PERAN SUAMI DENGAN KETERATURAN IBU HAMIL DALAM PEMERIKSAAN ANC DI BPS SITI SUNDARI, S.ST DESA JUGLANGAN KABUPATEN SITUBONDO KUSTANTINA NIM. 1211010150 Subject : Peran, Suami, Keteraturan, ANC, Suami Ibu hamil Description : Keterlibatan suami dalam masa kehamilan terbukti dapat meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. Kurangnya peran serta dari suami dalam pelaksanaan kunjungan pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran suami dengan keteraturan ibu hamil dalam pemeriksaan ANC. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancang bangun penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 33 suami ibu hamil dengan sampel sebanyak 28 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Penelitian ini dilakukan di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo pada tanggal 26 Mei – 1 Juni 2014. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner dan buku KIA. Pengolahan data dengan cara editing, coding, scoring, tabulating. Analisa data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran pasif sebanyak 16 responden (57,1%) dan sebagian besar responden tidak teratur dalam ANC sebanyak 17 responden (60,7%). Hasil uji chi square diperoleh hasil perhitungan nilai X2 hitung = 17,14 sedangkan nilai X2 tabel pada ketetapan 0,05 adalah 3,841. Oleh karena nilai X2 hitung > X2 tabel yaitu 17,14 > 3,841 maka H1 diterima artinya ada hubungan antara peran suami dengan keteraturan ibu hamil Trimester III dalam pemeriksaan ANC di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kabupaten Situbondo. Perhatian yang kurang dari suami akan membuat ibu hamil tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan ANC secara teratur. Para suami diharapkan dapat memberikan dukungan penuh dan memberikan motivasi pada ibu hamil untuk melakukan ANC secara teratur dalam pemenuhan kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan sehingga ibu dapat lebih termotivasi untuk melakukan ANC secara teratur. ABSTRACT The involvement of husbands in pregnancy can make sure increasing the preparation of pregnant women in the face of the birth process. The less role in antenatal visit can cause pregnant women who don’t have antenatal visit regularly. The purpose of this study is to know the role of husbands with regularity of pregnant women in ANC. Design of this study is an analytical observation with cross sectional. The population in this study is 33 pregnant women and taken 28 respondents as sample. The sampling technique used is total sampling. This study had been conducted in BPS Siti Sundari, S.ST Juglangan Kapongan Situbondo on May 26-June 1, 2014. Collecting data uses a 1 questionnaire and MCH book (Maternal and child health). The data are processed with editing, coding, scoring, tabulating. They are analyzed with chi square test. The results show that most respondents have a passive role consist of 16 respondents (57.1%) and the majority of respondents don’t perform ANC regularly consist of 17 respondents (60.7%). The result of chi square test is obtained with the result of calculation value X2 count = 17,14 and value X2 table on significance 0,05 is 3,841. Therefore value X2 count > X2 table is 17,14 > 3,841, so H1 is accepted, it means that the role of husbands has relationship with regularity of pregnant women in trimester III performing ANC in BPS Siti Sundari, S.ST at Desa Juglangan Situbondo. The less attention of husband would make pregnant women unmotivated to perform a regular ANC. The husbands are expected to provide support and motivate them fully to perform ANC regularly in the fulfillment of their health and babies in the womb, so that the mothers may be more motivated to perform ANC regularly. Keywords: Roles, Husband, Regularity, ANC Contributor : 1. Farida Yuliani, M.Kes 2. Ni’mah Machzyumi, S.ST Date : 13 Juni 2014 Type Material : Laporan Penelitian Permanen link : Right : Open document Summary : LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan antenatal sangat penting dalam mengurangi kematian akibat persalinan jika dilakukan dengan jumlah dan frekuensi yang sesuai standar pelayanan antenatal care. Kunjungan pemeriksaan kehamilan masih kurang, sehingga masih ditemukan ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur. Sehingga ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sedini mungkin (Sarwono, 2005). Banyak tekanan yang akan timbul dan terkadang ini akan membuat istri stress dan tentunya akan berdampak pada janin yang sedang dikandung oleh istri. Suami harus menggunakan masa emas ketika istri hamil, ini akan mengurangi tingkat stress pada ibu. Suami juga jadi bisa dekat secara batin dengan istri. Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Keterlibatan para pria, sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya (Amina Alio, 2013). Sekitar 67 % wanita di Afrika Barat dan Afrika Tengah setidaknya mendapatkan antenatal care satu kali selama kehamilan.Hanya 44 % wanita yang mendapatkan antenatal care sesuai minimal 4 kali (Unicef,2012). Menurut Kemenkes RI (2011), cakupan K1 (kunjungan ibu pertama kali ibu hamil) pada tahun 2010 (95,26%) mengalami peningkatan sebesar 2,61% dari tahun 2008 (92,65%), sedangkan cakupan K4 mengalami penurunan sebesar 0,48% dari tahun 2008 (86,04%) sampai tahun 2010 (85,56% ). Target Provinsi Jawa Timur untuk cakupan pelayanan ibu hamil K1 pada tahun 2012 adalah 99% 2 dengan kondisi 32 kabupaten/kota masih di bawah target provinsi. Capaian cakupan K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 92,14% sedangkan target Provinsi Jawa Timur untuk cakupan pelayanan ibu hamil K4 pada tahun 2012 adalah 92% dengan kondisi 28 kabupaten/kota masih di bawah target provinsi. Capaian cakupan K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 84,38%. Di Kabupaten Situbondo cakupan K1 pada tahun 2012 sebesar 87,05% sedangkan cakupan K4 pada tahun 2012 sebesar 75,21% (Dinkes Jatim, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Juglangan Kabupaten Situbondo pada tanggal 2 Mei 2014, didapatkan bahwa angka cakupan K1 sebesar 29 orang (87,7%) sedangkan angka cakupan K4 sebesar 6 orang (18,2%). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masih rendahnya cakupan K4 di Desa Juglangan. Dari wawancara yang dilakukan kepada 5 ibu hamil, didapatkan bahwa 4 ibu hamil yang tidak teratur dalam pemerikaan ANC yang tidak mendapat dukungan penuh dari suami, sedangkan 1 ibu hamil teratur dalam pemeriksaan ANC karena telah mendapatkan dukungan penuh dari suami. Menanggapi masalah tersebut, berbagai pihak telah melakukan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Secara global tampak dalam Millennium Development Goal’s (MDG’s), dimana 2 dari 8 tujuan MDG’s berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, yakni menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu (WHO, 2012). Upaya pemerintah Indonesia yang telah dan sedang dilaksanakan antara lain program Safe Motherhood. Program Safe Motherhood dikenal dengan konsep 4 pilar yaitu keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih, dan penanganan masa nifas (Widjono, 2008). Selama masa kehamilan sangat banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh ibu hamil baik terjadi secara fisiologis yang dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin (Mansjoer, 2002). Dengan pengawasan hamil (Antenatal Care) dapat diketahui berbagai pengawasan ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba, 2009). Program pelayanan ANC meliputi : timbang berat badan, tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap, Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2006). Faktor yang mempengaruhi kematian maternal meliputi kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang baik dan kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa (Wiknjosastro, 2005). Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetric buruk dan perdarahan selama kehamilan (Wiknjosastro, 2005). Bidan seharusnya selalu menghimbau, memotivasi, mensosialisasikan, prosedur dan tujuan pemeriksaan kehamilan sejak dini, memberikan berbagai informasi yang terkait dengan pemeriksaan kehamilan, untuk kesehatan ibu dan janin dalam kandungannya. Memberikan pelayanan pada ibu hamil untuk melaksanakan pemeriksaan kehamilan, biaya pemeriksaan sangat terjangkau dan bagi yang tidak mampu telah menjadi anggota Jamkesmas, tempat pelayanan tersedia, terjangkau dan memadai, pelayanan kesehatan menggunakan standar 7 T (Timbang BB, ukur Tekanan darah, Tinggi fundus uteri, imunisasi TT, Tablet Fe, Test PMS, dan Temu wicara) sehingga dengan cepat dapat menemukan kasus resiko Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat masalah peran suami dengan keteraturan ibu hamil Trimester III 3 dalam pemeriksaan ANC di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Situbondo”. Kabupaten METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran suami dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah keteraturan ibu hamil dalam pemeriksaan ANC. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami ibu hamil di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo pada bulan Januari-Mei 2014 sebanyak 33 ibu hamil dengan sampel sebanyak 28 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling tipe total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo pada tanggal 26 Mei – 1 Juni 2014. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah dengan penimbangan dengan menggunakan data primer yang dilakukan dengan kuesioner untuk memperoleh data peran suami dengan keteraturan ibu hamil Trimester III dalam pemeriksaan ANC. Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, data kohort, buku KIA ibu hamil. Teknik analisa pada penelitian digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel, atau bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji chi square. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran pasif sebanyak 16 responden (57,1%). Bentuk pasif dari peran adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk di imunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana (Wawan dan Dewi, 2010). Menurut D.A. Setyawan (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi peran antara lain: manfaat kegiatan yang dilakukan, adanya kesempatan, memiliki keterampilan, rasa memiliki, faktor tokoh masyarakat. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status (Ram & Sobari, 2006). Peran suami sangat diperlukan oleh ibu hamil dalam melaksanakan kunjungan ANC. Suami merupakan kepala keluarga yang harus melindungi dan memberikan kenyamanan bagi anggota keluarga, lebih-lebih pada istrinya. Jadi peran suami sangat diperlukan oleh ibu hamil dalam melaksanakan keteraturan kunjungan ANC. Banyak diantara responden yang masih mempunyai peran pasif dari suami dalam keterlibatan ibu melakukan kunjungan ANC. Kurangnya peran suami dalam pelaksanaan ANC pada ibu hamil terlihat pada kurangnya peran suami sebagai edukator seperti tidak dapat menjelaskan tentang pentingnya ANC (pemeriksaan kehamilan). Karena kurangnya pengetahuan suami tentang program ANC, sehingga pada suami berfikir mereka hanya mencari nafkah untuk istrinya. Seorang suami hendaknya jeli dan berperan aktif dalam mencari informasi-informasi kesehatan, khususnya informasi kesehatan ibu hamil agar suami lebih mudah untuk mengontrol kehamilan istrinya. Pada penelitian ini suami tidak pernah menngingatkan istri untuk pemeriksaan ANC, dan suami tidak pernah menanyakan tentang kesehatan kehamilan. 4 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun sebanyak 20 responden (71,4%). Menurut Huclok (1998) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Sebagian besar responden yang berusia 20-35 tahun. Responden yang berusia 20-35 tahun memiliki peran negative dikarenakan mereka kurang akan pengalaman dan kebanyakan responden baru akan mempunyai anak pertama sehingga pengetahuan tentang ANC sangat kurang. Peran suami dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satunya adalah pendidikan. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 19 responden (67,9%). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. (Wawan & Dewi, 2010 : 16-18) Status pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir dan cara menanggapi informasi. Sehingga pada suami yang berpendidikan menengah kurang berusaha untuk mencari pengetahuan tentang ANC dan brusaha mendukung ANC pada istrinya. Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh responden bekerja sebanyak 28 responden (100%). Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari (Suparyanto, 2010). Orang yang bekerja merupakan yang mempunyai aktifitas rutin dalan kesehariannya sehingga mereka mempunyai tanggung jawab dalam suatu profesi baik itu swasta atau pemerintahan dan pada umumnya mereka mendapatkan informasi yang lebih dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja karena mereka lebih banyak berinteraksi dengan dunia luar dan orang di sekitarnya sehingga pemahaman pengetahuannya selalu bertambah dibandingkan dengan orang tidak bekerja. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak teratur dalam ANC sebanyak 17 responden (60,7%). Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan ANC adalah: Faktor internal (paritas, usia) dan faktor eksternal (pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi, dukungan sosial) (Depkes RI 2008 dalam Laksana, 2012). Tujuan Utama ANC antara lain adalah menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan perinatal dengan upaya bidan : memonitor kemajuan kehamilan dalam upaya memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi normal, mengenali penyimpangan dari keadaan normal dan memberikan pelaksanaan dan pengobatan yang diperlukan, mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik emosional dan psikologis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan koplikasi (Suryati, 2011). Keteraturan ANC bagi ibu hamil sangat diperlukan karena sangat membantu kelancaran dalam proses persalinan nantinya. Kunjungan ANC merupakan hal yang harus dilakukan oleh ibu hamil agar dalam proses persalinan dapat diantisipasi sendiri, mungkin hal-hal yang nantinya seperti membahayakan ibu dan janin. Ketidakteraturan ibu dalam mengikuti program ANC dikarenakan kurangnya kesadaran ibu tentang pemeriksaan kehamilan. Mereka beranggapan bahwa yang paling 5 penting ibu hamil dalam menjalani kehamilan adalah menjaga kesehatan. Terbukti oleh ibu hanya sesekali atau dua kali dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Pemeriksaan ANC lebih banyak dilakukan para ibu pada saat ibu hamil sudah menginjak umur kehamilan 12 minggu keatas akibatnya ibu hamil kurang teratur dalam memeriksakan kehamilannya saat awal kehamilan atau pada trimester 1. Terlambatnya pemeriksaan yang dilakukan karena ibu tidak mengerti tanda pasti awal kehamilan, selain faktor tersebut juga banyak ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan karena mereka pernah mengalami kehamilan sehingga mereka merasa sudah paham dan tahu tentang kelainan dan keadaan kehamilan sekarang. Berdasarkan hasil penelitian hasil hubungan antara peran suami dengan keteraturan ibu hamil dalam pemeriksaan ANC di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kabupaten Situbondo didapatkan bahwa suami yang memiliki peran pasif dengan ibu tidak teratur dalam ANC sebanyak 15 responden (53,6%). Berdasarkan uji chi square diperoleh hasil perhitungan nilai X2 hitung = 17,14 sedangkan nilai X2 tabel pada ketetapan 0,05 adalah 3,841. Oleh karena nilai X2 hitung > X2 tabel yaitu 17,14 > 3,841 maka H1 diterima artinya ada hubungan antara peran suami dengan keteraturan ibu hamil Trimester III dalam pemeriksaan ANC di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kabupaten Situbondo. Salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan ANC adalah peran dari suami. Dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. Peran suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Laksana, 2012). Ibu yang mendapat peran pasif dari suami cenderung tidak teratur dalam pemeriksaan ANC, hal ini karena ada kesibukan dari suami. Suami jarang memiliki waktu luang untuk mengurusi rumah tangganya, suami jarang menyediakan transportasi atau dana yang cukup untuk biaya konsultasi, suami tidak ikut mencari informasi tentang kehamilan, tidak bisa menemani istri saat memeriksakan kehamilan dan suami kurang memenuhi kebutuhan ibu saat hamil. Oleh karena itu perhatian dari suami sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk dapat memotivasi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, sehingga berpengaruh positif terhadap bayi yang dikandungnya. Sedangkan pada responden yang mendapat peran aktif dari suami dengan teratur dalam melaksanakan kunjungan ANC, suami yang telah mendukung penuh dan memberi motivasi pada ibu untuk melakukan ANC, sehingga ibu lebih termotivasi untuk melakukan kunjungan ANC dan karena ibu sangat menentukan kesehatan baik bagi dirinya sendiri maupun bayinya agar dalam proses persalinan dapat berjalan sesuai dengan harapan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden memiliki peran pasif sebanyak 16 responden (57,1%) 2. Sebagian besar responden tidak teratur dalam ANC sebanyak 17 responden (60,7%). 3. Berdasarkan uji chi square diperoleh hasil perhitungan nilai X2 hitung = 17,14 sedangkan nilai X2 tabel pada ketetapan 0,05 adalah 3,841. Oleh karena nilai X2 hitung > X2 tabel yaitu 17,14 > 3,841 maka H1 diterima artinya ada hubungan antara peran suami dengan keteraturan ibu hamil Trimester III dalam pemeriksaan ANC di BPS Siti Sundari, S.ST Desa Juglangan Kabupaten Situbondo. 6 REKOMENDASI 1. Bagi Peneliti Selanjutnya. Peneliti dapat menggunakan data referensi penelitian ini sehingga peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian tentang faktor lain yang dapat mempengaruhi keteraturan pemeriksaan kehamilan dengan jumlah sampel yang lebih banyak, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih lengkap. 2. Praktis a. Bagi Responden. Para suami diharapkan dapat memberikan dukungan penuh dan memberikan motivasi pada ibu hamil untuk melakukan ANC secara teratur dalam pemenuhan kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan sehingga ibu dapat lebih termotivasi untuk melakukan ANC secara teratur. b. Bagi Profesi Kebidanan. Diharapkan petugas kesehatan atau bidan lebih meningkatkan kinerjanya dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan khususnya kepada suami ibu hamil tentang pentingnya memberikan dukungan selama kehamilan terhadap keteraturan ANC dan memberikan fasilitas kepada ibu dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam Pemeriksaan ANC. 3. Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan. Instutusi dapat menjadikan data penelitian ini sebagai data dasar dalam sumber kepustakaan dan bacaan khususnya tentang peran suami selama kehamilan terhadap keteraturan pemeriksaan kehamilan. Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : Desa Jenang RT.04/RW.02 Kecamatan Batang-Batang Kabupaten Sumenep - Email : [email protected] - No. HP : 087857910900 7