhitungan dengan nilai d1 dan dU dari tabel Durbin-Walson. 2. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi sederhana. Model regresi sederhana bertujuan unluk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2000). Variabel independen terdiri dari manajemen laba perusahaan sedangkan variabel dependennya adalah laporan keuangan. Unluk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ b5X5+e Dimana: Y : Pengungkapan Laporan Keuangan a : konstanta b1-5 : koefesien regresi X1 : Rasio Likuiditas X2 : Rasio Leverage X3 : Profitabilitas 58 X4 : Porsi Saham Publik X5 : Ukuran Perusahaan e : eror Pengujian ini dilakukan melalui: a) Koefesien Determinasi (R2) Koefesien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen Nilai koefesien determinasi adalah antara 0 (nol) dan l (satu). Nilai K yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). b) Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2000). Menurut Santoso (2000) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 , maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas 59 tidak mempunyai pengaruh individual terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. c) Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2005) Menurul Santoso (2000) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabililas lebih besar dari 0,05 , maka H0 diterima dan Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen 60 atau terikat. E. Operasionalisasi Variabel Menurut Sugiyono (2005), variabel penelitian adalah sualu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliiti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel penelilian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang dtietapkan dalam suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya. 1. Variabel Dependen (Y) Var iabel dependen penelit ian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Variabel ini mengukur berapa banyak item laporan keuangan yang material diungkapkan oleh perusahaan manufaktur. Variabel ini diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, yaitu indeks Wallace Rumus index Wallace = x 100% (Nugraheni dkk, 2002) Dimana n : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan k : jumlah item yang seharusnya diungkap berdasar peraturan Dalam penelitian ini, instumen yang digunakan adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE02/PM/2002 pada tanggal 27 Desember 2002 yang berisi tentang pedoman 61 penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik industri manufaktur. 2. Variabel Independen (X) Faktor-faktor fundamental perusahaan yang akan diuji dalam penelitian ini tercermin dalam lima variabel : 1. Likuiditas, dengan menggunakan rasio lancar (current ratio) yang diukur dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. 尰 Rasio Lancar = (Brigham dan Houston, 2001) 2. Leverage, menggunakan debt to equity ratio (DER) yang diukur dengan membagitotal hutang dengan equitas DER = (Horne dan Wachowicz, 1997) 3. Profitabilitas, dengan menggunakan returnon equity (ROE) yang membagi laba bersih setelah pajak (earning after tax) dengan modal sendiri. ROE = ℎ ℎ x 100% (Brigham dan Houston, 2001) 62 4. Porsi saham publik, yang diukur dengan rasio antara jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham Saham Publik = Jumlah Saham Publik Total Saham x 100% (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004) 5. Ukuran perusahaan, yang diukur dengan menggunakan total aktiva (Ferry dan Jones, 2001) Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel Dependen kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan (Y) Indikator index Wallace = Skala x 100% Rasio Independen Likuiditas Rasio Lancar = Leverage DER = Profitabilitas Porsi saham publik Ukuran perusahaan ROE = Saham Publik = Rasio Rasio ℎ ℎ x 100% Jumlah Saham Publik Total Saham Firm Size = Ln Total Asset x 100% Rasio Nominal Nominal 63 64 Hasil Pengolahan Data Final Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kl_Lapkeu N ROE shm_pblk CR DER FS 45 45 45 45 45 45 Mean 4.1604 .6078 -.3793 .2097 .0931 .1228 Std. Deviation .08224 .62430 .32564 .35342 .61780 .59733 Absolute .127 .324 .264 .179 .172 .143 Positive .127 .265 .141 .106 .118 .081 Negative -.109 -.324 -.264 -.179 -.172 -.143 Kolmogorov-Smirnov Z .854 2.173 1.768 1.198 1.153 .960 Asymp. Sig. (2-tailed) .459 .000 .004 .113 .140 .316 Normal Parametersa Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. Keterangan : H0 : Data Tidak terdistribusi dengan normal Ha : Data Terdistribusi dengan normal Ketentuan : a. Asymp. Sig (2-tailed) < 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak b. Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima a. Uji Asumsi Klasik (1) Uji Normalitas Data Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Gambar 4.1 Uji Normalitas Data (P-P Plot) Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai rata-rata dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal. (2) Uji Multikolinieritas Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : Collinearity Statistics Tolerance VIF .631 1.584 .716 1.397 .559 1.790 .527 1.898 .367 2.724 Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas. (3) Uji Autokorelasi Apabila data penelitian mengandung autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Untuk menghilangkan masalah autokorelasi dapat menggunakan uji durbin Watson. Adapun hasil uji Durbin Watson dalam penelitian ini adalah : Tabel 4.21 Uji Durbin Watson Durbin-Watson 2.485 Nilai Durbin Watson dari penelitian ini sebesar 2.485, ini mengartikan bahwa penelitian tidak mengalami autokorelasi. Apabila nilai Durbin Watson berada diantara 1.54 sampai dengan 2,64 maka dapat dipastikan data tidak mengalami autokorelasi (Wing Wahyu Winarno, 2006:5.27). (4) Uji Heteroskedatisitas Sebelum berlanjut kepada langkah penelitian berikutnya peneliti akan melakukan pengujian heteroskedatisitas untuk memastikan bahwa data dapat menghasilkan asumsi yang baik. Adapun uji heteroskedatisitas ini akan dilakukan melalui pengujian scatter plot atau grafik sebar, sebagai berikut : Gambar 4.2 Scatter Plot (Uji Heteroskedatisitas) Pada gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas. b. Uji Signifikansi (1) Uji Signifikansi secara simultan Uji Koefesien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variable X terhadap variable Y dalam penelitian ini. Uji ini dapat dilakukan melalui pengujian nilai R² ( R-Squared). Adapun hasil uji determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Change Statistics Model 1 R .739a R Square .546 Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate Change .488 .05887 .546 F Change 9.373 df1 df2 5 Sig. F Change 39 Berdasarkan data hasil oleh model summary diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasanya penelitian ini memiliki nilai R² (R Squared) sebesar 0.546. Nilai tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh harga, kualitas produk dan ekuitas merek terhadap keputusan pembelian dengan menghitung koefesien determinasi, sebagai berikut : KD = R² x 100% KD = 0.546 x 100% KD = 54,6 % .000 Koefesien determinasi tersebut memiliki maksud bahwa pengaruh variable independent (secara keseluruhan) terhadap variabel dependent adalah sebesar 54,6 %. Sisanya sebesar 55,4 % dipengaruhi faktor lain. Selain itu nilai signifikansi F Change sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05 ini mengartikan bahwa pengaruh variable independent terhadap variable dependent pada penelitian ini sebesar 54,6 persen adalah signifikan. (2) Uji Anova ( Uji F) Untuk lebih meyakinkan akan kebernaran uji koefesien determinasi diatas maka dapat diketahui melalui uji Anova atau Uji F. Adapun bunyi hipotesa atas uji F ini adalah sebagai berikut (Jonathan sarwono,2007:177) : (a) H0 : Tidak ada hubungan linier antara seluruh variable independent dengan variable dependent. (b) H1 : Ada hubungan linier antara seluruh variable independent dengan variable dependent. Pada uji ini berlaku ketentuan sebagai berikut : (a) Apabila nilai signifikan > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak (b) Apabila nilai signifikan < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Dalam penelitian ini diperoleh hasil uji Anova sebagai berikut : ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .162 5 .032 Residual .135 39 .003 Total .298 44 F 9.373 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), CosDER, lgshm_pblk, CosROE, SinFS, CosCR b. Dependent Variable: LnKl_Lapkeu Dari data diatas diperoleh hasil nilai signifikan sebesar 0.000 ini mengartikan bahwasanya ketentuan nomor dua berlaku dalam penelitian ini bahwasanya H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil Uji F ini menyatakan bahwa hasil uji koefisien determinasi diatas benar adanya. Untuk lebih meyakinkan hasil uji F ini maka dapat dilihat dari nilai F table dari Uji Anova diatas, dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Apabila nilai F penelitian < F table maka H0 diterima dan H1 ditolak (b) Apabila nilai F penelitian > F table maka H0 ditolak dan H1 diterima Dalam penelian ini diperoleh nilai F penelitian sebesar 9.373 yang lebih besar dari nilai F table sebesar 2.70. Hal ini mengartikan bahwasanya ketentuan nomor dua adalah benar. Kesimpulanya, terdapat hubungan yang linier antara variable independent dengan variable dependent. (3) Uji T / Uji Signifikansi Parsial Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari setiap variable independent terhadap variable dependent, maka dapat dilakukan melalui Uji T. Berikut adalah hasil Uji T dalam penelitian ini : Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 4.220 .016 FS -.063 .019 ROE -.051 shm_pblk Coefficients Beta t Sig. 262.797 .000 -.455 -3.350 .002 .017 -.388 -3.045 .004 .112 .036 .444 3.078 .004 CR .083 .035 .359 2.411 .021 DER .043 .024 .321 1.800 .080 (4) Analisis Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh harga, kualitas produk dan ekuitas merek terhadap keputusan pembelian sepatu converse adalah sebagai berikut : Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 4.220 .016 FS -.063 .019 ROE -.051 shm_pblk Coefficients Beta t Sig. 262.797 .000 -.455 -3.350 .002 .017 -.388 -3.045 .004 .112 .036 .444 3.078 .004 CR .083 .035 .359 2.411 .021 DER .043 .024 .321 1.800 .080 Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh harga, kualitas produk dan ekuitas merek terhadap keputusan pembelian sepatu converse sebagai berikut: Y = a + bx1 + bx2 + bx3 Y = 4.220 - 0.063FS - 0.051ROE + 0.112Shm_Pblk + 0.083CR + 0.043 DER Keterangan : Y : Keputusan Pembelian X1 : X2 : Kualitas Produk Harga X3 : Ekuitas Merek Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 0.109 menunjukkan bahwa jika variabel harga, kualitas produk dan ekuitas merek bernilai nol maka nilai keputusan pembelian adalah 10.9%. Sedangkan variabel harga sebesar 0.469 menunjukkan bahwa jika variabel Harga meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0.469 satuan. Variabel kualitas produk 0,292 menunjukkan bahwa jika variabel Kualitas produk meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,292 satuan. Variabel ekuitas merek 0.211 menunjukkan bahwa jika vaiabel ekuitas merek meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0.211 satuan. dengan catatan variabel lain dianggap konstan. BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Secara bersama-sama terdapat pengaruh antara faktor-faktor fundamental yang tercermin dalam rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah porsi saham publik, rasio likuiditas, dan rasio leverage sadangkan variable rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. 2. Faktor-faktor fundamental memberikan kontribusi sebesar 48,8% dalam mempengaruhi perubahan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, sedangkan 51,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kelima faktor fundamental perusahaan tersebut, seperti umur perusahaan, Price Earning Ratio, Return On Asset. 83 B. Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Target populasi (populasi sasaran) yang diperoleh dalam penelitian ini relatif kecil yaitu 9 perusahaan dari 130 perusahaan, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 2. Dalam penelitian ini, kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan ditentukan atas dasar interpretasi peneliti setelah membaca isi laporan tahunan (annual report) perusahaan yang diteliti. Sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan penilaian antar perusahaan karena kondisi subyektifitas peneliti. 3. Penilaian item laporan keuangan tanpa pembobotan dan penjelasan dari perusahaan yang diteliti. Masing-masing item pengungkapan diperlakukan sama dan diasumsikan semua perusahaan seharusnya mengungkapkan item tersebut. C. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah: 1. Bapepam perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan (emiten) agar perusahaan dapat memberikan pengungkapan yang lebih lengkap sehingga akan memberi manfaat bagi para 84 pemakainya. 2. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan populasi yang lebih banyak yang benar-benar merepresentasikan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 3. Penentuan jumlah dan penilaian item pengungkapan sebaiknya dilakukan oleh para ahli di bidang ini sehingga menunjukkan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan secara tepat. 85 DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Media Soft Indonesia, 1997. Amalia, Luciana Spica dan Retrinasari, Ikka. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. Proceeding Seminar Nasional, 2007. Belkaouli, Ahmed Riahi. Teori Akuntansi. Buku I. Jakarta:Salemba Empat, 2000. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. Manajemen Keuangan. Jakarta:Erlangga, 2001. Chariri, Anis dan Iman Ghozali. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2003. Daniati, Ninna., dan Suhairi, “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba, dan Size Peruasahaan Terhadap Expected Return Saham”, SNA IX, 2006. Fitriyani. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Semarang, Badan Penerbit UNDIP, 2005. Ha na fi, Ma hmud M. da n Abdul Halim. ” Anali sa Laporan Keuangan”. Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2000. Halim, Julia., Meiden, Carmel., Tobing, R. L, “Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ-45”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, 117-129, 2005. Harahap, S. S, “Teori Akuntansi”. Jakarta, 2007. Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. “Perangkat dan Teknis Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”. Jakarta:PT Bursa Efek Jakarta, 2001. Healy P.M., dan K.G Palepu, “The Effect of Firms’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices”, Accounting Horizons, American Accounting Association, 1-11, 1993. Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. “Teori Akuntansi”. Buku 2. Batam: Interaksara, 2002. Horne, James C.Van dan John M.Wachowicz. “Prinsip-prinsip Keuangan”. Buku II. Jakarta Salemba Empat, 2007. Manajemen Ikatan Akuntan Publik Keuangan”, 2007. Indonesia (IAPI), ”Pernyataan Standar Akuntansi Iskandar, ”Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial”, Gaung Persada Press, Tangerang Jawa Barat, 2009. Jogiyanto, H.M. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Yogyakarta:BPFE, 2000. Munawir. “ Analisa Laporan Keuangan”. Yogyakarta:Liberty, 2001. Na’im, Ainun dan Fuad Rahkman. “Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.15.No.1.pp 70-82, 2000. Naimah, Zahroh., dan Utama, Siddharta., “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisian Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”,SNA IX, 2006. Nugraheni, B.Linggar Yekti.,Oct.Digdo Hartomo, dan Lucia Hary Patwoto. “Analisis Faktor-faktor Fundamental Perusahaan terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.VIII. No. 1.pp.75-91, 2002. Sadeli, Lili, ”Dasar-dasar Akuntansi”, Penerbit: Bumi Aksara, 2009. Santoso, Singgih, ”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000. Siregar, DR. Sylvia Veronica N.P., dan Utama, DR. Siddharta, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba”, SNA VIII, 475490, 2005. Subiyantoro, Edi. “Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi I.Yogyakarta, 1996. Sugiyono, ”Statistik Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005. Sunyoto, Danang, ”Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”, Yogyakarta, Media Pressindo, 2009. Suta, I Putu Gede Ary. “Menuju Pasar Modal Modern”. Jakarta : Yayasan SAD Satria Bakti, 2000. Sutikno, Idjang. dan Sabeni, Arifin, “Evaluasi Terhadap Relevansi, Reliabilitas, dan Komparabilitas Laporan Keuangan: Studi Empiris pada Perusahaan ‘Go Public’ di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 2, No 3, 225-236, 2000. West on, J.Fred dan Eugene F. Jakarta:Erlanggga, 1993. Brigha m. “Manajem en Keuangan”. LAMPIARN 1 : DATA PERUSAHAAN No. K ode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 AKRA ASGR ASII LTLS TIRA TURI UNTR TRST SMSM Nama PT. AKR Corporindo Tbk PT. Astra Graphia Tbk PT. Astra Internasional Tbk PT. Lautan Luas Tbk PT. Tita Austinite Tbk PT. Tunas Ridean Tbk PT. United Tractors Tbk PT. Trias Sentosa Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk LAMPIRAN 2 : DATA MENTAH VARIABEL PENELITIAN Current Ratio 1,2866 1,1257 1,1629 0,9967 0,9587 3,3303 2,4253 1,3358 1,2468 1,4471 1,1074 0,7838 1,3194 1,3217 1,3688 1,2249 1,1093 0,8294 1,1236 1,1213 1,8329 1,0640 1,1395 1,1566 1,2494 1,2115 1,1460 1,1469 1,4106 1,3543 1,5645 1,3411 1,3394 1,6362 1,6564 1,2004 1,0595 1,0759 1,0136 1,1111 1,9613 1,9887 1,7092 1,8179 1,5870 DER 0,8602 1,0871 1,5653 1,8145 2,2011 0,8212 0,9761 0,9886 1,5266 1,0341 1,1141 14,0770 1,1687 1,2141 1,0028 1,6955 2,4341 2,4228 3,1095 2,7842 1,3670 2,3263 2,1414 1,9442 1,5122 3,0158 3,2411 2,9067 2,4972 0,7703 1,5797 1,4380 1,2587 1,0461 0,7551 1,1968 1,0712 1,1801 1,0811 0,6787 0,5505 0,5290 0,6544 0,6248 0,7983 ROE 0,0004 0,0004 0,0006 0,0007 0,0009 0,2674 0,4120 0,5344 0,4633 0,4964 2,6961 1,8339 3,2206 4,5406 4,9600 0,2688 0,1522 0,3675 0,7479 0,4406 0,0504 0,1075 0,0429 0,0226 0,0375 0,1023 0,0159 0,1361 0,1757 0,2225 1,4739 1,3050 2,0943 3,7323 5,3549 0,0585 0,0924 0,0632 0,2066 0,5124 5,0619 4,5965 5,5794 6,3537 9,2278 Saham Publik 0,2500 0,2500 0,5840 0,5833 0,5816 0,4605 0,4605 0,4605 0,4605 0,4605 0,3253 0,3253 0,3253 0,3253 0,3253 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,7375 0,7375 0,7375 0,7375 0,7375 0,4420 0,4420 0,4420 0,4420 0,4420 0,5247 0,5247 0,5247 0,5247 0,5247 0,0640 0,0640 0,0640 0,0640 0,0640 0,9351 0,9280 0,9280 0,9280 0,9280 Firm Size 21,4062 21,5892 21,9753 22,3074 22,5248 26,9748 27,0946 27,1603 27,4579 27,3759 31,4809 31,6902 31,7824 32,0223 32,1190 28,1066 28,2356 28,3895 28,8665 28,7563 25,9178 26,2244 26,1992 26,1552 26,0305 28,6329 28,6811 28,8386 28,9079 28,2024 29,9951 30,0512 30,1962 30,7599 30,8258 28,3751 28,3344 28,3914 28,4006 28,2842 27,2202 27,2979 27,4448 27,5582 27,5709 Kelengkapan LK 64,7100 69,1200 69,1200 69,1200 69,1200 60,2900 57,3500 55,8800 58,8200 58,8200 70,5900 70,5900 73,5300 72,0600 66,1800 61,7600 63,2400 64,7100 64,7100 64,7100 64,7100 66,1800 63,2400 61,7600 63,2400 61,7600 60,2900 60,2900 60,2900 61,7600 73,5300 73,5300 76,4700 73,5300 70,5900 58,8200 58,8200 58,8200 58,8200 58,8200 57,3500 61,7600 63,2400 63,2400 60,2900 LAMPIRAN 3 : HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA Descriptive Statistics Mean Tingkat laporan keuangan Current Ratio Debt To Equity Ratio Return On Equity Saham Publik Firm Size Std. Deviation 4.1604 .2097 .0931 .6078 -.3793 .1228 N .08224 .35342 .61780 .62430 .32564 .59733 45 45 45 45 45 45 Correlations Tingkat laporan keuangan Pearson Correlation Tingkat laporan keuangan -.539 .227 -.398 .183 1.000 -.494 .117 -.331 -.384 Debt To Equity Ratio -.035 -.494 1.000 -.330 -.225 .453 Return On Equity -.539 .117 -.330 1.000 -.128 .064 .227 -.331 -.225 -.128 1.000 .167 -.398 -.384 .453 .064 .167 1.000 . .115 .411 .000 .066 .003 Tingkat laporan keuangan Current Ratio .115 . .000 .223 .013 .005 Debt To Equity Ratio .411 .000 . .013 .068 .001 Return On Equity .000 .223 .013 . .200 .338 Saham Publik .066 .013 .068 .200 . .136 Firm Size .003 .005 .001 .338 .136 . Tingkat laporan keuangan 45 45 45 45 45 45 Current Ratio 45 45 45 45 45 45 Debt To Equity Ratio 45 45 45 45 45 45 Return On Equity 45 45 45 45 45 45 Saham Publik 45 45 45 45 45 45 Firm Size 45 45 45 45 45 45 b Model Summary R R Square a 1 .739 Std. Error of the Estimate Adjusted R Square .546 .488 Durbin-Watson .05887 2.485 a. Predictors: (Constant), Firm Size, Return On Equity, Saham Publik, Current Ratio, Debt To Equity Ratio b. Dependent Variable: Tingkat laporan keuangan b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Regression .162 5 .032 Residual .135 39 .003 Total .298 44 Sig. 9.373 .000a a. Predictors: (Constant), Firm Size, Return On Equity, Saham Publik, Current Ratio, Debt To Equity Ratio b. Dependent Variable: Tingkat laporan keuangan a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 4.220 .016 Current Ratio .083 .035 Debt To Equity Ratio .043 Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF 262.797 .000 .359 2.411 .021 .527 1.898 .024 .321 1.800 .080 .367 2.724 -.051 .017 -.388 -3.045 .004 .716 1.397 .112 .036 .444 3.078 .004 .559 1.790 Firm Size -.063 .019 a. Dependent Variable: Tingkat laporan keuangan -.455 -3.350 .002 .631 1.584 Return On Equity Saham Publik Firm Size -.035 Firm Size Model Saham Publik .183 Saham Publik N Debt To Return On Equity Ratio Equity 1.000 Current Ratio Sig. (1-tailed) Current Ratio Charts