bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010 : p6) menyebutkan, Studi Kelayakan Bisnis
adalah “Suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau
bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha
tersebut dijalankan”. Analisis kelayakan bisnis dan investasi sangat diperlukan dalam
meminimalisir resiko yang akan dihadapi dan memastikan seberapa besarnya
keuntungan yang akan diperoleh investor, sesuai dengan apa yang diharapkan
seoptimal mungkin.
Sedangkan pengertian studi kelayakan bisnis menurut Husein (2005, p11)
mengatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana
bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi
juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk
baru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian
atau analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah rencana bisnis ini dapat
dinyatakan layak atau tidak melalui beberapa faktor, baik melalui faktor internal
maupun faktor eksternal.
2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Manfaat studi kelayakan bisnis menurut Rangkuti (2012 : p2) menyebutkan
bahwa, investasi yang dikeluarkan haruslah memberikan tingkat pengembauan yang
sesuai dengan besarnya modal yang dikeluarkan, serta resiko yang dihadapi. Kendala
yang mungkin dihadapi dalam membangun suatu proyek antara lain perubahan nilai
tukar, tingkat inflasi, perubahan daya beli, perubahan kondisi ekonomi makro.
Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam membangun suatu proyek,
antara lain, kesalahan perencanaan, kesalahan dalam memperkirakan permintaan,
13
14
kesalahan dalam menggunakan teknologi yang akan dipergunakan, kesalahan dalam
memperkirakan kebutuhan tenaga kerja, kesalahan dalam mengendalikan proyek,
sehingga secara keseluruhan mengakibatkan biaya pembangunan semakin meningkat
dan penyelesaian proyek menjadi tertunda. Adanya berbagai perubahan faktor
eksternal yang mempengaruhi faktor internal dapat menggagalkan perencanaan
proyek. Untuk itu sangat diperlukan analisis tingkat keberhasilan dalam suatu studi
kelayakan bisnis.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010, p13-14), hasil dari suatu kelayakan bisnis
adalah laporan tertulis. Isi laporan studi kelayakan bisnis menyatakan bahwa suatu
rencana bisnis layak direalisasikan. Hasil penilaian melalui studi kelayakan ini sangat
diperlukan dan dibutuhkanoleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap usaha atau proyek yang akan dijalankan. Perusahaan yang
akan melakukan studi kelayakan kan bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka
katakana layak, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan meras yakin dan sangat
percaya dengan hasil studi kelayakan yang telah di lakukan. Adapun pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan tersebut antara lain:
1.
Pemilik usaha
Para pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadapa hasil dari analisis
studi kelayakan yang telah dibuat, hali ini disebabkan para pemilik tidak
mau jika sampai dana yang ditanamkan akan mengalami kerugian. Oleh
sebab itu, hasil studi kelayakan yang telah dibuat benar-benar dipelajari oleh
para pemilk, apakah akan memberikan keuntugan atau tidak.
2.
Kreditor
Jika dana tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga
keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan terhadap
hasil studi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga keuangan
lainnya tidak mau sampai kreditnya atau pinjaman yang diberikan akan
macet, akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya tidak layak untu
dijalankan. Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu piha perbankan akan
melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum
pinjaman dikucurkan kepada pihak peminjam.
15
3.
Pemerintah
Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adlah untuk menyakinkan
apakah bisnis yang akan dijalankan akan men=mberi manfaat baik bagi
perekonomian secara
memberikan
manfaat
umum.
Kemudian
bisnis
juga
harus
kepada masyarakat luas, seperti penyediaan
lapangan pekerjaan. Pemerintah juga berharap bahwa bisnis yang akan
dijalankan tidak merusak lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia,
binatang maupun tumbuh-tumbuhan.
4.
Masyarakat luas
Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat
sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja baik
bagi pekerja di sekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya.
Kemudiann manfaat lain adalah terbukanya wilayah tersebut dari
ketertutupan (isolasi). Dengan adanya bisnis juga akan menyediakan sarana
dan prasarana seperti tersedianya fasilitas umum seperti jalan, jembatan,
listrik, telepon, rumah sakit, sekolah, sarana ibadah, saran olahraga, taman,
dan fasilitas lainnya
5.
Manajemen
Hasil studi kelayakan bisnis merupakan ukuran kinerja bagi pihak
manajemen perusahaan untuk menjalankan apa-apa yang sudah ditugaskan.
Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga terlihat
prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.
2.3. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010, p12-13), paling tidak ada 5 (lima) tujuan
mengapa sebelum suatu bisnis atau proyek dijalankan perlu adanya dilakukan studi
kelayakan, yaitu :
1.
Menghindari resiko kerugian, Untuk menghindari resiko kerugian di masa
yang akan datang, Karen di masa yang akan datang ada situasi
ketidakpastian. Kondisi ini yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang
16
dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi
kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan baik
resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapay kita kendalikan.
2.
Memudahkan perencanaan, Jika kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi
di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan
perencanaan dan hall hal-hal apa saja yang perlu direncannakan.
Perencanaan meliputi beberapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha
atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapasiapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya,
berapa
besar
keuntungan
yang
akan
diperoleh,
serta
bagaimana
mengawasinya jika terjadi penyimpangan. Yang jelas dalam perencanaan
sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan
sampai waktu tertentu.
3.
Memudahkan pelaksanaan pekerjaan, dengan adanya berbagai rencana yang
sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana
yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang dapat
dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dalpat dilakukan secar sistematik
sehiingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap
tahap yang sudah direncanakan.
4.
Memudahkan pengawasan, dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau
proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudah
kan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.
Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng
dari rencana yang telah disusun. Pelaksanaan pekerjaan bisa sungguhsungguh melakukan pekerjaanya karena merasa ada yang mengawasi,
sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh adanya hal-hal yang
tidak perlu.
5.
Memudahkan pengendalian, jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah
dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan
mudah terdeksi, sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas
penyimpangan
tersebut.
Tujuan
pengendalian
adalah
untuk
17
mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang
sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.
2.4. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Rangkuti (2012 : p4) menyebutkan hal penting yang harus diperhatikan dalam
membuat studi kelayakan bisnis dan investasi :
- Besarnya dana yang dipergunakan
- Tingkat ketidakpastian proyek
- Kompleksitas proyek
Semakin besar dana yang diperlukan suatu proyek, maka semakin mendalam
pula studi kelayakan yang harus dilakukan. Dana yang dikeluarkan untuk investasi
harus
mampu memberikan pengembalian yang sesuai dengan keinginan para
investor. Makin besar dana investasi yang dibutuhkan suatu proyek, semakin besar
pula resiko kerugian yang dihadapi. Oleh karena itu investor harus lebih
memperdalam analisis studi kelayakan bisninya. Biaya yang diperlukan dalam
menyusun studi kelayakan bisnis investasi. Namun demikan biaya studi kelayakan
bisnis ini tetap dirasakan lebih ringan dibandingkan resiko kehilangan modal yang
lebih besar apabila investasi dilanjutkab tanpa melakukan studi kelayakan bisnis.
Tingkat ketidakpastian proyek harus dapat diminimalisasi sebelum proyek
dimulai. Dengan melakukan studi kelayakan bisnis, ketidakpastian proyek yang
terjadi akibat berbagai hal, baik yang dapat diperhitungkan maupun tidak dapat
diperhitungkan, dapat diantisipasi secepat mungkin. Semakin kompleks suatu
proyek, semakin mahal biaya yang diperlukan untuk menyusun studi kelayakan
bisnis. Hal ini disebabkan karena studi kelayakn bisnis harus mempertimbangkan
faktor-faktor seperti; besarnya perminataan, perhitungan biaya, suplai bahan baku,
kontinuitas produksi, jalur distribusi, serta segala keterkaitan dengan pihak ketiga.
Investor merupakan pemilik dana, karena itu keuntungan yang akan diperoleh
menjadi perhatian besar bagi mereka. apakah tingkat keuntungan yang akan diterima
itu sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, dan seberapa besar resiko yang akan
dihadapi? Sebelum menanamkan modalnya, dari studi kelayak bisnis inlah para
investor akan mengetauhi kapan dan berapa lama dana mereka dapat kembalu
dengan tingkat keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
18
Kreditur bank adalah pemberi dana kepada para investor. Para kreditur ini
memerlukan studi kelayakn bisnis untuk mengetahui tingkat pengembalian dana
yang di pinjam investor. Apakah penggunaan dana ini dapat kembali sesuai jadwal
yang telah ditetapkan dengan tepat waktu? Selama jangka waktu peminjaman
tersebut, apakah bisnis yang dilakukan dapat memberikan aliran kas yang positif dan
memberikan keuntungan atau tidak.
Pemerintah merupakan pihak yang berkepentingan terhadap manfaat dari bisnis
yang dibangun tersebut. Apakah usaha yang akan dibangun itu menghasilkan devisa
bagi Negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, serta
meningkatkan pertumbahan ekonomi daerah, dan sebagainya. Untuk usaha-usaha
yang menjadi prioritas pemerintah, pastilah bisni ini akan mendapat dukungan dan
kemudahan, sejak dari perencanaan, pengurusan izin, hingga pelaksanan proyek.
Pembuatan studi kelayakan bisnis dan investasi perlu mempertimbangkan :
1.
Ruang lingkup usaha
2.
Cara kegiatan dilakukan
3.
Evaluasi terhadap berbagai aspek
4.
Sarana yang diperlukan
5.
Hasil kegiatan
6.
Akibat-akibat yang bermanfaat
7.
Langkah-langkah rencana pendirian proyek
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010, p15-16) Proses analisis setiap aspek
berkaitan antara satu aspek dan aspek lainnya sehingga hasil analisis aspek-aspek
tersebut menjadi integrasi. Sebagai misal, ketika seorang peneliti sedang
menganalisis aspek keuangan, hendaknya ia memanfaatkan hasil analisis aspekaspek lain, walaupun tetap dimungkinkan mencari data yang dibutuhkan sesuai
dengan kebutuhannya langsung dari lapangan.
Menurut Umar (2005, p24-29), ada beberapa aspek yang akan diteliti dalam
studi kelayakan bisnis yaitu:
19
1.
2.
Aspek Internal, meliputi:
a.
Aspek Pasar dan Pemasaran
b.
Aspek Sumber Daya Manusia
c.
Aspek Teknis dan Operasional
d.
Aspek Keuangan
Aspek Eksternal, meliputi:
a.
Aspek Legal / Hukum
b.
Aspek Persaingan
c.
Aspek Lingkungan
2.4.1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam studi kelayakan bisnis untuk aspek pasar dan pemasaran
memiliki teori yang berbeda, sehingga dalam aspek ini perlu dilakukan dua
bagian yaitu aspek pasar dan aspek pemasaran, untuk pembahasan lebih
mendalam akan dijabarkan sebagai berikut.
2.4.1.1. Aspek Pasar
Menurut Stanton dalam buku studi kelayakan bisnis karangan
Husein Umar (2007, p35) pasar adalah kumpulan orang-orang yang
mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan
untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang
terjadinya pasar, yaitu: orang dengan segala keinginannya, daya
belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya.
Menurut Umar (2007, p35) pasar, menurut para ahli,
merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling
bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk
membentuk suatu harga.
Menurut Rangkuti (2012, p4) dalam studi kelayakan bisnis,
aspek pasar membahas tentang besarnya permintaan, penawaran dan
20
harga. Permintaan dan penawaran dalam pasar di lakukan dengan
menggunakan metode forcast atau peramalan selama beberapa tahun
kedepan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar permintaan
dan penawaran dari pasar sehingga menghindari terjadinya kelebihan
produksi yang mengakibatkan kerugian pada investor. Harga juga harus
diperhatikan dalam aspek ini, dimana harga yang ditentukan harus
dipertimbangan dengan barang sejenis lainnya sehingga konsumen
tidak ragu dalam membeli produk atau jasa.
2.4.1.2. Aspek Pemasaran
Menurut Kotler yang dikutip oleh Kasmir Jakfar (2012, p47)
pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang membuat individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan
orang lain.
Kajian aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk mengetahui
keadaan objek dimasa lalu dan saat ini, sedangkan tujuan pemasaran
dalam ilmu marketing adalah untuk mengendalikan pasar diwaktu yang
akan datang (market driven). Materi yang akan dibahas dalam aspek ini,
antara lain:
1.
Permintaan
2.
Penawaran
3.
Proyeksi permintaan dan penawaran
4.
Proyeksi penjualan
5.
Produk (barang/jasa)
6.
Analisis pesaing
7.
Pemasaran dan implementasi strategi
Hal yang penting untuk diketahui dalam aspek pasar adalah
seberapa besar pasar potensial yang ingin dimasuki atau tersedia untuk
masa yang akan datang. Untuk mengetahui pasar potensial, maka perlu
21
dilakukan pengukuran terhadap permintaan, baik permintaan saat ini
maupun masa yang akan datang.
Bauran pemasaran (Kotler 2005, p18) adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus-menerus untuk
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bagi pemasaran suatu
produk barang, manajemen pemasaran dibagi menjadi 4 (empat)
kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran
(marketing mix) atau 4P dalam pemasaran yang terdiri dari 4 (empat)
komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi atau tempat
(place), dan promosi (promotion). Yang masing-masing akan dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Produk
Produk berupa barang atau jasa yang dapat dibeda-bedakan atau
diklasifikasikan menurut bentuk dan jenisnya. Produk barang tidak
hanya memperhatikan penampilan, tetapi juga hendaknya berupa
produk yang mudah, praktis, aman, tidak mahal, sederhana dan
ekonomis dalam proses produksi dan distribusinya.
2.
Harga
Harga merupakan sejumlah nilai yang akan ditukarkan oleh
konsumen dengan segala manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk tersebut. Yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual
melalui proses tawar-menawar, atau yang ditetapkan oleh penjual
untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.
3.
Distribusi/Tempat
Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk
memasarkan
produknya,
khususnya
barang
dengan
cara
membangun saluran distribusi, yakni sekelompok organisasi yang
saling tergantung pada proses yang memungkinkan suatu produk
tersedia bagi pengguna atau konsumen.
22
4. Promosi
Dalam dunia pemasaran tidak selalu hanya membicarakan produk,
harga produk, dan mendistribusikan produk, tetapi juga ada hal lain
yang cukup penting dalam mengkomunikasikan produk ini kepada
masyarakat agar produk tersebut dapat dikenal dan akhirnya dibeli
oleh konsumen. Dalam mengkomunikasikan produk perlu dibuat
suatu strategi yang tepat dalam memenangkan persaingan atau
dengan strategi yang sering disebut bauran promosi, yang terdiri atas
empat komponen utama yaitu periklanan, promosi penjualan,
hubungan masyarakat, dan penjualan perorangan.
2.4.2. Aspek Teknis dan Operasional
Menurut Rangkuti (2012, p5) Aspek teknis mempelajari tentang hal
yang berhubungan dengan operasional bisnis, seperti kapasitas produksi,
teknologi, skala produksi, proses produksi, lokasi, tata letak, penjadwalan,
tingkat persediaan produk, serta semua aspek yang berhubungan dengan
operasional bisnis tersebut. dengan adanya aspek teknis dapat diperhitungkan
biaya yang diperlukan untuk investasi termasuk biaya operasional yaitu :
1.
Ketersediaan bahan mentah
2.
Letak pasar yang dituju
3.
Energy (listrik dan air)
4.
Supply tenaga kerja
5.
Fasilitas Transportasi
Faktor lain yang harus dipertimbangkan antara lain :
1.
Peraturan pemerintah
2.
Iklim
3.
Topografi
4.
Sikap masyarakat
5.
Rencana perluasan bisnis dimasa yang akan datang.
23
2.4.3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Menurut Rangkuti (2012, p5-p6), Aspek manajemen berkaitan dengan
perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan bisnis yang akan dijalankan oleh
investor. Aspek ini dibagi menjadi dua hal penting yaitu manajemen waktu dan
manajemen operasional (penjadwalan).
Manajemen waktu menekankan pada penyusunan rencana dan
perkiraan waktu yang digunakan dalam pelaksanaan bisnis. Artinya
penyusunan jadwal peerkerjaan dibuat dengan mengalokasikan waktu yang
tersedia buat pelaksanaan masing-masing bagian dengan waktu penyelesian
yang optimal. Penjadwalan meliputi :
1.
Daftar pemeriksaan (check list)
2.
Jadwal kegiatan penting (milestone)
3.
Diagram batang (gantt chart), merupakan suatu metode sederhana dan
mudah dimengerti namun masih terdapat kekurangan,yaitu tidak dapat
memperlihatkan hubungan dan ketergantungan antar kegiatan.
4.
Line Scheduling Method (LSM), merupakan grafik hubungan antara
waktu dengan lokasi, lama pekerjaan, urutan pekerjaan. Grafik yang
terjadi dapat menjelaskan kegiatan yang dilakukan dan proses dari
perkerjaan tersebut. teknik penjadwalan ini terutama digunakan untuk
rencana dengan kegiatan yang terus menerus.
5.
Network planning, merupakan hubungan dan ketergantungan antar
kegiatan, lintasan kritis proyek, serta waktu akhir penyelesaian
proyek. Dengan mengetahui lintasan kritis, dapat diketahui kegiatan
mana saja yang tidak boleh telambat agar penyelesaian proyek secara
keseluruhan tidak terlambat.
6.
Pada network planning dikenal dengan dua macam cara yaitu, arrow
diagram method, CPM, dan PERT, serta precedence diagram method
(PDM).
7.
Perencanaan terhadap manajemen operasional akan berdampak pada
kualitas kerja sert beban biaya yang dikeluarkan. Perencanaan yang
baik dapat meningkatkan kualitas pekerjaan serta mengurangi
24
pemborosan biaya. Ada tiga hal pokok dalam perencanaan manajemen
operasional, yaitu :
a.
Jenis pekerjaan yang diperlukan
b.
Struktur organisasi yang dibuat
c.
Persyaratan dan penunjukan tenaga-tenaga yang akan mengisi
jabatan tersebut.
Ketiga hal pokok dalam manajemen operasional tersebut mengandung:
deskripsi perkerjaan, lingkup, tanggung jawab, koordinasi, dan lingkup
pengawasan.
Menurut Ahmad Subagyo (2007,p159) Analisis aspek manajemen dan
sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut :
1.
Job Analysis, yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan jenis pekerjaan tertentu.
2.
Job Specification, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang
diperlukan untuk mengisi suatu jabatan.
3.
Mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur organisasi
yang menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan, dan
struktur pertanggungjawaban.
4.
Job Description, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang
pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat pekerjaan tertentu.
5.
Mendesain sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian
secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan
garis struktural dan fungsional.
6.
Sistem pengembangan karyawan, yaitu menyusun rencana pendidikan
dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan,
produktifitas, dan kinerja karyawan secara keseluruhan.
25
2.4.4. Aspek Ekonomi dan Sosial
Aspek ini dianalisis untuk menganalisa kelayakan suatu bisnis dilihat
dari lingkungan eksternal perusahaan, juga untuk mengetahui seberapa jauh
lingkungan eksternal tersebut berpengaruh dan memberikan peluang sekaligus
ancaman bagi perusahaan. Selain itu manfaat lainnya adalah untuk mengetahui
kontribusi seperti apa yang dapat diberikan oleh perusahaan pada lingkungan
eksternalnya jika usulan proyek dapat terlaksana.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, 193) aspek ekonomi dan sosial
merupakan dampak yang timbul karena adanya investasi, yang lebih
ditekankan kepada masyarakat dan pemerintah.
Jika dilihat dari aspek ekonomi secara umum, dampak dari aspek
ekonomi dengan adanya suatu usaha atau investasi adalah meningkatnya
pendapatan masyarakat dengan pemberian kesempatan kerja bagi masyarakat,
peningkatan sumber daya yang dapat dimanfaatkan serta meningkatkan
perekonomian pemerintah lokal serta menghasilkan devisa bagi Negara.
Selanjutnya jika dilihat dari aspek sosial sebuah perusahaan tidak akan
bisa bertahan tanpa adanya dukungan dari masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
kelangsungan hidup suatu perusahaan bergantung kepada masyarakat juga,
masyarakat sangat memegang peranan penting dalam sebuah usaha. Jadi, selain
bertujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, hendaknya juga
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial.
2.4.5. Aspek Persaingan
Menurut Husein Umar (2005, p268) dalam strategi kompetitif yang
dikemukakan oleh Michael.E.Porter, dimana dalam menganalisisi persaingan
terdiri dari 5 aspek yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis
Persaingan antara perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan
terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh
suatu perusahaan dapat berhasil jika mereka memberikan keunggulan
kompetitif dibandingkan strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.
26
Perubahan strategi oleh satu perusahaan mungkin akan mendapatkan
serangan balasan seperti menurunkan harga, meningkatkan kualitas,
menambahkan
fitur,
menyediakan jasa,
memperpanjang
garansi,
meningkatkan promosi dan pembaharuan kemasan. Menurut Porter yang
dikutip Umar (2005, p270), tingkat persaingan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a.
Jumlah kompetitor
b.
Tingkat pertumbuhan industri
c.
Karakteristik produk
d.
Biaya tetap yang besar
e.
Kapasitas
f.
Hambatan keluar
2. Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru
Pendatang baru dalam suatu industry akan membawa kapasitas baru,
inovasi baru, modal baru, pemasaran yang baru, keinginan mendapatkan
pangsa pasar. Akibatnya, harga dapat menjadi turun atau biaya menjadi
semakin tinggi sehingga akan mengurangi profitabilitas. Ancaman
masuknya pendatang baru bergantung pada rintangan masuk dan reaksi
pesaing yang sudah ada dalam mengantisipasi pendatang baru. Jika
pendatang baru merasakan kesulitan bersaing terhadap pesaing yang
telah ada, maka ancaman dari pendatang baru akan rendah. Menurut
Umar (2005, p268) terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat
masuknya pendatang baru ke dalam industri, sebagai berikut:
a.
Skala ekonomi
b.
Diferensiasi produk
c.
Kecukupan modal
d.
Biaya peralihan
e.
Akses ke saluran distribusi
f.
Ketidakunggulan biaya independen
g. Peraturan pemerintah
27
3. Potensi Pengembangan Produk Substitusi
Persaingan tidak hanya terjadi pada perusahaan yang memproduksi
produk yang sejenis, namun perusahaan juga bersaing dengan perusahaan
yang memproduksi produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba
potensial dari industri dengan menetapkan harga maksimum yang dapat
diberikan oleh perusahaan dalam industri. Semakin menarik alternatif
harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, semakin ketat pembatasan
laba industri. Produk pengganti seringkali timbul dengan cepat ketika
suatu perkembangan meningkatkan persaingan di industri mereka, dan
menyebabkan penurunan harga atau perbaikan kinerja.
4. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawarnya terhadap para pemain
dalam industri, dengan menaikkan harga atau mengurangi kualitas
produk yang ditawarkan, hal ini memberikan kekuatan pada pemasok
untuk menaikan harga. Namun bila banyak pemasok untuk suatu jenis
barang, maka biasanya daya tawar pemasok semakin kecil. Menurut
Umar (2005,p272), pemasok akan kuat apabila beberapa kondisi berikut :
a. Jumlah pemasok sedikit
b. Produk/pelayanan yang ada adalah untuk dan mampu menciptakan
switching cost yang besar.
c. Tidak tersedia produk subtitusi
d. Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah
produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan
perusahaan.
e. Perusahaan hanya membeli dalm jumlah yang kecil dari pemasok.
5. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan meminta penurunan harga,
tawar-menawar terhadap mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang
lebih baik, serta berperan sebagai pesaing. Kekuatan dari tiap-tiap
pembeli yang penting dalam indsutri tergantung pada sejumlah
karakteristik situasi pasarnya pada kepentingan relatif pembeliannya dari
28
industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis
pembeli tersebut.
Menurut Umar (2005, p272), ada beberapa kondisi yang dapat
memperkuat tawar menawar pembeli, yaitu :
1.
Pembeli membeli dengan jumlah besar
2.
Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan
3.
Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok
4.
Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah, sehinga
sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis.Produk perusahaan
tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli dengan
mudah mencari subsitusinya.
Gambar 2.1. Five Porter Analysis
Sumber: http://marketingplanwriter.blogspot.com/2009/07/porters-five-forcesanalysis.html
2.4.6. Aspek Hukum
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, 23) aspek ini membahas masalah
kelengkapan dan keabsahan dokumen sebuah usaha, mulai dari bentuk badan
usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dan keabsahan dokumen
sangat penting, karena hal ini merupakan dasar hukum yang harus dimiliki
apabila dikemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan kesempurnaan
29
dokumen
dapat
diperoleh
dari
pihak-pihak
yang
menerbitkan
atau
mengeluarkan dokumen tersebut.
Menurut Subagyo (2007, p167) usaha dalam bentuk apapun
memerlukan keabsahan legalitas karena faktor ini yang menentukan
keberlanjutan hidupnya. Sebelum melakukan investasi di suatu daerah/wilayah,
pada saat menganalisis aspek-aspek studi kelayakan, maka terlebih dahulu
dilakukan evaluasi dan pra-penelitian yang berlaku di daerah/wilayah tersebut,
agar tidak terjadi kerugian dikemudian hari, apabila ternyata di daerah/wilayah
tersebut melarang bentuk usaha yang dimaksud.
2.4.7. Aspek Lingkungan (AMDAL)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010, p208) ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mencapai tujuan AMDAL, antara lain :
Hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi
AMDAL :
1.
Mengidentifikasi semua rencana usaha atau kegiatan yang akan
dilakusanakan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup.
2.
Mengidentifikasi
komponen-komponen
lingkungan
hidup
yang
terkena dampak besar dan penting.
3.
Memperkirakan dan mengevaluasi rencana usaha atau kegiatan usaha
yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup.
4.
Merumuskan RKL dan RPL.
Kegunaan dilaksanakannya studi AMDAL adalah :
1.
Sebagai
bahan
bagi perencanaan
dan
pengelola
usaha
dan
pembangunan wilayah.
2.
Membantu
proses
pengambilan
keputusan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan kegiatan.
tentang
kelayakan
30
3.
Memberikan masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari
rencana usaha atau kegiatan.
4.
Memberikan masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup dari rencana usaha atau kegiatan.
5.
Memberikan informasi bagi masyarakat atas dampak yang akan
ditimbulkan dari suatu rencana usaha atau kegiatan.
Dari beberapa uraian di proyeksi kelayakan bisnis pada aspek AMDAL,
akan difokuskan pada polusi dampak-dampak lain yang dapat mempengaruhi
atau lingkungan di sekitar bisnis. Syarat undang-undang AMDAL yang harus
dipenuhi dalam pembukaan bisnis di Jakarta adalah:
1.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah.
2.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3.
Undang-Undang Nomor 11
Tahun
2011
pelaku
usaha
yang
memanfaatkan air tanah wajib membayar pajak sebesar 20%.
4.
Undang-Undang
Nomor
7
Tahun
2004
pelaku
usaha
yang
memanfaatkan air tanah dibawah 50 liter/detik wajib memiliki ijin UPL
dan UKL.
5.
Peraturan Pemerintah, Nomor 27 Tahun 1999, tentang Analisis
mengenai Dampak Lingkungan.
6.
Peraturan Pemerintah, Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
7.
Peraturan Negara Lingkungan Hidup, Nomor 13 Tahun 2010, tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya
Pemantauan
Lingkungan
Hidup
dan
Surat
Pemyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
8.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012,
tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan Yang wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
31
9.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup, Nomor 01 ahun 2010, tentan
Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air.
2.4.8. Aspek Keuangan
Berkaitan dengan sumber dana yang akan diperoleh dan proyeksi
pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang
bersangkutan. Tujuan menganalisis aspek keuangan dari studi kelayakan bisnis
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan
menilai apakah proyek dapat berkembang terus.
Dalam analisis aspek finansial, terdapat beberapa hal yang harus
dianalisis yaitu :
1.
Aliran Kas ( Cash Flow )
2.
Biaya Modal ( Cost of Capital)
3.
Initial and Operasional Cash Flow
4.
Payback Period
5.
Internal Rate of Return
6.
Net Present value
7.
Profitability Indeks
2.4.8.1. Pengertian Cash Flow
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010, P92) cash flow merupakan
arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Cash flow menggambarkan beberapa uang yang masuk (cash
in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga
menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis
biaya yang dikeluarkan.
32
Uang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan
atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari
penghasilan atau pendapatan yang diperoleh dari yang berhubungan
langsung dengan usaha yang sedang dijalankan seperti penjualan. Di
samping itu, uang masuk bisa pula berasal dari pendapatan lainnya yang
bukan dari usaha utama.
Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan
dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya
sama sekali dengan usaha utama. Uang keluar ini merupakan biayabiaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk berbagai keperluan
yang berkaitan dengan kegiatan usaha, seperti pembayaran cicilan utang
dan bunga pinjaman, biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya
pemasatan, dan biaya-biaya lainnya.
Dalam cash flow semua data pendapatan yang akan diterima
dan biaya yang akan dikeluarkan baik jenis, maupun jumlahnya
diestimasi
sedemikian
rupa,
sehingga
menggambarkan
kondisi
pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang.
Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa
pendapatan yang akan diperoleh dan berapa besarnya biaya yang harus
dikeluarkan dalam suatu periode. Kemudian jenis-jenis pendapatan dan
biaya apa saja yang dikeluarkan serta berapa besar pendapatan yang
diperoleh dan biaya yang dikeluarkan tiap pos. Pada akhirnya cash flow
akan terlihat pada kas akhir yang diterima perusahaan. Jadi, arus kas
adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan
mulai dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi
tersebut. Dalam hal ini diinvestasikan disuatu usaha. Pentingnya kas
akhir bagi investor jika dibandingkan dengan laba yang diterima
perusahaan dikarenakan:
1.
Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai seharihari.
33
2.
Kas digunakan untuk membayar semua kewajiban yang jatuh
tempo.
3.
Kas juga digunakan untuk melakukan investasi kembali. Jenisjenis cash flow yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari:
a. Initial cash flow atau lebih dikenal kas awal yang merupakan
pengeluaran-pengeluaran pada awal periode untuk investasi.
Contoh biaya pra-investasi adalah pembelian tanah, gedung,
mesin peralatan, dan modal kerja.
b. Operational cash flow merupakan kas yang diterima atau
dikeluarkan pada saat operasi usaha, seperti penghasilan yang
diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu
periode.
c. Terminal cash flow merupakan uang kas yang diterima pada
saat usaha tersebut berakhir.
Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan
berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis
pemasukkan tersebut. Selain itu cash flow juga menggambarkan berapa
uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau
hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari yang
berhubungan langsung dengan usaha yang sedang dijalankan. Uang
masuk dapat pula berasal dari pendapatan lainnya yang bukan dari
usaha utama. Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan
dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya
sama sekali dengan usaha utama (Kashmir dan Jakfar, 2012:95).
34
2.4.8.2. Investasi
Menurut William F.S yang dikutip oleh Kasmir dan Jakftar
(2012:5), investasi adalah mengorbankan uang sekarang untuk uang di
masa yang akan datang. Dari pengertian ini terkandung dua atribut
penting di dalam investasi, yaitu adanya resiko dan tenggang waktu.
Mengorbankan uang artinya menanamkan sejumlah dana (uang) dalam
suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian
mengharapkan
pengembalian
investasi
dengan
disertai
tingkat
keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang.
Ada empat faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
melakukan investasi, yaitu:
1.
Modal yaitu berapa banyak dana yang diperlukan untuk
melakukan investasi sampai perusahaan dapat memperoleh
keuntungan yang melebih dari investasi yang dikeluarkan.
2.
Tingkat pengembalian yaitu berapa persen tingkat keuntungan
yang bisa diperoleh dari modal yang dikeluarkan dalam jangka
waktu tertentu.
3.
Tingkat resiko yaitu berapa besar kemungkinan terjadinya
kerugian yang dpat mengurangi jumlah modal bahkan
menghabiskan modal perusahaan.
4.
Arus dana yaitu seberapa cepat dana dalam bentuk uang kas
secara fisik yag dapat ditarik dari modal yang sudah disetor.
Menurut Rangkuti (2012, p1) investasi itu sendiri bisa
berbentuk investasi bisnis maupun invesatasi dalam kegiatan sosial,
baik berupa pengembangan bisnis yang sudah ada atau membuat bisnis
yang
sama
sekali
baru.
Kegiatan
investasi
adalah
tindakan
mengeluarkan sejumlah dana dalam jumlah tertentu dengan tujuan
untuk memperolah keuntungan atau manfaat yang lebih besar dimasa
mendatang, baik keuntungan material maupun non material.
35
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010, p4) investasi dapat
dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi pun
dibagi dalam beberapa jenis. Dalam praktiknya, jenis investasi dibagi 2
macam yaitu :
1.
Investasi Nyata (Real Investment)
Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang
dibuat dalam harta tetap (fixed assets) seperti tanah, bangunan,
peralatan, atau mesin-mesin.
2.
Investasi Finansial (Financial Investment)
Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi
dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau
surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.
Investasi dapat diartikan pula sebagai penanaman modal dalam
suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam
bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit
berupa proyek tertentu baik bersifat fisik ataupun nonfisik, seperti
proyek pendirian pabrik jalan, jembatan, pembangunan gedung dan
proyek penelitian dan pengembangan.
Secara umum pengertian proyek adalah kegiatan yang
melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalm suatu wadah
(organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan
kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk mencapai sasaran
tertentu. Kegiatan proyek biasanya dilakukan untuk berbagai bidang
antara lain :
Pembangunan fasilitas baru, Artinya merupakan kegiatan yang
benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, sehingga ada
penambahan usaha baru.
Perbaikan fasilitas yang ada, Merupakan kelanjutan dari usaha
yang sudah ada sebelumnya. Artinya sudah ada kegiatan sebelumnya,,
namun perlu ada penambahan dan perbaikan yang diinginkan.
36
Peneitian dan pengembangan, Merupakan kegiatan penelitian
yang dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul di masyarakat,
kemudian dikembangkan sedemikian rupa sesuai keinginan yang
diharapkan. Dalam praktiknya, timbulnya suatu proyek disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain:
1.
Adanya permintaan pasar, Artinya ada suatu kebutuhan dan
keinginan dalam masyarakat yang harus disediakan. Hali ini
disebakan karena adanya jenis produk yang tesedia belum
mencukupi atau memang belum ada sama sekali.
2.
Untuk meningkatkan kualitas produk, Bagi perusahaan tertentu
proyek dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas atau
mutu suatu produk. Hal ini dilakukan karena tingginya tingkat
persaingan yang ada.
3.
Kegiatan
pemerintah,
Artinya
merupakan
kehendak
pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
atas suatu produk atau jasa, sehingga perlu disediakan berbahai
produk melalui proyek-proyek tertentu.
Kemudian, pengertian bisnis adalah kegiatan atau usaha yang
dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan
target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun
waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis,
terutama bagi pemilik bisnis baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam
bentuk finansial. Besarnya keuntungan telah ditetapkan sesuai target
yang diinginkan sesuai dngan batas waktunya. Bidang usaha yang
digeluti beragam mulai dari perdagangan, pariwisata, industri,
agrobisnis, atau jasa-jasa lainnya.
37
2.4.8.3. Metode Penilaian Investasi
Menurut Rangkuti (2012, p138) penilaian investasi dapat
dilakukan dengan berbagai metode untuk menilai apakah suatu proyek
layak untuk dilaksanakan, apabila dilihat dari aspek profitabilitas
komersialnya. Hal ini sangat berkaitan dengan konsep nilai waktu uang
yang menunjukan adanya perbedaan nilai uang antar waktu. Salah satu
hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai uang antar waktu
adalag inflasi. Dengan terjadinya inflasi, nilai uang saat ini lebih tinggi
daripada dimasa mendatang walaupun mempunyai jumlah yang sama.
Rangkuti (2012, p179) menyebutkan, apabila laju inflasi cukup
signifikan, maka perlu pertimbangan keputusan capital budgeting. Ada
dua komponen yang terpengaruh oleh inflasi, yaitu aliran kas masuk
dan tingkat penghasil (rate of return) atau cost of capital yang
diinginkan. Oleh karena itu kedua komponen tersebut perlu disesuaikan.
Pedoman penyesuaiannya adalah kalikan indeks harga dengan aliran
kas yang diukur berdasarkan nilai rupiah riil untuk mendapatkan arus
kas dengan nilai nominal. Hitung tingkat penghasilan nominal :
(1 + tingkat inflasi) (1 + tingkat penghasilan) – 1
Beberapa metode yang umum digunakan untuk pertimbangan
penilaian investasi yaitu :
1.
Metode Net Present value
2.
Metode Internal Rate of Return
3.
Metode Payback Period
4.
Metode Average Rate of Return
5.
Metode Profitability index
Dalam pemilihan usulan investasi, manajemen memerlukan
informaso akuntansi sebagai salah satu dasar penting untuk menentukan
pilihan investasi. Informasi akuntansi dimasukkan dalam suatu model
pengambilan keputusan yang berupa kriteria penilaian investasi untuk
memungkinkan
manajemen
memilih
alternative investasi yang tersedia.
investasi
terbaik
diantara
38
Menurut Rangkuti (2012, p174) ada beberapa metode untuk
menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih berbagai
macam alternative investasi antara lain :
1.
Payback method
2.
Average return on investment
3.
Present value
4.
Discount cash flow (Internal Rate of Return)
5.
Modified Internal Rate of Return (MIRR)
6.
Profitability index (PI)
2.4.8.3.1 Metode Payback Period (PP)
Pengertian dari Payback period antara lain adalah,
suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas. Dengan kata lain Payback period
merupakan rasio antara initial cash ratio dan cash inflow yang
hasilnya merupakan satuan waktu. (Umar, 2005:197)
Rumus :
Jika Payback period lebih pendek waktunya dari
maximum payback period-nya maka usulan investasi dapat
diterima. Metode payback period ini cukup sederhana sehingga
mempunyai kelemahan. Kelemahannya utamanya yatu metode
ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di
samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah
payback. (Umar, 2005:198)
Menurut Rangkuti (2012, p7-p8) Metode payback
period disebut juga dengan metode non-discounted cash flow.
39
Metode ini bertujuan untuk melakukan pengukuran investasi
dengan
melihat
kekuatan
pengembalian
modal
tanpa
mempertimbangkan nilai waktu terhadap uang (time value of
money).
Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa
cepat
waktu
pengembalian
investasi.
Payback
period
ditentukan dengan mengetahui pada tahun keberapa kondisi
cumulative of net cash flow dalam keadaan nol. Kriteria
penilaian kelayakan bisnis berdasarkan payback period adalah,
apabila payback period lebih kecil dari periode investasi, maka
usulan investasi layak dilanjutkan. Sebaliknya apabila payback
period lebih besar dari periode investasi, makan usulan
investasi itu tidak layak dilanjutkan.
Metode ini pada umumnya digunakan untuk
memilih dari berbagai alternatif usaha yang mempunyai resiko
tinggi, karena modal yang telah ditanamkan harus segera dapat
kembali secepat mungkin. Kelemahan dari metode ini adalah :
1.
Tidak dapat menganalisis penghasilan usaha setelah
modal kembali.
2.
Tidak mempertimbangkan nilai waktu uang.
Payback period merupakan jangka waktu atau
periode yang diperlukan investor untuk membayar kembali
semua biaya yang telah dikeluarkan untuk berinvestasi. Rumus
yang di pergunakan untuk menghitung payback period adalah :
Keterangan :
=
tahun sebelum terdapat PP
40
=
jumlah investasi yang telah di-discount
=
jumlah pendapatan yang telah di-discount
sebelum PP
=
jumlah pendapatan pada PP
2.4.8.3.2. Metode Net Present value (NPV)
Net Present value yaitu selisih antara Present value
dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaanpenerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran
kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung
nilai sekarang perlu ditentukan bunga yang relevan. (Umar,
2005:200).
Rumus :
Dimana :
CFt
K
=
aliran kas pertahun pada periode t
=
investasi awal pada tahun 0
=
suku bunga (discount rate)
Kriteria Penilaian :
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima,
Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak,
Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan
proyek diterima atau ditolak.
Menurut Rangkuti (2012, p8-9), Unsur-unsur utama
dalam menggunakan metode NPV adalah mengidentifikasi
nilai discount rate (nilai r). discount rate ditentukan
berdasarkan biaya modal untuk mengetahui cash flow di masa
41
yang akan datang. NPV merupakan jumlah dari discount net
cash flow dari waktu ke waktu. Cara perhitungannya adalah
dengan, seluruh net cash flow di discount dengan discount rate
tertentu ke tahun (t) basis yang sama, yakni tahun pada saat
investasi dilakukan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
C1, C2 ….. merupakan net cash inflow mulai tahun 1, 2, 3
…. Dan seterusnya. Simbol k merupakan opportunity cost dari
modal yang digunakan (misalnya menggunakan asumsi 6% artinya
apabila modal yang digunakan tersebut didepositokan di bank akan
menghasilkan keuntungan sebesar 6% per tahun. C0 merupakan
initial cost dari investasi yang digunakan n merupakan periode
investasi yang akan di hitung.
Kriteria yang digunakan dalam penilaian NPV adalah:
1. Jika NPV = 0 (nol), maka hasil investasi (return) usaha akan
sama dengan tingkat bunga (bagi hasil) yang dipakai dalam
analisis, atau dengan kata lain usaha tidak untuk maupun rui
(impas).
2. Jika NPV = - (negatif), maka investasi tersebut rugi atau
hasilnya (return) dibawah tingkat bunga (bagi hasil) yang
dipakai.
3. Jika
NPV
=
+
(positif),
maka
investasi
tersebut
menguntungkan atau hasilnya (return) melebihi tingkat bunga
(bagi hasil) yang dipakai.
2.4.8.3.3. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga
yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan dimasa datang, atau penerimaan kas dengan
mengeluarkan investasi awal. (Umar, 2005:198). Metode
42
Internal Rate of Return (IRR) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana :
t
=
tahun ke
n
=
jumlah tahun
=
Nilai investasi awal
CF
=
Arus kas bersih
IRR =
Tingkat bunga yang dicari harganya
Nilai IRR dapat dicari misalnya dengan trial and
error. Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas dari suatu
investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar,
misalnya 10 persen, lalu bandingkan dengan biaya investasi,
jika nilai investasi terlalu kecil maka di coba lagi dengan suku
bunga yang lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai biaya
investasi menjadi sama besar. Jika IRR yang didapat ternyata
lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi
dapa diterima.
Menurut Rangkuti (2012, p9-p10), Metode IRR
merupakan cara untuk menentukan spesifik rate of return dari
cash flow suatu proyek selama masa investasi. Metode ini
merupakan metode yang dapat diandalkan untuk mengukur
aspek
keuangan
menggambarkan
suatu
investasi.
profitabilitas
Metode
suatu
IRR
investasi
dapat
dalam
presentase, dan apabila terdapat banyak ketidakpastian
mengenai discount rate, atau sangat sulit menentukan discount
rate yang paling sesuai, makan IRR dapat dijadikan pedoman.
Dengan
menggunakan metode IRR, rata-rata
pengembalian (average return) dapat segera terlihat. Cara
43
menghitung nilai IRR adalah, jumlah nilai sekarang dari
keuntungan setelah pajak dibagi nilai sekarang dari investasi
total, yang dihitung selama masa investasi.
Nilai IRR yang dapat diterima dalam suatu investasi
adalah perbandingan nilai investasi tersebut apabila ditaruh
bank dengan tingkat suku bunga tertentu. Atau perbandingan
dengan return apabila ditanamkan dalam investasi syariah
dengan sistem bagi hasil tertentu. Semakin tinggi risiko
investasi, penerapan nilai IRR juga harus semakin tinggi.
Metode IRR dan NPV sangat erat kaitannya, karena IRR dapat
dilihat sebagai discount rate yang menjadikan NPV dari
investasi sama dengan nol. Artinya mendiskonto seluruh net
cash flow sehingga akan menghasilkan jumlah NPV yang sama
dengan nol. Rumusnya adalah :
Keterangan :
= NPV yang bernilai positif
= NPV yang bernilai negative
= tingkat suku bunga pada saat NPV bernilai
positif
= tingkat suku bunga pada saat NPV bernilai
negatif
Kriteria penilaian kelayakan investasi berdasarkan IRR yaitu:
1.
Apabila IRR
tingkat suku bunga deposito, maka
usulan investasi layak. Sebaliknya,
2.
Apabila IRR
dari tingkat suku bunda deposito maka
usulan investasi tidak layak.
44
3.
Semakin tinggi nilai IRR, semakin menarik investasi
tersebut.
Internal rate of return didefinisikan sebagai
besarnya suku bunga yang menamakan nilai sekarang (present
value) dari investasi dengan hasil bersih yang diharapkan
selama usaha berjalan. Patokan yang dipakai sebagai acuan
baik-tidaknya IRR biasanya adalah suku bunga pinjaman bank
yang sedang berlaku, atau suu bunga deposito jika usaha
tersebut dibiayai sendiri.
2.4.8.3.4. Metode Profitability index (PI)
Pemakaian metode profitability index (PI) ini
caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan
antara nilai sekarang (present value) dengan rencana
penerimaan-penerimaan kas bersih dari investasi yang telah
dilaksanakan. Jadi, profitability index dapat dihitung dengan
membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
(Umar, 2005:202).
Rumus :
Kriteria Penilaian :
1.
Jika PI > 1 , maka usulan proyek dikatakan
menguntungkan,
2.
Jika PI < 1 , maka usulan proyek tidak menguntungkan.
Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV,
di mana jika NPV suatu proyek dikatakan layak (NPV>0)
maka menurut kriteria PI juga layak (PI>1) karena keduanya
menggunakan variabel yang sama.
45
Menurut Rangkuti (2012, p11), Metode analisis PI
sangat
mirip
dengan
analisis
NPV,
karena
keduanya
menggunakan komponen perhitungan nilai-nilai sekarang
(present value). Perbedaannya adalah bahwa satuan yang
dipakai dalam NPV adalah nilai uang, sedangkan dalam PI
adalah indeks. Rumus perhitungan PI adalah sebagai berikut :
Kriteria penilaian investasi dengan menggunakan PI
juga mirip dengan NPV, yaitu :
1.
Jika PI
1, maka investasi dikatakan layak,
2.
Jika PI
1, maka investasi dikatakan tidak layak,
3.
Jika PI = 1, maka investasi dikatakan BEP.
46
2.5. Kerangka Pemikiran
PT. JASA ANDALAS
PERKASA
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek Eksternal
Aspek Internal
Aspek Lingkungan
(AMDAL)
Aspek Pasar dan
Pemasaran
Aspek Persaingan
Aspek Sumber Daya
Manusia
Aspek Hukum
Aspek Ekonomi dan
Sosial
Aspek Operasional
Aspek Keuangan
-
NPV
IRR
PI
PP
Layak / Tidak Layak
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Sumber : Penulis
Download